A. PETA KONSEP
GURU/SEKOLAH
CARA PEMECAHAN
PELAKSANAAN PTK
Keterangan:
: diamati dan dicari serta diteruskan
Gambar 3.1 Peta Konsep PTK Bahasa Arab
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami bidang kajian PTK.
2. Memahami prosedur PTK.
3. Menyusun proposal PTK.
D. URAIAN MATERI
1. Konsep Dasar PTK
a. Definisi PTK
Ketidakpuasan guru terhadap apa yang dilakukan dalam proses pembelajaran dapat
menjadi sumber masalah. Oleh karena itu seorang guru dituntut keberaniannya untuk
mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang
dia hadapi dalam implementasi perencanaan pembelajarannya. Semua guru
menginginkan bahwa dia mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, sehingga
tujuan pembelajaran yang berisi berbagai kompetensi dasar sebagaimana tututan
kurikulum dan hasil belajar (KHB) dapat tercapai secara maksimal. Pemecahan akan
adanya kesenjangan inilah yang menjadi pokok bahasan dalam PTK.
Adapun beberapa definisi PTK dapat dijabarkan sebagai berikut: menurut Joni dan
Tisno (1998) PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan
yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang
dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan.
Soedarsono (2001:2) menyatakan PTK merupakan suatu proses di mana melalui
proses ini dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan
perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.
Suyanto (2002:2) mendefinisikan PTK sebagai penelitian praktis yang
dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan
dengan cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
diangkat dari kegiatan tugas guru sehari-hari di kelasnya. Permasalahan itu merupakan
permasalahan faktual yang benar-benar dihadapi di lapangan, bukan permasalahan yang
dicari-cari atau direkayasa.
Dengan demikian PTK dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan
oleh guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan
penelitian. Upaya penelitian ini dilakukan dengan cara merubah kebiasaan (misalnya
metode, strategi, media) yang ada dalam kegiatan pembelajaran, perubahan tindakan
yang baru ini diharapkan atau diduga dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
(dugaan ini selanjutnya digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian ini). Atau dengan
kata lain, PTK merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam
kelas. PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian riset-tindakan-riset-tindakan ... yang
dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan. Pada umumnya PTK dibagi kedalam dua jenis, yakni (1) PTK individual,
yakni guru sebagai peneliti, dan (2) PTK kolaborasi, yakni guru bekerja sama dengan
orang lain, orang lain ini sebagai peneliti sekaligus pengamat.
b. Pentingnya PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (dosen dan guru)
mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna
yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian
tindakan (Susilo dan Laksono, 2007:1).
Beberapa asumsi yang melatarbelakangi pentingnya PTK adalah: (1) guru dan kepala
sekolah dapat bekerja secara terbaik untuk mengatasi masalah yang telah berhasil mereka
identifikasi; (2) guru dan kepala sekolah dapat menjadi lebih efektif jika didorong untuk
meneliti dan menilai pekerjaan mereka dan mempertimbangkan cara bekerja yang
berbeda; (3) guru dan kepala sekolah dapat menolong orang lain dengan bekerja secara
kolaborasi; dan (4) bekerja dengan kolega dapat membantu guru dan kepala sekolah
dalam mengembangkan profesionalisme mereka (Heidi Watts, 2007:1). Oleh karena PTK
memiliki tujuan utama untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran
secara berkesinambungan, maka dalam pelaksanaannya dirasakan sangat penting dan
mendesak untuk segera diterapkan. Beberapa alasan terhadap pentingnya pelaksanaan
PTK sebagaimana dikemukakan beberapa ahli penelitian sebagai berikut: Suyanto
(2002:3) menyatakan bahwa (1) PTK menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme pengajar dalam kegiatan
pembelajaran di kelas; (2) PTK membuat pengajar dapat meneliti dan mengkaji sendiri
kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan dalam kelas, sehingga permasalahan
yang dihadapi benar-benar permasalahan aktual; (3) PTK tidak membuat pengajar
meninggalkan tugasnya, karena secara integrasi kegiatan penelitian dapat dilakukan; (4)
PTK mampu menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek, untuk itu seorang
pengajar harus banyak membaca agar memiliki teori yang dapat dengan tepat digunakan
untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapinya.
Dengan demikian, manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan PTK ini adalah dapat
menekan biaya yang sekecil mungkin dalam melakukan penelitian dalam bidang
pendidikan, karena dengan PTK tidak memerlukan sampel dalam jumlah besar, analisis
data dilakukan secara kualitatif, dan guru sebagai peneliti juga bertindak sebagai
instrumen dalam pengumpul data; sehingga diperlukan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan penelitian formal lainnya.
Dari sisi IPTEKS, kegiatan ini mampu menumbuhkembangkan budaya meneliti di
kalangan guru. Dengan demikian guru mampu mengembangkan potensi diri dan
melakukan inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, sehingga
diharapkan ditemukan metode-metode dan strategi pembelajaran yang lebih baik.
Tujuan penting lainnya adalah: (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan
hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK)
bahkan di perguruan tinggi; (2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya
mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas; (3)
meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) menumbuh-
kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK (FIP, STKIP, FKIP,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable); (5)
meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya di
sekolah/madrasah dalam melakukan PTK; dan (6) meningkatkan kerjasama profesional
di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah dan LPTK.
2. Prinsip PTK
Suharsimi Arikunto, dkk (Suharsimi Arikunto, dkk. 2008:6-9) mengemukakan 5
prinsip PTK, yaitu:
a. Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin
PTK dilakukan oleh guru tanpa mengubah situasi. Mengapa? Jika penelitian
dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi
aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu
PTK tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
Dengan demikian, PTK ini harus terkait dengan profesi guru, jika dilakukan oleh guru;
terkait dengan tugas kepala sekolah, jika dilakukan oleh kepala sekolah; atau terkait
dengan pengawas, jika dilakukan oleh pengawas.
b. Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja
PTK didasarkan atas sebuah filosofis bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal
yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Jadi, PTK sifatnya
dinamis, yaitu adanya perubahan. Juga PTK dilakukan bukan karena ada paksaan atau
permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena
menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum
memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan PTK karena telah menyadari
adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu
tentunya ingin melakukan perbaikan.
Adapun topik pokok bahasan dalam PTK biasanya menyangkut strategi, pendekatan,
metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba.
c. SWOT sebagai Dasar Berpijak
PTK harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas unsure-unsur S-
Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-
Threat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun
siswa yang dikenai tindakan.
Kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada pada diri peneliti dan
subjek tindakan diindentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Dua
unsure yang lain, yaitu kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat), diidentifikasi dari
yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau sobjek yang dikenai
tindakan. Dalam memilih sebuat tindakan yang akan dicoba, peneliti harus
mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subjek tindakan yang kiranya
dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang bahaya di luar diri dan subjeknya
sehingga dapat mendatangkan risiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa
penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengandung
risiko.
d. Upaya Empiris dan Sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah
dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan,
berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik,
berpijak pada unsure-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan
objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya
didukung oleh unsure-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar
baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal
pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.
e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses
perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna
masing-masing huruf adalah sebagai berikut.
1) S Specific, khusus, tidak terlalu umum;
2) M Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;
3) A Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau
Achievable, dapat dicapai, dijangkau;
4) R Realistic, operasional, tidak di luar jangkuan; dan
5) T Time-Bound, diikat oleh waktu, terencana
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebut
dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus;
1) Khusus spesifik, tidak terlalu luas misalnya melakukan penelitian untuk pelajaran
bahasa Arab, tetapi hanya satu aspek saja, misalnya aspek berbicara, aspek membaca,
aspek mendengarkan, atau aspek menulis. Dengan demikian, langkah dan hasilnya
dapat jelas karena spesifik.
2) Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi,
mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain.
3) Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-
gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
4) Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang
dikenai tindakan.
5) Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu kapan dapat dilihat hasilnya.
Batasan waktt\u ini penting agar guru mengetahui betul hasil yang diberikan kepada
siswa, dan lain kali kalau akan diulang, rencana pelaksanaannya sudah jelas. Sebagai
contoh, sebuah penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu
semester, atau satu tahun.
3. Model PTK
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model PTK dengan bagan berbeda, namun
secara garis besar terdapat empat tahap seperti yang terlihat pada gambar 4.1 berikut.
MERENCANAKAN TINDAKAN
OBSERVASI REFLEKSI
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup: analisis, sintesis, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan dari proses serta hasil tindakan biasanya ada
beberapa permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga
pada giliranya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang,
serta diikuti refleksi ulang. Tahap-tahap kegiatan ini berulang, sampai suatau
permasalahan dianggap teratasi. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK
digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3. 3:
RENCANA
REFLEKSI
TINDAKAN/
OBSERVASI
RENCANA
REFLEKSI
TINDAKAN/
OBSERVASI
RENCANA
REFLEKSI
TINDAKAN/
OBSERVASI
DAN SETERUSNYA
b. Implementasi Tindakan, yaitu jabaran tindakan yang akan digelar, skenario kerja
tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Terkait dengan ini,
Suyanto (2002:19) menyatakan bahwa, pelaksanaan tindakan pada dasarnya
dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan. Orang lain, misalnya guru lain yang
ikut serta bahkan sebagai ketua tim dapat juga melakukan tindakan, tetapi bukan
sebagai pelaku utama. Oleh karena itu, sifat hakiki dari PTK adalah kolaboratif dan
nondisruptive. Artinya peneliti non guru dan guru yang menjalani fungsi ganda
sebagai pengajar dan peneliti harus dapat bekerja sama sebaik-baiknya dalam rangka
mencapai tujuan penelitian tanpa mengorbankan tujuan kegiatan pembelajaran.
Pada tahap ini, rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru atau guru dan
peneliti jika dilakukan secara kolaborasi dipergunakan sebagai dasar dalam
menyelenggarakan pembelajaran. Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran,
sekaligus mengamati kejadian selama proses belajar berlangsung (jika penelitian
dilaksanakan sendiri), namun jika dilaksanakan secara kolaborasi, maka tugas
pengamatan secara itensif menjadi tanggungjawab peneliti atau teman kolaborasi.
d. Refleksi, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis,
mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Jika kegiatan penelitian
dilakukan secara kolaborasi, maka guru dan peneliti akan mendiskusikan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan. Hal-
hal yang perlu didiskusikan mencakup: (1) kesesuaian antara pelaksanaaan dengan
rencana pembelajaran yang dibuat, (2) kekurangan yang ada selama proses
pembelajaran, (3) kemajuan yang telah dicapai siswa, dan (4) rencana tindakan
pembelajaran selanjutnya. Wahab (2007:-) mengemukakan bahwa pada tahap ini
kegiatannya dapat berupa: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan
menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta
mengkaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi
ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Dengan demikian, refleksi yang tajam dan terpercaya akan dapat memperoleh
masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya.
Ketajaman refleksi sangat ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen
penelitian yang digunakan.
Misalnya:
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara pada
siswa kelas VIII MTsN Banten.
2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara pada siswa
kelas VIII MTsN Banten.
3. Mendeskripsikan proses penilaian (proses dan hasil) pembelajaran dengan
menggunakan metode role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
berbicara pada siswa kelas VIII MTsN Banten.
e. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan pihak-pihak yang menerima manfaat PTK yang kita
lakukan. Kemukakan manfaat apa yang diterima masing-masing pihak tersebut. Pihak
yang dimaksud (1) pasien/siswa, (2) dokter/guru, (3) rumah sakit/madrasah-sekolah, (4)
orang lain/calon peneliti berikutnya.
Misalnya:
1. Bagi Siswa
2. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan siswa dapat ..
3. Bagi Guru
4. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan guru dapat ..
5. Bagi Madrasah
6. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan madrasah dapat ..
7. Bagi Teman Sejawat/Calon Peneliti Berikutnya
8. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan guru lainnya dapat ..
f. Hipotesis Penelitian
Pada bagian ini, kemukakan pernyataan yang menyakinkan kepada kita bahwa
tindakan yang kita lakukan telah mendapat dukungan teori atau temuan penelitian
sebelumnya. Hal ini menyiratkan bahwa tindakan yang akan kita lakukan untuk
memperbaiki atau menyelesaikan masalah benar-benar layak dan penting dilakukan.
Misalnya:
Jika metode role playing digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Arab, maka kualitas belajar siswa kelas VIII MTsN Banten dapat ditingkatkan.
g. Definisi Istilah
Pada bagian ini dikemukakan definisi tentang konsep (kata) yang ada pada judul
penelitian dan/atau rumusan masalah. Tidak semua konsep (kata) yang harus
didefinisikan, melainkan konsep yang mungkin akan memiliki penafsiran yang berbeda-
beda antara pembaca dan peneliti. Contoh konsep yang tidak perlu didefinisikan antara
lain: siswa, kelas, madrasah/sekolah; konsep-konsep tersebut sudah umum dan setiap
orang memiliki definisi yang sama.
Sedangkan konsep yang perlu didefinisikan oleh peneliti (definisi menurut bahasa
peneliti sendiri, bukan definisi para pakar, sebab definisi para pakar sebaiknya diletakan
pada bagian kajian pustaka), contohnya adalah: kualitas pembelajaran, motivasi belajar,
prestasi belajar. Pada konsep-konsep terakhir ini memungkinkan setiap orang memiliki
definisi sendiri-sendiri. Sebagai contoh konsep prestasi belajar, mungkin orang lain
mendefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh siswa pada saat proses
pembelajaran, seperti kemampuan siswa merespon atau menjawab pertanyaan guru,
keterlibatan aktif siswa dalam belajar di kelas dan sebagainya; sedangkan peneliti
mendefinisikan sebagai perolehan belajar secara kuantitas yang dilihat dari kegiatan post
tes atau mungkin juga hasil ulangan harian dan sebagainya. Mungkin juga ada orang yang
mendefinisikan kedua-duanya.
Dengan demikian, definisi istilah adalah penting, agar antara pembaca dan peneliti
memiliki definisi yang sama terhadap konsep yang diteliti. Kesamaan dalam memahami
konsep akan menghasilkan pandangan dan sikap yang sama dalam menyikapi hasil
penelitian.
h. Kajian Pustaka (Nanti Menjadi Bab II dalam laporan PTK)
Pada bagian ini dikemukakan konsep atau isu sentral dalam penelitian, yakni masalah
dan tindakan yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Urutannya
adalah sebagai berikut:
1. Masalah/Penyakit yang akan Diselesaikan
2. Tindakan yang dilakukan
3. Penerapan Tindakan untuk Menyelesaikan Masalah
Dengan demikian, kajian pustaka untuk judul penelitian di atas adalah
1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara bahasa Arab di MTsN
a) Hakekat Pembelajaran Keterampilan Berbicara bahasa Arab di MTsN
b) Pembelajaran Keterampilan Berbicara bahasa Arab di MTsN
2. Metode Pembelajaran
a) Hakekat Metode Pembelajaran
b) Metode Role Playing
c) Penggunaan Metode Role Playing dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara
bahasa Arab di MTsN
Misalnya,
Kegiatan utama pembelajaran adalah menugasi siswa menirukan cara
berbicara bahasa Arab, mempraktikkan bicara bahasa Arab, dan melatih siswa
berbicara bahasa Arab dalam kelompok. Selama kegiatan pembelajaran,
kegiatan pengamatan dilakukan untuk melihat efek dari pemberian tindakan.
3) Pengamatan/Observasi
Perekaman data dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi. Pada bagian ini
dikemukakan situasi sosial apa saja yang akan diamati, siapa pengamatnya dan
bagaimana caranya.
Misalnya, pengamatan dilakukan dengan mengunakan pedoman pengamatan
yang berisi peristiwa pembelajaran apa saja yang akan diamati, seperti (1)
interaksi belajar siswa dengan siswa ketika melaksanakan kerja kelompok dan
diskusi; (2) interaksi belajar siswa dengan guru ketika guru melakukan
pembimbingan diskusi kelompok; (3) mengamati kerja guru dalam membuka
dan menutup pelajaran; (4) mengamati kerja kelompok siswa dalam
menggunakan media pembelajaran; dan (5) dan sebagainya yang pada intinya
adalah mengamati peristiwa atau situs social pembelajaran yang terjadi selama
tahap implementasi tindakan.
Selain mengamati peristiwa interaksi pembelajaran di atas, di mana
pengamatan tersebut menghasilkan data deskriptif naratif, pengamatan juga
dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek atas beberapa apek yang ingin
dilihat. Misalnya, berapa orang yang bertanya, berapa orang yang berpartisipasi
menjawab pertanyaan, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan semacam ini
akan disajikan secara kuantitatif dalam tabel dan diagram yang diolah dengan
menggunakan Statistik Deskriptif.
4) Refleksi
Data yang direkam dari hasil observasi diolah dan dianalisis untuk
menentukan langkah selanjutnya. Pada setiap selesai sesi pembelajaran
dilakukan refleksi, hasil refleksi digunakan untuk tindak lanjut sesi atau siklus
pembelajaran berikutnya. Analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif
yang disajikan berupa tabel-tabel persentase tentang keberhasilan dan
ketidakberhasilan tindakan yang dicapai oleh siswa.
E. RANGKUMAN
Tidak ada satu format baku yang mengatur bagaimana suatu proposal PTK harus
disusun. Bentuk format yang harus diikuti oleh calon penulis PTK akan sangat
bergantung pada instansi dimana guru bertugas. Dalam suatu literatur tertentu hanya
menawarkan alternatif-alternatif yang dapat dipilih oleh guru sebagai rujukan penulisan
proposal.
F. LATIHAN
Soal pilihan ganda
Berilah tanda silang (x) pada jawaban (a), (b), (c), atau (d) yang dianggap benar
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Soal Essai
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas?
2. Sebutkan tahapan-tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas?
3. Buatkan sebuah judul penelitian tindakan kelas!
4. Dari judul yang bapak/ibu buat, tuliskan rumusan masalahnya!
5. Sebutkan apa saja yang harus diperhatikan guru/seorang peneliti dalam
melakukan observasi!
G. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara)
Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Tahun Anggaran 2005 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi 2004.
Joni, T. R dan Tisno, H. 1998. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah
Depdikbud.
Soedarsono, F. X. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Buku 2. 03. Jakarta: Pusat
Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional
Dirjen Dikti Depdiknas.
Susilo, Herawati dan Laksono, Kisyani. 2007. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas,
(Online), (http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=26, diakses 8 Oktober 2007).
Suyanto, K. K. E. 2002. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Refleksi Pengajaran.
Malang: Universitas Negeri Malang Program Pasasarjana Program Pendidikan
Bahasa.
Wahab, Abdul. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam Pelatihan
Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Bahasa Arab MTs Penerima Beasiswa pada
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Malang 3 Januari
2008.