Anda di halaman 1dari 14

Tugas :

LAPORAN KUALITATIF PENELITIAN PENELITIAN PENDIDIKAN SEJARAH

OLEH:

LA ODE AHMAD SAHRUL


A1N118118

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB I

PEMBAHASAN

A. Bagaimana Cara Merumuskan Judul Penelitian?


Gimanakah Cara Meumuskan Judul Pelitian?. Judul penelitian atau skripsi
memanglah penting karena dengan judul tersebut dapat dilihat apa maksud dan tujuan
dari sebuah penelitian yang dilakukan. Ada beberapa hal yang wajib dilakukan dalam
merumuskan judul penelitian diantaranya sebagai berikut ini:
 Judul dibuat singkat jangan terlalu panjang dan judul juga harus konsisten
dengan rumusan masalah.
 Judul harus bisa menggambarkan isi penelitian secara keseluruhan seperti:
jenis dan sifat penelitian subjek penelitian, objek penelitian, tempat penelitian,
dan kapan penelitian dilakukan (tahun).
 Judul harus berisi variabel-variabel yang akan diteliti.
 Judul penelitian harus memperhatikan pendekatan yang dipilih kuantitatif atau
kualitatif. Kuantitatif (datanya berupa angka-angka) sedangkan kualitatif 
(datanya pertanyaan-pertanyaan/ statemen).
 Judul adalah penegasan bahwa masalah yang dijadikan penelitian penting
untuk diteliti.
 Hendaknya judul mengandung satu variabel atau dua variabel yang akan
dilakukan penelitian, ini karena judul merupakan bagian isi penelitian secara
keseluruhan.
 Judul penelitian yang baik hendaknya menggunakan kalimat pernyataan. Hal
ini dikarenakan supaya lebih mudah dipahami oleh para pembaca.

Berikut ini tips dan cara menentukan/ merumuskan judul penelitian :

 Judul harus menarik minat peneliti, Kenapa? Karena judul yang menarik minat
peneliti dapat memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
 Calon peneliti mampu melaksanakannya, kenapa? Karena judl yang mudah
untuk dilaksanakan oleh peneliti dapat memperlancar proses penelitian
sehingga proses penelitian tidak ada hambatan dan permasalahan yang ada
dapt diminimalisir.
 Jangan sama persis dengan judul penelitian yang telah ada, jika melakukan
pengembangan penelitian sebaiknya memakai judul yang lebih spesifik.
 Hendaknya pada saat menentukan judul penelitian memungkinkan tersedianya
data yang lengkap yang bisa mempermudah peneliti.
B. Bagaimana Membuat Latar Belakang Masalah?
Tulisan ini bermaksud untuk memberi pengetahuan tentang acuan
merumuskan latar belakang. Akan tetapi, proses merumuskan latar belakang yang
disampaikan di bawah ini akan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dosen
pembimbing. Paparan yang disampaikan di tulisan ini hanya bersifat sebagai panduan
pokok bagi mahasiswa agar mendapat gambaran tentang apa yang harus disampaikan
dalam latar belakang. Harapannya, mahasiswa yang akan mengusulkan skripsi/ tugas
akhir dapat menulis dengan lebih sistematis dan pada akhirnya meringankan dosen
pembimbing skripsi dalam mengevaluasi bab I proposal skripsi.
Latar belakang menjadi bagian pertama yang sangat penting dalam skripsi.
Terdapat sejumlah kesalahan dalam menulis latar belakang sehingga esensi yang
seharusnya ada dalam LB menjadi terabaikan. Bahkan lebih buruk dari itu, mahasiswa
bimbingan skripsi terlarut dalam topiknya sehingga tulisannya menjadi kurang fokus.
Di bawah ini adalah hal-hal yang harus ditulis dalam latar belakang penelitian:
1. Merupakan paragraf yang digunakan mengantarkan pembaca tentang awal
mula masalah tersebut timbul atau muncul.
2. Gejala atau Fakta. Menunjukkan adanya masalah. Gejala atau fakta harus
didukung dengan data yang akurat, kuat dan jelas sumbernya sehingga dapat
dipercaya bahwa gejala atau fakta tersebut benar keberadaannya. Data yang
terpercaya bisa diperoleh dari sejumlah sumber seperti buku, jurnal, artikel,
berita daring yang dimuat di sumber yang kredibel, berita cetak di koran yang
kredibel, dan lainnya. Sejatinya tidak memuat berita yang dimuat di blog
individual tanpa mencantumkan sumber.
3. Penjelasan mengenai dampak negatif jika penelitian tidak dilakukan dan
dampak positif yang timbul jika penelitian tersebut dilakukan.
4. Penjelasan bahwa masalah yang diteliti masih relevan, mengandung kekinian,
aktual dengan situasi dan kebutuhan.
5. Teori untuk mendasari penyusunan alur logika pemecahan masalah yang akan
ditawarkan, memperkuat argumentasi dan meningkatkan obyektivitas.
6. Penjelasan tentang pengembangan atau posisi penelitian yang akan dilakukan
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
7. Gambaran hasil dan kemanfaatan penelitian secara aplikatif dan teoritis bagi
pengembangan ilmu pengetahuan untuk mempertegas kembali, pentingnya
penelitian dilakukan.
8. Paragraf penutup

Cara membuat latar belakang masalah dengan langkah sebagai beikut :

1. Kondisi ideal tentang bagaimana seharusnya suatu keadaan berjalan, bisa


ditulis dalam bentuk visi dan misi yang hendak dicapai.
2. Kondisi faktual tentang keadaan yang benar-benar terjadi saat ini, bisa berupa
masalah sehingga menjadi dasar dibuatnya suatu penelitian atau kegiatan.
Kamu bisa memberikan data atau fakta terkait supaya lebih kredibel,
Quipperian.
3. Membahas penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti baik dari
negara atau tempat lain tentang topik terkait.
4. Jika karya ilmiah kamu punya kelemahan, dalam latar belakanglah kamu harus
menjelaskan kelemahan tersebut.
5. Tujuan penelitian, di mana kamu membahas permasalahan karya ilmiah lebih
detail dan dalam.
6. Metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah.
7. Perumusan singkat mengenai pertanyaan penelitian.
8. Solusi berupa saran singkat atau penawaran solusi terhadap masalah sebelum
lanjut ke pokok pembahasan.
C. Bagaimana Membuat Rumusan Masalah ?
Kita sudah mengetahui begitu pentingnya peran rumusan masalah dalam karya
ilmiah. Penguji atau penilai karya ilmiah seringkali langsung menuju pada halaman
rumusan masalah ketika ingin mengetahui inti topik riset apa yang kita ajukan atau
hendak kita lakukan.
Rumusan masalah yang berkualitas tak jarang dijadikan indikasi awal riset
yang berkualitas. Meskipun rumusan masalah tak selalu diorientasikan untuk
menghasilkan pengetahuan baru, pertanyaan penelitian sebaiknya mengandung unsur
kebaruan, bukan dalam penciptaan pengetahuan baru namun paradigma atau cara
pandang baru dalam melihat atau mendekati suatu masalah.
Sampai di sini, kita memang belum melangkah pada cara praktis menulis
rumusan masalah penelitian. Namun menurut sayahal yang tak kalah penting
ketimbang mengetahui langkah-langkah praktis tersebut adalah memahami beberapa
keriteria dasar rumusan masalah yang baik dan benar.
Secara umum, dalam satu karya ilmiah hanya diperlukan satu rumusan
masalah saja. Adapun beberapa peneliti yang menyusun rumusan masalah lebih dari
satu, tentu saja diperbolehkan, namun pertanyaan kedua, ketiga dan seterusnya
biasanya merupakan turunan dari pertanyaan pertama yang menjadi inti rumusan
masalah pertama. Pertanyaan berikutnya setidaknya harus selalu berkaitan dengan
pertanyaan inti yang diajukan. Bila kita mau membuat rumusan masalah yang berbeda
atau tak berkaitan lebih dari satu, hendaknya kita membuat karya tulis lebih dari satu
sesuai jumlah rumusan masalah.
Seringkali para mahasiswa meyakini bahwa satu pertanyaan penelitian saja
dirasa kurang untuk karya ilmiah. Padahal yang paling penting di sini adalah kualitas
dari pertanyaan penelitian tersebut. Sekali lagi, satu saja cukup. Jika pun lebih dari
satu, pastikan bahwa pertanyaan lainnya merupakan turunan dari satu pertanyaan inti.
Apa yang dimaksud dengan rumusan masalah yang berkualitas?, Rumusan
masalah yang berkualitas memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
 Spesifik, artinya langsung pada intinya atau straight to the point. Deskripsi
yang terlalu panjang justru menyamarkan inti dari fokus permaslahan yang
akan dikaji dan pertanyaan yang diajukan.
 Ada unsur kebaruan dan keaslian, artinya sebagaimana yang sudah disinggung
di atas, pertanyaan penelitian menyiratkan sebuah sudut pandang atau
pendekatan baru dalam melihat suatu permasalahan yang ingin dibahas.
 Memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dibahas dalam komunitas
ilmiah, artinya rumusan masalah yang disusun tidak lepas dari beberapa
penelitian yang relevan dan pernah dilakukan sebelumnya.
 Menarik perhatian, maksudnya pertanyaan penelitian yang diajukan juga
menjadi konsen peneliti yang fokus pada area studi yang sama. Karakteristik
ini memang sangat menantang karena peneliti harus jeli melihat apakah
rumusan masalah yang disusun berkontribusi pada pengembangan
pengetahuan khususnya di area studi yang berkaitan.
 Keempat karakteristik tersebut penting untuk diketahui sebelum pembaca
menuliskan pertanyaan penelitian yang hendak diajukan dalam proposal.
Berikutnya saya akan paparkan beberapa langkah praktis menyusun rumusan
masalah penelitian

Beberapa langkah praktis menyusun rumusan masalah :

 Tulislah satu kalimat atau paragraf pengantar rumusan masalah sebelum


pembaca sampai pada bagian rumusan masalah.
 Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian dapat ditulis dalam bentuk
daftar pertanyaan atau paragraf atau bagian dari paragraf.
 Dalam penelitian sosial, rumusan masalah tidak selalu namun sering ditulis
dengan menanyakan hubungan antar variabel dalam konteks tertentu.
Misalnya hubungan antara nikah muda dan tingkat pendidikan di
Kabupaten Gunung Kidul.
 Libatkan kalimat tanya yang relevan. ”Bagaimana”, ”apa”, dan ”mengapa”
sering muncul dalam riset sosial.
 Akhiri setiap pertanyaan yang spesifik dengan tanda tanya.
D. Bagaimana Membuat Tujuan Penelitian?
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana penelitian itu dilakukan
atau data-data serta informasi apa yang ingin dicapai dari penelitian itu. Tujuan
penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret, yang dapat diamati dan
dapat di ukur. Jadi bukan kalimat tanya.
Tujuan penelitian ini ada tiga macam. Penelitian pada umumnya bertujuan
untuk menemukan ilmu yang baru, mengembangkan pengetahuan yang sudah ada dan
yang terakhir untuk menguji pengetahuan yang ada.
Sedangkan menurut beberapa ahli mengatakan bahwa tujuan penelitian di
bedakan menjadi:
1. Eksploratif ialah penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu
pengetahuan baru yang belum pernah ada.
2. Verifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori yang
sudah ada. Sehingga di temukannya suatu hasil penelitian yang dapat
menggugurkan atau memperkuat pengetahuan atau teori yang sudah ada.
3. Development yaitu penelitian yang memiliki tujuan untuk mengembangkan
penelitian yang sudah ada.

Biasanya juga tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan penelitian secara keseluruhan dari
yang ingin dicapai dalam penelitian itu sendiri. Tujuan khusus adalah tujuan yang
lebih spesifik.

Umumnya tujuan khusus menggunakan kata-kata operasional sehingga lebih


jelas untuk dicapai. Dan tujuan khusus pada hakikatnya penjabaran dari tujuan umum.
Apabila tujuan umum suatu penelitian tidak bisa atau tidak perlu di spesifikasikan lagi
maka tidak perlu adanya tujuan umum dan tujuan khusus, cukup dibuat tujuan
penelitian saja.

Dalam merumuskan suatu tujuan penelitian, kita harus berpedoman pada


rumusan masalahnya. Tujuan yang keluar dari rumusan masalah dapat menyesatkan
kita dalam membuat penelitian. Karena rumusan masalah dapat berbentuk deskriptif,
komparatif dan asosiatif, maka tujuan umum dan khusus penelitian harus berbentuk
dan sesuai dengan rumusan masalah tadi.

Meskipun seperti itu dalam sebuah penelitian atau penulisan karya tulis ilmiah
tidak harus ada tujuan umum dan tujuan khusus. Jika tujuan umum yang dibuat sudah
spesifik maka tidak perlu membuat tujuan khususnya. Begitu pun sebaliknya jika kita
sudah membuat tujuan yang spesifik maka tidak perlu membuat tujuan umum. Cukup
menuliskan dengan tujuan penelitian saja.

Cara Membuat Tujuan Penelitian

1. Untuk membuat tujuan penelitian kita harus kembali melihat rumusan


masalah.
2. Mencari kata operasional yang tepat untuk menjawab rumusan masalah yang
ada.

Contoh 1

Rumusan masalah : adakah hubungan antara menggunakan hijab dengan keterampilan


membaca siswa?
Tujuan penelitiannya adalah: mengidentifikasi hubungan antara menggunakan hijab
dengan keterampilan membaca siswa.

Contoh 2

Seberapa besar pengaruh ruangan kelas yang nyaman terhadap motivasi belajar
siswa?

Tujuan penelitiannya adalah : mengukur pengaruh ruangan kelas yang nyaman


terhadap motivasi belajar siswa.

Jadi kurang lebihnya seperti itu contoh pembuatan tujuan penelitian. Mudah sekali
bukan, kalau kita sudah  bisa membuat rumusan masalahnya tinggal mencari kata
operasional yang tepat saja.

E. Bagaimana Membuat Manfaat Penelitian?


Manfaat penelitian sesungguhnya berkaitan dengan tujuan penelitian. Jika
tujuan spesifik dan unik, maka tentu manfaat juga spesifik. Oleh karena berkaitan
dengan tujuan, maka manfaat disuguhkan dengan asumsi setelah tujuan penelitian
tercapai. Manfaat adalah narasi yang objektif yang menggambarkan hal-hal yang
diperoleh setelah suatu tujuan penelitian telah terpenuhi. Manfaat bisa saja bersifat
teori atau bersifat praktis misalkan memecahkan masalah-masalah pada objek yang
diteliti.
Jadi kata kunci penulisan manfaat, terikat dengan objek yang diteliti dan
dengan tujuan penelitian tersebut. Karena itu, penulisan manfaat keluar dari ikatan
tersebut menjadi keliru. Contoh, ‘skripsi berguna untuk bantalan kursi’ atau
‘pembungkus kacang goreng’ adalah contoh sedikit ekstrem penulisan manfaat yang
salah, meskipun mungkin lembaran-lembaran itu bisa untuk pembungkus. Tapi
simpulan itu jauh dari ikatan objek teliti dan tujuan dari penelitian.
F. Bagaimana Membuat Kajian Pustaka?
1. Memilih Sumber Pustaka
Sumber pustaka, seperti yang sudah dijelaskan tadi, dapat berupa skripsi, tesis,
disertasi, makalah, paper, jurnal penelitian, buku, situs internet yang kredibel, dll.
Memilih sumber pustaka yang baik penting untuk menghasilkan kutipan atau ide yang
tepat. Dalam memilih sumber pustaka, terdapat beberapa kriteria sumber
pustaka sebagai berikut:
1. Sesuai dengan topik penelitian yang akan dilakukan.
2. Isi mudah dipahami oleh peneliti.
3. Pernyataan dalam sumber tersebut harus bisa dibuktikan secara empiris.
4. Sumber pustaka harus terorganisir supaya lebih mudah dalam mencari
informasi yang dibutuhkan.
5. Sesuai dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan teori terbaru.
6. Berhubungan dengan penelitian.
7. Sumber tersebut harus terpercaya.
2. Menelusuri Sumber Pustaka
Setelah ditemukan beberapa sumber pustaka yang sesuai dengan penelitian
yang dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menelusuri isi di dalam sumber
pustaka untuk mencari kutipan. Caranya adalah dengan melihat daftar isi terlebih
dahulu kemudian membaca secara keseluruhan bagian sumber pustaka yang dianggap
penting.
3. Membaca Sumber Pustaka
Jauh lebih baik jika kita mengambil sumber pustaka dengan cara membaca
dan memahami isi sumber pustaka tersebut supaya tidak asal mengutip. Tujuan
lainnya adalah untuk membentuk kerangka teori di dalam pikiran
supaya mempermudah penulisan karya ilmiah.
4. Mencatat Hasil Interpretasi Terhadap Sumber Pustaka
Catatlah hal-hal yang dianggap penting di dalam sumber pustaka, kemudian
menulis ulang yang kita baca sesuai pemahaman, dan memeriksanya kembali untuk
memastikan keakuratan kajian pustaka yang akan dibuat.
5. Penyajian Kajian Pustaka
Setelah semua sumber pustaka didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah
menulis kajian pustaka. Pada umumnya, kajian pustaka berada di BAB II suatu karya
ilmiah. Kajian pustaka terdiri dari beberapa subbab yang menjabarkan semuanya yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penyajian kajian pustaka dapat
berupa deskriptif dan dapat pula disertai dengan analisis. Perbedaannya yaitu dalam
deskriptif hanya menguraikan dengan asumsi analisis akan diuraikan di bab
selanjutnya. Sedangkan bila berisi analisis, maka dijabarkan tentang pendapat penulis
akan kajian pustaka tersebut apakah akan mengkritik, menolak, menerima, atau yang
lainnya.
G. Tehnik Mengutip dan Membuat Daftar Pustaka?
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber.
Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari
kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
Variasi kutipan dan komposisi kutipan, daca menyusun kutipan dalam kary
ailmiah merupakan hal penting yang akan merepresentasikan kualitas karya ilmiah
seseorang. Kutipan yang variatif, logis, relevan dan koheren akan membuat karya
ilmiah menjadi berkualitas dan mudah dipahami.
Ada dua cara mengutip ide atau temuan orang lain, yaitu : mengutip langsung
dan mengutip tidak langsung (parafrase).
1. Cara Mengutip Langsung
Mengutip langsung adalah mengutip ide atau temuan orang lain yang idenya
ditulis persis sama (kata, struktur kalimat, dan ejaannya) dengan teks aslinya.
 Contoh Penulisan Kutipan Langsung yang ≤ 4 Baris
Untuk memahami etika, lebih dahulu perlu diketahui pengertian etika. Suseno
(1987:17) menyatakan, “Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi
dan daya pikirannya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau
ia mau menjadi baik.”
 Contoh Pengutipan secara Langsung
Teks asli
Perbedaan antara adat dan kebudayaan adalah soal lain, dan bersangkutan dengan
konsepsi bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga wujud, ialah (1)wujud ideel; (2)
wujud kelakuan; dan wujud fisik. Adat adalah wujud ideel dari kebudayaan.
Secara lengkap wujud itu dapat kita sebut adat tata kelakuan. Suatu contoh dari
adat adalah: aturan sopan-santun untuk memberikan uang kepada seseorang yang
mengadakan kondangan. Adat dapat dibagi lebih khusus dalam empat tingkat,
ialah (1) tingkat nilai budaya, (2)tingkat norma-norma, (3) tingkat hukum, (4)
tingkat aturan khusus.”
Judul buku: Budaya, Mentalitas dan Pembangunan.
Penulis : Koentjaraningrat
Penerbit : Grameddia
Tahun terbit: 1987
Halaman : 11)
 Contoh Kutipan Langsung yang Lebih dari empat Baris
Adat dan kebudayaan dalah dua hal yang berbeda, tetapi saling terkait di
anara kebudayaan. Hubungan dua hal itu, antara lain dapat dipahami dari kutipan di
bawah ini.
“Perbedaan antara adat dan kebudayaan adalah soal lain, dan bersangkutan
dengan konsepsi bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga wujud, ialah (1)wujud
ideel; (2) wujud kelakuan; dan wujud fisik. Adat adalah wujud ideel dari kebudayaan.
Secara lengkap wujud itu dapat kita sebut adat tata kelakuan. Suatu contoh dari adat
adalah: aturan sopan-santun untuk memberikan uang kepada seseorang yang
mengadakan kondangan. Adat dapat dibagi lebih khusus dalam empat tingkat, ialah
(1) tingkat nilai budaya, (2)tingkat norma-norma, (3) tingkat hukum, (4) tingkat
aturan khusus.” (Koentjaraningrat, 1987:11)
Dengan demikian, kebudayaan adalah …
 . Teks yang Bagaimana yang sebaiknya Dikutip secara Langsung?

Teks yang sebaiknya dikutip secara langsung adalah teks yang rumusannya
sangat padat dan akurat yang dikhawatirkan jika teks itu dikutip secara tidak
langsung akan mengakibatkan kesalahan atau penyimpangan.
Contoh teks yang sebainya dikutip secara langsung adalah pasal-pasal dalam
suatu undang-undang atau peraturan, hukum, dan dalil.
2. Mengutip secara Tidak Langsung
Mengutip secara tidak langsung adalah mengutip ide atau pendapat orang lain
yang dilakukan dengan menyimpulkan intisari ide dalam teks yang dikutipnya. Jadi,
dalam mengutip secara tidak langsung yang penting adalah ide sama dengan ide
dalam teks aslinya, tetapi cara pengungkapannya tidak sama dengan teks aslinya.
 Contoh Penulisan Kutipan Tidak Langsung :
Adat dan kebudayaan adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling terkait di
antara keduanya. Koentjaraningrat (1987:10—11) menjelaskan bahwa adat
merupakan bagian kebudayaan. Adat adalah wujud kebudayaan yang bersifat
ideel. Dengan kata lain, adat itu dapat disebut sebagai adat tata kelakuan karena
adat berfungsi sebagai pengatur kelakuan. Adat sebenarnya dapat dibagi menjadi
empat tingkat, yaitu (1) tingkat nilai budaya, (2) tingkat norma-norma, (3) tingkat
hukum, tingkat aturan khusus.
 Contoh Kutipan secara Tidak Langsung dengan Sumber Kutipan Diletakkan
setelah Teks yang Dikutip :
Adat dan kebudayaan adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling terkait di
antara keduanya. Adat adalah wujud kebudayaan yang bersifat ideel. Dengan kata
lain, adat itu dapat disebut sebagai adat tata kelakuan karena adat berfungsi
sebagai pengatur kelakuan. Adat sebenarnya dapat dibagi menjadi empat tingkat,
yaitu (1) tingkat nilai budaya, (2) tingkat norma-norma, (3) tingkat hukum,
tingkat aturan khusus (Koentjaraningrat, 1987:10—11).
3. Contoh Daftar Pustaka
 Judul buku: Diksi dan Gaya Bahasa.
 Penulis: Gorys Keraf
 Tahun terbit: 2000
 Kota tempat terbit: Jakarta
 Penerbit: Gramedia

 Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. \


Jakarta: Gramedia.
 Buku yang ditulis oleh dua orang dan nama setiap dua orang lebih dari satu kata
 Tarigan, Henry Guntur dan Tarigan,
 Jago. 1985. Menulis Paragraf.
Bandung: Angkasa Bandung.
 Buku yang ditulis oleh lebih dari tiga orang
 Alwi, Hasan dan Hans Lapoliwa,
Soenjono Dardjowijojo, Anton M.
Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia Edisi ke-2.
Jakarta: Balai Pustaka.
 Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel dalam Jurnal Ilmiah
 Gray, Giles Wilkenson. 1936. “Speech
Mecanism Hyphotesis”. The
Quartly Journal of Speech,
Nomor 32, Halaman 892—906.
 Menulis Daftar Pustaka dari Tulisan yang Diambil dari Internet
 Atmazaki dan Harbon, Lesley. 1999.
“Interpreting Culture Pre-Service
Teacher Taking Control ang Making
Meaning Across Culture”. Language,
Society, Cultures. (Http://www.edu.utas.udu.au/user/tle/
JOURNAL/artikel/Atmazaki/Atmazaki.html), download tanggal 22/12/04.
 Penulisan Daftar Pustaka dari Buku Terjemahan
 Judul Asli: Priciples of Pragmatics
 Penulis: Geofry Leech
 Penerbit: Longman
 Kota Terbit: London
 Tahun terbit: 1983
 Judul buku terjemahan: Prinsip-Prinsip Pragmatik
 Penerjemah: M.D.D. Oka
 Tahun terbit: 1993.
 Penerbit: Universitas Indonesia Press.
 Kota terbit: Jakarta
 Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik.
 Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: Universitas
 Indonesia Press.

Anda mungkin juga menyukai