Kelompok XI:
DOSEN PENGAMPU
Dra. YUSNIDAR, M.Pd
Dra. WILDA SYAHRI, M.Pd
Kelompok 11
ii
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
3
3.5.1 Tim Peneliti dan Tugasnya
3.6 Jadwal Penelitian
3.7 Anggran Penelitian.
Daftar pustaka
Lampiran
A. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian yang dipilih dari proposal penelitian, skripsi, tesis, atau
disertasi merupakan suatu rumusan gagasan yang memenuhi suatu fenomena,
gejala, bahkan kejadian dari lingkungan tertentu yang dibuat menjadi objek
kajian. Judul penelitian yang ditulis harus menunjukkan kejelasan dan ketegasan
berkaitan variabel yang akan digunakan. Variabel bebas adalah faktor yang
mendahului dan variabel terikat adalah faktor yang menjadi akibat. Judul
penelitian tindakan kelas harus berfokus pada subyek orang dan tempat dimana
dilakukan penelitian yang sama. Kata yang digunakan dalam pemilihan judul
akan memberikan pengetahuan sekilas lebih awal untuk pembaca.
Dalam membuat judul penelitian, beberapa hal yang harus diketahui adalah judul
itu harus:
1. Komunikatif, mudah dipahami maksudnya oleh pembaca
2. Memuat variabel penelitian
3. Menjawab apa yang ingin ditingkatkan
4. Dengan cara apa/upaya apa untuk meningkatkannya.
5. Sasaran dan Lokasi tercermin dalam judul;
6. Banyak kata sekitar 15-20 kata
4
Pemilihan judul penelitian tindakan kelas dapat dilakukan de ngan
menentukan variabel penelitian yang akan digunakan. Meng gunakan judul dan
subjudul adalah salah satu cara sederhana untuk menyediakan struktur organisasi
untuk tulisan dan membuat struktur itu jelas bagi orang lain (Leedy & Ormrod,
2021). Judul penelitian yang ditulis harus menunjukkan kejelasan dan ketegasan
berkaitan variabel yang akan digunakan. Variabel bebas adalah faktor yang
mendahului dan variabel terikat adalah faktor yang menjadi akibat. Kedua
variabel tersebut merupakan bagian dari masalah yang dituliskan di judul.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimulai dari kegiatan permasalahan
akademik yang didapatkan di ruang lingkup supervisi klinis dan dibutuhkan
segera pemecahannya (Huda, 2020). Pemilihan judul yang tepat akan membantu
peneliti untuk memiliki gambaran informasi awal mengenai rancangan
penelitian.
Pemilihan judul penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan
menentukan orang dan tempat dimana kegiatan penelitian akan dilakukan.
Penelitian tindakan kelas adalah kajian dengan sistem untuk memperbaiki
implementasi praktek pendidikan yang dilakukan guru disert ai tindakan-
tindakan proses pembelajaran (Nurdin, 2016). Judul penelitian tindakan kelas
harus berfokus pada subyek orang dan tempat dimana dilakukan penelitian yang
sama. Hasil penelitian tindakan kelas dapat digunakan dan dibagikan sebagai
pengalaman dengan guru atau praktisi yang mengajar dalam bidang studi yang
sama (Rahardjo, 2015). Penelitian tindakan kelas biasanya dilakukan di dalam
atau di luar kelas. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu cara yang dapat
digunakan pendidik dalam meningkatkan atau memperbaiki proses pembelajaran
dalam layanan pendidikan (Susilowati, 2018). Pemilihan judul menggunakan
penulisan kata meningkatkan akan membantu peneliti dalam melakukan
beberapa kegiatan pembelajaran demi tercapainya pembelajaran yang
berkualitas.
Judul penelitian tindakan kelas harus menggunakan kata predikat berupa
meningkatkan atau peningkatan. Kata yang digunakan dalam pemilihan judul
akan memberikan pengetahuan sekilas lebih awal untuk pembaca. Dianjurkan
untuk mencari tidak hanya informasi judul yang berhubungan langsung dengan
5
masalah tetapi juga untuk mengeksplorasi konsep yang terkait dengan
masalah (Hathaway & Norton, 2018). Judul yang ditulis dengan menggunakan
model atau metode pembelajaran akan menunjukkan peningkatan proses
pembelajaran jika kegiatan pembelajaran hanya dilakukan secara konvensional.
B. LEMBAR PENGESAHAN
Lembar pengesahan atau dalam beberapa laporan kegiatan dan penelitian
kalian bisa menjumpainya dengan nama lembar persetujuan merupakan lembar
berisi pernyataan atau persetujuan dari pihak terkait mengenai sah/tidaknya
laporan yang dibuat oleh seorang penulis.
6
pembelajaran di sekolah/kelas
4) Kerugian-kegian dan keuntungan keuntungan apa yang akan terjadi kalau
masalah tersebut tidak diteliti.
5) Pemaparan latar belakang masalah pada umumnya memakai umumnya
memakainpendekatan deduksi, yakni dari hal-hal yang sifatnya umum ke
hal-hal yang sifatnya kimsus (kerucut terbalik)
6) Kemukakan teori-teori yang mendasari atau relevan dengan masalah, yang
diajukan untuk mengatasi masalah yang diteliti.
Dari aspek-aspek di atas dapat secara terperinci terus dikembangkan
menjadi fokus permasalahan. Ada beberapa pegangan dalam menjadi fokus
permasalahan Terutama dalam menilai pentingnya hal tersebut dijadikan topik
penelitian, dan kemungkinan untuk diteliti, sebagai berikut
Jangan dimulai dengan permasalahan yang tidak mungkin guru atau
tenaga pendidik sendiri dapat menyelesaikan
Pilihlah fokan perminalahan yang terbatas, yang berukurannkecil, yang
dapat dicari solasi dalam waktu singkat yang tersedia untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan oleh guru
dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas/ruang
kuliah.
Bekerjalah secara kolaboratif bersama mira sejawat dalam penelitian ini,
tanyakan apakah mereka pernah menghadapi permasalahan yang
semacam dengan masalah yang dialami guru
Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan tujuan dan
rencana perkembangan sekolah atau lembaga secara keseluruhan.
D. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi,melacak, menjelaskan
aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan
masalah atau variabel yang akan diteliti. Beberapa penilaput berikut ini dapat
menjadi rujukan makna identifikasi masalah
7
- Identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari masalah
yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian. Semua
masalah yang ada pada objek penelitian dikemukakan, baik masalah yang
akan diteliti maupun tidak diteliti. Masalah yang diteliti umumnya
merupakan variabel dependen. Bendasarkan masalah yang diketahui
tersebut selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah
yang lain. Masalah yang diteliti itu kedudukannya di mana di antara
masalah yang akan diteliti. Manalah apa saja yang diduga berpengaruh
positif atau negatif terhadap masalah yang diteliti
Identifikasi masalah adalah sekelompok aspek yang berada di sekitar
masalah utama yang dapat diteliti untuk menjawab permasalahan utama.
Tahapan identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari
sebanyak banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya
melalui penelitian. Pencarian masalah- masalah ini bertumpu pada masalah
pokok yang tercermin pada bagian latar belakang masalah
Identifikasi masalah adalah tahap permulaan penguasaan masalah di mana
suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu
masalah
8
E. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas merupakan beberapa
pertanyaan yang akan dijawab setelah tindakan dilakukan, perumusan masalah
merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis nantinya, dari perumusan masalah
dapat menghasilkan topik penelitian atau judul dari penelitian.Comoh Perumusan
Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah di atas
maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut.
1. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Kimia Kelas 10 Sma... Kota
?
2. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Kimia Kelas 10 Sma.... Kota
?
G. Manfaat Penelitian
Manfaat Penclinan Tindakan Kelas (PTK) berdasarkan pada hasil PTK
terhadap kualitas pembelajaran sehingga tampak munfaat bagi siswa, guru
maupun komponen pendidikan di sekolah atau lembaga .
Contoh
1. Proses belajar mengajar mata pelajaran Kimia di sekolah menjadi menarik
danmenyenangkan.
2. Disemskan strategi pembelajaran yang sepat tidak konvensional), tetapi
9
bersifatvariatif.
3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan ngas mandiri maupun kelompok
meningka
4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan saran
meningkat.
H. KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka atau teori merupakan sumber rujukan yang digunakan oleh
peneliti, sumber kepustakaan ini terutama dari buku, artikel jurnal ilmiah yang
merupakan hasil penelitian terdahulu, pen tingnya kajian pustaka bagi peneliti
adalah sebagai dasar pijakan dalam penelitian, dengan menggunakan teori maka
hasil pene litiannya memiliki kedudukan yang kuat. Apabila peneliti tanpa
menggunakan teori hasil penelitiannya tidak memiliki makna dan akan mudah
terbantahkan sebab tidak memiliki dasar berpijak yang kuat dan dianggap sebagai
n coba-coba (trial and error). Kajian pustaka merupakan bagian dari rancangan
penelitian, oleh sebab itu perlu banyak mempelajari berbagai kepustakaan.
Kajian pustaka adalah suatu kegiatan yang bertujuan melakukan kajian
secara sungguh-sungguh tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan
dengan topik yang akan diteliti sebagai dasar dalam melangkah pada tahap
penelitian selanjutnya. Kajian pustaka juga diartikan sebagai daftar referensi dari
semua jenis referensi seperti buku, jurnal, artikel, PTK, tesis dan karya ilmiah
lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Materi ini akan membahas
tentang kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian.
Kajian pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari. membaca, dan
menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori
yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka dalam suatu
penelitian ilmiah merupakan satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah
metode penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka
memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikankepada pembaca hasil-hasil
penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah
10
celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya.Kajian pustaka berisi tentang
pembahasan teori yang digunakan sebagai lanadasan unntuk mengkajau atau
menganalisis masalah Penelitian Tindakan Kelas.
I. DESKRIPSI TEORI
a. Kajian Teori
Kajian teori diarahkan untuk membangun sebuah fondasi teoritis sebagai
landasan bagi Penelitian Tindakan Kelas ini dengan melakukan telaah kritis
terhadap pustaka pustaka yang relevan dengan masalah penelitian yang diajukan
atau research issues yang diminati (Augusty Ferdinand, 2014:33).Kajian teori
meliputi: (1) identifikasi dan kajian teori teori yang relevan dengan variabel
penelitian yang akan dianalisis; (2) melengkapi kajian teori dengan berbagai
pendapat orang lain yang telah dipublikasikan; (3) menyatakan sintesis (definisi
konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian
teori.
Dalam kerangka teoriris dinyatakan teori apa yang digunakan untuk
landasan kerja penelitian. Teori itu bisa disusun sendiri secara elektik, bisa juga
berupa teori yang digunakan oleh seorang ahli. Namun, teori apapun yang
digunakan harus dipertanggung-jawabkan melalui kajian sejumlah pustaka yang
juga memuat hasil penelitian dalam lingkup topik penelitian yang menggunakan
teori terpilih ataupun yang menggunakan teori yang berbeda. Teori itu dikaji
secara kronologis, dari yang lama sampai dengan yang mutakhir untuk
menunjukkan kemajuan hasil penelitian sejalan dengan perkembangan teori.
Dengan cara itu, diantara sederet teori, keunggulan teori yang dipilih
sebagai landasan kerja penelitian menjadi tampak (Budi Herijanto, 2011).
Penyebutan nama teori saja tidaklah cukup. Prinsip-prinsip teori itu perlu
diuraikan, termasuk pendekatan dan metode kerja teori itu. Variabel-variabel
pembangun topik penelitian juga perlu diterangkan menurut pandangan teori yang
dipilih itu. Untuk itu landasan teori merupakan pemaparan konsep-konsep
berdasar pada pendapat orang lain kemudian dilakukan kajian, pada akhirnya
dipaparkan menurut sudut pandang penulis dengan disertai cara mengukurnya.
11
Dukungan dasar teoritis dalam rangka memberi jawaban terhadap
pendekatan pemecahan masalah diartikan sebagai menyusun kerangka teoritis
berfungsi sebagai dasar penyusun hipotesis penelitian. Dengan uraian tentang
teori itu hakikat topik penelitian menjadi jelas. Variabel-variabel, masalah, dan
tujuannya tergambarkan secara operasional. Data pun dapat teridentifikasi,
sedangkan lahan pengambilan data dapat ditentukan. Dengan demikian, teknik
pengumpulan. pengolahan, dan analisis data dapat dirancang. Jadi, kerangka
teoritis tidak hanya melandasi identifikasi sasaran, tetapi juga melandasi metode
penelitian.
Pada kajian teori dipaparkan landasan substantive dalam arti teoritik
dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif
yang akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi falsafah dasar, teori, dan
konsep yang sangat erat kaitannya dengan scope penelitian yang akan
didilakukan. Teori-teori yang diambil harus relevan dengan: (1) permasalahan
dilihat dari isinya, dan (2) variabel yang diteliti dilihat dari judul/sub judul yang
ditulis pada kajian teori terutama variabel tindakan (X) harus dijelaskan bukan
hanya teori tentang apa dan mengapa penting, tetapi bagaimana secara teoritis
implementasi variabel X dalam pembelajaran. Tinjauan pustaka diambil dari teori-
teori yang terbaru dan dari berbagai aliran. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini
diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan
maupun pelaku–pelaku PTK lain disamping terhadap teori–teori yang lazim
termuat dalam berbagai kepustakaan. Setelah itu dilanjutkan dengan ulasan
teoritik.
b. Kerangka Berpikir
Dalam kerangka teori/pikir, peubah dicantumkan sebatas yang diteliti dan
dapat dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya
menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan
acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber
bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks
book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan
lain-lain.
Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik digunakan untuk
12
mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan dengan
memodelkan penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan
referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan
menampilkan bagan yang akan membantu mempermudah pembaca mengetahui
arah penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk penguraian variabel
dan indikator instrument penelitian. Pada akhir kerangka teori penulis menyusun
model teori dengan memberi keterangan. Model teori dimaksud merupakan
kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka
itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang
berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang sudah
disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan
batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
Kerangka berpikir menggambarkan alur berpikir penelitian serta
komprehensif yang dimaksudkan untuk menyusun reka pemecahan masalah
(jawaban pertanyaan penelitian) berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka berpikir
memuat unsur-unsur berikut ini:
1) Penjelasan variabel yang diteliti
2) Menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan teori yang
mendasarinya.
3) Dalam kerangka berpikir hendaknya menggunakan kata kata dari peneliti
sendiri, bukan kutipan-kutipan
4) Kerangka berpikir merupakan pendapat pribadi peneliti setelah
mempelajarimasalah dan teori-teori serta hasil penelitian yang relevan.
13
peneliti dalam memahami dengan baik tentang tema yang akan ditelitinya,
sehingga peneliti mengetahui mana yang telah diteliti oleh orang lain dan mana
peluang penelitian selanjutnya. Kajian pustaka akan membantu peneliti dalam
menemukan variabel-variabel serta dapat membant peneliti dalam mendefiniskan
konseptual secara operasional dan juga untuk mendapatkan gambaran hubungan
antar variabel (Clark et al., 2020).
Muara penelitian adalah untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman
serta menyebarkan kepada semua orang agar bermanfaat, penelitian sebelum
dilakukan maka perlu melakukan kajian pustaka, dengan cara melakkan
penelusuran seluruh smber informasi yang telah ada dalam rangka mencari
pengetahuan yang terbaru, mengkaji relevansinya, kualitas, kontroversi dan
kesenjangan yang masih terjadi dengan demikian peneliti dapat mengisi celah
kekurangan sebelumnya dengan melakukan penelitian (Walliman, 2018). Lebih
lanjut Walliaman (2018) menyatakan bahwa kajian pustaka merupakan pengantar
yang paling penting dalam sebuah rancangan penelitian karena kajian pustaka
sebagai dukungan dalam berargumentasi oleh peneliti, dengan memiliki kajian
pustaka yang relevan akan menjadi petunjuk bahwa penelitian tersebut dilakukan.
dengan serius dan kritis.
Kajian pustaka dalam penelitian juga menjadi bukti bahwa. inspirasi dan
ide-ide penelitian diperoleh. Selain itu peneliti memiliki pemahaman yang baik
tentang masalah dan kerangka konseptalnya. Kajian pustaka menjadi tolok ukur
dalam pengorganisasian data dan kejernihan dalam berfikir. Ilmu pengetahuan
yang dihasilkan dalam penelitian bersumberpada pengetahuan sebelumnya. Oleh
sebab itu, sebagai dukunga atas pernyataan tersebut harus ada referensi yang
mudah untuk ditelusuri. Dengan melakukan kajian pustaka selain untk menelusuri
referensi yang berkaitan dengan variabel yang akan di teliti juga menunjukan
kualitas bukti penelitiannya (Hardani dkk, 2020).
Tujuan penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:
1) Membantu peneliti dalam memposisikan permasalahan penelitian
2) Mengetahui orisinilitas permasalahan penelitian
3) Memberikan dasar dalam menyusun kerangka berpikir penelitian.
4) Membantu peneliti dalam merumuskan hipotesis.
14
5) Membantu peneliti untuk menghindari kelemahan penelitian sebelumnya.
K. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan adalah pernyataan yang berkaitan dengan tindakan yang
akan dilaksanakan guna memecahkan masalah yang akan diteliti dan adanya
upaya melakukan peningkatan perbaikan. Hal ini bermakna bahwa hipotesis
tindakan merupakan pernyataan sementara. peneliti berdasarkan kajian pustaka
bahwa jika dilakukan tindakan ini maka diyakini dapat mengatasi masalah
tersebut. Oleh karena itu pernyataan yang dituangkan dalam hipotesis tindakan
harus jelas, tegas dan diyakini kebenarannya untuk memecahkan masalah yang
dapat dilakukan melalui PTK. Rumusan hipotesis tindakan berdasarkan pada cara
memecahkan masalah dalam PTK Contoh:
1. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
motivasibelajar siswa dalam mata pelajaran.... di sekolah...
2. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
prestasibelajar siswa dalam mata pelajaran....di sekolah...
L. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti harus menentukan
metodologi penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang
akan dicapai. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara umum
mencakup, pendekatan penelitian, setting penelitian (tempat penelitian, waktu
penelitian, dan siklus penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan. Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan
dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi
penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus.
15
subjek penelitian adalah manusia. Subjek penelitian atau responden adalah pihak-
pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian . Subjek penelitian
juga membahas subjek yang digunakan dalam penelitian , termasuk penjelasan
mengenai populasi, sampel dan teknik sampling(acak/non-acak) yang digunakan.
subjek penelitian.
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas
berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa
pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan
permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Variabel yang diselidiki.
Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus
utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat
berupa
variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber
belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya
variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar,
keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa,
implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya
variable output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan
dan sebagainya.
Objek penelitian
Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti, dari orang, obyek
atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya contoh objek penelitian
Manfaat Program Matrikulasi di Universitas Santa Dharma Calon
Mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang Papua Dalam Kesiapan
Memasuki Perguruan Tinggi Di Jawa.
16
tempatatau populasi berada.
2) Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dua kali, pertama 29 Mei 2016 dan 9 November2016
O. RENCANA TINDAKAN.
Setting Penelitian
Peneliti Tindakan Kelas (PTK) penting melakukan pengamatan awal untuk
memahami dan menjelaskan tentang situasi keadaan dan latar subjek penelitian
yang dikenai tindakan pada tempat penelitian, waktu penelitian, siklus penelitian
tindakan kelas dan subjek penelitian
1. Tempat Penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas 11 Sekolah
Menengah Atas (SMA)... Kota....
2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK)
Persiapan Penelitian
Tahap Persiapan Rangkaian kegiatan sebelum pengumpulan dan
pengolahan data, pada tahap ini disusun kegiatan yang harus dilakukan dengan
tujuan untuk mengefektifkan dalam persiapan dalam perencanaan.
Siklus penelitian
Pada bagian ini digambarkan siklus penelitian untuk meningkatkan
pembelajaran, seperti:
1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang
diprakarsai seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes diagnostik untuk
menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-
alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan
pelaksanaan tindakan perbaikan yang ditetapkan. Disamping itu juga
diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka
perbaikan masalah
2) Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan.
Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan
diterapkan.
3) Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan
17
penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi
tindakan perbaikan yang dirancang.
4) Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria
dan rencana bagi tindakan berikutnya
Instrumen penelitian
Sebelum pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrumental yang akan
digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu: kompetensi dasar (KD).
Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa:
1. Lembar Kerja Siswa
2. Lembar Pengamatan Diskusi
3. Lembar Evaluasi
18
memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui penelitian tindakan
kelas yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu
ditetapkan kriteria keberhasilan penelitian.
19
maka dilakukan analisis data pertama dikumpulkan hingga penelitian
berakhir secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya interpretasi atau
penafsiran data dilakukan dengan mengacau kepada rujukan teoretis yang
berhubungan atau berkaitan.dengan permasalahan penelitian. Analisis data
meliputi:
Reduksi data.
Display/penyajian data.
Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.
S. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan
urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
T. ANGGARAN PENELITIAN
Rencana anggaran, meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap
persiapanpelaksanaan penelitian, dan pelaporan. serta lebih rinci pembiayaan yang
termasuk dalam setiap bidang adalah dari persiapan hingga akhir
Persiapan kegiatan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk
menetapkan jadwal penelitian pembagian kerja menyusun instrumen
penelitian menetapkan format pengumpulan data menetapkan teknik analisis
data
Kegiatan operasional di lapangan tercakup antara lain pelancaran tes
diagnostik dan analisis hasilnya gladi resik implementasi tindakan perbaikan
20
pelaksanaan tindakan perbaikan observasi kegiatan yang merupakan di
lapangan
Penyusunan laporan hasil PTK pembiayaan yang termasuk dalam kegiatan ini
adalah penyusunan konsep laporan reviu konsep laporan penyusunan konsep
laporan akhir yang merupakan berkas-berkas dan pembiayaan yang
membutuhkan anggaran
Biaya penelitian harus dirincikan berdasarkan kegiatan operasional yang
dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan agar dapat dihitung, biayanya
kegiatan operasional harus jelas tempatnya, lama waktunya, jumlah pesertanya,
dan sarana yang diperlukan. Beberapa patokan pembiayaan kegiatan penelitian
ini berdasarkan dari sumber dananya, perincian bahan dan peralatan penelitian
perjalanan atau proses penelitian dan laporan hasil akhir dari penelitian.
Berikut ini contoh proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disusun oleh
kelompok 11 dengan judul proposal “Penerapan Metode Problem Solving Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga Di Sma
Negeri 6 Kota Jambi”
21
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
LARUTAN PENYANGGA DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI
PROPOSAL
OLEH:
1. Adith Andrizal (A1C119065)
2. Elisabet J Silaban (A1C119096)
DOSEN PENGAMPU
Dra. YUSNIDAR, M.Pd
Dra. WILDA SYAHRI, M.Pd
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Tahap – Tahap Metode Pembelajaran Problem Solving ................................. 12
2.2 Pembeda Dengan Penelitian Terdahulu .......................................................... 22
3.1 Kisi – Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa .................................................... 30
3.2 Nilai Interval ................................................................................................... 33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
SMA N 6 Kota Jambi, dapat dilihat dari hasil perolehan nilai peserta didik pada
mata pelajaran Kimia yang sesuai dengan standar sekolah, apabila nilai yang
diperoleh peserta didik sesuai atau kurang dari kriteria ketuntasan minimal maka
dikatakan proses belajar mengajar kurang berhasil.
Dari materi sebelumnya, hasil belajar peserta didik belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dari pihak sekolah,
yaitu Kriteria ketuntasan minimal individu sebesar 70 dan kriteria ketuntasan
klasikal adalah 85%. Hal ini sesuai dengan data pada observasi awal bahwa dari
nilai pada materi pokok sebelumnya terdapat 23 peserta didik dari seluruh peserta
didik berjumlah 28orang siswa yang memiliki nilai di bawah KKM, ini berarti
hanya 60% ketuntasan klasikal yang telah dicapai dengan nilai tertinggi 80 dan
nilai terendah 32-50. Hasil belajar ini masih belum memenuhi standar yang telah
ditentukan sekolah.
Dalam proses pembelajaran KIMIA, maka dari itu proses pembelajaran
harus memberikan indikasi bahwa guru hendaknya beralih pandangan dari
mengajar sebagai transfer pengetahuan menuju perannya sebagai mediator dan
fasilitator, sehingga mampu membantu siswa untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, dengan salah satu metode dalam pembelajaran, yaitu penerapan
metode Problem Solving.
Metode sebagai salah satu komponen pengajaran menepati peranan yang
kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar. “Tidak ada
satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran”
Djamarah(2010:73).
Permasalahan yang ada di kelas XI IPA 1 Sekolah Menengah Atas (SMA)
N 6 Kota Jambi. Yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa, peneliti bersama
guru memandang perlu adanya perbaikan untuk membangkitkan semangat siswa
terutama motivasi dalam belajar, peneliti bersama guru mencoba menerapkan
metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi
dalam pembelajaran kimia terutama materi larutan penyangga . salah satu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa adalah Metode
Problem Solving yaitu metode pembelajaran ini menerapkan agar siswa terlatih
dalam menghadapi masalah kelompok, baik itu masalah pribadi atau perorangan
5
atau masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama. Yakni
dengan adanya masalah yang merupakan proses dari menerima tantangan dan
usaha – usaha untuk menyelesaikaan sampai menemukan titik penyelesaian.
Melalui metode Problem Solving disertai Handuot diharapkan dapat lebih
mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat
mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan metode pembelajaran Problem Solving dengan pemberian bahan ajar
berupa Handout. Sebagaimana yang ditemukan oleh tim Depdiknas (2004 :23)
Handout merupakan bahan ajar yang disiapkan oleh guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul yaitu “Penerapan Metode Problem Solving
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Larutan
Penyangga Di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi”.
6
8
9
B. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai pemilihan, penyusunan dan
penyampaian informasi yang sesuai dengan lingkungan dan cara pebelajar untuk
berinteraksi dengan informasi. Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang
saling berkaitan yang bekerja sama secara terpadu untuk tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen dalam sistem pembelajaran ada
empat, yaitu : tujuan, materi, strategi belajar mengajar dan evaluasi.
Menurut Bloom tujuan pembelajaran meliputi tiga kawasan belajar, yaitu :
kognitif, afektif dan psikomotor (Margono, 1998 : 9). Tujuan pembelajaran
tersebut merupakan faktor pertama yang mempengaruhi pemilihan strategi yang
10
akan dilaksanakan.
disampaikan.
b. Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat pemecahan
masalah dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih
sedikit.
c. Siswa akan berkejar keras dalam menyelesaikan masalah.
belajar lebih giat lagi agar diwaktu yang akan datang ia tidak memdapatkan
hukuman lagi.
D. Indikator Motivasi
Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang
berbeda – beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif –motif
lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi sebab uatama tingakh
laku individu pada saat tertentu. Motif yang lemah hampir tidak mempunyai
pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan
menjadi sangat lemah karena ada motif lain yang lebih kuat pada saat itu.
Keller (1983) dalam Wiena mendefinisikan motivasi sebagai intensitas dan
arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk
mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang
dilakukannya. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi
belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-
indikator sebagai berikut:
1. Tingkat perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
2. Tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan terhadap kemampuan
peserta didik
3. Tingkat keyakinan peserta didik terhadap kemampuannya dalam
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran
4. Tingkat kepuasan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
cairan lambung mempunyai pH = 3. Oksigen dapat terikat dengan baik oleh butir-
butir darah merah bila pH darah sekitar 6,1 – 7. Untuk menjaga agar pH larutan
tersebut pada kisaran angka tertentu (tetap), maka diperlukan suatu sistem yang
dapat mempertahankan pH.
Pada penambahan HCl dan NaOH ke dalam air akan mengakibatkan pH
air cepat berubah, sedangkan penambahan HCl dan NaOH ke dalam campuran
CH3COOH/ CH3COONa dan campuran NH4OH/NH4Cl pH-nya relatif tidak
banyak berubah. Hal tersebut ditandai dengan jumlah HCl dan NaOH yang cukup
banyak untuk mengubah warna indikator (mengubah harga pH). Jadi, ada sistem
larutan yang pH-nya mudah berubah dan ada sistem larutan (campuran) yang pH-
nya sukar berubah. Larutan yang pH-nya relatif tetap (tidak berubah) pada
penambahan sedikit asam dan/atau sedikit basa disebut sebagai larutan
penyangga atau larutan buffer.
Dalam campuran asam asetat (CH3COOH) dengan natrium asetat
(CH3COONa) dan amonia (basa lemah) NH4OH dengan amonium klorida
(NH4Cl) dapat berperan sebagai sistem penyangga atau buffer. Ditinjau dari
komposisi zat penyusunnya terdapat dua sistem larutan penyangga yaitu sistem
penyangga asam lemah dengan basa konjugasinya dan sistem penyangga basa
lemah dengan asam konjugasinya.
1. Sistem Penyangga Asam dan Basa Konjugasi
Campuran CH3COOH dan CH3COONa ternyata dapat berperan sebagai
sistem penyangga. Dalam sistem campuran ini sebenarnya terdapat beberapa
spesi, yaitu CH3COOH yang tidak terurai (asam lemah), CH3COO- hasil ionisasi
dari sebagian kecil CH3COOH dan ionisasi CH3COONa, ion H+ hasil ionisasi
sebagian kecil CH3COOH dan ion Na+ dari ionisasi CH3COONa.
CH3COOH (aq) CH3COO- (aq) + H+(aq)
CH3COONa(aq) CH3COO- (aq) + Na+(aq)
Di dalam larutan penyangga tersebut terdapat campuran asam lemah (CH3COOH)
dengan basa konjugasinya (CH3COO-). Sistem campuran tersebut dibuat secara
langsung dari asam lemah dengan garam yang mengandung basa konjugasi
pasangan dari asam lemah tersebut, atau sering disebut campuran asam lemah
dengan garamnya.
20
Selain dibuat secara langsung juga dapat dibuat secara tidak langsung, yaitu
dengan mereaksikan asam lemah berlebihan dan basa kuat.
2. Sistem Penyangga Basa dan Asam Konjugasi
Dari campuran NH3(aq) atau NH4OH dan NH4Cl terdapat sistem
penyangga. Dalam larutan itu, sebenarnya terdapat ion OH- yang berasal dari
ionisasi sebagian NH4OH dan ionisasi NH4Cl. Dengan demikian, dalam sistem
penyangga tersebut terdapat basa lemah dan asam konjugasi pasangan basa
lemah tersebut. Sistem ini dapat dibuat secara langsung dengan mencampurkan
basa lemah dengan garam yang mengandung asam konjugasi dari basa tersebut,
dan sering disebut sebagai campuran dari basa lemah dengan garamnya. Selain
dibuat secara langsung juga dapat dibuat secara tidak langsung, yaitu dengan
mereaksikan basa lemah berlebihan dan asam kuat.
3. pH Larutan Penyangga
1) Sistem Penyangga Asam Lemah dan Basa Konjugasinya
Yang berperan penting dalam larutan penyangga adalah sistem reaksi
kesetimbangan yang terjadi pada asam lemah atau basa lemah. Pada sistem
penyangga asam lemah (misalnya HA) dengan basa konjugasinya misalnya A-
yang berasal dari NaA. Maka di dalam sistem larutan terdapat kesetimbangan:
HA(aq) H+(aq) + A- (aq)........ (1)
NaA(aq) Na+(aq) + A-(aq)........ (2)
Dari reaksi kesetimbangan (1) didapat.
Ka = H+ + A- / [HA] .................(3)
sehingga konsentrasi ion H+ dalam sistem dapat dinyatakan:
H+ = Ka HA / [A-].....................(4)
Pada sistem (campuran) tersebut, HA merupakan asam lemah yang sedikit
terionisasi, sehingga konsentrasi HA dianggap tetap dan selanjutnya disebut
sebagai konsentrasi asam atau [asam]. Konsentrasi ion [A-] berasal dari dua
komponen, yaitu [A-] dari asam lemah (HA) dan [A-] dari NaA. Oleh karena HA
asam lemah, maka hanya dihasilkan ion A- dalam jumlah yang sangat sedikit,
sehingga [A-] yang berasal dari NaA dan selanjutnya disebut sebagai konsentrasi
basa konjugasinya atau [basa konjugat].
Dari persamaan (4) maka untuk menentukan [H+] larutan penyangga asam lemah
21
akan saya teliti dan pada tingkat sekolah yang akan diteliti. Dan apakah Penerapan
Metode Problem Solving Disertai Hand Out Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga Di Sekolah Menengah Atas (SMA)
N 6 Kota Jambi.
METODE PENELITIAN
25
26
Keterangan :
1) Perencaan
2) Tindakan dan Observasi 1
3) Refleksi 1
4) Rencana terevisi 1
5) Tindakan dan Observasi II
6) Refleksi II
7) Rencana terevisi II
8) Tindakan dan Observasi III
9) Refleksi
3. Observasi
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan observasi yang
dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas peserta didik.
4. Refleksi
Refleksi ini diadakan berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah
dilakukan oleh guru dan peneliti. Peneliti bersama dengan guru kemudian
membahas dampak yang dihasilkan dan membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi tindakan.
Penelitian ini membahas tentang Penerapan Metode Problem Solving
Disertai Hand out Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi
Larutan Penyangga Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Jambi.
28
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 maret sampai 1 mei 2017 Di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan oleh
peneliti dan berkaloborasi bersama guru wali kelas XI IPA 1. dengan
menjelaskan materi pembelajaran dengan metode, pada kegiatan prasiklus tanpa
menggunakan hand out, kemudian pada tahap siklus I dan siklus II peneliti
menjelaskan materi pembelajaran ekosistem dengan menggunakan metode
problem solving dan disertai han dout dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan data yang dicapai.
mungkin dirombak total. Sedangkan validitas isi adalah uji validitas dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan.
(Sugiyono,2013, hlm. 125).
Secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen.
Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan
nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan
mudah dan sistematis (Sugiyono, 2013, hlm 129).
Pada setiap instrumen angket terdapat butir-butir (item) pertanyaan
Untuk menguji validitas butr-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah
dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisiskan.
81 - 100 Tinggi
61 – 80 Sedang
31 – 60 Rendah
0 – 30 Sangat Rendah
DAFTAR PUSTAKA
34