Anda di halaman 1dari 59

METEDOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

FORMAT SISTEMATIKA PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN


TINDAKAN KELAS ( PTK)

Kelompok XI:

1. Adith Andrizal (A1C119065)


2. Elisabet J Silaban (A1C119096)

DOSEN PENGAMPU
Dra. YUSNIDAR, M.Pd
Dra. WILDA SYAHRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami smapaikan kepada Ibu Dra. Yusnidar, M.Pd
dan Ibu Dra. Wilda Syahri, M.Pd sebagai dosen pengampu pada mata kuliah
penelitian tindakan kelas yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunna makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Kiranya
apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan
Pada dasarnya makalah ini kami sajikan khusus untuk membahas tentang
“FORMAT SISTEMATIKA PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN
TINDAKAN KELAS ( PTK)”
Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam makalah ini. Mudah-
mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam tentang
Keterampilan Dasar Mengajar kepada kita semua. Makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari teman-teman untukmemperbaiki makalah kami selanjutnya. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, 20 mei 2022

Kelompok 11

ii
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Format dan sistematika proposal penelitian tindakan kelas


Format proposal PTK pada umumnya bervariasi, namun demikian tidak
jauh berbeda substansinya. Substansi atau sistematika proposal bergantung pada
ketentuan yang diberlakukan di institusi tertentu, misalnya format proposal yang
diperuntukan bagi kalangan guru-guru di lingkungan Kementerian Pendidikan
Nasional, format dan sistematika proposal penelitian tindakan kelas sebagai
berikut:
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Indentifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Kajian Teoritis
2.1.2 Kerangka Berfikir
2.2 Penelitian yang Relevan
2.3 Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Subjek dan Objek Penelitian
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3 Prosedur Penelitian atau Rancangan Tindakan
3.3.1 Setting penelitian
3.3.2 Persiapan Penelitian
3.3.3 Siklus Penelitian
3.3.4 Instrumen Penelitian
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data Analisis Data
3.5 Teknik Prosedur Penelitian

3
3.5.1 Tim Peneliti dan Tugasnya
3.6 Jadwal Penelitian
3.7 Anggran Penelitian.
Daftar pustaka
Lampiran

A. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian yang dipilih dari proposal penelitian, skripsi, tesis, atau
disertasi merupakan suatu rumusan gagasan yang memenuhi suatu fenomena,
gejala, bahkan kejadian dari lingkungan tertentu yang dibuat menjadi objek
kajian. Judul penelitian yang ditulis harus menunjukkan kejelasan dan ketegasan
berkaitan variabel yang akan digunakan. Variabel bebas adalah faktor yang
mendahului dan variabel terikat adalah faktor yang menjadi akibat. Judul
penelitian tindakan kelas harus berfokus pada subyek orang dan tempat dimana
dilakukan penelitian yang sama. Kata yang digunakan dalam pemilihan judul
akan memberikan pengetahuan sekilas lebih awal untuk pembaca.
Dalam membuat judul penelitian, beberapa hal yang harus diketahui adalah judul
itu harus:
1. Komunikatif, mudah dipahami maksudnya oleh pembaca
2. Memuat variabel penelitian
3. Menjawab apa yang ingin ditingkatkan
4. Dengan cara apa/upaya apa untuk meningkatkannya.
5. Sasaran dan Lokasi tercermin dalam judul;
6. Banyak kata sekitar 15-20 kata

Judul penelitian tindakan kelas hendaknya singkat dan spesifik, tetapi


cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan
yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang
dihadapi. Intinya ada 3 (tiga) informasi penting yang harus tertulis pada judul,
yaitu: (1) tindakan apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran, (2) Apa
yang akan ditingkatkan dengan tindakan tersebut dan (3) siapa yang akan
dikenai atau sasaran tindakannya.

4
Pemilihan judul penelitian tindakan kelas dapat dilakukan de ngan
menentukan variabel penelitian yang akan digunakan. Meng gunakan judul dan
subjudul adalah salah satu cara sederhana untuk menyediakan struktur organisasi
untuk tulisan dan membuat struktur itu jelas bagi orang lain (Leedy & Ormrod,
2021). Judul penelitian yang ditulis harus menunjukkan kejelasan dan ketegasan
berkaitan variabel yang akan digunakan. Variabel bebas adalah faktor yang
mendahului dan variabel terikat adalah faktor yang menjadi akibat. Kedua
variabel tersebut merupakan bagian dari masalah yang dituliskan di judul.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimulai dari kegiatan permasalahan
akademik yang didapatkan di ruang lingkup supervisi klinis dan dibutuhkan
segera pemecahannya (Huda, 2020). Pemilihan judul yang tepat akan membantu
peneliti untuk memiliki gambaran informasi awal mengenai rancangan
penelitian.
Pemilihan judul penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan
menentukan orang dan tempat dimana kegiatan penelitian akan dilakukan.
Penelitian tindakan kelas adalah kajian dengan sistem untuk memperbaiki
implementasi praktek pendidikan yang dilakukan guru disert ai tindakan-
tindakan proses pembelajaran (Nurdin, 2016). Judul penelitian tindakan kelas
harus berfokus pada subyek orang dan tempat dimana dilakukan penelitian yang
sama. Hasil penelitian tindakan kelas dapat digunakan dan dibagikan sebagai
pengalaman dengan guru atau praktisi yang mengajar dalam bidang studi yang
sama (Rahardjo, 2015). Penelitian tindakan kelas biasanya dilakukan di dalam
atau di luar kelas. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu cara yang dapat
digunakan pendidik dalam meningkatkan atau memperbaiki proses pembelajaran
dalam layanan pendidikan (Susilowati, 2018). Pemilihan judul menggunakan
penulisan kata meningkatkan akan membantu peneliti dalam melakukan
beberapa kegiatan pembelajaran demi tercapainya pembelajaran yang
berkualitas.
Judul penelitian tindakan kelas harus menggunakan kata predikat berupa
meningkatkan atau peningkatan. Kata yang digunakan dalam pemilihan judul
akan memberikan pengetahuan sekilas lebih awal untuk pembaca. Dianjurkan
untuk mencari tidak hanya informasi judul yang berhubungan langsung dengan

5
masalah tetapi juga untuk mengeksplorasi konsep yang terkait dengan
masalah (Hathaway & Norton, 2018). Judul yang ditulis dengan menggunakan
model atau metode pembelajaran akan menunjukkan peningkatan proses
pembelajaran jika kegiatan pembelajaran hanya dilakukan secara konvensional.

B. LEMBAR PENGESAHAN
Lembar pengesahan atau dalam beberapa laporan kegiatan dan penelitian
kalian bisa menjumpainya dengan nama lembar persetujuan merupakan lembar
berisi pernyataan atau persetujuan dari pihak terkait mengenai sah/tidaknya
laporan yang dibuat oleh seorang penulis.

C. Latar Belakang Masalah


Bagian latar belakang memuat tentang ahli pemikiran peneliti tentang
mengapa masalah tersebut penting dan perlu diseliti, bisa juga berdasarkan
fenomena-fenomena atau peristiwa masa lalu yang empiris dan sedang terjadi
serta yang bakal terjadi yang berhubungan dengan masalah pada objek penelitian,
yang dinilai menampakkan adanya penyimpangan yang memerlukan peneliti
untuk menganalisis nusalah sapaya diadakan penelitian. Latar belakang masalah
bisa diperoleh dari kajian-kajian teon-teori yang mendasari pemecahan masalah
penelitian yang dapat ditemukan dari litetur iteratur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, seperti buku buku,surat kabar, jurnal-jurnal penelitian baik
yang berbentuk tulisan maupun terdapat dari media internet. Latar belakang
menjelaskan apa yang mendorong peneliti menjalankan kajian yang berdasarkan
pengalaman, isu-isu yang hangat dibicarakan, dan bacaan penulis, atau hasil
penelitian-penelitian. lepas.Bagian latar belakang masalah, peneliti dapat
mengemukakan dan menjelaskan beberapa hal, sebagai berikut.
1) Mengemukakan kondisi yang seturusnya (das sollen) dan kondisi yang ada
dalam proses pembelajaran di sekolah kelas sehingga jelas adanya
kesenjangan yang merupakan masalah yang menuntut untuk dicari solusi
2) Menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu penting dan mendesak
untuk dicari solusi, serta dapat dilaksanakan.
3) Kemukakan masalah yang nyata yang terjadi di dalam proses

6
pembelajaran di sekolah/kelas
4) Kerugian-kegian dan keuntungan keuntungan apa yang akan terjadi kalau
masalah tersebut tidak diteliti.
5) Pemaparan latar belakang masalah pada umumnya memakai umumnya
memakainpendekatan deduksi, yakni dari hal-hal yang sifatnya umum ke
hal-hal yang sifatnya kimsus (kerucut terbalik)
6) Kemukakan teori-teori yang mendasari atau relevan dengan masalah, yang
diajukan untuk mengatasi masalah yang diteliti.
Dari aspek-aspek di atas dapat secara terperinci terus dikembangkan
menjadi fokus permasalahan. Ada beberapa pegangan dalam menjadi fokus
permasalahan Terutama dalam menilai pentingnya hal tersebut dijadikan topik
penelitian, dan kemungkinan untuk diteliti, sebagai berikut
 Jangan dimulai dengan permasalahan yang tidak mungkin guru atau
tenaga pendidik sendiri dapat menyelesaikan
 Pilihlah fokan perminalahan yang terbatas, yang berukurannkecil, yang
dapat dicari solasi dalam waktu singkat yang tersedia untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
 Pilihlah fokus permasalahan yang penting untuk diselesaikan oleh guru
dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas/ruang
kuliah.
 Bekerjalah secara kolaboratif bersama mira sejawat dalam penelitian ini,
tanyakan apakah mereka pernah menghadapi permasalahan yang
semacam dengan masalah yang dialami guru
 Sebaiknya fokus permasalahan yang dipilih relevan dengan tujuan dan
rencana perkembangan sekolah atau lembaga secara keseluruhan.

D. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi,melacak, menjelaskan
aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan
masalah atau variabel yang akan diteliti. Beberapa penilaput berikut ini dapat
menjadi rujukan makna identifikasi masalah

7
- Identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari masalah
yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian. Semua
masalah yang ada pada objek penelitian dikemukakan, baik masalah yang
akan diteliti maupun tidak diteliti. Masalah yang diteliti umumnya
merupakan variabel dependen. Bendasarkan masalah yang diketahui
tersebut selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah
yang lain. Masalah yang diteliti itu kedudukannya di mana di antara
masalah yang akan diteliti. Manalah apa saja yang diduga berpengaruh
positif atau negatif terhadap masalah yang diteliti
 Identifikasi masalah adalah sekelompok aspek yang berada di sekitar
masalah utama yang dapat diteliti untuk menjawab permasalahan utama.
Tahapan identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari
sebanyak banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya
melalui penelitian. Pencarian masalah- masalah ini bertumpu pada masalah
pokok yang tercermin pada bagian latar belakang masalah
 Identifikasi masalah adalah tahap permulaan penguasaan masalah di mana
suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu
masalah

Contoh: Identifikasi Masalah


Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dalam latar belakang masalah serta
dari pengamatan awal (grand tour) ditemukan fenomena-fenomena yang dipilih
sebagai objek perhatian untuk dikaji secara ilmiah. Dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut.
1) Proses pembelajaran materi pelajaran Kimia kurang kondusif.
2) Kurung interaksi antara guru dengan siswa.
3) Proses pembelajaran satu arah.
4) Metode belajar yang digunakan oleh guru kurang menarik.
5) Pelajaran Kimia kurang membekali siswa.
6) Rendahnya motivasi belajar siswa untuk mata pelajaran Kimia
7) Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran kimia.

8
E. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas merupakan beberapa
pertanyaan yang akan dijawab setelah tindakan dilakukan, perumusan masalah
merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis nantinya, dari perumusan masalah
dapat menghasilkan topik penelitian atau judul dari penelitian.Comoh Perumusan
Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah di atas
maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut.
1. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Kimia Kelas 10 Sma... Kota
?
2. Apakah pendekatan berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Kimia Kelas 10 Sma.... Kota
?

F. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Dikemukakan secara singkat berdasarkan topik atau masalah PTK yang
dikemukakan.Contoh :
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran mata
pelajaran Kimia di sekolah... Kota...
2 Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dari kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, ide, gagasan dan pertanyaan. Siswa dapat
bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggung
jawabkan segala tugas individu maupun kelompok

G. Manfaat Penelitian
Manfaat Penclinan Tindakan Kelas (PTK) berdasarkan pada hasil PTK
terhadap kualitas pembelajaran sehingga tampak munfaat bagi siswa, guru
maupun komponen pendidikan di sekolah atau lembaga .
Contoh
1. Proses belajar mengajar mata pelajaran Kimia di sekolah menjadi menarik
danmenyenangkan.
2. Disemskan strategi pembelajaran yang sepat tidak konvensional), tetapi

9
bersifatvariatif.
3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan ngas mandiri maupun kelompok
meningka
4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan saran
meningkat.

H. KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka atau teori merupakan sumber rujukan yang digunakan oleh
peneliti, sumber kepustakaan ini terutama dari buku, artikel jurnal ilmiah yang
merupakan hasil penelitian terdahulu, pen tingnya kajian pustaka bagi peneliti
adalah sebagai dasar pijakan dalam penelitian, dengan menggunakan teori maka
hasil pene litiannya memiliki kedudukan yang kuat. Apabila peneliti tanpa
menggunakan teori hasil penelitiannya tidak memiliki makna dan akan mudah
terbantahkan sebab tidak memiliki dasar berpijak yang kuat dan dianggap sebagai
n coba-coba (trial and error). Kajian pustaka merupakan bagian dari rancangan
penelitian, oleh sebab itu perlu banyak mempelajari berbagai kepustakaan.
Kajian pustaka adalah suatu kegiatan yang bertujuan melakukan kajian
secara sungguh-sungguh tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan
dengan topik yang akan diteliti sebagai dasar dalam melangkah pada tahap
penelitian selanjutnya. Kajian pustaka juga diartikan sebagai daftar referensi dari
semua jenis referensi seperti buku, jurnal, artikel, PTK, tesis dan karya ilmiah
lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Materi ini akan membahas
tentang kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian.
Kajian pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari. membaca, dan
menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori
yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka dalam suatu
penelitian ilmiah merupakan satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah
metode penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka
memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikankepada pembaca hasil-hasil
penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah

10
celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya.Kajian pustaka berisi tentang
pembahasan teori yang digunakan sebagai lanadasan unntuk mengkajau atau
menganalisis masalah Penelitian Tindakan Kelas.

I. DESKRIPSI TEORI
a. Kajian Teori
Kajian teori diarahkan untuk membangun sebuah fondasi teoritis sebagai
landasan bagi Penelitian Tindakan Kelas ini dengan melakukan telaah kritis
terhadap pustaka pustaka yang relevan dengan masalah penelitian yang diajukan
atau research issues yang diminati (Augusty Ferdinand, 2014:33).Kajian teori
meliputi: (1) identifikasi dan kajian teori teori yang relevan dengan variabel
penelitian yang akan dianalisis; (2) melengkapi kajian teori dengan berbagai
pendapat orang lain yang telah dipublikasikan; (3) menyatakan sintesis (definisi
konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian
teori.
Dalam kerangka teoriris dinyatakan teori apa yang digunakan untuk
landasan kerja penelitian. Teori itu bisa disusun sendiri secara elektik, bisa juga
berupa teori yang digunakan oleh seorang ahli. Namun, teori apapun yang
digunakan harus dipertanggung-jawabkan melalui kajian sejumlah pustaka yang
juga memuat hasil penelitian dalam lingkup topik penelitian yang menggunakan
teori terpilih ataupun yang menggunakan teori yang berbeda. Teori itu dikaji
secara kronologis, dari yang lama sampai dengan yang mutakhir untuk
menunjukkan kemajuan hasil penelitian sejalan dengan perkembangan teori.
Dengan cara itu, diantara sederet teori, keunggulan teori yang dipilih
sebagai landasan kerja penelitian menjadi tampak (Budi Herijanto, 2011).
Penyebutan nama teori saja tidaklah cukup. Prinsip-prinsip teori itu perlu
diuraikan, termasuk pendekatan dan metode kerja teori itu. Variabel-variabel
pembangun topik penelitian juga perlu diterangkan menurut pandangan teori yang
dipilih itu. Untuk itu landasan teori merupakan pemaparan konsep-konsep
berdasar pada pendapat orang lain kemudian dilakukan kajian, pada akhirnya
dipaparkan menurut sudut pandang penulis dengan disertai cara mengukurnya.

11
Dukungan dasar teoritis dalam rangka memberi jawaban terhadap
pendekatan pemecahan masalah diartikan sebagai menyusun kerangka teoritis
berfungsi sebagai dasar penyusun hipotesis penelitian. Dengan uraian tentang
teori itu hakikat topik penelitian menjadi jelas. Variabel-variabel, masalah, dan
tujuannya tergambarkan secara operasional. Data pun dapat teridentifikasi,
sedangkan lahan pengambilan data dapat ditentukan. Dengan demikian, teknik
pengumpulan. pengolahan, dan analisis data dapat dirancang. Jadi, kerangka
teoritis tidak hanya melandasi identifikasi sasaran, tetapi juga melandasi metode
penelitian.
Pada kajian teori dipaparkan landasan substantive dalam arti teoritik
dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif
yang akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi falsafah dasar, teori, dan
konsep yang sangat erat kaitannya dengan scope penelitian yang akan
didilakukan. Teori-teori yang diambil harus relevan dengan: (1) permasalahan
dilihat dari isinya, dan (2) variabel yang diteliti dilihat dari judul/sub judul yang
ditulis pada kajian teori terutama variabel tindakan (X) harus dijelaskan bukan
hanya teori tentang apa dan mengapa penting, tetapi bagaimana secara teoritis
implementasi variabel X dalam pembelajaran. Tinjauan pustaka diambil dari teori-
teori yang terbaru dan dari berbagai aliran. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini
diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan
maupun pelaku–pelaku PTK lain disamping terhadap teori–teori yang lazim
termuat dalam berbagai kepustakaan. Setelah itu dilanjutkan dengan ulasan
teoritik.
b. Kerangka Berpikir
Dalam kerangka teori/pikir, peubah dicantumkan sebatas yang diteliti dan
dapat dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya
menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan
acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber
bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks
book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan
lain-lain.
Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik digunakan untuk

12
mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan dengan
memodelkan penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan
referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan
menampilkan bagan yang akan membantu mempermudah pembaca mengetahui
arah penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk penguraian variabel
dan indikator instrument penelitian. Pada akhir kerangka teori penulis menyusun
model teori dengan memberi keterangan. Model teori dimaksud merupakan
kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka
itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang
berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang sudah
disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan
batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
Kerangka berpikir menggambarkan alur berpikir penelitian serta
komprehensif yang dimaksudkan untuk menyusun reka pemecahan masalah
(jawaban pertanyaan penelitian) berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka berpikir
memuat unsur-unsur berikut ini:
1) Penjelasan variabel yang diteliti
2) Menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan teori yang
mendasarinya.
3) Dalam kerangka berpikir hendaknya menggunakan kata kata dari peneliti
sendiri, bukan kutipan-kutipan
4) Kerangka berpikir merupakan pendapat pribadi peneliti setelah
mempelajarimasalah dan teori-teori serta hasil penelitian yang relevan.

J. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian yang relevan merupakan pembahasan hasil hasil penelitian yang
termuat dalam buku teks, jurnal, tesis, disertasi, prosiding, laporan Penelitian
Tindakan Kelas, dan kegiatan ilmiah lainnya yang mendukung penelitian yang
akan dilakukan. Penelitian yang relevan berfungsi untuk mendukung argumentasi
rekomendasi dari rencana tindakan yang dipilih.
Semua penelitian pada umumnya didasarkan pada kepustakaan, yang
relevan dengan bidang yang akan diteliti. Kajian pustaka menjadi alat bagi

13
peneliti dalam memahami dengan baik tentang tema yang akan ditelitinya,
sehingga peneliti mengetahui mana yang telah diteliti oleh orang lain dan mana
peluang penelitian selanjutnya. Kajian pustaka akan membantu peneliti dalam
menemukan variabel-variabel serta dapat membant peneliti dalam mendefiniskan
konseptual secara operasional dan juga untuk mendapatkan gambaran hubungan
antar variabel (Clark et al., 2020).
Muara penelitian adalah untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman
serta menyebarkan kepada semua orang agar bermanfaat, penelitian sebelum
dilakukan maka perlu melakukan kajian pustaka, dengan cara melakkan
penelusuran seluruh smber informasi yang telah ada dalam rangka mencari
pengetahuan yang terbaru, mengkaji relevansinya, kualitas, kontroversi dan
kesenjangan yang masih terjadi dengan demikian peneliti dapat mengisi celah
kekurangan sebelumnya dengan melakukan penelitian (Walliman, 2018). Lebih
lanjut Walliaman (2018) menyatakan bahwa kajian pustaka merupakan pengantar
yang paling penting dalam sebuah rancangan penelitian karena kajian pustaka
sebagai dukungan dalam berargumentasi oleh peneliti, dengan memiliki kajian
pustaka yang relevan akan menjadi petunjuk bahwa penelitian tersebut dilakukan.
dengan serius dan kritis.
Kajian pustaka dalam penelitian juga menjadi bukti bahwa. inspirasi dan
ide-ide penelitian diperoleh. Selain itu peneliti memiliki pemahaman yang baik
tentang masalah dan kerangka konseptalnya. Kajian pustaka menjadi tolok ukur
dalam pengorganisasian data dan kejernihan dalam berfikir. Ilmu pengetahuan
yang dihasilkan dalam penelitian bersumberpada pengetahuan sebelumnya. Oleh
sebab itu, sebagai dukunga atas pernyataan tersebut harus ada referensi yang
mudah untuk ditelusuri. Dengan melakukan kajian pustaka selain untk menelusuri
referensi yang berkaitan dengan variabel yang akan di teliti juga menunjukan
kualitas bukti penelitiannya (Hardani dkk, 2020).
Tujuan penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:
1) Membantu peneliti dalam memposisikan permasalahan penelitian
2) Mengetahui orisinilitas permasalahan penelitian
3) Memberikan dasar dalam menyusun kerangka berpikir penelitian.
4) Membantu peneliti dalam merumuskan hipotesis.

14
5) Membantu peneliti untuk menghindari kelemahan penelitian sebelumnya.

K. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan adalah pernyataan yang berkaitan dengan tindakan yang
akan dilaksanakan guna memecahkan masalah yang akan diteliti dan adanya
upaya melakukan peningkatan perbaikan. Hal ini bermakna bahwa hipotesis
tindakan merupakan pernyataan sementara. peneliti berdasarkan kajian pustaka
bahwa jika dilakukan tindakan ini maka diyakini dapat mengatasi masalah
tersebut. Oleh karena itu pernyataan yang dituangkan dalam hipotesis tindakan
harus jelas, tegas dan diyakini kebenarannya untuk memecahkan masalah yang
dapat dilakukan melalui PTK. Rumusan hipotesis tindakan berdasarkan pada cara
memecahkan masalah dalam PTK Contoh:
1. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
motivasibelajar siswa dalam mata pelajaran.... di sekolah...
2. Penerapan pembelajaran berbasis konstruktivisme dapat meningkatkan
prestasibelajar siswa dalam mata pelajaran....di sekolah...

L. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti harus menentukan
metodologi penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang
akan dicapai. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara umum
mencakup, pendekatan penelitian, setting penelitian (tempat penelitian, waktu
penelitian, dan siklus penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan. Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan
dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi
penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus.

M. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


Subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sebagai sumber data atau
sumberinformasi oleh peneliti untuk riset yang dicari. Dalam penelitian sosial,

15
subjek penelitian adalah manusia. Subjek penelitian atau responden adalah pihak-
pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian . Subjek penelitian
juga membahas subjek yang digunakan dalam penelitian , termasuk penjelasan
mengenai populasi, sampel dan teknik sampling(acak/non-acak) yang digunakan.
subjek penelitian.
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas
berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa
pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan
permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Variabel yang diselidiki.
Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus
utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat
berupa
 variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber
belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya
 variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar,
keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa,
implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya
 variable output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan
dan sebagainya.
 Objek penelitian
Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti, dari orang, obyek
atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya contoh objek penelitian
Manfaat Program Matrikulasi di Universitas Santa Dharma Calon
Mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang Papua Dalam Kesiapan
Memasuki Perguruan Tinggi Di Jawa.

N. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN


1) Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang mana

16
tempatatau populasi berada.
2) Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dua kali, pertama 29 Mei 2016 dan 9 November2016

O. RENCANA TINDAKAN.
 Setting Penelitian
Peneliti Tindakan Kelas (PTK) penting melakukan pengamatan awal untuk
memahami dan menjelaskan tentang situasi keadaan dan latar subjek penelitian
yang dikenai tindakan pada tempat penelitian, waktu penelitian, siklus penelitian
tindakan kelas dan subjek penelitian
1. Tempat Penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas 11 Sekolah
Menengah Atas (SMA)... Kota....
2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK)
 Persiapan Penelitian
Tahap Persiapan Rangkaian kegiatan sebelum pengumpulan dan
pengolahan data, pada tahap ini disusun kegiatan yang harus dilakukan dengan
tujuan untuk mengefektifkan dalam persiapan dalam perencanaan.
 Siklus penelitian
Pada bagian ini digambarkan siklus penelitian untuk meningkatkan
pembelajaran, seperti:
1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang
diprakarsai seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes diagnostik untuk
menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-
alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan
pelaksanaan tindakan perbaikan yang ditetapkan. Disamping itu juga
diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka
perbaikan masalah
2) Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan.
Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan
diterapkan.
3) Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan

17
penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi
tindakan perbaikan yang dirancang.
4) Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria
dan rencana bagi tindakan berikutnya
 Instrumen penelitian
Sebelum pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrumental yang akan
digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu: kompetensi dasar (KD).
Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa:
1. Lembar Kerja Siswa
2. Lembar Pengamatan Diskusi
3. Lembar Evaluasi

P. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA


Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan
yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di
gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau
kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format
data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai
berikut:
1. Observasi partisipatif
2. Wawancara mendalam
3. Ujian/tes
4. Studi dokumentasi (analisis dokumen)
5. Diskusi dengan guru/teman sejawat
Di samping itu teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus
diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif membuat jurnal
harian observasi aktivitas di kelas termasuk kemungkinan format dan alat bantu
yang digunakan dalam penelitian, Indikator kerja pada bagian ini tolak ukur
keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga

18
memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui penelitian tindakan
kelas yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu
ditetapkan kriteria keberhasilan penelitian.

Q. TEKNIK ANALISIS DATA


Melakukan analisis berarti melakukan kajian untuk mengenali struktur
suatu fenomena. Analisis dilaksanakan dengan melakukan telaah terhadap
fenomena-fenomena secara keseluruhan, maupun terhadap bagian-bagian yang
membentuk fenomena tersebut serta hubungan keterkaitan di antara unsur
pembentukan fenomena. Bongdan dan Taylor (1975:32) mendefinisikan analisis
data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema
dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan ide itu. Pelaksanaan penelitian kelas (PTK),
terdapat dua jenis data yang dapat peneliti kumpulkan, yaitu:
R. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa), di analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif. (uji mean, persentase) yang dapat
ditampilkan melalui tabel, grafik, yang diinterpretasi dengan deskriptif
kualitatif
S. Data kualitatif, berupa informasi berupa deskripsi yang berkaitan
tentang motivasi belajar siswa, tingkat pemahaman siswa terhadap
pembelajaran, pandangan siswa, teman sejawat terhadap materi, metode,
media. evaluasi yang digunakan dalam prosespembelajaran.
Dengan demikian, data atau informasi yang dikumpulkan yang berhubungan
dengan pertanyaan penelitian akan dianalisis berupa pengelompokan dan
pengategorian data dalam aspek-aspek yang telah ditentukan, hasil
pengelompokan tersebut dihubungkan dengan data yang lainnya untuk
mendapatkan suatu kebenaran. Sedangkan menurut Miles dan Huberman (1986)
menyatakan bahwa analisis data Penelitian Tindakan Kelas.
Kelas (PTK) tentang mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam
sebuah teks yang diperluaskan atau dideskripsikan. Pada saat memberikan makna
pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan
menginterpretasikan. Karena penelitian bersifatPenelitian Tindakan Kelas (PTK),

19
maka dilakukan analisis data pertama dikumpulkan hingga penelitian
berakhir secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya interpretasi atau
penafsiran data dilakukan dengan mengacau kepada rujukan teoretis yang
berhubungan atau berkaitan.dengan permasalahan penelitian. Analisis data
meliputi:
 Reduksi data.
 Display/penyajian data.
 Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.

R. TEKNIK PROSEDUR PENELITIAN


Proposal penelitian tindakan kelas harus memiliki prosedur penelitian yang
meliputi tim peneliti dan tugasnya .Tim peneliti dan tugasnya pada bagian ini
hendaknya dicantumkan nama-nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran
setiap anggota tim penelitian serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu
untuk kegiatan penelitian tim peneliti dan tugasnya. peran setiap anggota tim
peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan
penelitian.

S. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan
urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

T. ANGGARAN PENELITIAN
Rencana anggaran, meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap
persiapanpelaksanaan penelitian, dan pelaporan. serta lebih rinci pembiayaan yang
termasuk dalam setiap bidang adalah dari persiapan hingga akhir
 Persiapan kegiatan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk
menetapkan jadwal penelitian pembagian kerja menyusun instrumen
penelitian menetapkan format pengumpulan data menetapkan teknik analisis
data
 Kegiatan operasional di lapangan tercakup antara lain pelancaran tes
diagnostik dan analisis hasilnya gladi resik implementasi tindakan perbaikan

20
pelaksanaan tindakan perbaikan observasi kegiatan yang merupakan di
lapangan
 Penyusunan laporan hasil PTK pembiayaan yang termasuk dalam kegiatan ini
adalah penyusunan konsep laporan reviu konsep laporan penyusunan konsep
laporan akhir yang merupakan berkas-berkas dan pembiayaan yang
membutuhkan anggaran
Biaya penelitian harus dirincikan berdasarkan kegiatan operasional yang
dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan agar dapat dihitung, biayanya
kegiatan operasional harus jelas tempatnya, lama waktunya, jumlah pesertanya,
dan sarana yang diperlukan. Beberapa patokan pembiayaan kegiatan penelitian
ini berdasarkan dari sumber dananya, perincian bahan dan peralatan penelitian
perjalanan atau proses penelitian dan laporan hasil akhir dari penelitian.

Berikut ini contoh proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disusun oleh
kelompok 11 dengan judul proposal “Penerapan Metode Problem Solving Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga Di Sma
Negeri 6 Kota Jambi”

21
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
LARUTAN PENYANGGA DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

PROPOSAL

OLEH:
1. Adith Andrizal (A1C119065)
2. Elisabet J Silaban (A1C119096)

DOSEN PENGAMPU
Dra. YUSNIDAR, M.Pd
Dra. WILDA SYAHRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................6
1.3 Pembatasan Masalah ...........................................................................6
1.4 Rumusan Masalah ...............................................................................6
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian ..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 8
2.1 Kajian Teoritik ....................................................................................8
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ..........................................................8
2.1.2 Metode pembelajran ................................................................10
2.1.3 Metode Problem Solving .........................................................10
2.1.4 Motivasi belajar .......................................................................15
2.1.5 Larutan Penyangga ..................................................................18
2.1.6. Kerangka Berfikir ...................................................................21
2.2 Studi Relavan ....................................................................................22
2.3 Hipotesis Tindakan ...........................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................25
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ..........................................................25
3.2 Rancangan Tindakan .........................................................................25
3.3 Desain Dan Prosedur Tindakan ........................................................25
3.4 Kriteria Keberhasilan Tindakan ........................................................28
3.5 Sumber Data .....................................................................................29
3.6 Instrumen Pengumpulan Data ...........................................................29
3.7 Keabsahan Data ................................................................................32
3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................34

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Tahap – Tahap Pembelajaran Metode Problem Solving ............................................ 22

3.1 Alur Kegiatan PTK ..................................................................................................... 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Hal
2.1 Tahap – Tahap Metode Pembelajaran Problem Solving ................................. 12
2.2 Pembeda Dengan Penelitian Terdahulu .......................................................... 22
3.1 Kisi – Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa .................................................... 30
3.2 Nilai Interval ................................................................................................... 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang dianjurkan pada
lembaga pendidikan yang berisikan uraian bidang studi yang terdiri atas beberapa
macam pembelajaran yang disajikan secara terkait. Pembelajaran harus
berpedoman pada kurikulum yang sekarang dikembambangkan dan dilaksanakan.
Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi
peserta didik untuk menguasai kompentensi yang berguna bagi dirinya. Struktur
kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalamkegiatan pembelajaran Tim Depdiknas (2004 :71).
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam pada
kurikulum 2013. Pada pembelajaran kimia, siswa mempelajari mengenai
komposisi suatu materi, berupa susunan atau struktur, sifat, perubahan dan energi
yang menyertai 2 perubahan yang terjadi pada konsep-konsep kimia yang bersifat
abstrak. Ilmu kimia mencakup berbagai istilah dan konsep yang bersifat abstrak,
saling berkaitan dan banyak melibatkan ilmu lainnya. Teori kimia yang bersifat
abstrak sering divisualisasikan dalam bentuk model-model. Fenomena kimia
direpresentasikan ke dalam tiga level, yaitu makroskopik, submikroskopik, dan
simbolik, hubungan antara ketiga level ini harus diajarkan dengan spesifik. Level
makroskopik adalah representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatan nyata
terhadap suatu fenomena oleh pancaindra (misalnya perubahan suhu dan
perubahan wujud zat). Level submikroskopik adalah representasi kimia yang
terdiri dari level partikulat, yang menggambarkan pergerakan elektron, molekul,
partikel atau atom. Sedangkan level simbolik adalah representasi kimia yang
terdiri atas rumus kimia, diagram, gambar dan persamaan reaksi.
Larutan Penyangga merupakan materi kimia yang mempunyai
karakteristik abstrak Di dalam proses perubahan tersebut dibutuhkan pemahaman
dan imajinasi yang tinggi untuk dapat memahami proses yang terjadi.
Karpudewan dkk (2015), mengatakan bahwa Larutan Penyangga memiliki konsep
yang bersifat abstrak yang berkenaan dengan peristiwa submikroskopik.

1
2

Tinggi rendahnya kualitas belajar peserta didik tergantung pada


komponen- komponen antara lain peserta didik, kurikulum, guru, metode, sarana
prasarana dan lingkungan. Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila
seluruh komponen yang berpengaruh saling mendukung dalam rangka mencapai
tujuan. Misalnya ketertarikan peserta didik, motivasi peserta didik, metode guru
bervariasi, serta teknik guru dalam mengajar di kelas akan mempengaruhi proses
dan hasil belajar peserta didik. Dalam proses pembelajaran Kimia hendaknya guru
melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pengajaran
yang baik meliputi mengajarkan peserta didik bagaimana belajar, mengingat,
berfikir, dan memotivasi diri mereka sendiri. Motivasi belajar dalam proses
belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting yang berpengaruh dalam
pencapaian hasil belajar. Motivasi belajar menunjukan kemampuan peserta didik
dalam belajar.
Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik ditunjukan dengan indikator-
indikator sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan
dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita- cita masa depan, adanya
penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, serta
adanya lingkungan belajar yang kondusif. Selama proses belajar motivasi peserta
didik tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai
sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui
intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. Sanjaya (50-52).
Berdasarkan hasil wawancara pada observasi awal dengan guru Kimia,
materi larutan penyangga merupakan materi yang dianggap sulit karena materi
yang abstrak dengan contoh konkrit dianggap sulit oleh siswa. Sehingga peserta
didik kurang begitu semangat dalam materi ini. Salah satu faktor yang
mendukung meningkat atau tidaknya hasil belajar adalah dengan melihat motivasi
belajar peserta didik tersebut.
Keller (1983) , mendefinisikan motivasi sebagai intensitas dan arah suatu
perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan
atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang
dilakukannya. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi
belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-
3

indikator sebagai berikut:


a. Tingkat perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
b. Tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik
c. Tingkat keyakinan peserta didik terhada kemampuannya dalam
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
d. Tingkat kepuasan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
e. Tingkat keyakinan peserta didik terhadap kemampuannya dalam
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
f. Tingkat kepuasan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Sekolah Menengah
Atas SMA N 6 Kota Jambi, diketahui bahwa pembelajaran masih didemontrasi
oleh guru (berpusat pada guru saja), dan kurangnya motivasi peserta didik, hal ini
dapat ditunjukkan dengan kurangnya persiapan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, kondisi peserta didik yang tidak memperhatikan ketika
guru sedang menerangkan pelajaran, serta terdapat beberapa peserta didik yang
merasa malu untuk bertanya dan hanya sebagian peserta didik saja yang aktif
ketika kegiatan diskusi berlangsung. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti/guru
melatih peserta didik dengan menyusun pertanyaan melalui Metode pembelajaran
Problem solving disertai handout yang merupakan suatu bentuk metode
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan untuk memudahkan pemahaman
peserta didik sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah.
Dan hasil wawancara dengan salah seorang guru kimia yang didapatkan
bahwa masih banyak siswa yang belum termotivasi dalam pembelajaran kimia
terutama pada materi larutan penyangga. Terutama pembelajaran Kimia siswa
masih dibawah KKM. Karena proses pembelajaran yang kurang mengaktifkan,
dan dapat menjadikan siswa kurang memiliki keinginan , kemauan atau motivasi
dalam diri sendiri untuk belajar, dan berdampak pula pada rendahnya hasil belajar
siswa.
Keberhasilan proses belajar mengajar Kimia di Sekolah Menengah Atas
4

SMA N 6 Kota Jambi, dapat dilihat dari hasil perolehan nilai peserta didik pada
mata pelajaran Kimia yang sesuai dengan standar sekolah, apabila nilai yang
diperoleh peserta didik sesuai atau kurang dari kriteria ketuntasan minimal maka
dikatakan proses belajar mengajar kurang berhasil.
Dari materi sebelumnya, hasil belajar peserta didik belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dari pihak sekolah,
yaitu Kriteria ketuntasan minimal individu sebesar 70 dan kriteria ketuntasan
klasikal adalah 85%. Hal ini sesuai dengan data pada observasi awal bahwa dari
nilai pada materi pokok sebelumnya terdapat 23 peserta didik dari seluruh peserta
didik berjumlah 28orang siswa yang memiliki nilai di bawah KKM, ini berarti
hanya 60% ketuntasan klasikal yang telah dicapai dengan nilai tertinggi 80 dan
nilai terendah 32-50. Hasil belajar ini masih belum memenuhi standar yang telah
ditentukan sekolah.
Dalam proses pembelajaran KIMIA, maka dari itu proses pembelajaran
harus memberikan indikasi bahwa guru hendaknya beralih pandangan dari
mengajar sebagai transfer pengetahuan menuju perannya sebagai mediator dan
fasilitator, sehingga mampu membantu siswa untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, dengan salah satu metode dalam pembelajaran, yaitu penerapan
metode Problem Solving.
Metode sebagai salah satu komponen pengajaran menepati peranan yang
kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar. “Tidak ada
satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran”
Djamarah(2010:73).
Permasalahan yang ada di kelas XI IPA 1 Sekolah Menengah Atas (SMA)
N 6 Kota Jambi. Yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa, peneliti bersama
guru memandang perlu adanya perbaikan untuk membangkitkan semangat siswa
terutama motivasi dalam belajar, peneliti bersama guru mencoba menerapkan
metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi
dalam pembelajaran kimia terutama materi larutan penyangga . salah satu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa adalah Metode
Problem Solving yaitu metode pembelajaran ini menerapkan agar siswa terlatih
dalam menghadapi masalah kelompok, baik itu masalah pribadi atau perorangan
5

atau masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama. Yakni
dengan adanya masalah yang merupakan proses dari menerima tantangan dan
usaha – usaha untuk menyelesaikaan sampai menemukan titik penyelesaian.
Melalui metode Problem Solving disertai Handuot diharapkan dapat lebih
mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat
mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan metode pembelajaran Problem Solving dengan pemberian bahan ajar
berupa Handout. Sebagaimana yang ditemukan oleh tim Depdiknas (2004 :23)
Handout merupakan bahan ajar yang disiapkan oleh guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul yaitu “Penerapan Metode Problem Solving
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Larutan
Penyangga Di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi”.
6

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah adalah sebagai berikut :
1. Keaktifan siswa yang masih kurang pengajaran yang masih berpusat pada
guru sehingga siswa cenderung pasif.
2. Penggunaan metode pembelajaran yang belum maksimal karena jam
pelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Kurangnya pengetahuan guru dalam pelaksanaan metode pembelajaran
sehingga siswa beranggapan bahwa larutan penyangga merupakan materi
yang sulit dan abstrak yang susah dipahami.

1.3 Pembatasan Masalah


Adapun batasan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagi berikut. Penelitian ini
hanya membahas tentang upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran kimia terutama materi larutan penyangga dengan menggunakan
metode pembelajaran Problem Solving disertai Handout.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi rumusan masalah
yang telah diuraikan sebelumnya, dan mengacu pada judul yang ada penulis
menuliskan merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Apakah metode Problem Solving disertai Handout dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa di SMA N 6 Kota Jambi?

1.5 Tujuan penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Problem Solving disertai
Handout dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA N 6 Kota Jambi.

1.6 Manfaat penelitian


Manfaat penelitian yang ingin diraih melalui penelitian ada tiga aspek yakni:
1. Guru :
a. Membantu guru untuk mengoptimalkan metode pembelajaran
7

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran


KIMIA
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran KIMIA.
2. Siswa :
a. Meningkatkan keinginan dalam diri siswa terhadap pembelajaran
KIMIA
b. Meningkatkan aktivas belajar agar lebih kreatif, inovatif, dan aktif
dalam belajar sehingga siswa memiliki pemahaman secara
keseluruhan terhadap materi yang dipelajarinya
c. Memberikan wawasan, pengembangan berfikir dan pengalaman
mengenai pembelajaran kepada penulis yang lebih luas.
3. Sekolah :
a. Agar selalu memperhatikan pentingnya pendidikan dengan
meningkatkan motivasi belajar siswa agar dapat menunjang
keberhasilan belajar siswa disekolah.
b. Sebagai masukan bagi guru khususnya di Sekolah Menengah Atas
(SMA) N 6 Kota Jambi. Tentang pentingnya mengenai permasalahan
motivasi siswa dalam pembelajaran dalam lembaga pendidikan.
4. peneliti :
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan dan keilmuan
penulis dalam bidang Kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritik


2.1.1 Belajar dan Pembelajaran
A. Pengertian Belajar
Smaldino, Russel (2005) mengemukakan : “ Learning is the development
of new knowledge, skills, or attitudes as an individual interacts with information
and the environment.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan- perubahan yaitu perubahan
tingkah laku, perkembangan pengetahuan baru, kemampuan atau sikap yang
dimiliki dalam waktu yang konstan baik potensial maupun aktual dari hasil
interaksi individu dengan informasi dan lingkungannya. Dari teori yang
dipaparkan diatas maka teori belajar yang melandasi metode problem solving
adalah teori belajar kognitif.
Belajar menurut teori ini adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang
tak selalu tampak sebagai tingkah laku. Dalam hal ini, proses pembelajaran kimia
di SMA lebih menekankan pada pembentukan pengetahuan dan keterampilan
yang sukar diamati yaitu keterampilan dalam meramalkan atau memprediksi,
menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil dan lain-lain. Penekanan proses
pembelajaran demikian dapat diwujudkan apabila proses pembelajaran tersebut
menerapkan teori pembelajaran kognitif. Pengembangan daya pikir yang analitis,
sintesis dan abstraksi serta daya kreatif merupakan sebagian indikator dari
perkembangan kognitif siswa dan juga merupakan pengetahuan, keterampilan
yang ingin dibentuk pada proses pembelajaran kimia.
Teori pembelajaran kognitif menjelaskan tentang pembelajaran yang
berpusat pada proses-proses mental siswa yang kurang dapat diamati. Menurut
pandangan psikologi kognitif, belajar merupakan hasil interaksi antara apa yang
diketahui, informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan ketika belajar.
Adapun prinsip-prinsip kognitif yang banyak digunakan dalam proses
pembelajaran (intruksional) antara lain :
1) Pelajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila

8
9

pelajaran disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.


2) Penyusunan bahan harus dari sederhana ke kompleks.
3) Belajar dengan memahami lebih baik daripada hanya dengan menghafal
tanpa pengertian.
4) Adanya perbedaan individual pada pelajar perlu diperhatikan sebab faktor
ini mempengaruhi sekali proses belajar mereka.
Dalam teori belajar kognitif, berpijak pada salah satu hal yaitu pemahaman
dalam pemecahan masalah. Pemecahan suatu masalah ialah dengan cara
menyajikan pengalaman lampau dalam bentuk struktur perseptual yang mendasari
terjadinya insight (pemahaman) dimana adanya pengertian mengenai hubungan-
hubungan yang esensial. Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang
dipertunjukkan kepada siswa adalah kondisi belajar yang penting. Sebab suatu
masalah belajar yang terstruktur dan disajikan upaya gambaran-gambaran yang
esensial terbuka terhadap inspeksi dari siswa (Oemar Hamalik, 2001 : 45).
Belajar dengan pemahaman diperlukan suatu proses berpikir divergen
menuju ke ditemukannya pemecahan masalah. Berpikir divergen menuntut
dukungan (umpan balik) bagi upaya tentang seseorang yang orisinal supaya dia
dapat mengamati dirinya sebagai kreatif potensial. Dengan demikian, karakteristik
yang dimiliki individu yang salah satunya adalah kreativitas, sangat berperan
dalam proses kegiatan belajar yang lebih menekankan pada pemahaman dalam
pemecahan masalah. Teori belajar kognitif ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh
seperti Piaget dan Vygotsky (Oemar Hamalik, 2001 : 46).

B. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai pemilihan, penyusunan dan
penyampaian informasi yang sesuai dengan lingkungan dan cara pebelajar untuk
berinteraksi dengan informasi. Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang
saling berkaitan yang bekerja sama secara terpadu untuk tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen dalam sistem pembelajaran ada
empat, yaitu : tujuan, materi, strategi belajar mengajar dan evaluasi.
Menurut Bloom tujuan pembelajaran meliputi tiga kawasan belajar, yaitu :
kognitif, afektif dan psikomotor (Margono, 1998 : 9). Tujuan pembelajaran
tersebut merupakan faktor pertama yang mempengaruhi pemilihan strategi yang
10

akan dilaksanakan.

2.1.2 Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran adalah komponen yang juga mempunyai fungsi
yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh
komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat
diimplementasikan melalui metode yang tepat, maka komponen- komponen
tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena
itu setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dalam
pelaksanaan proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:146).
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Metode pembelajaran memegang peranan yang sangat
penting dalam kegiatan belajar mengajar (Sanjaya, 2006:147).

2.1.3 Metode Problem Solving


Metode pemecahan masalah (Problem Solving adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah kelompok baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-
sama.Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan
usaha-usaha untuk menyelesaikan sampai menemukan penyelesaian.
Menurut Djamara (2006:103) bahwa Metode Problem Solving (metode
pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam Problem Solving dapat
menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan. “Menyatakan bahwa metode yang mengajarkan penyelesaian
masalah dengan memberikan penekanan pada terselesainya suatu masalah secara
menalar”.
Pembelajaran sehari –hari metode pemecahan masalah banyak digunakan
guru bersama dengan pengguna metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak
memberikan informasi dulu tetapi informasi diperoleh siswa setelah memecahkan
masalahnya. Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari dari masalah yang
11

harus dipecahkan melalui pratikum atau pengamatan Gullo (2002:11).


Dipandang sebagai “masalah “ merupakan hal yang sangat relatif. Suatu
soal yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang, bagi orang lain mungkin
hanya merupakan hal yang rutin belaka. Dengan demikian, guru perlu hati-hati
dalam menentukan soal yang akan disajikan sebagai pemecahan masalah. Bagi
sebagain besar guru untuk memperoleh atau menyusun soal yang benar-benar
bekan merupakan masalah rutin bagi siswamungkin termasuk pekerjaan yang
sulit. akan tetapi hal ini akan dapat diatasi antara lain melalui pengalaman dalam
menyajikan soal yang bervariasi baik bentuk, tema masalah, tingkat kesulitan,
serta tuntutan kemampuan intelektual yang ingi dicapai atau dikembangkangkan
pada siswa, Pembelajaran Problem Solving merupakan bagian dari pembelajaran
berbasis masalah (PBL), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran diman siswa mengerjakan permasalahan yang otentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri Arends (2008:405).
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu
jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa
diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat
hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada lingkungannya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan metode pembelajaran probelem
solving adalah suatu penyajian materi pembelajaran materi pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada persoalan yang harus di pecahkan atau diselesaikan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa diharuskan
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah
yang diberikan. Mereka menganalisis mengidenfikasikan masalah.
Mengengbangkan hipotesis informasi dan membuat kesimpulan.
Penyelesaian masalah menurut Dewey (2002 : 48) dalam bukunya Gulo
(2002 : 155) dapat dilakukan melalui lima tahap yaitu :
12

Tabel 2.1 Langkah metode problem solving

No Tahap-Tahap Kemampuan Yang Diperlukan

1 Menelaah masalah Mengetahui dan merumuskan masalah


dengan secara jelas

2 Merumuskan hipotesis Menggunakan pengetahuan untuk


memperinci menganalisa masalah dari
berbagai sudut
3 Mengumpulkan dan Kecakapan mencari dan menyusun data
mengelompokkan data dalam bentuk diagram, gambar adan
sebagai bahan tabel
pembuktian hipotesis
4 pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas
data, kecakapan menghubung-ubungkan
dan menghitung ktrampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan
5 Menentukan.pilihan Kecakapan membuat alternatif
penyelesaian penyelesaian kecakapan dengan
memperhitungkan akibat yang terjadi
pada setiap pilihan

Menurut Jhonson (2002:115) Penyelesaian masalah dapat dilakukan melalui


kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut:
langkah-langkah yang harus diperhatiakan oleh guru dalam memberikan
pembelajaran metode Problem Solving.
1. Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah
kemapuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah
menganalisis dan merinci masalah yang teliti dari berbagai sudut .
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data
dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian
hiotesis.
13

4. Pembuktian hipotesi Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang


diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah
terkumpul.
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan Dalam menetukan
pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan
adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan dan ketrampilan
pemecahan dan ketrampilan mengambil keputusan.
Pembelajaran Problem Solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
Adapun keunggulan model pembelajaran Problem Solving diantaranya yaitu
melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif,
memecahkan masalah yang dihadapi secara realitis, mengedenfikasikan dan
melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasikan hasil pengamatan,
merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapatmembuat pendidikan sekolah
lebih relavan dengan kehidupan khususnya dunia kinerja.

A. Manfaat dari penggunaan metode Problem Solving


Menurut Dhajirin (1985 : 133) metode Problem Solving disertai Hand
Uot memberikan beberapa mamfaat antara lain :
1. pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang
lebih menarik. Mengembangkan sikap ketrampilan siswa dalam
memecahkanpermasalah, serta dalam mengambil keputusan secara objektif
dan mandiri.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan
makin bertambah.
3. Melalui inkuiri atau Problem Solving disertai Hand Uot kemampuan
berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang benar-benar
dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam alternatif.
4. Membina pengembangan sikap perasaan (rasa tahu lebih jauh) dan
caraberpikir objektif-mandiri, krisis-analisis baik secara individual
maupun kelompok.
14

B. Tujuan dari pembelajaran Problem Solving disertai Hand Uot


Adapun tujuan dari Problem Solving disertai Hand Uot adalahsebagai
berikut :
1. Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relavan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah
intrinsikbagi siswa.
3. Potensi intelektual siswa meningkat.
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.

C. Keunggulan dan kelemahan Problem Solving


Sanjaya (2006) menyatakan keunggulan dan kelemahan Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Solving) adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan
a. Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup
bagus untuk memahami isi pembelajaran.
b. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat menantang kemampuan
siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru
bagi siswa.
c. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
d. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Pemecahan masalah (Problem Solving) dianggap lebih menyenangkan
dan disukai siswa.
g. Pemecahan masalah (Problem Solving) mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
2. Kelemahan
a. Persiapan guru lebih lama karena menyiapkan informasi apa yang dapat
15

disampaikan.
b. Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat pemecahan
masalah dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih
sedikit.
c. Siswa akan berkejar keras dalam menyelesaikan masalah.

2.1.4 Motivasi Belajar


A. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin movere yang artinya dorongan atau daya
penggerak . Motivasi merupakan suatu pendorong yang mengubah energi dalam
diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam individu untukvmelakukan suatu
tindakan dengan cara n tertentu sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Motivasi
disini merupakan suatu alat kejiwaan untuk bertindaksebagai daya gerak atau daya
dorong untuk melakukan pekerja. Hasibuan (2000 : 92).
Menurut Sofwan (1996 : 225) bahwa motivasi adalah objek tindakan
seseorang, atau hal yang menggerakkan seseorang untuk bertindak atas niat atau
sesuatu yang memberikan tenaga, mengarah mempertahankan gelagak (prilaku)
manusia dan merupakan usaha dari dalam diri (inner strivings).
Akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerja. Motivasi belajar
menurut Slameto (2003 : 160) merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat dilakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan
pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk mencapai
suatu tujuan.

B. Fungsi motivasi dalam belajar


Menurut Hamalik dalam Yamin 2006 : 158) meliputi sebagai berikut:
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan.
Tampa motivasimaka tidak akan timbul suatu perbuatan
seperti belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatanpencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi sebagai penggerak besar kecilnya motivasi
16

C. Jenis Motivasi Dalam Belajar


a) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan
dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan
belajarnya sendiri. Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik di antaranya
adalah belajar memenuhi kewajiban, belajar demi memperoleh hadiah material
yang disajikan, belajar demi mengingkatkan gengsi, belajar memperoleh pujian
dari orang yang penting seperti orang tua dan guru dan belajar demi tuntunan
jabatan yang ingin di pegang.
b) Motivasi intrinsik
Motivasi instrinsik adalah merupakan kegiatan belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya
kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar.
Orang tua tentunya memiliki banyak pilihan dalam membangkitkan
motivasi belajar anak. Sardiman (2000 : 92-93) menyebutkan pilihan yang
dilakukan orang tua bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi belajar yang
dilakukan anak. Salah satu pilihan yang bisa dimamfaatkan orang tua adalah
hadiah.
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian, Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin akan akan menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak
akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar,
Meskipun hadiah memiliki fungsi yang tepat untuk membangkitkan motivasi
anak, namun orang tua mestilah memperhatikan waktu penggunanya, sehingga
hadiah memiliki fungsi sebagai motivator belajar ank dalam mengaji.
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh itu guru harus memehami
prinsip-prinsip pemberian hukuman. Cara lain yang dapat dilakukan orang tua
dalam membangkitkan motivasi belajar anak adalah melalui hukuman yang
diberikan kepada anak. Hukuman yang diberikan membuat si anak untuk
17

belajar lebih giat lagi agar diwaktu yang akan datang ia tidak memdapatkan
hukuman lagi.

D. Indikator Motivasi
Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang
berbeda – beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif –motif
lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi sebab uatama tingakh
laku individu pada saat tertentu. Motif yang lemah hampir tidak mempunyai
pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan
menjadi sangat lemah karena ada motif lain yang lebih kuat pada saat itu.
Keller (1983) dalam Wiena mendefinisikan motivasi sebagai intensitas dan
arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk
mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang
dilakukannya. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi
belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-
indikator sebagai berikut:
1. Tingkat perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
2. Tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan terhadap kemampuan
peserta didik
3. Tingkat keyakinan peserta didik terhadap kemampuannya dalam
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran
4. Tingkat kepuasan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan.

E. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar


Motivasi belajar penting bagi peserta didik dan guru. Bagi pesertadidik,
pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1.Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
2.Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya
3.Mengarahkan kegiatan Belajar
4.Membesarkan semangat belajar.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


18

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut


Slamento (2006 : 67). Adalah sebagai berikut:
1) Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang
hayat. Cita-cita akan memperkuat motivasi intrinsik maupunekstrinsik. Sebab
tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan
aktualisasi diri.
2) Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3) Kondisi siswa
Kondisi siwa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar. Seorang siwa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan
mengganggu perhatian belajar.
4) Kondisi Lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempattinggal,
pergaulan sebaya,dan kehidupan kemasyarakatan. Kondisi lingkungan sekolah
yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan,perlu dipertinggi mutunya.
Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan
motivasi belajarmudah diperkuat.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Lingkungan siswa yang berupa
lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Pebelajar yang masih berkembang jiwa dan raganya, lingkungan yang
semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus
bagi pembelajaran Slamento (2006 : 71).

2.1.5 Larutan Penyangga


Suatu sistem reaksi kimia adakalanya hanya dapat berlangsung pada
kondisi lingkungan yang mempunyai pH tertentu. Misalnya, reaksi pemecahan
protein di dalam lambung oleh enzim peptidase dapat berjalan dengan baik bila
19

cairan lambung mempunyai pH = 3. Oksigen dapat terikat dengan baik oleh butir-
butir darah merah bila pH darah sekitar 6,1 – 7. Untuk menjaga agar pH larutan
tersebut pada kisaran angka tertentu (tetap), maka diperlukan suatu sistem yang
dapat mempertahankan pH.
Pada penambahan HCl dan NaOH ke dalam air akan mengakibatkan pH
air cepat berubah, sedangkan penambahan HCl dan NaOH ke dalam campuran
CH3COOH/ CH3COONa dan campuran NH4OH/NH4Cl pH-nya relatif tidak
banyak berubah. Hal tersebut ditandai dengan jumlah HCl dan NaOH yang cukup
banyak untuk mengubah warna indikator (mengubah harga pH). Jadi, ada sistem
larutan yang pH-nya mudah berubah dan ada sistem larutan (campuran) yang pH-
nya sukar berubah. Larutan yang pH-nya relatif tetap (tidak berubah) pada
penambahan sedikit asam dan/atau sedikit basa disebut sebagai larutan
penyangga atau larutan buffer.
Dalam campuran asam asetat (CH3COOH) dengan natrium asetat
(CH3COONa) dan amonia (basa lemah) NH4OH dengan amonium klorida
(NH4Cl) dapat berperan sebagai sistem penyangga atau buffer. Ditinjau dari
komposisi zat penyusunnya terdapat dua sistem larutan penyangga yaitu sistem
penyangga asam lemah dengan basa konjugasinya dan sistem penyangga basa
lemah dengan asam konjugasinya.
1. Sistem Penyangga Asam dan Basa Konjugasi
Campuran CH3COOH dan CH3COONa ternyata dapat berperan sebagai
sistem penyangga. Dalam sistem campuran ini sebenarnya terdapat beberapa
spesi, yaitu CH3COOH yang tidak terurai (asam lemah), CH3COO- hasil ionisasi
dari sebagian kecil CH3COOH dan ionisasi CH3COONa, ion H+ hasil ionisasi
sebagian kecil CH3COOH dan ion Na+ dari ionisasi CH3COONa.
CH3COOH (aq) CH3COO- (aq) + H+(aq)
CH3COONa(aq) CH3COO- (aq) + Na+(aq)
Di dalam larutan penyangga tersebut terdapat campuran asam lemah (CH3COOH)
dengan basa konjugasinya (CH3COO-). Sistem campuran tersebut dibuat secara
langsung dari asam lemah dengan garam yang mengandung basa konjugasi
pasangan dari asam lemah tersebut, atau sering disebut campuran asam lemah
dengan garamnya.
20

Selain dibuat secara langsung juga dapat dibuat secara tidak langsung, yaitu
dengan mereaksikan asam lemah berlebihan dan basa kuat.
2. Sistem Penyangga Basa dan Asam Konjugasi
Dari campuran NH3(aq) atau NH4OH dan NH4Cl terdapat sistem
penyangga. Dalam larutan itu, sebenarnya terdapat ion OH- yang berasal dari
ionisasi sebagian NH4OH dan ionisasi NH4Cl. Dengan demikian, dalam sistem
penyangga tersebut terdapat basa lemah dan asam konjugasi pasangan basa
lemah tersebut. Sistem ini dapat dibuat secara langsung dengan mencampurkan
basa lemah dengan garam yang mengandung asam konjugasi dari basa tersebut,
dan sering disebut sebagai campuran dari basa lemah dengan garamnya. Selain
dibuat secara langsung juga dapat dibuat secara tidak langsung, yaitu dengan
mereaksikan basa lemah berlebihan dan asam kuat.
3. pH Larutan Penyangga
1) Sistem Penyangga Asam Lemah dan Basa Konjugasinya
Yang berperan penting dalam larutan penyangga adalah sistem reaksi
kesetimbangan yang terjadi pada asam lemah atau basa lemah. Pada sistem
penyangga asam lemah (misalnya HA) dengan basa konjugasinya misalnya A-
yang berasal dari NaA. Maka di dalam sistem larutan terdapat kesetimbangan:
HA(aq) H+(aq) + A- (aq)........ (1)
NaA(aq) Na+(aq) + A-(aq)........ (2)
Dari reaksi kesetimbangan (1) didapat.
Ka = H+ + A- / [HA] .................(3)
sehingga konsentrasi ion H+ dalam sistem dapat dinyatakan:
H+ = Ka HA / [A-].....................(4)
Pada sistem (campuran) tersebut, HA merupakan asam lemah yang sedikit
terionisasi, sehingga konsentrasi HA dianggap tetap dan selanjutnya disebut
sebagai konsentrasi asam atau [asam]. Konsentrasi ion [A-] berasal dari dua
komponen, yaitu [A-] dari asam lemah (HA) dan [A-] dari NaA. Oleh karena HA
asam lemah, maka hanya dihasilkan ion A- dalam jumlah yang sangat sedikit,
sehingga [A-] yang berasal dari NaA dan selanjutnya disebut sebagai konsentrasi
basa konjugasinya atau [basa konjugat].
Dari persamaan (4) maka untuk menentukan [H+] larutan penyangga asam lemah
21

dengan basa konjugasinya dapat dirumuskan:


H+ = Ka X [asam] / [basa konjugat]
Jika konsentrasi dinyatakan sebagai banyaknya mol tiap liter larutan atau M =
n/V, maka :
[H+] = Ka X {nHA/V} / {nA/V}
oleh karena sistem merupakan campuran dalam satu wadah, maka volumnya akan
selalu sama, sehingga rumusan tersebut dapat ditulis :
[H+] = Ka X mol asam / mol basa konjugat
2) Sistem Penyangga Basa Lemah dan Asam Konjugasinya
Seperti halnya pada sistem penyangga asam lemah dan basa konjugasinya,
di dalam sistem penyangga basa lemah dan asam konjugasinya yang berperan
dalam sistem tersebut adalah reaksi kesetimbangan pada basa lemah. Dengan cara
yang sama, untuk sistem penyangga basa lemah dengan asam konjugasinya
konsentrasi ion OH- akan diperoleh rumusan :
[OH-] = Kb X mol basa / mol asam konjugat.

2.1.6 Kerangka Berfikir


Penerapan metode pembelajaran ini pertama kali akan membawa proses
input yaitu dengan menyampaikan informasi pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah, tetapi metode ini akan membuat siswa cenderung kurang aktif
dan kondisi belajar mengajar hanya berpusat pada guru saja, sehingga motivasi
siswa kurang meningkat dan pemebelajaran kurang optimal.
Namun dengan penerapan metode pembelajaran problem solving disertai
Hand Out dalam mata pelajaran KIMIA disini, membawa proses input yaitu
dengan menyampaikan informasi pembelajaran dengan menggunakan metode
problem solving disertai Hand Out dapat mendorong siswa menjadi aktif dan
memiliki rasa keinginan yang kuat, walaupun juga melibatkan guru dalam proses
belajar mengajar juga berpusat pada guru Sehingga dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar.
Metode problem solving ini yaitu memecahan masalah dengan pemberian
bahan ajar berupa Handout dalam mata KIMIA pada materi ekosistem
pembelajaran diselenggarakan untuk meningkatkan motivasi belajar, permasalahan
yang diberikan harus mampu menggali untuk mengaitkan konsep Kimia dalam
22

menyelesaikan permasalahan dan memunculkan ide-ide baru. Permasalahan


tersebut disajikan dengan memiliki multi cara sehingga memacu berkembangnya
kreatifitas peserta didik dalam membuat soal yang akhirnya berdampak pada
motivasi belajarnya.
Adapun tahap-tahap pembelajaran dalam metode Problem Solving adalahsebagai
berikut:

Gambar 2.1 Tahap-tahap Pembelajaran Model Problem Solving

2.2 Studi Relavan


Ada beberapa penelitian yang secara tidak langsung isinya berkaitan dengan
tema pembahasan penulis yang berjudul “Penarapan Metode Problem Solving
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Larutan
Penyangga Di SMA N 6 Kota Jambi. berikut ini paparan secara singkat.
Tabel 2.2 Pembeda Dengan Penelitian Terdahulu
23

No Nama Peneliti Judul Penelitian PerbedaanPenelitian Tujuan Penelitian


Dan Tahun
Penelitian
1 Sri Indah Rini “Penerapan Adapun,perbedaannya Penelitian ini bertujuan
Astuti (2012). Pendekatan Problem yaitu terletak pada untuk membekali peserta
Solving Dengan Media variabel X Media didik agar memiliki
Modul Melalui Model Modul Melalui Model kemampuan berfikir dan
Pembelajaran Search, Pembelajaran Search, menghasilkan banyak
Salve, Create And Salve, Create And gagasan, menyampaikan,
Share(SSCS) Untuk Share (SSCS) dan pertanyaan, pernyataan, dan
Meningkatkan cara berfikir kratif jawaban bervariasi.
Keterampilan Berfikir siswa.
Kreatif Siswa Di SMP
Negeri 1 Bulu
Sukoharjo”.
2 Dwi Oktarina “Penerapan Model Adapun Penelitian ini bertujuan
Wulandari (2007) Pembelajaran Problem perbedaannya yaitu untuk melibatkan peserta
Solving Untuk terletak padavariabel didik dalam proses belajar
Meningkatkan X yaitu dengan mengajar sehingga aktivitas
Aktivitas Belajar melalui Media Modul belajarpeserta didik dapat
Peserta Didik Dengan TipePost Solusion meningkat.
Melalui Solving.
Media Modul Tipe
3 Nuky Sri “Penerapan Adapun Penelitian ini bertujuan untuk
Wijayanti, Pembelajaran Problem perbedaannya yaitu meningkatkan kreativitas dan
Haryono , dan Solving Untuk terletak padavariabel prestasi belajar siswa kelas XI
Agung Nugroho Meningkatkan X yaitu dengan MIA 3 SMA Batik 2 Surakarta
C.S (2015) Kreativitas Dan melalui Media Modul. tahun pelajaran 2014/2015
melalui penerapan model
Prestasi Belajar Pada pembelajaran Problem Solving
Materi Pokok Larutan pada materi pokok larutan
Penyangga Siswa penyangga.
Kelas Xi Mia 3
Semester Genap Sma
Batik 2
Surakartatahun
Pelajaran 2014/2015”.

Berdasarkan penjelasan tabel diatas,dan penelitian terdahulu ditinjau dari


aspek judul, judul penelitian ini adalah : “Penerapan Metode Problem Solving
Disertai Hand Out Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Larutan
penyangga Di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi”. Dari segi judul
terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu, adapun letak
perbedaanya dengan penelitian yang saya tulis yaitu: terletak pada pelajaran yang
24

akan saya teliti dan pada tingkat sekolah yang akan diteliti. Dan apakah Penerapan
Metode Problem Solving Disertai Hand Out Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga Di Sekolah Menengah Atas (SMA)
N 6 Kota Jambi.

2.3 Hipotesis Tindakan


Penerapan Metode Problem Solving Disertai Hand Out Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga Di
Sekolah Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas N 6 Kota Jambi.
Pada senin 3 April 2017. Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPA 1 yang berjumlah 28 orang. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester
genap tahun ajaran 2017.

3.2 Rancangan Tindakan


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK)
karena melalui PTK inilah diharapkan secara diterapkan kepada anak didik
dengan dapat memperbaiki mekanisme pembelajaran sebelumnya. PTK suatu
kerjasama dalam mengajar yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan
orang lain (berkolaborasi), yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu proses pembelajaran di kelasnya.
PTK dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan.
Masing-masing pertemuan siklus terdiri dari perencanaan tindakan , pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.

3.3 Desain Dan Prosedur Tindakan


3.3.1 Desain Tindakan
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, dkk.
2006: 3).
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggota maka penelitian ini
berbentuk individual, artinya peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas
(PTK) di satu kelas saja. Penelitian tindakan kelas dibagi dalam dua siklus,
masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observe), serta refleksi (reflect).

25
26

Kemmis dan McTaggart dalam Suwarsih Madya (1994:2), yang


mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan
oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik
tersebut.
Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Adapun alur kegiatan penelitian
tindakan menurut Kemmis dan McTaggart adalah:

Keterangan :
1) Perencaan
2) Tindakan dan Observasi 1
3) Refleksi 1

4) Rencana terevisi 1
5) Tindakan dan Observasi II
6) Refleksi II

7) Rencana terevisi II
8) Tindakan dan Observasi III
9) Refleksi

Gambar 3.1 Alur Kegiatan PTK

1. Perencanaan dan pelaksanaan tindakan


a. Perencanaan
Perencanaan tindakan kegiatan dimulai dengan:
- Membuat instrumen kegiatan pembelajaran yaitu:
a) Lembar kegiatan pembelajaran, yakni urutan rencana pembelajaran bagi
guru, media dan metode yang akan diterapkan.
27

b) Lembar kegiatan dijadikan petunjuk dan arahan kegiatan pembelajaran.


- Membuat instrumen pengumpul data
a) Lembar observasi aktivitas siswa dengan observer.
- Mempersiapkan media dan metode yang disesuaikan dengan materi
pelajaran.
b. Pelaksanaan dan tindakan
1. Pelajaran diawali dengan salam dan absensi.
2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan mengenai materi yang akan dipelajari dengan
menggunakan media yang disesuaikan dengan materi.
4. Guru membentuk kelompok untuk melaksanakan Problem Solving.
5. Guru memberikan permasalahan untuk dipecahkan semua kelompok.
6. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk memecahkan permasalahan.
7. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
8. Secara bersama-sama membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok.
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, namun pada
prasiklus peneliti tidak menerapkan problem solving. namun pada siklus
selanjutnya guru menggunakan metode problem solving dan media yang
disesuaikan materi pelajaran. Selanjutnya diberikan evaluasi tiap siklus yang
hasilnya sebagai bahan perencanaan dan perbaikan untuk siklus selanjutnya.

3. Observasi
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan observasi yang
dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas peserta didik.

4. Refleksi
Refleksi ini diadakan berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah
dilakukan oleh guru dan peneliti. Peneliti bersama dengan guru kemudian
membahas dampak yang dihasilkan dan membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi tindakan.
Penelitian ini membahas tentang Penerapan Metode Problem Solving
Disertai Hand out Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi
Larutan Penyangga Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Jambi.
28

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 maret sampai 1 mei 2017 Di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan oleh
peneliti dan berkaloborasi bersama guru wali kelas XI IPA 1. dengan
menjelaskan materi pembelajaran dengan metode, pada kegiatan prasiklus tanpa
menggunakan hand out, kemudian pada tahap siklus I dan siklus II peneliti
menjelaskan materi pembelajaran ekosistem dengan menggunakan metode
problem solving dan disertai han dout dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan data yang dicapai.

3.3.2 Prosedur Tindakan


Tahapan pertama yang akan dirancang dalam penelitian tindakan ini
yaitu dengan tahapan sebagai berikut:
Pertama, mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan
peningkatan motivasi belajar siswa pada larutan penyangga. Tahap kedua,
menentukan solusi atau bentuk tindakan yang akan di impleamentasikan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Bentuk tindakan yang akan di
implementasikan pada prasiklus adalah melihat metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru kelas XI IPA 1 di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 6 Kota
Jambi. Selama ini metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode ceramah
yang ternyata kurang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Tahapan
ketiga, menyusun rancangan tindakan. yaitu tahap perencanaan, peneliti
melakukan perencanaan untuk mempersiapkan kegiatan yang berkaitan. kemudian
peneliti melanjutkan ke tahap pelaksanaan yaitu melaksanakan proses
pembelajaran pada larutan penyangga. setelah itu peneliti melanjutkan ke tahap
pengamatan yaitu peneliti mengamati aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
dalam motivasi belajar siswa. dan terakhir pada tahap Refleksi dilakukan untuk
mengemukan kembali apa yang sudah dilakukan pada prasiklus dengan tujuan
untuk membuat rekomendasi apakah tindakan dihentikan atau dilanjutkan pada
siklus selanjutnya. Analisis digunakan untuk mengetahui kekurangan aspek –
aspek yang diamati pada prasiklus dan untuk merencanakan siklus I dan II atau
tindakan berikutnya.

3.4 Kriteria Keberhasilan Tindakan


29

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tndakan dalam penelitian ini apabila


motivasi belajar siswa sebesar ≥70% dari jumlah siswa maka tingkat motivasi
belajar siswa dinyatakan berhasil Arikunto, (2002:45).

3.5 Sumber Data


Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data yaitu seluruh siswa kelas XI
IPA 1, di Sekolah Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi. Adapun subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 yang berjumlah 28 orang di Sekolah
Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi. Berdasarkan pada observasi awal peneliti
pada kelas ini banyak siswa yang pasif pada saat proses pembelajaran
berlangsung, bahkan ada beberapa siswa yang sibuk dengan aktifitasnya sendiri
pada saat guru menjelaskan pelajaran, dan pada akhirnya hasil guru yang aktif
dalam pengajaran, namun motivasi belajar siswa masih kurang dalam
pembelajaran.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data


3.6.1 Defenisi Konseptual
Metode Problem solving merupakan metode pembelajaran yang
mengharuskan siswa memecahkan masalah, dan penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah
kelompok baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Pada pembelajaran berbasis masalah ini siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu
jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa
diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat
hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada lingkungannya.

3.6.2 Defenisi Operasional


Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup
bagus untuk memahami isi pembelajaran. Kemudian dapat mendorong
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
30

baru bagi siswa. Dan meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa untuk


memahami masalah dalam kehidupan nyata. Serta membantu siswa
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan juga dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa. sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa.

3.6.3 Kisi – Kisi Instrumen


Kisi – Kisi Instrumen dalam pemahaman materi larutan penyangga siswa
merupakan pedoman peneliti dalam membuat butir – butir pertanyaan yang akan
diberikan kepada subjek penelitian. disini peneliti menggunakan angket yang
bertujuan untuk mendapatkan data skor motivasi belajara siswa adapun kisi – kisi
instrumen motivasi belajar siswa pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
diawah ini :
Tabel. 3. 1 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa

No Indikator Deskriptor No Item Jumlah


1 Perhatian Ketertarikan pada mata 1,2,7,16,11 7
pelajaran yang diberikan
Rasa ingin tahu terhadap 10,12 2
isi mata pelajaran

2 Relevansi Kebertahanan minat pada 5,11,17 6


materi pelajaran
Tujuan Belajar 14,2,7
3 Kepercayaandiri Kemampuan 3,8,20 7
meghubungkan pelajaran
dengan pengalaman
Kesempatan menggunakan 4,8,12,16
pengetahuan yang
diperoleh
4 Kepuasan Pandangan terhadap 6,13,19,16 9
apresiasi prestasi
Keinginan untuk 9,15,18,3,8
menyaring pengetahuan
dengan yang lain
Jumlah 29
31

3.6.4 Jenis Instrumen


Instrumen yang di gunakan dalam panelitian ini yaitu menggunakan metode
angket yang bertujuan untuk meneliti tingkat motivasi belajar siswa Di Sekolah
Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi.
1. Angket Motivasi
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan komunikasi dengan sumber data, untuk memperoleh hasil dari data
siswa, maka seputar pertanyaan akan diberikan kepada siswa. Dalam penelitian ini
angket digunakan untuk memperoleh data mengenai sikap ilmiah siswa terhadap
metode problem solving. Angket pertanyaan mengenai tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh observer
dalam proses pembelajaran KIMIA terpadu melalui metode problemsolving .
3. Lembar Hand Out
Lembar hand out adalah lembar yang berisi gambar, tabel, atau peta konsep
yang berisi mengenai materi ajar, yang mengenai tanggapan siswa terhadap proses
pembelajaran yang diterapkan oleh guru mengenai metodeyang telah diterapkan
oleh guru.

3.6.5 Validasi Instrumen


Validasi Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini angket yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (KIMIA) terpadu. Konsep
pemahaman siswa dengan uraian pertanyaan yang terdiri dari 20 pertanyaan.
Angket yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar
ketepatan alat penilaian konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai
apa yang seharusnya dinilai. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan validitas pertanyaan secara rasional yaitu validitas kontruksi dan
validitas isi dari pertanyaan dalam angket.
Validitas konstruksi adalah uji validitas dengan meminta pendapat para
ahli tentang instrumen yang telah disusun, mungkin para ahli akan memberikan
keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan
32

mungkin dirombak total. Sedangkan validitas isi adalah uji validitas dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan.
(Sugiyono,2013, hlm. 125).
Secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen.
Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan
nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan
mudah dan sistematis (Sugiyono, 2013, hlm 129).
Pada setiap instrumen angket terdapat butir-butir (item) pertanyaan
Untuk menguji validitas butr-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah
dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisiskan.

3.7 Keabsahan Data


3.7.1 Telaah Model Tindakan
Layaknya sebuah penelitian tindakan, proses atau tahapannya berupa
prasiklus, maka hasil analisis atau siklus 1 adalah berupa rekomendasi apakah
siklus dilanjutkan ke siklus 2, 3 dan seterusnya atau dihentikan, jika
rekomendasinya adalah perlu dilanjutkan dengan siklus berikutnya maka
rancangan tindakan siklus berikutnya segera disusun atas dasar hasil refleksi
siklus sebelumnya.

3.7.2 Validasi Data


Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap aspek yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Menurut
Suharsimi Arikunto (2011, hlm.41) dijelaskan bahwa sebuah angket dikatakan
valid apabila angket tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

3.8 Teknik Analisis Data


Kemudian data – data yang diperoleh dari penelitian baik melalui
pengamatan, angket, hand out dengan menggunakan metode problem solving
kemudian diolah dengan analisis deskriftif untuk menggambarkan peningkatan
pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan
33

keberhasilan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA 1 di


Sekolah Menengah Atas (SMA) N 6 Kota Jambi dengan menggunakan metode
problem solving disertai handout.
Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data –
data yang disajikan berdasarkan angka – angka maka menggunakan analisis
deskriptif presentase dengan rumus sebagai berikut:
Presentase = skor yang dicapai x 100%
Jumlah siswa

Tabel 3.2 nilai interval


Interval Kategori

81 - 100 Tinggi

61 – 80 Sedang

31 – 60 Rendah

0 – 30 Sangat Rendah
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (1981). Al – Qura’an Terjamahnya : Jakarta : Depak Ri.


Anas Sudijono, (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Anas Sudijono, (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Arends, (2008). Pemecahan Masalah Dalam Belajar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Candra, (2006). Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Jakarta :
Rineka Cipta.
Dwi Oktarina Wulandari, (2007). Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik Dengan
Melalui Media Modul Tipe Post Solusion Solving
Djamarah, (2010). Metode - Metode Dalam Mengajar. Bandung : Alpabeta.
Dhajirin, (1985). Pemanfaatan Metode Pembelajaran Dan Media Pembelajaran.
Bandung : Tarsito.
David Jhanson, (2002). Problem – Problem Dalam Belajar Mengajar. Bandung :
PT Radika Aditama.
Isman . Sofwan, (1996). Macam – Macam Motivasi Dalam Pembelajaran.
Yogyakarta : Gava Media.
J. Dewey . J. Gulo. W, (2002). Strategi Dan Model Pembelajaran. Baswadaya :
Persindo.
Khoirul Ahmadi, (2009). Penerapan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Dalam Proses Pembelajaran. Bandung : PT Graha Permindo.
Wijayanti.N.S., Haryono., Nugroho. A., 2015. penerapan pembelajaran problem
solving untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar pada materi
pokok larutan penyangga siswa kelas xi mia 3 semester genap sma batik 2
surakartatahun pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia. Vol. 4.
No.4

34

Anda mungkin juga menyukai