Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK PENULISAN LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. PENDAHULUAN
Seorang guru mempunyai standar kompetensi yang harus dicapai dan dikembangkan.
Rincian standar kompetensi tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dari
sekian standar, salah satu adalah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
merupakan penelitian pendidikan yang lebih khusus untuk mengatasi permasalahan dalam
kelas. Creswell (2012: 577) menyebutkan PTK digunakan ketika seorang guru mempunyai
masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang perlu dipecahkan. Creswell (2012: 577)
mendefinisikan PTK sebagai sebuah prosedur yang sistematis yang dilakukan oleh guru (atau
orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan) untuk mengumpulkan informasi tentang,
dan kemudian meningkatkan, cara guru merencanakan, mengajar, dan cara siswa belajar.
PTK menjadi salah satu agenda yang eru dilakukan guru, tetapi kondisi di lapangan
memunjukkan guru mengalami kendala dalam melakukan PTK. Penelitian Harli (2015) pada
30 guru SD di Gugus I Kecamatan Bunder, Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa guru
mengalami kendala dalam menyusun kalimat ilmiah. Kendala menyusun kalimat ilmiah ini ju
merupakan kesulita dalam menyusun proposal PTK. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahn
tersebut, dalam makalah ini akan dibahas mengenai petunjuk penulisan PTK.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah proses investigasi terkendliyang
berulang (siklik) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sistem, proses, isi, atau situasi kelas-pembelajaran (Paidi, 2011).
PTK dilaksanakan di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK dapat juga spesifik fokus pada
kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Berdasarkan cakupan permasalahannya, seorang guru akan dapat menemukan
penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK
dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam
kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk
penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami
oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda
yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti (Tim Pelatih Pengawas Sekolah, 2008).
Guru sebagai seorang peneliti perlu menyajikan hasil proyeknya dalam bentuk tertulis
yang terorganisasi melalui dua tahap:
a. Tahap awal yang menuntut penyiapan rancangan/usulan penelitian dan dituangkan dalam
bentuk proposal penelitian,
b. Tahap akhir berupa penulisan laporan hasil penelitian (Ari, 1982).

2. Proposal Penelitian
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah pertama yang perlu
dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan PTK. Proposal penelitian merupaka)n deskripsi
yang berisi langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh peneliti untuk melakukan
penelitiannya. Penulisan usulan penelitian dapat menjadi langkah yang paling menentukan dan
paling menyenangkan dalam proses penelitian. Dalam usulan itu, peneliti menunjukkan apa
yang akan dicari dan bagaimana melakukan pencarian tersebut, serta menjelaskan mengapa
pencarian itu berguna.

3. Sistematika Proposal PTK


Proposal penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis. Sugiyono menyebutkan
bahwa proposal penelitian minimal mengandung empat komponen utama, yaitu Permasalahan,
Landasan Teori dan pengajuan hipotesis, metode penelitian, organisasi dan jadwal penelitian
(Sugiyono, 2010). Untuk organisai dan jadwal penelitian sesuai kebutuhan, jika diperlukan
dapat ditambahkan.
Sistematika inti proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
1. Dasar Teori
2. Kerangka Berpikir
3. Hipotesis Tindakan
BAB III. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
2. Prosedur Peelitian
3. Instrumen Penelitian
4. Teknik Pengumpulan Data
5. Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Penjelasan dari komponen proposal PTK adalah sebagai berikut:
a. Judul Penelitian
Judul penelitian dinyatakan secara singkat dan spesifik tetapi cukup jelas
menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah serta nilai
manfaatnya. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud PTK bukan penelitian pada
umumnya. Umumnya di bawah judul utama dituliskan pula sub judul. Sub judul ditulis untuk
menambahkan keterangan lebih rinci tentang subyek, tempat, dan waktu penelitian. Berikut
contoh judul PTK dalam pendidikan dasar.
(1) Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajanan berbasis proyek pada mata
pelajaran IPA di SD Negeri 1 Sedayu.
(2) Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah pada mata pelajaran IPA Kelas VII di SMP Negeri 9.
(3) Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran Biologi untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains.

b. Latar Belakang Masalah


Bagian ini dimulai dengan mendikripsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan
data faktual yang menunjukkan adanya masaah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk
dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan
guru dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan. Tujuan utama PTK adalah
untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk itu, dalam uraian latar belakang
masalah yang harus dipaparkan hal-hal berikut.
(1) Masalah yang diteliti adalah benar-benar masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah.
Umumnya didapat dari pengamatan dan diagnosis yang dilakukan guru atau tenaga
kependidikan lain di sekolah. Perlu dijelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.
(2) Masalah yang akan diteliti merupakan suatu masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya
dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
(3) Identifikasi masalah di atas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari
masa!ah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi) bagaimana
dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.

c. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah


Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sehingga akan terjawab setelah
tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses,
situasi, hasil yang diperoleh.
Pada bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang rumusan masalah, cara
pemecahan masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi hasil penelitian.
(1) Perumusan Masalah, berisi rumusan masalah penelitian. Dalam perumusan masalah dapat
dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan PTK. Rumusan masalah
sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan cara mengajukan indikator
keberhasilan tindakan, cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.
(2) Pemecahan Masalah; merupakan uraian altematif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah
yang diteliti disesuaikan dengan kaidah PTK. Cara pemecahan masalah ditentukan atas
dasar akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan yang jelas dan terarah. Alternatif
pemecahan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari
hasil analisis masalah. Di samping itu, harus terbayangkan manfaat hasil pemecahan
masalah dalam pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran.
Juga dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.

d. Tujuan Penelitian
Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran antara dan sasaran akhir
tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang
dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di
bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalui
penerapan strategi pembelajaran yang dianggap sesuai, pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar mengajar dan lain sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi
pembelajaran bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Ketercapaian tujuan hendaknya dapat
diverfikasi secara obyektif.

e. Manfaat Penelitian
Di samping tujuan PTK di atas, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan
penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang
dapat diperoleh, khususnya bagi siswa, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan
guru lainnya serta bagi dosen LPTK sebagai pendidik guru. Pengembangan ilmu, bukanlah
prioritas dalam menetapkan tujuan PTK.

f. Kerangka Teoretik dan Hipotesis Tindakan


Pada bagian ini diuraikan landasan konseptual dalam arti teoritik yang digunakan
peneliti dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Untuk keperluan itu, dalam bagian
ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku-
pelaku PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim hasil kajian kepustakaan. Pada
bagian ini diuraikan kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan mendasar usulan
rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini
digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam
penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan
indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/ diantisipasi. Sebagai contoh, akan dilakukan
PTK yang menerapkan model pembelajaran kontekstual sebagai jenis tindakannya. Pada kajian
pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
(1) Bagaimana teori pembelajaran kontekstual, siapa saja tokoh-tokoh dibelakangnya,
bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori tersebut, persyaratannya, dll.
(2) Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada
pembelajaran, strategi pembelajarannya, scenario pelaksanaannya, dll.
(3) Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut dengan perubahan yang
diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, hal ini hendaknya dapat
dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
(4) Bagaimana perkiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model di
atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.
g. Prosedur Penelitian
Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur
hendaknya dirinci dan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang
bersifat daur ulang atau siklus. Sistematika dalam ini meliputi:
a. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian. Pada bagian ini disebutkan di mana
penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut
seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin
relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya.
b. Variabel yang diselidiki. Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang
dijadikan fokus utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat
berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar,
prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran
KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru,
cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan
(3) variable output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan
pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang
telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
c. Rencana Tindakan. Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan
pembelajaran, seperti:
1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai
seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah,
pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK,
dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang ditetapkan.
Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam
rangka perbaikan masalah
2) Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan. Skenario kerja
tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3) Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data
mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4) Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan
dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar,
personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan berikutnya.
d. Data dan cara pengumpulannya. Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data yang akan
dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang
di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau
kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat
bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
e. Indikator kinerja, pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan
secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan melalui PTK
yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria
keberhasilan yang diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang
dimaksud.

h. Bagian Penunjang
Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian teori yang digunakan dalam
semua bagian laporan, dengan sistem penulisan yang konsisten menurut ketentuan yang
berlaku.
Lampiran-Lampiran
Berisi lampiran berupa instrumen yang digunakan dalam penelitian, lembar jawaban
dari siswa, izin penelitian dan bukti lain yang dipandang penting.

C. PENUTUP
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah proses investigasi terkendali yang
berulang (siklik) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sistem, proses, isi, atau situasi kelas-pembelajaran. Dengan
melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus
peneliti. Guru sebagai seorang peneliti perlu menyajikan hasil proyeknya dalam bentuk tertulis
yang terorganisasi melalui dua tahap: penyusunan rancangan/ proposal PTK, pelaksanaan, dan
penulisan laporan hasil penelitian.
Proposal penelitian merupakan deskripsi yang berisi langkah-langkah yang akan
dilaksanakan oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya. Proposal penelitian mengandung
komponen: Permasalahan, Landasan Teori dan pengajuan hipotesis, dan metode penelitian.
PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJUMLAHAN DENGAN TEKNIK

MENYIMPAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KANTONG NILAI

TEMPAT BILANGAN DI KELAS II SEMESTER I TAHUN 2012/2013

SD NEGERI BAJOMULYO KECAMATAN JUWANA PATI

Diajukan oleh:

WIWIK ANDAYANI

A 54E090117

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012
PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJUMLAHAN DENGAN TEKNIK

MENYIMPAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KANTONG NILAI

TEMPAT BILANGAN DI KELAS II SEMESTER I TAHUN 2012/2013

SD NEGERI BAJOMULYO JUWANA PATI

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperluas usaha

dan membutuhkan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang

atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya

dengan bangsa Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik, dalam

perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda

harapan bangsa sebagi generasi penerus dibentuk.

Meski diakui bahwa pendidik adalah investasi besar jangka panjang

yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya.

Dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini

Indonesia masih terus berkutat pada problematika klasik dalam hal ini yaitu

kualitas pendidikan. Permasalahan itu setelah dicoba untuk dicari

permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan

tidak tahu darimana mesti harus diawali.

Di dalam ilmu matematika termuat banyak konsep, logika yang

memerlukan banyak pemecahan masalah. Matematika sangat berperan aktif

dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia agar

berkemampuan secara logis ,analisis, sistematis ,kritis, dan kreatif. Untuk


meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan

keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,

menyelesaikan masalah, dan menafsirkan masalah. Karena itu diperlukan

pemahaman agar siswa mengerti dan mengetahui apa yang sedang dipelajari

sehingga siswa dapat menerjemahkan, menginterprestasikan dan

mengektrapolasikan persoalan tersebut ke dunia sebenarnya.

Siswa dapat dikatakan memahami masalah apabila ia dapat

menerjemahkan persoalan, menafsirkan dan menghubungkan permasalahan

yang ada kemudian siswa dapat mencari penyelesaian kasus yang

dihadapinya. Bertambah pengetahuannya, bisa memahami isi pelajaran,

mampu menggunakan dan menerapkan ke situasi yang kongkrit, bisa

menganalisis dan mengevaluasinya.

Siswa kelas II SDN Bajomulyo Kecamatan Juwana berjumlah 40

siswa. Kebanyakan para siswa adalah anak dari nelayan dan buruh sehingga

orang tua mereka kurang memperhatikannya. Lingkungan kurang

mendukung belajar anak, kebanyakan anak membantu orang tuanya,

bermain sendiri, dan melihat TV pada malam hari, pekerjaan rumah siswa

dikerjakan di sekolah sebelum sekolah masuk. Maka peneliti ingin

memperbaiki cara belajar siswa supaya dapat memperoleh hasil yang baik,

bisa membagi waktu belajar, dan senang terhadap mata pelajaran

matematika yang selama ini menjadi momok yang menakutkan bagi

sebagian besar siswa.

Nilai mata pelajaran matematika siswa kelas II khususnya pokok

bahasan penjumlahan menyimpan rata-rata kelas 6,5. Siswa kurang


menguasai teknik tersebut, seringkali lupa menyimpan hasil penjumlahan

yang hasilnya lebih dari sepuluh, ke nilai tempat bilangan besar

berikutnya.

Dalam proses mengajar, strategi yang dipakai dikerahkan

sepenuhnya oleh guru sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya.

Peneliti dalam penyampaian pokok bahasan penjumlahan sampai 500

menggunakan alat peraga yang dibuat sendiri, kantong nilai tempat

bilangan. Alat ini sangat sederhana, mudah dibuat dan penggunaanya

praktis. Alat peraga mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting

sebagai alat bantu. Untuk memperjelas suatu konsep ataupun pengertian

dalam penjumlahan dengan teknik menyimpan. Karena hal tersebutlah

maka perlu sekali inovasi dan kreativitas guru.

Berdasarkan hal-hal tersebut agar siswa lebih memahami materi

penjumlahan dengan teknik menyimpan maka guru perlu berkreativitas dan

berinovasi dengan membuat alat peraga. Berdasarkan uraian tersebut di

atas, maka penelitian ini diberi judul “Peningkatan Pemahaman

Penjumlahan Menggunakan Teknik Menyimpan Dengan Alat Peraga

Kantong Nilai Tempat Bilangan di Kelas II Semester I Tahun 2012/2013 SD

Negeri Bajomulyo Juwana Pati”.

2. Tujuan Penelitian

a. Tujuan secara umum penelitian ini adalah : untuk meningkatkan

ketuntasan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana

Pati semester II tahun pelajaran 2012/2013.


b. Tujuan secara khusus penelitian ini adalah : untuk meningkatkan

pemahaman belajar penjumlahan siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo

Juwana Pati semester II tahun pelajaran 2012/2013.

B. LANDASAN TEORI

1. Landasan Teori

a. Peningkatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud (1990:538)

meningkatnya, naiknya (derajat, taraf, dan sebagainya

b. Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian,

pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran, pandangan.

Dan apabila mendapat imbuhan Pe-an menjadi pemahaman artinya proses,

perbuatan dan cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik

supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu

proses, cara memahami dan mempelajari baik-baik supaya paham dan

pengetahuan banyak. Depdikbud (1994:74).

Definisi Pemahaman belajar menurut W.J.S Poerwodarminto,

pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar tentang

suatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara

memahami sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman,

hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna

atau pengertian. Berkaitan dengan hal tersebut J. Murshell mengatakan :


”isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran

mengutamakan pemahaman wawasan bukan hafalan dan latihan”.

c. Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) menyebutkan “belajar

adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan

bergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti

oleh suatu hasil tertentu dan ada daya tarik hasil itu bagi orang yang

bersangkutan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di

dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan,

penguasaan pengetahuan atau keterampilan, dan sikap berdasarkan latihan

dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah,

mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan

melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di

waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus-menerus dan tidak

boleh dipaksakan tetapi dibiarkan bebas dalam mengambil keputusan dan

bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar

yang sangat eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan

instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk

pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil

yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects.

Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka

dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Tujuan ini


merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” suatu

lingkungan tertentu.

d. Matematika

Ruseffendi (1994:247) dalam kamus matematika mengatakan bahwa

“Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya

dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar,

analisis, dan geometri.

Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika diantaranya

dijelaskan oleh Gagne : Bahwa belajar matematika ada dua obyek yang

dapat diperoleh siswa, yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung.

Obyek yang langsung berup fakta, keterampilan, konsep dan aturan,

sedangkan obyek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan

memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap

matematika.

Lebih lanjut belajar matematika diartikan sebagai berikut : matematika

yang beracuan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu

tersusun secara hirarkis an penalaran deduktif, sehingga belajar

matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi, harus bertahap dan

berurutan serta mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu.

e. Pokok Bahasan Penjumlahan

Kata pokok mempunyai arti arah, dasar yang menjadi, sedangkan

bahasan berarti membicarakan yang dibahas (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Depdikbud 1990:66).


Secara keseluruhan pokok bahasan penjumlahan dapat diartikan dasar

yang dibicarakan adalah cara menjumlahkan.

f. Dengan Teknik Menyimpan

Dengan mempunyai arti memakai atau menggunakan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:196). Teknik mempunyai arti cara

membuat sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:915).

Dan menyimpan mempunyai arti menaruh di tempat yang aman supaya

jangan rusak atau hilang. Jadi dengan teknik menyimpan dapat diartikan

menggunakan cara menaruh di suatu tempat.

g. Alat Peraga

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat

bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif (Dasar-

Dasar Proses Belajar Mengajar, Nana Sudjana:99). Setiap proses belajar

dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan,

bahan, metode, dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan

unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi

sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai

pada tujuan. Dalam Pencapaian tujuan tersebut, peranan alat peraga

memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini

pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering

disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan

telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru

lebih mudah dipahami siswa. Dalam proses belajar-mengajar alat peraga


dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa

lebih efektif dan efesien.

h. Kantong Nilai Tempat Bilangan

Kantong mempunyai arti pundi-pundi, saku, tempat (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:387). Nilai artinya harga, angka

kepandaian, rata-rata (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud

1990:615).

Secara Keseluruhan pengertian dari judul skripsi ini adalah usaha untuk

meningkatkan pemahaman siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana

Pati pada pokok bahasan penjumlahan dengan teknik menyimpan melalui

penggunaan alat peraga kantong nilai tempat bilangan.

i. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema

dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan

pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Tema adalah pokok pikiran

atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan, dengan tema

diharapkan akan mendapat keuntungan, diantaranya :

1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar mata pelajaran dengan tema yang sama.

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.


C. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SDN Bajomulyo

Kecamatan Juwana, penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan

pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam

mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat

sesuai dengan profesi penulis.

1) Letak Geografis

SD Negeri Bajomulyo terletak di Jl. Hang Tuah No.6 Juwana Kabupaten

Pati. Sekolah ini berada di daerah perkotaan dan berdekatan dengan Tempat

Pelelangan Ikan, karena hal tersebut lalu lintas di depan sekolah cukup ramai.

Dan satu hal yang sangat mengganggu adalah adanya muatan ikan yang

airnya menimbulkan bau tak sedap yang tercium dari sekolah.

2.) Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan

menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan terhitung mulai bulan Mei

sampai dengan bulan Juli. Waktu dari perencanaan sampai penulisan

laporan hasil penelitian tersebut pada semester I Tahun pelajaran

2011/2012

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo

Juwana Pati tahun pelajaran 2012/2013 jumlah siswa 32 orang. Dengan


jumlah siswa laki-laki 21 dan siswa perempuan 11 siswa. Dan subjek pelaku

tindakan yaitu guru peneliti.

C. Data dan Sumber Data

1. Jenis data

a. Data kuantitatif

Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif pemahaman belajar

siswa kelas II yang diambil dengan cara memberikan tes evaluasi pada

setiap akhir siklus.

b. Data kualitatif

Data kualitatif didapatkan dari aktifitas belajar siswa dan aktifitas guru

dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Sumber Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini sumber datanya adalah:

a. Siswa kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana.

b. Guru Kelas II SD Negeri Bajomulyo Juwana.

c. Data dokumen meliputi daftar nilai kelas II, aktifitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran serta aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam PTK seperti pada umumnya suatu penelitian

adalah dengan menggunakan instrumen. Instrumen memegang peranan yang

sangat strategis dan penting dalam menentukan kualitas suatu penelitian,

karena validitas data yang diperoleh akan sangat menentukan mutu instrumen

yang digunakan. Pengambillan data dilakukan dengan wawancara, observasi,

dokumentasi, tes, dan catatan lapangan.


1. Wawancara

Kunandar (2011: 157) menyatakan bahwa wawancara merupakan

pertanyaan – pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang- orang

yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan dalam

permasalahan penelitian tindakan kelas.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kondisi dan

peristiwa yang terjadi saat penelitian. Pengamatan dilakukan saat peneliti

melakukan kegiatan pembelajaran yang dibantu oleh guru kelas III sebagai

observer. Dan peneliti sendiri mengamati perilaku siswa di dalam dan di luar

kelas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu

dengan buku-buku, arsip yang berhubungan

E. Validitas Data

Agar Instrumen yang dibuat oleh peneliti dapat dikatakan valid maka

dilakukan validitas. Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan diuji dan

diperiksa dulu validitasnya, sehingga data tersebut dapat dipertanggung

jawabkan. Untuk menjamin validitas ini maka semua pertanyaan disusun

berdasarkan kajian-kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan.

Peneliti menggunakan 2 jenis trianggulasi yaitu trianggulasi sumber dan

trianggulasi waktu. Trianggulasi sumber merupakan teknik pengumpulan data

yang sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Maksudnya data

tersebut dilakukan ricek kebenarannya dari sumber lain yang dianggap paham
dengan data. Trianggulasi waktu artinya data tersebut dicek pada respondent

pertama pada waktu yang berbeda (Rubino R. & Saring M. : 2008:60).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang

salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh

Miles Huberman (1984) dalam Kunandar (2011:102). Analisis interaktif

terdiri dari 3 komponen yaitu reduksi data, beberan (display) data, dan

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah langkah pertama dalam proses analisis yang

merupakan proses seleksi, menentukan fokus, menyederhanakan,

meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan

lapangan. Pada tahap ini peneliti menyeleksi dan merangkum data yang

diperoleh berdasarkan fokus kategori maupun pokok permasalahan tertentu

yang telah ditetapkan dan dirumuskan. Selain itu data juga disusun sesuai

dengan kebutuhan sehingga setelah dilakukan reduksi data, semua data yang

relevan sudah tersusun dan terorganisir sesuai dengan kebutuhan untuk

tahap selanjutnya.

2. Penyajian Data

Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga

menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.

Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara variabel

peneliti dengan apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk

mencapai tujuan penelitian.


3. Penarikan Kesimpulan

Dari hasil reduksi dan penyajian data, peneliti dapat memahami secara

mendalam hasil data yang diperoleh dan berdasarkan dari data itulah peneliti

akan mengambil kesimpulan penelitian dengan menjawab permasalahan –

permasalahan yang diajukan dengan data dan bukti – bukti empiris yang

telah terkumpul.

Setelah dibuat kesimpulan, data perlu untuk diverifikasikan agar hasil

penelitian menjadi mantap dan benar - benar dapat dipertanggung

jawabkan. Verifikasi sendiri merupakan aktivitas pengulangan dalam rangka

pemantapan dan penelusuran data kembali secara tepat.

D. HASIL PENELITIAN

Pada siklus I disampaikan materi penjumlahan dengan satu kali teknik

menyimpan bilangan tiga angka dan dua angka, dua bilangan tiga angka dan

tiga bilangan dengan cara bersusun pendek. Pada saat pembelajaran

berlangsung siswa mengalami kesulitan dalam menghitung hasil simpanan,

sering lupa tidak diikutsertakan dalam penjumlahan angka berikutnya,

sehingga hasilnyapun salah. Sebagai tindakan perbaikan, guru menjelaskan

materi dengan menggunakan alat bantu kantong nilai tempat bilangan,

sehingga selama proses penyampaian materi berlangsung siswa dapat

menggunakan alat bantu sebagai alat untuk menyimpan hasil penjumlahan

lebih dari sepuluh. Dalam kegiatan pembelajaran berlangsung siswa dapat

melihat langsung bagaimana cara dan teknik menyimpan dan cara


penghitungan yang betul. Di sini siswa lebih mudah memahami materi yang

disampaikan.

Ternyata hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang menyatakan bahwa

bahan belajar matematika ada 2 obyek yakni obyek langsung dan obyek tidak

langsung. Oleh sebab itu untuk membantu siswa dalam memahami

pembelajaran matematika, guru hendaknya memilih media yang sesuai

dengan materi (Gagne dalam Erman Suherman, 2000:35-36).

Hasil tes siklus I diperoleh 8 siswa yang nilainya rendah. Ini

menunjukkan prestasi ketuntasan belajar baru mencapai 45%. Dari hasil

pengamatan terhadap lembar jawaban siswa yang nilainya rendah ternyata

disebabkan karena tidak dapat menghitung jumlah, kurang memahami cara

teknik menyimpan dan sebagian besar kurang teliti dalam menghitung hasil

akhir. Di samping itu juga karena pengaruh kurangnya perhatian dari orang

tua dalam hal belajar.

Pelaksanaan perbaikan pada siklus II disampaikan materi penjumlahan

dengan dua kali teknik menyimpan bilangan tiga angka dan dua angka, dua

bilangan tiga angka dan empat bilangan tida angka dengan cara bersusun

panjang dan pendek. Karena telah diketahui kesulitan yang dialami siswa

pada siklus I maka pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini dititikberatkan

pada cara menjumlah dengan dua kali teknik menyimpan (diperjelas dengan

menggunakan alat peraga kantong nilai tempat bilangan) dan cara

menghitung dengan benar. Dengan demikian siswa akan lebih mudah

memahami materi yang disampaikan karena langsung menghadapi benda

konkrit (alat peraga) yang dapat dimanipulasi sendiri.


Dalam pelaksanaan siklus II, masih ada 4 siswa yang memperoleh nilai

kurang dari 65, sedangkan 28 siswa mendapat nilai lebih dari 65.

Rata-rata nilai yang diperolah dalam tes siklus II adalah 70,5 sedangkan

prestasi ketuntasan belajar mencapai 60%, sehingga indikator keberhasilan

ada peningkatan. Pada saat pembelajaran berlangsung tidak mengalami

kesulitan dimana sebelum materi disampaikan siswa diberi tugas rumah dan

apersepsi materi sebelumnya, siswa mulai memahami materi penjumlahan

dengan teknik menyimpan dengan benar.

Rata-rata nilai yang diperoleh dalam tes siklus II adalah 70,5, sedangkan

persentase ketuntasan belajar mencapai 60% sehingga indikator keberhasilan

telah tercapai sesuai ketuntasan. Oleh karena itu hipotesis tindakan penelitian

ini dapat diterima.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahawa: “ Penggunaan alat peraga kantong nilai tempat

bilangan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas II SD Negeri

Bajomulyo Kecamatan Juwana Pati tahun pelajaran 2012/2013, dalam

pokok bahasan penjumlahan dengan teknik satu kali menyimpan.

Peningkatan pemahaman penjumlahan siswa yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM >

65 adalah sebagai berikut:

1. Pada siklus I, siswa yang memenuhi KKM adalah 24 siswa dari

32 siswa (75%).
2. Pada siklus II, siswa yang memenuhi KKM adalah 28 siswa

dari 32 siswa (87,5%).

F. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah

dilaksanakan dalam usaha meningkatakan pemahaman siswa di kelas

melalui media peraga, maka dapat disampaikan saran – saran sebagai

berikut:

1. Bagi rekan sejawat yang mempunyai permasalahan sama seperti

penulis hendaknya menggali teknik menyimpan dengan menggunakan

penjumlahan yang disampaikan dengan alat peraga.

2. Hendaknya guru mengadakan penilaian secara terus menerus baik

penilaian hasil tes maupun tugas rumah.

3. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya menggunakan alat

peraga yang mudah dan sederhana agar materi pelajaran dapat

dipahami oleh siswa.

4. Usahakanlah media alat peraga tidak hanya digunakan oleh guru, tetapi

siswa juga ikut aktif menggunakannya.

5. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru harus selalu

mengamati siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

6. Bagi peneliti berikutnya yang tertarik pada masalah serupa hendaknya

mengembangkan penelitian ini dan melakukan perbandingan dengan

penggunaan media belajar yang lebih kreatif. Sehingga suasana belajar

lebih menyenangkan dan aktif.


DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdikbud. 1994. Pedoman Analisis Hasil Evaluasi Belajar. Jakarta.

Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta.

Depdikbud. 1995/1994. Kurikulum Pendidikan Dasar dan Garis-Garis Besar


Program Pengajaran Kelas II. Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud. 1999/2000. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Kelas II Sekolah


Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud. 2000. Pedoman Pembuatan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata


Pelajaran Matematika Umum SD. Bandung : CV. Tidar.

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. lg Sumarno dan Sukahar. 1996. Matematika 2 Mari Berhitung. Jakarta :


Perum Balai Pustaka.

Karami, Djati. 2002. Kamus Matematika. Jakarta. Balai Pustaka.

Khafid. M dan Suyati. 1999. Matematika Penilaian Pada Berhitung. Jakarta :


AirErlangga.

Murtinem. 2006. Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN
Kertasinduyasa 03 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Dalam
Pokok Bahasan Penjumlahan Melalui Alat Peraga Kantong Plastik
Transparan. Universitas Negeri Semarang.

Nana Sudjana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar


Baru Algensindo.

Nursidik. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Teknik


Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah Bagi Siswa Kelas VI Sekolah
Negeri I Samudra Kulon. Universitas Terbuka Jakarta.

Rubiyanto, Rubino dan Saring Marsudi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Ke SD


an dan Karya Ilmiah. Surakarta: PGSD FKIP UMS.

Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: PGSD FKIP


UMS.

Ruseffendi. ET.1994. Pendidikan Matematika 3 Materi PokokProgram


Penyetaraan DII PGSD. Jakarta : Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai