Anda di halaman 1dari 42

UJIAN TENGAH SEMESTER

ANALISIS BAB I TESIS BERJUDUL :


“Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2017/2018”

MATA KULIAH METODE PENELITIAN PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

(DOSEN PENGAMPU : Dr. Syamsyul Arif, M.Pd.)

Nama Mahasiswa : Melky Gunawan Harefa

NIM : 8216192006

KELAS B : 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karuni-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah

untuk memenuhi ujian tengah semester Mata Kuliah Metode Penelitian Pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia Program Studi Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri

Medan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Metode Penelitian

Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia , Bapak Dr.Syamsul Arif Siregar, M.Pd. yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dan juga kepada rekan-rekan yang telah banyak

memberikan masukan untuk makalah ini.

Kritikan dan saran dari pembaca tentang isi makalah ini akan penulis terima sebagai

referensi dalam menyusun review-review selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan

menjadi sumber rujukan bagi pembaca.

Medan, Oktober 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................................i

Daftar Isi ........................................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................3

BAB II Kajuan Teoretis

2.1 Pengertian Masalah ................................................................................................................4

2.2 Sumber Masalah .....................................................................................................................5

2.3 Memilih dan Mengidentifikasi Masalah ...............................................................................9

2.4 Evaluasi Masalah ...................................................................................................................12

2.5 Jenis dan Masalah Penelitian ...............................................................................................15

BAB III Pembahasan ...................................................................................................................17

BAB IV Kesimpulan ....................................................................................................................25

Daftar Pustaka .............................................................................................................................26

Lampiran Bab I Tesis ....................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan dimasyaratkan mengharuskan

adanya penelitian. Tanpa sebuah penelitian, ilmu pengetahuan tidak akan hidup dan akan

diragukan kebenarannya. Sehingga sebuah penelitian akan menjadi tolok ukur seberapa besar

kegunaan penelitian dan peran penelitian dalam pengembangan ilmu. Kegiatan penelitian

merupakan upaya untuk merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan- pertanyaan, dan

mencoba menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut

dengan cara menemukan fakta- fakta dan memberikan penafsiran yang benar. Tetapi

penelitian akan menjadi lebih dinamis apabila dilakukan secara terus menerus yang bertujuan

untuk memperbaharui kesimpulan yang telah ditemukan. Tanpa adanya penelitian itu ilmu

pengetahuan akan berhenti dan menjadi tidak valid, bahkan akan surut kebelakang. Selain itu

peneilitian yang baik sebaiknya tidak dilakukan dengan cara yang asal-asalan. Namun, harus

memenuhi aturan yang sudah ditentukan yakni dengan menyertakan metode-metode yang

sesuai dengan objek yang akan diteliti sehingga akan menghasilkan data-data yang sesuai

pula.

Langkah pertama dalam penelitian ialah menentukan apa yang akan diteliti. Hal yang

ingin diteliti bisa muncul dari pertimbangan teoritis, pragmatis atau kedua-duanya. Tidak ada

pedoman yang baku yang dapat digunakan untuk membantu peneliti memilih masalah

penelitiannya.

Tesis merupakan salah satu tulisan hasil penelitian. Sebagai sebuah hasil penelitian, tesis

diharapkan memenuhi kaidah metodologi penelitian secara tepat. Oleh karena itu, dalam
makalah ini penulis akan mengkaji ketepatan kaidah da isi Bab I Tesis berjudul

“Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2017/2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini

adalah

1.2.1 Apakah latar belakang masalah dalam tesis sudah menguraikan apa, mengapa, dan

bagaimana masalah itu diteliti?

1.2.2 Apakah ada data yang memperkuat bahwa masalah tersebut dalam tesis perlu diteliti?

1.2.3 Apakah identifikasi masalah dalam tesis sudah dirumuskan sesuai uraian dari latar

belakang masalah?

1.2.4 Apakah pembatasan masalah dalam tesis sudah dirumuskan berdasarkan identifikasi

masalah?

1.2.5 Apakah rumusan masalah dalam tesis sudah benar?

1.2.6 Apakah tujuan penelitian dalam tesis sudah runtut sesuai dengan latar belakang

masalah?

1.2.7 Apakah manfaat penelititan dalam tesis sudah runtut sesuai dengan latar belakang

masalah?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melatih penulis menganalisis

ketepatan isi Bab I sebuah tesis. Proses ini penulis lakukan agar penulis mampu menyusun

tesis yang tepat dan bermanfaat pada semester berikutnya.


BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Pengertian Masalah

Masalah adalah adalah adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.

Kesenjangan tersebut dapat mengacu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik,

sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Adanya kesenjangan tersebut menimbulkan

pertanyaan lebih lanjut, yaitu mengapa kesenjangan terjadi, dan dari pertanyaan inilah

permasalahan penelitian dapat dikembangkan. Pertanyaan selanjutnya ialah, apakah setiap

kesenjangan dapat dikembangkan menjadi permasalahan penelitian? Jawabannya ternyata

tidak semuanya. Ada kondisi-kondisi lain yang perlu dipenuhi. Dari uraian di atas dapat

dirangkum adanya suatu kondisi problematik tertentu, yang menandakan suatu penelitian

dapat dikembangkan, yaitu

1. Adanya kesenjangan dari yang seharusnya (teori maupun fakta empirik temuan penelitian

terdahulu) dengan kenyataan sekarang yang dihadapi.

2. Dari kesenjangan tersebut dapat dikembangkan pertanyaan, mengapa kesenjangan itu

terjadi.

3. Pertanyaan tersebut memungkinkan untuk dijawab, dan jawabannya lebih dari satu

kemungkinan.

Menurut Mahdiyah (2015) masalah diartikan sebagai suatu situasi di mana suatu fakta

yang terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi yang diharapkan. Dengan

demikian, masalah dapat disimpulkan sebagai suatu hal yang ingin dicari tahu jawabannya

melalui proses penelitian ilmiah.


Pemilihan atau penetapan masalah yang dikatakan baik dalam penelitian perlu menjadi

pertimbangan peneliti. Masalah penelitian dapat dikatakan baik jika memiliki:

1. Kontribusi

Salah satu ciri masalah yang baik adalah dapat memberi kontribusi kepada beberapa

aspek, antara lain: pengembangan teori baru; perbaikan metode; manfaat dan

implikasi aplikatif

2. Orisinalitas

Artinya masalah yang akan dikaji bukan merupakan pengulangan terhadap penelitian

lain, seperti masalah yang diteliti; kerangka konsep; dan pendekatan

3. Pernyataan Permasalahan

Artinya masalah tersebut dapat dijustifikasi sebagai pernyataan penelitian dan

memiliki gambaran asosiasi dua atau lebih fenomena terukur.

4. Aspek Kelayakan (Feasibility)

Artinya masalah yang diteliti dapat dijawab; ada pertimbangan waktu dan biaya;

memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki; dan ada daya dukung

fasilitas dan sumber daya lain.

2.2 Sumber Masalah

Beberapa Sumber Masalah Permasalahan dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut

Hadjar (dalam Sandu Siyoto dan Ali Sodik 2015: 40), masalah dapat bersumber dari :

1. Observasi Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap

hubungan tertentu yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin yang dalam

melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi.


2. Dedukasi dari teori Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsipprinsip

umum yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.

Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan

empiris praktik tentang teori.

3. Kepustakaan Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan

penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan

validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian

sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih

lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang

perlu diangkat untuk diteliti.

4. Masalah sosial Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita

terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya : a. Adanya perkelahian

antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi sekolah dan warga sekitar. Penggalakan

program 3 M (menguras, mengubur, menimbun) sebagai upaya pencegahan penyakit demam

berdarah. b. Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian

evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.

5. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menimbulkan masalah yang

memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

(Pawson, 2006) Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai

sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi (dalam Sandu Siyoto dan Ali Sodik

2015: 41) dalam, antara lain:


1. Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman orang yang telah lama menekuni

bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang

signifikan diteliti. Contoh: pengalaman mengajar di kelas.

2. Lapangan tempat bekerja. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan

bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan

merasakan 3 bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah

dpat dijadikan sebagai sumber penelitian.

3. Laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal,

biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang

direkomendasikan.

4. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain. Perkembangan ilmu

pengetahuan lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya

permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde Baru, ternyata

telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan

status profesi yang lebih baik.

Juliansyah Noor (2020:25) juga mengatakan bahwa sumber untuk menemukan masalah

bisa berasal dari pengalaman pribadi, informasi yang dibacanya, percakapan, apa-apa yang

diekspos di media sosial, teori yang dipelajari, kejadian yang dilihat sehari-hari, nilai yang

dianut, dan lain sebagainya. Dalam kenyataannya, apapun yang terjadi dalam diri peneliti, dapat

merupakan sumber inspirasi untuk adanya objek penelitian.

Dari ketiga pendapat para pakar mengenai sumber masalah maka dapat dikatakan bahwa

sumber masalah ini memiliki banyak aspek yang mempengaruhi. Dari beberapa sumber yang ada
sesungguhnya sumber yang paling utama yaitu kemampuan diri sendiri. Dimana tanpa adanya

rasa ingin tahu pada sebuah permasalahan maka tidak akan bisa kita rumuskan menjadi sebuah

masalah penelitian. Karena rasa ingin tahu dan ketidak puasan akan sebuah ilmu akan membuat

seseorang lebih mudah menemukan masalah penelitiannya.

2.3 Memilih dan Mengidentifikasi Masalah Penelitian

Memilih dan Mengidentifikasi Permasalahan Penelitian Identifikasi masalah atau fokus

penelitian hendaknya dilakukan dalam lingkup bidang keahlian peneliti. Lingkup bidang

keahlian tersebut mungkin sangat luas dan dapat dibagi atas beberapa bagian. Peneliti memang

harus menguasai lingkup bidang keahliannya, walaupun beberapa bagian dari bidang tersebut

telah dikuasai dan beberapa bagian lainnya dikuasai tetapi tidak terlalu mendalam. Seorang

peneliti juga dituntut mampu berpikir komprehensif dan sistematik. Berpikir komprehensif

artinya berpikir menyeluruh, mengetahui, dan jika memungkinkan untuk menguasai keseluruhan

lingkup bidang keahliannya, dan masalah-masalah yang ada di dalamnya. Sedangkan berpikir

sistematik berarti dalam pemahamannya yang menyeluruh tadi dia mampu mengelompokkan,

mengurutkan sekaligus memetakan masalah-masalah tersebut secara sistematik, tidak simpang

siur, ataupun tumpang tindih. Permasalahan yang akan diteliti menurut Kerlingger (dalam

Hidayat, 2013: 31) hendaknya dapat memenuhi tiga kriteria penting, yaitu:

1. Permasalahan atau problematika sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih.

2. Sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan.

3. Sebaiknya dapat diuji secara empiris.


Tidak hanya itu, Nana Syaodih (2010:274) juga mengemukakan bahwa pemilihan masalah

atau fokus penelitian hendaknya memperhatikan tiga hal, yaitu: 1. Apakah masalah atau fokus

penelitian yang dipilih cukup esensial, atau menduduki urutan penting diantara masalah-masalah

yang ada. 2. Apakah masalah tersebut cukup urgent atau mendesak untuk dipecahkan. 3. Kalau

masalah tersebut diteliti dan dipecahkan apakah cukup bermanfaat.

Sementara itu, Juliansyah Noor (2020: 26) mengatakan bahwa beberapa pertimbangan yang

umum yang juga digunakan antara lain: 1. Apakah masalah yang dipilih merupakan masalah

yang dapat menghasilkan penghargaan atau pengakuan orang lain. 2. Tersedianya bantuan

finansial dan tenaga peneliti, karena setiap masalah yang dipilih selalu mempunyai akibat

terhadap dua aspek tersebut.

Beberapa kriteria penting yang telah disebutkan diatas sebagai pertimbangan peneliti dalam

mengidentifikasi permasalahan yang ditemui, baik dalam teori maupun di lapangan. Penelitian

masalah terutama dari hasil penelitian terdahulu, tidak dimaksudkan untuk mengulangi apa yang

telah diteliti olah orang lain, tetapi mungkin melanjutkan penelitian tersebut, memperluas,

memperdalam, mencari penyebab atau meneliti variabel lainnya yang belum diteliti. Pemilihan

masalah yang didukung data, untuk menunjukkan bahwa pemilihan tersebut bukan karangan atau

rekayasa, tetapi kenyataan yang didukung oleh bukti-bukti. Noor (2020:28) mengatakan bahwa

identifikasi berarti memerinci masalah hingga dapat diketahui dengan jelas. Ia juga mengatakan

bahwa identifikasi masalah sebaiknya disertai dengan data yang mendukung. Setelah

diidentifikasi , masalah penelitian harus dirumuskan. Perumusan masalah biasanya disusun

dalam bentuk pertanyaan yang nantinya akan membentuk pertanyaan penelitian. Selaras dengan

pendapat diatas, Nana (2010: 273) mengatakan bahwa identifikasi masalah tidak mungkin

dilakukan dalam lingkup bidang yang luas, dalam lingkup sub bidang pun mungkin saja masih
terlalu luas. Identifikasi masalah dalam bidang yang terlalu luas sangat sulit, tidak terfokus, dan

mungkin kurang bermanfaat. Bila sub bidangnya agak sempit identifikasi bisa dilakukan dalam

salah satu subbidang atau. Tidak hanya itu. Ia juga mengatakan bahwa dalam mengidentifikasi

masalah sebaiknya menggunakan sumber, baik sumber resmi, pernyataan resmi dari pemegang

kebijakan, kesimpulan seminar atau kenyataan faktual. Kedua pendapat diatas mempertegas

bahwa jika mengidentifikasi masalah maka diperlukan adanya data, data yang bisa digunakan

seperti hasil penelitian terdahulu serta artikel-artikel yang berhubungan dengan materi yang akan

diteliti. Setelah diidentifikasi barulah masalah penelitian dirumuskan dengan berbagai

pertimbangan.

2.4 Evaluasi Masalah

Agar masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi.

Noor (2020:27) mengatakan bahwa evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan

beberapa parameter antara lain:

1. Menarik

Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan

serius.

2. Memiliki nilai tambah Penelitian harus memiliki nilai tambah baik untuk ilmu

pengetahuan maupun peningkatan kesejahteraan hidup manusia.

Penelitian juga diharapkan bernilai tambah bagi masyarakat umum maupun masyarakat

akademik. Hindari penelitian yang tidak memberikan nilai tambah kepada masyarakat.

3. Hindari plagiasi

Hal yang penting dari penelitian ialah meneliti hal baru, agar solusi yang kita berikan

adalah solusi baru. Jika kita bandingkan dengan solusi lain, dapat dikatakan lebih efektif,
murah, dan cepat. Bisa juga kebaharuan ini mewujud dalam perbaikan sistem dan

mekanisme kerja yang ada. Hindari duplikasi penelitian, yaitu meneliti masalah yang

sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Karena akan menghasilkan plagiasi

skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah.

4. Dapat diuji (diukur)

Pertanyaan mendasar bagi peneliti adalah apakah variabel-variabel penelitian dapat

diukur dan diuji. Karena masalah penelitian beserta variabel-variabelnya harus

merupakan sesuatu yang dapat diuji dan diukur secara empiris.

5. Mampu dilaksanakan

Kemampuan melaksanakan penelitian merupakan faktor penting. Masalah yang bagus

dan menarik untuk diteliti, jadi naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak dapat

dilakukan. Kemampuan melaksanakan ini berkaitan erat dengan keahlian ketersediaan

data, kecukupan waktu dan dana.

6. Etika penelitian

Etika penelitian memberikan patokan apa yang sah dikerjakan dan apa yang tidak sah

atau dilarang dilakukan secara nilai-nilai moral yang harus dipatuhi oleh seorang peneliti

dalam melaksanakan proses penelitian.

Hidayat (2013: 32) mengatakan dalam praktiknya, sebelum permasalahan dapat

dirumuskan dengan baik permasalahan peneliti dapat dinilai dengan beberapa pertanyaan

atau pernyataan seperti berikut:

1. Problem peneliti sebaiknya dapat memberi kontribusi terhadap teori yang ada dan

bidang ilmu peneliti yang berkepentingan. Pernyataan ini pada pokoknya adalah
merupakan penegasan kembali fungsi peneliti yang utama, yaitu mempunyai

kontribusi terhadap pengetahuan dan baru bidang studi yang ada.

2. Setelah dilakukan studi terhadap permasalahan yang ada, problematika hendaknya

memberikan motivasi timbulnya permasalahan baru untuk dilakukan studi dalam

kegiatan penelitian berikutnya problematika yang baik adalah permasalahan yang

setelah diteliti mendorong yang bersangkutan atau para peneliti yang lainnya untuk

mengungkapkan lebih jauh.

3. Permasalahan peneliti dapat dirumuskan dalam statement pertanyaan. Pertanyaan ini

pada umumnya akan mempunyai kelebihan diantaranya ialah lebih memastikan baik

peneliti maupun orang lain terhadap apa yang akan dilakukan dalam studinya.

4. Dalam bentuk kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Jika

permasalahan tersebut masih bersifat umum dan belum dapat diungkapkan dengan

melihat kesenjangan yang ada. Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan

bahwa sebelum kita yakin untuk merumuskan masalah, maka kita memerlukan

beberapa pertanyaan ataupun pernyataan yang nantikan akan mampu dijawab, serta

diperlukan juga beberapa pertimbangan sebelum akhirnya masalah benar-benar kita

pilih menjadi bagian dari penelitian tersebut.

2.5 Jenis Masalah Penelitian

Masalah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut Sugiyono (dalam

Syioto dan Ali, 2015: 42) antara lain :

1. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan dengan variabel mandiri baik

hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Dalam penelitian

ini, peneliti tidak membuat perbandingan variabel yang satu pada sampel yang lain,

hanya mencari hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain. Contoh

permasalahan deskriptif :

a. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah

di Indonesia?

b. Seberapa besar efektivitas model pembelajaran jigsaw terhadap prestasi belajar

siswa?

2. Permasalahan Komparatif

Permasalahan ini merupakan rumusan masalah penelitian yang membandingkan

keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda pada

waktu yang berbeda. Contoh :

a. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah A dan sekolah B?

(variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel sekolah A dan sekolah

B).

b. Adakah perbedaan pemahaman terhadap materi listrik antara siswa di sekolah

formal dengan siswa homeschooling?

3. Permasalahan Asosiatif

Merupakan rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan

antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu :

a. Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang

kebetulan munculnya bersama. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:


i. Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin negara?

ii. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid

sekolah?

b. Hubungan kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab

akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen

(dipengaruhi), contoh:

i. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?

(pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).

ii. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru

terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan

kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).

c. Hubungan interaktif/ resiprocal/ timbal balik Hubungan interaktif adalah

hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen

dan dependen, contoh:

i. Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini

dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat

mempengaruhi motivasi.

ii. Hubungan antara makan di pagi hari dengan kecerdasan siswa.


BAB III

PEMBAHASAN

2.6 Uraian apa, mengapa, dan bagaimana masalah dalam tesis diteliti.

Dalam tesis berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Wb untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan

Tahun Pelajaran 2017/2018” ada masalah yang diuraikan. Masalah tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan

kurikulum dan perkembangan kebutuhaan siswa.

2. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran berbasis teknologi yang sesuai

dengan kurikulum dan perkembangan kebutuhaan siswa.

3. Guru masih mengandalkan buku teks kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah

sebagai satu-satunya sumber belajar.

4. Siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran khususnya membaca biografi yang hanya

berisi kata-kata hitam di atas kertas putih tanpa gambar atau warna yang menarik.

5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kembali teks biografi yang terdapat dalam

buku teks karena informasi dalam buku teks tersebut sangat padat sehingga siswa hanya

menuliskan ulang teks biografi yang terdapat dalam buku.

6. Siswa mengalami kesulitan dalam menggali dan memilih informasi yang penting

terhadap teks biografi yang disajikan.

7. Siswa sulit untuk memahami kaidah kebahasaan dan struktur yang terdapat dalam teks

biografi.
Dalam Bab I Tesis tersebut peneliti menjelaskan alasan pentingnya mengkaji masalah

tersebut. Berikut adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang menjelaskan alasan

tersebut.

Kemandirian belajar peserta didik sangat diperlukan dalam pembelajaran yang


dilakukan di dalam kelas. Siswa dapat melakukan proses pembelajaran yang
diinginkannya meskipun terdapat beberapa kendala yang terjadi, misalnya siswa
tersebut tidak dapat hadir di kelas untuk mengikuti proses pembelajaran karena
sakit atau permasalahan yang lain. Selain hal tersebut, apabila guru yang mengajar
di kelas datang terlambat atau tidak dapat hadir untuk mengajar. Permasalahan-
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya perananan dari media
pembelajaran.

Selanjutnya, peneliti juga menjelaskan bagaimana masalah tersebut akan diteliti. Berikut

adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang menjelaskan proses tersebut.

SMA Negeri 8 Medan, memilik standar sarana dan prasarana yang cukup
memadai untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran berbasis website,
diantaranya memiliki satu laboraturium bahasa, dua laboratorium komputer
yang dilengkapi dengan koneksi jaringan internet, laboratorium kimia, fisika, dan
biologi. Dalam proses pembelajaran , sarana dan prasarana ini kurang
dioptimalkan pendidik dalam pemanfaatannya. Hal ini peneliti temukan pada saat
melakukan wawancara dengan guru dan siswa di SMA Negeri 8 Medan. Guru
melakukan proses belajar secara konvensional dengan menggunakan
buku/modul, slide power point dan LKS. Padahal sarana yang telah tersedia ini
(komputer dengan koneksi internet) sesungguhnya masih dapat dimaksimalkan
penggunaannya, misalnya melalui penggunaan media pembelajaran yang
berbasis web seperti e-learning.
2.7 Data yang memperkuat bahwa masalah tersebut dalam tesis perlu diteliti.

Dalam Bab I Tesis tersebut peneliti memperkuat alasan pentingnya mengkaji masalah

tersebut. Berikut adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang memperkuat alasan

tersebut.

Pembelajaran berbasis web menekankan siswa tidak hanya bergantung


kepada guru dalam proses belajarnya, tetapi siswa dapat belajar apabila
gurunya tidak dapat hadir. Siswa juga dapat mengulangi pelajarannya secara
mandiri di mana saja dan kapan saja. Hal ini segayut dengan pendapat Rusman
(2013:288) menyatakan bahwa pelajar mandiri pada waktu tertentu dan
bertanggung jawab untuk pembelajarannya.

Selanjutnya peneliti memperkuat dengan hasil pengalamannya sendiri, yakni


Hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2018 pada
saat ini di SMA Negeri 8 Medan, diketahui bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia masih mengandalkan variasi metode belajar yang berpusat kepada
pendidik (teacher centered teaching), seperti metode ceramah, diskusi,
demonstrasi dan eksperimen. Metode ceramah dilaksanakan dengan cara
memberikan penjelasan dan contoh oleh pendidik kepada peserta didik
menggunakan bahan ajar berupa buku teks, modul, dan LKS. Penggunaan
metode pembelajaran ini masih belum mendapatkan hasil yang optimal. Metode
diskusi yang dilakukan pendidik dengan menghadapkan peserta didik kepada
masalah secara kelompok. Diharapan peserta didik mampu memecahkan
masalah bersama-sama melalui diskusi kelompok. 

2.8 Identifikasi Masalah dalam Tesis sudah Dirumuskan Sesuai Uraian dari Latar

Belakang Masalah.

Dalam Bab I Tesis tersebut peneliti menurunkan identifikasi masalah sesuai latar belakang

masalah. Berikut adalah penggalan uraian latar belakang tesis yang menjelaskan hal tersebut di

bagian latar belakang masalah pada tesis.

Pada kenyataannya metode pembelajaran yang digunakan guru SMA


Negeri 8 Medan saat ini tidak begitu efektif karena memerlukan waktu yang
cukup panjang, khususnya pada materi keterampilan menulis, padahal waktu
pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas. Pembelajaran dengan metode
demonstrasi maupun dengan eksperimen, meskipun dapat melibatkan peserta
didik dalam proses pembelajaran lebih efektif, namun dalam praktiknya kurang
efektif dikarenakan pendidik masih tetap lebih banyak beraktivitas ketimbang
peserta didik. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan persediaan media
pembelajaran sehingga peserta didik hanya bisa memperhatikan dan mengamati
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Hal ini disinyalir menjadi salah satu
penyebab tidak efektifnya proses pembelajaran, khususnya pelajaran bahasa
Indonesia.

Selanjutnya berdasarkan observasi peneliti di SMA Negeri 8 Medan, ada


beberapa hal yang menjadi kekurangan dari pembelajaran secara konvensional.
Pertama pembelajaran konvensional membuat sebagian siswa menjadi bosan jika
tingkat pengetahuaanya tinggi, begitu juga sebaliknya untuk tingkat kemampuan
siswa rendah pembelajaran akan terasa menyulitkan. Kedua materi pelajaran
sering tidak selesai diajarkan sekalipun minggu efektif pembelajaran telah
berakhir. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan-kegiatan yang sering
melibatkan siswa, seperti lomba, kegiatan sekolah, perayaan hari besar Nasional,
ataupun kegiatan lainnya yang tidak terprogram dalam kalender pendidikan
sebelumnya. Ketiga sumber belajar yang tersedia baik di buku/modul maupun
LKS yang dari pemerintah ataupun penerbit masih belum banyak. Keempat
dengan jam wajib 24 jam per minggu yang harus dilaksanan guru yang sudah
bersertifikat atau telah sertifikasi, pembelajaran secara konvensional kurang
memberi kemudahan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Kelima keterampilan menulis yang diharapkan dari siswa tidak tercapai karena
siswa tidak dapat belajar secara mandiri karena ketergantungan siswa kepada
guru sangat tinggi.

2.9 Pembatasan Masalah dalam Tesis sudah Dirumuskan Berdasarkan Identifikasi

Masalah.

Pembatasan masalah dalam tesis ini adalah :

1. Media pembelajaran berbasis web pada materi teks biografi

2. Penelitian pengembangan ini dilakukan sampai tahap III,  yaitu uji coba kelompok

terbatas berdasarkan tahapan pengembangan Borg dan Gall.

3. Uji coba produk dari penelitian pengembangan ini dilakukan untuk mengetahui

efektivitas media pembelajaran berbasis web yang dilaksanakan.

Ketiga batasan masalah tersebut dirumuskan dari identifikasi masalah, yaitu

1. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan

kurikulum dan perkembangan kebutuhaan siswa.

2. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran berbasis teknologi yang sesuai

dengan kurikulum dan perkembangan kebutuhaan siswa.

3. Guru masih mengandalkan buku teks kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah

sebagai satu-satunya sumber belajar.


4. Siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran khususnya membaca biografi yang hanya

berisi kata-kata hitam di atas kertas putih tanpa gambar atau warna yang menarik.

5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kembali teks biografi yang terdapat dalam

buku teks karena informasi dalam buku teks tersebut sangat padat sehingga siswa hanya

menuliskan ulang teks biografi yang terdapat dalam buku.

6. Siswa mengalami kesulitan dalam menggali dan memilih informasi yang penting

terhadap teks biografi yang disajikan.

7. Siswa sulit untuk memahami kaidah kebahasaan dan struktur yang terdapat dalam teks

biografi.

2.10 Rumusan Masalah dalam Tesis.

Rumusan masalah dalam tesis ini masih kurang tepat. Rumusan masalah tidak difokuskan

pada hasil pengembangan bahan ajar berbasis web terhadap variabel terikat dalam masalah

penelitian. Menurut Andrew dan Hildebrad, rumusan masalah yang baik yang dibuat secara

terencana, efektif dan memiliki karakteristik. Rumusan masalah yang baik mendukung

hipotesis penelitian agar dapat dilakukan pengujian. Karakteristik yang terakhir adalah,

masalah yang diangkat harus relevan dan dapat dikelola.   Selanjutnya, menurut Alan

Byrman, rumusan masalah adalah pernyataan yang jelas terhadap hal-hal tertentu. Di mana

hal itulah yang dijadikan sebagai perhatian dan yang diberi titik fokus untuk diteliti lebih

lanjut. Tentu sifat penelitian selalu menawarkan solusi dan hal yang jelas dan

luas. Sementara itu, menurut Sugiyono memandang rumusan masalah adalah sebuah


pertanyaan yang mencari sebuah jawaban lewat pengumpulan data dan penelitian. Di mana

penelitian dapat dilakukan berdasarkan tingkat eksplanasi.

Dengan demikian, rumusan masalah memiliki peran yang cukup besar. Di antaranya

membantu peneliti agar tetap melakukan penelitian sesuai dengan urutan atau jalur

penelitian. Selain itu, rumusan masalah merupakan cara agar peneliti bisa mengatasi masalah

yang dihadapi selama melakukan penelitian.  Berikut adalah rumusan masalah dalam tesis

ini.

1. Bagaimana hasil pengembangan media pembelajaran berbasis web?  

2. Bagaimana hasil validasi ahli terhadap media pembelajaran berbasis web?

3. Bagaimana efektivitas pembelajaran berbasis web?

Seharusnya

1. Bagaimana hasil pengembangan media pembelajaran berbasis web?  

2. Bagaimana hasil validasi ahli terhadap media pembelajaran berbasis web?

3. Bagaimana efektivitas pembelajaran berbasis web terhadap kemampuan menulis teks

biografi siswa kelas X SMA Negeri 8 Medan?

2.11 Tujuan Penelitian dalam Tesis

Tujuan penelitian dalam tesis ini sudah runtut sesuai dengan rumusan masalah. Berikut

adalah tujuan penelitian dalam tesis.

1. Mendeskripsikan hasil pengembangan media pembelajaran berbasis web.

2. Mengetahui hasil validasi ahli terhadap media pembelajaran berbasis web.

3. Mengetahui efektivitas produk hasil pengembangan media pembelajaran berbasis web.


2.12 Manfaat Penelitian dalam tesis

Manfaat penelitian dalam tesis ini sudah runtut sesuai dengan latar belakang masalah.

Berikut adalah manfaat penelitian dalam tesis.

1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat yang
memperkaya ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa yaitu keterampilan
menulis teks biografi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam memahami pembelajaran menulis teks biografi serta teknik pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru sebagai motivasi untuk mendorong pelaksanaan proses
pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis web, khususnya pembelajaran
teks biografi.
b. Bagi siswa untuk menumbuhkan kesadaran siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi
teks biografi.
c. Bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa secara individu maupun
keseluruhan sehingga meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah
tersebut agar menjadi lebih baik.
d. Bagi peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi
dan lebih memperdalam hasil penelitian ini dengan mengambil populasi yang
lebih besar serta mengembangkan variabel-variabel lain yang berkaitan
dengan media pembelajaran teks biografi.
BAB IV

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, Bab I tesis yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran

Berbasis Web untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA

Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2017/2018” sudah menguraikan apa masalah, mengapa,

dan bagaimana masalah akan diteliti. Peneliti juga memperkuat pentingnya masalah dalam

penelitian diteliti dengan mengutip beberapa pendapat ahli yang menyatakan bahwa salah

satu media pembelajaran yang menciptakan keaktifan siswa adalah dengan pembelajaran e-

learning.

Selain itu, peneliti juga memperkuat pentingnya masalah segera diteliti berdasarkan

pengalaman peneliti sebagai guru. Peneliti mengemukakan bahwa media dan bahan ajar yang

ada selama ini belum mampu meningkatkan kemampuan menulis dan keaktifan serta

kemandirian belajar peserta didik. Selanjutnya, bagian identifikasi masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan, hingga manfaat penelitian merupakan runtutan dari uraian latar

belakang masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. 2013. Bahan Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed Press.

Hildebrand, Peter E. 2019. Planning and Conducting Agricultural Reseaarc. CRC Press :

Amazon.

Noor, Juliansyah. 2020. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Sitoyo, Sandu. Ali Sodik. 2015. Dasar Metode Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media

Publishing.

Sugiyono, D.R., 2010. Metode Penelitian. Bandung: CV Alvabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih.

2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran akan berlangsung secara menarik, terarah, dan sesuai dengan apa

yang ingin dicapai jika proses pembelajaran dapat tercipta secara efektif. Menurut Hamalik

(dalam Wahyuni, 2016:100 jurnalnya yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran

Berbantuan Komputer dan Keefektifannya Terhadap Kemandirian Belajar dan Penguasaan

Konsep Bryophyte Volume 3, No 1) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, sehingga dengan

melakukan aktivitas belajarnya peserta didik mampu memperoleh pengetahuan dari pemahaman

sendiri. Jadi, pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang mampu mengembangkan konsep

generalisasi serta bahan abstrak menjadi jelas dan nyata, melibatkan peserta didik secara aktif,

dan menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.

Kemandirian belajar peserta didik sangat diperlukan dalam pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas. Siswa dapat melakukan proses pembelajaran yang diinginkannya

meskipun terdapat beberapa kendala yang terjadi, misalnya siswa tersebut tidak dapat hadir di

kelas untuk mengikuti proses pembelajaran karena sakit atau permasalahan yang lain. Selain hal

tersebut, apabila guru yang mengajar di kelas datang terlambat atau tidak dapat hadir untuk

mengajar. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanyan perananan dari

media pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan sarana yang dapat digunakan oleh pendidik sehingga

proses pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Hal ini selaras dengan pendapat (Rusman,
2013:161) yang mengatakan bahwa media pembelajaran sebagai wahana untuk menyampaikan

pesan atau informasi dari sumber pesan diteruskan pada penerima. Pesan atau bahan ajar yang

disampaikan adalah materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran atau sejumlah

kompetensi yang telah dirumuskan.

(Arief, 2010:4) Kata “media” berasal dari bahasa latin, dan merupakan bentuk jamak

dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.

Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Hal senada juga

disampaikan, (Arsyad, 2002:18) Media merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius,

yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Oleh karena itu, media dapat

diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat

berupa sesuatu bahan (software) dan atau alat (hardware).

Media pembelajaran selain memiliki banyak manfaat dalam proses pembelajaran, juga

dapat memberikan motivasi bagi peserta didik. Munir (2012:134)  manfaat yang dapat diperoleh

adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat

dikurangi, kualitas dan sikap belajar peserta didik dapat ditingkatkan dan proses pembelajaran

dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. 

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses penyampaian

materi pembelajaran adalah internet. Menurut Kenji (dalam Munir, 2010:196) mengatakan

bahwa setidaknya ada enam fungsi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-

hari, yaitu sebagai alat komunikasi, sebagai alat mengakses informasi, fungsi pendidikan dan

pembelajaran, serta fungsi tambahan, fungsi pelengkap dan fungsi pengganti.

Fungsi internet sebagai media pembelajaran adalah media internet dapat digunakan guru

untuk menyampaikan materi pembelajaran. Guru dapat membuat aplikasi yang dapat diakses
melalui media internet. Aplikasi tersebut dipenuhi dengan materi-materi pembelajaran yang akan

disampaikan guru kepada peserta didik. Peserta didik dapat melihat materi-materi tersebut

melalui aplikasi yang dibuat oleh guru dan  terkoneksi melalui jaringan internet.

Konsep pembelajaran menggunakan media internet haruslah dipahami oleh guru atau

pendidik karena perkembangan media internet terus mengalami perkembangan. Hal ini segayut

menurut (Azhar, 2015:194) yang mengatakan bahwa dunia internet kini sangat pesat, tanpa

mengenal usia, tanpa mengenal jabatan, seakan kita semua harus dipaksa untuk mengenal dunia

maya ini.

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini sudah dimungkinkan dan

banyak diterapkan proses belajar jarak jauh dengan menggunakan internet untuk

menghubungkan siswa dan guru. Website merupakan salah satu teknologi internet yang telah

berkembang sejak lama dan paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

jarak jauh. Pembelajaran melalui website atau sering juga disebut e-learning merupakan

kumpulan dari halaman-halaman web, gambar-gambar, video, atau bahan digital lain yang

disimpan dalam web server dan dapat diakses melalui internet.

Pembelajaran berbasis web merupakan pembelajaran yang berbasis media internet. Hal

ini segayut menurut (Rusman, 2013:291) yang mengatakan bahwa pembelajaran berbasis web

merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa

diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan

“web based learning” merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-

learning).

Salah satu situsnya about e-learning.com ( Rusman, 2009:115) mengemukakan defenisi

e-learning sebagai berikut. “E-learning is a broad set of applications and processes which
include web based learning, computer based learning, virtual and digital classrooms. Much of

this is delivered via the internet, intranets, audio and video tape, satelite broadcast, interactive

TV and CD-ROM. The defenition of e-learning varies devending on the organization and how it

is used but basically it is involves electonic means comunication, education, and training”.

Defenisi tersebut menyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan

penerapan pembelajaran berbasis web (web based learning), pembelajaran berbasis komputer

(computer based learning), kelas virtual (virtual classrooms) dan kelas digital (digital

classrooms). Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan

dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit,

televisi interaktif serta CD-ROM. Defenisi ini juga menyatakan bahwa defenisi dari e-learning

itu bisa bervariasi tergantung dari penyelenggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana

cara penggunaannya, termasuk juga apa tujuan penggunaannya.

Kemajuan teknologi saat ini memberikan guru dan siswa kemudahan dalam melakukan

proses belajar mengajar yaitu, pembelajaran secara konvensional atau pembelajaran e-learning.

Perbedaan dari kedua proses itu, pembelajaran secara konvensional guru dianggap sebagai orang

yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswa. Namun, di

dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar dapat menentukan sendiri

bagaimana pembelajaran yang menyenangkan.

Pembelajaran berbasis web menekankan siswa tidak hanya bergantung kepada guru

dalam proses belajarnya, tetapi siswa dapat belajar apabila gurunya tidak dapat hadir. Siswa juga

dapat mengulangi pelajarannya secara mandiri di mana saja dan kapan saja. Hal ini segayut

dengan pendapat Rusman (2013:288) menyatakan bahwa pelajar mandiri pada waktu tertentu

dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa
pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat

perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Menurut Cisco (dalam Rusman, 2013:289) Ada empat hal dalam filosofis e-learning,

yaitu pertama e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan

secara online. Kedua e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai

belajar secara konvensional. Ketiga e-learning tidak berarti menggantikan model belajar

konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan

content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat kapasitas siswa dalam e-learning

sangat bervariasi tergantung pada bentuk, isi, dan cara penyampaiannya. 

Perkembangan teknologi saat ini sangat cepat perkembangannya, khususnya berbasis

web. Prawiradilaga (2016:15) menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi dan

teknologi melaju begitu cepat, merambah ke semua sektor kehidupan. Bahkan perkembangannya

diperkirakan lebih cepat dari perkiraan semula.seperti perkembangan komputer dan telepon

seluler berbasis web, dahulunya masih sangat langka, tetapi saat ini bukaan lagi milik orang-

orang tertentu, dari masyarakat lapisan atas sampai lapisan bawah tidak lepas dari teknologi

tersebut. Teknologi informasi dan komunikasi secara cepat dan revolusioner telah merubah pola

pikir dan peradaban manusia.

Perkembangan teknologi informasi (internet) telah mengarah ke teknologi Web yang

ditandai diantaranya berkembangnya sistem berbasis jejaring sosial (social networking). Juga

diwarnai teknologi yang memungkinkan berjalannya aplikasi Web seperti aplikasi desktop,

berkembangnya teknologi multimedia, baik audio dan video streaming, dan lain-lain. Sistem di

sekolah yang memanfaatkan kemajuan internet di atas di sebut sistem sekolah. Sistem tersebut di
bangun untuk menunjang penyelenggaraan satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah dan

menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) sesuai standar nasional pendidikan.

Manajemen berbasis sekolah (MBS)  mengharapkan guru semakin berinovasi dalam

proses pembelajaran yang dilakukan. Guru harus dapat mengubah paradigmanya sendiri, yaitu 

dari yang semula teacher centered menjadi student centered, dari pola pembelajaran yang

berorientasi pada materi ke pembelajaran berbasis kompetensi, yang mensyaratkan pembelajaran

model individual, maka pemanfaatan teknologi pembelajaran berbasis web dapat menjadi

alternatif sebagai model pembelajaran yang efektif, pembelajaran dengan menggunakan web

memungkinkan pembelajaran dapat lebih menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran

dengan menggunakan web bukan berarti menggantikan peran guru, tetapi untuk melengkapi guna

meningkatkan kualitas hasil pembelajaran, karena pada dasarnya masing-masing materi

pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain.

Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan interaksi yang dilakukan oleh dua individu,

yaitu orang yang ingin belajar dan orang yang mengajar. Hal ini segayut menurut Sudjana

(dalam Rusman 2013:16) mengatakan bahwa Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya

yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara

dua pihak, yaitu antar peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang

melakukan kegiatan membelajarkan.

Proses pembelajaran haruslah memiliki tujuan yang ingin diperoleh sehingga

pembelajaran tersebut bermanfaat bagi pembelajar maupun individu yang mengajar. Menurut

Hamalik (dalam Rusman 2013:16) pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran.


Segayut terhadap pendapat Hamalik, (Rusman, 2015:16) menyatakan bahwa

pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi komunikasi antara sumber belajar,

guru, dan siswa. Interaksi komunikasi itu dilakukan baik secara langsung dalam kegiatan tatap

muka maupun maupun secara tidak langsung dengan menggunakan media, dengan sebelumnya

telah menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan tentunya. Hakikat pembelajaran di

atasa haruslah terdapat di dalam setiap komponen pembelajaran termasuk pembelajaran berbasis

TIK yang akan diimplementasikan.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memberikan banyak kontribusi bagi

perkembangan dunia, khususnya dalam bidang pendidikan. Eric Ashby, (dalam Rusman, 2013:6)

mengatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima. Revolusi

pertama terjadi ketika orang menyerahkan pendidikan pertamanya kepada seorang guru, baik itu

di padepokan, paguron, pesantren, dan sekolah. Revolusi kedua terjadi ketika digunakannya

tulisan untuk keperluan pembelajaran. Melalui tulisan ini dapat membuka akses yang sangat luas

sehingga informasi dapat disimpan dan dipanggil kembali. Revolusi ketiga terjadi seiring dengan

ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak,

seperti buku teks, modul, majalah dan lain-lain. Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya

perangkat elektronik dalam kegiatan pembelajaran, seperti radio, tape recorder dan televisi untuk

pemerataan dan perluasan pendidikan. Revolusi kelima yaitu, seperti saat ini, dengan

pengemasan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan

pembelajaran, khususnya teknologi komputer dan internet untuk kepentingan peningkatan

kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran saat ini akan menarik dan menyenangkan jika teknologi yang ada dapat

dimanfaatkan khususnya teknologi dibidang pendidikan. Proses penyampaian pembelajaran juga


akan memberikan banyak pilihan bagi seorang guru. Hal ini seperti yang diutarakan Rusman

(2013:267) menyatakan bahwa bahwa penghantaran materi pembelajaran kini tidak lagi

tergantung pada medium fisik seperti buku pelajaran cetak atau CD-ROOM. Materi

pembelajaran kini berbentuk data digital yang bisa di decode (diuraikan) melalui perangkat

elektronik seperti komputer, smartphone, atau piranti elektronik lainnya.

Proses pembelajaran dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang

behavioristik dan teori kognitif. Menurut Abidin (2013:1) berdasarkan sudut pandang teori

behavioristik, pembelajaran adalah sebuah proses pengubahan tingkah laku siswa melalui

pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar. Berbeda halnya dengan pandangan

teori  kognitif, pembelajaran adalah sebuah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi pelajaran

Sudut pandang behavioristik dan kognitif sama-sama menekankan proses perubahan

atau pengembangan siswa ke arah yang lebih baik. Arah perubahan yang diharapkan lebih baik

yaitu, dari perubahan tingkah laku peserta didik maupun dari segi pengetahuan yang dimiliki.

Hal ini akan tercapai jika proses yang dilakukan berjalan dengan semestinya.  

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapatlah disimpulkan bahwa dalam proses

pembelajaran terdapat interaksi komunikasi belajar mengajar yang sangat penting antara guru,

peserta didik, media, dan komponen-komponen pendukung lainnya. Seorang guru harus

mengetahui apa yang harus diperbuat, seperti penentuan tujuan, materi, metode dan evaluasi

pembelajaran sehingga proses tersebut dapat terlaksana.  Begitu juga halnya dengan peserta didik

sendiri harus memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mempersiapkan
diri. Selain guru dan siswa, pembelajaran akan berjalan dengan baik jika didukung oleh sarana

prasarana yang memungkinkan untuk melakukan proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa sebagai insan yang belajar dan guru

sebagai insan yang mengajar haruslah ada kerjasama sehingga proses tersebut dapat terjalin

dengan baik. Eliza (2013:67, dalam jurnalnya yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis

Multimedia Interaktif Mata Kuliah Gambar Listrik Yang Menggunakan Autocad Pada Program

Studi Pendidikan Teknik Elektro FT UNP, VOL. 6 NO. 2) mengatakan bahwa Proses belajar

mengajar dapat berhasil apabila siswa dapat memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya

untuk menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak

alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar

kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan diserap siswa. Dengan demikian siswa

diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah informasi yang diberikan.

Pembelajaran teks biografi yang terdapat di kelas X SMA diajarkan oleh guru pada

semester genap, yaitu pada kompetensi dasar 3.15 dan 4.15. Materi ini menekankan pemahaman

peserta didik terhadap isi, struktur dan kaidah kebahasaan yang terdapat pada teks biografi.

Pemahaman akan teks biografi akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks

biografi tokoh yang lain. Kemampuan siswa dalam menulis teks biografi akan meningkat apabila

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai, yaitu pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan sehingga guru tidak hanya melakukan pembelajaran secara konvensional.

Pengembangan media pembelajaran berbasis web yang akan peneliti kembangkan

diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi teks

biografi, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks biografi.
Kemampuan menulis siswa pada umumnya, secara khusus teks biografi sangatlah kurang baik.

Hal ini peneliti peroleh dari wawancara dengan guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Medan.

Keterampilan menulis merupakan alat komunikasi dalam jangka panjang yang tidak

dibatasi ruang dan waktu. Hal itu sejalan dengan pendapat Suherli (dalam Pratiwi, 2016:3)

menyatakan bahwa jika seseorang sedang berkomunikasi secara lisan, maka komunikasi tersebut

hanya berlaku bagi orang yang berada pada satu ruangan saja, dan apabila pembicaraan itu

selesai, maka selesai pula kegiatan komunikasi itu. Sedangkan kegiatan komunikasi secara

tulisan berlaku bagi semua pembaca yang membaca tulisan dalam waktu dan tempat yang

berbeda.

Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith (1989: 18) menyebutkan

writing is a creative act, the act of writing is creative because its requires to interpret or make

sense of something: a experience, a text, an event. Artinya, menulis adalah perilaku kreatif,

perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah

pengalaman, tulisan, peristiwa.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam

berkomunikasi terhadap orang lain dalam bentuk lisan. Hal ini segayut dengan Tarigan (2008: 3-

4) yang mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada kegiatan menulis, penulis

haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis

ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan

teratur. 
Keterampilan menulis bagi sebagian orang sangat sulit untuk diterapkan karena

keterampilan tersebut haruslah menghasilkan produk. Menurut Kuncoro (2010:4), menyatakan

bahwa menulis itu ibarat menciptakan kebiasaan baru, hal demikian keterampilan menulis tidak

dapat diperoleh secara instan. Menulis membutuhkan proses dan kebiasaan agar tulisan yang

dihasilkan baik. Untuk itu, perlu ditumbuhkan kebiasaan menulis agar siswa terampil menulis.

Kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas menulis di sekolah, secara khusus dalam

ketrampilam menulis teks biografi bukan sepenuhnya kegagalan siswa. Seorang guru dalam

memilih strategi dan memanfaatkan media dalam pembelajaran menulis menjadi bagian dari

faktor penyebab kegagalan tersebut. Sekolah dalam menjalankan misi sebagai agen pembaharu,

yakni pada pemahaman sikap hidup untuk menjadikan menulis sebagai suatu budaya/tradisi baik

bagi siswa ataupun guru itu sendiri. Bahkan sangat mungkin pelajaran menulis menjadi hal yang

ditakuti atau dianggap membosankan bagi siswa. Berbagai hal yang muncul tersebut terkait

tentang kesulitan yang dihadapi dalam pelajaran menulis, maka perlu diterapkan suatu

pembelajaran yang efektif dan  menyenangkan sehingga terjadi peningkatan keterampilan

menulis siswa.

Hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2018 pada saat ini di SMA

Negeri 8 Medan, diketahui bahwa pembelajaran bahasa Indonesia masih mengandalkan variasi

metode belajar yang berpusat kepada pendidik (teacher centered teaching), seperti metode

ceramah, diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Metode ceramah dilaksanakan dengan cara

memberikan penjelasan dan contoh oleh pendidik kepada peserta didik menggunakan bahan ajar

berupa buku teks, modul, dan LKS. Penggunaan metode pembelajaran ini masih belum

mendapatkan hasil yang optimal. Metode diskusi yang dilakukan pendidik dengan
menghadapkan peserta didik kepada masalah secara kelompok. Diharapan peserta didik mampu

memecahkan masalah bersama-sama melalui diskusi kelompok. 

Pada kenyataannya metode pembelajaran yang digunakan guru SMA Negeri 8 Medan

saat ini tidak begitu efektif karena memerlukan waktu yang cukup panjang, khususnya pada

materi keterampilan menulis, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas.

Pembelajaran dengan metode demonstrasi maupun dengan eksperimen, meskipun dapat

melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran lebih efektif, namun dalam praktiknya

kurang efektif dikarenakan pendidik masih tetap lebih banyak beraktivitas ketimbang peserta

didik. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan persediaan media pembelajaran sehingga

peserta didik hanya bisa memperhatikan dan mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pendidik.

Hal ini disinyalir menjadi salah satu penyebab tidak efektifnya proses pembelajaran, khususnya

pelajaran bahasa Indonesia.

SMA Negeri 8 Medan, memilik standar sarana dan prasarana yang cukup memadai

untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran berbasis website, diantaranya memiliki satu

laboraturium bahasa, dua laboratorium komputer yang dilengkapi dengan koneksi jaringan

internet, laboratorium kimia, fisika, dan biologi. Dalam proses pembelajaran , sarana dan

prasarana ini kurang dioptimalkan pendidik dalam pemanfaatannya. Hal ini peneliti temukan

pada saat melakukan wawancara dengan guru dan siswa di SMA Negeri 8 Medan. Guru

melakukan proses belajar secara konvensional dengan menggunakan buku/modul, slide power

point dan LKS. Padahal sarana yang telah tersedia ini (komputer dengan koneksi internet)

sesungguhnya masih dapat dimaksimalkan penggunaannya, misalnya melalui penggunaan media

pembelajaran yang berbasis web seperti e-learning. Selain itu dalam proses pembelajaran, siswa
juga terlihat lebih banyak pasif dan tidak bergairah, sehingga pembelajaran cendrung bersifat

teacher centered (berpusat pada guru) dan kurang interaktif. 

Selanjutnya berdasarkan observasi peneliti di SMA Negeri 8 Medan, ada beberapa hal

yang menjadi kekurangan dari pembelajaran secara konvensional. Pertama pembelajaran

konvensional membuat sebagian siswa menjadi bosan jika tingkat pengetahuaanya tinggi, begitu

juga sebaliknya untuk tingkat kemampuan siswa rendah pembelajaran akan terasa menyulitkan.

Kedua materi pelajaran sering tidak selesai diajarkan sekalipun minggu efektif pembelajaran

telah berakhir. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan-kegiatan yang sering melibatkan

siswa, seperti lomba, kegiatan sekolah, perayaan hari besar Nasional, ataupun kegiatan lainnya

yang tidak terprogram dalam kalender pendidikan sebelumnya. Ketiga sumber belajar yang

tersedia baik di buku/modul maupun LKS yang dari pemerintah ataupun penerbit masih belum

banyak. Keempat dengan jam wajib 24 jam per minggu yang harus dilaksanan guru yang sudah

bersertifikat atau telah sertifikasi, pembelajaran secara konvensional kurang memberi

kemudahan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kelima keterampilan menulis

yang diharapkan dari siswa tidak tercapai karena siswa tidak dapat belajar secara mandiri karena

ketergantungan siswa kepada guru sangat tinggi.

Melalui pembelajaran berbasis web permasalahan-permasalahan yang dialami guru

dalam pelaksanaan pembelajaran akan dapat diatasi. Hal ini segayut dengan pendapat Onno W.

Purba (dalam Rusman, 2013:289) menyatakan bahwa segala permasalahan guru dalam

pembelajaran konvensional dapat diatasi dengan pembelajaran berbasis web. Akan tetapi,

sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis web, pendidik haruslah mendesain web

pembelajaran tersebut agar dapat dipergunakan dengan baik. Ada tiga hal yang harus dilakukan

untuk mendesain pembelajaran berbasis web atau e-learning, yaitu sederhana, personal, dan
cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi

dan menu yang ada. Syarat personal berarti pendidik dapat berinteraksi dengan baik seperti

layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Kemudian layanan ini

ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik

lainnya. 

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian pengembangan

pembelajaran berbasis Web (e-learning) pada materi teks biografi, dalam hal ini penulis

mengangkat judul penelitian “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Biografi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Medan

Tahun Pelajaran 2017/2018”.  

2.  Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah-masalah yang akan

diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan

kurikulum dan perkembangan kebutuhaan siswa.

2. Guru belum mampu menyusun media pembelajaran berbasis teknologi yang sesuai dengan

kurikulum dan perkembangan kebutuhaan siswa.

3. Guru masih mengandalkan buku teks kurikulum 2013 yang diberikan oleh pemerintah

sebagai satu-satunya sumber belajar.

4. Siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran khususnya membaca biografi yang hanya

berisi kata-kata hitam di atas kertas putih tanpa gambar atau warna yang menarik.
5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kembali teks biografi yang terdapat dalam

buku teks karena informasi dalam buku teks tersebut sangat padat sehingga siswa hanya

menuliskan ulang teks biografi yang terdapat dalam buku.

6. Siswa mengalami kesulitan dalam menggali dan memilih informasi yang penting terhadap

teks biografi yang disajikan.

7. Siswa sulit untuk memahami kaidah kebahasaan dan struktur yang terdapat dalam teks

biografi.

3.  Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi di atas, beberapa hal dalam masalah-

masalah tersebut dibatasai sebagai berikut:

1. Media pembelajaran berbasis web pada materi teks biografi

2. Penelitian pengembangan ini dilakukan sampai tahap III,  yaitu uji coba kelompok terbatas

berdasarkan tahapan pengembangan Borg dan Gall.

3. Uji coba produk dari penelitian pengembangan ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas

media pembelajaran berbasis web yang dilaksanakan.

4.  Rumusan Masalah

Penelitian dapat dilakukan secara sistematis apabila permasalahan terungkap dengan

baik. Dengan demikian, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pengembangan media pembelajaran berbasis web?  

2. Bagaimana hasil validasi ahli terhadap media pembelajaran berbasis web?

3. Bagaimana efektivitas pembelajaran berbasis web?


5.  Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini secara umum

adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan hasil pengembangan media pembelajaran berbasis web.

2. Mengetahui hasil validasi ahli terhadap media pembelajaran berbasis web.

3. Mengetahui efektivitas produk hasil pengembangan media pembelajaran berbasis web.

6.  Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat

tersebut dapat diuraikan sebaga berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat yang memperkaya ilmu

pengetahuan pembelajaran bahasa yaitu keterampilan menulis teks biografi. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memahami pembelajaran menulis teks

biografi serta teknik pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru sebagai motivasi untuk mendorong pelaksanaan proses pembelajaran bahasa

Indonesia yang berbasis web, khususnya pembelajaran teks biografi.

b. Bagi siswa untuk menumbuhkan kesadaran siswa untuk mengikuti proses pembelajaran

dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi teks biografi.
c. Bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa secara individu maupun keseluruhan

sehingga meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah tersebut agar menjadi

lebih baik.

d. Bagi peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dan lebih

memperdalam hasil penelitian ini dengan mengambil populasi yang lebih besar serta

mengembangkan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan media pembelajaran teks

biografi.

Anda mungkin juga menyukai