Anda di halaman 1dari 50

Tehnik Pengolahan

Analisis data
Kualitatif
Dr. Elsye Maria Rosa, M.Kep
PENGOLAHAN DATA DALAM
PENELITIAN KUALITATIF
 Seluruh
hasil pengamatan dan wawancara
mendalam dibuatkan ‘TRANSKRIP’.

TRANSKRIP:
Uraian dalam bentuk tulisan yang rinci dan
lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar
baik secara langsung maupun dari hasil
rekaman

Untuk wawancara mendalam, transkrip harus


dibuat dengan menggunakan bahasa sesuai
hasil wawancara (bahasa daerah, bahasa asing,
bahasa ‘khusus’ dll)
Transkrip
Proses terakhir dari wawancara kualitatif yaitu mentransfer
hasil wawancara dari kaset ke dalam bentuk data berbentuk
Verbatim.
Perlu diperhatikan:
1.Waktu wawancara dan
2.Reliabilitas transkrip
ANALISIS TERHADAP TRANSKRIP

1. Menangkap makna dari teks untuk menunjukkan


bagaimana makna dominan yang ada dalam
teks dan makna yang dapat dipertentangkan yg
bersifat, spesifik.
2. Menunjukkan makna-makna yang melekat
dalam suatu teks, utamanya makna tersembunyi
yang terkandung dalam teks.
3. Menganalisis bagaimana teks berkaitan dengan
kehidupan, pengalaman, kenyataan, dan hal-hal
yg bermakna tentang subyek penelitian.
ANALISIS DATA DALAM PENELITIAN
KUALITATIF

 Bukan mencari kecenderungan tentang


realitas sosial yang diamati

 Bukan memotret pola-pola umum dari


realitas sosial yang diamati
ANALISIS DATA dalam PENELITIAN
KUALITATIF:

 Dimaksudkan untuk mencari


pemahaman mendalam tentang realitas
sosial yang diteliti sebagaimana
realitas sosial tersebut dipahami oleh
subyek penelitian

 Untuk dapat melakukan Interpretasi


terhadap makna dibalik perkataan &
tingkah laku subyek penelitian
Proses penelitian menurut strategi Strauss
(dan Corbin)

 harus
dilaksanakan melalui penerapan-
penerapan teknik koding.

Teknik koding ini adal tiga:


 open coding,
 axial coding
 selective coding.
Dalam open coding,
• suatu gejala (misalnya dalam hal ini ‘reaksi
perawat terhadap dokter) akan diidentifikasi
kategori-kategorinya untuk kemudian (sesudah
diberi sebutan/named, labelled) diidentifikasi
atribut dan dimensi.
Misalnya,
• salah satu kategori dalam gejala ‘reaksi perawat terhadap dokter’ itu
adalah ‘aktivitasnya melakukan asuhan keperawatan di RS.
• ‘Asuhan keperawatan di RS’ ini kemudian boleh dilihat atribut-
atributnya (misalnya: frekuensi, ruang lingkup bahasan, intensitas
kajian, lama penyelenggaraan, dsb), dan
• seterusnya dimensi masing-masing atribut-atribut itu (sering-tidaknya,
luas-sempitnya ruang lingkup bahasan, dalam-dangkal kajian, lama
atau sebentarkah penyelenggaraannya, dan seterusnya).
Dalam axial coding,
• Kategori-kategori gejala yang berhasil diungkap akan dihubungkan
satu sama lain.
• Kategori-kategori itu ada yang dapat diposisikan sebagai:
1. kondisi yang dianggap penyebab, ialah kejadian apapun
yang menyebabkan terjadinya suatu gejala
2. gejala itu sendiri, ialah peristiwa sentral yang akan
menggerakkan terjadinya serangkaian aksi/tindakan atau
juga interaksi;
3. konteks, ialah suatu kompleks kondisi – lokasi dan/atau
waktu tertentu—yang menjadi ajang berlangsungnya suatu
aksi atau interaksi;
Lanjutan  Kategori-kategori itu
4. kondisi pengintervensi, ialah kondisi-
kondisi struktural yang memudahkan
atau menyulitkan jalannya proses
dalam suatu konteks tertentu;
5. aksi atau interaksi, ialah strategi
tindakan yang dilakukan untuk
merespons atau mengatasi
permasalahan yang ada;
6. konsekuensi, ialah hasil yang
diperoleh lewat penyelenggaraan
aksi atau interaksi.
Dalam selective coding
 suatu proses untuk menyeleksi kategori-
kategori guna menemukan kategori inti
atau sentral,
 secara sistematis dapat dipakai secara
konsepsional untuk merangkai dan
mengitegrasikan kategori-kategori lain
dalam suatu jaringan “kisah”.
 Kisah panjang-lebar yang merupakan
paparan deskriptif tentang realita sosial,
yang diletakkan dalam fokus kajian inilah
yang disebut story.
Lanjutan Dalam selective coding

 Proses mengintegrasikan kategori-kategori


dalam selective coding – yang berakhir dengan
story yang dapat dilaporkan ini – dalam suatu
tataran analisis yang jauh lebih abstrak
daripada yang berlangsung sepanjang proses
axial coding.
 Kepekaan teoretik seorang peneliti, ialah
ketajaman imajinasinya untuk mereka-reka
bangunan teoretik dari data dan kategori data
yang telah diperoleh, sangat diharapkan pada
tahap ini.
Qualitative Data Analysis
• Qualitative Data Analysis (QDA) consists of three parts:
Noticing, Collecting and thinking about interesting things.
• QDA is generally a non-liner process and often can be
recursive. As you continue on collecting information, you may
notice new things and need to think about them. As a result,
you sometimes have to go back to old data and analyze them
again.
Example : Open Coding
Type of Coding
• Open coding: Basically, you read through your data several
times and then start to create tentative labels for chunks of
data that summarize what you see happening (not based on
existing theory – just based on the meaning that emerges
from the data). Record examples of participants’ words and
establish properties of each code (see my charts below).
• Axial coding: Axial coding consists of identifying relationships
among the open codes. What are the connections among the
codes? This will be easier to understand when you see the last
chart of this blog post.
• Selective coding: Figure out the core variable that includes all
of the data. Then reread the transcripts and selectively code
any data that relates to the core variable you identified. Again,
this is easier to understand through the last chart of this blog
post.
example

Anda mungkin juga menyukai