Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara keempat di dunia yang
terbesar jumlah penduduknya yang menempati wilaya seluas
1.919.440 km2, dengan 36 propinsi, di mana sebagian terdiri dari
wilayah perairan dan hutan, yang di dalamnya di huni oleh beragam
etnis, dan kebudayaan (data statistik, 2012). Keberagaman etnis dan
kebudayaan yang lahir di tiap tiap daerah menunjukan adanya
potensi sumber daya wisata yang besar dan secara tidak langsung
mampu memberikanp kontribusi ekonomi bagi perkembangan
perekonomian Indonesia. Hal itu kemudian menjadi landasan
kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pengembangan pariwisata
dengan memanfaatkan sumber daya Indonesia tersebut. Salah
satu sarana yang di gunakan adalah melalui pameran budaya dan
kesenian. Di mana masing masing daerah berpotensi sebagai
penyelenggara Pameran, karena aktivitas budaya, adat dan tradisi,
prestasi seniman, kesenian, keindahan alam, arsitektur, keramahan
penduduk, maupun fasilitas lain yang dimilikinya.
Fasilitas sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan sadar atau
tidak, telah menjadi bagian dari kehidupan berbagai masyarakat,
(suku) bangsa di Indonesia. Hampir semua pameran tersebut
memiliki dimensi ganda: social, kurtural, religius, sekaligus
kesenian, maupun ekonomi, termasuk sekarang ini turisme. Adanya
perkembangan zaman yang semakin pesat dan cepat
perubahannya, secara tidak langsung memberikan dampak bagi
kondisi seni dan kebudayaan di Indonesia, juga pada kondisi
pameran itu sendiri, dimana umumnya lebih sering diadakan di
alam terbuka (outdoor), tetapi sekarang pameran tersebut

1
kebanyakan di selenggarakan secara tertutup (indoor). Seperti
Pameran Otomotif, Pameran Teknologi, Pameran Musik, Pameran
seni dan budaya. (Fajrin Rumra 2004, majallahgong,2008).
Melihat Dari Kondisi tersebut, Kota Makassar juga telah
memiliki beberapa fasilitas gedung multifungsi untuk gedung
pertunjukan yang di manfaatkan sebagai kegiatan Pameran,
dimana laju perkembangan pengunjung dari 2007 sampai 2011
rata-rata sebesar 6,7 % dari tiap-tiap gedung yang ada di Kota
Makassar namun, ada berapa gedung yang suda tidak layak untuk
di gunakan dikarenakan factor umur dari bangunan tersebut, sala
satunya adalah Gedung Kesenian,
Makassar yang juga merupakan salah satu kota di Negara
Indonesia, kususnya di Indonesia timur, terhitung sebagai salah
satu kota yang menggalami perkembangan yang cukup cepat dan
pesat, yang mana ia juga memeliki potensi seni dan budaya yang
besar, dengan 4 suku yang terkenal, sehingga keberadaan
pameran seni dan budaya tersebut sangat di perlukan. Kota
Makassar juga memiliki beberapa sanggar seni yang selalu
meningkat di tiap tahun dimana dari tahun 2007 sampai 2011
peningkatan sanggar seni dengan rata-rata 45%, Hal tersebut
sangat terkait dengan latar belakang kota Makassar sebagai sala
satu kota wisata yang kaya akan seni dan Kebudayaan untuk
kawasan Indonesia timur, dan secara tidak langsung menjadi salah
satu tujuan untuk wisatawan baik wisatawan local maupun
mancanegara. Dilihat dari kondisi tersebut tingkat kunjungan
wisatawan nusantara ke kota Makassar di tahun 2011 menjadi
4.471.632 dengan laju perkembangan pengunjung dari tahun 2007-
2011 rata-rata sebesar 1,328% dan untuk kunjungan wisatawan
pelajar sebesar 51,749 dengan laju perkembangan pengujung rata-
rata menjadi 1,186% ke kota Makassar.

2
Melalui keberadaan pameran seperti Pameran Otomotif,
Pameran Teknologi, Pameran Musik, Pameran seni dan budaya itu,
maka tanpa di sadari akan mampu menjadi parometer yang dapat
berimbas pada beberapa aspek, baik wisata maupun ekonomi.
Melihat dari kondisi tersebut pameran yang selalu diadakan
di kota Makassar adalah pameran yang diluar dari konteks seni dan
budaya yaitu Pameran Teknologi. Ini membuktikan bahwa kota
Makassar dengan latar belakang kota wisata yang dimana memiliki
banyak peningkatan dalam bidang seni dan kebudayaan ternyata
juga berpotensi untuk menyelenggarakan pameran khususnya
Pameran Seni dan Budaya. Namun pada kenyataannya
penyediaan sarana khusus pameran sebagai wadah penunjang
dalam pelaksanaan Pameran Seni dan Budaya tersebut masi
minim, sehingga kegiatan pameran yang ada cenderung tidak
tervokus pada suata area, yang muda untuk di ketahui dan
dijangkau oleh masyarakat sebagai penggunjung.
Jika kita mengacu pada sala satu kota wisata akan seni dan
budaya, kebanyakan pada umumnya menyelenggarakan pameran
itu di selenggarakan di tempat tempat umum (indoor atau outdoor)
dan memeliki besaran ruang yang mencukupi untuk menempung
banyaknya jumlah pengunjung pameran yang datang, baik secara
bersamaan maupun secara kontiinue misalnya lapangan, gedung
pertunjukan, pusat perbelanjaan, plaza atau anjungan, tetapi tidak
terfokus bahwa tempat tersebut memang diperuntukan khusus
untuk penyelenggaraan pameran. Dari sini muncul gagasan untuk
menyediakan sarana indoor dan outdoor sebagai wadah khusus
dalam penyenlengaraan pameran-pameran tersebut.
Gedung Pameran Seni dan Budaya ini berbeda dari tempat
perbelanjaan lain, ini di karenakan secara berskala akan
diselenggarakan pameran, kemudian Gedung Pameran Seni dan
Budaya ini mempunyai ruang terbuka publik yang selain tempat

3
penyelenggaraan festival juga di manfaatkan masyarakat untuk
bersosialisasi dan berkereyasi. Jadi mengingat bahwa kota
Makassar dengan pertumbuhan rata-rata penduduknya semakin
meningkat tiap tahunnya. Maka penggadaan Gedung Pameran
Seni dan Budaya r ini suda layak diadakan.
Mangnet dari Gedung Pameran Seni dan Budaya yang juga
dapat menarik pengunjung selain adanya penyelenggaraan
pameran adalah aktivitasd kegiatan pendukung lainnya. Dengan ini
di buatlah satau konsep perencanaan dan acuan perancangan
“Gedung Pameran Seni Dan Budaya Di Kota Makassar “.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang timbul dari acuan perancangan Gedung
Seni dan Budaya di Makassar adalah :

1. Non Arsitektural
a. Bagaimana mengidentifikasikan kesenian budaya yang ada di
Makassar.
b. Merencanakan keberadaan Gedung Pameran Seni dan Budaya
semaksimal mungkin memenuhi aspirasi para pengunjung,
pengelola dan semua unsur lain yang ada di dalamnya yaitu
pengembangan kepariwisataan, ekonomi, konservasi, edukasi dan
fungsi rekreasi.

2. Arsitektural
a. Merencang lokasi dan site yang strategis sesuai dengan master
plan kota Makassar yang mendukung kegiatan operasional
Gedung Pameran Seni dan Budaya.
b. Merencanakan luasan gedung yang efektif dan efisien agar dapat
melayani kegiatan yang ada dan dapat memenuhi arus
pengunjung pada saat tertentu.

4
c. Mendesain bangunan dan sistem pengajuan materi koleksi yang
dapat menjamin penyelamatan dan perawatan sekaligus
menampilkan karya kesenian dan budaya.
d. Merencanakan kegiatan yang terjadi dalam gedung pameran seni
dan budaya yang akan menentukan kebutuhan ruang.

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan


1. Tujuan dan Pembahasan
Tujuan pembahasan yakni membuat acuan perancangan
Gedung Pameran Seni dan Budaya di Kota Makassar yang dapat
memenuhi berbagai aspek di dalam perencanaannya, sehingga
dapat menunjang kegiatan pertunjukan, pelestarian, pendidikan,
penelitian dan rekreasi secara optimal serta dapat pula menjadi
monumen atau memorial tentang sejarah kota Makassar pada
khususnya sehingga masyarakat dapat menjiwai dan pada akhirnya
akan menjadi kebanggaan masyarakat serta menjadi identitas
bangsa.

2. Sasaran Pembahasan
Merancang suatu gedung pameran seni dan budaya dengan
klasifikasi yang sesuai dengan kebutuhan ruang pertunjukan,
pameran, dan daya tampung pengunjung yang datang. Mendapatkan
fasilitas dan suasana ruang yang mendukung tapak, tata fisik,
penampilan bangunan (Environment). Mendapatkan Performance
bangunan yang mencerminkan arsitektur yang sesuai dengan
budaya tradisional yang ada di Indonesia.

5
D. Lingkup dan Batasan Pembahasan
1. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dibatasi pada aspek-aspek arsitektural di dalam
perencanaan dan perancangan suatu gedung yang berorentasi
pada :
a. Klasifikasi Gedung Pameran Seni dan Budaya di Makassar
b. Prilaku pengunjung Gedung Pameran Seni dan Budaya di
Makassar
c. Fasilitas dan suasana ruang pada Gedung Pameran Seni dan
Budaya yang mendukung keinginan pengunjung
d. Performance bangunan yang sesuai dengan karakter Arsitektur
lokal di Makassar.

2. Batasan Pembahasan
Batasan pembahasan masalah Gedung Pameran Seni dan
Budaya di Makassar yang penyelesaian Arsitektur dapat berfungsi
sebagai ruang aspirasi budaya bangsa dalam kaitannya dengan
konsep arsitektur bangunan gedung modern serta aspek-aspek yang
dapat merusak hasil karya budaya yang selanjutnya dapat
diantisipasi.

E. Metode dan Sistematika Pembahasan.


1. Metode Pembahasan
Metode Pembahasan menggunakan metode deskriptif dan
analitis, dimana dilakukan pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan studi literaatur kemudian dianalisa dan disintesa
dengan mengidentifikasikan unsur yang menunjang,
mengelompokan dan mengaitkan antara permasalahan dan untuk
ditransformasikan kedalam konsep perencanaan dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dalam bentuk perencanaan fisik
Gedung Pameran Seni dan Budaya sesuai dengan tujuan.

6
Pembahasan dilakukan dengan metode analisa sintesa,
mengetengahkan masalah yang kemudian dianalisa dengan
mengaitkan pada hal-hal yang saling menunjang dan selanjutnya
disimpulkan metode ini dinamakan metode interview dan observasi
untuk kemudian ditrasnformasikan kedalam bentuk perencanaan.
Dasar dari pembashasan ini melalui beberapa cara, meliputi :
a. Studi Literatur
Melalui literatur-literatur, buku-buku, brosur-brosur yang berkaitan
dengan penulisan untuk mendapatkan teori, spesifikasi dan
karakteristik gedung pameran seni dan budaya serta aspek-aspek
Arsitektural yang dapat dijadikan landasan dalam proses
perancangan.
b. Studi Lapangan/Survey
Dalam hal ini mengumpulkan data-data kualitatif maupun
kuantitatif yang mendukung dalam proses perancangan.
c. Studi Komparasi
Melakukan studi banding terhadap Gedung Pameran Seni dan
Budaya yang ada sesuai dengan penulisan.

2. Sistematika Pembahasan
Sistematika Pembahasan dibagi dalam beberapa tahap pembahasan
anatara lain :

BAB I : Pendahukuan
Merupakan pengenalan terhadap masalah dengan
mengemukakan latar belakang permasalahan, tujuan dan
sasaran pembahasan, lingkupan dan batasan, serta
metode sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan Pustaka


Pembahasan yang meninjau secara umum mengenai
Gedung Pameran Seni dan Budaya sebagai pokok

7
permasalahan yang akan dibahas. Dimana ditinjau secara
umum terdiri dari tinjauan terhadap Gedung Pameran Seni
dan Budaya.

BAB III : Tinjauan Pustaka.


Membahas mengenai pengungkapan Gedung Pameran
Seni dan Budaya yang akan direncanaka sebagai wadah
dan aktifitas yang ada sesuai dengan potensi obyek serta
keutuhan fasilitas.

BAB IV : Kesimpulan
Membuat kesimpulan dari pembahasana yang sebelumnya
menyangkut tentang arsitektural sebagai dasar kearah
program perancangan.

BAB V : Acuan Perancangan


Merupakan acuan dalam perancangan fisik yang
mencakup program perancangan baik mikro maupun
makro.

Anda mungkin juga menyukai