Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2017/2018”
NIM : 8216192006
KELAS B : 2021
PROGRAM PASCASARJANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuni-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi ujian tengah semester Mata Kuliah Metode Penelitian Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Program Studi Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri
Medan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Metode Penelitian
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia , Bapak Dr.Syamsul Arif Siregar, M.Pd. yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dan juga kepada rekan-rekan yang telah banyak
Kritikan dan saran dari pembaca tentang isi makalah ini akan penulis terima sebagai
referensi dalam menyusun review-review selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
BAB I Pendahuluan
PENDAHULUAN
adanya penelitian. Tanpa sebuah penelitian, ilmu pengetahuan tidak akan hidup dan akan
diragukan kebenarannya. Sehingga sebuah penelitian akan menjadi tolok ukur seberapa besar
kegunaan penelitian dan peran penelitian dalam pengembangan ilmu. Kegiatan penelitian
dengan cara menemukan fakta- fakta dan memberikan penafsiran yang benar. Tetapi
penelitian akan menjadi lebih dinamis apabila dilakukan secara terus menerus yang bertujuan
untuk memperbaharui kesimpulan yang telah ditemukan. Tanpa adanya penelitian itu ilmu
pengetahuan akan berhenti dan menjadi tidak valid, bahkan akan surut kebelakang. Selain itu
peneilitian yang baik sebaiknya tidak dilakukan dengan cara yang asal-asalan. Namun, harus
memenuhi aturan yang sudah ditentukan yakni dengan menyertakan metode-metode yang
sesuai dengan objek yang akan diteliti sehingga akan menghasilkan data-data yang sesuai
pula.
Langkah pertama dalam penelitian ialah menentukan apa yang akan diteliti. Hal yang
ingin diteliti bisa muncul dari pertimbangan teoritis, pragmatis atau kedua-duanya. Tidak ada
pedoman yang baku yang dapat digunakan untuk membantu peneliti memilih masalah
penelitiannya.
Tesis merupakan salah satu tulisan hasil penelitian. Sebagai sebuah hasil penelitian, tesis
diharapkan memenuhi kaidah metodologi penelitian secara tepat. Oleh karena itu, dalam
makalah ini penulis akan mengkaji ketepatan kaidah da isi Bab I Tesis berjudul
Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah
1.2.1 Apakah latar belakang masalah dalam tesis sudah menguraikan apa, mengapa, dan
1.2.2 Apakah ada data yang memperkuat bahwa masalah tersebut dalam tesis perlu diteliti?
1.2.3 Apakah identifikasi masalah dalam tesis sudah dirumuskan sesuai uraian dari latar
belakang masalah?
1.2.4 Apakah pembatasan masalah dalam tesis sudah dirumuskan berdasarkan identifikasi
masalah?
1.2.6 Apakah tujuan penelitian dalam tesis sudah runtut sesuai dengan latar belakang
masalah?
1.2.7 Apakah manfaat penelititan dalam tesis sudah runtut sesuai dengan latar belakang
masalah?
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melatih penulis menganalisis
ketepatan isi Bab I sebuah tesis. Proses ini penulis lakukan agar penulis mampu menyusun
KAJIAN TEORETIS
Kesenjangan tersebut dapat mengacu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik,
sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Adanya kesenjangan tersebut menimbulkan
pertanyaan lebih lanjut, yaitu mengapa kesenjangan terjadi, dan dari pertanyaan inilah
tidak semuanya. Ada kondisi-kondisi lain yang perlu dipenuhi. Dari uraian di atas dapat
dirangkum adanya suatu kondisi problematik tertentu, yang menandakan suatu penelitian
1. Adanya kesenjangan dari yang seharusnya (teori maupun fakta empirik temuan penelitian
terjadi.
3. Pertanyaan tersebut memungkinkan untuk dijawab, dan jawabannya lebih dari satu
kemungkinan.
Menurut Mahdiyah (2015) masalah diartikan sebagai suatu situasi di mana suatu fakta
yang terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi yang diharapkan. Dengan
demikian, masalah dapat disimpulkan sebagai suatu hal yang ingin dicari tahu jawabannya
1. Kontribusi
Salah satu ciri masalah yang baik adalah dapat memberi kontribusi kepada beberapa
aspek, antara lain: pengembangan teori baru; perbaikan metode; manfaat dan
implikasi aplikatif
2. Orisinalitas
Artinya masalah yang akan dikaji bukan merupakan pengulangan terhadap penelitian
3. Pernyataan Permasalahan
Artinya masalah yang diteliti dapat dijawab; ada pertimbangan waktu dan biaya;
memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki; dan ada daya dukung
Beberapa Sumber Masalah Permasalahan dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut
Hadjar (dalam Sandu Siyoto dan Ali Sodik 2015: 40), masalah dapat bersumber dari :
1. Observasi Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap
hubungan tertentu yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin yang dalam
umum yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan
penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan
validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian
sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih
lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang
4. Masalah sosial Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita
terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya : a. Adanya perkelahian
antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi sekolah dan warga sekitar. Penggalakan
berdarah. b. Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian
evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.
(Pawson, 2006) Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai
sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi (dalam Sandu Siyoto dan Ali Sodik
bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang
2. Lapangan tempat bekerja. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan
bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan
merasakan 3 bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah
3. Laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal,
biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang
direkomendasikan.
pengetahuan lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya
permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde Baru, ternyata
telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan
Juliansyah Noor (2020:25) juga mengatakan bahwa sumber untuk menemukan masalah
bisa berasal dari pengalaman pribadi, informasi yang dibacanya, percakapan, apa-apa yang
diekspos di media sosial, teori yang dipelajari, kejadian yang dilihat sehari-hari, nilai yang
dianut, dan lain sebagainya. Dalam kenyataannya, apapun yang terjadi dalam diri peneliti, dapat
Dari ketiga pendapat para pakar mengenai sumber masalah maka dapat dikatakan bahwa
sumber masalah ini memiliki banyak aspek yang mempengaruhi. Dari beberapa sumber yang ada
sesungguhnya sumber yang paling utama yaitu kemampuan diri sendiri. Dimana tanpa adanya
rasa ingin tahu pada sebuah permasalahan maka tidak akan bisa kita rumuskan menjadi sebuah
masalah penelitian. Karena rasa ingin tahu dan ketidak puasan akan sebuah ilmu akan membuat
penelitian hendaknya dilakukan dalam lingkup bidang keahlian peneliti. Lingkup bidang
keahlian tersebut mungkin sangat luas dan dapat dibagi atas beberapa bagian. Peneliti memang
harus menguasai lingkup bidang keahliannya, walaupun beberapa bagian dari bidang tersebut
telah dikuasai dan beberapa bagian lainnya dikuasai tetapi tidak terlalu mendalam. Seorang
peneliti juga dituntut mampu berpikir komprehensif dan sistematik. Berpikir komprehensif
artinya berpikir menyeluruh, mengetahui, dan jika memungkinkan untuk menguasai keseluruhan
lingkup bidang keahliannya, dan masalah-masalah yang ada di dalamnya. Sedangkan berpikir
sistematik berarti dalam pemahamannya yang menyeluruh tadi dia mampu mengelompokkan,
siur, ataupun tumpang tindih. Permasalahan yang akan diteliti menurut Kerlingger (dalam
Hidayat, 2013: 31) hendaknya dapat memenuhi tiga kriteria penting, yaitu:
2. Sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan.
atau fokus penelitian hendaknya memperhatikan tiga hal, yaitu: 1. Apakah masalah atau fokus
penelitian yang dipilih cukup esensial, atau menduduki urutan penting diantara masalah-masalah
yang ada. 2. Apakah masalah tersebut cukup urgent atau mendesak untuk dipecahkan. 3. Kalau
Sementara itu, Juliansyah Noor (2020: 26) mengatakan bahwa beberapa pertimbangan yang
umum yang juga digunakan antara lain: 1. Apakah masalah yang dipilih merupakan masalah
yang dapat menghasilkan penghargaan atau pengakuan orang lain. 2. Tersedianya bantuan
finansial dan tenaga peneliti, karena setiap masalah yang dipilih selalu mempunyai akibat
Beberapa kriteria penting yang telah disebutkan diatas sebagai pertimbangan peneliti dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ditemui, baik dalam teori maupun di lapangan. Penelitian
masalah terutama dari hasil penelitian terdahulu, tidak dimaksudkan untuk mengulangi apa yang
telah diteliti olah orang lain, tetapi mungkin melanjutkan penelitian tersebut, memperluas,
memperdalam, mencari penyebab atau meneliti variabel lainnya yang belum diteliti. Pemilihan
masalah yang didukung data, untuk menunjukkan bahwa pemilihan tersebut bukan karangan atau
rekayasa, tetapi kenyataan yang didukung oleh bukti-bukti. Noor (2020:28) mengatakan bahwa
identifikasi berarti memerinci masalah hingga dapat diketahui dengan jelas. Ia juga mengatakan
bahwa identifikasi masalah sebaiknya disertai dengan data yang mendukung. Setelah
dalam bentuk pertanyaan yang nantinya akan membentuk pertanyaan penelitian. Selaras dengan
pendapat diatas, Nana (2010: 273) mengatakan bahwa identifikasi masalah tidak mungkin
dilakukan dalam lingkup bidang yang luas, dalam lingkup sub bidang pun mungkin saja masih
terlalu luas. Identifikasi masalah dalam bidang yang terlalu luas sangat sulit, tidak terfokus, dan
mungkin kurang bermanfaat. Bila sub bidangnya agak sempit identifikasi bisa dilakukan dalam
salah satu subbidang atau. Tidak hanya itu. Ia juga mengatakan bahwa dalam mengidentifikasi
masalah sebaiknya menggunakan sumber, baik sumber resmi, pernyataan resmi dari pemegang
kebijakan, kesimpulan seminar atau kenyataan faktual. Kedua pendapat diatas mempertegas
bahwa jika mengidentifikasi masalah maka diperlukan adanya data, data yang bisa digunakan
seperti hasil penelitian terdahulu serta artikel-artikel yang berhubungan dengan materi yang akan
pertimbangan.
Agar masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi.
1. Menarik
Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan
serius.
2. Memiliki nilai tambah Penelitian harus memiliki nilai tambah baik untuk ilmu
Penelitian juga diharapkan bernilai tambah bagi masyarakat umum maupun masyarakat
akademik. Hindari penelitian yang tidak memberikan nilai tambah kepada masyarakat.
3. Hindari plagiasi
Hal yang penting dari penelitian ialah meneliti hal baru, agar solusi yang kita berikan
adalah solusi baru. Jika kita bandingkan dengan solusi lain, dapat dikatakan lebih efektif,
murah, dan cepat. Bisa juga kebaharuan ini mewujud dalam perbaikan sistem dan
mekanisme kerja yang ada. Hindari duplikasi penelitian, yaitu meneliti masalah yang
sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Karena akan menghasilkan plagiasi
5. Mampu dilaksanakan
dan menarik untuk diteliti, jadi naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak dapat
6. Etika penelitian
Etika penelitian memberikan patokan apa yang sah dikerjakan dan apa yang tidak sah
atau dilarang dilakukan secara nilai-nilai moral yang harus dipatuhi oleh seorang peneliti
dirumuskan dengan baik permasalahan peneliti dapat dinilai dengan beberapa pertanyaan
1. Problem peneliti sebaiknya dapat memberi kontribusi terhadap teori yang ada dan
bidang ilmu peneliti yang berkepentingan. Pernyataan ini pada pokoknya adalah
merupakan penegasan kembali fungsi peneliti yang utama, yaitu mempunyai
setelah diteliti mendorong yang bersangkutan atau para peneliti yang lainnya untuk
pada umumnya akan mempunyai kelebihan diantaranya ialah lebih memastikan baik
peneliti maupun orang lain terhadap apa yang akan dilakukan dalam studinya.
4. Dalam bentuk kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Jika
permasalahan tersebut masih bersifat umum dan belum dapat diungkapkan dengan
melihat kesenjangan yang ada. Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa sebelum kita yakin untuk merumuskan masalah, maka kita memerlukan
beberapa pertanyaan ataupun pernyataan yang nantikan akan mampu dijawab, serta
Masalah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut Sugiyono (dalam
1. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan dengan variabel mandiri baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Dalam penelitian
ini, peneliti tidak membuat perbandingan variabel yang satu pada sampel yang lain,
hanya mencari hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain. Contoh
permasalahan deskriptif :
a. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah
di Indonesia?
siswa?
2. Permasalahan Komparatif
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda pada
a. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah A dan sekolah B?
(variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel sekolah A dan sekolah
B).
3. Permasalahan Asosiatif
antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu :
a. Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
ii. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid
sekolah?
akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen
(dipengaruhi), contoh:
(pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).
ii. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru
terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan
kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).
hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen
mempengaruhi motivasi.
PEMBAHASAN
2.6 Uraian apa, mengapa, dan bagaimana masalah dalam tesis diteliti.
Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan
Tahun Pelajaran 2017/2018” ada masalah yang diuraikan. Masalah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan
2. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran berbasis teknologi yang sesuai
3. Guru masih mengandalkan buku teks kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah
4. Siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran khususnya membaca biografi yang hanya
berisi kata-kata hitam di atas kertas putih tanpa gambar atau warna yang menarik.
5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kembali teks biografi yang terdapat dalam
buku teks karena informasi dalam buku teks tersebut sangat padat sehingga siswa hanya
6. Siswa mengalami kesulitan dalam menggali dan memilih informasi yang penting
7. Siswa sulit untuk memahami kaidah kebahasaan dan struktur yang terdapat dalam teks
biografi.
Dalam Bab I Tesis tersebut peneliti menjelaskan alasan pentingnya mengkaji masalah
tersebut. Berikut adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang menjelaskan alasan
tersebut.
Selanjutnya, peneliti juga menjelaskan bagaimana masalah tersebut akan diteliti. Berikut
adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang menjelaskan proses tersebut.
SMA Negeri 8 Medan, memilik standar sarana dan prasarana yang cukup
memadai untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran berbasis website,
diantaranya memiliki satu laboraturium bahasa, dua laboratorium komputer
yang dilengkapi dengan koneksi jaringan internet, laboratorium kimia, fisika, dan
biologi. Dalam proses pembelajaran , sarana dan prasarana ini kurang
dioptimalkan pendidik dalam pemanfaatannya. Hal ini peneliti temukan pada saat
melakukan wawancara dengan guru dan siswa di SMA Negeri 8 Medan. Guru
melakukan proses belajar secara konvensional dengan menggunakan
buku/modul, slide power point dan LKS. Padahal sarana yang telah tersedia ini
(komputer dengan koneksi internet) sesungguhnya masih dapat dimaksimalkan
penggunaannya, misalnya melalui penggunaan media pembelajaran yang
berbasis web seperti e-learning.
2.7 Data yang memperkuat bahwa masalah tersebut dalam tesis perlu diteliti.
Dalam Bab I Tesis tersebut peneliti memperkuat alasan pentingnya mengkaji masalah
tersebut. Berikut adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang memperkuat alasan
tersebut.
2.8 Identifikasi Masalah dalam Tesis sudah Dirumuskan Sesuai Uraian dari Latar
Belakang Masalah.
Dalam Bab I Tesis tersebut peneliti menurunkan identifikasi masalah sesuai latar belakang
masalah. Berikut adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang menjelaskan hal tersebut di
Masalah.
2. Penelitian pengembangan ini dilakukan sampai tahap III, yaitu uji coba kelompok
3. Uji coba produk dari penelitian pengembangan ini dilakukan untuk mengetahui
1. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan
2. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran berbasis teknologi yang sesuai
3. Guru masih mengandalkan buku teks kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah
berisi kata-kata hitam di atas kertas putih tanpa gambar atau warna yang menarik.
5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kembali teks biografi yang terdapat dalam
buku teks karena informasi dalam buku teks tersebut sangat padat sehingga siswa hanya
6. Siswa mengalami kesulitan dalam menggali dan memilih informasi yang penting
7. Siswa sulit untuk memahami kaidah kebahasaan dan struktur yang terdapat dalam teks
biografi.
Rumusan masalah dalam tesis ini masih kurang tepat. Rumusan masalah tidak difokuskan
pada hasil pengembangan bahan ajar berbasis web terhadap variabel terikat dalam masalah
penelitian. Menurut Andrew dan Hildebrad, rumusan masalah yang baik yang dibuat secara
terencana, efektif dan memiliki karakteristik. Rumusan masalah yang baik mendukung
hipotesis penelitian agar dapat dilakukan pengujian. Karakteristik yang terakhir adalah,
masalah yang diangkat harus relevan dan dapat dikelola. Selanjutnya, menurut Alan
Byrman, rumusan masalah adalah pernyataan yang jelas terhadap hal-hal tertentu. Di mana
hal itulah yang dijadikan sebagai perhatian dan yang diberi titik fokus untuk diteliti lebih
lanjut. Tentu sifat penelitian selalu menawarkan solusi dan hal yang jelas dan
Dengan demikian, rumusan masalah memiliki peran yang cukup besar. Di antaranya
membantu peneliti agar tetap melakukan penelitian sesuai dengan urutan atau jalur
penelitian. Selain itu, rumusan masalah merupakan cara agar peneliti bisa mengatasi masalah
yang dihadapi selama melakukan penelitian. Berikut adalah rumusan masalah dalam tesis
ini.
Seharusnya
Tujuan penelitian dalam tesis ini sudah runtut sesuai dengan rumusan masalah. Berikut
Manfaat penelitian dalam tesis ini sudah runtut sesuai dengan latar belakang masalah.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat yang
memperkaya ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa yaitu keterampilan
menulis teks biografi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam memahami pembelajaran menulis teks biografi serta teknik pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru sebagai motivasi untuk mendorong pelaksanaan proses
pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis web, khususnya pembelajaran
teks biografi.
b. Bagi siswa untuk menumbuhkan kesadaran siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi
teks biografi.
c. Bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa secara individu maupun
keseluruhan sehingga meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah
tersebut agar menjadi lebih baik.
d. Bagi peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi
dan lebih memperdalam hasil penelitian ini dengan mengambil populasi yang
lebih besar serta mengembangkan variabel-variabel lain yang berkaitan
dengan media pembelajaran teks biografi.
BAB IV
KESIMPULAN
Berbasis Web untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA
Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2017/2018” sudah menguraikan apa masalah, mengapa,
dan bagaimana masalah akan diteliti. Peneliti juga memperkuat pentingnya masalah dalam
penelitian diteliti dengan mengutip beberapa pendapat ahli yang menyatakan bahwa salah
satu media pembelajaran yang menciptakan keaktifan siswa adalah dengan pembelajaran e-
learning.
Selain itu, peneliti juga memperkuat pentingnya masalah segera diteliti berdasarkan
pengalaman peneliti sebagai guru. Peneliti mengemukakan bahwa media dan bahan ajar yang
ada selama ini belum mampu meningkatkan kemampuan menulis dan keaktifan serta
kemandirian belajar peserta didik. Selanjutnya, bagian identifikasi masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan, hingga manfaat penelitian merupakan runtutan dari uraian latar
belakang masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat. 2013. Bahan Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed Press.
Hildebrand, Peter E. 2019. Planning and Conducting Agricultural Reseaarc. CRC Press :
Amazon.
Noor, Juliansyah. 2020. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Sitoyo, Sandu. Ali Sodik. 2015. Dasar Metode Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Sugiyono, D.R., 2010. Metode Penelitian. Bandung: CV Alvabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih.
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran akan berlangsung secara menarik, terarah, dan sesuai dengan apa
yang ingin dicapai jika proses pembelajaran dapat tercipta secara efektif. Menurut Hamalik
menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, sehingga dengan
melakukan aktivitas belajarnya peserta didik mampu memperoleh pengetahuan dari pemahaman
sendiri. Jadi, pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang mampu mengembangkan konsep
generalisasi serta bahan abstrak menjadi jelas dan nyata, melibatkan peserta didik secara aktif,
dilakukan di dalam kelas. Siswa dapat melakukan proses pembelajaran yang diinginkannya
meskipun terdapat beberapa kendala yang terjadi, misalnya siswa tersebut tidak dapat hadir di
kelas untuk mengikuti proses pembelajaran karena sakit atau permasalahan yang lain. Selain hal
tersebut, apabila guru yang mengajar di kelas datang terlambat atau tidak dapat hadir untuk
media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan sarana yang dapat digunakan oleh pendidik sehingga
proses pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Hal ini selaras dengan pendapat (Rusman,
2013:161) yang mengatakan bahwa media pembelajaran sebagai wahana untuk menyampaikan
pesan atau informasi dari sumber pesan diteruskan pada penerima. Pesan atau bahan ajar yang
disampaikan adalah materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran atau sejumlah
(Arief, 2010:4) Kata “media” berasal dari bahasa latin, dan merupakan bentuk jamak
dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.
Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Hal senada juga
disampaikan, (Arsyad, 2002:18) Media merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius,
yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Oleh karena itu, media dapat
diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat
Media pembelajaran selain memiliki banyak manfaat dalam proses pembelajaran, juga
dapat memberikan motivasi bagi peserta didik. Munir (2012:134) manfaat yang dapat diperoleh
adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat
dikurangi, kualitas dan sikap belajar peserta didik dapat ditingkatkan dan proses pembelajaran
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses penyampaian
materi pembelajaran adalah internet. Menurut Kenji (dalam Munir, 2010:196) mengatakan
bahwa setidaknya ada enam fungsi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu sebagai alat komunikasi, sebagai alat mengakses informasi, fungsi pendidikan dan
Fungsi internet sebagai media pembelajaran adalah media internet dapat digunakan guru
untuk menyampaikan materi pembelajaran. Guru dapat membuat aplikasi yang dapat diakses
melalui media internet. Aplikasi tersebut dipenuhi dengan materi-materi pembelajaran yang akan
disampaikan guru kepada peserta didik. Peserta didik dapat melihat materi-materi tersebut
melalui aplikasi yang dibuat oleh guru dan terkoneksi melalui jaringan internet.
Konsep pembelajaran menggunakan media internet haruslah dipahami oleh guru atau
pendidik karena perkembangan media internet terus mengalami perkembangan. Hal ini segayut
menurut (Azhar, 2015:194) yang mengatakan bahwa dunia internet kini sangat pesat, tanpa
mengenal usia, tanpa mengenal jabatan, seakan kita semua harus dipaksa untuk mengenal dunia
maya ini.
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini sudah dimungkinkan dan
banyak diterapkan proses belajar jarak jauh dengan menggunakan internet untuk
menghubungkan siswa dan guru. Website merupakan salah satu teknologi internet yang telah
berkembang sejak lama dan paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
jarak jauh. Pembelajaran melalui website atau sering juga disebut e-learning merupakan
kumpulan dari halaman-halaman web, gambar-gambar, video, atau bahan digital lain yang
Pembelajaran berbasis web merupakan pembelajaran yang berbasis media internet. Hal
ini segayut menurut (Rusman, 2013:291) yang mengatakan bahwa pembelajaran berbasis web
merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa
diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan
“web based learning” merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-
learning).
e-learning sebagai berikut. “E-learning is a broad set of applications and processes which
include web based learning, computer based learning, virtual and digital classrooms. Much of
this is delivered via the internet, intranets, audio and video tape, satelite broadcast, interactive
TV and CD-ROM. The defenition of e-learning varies devending on the organization and how it
is used but basically it is involves electonic means comunication, education, and training”.
penerapan pembelajaran berbasis web (web based learning), pembelajaran berbasis komputer
(computer based learning), kelas virtual (virtual classrooms) dan kelas digital (digital
dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit,
televisi interaktif serta CD-ROM. Defenisi ini juga menyatakan bahwa defenisi dari e-learning
itu bisa bervariasi tergantung dari penyelenggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana
Kemajuan teknologi saat ini memberikan guru dan siswa kemudahan dalam melakukan
proses belajar mengajar yaitu, pembelajaran secara konvensional atau pembelajaran e-learning.
Perbedaan dari kedua proses itu, pembelajaran secara konvensional guru dianggap sebagai orang
yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa. Namun, di
dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar dapat menentukan sendiri
Pembelajaran berbasis web menekankan siswa tidak hanya bergantung kepada guru
dalam proses belajarnya, tetapi siswa dapat belajar apabila gurunya tidak dapat hadir. Siswa juga
dapat mengulangi pelajarannya secara mandiri di mana saja dan kapan saja. Hal ini segayut
dengan pendapat Rusman (2013:288) menyatakan bahwa pelajar mandiri pada waktu tertentu
dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa
pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat
Menurut Cisco (dalam Rusman, 2013:289) Ada empat hal dalam filosofis e-learning,
secara online. Kedua e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar secara konvensional. Ketiga e-learning tidak berarti menggantikan model belajar
konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan
content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat kapasitas siswa dalam e-learning
teknologi melaju begitu cepat, merambah ke semua sektor kehidupan. Bahkan perkembangannya
diperkirakan lebih cepat dari perkiraan semula.seperti perkembangan komputer dan telepon
seluler berbasis web, dahulunya masih sangat langka, tetapi saat ini bukaan lagi milik orang-
orang tertentu, dari masyarakat lapisan atas sampai lapisan bawah tidak lepas dari teknologi
tersebut. Teknologi informasi dan komunikasi secara cepat dan revolusioner telah merubah pola
ditandai diantaranya berkembangnya sistem berbasis jejaring sosial (social networking). Juga
diwarnai teknologi yang memungkinkan berjalannya aplikasi Web seperti aplikasi desktop,
berkembangnya teknologi multimedia, baik audio dan video streaming, dan lain-lain. Sistem di
sekolah yang memanfaatkan kemajuan internet di atas di sebut sistem sekolah. Sistem tersebut di
bangun untuk menunjang penyelenggaraan satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah dan
proses pembelajaran yang dilakukan. Guru harus dapat mengubah paradigmanya sendiri, yaitu
dari yang semula teacher centered menjadi student centered, dari pola pembelajaran yang
model individual, maka pemanfaatan teknologi pembelajaran berbasis web dapat menjadi
alternatif sebagai model pembelajaran yang efektif, pembelajaran dengan menggunakan web
dengan menggunakan web bukan berarti menggantikan peran guru, tetapi untuk melengkapi guna
Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan interaksi yang dilakukan oleh dua individu,
yaitu orang yang ingin belajar dan orang yang mengajar. Hal ini segayut menurut Sudjana
(dalam Rusman 2013:16) mengatakan bahwa Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya
yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara
dua pihak, yaitu antar peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang
pembelajaran tersebut bermanfaat bagi pembelajar maupun individu yang mengajar. Menurut
Hamalik (dalam Rusman 2013:16) pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi komunikasi antara sumber belajar,
guru, dan siswa. Interaksi komunikasi itu dilakukan baik secara langsung dalam kegiatan tatap
muka maupun maupun secara tidak langsung dengan menggunakan media, dengan sebelumnya
telah menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan tentunya. Hakikat pembelajaran di
atasa haruslah terdapat di dalam setiap komponen pembelajaran termasuk pembelajaran berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memberikan banyak kontribusi bagi
perkembangan dunia, khususnya dalam bidang pendidikan. Eric Ashby, (dalam Rusman, 2013:6)
mengatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima. Revolusi
pertama terjadi ketika orang menyerahkan pendidikan pertamanya kepada seorang guru, baik itu
di padepokan, paguron, pesantren, dan sekolah. Revolusi kedua terjadi ketika digunakannya
tulisan untuk keperluan pembelajaran. Melalui tulisan ini dapat membuka akses yang sangat luas
sehingga informasi dapat disimpan dan dipanggil kembali. Revolusi ketiga terjadi seiring dengan
ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak,
seperti buku teks, modul, majalah dan lain-lain. Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya
perangkat elektronik dalam kegiatan pembelajaran, seperti radio, tape recorder dan televisi untuk
pemerataan dan perluasan pendidikan. Revolusi kelima yaitu, seperti saat ini, dengan
pengemasan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran saat ini akan menarik dan menyenangkan jika teknologi yang ada dapat
(2013:267) menyatakan bahwa bahwa penghantaran materi pembelajaran kini tidak lagi
tergantung pada medium fisik seperti buku pelajaran cetak atau CD-ROOM. Materi
pembelajaran kini berbentuk data digital yang bisa di decode (diuraikan) melalui perangkat
Proses pembelajaran dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang
behavioristik dan teori kognitif. Menurut Abidin (2013:1) berdasarkan sudut pandang teori
behavioristik, pembelajaran adalah sebuah proses pengubahan tingkah laku siswa melalui
pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar. Berbeda halnya dengan pandangan
teori kognitif, pembelajaran adalah sebuah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran
atau pengembangan siswa ke arah yang lebih baik. Arah perubahan yang diharapkan lebih baik
yaitu, dari perubahan tingkah laku peserta didik maupun dari segi pengetahuan yang dimiliki.
Hal ini akan tercapai jika proses yang dilakukan berjalan dengan semestinya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapatlah disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran terdapat interaksi komunikasi belajar mengajar yang sangat penting antara guru,
peserta didik, media, dan komponen-komponen pendukung lainnya. Seorang guru harus
mengetahui apa yang harus diperbuat, seperti penentuan tujuan, materi, metode dan evaluasi
pembelajaran sehingga proses tersebut dapat terlaksana. Begitu juga halnya dengan peserta didik
sendiri harus memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mempersiapkan
diri. Selain guru dan siswa, pembelajaran akan berjalan dengan baik jika didukung oleh sarana
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa sebagai insan yang belajar dan guru
sebagai insan yang mengajar haruslah ada kerjasama sehingga proses tersebut dapat terjalin
dengan baik. Eliza (2013:67, dalam jurnalnya yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Multimedia Interaktif Mata Kuliah Gambar Listrik Yang Menggunakan Autocad Pada Program
Studi Pendidikan Teknik Elektro FT UNP, VOL. 6 NO. 2) mengatakan bahwa Proses belajar
mengajar dapat berhasil apabila siswa dapat memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya
untuk menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak
alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar
kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan diserap siswa. Dengan demikian siswa
diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah informasi yang diberikan.
Pembelajaran teks biografi yang terdapat di kelas X SMA diajarkan oleh guru pada
semester genap, yaitu pada kompetensi dasar 3.15 dan 4.15. Materi ini menekankan pemahaman
peserta didik terhadap isi, struktur dan kaidah kebahasaan yang terdapat pada teks biografi.
Pemahaman akan teks biografi akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks
biografi tokoh yang lain. Kemampuan siswa dalam menulis teks biografi akan meningkat apabila
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai, yaitu pembelajaran yang efektif dan
diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi teks
biografi, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks biografi.
Kemampuan menulis siswa pada umumnya, secara khusus teks biografi sangatlah kurang baik.
Hal ini peneliti peroleh dari wawancara dengan guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Medan.
Keterampilan menulis merupakan alat komunikasi dalam jangka panjang yang tidak
dibatasi ruang dan waktu. Hal itu sejalan dengan pendapat Suherli (dalam Pratiwi, 2016:3)
menyatakan bahwa jika seseorang sedang berkomunikasi secara lisan, maka komunikasi tersebut
hanya berlaku bagi orang yang berada pada satu ruangan saja, dan apabila pembicaraan itu
selesai, maka selesai pula kegiatan komunikasi itu. Sedangkan kegiatan komunikasi secara
tulisan berlaku bagi semua pembaca yang membaca tulisan dalam waktu dan tempat yang
berbeda.
Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith (1989: 18) menyebutkan
writing is a creative act, the act of writing is creative because its requires to interpret or make
sense of something: a experience, a text, an event. Artinya, menulis adalah perilaku kreatif,
perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah
berkomunikasi terhadap orang lain dalam bentuk lisan. Hal ini segayut dengan Tarigan (2008: 3-
4) yang mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada kegiatan menulis, penulis
haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis
ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.
Keterampilan menulis bagi sebagian orang sangat sulit untuk diterapkan karena
bahwa menulis itu ibarat menciptakan kebiasaan baru, hal demikian keterampilan menulis tidak
dapat diperoleh secara instan. Menulis membutuhkan proses dan kebiasaan agar tulisan yang
dihasilkan baik. Untuk itu, perlu ditumbuhkan kebiasaan menulis agar siswa terampil menulis.
Kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas menulis di sekolah, secara khusus dalam
ketrampilam menulis teks biografi bukan sepenuhnya kegagalan siswa. Seorang guru dalam
memilih strategi dan memanfaatkan media dalam pembelajaran menulis menjadi bagian dari
faktor penyebab kegagalan tersebut. Sekolah dalam menjalankan misi sebagai agen pembaharu,
yakni pada pemahaman sikap hidup untuk menjadikan menulis sebagai suatu budaya/tradisi baik
bagi siswa ataupun guru itu sendiri. Bahkan sangat mungkin pelajaran menulis menjadi hal yang
ditakuti atau dianggap membosankan bagi siswa. Berbagai hal yang muncul tersebut terkait
tentang kesulitan yang dihadapi dalam pelajaran menulis, maka perlu diterapkan suatu
menulis siswa.
Hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2018 pada saat ini di SMA
Negeri 8 Medan, diketahui bahwa pembelajaran bahasa Indonesia masih mengandalkan variasi
metode belajar yang berpusat kepada pendidik (teacher centered teaching), seperti metode
ceramah, diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Metode ceramah dilaksanakan dengan cara
memberikan penjelasan dan contoh oleh pendidik kepada peserta didik menggunakan bahan ajar
berupa buku teks, modul, dan LKS. Penggunaan metode pembelajaran ini masih belum
mendapatkan hasil yang optimal. Metode diskusi yang dilakukan pendidik dengan
menghadapkan peserta didik kepada masalah secara kelompok. Diharapan peserta didik mampu
Pada kenyataannya metode pembelajaran yang digunakan guru SMA Negeri 8 Medan
saat ini tidak begitu efektif karena memerlukan waktu yang cukup panjang, khususnya pada
materi keterampilan menulis, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas.
melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran lebih efektif, namun dalam praktiknya
kurang efektif dikarenakan pendidik masih tetap lebih banyak beraktivitas ketimbang peserta
didik. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan persediaan media pembelajaran sehingga
peserta didik hanya bisa memperhatikan dan mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pendidik.
Hal ini disinyalir menjadi salah satu penyebab tidak efektifnya proses pembelajaran, khususnya
SMA Negeri 8 Medan, memilik standar sarana dan prasarana yang cukup memadai
untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran berbasis website, diantaranya memiliki satu
laboraturium bahasa, dua laboratorium komputer yang dilengkapi dengan koneksi jaringan
internet, laboratorium kimia, fisika, dan biologi. Dalam proses pembelajaran , sarana dan
prasarana ini kurang dioptimalkan pendidik dalam pemanfaatannya. Hal ini peneliti temukan
pada saat melakukan wawancara dengan guru dan siswa di SMA Negeri 8 Medan. Guru
melakukan proses belajar secara konvensional dengan menggunakan buku/modul, slide power
point dan LKS. Padahal sarana yang telah tersedia ini (komputer dengan koneksi internet)
pembelajaran yang berbasis web seperti e-learning. Selain itu dalam proses pembelajaran, siswa
juga terlihat lebih banyak pasif dan tidak bergairah, sehingga pembelajaran cendrung bersifat
Selanjutnya berdasarkan observasi peneliti di SMA Negeri 8 Medan, ada beberapa hal
konvensional membuat sebagian siswa menjadi bosan jika tingkat pengetahuaanya tinggi, begitu
juga sebaliknya untuk tingkat kemampuan siswa rendah pembelajaran akan terasa menyulitkan.
Kedua materi pelajaran sering tidak selesai diajarkan sekalipun minggu efektif pembelajaran
telah berakhir. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan-kegiatan yang sering melibatkan
siswa, seperti lomba, kegiatan sekolah, perayaan hari besar Nasional, ataupun kegiatan lainnya
yang tidak terprogram dalam kalender pendidikan sebelumnya. Ketiga sumber belajar yang
tersedia baik di buku/modul maupun LKS yang dari pemerintah ataupun penerbit masih belum
banyak. Keempat dengan jam wajib 24 jam per minggu yang harus dilaksanan guru yang sudah
kemudahan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kelima keterampilan menulis
yang diharapkan dari siswa tidak tercapai karena siswa tidak dapat belajar secara mandiri karena
dalam pelaksanaan pembelajaran akan dapat diatasi. Hal ini segayut dengan pendapat Onno W.
Purba (dalam Rusman, 2013:289) menyatakan bahwa segala permasalahan guru dalam
pembelajaran konvensional dapat diatasi dengan pembelajaran berbasis web. Akan tetapi,
pembelajaran tersebut agar dapat dipergunakan dengan baik. Ada tiga hal yang harus dilakukan
untuk mendesain pembelajaran berbasis web atau e-learning, yaitu sederhana, personal, dan
cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi
dan menu yang ada. Syarat personal berarti pendidik dapat berinteraksi dengan baik seperti
layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Kemudian layanan ini
ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik
lainnya.
pembelajaran berbasis Web (e-learning) pada materi teks biografi, dalam hal ini penulis
Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah-masalah yang akan
1. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan
2. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran berbasis teknologi yang sesuai dengan
3. Guru masih mengandalkan buku teks kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah
4. Siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran khususnya membaca biografi yang hanya
berisi kata-kata hitam di atas kertas putih tanpa gambar atau warna yang menarik.
5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kembali teks biografi yang terdapat dalam
buku teks karena informasi dalam buku teks tersebut sangat padat sehingga siswa hanya
6. Siswa mengalami kesulitan dalam menggali dan memilih informasi yang penting terhadap
7. Siswa sulit untuk memahami kaidah kebahasaan dan struktur yang terdapat dalam teks
biografi.
3. Batasan Masalah
2. Penelitian pengembangan ini dilakukan sampai tahap III, yaitu uji coba kelompok terbatas
3. Uji coba produk dari penelitian pengembangan ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas
4. Rumusan Masalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini secara umum
6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat yang memperkaya ilmu
pengetahuan pembelajaran bahasa yaitu keterampilan menulis teks biografi. Penelitian ini
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru sebagai motivasi untuk mendorong pelaksanaan proses pembelajaran bahasa
b. Bagi siswa untuk menumbuhkan kesadaran siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi teks biografi.
c. Bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa secara individu maupun keseluruhan
sehingga meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah tersebut agar menjadi
lebih baik.
d. Bagi peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dan lebih
memperdalam hasil penelitian ini dengan mengambil populasi yang lebih besar serta
biografi.