OLEH
1
mengapresiasikan kecintaan mereka terhadap seni budaya suku Dawan, juga menggali
lebih dalam potensi atau bakat - bakat dari masyarakat daerah NTT khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya dengan bentuk bangunan yang memiliki jati diri
lokal.
Peran arsitektural dalam wadah kesenian budaya suku Dawan ini sangat penting,
mengingat kebutuhan penyatuan fungsi yang berbeda dari masing-masing aktifitas
yang akan berlangsung. Hal tersebut akan berdampak pula terhadap penyiapan
tipologi bangunan yang cukup kompleks oleh karena daya tampung festival atau
pertunjukan seni tari, seni rupa, dan kebudaya saat ini semakin tinggi, sehingga
dibutuhkan suatu wadah arsitektural bentang lebar untuk event-event berskala
regional maupun internasional.
Akhirnya, Pusat Seni dan Budaya Suku Dawan dengan Pendekatan Desain
Arsitektur Metafora merupakan jawaban publik yang tepat untuk ruang khalayak
tersebut yang dapat melestarikan, memamerkan, menghimpun, menjaga dan
memelSihara karya budaya lokal, mengevaluasi, serta memperkenalkan seni budaya
daerah NTT, khusunya etnis Dawan di lingkungan domestik dan internasional yang
pada gilirannya mengangkat kearifan budaya lokal Nusa Tenggara Timur.
2
1.4 Tujuan dan Sasaran
1.4.1 Tujuan
1.4.2 Sasaran
Sasaran dari perencanaan dan perancangan pusat seni dan budaya di kota
Kefamenanu adalah sebagai berikut :
1.Terciptanya sebuah Pusat Seni dan Budaya dengan ekspresi bangunan yang
bernuansa lokalitas suku Dawan.
3.Terciptanya suatu arsitektur dengan ciri khas suku Dawan yang terintegrasi
dan bersinergi antara masing-masing fungsi kegiatan yang berlainan, sehingga
didapatkan suatu wadah yang saling menguntungkan (mutualisme).
3
tercapai suasana yang bisa dirasakan dan mencerminkan ciri khas suku Dawan
yakni dengan pendekatan desain arsitektur metafora.
Di samping itu lingkup permasalahan yang akan dibahas antara lain mengenai
aspek-aspek fisik dan non fisik dalam proses perancangan yang menyangkut
pemakai, pengunjung, struktur, kebutuhan ruang, sirkulasi dalam maupun luar,
perancangan tapak, massa bangunan, serta potensi yang ada pada lokasi.
1.5.2 Batasan
4
a. Fasilitas Utama
Edutainment :
Studio Musik
Merupakan fasilitas yang didalamanya disediakan alat-alat musik yang bisa
digunakan untuk proses rekaman audio, ataupun sekedar untuk refreshing.
Showing windows yang meliputi festival seni tari maupun seni rupa
melalui outlet, website dan stage performance.
Culturtainment :
Pusat produksi
Sebagai fasilitas untuk menampung aktifitas para pengrajin tenun,
menganyam, dan seni ukir dari proses awal sampai menghasilkan suatu
karya.
Pengelola :
Kurator
Konservasi
Administrasi dan Marketing
5
Workshop Area ( pelatihan )
b.Fasilitas Penunjang
Ampitheater
Guest House
Sarana ibadah
Pelayanan ( servis )
Parkir
1.4.2.2Tampilan Bangunan
2.Penekanan tampilan bangunan yakni pada sifat/analogi serta unsur dari seni
dan budya Dawan yang diterapkan ke dalam bangunan.
6
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika laporan ini dibagi dalam beberapa tahapan sebagai
berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Merupakan pembahasan mengenai latar belakang pemilihan proyek, permasalahan,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan batasan perencanaan, metodologi pembahasan
serta sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan suatu data umum yang digunakan untuk menganalisa dan mengidentifikasi
proyek yang direncanakan, seperti pengertian judul, tinjauan seni dan kebudayaan
Dawan, tinjauan terhadap pendekatan arsitektur metafora, studi banding, dan lain -
lain.
BAB III. TINJAUAN LOKASI
Berisikan suatu tinjauan yang lebih mendetail atau lebih spesifik, khususnya
mengenai lokasi proyek yang akan direncanakan, misalnya tinjauan terhadap data
administrasi wilayah dan geografis, fisik dasar; iklim, cuaca, topografi, geologi dan
vegetasi, tinjauan terhadap peraturan-peraturan wilayah, sarana atau prasarana
lingkungan serta karakter lingkungan sekitar lokasi.
BAB IV. METODOLOGI
Berisikan jenis dan kebutuhan data yang akan digunakan sebagai obyek penelitian dan
pedoman dalam merencanakan dan merancang “Pusat Seni dan Budaya”, serta
berisikan tentang teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB V. RENCANA PENELITIAN
Berisikan jadwal, biaya, dan organisasi penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.2 Interpretasi Judul
2.2.1 Pemahaman Tentang Kesenian Daerah (Seni Budaya)
Kekayaan seni budaya Nusa Tenggara Timur merupakan kebanggaan
tersendiri. Suku-suku bangsa dengan latar belakang yang berbeda-beda
menghasilkan seni budaya yang sangat bervariasi, tiap-tiap suku bangsa
memiliki berbagai bentuk kesenian diantaranya seni tari dan suara atau seni
musik dengan tema yang sangat kaya. Berikut bagan penjabaran seni dan
kebudayaan :
Arsitektur
Seni
Seni Kriya Industri
Keagamaan Seni
Kerajinan
Organisasi Seni Grafis
Masyarakat Seni Rupa
Teknologi
Seni Tari Vokal
Peralatan
Seni Pertunjukan Seni Instrumen
Suara/musik
Seni Drama Teater
Klasik
Bagan 2.1 Penjabaran Seni dan Kebudayaan Teater Rakyat
Sumber: Makalah Seminar Arsitektur Unwira, TA.
1994/1995 “Pusat Seni di Kupang”, oleh Petrus Teater
Jermias Giri. Transisi
Teater
Modern
9
Artes adalah kelompok orang yang memiliki ketrampilan,
ketangkasan dan kemahiran.
Artisa adalah anggota yang ada dalam kelompok itu, disini artisa
adalah orangnya, atau orang yang memiliki ars.
Kesenian mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, antara
lain :
a. Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959)
Kesenian adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup
perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan
manusia.
b. Akhidiat Kartamiharja
Kesenian adalah kegiatan manusia yang tersembul dari rohaninya
yang merefleksi realitas dalam suatu karya, yang berkat bentuk dan isinya
mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam
rohani si penerimanya.(Poin-poin pemahaman tentang Kesenian Daerah (Seni Budaya)
ini, dikutip dari makalah Seminar Arsitektur Unwira, TA. 1994/1995 “Pusat Seni Di Kupang”,
oleh Petrus Jermias Giri.).
10
b. Seni minor,
Seni minor, meliputi ; seni kerajinan, seni perabot, dan lain
sebagainya.
Dalam perencanaan pusat seni dan budaya ini, pemahaman objek
perancangan akan diprioritaskan pada sub bagian seni musik, seni lukis,
seni kriya, seni teater (pertunjukan) opera yaitu orkestras dan juga seni
minornya berupa galeri dan museum. Secara substansinya adalah sebagai
berikut :
1) Seni Musik
a) Pengertian Musik
Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda
bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.
Musik menurut Aristoteles mempunyai keamampuan
mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme.
Menurut Wikipedia, penciptaan musik harus memenuhi
kaidah-kaidah tertentu antara lain harmonisasi, ritme, melodi dan
aturan lain. Penggolongan jenis musik berdasarkan teori dan tata
cara penyusunan komposisi nada atau suara adalah:
i. Musik Pentatonis
Jenis musik yang menganut lima aturan nada sebagai skala.
ii. Musik Diatonis
Jenis musik yang menganut aturan 7 nada sebagai skalanya.
Berdasarkan perkembangan yang terjadi saat ini, musik jenis
diatonis lebih banyak dianut oleh sebagian besar musisi yang
berkarya sekarang. Hal itu diketahui dengan lebih banyaknya
musik yang lain. Hal ini disebabkan sifatnya yang universal dan
dapat diterima oleh setiap Negara di dunia. Meskipun demikian
pentatonispun perlu memiliki wadah untuk perkembangannya.
b) Pementasan Musik
Bentuk pementasan musik yang sering digunakan beragam,
tergantung tujuan dan materi yang dipentaskan. Pementasan musik
tradisional (pentatonis) mempunyai lebih banyak tata cara baku
yang mengikat dibandingkan untuk pementasan diatonis.
i. Sistem Pementasan Musik Diatonis
Beberapa jenis pementasan yang biasa digunakan untuk
pementasan musik diatonis adalah:
- Pementasan Sistem Ensambel
Yaitu kelompok orang-orang yang menyanyi dengan
atau tanpa iringan musik atau kelompok musik dengan
atau tanpa nyanyian.
11
- Pementasan Sistem Symphoni Orchestra
Orchestra mempunyai arti suatu tempat untuk
penempatan susunan alat musik pada suatu pementasan
musik.
- Pementasan Sistem Concert Band
Pementasan yang menggunakan alat musik baku maupun
yang telah dimodifikasi dan ditujukan untuk penonton dalam
jumlah yang besar.
Untuk dapat memainkan musik diperlukan suatu keahlian
dalam memainkan alat musik yang didapatkan melalui belajar
sendiri atau melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan musik. Dilihat dari
banyaknya musisi profesional yang hadal pada masa
sekarang, keahlian alami saja masih kurang untuk profesi di
bidang musik, akan lebih baik jika dilatarbelakangi
pendidikan khusus musik.
ii. Sistem Tempat Pementasan Musik Diatonis
Sarana pementasan yang diperlukan adalah tempat
pementasan. Jenis tempat pementasan yang baisa digunakan
untuk pementasan musik diatonis dibagi dalam dua golongan
besar, yaitu:
- Out Door;
- In Door.
2) Seni Kriya
3) Seni Lukis
a) Pengertian
Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa yang berfungsi
pada kegiatan melukis. Dengan dasar pengertian yang sama, seni
lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari
menggambar.
12
Melukis
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau
permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu.
Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas,
papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai
media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam ,
dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang
digunakan.
Lukisan
Lukisan adalah karya seni lukis yang proses pembuatannya
dilakukan dengan memulaskan cat dengan alat kuas lukis, pisau palet
atau peralatan lain, yaitu memulaskan berbagai warna dan nuansa
gradasi warna, dengan kedalaman warna tertentu juga komposisi
warna tertentu dari bahan warna.
Surrealisme
Lukisan aliran surrealisme ini kebanyakan menyerupai bentuk-
bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi dan sebenarnya bentuk
dari gudang pikiran bawah sadar manusia. Pelukis berusaha untuk
membebaskan pikirannya dari bentuk pikiran logis kemudian
menuangkan setiap bagian dari objek untuk menghasilkan sensasi
tertentu, yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk
aslinya. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah
Salvador Dali
Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern
Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan
kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan
alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang
lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman
penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk
tujuan koleksi dan galeri pada zaman kolonial. Salah satu tokoh
terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh
Plural
Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam
meditasi atau pengembaraan intuisi untuk menangkap dan
menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa
visual. Bahasa visual yang digunakan berpijak pada konsep Plural
13
painting. Artinya, untuk menampilkan idiom-idiom agar relatif bisa
mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi
mempergunakan idiom-idiom yang bersifat: multi-etnis, multi-teknik,
atau multi-style.
Badingkut(isme)
Sebuah kecenderungan, penggayaan, atau cara proses kreatif
yang dikembangkan oleh Herry Dim sejak tahun 1970-an. Kegiatan
membuat karya dengan menggunakan bahan-bahan temuan dan
bahkan bahan-bahan bekas ini kemudian bisa menjadi karya seni dua
dimensi (lukisan maupun instalasi dinding), karya tiga dimensi
(serupa patung), karya ruang (seni instalasi), atau karya seni tata
panggung teater. Bahkan di kemudian hari dikembangkan oleh teman
dan generasi penerusnya menjadi garapan musik, tari, senirupa
pertunjukan (performance art), dan teater.
Kubisme
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi
terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri atau bentuk balok-
balok untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal
dari aliran ini adalah Pablo Picasso.
Seni Fantasi
Fantastic Art atau Seni Fantastik, bisalah dikatakan sebagai
sebuah mashab, aliran seni rupa yang baru saja diakui eksistensinya.
Padahal bentuk ini sudah muncul sejak lama, bahkan pelukis
Hieronymus Bosch (1450-1561) sekarang digolongkan sebagai salah
satu perintis mashab ini. Lukisan Bosch “The Garden of Earthly
Delights” yang menggambarkan surga dan neraka, yang tadinya
digolongkan pada mashab Renesans, tetapi kemudian diperdebatkan
dan belakangan barulah digolongkan pada Seni Fantastik. Begitu
juga beberapa pelukis lain pada masa sesudahnya, seperti: Brueghel,
Giuseppe Arcimboldo, Matthias Grünewald, Hans Baldung Grien,
Francisco de Goya, Gustave Moreau, Henry Fuseli, Odilon Redon,
Max Klinger, Arnold Böcklin, William Blake, Gustave Doré,
Giovanni Battista Piranesi, Salvador Dalí, Arik Brauer, Ernst Fuchs,
Johfra, sampai Matti Klarwein.
4) Seni Minor
Seni minor berhubungan dengan hasil karya yang berupa
benda-benda, seperti seni kerajinan, yakni: tembikar, perabot, dan
lain sebagainya.
Seni seperti ini membutuhkan suatu ruang untuk :
14
1) Bengkel Kerja
Sebuah ruang kerja untuk memberi contoh bagaimana
membuat suatu hasil kerajinan.
2) Galeri
Sebuah ruang yang dimanfaatkan untuk mempertunjukkan
hasil karya dari seni kerajinan.(Wikipedia art education, www.google.com, date
download: 30April 2021, at 12:33 am).
2. Fungsi Kesenian
Menurut Petrus Jermias Giri dalam makalah seminar arsitektur
Unwira Kupang, yang berjudul “Pusat Seni di Kupang”, 1995:20,
menjelaskan bahwa setiap kegiatan kesenian paling tidak ada dua pihak
yang terlibat di dalamnya yaitu seniman : pihak yang memberi dan
masyarakat penikmat yaitu : pihak yang menerima, seni sebagai suara dan
alat komunikasi yang harus membawa pesan, dengan demikian seni itu
mempunyai fungsi :
a. Sebagai alat ekspresi;
b. Sebagai sumber mata pencaharian;
c. Sebagai sarana hiburan;
d. Sebagai alat pendidikan.
Secara substansi mengenai fungsi kesenian daerah menurut
Jakob Sumardjo, 1992: 17 adalah sebagai berikut :
a. Pemanggil kekuatan gaib;
b. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir di tempat
diselenggarakannya pertunjukan;
c. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat;
d. Peringatan kepada nenek moyang, dengan mempertontonkan
kegagahan dan kepahlawanan;
e. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat
hidup seseorang;
f. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam situs tertentu.
15
1. Adanya tempat yang tetap untuk menggelarkan kesenian;
2. Adanya sistem imbalan jasa berupa uang untuk seniman yang
menggelarkan kesenian;
3. Adanya dasar kecenderungan pengkhususan dalam memilih bidang
kegiatan, sehingga kesenimanan cenderung untuk dikejar sebagai
profesi.
Perkembangan kesenian daerah di pulau-pulau di kawasan Nusa
Tenggara Timur khususnya kesenian daerah ( seni budaya ) merupakan
karya seni yang turun temurun terkenal sejak zaman dahulu. Kesenian
daerah pada mulanya dibuat sebagai objek pemujaan yang tertinggi yaitu
dewa langit. Selain itu karena keberhasilan pertanian dan pembuatan
alat-alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Tiap kerajaan khususnya kelompok suku, wilayah dan pulau
menciptakan sejumlah keseniannya sendiri-sendiri yang kemudian
diturunkan dengan mengajarkan kepada anak cucu mereka demi
kelestarian daerah tersebut. Ada beberapa kesenian daerah memiliki arti
magis sesuai kepercayaan dan latar belakangnya, pandangan-pandangan
hidup kelompok masyarakat yang bersangkutan dengan demikian buah
pikir, cita-cita, simbol, tokoh penting dalam masyarakat hidup dalam
bentuk lebih nyata melalui media kesenian tradisional.
Kekuatan dari kesenian tradisional terletak pada unsur bobot
filsafat, kepercayaan yang dikombinasikan dengan karya seni yang
diakui oleh suatu kelompok suku atau masyarakat suatu daerah sebagai
miliknya.
Kegiatan kesenian tertentu merupakan ciri khas kebudayaan
suatu suku, daerah atau kawasan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dimana produksi hasil
karya seni secara besar-besaran telah mengambil minat masyarakat
modern untuk memiliki dan menikmatinya dengan tidak mengurangi
keinginan masyarakat tertentu untuk tetap menggalakkan kesenian
daerah, walaupun dalam persaingan yang memberatkan sebelah pihak,
untuk lebih dapat menarik minat, kemudian telah dikembangkan seni
kontemporer dengan karya-karya yang lebih modis.(Makalah Seminar
Arsitektur UNWIRA TA. 1994/1995 “PUSAT SENI DI KUPANG” oleh Petrus Jermias Giri).
16
4. Sebagai alat pendidikan;
5. Sebagai perwujudan daripada dorongan untuk meningkatkan
keindahan semata;
6. Sebagai perlengkapan upacara sehubungan dengan saat tertentu
dalam perputaran waktu;
7. Peringatan kepada nenek moyang dengan menirukan kegagahan
atau kesigapannya;
8. Pemanggil kekuatan gaib.
Sistem Pelatihan
i. Sistem Pengajaran
Pemberian materi yang terdiri atas dua macam, yaitu:
a) Materi Teori
- Berfungsi menunjang latihan praktek;
- Diberikan satu kali setiap minggu.
b) Materi Praktek
- Berupa latihan untuk meningkatkan ketrampilan;
- Diberikan dua kali tiap minggu.
ii. Evaluasi
Evaluasi di sini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa dan penguasaan siswa terhadap materi
yang diberikan. Evaluasi berupa ujian materi dan ujian
17
praktek, yang diselenggarakan setiap satu paket materi
selesai.
iii. Pementasan
a) Pementasan akbar, satu kali setahun pada ulang tahun
Pusat Pendidikan Seni Terpadu;
b) Pementasan rutin tiap satu paket materi selesai;
c) Pementasan insidental karena beberapa hal, misalnya
penyambutan tamu, undangan dari instansi lain,
perombaan dan lain sabagainya.
iv. Pelatihan
Pelatih terdiri dari pelatih untuk anak-anak dan
dewasa. Untuk kelas anak-anak maupun dewasa masih dibagi
menurut jumlah siswa yang ada. Maksimal dalam satu kelas
terdiri dari 20 siswa, tiap-tiap kelas memiliki tiga pealtih. Dan
tiap-tiap sanggar memiliki koordinator pelatih dan struktur
organisasi sendiri. (Tinjauan Fasilitas Pusat Kesenian dikutip dari laporan
desain “Pusat Seni Aceh” oleh Irene Sysphiatin, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta 2009. Download. http Blogger; Irene.com).
a. Pagelaran Seni
Pagelaran seni bertujuan untuk mementaskan apa yang
telah didapatkan siswa selama belajar di sekolah dan sanggar
seni yang terdapat di suatu daerah. Pagelaran berupa tempat
pementasan dan galeri. Tempat pementasan dengan
memperhatikan masing-masing kegiatan dan mewujudkannya
dalam desain arsitektur sehingga pemain dan penonton merasa
nyaman dan dapat menikmati apa yang dipentaskan. Demikian
pula dengan galeri, pertimbangan utama adalah estetika namun
ditunjang pula dengan lighting dan sistem akustik yang baik.
i. Pasar Seni
18
dilengkapi dengan plaza dan panggung kesenian, yang
memancarkan dinamika seni.
a) Pengertian Museum
Berdasarkan definisi yang diberikan
International Council of Museums, adalah institusi
permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan
19
sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset,
mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan,
dan kesenagan. Karena itu museum bisa menjadi bahan
studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan
masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif di masa depan.
20
c) Pengelolaan Museum
KEPALA
MUSEUM
TATA USAHA DAN
PERPUSTAKAAN
1. Suku Dawan
Suku Dawan (juga dikenal sebagai suku Atoni atau Atoin Meto
adalah suku bangsa yang mendiami pulau Timor, tepatnya di Kabupaten
Timor Barat, Indonesia dan enklave Oecussi-Ambeno, Timor Leste.
Jumlah Populasi orang Atoni mencapai 600.000 jiwa Bahasa yang
diperuntukan ialah Uab Meto. Atoni Meto adalah salah satu suku yang
berdiam di wilayah ProvinsiNusa Tenggara Timur (NTT). Suku Dawan
atau Suku Atoni tersebar hampir di seluruh daratan Pulau Timor yang
terletak di bagian selatan Provinsi NTT. Atoni Meto terdiri dari dua kata
yakni Atoni yang berarti orang atau manusia, Meto secara harafiah
21
berarti tanah kering. Pada umumnya orang biasa menyebutkan Atoni Pah
Meto yang berarti “orang-orang dari tanah kering”.
Salah satu nilai fundamental dalam kehidupan Atoni Meto
terdapat dalam paham feto-mone. Feto-mone bisa dikatakan sebagai
norma atau sikap hidup masyarakat Dawan yang menjadi panduan untuk
menjaga dan melestarikan kehidupan masyarakat Dawan. Konsep ini
bisa disejajarkan dengan konsep manunggaling kawulo gusti pada
masyarakat Jawa atau Yin-Yang pada masyarakat Tionghoa, berikut
penjelasan dari kata feto-mone. Kata feto berarti perempuan. Dalam
hubungan dengan baris keturunan, seorang yang dihitung melalui garis
keturunan ibu dikategorikan sebagai feto. Mone berarti laki-laki. Dalam
hubungan dengan baris keturunan seseorang yang dihitung melalui garis
keturunan ayah dikategorikan sebagai mone. Dalam istilah ini, feto-
mone di erjemahkan sebagai feminis-maskulin untuk menjelaskan
konsepsi masyarakat Dawan Meto tentang perempuan dan laki-laki.
Konsepsi ini dapat dibangingkan dengan konsepsi Yin-yang dalam
masyarakat Tionghoa.
Pandangan relasi-relasi komis dan sosial juga ikut diekspresikan
dalam nilai ini. Relasi-relasi itu meliputi relasi manusia dengan Tuhan,
manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam misalnya: Uis Pah-
Uis Neno (Allah Bumi-Allah Langit), Ain-Uis Neno-Am-Uis (Allah Ibu-
Allah Bapa), Bife-Atoni (perempuan-laki-laki), dan lain sebagainya.
Term feto-mone mengindikasikan satu kesatuan yang tidak bisa hadir
tanpa yang lain, seperti hidup yang tidak bisa ada tanpa kesatuan antara
laki-laki dan perempuan. Dilihat pada penerapannya, konsep feto-mone
memiliki dampak kehidupan perempuan dan laki-laki seperti pembagian
kerja. Masyarakat Dawan membedakan peranan perempuan dan laki-
laki.
Laki-laki bertugas dalam ranah publik, seperti berperang,
membangun hubungan dengan masyarakat luas, dan bekerja di kebun
sedangkan perempuan lebih mengurus persoalan privat seperti memasak,
mencuci, menjamu tamu dan lain-lain. Alasan perempuan ditempatkan
pada ranah privat dikarenakan juga dikarenakan perempuan pada
masyarakat Dawan dilihat sebagai “ibu kehidupan”.
22
membuka sebidang tanah di hutan, memagarinya, mengerjakannya untuk
beberapa tahun panen, lalu ditinggalkan untuk mencari lahan baru.
Keadaan tanah yang kering sering dibantu menyuburkannya dengan
menanam pohon lamtoro.
Dalam mengerjakan ladang ini orang Dawan lebih suka bekerja
sendiri-sendiri dari pada kolektif dengan orang lain. Tanaman pokok
mereka adalah jagung dan padi yang ditanam bergiliran di tanah yang
sering kekurangan air hujan. Selain itu mereka juga suka menanam
bawang, kedelai, pisang, tomat, cabe dan sebagainya. Tanaman keras
yang banyak mereka pelihara adalah pinang, lontar, kelapa dan beberapa
jenis pohon buah-buahan. Sedangkan binatang ternak gembalaan mereka
adalah kambing, babi, sapi, kuda, kerbau dan domba.
23
Penduduk sebuah desa biasa digolong-golongkan ke dalam tiga
kelompok klen. Pertama kautuaf, yaitu klen-klen yang dianggap sebagai
pemilik desa atau yang menguasai tanah dan pertama sekali membuka
desa tersebut. Kedua atoin asaot, yaitu penduduk yang datang kemudian
baik karena kawin maupun datang dan menetap sendiri. Yang ketiga
adalah atoin anaut, yaitu orang-orang yang datang minta perlindungan
hidup di suatu desa, entah karena sebagai pengembara atau pelarian dari
desa lain.
Berdasarkandipaparkan yaitu Pusat Seni dan Budaya maka studi kasus yang
diambil sebagai pembanding judul perencanaan di atas adalah bangunan Solo
Creative Art nad Culture Center dan Perancangan Gedung Pusat Seni dan Budaya
Jawa Barat.
Arsitektur Metafora
Metafora berasal dari bahasa yunani metapherein, berasal dari
kata ‘meta’ yang berarti memindahkan atau menurunkan, dan ‘pherein’
yang berarti mengandung atau memuat. jadi secara etimologi, metafora
dapat diartikan sebagai pemindahan makna yang dikandungnya kepada
24
obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada obyek
yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung maupun analogi.
penggunaan metafora ini pada umumnya terdapat dalam suatu tata
bahasa atau kiasan yang di hasilkan setelah kata-kata dirangkaikan ,
dimana kemudian suatu kalimat tertentu jika dimaknai secara denotatif
maka akan terlihat mengandung makna yang tidak sesuai tetapi jika
dipahami secara konotatif akan menyampaikan makna lain yang sesuai
dengan konteks yang sedang dibicarakan. namun tentu saja, tanpa
konteks terkait, kalimat yang sama tetap dapat dipahami sebagai sesuatu
yang bermakna denotatif. namun dengan demikian, ia tidak memegang
peranan sebagai sebuah metafora.
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda, dimana
hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta
mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. dengan metafora seorang
perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk
diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa
sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring
dengan timbulnya interpretasi baru. karya –karya arsitektur dari arsitek
terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora, hasil karyanya
cenderung mempunyai langgam postmodern.
25
Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in
Architecture”
Metafora pada arsitektur ialah salah satu metode kreatifitas yang
ada pada desain spektrum sang perancang.
26
sebuah kalimat menyatakan ‘kakek tua itu banyak makan garam’, tentu
saja ia dapat bermakna baik secara literal maupun metaforikal. Secara
literal, ia dipahami sebagaimana kalimat itu hadir, seorang kakek tua
benar-benar mengkonsumsi garam dalam jumlah banyak, namun secara
metaforikal, ia akan dipahami sebagai suatu ekspresi yang menyatakan
bahwa kakek tua yang dimaksud memiliki banyak pengalaman hidup
(‘banyak makan garam’).
27
2. Metafora langsung
Pada metafora langsung bangunannya menampilkan suatu bentuk
yang secara langsung mempunyai hubungan terhadap sesuatu yang ingin
disampaikan kepada masyarakat.
28
Gedung Keranjang (Amerika Serikat) adalah salah satu contoh
bangunan metafora langsung. Idenya berasal dari Dave Longaberger, yang
merupakan pendiri The Longaberger Company, yang akhirnya diwujudkan
dalam bentuk keranjang raksasa dan digunakan sebagai kantor dari
perusahaan tersebut. Menurut Dave ini merupakan ide terbaiknya dan
percaya dengan hadirnya bangunan ini kinerja perusahaan akan semakin
baik. ‘Keranjang’ ini mulai digunakan pada 17 Desember 1997 sebagai
Home Office dari The Longaberger Company.
Jenis-jenis Metafora
Berdasarkan cara perbandingan dan objek yang dijadikan
perumpamaan, maka konsep metafora dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu Intangible Metaphor (metafora abstrak), Tangible Metaphors
(metafora konkrit) dan Combined Metaphors (metafora kombinasi). Berikut
penjelasan masing-masing jenis metafora tersebut :
29
3. Combined Metaphors (metafora kombinasi)
Combined methafors adalah metafora kombinasi yang
merupakan penggabungan metafora abstrak dan metafora konkrit.
Metafora kombinasi membandingkan suatu objek visual dengan
benda lain serta mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek
acuannya. Objek tersebut digunakan sebagai acuan kreativitas dalam
perancangan.
2. Geometri Kerangka.
Merupakan panjang, lebar dan tinggi. Dimensi ini menentukan proporsinya,
adapun skalanya ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-
bentuk lain disekelilingnya.
Sketsa :
30
Dilihat dari kematraan geometri (Francis D. K. Ching, 1996 : 54) terdapat
dua macam, yaitu :
1. Geometri Planar (lingkaran, bujur sangkar dan segi tiga); merupakan
bentuk dasar yang belum dikembangkan seperti pada contoh berikut.
a. Lingkaran, yaitu sederetan titik–titik yang disusun dengan jarak sama
dan seimbang terhadap sebuah titik.
Sketsa :
b. SegiTiga, yaitu sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi
dan mempunyai tiga buah sudut.
Sketsa :
c. Bujur Sangkar, yaitu sebuah bidang yang mempunyai empat buah sisi
yang sama panjang dan empat buah sudut yang sama, yaitu 90 0.
Sketsa :
31
a. Teknik Rotasi (perputaran);
Sketsa :
c. Teknik Pengubahan;
Adanya tarikan antara ruang atau kedua bentuk relatif berdekatan satu
dengan yang lain (memiliki kesamaan visual seperti : wujud, bahan material atau
warna).
Sketsa :
Pertemuan antara sisi, dua buah bentuk memiliki satu sisi bersama dan
dapat berporos pada sisi tersebut.
Sketsa :
32
Bentuk – bentuk dengan penambahan menurut sifat alamiah pada hubungan
yang muncul diantara komponen-komponennya maupun konfigurasi keseluruhan
adalah :
a. Bentuk Terpusat (Francis D. K. Ching, 1996:74);
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari bentuk dominan yang
berada di tengah-tengah.
Sketsa :
33
Subtractive Form ( Penggunaan Bentuk )
a. Bentuk-bentuk beraturan yang sebagian hilang dari volumebentuk-
bentuk terpotong, bentuk-bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas
sebenarnya jika kita menganggapnya seakan bentuk-bentuk tersebut utuh dan
lengkap.
Sketsa :
c. Keraguan atas identitas bentuk asli akan timbul jika sabagian bentuk
tersebut dihilangkan dari volume dasar dengan merusak sisinya dan secara drastis
merubah profilnya.
Sketsa :
34
BAB III
TINJAUAN LOKASI
3.1.1 Administratif
Perencanaan dan perancangan “Pusat Seni dan Budaya” adalah berada di
Kota Kefamenanu, yang secara administratif Kota Kefamenanu merupakan
sebuah Kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota)
Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kota yang
biasa dipanggil dengan sebutan Kefa ini terletak di Lembah Bikomi, sehingga
tidak banyak sinyal dapat masuk ke kota ini. Luas kecamatan ini sekitar 74,00
km2 dengan jumlah penduduk tahun 2020 sebanyak 43.177 jiwa, dan kepadatan
penduduk 583 jiwa/km2.
Gambar 3.1. Peta Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kefamenanu
Sumber : SPPIP Kabupaten TTU
A. Wilayah Administrasi
i. Jumlah Kecamatan : 24 kecamatan, yakni : Biboki Anleu, Biboki Feotleu,
Biboki Moenleu, Biboki Selatan, Biboki Tan Pah, Biboki Utara, Bikomi
Nilulat, Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, Bikomi Utara, Insana, Insana Barat,
Insana Fafinesu, Insana Tengah, Insana Utara, Kota Kefamenanu, Miomaffo
35
Tengah, Miomaffo Barat, Miomaffo Timur, Musi, Mutis, Naibenu, Noemuti,
Noemuti Timur.
ii. Jumlah Kelurahan: 33 Kelurahan, yakni : Bitefa, Oesena, Eban, Sallu, Supun,
Up Faon, Fatumuti, Kiuola, Oenak, Nifuboke, Noemuti, Aplasi, Bansone,
Benpasi, Kefamenanu Selatan, Kefamenanu Tengah, Kefamenanu Utara,
Maubeli, Sasi, Tubuhue, Boronubaen, Boronubaen Timur, Ponu, Ainiut,
Bitauni, Fatoin, Manunain A, Nunmafo, Humusu C, Oelami, Tublopo,
Atmen, Maubesi.
36
Permukiman: Kepadatan sedang dan rendah
BWKIV Tubuhue Komersial: Perdagangan, Perkantoran,
4 (SubPusat Sebagian Perdagangan dan Jasa, Perdagangan
BWK) Sasi dan Perkantoran
Sebagian Pelayananumum: Kawasan
Naiola perkantoran Pemerintahan, Pendidikan,
kesehatan, peribadatan, Pemakaman
Ruang Terbuka Hijau : Hutan Kota,
Taman Kota
Hutan :Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Lindung:HutanLindung,Konservasi,
Sempadan Sungai
37
3.1.3 Fisik Dasar Kota Kefamenanu
1. Letak Geografis
Luas wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara ±2.669,70 km²
atau sekitar 5,6 % dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Secara geografis wilayah kabupaten ini terletak antara 9°01'06"–
9°39'41" Lintang Selatan dan antara 124°05'36"–124°51'14" Bujur
Timur.
2. Iklim
Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki iklim sabana tropis
(Aw). Hal ini ditandai dengan durasi musim penghujan yang sangat
singkat di wilayah ini serta durasi musim kemarau yang sangat
panjang (>7 bulan). Oleh karena wilayahnya yang berada di
ketinggian ±600 mdpl, rata-rata suhu tahunan di kabupaten ini
berkisar antara 22°C–26°C. Musim penghujan biasanya terjadi sejak
bulan Desember hingga bulan Maret dengan rata-rata curah hujan
per bulan di atas 150 mm per bulan dan musim kemarau biasanya
berlangsung sejak pekan pertama bulan April hingga bulan Oktober
dengan rata-rata curah hujan di bawah 100 mm per bulan. Curah
hujan tahunan di wilayah kabupaten ini berkisar antara 900–1600
milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan di bawah 140 hari
hujan per tahun, sehingga wilayahnya cukup gersang.
3. Hidrologi
Daerah yang kaya dengan sumber mata air terletak disebelah utara
Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan
Kecamatan Ambenu (wilayah negara Timor Leste). Sumber-sumber air
tersebut terletak di dataran yang agak tinggi. Hal ini memang
menguntungkan, karena air dari letak ketinggian tersebut dapat
dialirkan ke daerahdaerah yang lebih rendah. Namun sayangnya debit
air dari sumber-sumber tersebut tidak cukup besar, sehingga sumber air
tersebut hanya dimanfaatkan oleh daerah di sekitarnya yang
jangkauannya tidak terlalu luas.
Selain sumber-sumber mata air tersebut, ternyata Kabupaten
Timor Tengah Utara juga banyak ditemukan aliran sungai yang
mengalirkan air sepanjang tahun, meskipun pada musim kemarau
debitnya menurun drastis. Sungai-sungai tersebut antara lain Noeltoko,
Nabesi, Taisola, Noel Muti, Haekto, Naen, Maubesi, Mena/Kaubele,
Ponu, dan beberapa anak sungai lainnya.
Daerah yang memiliki produksi air tanah sedang, secara sporadis
berada di sekitar pantai utara dan bagian tengah Kabupaten Timor
Tengah Utara. Di bagian utara kabupaten Timor Tengah Utara juga
terdapat potensi air tanah dalam. Sedangkan air dangkal pada umumnya
terdapat di daerah pelapukan. Daerah yang memiliki air tanah produktif
38
dalam penyebaran luas terdapat di bagian selatan dan sedikit di bagian
timur wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara dekat perbatasan dengan
Kabupaten Belu. Di bawah permukaan tanah dengan debit lebih dari 5
liter/detik. Selain itu, bagian selatan dan sedikit di bagian timur wilayah
kabupaten Timor Tengah Utara terdapat daerah yang memiliki potensi
air tanah pada celahan dan rekahan dengan debit yang kecil.
4. Topografi
Dipandang dari aspek topografis, sebanyak 177,60 km² (6,63%)
memiliki ketinggian kurang dari 100 meter di atas permukaan laut;
sementara 1.449,45 km² (56,17%) berketinggian 100 meter sampai
500 meter di atas permukaan laut dan sisanya 993,19 km² (37,20%)
adalah daerah dengan ketinggian di atas 500 meter di atas
permukaan laut.
Berdasarkan data topografi, wilayah ini berada pada
kemiringan kurang dari 400 dengan luas 2,065,19 km2 atau 77,4 %
dari luas wilayah Timor Tengah Utara; sedangkan sisanya 604,51
km² atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 400, wilayah
dengan kemiringan kurang dari 400 sebagian besar berada pada
ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut yakni
seluas 1676,51 km² atau 62,8 %. Dari 174 desa/kelurahan, terdapat 9
desa yang dikategorikan ke dalam desa pantai yakni desa Oepuah
(Biboki Selatan), Humusu C, dan Oesoko (Insana Utara) serta
Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu, Motadik, dan Ponu
(Biboki Anleu), sedangkan sisa 165 desa lainnya yang tersebar di 24
wilayah kecamatan yang ada merupakan desa/daerah bukan pantai.
Dilihat dari aspek rona fisik tanah, wilayah dengan kemiringan
kurang dari 40% meliputi areal seluas 2.065,19 km2 atau 77,4 %
dari luas wilayah Timor Tengah Utara, sedangkan sisanya 604,51
km2 atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 40 %. Wilayah
dengan kemiringan kurang dari 40% sebagian besar berada pada
ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut yakni
1676,51 km2 atau 62,8%.
39
(27,4 %); kedalaman 60-90 cm seluas 16.354 Ha (6,1 %) dan
kedalaman efektif di atas 90 cm dengan luas 142.099 Ha (53,2%).
Kemampuan dan daya tahan tanah yang rawan erosi seluas 105.226
Ha (39,4 %), dan sisanya 161.744 Ha (60,6 %) merupakan tanah
dengan struktur yang relatif stabil. Secara parsial tanah labil yang
rawan erosi terdapat pada tiga wilayah kecamatan yakni Miomaffo
barat 37.921 Ha, Biboki Selatan 28.538 Ha, dan Biboki Utara
28.538 Ha.
“Pusat Seni dan Budaya Dawan” merupakan salah satu kawasan yang tidak
terlepas dari pengunjung yang datang dengan berbagai tujuan, maka sudah
seharusnya pemilihan lokasi dapat terjangkau atau memudahkan bagi masyarakat
yang dilayaninya. Sehingga keadaannya sesuai dengan fungsinya bagi masyarakat
dapat tercapai.
Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi “Pusat
Seni dan Budaya Dawan” adalah sebagai berikut :
1.Letaknya dalam sebuah struktur wilayah kota, harus sesuai dengan rencana
perkembangan kota (Rencana Tata Ruang Kota, UU No. 24 tahun 1992
tentang Penataan Ruang Kota);dapat dicapai dengan kendaraan umum
maupun berjalan kaki;
2.Prioritas peruntukan sesuai dengan RDTRK Kefamenanu (2011-2031);
3.Pencapaian mudah dari bagian-bagian kota, baik dengan kendaraan umum
maupun kendaraan pribadi.
4.Tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang kota, seperti jaringan listrik, air
bersih, sistem drainase yang ada dalam site maupun kota;
5.Terciptanya pemandangan yang baik dari dalam tapak keluar tapak maupun
sebaliknya;
6.Tidak pada daerah padat, untuk keamanan terhadap bahaya kebakaran.
1. Lokasi
Lokasi berada pada, kelurahan Sasi, kecamatan kota Kefamenanu, Kota
Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, dengan batas-batas site, yaitu :
-Utara :
-Selatan :
-Barat :
-Timur :
Aksesbilitas dari lokasi ini cukup baik karena merupakan lintas jalur
transportasi utama pulau Timor dan senantiasa dilayani oleh angkutan umum
dengan intensitas tinggi.
40
2. Aspek Pendukung
1. Aspek Jarak
Jarak antara Pusat Kota ke Lokasi terpilih adalah; ± 6 Km.
2. Aspek Pencapaian
Lokasi ini dapat dicapai melalui jalan utama yakni jalan antar negara,
yang mudah di capai baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan
umum.
3. Aspek Lingkungan
41
BAB IV
METODOLOGI
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh dengan
melakukan STUDI PRESEDEN, yakni melakukan survey dan peninjauan langsung
pada lokasi (hasil observasi dan wawancara) untuk mendapatkan masukan yang
mendalam, dimana semuanya akan mendukung hasil penelitian dan objek
perencaan.
Data primer ini terdiri dari :
a. Data ukuran site, data jenis vegetasi dan kondisi topografi, geologi sehingga
menunjang analisa site dan kelayakan studi lokasi;
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung pada saat di
lokasi (data penunjang) yang didapat dari instansi-instansi terkait, perseorangan dan
literatur lainnya. Dengan kata lain data sekunder berupa data literatur (library
search), yang merupakan data hasil penelitian kepustakaan untuk mendapatkan
landasan teori yang relevan dengan kenyataan di lapangan dan topik perencanaan.
Data sekunder ini terdiri dari :
a. Data peraturan yang berlaku, kondisi pariwisata dan kesenian budaya, keadaan
sosial budaya masyarakat, peta kondisi wilayah seperti pola penggunaaan lahan,
jaringan utilitas, transportasi, dan jenis tanah;
42
4.1.1 Kebutuhan Data
43
Syarat arsitektur Perpustakaan Meminjam dengan Kebutuhan
bangunan Pusat Seni (library search), kriteria yang di struktur bangunan,
dan Budaya, guest buku-buku bahan terapkan pada Utilitas bangunan,
house, museum dan data arsitek perpustakaan yang programming
6 budaya/galeri dan (Neuvert). ada, membeli dan ruang dan luasan
bangunan teater. internet search. ruang.
44
4.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Obserfasi lapangan.
2. Wawancara
Wawancara tak berstruktur dilakukan oleh perencana (peneliti) sebagai
instrument penelitian dimana wawancara ini dilakukan guna mendapatkan
informasi tambahan yang dapat melengkapi dan mendukung data-data yang
didapat dari observasi lapangan.
3. Mendokumentasikan
Pengambilan dokumentasi berupa foto-foto, misalnya fasilitas yang telah
tersedia di lokasi maupun pengamatan secara langsung yang berhubungan
dengan keperluan perencanaan yang nantinya dipakai sebagai data, bahan
analisi yang menunjang perencanaan proyek.
45
4.3.2 Analisa Kulitatif
Melakukan analisa data-data yang ada dengan cara melihat hubungan sebab-
akibat dalam kaitannya dengan penciptaan suasana yang berhubungan dengan
sebuah pusat seni dan budaya sukuDawan yang direncanakan. Analisa ini
dikaitkan pada :
1. Kualitas penciptaan ruang, baik penghawaan, tingkat pencahayaan,
kenyamanan dekoratif, dan penyatuan fungsi antar ruang;
2. Hubungan organisasi antar fungsi ruang yang diprioritaskan pada jenis
pemakai, aktifitas dan sifat ruang;
3. Estetis fasade yang dimetaforakan sesuai dengan fungsi (venustas).
46
BAB V
RENCANA PENELITIAN
Pembimbing 1
Nama : Ir. Richardus Daton, MT
Jabatan : Kepala Studio Tugas Akhir
Hubungan Kerja : Pembimbing 1
Alamat : Fakultas Teknik Arsitektur Unwira
47
Pembimbing 2
Nama : Budhi B. Lily, ST. MT
Jabatan : Dosen tetap Teknik Arsitektur
Hubungan Kerja : Pembimbing 1
Alamat : Fakultas Teknik Arsitektur Unwira
3.3.2 Penulis/Peneliti
Nama : Emilius M. Tjung
Nomor Regis : 221 15 052
Jabatan : Mahasiswa
Fakultas/Prodi :Teknik/Teknik Arsitektur
Semester : XII
Alamat : Penfui
48