Anda di halaman 1dari 22

MODUL 3

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) UNTUK MATA PELAJARAN


BAHASA ARAB

A. PETA KONSEP

PROBLEM MENDASAR DI SEKOLAH/KELAS

GURU/SEKOLAH

CARA PEMECAHAN

RENCANA PEMECAHAN PROBLEM

PELAKSANAAN PTK

Keterangan:
: diamati dan dicari serta diteruskan
Gambar 3.1 Peta Konsep PTK Bahasa Arab

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami bidang kajian PTK.
2. Memahami prosedur PTK.
3. Menyusun proposal PTK.

C. STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Strategi dan Media Pembelajaran 1
Information Search (Strategi Mencari Informasi )
Dalam penyampaian modul PTK ini dapat menggunakan strategi mencari informasi
dengan prosedur penerapan sebagai berikut:
a) Fasilitator membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil (bisa juga tidak
membagi kelompok)
b) Fasilitator membuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks
c) Fasilitator membagikan handout atau bahan bacaan yang telah ditentukan
d) Berikan pertanyaan yang telah dibuat kepada peserta
e) Fasilitator meminta peserta untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat di dalam handout yang dibagikan atau bahan bacaan yang ditentukan
f) Fasilitator mengulang kembali semua jawaban dari peserta dan mengembangkan
jawaban tersebut untuk menambah informasi peserta, sehingga jawaban yang
didapat semakin jelas.
Media :
Ada beberapa media yang harus disiapkan fasiltator sebelum pelaksanaan
pembelajaran, di antaranya adalah :
a. Bahan-bahan sumber informasi, seperti handout, buku teks, dokumen, koran,
majalah dan lain-lain.
b. Sejumlah pertanyaan yang terkait dengan materi. Pertanyaan dapat berupa essai dan
juga multiple choice.

2. Strategi dan Media Pembelajaran 2


Every One is a Teacher Here
Dalam penyampaian modul PTK ini dapat juga menggunakan strategi every one is
teacher here dengan prosedur penerapan sebagai berikut:
a) Fasilitator membagikan kartu/ selembar kertas kepada setiap peserta. Fasilitator
meminta mereka untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi
belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya, tugas membaca) atau topik khusus
yang ingin mereka diskusikan di kelas
b) Setelah mereka selesai menuliskan pertanyaan, Fasilitator mengumpulkan kartu atau
kertas tadi, kemudian mengocoknya, dan membagikan satu-satu kepada peserta.
Fasilitator meminta peserta didik untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topik
pada kartu/kertas yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.
c) Fasilitator menunjuk beberapa peserta untuk membacakan pertanyaan atau topik
yang ada di kartu/kertas yang mereka terima dan memberikan jawabannya
d) Setelah memberikan jawaban, Fasilitator meminta peserta lain untuk memberi
tambahan jawaban atas apa yang telah dikemukakan oleh peserta yang membacakan
kartunya itu.
e) Fasilitator melanjutkan prosedur ini jika waktu memungkinkan.
Media :
Pada metode ini tidak banyak media yang harus disediakan, cukup pena dan kertas
ukuran kartu + 7 x 10 cm sebanyak peserta didik.
Selain dua strategi pembelajaran di atas, tentunya masih banyak strategi
pembelajaran lainnya yang cocok untuk materi PTK ini.

D. URAIAN MATERI
1. Konsep Dasar PTK
a. Definisi PTK
Ketidakpuasan guru terhadap apa yang dilakukan dalam proses pembelajaran dapat
menjadi sumber masalah. Oleh karena itu seorang guru dituntut keberaniannya untuk
mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang
dia hadapi dalam implementasi perencanaan pembelajarannya. Semua guru
menginginkan bahwa dia mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, sehingga
tujuan pembelajaran yang berisi berbagai kompetensi dasar sebagaimana tututan
kurikulum dan hasil belajar (KHB) dapat tercapai secara maksimal. Pemecahan akan
adanya kesenjangan inilah yang menjadi pokok bahasan dalam PTK.
Adapun beberapa definisi PTK dapat dijabarkan sebagai berikut: menurut Joni dan
Tisno (1998) PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan
yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang
dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan.
Soedarsono (2001:2) menyatakan PTK merupakan suatu proses di mana melalui
proses ini dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan
perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.
Suyanto (2002:2) mendefinisikan PTK sebagai penelitian praktis yang
dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan
dengan cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
diangkat dari kegiatan tugas guru sehari-hari di kelasnya. Permasalahan itu merupakan
permasalahan faktual yang benar-benar dihadapi di lapangan, bukan permasalahan yang
dicari-cari atau direkayasa.
Dengan demikian PTK dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan
oleh guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan
penelitian. Upaya penelitian ini dilakukan dengan cara merubah kebiasaan (misalnya
metode, strategi, media) yang ada dalam kegiatan pembelajaran, perubahan tindakan
yang baru ini diharapkan atau diduga dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
(dugaan ini selanjutnya digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian ini). Atau dengan
kata lain, PTK merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam
kelas. PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian riset-tindakan-riset-tindakan ... yang
dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan. Pada umumnya PTK dibagi kedalam dua jenis, yakni (1) PTK individual,
yakni guru sebagai peneliti, dan (2) PTK kolaborasi, yakni guru bekerja sama dengan
orang lain, orang lain ini sebagai peneliti sekaligus pengamat.
b. Pentingnya PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (dosen dan guru)
mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna
yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian
tindakan (Susilo dan Laksono, 2007:1).
Beberapa asumsi yang melatarbelakangi pentingnya PTK adalah: (1) guru dan kepala
sekolah dapat bekerja secara terbaik untuk mengatasi masalah yang telah berhasil mereka
identifikasi; (2) guru dan kepala sekolah dapat menjadi lebih efektif jika didorong untuk
meneliti dan menilai pekerjaan mereka dan mempertimbangkan cara bekerja yang
berbeda; (3) guru dan kepala sekolah dapat menolong orang lain dengan bekerja secara
kolaborasi; dan (4) bekerja dengan kolega dapat membantu guru dan kepala sekolah
dalam mengembangkan profesionalisme mereka (Heidi Watts, 2007:1). Oleh karena PTK
memiliki tujuan utama untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran
secara berkesinambungan, maka dalam pelaksanaannya dirasakan sangat penting dan
mendesak untuk segera diterapkan. Beberapa alasan terhadap pentingnya pelaksanaan
PTK sebagaimana dikemukakan beberapa ahli penelitian sebagai berikut: Suyanto
(2002:3) menyatakan bahwa (1) PTK menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme pengajar dalam kegiatan
pembelajaran di kelas; (2) PTK membuat pengajar dapat meneliti dan mengkaji sendiri
kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan dalam kelas, sehingga permasalahan
yang dihadapi benar-benar permasalahan aktual; (3) PTK tidak membuat pengajar
meninggalkan tugasnya, karena secara integrasi kegiatan penelitian dapat dilakukan; (4)
PTK mampu menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek, untuk itu seorang
pengajar harus banyak membaca agar memiliki teori yang dapat dengan tepat digunakan
untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapinya.
Dengan demikian, manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan PTK ini adalah dapat
menekan biaya yang sekecil mungkin dalam melakukan penelitian dalam bidang
pendidikan, karena dengan PTK tidak memerlukan sampel dalam jumlah besar, analisis
data dilakukan secara kualitatif, dan guru sebagai peneliti juga bertindak sebagai
instrumen dalam pengumpul data; sehingga diperlukan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan penelitian formal lainnya.
Dari sisi IPTEKS, kegiatan ini mampu menumbuhkembangkan budaya meneliti di
kalangan guru. Dengan demikian guru mampu mengembangkan potensi diri dan
melakukan inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, sehingga
diharapkan ditemukan metode-metode dan strategi pembelajaran yang lebih baik.
Tujuan penting lainnya adalah: (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan
hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK)
bahkan di perguruan tinggi; (2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya
mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas; (3)
meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) menumbuh-
kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK (FIP, STKIP, FKIP,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable); (5)
meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya di
sekolah/madrasah dalam melakukan PTK; dan (6) meningkatkan kerjasama profesional
di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah dan LPTK.

c. Bidang Kajian PTK


Masalah yang dikaji dalam penelitian ini merupakan masalah atau problem
pembelajaran yang dirasakan oleh guru atau siswa pada umumnya, bukan masalah
pembelajaran yang dihadapi oleh siswa secara pribadi. Beberapa contoh masalah yang
dapat dikaji melalui penelitian antara lain sebagaimana dituangkan dalam Pedoman
Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Tahun
Anggaran 2005 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
2004 adalah
(1) masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain:
masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi) ; (2) desain
dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode
pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa);
(3) alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan
hubungan antara sekolah dan masyarakat); (4) sistem asesmen dan evaluasi proses dan
hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil
pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi), (5)
pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya
(termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab
peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan
orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik); (6) masalah kurikulum
(termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok,
interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar). Dengan demikian
output atau luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari PTK adalah sebuah
peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy), berupa: (1) peningkatan atau
perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah; (2) peningkatan atau perbaikan
terhadap mutu proses pembelajaran di
Kelas; (3) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat
bantu belajar, dan sumber belajar lainnya; (4) peningkatan atau perbaikan terhadap
kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil
belajar siswa; (5) peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak
di sekolah/madrasah; dan (6) peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan
kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah/madrasah.

2. Prinsip PTK
Suharsimi Arikunto, dkk (Suharsimi Arikunto, dkk. 2008:6-9) mengemukakan 5
prinsip PTK, yaitu:
a. Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin
PTK dilakukan oleh guru tanpa mengubah situasi. Mengapa? Jika penelitian
dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi
aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu
PTK tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
Dengan demikian, PTK ini harus terkait dengan profesi guru, jika dilakukan oleh guru;
terkait dengan tugas kepala sekolah, jika dilakukan oleh kepala sekolah; atau terkait
dengan pengawas, jika dilakukan oleh pengawas.
b. Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja
PTK didasarkan atas sebuah filosofis bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal
yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Jadi, PTK sifatnya
dinamis, yaitu adanya perubahan. Juga PTK dilakukan bukan karena ada paksaan atau
permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena
menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum
memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan PTK karena telah menyadari
adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu
tentunya ingin melakukan perbaikan.
Adapun topik pokok bahasan dalam PTK biasanya menyangkut strategi, pendekatan,
metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba.
c. SWOT sebagai Dasar Berpijak
PTK harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas unsure-unsur S-
Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-
Threat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun
siswa yang dikenai tindakan.
Kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada pada diri peneliti dan
subjek tindakan diindentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Dua
unsure yang lain, yaitu kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat), diidentifikasi dari
yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau sobjek yang dikenai
tindakan. Dalam memilih sebuat tindakan yang akan dicoba, peneliti harus
mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subjek tindakan yang kiranya
dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang bahaya di luar diri dan subjeknya
sehingga dapat mendatangkan risiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa
penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengandung
risiko.
d. Upaya Empiris dan Sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah
dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan,
berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik,
berpijak pada unsure-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan
objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya
didukung oleh unsure-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar
baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal
pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.
e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses
perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna
masing-masing huruf adalah sebagai berikut.
1) S Specific, khusus, tidak terlalu umum;
2) M Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;
3) A Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau
Achievable, dapat dicapai, dijangkau;
4) R Realistic, operasional, tidak di luar jangkuan; dan
5) T Time-Bound, diikat oleh waktu, terencana
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebut
dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus;
1) Khusus spesifik, tidak terlalu luas misalnya melakukan penelitian untuk pelajaran
bahasa Arab, tetapi hanya satu aspek saja, misalnya aspek berbicara, aspek membaca,
aspek mendengarkan, atau aspek menulis. Dengan demikian, langkah dan hasilnya
dapat jelas karena spesifik.
2) Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi,
mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain.
3) Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-
gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
4) Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang
dikenai tindakan.
5) Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu kapan dapat dilihat hasilnya.
Batasan waktt\u ini penting agar guru mengetahui betul hasil yang diberikan kepada
siswa, dan lain kali kalau akan diulang, rencana pelaksanaannya sudah jelas. Sebagai
contoh, sebuah penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, satu
semester, atau satu tahun.

3. Model PTK
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model PTK dengan bagan berbeda, namun
secara garis besar terdapat empat tahap seperti yang terlihat pada gambar 4.1 berikut.

MERENCANAKAN TINDAKAN

OBSERVASI REFLEKSI

Gambar 3. 2 Kajian Berdaur 4 Tahap dalam TPK

Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup: analisis, sintesis, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan dari proses serta hasil tindakan biasanya ada
beberapa permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga
pada giliranya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang,
serta diikuti refleksi ulang. Tahap-tahap kegiatan ini berulang, sampai suatau
permasalahan dianggap teratasi. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK
digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3. 3:
RENCANA

REFLEKSI

TINDAKAN/
OBSERVASI

RENCANA
REFLEKSI
TINDAKAN/
OBSERVASI

RENCANA

REFLEKSI

TINDAKAN/
OBSERVASI
DAN SETERUSNYA

Gambar 3. 3 Spiral Penelitian Tindakan Kelas

a. Perencanaan Tindakan, pada tahap ini peneliti mendeskripsikan persiapan yang


dilakukan sehubungan akan digelarnya PTK; untuk keperluan ini langkah-langkah
yang akan dilakukan harus direncanakan secara rinci sehingga benar-benar dapat
dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Dalam tahap ini juga perlu
dilakukan antisipasi kemungkinan perubahan yang bersifat penyesuaian. Hal-hal
yang perlu dilakukan seperti penetapan entry behavior, pelancaran tes diagnostik
untuk menspesifikasikan masalah, pembuatan skenario pembelajaran, penyiapan
atau pengadaan alat-alat, sampai dengan kegiatan menghasilkan rubrik penilaian
proses dan hasil belajar. Hal ini penting untuk dilakukan supaya implementasi
program dapat berjalan sesuai dengan yang diagendakan. Intinya adalah pada tahap
ini mendeskripsikan bagaimana sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
disusun pada setiap siklus kegiatan PTK. Dengan demikian, RPP merupakan
lampiran wajib dalam PTK.

b. Implementasi Tindakan, yaitu jabaran tindakan yang akan digelar, skenario kerja
tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Terkait dengan ini,
Suyanto (2002:19) menyatakan bahwa, pelaksanaan tindakan pada dasarnya
dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan. Orang lain, misalnya guru lain yang
ikut serta bahkan sebagai ketua tim dapat juga melakukan tindakan, tetapi bukan
sebagai pelaku utama. Oleh karena itu, sifat hakiki dari PTK adalah kolaboratif dan
nondisruptive. Artinya peneliti non guru dan guru yang menjalani fungsi ganda
sebagai pengajar dan peneliti harus dapat bekerja sama sebaik-baiknya dalam rangka
mencapai tujuan penelitian tanpa mengorbankan tujuan kegiatan pembelajaran.
Pada tahap ini, rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru atau guru dan
peneliti jika dilakukan secara kolaborasi dipergunakan sebagai dasar dalam
menyelenggarakan pembelajaran. Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran,
sekaligus mengamati kejadian selama proses belajar berlangsung (jika penelitian
dilaksanakan sendiri), namun jika dilaksanakan secara kolaborasi, maka tugas
pengamatan secara itensif menjadi tanggungjawab peneliti atau teman kolaborasi.

c. Observasi, kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data, sebab observasi


dipandang merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang
proses pembelajaran yang dilakukan dalam PTK. Ketika pengamatan berlangsung
peneliti mengumpulkan data proses pembelajaran yang meliputi: aktivitas guru,
aktivitas siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, interaksi
siswa dengan bahan ajar, interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya, atau semua
fakta yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian kegiatan
observasi ini dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran sedang berlangsung,
dan pada umumnya datanya tentang proses perubahan kinerja pembelajaran (bersifat
kualitatif), walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran (bersifat kuantitatif)
juga diperlukan. Data yang berhasil dikumpulkan sesegera mungkin dilakukan
interpretasi; sebab interpretasi yang ditunda-tunda seringkali menghasilkan
informasi yang kurang baik.

d. Refleksi, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis,
mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Jika kegiatan penelitian
dilakukan secara kolaborasi, maka guru dan peneliti akan mendiskusikan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan. Hal-
hal yang perlu didiskusikan mencakup: (1) kesesuaian antara pelaksanaaan dengan
rencana pembelajaran yang dibuat, (2) kekurangan yang ada selama proses
pembelajaran, (3) kemajuan yang telah dicapai siswa, dan (4) rencana tindakan
pembelajaran selanjutnya. Wahab (2007:-) mengemukakan bahwa pada tahap ini
kegiatannya dapat berupa: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan
menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta
mengkaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi
ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Dengan demikian, refleksi yang tajam dan terpercaya akan dapat memperoleh
masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya.
Ketajaman refleksi sangat ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen
penelitian yang digunakan.

4. Komponen dan Sistematika Proposal PTK


a. Judul
Berikut disajikan contoh bagaimana merumuskan judul PTK
Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Qiraah Siswa Kelas X MAN Negeri X
Banten Melalui Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kooperative Model Jigsaw
Alternatif judul 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS
VIII MTsN BANTEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING BAGI SISWA KELAS VII I
MTsN BANTEN
Alternatif judul 2
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BAHASA ARAB DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS XI MAN 1 BANTEN DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KOMUNIKATIF
Alternatif judul 3
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA ARAB DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS XI MAN 1 BANTEN DENGAN MENGGUNAKAN
STRATEGI INFORMATION SEARCH
Catatan:
Dalam judul PTK hendaknya ada empat unsur, yakni masalah/penyakit, tindakan yang
ditawarkan/obat, siswa/pasien, lokasi madrasah/sekolah/rumah sakit. Dengan demikian,
dalam judul di atas unsur tersebut adalah:
a. BERBICARA BAHASA ARAB sebagai masalah/penyakit (kompetensi yang akan
dicapai);
b. ROLE PLAYING sebagai tindakan/obat metode pembelajaran yang akan
digunakan);
c. SISWA KELAS VIII sebagai pasien;
d. MTsN BANTEN sebagai rumah sakit.

b. Latar Belakang Masalah


Rumusan latar belakang masalah berisi:
1. Harapan atau kondisi ideal dari program pembelajaran, sebagai contoh belajar
keterampilan berbicara bahasa Arab; misalnya siswa dapat berbicara dengan
menggunakan bahasa Arab dengan baik. Hal ini dapat dirujuk dari naskah kurikulum
yang ada, tentang kompetensi keterampilan berbicara.
2. Fakta yang ada, misalnya masih banyak siswa yang gagal atau belum mampu untuk
berbicara bahasa Arab dengan baik. Fakta ini dapat diambil dari pengalaman guru
sendiri dan atau teman guru lain yang mengalami masalah yang sama ketika
mengajar masalah keterampilan berbicara; atau mungkin juga hasil-hasil tulisan yang
ada dalam berbagai literatur yang membahas masalah keterampilan berbicara.
3. Faktor penyebab kegagalan atau ketidakberhasilan siswa dalam belajar. Misalnya:
guru masih menggunakan metode mengajar yang konvensional, media yang dimiliki
oleh sekolah masih minim, dan sebagainya.
4. Tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan masalah/penyakit. Tindakan ini harus
mendapat dukungan teori (tunjukkan buku sumber atau literatur yang digunakan);
juga tunjukkan hasil penelitian sebelumnya (jika ada). Hasil penelitian sebelumnya
tidak harus sama persis dengan tindakan yang akan kita lakukan.
c. Rumusan Masalah
Dalam merumuskan masalah hendaknya pertanyaan yang dibuat atau dirumuskan
hendaknya benar-benar pertanyaan yang penting untuk dicarikan jawabannya. Oleh
karena tugas guru dalam pembelajaran mencakup tiga hal, yakni (1) merencanakan
pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, dan (3) mengevaluasi pembelajaran.
Dengan demikian rumusan masalah juga dapat menanyakan ketiga hal di atas.
Sebagai contoh, berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode role
playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara pada siswa kelas VIII
MTsN Banten?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode role
playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara pada siswa kelas VIII
MTsN Banten?
3. Bagaimanakah proses penilaian (proses dan hasil) pembelajaran dengan
menggunakan metode role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
berbicara pada siswa kelas VIII MTsN Banten?
Catatan:
1. Dalam rumusan masalah komponen yang ada di judul (masalah/penyakit,
obat/tindakan, siswa/pasien, dan madrasah/sekolah/rumah sakit) tetap dimasukkan.
2. Rumusan masalah dapat dirumuskan dalam bentuk yang lain. Dengan judul yang
sama, beberapa kemungkinan rumusan masalah sebagai contoh:
a) Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran berbicara pada siswa kelas VIII MTsN Banten?
b) Bagaimana dampak penggunaan metode role playing dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran berbicara pada siswa kelas VIII MTsN Banten?
c) Dan lain-lain
Catatan:
Menurut hemat penulis, apapun bunyi rumusan masalahnya, tetap saja yang
dipaparkan dalam paparan data/hasil penelitian tetap memaparkan proses perencanaan
pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran dan proses penilaian pembelajaran yang
dilakukan oleh guru (mengacu pada tiap tahapan siklus penelitian).
d. Tujuan Penelitian
Pernyataan yang dirumuskan harus mengacu pada rumusan masalah yang dibuat. Jika
jumlah rumusan masalahnya satu, maka rumusan tujuan penelitiannya juga satu, dan
seterusnya. Dengan demikian jumlah rumusan tujuan penelitian sama dengan jumlah
rumusan masalah yang dibuat. Perbedaan keduanya terletak pada, dalam rumusan
masalah menggunakan kalimat pertanyaan dan diakhiri tanda tanya, sedangkan dalam
tujuan penelitian menggunakan kalimat pernyataan dan diakhiri dengan tanda titik.

Misalnya:
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara pada
siswa kelas VIII MTsN Banten.
2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara pada siswa
kelas VIII MTsN Banten.
3. Mendeskripsikan proses penilaian (proses dan hasil) pembelajaran dengan
menggunakan metode role playing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
berbicara pada siswa kelas VIII MTsN Banten.

e. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan pihak-pihak yang menerima manfaat PTK yang kita
lakukan. Kemukakan manfaat apa yang diterima masing-masing pihak tersebut. Pihak
yang dimaksud (1) pasien/siswa, (2) dokter/guru, (3) rumah sakit/madrasah-sekolah, (4)
orang lain/calon peneliti berikutnya.
Misalnya:
1. Bagi Siswa
2. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan siswa dapat ..
3. Bagi Guru
4. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan guru dapat ..
5. Bagi Madrasah
6. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan madrasah dapat ..
7. Bagi Teman Sejawat/Calon Peneliti Berikutnya
8. Dengan dilaksanakannya PTK ini, diharapkan guru lainnya dapat ..
f. Hipotesis Penelitian
Pada bagian ini, kemukakan pernyataan yang menyakinkan kepada kita bahwa
tindakan yang kita lakukan telah mendapat dukungan teori atau temuan penelitian
sebelumnya. Hal ini menyiratkan bahwa tindakan yang akan kita lakukan untuk
memperbaiki atau menyelesaikan masalah benar-benar layak dan penting dilakukan.

Misalnya:
Jika metode role playing digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Arab, maka kualitas belajar siswa kelas VIII MTsN Banten dapat ditingkatkan.
g. Definisi Istilah
Pada bagian ini dikemukakan definisi tentang konsep (kata) yang ada pada judul
penelitian dan/atau rumusan masalah. Tidak semua konsep (kata) yang harus
didefinisikan, melainkan konsep yang mungkin akan memiliki penafsiran yang berbeda-
beda antara pembaca dan peneliti. Contoh konsep yang tidak perlu didefinisikan antara
lain: siswa, kelas, madrasah/sekolah; konsep-konsep tersebut sudah umum dan setiap
orang memiliki definisi yang sama.
Sedangkan konsep yang perlu didefinisikan oleh peneliti (definisi menurut bahasa
peneliti sendiri, bukan definisi para pakar, sebab definisi para pakar sebaiknya diletakan
pada bagian kajian pustaka), contohnya adalah: kualitas pembelajaran, motivasi belajar,
prestasi belajar. Pada konsep-konsep terakhir ini memungkinkan setiap orang memiliki
definisi sendiri-sendiri. Sebagai contoh konsep prestasi belajar, mungkin orang lain
mendefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh siswa pada saat proses
pembelajaran, seperti kemampuan siswa merespon atau menjawab pertanyaan guru,
keterlibatan aktif siswa dalam belajar di kelas dan sebagainya; sedangkan peneliti
mendefinisikan sebagai perolehan belajar secara kuantitas yang dilihat dari kegiatan post
tes atau mungkin juga hasil ulangan harian dan sebagainya. Mungkin juga ada orang yang
mendefinisikan kedua-duanya.
Dengan demikian, definisi istilah adalah penting, agar antara pembaca dan peneliti
memiliki definisi yang sama terhadap konsep yang diteliti. Kesamaan dalam memahami
konsep akan menghasilkan pandangan dan sikap yang sama dalam menyikapi hasil
penelitian.
h. Kajian Pustaka (Nanti Menjadi Bab II dalam laporan PTK)
Pada bagian ini dikemukakan konsep atau isu sentral dalam penelitian, yakni masalah
dan tindakan yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Urutannya
adalah sebagai berikut:
1. Masalah/Penyakit yang akan Diselesaikan
2. Tindakan yang dilakukan
3. Penerapan Tindakan untuk Menyelesaikan Masalah
Dengan demikian, kajian pustaka untuk judul penelitian di atas adalah
1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara bahasa Arab di MTsN
a) Hakekat Pembelajaran Keterampilan Berbicara bahasa Arab di MTsN
b) Pembelajaran Keterampilan Berbicara bahasa Arab di MTsN
2. Metode Pembelajaran
a) Hakekat Metode Pembelajaran
b) Metode Role Playing
c) Penggunaan Metode Role Playing dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara
bahasa Arab di MTsN

i. Metode Penelitian (Nanti Menjadi Bab III dalam laporan PTK)


Pada bagian ini terdapat beberapa alternatif isi dari sub-sub bab metode penelitian.
Bapak/Ibu hendaknya mengikuti bentuk susunan metode penelitian yang telah ditetapkan
oleh lembaganya masing-masing.
Berikut hanya disajikan salah satu alternatif bagian metode PTK, sebagai berikut:
j. Lokasi dan Waktu
Pada bagian ini kemukakan kondisi siswa yang akan mendapatkan tindakan, dan
berapa lama tindakan tersebut akan dilaksanakan.
Misalnya:
PTK ini dilaksanakan di kelas VIII MTsN Banten, dengan jumlah subyek penelitian
sebanyak 28 (tigapuluh) orang siswa, terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 14 orang
siswa perempuan. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2014-2015 mulai bulan Maret sampai dengan bulan April 2015 dengan durasi waktu 6
kali pertemuan. Selanjutnya waktu 6 kali pertemuan ini dibagi menjadi tiga siklus PTK
di mana masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan dan sebagainya.
k. Prosedur Penelitian
Secara umum pelaksanaan penelitian akan dilakukan selama tiga siklus (misalnya)
yang pada setiap siklusnya akan diterapkan tindakan tertentu. Dalam setiap siklus
aktivitas penelitian dilakukan melalui prosedur PTK, yakni berupa kegiatan (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan/observasi, dan (4)
refleksi.
1) Perencanaan Tindakan
Pada bagian ini kemukakan apa saja yang akan dilakukan oleh guru dalam
program pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan yang dirancang adalah
kegiatan sebelum menyusun RPP hingga kegiatan evaluasi pembelajaran yang
akan dilakukan.
Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan menganalisis
komponen dan isi butir pembelajaran sebagaimana tertuang dalam kurikulum
(analisis pengembangan materi), menetapkan materi pembelajaran, menelaah
buku paket bahasa Arab yang ada, mengembangkan silabus, menyusun RPP,
membuat prosedur pembelajaran sesuai dengan role playing, sampai pada
penyusunan instrumen penilaian.
Pada tahap perencanaan juga dikemukakan instrumen pengumpulan data.
Misalnya:
a) pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan data dari situasi sosial yang
diamati (seperti situasi pembelajaran, interaksi siswa dengan siswa, interaksi
siswa dengan guru, interaksi siswa dalam menggunakan sumber belajar, dan
sebagainya);
b) pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari tanggapan atau
perasaan siswa dan guru terhadap situasi pembelajaran yang dialami, perasaan
atau tanggapan guru dalam menyusun rencana pembelajarannya, dan
sebagainya.
c) angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi siswa terhadap
situasi pembelajaran yang dirasakan. Penggunaan angket ini umumnya untuk
mengumpulkan data dari sebagian besar atau semua siswa yang terlibat dalam
sesi pembelajaran.
d) pedoman dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari tulisan; yang datanya digunakan dalam penelitian. Misalnya: naskah
kurikulum, silabus, buku harian, jurnal mengajar dan sebagainya.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian ini kemukakan kegiatan apa saja yang dilakukan pada sesi
pembelajaran. Misalnya apa saja kegiatan yang dilakukan pada setiap sesi siklus
penelitian.
Misalnya:
Pada siklus I, pertemuan pertama guru memfasilitasi siswa mempelajari .
Sedangkan pada pertemuan kedua .
Pada siklus II, pertemuan pertama guru memfasilitasi siswa mempelajari .
Sedangkan pada pertemuan kedua .
Pada siklus III, pertemuan pertama guru memfasilitasi siswa mempelajari .
Sedangkan pada pertemuan kedua .

Misalnya,
Kegiatan utama pembelajaran adalah menugasi siswa menirukan cara
berbicara bahasa Arab, mempraktikkan bicara bahasa Arab, dan melatih siswa
berbicara bahasa Arab dalam kelompok. Selama kegiatan pembelajaran,
kegiatan pengamatan dilakukan untuk melihat efek dari pemberian tindakan.
3) Pengamatan/Observasi
Perekaman data dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi. Pada bagian ini
dikemukakan situasi sosial apa saja yang akan diamati, siapa pengamatnya dan
bagaimana caranya.
Misalnya, pengamatan dilakukan dengan mengunakan pedoman pengamatan
yang berisi peristiwa pembelajaran apa saja yang akan diamati, seperti (1)
interaksi belajar siswa dengan siswa ketika melaksanakan kerja kelompok dan
diskusi; (2) interaksi belajar siswa dengan guru ketika guru melakukan
pembimbingan diskusi kelompok; (3) mengamati kerja guru dalam membuka
dan menutup pelajaran; (4) mengamati kerja kelompok siswa dalam
menggunakan media pembelajaran; dan (5) dan sebagainya yang pada intinya
adalah mengamati peristiwa atau situs social pembelajaran yang terjadi selama
tahap implementasi tindakan.
Selain mengamati peristiwa interaksi pembelajaran di atas, di mana
pengamatan tersebut menghasilkan data deskriptif naratif, pengamatan juga
dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek atas beberapa apek yang ingin
dilihat. Misalnya, berapa orang yang bertanya, berapa orang yang berpartisipasi
menjawab pertanyaan, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan semacam ini
akan disajikan secara kuantitatif dalam tabel dan diagram yang diolah dengan
menggunakan Statistik Deskriptif.
4) Refleksi
Data yang direkam dari hasil observasi diolah dan dianalisis untuk
menentukan langkah selanjutnya. Pada setiap selesai sesi pembelajaran
dilakukan refleksi, hasil refleksi digunakan untuk tindak lanjut sesi atau siklus
pembelajaran berikutnya. Analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif
yang disajikan berupa tabel-tabel persentase tentang keberhasilan dan
ketidakberhasilan tindakan yang dicapai oleh siswa.

E. RANGKUMAN
Tidak ada satu format baku yang mengatur bagaimana suatu proposal PTK harus
disusun. Bentuk format yang harus diikuti oleh calon penulis PTK akan sangat
bergantung pada instansi dimana guru bertugas. Dalam suatu literatur tertentu hanya
menawarkan alternatif-alternatif yang dapat dipilih oleh guru sebagai rujukan penulisan
proposal.

F. LATIHAN
Soal pilihan ganda
Berilah tanda silang (x) pada jawaban (a), (b), (c), atau (d) yang dianggap benar
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Tujuan dilaksanakannya PTK untuk


a. memecahkan masalah pembelajaran
b. menghasilkan penelitian
c. menggunakan perangkat pembelajaran baru
d. semua jawaban di atas salah
2. Yang bisa melaksanakan PTK adalah
a. guru
b. kepala sekolah
c. pengawas sekolah
d. semua jawaban di atas benar
3. Yang termasuk bidang kajian PTK adalah
a. Masalah siswa, metode pembelajaran, dan media pembelajaran
b. Masalah sekolah dan pembelajaran di kelas
c. Masalah guru dan administrasi sekolah
d. Masalah kepala sekolah dan sarana sekolah
4. Berikut ini prosedur PTK yang benar adalah
a. Rencana, tindakan, refleksi dan observasi
b. Rencana, observasi, refleksi, dan tindakan
c. Rencana, tindakan, observasi, dan refleksi
d. Tindakan, observasi, refleksi, dan rencana
5. Rumusan latar belakang masalah berisi
a. Harapan, kelemahan metode yang pernah digunakan
b. Kondisi ideal, fakta yang ada, factor penyebab, dan tindakan
c. Fakta yang ada, hasil belajar siswa, dan sarana sekolah
d. Faktor penyebab, fakta yang ada, dan kurikulum 2013
6. Komponen yang harus ada pada judul adalah
a. Peningkatan , usaha, siswa, dan sekolah
b. Peningkatan, tindakan, siswa, dan guru
c. Masalah, model pembelajaran, siswa, dan guru
d. Masalah, tindakan, siswa, dan sekolah
7. Pada tahapan perencanaan, guru memperhatikan beberapa aspek yang terkait
dengan pembelajaran, yaitu kecuali
a. Menetapkan materi pembelajaran
b. Menelaah buku paket bahasa Arab yang ada
c. Membuat silabus
d. Menyusun RPP
8. Pada tahapan tindakan, guru melakukan beberapa aspek yang terkait dengan
pembelajaran, yaitu kecuali
a. Melaksanakan pemecahan masalah yang ditawarkan
b. Mengamati keberterimaan siswa terhadap tindakan guru
c. Memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran
d. Membuat prosedur pembelajaran
9. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dari tanggapan
atau perasaan siswa dan guru terhadap situasi pembelajaran yang dialami, perasaan
atau tanggapan guru dalam menyusun rencana pembelajarannya adalah
a. Pedoman wawancara
b. Pedoman observasi
c. Angket
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
10. Yang merupakan lampiran wajib dalam PTK adalah
a. Silabus
b. Bahan ajar
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d. Absensi kehadiran siswa

Soal Essai
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas?
2. Sebutkan tahapan-tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas?
3. Buatkan sebuah judul penelitian tindakan kelas!
4. Dari judul yang bapak/ibu buat, tuliskan rumusan masalahnya!
5. Sebutkan apa saja yang harus diperhatikan guru/seorang peneliti dalam
melakukan observasi!

G. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara)
Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Tahun Anggaran 2005 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi 2004.
Joni, T. R dan Tisno, H. 1998. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah
Depdikbud.
Soedarsono, F. X. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Buku 2. 03. Jakarta: Pusat
Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional
Dirjen Dikti Depdiknas.
Susilo, Herawati dan Laksono, Kisyani. 2007. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas,
(Online), (http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=26, diakses 8 Oktober 2007).
Suyanto, K. K. E. 2002. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Refleksi Pengajaran.
Malang: Universitas Negeri Malang Program Pasasarjana Program Pendidikan
Bahasa.
Wahab, Abdul. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam Pelatihan
Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Bahasa Arab MTs Penerima Beasiswa pada
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Malang 3 Januari
2008.

Anda mungkin juga menyukai