SAMPUL BUKU
1.1. Latar Belakang
Buku ini berjudul Perencanaan Bahasa dan Sastra Indonesia oleh Penulis Prof. Dr. Anas
Ahmadi, M.Pd. Di dalam buku ini terdapat 5 bab yang berisi tentang Historisme Perencanaan
Bahasa, Pihak Yang Berperan Dalam, Perencanaan Bahasa Dan Sastra, Tipe Perencanaan
Bahasa Dan Sastra, Pemetaan Sastra Di Indonesia, Problematika Pemetaan Sastra. Tebalnya
87 halaman dan penerbit Greniti, Gresik.
Dalam buku ini menjelaskan bahwa perencanaan bahasa sebagai usaha bukan saja
untuk melestarikan pengarahan bahasa yang baik, tetapi juga untuk menghilangkan konflik-
konflik bahasa. Konflik bahasa dapat mengakibatkan konflik fisik
Sementara itu, bahasa minoritas lambat laun kehilangan penuturnya yang
akhirnya bahasa itu punah.
B. Penentu Kebijakan
Penentu kebijakan ialah orang/kelompok orang yang memiliki kekuasaan dalam
hal memberikan/menentukan kebijakan berkait dengan konteks perencanaan bahasa dan
sastra. penentu kebijakan dalam hal ini biasanya pejabat pemerintah yang memiliki kekuatan
langsung dalam melakukan eksekusi terhadap hal yang berkait dengan masalah perencanaan
bahasa dan sastra.
C. Pendidik
Pendidik adalah sosok yang langsung bersinggungan dengan audiens, yakni
mahasiswa ataupun murid. Pendidik adalah eksekutor yang memiliki peran penting dalam hal
penerapan hasil dari perencanaan bahasa dan sastra. Seorang pendidik dalam proses
pembelajaran memberikan pemahaman kepada mahasiswa ataupun mahasisw adalam
kaitannya dengan bahasa dan sastra.
D. Legislator
Legislator adalah orang yang memiliki keterlibatan agak jauh dalam hal
perencanaan bahasa dan sastra. Legislator memiliki kedekatan dengan penentu kebijakan
sebab legislator adalah sang penentu kebijakan.
E. Media
Media dalam hal ini adalah media massa. Sebagai salah satu saluran informasi yang
langsung bergesekan dengan masyarakat. Secara umum, media massa terbagi menjadi dua,
yakni media massa milik negara dan swasta.
2. Perencanaan Korpus
Perencanaan korpus berkait dengan strategi actor perencana bahasa dalam
kaitannya dengan pengodean bahasa yang terdapat dalam suatu negara. Pengodean
bahasa tersebut dilakukan agar bahasa yang terdapat di negara tersebut bisa tertata,
terdokumentasi, dan bisa terlacak kondisinya. Jika ditemukan bahasa yang berada
dalam kondisi kritis, bahasa tersebut memerlukan penanganan ekstra dari perencana
bahasa dan penentu kebijakan.
Perencanaan korpus bahasa dilakukan oleh perencana bahasa mulai dari
tahapan awal, yakni pengidentiikasian data bahasa, pengklasiikasian bahasa,
pereduksian data bahasa, penganalisisan/ pencatatan data bahasa, dan
pemveriikasian data bahasa. Karena itu, perlu koordinasi dengan pejabat setempat
agar peneliti bisa lebih mudah dalam mendapatkan akses transportasi ke wilayah
tersebut.
D. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian Studi sastra sebagai bagian dari studi sosial-humaniora lebih
cenderung mengarah pada pendekatan kualitatif.
F. Teknik Wawancara
Pertama, wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang
digunakan oleh etnografer dalam menggali data dari informan. Kedua, wawancara tidak
terstruktur. Istilah wawancara tidak terstruktur mengacu pada strategi wawancara yang lebih
terkesan informal dan pertanyaan yang dimunculkan dalam wawancara tidak kaku dalam
mengikuti instrument penelitian yang berkait dengan wawancara.
G. Triangulasi
Melalui triangulasi, seorang peneliti bisa mengenali, memahami, dan memberikan
perbaikan ataupun tambahan terhadap penelitiannya jika dirasa ada yang kurang benar secara
prosedur penelitian ataupun kurang benar secara interpretasi penelitian
BAB V. PROBLEMATIKA PEMETAAN SASTRA