Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk mendeskripsikan latar belakang
Pembangunan Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota Kendari, (2) Untuk menjelaskan
konstruksi Pembangunan Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota Kendari, (3) Untuk
menguraikan makna simbolik Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota Kendari,
(4)Untuk mendeskripsikan kendala Pembangunan Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ
Kota Kendari, dan (5) Untuk mendeskripsikan kondisi Tugu Persatuan di Kawasan Ex
MTQ Kota Kendari di masa kini. Metode yang digunakan penelitian ini yaitu metode
sejarah, yaitu : (1) Pemilihan dan Penetapan Judul, (2) Heuristik (Pengumpulan Sumber),
(3) Verifikasi (Kritik Sumber), (4) Interpretasi, (5) Historiografi (Penulisan Sejarah). Hasil
penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) Latar belakang pembangunan
Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota Kendari ide dasarnya berasal dari Gubernur
Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi S.H. yang menjabat periode pertama dari tahun 2003-
2008 pada saat itu. Tugu Persatuan adalah simbol pemersatu Sulawesi Tenggara mengingat
heterogitas penduduk Kota Kendari dari sisi perbedaan ras dan suku. Dan
pembangunannya berkaitan dengan pelaksanaan MTQ Nasional ke-21 pada tanggal 29
Juli - 5 Agustus 2006 di Kota Kendari. (2) Konstruksi Tugu Persatuan secara keseluruhan
menggunakan tembok Aluminium Composite Panel (ACP). Dan struktur kerangka yang
membentuk Tugu yang berfungsi untuk menopang Tugu mengunakan rangka baja yang
memiliki jenis Wide Flange (WF). Tinggi Tugu Persatuan bedasarkan denah kontuksinya
mencapai 99.00 meter melambangkan 99 Asmaul Husna (99 nama-nama Allah SWT). (3)
Makna simboliknya Tugu Persatuan bedasarkan seluruh kaitan maknanya adalah 4
Kabupaten pertama menopang demi persatuan dan kesatuan masyarakat yang mengikat
dalam berbagai suku untuk membangun Sultra secara bersama-sama dengan tumbuh
berkembang dan dinikmati hasilnya secara bersama-sama serta menggapai keimanan
kepada Allah SWT dan berdirinya Tugu juga sesuai tanggal lahir Sultra. (4) Kendala
pembangunan Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota Kendari adalah sulitnya proses
pembebasan lahan warga karena pemerintah rencanakan untuk memperluas kawasan Tugu
Persatuan. (5) Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota Kendari masa kini dari segi
aktivitas semua kegiatan resmi ataupun non resmi dilaksanakan di area tersebut. Akan
tetapi sayangnya yang menjadi permasalahannya adalah pengelolaan Tugu Persatuan
tersebut yang menjadi kurang baik.
Abstract: The objectives of this study are: (1) To describe the background of the
construction of the Unity Monument in the Ex MTQ Area, Kendari City, (2) To explain the
construction of the Unity Monument Development in the Ex MTQ Area, Kendari City, (3)
To describe the symbolic meaning of the Unity Monument in the Ex MTQ Area of Kendari
City, (4) To describe the obstacles to the construction of the Unity Monument in the Ex
MTQ Area of Kendari City, and (5) To describe the condition of the Unity Monument in
the Ex MTQ Area of Kendari City today. The method used in this study is the historical
method according, namely: (1) Title Selection and Determination, (2) Heuristics (Source
Collection), (3) Verification (Source Criticism), (4) Interpretation, (5) ) Historiography
(Writing History). The research results obtained in this study are: (1) The background for
the construction of the Unity Monument in the Ex MTQ Area, Kendari City, the basic idea
came from the Governor of Southeast Sulawesi (Southeast Sulawesi) Ali Mazi S.H. who
served the first term from 2003-2008 at that time. The Unity Monument is a unifying
symbol of Southeast Sulawesi considering the heterogeneity of the population of Kendari
City in terms of racial and ethnic differences. And the construction is related to the
implementation of the 21st National MTQ on 29 July - 5 August 2006 in Kendari City. (2)
The construction of the Unity Monument as a whole uses Aluminum Composite Panel
(ACP) walls. And the framework structure that forms the Monument which functions to
support the Monument uses a steel frame which has a Wide Flange (WF) type. The height
of the Unity Monument, based on its construction plan, reaches 99.00 meters, symbolizing
the 99 Names of Allah (99 names of Allah SWT). (3) The symbolic meaning of the Unity
Monument, based on all its meanings, is that the first 4 regencies support for the sake of
unity and community unity that binds various tribes to develop Southeast Sulawesi together
by growing and enjoying the results together and reaching faith in Allah SWT and the
establishment of the monument also corresponds to the date of birth of Southeast Sulawesi.
(4) The obstacle to the construction of the Unity Monument in the Ex MTQ Area of
Kendari City is the difficulty in acquiring land for residents because the government plans
to expand the Unity Monument area. (5) The Unity Monument in the Ex MTQ Area of
Kendari City today, in terms of activities, all official and non-official activities are carried
out in that area. But unfortunately the problem is the management of the Unity Monument
which is not good.
PENDAHULUAN
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang memiliki batasan
wilayah administrasi. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Dalam Negeri
Nomor 2 Tahun 1987 mengenai Penyusunan Rencana Kota. Sementara Hiroaki Suzuki,
dalam Max Weber mengemukakan bahwa pengertian kota adalah suatu tempat yang
penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonomi di pasar lokal. Sedangan
pengertian perkotaan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, perkotaan adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian (Gischa,
diakses pada 20 Januari 2020). Perkotaan memiliki susunan fungsi kawasan sebagai tempat
dibentuk melalui adanya suatu landmark, yang merupakan suatu ciri khas dari sebuah kota
yang dapat menjadi sebuah elemen penting bagi pencitraan sebuah kota. Menurut Jazulli,
(2015: 508) Adanya sebuah landmark, dapat membantu sebuah kota untuk
mempresentasikan diri terhadap seseorang, dan akan menjadi sebuah identitas bagi kota
tersebut agar tidak sama dari kota-kota lainnya.
Pembangunan Tugu Persatuan Ex MTQ yang sekarang berganti nama menjadi
Tugu Religi Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara adalah diprakarsai oleh Gubernur
Sulawesi Tenggara H. Ali Mazi, SH pada saat itu, dan tugu tersebut menjadi ikon yang
menghiasi tatanan Kota Kendari. Tugu tersebut sekarang sudah menjadi pusat keramaian
bagi warga Kota Kendari yang beraktivitas, baik aktivitas liburan (weekend) seperti
berolahraga, konser musik, tempat berkumpulnya komunitas kendaraan, balapan motor,
pameran, foto selfie, dan aktivitas yang penting seperti upacara, pertemuan kedaerahan,
demonstrasi, dan hal-hal yang lainnya. Pemerintah setempat menjadikan ruang terbuka
hijau dilengkapi kios-kios makanan dan cenderamata di sekitar tugu ini, sehingga
masyarakat dapat memanfaatkannya untuk bersantai di sore hari dan di hari libur.
Setiap bentuk pembengunan memiliki berbagai makna simbopl dalam bentuk
maupun motifnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Saifudin dalam Setiaji & Hanif
(2018: 64) bahwa simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk tertulis yang
diberi makna oleh manusia, bentuk primer dari simbolisasi oleh manusia adalah melalui
bahasa. Pengertian akan makna atau maksud yang disampaikan melalui kata, frase, dan
kalimat oleh seseorang terkadang salah dimengerti oleh orang lain karena makna
disampaikan dalam macam-macam gaya bahasa sehingga makna itu samar-samar, penting,
dan sukar dipahami (Hurford, Heasley, dan Smith, 2007: 1). Menurut Sugono (2009: 368),
makna adalah amanat, moral, nilai, pelajaran, signifikansi substansi, takwil. Menurut
Riemer (2010: 12), makna adalah suatu bagian dunia yang memberikan penjelasan atau arti
dari kata.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga di Kota
Kendari sebagai lokasi penelitian Tugu Persatuan Ex MTQ. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian sejarah yang bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Wirartha, (2006: 155) metode
analisis deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai
kondisi, situasi dari berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa
hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan strukturis seperti yang
dikemukakan oleh Leirissa dalam orasinya yang berjudul Historiografi: Suatu Tinjauan
Kritis menyatakan bahwa hingga kini terdapat tiga domain dalam pendekatan penelitian
dan penulisan sejarah, yaitu domain peristiwa, domain struktur, dan domain strukturis.
Masing-masing domain mempunyai ciri-ciri tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain
(Leirissa dalam Hadara, 2019 : 50).
Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis sumber lisan, sumber visual
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada metode penelitian
sejarah yang dikemukakan oleh Hadara (2019: 11) yang terdiri atas lima tahapan, yaitu: (1)
Pemilihan Topik dan Penetapan Judul, (2) Heuristik (Pengumpulan Sumber), (3) Verifikasi
(Kritik Sumber), (4) Interpretasi, (5) Historiografi (Penulisan Sejarah).
dengan bangunan monumental dalam bentuk Tugu dan sebagai ikon Kota Kendari sebagai
Ibukota Sulawesi Tenggara. Kedua Membangun kemajuan daerah khususnya Kota Kendari
sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Ketiga menambah pola pikir dan karakter
masyarakat Sultra untuk lebih memperkuat persatuan sehingga mampu mensejajarkan diri
seperti provinsi di seluruh tanah air. Keempat memindahkan letak titik 0 km Kota Kendari
sebagai penentu jarak dengan daerah melalui perjalanan transportasi jalan. Jadi penentu
jarak transportasi yang pusat titik 0 km yang sebelumnya dari Kota Lama dipindahkan di
Kecamatan Mandonga. Kelima dibangun berkaitan dengan pelaksanaan MTQ Nasional ke-
21 yang dilaksanakan pada tahun 2006, dimana Kota Kendari Ibukota Provinsi Sulawesi
Tenggara (Sultra) ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan. Keenam disinyalir
bahkan fakta seluruh kota yang ada di dunia dan provinsi yang maju di tanah air memiliki
tugu atau bangunan monumental dan menjadikannya sebagai lambang daerahnya seperti
DKI Jakarta dan Kota Surabaya. Dengan dasar inilah Gubernur Ali Mazi merencanakan
merombak lambang daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang simbolnya Anoa menjadi
Tugu Persatuan. Ketujuh menjadikan lokasi Tugu Persatuan menjadi ruang terbuka hijau
yang dapat digunakan sebagai tempat rekreasi dan kemudian olahrarga, dan aktivitas
ekonomi mikro sebagaimana pengelolaan Tugu Monas dan alun-alun kota yang lainnya.
Sebelum adanya Monumen Tugu Persatuan area tersebut juga disebut sebagai Ex
Taman Ria. Lokasi ini menjadi salah satu andalan wisata keluarga karena terdapat kolam
buatan menyerupai danau yang disebut “Bebek-bebek” dan menjadi tempat ikon di era 90-
an. Area tersebut juga menjadi rekreasi masyarakat dan sering dipakai oleh pemerintah
untuk upacara kedaerahan dan agenda-agenda yang lainnya.
terhadap kondisi cuaca, tahan terhadap korosi, asam, garam, dan sinar ultraviolet, 2)
Memiliki beban yang ringan dengan ukuran ketebalan antara 1-10 mm dan lebar 1.200 –
1.600 mm dengan beban yaitu sekitar 3,5 kg hingga 5,6 kg per m², 3) Mudah dibentuk dan
diaplikasikan misalnya, dilipat, dibor, dan dilengkungkan menggunakan peralatan
konvensional dan peralatan sederhana lainnya, 4) Pemeliharaan yang cukup mudah, 5)
Tahan terhadap benturan, 6) Permukaan rata dan halus, 7) Banyak variasi warna dan pola,
dan ke - 8) Harga yang cukup terjangkau.
Kekurangan Aluminium Composite Panel (ACP) yaitu: 1) Hasil penelitian
menyatakan bahwa bahan inti yang terbuat dari polyethylene dan lem pengikat ke lapisan
aluminium , dalam suhu panas yang tinggi akan mengeluarkan gas beracun, 2) Dalam suhu
tinggi, lapisan inti bisa menggelembung yang akan mengakibatkan permukaan aluminium
tidak rata sehingga bisa mengurangi keindahan, 3) Kekuatan terhadap tekanan angin
kurang sehingga dalam konstruksi yang kurang baik akan beresiko terhadap keselamatan,
dan ke-4) Jika sistem grounding kurang bagus terhadap bangunan utama, lembaran cukup
berisiko terhadap sambaran petir.
2. Konstruksi Rangka Tugu Persatuan
Dalam struktur rangka atau tulang bangunan dari Tugu Persatuan yang berfungsi
untuk menopang Tugu mengunakan rangka baja yang memiliki jenis Wide Flange (WF).
Besi WF atau yang disebut dengan Wide Flange adalah salah satu balok yang sering
digunakan pada konstruksi baja. Biasanya dijual dalam bentuk batangan dengan panjang
12 m.
Besi WF merupakan salah satu besi yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi
dalam kuat tekan atau kuat tarik. Besi WF sangat kuat untuk menahan beban, meski besi
ini memiliki densitas yang tinggi, sehingga tidak akan terlalu berat dalam kapasitas
bebannya, tetapi memberikan struktur material atau konstruksi yang digunakan menjadi
lebih efisien. Baja WF dapat digunakan dalam berbagai aplikasi bangunan. Bisa juga
diletakkan sejajar dengan tanah untuk membentuk lantai dan atap. Di dalam pondasi
digunakan sebagai bagian dari struktur akhir yang sedang dibangun untuk mendukung dan
menstabilkan struktur jembatan, gedung, dll terutama struktur dari Tugu Persatuan.
3. Ukuran Denah Konstruksi Tugu Persatuan dan Denah Kawasan Ex MTQ
Pelataran, yaitu ruangan dalam basement Tugu Persatuan yang awalnya digunakan
ruangan pameran dan sekarang dijadikan kantor Dispora. Dan hanya di dalam basement ini
yang digunakan ruangan sampai di lantai 2. Untuk lantai 1 tinggi ruangan mencapai 8.00
meter yang terdiri dari 4 ruangan pengelola di sisi belakang dan di depan ruangan masuk
ada ruangan genset dengan ruangan gudang yang tingginya mencapai 7.85 meter. Lantai 2
dengan tinggi 4.00 meter yang awalnya dijadikan juga ruangan pameran dan sekarang
dijadikan beberapa ruangan kerja kantor Dispora antara lain ruangan Kepala Dinas,
ruangan Sekretariatan, ruangan Dharma Wanita, ruangan Bidang Pembudayaan Olahraga,
ruangan Bidang Pemberdayaan Pemuda, ruangan Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga,
ruangan Bidang Pengembangan Pemuda, dan ruangan Sub Bagian Umum Kepegawaian,
Keuangan, Program dan Evaluasi 8 serta 2 Toilet. Pelataran Tugu Persatuan
disekelilingnya pada waktu itu dijadikan kolam air mancur. Akan tetapi diganti menjadi
area yang disebut plaza Menara Tugu yang melingkar dengan luas 13.77 meter
ditambahkan jalan lingkar yang mengelilingi Tugu.
Kaki Menara yang berfungsi menopang untuk bola pertama Menara Tugu
Persatuan sampai di atas Menara yang tingginya mencapai 36.00 meter yang berjumlah 4
7
kaki penopang dari bola pertama Menara Tugu tersebut. Bola Pertama yang terdiri dari 5
lantai ruangan yaitu rencana ruang tunggu (lobby lounge) dan dapur (kitchen) 27.50 meter,
rencana ruang Museum Budaya (Museum Cultural) dan Cafe 36.00 meter, ruangan mesin
40.70, dan ruangan Tandon air dengan total tinggi keseluruhan mencapai 43.50 meter.
Tinggi batang Tugu mencapai 66.00 meter untuk sampai di piring perumpamaan Menara
Tugu. Piring Perumpamaan Menara Tugu, yaitu puncak dalam ruangan Tugu Persatuan
menyerupai piring dan memiliki ruangan dengan fungsi Museum masa depan Sultra
(Museum Sultra in the future) dengan tinggi mencapai 68.00 meter.
Mutiara Persatuan, adalah bola Mutiara Persatuan yang mencapai 81.00 meter.
Ditambah diatas bola Mutiara Persatuan terdapat setengah tiang penopang tiang penangkal
petir tingginya mencapai 95.00 meter memiliki makna sebagai tanggal lahir Sulawesi
Tenggara yaitu 27 bulan 4 tahun 1964 jika dijumlahkan menjadi 27 + 4 + 64 = 95.
Tiang Penangkal Petir (Master Antenne), adalah tiang terakhir yang menjadi
tambahannya, memiliki panjang 4 meter dengan jumlah keseluruhan 99.00 meter
melambangkan 99 Asmaul Husna (99 nama-nama Allah SWT). Jika ditotalkan dari
basement ruangan bawah pelataran Menara sampai di ujung tiang penangkal petir
mencapai 111 meter.
Mengenai luas secara keseluruhan Kawasan Ex MTQ dari sisi panjangnya atau
lebarnya sangat dari ukurannya itu berbeda-beda misalnya lebar kawasan dari Jl. Abd.
Silondae depan kantor Wali Kota Kendari bekisar 17.65 meter, panjang dari sisi Jl.
Tebaununggu berkisar 79.30 meter, panjang dari sisi Jl. Abunawas berkisar 77.55 meter,
dan lebar dari sisi Jl. H. Supu Yusuf berkisar 16.97 meter beda sedikit dari Jl. Abd.
Silondae. Kalau dihitung dari meter ke hektar mencapai 15.68 hektar.
Gambar 1. Denah Basement Pelataran Tugu Persatuan Lantai 2 dan (Arsip: Dinas Cipta
Karya Bina Kontruksi dan Tata Ruang Provinsi Sultra)
Gambar 15. Denah Tugu Persatuan (Arsip: Dinas Cipta Karya Bina Kontruksi dan Tata
Ruang Provinsi Sultra)
Gambar 16. Kontruksi Pelataran yang Bentuknya Segi Lima Melambangkan Lima Sila
Pancasila (Arsip: Dinas Cipta Karya Bina Kontruksi dan Tata Ruang Provinsi Sultra).
10
Pada awalnya menara berdiri di atas tangga sebanyak 7 anak tangga di pelataran
yang melambangkan “Martabat Tujuh”, yaitu suatu kitab yang pernah menjadi dasar
pemerintahan (konstitusi) dan petunjuk hidup masyarakat Sulawesi Tenggara terutama di
zaman Kesultanan Buton. Akan tetapi sudah berubah pada saat direvitalisasi dan bukan 7
tangga lagi, padahal itu juga memiliki makna. Kitab ini disarikan dari Al Qur’an dan hadist
Rasulullah Muhammad SAW dan tidak hanya populer di Nusantara, tetapi juga populer di
Semenanjung Arab dan India (Fariki, 2014: 2).
Bentuk dari pelataran juga kalau kita melihat dari sisi bentuk kontruksi atasnya
sangat mirip menyerupai lambang Provinsi Sulawesi Tenggara. Terdapat basement di
dalam ruangan pelataran sampai lantai dua yang fungsi awalnya direncanakan sebagai
ruangan museum (time line Sultra), cafe, dan juga direncanakan sebagai ruangan pameran.
Akan tetapi sekarang ini di tahun 2022 digunakan sebagai kantor Dinas Kepemudaan dan
Olahraga (Dispora) Provinsi Sultra sampai di lantai dua.
2. Kaki Menara Tugu
Untuk kaki Menara yang berjumlah 4 kaki penopang dari bola pertama menara
Tugu tersebut yang melambangkan “tangan menggapai untuk menopang, menjaga dan
berdoa”. Ikatan untuk kaki menara menyerupai tali “Kalo”, yaitu : suatu budaya yang
terkenal pada Suku Tolaki. Ornamen ini diperuntukan menjadi persatuan dan perdamaian
masyarakat Sulawesi Tenggara. Asli tali ini terbuat dari rotan kecil yang dianyam
melingkar yang digunakan sebagai fokus kebudayaan suku Tolaki. Menurut Fariki, (2014:
3) empat kaki menara juga menyerupai empat Kabupaten pertama penunjang pembentukan
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten
Buton, dan Kabupaten Muna. Bisa juga menyerupai 4 suku besar yang ada di Sultra antara
lain Suku Buton, Suku Muna, Suku Tolaki, dan Suku Moronene.
3. Bola Pertama Menara Tugu
Simbol bola pertama melambangkan “Mutiara Persatuan (Dasar Membangun)”.
Untuk filosofisnya adalah “Stabil, Dinamis, dan Universal”. Menurut Fariki, (2014: 1-2)
maknanya adalah Mutiara Persatuan yang diusung oleh seluruh masyarakat Sulawesi
Tenggara dari dasar membangun. Fungsi di dalam ruangan bola pertama Tugu sebagai
lobby lounge, restaurant, dan museum budaya.
4. Batang Menara Tugu
Batang menara Tugu Persatuan yang memiliki makna “Kekuatan Persatuan
Menopang ke Atas” dan secara vertikal yaitu “Tumbuh & Berkembang” dengan fungsi
transportasi vertikal. Dengan makna tersebut menunjukkan sebuah persatuan yang bisa
tumbuh dan berkembang dari proses membangun Sulawesi Tenggara.
5. Piring Perumpamaan Menara Tugu
Puncak ruangan Tugu Persatuan menyerupai piring dengan fungsi ruangan pandang
(Master Antenne Platform) dengan simbol “Hasil yang Dinikmati” serta perspektifnya
seperti masjid. artinya hasil yang dinikmati seluruh masyarakat dari proses pembangunan
Sulawesi Tenggara.
6. Mutiara Persatuan Menara Tugu
Bola Mutiara Persatuan memiliki simbol “Mutiara Pembangunan” dan filosofisnya
“Paling Atas dan Berharga”. Mutiara persatuan melambangkan mutiara pembangunan yang
telah dinikmati secara bersama-sama oleh masyarakat Sulawesi Tenggara. Dan fungsi
ruangannya adalah Museum masa depan Sultra (Future Sultra) dan Restaurat. Sampai di
atas bola mutiara terdapat tiang untuk menopang tiang penangkal petir tingginya mencapai
11
95 meter memiliki makna sebagai tanggal lahir Sulawesi Tenggara yaitu 27 bulan 4 tahun
1964 jika dijumlahkan menjadi 27 + 4 + 64 = 95.
7. Tiang Penangkal Petir (Master Antenne)
Dan terakhir yang menjadi tambahannya yaitu tiang penangkal petir (Master
Antenne) memiliki panjang 4 meter dengan jumlah keseluruhan 99.00 meter yang memiliki
filosofi 99 Asmaul Husna (99 nama-nama Allah SWT) dan memiliki simbol menusuk
langit. Dan dari segi bangunan menara Tugu Persatuan yang menusuk ke angkasa
melambangkan keimanan masyarakat Sulawesi Tenggara kepada pencipta alam semesta,
yaitu Allah SWT.
8. Pelataran Gedung Saritilawah dan VIP Pelaksanaan MTQ Nasional ke-21
Di sebelah Timur menara dibangun gedung Saritilawah dan gedung VIP, panggung,
kolam dan air mancur yang melambangkan kedamaian dan keindahan Sulawesi Tenggara.
Gedung Saritilawah tersebut pernah dipergunakan sebagai mimbar utama MTQ Nasional
ke–21, sedangkan gedung VIP dipergunakan sebagai tempat pembukaan MTQ Nasional
ke–21 yang dibuka oleh Presiden RI ke - 6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Air mancur yang terletak antara mimbar utama MTQ dengan panggung kini telah
tidak ada, karena dirubah menjadi lapangan terbuka pada saat rehabilitasi pertama yang
dilakukan oleh Gubernur H. Nur Alam, SE. Dan Gubernur tersebut menambah pula jalan
lingkar di pinggiran menara, sehingga para pengujung menikmati menara pada jarak yang
lebih dekat dengan mudah, karena dapat menggunakan kendaraan.
Keberadaan suatu menara di jantung suatu kota tentu bukanlah makna bangunan
saja, tetapi mengandung banyak makna, mulai makna sejarah, makna sosial dan makna
budaya, bahkan karakter masyarakat. Bandingkan pengaruh menara Eifel di jantung Kota
Paris dan menara Tokyo di jantung Kota Tokyo, Patung Liberty di depan pelabuhan New
York, Monumen Nasional di jantung Kota Jakarta, menara kembar di jantung Kota Kuala
Lumpur terhadap masyarakat dan pengunjungnya. Menara-menara tersebut menjadi
symbol identitas bagi masyarakat kota-kota atau bangsa-bangsa tersebut dan menjadi daya
tarik wisata dari mancanegara.
Menara-menara tersebut dapat menjadi inspirasi bagi para seniman dan para
intelektual yang mengunjunginya. Sulawesi Tenggara, terutama Kota Kendari kini patut
berbangga, karena jika dahulu para tamu merasa tidak berkesan selama berada di Kota
Kendari maka kini menara persatuan akan membuat Prasasti dalam kenangan mereka
tentang Kota Kendari. Menara persatuan beserta halaman di sekitarnya dapat berperan
sebagai taman kenangan atau Memorial Park seperti seperti taman-taman yang ada di
jantung kota-kota Eropa.
Para pengunjung dapat menikmati suasana terbuka dan kemegahan menara Tugu
Persatuan. Para pengunjung dapat menikmati suasana kemegahan menara Tugu Persatuan.
Ruang terbuka seperti Menara Tugu Persatuan Sulawesi Tenggara di jantung suatu kota
sangat diperlukan, karena ruang terbuka tersebut akan bermanfaat bagi penduduk untuk
melepaskan stress dan gangguan kejiwaan yang lain, karena dinamika kehidupan kota.
Penduduk kota yang dipenjara oleh tuntutan kebutuhan butuh ruang-ruang yang dapat
melepaskan ketegangan psikologinya (Fariki, 2014: 4-7).
Bedasarkan penjelasan mengenai makna-makna terkait dengan simbol Menara
Tugu Persatuan diatas begitu jelas makna bangunan monumen tersebut seluruh kaitan
maknanya adalah 4 Kabupaten pertama menopang demi persatuan dan kesatuan
masyarakat yang mengikat dalam berbagai suku untuk membangun Sultra secara bersama-
12
sama dengan tumbuh berkembang dan dinikmati hasilnya secara bersama-sama serta
menggapai keimanan kepada Allah SWT dan berdirinya Tugu juga sesuai tanggal lahir
Sultra.
Tenggara saling tunjuk. Juru bicara pemerintah Sulawesi Tenggara, pada saat itu pun tak
dapat menjawab. “Pelaksanaan MTQ sudah mepet dan pemimpin saya yang menyuruh,”
katanya sambil mengelak apakah pemimpin yang dia maksud Gubernur Sulawesi Tenggara
Ali Mazi. Penggusuran baru berlangsung kembali ketika puluhan anggota TNI berpakaian
orange merangsek maju dan menghalau warga yang berusaha mempertahankan tanahnya.
Komandan Komando Resor Militer 143 Haluoleo, Kendari, Kolonel Wachju
Rijanto, yang berada di lokasi, menolak soal keterlibatan anggotanya dalam penggusuran
itu. Saat didesak, ia hanya mengatakan, anggota TNI ikut kerja bakti. Lahan milik warga
Korumba yang terkena proyek MTQ itu kurang lebih seluas 8.800 meter persegi.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sebenarnya berupaya menyelesaikan, yaitu dengan
memberi ganti rugi Rp 30 ribu per meter persegi, namun ditolak warga. Warga
menganggap ganti rugi itu terlalu kecil dibanding Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) yang
berlaku di Kelurahan Korumba Rp 110 ribu per meter persegi. Warga menuntut
pembayaran ganti rugi Rp 250 ribu per meter persegi. sesuai dengan harga yang berlaku.
Lantaran tak sepakat, pada 24 Februari 2006 ratusan Satuan Polisi Pamong Praja dan
puluhan anggota TNI menggusur dan mengusir mereka dari Korumba.
Warga sempat melakukan perlawanan, namun tak berhasil. Atas tindakan itu,
warga lalu menggugat Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara ke pengadilan. Akibat
penolakan itu, pelaksanaan MTQ yang dijadwalkan berlangsung pada Juli 2006 terancam
gagal dan pada akhirnya juga bisa terlaksana juga penyelenggaraan MTQ Nasional ke-21
Tahun 2006 lalu di Kawasan Tugu Persatuan dan bisa dilaksanakan MTQ Nasional.
Berbagai negosiasi yang lakukan pemerintah gagal karena warga bertahan dengan harga
mereka. (nasional.tempo.com).
Mahkamah Agung juga mengeluarkan putusan terkait proyek Tugu ini. Isinya
menguatkan keputusan Pengadilan Tinggi Sultra: Pemprov Sultra harus membayar ganti
rugi tanah yang dipakai untuk tugu, yang luasnya hampir 1 hektar. Gugatan di pengadilan
itu terjadi karena Pemprov hanya berseda mengganti Rp 30 ribu per meter. Padahal NJOP-
nya sudah Rp 250 ribu. Putusan MA, Pemprov harus membayar Rp 150 ribu per meter
(indoplaces.com).
Pada saat itu juga Gubernur Sultra H. Ali Mazi S.H. juga tersandung kasus yang
melibatkan dirinya yaitu kasus Hotel Hilton di Senayan Jakarta yang membuatnya
dijadikan Tersangka dan dinonaktifkan sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara dan
digantikan oleh wakilnya sendiri yaitu Drs. H. Yusran A. Silondae, M.Si. sebagai Pj
Gubernur Sulawesi Tenggara. Dan waktu dinonaktifkan Ali Mazi sebagai Gubernur justru
warga Kelurahan Korumba yang terkena dampak penggusuran atau pembebasan lahan di
Kawasan Tugu Persatuan MTQ menggelar syukuran atas dinonaktifkan Ali Mazi sebagai
Gubernur Sulawesi Tenggara (koran.tempo.com).
Puluhan warga Kelurahan Korumba, Kota Kendari, korban penggusuran untuk
ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Tugu Persatuan gelar syukuran atas
penonaktifan Ali Mazi sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara. "Syukuran kami tandai
dengan menyembelih satu ekor sapi," kata Hj Ariani, salah satu korban penggusuran.
Menurutnya, korban sapi merupakan nazar seluruh warga Kelurahan Korumba yang
tanahnya digusur tanpa diberikan ganti rugi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
pimpinan Gubernur Ali Mazi. Tanah milik masyarakat yang digusur paksa.
Selain menyembelih sapi, warga juga memasang sejumlah poster berisi ucapan rasa
syukur atas penonaktifan Ali Mazi. Sebuah poster juga bertuliskan warga berharap
14
secepatnya Ali Mazi masuk bui. Ali Mazi dinonaktifkan karena terlibat dalam kasus
proyek Hotel Hilton Jakarta. Dia bersama Pontjo Sutowo menjadi terdakwa dan keduanya
sedang menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini bermula dari
perpanjangan hak guna bangunan Hotel Hilton milik PT Indobuild Co pada 2002 waktu
itu. Belakangan, perpanjangan hak guna itu tidak seizin Sekretariat Negara selaku Ketua
Badan Pengelola Gelora Bung Karno. Ali Mazi saat itu menjadi pengacara Indobuild Co
dinilai terlibat karena negara dirugikan Rp 1,9 triliun.
Akan tetapi pada tahun 2007 Ali Mazi divonis bebas setelah dilakukan proses
persidangan terbukti tidak bersalah melakukan tindakan korupsi hak guna bangunan Hotel
Hilton milik PT Indobuild Co. Dan Ali Mazi kembali aktif lagi menjadi Gubernur Sultra
bedasarkan Keputusan Presiden (Kepres) bernomor 59 tahun 2007 tentang pengaktifan
kembali Ali Mazi sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara (sultra) ditandatangani Presiden
pada 17 Juli 2007. Akan tetapi jabatannya hanya setahun dan pada tahun 2008 posisisnya
menjadi gubernur diganti oleh H. Nur Alam, S.E., M.Si. melalui Komisi Pemilihan Umum
(KPU).
Menurut Yakub Sampebuntu (Wawancara, 18 Maret 2022) bahwasanya mereka
pada waktu itu masih agak repot karena pembebasan-pembebasan lahan itu karena tuntutan
masyarakat, tetapi syukur itu bisa terlaksana dan masyarakat bisa mengerti bahwa ini
kepentingan masyarakat dan orang banyak sehingga kita tahap pertama itu menimbun
lokasi setelah itu kita membangun.
Pada waktu itu juga diadakan rapat di kantor Kelurahan Korumba bersama warga
yang mempunyai tempat tinggal dan lahan di sekitaran area pembangunan kompleks Tugu
Persatuan untuk berusaha melakukan negosiasi untuk bisa meyakinkan warga supaya bisa
merelakan tanah milik mereka dan berusaha mengupayakan mengganti rugi. Akan tetapi
proses pengajuan mereka belum terpenuhi dan pada penyebabnya saat berlangsungnya
rapat juga banyak yang diundang dan sedikit yang hadir karena warga merasa tidak sesuai
proses pengajuan kepada warga setempat Kelurahan Korumba (Iskandar Zulkarnain,
Wawancara 23 Juni 2022).
Pemerintah juga berusaha negosiasi yang punya lahan itu akan dijamin ganti rugi
yang cukup sesuai dengan nominal harga yang ditentukan uang dan katanya mereka
disediakan tanah kapling di bagian Nanga-nanga sebagai gantinya serta ganti rugi berupa
uang tunai kepada masyarakat yang punya lahan, asalkan mereka bersedia meninggalkan
lahan mereka. Dan masyarakat setempat bersedia meninggalkan lahan dan tempat tinggal
mereka asalkan mereka diberikan ganti rugi yang cukup buat mereka dan negosiasinya
harus tepat (Iskandar Zulkarnain, Wawancara 23 Juni 2022).
Pemerintah waktu itu bisa menyelesaikan pembebasan lahan tersebut dan warga
sekitar bisa diganti rugi lahan tempat tinggal mereka berupa uang tunai ataupun tanah
kapling disediakan. Waktu itu pada saat berdemo di kantor DPRD pada awalnya sebelum
ada bangunan kawasan Tugu tersebut. Dan setelah ada bangunan Kawasan Tugu Persatuan
tersebut, pemerintah mempunyai insting yang kuat supaya bagaimana caranya agar
masyarakat yang menuntut itu bisa diyakinkan supaya lahan mereka bisa direlakan untuk
pembangunan Kawasan Tugu Persatuan yaitu dengan cara dikasihkan pekerjaan buat
mereka. Akhirnya tidak ada lagi yang datang menuntutkan mereka lagi (Iskandar
Zulkarnain, Wawancara 23 Juni 2022).
Kondisi Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota Kendari Pada Masa Kini
15
16
mempunyai ruang dalam berbagai kondisi, meliputi lokasi, ukuran, iklim, dan kondisi
khusus lainnya, seperti fungsi dan tujuan spesifik dalam pembangunannya.
Area terbuka hijau atau taman dapat juga diartikan sebagai sebuah area terbuka
dengan luas tertentu, yang di dalamnya terdapat pepohonan, semak, dan rerumputan, serta
dapat dikreasikan dengan beberapa elemen penghias lain, seperti lampu hias yang
contohnya di Tugu Persatuan. Dan area terbuka hijau di Kawasan Tugu Persatuan adalah
taman publik aktif yang berfungsi sebagai tempat bermain, bersantai dan berolahraga
dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang kegiatan tersebut. Area taman ini memiliki
lampu taman sekitar 24 buah. Tetapi sayangnya beberapa ornamen lampu taman yang
menghiasi sekitaran taman tersebut mengalami kerusakan bahkan biasanya pada malam
hari tidak permah dinyalakan.Ada dua jalur pendestrian yang ada di sebelah kiri dan kanan
area taman yang memang disediakan sebagai sarana olahraga joging dan ada 11 tempat
untuk sarana Pull Up untuk menguatkan otot tangan yang dibangun di tempat jalur
pendestrian tersebut dan bangku taman. Akan tetapi akibat jalur tersebut tidak sama sekali
difungsikan oleh masyarakat sebagai sarana untuk olahraga, sehingga kondisi dari tempat
tersebut sudah kelihatan tidak terawat dan bahkan ditumbuhi rumput liar yang jarang
dibersihkan. Padahal jalur pendestrian tersebut direvitalisasi pada tahun 2016 silam
sekaligus area taman Ex MTQ.
Dilengkapi juga dengan fasilitas seperti bangku taman dan meja yang bejumlah 54
buah dan dihiasi dengan tanaman-tanaman hias yang ada di sekitaran Taman Ex MTQ
seperti sejenis pohon palem atau jenis-jenis tanaman lainnya yang memang sudah
kewajiban area taman memang dihiasi dengan tanaman-tanaman. Akan tetapi kalau
melihat sisi dari kondisinya saat ini sebagian bangku taman di area tersebut ditumbuhi
rumput-rumput liar akibat jarang atau agak lambat untuk dibersihkan dan masih didapat
sampah yang ditumpuk begitu saja karena petugas kebersihan yang agak terlambat
mengangkut sampah-sampah yang berserakan di area Taman. Dan memang yang jadi
kekurangan juga adalah tidak ada sama sekali disediakan banyak tempat sampah di area
taman sehingga yang menjadi kerawanan masyarakat yang bersantai dan beraktivitas
membuang sampah sembarangan di area Taman Ex MTQ. Padahal sudah ada tanda
peringatan untuk menjaga kebersihan di area taman dan pelarangan untuk membuang
sampah sembarangan.
3. Area Pelataran Tugu Persatuan
Area inilah pusat berkumpulnya masyarakat dari berbagai macam aktivitas karena
bisa melihat Tugu dari jarak begitu dekat. Dan aktivitasnya begitu sangat beragam sama
halnya dengan tempat-tempat lain di Kawasan Tugu Persatuan yang begitu sangat luas
berkisar 15,68 hektar. Pada perencanaan awal pembangunan area ini direncanakan untuk
membangun kolam yang melingkar disekitaran tugu, akan tetapi tidak dilaksanakan dan
dirubah perencanaannya menjadi area yang disebut dengan plaza Tugu dan sarana tempat
joging yang melingkar mengitari Tugu Persatuan. Ditambah pula jalan melingkar pada saat
di masa Gubernur Dr. H. Nur Alam SE., M.Si.
Akan tetapi pada saat direvitalisasi pada tahun 2016 ruangan basement Tugu
Pesatuan ataupun bagian pelatarannya bisa direhab dan dirampungkan lagi serta bisa
difungsikan ruangan Tugu dan pelatarannya dengan berbagai sarana terutama sarana
olahraga. Dan ruangan di dalam basement Tugu Persatuan sekarang sudah difungsikan
sebagai kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sulawesi Tenggara yang
diresmikan sejak 12 Maret 2021 tahun lalu. Alasan mengapa Dinas Pemuda dan Olahraga
17
berkantor di basement Tugu tersebut karena kondisi kantor lama mereka yang terletak di Jl.
Jendral Ahmad Yani No. 67 disamping Stadion Lakidende di Kelurahan Bende,
Kecamatan Kadia, Kota Kendari sudah lama dan tidak layak lagi. Pada awal perencanaan
pembangunan, Basement Tugu Persatuan memang direncanakan dijadikan tempat Museum
dan Restaurant/Cafe serta ruangan pameran pada saat itu.
Beragam aktivitas dilakukan di area ini seperti joging, bermain Skeatboarding,
senam pagi, bersantai sambil melihat dan menikmati area dekat Tugu Persatuan, latihan
Karate dan Taekwondo, serta berfoto/Selfie untuk menikmati suasana atau moment di
dekat tugu baik warga lokal ataupun warga luar yang baru datang di Kota Kendari. Maka
dari itu istilah yang biasa dikatakan bahwa bagi warga pendatang dari luar daerah Kota
Kendari belum bisa resmi dikatakan pernah berkunjung di Kendari kalau belum
berkunjung di Tugu
Tersedia berbagai macam sarana yang di area ini diantaranya tempat untuk Joging
yang melingkar mengelilingi Tugu, replika Tugu Persatuan yang menghiasi Tugu
berjumlah 10 yang melingkar mengelilingi Tugu tersebut, lampu penerang Tugu, arena
Skeatboart, dan lainnya yang memang semua area kawasan Tugu Persatuan bisa dinikmati
dengan fasilitas penunjang yang tersedia di sana.
4. Area Lapangan dan Gedung Ex Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
Sejak Kota Kendari menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-21
tingkat Nasional pada tahun 2006, area ini difungsikan untuk menyelenggarakan MTQ
Nasional pada saat itu. Dan dibagunlah 2 gedung untuk penyelenggaraan MTQ yang terdiri
gedung utama 1 (bangunan VIP), gedung 2 (bangunan saritilawah), dan beserta kolam air
mancur di tengah dua gedung tersebut. Akan tetapi kolam air mancur tersebut ditiadakan
dan dijadikan lapangan terbuka untuk kegiatan event penting.
Seusai penyelenggaraan MTQ Nasional ke-21 pada tanggal 29 Juli - 5 Agustus
2006 area ini sudah dijadikan tempat berbagai aktivitas masyarakat untuk mengisi luang
waktunya dan berbagai kegiatan resmi dilaksanakan seperti konser musik, latihan balap
motor di depak gedung VIP pelaksanaan MTQ Nasional dan lainnya dan sama halnya
dengan area-area lain segala aktivitas masyarakat di Kawasan Tugu Persatuan Ex MTQ ini.
Dan juga perizinannya untuk pertunjukkan masih melalui Dinas Cipta Karya Bina
Kontruksi.
Berbagai aktivitas juga sama dengan seluruh area di Kawasan Ex MTQ, kawasan
ini juga memiliki permasalahan serius terutama pada fisik bangunan gedung saritilawah
dan gediung VIP pelaksanaan MTQ Nasional yang atau ornamen-ornamen yang ada di
area ini yang tidak terurus, terbengkalai dan tidak ada perawatan sama sekali sehingga
banyak mengalami kerusakan yang serius terutama di bagian Plafon gedung VIP yang
sempat ada perbaikan tetapi tidak berlanjut. Diantara dua gedung tersebut yaitu VIP dan
gedung Saritilawah memang dipersiapkan untuk pelaksanaan MTQ Nasional pada tahun
2006 dan seusai penyelenggaraan event tersebut 2 gedung tersebut bisa digunakan untuk
menyelenggarakan segala kegiatan baik kedaerahan maupun yang lainnya. Tetapi begitu
mirisnya gedung VIP dan Saritilawah itu tidak ada penanganannya sama sekali dari segi
perawatannya hanya dipake untuk kegiatan tapi tidak memperhatikan segi perawatan
gedung itu.
Selain itu akibat kurangnya perawatau di antara gedung itu begitu banyaknya
coretan-coretan yang mengotori di dinding gedung Saritilawah maupun VIP oleh oknum
yang tidak bertanggung jawab dengan coretan kata-kata yang kotor dan tidak sesuai norma
18
yang memang diduga dilakukan oleh anak muda yang biasa nongkrong di area itu.
Disamping itu juga WC yang di sediakan di gedung Saritilawah akibat tidak berfungsi lagi
dan rusak serta menimbulkan bau tidak sedap dengan dipenuhi banyak sampah yang sudah
lama tidak dibersihkan sama halnya dengan WC gedung VIP. Biasanya ketika diadakan
suatu event dibuatkan WC sementara buat pengunjung ataupun yg menyelenggarakan acara
atau yang terlibat di acara tertentu
5. Area Kuliner Sekitar Kawasan Ex MTQ
Tempat ini adalah salah satu-satunya tempat yang paling ramai tiap pengunjung
datang di area kawasan Ex MTQ tiap harinya dari pagi, siang, dan puncaknya pada malam
hari yang lebih ramai dikunjungi oleh pemuda yang sering nongkrong di area tersebut
atupun biasanya pagi dan siang hari para pegawai PNS ataupun perkantoran lainnya ketika
waktu istirahat mereka biasanya singga di area ini di pinggiran kawasan Ex MTQ ini.
Bagaimana tidak, berbagai jajanan kuliner mengitari di bagian pinggiran Ex MTQ ini, baik
pinggiran Jl. Tebaununggu ataupun pinggiran Jl. Abunawas yang rata-rata warung kopi
(Warkop) yang ada di sana memang tempatnya sangat strategis di tengah Kota dan dekat
juga dengan wilayah perkantoran dinas terkait.
Bukan hanya aneka kuliner yang menjajakan di area pinggiran kawasan Ex MTQ
ini melainkan berbagai komunitas transportasi juga punya markas besar atau Sekretariat di
area ini termaksud transportasi online yang berkumpul di area ini diantaranya Komunitas
Agya Ayla Car Indonesia dan Gabungan Lintas Komunitas Transportasi. Untuk perizinan
untuk membuka usaha kuliner di area ini salah satu warung yang peneliti menanyakan,
mereka mendapatkan perizinan dari Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) tetapi ada
juga salah satunya tidak ada perizinannya sama sekali langsung mereka tempati bahkan ada
yang tidak memberikan keterangan sama sekali atau dicurigai tidak mendapatkan perizinan
juga.
Bedasarkan hasil pengamatan kondisi sekarang dari Tugu Persatuan di Kawasan
MTQ dari segi aktivitas semua kegiatan resmi ataupun non resmi dilaksanakan di area
tersebut yang begitu luasnya yang mencapai 15,68 hektar. Baik dari area halaman gerbang
depan, area ruang terbuka hijau, area Tugu Persatuan dan area bermain dengan sarana
olahraga, dan sampai area lapangan dan gedung Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
Nasional 2006. Semua kegiatan masyarakat dilaksanakan di seluruh area yang disebutkan
ini. Dari segi fasilitas juga disediakan sesuai dengan penataan alun-alun Kota. Akan tetapi
sayangnya yang menjadi permasalahannya adalah pengelolaan Tugu Persatuan tersebut
yang menjadi kurang baik.
Kurangnya pengeloaan Kawasan Tugu menyebabkan seluruh area Tugu Persatuan
dari semua fasilitasnya menjadi terbengkalai dan tidak terurus. Ini dibuktikan dengan
banyaknya fasilitas area yang dirusak oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab
seperti Lampu Taman, Pos Jaga, Lampu Penerang Tugu yang dirusak bahkan dicuri, Coret-
coretan yang dilakukan oknum Vandalisme, dan gedung pelaksanaan MTQ Nasional pada
saat itu tidak terurus secara maksimal atau terbengkalai sehingga mengalami kerusakan
yang begitu parah dari semua ornamen gedung, bau busuk yang menyengat dipenuhi
sampah di WC gedung, dan juga banyak coretan. Sebagian juga ditumbuhi rumput ilalang
terutama di area Taman dan Gedung utama pelaksanaan MTQ Nasional pada saat itu serta
banyaknya sampah yang berserakan dari seluruh kawasan dan dibiarkan begitu saja
disebabkan aktivitas kegiatan masyarakat dan kurangnya tempat sampah yang disediakan.
19
Dinas kebersihan juga begitu kurang maksimal membersihkan area Tugu Persatuan
Kawasan MTQ disebabkan karena begitu luasnya kawasan tersebut sehingga memerlukan
anggaran yang begitu besar untuk menerjunkan petugas kebersihan untuk memaksimalkan
pembersihan area tersebut. Menurut Pahry Yamsul (Wawancara, 04 Agustus 2022)
anggaran untuk pembersihan potong rumputnya itu sekitar 19 Juta perbulan belum hal-hal
yang lainnya. Banyak berita media massa ataupun sosial media di lingkup Sultra ini yang
menyoroti berita tentang Tugu Persatuan ini akibat terbengkalai, bahkan disebut sebagai
area yang kumu dan tidak terurus.
Dan sudah 18 tahun semenjak awal pembangunannya itu yang disoroti oleh
beragam media pemberitaan di lingkup Sulawesi Tenggara akibat terbengkalainya
Kawasan Tugu Persatuan Tersebut. Bahkan mendapat perhatian kepada pemerintah dengan
selalu mengucurkan anggaran untuk dibenahi Tugu Persatuan tersebut. Kesadaran
masyarakat yang melakukan aktivitas di area Tugu persatuan perlu ditingkatkan demi
menjaga salah satu ikon Kota Kendari atau seluruh Provinsi Sulawesi Tenggara.
Yang menjadi usulan untuk menjadikan Kawasan Tugu Persatuan di Kawasan
MTQ ini supaya lebih baik kedepannya adalah pengelola dari Tugu ini dan harus jelas dan
terorganisasi dan menjadi tugas utama untuk pengelolaan Kawasan Tugu Persatuan adalah
instansi pemerintah terkait yaitu Dinas Parawisata Kota ataupun Provinsi. Seharusnya
pengelolaan Tugu Persatuan diserahkan ke Dinas Parawisata supaya mereka bisa
bertanggung jawab dan memikirkan untuk bisa merawat Kawasan Tugu tersebut. Dan
usulannya adalah agar Dinas Parawisata untuk membuat tim atau organisasi Pengelolaan
Kawasan Tugu Persatuan dan harapannya supaya bisa dikelola dengan baik dan bisa
menarik wisatawan yang berkunjung di Kawasan Tugu Persatuan.
Sampai sekarang pengelola Tugu Persatuan masih dipengang oleh Dinas Cipta
Karya Bina Kontruksi yang pernah mengusulkan untuk menyerahkan sepenuhnya
pengelolaan Kawasan Tugu Persatuan ke Dinas Parawisata, tetapi sampai sekarang respon
Dinas Parawisata belum menanggapi sama sekali. Pernah juga ada salah satu organisasi
yaitu Kendari Preneur Salah satu organisasi dibawah Pemerintah Kota Kendari yang
bergerak di bidang tatakelola UMKM pernah mengajukan diri sebagai pengelola Kawasan
Tugu Persatuan dan tujuan mereka adalah mengaku ingin menjadikan Kawasan Tugu
Persatuan sebagai destinasi parawisata expo, tetapi belum ada respon ke pemerintah sama
sekali.
PENUTUP
Bedasarkan pembahasan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut. Latar belakang pembangunan Tugu Persatuan di Kawasan Ex
MTQ Kota Kendari ide dasarnya berasal dari Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali
Mazi S.H. yang menjabat periode pertama dari tahun 2003-2008 pada saat itu. Tugu
Persatuan adalah simbol pemersatu Sulawesi Tenggara mengingat heterogitas penduduk
Kota Kendari dari sisi perbedaan ras dan suku. Pembangunannya berkaitan dengan
pelaksanaan MTQ Nasional ke-21 pada tanggal 29 Juli - 5 Agustus 2006 di Kota Kendari.
Begitu penting bagi masyarakat Kota Kendari dan seluruh wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara karena sebagai tempat wisata dan simbol daerah untuk mempersatukan
masyarakat Sulawesi Tenggara. yang memiliki perbedaan ras dan suku serta mewujudkan
Kota Kendari sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yang maju dan modern, sejajar
dengan Kota besar yang ada di seluruh indonesia maupun diluar negeri yang memiliki
20
simbol ikon sendiri. Kontruksi Tugu Persatuan di dalam bangunannya dapat dijelaskan
beberapa hal yaitu mengenai struktur tembok menara Tugu Persatuan secara keseluruhan
menggunakan tembok Aluminium Composite Panel (ACP). Struktur kerangka yang
membentuk Tugu yang berfungsi untuk menopang Tugu mengunakan rangka baja yang
memiliki jenis Wide Flange (WF). Tinggi Tugu Persatuan bedasarkan denah kontuksinya
mencapai 99.00 meter melambangkan 99 Asmaul Husna (99 nama-nama Allah SWT). Jika
ditotalkan dari basement ruangan bawah pelataran Menara sampai di ujung tiang
penangkal petir mencapai 111 meter. Makna simbolik Tugu Persatuan adalah bedasarkan
seluruh kaitan maknanya adalah 4 Kabupaten pertama menopang demi persatuan dan
kesatuan masyarakat yang mengikat dalam berbagai suku untuk membangun Sultra secara
bersama-sama dengan tumbuh berkembang dan dinikmati hasilnya secara bersama-sama
serta menggapai keimanan kepada Allah SWT dan berdirinya Tugu juga sesuai tanggal
lahir Sultra. Kendala pembangunan Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ Kota kendari
adalah sulitnya proses pembebasan lahan warga karena pemerintah rencanakan untuk
memperluas kawasan Tugu Persatuan dari Ex Taman Ria Kendari sampai lahan
pemukiman masyarakat setempat yang memiliki luas 8.800 meter persegi karena sesuai
perancangan pembangunan ornamen Taman Kawasan MTQ yang berseblahan dengan Ex
Taman Ria tersebut. Kondisi Tugu Persatuan di Kawasan Ex MTQ pada masa kini dari
segi aktivitas semua kegiatan resmi ataupun non resmi dilaksanakan di area tersebut yang
begitu luasnya yang mencapai 15,68 hektar. Baik dari area halaman gerbang depan, area
ruang terbuka hijau, area Tugu Persatuan dan area bermain dengan sarana olahraga, dan
sampai area lapangan dan gedung Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional 2006.
Semua kegiatan masyarakat dilaksanakan di seluruh area yang disebutkan ini. Dari segi
fasilitas juga disediakan sesuai dengan penataan alun-alun Kota. Akan tetapi sayangnya
yang menjadi permasalahannya adalah pengelolaan Tugu Persatuan tersebut yang menjadi
kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. 2016. Perbedaan Antara Tugu dan Monumen. https://www.scribd.com,
diakses Sabtu, 17 Desember 2016
Jazulli, Agung Mokh. (2015). Peran Undian Barang Dalam Pembangunan Monumen Tugu
Pahlawan Surabaya 1952. Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah, Volume (3,
No. 3), 507-520.
Fariki, La. 2014. Menara Persatuan Sultra Identitas & Penjaga Budaya di Kendari.
Kendari: BMT Al Ummah, Kendari.
Gischa, Serafica. 2020. Kota: Pengertian, Klasifikasi, Ciri, dan Fungsi.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/20/190000069/kota pengertian-
klasifikasi-ciri-dan-fungsinya, diakses pada 20 Januari 2020 pukul 19.00 WIB.
Hadara, Ali. 2019. Prosedur dan Pendekatan Dalam Penelitian dan Penulisan Sejarah.
Kendari : Sekarlangit.
Hanif, Muhammad & Setiaji, Cahyo, Nanda. 2018. Kajian Makna Simbolis Patung dan
Monumen di Kabupaten Ponorogo Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Lokal.
Jurnal Agastya Vol 08 No 01 Januari 2018
https://koran.tempo.co/read/nusa/64630/penggusuran-lahan-mtq-ricuh. diakses Sabtu, 25
Februari 2006
21
https://nasional.tempo.co/read/87526/warga-kendari-syukuran-penonaktifan-gubernur-ali-
mazi. diakses Minggu, 12 November 2006 14:19 WIB
Pasaribu, Amudi. (1986). Pembangunan Tugu Dari segi sosial-Ekonomi, B.A Simanjuntak
(ed), dalam Pemikiran Tentang Batak. Pusat Dokumentasi dan Pengkajian
Kebudayaan Batak, Universitas HKBP. Medan:Nomensen.
Ramadhanny, Fitraya. 2013. Landmark, Ikon Wisata Sebuah Kota.
https://travel.detik.com/travel-news/d-2376213/-landmark-ikon-wisata-sebuah-
kota, diakses pada 03 Oktober 2013 pukul 07.19 WIB.
Sihotang, Rico, dkk. 2021. Analisis Perbandingan Penggunaan Gypsum, Grc, Acp, Panel
Anyaman Rotan Sintetis Dalam Interior Rumah Dan Gedung. Jurnal Rekayasa
Teknologi Nusa Putra. Vol. 7, No.2, Februari 2021 : Hal 43 – 54.
Samodro. (2020). Landmark sebagai Penanda yang Memberi Makna Dalam Pencitraan
Kota Kajian Tugu Bundaran Pamulang di Tangerang Selatan. Jurnal Adat-
Jurnal Seni, Desain & Budaya Dewan Kesenian Tangerang Selatan, Volume 2.
Nomor 1.
Suwandi, Dendi & Mikke Susanto. 2007. Fungsi dan Makna pada Monumen Perjuangan di
Masa Orde Lama dan Orde Baru. Laporan Penelitian, Program Hibah Bersaing
A2. Yogyakarta: Institusi Seni Indonesia.
Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Andi.
Zahnd, Markus. 1999. Semiotika, Pemakaiannya, Isinya, dan Apa yang dikerjakan
dengannya (terjemahan). Bandung: Unpad.
22