Anda di halaman 1dari 24

TUGAS 3

MATA KULIAH :
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)

NOVI ANDINI INTAN LESTARI


858852267

UNIVERSITAS TERBUKA
PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NOVEMBER 2022
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PGSD
TUGAS TUTORIAL KETIGA
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

1. Jelaskan secara rinci langkah-langkah untuk membuat kesimpulan dalam


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) !
2. Jelaskan rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam menyususn saran
tindak lanjut hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)!
3. Jelaskan sistematika dalam membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas
!
4. Jelaskan berbagai ketentuan yang harus diperhatikan dalam penulisan
laporan Penelitian Tindakan Kelas !
5. Buat proposal PTK secara sederhana dengan sistematika sebagai-
berikut !

JUDUL PTK : …………………………………..


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian (Bagi guru, bagi peneliti, dan bagi sekolah)
E. Definisi Istilah (Mendefinisikan istilah-istilah yang menjadi kata kunci secara
konseptual setiap definisi hendaknya didasarkan pada suatu sumber)
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
B. Kerangka pikir
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Subyek Penelitian
D. Data dan Sumber data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Prosedur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
JAWABAN

1. Langkah langkah membuat Kesimpulan dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai


berikut :
a) Cermati tujuan penelitan sehingga paham benar apa yang akan dicari dalam
penelitian.
Guru mampu meningkatkan keaktifan siswa melalui kerja kelompok
Melalui kerja kelompok , siswa mampu menemukan alternative
pemecahan masalah.
b) Cari temuan atau deskripsi temuan (berdasar hasil analisi data).
c) Cermati uraian pada hasil temuan pada masing-masing tujuan penelitian,
kemudian membuat ikhtisar dari uraian tersebut.
d) Susun kesimpulan yang sesuai dengan urutan pertanyaan/tujuan perbaikan.
e) Perksa kembali kesesuaian antara pertanyaan penelitian, uraian, dan
kesimpulan.
2. Rambu rambu pembuatan saran sebagai berikut :
a) Saran harus sesuai dengan kesimpulan dan hakekat penelitian yang kita lakukan.
b) Saran harus mempunyai sasaran yang jelas, sehingga pembaca harus tahu kepada
siapa saran ditujukan.
c) Saran untuk menindaklanjuti hasil PTK sebaiknya bersifat konkret dan
operasional, sehingga mudah di laksanakan.
d) Saran harus mempertimbangkan metodologi atau prosedur penelitian, yang
biasanya di tujukan kepada guru sebagai peneliti agar melakukan replikasi atau
pengulangan yang sama dengan bidang studi yang berbeda.
e) Saran yang di buat harus merupakan pemikiran yang cukup penting untuk
memperbaiki pembelajaran. Apabila saran di buat asal-asalan maka tidak akan
bermakna dan tidak dapat memberikan dampak pada perbaikan pembelajaran
3. sistematika dalam membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut :
a) Bab 1 yaitu pendahuluan, yang menggambarkan latar belakang masalah,
tujuan, dan manfaat penelitian.
b) Bab II yaitu Kajian pustaka, yang terdiri dari berbagai konsep atau teori hasil
penelitian yang di lakukan .
c) Bab III yaitu , Metode Penelitian, yang terdiri dari pendekatan penelitian,
disain penelitian, prosedur penelitian, setting penelitian, subyek penelitian,
teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, kriteria
keberhasilan
d) Bab IV yaitu, Temuan dan pembahasan, berisi tentang hasil analisis data
temuan yang di dasarkan pada hasil analisis.
e) Bab V yaitu Kesimpulan dan saran, yang memuat kesimpulan hasil penelitian
dan saran yang di buat berdasarkan kesimpulan.
f) Daftar Pustaka, memuat sumber yang di gunakan peneliti sebagai acuan
g) Lampiran, yang terdiri dari Instrumen penelitian, Riwayat hidup peneliti, data
peneliti, bukti foto, RPP, RPP perbaikan, dan sebagainya.
4. ketentuan yang harus diperhatikan dalam penulisan laporan Penelitian Tindakan
Kelas sebagai berikut :
a) Etika Penulisan Laporan Penelitian
Kejujuran dalam mengerjakan sesuatu dalam menulis karya ilmiah
dalam laporan penelitian.
Objektivitas karena obtektivitas tinggi akan mencerminkan hasil
penelitian yang benar benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
Pengutipan mencantumkan sumber yang dikutip dalam laporan
penelitian.
b) Penggunaan Bahsa Tulis
Pilihan Kata, memperhatikan bentuk kata tersebut baku atau tidak,
ketepatan makna kata, jadi mempunyai makna yan gtepat dan sesuai.
Struktur Kalimat, susunan kalimat yang tidak membingungkan
orang atau pembaca
Pengembangan Paragraf, ungkapan ide atau gagasan yang padu,
sehingga masing masing mempunyai peran atau fungsi dalam
membentuk keutuhan ide.
Ejaan, dalam menulis laporan PTK diharapkan untuk
memperhatikan dengan benar EYD, sehingga kualitas laporan PTK
lebih berbobot.
c) Ketentuan Teknis
Sistematika Penomoran, tulisan akan lebih mudah di cerna jika
jelas urutannya dan alurnya.
Teknik Pengutipan, mencantumkan sumber kutipan secara jelas dan
tepat.
Huruf, margin, dan spasi, sebaiknya yang di gunakan adalan aturan
yang standar, dengan demikian laporan akan menjadi menarik untuk
di baca.
5. proposal PTK secara sederhana:
JUDUL PTK : …………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN
F. Latar Belakang Masalah
G. Rumusan Masalah
H. Tujuan Penelitian
I. Manfaat Penelitian (Bagi guru, bagi peneliti, dan bagi sekolah)
J. Definisi Istilah (Mendefinisikan istilah-istilah yang menjadi kata kunci secara
konseptual setiap definisi hendaknya didasarkan pada suatu sumber)
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
C. Kajian Teori
D. Kerangka pikir
BAB III: METODE PENELITIAN
H. Pendekatan dan jenis penelitian
I. Lokasi dan Waktu Penelitian
J. Subyek Penelitian
K. Data dan Sumber data
L. Teknik Pengumpulan Data
M. Teknik Analisis Data
N. Prosedur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
“UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN SISWAKELAS 1 SDN 2 LANDUNGSARI
MELALUI MEDIA PERMAINAN KARTU HURUF
BERGAMBAR”

DI SUSUN OLEH :
NOVI ANDINI INTAN LESTARI
NIM :
858852267

UPJJ KOTA BATU


UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang mengembangkan potensi bagi peserta
didik yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
sikap yang berakhlak mulia, serta ketrampilan. Lahirnya Undang-undang No. 20 Tahun 2004
tentang Sistem Pendidikan Nasional telah membawa dampak positif bagi pembelajaran Bahasa
Indonesia. Hal ini mencerminkan dengan diangkatkannya membaca, menulis dan berhitung
sebagai kemampuan dasar berbahasa yang secara dini dan berkesinambungan menjadi perhatian
dan kegiatan di sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dari kelas I.

Membaca mempunyai peran yang amat penting dalam kehidupan manusia. Kita
ketahui bahwasanya membaca juga merupakan kegiatan melihat tulisan bacaan dan proses
memahami isi teks dengan bersuara atau dalam hati. Dengan membaca kita dapat
mengungkapkan suatu imajinasi. Membaca juga merupakan aspek penting dalam kehidupan.
Karena nya banyak manfaat yang dapat diperoleh dari membaca, seperti meningkatkan
kinerja otak, menambah pengetahuan, menambah ide-ide dan mengasah daya ingat. Banyak
para ahli pun menyetujui bahwa membaca merupakan hal penting dan memiliki dampak
yang sangat bagus untuk semua manusia. Dari hal yang terjadi saat ini, peneliti banyak
menemukan siswa kelas 1 SD Negeri 2 Landungsari yang belum bisa membaca. Sehingga siswa
mengalami kesulitan memahami mata pelajaran yang di berikan oleh guru. Membaca
permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I SD Negeri
2 Landungsari dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan
pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa guna menghadapi kelas berikutnya.

Pada dasarnya kemampuan dan keterampilan membaca menjadi suatu kebutuhan


yang harus dipenuhi. Sehingga kemampuan membaca harus dilatih sejak dini. Kegiatan
mengenal huruf dapat di mulai dari usia paud dan membaca permulaan dimulai dari taman
kanak - kanak atau sekolah dasar tingkat awal. Namun pada kenyataannya kegiatan
membaca kurang disukai anak - anak khususnya siswa sekolah dasar karena pada dasarnya
anak-anak masih suka bermain, belum fokus dan memusatkan perhatian.
Pada permasalahan yang di hadapi saat ini yang muncul adalah kurangnya
kemampuan membaca para siswa kelas 1 SD Negeri 2 Landungsari dalam pembelajaran di
kelas. Hal ini, disebabkan kurangnya motivasi para siswa terhadap teks yang dibaca,
Kurangnya penguasaan kosakata termasuk tidak mengerti cara membaca yang baik sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Mengingat betapa pentingnya membaca, terutama bagi
siswa kependidikan sebagai calon guru, mereka harus belajar membaca untuk menambah
pengetahuan mereka sendiri. Sebagai seorang guru untuk menerapkan pengetahuan mereka
kepada siswa di masa mendatang. Selain itu sebagai guru di tuntut untuk lebih kreatif dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas, agar pembelajaran lebih kondusif, nyaman, dan siswa
jauh lebih tertarik dan dapat menangkap pembelajaran yang sedang di ajarakan oleh
Bapak/ibu guru.
Penggunaan metode permainan akan lebih efektif apabila didukung dengan adanya
media sebagai alat bantu pembelajaran. Penggunaan alat bantu sebagai media pembelajaran
diharapkan mampu membantu proses belajar seperti yang dikemukanan oleh Hamalik
(dalam Arsyad, 2006), bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa. Media dapat menarik minat
belajar dan konsentrasi anak untuk memahami pelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul : Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media
Permainan Kartu Huruf Bergambar Pada Siswa Kelas 1 Sd Negeri 2 Landungsari

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang di hadapi pada siswa kelas 1 SD dapat dituliskan beberapa
rumusan masalah antara lain :
1. Apakah dengan media kartu huruf bergambar dapat meningkatkan kemampuan
permulaan membaca siswa kelas 1 SD Negeri 2 Landungsari?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kemampuan permulaan membaca siswa kelas 1 SD Negeri 2
Landungsari.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi siswa, Agar prestasi belajar siswa menjadi baik, sehingga kemampuan dalam
membaca dapat meningkat.
2. Bagi guru
Sebagai bahan masukan bagi guru SD, bahwa dengan menggunakan media kartu huruf
bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa sehingga tujuan
pendidikan tercapai.
3. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam memfasilitasi penggunaan media di SD
Negeri 2 Landungsari
4. Bagi peneliti
Sebagai pedoman pada saat menjadi guru bahwa dengan menggunakan media kartu
huruf bergambar dapat menarik minat anak untuk belajar dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa penelitian ini bukan
penelitian baru, sudah banyak ditemukan penelitian semisal dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya. Kajian pustaka ini digunakan sebagai bahan perbandingan atas karya ilmiah
yang ada, baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang sudah ada sebelumnya. Selain itu,
kajian pendahuluan juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi
yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk
memperoleh landasan teori ilmiah.
1. Hakikat Kemampuan Membaca
a. Pengertian Kemampuan
Robbin (2004:45) menyatakan bahwa kemampuan adalah suatu kapasitas
individual untuk mengerjakan berbagai fungsi dalam suatu perkerjaan selanjutnya
dikatakan seluruh kemampuan seorang individu pada hakikatnya tersusun dari dua
perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Kemampuan (Chaplin,2000:1) dapat diartikan sebagai kecakapan, ketangkasan,
bakat, kesanggupan; tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Sedangkan menurut Sternberg (1994: 3) kemampuan adalah suatu kekuatan untuk
menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik secara fisik maupun mental.
Senada dengan pendapat Sternberg, Warren (1994: 1) mengemukakan bahwa
kemampuan adalah kekuatan siswa dalam menunjukkan tindakan responsif, termasuk
gerakan-gerakan terkoordinasi yang bersifat kompleks dan pemecahan problem mental.
Lain halnya dengan pendapat Gagne dan Briggs (1997: 57) kemampuan adalah
hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses belajar-mengajar.
Selaras dengan itu, Eysenck, Arnold, dan Meili (1995: 5) mengemukakan bahwa
kemampuan adalah suatu pertimbangan konseptual. Selanjutnya mereka mengatakan
bahwa kemampuan berarti semua kondisi psikologi yang diperlukan siswa untuk
menunjukkan suatu aktivitas.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah suatu kecakapan atau kesanggupan yang sangat diperlukan siswa
untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas. Kemampuan membaca merupakan hal
yang sangat perlu untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Pengertian Membaca
Ada beberapa ahli memberikan definisi tentang membaca, baik membaca
sebagai suatu aktivitas umum bagi kebanyakan orang dan sebagai aspek yang digunakan
dalam pembelajaran bahasa. Menurut Heilman, dalam suwaryono Wiryodijoyo (1989:
1), Membaca ialah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan.
Kegiatan itu melibatkan analisis, dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang
kompleks. Termasuk di dalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan,
pemecahan masalah, yang berati menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca.
Senada dengan pendapat Davis (1995: xi-1) menyatakan: Reading is a complex which,
since the turne of the century, has been extensively studied across a wide range of
different disciplines. Lebih jauh dikatakan: Reading is privet. It is a mental, or cognitive,
process whicen involves a reader in trying to follow and respond to a massage from a
writer who is distant in space and time.
Horby, (1995; 699) mengemukakan, Reading is a look and understand
something written or printed. Senada dengan pendapat Harris (1971: 13) bahwa, Reading
is a meaningfull interpretation of printed or written verbal symbols. Berdasarkan
pendapat tersebut bahwa membaca adalah melihat dan mengetahui sesuatu yang berupa
tulisan atau cetakan. Membaca adalah suatu penafsiran yang bermakna dari cetakan atau
simbol verbal tulisan.
Lain halnya menurut Martinus Yamin (2006: 106) membaca adalah suatu cara
untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil
ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil peneliti para ahli untuk diketahui dan
menjadi pengetahuan siswa. Sementara Ngalim Purwanto (1997: 27) menyebutkan
bahwa membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan tulisan
(gambar dari bahasa yang dilisankan).
Membaca merupakan suatu proses sensoris, membaca dimulai dari melihat.
Stimulus masuk lewat indra penglihatan atau mata. Kelemahan penglihatan yang umum
diderita anak adalah kekeliruan kesiapan (refractive error), yang berarti tidak lain dari
kondisi mata yang tidak terpusat. Kesiapan membaca dimulai dengan mendengarkan.
Persiapan auditoris anak dimulai dari rumah dalam bentuk pembinaan kosakata,
menyimak efektif dan keterampilan membedakan.
Membaca sebagai proses perkembangan, ini dapat dilihat bahwa kemajuan
kemampuan membaca pada umumnya bergerak teratur, anak yang tidak dapat membaca
karena belum cukup matang , mereka akan meminta kesabaran guru untuk menanti dia
sampai pada tingkat kematangannya. Kesiapan anak didik itu harus dikembangkan pada
setiap taraf perkembangan kemampuannya. Oleh karena itu, guru harus betul-betul
menyiapkan kesiapan anak tersebut pada taraf sebelumnya. Ada dua hal yang harus
diperhatikan guru dalam proses perkembangan membaca anak. Yang pertama adalah
guru harus selalu sadar bahwa membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan
sesuatu yang terjadi secara insidental, tidak ada seorang anak yang dapat membaca
dengan jalan menonton orang lain membaca dan yang kedua membaca bukanlah sesuatu
subjek melainkan suatu proses.
2. Tujuan utama dalam membaca
Tujuan Utama membaca adalah mencari dan memperoleh informasi yang
terkandung dalam suatu bacaan. Makna yang terkandung dalam suatu bacaan erat sekali
berhubungan dengan maksud dan tujuan dalam membaca. Menurut Anderson (1972:
214) mengemukakan beberapa tujuan penting dalam membaca :
1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details
or facts);
2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas);
3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for
sequence or organization);
4) Membaca untuk menyimpulkan (reading for inference);
5) Membaca untuk mengklasifikasikan (reading for classify);
6) Membaca menilai, membaca untuk evaluasi (reading for evaluate);
7) Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or
contrast).
Menurut Ngalim Purwanto (1997: 27) bahwa, tujuan membaca ialah menangkap
bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur. Menangkap bahasa yang tertulis yang
dimaksudkan adalah memahami isi bacaan yang merupakan buah pikiran penulisnya.
3. Pengertian Media Gambar
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Di bawah ini beberapa pengertian media gambar,
diantaranya :

 Menurut Hamalik (1994:95) mengemukakan bahwa media gambar adalah : Segala


sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk-bentuk dimensi sebagai curahan
ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, opaque
proyektor.

 Menurut Arief S. Sadiman (2006:29) media gambar adalah : Media yang paling umum
dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana
saja.

 Menurut Soelarko (1980:3) media gambar adalah : merupakan penurunan dari benda-
benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap
lingkungan.
Berpijak dari beberapa pengertian di atas maka kami simpulkan bahwa media
gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai
gambar, apalagi jika dibuat gambar yang berwarna-warni dan disajikan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan anak didik. Tentu media gambar tersebut akan menambah semangat
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
4. Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan
prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-
benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya (Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab
mudah diperoleh, tidak mahal, dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar,
banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran.Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan
guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian
dan memudahkan anak didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan
demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan,
media pembelajaran juga berfungsi mempermudah anak didik untuk belajar.
 Jenis-Jenis Media Gambar
Dalam buku media pengajaran, media gambar/visual dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, diantaranya adalah :

 Gambar datar

Media gambar datar seperti foto, gambar ilustrasi, flash card (kartu bergambar),
gambar pilihan dan potongan gambar. Disamping mudah didapat dan murah harganya,
media ini juga mudah dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Media ini dapat
digunakan untuk memperkuat impresi, menambah fakta baru dan memberi arti dari suatu
abstraksi.

 Media proyeksi diam

Dalam media proyeksi diam, gambar yang mengandung pesan yang akan
disampaikan ke penerima harus diproyeksikan terlebih dahulu dengan proyektor agar
dapat dilihat oleh penerima pesan. Ada kelasnya media ini hanya visual sifatnya, tapi ada
pula yang disertai rekaman audio. Media proyeksi diam dapat digunakan guru-guru
untuk mengajar berbagai mata pelajaran di semua tingkatan. Media ini bertujuan
memberi informasi faktual, memberi persepsi yang benar dan cepat terutama dalam
pengembangan keterampilan, merangsang apresiasi terhadap seni, gejala alam, orang dan
sebagainya.

 Media Grafis
Grafis merupakan media yang paling mudah ditemui dan banyak digunakan
sebagai halnya media lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber
ke penerima pesan. Pesannya dinyatakan dalam symbol kata-kata, gambar dan
menggunakan ciri grafis yaitu garis Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 35-60.
5. Bermain Kartu Huruf
1. Pengertian Bermain
Bermain adalah berbagai kegiatan yang sebenarnya dirancang dengan maksud agar
anak dapat meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar
(Semiawan, 2008). Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya dari yang
tidak tahu menjadi tahu.

Hariyanto (2009) mengungkapkan bahwa metode permainan kartu huruf adalah


suatu cara dalam kegiatan pembelajaran untuk anak usia dini melalui permainan kartu
huruf. Kartu huruf yang digunakan berupa kartu yang sudah diberi simbol huruf dan
gambar beserta tulisan dari makna gambarnya. Anak-anak belajar mengenal huruf dari
melihat simbol huruf dan gambar pada kartu huruf.

6. Kartu Huruf
Kartu huruf adalah penggunaan sejumlah kartu yang digunakan sebagai alat bantu
untuk belajar membaca anak dengan cara melihat dan mengingat bentuk huruf serta gambar
yang disertai tulisan dari makna gambar pada kartu, menurut (Hasan, 2009). Pendapat lain
juga diungkapkan oleh Arsyad (2005) bahwa kartu huruf adalah kartu abjad yang berisi
gambar, huruf, dan tanda simbol yang dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mengenal huruf yang berhubungan dengan simbol – simbol tersebut. Tetapi kartu huruf
yang dimaksud disini adalah kartu huruf yang dibuat sendiri dengan bentuk persegi panjang
dan terbuat dari kertas putih.
Hariyanto (2009) mengungkapkan bahwa permainan kartu huruf adalah suatu cara
dalam kegiatan pembelajaran untuk anak usia dini melalui permainan kartu huruf. Kartu
huruf yang digunakan berupa kartu yang sudah diberi simbol huruf dan gambar beserta
tulisan dari makna gambarnya. Anak-anak belajar mengenal huruf dari melihat simbol
huruf dan gambar pada kartu huruf.
Jadi berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode permainan kartu
huruf merupakan kegiatan dengan menggunakan media berupa kartu huruf yang terdapat
simbol huruf untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal dan memahami huruf
abjad.

7. Manfaat dan Kelebihan Kartu Huruf

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari permainan kartu hururf menurut (Hasan, 2009)
yaitu :
1) Dapat membaca dengan mudah

Permainan kartu huruf dapat membantu anak untuk mengenal huruf dengan mudah
sehingga membantu anak-anak dalam kemampuan membacanya.
2) Mengembangkan daya ingat otak kanan

Permainan kartu huruf dapat mengembangkan kemampuan otak kanan karena dapat
melatih kecerdasan emosi, kreatif, dan intuitif.
3) Memperbanyak perbendaharaan kata
Permainan kartu huruf terdapat gambar dan tulisan dari makna gambar yang tertera
pada kartu, sehingga dapat memperbanyak perbendaharaan kata yang dimiliki anak-
anak.

Hariyanto (2009) menyatakan bahwa dengan menggunakan strategi pengenalan


huruf sejak dini sangat bermanfaat bagi perkembangan bahasa anak, karena dengan
bermain kartu huruf dapat mempersiapkan anak untuk dapat membaca dengan mudah.
Anak yang dapat mengenal huruf dengan baik cenderung memiliki kemampuan membaca
lebih baik dibandingkan dengan anak yang belum mampu mengenal huruf, Bond dan
Dykstra dalam (Suyanto, 2005)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa, manfaat dan kelebihan
permainan kartu huruf adalah dapat membantu anak untuk belajar mengenal huruf dengan
mudah sehingga memperlancar kemampuan membaca anak. permainan kartu huruf juga
dapat menumbuhkan motivasi belajar anak secara aktif dan penuh percaya diri.
8. Fungsi Permainan Kartu Huruf

Fungsi bermain kartu huruf yang diungkapkan oleh John D. Latuheru (dalam
Kurniawan, 2002) adalah sebagai berikut :
1) Kondisi atau situasi saat bermain sangat penting bagi anak didik karena ketika
bermain anak – anak akan bersikap lebih positif terhadap permainan kartu.
2) Pada umumnya permainan kartu huruf dapat meningkatkan motivasi belajar anak
didik, dengan menggunakan permainan kartu huruf juga dapat mendorong siswa
untuk saling membantu satu sama lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi permainan
kartu huruf dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat
memberi motivasi kepada anak saat belajar. Selain itu melalui permainan kartu huruf anak
akan mudah dalam mengenal huruf, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengenal
huruf pada anak.

B. Kerangka Berpikir

1. Kerangka Berfikir
Kemampuan mengenal huruf pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Landungsari masih
rendah, hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran guru tidak menggunakan media yang
menarik bagi siswa. Kegiatan mengenalkan huruf pada anak hanya dengan guru
menuliskan huruf di papan tulis, kemudian anak – anak diminta untuk menyebutkan
satu – satu.. Karena kegiatan mengenalkan huruf hanya dilakukan pada saat pagi
ketika pembelajaran akan dimulai.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada siswa
kelas 1 SD Negeri 2 Landungsari adalah dengan menggunakan media kartu huruf
bergambar, karena media kartu huruf bergambar memiliki beberapa keunggulan yaitu
mudah didapat, pemanfaatannya lebih muda, dan juga menarik bagi anak.

Dengan menggunakan media kartu huruf bergambar diharapkan dapat


meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Landungsari
dapat meningkat.
Gambar Kerangka Berfikir

Guru/Peneliti: Anak/yang diteliti:


KONDISI
AWAL Belum Kemampuan
menggunakan mengenal
Media Kartu Huruf huruf masih
dalam pembelajaran kurang

Menggunakan media Pada siklus 1, 2, dst


kartu huruf dalam sampai mencapai
TINDAKAN pembelajaran target yang
ditentukan

Melalui media kartu


KONDISI huruf kemampuan
AKHIR anak mengenal huruf
meningkat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menurut David Hopkins dalam (Kunandar, 2008: 44-45) mengungkapkan bahwa
PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku
pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan
keadilan tentang: (a) Pratik kependidikan, (b) pemahaman tentang praktik kependidikan,
(c) Situasi tempat praktik dilaksanakan. Suharsimi Arikunto (2006: 57) menyebutkan
bahwa Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Rresearch) yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerjasama dengan peneliti yang menekankan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.
Beberapa alasan penulis menggunakan PTK adalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran menjadi lebih baik. Adapun kelebihan PTK yang dikemukakan oleh
Shumsky dalam (Kunandar, 2008: 69) yaitu: (1) Kerjasama dalam PTK menimbulkan
rasa saling memiliki, (2) Kerjasama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran
kritis dalam hal ini guru sekaligus sebagai peneliti, (3) Kerjasama dalam PTK
menghasilkan perubahan yang positif, (4) Kerjasama dalam PTK meningkatkan
kesepakatan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang berkolaborasi dengan teman sejawat. Suharsimi Arikunto (2006 : 60 )
yang mneyebutkan tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memecahkan
masalah yang nyata yang ada di kelas, yang tidak saja bertujuan memecahkan masalah,
tetapi sekaligus mencari jawaban mengapa hal itu dapat dipecahkan melalui tindakan
yang dilakukan. Penelitian ini dikembangkan secara bersama – sama oleh peneliti dan
kolaborator untuk menentukan kebijakan dan pembangunan. Variabel penelitian ini
terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas dari
penelitian ini adalah teknik media kartu kata dan variabel terikat penelitian ini adalah
membaca kata (kata). Penelitian tindakan kelas merupakan proses kegiatan yang
dilakukan di kelas. Pada siklus (satu) siklus, yang terdiri dari tahap perencanaan,
Pelaksanaan (action) dan refleksi atau perenungan. Berlanjut tidaknya ke siklus II
tergantung dari hasil refleksi siklus I.
Data dikumpulkan melalui observasi dan tes lisan. Adapun kriteria penilaiannya ada
tiga tingkatan sebagai berikut:

No Kategori Bobot

1 BS = bisa 2
Anak bisa membaca kata yang telah disediakan dengan benar dan jelas secara
mandiri

2 Dengan Bantuan (BSB) 1


Anak bisa membaca kata yang telah disediakan dengan benar dan jelas secara
mandiri bila diberikan bantuan

3 Tidak bisa (TB) 0


Anak tidak bisa membaca kata yang telah disediakan dengan benar dan jelas secara
mandiri

3.2 Subyek dan Lokasi Penelitian


Subjek pada penelitian ini 7 siswa kelas I yang mengalami keterlambatan membaca.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas I SD Negeri 2 Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten
Malang yang dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2022/2023.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer ialah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan, seperti dari sumber
informasi/sampel. Sedangkan data sekunder ialah data-data penelitian yang diperoleh dari
bahan bacaan, seperti buku, surat kabar, dokumen dan lain sebagainya. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Syaodih, 2007; 220). Observasi ini dilakukan sebelum tindakan dimulai dan pada saat
pelaksanaan tindakan dan untuk mengetahui hasil pencapaian dari eksperimen
penggunaan metode bercerita dengan media flashcard terhadap kemampuan membaca
anak SD Kelas I.
2. Test
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini selain observasi
adalah test. Test ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca
permulaan siswa. Test yang dimaksud adalah test membaca permulaan.
3.4 Prosedur Peneltian
1. Identifikasi Masalahan
Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri 2 Landungsari, tingkat kemampuan
membaca anak masih kurang optimal, anak masih kurang tertarik dengan membaca.
Salah satu penyebabnya karena guru jarang menggunakan media yang bias merangsang
kemampuan anak untuk membaca, sehingga anak akan lebih antusias untuk belajar
membaca.
2. Perencanaan Tindakan
a. Menetapkan Subjek yang akan digunakan sebagai kelas penelitian
b. Membuat RPP
c. Mempersiapkan media pembelajaran yaitu flashcard (gambar, tulisan) yang
disesuaikan dengan tema pembelajaran.
d. Melaksanakan simulasi cara penggunaan metode bercerita dengan media flashcard
dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran membaca dini dilaksanakan melalui prosedur
sebagai berikut.
a. Pelaksanaan pembelajaran membaca dini dimulai dengan perencanaan.
b. Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan indikator kemampuan bahasa
yang didukung dengan pemilihan metode bercerita dengan media flashcard yang
sesuai dengan indikator.
c. Observasi terhadap penggunaan metode bercerita dengan media flashcard dalam
meningkatkan kemampuan membaca dini.
d. Refleksi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan berdasarkan temuan selama
proses pembelajaran (hasil refleksi ini dijadikan sebagai rujukan dalam perbaikan
pelaksanaan tindakan berikutnya.
e. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai memperoleh perubahan
f. kemampuan membaca dini sesuai dengan yang diharapkan.
4. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek),
catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktifitas di kelas, penggambaran interaksi
dalam kelas, alat perekam elektronik atau pemetaan kelas mills dalam (Kunandar, 2008;
143).
Pengamatan dilakukan selama proses penelitian tindakan dilaksanakan mulai dari
siklus I dan siklus II. Melalui pengamatan ini diharapkan dapat mengetahui kekurangan-
kekurangan dalam pelaksanaan tindakan, sebagai modifikasi rancangan dapat dilakukan
secepatnya. Dengan kata lain pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I sampai siklus yang
diharapkan bisa tercapai. Pengamatan yang dilakukan dalam satu siklus memberikan
pengaruh pada penyusunan tindakan yang dilakukan pad siklus berikutnya.
5. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi yang diperoleh dari
penelitian untuk mengetahui hal-hal yang dirasakan sesudah berjalan baik dan bagian
mana yang belum atau dikatakan sebagai evakuasi diri. Kegiatan refleksi dilaksanakan
secara kolaboratif antara peneliti dan guru untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan yang
sudah dilakukan. Beberapa tindakan yang dilakukan pada saat refleksi, yaitu:
a. Mengidentifikasi kembali aktivitas yang telah dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung pada setiap siklus.
b. Menganalisis pengolahan data hasil evaluasi dan merinci kembali tindakan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Menetapkan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis kegiatan.
d. Jika pelaksanaan tindakan telah tercapai maka penelitian dianggap selesai, tetapi jika
belum tercapai kembali pada siklus rencana pembelajaran berikutnya.
3.5 . Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data
kualitatif dengan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman
(1984) dalam (Kunandar, 2008: 101) yang mengemukakan bahwa analisis interaktif tersebut
memiliki tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen itu
antara lain: reduksi data, beberan (display) data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data
merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan
merubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan laporan. Dalam proses ini dilakukan
penajaman, pemfokusan, penyelisihan data yang kurang bermakna dan menatanya
sedemikian rupa sehingga kesimpulan terakhir dapat di tarik dan diverifikasi. Kesimpulan
yang pertama dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama dianggap sebagai
pijakan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 1999. Kesulitan Siswa Membaca Permulaan. Jakarta: Rineka Cipta.


Ahmad Djauzak. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Asep Herry Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdiknas. 2000. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Depdiknas.
Djago Tarigan. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasan Wallinomo. 1991. Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II di SD.
Jakarta: Dekdikbud.
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42296
http://stjenab.blogspot.com/2013/10/peningkatan-kemampuan-membaca-
permulaan.html
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/viewFile/1705/1474
http://www.anneahira.com/kartu-huruf-bergambar.htm
http://retnonewsblog.blogspot.com/2012/03/upaya-meningkatkan-minat-baca-
melalui.html
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15286/2/T1_272012018_BAB
%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai