Anda di halaman 1dari 503

Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

Kabupaten Timor Tengah Utara

Laporan akhir ini merupakan laporan pertama dari kegiatan Penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Timor
Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun tujuan dari kegiatan penyusunan
Laporan akhir ini antara lain membantu Kabupaten Timor Tengah Utara dalam
penyediaan strategi yang komprehensif untuk mengembangkan kota dengan menekankan
kepada strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang memenuhi
kaidah perencanaan dan terintegrasi dengan sistem perkotaan, sehingga dapat menjamin
keberlanjutan kegiatan pembangunan kawasan Perkotaan, selain itu juga memberikan
pendampingan bagi perangkat perencana dan pelaksana pembangunan di daerah dalam
menyusun strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, yang
terintegrasi dengan sektor pembangunan lain sesuai dengan peran, fungsi dan kontribusi
yang diharapkan dalam mencapai tujuan pembangunan kawasan perkotaan.

Secara substansial Laporan akhir ini terbagi dalam 10 bagian utama, yaitu Pendahuluan,
Kajian Kebijakan, Gambaran Umum TTU, Gambaran Umum Kawasan Perencanaan,
Identifikasi Potenis Dan Permasalahan Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur
Perkotaan Kab. TTU, Analisis Kawasan Prioritas Permukiman Perkotaan TTU, Analisis
Kebutuhan Pembangunan Permukiman Dan Inrastruktur Perkotaan TTU, Perumusan
Tujuan, Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan
TTU, Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Dan Analisis Korelasi Pengembangan
Terhadap Kebutuhan Infrastruktur, Program Strategi Pengembangan Permukiman
Infrastruktur Perkotaan.

.Atas terselesaikannya Buku Laporan akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, baik dari pihak internal pelaksana pekerjaan maupun
dari pihak eksternal pemilik pekerjaan yang telah meluangkan waktunya memberikan
masukan dan beberapa data awal dalam penyusunan buku ini.

Semarang, 2012

Tim Penyusun

Kata Pengantar |i
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi ...................................................................................................................ii
Daftar Tabel..............................................................................................................vi
Daftar Gambar ..........................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1-1
1.2. Maksud, Tujuan, Dan Sasaran .........................................................................1-3
2.2.1. Maksud.................................................................................................1-3
2.2.2. Tujuan ..................................................................................................1-3
2.2.3. Sasaran ................................................................................................1-3
1.3. Ruang Lingkup .........1-5
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah........................................................................1-5
1.3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ......................................................................1-8
1.3.3. Ruang Lingkup Materi...........................................................................1-9
1.4. Dasar Hukum ...................................................................................................1-10
1.5. Sistematika Pembahasan.................................................................................1-13

BAB II REVIEW KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN & INFRASTRUKTUR


PERKOTAAN KAB. TTU
2.1. Kebijakan Dan Srategi Nasional Pembangunan Perumahan
Dan Permukiman .............................................................................................2-1
2.1.1. Visi dan Misi Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman..............2-1
2.1.2. Kebijakan dan Strategi..........................................................................2-5
2.2. Kebijakan Pembangunan Dan Kebijakan Penataan Ruang
Kab. TTU..........................................................................................................2-16
2.2.1. RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020................................2-16
2.2.2. Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan dalam RPJP Kabupaten Timor Tengah Utara,

ii
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tahun 2005-2025 .................................................................................2-25


2.2.3. Kebijakan Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan dalam RPJMD 2011-2015,
Kabupaten Timor Tengah Utara ...........................................................2-35
2.2.4. Kebijakan Infrastruktur dan Permukiman Kota Kefamenanu
Menurut RTRW Kabupaten Timor Tengah Utara,
Tahun 2008-2028 .................................................................................2-39
2.2.5. Kebijakan Infrastruktur dan Permukiman Kota Kefamenanu
Menurut RDTR Kota Kefamenanu, Tahun 2008-2028 ..........................2-71
2.3. Kebijakan Sektoral Tentang Permukiman Dan Infrastruktur
Kab. TTU..........................................................................................................2-104
2.3.1. Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Menurut Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten TTU, 2013-2016 .................................................................2-104

BAB III PERMASALAHAN & RUMUSAN KAWASAN PRIORITAS KAB. TTU


IDENTIFIKASI POTENSI
3.1. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan...................................................... 3-1
3.2.1 Konstelasi dan Letak geografis............................................................ 3-9
3.2.2 Kondisi Fisik ........................................................................................ 3-5
3.2.3 Kondisi Kependudukan........................................................................ 3-6
3.2.4 Kondisi Perumahan dan Permukiman ................................................. 3-7
3.2.5 Kondisi Sarana Perkotaan Kefamenanu.............................................. 3-12
3.2.6 Kondisi Prasarana Perkotaan Kefamenanu ......................................... 3-14
3.2. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara.......................... 3-32
3.1.1 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu ............................................ 3-32
3.1.2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Kawasan Wini........................................................... 3-58
3.3. Analisis Kawasan Prioritas Permukiman Perkotaan TTU ................................ 3-62
3.1.3 Analisis Kebijakan Kawasan Strategis Kabupaten TTU ....................... 3-62
3.1.4 Analisis Kriteria Penentuan Kawasan Prioritas Skala Kabupaten TTU 3-63

iii
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

BABA IV KAWASAN PRIORITAS PERMUKIMAN PERKOTAAN TTU


4.1. Analisis Kawasan Prioritas Permukiman Perkotaan TTU ................................ 4-1
4.1.1. Perumusan Kriteria Dan Indikator Kawasan Prioritas Pembangunan
Permukiman Dan Infrastruktur Kota Kefamenanu................................ 4-1
4.1.2. Identifikasi Kawasan Prioritas Pembangunan Permukiman Dan
Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu ................................................... 4-13
4.1.3. Kawasan Prioritas Terpilih Strategi Pembangunan Permukiman Dan
Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu ................................................... 4-24

BAB V PERUMUSAN TUJUAN & KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN &


INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
5.1. Visi Dan Misi RPJPD Kabupaten Timor Tengah Utara2005 - 2025 ............ 5-1
5.2. Visi Dan Misi RPJMD Kabupaten Timor Tengah Utara 2011-2015............... 5-2
5.3. Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam RTRW
Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2008-2028 ...................................... 5-3
5.4. Tujuan Penataan Ruang Kota Kefamenanu Dalam RDTR Kota Kefamenanu
Tahun 2008-2028......................................................................................... 5-4
5.5. Tujuan Dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur
Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara .................................................. 5-9
5.6. Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara ................................................................... 5-10
5.6.1. Identifikasi Kebutuhan Strategi Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara .................... 5-10
5.6.2. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kabupaten Timor Tengah Utara................................................ 5-20
5.6.3. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastrukutr Perkotaan
Skala Kawasan Prioritas..................................................................... 5-21

BAB VI ANALISIS KEBUTUHAN PEBANGUNAN PERMUKIMAN & INFRASTRUKTUR


PERKOTAAN TTU
6.1. Identifikasi Permasalahan Dan Kajian Keselarasan Kebijakan Dan Strategi
Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan TTU ..................... 6-1
6.2. Analisis Permasalahan Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur
Perkotaan TTU ............................................................................................... 6-5

6.2.1. Analisis Pembangunan PermukimanKabupaten TTU .......................... 6-5


6.2.1.1. AnalisisPotensi Pembangunan Perumahandan

iv
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PermukimanKabupaten TTU ................................................. 6-9


6.2.1.2. AnalisisPermasalahanPerumahandanPermukiman
Kabupaten TTU ..................................................................... 6-10
6.2.2. AnalisisPelayananTransportasi ........................................................... 6-10
6.2.3. Analisis Pembangunan InfrastrukturPerkotaanKefamenanu
dan Kota Wini...................................................................................... 6-13
6.2.3.1. Analisis Pembangunan InfrastrukturPerkotaanKefamenanu .. 6-13
6.2.3.2. Analisis Pembangunan Infrastrktur Perkotaan Wini ............... 6-52

BAB VII STRATEGI & PROGRAM PEMBANGUNGAN PERMUKIMAN &


INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN TTU
7.1. Identifikasi Implikasi Dampak Strategi Dan Analisis Korelasi Pengembangan
Terhadap Kebutuhan Infrastruktur Pendukung ............................................... 7-1
7.2. Dampak Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan ....................................................................................................... 7-13
7.3. Program Strategis Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan .. 7-38

v
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.1. Sistem Pengembangan Kota-Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur ...2-21
Tabel II.2. Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Sampai Tahun 2020 ........................2-23

Tabel II.3. Rekapitulasi Isu-Isu Strategis RPJPD Kabupaten TTU (2005-2025)....2-26


Tabel II.4. Sasaran Pokok Pembangunan Kabupaten Timor Tengah Utara

Tahun 2005-2025 .................................................................................2-32

Tabel II.5. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan di kabupaten Timor Tengah Utara .......2-42
Tabel II.6. Lingkup Pelayanan dan Pengaruh Pusat-Pusat Pelayanan di

Kabupaten Timor Tengah Utara ...........................................................2-42

Tabel II.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Timor Tengah UtaraTahun 2001 – 20062-62
Tabel II.8. Jumlah Proyeksi Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara
Tahun 2008 – 2013 ..............................................................................2-63
Tabel II.9. Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara per
Kecamatan Tahun 2013 .......................................................................2-64
Tabel II.10. Luas Lahan Perkampungan Tiap Kecamatan
di Kabupaten Timor Tengah Utara........................................................2-66
Tabel II.11. Jumlah Rumah tiap Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara......2-67
Tabel II.12. Identifikasi Program Pembangunan Kabupaten TTU ............................2-67
Tabel II.13. Long List Kebutuhan Pembangunan Prasarana....................................2-70
Tabel II.14. Rencana Tata Jenjang Pusat-Pusat Kegiatan Kawasan
Kota Kefamenanu.................................................................................2-75
Tabel II.15. Proyeksi Penduduk di Distribusi Setiap Blok di Kawasan Perencanaan
Kota Kefamenanu tahun 2008-2013 .....................................................2-76
Tabel II.16. Rencana Kepadatan Penduduk Kawasan Perencanaan Setiap Blok
di Kota Kefamenanu tahun 2013 ..........................................................2-76
Tabel II.17. Pembagian Wilayah Kota secara Fungsi dan Administrasi ...................2-78

vi
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.18. Pembagian Wilayah kota dan Blok Lingkungan Kota Kefamenanu .......2-79
Tabel II.19. Rencana Intensitas Bangunan (KDB dan KLB) dan
Daya Tampung Ruang (jiwa/ha) di Kota Kefamemanu .........................2-84
Tabel II.20. Rekapitulasi Rencana Pemanfaatan Ruang di Tiap Blok Kawasan
Kota Kefamenan...................................................................................2-87
Tabel II.21. Rekapitulasi Kawasan Konservasi dan Budaya di Kota Kefamenanu ...2-88
Tabel II.22. Rencana Penetapan Dimensi Ruas Jalan Menurut Fungsinya di
Kota Kefamenanu.................................................................................2-91
Tabel II.23. Kebutuhan Listrik Kota Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara ..2-95
Tabel II.24. Rencana Kebutuhan Air Bersih Kota Kefamenanu ...............................2-96
Tabel II.25. Rencana Timbulan Air Kotor dan Tinja di Kota Kefamenanu ................2-101
Tabel II.26. Rencana Timbulan Sampah Kota Kefamenanu ....................................2-102
Tabel II.27. Review Kebijakan Rencana Pembangunan Kab. TTU ..........................2-107
Tabel II.28. Review Kebijakan Rencana Spasial Kab. TTU .....................................2-112
Tabel II.29. Matriks Kajian Keselarasan Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kab. TTU .............................2-122

Tabel III.1. Luas Wilayah Kelurahan di Kota Kefamenanu..................................... 3-2


Tabel III.2. Luas Keluarahan kawasan Pengembangan Strategis
Kelurahan Humusu C, Kaubele dan Ponu ........................................... 3-3
Tabel III.3. Jumlah Penduduk kawasan Pengembangan Strategis
Kelurahan Humusu C, Kaubele dan Ponu ........................................... 3-6
Tabel III.4. Fasilitas Pendidikan Kota Kefamenanu, Wini, Ponu dan Eban
Kabupaten Timor Tengah Utara 2006-2010 ........................................ 3-12
Tabel III.5. Fasilitas Kesehatan Kota Kefamenanu, Wini, Ponu dan Eban
Kabupaten Timor Tengah Utara 2006-2010 ........................................ 3-12
Tabel III.6. Fasilitas Peribadatan Kota Kefamenanu, Wini, Ponu dan Eban
Kabupaten Timor Tengah Utara 2006-2010 ........................................ 3-13
Tabel III.7. Fasilitas Perekonomian, Perdagangan (Pasar) Kota Kefamenanu, Wini,
Ponu dan Eban .................................................................................. 3-13
Tabel III.8. Kondisi Prasarana Jalan Kota Kefamenanu Tahun 2011..................... 3-14
Tabel III.9. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di
Kabupaten TTU, Tahun 2006-2010 ..................................................... 3-22
Tabel III.10. Jenis, Komposisi dan Volume SAmpah di
Kota Kefamenanu tahun 2007 ............................................................. 3-24
Tabel III.11. Jumlah Perwadahan SAmpah menurut Sistem dan
Daerah Pelayanan di Kota Kefamenanu Tahun 2007.......................... 3-24

vii
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel III.12. Ketersediaan Daya Listrik di Kabupaten TTU Tahun 2006-2009 ......... 3-28
Tabel III.13. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik
di Kabupaten TTU Tahun 2006-2010 .................................................. 3-29
Tabel III.14. Potensi, Masalah, Peluang Dan Tantangan Pengambangan
Permukiman Dan Infrastruktur Di Kefamenanu ................................... 3-32
Tabel III.15. Potensi, Masalah, Peluang Dan Tantangan Pengambangan
Permukiman Dan Infrastruktur Di Perkotaan Kefamenanu
Skala Kelurahan.................................................................................. 3-37
Tabel III.16. Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Pendukung
Kawasan Perkotaan Wini dan Eban
Tabel IV.1. Sintesa Teori Indikator......................................................................... 4-2
Tabel IV.2. Kriteria Dan IndikatorKawasanPrioritas Pembangunan Permukiman
Dan InfrastrukturPerkotaanKefamenanu ............................................. 4-5
Tabel IV.3. PenilaianKrietriadanIndikatorKawasanPemukimanPerkotaan
Kefamenanu........................................................................................ 4-14
Tabel IV.4. KawasanPrioritas Pembangunan KawasanPermukiman
diPerkotaan ......................................................................................... 4-22

Tabel V.1. Kebijakan, Strategi dan ProgramPembangunan Permukiman dan


Infrastruktur Perkotaansesuai RDTR Kota Kefamenanu
Tahun 2008-2028 ................................................................................ 5-5
Tabel V.2. Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur
Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara ......................................... 5-9
Tabel V.3. Matrik Analisis SWOT Pembangunan Kabupaten TTU
Bidang Permukiman ........................................................................... 5-11
Tabel V.4. Matrik Analisis SWOT Pembangunan Perkotaan TTU
Bidang Infrastruktur ............................................................................. 5-13
Tabel V.5. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kabupaten TTU ......................................................................... 5-20
Tabel V.6. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara ............................... 5-28
Tabel V.7. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas KM 6 – KM 9 ................................................ 5-31
Tabel V.8. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Bansone....................................................... 5-37
Tabel V.9. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Kota Lama.................................................... 5-34

viii
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel V.10. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)


Skala Kawasan Prioritas Taekas ......................................................... 5-40
Tabel VI.1. Matriks Keselarasan Antar Kebijakan dan Program
Bidang Permukiman ............................................................................ 6-2
Tabel VI.2. Matriks Keselarasan Antar Kebijakan dan Program
Bidang Infrastruktur ............................................................................. 6-3
Tabel VI.3. PermasalahanPembangunanPermukimanKabupaten TTU ................. 6-10
Tabel VI.4. AnalisisBidangJalanLingkungan .......................................................... 6-12
Tabel VI.5. PerhitunganTimbulanSampahdan Kebutuhan Prasarana Persampahan
Kota KefamenanuTahun 2008-2028.................................................... 6-14
Tabel VI.6. Jenis, Komposisi, dan Volume Sampah di
Kota KefamenanuTahun 2007............................................................. 6-14
Tabel VI.7. Cakupandan Tingkat Pelayanan Persampahan
Kota KefamenanuTahun 2012............................................................. 6-16
Tabel VI.8. Peningkatan Pelayanan Persampahan Kota Kefamenenu ................. 6-18
Tabel VI.9. Jumlah Pewadahan Sampah di Kota Kefamenanu Tahun 2007 .......... 6-19
Tabel VI.10. Analisis Pengelolaan Persampahan di Tingkat Sumber
Kota Kefamenanu................................................................................ 6-20
Tabel VI.11. Analisis Pengumpulan Persampahan Kota Kefamenanu..................... 6-21
Tabel VI.12. Analisis Sub Sistem Pemindahan Persampahan................................. 6-22
Tabel VI.13. Analisis Sub Sistem Pengangkutan Persampahan .............................. 6-23
Tabel VI.14. Analisis Manajemen Persampahan Kota Kefamenanu Tahun 2012 .... 6-25
Tabel VI.15. Analisis Pembiayaan Persampahan .................................................... 6-28
Tabel VI.16. Analisis Peraturan dan Hukum Bidang Persampahan ......................... 6-30
Tabel VI.17. Analisis Bidang Drainase..................................................................... 6-39
Tabel VI.18. Analisis BBidang Air Limbah ............................................................... 6-44
Tabel VI.19. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kota TTU
Tahun 2006-2009 ................................................................................ 6-46
Tabel VI.20. Analisis Bidang Air Minum................................................................... 6-48
Tabel VI.21. Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Pendukung
Kawasan Perkotaan ............................................................................ 6-50
Tabel VI.22. Perhitungan Timbulan SAmpah dan Kebutuhan Prasarana Persampahan
Kota Wini Tahun 2008-2028................................................................ 6-53
Tabel VI.23. Jenis, Komposisi dan Volume Sampah di Kota Wini Tahun 2007........ 6-54
Tabel VI.24. Peningkatan Pelayanan Persampahan Kota Kefamenanu .................. 6-56
Tabel VI.25. Analisis Pengolahan Persampahan di Tingkat Sumber Kota Wini ....... 6-58

ix
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VI.26. Analisis Pegumpulan Persampahan Kota Wini.................................... 6-59


Tabel VI.27. Analisis Sub Sitem Pemindahan Persampahan................................... 6-61
Tabel VI.28. Analisis SSub Sistem Pengangkutan Persampahan............................ 6-62
Tabel VI.29. Persentase Rumah Tangga Menurut Air Minum di Kabupaten TTU
Tahun 2006-2009 ................................................................................ 6-75
Tabel VII.1. Matrik Analisis Korelasi Strategi Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan Dalam Skema Manajemen Pembangunan
Perkotaan Kab. TTU ............................................................................ 7-2
Tabel VII.2. Matriks Analisis Konsekuensi Atau Implikasi Penerapan Strategi
Pembangunan KAbupaten TTU........................................................... 7-7
Tabel VII.3. Matrik Dampak Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan Kabupaten TTU .............................................. 7-14
Tabel VII.4. Matrik Dampak Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Kawasan Strategis Pantai Utara (Pantura) Wini-Ponu ..... 7-211
Tabel VII.5. Matrik Dampak Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Kawasan KM 6- KM 9 ...................................................... 7-26
Tabel VII.6. Matrik Dampak Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Kawasan Kota Lama........................................................ 7-29
Tabel VII.7. Matrik Dampak Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Kawasan Banzone ........................................................... 7-32
Tabel VII.8. Matrik Dampak Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Kota Lama ....................................................................... 7-35
Tabel VII.9. Strategi & Program Pembangunan & Permukiman Perkotaan (SPPIP)
Kab. TTU ............................................................................................. 7-41
Tabel VII.10. Strategi & Program Pembangunan & Permukiman Perkotaan (SPPIP)
Kawasan Pantai Utara (Pantura) Wini-Ponu........................................ 7-46
Tabel VII.11. Strategi & Program Pembangunan & Permukiman Perkotaan (SPPIP)
Kawasan KM 6- KM 9.......................................................................... 7-50
Tabel VII.12. Strategi & Program Pembangunan & Permukiman Perkotaan (SPPIP)
Kawasan Kota Lama ........................................................................... 7-53
Tabel VII.13. Strategi & Program Pembangunan & Permukiman Perkotaan (SPPIP)
Kawasan Banzone .............................................................................. 7-55
Tabel VII.14. Strategi & Program Pembangunan & Permukiman Perkotaan (SPPIP)
Kawasan Takeas................................................................................. 7-57

x
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten Timor Tengah Utara.............................. 1-6


Gambar 1.2. Peta Administrasi Kota Kefamenanu ................................................... 1-7
Gambar 2.1. Triple Track Strategy ........................................................................... 2-5
Gambar 2.2. Peran Infrastruktur ke-PU-an dan Permukiman dalam
Pembangunan Nasional ...................................................................... 2-6

Gambar 3.1. Orientasi Kawasan Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara........... 3-4
Gambar 3.2 Sebaran Permukiman Perkotaan Kefamenanu.................................... 3-10
Gambar 3.3 Orientasi Kawasan Perkotaan Wini-Ponu terhadap
Kabupaten Timor Tengah Utara .......................................................... 3-11
Gambar 3.4. Ilustrasi Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan ................................ 3-23

Gambar 3.5. Peta Arahan Kebijakan dan Pengembangan Kabupaten TTU ............ 3-66
Gambar 3.6. Peta Arah Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman
Perkotaan Kabupaten TTU.................................................................. 3-67
Gambar 3.7. Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kabupaten TTU ........................ 3-68
Gambar 3.8. Peta Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas Kabupaten TTU .......... 3-69

Gambar 4.1. Peta Kawasan Prioritas Pembangunan Permukiman & Infrastuktur


Perkotaan Kefamenanu....................................................................... 4-23
Gambar 4.2. Peta Kawasan Prioritas I Kawasan KM 9 ........................................... 4-32
Gambar 4.3. Peta Kawasan Prioritas I Kawasan KM 9 ........................................... 4-33
Gambar 4.4. Peta Kawasan Prioritas II Kawasan Kota Lama................................... 4-40
Gambar 4.5. Peta Kawasan Prioritas III Kawasan Bansone..................................... 4-47
Gambar 4.6. Peta Kawasan Prioritas IV Kawasan Taekas....................................... 4-54
Gambar 4.7. Peta Kawasan Prioritas IV Kawasan Taekas....................................... 4-55
Gambar 5.1. Peta Strategi Skala Perkotaan Kefamenanu........................................ 5-30
Gambar 5.2. Peta Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

xi
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Skala Kawasan Prioritas KM 6 – KM 9 ................................................ 5-33

Gambar 5.3. Peta Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan


(SPPIP) Skala Kawasan Prioritas Kota Lama..................................... 5-36
Gambar 5.4. Peta Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP) Skala Kawasan Prioritas Bansone ......................................... 5-39
Gambar 5.5. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Taekas ......................................................... 5-42
Gambar 6.1. Grafik KomposisiSampah Kota Kefamenanu 2008 .............................. 6-15
Gambar 7.1. Bagan Alir Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan ........................................................................ 7-40

xii
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

1.1 LATAR BELAKANG


Daya tarik aktivitas perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi akan
selalu menarik pergerakan penduduk dari kawasan sekitarnya maupun kawasan
perdesaan untuk berpindah dan beraktivitas di kawasan perkotaan. Sejumlah kajian
memperkirakan jumlah penduduk perkotaan pada akhir 2025 akan mencapai
mendekati 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Keadaan ini akan diikuti oleh
meningkatnya kebutuhan akan permukiman dan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Akibat dari peningkatan pertumbuhan penduduk dan aktivitas di perkotaan akan


memicu bertambahnya luas kawasan perkotaan secara menerus dan akan
menekan ruang penyangga maupun ruang produktif di kawasan perdesaan.
Fenomena perubahan tersebut akan mengubah karakter kawasan non permukiman
menjadi kawasan permukiman perkotaan yang cenderung tidak terkontrol dan akan
membebani daya dukung kawasan bersangkutan. Keadaan tersebut belum dapat
diimbangi oleh kemampuan pemerintah menyediakan jaringan infrastruktur
pelayanan perkotaan.

Terjadinya perkembangan aktivitas dan pergerakan penduduk di perkotaan yang


tidak diimbangi dengan penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang terencana
dan terintegrasi semakin memicu meningkatnya permasalahan perkotaan, terutama
pada kawasan permukiman dengan tidak tepenuhinya standar pelayanan minimal.

UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan bahwa pemerintah


kota/ kabupaten mempunyai tugas melaksanaan pembinaan terhadap pemanfaatan
ruang sesuai dengan rencana tata ruangnya. Pemerintah Daerah kini dituntut untuk
dapat menyiapkan diri dengan instrumen yang integral dan komprehensif untuk
menghadapi tantangan tersebut. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk
menyusun sendiri Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) yang di dalamnya
diharapkan sudah tercantum strategi arahan kebijakan pemanfaatan ruang yang
terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.

Bab 1 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Untuk merealisasikan wujud ruang sebagaimana yang direncanakan dalam


dokumen RTRW, Pemerintah Daerah pun wajib memiliki dokumen pembangunan
baik jangka panjang maupun jangka menengah. Karenanya, adanya sinergisasi
antara perencanaan tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan
(development plan) sangat dituntut dalam rangka kemudahan implementasi
kegiatan.

Namun kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa pada pelaksanaan di lapangan,


khususnya dalam pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah,
antara lain:
 Belum tersedianya strategi khusus untuk pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan
perencanaan pembangunan kota secara keseluruhan.
 Tuntutan yang tinggi terhadap kebutuhan permukiman dan infrastruktur
perkotaan seringkali belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi
pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota.
 Masih seringnya terjadi tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan
persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat
operasional (kabupaten/kota).
 Kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
seringkali bersifat sesaat (responsif), sektoral, serta berorientasi pada
ketersediaan program atau proyek pendukung.
 Meskipun setiap kabupaten/kota telah menyusun dokumen Rencana Program
dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), namun belum terlihat strategi dan
kebijakan yang dijadikan sebagai landasan berpijak, dengan pihak-pihak mana
saja pemerintah dapat bekerja sama, bagaimana strategi pembiayaan
pembangunannya dan bagaimana pengorganisasian program terkait dengan
relasi fungsional dan strukturalnya.

Berdasarkan hal tersebut, perlu disiapkan strategi yang berskala kota dan
terintegrasi antar sektor pembangunan dengan pendekatan holistik yang
mensinergikan perencanaan spasial dan perencanaan pembangunan khususnya
dalam bidang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang
dinamakan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman
Perkotaan (SPPIP). Sehingga pada akhirnya strategi ini dapat menjadi acuan bagi
pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan,
yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan

Bab 1 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

secara akurat dan rasional. Selain sebagai acuan bagi pemerintah daerah,
dokumen SPPIP ini juga dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan lain
sebagai pelaksana pembangunan kota.

SPPIP merupakan kebijakan Direktorat Jendral Cipta Karya yang didanai melalui
APBN, sehingga SPPIP merupakan strategi pembangunan dengan program
investasi bidang Cipta Karya yang akan menjadi acuan bagi pengalokasian
dukungan tersebut selain dokumen RPIJM yang tentunya sudah mengacu pada
SPPIP yang sudah disusun.

Kota Kefamenanu merupakan salah salah satu kawasan strategis nasional (KSN)
yang mendapatkan prioritas dalam penyusunan SPPIP pada tahun 2012, mengingat
urgensi penanganan untuk berbagai permasalahan permukiman dan infrastruktur
perkotaan di Kota Kefamenanu. Sinkronisasi dan sinergitas kebijakan
pembangunan dan penataan ruang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan
SPPIP Kota Kefamenanu, agar penanganan permukiman dan infrastruktur
perkotaan sampai dengan 20 tahun mendatang tepat sasaran.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.2.1 Maksud

Tersedianya dokumen SPPIP bagi pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara,


sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaannya.

1.2.2 Tujuan

Terfasilitasinya pemangku kepentingan Kabupaten Timor Tengah Utara dalam


melaksanakan penyusunan dan menghasilkan dokumen Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) melalui proses diskusi untuk
mencapai kesepakatan strategi pembangunan yang terintegrasi dan
berkesinambungan sebagai acuan pembangunan kabupaten bersangkutan.

1.2.3 Sasaran

Untuk mencapak tujuan dari kegiatan penyusunan Strategi Pembangunan


Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Kefamenanu, maka dalam
pelaksanaanya harus dapat melalui beberapa sasaran sebagai berikut:

1. Tersosialisasikannya konsep penyelenggaraan pembangunan perkotaan dan


peran strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

Bab 1 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Terjadinya kerjasama yang berkesinambungan antara tim konsultan


pendamping, pokjanis, tim teknis Propinsi dan pihak satker melalui konsolidasi
persiapan pelaksanaan penyusunan SPPIP;

3. Terbangunnya pemahaman oleh semua pemangku kepentingan di Kabupaten


Timor Tengah Utara terhadap seluruh dokumen perencanaan yang dimiliki oleh
wilayahnya dan relasi fungsionalnya dengan dokumen perencanaan di level
makro di atasnya;

4. Teridentifikasikannya arah, tujuan dan sasaran pembangunan permukiman


dalam mendukung arah pembangunan perkotaan sebagai penerjemahan visi
dan misi Kabupaten Timor Tengah Utara, dengan memperhatikan
pertimbangan potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dimiliki
wilayah perkotaan;

5. Terjadinya penguatan kepedulian dan peningkatan kapasitas pemangku


kepentingan di Kabupaten Timor Tengah Utara dalam setiap proses yang dilalui
dalam penyusunan SPPIP;

6. Terbangunnya kesepakatan dan mufakat yang mengutamakan asas manfaat


dan kepentingan bersama dalam setiap proses penentuan kriteria, indikator dan
penetapan kawasan strategis yang menjadi prioritas penanganan;

7. Terjadinya interaksi dan keterlibatan komponen-komponen masyarakat dalam


proses penyusunan strategi dan program pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan melalui penyelenggaraan konsultasi publik;

8. Terwujudnya pemahaman yang baik oleh semua pemangku kepentingan di


Kabupaten Timor Tengah Utara tentang strategi pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan
kabupaten;

9. Terbangunnya koordinasi antar pemangku kepentingan kota dan propinsi,


tersusunnya sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan kota, sebagai
acuan pelaksanaan pembangunan yang optimal sesuai sumber daya dan
sumber dana yang dimiliki wilayah.

Bab 1 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Kabupaten Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) adalah salah satu Kabupaten
dari 5 (lima) Kabupaten/Kota yang ada di daratan Timor dan 20 Kabupaten/Kota di
Propinsi Nusa Tanggara Timur (NTT) dengan batas-batas wilayah administratif
sebagai beikut:
Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan

Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Ambenu-Republik


Demokratk Timor Lestei (RDTL) dan Laut Sawu

Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kupang dan


Timor Tengah Selatan

Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu.

Batasan kawasan perkotaan ditentukan berdasarkan kesepakatan pemangku


kepentingan dengan mempertimbangkan peran kota/kabupaten bersangkutan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara

Untuk lebih jelasnya peta administrasi yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut
ini.

Bab 1 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Sumber: Revisi RTRW Kab. TTU, 2007


Gambar 1.1
Peta Administrasi Kabupaten Timor Tengah Utara

Bab 1 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Pelaksanaan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur


Perkotaan Kefamenanu ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai
berikut:

1. Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses


penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen SPPIP (minimal
melibatkan tim tenaga ahli, pokjanis, tim teknis Propinsi, seluruh satker Propinsi
Bidang Cipta Karya, perwakilan koordinator Pusat/Koordinator Wilayah SPPIP);

2. Menyiapkan bahan bagi pemangku kepentingan untuk berperan aktif dalam


mengikuti sosialisasi penyusunan SPPIP yang akan dikoordinasikan oleh tim
pusat terkait kedudukan dan fungsi SPPIP dalam proses penyelenggaraan
pembangunan kota;

3. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan


daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan
dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah;

4. Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan,


serta potensi, permasalahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam
pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaannya;

5. Melaksanakan pra FGD bersama dengan tim teknis Propinsi, Satker terkait dan
pokjanis agar dapat tersedia bahan yang cukup matang untuk dibahas dan
mendapatkan masukan/ kesepakatan dalam FGD yang akan dilakukan;

6. Menghasilkan indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan


permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan;

7. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan tujuan


dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan berdasarkan visi dan misi
kota/kabupaten yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah daerah
terkait;

8. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan strategi


pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan;

9. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan:

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas

Bab 1 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Profil kawasan permukiman prioritas

10. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan :

 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan


infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen
pembangunan perkotaan.

 Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program


pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

 Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur


permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai
arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
jangka menengah.

 Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan


infrastruktur permukiman perkotaan.

11. Menyiapkan laporan kemajuan dan capaian dalam proses penyusunan SPPIP
sebagai bahan bagi pokjanis untuk pemaparan dan pembahasan capaian
kegiatan pada Kolokium SPPIP yang disampaikan pada kegiatan kolokium yang
akan dikoordinasikan oleh tim pusat;

12. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan konsultasi


publik untuk menjaring masukan terhadap rumusan strategi dan program
pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan;

13. Memfasilitasi Pokjanis dalam melaksanakan diseminasi hasil kesepakatan


perumusan SPPIP kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan
lainnya di kota/kabupaten bersangkutan.

Adapun tahapan kegiatan di dalam penyusunan Strategi Pembangunan


Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan adalah:

1. Sosialisasi, merupakan kegiatan yang akan dikoordinasikan Direktorat


Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, yang ditujukan
untuk melakukan penyamaan pemahaman kegiatan penyusunan SPPIP
Kota/Kab dengan melibatkan tim tenaga ahli konsultan, Satker PKP propinsi
yang bersangkutan, dan beberapa perwakilan pokjanis.

2. Konsolidasi, yang merupakan kegiatan awal antara tim konsultan dengan


semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana
kerja penyusunan dokumen SPPIP (minimal melibatkan tim tenaga ahli,

Bab 1 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

pokjanis, tim teknis provinsi, satker provinsi bidang Cipta Karya, perwakilan
koordinator Pusat/Koordinator Wilayah SPPIP & RPKPP). Kegiatan ini
dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Propinsi dan Ketua Tim Teknis Propinsi.

3. Pra FGD, merupakan kegiatan diskusi sebagai bagian dari penyiapan


penyelenggaraan FGD yang dilakukan bersama dengan tim teknis Propinsi,
Satker terkait dan pokjanis dalam menyediakan atau mengumpulkan bahan
yang cukup matang untuk dibahas dan mendapatkan masukan/kesepakatan
dalam FGD yang akan dilakukan.

4. FGD, merupakan kegiatan pertemuan dengan pemangku kepentingan untuk


menjaring masukan dan dilaksanakan sebanyak minimal 4 (empat) kali sesuai
dengan tahapan pelaksanaan dan target capaian, akan melibatkan minimal 15
orang pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya seluruh anggota tim
pokjanis maupun unsur lainnya atau masyarakat. Dalam penyelenggaraan FGD
dimungkinkan untuk mengundang nara sumber apabila diperlukan khususnya
dalam hal sinkronisasi dengan kebijakan nasional/ propinsi maupun isu
strategis nasional/propinsi.

5. Kolokium, merupakan kegiatan yang akan dikoordinasikan oleh Direktorat


Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, yang ditujukan
untuk melakukan penyamaan pencapaian dari kegiatan penyusunan SPPIP
Kota/Kab. Pihak Konsultan akan mengikuti kegiatan Kolokium dan melaporkan
kemajuan pencapaian kegiatan maupun hasil kesepakatan di daerah dalam
penyusunan SPPIP. Dengan melibatkan tim tenaga ahli konsultan, Satker PKP
provinsi yang bersangkutan, dan beberapa perwakilan dari pokjanis.

6. Konsultasi Publik, merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menjaring


masukan dan penyepakatan dengan seluruh pemangku kepentingan
pembangunan daerah. Kegiatan konsultasi publik dilakukan di kota/kabupaten
tempat dilakukannya penyusunan SPPIP, melibatkan minimal 40 orang.

7. Diseminasi, merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada akhir kegiatan dan


ditujukan untuk menginformasikan seluruh hasil kegiatan khususnya SPPIP dan
arahan Program yang telah disepakati, kepada dinas/instansi terkait dan
pemangku kepentingan lainnya yang akan terlibat dalam pembangunan
kota/kabupaten tersebut, minimal melibatkan 40 orang.

8. Diskusi Pembahasan, merupakan kegiatan pembahasan laporan pelaksanaan


kegiatan pada setiap tahapnya. Diskusi Pembahasan dilakukan bersama tim

Bab 1 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

teknis dari pemberi kerja (Satker). Diskusi pembahasan dilakukan untuk


pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, laporan akhir sementara
dan laporan akhir kepada tim teknis dari pemberi pekerjaan.

1.3.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman Infrastruktur


Perkotaan (SPPIP) adalah infrastruktur permukiman yang meliputi jaringan jalan,
drainase, persampahan, air bersih dan sanitasi. Secara substansi, materi yang
tercakup sebagai berikut:

2. Melakukan persiapan dan koordinasi tim dan menyepakati rencana kerja


termasuk di dalamnya penyiapan peta dasar dan pengumpulan data dan
informasi awal;

3. Identifikasi potensi dan permasalahan permukiman dan infrastruktur


perkotaan;

4. Melakukan kajian kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah


berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan
acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah;

5. Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan,


serta potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam
pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaan;

6. Merumuskan tujuan dan arah kebijakan pembangunan permukiman dan


infrastruktur perkotaan;

7. Merumuskan kriteria dan indikator penentuan kawasan prioritas serta


identifikasi mendalam kawasan prioritas;

8. Perumusan strategi program pembangunan permukiman dan infrastruktur


perkotaan, dengan melakukan analisis korelasi strategi pembangunan
permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema
manajemen pembangunan perkotaan;

9. Melakukan analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi dan


identifikasi dampak program pembangunan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan;

Bab 1 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

10. Merumuskan program pembangunan permukiman dan infrastruktur


permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan
investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka
menengah;

11. Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan


infrastruktur permukiman perkotaan.

1.4 DASAR HUKUM


Dasar hukum penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan Kefamenanu antara lain:

1. UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

2. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 69);

3. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);

4. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);

5. UU No. 38 Tahun 2005 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);

6. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548) sebagaiman telah diubah beberapa kali terakhir dengan
UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Bab 1 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

7. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahung
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);

8. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

9. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

10. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

11. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

12. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3833);

13. UU No. 9 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3469);

14. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung;

17. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1993 No. 60);

Bab 1 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

20. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai


Dampak Lingkungan;

21. Keppres No. 75/1993 Tentang Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional;

22. Keppres No. 8/1985 Tentang Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional;

23. Inpres No. 5/1990 Tentang Peremajaan Permukiman Rumah yang Berada Di
Atas Tanah Negara.

24. Kepmenperkim No. 09/KPTS/M/IX/1999 Tentang Pedoman Penyusunan


Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di
Daerah (RP4D);

25. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 tahun 1994 tentang Pola
Organisasi Tata Laksana Daerah;

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 1993 tentang Izin Mendirikan
Bangunan dan Undang - undang Gangguan bagi Perusahaan Industri;

27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana


Strategis Kementrian PU Tahim 2010-2014;

28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret


2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/2007 Tentang Pedoman


Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;

30. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/2007 Tentang Pedoman


Teknis Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;

31. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/ PRT/ M/2006 Tanggal 1
Desember 2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

32. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/ PRT/M/2006. Tanggal 1


Desember 2006, Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan;

33. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor: KEP-


11/MENLH/3/1994 tanggal 19 Maret 1994 tentang Jenis Usaha atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor: KEP-


12/MENLH/3/1994 tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan;

Bab 1 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

35. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor: KEP-


12/MENLH/3/1994 tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

36. Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor 19 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tmor Tengah Utara Tahun
2008-2028;

37. KSNPP Tahun 2002 Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman;

38. Pedoman Umum Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur


Perkotaan (SPPIP) Tahun 2012.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Sistematika pembahasan dalam Laporan Akhir Strategi Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu adalah:

Bab 1 PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penyusunan pekerjaan; maksud, tujuan dan sasaran;


ruang lingkup wilayah, ruang lingkup kegiatan, ruang lingkup materi; dasar
hukum, serta sistematika pembahasan.

Bab 2 KAJIAN KEBIJAKAN

Berisi Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perumahan dan


Permukiman; RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur; RPJMD Kabupaten
Timor Tengah Utara, RTRW Kabupaten Timor Tengah Utara, RDTR Kota
Kefamenanu, dan RPIJM Kabupaten Timor Tengah Utara.

Bab 3 GAMBARAN UMUM TTU

Berisi gambaran umum wilayah Kabupaten TTU meliputi kondisi fisik


geografis, kependudukan, guna lahan, perekonomian, permukiman serta
identifikasi infrastruktur permukiman.

Bab 1 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Bab 4 RUMUSAN KAWASAN PRIORITAS KAB. TTU DAN GAMBARAN UMUM


KAWASAN PERENCANAAN

Berisi Analisis Kawasan Prioritas Permukiman Perkotaan TTU: Analisis


Kebijakan Kawasan Strategis Kabupaten TTU, Analisis Kriteria Penentuan
Kawasan Prioritas Skala Kabupaten TTU dan Berisi gambaran umum
wilayah Perencanaan: Kefamenanu dan Wini meliputi kondisi fisik
geografis, kependudukan, guna lahan, perekonomian, permukiman serta
identifikasi infrastruktur permukiman.

Bab 5 ANALISIS KAWASAN PRIORITAS PERMUKIMAN PERKOTAAN


KABUPATEN TTU

Berisi perumusan kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan


permukiman dan infrastruktur perkotaan, identifikasi kawasan prioritas
pembangunan permukiman dan infrastruktur kota dam penentuan kawasan
prioritas.

Bab 6 ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN


INRASTRUKTUR PERKOTAAN TTU

Berisi mengenai identifikasi permasalahan dan kajian keselarasan


kebijakan dan inrfastruktur pengembangan permukiman dan infrastruktur
perkotaan TTU dan analisis kebutuhan penanganan.

Bab 7 PERUMUSAN TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN TTU

Berisi Identifikasi Kebutuhan Strategi Pembangunan Permukiman dan


Infrastruktur Perkotaan, Perumusan Konsep Strategi Penanganan
Kebutuhan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan TTU,
Identifikasi dan Kajian Peran dan Fungsi Pemerintah Pemangku
Kepentingan dalam Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan TTU.

Bab 8 IDENTIFIKASI IMPLIKASI DAMPAK STRATEGI DAN ANALISIS


KORELASI PENGEMBANGAN TERHADAP KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR

Berisi Analisis dampak dan implikasi strategi serta kebutuhan penanganan.

Bab 1 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Bab 9 PROGRAM STRATEGI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN


INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

Berisi mgenai strategi dan program skala Kabupaten dan skala kawasan.

Bab 1 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2.1 KEBIJAKAN DAN SRATEGI NASIONAL PEMBANGUNAN


PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
2.1.1. Visi dan Misi Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman

Sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional (RPJPN) 2005–2025, Visi Pembangunan Nasional tahun 2005–2025
adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam
mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan)
Misi yang dijabarkan ke dalam sasaran pokok berdasarkan tujuan
pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 yaitu mewujudkan bangsa
yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan
berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun1945.

Adapun tahapan dan skala prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap ke-2
(2010 – 2014) untuk bidang pekerjaan umum dan permukiman adalah:

1. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel
makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan
minimum di semua tingkatan pemerintahan.

2. Kesejahteraan rakyat terus meningkat yang ditunjukkan dari menurunnya


angka kemiskinan dan tingkat pengangguran, menurunnya kesenjangan
kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antardaerah,
dan dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial di luar
Jawa.

Bab 2 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Daya saing perekonomian meningkat antara lain melalui percepatan


pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara
pemerintah dan dunia usaha yang antara lain didukung oleh pengembangan
jaringan infrastruktur transportasi, pengembangan sumber daya air dan
pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman.

4. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan


sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ditandai
dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam
dan lingkungan hidup, menguatnya partisipasi aktif masyarakat; mantapnya
kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di
setiap tingkatan pemerintahan; dan yang didukung dengan meningkatnya
kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan
mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait
dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

Berdasarkan arah pembangunan jangka panjang tersebut, maka prioritas dan


fokus pembangunan infrastruktur ke-PU-an dan permukiman 2010–2014
ditetapkan sebagai berikut:

A. Prioritas Pembangunan

1. Pencapaian pembangunan yang berkelanjutan dan pelestarian fungsi


lingkungan hidup. Prioritas sebagai bagian dari upaya dan komitmen untuk
menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam
pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, dengan
berlandaskan pada prinsip-prinsip efisiensi dan kebertangungjawaban
dalam pemanfaatan seluruh sumberdaya yang langka, baik sumber daya
alam, manusia, maupun sumberdaya ekonomi.

2. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk peningkatan daya saing


perekonomian dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas.
Prioritas ini menekankan pentingnya pencapaian kondisi infrastruktur
Pekerjaan Umum dan permukiman yang memadai demi peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional melalui tersedianya infrastruktur yang
memadai dan mampu meningkatkan penyerapan dan penampungan jutaan
tenaga kerja.

Bab 2 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Peningkatan kesejahteraan dan penurunan kesenjangan kesejahteraan


antar kelompok masyarakat, dan antardaerah. Prioritas pembangunan ini
diarahkan bagi pemenuhan dan memperluas akses terhadap hak-hak
dasar yang terkait bidang Pekerjaam Umum dan permukiman seperti
perumahan, air bersih, sanitasi, permukiman dan lingkungan hidup yang
layak, serta percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendukung
pertumbuhan wilayah-wilayah strategis yang masih tertinggal, terpencil dan
kawasan perbatasan.

4. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat,


transparan, dan akuntabel yang ditandai dengan terpenuhinya Standar
Pelayanan Minimum (SPM) di semua tingkatan pemerintahan. Prioritas ini
ditujukan bagi upaya peningkatan kinerja pengelolaan bidang pekerjaan
umum dan permukiman yang memenuhi prinsip-prinsip good governance
dan mendorong pemerintah daerah untuk dapat memenuhi seluruh jenis
dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan permukiman
sesuai dengan kewajibannya.

B. Fokus Pembangunan

1. Integrasi Rencana Tata Ruang ke dalam dokumen perencanaan


pembangunan dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang. Fokus pembangunan ini ditujukan pada upaya agar
rencana tata ruang dijadikan sebagai acuan utama di dalam setiap
perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan di tingkat nasional
maupun daerah, serta mewujudkan keterpaduan pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang.
Upaya ini disertai dengan peningkatan pengawasan dan pengendalian dan
pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

2. Pengelolaan sumber daya air untuk peningkatkan ketersediaan air baku


bagi domestik, pertanian, dan industri secara berkelanjutan serta
mengurangi tingkat resiko akibat daya rusak air. Fokus pembangunan ini
ditujukan pada upaya menjaga dan meningkatkan ketahanan air yang
dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya air, pola distribusi sumber
daya air, dan pola pemanfaatan sumber daya air. Fokus pembangunan
juga ditujukan pada upaya peningkatan dukungan infrastruktur sumber

Bab 2 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

daya air, khususnya infrastruktur irigasi, mengingat masih tingginya


ketergantungan lahan pertanian pangan pada keandalan ketersediaan air
baku. Di samping itu fokus pembangunan juga ditujukan pada upaya
penyediaan air baku untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bagi
permukiman (perkotaan maupun domestik), khususnya penyediaan air
baku untuk air minum. Serta fokus pembangunan juga ditujukan untuk
mengendalikan tingkat resiko yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti
banjir, kekeringan, dan abrasi pantai.

3. Pengembangan jaringan infrastruktur transportasi jalan bagi peningkatan


kelancaran mobilitas barang dan manusia serta aksesibilitas wilayah.
Fokus pembangunan ini ditujukan pada upaya preservasi dengan
pemeliharaan jalan yang tepat waktu agar kondisi jalan semakin membaik,
yang selanjutnya dapat menurunkan biaya perbaikan jalan. Di sisi lain,
upaya peningkatan jumlah lajur kilometer, yang dilakukan melalui
pelebaran jalan, pembangunan jalan layang maupun underpass serta
pembangunan jalan baru, untuk memenuhi kebutuhan peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh peningkatan besaran
kendaraan kilometer dan tonase kilometer. Apabila peningkatan ekonomi
yang dicerminkan oleh besaran kendaraan kilometer dan tonase kilometer
mampu dipenuhi oleh peningkatan kapasitas jalan yang dicerminkan oleh
besaran lajur kilometer secara proporsional, maka kecepatan rata-rata
kendaraan akan meningkat, sehingga menurunkan biaya ekonomi yang
pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing nasional.

4. Pengembangan perumahan dan permukiman untuk peningkatan hunian


yang layak dan produktif. Fokus pembangunan ini ditujukan pada upaya
penambahan jumlah hunian (rumah) yang layak bagi masyarakat,
khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR); peningkatan
kualitas permukiman yang diindikasikan dengan terpenuhinya sarana dan
prasana permukiman yang memadai seperti air minum, air limbah, drainase
dan persampahan; serta upaya revitalisasi maupun penyediaan
infrastruktur permukiman di berbagai kawasan yang memiliki peran
strategis secara nasional.

Bab 2 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2.1.2. Kebijakan dan Strategi

1. Kebijakan Umum Pembangunan Infrastruktur ke-PU-an dan Permukiman

Pemerintah Indonesia telah merumuskan persetujuan baru pembangunan


ekonomi Indonesia yang secara prinsip memuat triple track strategy, yaitu:
berpihak pada pertumbuhan (pro-growth), berpihak pada terciptanya lapangan
kerja (pro-job), dan berpihak pada pengurangan masyarakat miskin (pro-poor).
Track pertama dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
mengutamakan ekspor dan investasi. Track kedua dilakukan dengan
menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja. Dan track ketiga,
dilakukan dengan merevitalisasi sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan
ekonomi perdesaan untuk mengurangi kemiskinan (secara diagramatis, triple
track strategy dapat dilihat pada Gambar 2.1.). Sejalan dengan prinsip tersebut,
maka peran pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan permukiman
dalam pembangunan nasional pada dasarnya sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Gambar 2.1.
Triple Track Strategy

Dukungan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan


masyarakat dilaksanakan melalui upaya-upaya terutama: (i) program-program
pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dalam rangka

Bab 2 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja; (ii) program-


program pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan
antarwilayah, dukungan terhadap kawasan perbatasan dan kawasan terpencil
serta terisolir; dan (iii) program-program pembangunan infrastruktur ke-PU-an
dan permukiman yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan
dukungan terhadap peningkatan kualitas lingkungan dilaksanakan melalui
upaya-upaya: (i) penerapan prinsip-prinsip green construction dalam
pelaksanaan seluruh pembangunan infrastruktur ke-PU-an dan permukiman; (ii)
mendorong pembangunan secara umum dan khususnya pembangunan
infrastruktur ke-PU-an dan permukiman yang berbasiskan penataan ruang; dan
(iii) pembangunan infrastruktur ke-PU-an dan permukiman dalam rangka
adaptasi terhadap perubahan iklim. Secara diagramatis, peran infrastruktur ke-
PU-an dan permukiman dalam pembangunan nasional dapat dilihat pada
Gambar 2.2. berikut ini.

Gambar 2.2.
Peran Infrastruktur ke-PU-an dan Permukiman dalam Pembangunan Nasional

Berdasarkan agenda, prioritas pembangunan dan arah kebijakan umum


Pembangunan Nasional, maka arah kebijakan umum pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang


Wilayah dan pembangunan berkelanjutan di kawasan strategis, tertinggal,
perbatasan, daerah terisolir untuk mengurangi kesenjangan wilayah,
daerah rawan bencana, serta meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan dan permukiman dan cakupan pelayanan dasar bidang

Bab 2 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

pekerjaan umum dan permukiman untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat


yang berkeadilan dan inklusif.

2. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang


Wilayah dan pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan keandalan
sistem di kawasan pusat produksi dan ketahanan pangan guna mendukung
daya saing dan mendorong industri konstruksi untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi yang berkualitas.

3. Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur melalui optimasi peran


pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk
mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip perbaikan tata
kelola pemerintahan, serta mendukung reformasi birokrasi dan
mewujudkan good governance.

2. Kebijakan Operasional

A. Kebijakan Penataan Ruang

1. Mempercepat penyelesaian peraturan perundang-undangan, standar,


pedoman dan manual bidang Penataan Ruang.

2. Mengefektifkan pembinaan dan pengawasan teknis dalam pelaksanaan


penataan ruang, termasuk dengan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan penataan ruang oleh Pemerintah Daerah sesuai
kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.

3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis


nasional yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur
wilayah dan implementasi program pembangunan daerah.

4. Mengembangkan prakarsa dan peran, serta meningkatkan rasa memiliki


(ownership) seluruh pemangku kepentingan dalam percepatan
penyelesaian produk pengaturan.

Bab 2 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

5. Mengembangkan kapasitas kelembagaan pusat dan daerah serta sinergi


dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan teknis pelaksanaan
penataan ruang.

6. Mendapatkan komitmen berbagai pemangku kepentingan termasuk


masyarakat dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.

7. Mengembangkan rencana terpadu pengembangan wilayah di berbagai


aras spasial, dengan penjurunya pembangunan infrastruktur pekerjaan
umum dan permukiman dan pembangunan daerah.

B. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Air

1. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan


keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir,
antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan
demand dan pengelolaan supply, serta antara pemenuhan kepentingan
jangka pendek dan kepentingan jangka panjang.

2. Konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi keseimbangan


antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya
untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.

3. Pola hubungan hulu-hilir akan terus dikembangkan agar tercapai pola


pengelolaan yang lebih berkeadilan serta rasionalisasi permintaan dan
penggunaan air melalui demand management.

4. Pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara


pemanfaatan air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama
untuk menciptakan sinergi dan menjaga keberlanjutan ketersediaan air
tanah.

5. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi


difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah
dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi
yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan
pemeliharaan. Upaya peningkatan fungsi jaringan dilakukan hanya pada

Bab 2 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

areal yang ketersediaan airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah


siap, dengan prioritas areal irigasi di luar Pulau Jawa.

6. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku


diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama
di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.

7. Pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku akan


dikendalikan dan sejalan dengan itu akan dilakukan upaya peningkatan
penyediaan air baku dan air permukaan.

8. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir


mengutamakan pendekatan non-konstruksi melalui konservasi
sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan
memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah.

9. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah


perbatasan, pulau-pulau kecil serta pusat kegiatan ekonomi.

10. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku


kepentingan terus diupayakan tidak hanya pada saat kejadian banjir,
tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana.
Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat
dan wilayah strategis.

11. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air juga dilakukan


dengan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku
kepentingan.

12. Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber
daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara
berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan
dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air.

C. Kebijakan Pembangunan Prasarana Jalan

1. Mempertahankan kinerja pelayanan prasarana jalan yang telah


terbangun dengan mengoptimalkan pemanfaatan prasarana jalan

Bab 2 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

melalui pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan teknologi


jalan.

2. Mengharmonisasikan keterpaduan sistem jaringan jalan dengan


kebijakan tata ruang wilayah nasional yang merupakan acuan
pengembangan wilayah dan meningkatkan keterpaduannya dengan
sistem jaringan prasarana lainnya dalam konteks pelayanan intermoda
dan sistem transportasi nasional (Sistranas) yang menjamin efisiensi
pelayanan transportasi.

3. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah


daerah untuk memperjelas hak dan kewajiban dalam penanganan
prasarana jalan.

4. Mengembangkan rencana induk sistem jaringan prasarana jalan


berbasis pulau (Jawa dan Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua).

5. Melanjutkan dan merampungkan reformasi jalan melalui UU Nomor 38


tahun 2004 tentang Jalan serta peraturan pelaksanaannya.

6. Menumbuhkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan


SDM bidang penyelenggaraan prasarana jalan.

7. Mendorong keterlibatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam


penyelenggaran dan penyediaan prasarana jalan.

D. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman

1. Air Minum

a. Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan


melanjutkan kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok
dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta
penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas
normal (20%).

b. Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan


menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air
minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan.

Bab 2 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

c. Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang


diarahkan untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta
insentif bagi PDAM, disamping mendorong pemerintah
provinsi/kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan
air minum.

d. Meningkatkan peranserta seluruh pemangku kepentingan dalam


upaya mencapai sasaran pembangunan air minum.

e. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk


turut berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air
minum.

2. Air Limbah

a. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang


dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh
masyarakat.

b. Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif


sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui
kemitraan swasta dengan pemerintah.

c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan


pengelolaan air limbah.

d. Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah.

3. Persampahan dan Drainase

a. Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya


peningkatan pelayanan persampahan dan drainase.

b. Meningkatkan peranserta seluruh stakeholders dalam upaya


mencapai sasaran pembangunan persampahan dan drainase.

c. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk


turut berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan
persampahan, baik dalam handling-transportation maupun dalam
pengelolaan TPA.

Bab 2 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan


kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam
pengelolaan persampahan.

e. Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan


dan drainase.

f. Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui


restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang-
undangan yang terkait.

g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola


persampahan dan drainase melalui uji kompetensi, pendidikan,
pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan.

4. Bangunan Gedung dan Lingkungan

a. Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kapasitas Pemerintah


Daerah dalam pengendalian pembangunan bangunan gedung.

b. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan


keselamatan gedung.

c. Meningkatkan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan


gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang
berskala nasional maupun internasional.

E. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Teknologi

Hasil-hasil Litbang IPTEK PU harus dapat mendorong pengembangan


IPTEK PU dan permukiman yang mampu menyediakan infrastruktur ke-PU-
an dan permukiman yang berkualitas dan mampu memberikan dukungan
pada pemecahan isu-isu di lapangan. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut,
maka strategi-strategi yang harus dilaksanakan adalah:

1. Penelitian dan pengembangan serta penerapan Ilmu Pengetahuan


(Litbangrap) IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu peningkatan
ketahanan pangan diarahkan pada unsur-unsur: (i) keandalan sistem
jaringan sumberdaya air; (ii) kualitas pengendalian pemanfaatan ruang-

Bab 2 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

ruang air; serta (iii) pengendalian terhadap kecenderungan konversi lahan


beririgasi teknis menjadi lahan permukiman dan industri.

2. Litbangrap IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu peningkatan


pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional diarahkan pada unsur-
unsur: (i) keandalan sistem jaringan jalan dan jembatan serta jaringan
sistem sumberdaya air; (ii) percepatan pengembangan kawasan kawasan
strategis; dan (iii) peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

3. Litbangrap IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu pelestarian fungsi


lingkungan hidup, diarahkan pada unsur-unsur: (i) peningkatan cakupan
pelayanan prasarana dan sarana dasar; (ii) kualitas perencanaan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan (iii) percepatan pembangunan
wilayah-wilayan tertinggal serta pulau-pulau terluar.

4. Memanfaatkan hasil-hasil Litbangrap IPTEK, selain untuk meningkatkan


kualitas dan umur pakai (life time) infrastruktur, juga untuk untuk
meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi unit unit operasional
di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

5. Menyelenggarakan layanan keahlian (advistek), selain untuk membantu


memecahkan persoalan persoalan di lapangan, juga untuk membantu
penyusunan dokumen perencanaan proyek yang di dalamnya
memasukkan unsur-unsur teknologi baru yang telah teruji.

6. Menyelenggarakan pelatihan penerapan SPM baru (SNI, Pedoman)


ditujukan kepada para dosen dan mahasiswa perguruan tinggi, asosiasi
profesi, dan pejabat fungsional pengawas (BPK, BPKP, Bawasda, dll).

7. Pelaksanaan verifikasi teknologi baru yang didasarkan pada kondisi


spesifik Indonesia.

F. Kebijakan Jasa Konstruksi

1. Mengembangkan mekanisme fasilitasi, pelayanan teknis dan administratif


yang efektif, efisien dan terpadu dengan bekerjasama dan koordinasi
antar Satminkal Kementerian PU, Kementerian/LPND serta lembaga
lainnya yang terkait dengan pengembangan jasa konstruksi.

Bab 2 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Melakukan pembinaan penyelenggaraan infrastruktur secara transparan


dan terbuka dengan melibatkan masyarakat dan meningkatkan peran
Pemerintah Daerah dalam bentuk dekonsentrasi/tugas pembantuan.

3. Melakukan pembinaan infrastruktur yang efisien, efektif dan produktif.

4. Melakukan pembinaan usaha konstruksi nasional yang kompetitif,


profesional dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional maupun
internasional.

5. Meningkatkan penerapan teknologi konstruksi, penggunaan bahan dan


peralatan konstruksi dalam sistem penyelenggaraan konstruksi yang
menjamin kehandalan konstruksi.

G. Kebijakan Pengembangan SDM Mitra dan Iklim Usaha Konstruksi

1. Meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas pengadaan konstruksi yang


bebas KKN.

2. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi yang profesional.

3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pelatihan berbasis


kompetensi sesuai dengan standar internasional.

4. Mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif melalui koordinasi


antar sektor, termasuk dukungan permodalan dan penjaminan.

H. Kebijakan Peningkatan Pengawasan

1. Menegakkan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pembangunan


infrastruktur melalui pengawasan dengan berdasarkan pada peraturan
perundangan-undangan yang berlaku serta penerapan Good
Governance.

2. Melakukan koordinasi di bidang pengawasan dengan BPKP dan


Bawasda.

3. Melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan


pembangunan infrastruktur ke-PU-an dan permukiman.

Bab 2 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

4. Menggunakan sumberdaya yang ada secara efisien dan efektif untuk


melaksanakan pengawasan terhadap seluruh penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur bidang ke-PU-an dan permukiman.

5. Menerapkan cara pemeriksaan yang komprehensif dan memenuhi


standar pemeriksaan yang ditetapkan.

I. Kebijakan Peningkatan Dukungan Kesekretariatan

1. Mengembangkan kebijakan dan sistem perencanaan pembangunan


bidang pekerjaan umum dan permukiman berdasarkan ketentuan aturan
perundang-undangan dan NSPM.

Perlunya pengembangan kebijakan dan sistem perencanaan


pembangunan bidang pekerjaan umum dan permukiman dimaksudkan
untuk mensinkronisasikan program antar wilayah dan antar sektor serta
penyelenggara bidang pekerjaan umum yang pada akhirnya untuk
mencapai program-program prioritas pembangunan nasional yang
khusus terkait dengan bidang pekerjaan umum seperti pengentasan
kemiskinan, mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui percepatan
pembangunan dan revitalisasi pertanian, kehutanan dan perikanan.

2. Mengembangkan manajemen sumber daya dan kelembagaan dalam


mendukung peningkatan daya saing nasional:

 Restrukturisasi pengembangan manajemen sumber daya meliputi


pengembangan manajemen keuangan, aset, dan peraturan
perundang-undangan untuk mewujudkan penggunaan secara
efisien yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat seoptimal
mungkin.

 Peningkatan sumber daya manusia meliputi pengembangan dan


pengelolaan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dalam penyelenggaraan pembangunan bidang
pekerjaan umum.

 Peningkatan menajemen kelembagaan diharapkan dapat


memenuhi tupoksi organisasi yang tidak tumpang tindih serta dapat
mengakomodasikan jabatan fungsional secara efektif.

Bab 2 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Revitalisasi Pelayanan administrasi publik dalam mengurangi dampak


negatif globalisasi melalui tata laksana administrasi yang baik

Revitalisasi pelayanan administrasi publik perlu dikembangkan dan


ditingkatkan terutama dalam hal mengurangi dampak negatif globalisasi
melalui penataan sistem administrasi yang baik.

4. Optimalisiasi peran Setjen sebagai unit terdepan dalam mendukung


implementasi program pembangunan bidang ke-PU-an dan permukiman
melalui penerapan prinsip-prinsip good governance.

Sebagai unit terdepan, Setjen memiliki peran strategis dalam


memberikan dukungan implementasi program pembangunan bidang ke-
PU-an melalui penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance).

2.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN KEBIJAKAN PENATAAN


RUANG KAB. TTU

2.2.1 RTRW PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2006-2020

A. Rencana Struktur Ruang Wilayah

Pola pengembangan kota-kota berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam penyusunan Review RTRWP, dimana kota merupakan pusat koleksi dan
distribusi baik barang maupun orang. Dalam penyusunan Review RTRWP
pengembangan sistem kota-kota erat kaitannya dengan pengembangan struktur
ruang. Arahan pengembangan kotakota sangat terkait dengan fungsi kota dalam
percepatan pembangunan daerah.

Sehubungan dengan itu dalam kerangka pembangunan perkotaan perlu dikaitkan


dengan fungsi-fungsi utama kota. Berdasarkan hal tersebut maka arahan
pengembangan kota-kota di Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai berikut :

1. Besaran kota dan prinsip pengelolaan kota

Berdasarkan proyeksi penduduk hingga tahun 2020 maka kota-kota akan masuk
dalam kategori kota sedang dan kecil dengan fungsi yaitu Kota Pusat Kegiatan
Nasional, Kota Pusat Kegiatan Wilayah dan Kota Pusat Kegiatan Lokal.
Berdasarkan kriteria-kriteria dimaksud maka diklasifikasi besaran kota dan fungsi
serta prinsip pengelolaannya sebagai berikut :

Bab 2 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

a. Kota Sedang dan PKN

Langkah-langkah untuk mewujudkan tercapainya pengembangan dan


pembangunan Kota Sedang dan Pusat Kegiatan Nasional adalah sebagai berikut :

 Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota sekitar;

 Mengembangkan badan kerjasama antar kota;

 Menyusun RIS Prasarana untuk keterpadauan program dalam kawasan


dengan pusat-pusat permukiman;

 Mengembangkan sistem transportasi yang sinergis dengan sistem


permukiman dan pengembangan kegiatan usaha;

 Didukung oleh sistem trarsportasi kota yang lancar;

 Adanya sistem jaringan jalan yang menunjang pergerakan lintas batas;

 Mendorong peran serta swasta dan pengembangan ekonomi dan investasi


prasarana;

 Mengembangkan kerjasama antar kota untuk jaringan prasarana seperti air


bersih, jaringan jalan, etrairase. Penataan kawasan berbasis zoning
regulation;

 Pengaturan sarana prasarana telekomunikasi yang mendukung kegiatan


kota;

 Mendorong peran serta swasta dan pengembangan ekonomi dan investasi


prasarana;

 Mengembangkan kerjasarna antar kota untuk jaringan prasarana seperti air


bersih, jaringan jalan, drainase;

 Pembangunan kota yang mandukung skala regional;

 Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi yang mendukung kegiatan


kota;

 Pembangunan pusat jasa pemerintah untuk lingkup propinsi atau regional;

 Peningkatan kapasitas outlet (bandara den pelabuhan laut) berstandar


regional;

 Peningkatan fasilitas kesehatan dengan skala pelayanan bertarap


internasional;

Bab 2 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Peningkatan fasilitas pendidikan mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

b. Kota Kecil PKN

 Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota sekitarnya;

 Mengembangkan badan kerjasama antar kota;

 Menyusun RIS Prasarana untuk keterpadauan program dalam kawasan


dengan pusat-pusat permukiman;

 Didukung oleh sistem trarsportasi kota yang lancar;

 Adanya sistern jaringan jalan yang menunjang pergerakan lintas batas;

 Mengembangkan kerjasama antar kota untuk jaringan prasarana seperti air


bersih, jaringan jalan, drairase;

 Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi yang mendukung kegiatan


kota.

c. Kota Kecil PKW

 Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota sekitarnya;

 Mengembangkan badan kerjasama antar kota;

 Menyusun RIS Prasarana untuk keterpedauan program dalam kawasan


dengan pusat-pusat permukiman;

 Didukung oleh sistem transportasi kola yang lancar yang melayani antar kota;

 Mengembangkan kerjasama antar kota untuk jaringan prasarana seperti air


bersih, jaringan jalan, drainase;

 Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi yang mendukung kegiatan


kota;

 Peningkatan pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi;

 Peningkatan fasilitas kesehatan, mulai tingkat RT sampai Tingkat Pelayanan


Kota;

 Pembangunan Rumah Sakit bertarap pelayanan Wilayah.

Bab 2 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Kota Kecil PKL

 Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota sekitarnya;

 Mengembangkan badan kerjasama antar kota;

 Menyusun RIS Prasarana untuk keterpaduan program dalam kawasan


dengan pusat-pusat permukiman;

 Didukung oleh sistem transportasi kota yang lancar;

 Mengembangkan kerjasama antar kota untuk jaringan prasarana seperti air


bersih, jaringan jalan, drainase;

 Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi yang mendukung kegiatan


kota;

 Pembangunan fasilitas pendidikan mulai pendidikan dasar hingga pendidikan


atas;

 Pembangunan fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat RT sampai pusat


pelayanan kegiatan kota lokal;

 Pembangunan Rumah Sakit dengan skala pelayanan lokal.

2. Kota pantai

Sehubungan dengan posisi geografis sebuah kota, maka terdapat kota pantai
yang hirarkinya sesuai dengan kriteria sebuah kota Pusat Kegiatan Nasional,
Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal. Namun demikian khusus untuk
kota pantai ada tambahan kriteria sebagai berikut :

 Memiliki potensi ekonomi sebagai sabuk ekonomi;

 Kota yang menjadi pusat keglatan industri pengelolaan hasil laut;

 Memiliki akses yang baik dengan kawasan laut sebagai sentra produksi
kelautan;

 Kota utama sentra produksi kelautan;

 Kota yang mempunysi akses ke pasar (pintu gerbang) dan akses ke sentra
produksi/kawasan andalan laut/pulau-pulau kecil;

 Memungkinkan secara geografis dan terlindung dari badai dan gelombang


besar;

Bab 2 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Kota yang memiliki prasarana transportasi (Pelabuhan Udara, Simpul


Jaringan Jalan Kota) dan akses ke pasar (pusat processing).

Prinsip Pengelolaan Kota Pantai sebagai berikut:

 Perencanaan kota secara terpadu termasuk prasarana perkotaan sesuai


kriteria permukiman;

 Membangun prasarana transportasi penghubung kota pantai dengan sentra


produksi kelautan dan dengan pusat pertumbuhan di daratan;

 Membangun fasilitas pengolahan industri komoditi kelautan;

 Didukung oleh fasilitas pengumpul komoditas kelautan (pelabuhan);

 Pemberian insentif di daerah dan disinsentif di daerah konservasi seperti


sempadan pantai.

Untuk mencapai suatu hirarki kota yang dapat mendekati kenyataan dan dapat
dimanfaatkan dalam usaha pembangunan bidang perekonomian, maka penentuan
hirarki kota lebih ditentukan oleh kebijaksanaan pengembangan perekonomian di
masa mendatang, dengan meningkatkan kegiatan ekspor dan berdasarkan
konsepsi untuk mengembangkan kota-kota pelabuhan. Selain itu kecenderungan
hirarki kota yang ada juga menjadi bahan pertimbangan, meskipun sifatnya tidak
mutlak. Hal ini disebabkan karena kecenderungan perkembangan kota yang
teridentifikasi berdasarkan hasil analisis menunjukan suatu hirarki kota yang
cenderung menjadi Kota Kupang sebagai pusat kegiatan perekonomian, serta
kota-kota lainnya menjadi kota-kota dengan hirarki yang lebih rendah. Sehingga
dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan
akan mengalami hambatan, karena setiap kota akan sangat tergantung dengan
Kota Kupang yang berfungsi sebagai pusat kegiatan utama untuk koleksi-distribusi
barang, sebelum disalurkan ke kota-kota yang mempunyai hararki dibawahnya,
maupun sebelum dikirim ke luar wilayah NTT.

Mengingat karakteristik wilayah Nusa Tenggara Timur berupa wilayah kepulauan,


dan guna memacu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan, maka pola pengembangan kota-kota didasarkan pada
pemikiranpemikiran sebagai berikut :

 Untuk mempercepat proses pembangunan (akselerasi kegiatan sosial


ekonomi), khususnya di kawasan perkotaan (dan daerah belakangnya)

Bab 2 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

disetiap pulau, maka untuk pulau-pulau besar utama (P. Flores, P. Sumba dan
P. Timor) masing-masing harus mempunytai kota orde I (satu)/ Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) dan selanjutnnya akan membentuk sistem kota-kota
sampai dengan tingkat orde II (PKW), III (PKL) sampai dengan kota-kota
terkecil (merupakan agropolitan yang pada umumnya merupakan desa-desa
pusat pertumbuhan atau ibukota kecamatan);

 Untuk pulau-pulau yang lebih kecil dan mempunyai kegiatan ekonomi yang
cukup berarti, yaitu Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Lembata, dan Pulau Sabu
masingmasing harus mempunyai kota orde ke III (PKL);

 Kota-kota yang diperkirakan memiliki pertumbuhan yang relatif lebih cepat dan
diharapkan dapat berperan sebagai pusat distribusi dan koleksi untuk daerah
belakangnya adalah kota-kota pelabuhan. Kota-kota pelabuhan tersebut akan
menjadi pusat kegiatan ekonomi, khususnya kegiatan ekspor dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh daerah belakangnya. Sehingga
perkembangan kota-kota tersebut sangat tergantung oleh potensi yang dimiliki
oleh daerah belakangnya yangmenjadi wilayah pelayan serta tingkat
aksesibilitas (kemudahan) antara kota-kota tersebut dengan daerah
belakangnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka hirarki kota-kota untuk kurun


waktu 15 (lima belas) tahun mendatang diarahkan sebagaimana Tabel 2.1.

Tabel II.1.
Sistem Pengembangan Kota-Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2006-2020

Bab 2 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

B. Pengembangan Kawasan Permukiman


1. Kebijakan Pembangunan

Kebijakan pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi kawasan


permukiman perkotaan dan pedesaan. Arahan pengembangan kawasan
permukiman kota :

 Lebih mengefisienkan pemanfaatan lahan;

 Peningkatan sistem fasilitas dan utilitas pelayanan;

 Meningkatkan kualitas permukiman kumuh;

 Menigkatkan kualitas lingkungan;

 Memperhatikan proyeksi pertambahan penduduk dengan ketersediaan lahan


permukiman perlu atau tidaknya untuk pengembangan vertikal.

Kebijakan pengembangan kawasan permukiman desa :

 Meningkatkan sumber-sumber air memperluas pelayanan air bersih sampai


ke tingkat desa-desa;

 Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang sehat dan bersih;

 Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas dan utilitas


lingkungan/pemukiman;

 Kebijakan pembangunan pada daerah pesisir/perumahan nelayan;

 Akses fisik ke kota/PKL terdekat.

2. Kawasan Pengembangan

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kegiatan yang


membutuhkan ruang. Sehubungan dengan itu maka dalam upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas perumahan dan permukiman dalam upaya
mewujudkan permukiman dan perumahan yang bermartabat dan layak huni
maka diarahkan pengembangan perumahan dan permukiman pada kawasan
sebagaimana Tabel II.2.

Bab 2 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.2.
Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Sampai Tahun 2020

Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2006-2020

C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Prioritas

Pada intinya arahan pengemgangan yang diterapkan pada kawasan-kawasan


prioritas yang telah diidentifikasi, bertujuan untuk menanggulangi permasalahan-
permasalahan yang ada agar potensi-potensi yang terkandung dapat
dimanfaatkan dan didayagunakan seoptimal mungkin, dalam rangka
pengembangan wilayah yang lebih luas. Untuk kawasan prioritas yang tumbuh
cepat, arahan pengembangan yang direkomendasikan adalah :

 Melengkapi sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan oleh masing-


masing kawasan prioritas sesuai dengan karakteristik potensi dan
permasalahan yang dimiliki;

 Peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana menunjang kegiatan yang


akan dikembangkan, seperti perbaikan prasarana irigasi, pengembangan
industri-industri pengolahandan peningkatan aksesibilitas.

Wilayah Laut dan Daerah Perbatasan Negara

Panjang garis perbatasan darat Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Timor
Leste adalah 255,4 km, mencakup 3 (tiga) wilayah kabupaten yaitu di Kabupaten
Belu, Timor Tengah Utara dan Kupang. Sesuai dengan perjanjian antara
pemerintah Kolonial Belanda dan Portugis tanggal 1 Oktober 1904 perbatasan
antara Oekusi – Ambeno wilayah Timor-Timur dengan Timor Barat dimulai dari
mulut sungai Besi sampai muara sungai (Thalueg) dengan panjang lingkar

Bab 2 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

perbatasan 115 Km, dengan perincian Kabupaten Timor Tengah Utara 104,5 Km
Kabupaten Kupang 10,5 Km.

Kawasan perbatasan darat Timor Barat dengan Timor Leste meliputi 9 Kecamatan
yaitu:

 Kabupaten Kupang: Kecamatan Amfoang Utara;

 Kabupaten Timor Tengah Utara; Kecamatan Miomaffo Barat, Miomaffo Timur


dan Kecamatan Insana Utara;

 Kabupaten Belu; Kecamatan Malaka Timur, Tasifeto Barat, Tasifeto Timur,


Lamaknen dan Kecamatan Kobalima.

Kawasan perbatasan Laut Wilayah NTT dengan Timor Leste meliputi 4


Kabupaten, 5 Kecamatan yaitu :

 Kabupaten Kupang: Kecamatan Amfong Utara.

 Kabupaten Belu: Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Kobalima.

 Kabupaten Timor Tengah Utara: Kecamatan Insana Utara

 Kabupaten Alor: Kecamatan Alor Barat Daya.

Kawasan perbatasan Laut Wilayah NTT dengan Australia meliputi wilayah laut
Kabupaten Rote Ndao dan Pulau Sabu Kabupaten Kupang.

Percepatan pembangunan wilayah perbatasan memerlukan program kerja terpadu


dengan arah pembangunan diletakkan pada aspek sebagai berikut :

 Pemantapan pembangunan bangsa (Nation Building) dalam kerangka Negara


Kesatuan Republik Indonesia;

 Meningkatkan kesejahtraan masyarakat wilayah perbatasan;

 Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan masyarakat wilayah perbatasan


termasuk masyarakat pengungsi sehingga mempunyai daya tahan dan daya
saing yang tinggi dengan masyarakat di negara tetangga baik dalam bidang
ekonomi maupun dalam bidang sosial budaya dan sosial politik.

Perlu adanya kerja sama aparat pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur
dengan Negara Timor Leste dalam menangani permasalahan terutama yang
berkaitan dengan perdagangan komoditi ekspor-impor, pemanfaatan pelabuhan
laut, pengendalian dan pemantauan kawasan lindung maupun peningkatan

Bab 2 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

keamanan. Apabila kebijakan yang ditempuh sendiri-sendiri kurang


menguntungkan dan tidak efisien, mengakibatkan pengeluaran biaya besar.

2.2.2 Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan


dalam RPJP Kabupaten Timor Tengah Utara, Tahun 2005-2025

VISI :

TERWUJUDNYA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA SEBAGAI SERAMBI


DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA, ADIL, DEMOKRATIS DAN MANDIRI

MISI :

1. Meningkatkan daya saing daerah dengan mengembangkan ekonomi


kerakyatan yang berbasis potensi unggulan daerah dan berwawasan
lingkungan hidup serta meningkatkan pembangunan dan pemerataan
infrastruktur daerah
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Timor Tengah Utara
3. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih
4. Mengembangkan kawasan-kawasan strategis daerah dalam rangka
percepatan pembangunan dan perwujudan kemandirian daerah

A. Isu-isu Strategis Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten TTU

Pembangunan Kabupaten TTU sebagai daerah otonom tidak terlepas dari


pengaruh lingkungan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor
eksternal yang diperkirakan akan mempengaruhi pembangunan di Kabupaten
TTU adalah berhubungan dengan kebijakan pembangunan pada kondisi
internasional, di tingkat nasional, provinsi NTT, maupun kabupaten tetangga (TTS
dan Belu). Adapun kondisi internal dapat ditelusuri dari pencapaian pembangunan
daerah Kabupaten TTU yang bersumber dari dokumen–dokumen pencapaian
pembangunan dari setiap SKPD tahun 2001-2009 dan konsep Rencana Umum
Tata Ruang Wilayah (RUTRW), kabupaten tetangga dan Kabupaten TTU yaitu
menelusuri struktur ruang dan pola ruang. Adapun isu-isu strategis pembangunan
daerah Kabupaten TTU dalam kurun waktu 20 tahun ke depan (2011-2031)
sebagai berikut :

Bab 2 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.3.
Rekapitulasi Isu-Isu Strategis RPJPD Kabupaten TTU (2005-2025)

No Internasional Nasional Provinsi NTT Regional Kabupaten TTU


Pembangunan
wilayah
perbatasan dan
kerja sama
Pengelolaan
menanggulangi dengan negara- Kualitas Tingginya angka
Lingkungan
1 kemiskinan negara yang Sumberdaya kemiskinan
Hidup
dan kelaparan berbatasan Manusia
dengan Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Kualitas Melemahnya
mencapai
sumberdaya Pemberdayaan Pemberdayaan ekonomi
pendidikan
2 manusia dan Ekonomi Rakyat Ekonomi berbasis
dasaruntuk
tingkat pertanian
semua
kemiskinan
Rendahnya
mendorong Jaringan Keterbatasan
Kualitas pembangunan
kesetaraan transportasi dan Jaringan
sumberdaya yang
3 gender dan akses yang Transpotasi dan
manusia berwawasan
pemberdayaan terbatas Akses
lingkungan hidup
perempuan
Produktivitas Pembangunan Rendahnya
menurunkan Pembangunan
ekonomi yang wilayah Kualitas
4 angka Kawasan
rendah perbatasan Sumberdaya
kematian anak Perbatasan
manusia
Pemanfaatan
Rendahnya
meningkatkan ruang yang
5 kualitas
kesehatan ibu berwawasan
Ifrastruktur
lingkungan
memerangi
penyebaran
HIV/AIDS, Penegakan Adanya Potensi
6 malaria dan hukum Rawan pangan
penyakit Wilayah
menular
lainnya
Pelanggaran
kelestarian
HAM dan
7 lingkungan
ketimpangan
hidup
gender
membangun
kemitraan Rendahnya
8
global dalam pelayanan public
pembangunan
Belum
berkembangnya
9
kawasan
strategis daerah
Sumber: RPJP Kabupaten TTU, 2005-2025

Bab 2 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Berdasarkan penilaian isu strategis sesuai kriteria yang telah ditetapkan dalam
Permendagri Nomor 54 tahun 2010, maka diperoleh prioritas isu-isu strategis
daerah Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sebagai berikut:
1. Pemasalahan kemiskinan
2. Pembangunan ekonomi belum berbasis ekonomi kerakyatan
3. Rendahnya Kualitas Sumberdaya manusia
4. Minimnya pembangunan infrastruktur
5. Rendahnya Kualitas Pelayanan Publik
6. Rendahnya pembangunan yang berwawasan lingkungan
7. Pelanggaran HAM dan ketimpangan gender
8. Belum berkembangnya kawasan strategis daerah

B. Sasaran dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Arah kebijakan pembangunan menunjukkan agenda/tema yang merupakan fokus


utama pembangunan lima tahunan.

B.1. Sasaran Pembangunan Jangka Panjang

Mengacu pada visi dan misi pembangunan 2005 - 2025, sasaran pembangunan
jangka panjang Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai berikut :

1. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi


Sasaran ini merupakan penjabaran dari misi pertama yang menitikberatkan
pada aspek daya saing daerah. Laju pertumbuhan ekonomi diharapkan akan
meningkat dari 3,39% di tahun 2005 menjadi 7,29% pada akhir tahun 2025.
2. Meningkatnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Seperti halnya sasaran pertama, sasaran ini juga merupakan penjabaran dari
misi pertama namun lebih difokuskan pada pengembangan ekonomi
kerakyatan yang berbasis potensi unggulan daerah dan berwawasan
lingkungan. Sasaran ini ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi
Kabupaten TTU dimana sektor pertanian merupakan potensi unggulan namun
tidak berarti bahwa sektor lainnya akan ditinggalkan.

Bab 2 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat


Peningkatan daya saing Kabupaten TTU diharapkan akan berdampak pada
peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dari Rp. 2.456.617 di tahun
2005 menjadi Rp. 6.204.267 di tahun 2025.
4. Meningkatnya panjang jalan kabupaten yang berkualitas baik
Hal ini selain untuk membuka keterisoliran derah, juga akan meningkatkan
kelancaran transportasi dan distribusi komoditas ekonomi terutama dari dan
menuju ke sentra-sentra ekonomi. Diharapkan panjang jalan kabupaten yang
berkualitas baik akan terus ditingkatkan dari 5,10% di tahun 2005 menjadi
50% di tahun 2025.
5. Meningkatnya persentase angka melek huruf
Upaya mewujudkan masyarakat Kabupaten TTU yang sejahtera sebagaimana
yang menjadi Visi pembangunan tahun 2005 sampai dengan 2025 dapat
tercapai antara lain dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan
merupakan aspek penting yang tidak dapat dikesampingkan. Hal ini karena
angka melek huruf di Kabupaten TTU masih relatif rendah yang menunjukkan
bahwa belum semua masyarakat memiliki kualifikasi untuk berupaya
meningkatkan kesejahterannya. Oleh karena itu, diharapkan sampai dengan
tahun 2025 angka melek huruf masyarakat Kabupaten TTU mencapai 100 %.
6. Meningkatnya angka kelulusan sekolah
Selain melek huruf, kualitas SDM di bidang pendidikan juga ditandai dengan
angka kelulusan sekolah. Diharapkan pada tahun 2025, angka kelulusan
sekolah akan menjadi 100% untuk semua tingkatan pendidikan.
7. Meningkatnya angka partisipasi murni sekolah.
Angka partisipasi murni sekolah sebagai salah satu indikator kualitas SDM di
bidang pendidikan juga diharapkan meningkat sejak tahun 2005 hingga 2025
pada setiap tingkatan pendidikan, sebagai berikut : SD, 94,05 % di tahun 2005,
meningkat menjadi 100% di tahun 2025; SMP dari 48,04 menjadi 100%; SMA
dari 27,45% menjadi 95,45% di tahun 2025.
8. Meningkatnya usia harapan hidup.
Pembangunan di tahun 2005 sampai dengan 2025 diharapkan akan dapat
meningkatkan usia harapan hidup masyarakat menjadi 64 tahun untuk lak-laki
dan 68 tahun untuk perempuan.

Bab 2 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

9. Menurunnya angka kematian ibu dan bayi


Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten TTU pada tahun 2005 adalah sebesar
19/1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) mencapai
17/1000 kelahiran hidup. Sejalan dengan upaya pencapaian sasaran nasional
pembangunan kesehatan, maka penurunan AKI dan AKB di kabupaten TTU
juga merupakan sasaran pokok yang ingin dicapai dalam periode
pembangunan tahun 2005 – 2025. Diharapkan pada tahun 2025, AKI dan AKB
di Kabupaten TTU dapat ditekan hingga mencapai 0.
10. Meningkatnya status gizi balita
Sasaran pembangunan untuk meningkatkan status gizi balita didasarkan pada
data bahwa pada tahun 2005, jumlah balita di Kabupaten TTU yang
mempunyai gizi buruk 6,6 % dan gizi kurang sebanyak 33,3%. Oleh karena
itu, diharapkan pada tahun 2025, status gizi balita dapat ditingkatkan sehingga
tidak terdapat gizi buruk maupun gizi kurang.
11. Meningkatnya kualitas layanan pemerintah daerah
Menjawab tuntutan ini maka pemerintah daerah sudah harus mengambil
langkah-langkah strategis guna mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2025 adalah adanya peningkatan
kualitas layanan pemerintah sehingga menjadi lebih baik dari kondisi
sekarang.
12. Meningkatnya tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah
Jika pada tahun 2005 Kabupaten TTU mendapat opini disclaimer maka
sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2025 adalah opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) yang menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah
telah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku.
13. Menurunnya gangguan ketenteraman dan ketertiban umum serta pelanggaran
HAM
Pelaksanaan kepemerintahan yang baik juga dicirikan dengan terciptanya
situasi keamanan yang kondusif. Hal ini sejalan dengan kewajiban negara
untuk memberikan ketenteraman dan kenyamanan bagi setiap warga negara
untuk beraktifitas terutama dalam mendukung proses pembangunan. Jika
pada tahun 2005 tercatat gangguan pelanggaran hukum dan HAM sebesar
120 kasus maka diharapkan pada tahun 2025 terjadi penurunan hingga
mencapai 10 kasus.

Bab 2 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

14. Menurunnya ketergantungan keuangan daerah


Semakin besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat akan
semakin menyulitkan daerah untuk berkembang menuju kemandirian. Oleh
karena itu maka secara bertahap, sumber-sumber pendapatan asli daerah
harus dioptimalkan guna menurunkan ketergantungan keuangan daerah. Pada
APBD tahun 2005, ketergantungan keuangan daerah terhadap pusat
mencapai 97,25%, diharapkan pada tahun 2025 ketergantungan tersebut
dapat dikurangi menjadi 95,17%.
15. Menguatnya kapasitas SDM aparat serta fiskal desa
Secara umum, pembangunan bidang pemerintahan di Kabupaten TTU
dikelompokkan dalam pemerintahan daerah dan pemerintahan desa. Berbagai
upaya peningkatan kualitas kepemerintahan daerah telah dilaksanakan,
namun belum sepenuhnya menyentuh pemerintahan desa. SDM aparatur
diindikasikan dengan tingkat pendidikan aparat desa (Kepala Desa dan
Anggota BPD), sedangkan kemampuan fiskal ditandai dengan alokasi
anggaran untuk pembangunan desa (alokasi dana desa/ADD). Demikian
halnya dengan ADD di tahun 2005 sebesar Rp20.000.000 meningkat menjadi
Rp. 200.000.000 di tahun 2025.
16. Meningkatnya kesesuaian pengembangan kawasan strategis daerah dengan
RTRW
Kawasan strategis daerah Kabupaten TTU yang berpotensi untuk
dikembangkan adalah Kota Kefamenanu, kawasan Pantai Utara serta
Kawasan Perbatasan. Diharapkan pada tahun 2025, pengembangan kawasan
strategis daerah sudah sepenuhnya mengacu pada RTRW sehingga struktur
dan pola ruang yang terbentuk benar-benar dapat mendukung upaya
pembangunan serta kemandirian Kabupaten TTU.

B.2. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang

Arah kebijakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Timor Tengah Utara


disusun sebagai berikut:

a. Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun Tahap I (2005 - 2010)

Tahap I merupakan tahapan untuk meletakan pondasi yang kuat bagi


penyelenggaraan pemerintahan daerah, penyediaan infrastruktur dasar wilayah,
pengembangan basis ekonomi, dan pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan

Bab 2 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

pada tahap I diarahkan untuk meningkatkan pengembangan berbagai potensi


ekonomi dengan mengutamakan pemberdayaan masyarakat serta
penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat (jasmani dan rohani).

b. Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun Tahap II (2010 – 2015)

Pembangunan pada tahap II diarahkan untuk meningkatkan perekonomian dan


daya saing daerah melalui upaya-upaya produktif yang berwawasan lingkungan
serta mengembangkan koperasi dan UKM (usaha kecil dan menengah).

c. Arah Kabijakan Pembangunan Lima Tahun Tahap III (2015 – 2020)

Pembangunan pada tahap ini diarahkan untuk menjaga kesinambungan


eksploitasi berbagai potensi unggulan guna akselerasi pertumbuhan ekonomi
yang didukung oleh layanan kepemerintahan yang profesional serta penyediaan
infrastruktur yang memadai terutama di kawasan strategis daerah.

d. Arah Kebijakan Pembangunan Ke Empat Tahun Ke IV (2020 – 2025)

Pembangunan pada tahap ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas Sumber


Daya Manusia agar mampu mengikuti perkembangan di segala bidang serta
memantapkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang profesional dan
terpercaya, mempertahankan keseimbangan pembangunan antar wilayah,
memantapkan kapasitas pelayanan infrastruktur yang berkualitas serta
meningkatkan daya saing wilayah TTU.

C. Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang

Rencana pencapaian sasaran pada tahapan pembangunan lima tahunan


ditampilkan pada Tabel berikut:

Bab 2 | 31
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

Tabel II.4.
Sasaran Pokok Pembangunan Kabupaten Timor Tengah Utara
Tahun 2005-2025

Target Kinerja
Sasaran Pokok Kondisi Awal Kondisi Akhir
MISI Kinerja Kinerja
Pembangunan Pembangunan 2005 - 2010 2010 - 2015 2015 - 2020 2020 - 2025
Uraian Indikator

VISI : Terwujudnya Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai serambi depan NKRI yang sejahtera, adil, demokratis dan mandiri
Meningkatkan daya Meningkatnya Persentase
saing daerah laju pertumbuhan pertumbuhan 3,39% 7,29 % 5,82 % 6,31% 6,8 % 7,29 %
dengan ekonomi ekonomi
mengembangkan Meningkatnya Persentase
ekonomi kerakyatan kontribusi kontribusi sektor
49,07% 63,25% 51,92% 55,20% 58,95% 63,25%
yang berbasis pertanian pertanian
potensi unggulan terhadap PDRB terhadap PDRB
daerah dan Meningkatnya
Pendapatan per
berwawasan pendapatan per 2.456.617 6.204.267 4.052.841 4.803.026 5.503.532 6.204.267
kapita (Rp.)
lingkungan hidup kapita
serta meningkatkan Meningkatnya Persentase
pembangunan dan panjang jalan Panjang jalan
pemerataan 5,10% 50% 13,24% 24,38% 39,50% 50%
kabupaten yang kabupaten yang
infrastruktur daerah berkualitas baik berkualitas baik

Meningkatnya Persentase
angka melek angka melek 100% 85,59% 90,28% 95,43% 100%
huruf huruf
Meningkatkan Meningkatnya % kelulusan SD 100% 95,23 % 100% 100% 100%
kualitas Sumber angka kelulusan % kelulusan SMP 100% 99,23 % 99,98% 100% 100%
Daya Manusia Timor sekolah % kelulusan SMA 100% 97,94% 99% 100% 100%
Tengah Utara Meningkatnya % APM SD 94,05 % 100% 99,69% 100% 100% 100%
angka partisipasi % APM SMP 48,04% 100% 70,71% 83,50% 95,76% 100%
murni % APM SMA 27,45% 95,45% 43,81% 65,17% 79,87% 95,45%
Meningkatnya Usia harapan L : 62,63 tahun L : 64 thn L : 62,63 thn L : 63,3 thn L : 63,7 thn L : 64 thn

Bab 2 | 32
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

Target Kinerja
Sasaran Pokok Kondisi Awal Kondisi Akhir
MISI Kinerja Kinerja
Pembangunan Pembangunan 2005 - 2010 2010 - 2015 2015 - 2020 2020 - 2025
Uraian Indikator
usia harapan hidup laki-laki P : 67 tahun P : 68 thn P : 67 thn P : 67,5 thn P : 67,7 thn P : 68 thn
hidup dan perempuan
Menurunnya
angka kematian AKI dan AKB per
AKI : 19 AKI : 0 AKI : 13 AKI : 8 AKI : 5 AKI : 0
ibu (AKI) dan 1000 kelahiran
AKB : 17 AKB : 0 AKB : 8,3 AKB : 4 AKB : 2 AKB : 0
angka kematian hidup
bayi (AKB)
Persentase
Meningkatnya Kurang : 33,3% Kurang : 0 % K : 10,01 % K:6% K: 3% K:0%
status gizi buruk
status gizi balita Buruk : 6,6 % Buruk : 0 % B : 0,1 % B:0% B:0% B:0%
dan gizi kurang

Meningkatnya
Kualitas layanan
kualitas layanan
pemerintah Rendah Baik Sedang Sedang Baik Baik
pemerintah
daerah
daerah
Meningkatnya
Opini penilaian
tertib administrasi
atas pengelolaan Disclaimer WTP WDP WDP WTP WTP
pengelolaan
keuangan daerah
keuangan daerah
Menurunnya
Mewujudkan tata
gangguan
kepemerintahan
ketenteraman
yang baik dan bersih Jumlah kasus
dan ketertiban 120 kasus 10 kasus 80 kasus 60 kasus 40 kasus 10 kasus
kriminal
umum serta
pelanggaran
HAM
Menurunnya Persentase dana
ketergantungan perimbangan 97,25 % 95,17% 96,73 % 96,21% 95,69% 95,17%
keuangan daerah terhadap APBD
Menguatnya - Jumlah aparat Rata-rata ADD : Rata-rata ADD : Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
kapasitas SDM desa yang Rp. 20.000.000 Rp. 200.000.000 ADD (Rp.) : ADD (Rp.) : ADD (Rp.) : ADD (Rp.) :

Bab 2 | 33
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

Target Kinerja
Sasaran Pokok Kondisi Awal Kondisi Akhir
MISI Kinerja Kinerja
Pembangunan Pembangunan 2005 - 2010 2010 - 2015 2015 - 2020 2020 - 2025
Uraian Indikator
dan fiskal desa berijazah SMA 99.303.028 130.000.000 160.000.000 200.000.000
ke atas
- Alokasi Dana
Desa

Kesesuaian
Mengembangkan
pengembangan 0% 100% 25 % 50 % 75 % 100 %
kawasan-kawasan
Kota Kefa
strategis daerah Kesesuaian
Kesesuaian
dalam rangka pengembangan
pengembangan 0% 100% 25 % 50 % 75 % 100 %
percepatan kawasan
Pantai Utara
pembangunan dan strategis daerah
Kesesuaian
perwujudan dengan RTRW
pengembangan
kemandirian daerah 0% 100% 0% 50 % 75 % 100 %
Kawasan
Perbatasan
Sumber: RPJP Kabupaten TTU, 2005-2025

Bab 2 | 34
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

2.2.3 Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan


dalam RPJMD 2011-2015, Kabupaten Timor Tengah Utara

Visi:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA YANG


SEJAHTERA, ADIL, DEMOKRATIS DAN MANDIRI MELALUI PEMBERDAYAAN
POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SERTA
SUMBER DAYA ALAM SECARA LESTARI”.

Misi:

1. Memberdayakan ekonomi kerakyatan berbasis potensi unggulan daerah dan


berwawasan lingkungan hidup secara sinergis dan berkelanjutan.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembangunan
pendidikan, kesehatan, olah raga dan kepemudaan.
3. Meningkatkan aksesibilitas melalui pembangunan dan pemerataan
infrastruktur daerah.
4. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih.
5. Mengembangkan kawasan strategis daerah dengan menata Kota
Kefamenanu sebagai Ume Naek – Ume Mese, mengembangkan kawasan
pesisir Pantai Utara serta optimalisasi pembangunan kawasan perbatasan.

Tujuan :

1. Mengembangkan komoditas pertanian unggulan yang produktif, berdaya


saing dan dan memberikan nilai tambah
2. Pemberdayaan kelembagaan ekonomi masyarakat
3. Mengembangkan potensi ekonomi yang berbasis SDA dan berwawasan
lingkungan
4. Peningkatan daya saing ekonomi daerah
5. Mengembangkan pendidikan yang berkualitas, merata dan terakses
6. Mengembangkan akses dan kualitas kesehatan
7. Mengembangkan olah raga dan kepemudaan
8. Meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur daerah
9. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas
10. Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah

Bab 2 | 35
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

11. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban umum


12. Penguatan implementasi otonomi desa
13. Meningkatkan kualitas managemen struktur dan pola pemanfaatan ruang
Kota Kefamenanu
14. Meningkatkan pengelolaan kawasan pesisir Pantai Utara
15. Meningkatkan pembangunan kawasan perbatasan negara

Strategi:

1. Penguatan sistem pertanian terpadu


2. Pengembangan agribisnis
3. Penataan kapasitas pengelolaan koperasi dan UKM
4. Pengelolaan usaha penambangan yang ramah lingkungan
5. Pengembangan daerah tujuan wisata
6. Penguatan sistem informasi/promosi
7. Penciptaan iklim investasi yang kondusif
8. Peningkatan pelayanan pendidikan
9. Peningkatan pelayanan kesehatan
10. Peningkatan peran dan keterlibatan pemuda dalam kegiatan olahraga dan
kepemudaan
11. Optimalisasi pemanfaatan rencana tata ruang wilayah
12. Reformasi birokrasi
13. Pengendalian penegakkan produk hukum daerah.
14. Pemenuhan fasilitas layanan Kota Kefamenanu
15. Pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu
16. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan

Arah Kebijakan:

1. Tahun pertama
a. Penguatan sistem pertanian terpadu
b. Pengembangan daerah tujuan wisata
c. Penciptaan iklim investasi yang kondusif
d. Peningkatan pelayanan pendidikan
e. Peningkatan pelayanan kesehatan
f. Optimalisasi rencana tata ruang wilayah

Bab 2 | 36
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

g. Reformasi birokrasi
h. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan.

2. Tahun ke-dua
a. Penguatan sistem pertanian terpadu
b. Penataan kapasitas pengelolaan koperasi dan UKM
c. Pengembangan daerah tujuan wisata
d. Penciptaan iklim investasi yang kondusif
e. Peningkatan pelayanan pendidikan
f. Peningkatan pelayanan kesehatan
g. Optimalisasi rencana tata ruang wilayah
h. Reformasi birokrasi
i. Pemenuhan fasilitas layanan Kota Kefamenanu
j. Pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu.
k. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan.

3. Tahun ke-tiga:
a. Penguatan sistem pertanian terpadu
b. Pengembangan agribisnis
c. Penataan kapasitas pengelolaan koperasi dan UKM
d. Pengelolaan usaha penambangan rakyat yang ramah lingkungan
e. Pengembangan daerah tujuan wisata
f. Penciptaan iklim investasi yang kondusif
g. Peningkatan pelayanan pendidikan
h. Peningkatan pelayanan kesehatan
i. Peningkatan peran dan keterlibatan pemuda dalam olah raga dan kegiatan
kepemudaan
j. Optimalisasi rencana tata ruang wilayah
k. Reformasi birokrasi
l. Pengendalian penegakkan produk hukum daerah.
m. Pemenuhan fasilitas layanan Kota Kefamenanu
n. Pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu
o. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan.

Bab 2 | 37
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

4. Tahun ke-empat:
a. Pengembangan agribisnis
b. Penataan kapasitas pengelolaan koperasi dan UKM
c. Pengelolaan usaha penambangan rakyat yang ramah lingkungan
d. Penguatan sistem informasi/promosi pariwisata
e. Peningkatan pelayanan pendidikan
f. Peningkatan pelayanan kesehatan
g. Peningkatan peran dan keterlibatan pemuda dalam kegiatan olah raga dan
kepemudaan
h. Optimalisasi rencana tata ruang wilayah
i. Reformasi birokrasi
j. Pengendalian penegakkan produk hukum daerah
k. Pemenuhan fasilitas layanan Kota Kefamenanu
l. Pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu.
m. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan.

5. Tahun ke-lima:
a. Penataan kapasitas pengelolaan koperasi dan UKM
b. Pengelolaan usaha penambangan rakyat yang ramah lingkungan
c. Penguatan sistem informasi/promosi pariwisata
d. Peningkatan pelayanan pendidikan
e. Peningkatan pelayanan kesehatan
f. Peningkatan peran dan keterlibatan pemuda dalam kegiatan olah raga dan
kepemudaan
g. Optimalisasi rencana tata ruang wilayah
h. Reformasi birokrasi
i. Pengendalian penegakkan produk hukum daerah
j. Pemenuhan fasilitas layanan Kota Kefamenanu
k. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan.

Bab 2 | 38
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

2.2.4 Kebijakan Infrastruktur dan Permukiman Perkotaan Menurut RTRW


Kabupaten Timor Tengah Utara, Tahun 2008-2028

1. Review Kebijaksanaan Pengembangan Berdasarkan RTRW Kabupaten


Timor Tengah Utara sebelumnya.

Kebijaksanaan pengembangan di Kabupaten Timur Tengah Utara dibagi dua


jenis pengembangan, yang pertama pengembangan wilayah (spasial) dan
pengembangan kegiatan (sektoral),sebagai berikut :

A. Pengembangan Spatial (Keruangan)

(1) Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) I

- Wilayah Pengembangan : Kecamatan Miomaffo Barat Kecamatan


Miomaffo Timur Bagian Utara.

- Pusat Pengembangan : Eban dan Nunpene.

- Titik Berat Pengembangan : Hortikultura, Perkebunan, Kehutanan,


Peternakan dan Pengembangan
Perikanan air tawar.

(2) Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) II

- Wilayah Pengembangan : Kecamatan Miomaffo Timur bagian


Selatan (Desa Maurisu dan Desa
Naiola), Kecamatan Noelmuti dan
Kecamatan Insana bagian Selatan
(Desa Susulaku dan Desa Nansean).

- Pusat Pengembangan : Noemuti dan Kiupukan.

- Titik Berat Pengembangan : Pertanian lahan basah, Holtikultura


utamanya sayur-sayuran, perikanan (air
tawar), perkebunan, kehutanan,
kehutanan dan merupakan daerah
permukiman kembali penduduk.

(3) Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) III

- Wilayah Pengembangan : Kecamatan Insana Barat dan


Kecamatan Kota Kefamenanu dan
beberapa Desa dari Kecamatan
Miomaffo Timur dan Miomaffo Barat

Bab 2 | 39
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

yang berada di sekitar Kota


Kefamenanu (Desa Oenenu, Nimanasi
dan Desa Bijaepasu).

- Pusat Pengembangan : Kefamenanu dan Kiupukan

- Titik Berat Pengembangan : Peternakan, Pertanian Lahan Kering,


Hortikultura, Gogo Ranca, Perkebunan,
Pemerintahan, Pendidikan,
Perindustrian, Perdagangan dan
Kehutanan.

(4) Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) IV

- Wilayah Pengembangan : Area Oeroki dan daerah belakangnya


yang terdiri dari Kecamatan Bikoki
Selatan bagian Selatan.

- Titik Berat Pengembangan : Sawah Tadah Hujan/Gogo Ranca,


Hortikultura, Perkebunan, Kehutanan,
Peternakan dan Pengembangan
perikanan (air tawar)

(5) Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) V

- Wilayah Pengembangan : Wilayah Pantai Utara yang terdiri dari


Kecamatan Insana Utara, Kecamatan
Biboki Selatan (Desa Oepuah, Liniup)
dan Kecamatan Biboki Anleu.

- Pusat Pengembangan : Wini dan Ponu.

- Titik Berat pengembangan : Perikanan, Laut, Pertambakan,


Perindustrian (garam), perdagangan
(daerah pelabuhan), Pertanian Lahan
Basah, Perkebunan, Peternakan,
Kehutanan dan juga merupakan daerah
permukiman kembali penduduk.

Program-program pembangunan selanjutnya dalam ruang lingkup tertentu harus


berorientasi kepada kawasan pengembangan yang telah ditetapkan, namun
penentuan titik berat pengembangan yang dimaksud tidak berarti menutup
kemungkinan pengembangan sektor lain. Dengan kata lain, prospek

Bab 2 | 40
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

pengembangan yang ditetapkan merupakan prioritas utama, sedangkan sektor


lainnya merupakan sektor yang bersinergi dan dapat memberi manfaat lebih besar
terhadap daerah dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan yang
koordinatif serta keterpaduan yang baik.

Rekomendasi dalam Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) telah


ditetapkan kawasan prioritas dengan menitikberatkan pada pengembangan
sebagai berikut :

1. Wini dan Wilayah Pantai Utara sekitarnya seluas 3.000 Ha, diprioritaskan untuk
pengembangan pelabuhan, pariwisata, industri, maritim dan jasa.

2. Oelolok Kecamatan Insana seluas sekitar 700 Ha, diprioritaskan untuk


pengembangan pariwisata dan kerajinan rakyat dalam hal ini tenun ikat.

3. Dataran Oeroki (Kecamatan Biboki Selatan dan Bioki Utara) Fatuoni dan
Oelolok (Insana) dan Mena (Biboki Selatan) seluas + 22.500 Ha, dititik beratkan
pada pengembangan usaha pertanian tanaman pangan (gogoranca dan
sawah).

4. Dataran Mamsena (Insana), Mena (Biboki Selatan) dan Noemeti seluas +


20.000 Ha dititik beratkan pada pengembangan peternakan dan perkebunan.

Pengembangan kawasan-kawasan prioritas tersebut akan lebih ditingkatkan dan


lebih intensif setelah penyelesaian penataan ruang daerah secara detail, dengan
mengakomodasikan pengembangan sektor-sektor strategis.

Secara Fungsional hierarki pusat pelayanan dan wilayah pengaruh dibagi dalam 3
(tiga) hierarki, yaitu :

1. Hierarki I

Diemban oleh Kefamenanu, yang selain tempat kedudukannya sendiri, juga


mempunyai wilayah pengaruh lokalnya. Pengaruh lokal ini meliputi Wilayah
Kecamatan Miomaffo Barat dan Miomaffo Timur bersama Kecamatan Noelmulti
dan membawahi pusat-pusat pelayanan Hierarki II Kiupukan dan Wini.

2. Hierarki II

Pada Hierarki ini diemban 2 (dua) pusat pengembangan, yaitu kiupukan dan
Wini. Wilayah pengaruh dari masisng-masing kota hiararki II adalah sebagai
berikut :

Bab 2 | 41
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

a. Kiupukan, selain mempengaruhi tempat kedudukannya sendiri, juga wilayah


Kecamatan Insana dan Kecamatan Biboki Selatan bagian Selatan, serta
Kecamatan Biboki Utara Bagian Selatan.

b. Wini, selain mempengaruhi tempat kedudukannya sendiri, mempengaruhi


pula wilayah kecamatan insana utara, kecamatan biboki Utara bagian utara,
Kecamatan Biboki Utara bagian Utara dan Kecamatan Biboki Auleu.

3. Hierarki III

Diemban oleh Ibukota-ibukota Kecamatan Eban, Nunpene, Manufui dan


Lurasik, yang mempengaruhi wilayah masing-masing.

Tabel II.5.
Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan di kabupaten Timor Tengah Utara

No. Pusat Pelayanan Lingkup Pelayanan dan Wilayah Pengaruhnya


 Kota Kefamenanu dan sekitarnya
KOTA  Ibukota kecamatan wilayah bawahan langsung: Nunpene,
1.
KEFAMENANU Noemuti, dan Eban
 Pusat pelayanan hirarki II: Wini dan Kiupukan.
 Kiupukan dan sekitarnya.
 Wilayah Kecamatan Insana Selatan, Biboki Selatan Bagian
2. KIUPUKAN Selatan, Biboki Utara.
 Pusat-pusat pelayanan hirarki III bawahannya: Manufui dan
Lurasik.
 Wini dan sekitarnya.
 Wilayah Kecamatan Insana Utara, Biboki Selatan Bagian Utara,
3. WINI Biboki Utara Bagian Utara Dan Kecamatan Biboki Anleu.
 Pusat-pusat pelayanan hirarki III bawahannya: Ponu.
IBUKOTA
4. KECAMATAN Lingkup Kecamatannya sendiri.
LAINNYA
Sumber: RTRW Kabupaten TTU; 2008

Tabel II.6.
Lingkup Pelayanan dan Pengaruh Pusat-Pusat Pelayanan di kabupaten Timor Tengah Utara

No. Pusat Pelayanan Lingkup Pelayanan dan Wilayah Pengaruhnya


 Pusat administrasi dan pemerintahan kota administratif dan
KOTA kabupaten.
1.
KEFAMENANU  Pusat perdagangan industri, pariwisata, keuangan, pelayanan
sosial tingkat kabupaten.
 Pusat administrasi dan pemerintahan kecamatan insana selatan
2. KIUPUKAN .pusat perdagangan industri, pariwisata, keuangan, pelayanan
sosial tingkat lokal.
 Pusat administrasi dan pemerintahan Kecamatan Insana Utara.
3. WINI  Pusat perdagangan industri, pariwisata, keuangan, pelayanan
sosial tingkat lokal.

Bab 2 | 42
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
di Kota Kefamenanu - TTU

No. Pusat Pelayanan Lingkup Pelayanan dan Wilayah Pengaruhnya


 Pusat Administrasi Dan Pemerintahan Kecamatan.
IBUKOTA
 Pusat Perdagangan Industri, Pariwisata, Keuangan, pelayanan
4. KECAMATAN
sosial tingkat Lokal.
LAINNYA
Sumber: RTRW Kabupaten TTU; 2008

Bab 2 | 43
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.3.
Peta Pola Ruang Wilayah Kabupaten TTU

Sumber: RTRW Kabupaten TTU; 2008

Bab 2 | 44
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

B. Arahan dan Kebijaksanaan Sektoral

Arah dan kebijaksanaan sektoral Kabupaten Timor Tengah Utara yang tertuang dalam
pola Dasar (Poldas) Pembangunan tahun 1998/1999–1999/2000,yaitu
memprioritaskan pada sektor subsektor sebagai berikut :

1. Peningkatan sumber daya manusia agar dapat mendukung pembangunan ekonomi


melalui upaya peningkatan produktifitas tenaga kerja, dengan pendidikan yang
semakin merata dan bermutu yang diimbangi oleh peningkatan dan perluasan
pendidikan keahlian sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang pembangunan serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mantap dan tepat guna.

2. Penanggulangan kemiskinan merupakan upaya sentral dengan pendekatan


penanganan yang bersifat terpadu dan mengutamakan partisipasi dan kretivitas
masyarakat. Pendekatan ini dilaksanakan, mengingat jumlah penduduk yang
tergolong miskin masih cukup banyak. Penduduk miskin berada di 17 (tujuh belas)
desa tinggal dan desa-desa lainnya yang berada di perkotaan.

3. Sektor pertanian dan pengairan dititikberatkan pada peningkatan produksi dan


produktifitas dengan prioritas pengembangan sebagai berikut :

a. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan, meliputi :

- Pertanian lahan kering untuk padi, jagung, ubi-ubian dan kacang-kacangan


dititikberatkan pada SKP III.

- Pertanian lahan basah sayur-sayuran dititiberatkan pada SKP II, IV dan SKP
V.

- Tanaman Holtikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran dititikberatkan


pada SKP I

b. Sub Sektor Perkebunan dikembangkan di SKP I, II, III, IV dan V sesuai dengan
kecocokan lahan dan kondisi perkebunan.

c. Sub Sektor Peternakan dititikberatkan di SKP II, III, dan IV

d. Sub Sektor Perikanan titikberat pengembangan meliputi :

- Pengembangan usaha penangkapan ikan laut dan air payau diprioritaskan


pada SKP V

- Budidaya ikan air tawar dititikberatkan pada SKP I, II dan IV

e. Sub Sektor Kehutanan dititikberatkan pada SKP I, II dan V

Bab 2 | 45
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Sub Sektor Pengairan dititikberatkan pada wilayah pengembangan SKP II, IIIdan
V. Pembangunan embung-embung dapat dilaksankan pada semua kawasan
pengembangan yang mempunyai lokasi yang cocok.

4. Sektor sumberdaya alam dan lingkungan hidup, dititikberatkan pada upaya-upaya


pengingkatan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, antara lain
melalui konservasi dan lahan pertanian, usaha rehabilitasi lahan-lahan kawasan
hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS)

5. Sektor industri, dititikberatkan pada industri pengolahan hasil-hasil pertanian,


industri kerajinan alat-alat penunjang pertanian dan industri kerajinan yang
menunjang sector pariwisata.

6. Sektor perdagangan dan koperasi dititikberatan pada upaya peningkatan efesiensi


perdagangan dan peningkatan pertumbuhan koperasi/KUD agar dapat berkembang
menjadi wadah kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan bagi masyarakat
perdesaan.

7. Sektor perhubungan khususnya pembangunan subsektor perhubungan darat


dititikberatkan pada pengembangan system perhubungan yang serasi pasa semua
jaringan pada peningkatan jalan-jalan kabupaten. Pengembangan system
perhubungan ini diprioritaskan pada jalan yang termasuk klasikasi sangat penting
antara lain pada jalan yang menuju pusal produksi dan menuju ke Pelabuhan Wini.

8. Mengingat kondisi wilayah di Kabupaten Timor Tengah Utara seperti kabupaten


lainnya di Pulau Timor memiliki tipe iklim kering dengan jumlah bulan basah lebih
sedikit dibandingkan bulan kering dengan jumlah bulan basah lebih sedikit
dibandingkan bulan kering cuaca yang tidak menentu, menyebabkan di daerah ini
dihadapkan pada kendala kekurangan air terutama pada musim kemarau, baik
persediaan air untuk kebutuhan konsumsi masyarakat maupun untuk kebutuhan
pertanian/irigasi dan peternakan. Oleh karena itu, perlu mendapat perhatian dan
prioritas penangan dalam upaya pelestarian hutan, tanah dan air, agar ketersediaan
air dapat mencukupi kebutuhan yang kontinyu sepanjang tahun.

9. Peningkatan dan perluasan sistem jaringan perhubungan dan telekomunikasi,


terutama perhubungan darat dan laut untuk menunjang dan menjamin terjadinya
peningkatan intensitas serta mobilitas kegiatan pembangunan. Peningkatan ini,
pada gilirannya diharapkan mampu merealisasikan serta melancarkan aliran barang
dan manusia, sehingga seluruh kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

Bab 2 | 46
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

C. Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas/Perbatasan di Kabupaten Timor Tengah


Utara

Untuk pengembangan Kawasan Perbatasan yang sangat strategis di Kabupaten Timor


Tengah Utara dapat ditinjau dari :

1. Pusat Pelayanan dan Pengembangan Kawasan Perbatasan

Pusat Pelayanan dan Pengembangan Kawasan perbatasan yang dimaksud


adalah suatu kawasan yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan local, regional,
nasional dan internasional. Kawasan yang potensi dikembangakn adalah sebagai
pusat pelayanan dan pengembangan kawasan perbatasan adalah Desa Humusu
C (wini) dan Napan (miomaffo Timur). Disiapkan sebagai Pusat pelayanan dan
pengembangan utama kawasan.

Kedua Pusat utama pelayanan dan pengembangan kawasan tersebut


dihubungkan oleh jalan nasional sekaligus jalan utama kawasan yang
menghubungkan kawasan dengan wilayah luar Negara, sedangkan antara pusat
utama dengan pusat pelayanan di bawahnya dan antar pusat pelayanan sendiri
dihubungkan oleh jalan Propinsi atau Kabupaten (jalan arteri dan kolektor
kawasan).

Pusat Pelayanan utama maupun pusat pelayanan di bawahnya, masing-masing


mengemban fungsi dan peran yang diharapkan dari pusat utama kawasan
perbatasan adalah sebagai berikut :

 Berfungsi sebagai pusat kawasan perbatasan dan pelayanan keimigrasian dan


lintas batas.

 Sebagai pusat pemasaran dan bea cukai sekaligus merupakan pusat koleksi
dan distribusi bagi desa-desa (wilayah) sekitarnya

 Berperan penting dalam pengkaitan kawasan regional dan nasional serta


kawasan wilayah internasional, yakni dalam rangka komersialisasi pertanian,
penyebaran jasa percukaian. Sehingga untuk menunjang peran tersebut,
dibutuhkan fasilitas bea cukai, pelayanan lintas batas, perbankan, industri kecil
(agroindustri), pertukangan serta fasilitas sosial ekonomi budaya dan lapangan
kerja non pertanian yang berfungsi menunjang wilayah belakang.

 Memberikan fasilitas dan pelayanan kebutuhan dasar untuk rumah tangga


(berupa fasilitas sosial, ekonomi dan budaya) serta fasilitas dan pelayanan
penunjang kegiatan pertanian.

Bab 2 | 47
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Penyedia fasilitas dan pelayanan untuk merangsang tumbuhnya industri kecil


(agroindustri) serta produktivitas pertanian. Sehingga untuk menunjang peran
tersebut, sangat dibutuhkan upaya pengembangan fasilitas perekonomian
seperti pasar dan koperasi.

2. Fungsi Kawasan

 Sub Kawasan I berfungsi untuk pengembangan pertanian lahan basah (wini),


perkebunan, pertanian lahan kering, serta pengembangan permukiman
perkotaan (wini) dan perdesaan, serta pengembangan perhubungan darat dan
laut (dermaga wini).

 Sub Kawasan II berfungsi untuk pengembangan pertanian lahan basah,


perkebunan pertanian lahan kering serta pengembangan permukiman
perkotaan dan perdesaan.

3. Sistem Jaringan transportasi

Rencana sistem jaringan transportasi serta prasarana dan sarana dasar di


kawasan (desa-desa) perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara pada prinsipnya
hanya mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan sarana yang telah ada,
serta menambah atau menyediakan (membangun) yang masih dibutuhkan. Upaya
pengalokasian prasarana dan sarana selain diselaraskan dan diserasikan dengan
upaya pengembangan desa-desa perbatasan, juga disesuaikan dengan sistem
pusat-pusat pelayanan dan pengembangan yang diarahkan.

4. Rencana Alokasi Pemanfaatan ruang

a) Kawasan Lindung

 Lokasi penentuan kawasan lindung yang memiliki kemiringan lereng >40%

 Lokasi kawasan perlindungan setempat teridentifikasi antara lain sempadan


pantai dan sempadan sungai

b) Kawasan Lingkungan Rawan Non Lindung

Kawasan ini meliputi kawasan rawan bencana alam, kawasan terdegradasi dan
kawasan peka polusi. Untuk Kawasan Wini perlindungan terhadap rawan erosi
daerah pantai dan perlu adanya pelestarian hutan mangrove sebagai penahan
gelombang.

Kawasan terdegradasi seperti akibat erosi berat, bekas penambangan, akibat


endapan lumpur dan intrusi air laut.

Bab 2 | 48
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

c) Kawasan Budidaya

Untuk kegiatan pertanian yang didapat dikembangkan adalah pengembangan


pertanian lahan basah dan lahan kering, lokasi berada di daerah datar hingga
landai serta berada sebelah sungai.

d) Kawasan Permukiman

Karena kondisi alam yang cukup curam maka perkembangan permukiman akan
bersifat linier mengikuti kondisi jaringan jalan. Kawasan yang boleh
dikembangan untuk permukiman setelah 1 km dari buffer zone sesuai aturan
Undang-Undang.

e) Kebutuhan elemen di Kawasan Perbatasan

 Fasilitas Keamanan, penyediaan fasilitas keamanan merupakan syarat


mutlak mengingat posisi Kawasan Perencanaan sebagai titik perbatasan
yang membutuhkan pengamanan ekstra. Fasilitas keamanan berupa Pos
penjagaan dan pelengkapannya.

 Fasilitas Imigrasi.

 Fasilitas Bea cukai.

 Fasilitas Karantina.

 Fasilitas Keuangan dan Perbankan.

 Fasilitas Pergudangan.

 Parkir.

Bab 2 | 49
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.4.
Peta Kondisi Perbatasan Wilayah Kabupaten TTU

Sumber: RTRW Kabupaten TTU; 2008

Bab 2 | 50
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.5.
Peta Rencana Kawasan Strategis

Sumber: RTRW Kabupaten TTU; 2008

Bab 2 | 51
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

D. Kebijaksanaan Pengembangan Fasilitas Sosial dan Pos Pelintas Batas

Fasilitas-fasilitas pelayanan sosial mempunyai ruang lingkup pelayanan


regional direkomondasikan dikembangkan di desa-desa kawasan
perbatasan. Fasilitas sosial yang disarankan minimal di desa perbatasan
adalah fasilitas kesehatan (rumah sakit umum dan puskesmas serta fasiltas
kesehatan lainnya), pendidikan kejujuran, peribadatan dan pusat pelatihan
tenaga kerja.

Khusus di desa-desa prioritas, seperti Desa Haumani Ana, Desa Napan,


Desa Humusu C (Wini) fasilitas pos keamanan sangat dibutuhkan sekali, hal
ini mengingat desa tersebut mempunyai tingkat aksesilibitas terhadap
Negara Timor Leste. Fasilitas yang diupyakan tersedia, yaitu kantor Imigrasi,
kantor Bea Cukai, LLAJR, Karantina, Perbankan, Fiskal, Kantin dan Gudang
serta Fasilitas Perdagangan.

E. Arahan Pola dan Intensitas Pengelolaan Fisik Desa-desa Perbatasan

Pola dan intensitas pengelolaan fisik di desa-desa perbatasan diarahkan


guna membentuk fisik kawasan efesien dan mengefektifkan
penyelenggaraan kegiatan dalam kawasan. Bahasan pada bagian ini akan
meliputi penentuan intensitas penggunaan lahan dan pengaturan bangunan
dalam kawasan perbatasan, pengaturan sempadan sungai dan pantai.

Agar pendekatan konsepsi Tata Ruang Wilayah perbatasan dapat


dioperasikan maka perlu dirumuskan strategi pengembangan tata ruang dan
penataan ruang wilayah perbatasan dengan menetapkan kawasan
Prioritas/perbatasan di Kabupaten Timor tengah Utara disesuaikan dengan
urutannya diuraikan sebagai berikut :

 Kota Wini , Kawasan Prioritas (KF) pengembangan pelabuhan dan jasa:


Imigrasi, Bea, Cukai dan Pos Pelintas Batas (PPLB); pertahanan dan
Keamanan; pariwisata dan industri maritime.

 Kota Kefamenanu, Kawasan Prioritas (KP) pengembangan jasa


pemerintahan, imigrasi pertahanan dan keamanan; pelayanan social,
perdagangan, pariwisata, terminal dan industri manufaktur.

 Oelolok, kawasan Prioritas (KP) pusat kebudayaan dengan sector


andalan pertanian tanaman pangan dan pariwisata, merupakan kawasan
tergolong strategis (KS).

Bab 6 | 52
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Dataran Mena, Kawasan Prioritas (KP) pengembangan pertanian


tanaman pangan, peternakan, perikanan dan pariwisata merupakan
kawasan tergolong strategis (KS).

 Dataran Oeroki, Sekon, Fatuoni, Ponu, Oeko

 Io dan Noelmuti, Kawasan Prioritas (KP) pengembangan pertanian


tanaman pangan, merupakan kawasan tergolong strategis (KS)

 Wilayah Desa Fatunisuan, kawasan prioritas, (KP) Cagar alam, termasuk


kriteria kritis dan perlu mendapatkan perhatian.

F. Kebijaksanaan Pengembangan Transportasi

Pengembangan transportasi diarahkan untuk memperluas jaringan jalan dan


peningkatan mutu pelayanan jalan daerah maupun memperluas jaringan
perhubungan laut (pelabuhan Wini). Sehingga interaksi dari kota
Kefamenanu ke desa-desa perbatasan dapat diintensifkan.

Sistem tranportasi sebagai unsure pengembangan wilayah, hendaknya


ditujukan tidak saja untuk menjembatani kegiatan koleksi-distribusi barang,
tetapi juga sebagai investasi publik yang penting untuk melayani interaksi
sosial dan pelayanan masyarakat.

2. Arahan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara

A. Kawasan Lindung

Kawasan Lindung adalah suatu wilayah yang karena keadaan dan sifat
fisiknya mempunyai fungsi lindung terhadap tanah, air, flora dan fauna yang
didalamnya tidak diperkenankan budidaya. Dalam hubungan ini konsepsi
dasar pengembangan, aspek konservasi dan rehabilitasi pada dasarnya
ditujukan untuk :

- Melestarikan lingkungun dengan mempertahankan kawasan lindung


yang meliputi hutan lindung, hutan suaka alam, kawasan jalur
pengamanan aliran sungai/aliran air dan sumber mata air dan areal
lindung lainnya di luar kawasan hutan yang di dalamnya tidak
diperkenankan adanya budi daya. Kawasan lindung perlu
dipertahankan sebagai areal bervegetasi tetap.

Bab 6 | 53
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

- Melestarikan hutan suaka alam/hutan wisata dengan memperhatikan


keanekaragaman fauna, flora, tipe ekosistem, gejala dan keunikan
alam bagi kepentingan pengawetan plasma nutfah, ilmu pengetahuan,
wisata dan bagi pembangunan pada umumnya.

- Membina kawasan lindung yang masih merupakan areal perkebunan


dengan memperhatikan azas konservasi tanah dan air.

Bab 6 | 54
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.6.
Peta Rencana Kawasan Lindung Wilayah Kabupaten TTU

Sumber: RTRW Kabupaten TTU; 2008

Bab 6 | 55
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

B. Kawasan Budidaya

Kawasan Budi Daya adalah kawasan yang berfungsi untuk budi daya baik
untuk budidaya pertanian maupun non pertanian. Penggunaan lahan pada
kawasan ini mengikuti kriteria umum kawasan budi daya dengan tetap
memperhatikan azas konservasi tanah dan air. Kawasan budi daya terutama
diarahkan kepada lahan di luar kawasan hutan. Kriteria standar teknis
wilayah secara fisik layak ditetapkan sebagai suatu kawasan pengembangan
budi daya, baik pertanian maupun non pertanian.

Bab 6 | 56
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.7.
Peta Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten TTU

Sumber: RTRW Kabupaten TTU; 2008

Bab 6 | 57
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

C. Kawasan Pengembangan Non Pertanian

1. Arahan Pengembangan Permukiman Perkotaan

Kawasan Permukiman adalah kawasan yang berfungsi terutama untuk


pengembangan penduduk, perindustrian, perekonomian dan lain-lain yang
diarahkan pada lahan di luar kawasan hutan. Penggunaan lahan kawasan
permukiman, tetap memperhatikan azas konservasi tanah dan air serta
diarahkan untuk pengembangan lahan non budidaya.

Permukiman penduduk meliputi kawasan perkotaan dan perdesaan


sebagaimana ditetapakan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman dan Kepres RI No 32 tahun 1990. Dalam hal ini
suatu kawasan sesuai untuk pengembangan permukiman apabila memenuhi
syarat sebagai berikuti :

 Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada

 Kemiringan lereng kurang dari 8%

 Ketersediaan air terjamin

 Lokasi terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang

 Tidak terletak pada kawasan tanaman pangan lahan basah

Pengembangan permukiman perkotaan diarahkan dan diatur untuk mencapai


tujuan-tujuan sebagai berikut:

 Pembentukan sistem hirarki pusat-pusat pelayanan yang ideal, untuk


mencapai mekanisme perkembangan wilayah yang optimal.

 Pembentukan struktur permukiman kota yang mandiri dalam penyediaan


lapangan pekerjaan, dalam pemberian pelayanan umum, dalam
mencari/menggali sumber pembiayaan pembangunan, dan dalam
penyediaan/penciptaan lingkungan hidup sesuai asas Aman, Tertib, Lancar,
Sejahtera (ATLAS).

 Peningkatan fungsi administrasi dan pemerintahan kota Kefamenanu dari


status perwakilan kecamatan menjadi kota administrasi. Peningkatan fungsi
dan status ini hendaknya disertai dengan perluasan wilayah kota sehingga
penerapan kawasan permukiman dan fasilitas pelayanannya dapat ditata
dengan baik.

Bab 2 | 58
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Peningkatan kapasitas pelabuhan Wini agar dapat ditingkatkan fungsinya


untuk pengiriman barang dan penumpang dari Kabupaten TTU ke
Kabupaten lainnya di Provinsi NTT maupun keluar Provinsi dan sebaliknya.

 Perluasan dan peningkatan jaringan jalan dalam ibukota-ibukota Kecamatan.

 Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang ibukota-ibukota Kecamatan.

2. Arahan dan Pengaturan Kawasan Pedesaan

a) Pengembangan fisik

 Peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan untuk penggunaan lain,


khususnya penggunaan yang dapat mendukung strategi peningkatan
pendapatan rakyat, sesuai dengan Gerakan Meningkatkan Pendapatan
Asli Rakyat (GEMPAR).

 Peningkatan program pemugaran perumahan desa.

 Menggalang swadaya pembangunan perumahan desa melalui arisan,


koperasi dan kegiatan gotong-royong.

b) Pengembangan ekonomi

Pengembangan ekonomi kawasan pedesaan diarahkan dan diatur


perjenis kegiatan basis ekonomi yang dominan menurut kondisi dan
potensi masing-masing kecamatan.

Pengembangan ekonomi di kawasan pedesaan yang dapat dilakukan


yaitu:

 Pengembangan tanaman perdagangan buah-buahan, bahan makanan


dan hortikultura.

 Pengembangan ternak besar, kecil dan unggas.

 Pengembangan sumber daya perikanan dan usaha kelautan.

Bab 2 | 59
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.8.
Peta Kawasan Wil. Kab. yang di Kendalikan Perkembangannya

Bab 2 | 60
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.9.
Peta Kawasan Wil. Kabupaten Yang Perlu Di Dorong Perkembangannya

Kawasan Pantura

Kawasan Perbatasan

Kawasan Eban
Kawasan
Maubesi, Sasi

Kawasan Bijaepasu

Kawasan Naiola

Bab 2 | 61
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman

a) Proyeksi Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara

Pertumbuhan penduduk merupakan variable penentu dalam


memperkirakan jumlah penduduk. Agar didapat angka laju pertumbuhan
yang rasional dalam memperkirakan jumlah penduduk Kabupaten Timor
Tengah Utara pada masa mendatang, maka kajian harus dilakukan secara
holistik dengan memperhatikan semua variabel yang mempengaruhinya.

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara ini jika dilihat


dalam rentang 5 tahun yaitu dari tahun 2001-2005 mempunyai
pertumbuhan rata-rata adalah 2,1 %. Pertumbuhan penduduk pada tahun
2001-2005 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun
2000 petumbuhan penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara adalah 1,7%.
Peningkatan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara
disebabkan karena factor alamiah yaitu kelahiran dan karena
meningkatnya migrasi masuk penduduk ke Kabupaten Timor Tengah
Utara.

Hal ini disebabkan Migrasi masuk penduduk berkaitan dengan kedudukan


wilayah geografis Kabupaten TTU yang berbatasan dengan Timor Leste
dimana dapat menjadi daerah transit untuk ekspansi usaha ke negara baru
tersebut. Selain itu kedudukan Universitas Timor di wilayah TTU menjadi
daya tarik tersendiri bagi penduduk dari kabupaten tetangga untuk
melanjutkan studi. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Timor Tengah Utara mengalami peningkatan yang cukup
signifikan.

Tabel II.7.
Jumlah Penduduk Kabupaten Timor Tengah UtaraTahun 2001 – 2006

Luas Tahun LPP


No Kecamatan Wilayah rata-
2001 2002 2003 2004 2005 2006
(km2) rata
Miomaffp
1 447,30 29.375 29.750 30.739 31.238 31.091 31.336 0,01
Barat
Miomaffo
2 447,33 36.808 37.148 37.922 38.934 39.417 40.288 0,02
Timur
3 Noemuti 211,27 13.472 13.775 14.193 14.490 14.620 14.716 0,02
Kota
4 79,00 33.283 33.654 34.192 34.543 35.494 36.193 0,02
Kefamenanu
5 Insana 559,08 33.413 34.188 32.816 33.683 34.556 35.132 0,01

Bab 2 | 62
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Luas Tahun LPP


No Kecamatan Wilayah rata-
2001 2002 2003 2004 2005 2006
(km2) rata
6 Insana Utara 106,72 11.311 11.584 11.851 12.082 12.399 12.695 0,02
Biboki
7 349,10 18.571 19.488 19.418 19.762 20.011 20.440 0,02
Selatan
8 Biboki Utara 263,40 11.583 11.696 12.751 12.940 13.297 13.689 0,03
9 Biboki Anleu 206,40 11.723 12.100 13.603 14.137 14.353 14.469 0,04
Jumlah 2.669,60 199.539 203.383 207.485 211.809 215.238 218.958 0,02
Sumber : RTRW Kabupaten TTU

Tabel II.8.
Jumlah Proyeksi Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara
Tahun 2008 – 2013
Luas Wilayah Tahun
No Kecamatan
(km2) 2008 2013
1 Miomaffo Barat 447,3 32.240 34.002
2 Miomaffo Timur 447,33 41.852 45.739
3 Noemuti 211,27 15.282 16.437
4 Kota Kefamenanu 79 37.367 40.557
5 Insana 559,08 35.526 37.340
6 Insana Utara 106,72 13.230 14.615
7 Biboki Selatan 349,1 20.823 22.071
8 Biboki Utara 263,4 14.687 16.953
9 Biboki Anleu 206,4 15.928 18.672
Jumlah 2669,6 226.935 246.387
Sumber : RTRW Kabupaten TTU

b) Kepadatan dan Daya Tampung.

Dilihat dari aspek kepadatan penduduk, maka pada tahun 2013 tingkat
kepadatan penduduk di kabupaten Timor Tengah Utara adalah sebesar 92
jiwa/km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Kota
Kefamenanu sebesar 513 jiwa/km2, disusul kecamatan Insana Utara
sebesar 137 jiwa/km2 dan kecamatan Miomaffo Timur sebesar 102
jiwa/km2, sedangkan kecamatan lainnya, tingkat kepadatannya masih
dibawah 100 jiwa/km2 dengan kepadatan terendah adalan kecamatan
Biboki Selatan dan kecamatan Biboki Utara dengan tingkat kepadatan
masing-masing sebesar 63 jiw/km2 dan 64 jiwa/km2.

Bab 2 | 63
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.9.
Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara per Kecamatan Tahun 2013

Proyeksi
Luas Proyeksi jumlah
Kepadatan
NO Kecamatan Kecamatan Penduduk 2013
Penduduk 2013
(KM2) (JIWA)
(JIWA/KM2)
1 2 3 5 6
1 Miomaffo Barat 447,3 34.002 76
2 Miomaffo Timur 447,33 45.739 102
3 Noemuti 211,27 16.437 78
4 Kota
79 40.557 513
Kefamenanu
5 Insana 559,08 37.340 67
6 Insana Utara 106,72 14.615 137
7 Biboki Selatan 349,1 22.071 63
8 Biboki Utara 263,4 16.953 64
9 Biboki Anleu 206,4 18.672 90
JUMLAH/RATA-
2.669,6 246.387 92
RATA KABUPATEN
Sumber : RTRW Kabupaten TTU

c) Strategi Pengembangan Kependudukan

Mengingat bahwa penduduk merupakan subyek dan obyek


pembanguanan maka dalam perencanaan pembangunan perlu ditetapkan
strategi pengembangan kependudukan meliputi pengendalian jumlah
penduduk, peningkatan kualitas penduduk dan pengaturan kepadatan
penduduk.

Kebijakan dan strategi kependudukan tersebut meliputi :

(1) Pengendalian jumlah penduduk


Untuk menjaga agar pada tahun 2013 jumlah penduduk perkecamatan
tidak melampaui jumlah yang diproyeksikan, maka tingkat kelahiran
serta migrasi perlu dipertahankan dan dikendalikan dengan
menerapkan kebijakan kependudukan yang ketat.
(2) Peningkatan Kualitas Penduduk
Strategi ini mencakup usaha perbaikan gizi masyarakat, peningkatan
pendidikan dan kesehatan serta peningkatan produktivitas penduduk
dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(3) Pengaturan Kepadatan Penduduk.
Tingkat kepadatan penduduk baik di wilayah perkotaan maupun
perdesaan diatur sesuai dengan tingkat kepadatan yang direncanakan.

Bab 2 | 64
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

d) Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan permukiman di Kabupaten Timor Tengah Utara secara


garis besar dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yakni yang berada di
kawasan perkotaan dan perdesaan. Dalam beberapa tahun terakhir ini,
perumahan, terutama di kawasan perkotaan, menunjukan peningkatan
yang cukup signifikan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduknya.
Demikian pula dari segi kualitas, banyak yang meningkat dari keadaan
rumah temporer dan semi permanen ke rumah permanen, sejalan dengan
perkembangan tingkat ekonomi masyarakat. Perumahan dan permukiman
di perkotaan dan perdesaan telah terbentuk sedemikian rupa sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing. Di kawasan perkotaan,
pemukiman penduduk menunjukkan trend perkembangan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang terjadi di Kota Kefamenamu,
Miomaffo Barat, Miomaffo timur, dan kota-kota lainnya. Semuanya tampak
berkembang dengan baik, yang dilengkapi dengan prasarana, fasilitas dan
utilitas untuk menunjang aktivitas penduduknya, walaupun secara kuantitas
dan kualitas belum terpenuhi semuanya secara optimal. Permukiman
pekotaan sejauh ini telah mampu memerankan fungsinya sebagai kota
tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi (kolektor dan distributor) dan
kegiatan sosial ekonomi kemasyarakatan, baik bagi penduduk kota itu
sendiri maupun untuk melayani penduduk di wilayah belakangnya
(hinterland perdesaan). Kondisi ini akan berbeda bila dibandingkan dengan
kondisi perumahan dan permukiman di perdesaan. Perumahan di
perdesaan umumnya membentuk pola mengelompok yang tersebar dalam
setiap wilayah kecamatan. Dalam setiap desa, biasanya mengelompok
terdiri dari 20 hingga 50 rumah, yang disebut sebagai kampong atau
dusun. Kelompok rumah tersebut menempati (berlokasi) pada sebagian
kecil lahan yang cukup datar atau dengan kemiringan lereng kurang dari 20
%, sementara kelompok rumah lainnya terpisahkan oleh bukit atau gunung
dengan jarak yang cukup jauh dan berada pada lahan yang datar pula.
Antara satu kelompok perumahan dangan perumahan lainnya dipisahkan
oleh hamparan pegunungan yang berbukit-bukit dengan kemiringan lebih
dari 40%, berupa kawasan pertanian, pekebunan dan hutan, baik hutan
produksi maupun hutan lindung. Dari segi kualitas masih banyak terdapat
rumah-rumah penduduk yang kurang layak huni karena tingkat ekonomi
mereka yang masih rendah (miskin) serta masih minimnya ketersediaan

Bab 2 | 65
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

pelayanan sarana dan prasarana. Luasnya wilayah desa dengan prasarana


dan sarana yang minim, bahkan banyak yang belum tersedia, terutama
jaringan jalan yang memadai, mengakibatkan aktivitas penduduk desa
menjadi terhambat, baik dalam melakukan aktivitas sehari-hari maupun
dalam upaya mengembangkan produktivitas pertanian mereka.
Perkembangan pertumbuhan perumahan juga berjalan lambat, dan bahkan
di beberapa desa yang terpencil dan terisolir perkembangannya cenderung
statis.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perumahan dan permukiman di


perdesaan masih merupakan suatu masalah yang harus mendapat
perhatian Pemerintah Daerah. Dengan adanya perbedaan dari kedua
kondisi tersebut di atas, maka arah kebijakan pengembangan perumahan
dan permukiman memerlukan penanganan yang berbeda pula. Tapi yang
jelas arah pengembangannya harus sesuai dengan pesyaratan yang
berlaku, yakni bahwa rumah harus memenuhi kriteria persyaratan yang
memenuhi unsur kesehatan, kenyamanan dan keamanan.

Dalam analisis kebutuhan perumahan di kabupaten Timor Tengah Utara,


secara umum baik di perkotaan dan perdesaan diasumsikan untuk setiap
Kepala keluarga terdiri atas 5 (lima ) jiwa dalam menempati sebuah rumah.
Untuk pengembangan rumah di wilayah kabupaten dilakukan perhitungan
dengan mengacu kepada perbandingan kebutuhan rumah kapling besar,
sedang dan kecil secara proporsional yakni 1 : 3 : 6.

Tabel II.10.
Luas Lahan Perkampungan Tiap Kecamatan
di Kabupaten Timor Tengah Utara

LUAS PENNGGUNAAN LAHAN


KECAMATAN
PERKAMPUNGAN % PERKAMPUNGAN
Miomaffo barat 1135 13,42
Miomaffo timur 1066 12,60
Noemuti 248 2,93
Insana 1753 20,73
Insana utara 1556 18,40
Biboki selatan 1520 17,97
Biboki utara 94 1,11
Biboki anleu 776 9,17
Kota kefamenanu 310 3,67
Sumber : RTRW Kab.TTU, 2008

Bab 2 | 66
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.11.
Jumlah Rumah tiap Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara

Jumlah Rumah
No Kecamatan
2013 2018 2023 2028
1 Miomaffo Barat 5.667 5.961 6.254 6.548
2 Miomaffo Timur 7.623 8.271 8.919 9.567
3 Noemuti 2.739 2.932 3.124 3.317
4 Kota Kefamenanu 6.760 7.291 7.823 8.355
5 Insana 6.223 6.526 6.828 7.130
6 Insana Utara 2.436 2.667 2.898 3.128
7 Biboki Selatan 3.679 3.887 4.095 4.303
8 Biboki Utara 2.826 3.203 3.581 3.959
9 Biboki Anleu 3.112 3.569 4.027 4.484
Jumlah 41.065 44.306 47.548 50.790
Sumber : RTRW Kab.TTU; 2008

4. Arahan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana

a) Identifikasi Program Pembangunan Kabupaten TTU

Tabel II.12.
Identifikasi Program Pembangunan Kabupaten TTU

No Indikasi program Tujuan Instansi pelaksana Lokasi


Kawasan budidaya
1 Intensifikasi lahan-lahan Meningkatkan produksi dan  Dinas Pertanian  Kecamatan Noemuti,
sawah fungsional, terutama produktivitas tanaman padi. dan perkebunan  Insana
pada wilayah-wilayah yang  Dinas dan Kanwil Miomaffo Timur
telah mempunyai PU Kecamatan di Wilayah
jaringan/prasarana irigasi.  Bappeda Pantura (area
 Kecamatan Transmigrasi)
2 Peningkatan dan Meningkatkan produksi untuk  Dinas Pertanian  Kecamatan Noemuti,
pengembangan fungsi lahan mendukung pangan di wilayah dan perkebunan  Insana
sawah potensial dan lahan swasembada pangan di  Dinas dan Kanwil  Miomaffo Timur
sawah baku. wilayah Kabupaten. PU Kecamatan di Wilayah
 Bappeda Pantura (area
 Kecamatan Transmigrasi)
3. Intensifikasi usaha tani Mendukung program  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
komoditi padi ladang. peningkatan produksi dan dan perkebunan
swasembada pangan.
4. Intensifikasi usaha tani  Untuk menunjang program  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
komoditi jagung. diversifikasi pangan dan dan perkebunan
menambah penghasilan
petani.
 Menyiapkan Produk Unggulan
5 Intensifikasi usaha tani Untuk menunjang program  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
komoditi ubi kayu. diversifikasi pangan dan dan perkebunan
menambah penghasilan
petani.
6 Intensifikasi usaha tani Untuk menunjang program  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
komoditi ubi jalar diversifikasi pangan dan dan perkebunan
menambah penghasilan petani.
7 Intensifikasi usaha tani Untuk menunjang Agroindustri  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan

Bab 2 | 67
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

No Indikasi program Tujuan Instansi pelaksana Lokasi


Kawasan budidaya
komoditi kacang tanah dan menambah penghasilan dan perkebunan
petani.
8 Intensifikasi usaha tani Untuk menunjang Agroindustri  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
komoditi kacang kedelai dan menambah penghasilan dan perkebunan
petani.
9 Intensifikasi usaha tani Untuk menunjang Agroindustri  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
komoditi kacang hijau dan menambah penghasilan dan perkebunan
petani.
10 Intensifikasi usaha tani  Untuk menunjang program  Dinas Pertanian Kecamatan Miomaffo
komoditi Sayuran dan Buah- diversifikasi pangan dan dan perkebunan Barat dan Sekitarnya
buahan menambah penghasilan
petani.
 Menyiapkan Produk
Unggulan
11 Peningkatan produksi dan Memperluas kesempatan kerja  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
produktivitas lahan usaha dan peningkatan nilai tambah dan perkebunan
perkebunan kopi, kacang terhadap perekonomian  Kanwil Dep.
mete, cacao, vanili, kemiri wilayah Kabupaten. Transmigrasi
terutama yang berpola PIR  PTP/Swasta
dan unit usaha besar
lainnya.
12 Penyiapan Benih unggulan Meningkatkan produktivitas  Dinas Pertanian Seluruh Kecamatan
untuk tanaman pertanian tanaman dan lahan dan perkebunan

13 Pengembangan dan Meningkatkan kebutuhan  Dinas Perikanan Di Kecamatan wilayah


peningkatan usaha sendiri dan orientasi ekspor  Swasta Pantura
perikanan laut dan air tawar.

15 Pengembangan dan  Mendukung pengembangan  Dinas Peternakan Di Miomaffo Timur


peningkatan usaha (industri) sektor industri meningkatkan  Swasta Miomaffo Barat,
peternakan. kesejahteraan penduduk Insana, Biboki Selatan
sekitar dan Biboki Anleu
 Penyiapan Bibit unggulan
untuk pengembangan
Kawasan Budidaya Non Pertanian
1. Perencanaan  Dinas Seluruh Kecamatan
Pengembangan Usaha Pertambangan yang memiliki SDA
Pertambangan Rakyat dan Energi bahan tambang
2. Perencanaan  Dinas Sepanjang Pantura
Pengembangan Usaha Perindustrian, dan Kota Kefamenanu
Industri Kecil Menengah Perdagangan dan
Koperasi
3. Penyediaan Bahan Baku  Dinas
Industri Perindustrian,
Perdagangan dan
Koperasi
4. Review dan Revisi Mengarahkan pengembangn  Bappeda Seluruh Kawasan
Penyusunan rencana detail Perkotaan di Kab. TTU
tata ruang kawasan
Perkotaan
5. Perencanaan Daerah Mengembangkan kegiatan  Dinas Pariwisata Seluruh Kecamatan
Tujuan Wisata Kabupaten pariwisata sebagai alternatif dan Kebudayaan
lapangan usaha dan  Bappeda
memperluas lapangan kerja
6. Pengembangan dan Mengembangkan kegiatan  Dinas Pariwisata Seluruh Kecamatan

Bab 2 | 68
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

No Indikasi program Tujuan Instansi pelaksana Lokasi


Kawasan budidaya
penataan obyek (daerah pariwisata sebagai alternatif dan Kebudayaan
tujuan) wisata dan lapangan usaha dan  Bappeda
pengelolaan kegiatan memperluas lapangan kerja
kepariwisataan.
7. Pengembangan SDM Pemberian Pelatihan  BKPMD Seluruh Kecamatan
Penyiapan peluang kegiatan  Kecamatan
dibidang pertanian,
perkebunan, perikanan

b) Rencana Induk Sistim Prasarana

1. Rencana Induk Sistim Prasarana/Master Plan merupakan uraian


rencana kebutuhan pengembangan dan pembangunan infrastruktur
secara rinci sebagai pendukung utama fungsi-fungsi sistim sosial dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

2. Rencana Induk Sistim (RIS)/Master Plan Infrastruktur diharapkan dapat


mendorong Pemerintah Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) untuk
melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan terencana
dalam kurun waktu 10 – 20 tahun. Selain itu Rencana Induk
Sistim/Master Plan infrastruktur.

3. Namun sejak terbentuk menjadi Daerah Otonom tahun 2002, Kabupaten


Timor Tengah Utara belum memiliki Rencana Induk Sistim Prasarana
dan Sarana Umum sebagai acuan/pedoman dalam pembangunan
prasarana dan sarana dimaksud.

4. Pelaksanaan Pembangunan Prasarana dan sarana selama ini lebih


mengacu kepada rencana jangka pendek dan bersifat sektoral parsial
serta usulan dan kebutuhan masyarakat yang dianggap paling
mendesak.

5. Untuk itu kedepan diperlukan adanya Rencana Induk Sistim Prasarana


dan Sarana perkotaan maupun wilayah/kawasan yang memberi
gambaran dan pedoman serta arahan tentang kebutuhan Prasarana dan
sarana yang akan dibangun secara bertahap, berkesinambungan serta
didukung oleh sistim pendanaan yang terpadu.

c) Identifikasi Kebutuhan Investasi Pembangunan Prasarana

Bab 2 | 69
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.13.
Long List Kebutuhan Pembangunan Prasarana

No. Kawasan Permasalahan Kebutuhan Prasarana


1 2 3 4
Sampah dibuang ke saluran Penataan pengelolaan
drainase persampahan
Penataan drainase kota yang
Drainase kota belum tertata
baik dengan membuat master
dengan baik
plan
Penataan lingkungan
Lingkungan belum tertata
dilengkapi dengan
dengan baik
Kawasan Kota infrastruktur yang memadai
1 Kawasan belum terlayani air Penyediaan air bersih yang
Kefamenanu
bersih sehat
Lingkungan pasar kumuh Penataan kembali pasar
Sebagian masyarakat Pengelolaan air limbah
membuang air limbah di
sembarang tempat
Jalan lingkungan banyak yang Perbaikan/peningkatan jalan
rusak lingkungan
Penataan lingkungan
Lingkungan belum tertata
Kawasan dilengkapi dengan
dengan baik
Perbatasan(Desa infrastruktur yang memadai
3
Haumani Ana, Desa Penyediaan jaringan air
Sebagian wilayah/kawasan
Napan, Desa Humusu C) minum perpipaan dan non
belum terlayani air bersih
perpipaan
Penataan Lingk. Permukiman
Pembangunan Drainase
Lingkungan kumuh/nelayan
Pembangunan/Peningkatan
Kawasan Pelabuhan
4 jalan lingkungan
(Wini )
Penyediaan jaringan air
Sebagian wilayah/kawasan
minum perpipaan dan non
belum terlayani air bersih
perpipaan
Sebagian wilayah/kawasan Jaringan air minum perpipaan
belum terlayani air bersih dan Non perpipaan
Kawasan Wisata Air Penataan Lingk. Permukiman
Tawar Kawasan Oeluan Pembangunan Drainase
5 Lingkungan Belum tertata
Kawasan Tanjung Pembangunan/Peningkatan
dengan baik
Bastian Kawasan jalan lingkungan enataan
Benkoko Lingk. Permukiman
Peningkatan dan penataan
Jalan Akses ke lokasi wisata
jalan
Kawasan Penataan Lingk. Permukiman
Lingkungan belum tertata
PerdesaanEban, dan pembuatan jalan
dengan baik
Nunpene, Desa Maurisu lingkungan
5
dan Desa Naiola, Desa Pembangunan Embung, Pah
Keterbatasan ketersediaan Air
Susulaku dan dan sumur bor/gali
Bersih
Desa Nansean Oeroki
Sebagian wilayah/kawasan Jaringan air minum perpipaan
belum terlayani air bersih dan Non perpipaan
Kawasan Perkantoran Akses jalan penghubung Pembangunan jaringan jalan
Baru Sebagian Maubesi, Penataan Lingk. Permukiman
6
Sebagian Sasi, Pembangunan Drainase
Sebagian Naiola Lingkungan Belum tertata
Pembangunan/Peningkatan
dengan baik
jalan lingkungan enataan
Lingk. Permukiman

Bab 2 | 70
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2.2.5 Kebijakan Infrastruktur dan Permukiman Perkotaan Menurut RDTR


Kota Kefamenanu, Tahun 2008-2028

A. Rencana Struktur Tata Ruang

Struktur tata ruang Kawasan Kota Kefamenanu dipengaruhi oleh pola


persebaran penduduk serta dibentuk oleh sistem pusat, sistem transportasi,
serta sarana dan prasarana kota serta kebijakan Kota Kefamenanu sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).
Perencanaan struktur tata ruang Kota Kefamenanu meliputi rencana struktur
pelayanan kegiatan, rencana sistem jaringan pergerakan, dan rencana jaringan
utilitas. Kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan rencana struktur ruang,
yaitu kebijakan sistem pusat-pusat kegiatan kawasan perkotaan.

Struktur tata ruang sebagai suatu karakteristik dasar kawasan perkotaan dapat
diartikan sebagai pola fisik yang mencerminkan tingkat efisiensi, keteraturan,
dan dinamika aktifitas-aktifitas yang terkandung didalam kawasan perencanaan
dan telah dipengaruhi oleh kendala-kendala perkembangan, baik fisik maupun
non fisik. Struktur tata ruang itu sendiri dicirikan dan dapat dilihat dari beberapa
parameter, yaitu :

- Pola jaringan transportasi berupa jaringan jalan dan perkiraan karakteristik


arus transportasi serta fungsi jalan.

- Lokasi dan kapasitas pusat-pusat aktifitas

- Pola dan intensitas penggunaan lahan.

Struktur tata ruang yang dirumuskan untuk pengembangan Kota Kefamenanu


sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) ditujukan bagi perkembangan hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang
sampai tahun 2028, sesuai dengan rencana-rencana di atasnya. Perumusan
rencana struktur tata ruang ini akan menjadi dasar dalam penyusunan rencana
selanjutnya ditentukan berdasarkan :

- Rencana struktur tata ruang yang diarahkan pada Rencana Kota


Kefamenanu.

- Kondisi eksisting, yang meliputi kondisi fisik dan pola penggunaan lahan
yang ada saat ini.

Bab 2 | 71
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

- Kecenderungan dan arah perkembangan yang mungkin terjadi dimasa


mendatang (akibat perkembangan kegiatan-kegiatan di luar maupun di
dalam kawasan).

- Konsep dan prinsip-prinsip penentuan pusat pelayanan dan unit-unit


lingkungan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka rencana


struktur tata ruang Kota Kefamenanu terdiri dari :

- Satu BWK sebagai Pusat yang berfungsi sebagai pusat Perkotaan yang
melayani tingkat regional/Kabupaten, juga melayani skala Kawasan dengan
3 (tiga) pusat lingkungan/Blok peruntukan.

- Kawasan-kawasan seperti Pusat Jasa Perkantoran dan Jasa Perdagangan


dan penunjang perkotaan yang merupakan aktifitas-aktifitas tingkat Primer
(F1).

- Kawasan-kawasan yang mempunyai kegiatan fungsional mendukung


terhadap perkembangan kegiatan Primer seperti Permukiman, perdagangan
skala kota, pendidikan, kesehatan, dan peribadatan yang merupakan
aktifitas pelayanan tingkat Sekunder (F2).

- Jaringan-jaringan jalan arteri primer merupakan jalan Trans Timor (Kupang –


Soe -Kefamenanu – Atambua), dan jaringan jalan arteri sekunder ( Rencana
jalan lingkar luar/Ring Road).

- Jaringan-jaringan jalan kolektor primer (Jalan dalam Kota), dan jalan sekitar
kawasan pusat perkantoran dan jasa perdagangan.

- Jaringan jalan lokal primer (jalan antar pusat-pusat lingkungan perumahan),


dilayani oleh jalur jalan lingkungan perumahan.

- Jaringan jalan lokal sekunder (jalan lingkungan), dilayani oleh jalur jalan
didalam perumahan (antar perumahan).

Bab 2 | 72
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.10.
Peta Pembagian Wilayah Kota (BWK)

Sumber: RencanaUmum Tata Ruang Kota Kefamenanu;2008

Bab 2 | 73
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

1) Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Kota Kefamenanu

Rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan perencanaan Kota


Kefamenanu, merupakan kegiatan fungsional kawasan dengan struktur
jangkauan pelayanan antar orientasi lokasi yang disesuaikan dengan hirarki
kegiatan fungsionalnya. Kegiatan fungsional kawasan disesuaikan dengan
arahan RTRW Kota Kefamenanu dan perkembangan serta potensi ruang
kawasan perencanaan Kota Kefamenanu. Adapun kegiatan fungsional
kawasan pusat Kota Kefamenanu terdiri atas:

 Perkantoran swasta skala regional

 Fasilitas kesehatan

 Transportasi pergerakan regional dan pergerakan lokal

 Kegiatan terminal lokal

 Pusat agropolis

 Pusat fasilitas pemasaran hasil

 Perdagangan skala lokal

 Pelayanan publik

Adapun kegiatan fungsional pendukung pusat Kota Kefamenanu terdiri atas:

 Pusat pemerintahan Kabupaten Timor Tengah Utara

 Perkantoran swasta

 Fasilitas pusat kesehatan untuk skala regional

 Fasilitas pendidikan

 Fasilitas peribadatan

 Kegiatan wisata alam dan kegiatan wisata budaya

 Penyediaan ruang-ruang publik

 Trnasportasi pergerakan reginal dan pergerakan lokal

 Kegiatan terminal regional

 Kawasan pertanian

 Perdagangan skala lokal

Bab 2 | 74
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Hunian/permukiman

 Kegiatan industri pengolahan, perbengkelan dan furnitur

 Pelayanan publik

2) Rencana Tata Jenjang Pusat-pusat Kegiatan Kawasan Kota Kefamenanu

Rencana tata jenjang pusat-pusat kegiatan Kota kefamenanu, merupakan


ruang kawasan dengan orientasi pusat kegiatan dan lokasi pengembangannya,
dimana untuk kawasan Kota Kefamenanu terdiri dari 1 (satu) pusat BWk, 5
(lima) sub pusat (5 BWK), 18 (delapan belas) blok. Untuk lebih jelasnya
rencana tata jenjang pusat-pusat kegiatan kawasan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

Tabel II.14.
Rencana Tata Jenjang Pusat-Pusat Kegiatan Kawasan Kota Kefamenanu

Jenjang
Jenjang Pusat
No Ruang Orientasi Lokasi Pengembangan
Kegiatan
Kawasan
1 Pusat Kota 1 (satu) Pusat Kawasan Perkantoran Dan Kegiatan Perekonomian
(BWK 1) BWK/ Regional Kabupaten Timor Tengah Utara Di Kelurahan
Skala Regional Kefa Tengah dan Kefa Selatan
2 Sub Pusat 5 BWK Kawasan pusat pemerintahan, pelayanan terminal
(BWK 2, 3, regional (BWK 3), permukiman dan perdagangan
4, regional (BWK 2, 3, dam 4)
5, 6) Kawasan konservasi di sebagian wilayah BWK 2, 4, 5,
dan 6
3 Blok Pusat blok (18 Tersebar pada 18 blok/lingkungan ditandai dengan
unit) sarana pendidikan (TK, SD), pasar lingkungan, BP,
serta tamann dan lain-lain
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

3) Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Kota Kefamenanu

Kependudukan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan renncana


pengembangan kawasan pernecanaan kota Kefamenanu di masa depan.
Rencana kependudukan yang dimaksud disini adalah jumlah penduduk yang
diproyeksikan untuk akhir tahun perencanaan (2028) yang mencapai 20.795 jiwa,
dengan penyebaran penduduk dan kepadatan yang masih bisa ditampung dalam
tiap blok. Hal ini menjadi pentinga terutama diperkuat dengan permasalahan
penyebaran penduduk kawasan perencanaan Kota kefamenanu saat ini yang
kurang merata dan sebagian besar terkonsentrasi di blok-blok tertentu saja.

Bab 2 | 75
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Rencana distribusi penduduk terkait dengan rencana kepadatan dan daya


tampung penduduk pada kawasan perencanaan diarahkan berdasarkan
ketersediaan lahan potensial per sub unit lingkungan terkecil, jangkauan
pelayanan, kondisi e eksisting serta arahan kepadatan penduduk yang tertuang
dalam RTRW Kota Kefamenanu.

Berdasarkan hasil analisis kependudukan, distribusi kepadatan penduduk


kawasan perencanaan Kota Kefamenanu kepadatannya tidak merata, kepadatan
penduduk terkonsentrasi hanya pada beberapa lokasi yaitu di BWK 1 dan
sebagian BWK 2.

Tabel II.15.
Proyeksi Penduduk di Distribusi Setiap Blok di Kawasan Perencanaan
Kota Kefamenanu tahun 2008-2013

Proyeksi Jumlah Penduduk


Luas Wilayah
No Bagian Kota (jiwa)
(ha)
2008 2013
1. BWK 1 1.600 12.267 14.738
2. BWK 2 2.546 9.807 12.554
3. BWK 3 1.540 8.090 6.528
4. BWK 4 1.160 7.156 6.429
5. BWK 5 1.950 3.991 5.488
6. BWK 6 2.740 5.733 7.474
Jumlah 11.536 47.044 53.211
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

BWK yang memiliki kepadatan tertinggi adalah BWK 1 yang berada di Kelurahan
Kefa Tengah dan Kefa Selatan dengan kepadatan masing-masing blok di BWK 1
sekitar 11-21 jiwa/Ha. Sedangkan wilayah lainnya adalah BWK 2 dengan
kepadatan 11-15 jiwa/Ha. Sedangkan yang terendah ada di BWK 2, 3, 4, 5, 6
dominan untuk kegiatan non terbangun atau konservasi karena kondisi topografi
yang cukup curam. Sehingga ada pembatasan kegiatan terbangun yang
dikembangkan di daerah tersebut.

Tabel II.16.
Rencana Kepadatan Penduduk Kawasan Perencanaan Setiap Blok
di Kota Kefamenanu tahun 2013

Proyeksi Jumlah Proyeksi Kepadatan


Luas
No Bagian Kota Penduduk (jiwa) Penduduk (jiwa/ha)
Wilayah
2013 2013
1. BWK 1 1.600 14.738 32
2. BWK 2 2.546 12.554 19
3. BWK 3 1.540 6.528 18
4. BWK 4 1.160 6.429 17
5. BWK 5 1.950 5.488 12
6. BWK 6 2.740 7.474 8
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

Bab 2 | 76
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.11.
Peta Rencana Intensitas dan Daya Tampung Ruang

Sumber: RencanaUmum Tata Ruang Kota Kefamenanu, 2008

Bab 2 | 77
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

B. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kota Kefamenanu

Rencana Pola pemanfaatan ruang Kota Kefamenanu pada intinya terdiri dari
Rencana pengembangan Kawasan Budidaya perkotaan, dan Rencana
pengembangan Kawasan lindung, digambarkan sebagai berikut :

1. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Perkotaan

Rencana Pengembangan Kawasan budidaya di wilayah Kota Kefamenanu


perkotaan meliputi: Kawasan perumahan, perdagangan, jasa, pendidikan,
peribadatan, kesehatan, rekreasi dan olahraga, ruang terbuka hijau/Konservasi,
pemerintahan/perkantoran, dan kawasan militer.

Rencana Pola Pemanfaaan lahan kawasan budidaya untuk masing-masing


guna lahan akan dijabarkan sebagai berikut.

Tabel II.17.
Pembagian Wilayah Kota secara Fungsi dan Administrasi

Bagian Wilayah
Kelurahan Typikal Fungsi
Kota
BWK I Kefa selatan Permukiman : Kepadatan tinggi dan sedang
1
(PusatI) Kefa tengah Komersial : Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan
Jasa, Perdagangan dan Perkantoran

Pelayanan Umum : Kawasan Perkantoran Pemerintahan,


Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan dan Pemakaman

BWK II Benpasi Permukiman : Kepadatan sedang dan rendah


2
(Sub Pusat Bansone Komersial : Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan
BWK) Oelami Jasa, Perdagangan dan Perkantoran, Perbengkelan
Sebagian Industri : Home Industri
maubeli
Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Konservasi
Sebagian Permukiman : Kepadatan sedang dan rendah
BWK III Maubeli Komersial : Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan
3
(Sub Pusat Sebagian Jasa, Perdagangan dan Perkantoran, Pergudangan
BWK) Sasi Pelayanan umum : Kawasan perkantoran Pemerintahan,
Sebagian Pendidikan, kesehatan, peribadatan
Naiola
Ruang Terbuka Hijau : GOR, Taman Kota

Permukiman : Kepadatan sedang dan rendah


BWK IV Tubuhue Komersial : Perdagangan, Perkantoran, Perdagangan dan
4 (Sub Pusat Sebagian Jasa, Perdagangan dan Perkantoran
BWK) Sasi
Sebagian Pelayanan umum : Kawasan perkantoran Pemerintahan,
Naiola Pendidikan, kesehatan, peribadatan, Pemakaman
Ruang Terbuka Hijau : Hutan Kota, Taman Kota
Hutan : Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Lindung : Hutan Lindung, Konservasi, Sempadan

Bab 2 | 78
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Bagian Wilayah
Kelurahan Typikal Fungsi
Kota
Sungai
Permukiman : Kepadatan sedang dan rendah
BWK V Pelayanan umum : Kawasan perkantoran Pemerintahan,
5 Kefa utara
(pusat Pendidikan, kesehatan, peribadatan
Aplasi
Lingkungan) Ruang Terbuka Hijau : Hutan Kota, Taman Kota
Hutan : Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Lindung : Hutan Lindung, Konservasi, Sempadan
Sungai
Permukiman : Kepadatan sedang dan rendah
BWK VI
6 Pelayanan umum : Kawasan perkantoran Pemerintahan,
(pusat
Oesena Pendidikan, kesehatan, peribadatan
Lingkungan)
Taekas Kawasan Lindung : Hutan Lindung, Konservasi, Sempadan
Oenanu Sungai
Ruang Terbuka Hijau : Taman Kota dan Hutan Kota
Sumber: RDTR Kota Kefamenanu, 2011

Berdasarkan ketentuan teknis penyusunan RDTRK, susunan ruang yang terkecil


dalam RDTRK adalah blok peruntukan, kemudian arahan RTRW Kota
Kefamenanu bahwa untuk Pusat adala BWK I dengan membawahi 5 BWK
sebagai Sub Pusat yaitu BWK 2, BWK 3, BWK 4, BWK 5 dan BWK 6.

Penyusunan pembagian blok peruntukan (blok sistem) mengacu kepada


pembagian blok dengan rincian sebagai berikut: kawasan perencanaan Kota
Kefamenanu dengan luas keseluruhan 11.436 Ha terdiri dari 15 kelurahan/desa
dengan memebentuk 1 Pusat dan 5 Sub Pusat. Masing-masing BWK terbagi atas
3 blok perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembagian blok
berikut ini:

Tabel II.18.
Pembagian Wilayah kota dan Blok Lingkungan Kota Kefamenanu

BWK UNIT BWK LUAS PER BLOK


BWK I 1A, IB, IC 1.600

BWK II 2A, 2B, 2C 13.878,71

BWK III 3A, 3B, 3C 991

BWK IV 4A, 4B, 4C 1.686

BWK V 5A, 5B, 5C 1.900

BWK VI 6A, 6B, 6C 2.740


Luas Total 11..436,00

Area terbangun di Kota Kefamenanu, didominasi oleh perumahan yang memiliki


beberapa karakter. Untuk memberikan gambaran singgkat tentang kondisi

Bab 2 | 79
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

kegiatan budidaya yang dikembangkan pada kawasan perencanaan setiap blok


yang ada saat ini adalah sebagai berikut:

a. BWK I

 Blok 1A

Blok ini merupakan blok pusat perkantoran berupa kegiatan perdagangan


dan jasa serta fasilitas kelengkapannya. Dari kondisi lahannya saat ini di
blok IA sebagian besar merupakan kegiatan perdagangan dan jasa serta
sebagian lahan permukiman kompleks bhayangkari, kemudian ada
beberapa lahan yang sudah ada bangunannya seperti Rumah Sakit,
Sekolah, dan beberapa rumah penduduk dengan kondisi rumah permanen,
semi permanen dan darurat. Ketersediaan infrastruktur pada blok ini masih
cukup lengkap dan transportasi jalan dengan kondisi jalan utama dengan
kualitas hotmix, dan aspal sedangkan di pinggiran kota sebagian besar
kondisi jalannya masih tanah.

 Blok 1B

Merupakan kawasan yang direncanakan dominasi untuk pusat pelayanan


dan jasa kegiatan regional serta dominan untuk perdagangan. Situasi saat
ini penyiapan permukiman ada di lokasi dalam kawasan blok 1B ini dengan
penataan khusus, sedangkan karakter lainnya yaitu keberadaan
infrastruktur jalan di blok B ini masih aspal dan sebagian tanah.

 Blok 1C

Merupakan kawasan yang diarahkan untuk pusat kegiatan perkantoran


swasta dan pemerintahan regional, pelayanan dan jasa kegiatan regional
serta permukiman kepadatan sedang. Situasi saat ini merupakan Pusat
Pemerintahan Kabupaten yang direncanakan akan dialihkan ke BWK 3
dan kawasan permukiman berada di jalur bagian dalam, sedangkan
keberadaan infrastruktur jalan di blok ini sudah terlayani jalan aspal.

b. BWK 2

 Blok 2A

Blok ini merupakan blok permukiman dengan kepadatan tinggi. Dari


kondisi lahannya saat ini, sebagian besar merupakan permukiman dengan
kepadatan tinggi dengan kondisi rumah permanen, semi permanen dan

Bab 2 | 80
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

darurat, serta ada beberapa kawasan konservasi. Ketersediaan


infrastruktur pada blok ini masih cukup lengkap dan transportasi jalan
dengan kondisi jalan utama dengan kualitas aspal sedangkan pinggiran
kotanya sebagian kondisi jalan tanah.

 Blok 2B

Merupakan kawasan yang direncanakan sebagai kawasan permukiman


dengan kepadatan tinggi, kawasan pusat perdagangan dan jasa, kawasan
pendidikan serta kawasan konservasi. Situasi saat ini penyiapan
permukiman ada di lokasi dalam kawasan blok 2B dengan penataan
khusus. Keberadaan infrastruktur jalan di blok ini masih jalan aspal dan
sebagian tanah. Selain itu blok ini juga dilengkapi dengan fasilitas
pendidikan dari jenjang SD sampai SLTA.

 Blok 2C

Merupakan kawasan yang diarahkan sebagai kawasan konservasi,


kawasan permukiman kepadatan sedang dan permukiman kepadatan
rendah. Kondisi infrastruktur pada blok ini masih belum terpenuhi dengan
baik, sebagian besar jalan masih jalan tanah.

c. BWK 3

 BWK 3A

Blok ini merupakan blok permukiman dengan kepadatan tinggi dan


kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan pelayanan umum dan jasa.
Dari kondisi lahannya saat ini, sebagian besar merupakan permukiman
dengan kepadatan tinggi dengan kondisi rumah yakni permanen, semi
permanen dan darurat. Ketersediaan infrastruktur masih cukup lengkap
dan transportasi jalan dengan kondisi jalan utama dengan kualitas aspal
sedangkan pinggiran kotanya sebagian kondisi jalan

 BWK 3B

Merupakan kawasan yang direncanakan dominasi sebagai kawasan


permukiman dengan kepadatan tinggi, kawasan pusat perdagangan dan
jasa, kawasan pendidikan serta kawasan pemerintahan baru. Situasi saat
ini penyiapan permukiman ada di lokasi dalam kawasan ini dengan
penataan khusus kemudian karakter lain yaitu keberadaan infrastruktur

Bab 2 | 81
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

jalannya masih aspal dan sebagian tanah. Selain itu juga dilengkapi
dengan fasilitas pendidikan dari jenjang SD sampai SLTA.

 BWK 3C

Merupakan kawasan yang diarahkan sebagai kawasan permukiman


dengan kepdatan sedang serta kawasan pemerintahan baru. Kondisi
infrastruktur sudah cukup baik dengan kondisi jalan sudah di hotmix dan
jalan beraspal.

d. BWK 4

 Blok 4A

Blok ini merupakan blok kawasan konservasi serta permukiman kepadatan


rendah. Dari kondisi lahannya saat ini, sebagian besar merupakan
permukiman dengan kepadatan tinggi dngan kondisi rumah permanen,
semi permanen, dan darurat. Ketersediaan infrastruktur sudah cukup
memadai dengan kondisi jalan sudah beraspal pada sebagian daerah,
sedangkan untuk di pinggiran kondisi jalannya masih tanah.

 Blok 4B

Merupakan kawasan yang direncanakan dominasi sebagai kawasan


permukiman dengan kepadatan tinggi dan permukiman kepdatan rendah,
kawasan pusat perdagangan dan jasa serta kawasan pendidikan. Kondisi
inftarstruktur masih bervariasi karena ada beberapa jalan sedah beraspal
tetapi masih banyak juga jalan tanah. Selain itu juga blok ini dilengkapi
dengan fasilitas pendidikan dari jenjag SD sampai SLTA.

 Blok 4C

Merupakan kawasan yang diarahkan sebagai kawasan permukiman


dengan kepadatan sedang, permukiman kepadatan rendah serta kawasan
pemerintahan baru. Kondisi infrastruktur sudah cukup baik dengan kondisi
jalan sudah di hotmix dan jalan beraspal.

e. BWK 5

 Blok 5A

Blok ini merupakan kawasan permukiman kepadatan tinggi, kawasan


perdagangan dan jasa, kawasan pelayanan umum dan jasa serta sebagai

Bab 2 | 82
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

kawasn konservasi dan kawasan pendidikan. Dari kondisi lahannya saat ini
sebagian besar merupakan permukiman dengan kepadatan tinggi dengan
kondisi rumah permanen, semi permanen, dan darurat. Ketersediaan
infrastruktur pada blok ini sudah cukup memadai dengan kondisi jalan
sudah diaspal pada sebagian daerah, untuk daerah pinggiran kondisi
jalannya masih tanah. Pada blok ini juga terdapat sarana pendiikan yang
cukup menunjang seluruh wilayah yang ada di BWK 5.

 Blok 5B

Merupakan yang direncanakan dominasi untuk kawasan permukimman


dengan kepadatan sedang, kawasan pusat perdagangan dan jasa serta
kawasan konservasi. Kondisi infrastruktur pada blok ini jalannya sudah
beraspal tetapi ada beberapa daerah kondisi jalannya masih tanah.

 Blok 5C

Merupakan kawasan yang diarahkan sebagai kawasan permukiman


dengan kepadatan rebdah dan sebagai kawasan konservasi. Dari kondisi
lahan yang ada pada blok ini sebagian besar merupakan permukiman
dengan kepadatan rendah dengan kondisi rumah permanen, semi
permanen dan darurat. Kpondisi infrastruktur pada blok ini sudah
memadai, ada beberapa daerah sudah beraspal dan di daerah pinggiran
kondisi jalannya masih tanah.

f. BWK 6

 Blok 6A

Blok ini merupakan blok kawasan permukiman kepadatan sedang dan


kawasan permukiman kepadatan rendah. Dari kondisi lahnnya saat ini
sebadian besar erupakan permuklikman dengan kepadatan sedang dan
rendah dengan kondisi rumah permanen, semi permanene dan darurat.
Ketersediaaan infrastruktur pada blok ini belum cukup memadai dengan
kondisi jalan masih jalan tanah.

 Blok 6B

Merupakan kawasan yang direncanakan dominasi sebagai kawasan


kionservasi serta kawasan permukiman dengan kepadatan rendah. Kondisi

Bab 2 | 83
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

infrastruktur pada blok ini belum cukup memadai karena masih banyak
jalan yang belum beraspal.

 Blok 6C

Pada blok ini di dominasi dengan kawasan konservasi serta kawasan


permukiman dengan tingkat kepadatan rendah. Pada blok ini kawasan
konservasi sangat mendominasi kegiatan yang ada pada blok ini. Kondisi
infrastruktur pada blok ini belum cukup memadai, hal ini disebabkan masih
banyak jalan pada blok ini kondisinya masih tanah.

Tabel II.19.
Rencana Intensitas Bangunan (KDB dan KLB) dan Daya Tampung Ruang (jiwa/ha)
di Kota Kefamemanu

Daya Tampung
No BWK Blok KDB KLB
Min Max
Blok 1A 0.5 1 78 104
1 BWK 1 Blok 1B 0.5 1 78 104
Blok 1C 0.5 1 104 139
Blok 2A 0.5 1 104 139
2 BWK 2 Blok 2B 0.5 1 62 83
Blok 2C 0.5 0.5 42 55
Blok 3A 0.5 1.5 86 114
3 BWK 3 Blok 3B 0.5 1.5 60 80
Blok 3C 0.5 1.5 26 34
Blok 4A 0.4 1 30 40
4 BWK 4 Blok 4B 0.5 1 68 91
Blok 4C 0.5 1 53 71
Blok 5A 0.5 1 51 68
5 BWK 5 Blok 5B 0.5 1 25 34
Blok 5C 0.4 1 8 11
Blok 6A 0.5 1 24 32
6 BWK 6 Blok 6B 0.5 1 73 97
Blok 6C 0.4 1 24 32
Sumber : RDTR Kota Kefamenanu 2008

Pengembangan kawasan sarana perkotaan terkait dengan perkembangan


penduduk di masa mendatang serat arahan struktur ruang kegiatan-kegiatan
fasilitas pelayanan di kawasan perencanaan. Untuk hal ini akan diarahkan sebagai
berikut:

a. Fasilitas Perdagangan

Kebutuhan fasilitas perdagangan di Kota Kefamenanu, akan di prediksi dan


diarahkan beberapa jenis sektor perdagangan seperti warung/kios, toko, pasar
lokal, dan koperasi. Jumlah fasilitas perdagangan sampai dengan akhir tahun

Bab 2 | 84
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

perencanaan masih perlu adanya penambahan, selain untuk kebutuhan


lokal/kota, juga kebutuhan yang sifatnya regional seperti pasar induk sudah
dirahkan di BWK 2. Selain hal tersebut di kawasan perencanaan juga perlu
adanya pengendalian perkembangan perdagangan terutama di sepanjang jalur
utama jalan Eltari – Kartini sehinggi tidak menggangu arus pergerakan lalu
lintas.

b. Fasilitas Perkantoran/Fasilitas Umum Lainnya

Kebutuhan fasilitas perkantoran merupakan kebutuhan yang mendasar dalam


suatu lingkup perkotaan, baik itu kebutuhan yang sifatnya lokal maupun
pelayanan yang sifatnya regional seperti kantor pos, bank, kantor PLN, Telkom,
dan sebagainya. Pada prediksi akhir tahun perencanaan di Kota Kefamenanu,
fasilitas perkantoran pemerintah dengan pelayanan regional swasta
ditempatkan di BWK 1 sedangkan untuk pelayanan Pusat Pemerintahan
Kabupaten TTU akan disiapkan di BWK 3 dan BWK 4.

c. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang tersebar di Kota Kefamenanu terdiri dari TK, SD,
SLTP, SMU, SMK. Untuk jumlah yang dibutuhkan disesuaikan dengan proyeksi
penduduk.

d. Fasilitas Peribadatan

Dalam struktur penduduk menurut agama, pemeluk agama tersebar di Kota


Kefamenanu adalah umat Katholik, kemudian Protestan dan umat Islam.
Jumlah fasilitas peribadatan sampai dengan akhir tahun perencanaan tidak
perlu ada penambahan.

e. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tersedia saat ini di Kota Kefamenanu terdiri dari
Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Balai
Pengobatan dan Dokter, hal ini dirasa belum mencukupi, dalam arti tingkat
pelayanannya belum mencakup wilayah pelayanan secara keseluruhan
sehingga ada beberapa sub pusat pada BWK yang belum terlayani. Kemudaian
untuk Rumah Sakit Umum akan dilaihkan ke BWK 4, sementara ini belum
difungsikan secara optimal, tentunya hal ini perlu didukung dengan sarana dan
prasrana serta akses menuju fasilitas tersebut. Sampai dengan akhir tahun

Bab 2 | 85
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

perencanaan, masih perlu adanya penambahan seperti Puskesmas Pembantu,


Poliklinik Desa, Apotik dan Praktek Dokter.

f. Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga

Rencana penyediaan fasilitas dan olahraga di Kota Kefamenanu meliputi:


Stadion, Lapangan Terbuka, Lapangan Olah Raga, dan taman tempat bermain
(open space). Peruntukan fasilitas rekreasi dan olahraga berupa lapangan
terbuka dan lapangan olahraga direncanakan pada lokasi-lokasi yang sudah
ada saat ini, maupun pada lokasi yang akan direncanakan dengan peningkatan
dan penambahan fasilitas pendukungnnya seperti pohon-pohon peneduh,
tempat duduk untuk bersantai dan kelengkapan fasilitas olahraga.

Penggunaan ruang bagi fasilitas rekreasi dan olahraga seperti taman tempat
bermain anak-anak, lokasinya diarahkan pada unit-unit lingkungan pada setiap
blok di kelompok-kelompok perumahan dan bisa di satukan dengan sekolah
Taman Kanak-Kanak. Selain itu kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau (taman)
dalam suatu lingkungan sangatlah diperlukan, selain sebagai paru-paru kota,
fasilitas ini dapat dijadikan menjadi kawasan rekreasi dan olahraga. Analisa
kebutuhan fasilitas Ruang Terbuka Hijau akan dikategorikan manjadi taman
(taman bermain anak-anak, taman dan olahraga remaja, taman kota dan taman
skala regional).

g. Kawasan Militer

Di Kota Kefamenanu terdapat kawasan militer yaitu berupa Korem dan Yonif
Kabupaten Timor Tengah Utara yang terdapat di BWK 4, untuk Polresta Kota
Kefamenanu terdapat di BWK 1. pengembangan kawasan militer tersebut tetap
dipertahankan sesuai dengan kondisi eksisting karena memiliki fungsi strategis
pertahanan dan keamanan khususnya bagi Kota Kefamenanu sebagai
Kabupaten yang berbatasan dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste.

2. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Rencana Kawasan lindung terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan


terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan
pelestarian alam dan kawasan cagar budaya. Untuk penyiapan Kawasan Lindung
dengan fungsi Kawasan Konservasi perkotaan berupa RTH dan Hutan Kota dengan
prosentase Luasan wilayah berkisar 39%. Untuk itu, terdapat beberapa kebijakan
pola pemanfaatan ruang kawasan lindung, yaitu:

Bab 2 | 86
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

1. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di Kawasan lindung

2. Menerapkan aturan dan pengendalian yang ketat bagi pengembangan kawasan di


daerah Kawasan lindung.

3. Mewajibkan pembuatan sumur resapan pada daerah terbangun di kawasan-


kawasan lindung.

Tabel II.20.
Rekapitulasi Rencana Pemanfaatan Ruang di Tiap Blok Kawasan Kota Kefamenanu

Unit Luas Per Luas


BWK Keterangan
BWK Blok BWK
Kawasan perkantoran, pusat pelayanan kota/pusat
1A perdagangan dan jasa, jalur hijau, komersial/retail, 400
permukiman kepadatan tinggi, sungai area
Pusat pelayanan kota/pusat perdagangan dan jasa, jalur
hijau, kawasan konsarvasi, kawasan permukiman
BWK 1 1B 892,51 1.600
kapadatan rendah, permukiman kepadatan tinggi,
sungai area
Kawasan preservasi, jalur hijau, kawasan konservasi,
1C komersial/retail, permukiman kepadatan sedang, 307,49
permukiman kepadatan tinggi, sungai area
Jalur hijau, industri penggilingan padi, kawasan
2A konservasi, lapangan, permukiman kepadatan tinggi,
sungai area
Perbengkelan, perkebunan, jasa pertukangan, jalur
BWK 2 2.518,71
2B hijau, industri penggilingan padi, grosir, lapangan, 372,71
permukiman kepadatan tinggi, RTH, sungai area
Kawasan konservasi, permukiman kepadatan rendah,
2C 1.041
permukiman kepadatan sedang, RTH
Jalur hijau, grosir, lapangan, permukiman kepadatan
3A tinggi, pusat perkantoran pemerintahan, RTH, sungai 377,29
area
GOR, perbengkelan, jalur hijau, grosir, permukiman
BWK 3 3B kepadatan tinggi, pusat perkantoran pemerintahan, 176,02 991,37
RTH, sungai area
Area terminal, jalur hijau, kawasan konservasi,
3C permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan 438,07
sedang, pusat perkantoran pemerintahan, sungai area
Jalur hijau, kawasan konservasi, lapangan, permukiman
4A 438,07
kepadatan rendah, sungai area
Jalur hijau, grosir, komersial/retail, lapangan,
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan
4B 447,98
sedang, permukiman kepadatan tinggi, pusat
BWK 4 1.685,91
perkantoran pemerintahan, RTH, sungai area
Jalur hijau, kawasan konservasi, permukiman kepadatan
rendah, permukiman kepadatan sedang, permukiman
4C 831,93
kepadatan tinggi, pusat perkantoran pemerintahan,
sungai area
Kawasan preservasi, jalur hijau, permukiman kepadatan
5A 1.200
tinggi, sungai area
BWK 5 Kawasan preservasi, jalur hijau, kawasan konservasi, 1.900
5B permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan 169,41
sedang, permukiman kepadatan tinggi, sungai area

Bab 2 | 87
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Unit Luas Per Luas


BWK Keterangan
BWK Blok BWK
Jalur hijau, kawasan konservasi, permukiman kepadatan
5C rendah, permukiman kepadatan sedang, permukiman 530,59
kepadatan tinggi, sungai area
Jalur hijau, kawasan konservasi, lapangan, permukiman
6A kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang, 450
permukiman kepadatan tinggi, sungai area
Jalur hijau, kawasan konservasi, permukiman kepadatan
BWK 6 2.740
6B rendah, permukiman kepadatan sedang, permukiman 1.800
kepadatan tinggi, sungai area
Jalur hijau, kawasan konservasi, permukiman kepadatan
6C 490
rendah, sungai area
Jumlah 11.436,00
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

Saat ini, kawasan lindung berfungsi memberiikan perlindungan bagi kawasan dibawahnya
antara lain kawasan Ruang Terbuka Hijau, jalur hijau dan kawasan konservasi seluas
4.378,98 ha pada kawasan perencanaan, dimana hal ini berfungsi sebagai kawasan
resapan air dan diharapkan kawasan dimasa mendatang tetap dipertahankan sebagai
kawasan lindung serta terbebas dari kawasan terbangun. Kemudian untuk mengatur
kawasan resapan air diarahkan agar setiap pembangunan baru di kawasan perencanaan
Kota kefamenanu diwajibkan untuk menyediakan sumur-sumur resapan pada masing-
masing lahan area pembangunan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku
mengenai pembuatan sumur resapan.

Tabel II.21.
Rekapitulasi Kawasan Konservasi dan Budaya di Kota Kefamenanu

No BWK Konservasi Budidaya


1 BWK 1 516.62 1.083,38
2 BWK 2 712.41 1.806,30
3 BWK 3 114.52 875.85
4 BWK 4 536.53 1.149,38
5 BWK 5 565.36 1.334,65
6 BWK 6 1.933,55 806,45
Luas/Prosentase 4.378,98 (38,29%) 7.057,02 (61,71%)
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

Bab 2 | 88
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.12.
Peta Rencana Kawasan Konservasi

Sumber: RencanaUmum Tata Ruang Kota Kefamenanu, 2008

Bab 2 | 89
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.13.
Peta Konsep Pola Pemanfaatan Ruang

Sumber: RencanaUmum Tata Ruang Kota Kefamenanu, 2008

Bab 2 | 90
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

4) Pengembangan jalan

Dengan geometri jalan yang telah ditentukan dapat diketahui sempadan bangunan
dengan melihat klasifikasi jalan yaitu, jalan kolektor maupun jalan lokal.

Tabel II.22.
Rencana Penetapan Dimensi Ruas Jalan Menurut Fungsinya di Kota Kefamenanu

Arteri Arteri Kolektor Kolektor Lokal Lokal


Komponen
Primer Sekunder primer Sekunder Primer Sekunder
Row 27 25 18 25 12 10
Median 1 1 - 1 - -
Perkerasan 8 7 8 8 6 4
Bahu jalan 1 1 1 - 1 1
Trotoar 1 1 1 1 - -
Lebar parit 2 2 2 2 1 1
Jarak Pagar ke parit 1 1 1 1 1 1
Jarak sempadan
8 8 8 7 6 4
bangunan dengan pagar
Banyaknya jalar 2 1 1 2 1 1
Banyaknya lajur perjalur 2 2 2 2 1 1
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

5) Rencana Pengembangan Sistem Sirkulasi Angkutan Umum Kawasan Kota


Kefamenanu

Rencana Pengembangan Sistem Sirkulasi dikawasan perencanaan Kota


Kefamenanu, merupakan ”Point transfer” dari sistem transportasi rogional ke
sistem trasportasi lokal. Dimana untuk kawasan perencanaan kota Kefamenenu
sebagai Kawasab pusat kota sistem sirkulasi ini tidak terlepas dari pola
pergerakan angkutan umum dari terminal dan sub terminal menuju kawasan kota
dengan aksesibilitas yang cukup tinggi, sehingga diperlukan arahan sistem
pergerakan pelayanan lokal seperti ke Blok-Blok Fungsional seperti kawasan
perkantoran, permukiman, pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta kekawasan
perdagangan dan jasa. Untuk mendukung sistem sirkulasi maka dibawah ini akan
dikembangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Pola angkutan penumpang dan barang

Sebagai salah satu komponen dalam system transportasi kota, angkutan umum
mempunyai peranan yang sangat penting guna menunjang kelancaran
pergerakan penduduk di dalam kota maupun ke daerah sekitarnya. Langkah
perencanaan harus dilakukan adalah :

Bab 2 | 91
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Mengembangkan sistem transportasi menyangkut sarana angkutan umum


bermotor, baik untuk melayani pergerakan regional (antar kota dan
pedesaan ) maupun pergerakan di dalam kota itu sendiri. Angkutan kota
perlu di kembangkan terutama dalam jangka pendek untuk melayani
angkutan dalam kota.

 Pengaturan rencana sirkulasi rute angkutan umum kota dengan mengatur


lokasi dan terminal regional untuk rute angkutan bis dan rute angkutan non
bis antar kota. Untuk rute angkutan umum bis diarahkan tidak masuk
kedalam kawasan pusat kota atau kawasan-kawasan Blok-Blok pemukiman
dan fungsional lainnya, namun diarahkan ritenya melalui jalan-jalan utama
seperti jalan ring-road yang langsung sifatnya interkoneksi keluar kawasan
perencanaan.

b) Penempatan shelter (halte) angkutan umum

Arahan penempatan shelter (halte) untuk angkutan umum di kawasan


perencanaan kota Kefamenanu, di desain mengikuti kriteria sebagai berikut :

- Penempatan shelter diutamakan pada jalan-jalan utama kota yang dilalui


route angkutan umum

- Jarak antara shelter satu dengan yang lain minimal 500 meter.

- Desain shelter pada kiri dan kanan dengan bentuk disesuaikan dengan ciri
khas kawasan setempat.

c) Penempatan pangkalan ojeg

Angkutan penumpang roda dua (ojeg) di kawasan perencanaan Kota


Kefamenanu saat ini berkembang sangat pesat dengan banyaknya angkutan
tersebut penduduk secara tidak langsung membutuhkan sarana angkutan ini,
selain mudah juga dapat melayani sampai ke kawasan-kawasan yang belum
terjangkau oleh angkutan umum lainnya. Untuk penempatan pangkalan ojeg
akan disiapkan di tiap sub lokasi akses menuju permukiman dan pusat
kegiatan. Sarana pangkalan ojek disiapkan untuk penertiban lokasi pergerakan
ojeg, walaupun dalam aturan lalu lintas ojeg tidak termasuk dalam kelompok
angkutan umum tetapi pertumbuhannya di siapkan agar lebih tertata.

d) Parkir

Area parkir dibutuhkan terutama pada kawasan perdagangan. Untuk kawasan


perencanaan Kota Kefamenanu belum dirasa perlu membuat area parkir

Bab 2 | 92
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

khusus, cukup dengan meningkakan sistem ”parkir on street” (pada badan


jalan). Namun dalam sistem ini perlu memperhatikan lebar jalandan penataan
pada satu sisi jalan, dengan demikian adanya parkir ditepi jalan di harapkan
tidak mengganggu arus lalu lintas.

Rencana penyediaan fasilitas parkir kendaranaan adalah pada pusat-pusat


kegiatan seperti pertokoan, pasar, dan terminal serta fasilitas sosial lainnya
yang penempatannya di tentukan oleh pengelola fasilitas-fasilitas tersebut.
Adapun arahan rencana Parkir di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu
adalah sebagai berikut :

 Rencana penertiban parkir di bahu jalan (on street)

- Pengaturan parkir dibadan jalan (on street) harus ditatas ecara baik, dan
hal ini harus diatur dalam peraturan perda tersendiri untuk masalah
ketentuan pengaturan perpakiran didalam badan dan ruas jalan.

- Membatasi parkir di badan jalan terutama pada koridor jalan arteri dan
koridor dengan tingkatan tarikan pergerakan tinggi, seperti jalan-jalan
utama pada pusat kota.

- Pemasangan rambu larangan parkir dengan jarak yang optimal pada


setiap persimpangan ruas-ruas jalan utama di kawasan perencanaan
Kota Kefamenanu, disertai mekanisme sanksi yang tegar terhadap
pelanggarannya.

 Rencana penyediaan prasarana parkir off street

- Menyediakan lahan atau gedung parkir dipusat-pusat kagiatan , seperti


pada koridor/kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan pendidikan,
perkantoran dan kawasan-kawasan lainnya yang mepunyai kegiatan
fungsional yang tinggi.

- Mewajibkan semua kegiatan perdagangan, jasa dan fasilitas umum untuk


menyediakan lahan parkir (baik di halaman atau dalam gedung) sesuai
dengan akala pelayanan kegiatan tersebut.

Bab 2 | 93
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.14.
Peta Rencana Struktur Jaringan Jalan

Sumber: RencanaUmum Tata Ruang Kota Kefamenanu, 2008

Bab 2 | 94
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Rencana Sistim Jaringan Utilitas Kawasan Kota Kefamenanu

a. Rencana Kebutuhan Listrik

Sumber penerangan listrik di kawasan perencanaan BWK-I Kota Kefamenanu


berasal dari listrik PLN, dan belum seluruhnya di kawasan perencanaan
terlayani oleh listrik ini, untuk memenuhi listrik hingga akhir tahun perencanaan
maka perlu diperhitungkan kebutuhan listrik penduduk di kawasan
perencanaan Kota Kefamenanu.

Tabel II.23.
Kebutuhan Listrik Kota Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara

Kebutuhan listrik (VA)


Pembagian Tahun 2008 Tahun 2013
No Blok
wilayah Non Non
Domestik Domestik
Domestik Domestik
Blok 1A 273,956 27,396 423,249 42,325
1 BWK 1 Blok 1B 273,956 27,396 423,153 42,315
Blok 1C 365,299 36,530 564,236 56,424
Blok 2A 365,001 36,500 600,799 60,080
2 BWK 2 Blok 2B 219,016 21,902 360,460 36,046
Blok 2C 146,060 14,606 240,339 24,034
Blok 3A 301,128 30,113 312,411 31,241
3 BWK 3 Blok 3B 210,827 21,083 218,,707 21,871
Blok 3C 90,301 9,030 93,704 9,370
Blok 4A 106,530 10,653 123,089 12,309
4 BWK 4 Blok 4B 239,711 23,971 276,901 27,690
Blok 4C 186,483 18,648 215,357 21,536
Blok 5A 178,220 17,822 315,187 31,519
5 BWK 5 Blok 5B 89,184 8,918 157,546 15,755
Blok 5C 29,703 2,970 52,547 5,255
Blok 6A 85,537 8,554 143,571 14,357
6 BWK 6 Blok 6B 256,089 25,609 429,183 42,9918
Blok 6C 85,164 8,516 142,614 14,261
Jumlah 5,093,053 509,305
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

b. Rencana Kebutuhan Telepon dan Jaringan Telepon

Sarana dan prasarana komunikasi saat ini di Kota Kefamenanu belum merata
secara keseluruhan.

Untuk itu perhitungan kebutuhan sambungan telepon di kawasan perencanaan


Kota Kefamenanu diperkirakan mancapai 4.370 SST.

Bab 2 | 95
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

c. Rencana Kebutuhan Air Bersih dan Jaringan Air Bersih

1. Kebutuhan Air Bersih

Rencana kebutuhan air bersih masyaratakat Kota Kefamenanu dilakukan


melalui pemanfaatan sumber-sumber air, baik air tanah maupun dari mata
air. Sumber air yang dimanfaatkan masyarakat ada yang berasal dari mata
air dan air sumur/sumur pompa.

Rencana kebutuhan air bersih untuk perumahan dan fasilitas pelayanan


berjumlah 19.182,99 m3 pertahun, dengan perkiraan kebocoran sebesar
5.754,90 m3 pertahun.

2. Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih saat ini belum dikelola secara menyeluruh, sehingga
penduduk masih mengusahakannya secara individu melalui sumur-sumur
pompa maupun dari mata air terdekat.

Rencana jaringan distribusi air bersih dimasa mendatang diharapkan


direncanakan sebagai berikut:

 Perintisan sistem daur ulang (house recycling water system) melalui law
enforcement, bagi setiap permukiman baru.

 Fasilitas-fasilitas pelayanan umum, industri, fasilitas kesehatan dan


sejenisnya disarankan untuk menyelenggarakan recycling pembangunan
air dan water treatment sendiri.

 Pemeliharaan kelestarian lingkungan dengan membatasi kepentingan-


kepentingan industri dan fasilitas pelayanan umum yang lain mencakup
penggunaan air bersih secara berlebihan.

Tabel II.24.
Rencana Kebutuhan Air Bersih Kota Kefamenanu
Jumlah Kebutuhan Air Bersih
No BWK Blok (m3/thn)
2008 2013
1A 2,065.48 2,481.94
1 BWK 1 1B 885.21 1,063.45
1C 1,180.35 1418.01
2A 2,751.92 3,523.10
2 BWK 2 2B 707.68 905.89
2C 471.95 604.01

Bab 2 | 96
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jumlah Kebutuhan Air Bersih


No BWK Blok (m3/thn)
2008 2013
3A 973.01 785.14
3 BWK 3 3B 681.22 549.65
3C 291.78 235.49
4A 344.22 309.34
4 BWK 4 4B 774.56 695.90
4C 602.57 541.23
5A 575.87 792.12
5 BWK 5 5B 288.17 395.94
5C 95.98 132.06
6A 276.39 360.82
6 BWK 6 6B 827.48 1,078.60
6C 275.18 358.41
Jumlah 11,316.21 12,799.65
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

Bab 2 | 97
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.15.
Peta Rencana Air Bersih

Sumber: Rencana Umum Tata Ruang Kota Kefamenanu, 2008

Bab 2 | 98
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Rencana Sistim Drainase

Sistem saluran pembuangan air hujan (drainase) di usahakan memanfaatkan


drainase, dalam arti pembuangan air hujan diupayakan mengikuti kemiringan
lahan dan selanjutnya dibuang ke sungai terdekat.

Cara yang paling efisien dalam menyalurkan air hujan adalah dengan
mengikuti topografi alami yang ada. Dengan demikian di manfaatkan
keberadaan sungai-sungai maupun saluran alami yang ada. Untuk wilayah
terbangun sebagai wadah kegiatan perkotaan, perlu ditambahkan saluran-
saluran buatan untuk menampung limpasan air hujan.

Dalam keadaan ini kesesuaian dengan pola jaringan utilitas yang lain menjadi
amat penting dalam membentuk sistem kota yang serasi dan terpadu. Kondisi
saat ini di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu, sistem jaringan drainase
menginduk pada sistem jaringan jalan sekaligus sebagai drainase jalan.

Arahan rencana sistem jaringan drainase di kawasan perencanaan adalah


sebagai berikut:

 Dengan berdasarkan kapasitasnya, saluran dibagi dalam beberapa type,


yaitu type saluran induk (primer) dan saluran sekunder.

 Saluran induk menggunakan saluran alami (sungai) yang ada,


direncanakan dengan radius terdekat.

 Saluran drainase direncanakan mempunyai outlet/berakhir pada daerah


pembuangan yang aman (pada sungai).

 Saluran sekunder diusahakan digabung dengan saluran drainase jalan


agar lebih ekonomis dan mudah dalam perawatannya.

 Saluran pembuangan air hujan (drainase) sedapt mungkin terpisah dari


saluran-saluran lain (saluran air kotor, saluran irigasi dan lain-lain.

Untuk itu saluran drainase di kawasan perencanaann tersusun sebagai


berikut:

 Tipe I : merupakan saluran induk (primer)

 Tipe II : merupakan saluran sekunder besar

 Tipe III : merupakan saluran sekunder kecil

Bab 2 | 99
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Rencana Sistim Pembuangan Air Limbah

Pola pengelolaan limbah cair lingkungan permukiman dilakukan dengan “on


site system”melalui pengembangan jaringan saluran pembuangan yang
bermuara pada sumur resapan di halaman rumah. Untuk menghitung
besarnya kapasitas limbah cair lingkungan permukiman dihitung dengan
asumsi 70 % dari pemakaian air bersih penduduk.

Di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu, sistem pembuangan limbah air


limbah/kotor pada umumnya ada 2 (dua) sistem pembuangan, yaitu:

1. Sistem pembuangan mandiri (individual system), yang dikenal dalam


bentuk: septictank, leaching pit, leach field dan sejenisnya.

2. Sistem pembuangan bersama (cummunal system), yang dikenal dalam


bentuk: WC umum (MCK), saluran pembuangan, septictank individual
dengan peresapan ke riooling.

Untuk itu penanganan pembuangan air limbah/kotor di kawasan perencanaan


BWK-I Kota Kefamenanu dimasa mendatang akan dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu:

1. Air kotor dari kamar mandi, dapur, dan cucian dapat dibuang ke saluran
drainase terdekat setelah melalui bak pengendap/alat penyaring pada
masing-masing rumah. Bak pengendap/alat penyaring ini diperlukan agar
bahan-bahan padat kotoran (sisa-sisa makanan, pasir, dan lain-lain) yang
terbawa air kotor bisa tertahan di bak pengendap tersebut.

2. Air kotor dari WC/kakus: air kotor ini disalurkan ke tangki septik, kemudian
dialirkan ke sumur peresapan atau ke jaringan saluran air kotor (riool).

3. Air kotor dari limbah industri/bengkel, rumah sakit/puskesmas,


laboratorium dan sejenisnya. Harus disaring terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran drainase.

Dalam satu kawasan yang sejenis dapat diupayakan recycling pembuangan air
limbah (SPAL) dan wáter treatment tersendiri. Jumlah air kotor yang dihasilkan
untuk Kota Kefamenanu sampai tahun 2013 adalah 8,959.75 m3/th dan
timbulan tinja berkisar 3,839.89 m3/th.

Bab 2 | 100
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.25.
Rencana Timbulan Air Kotor dan Tinja di Kota Kefamenanu

Jumlah Timbulan Jumlah Timbulan


No BWK Blok Air Kotor Tinja
2008 2013 2008 2013
1A 1,445.84 1,737.36 619.64 744.58
1 BWK I 1B 619.64 744.42 265.64 319.04
1C 826.25 992.61 354.11 425.40
2A 1,926.34 2,466.17 825.57 1,056.93
2 BWK II 2B 495.38 634.13 212.31 271.77
2C 330.36 422.81 141.58 181.20
3A 681.10 549.60 291.90 235.54
3 BWK III 3B 476.86 384.75 204.37 164.89
3C 204.25 164.85 87.53 70.65
4A 240.95 216.54 103.27 92.80
4 BWK IV 4B 542.19 487.13 232.37 208.77
4C 421.80 378.86 180.77 162.37
5A 403.11 554.48 172.76 237.63
5 BWK V 5B 201.72 277.16 86.45 118.78
5C 67.18 92.44 28.79 39.62
6A 193.47 252.57 82.92 108.25
6 BWK VI 6B 579.23 755.02 248.24 323.58
6C 192.63 250.89 82.56 107.52
Jumlah 7,921.34 8,959.75 3,394.86 3,839.89
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

f. Rencana Sistim Persampahan

Pengelolaan persampahan di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu masih


dilakukan secara individual atau tradisional, yaitu: dengan memanfaatkan
lahan kosong di sekitar rumah atau pekarangan yang dilakukan dengan cara
membakar dan ditimbun.

Pada masa mendatang terutama pada lokasi yang padat penghuninya serta
tempat fasilitas pelayanan masyarakat, harus dilakukan secara kolektif dan
intensif mulai dari sistem pengumpulan kemudian dibuang ke TPA. Untuk
mengetahui berapa produksi sampah yang dihsilkan masyarakat Kota
kefamenanu, maka berikut ini akan dilakukan perhitungan prediksi volume
sampah yang dihasilkan masyarakat, juga kebutuhan TPS (Tempat
Pembuangan Sampah) dan jumlah armada sampah yang harus disiapkan.
Asumsinya adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga sebesar 2


ltr/org/hr.

2. Sampah yang dihasilkan pasar dengan standar 25% dari volume sampah
rumah tangga.

Bab 2 | 101
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Sampah organik sekitar 60% sedangkan sampah anorganik sebesar 40%.

Sampah yang dihasilkan pada tempat lainnya diperkirakan 5% dari volume


sampah rumah tangga. Maka perkiraan asumsi volume sampah pada tahun
2013 mencapai 58,266.045 ltr/thn.

Arahan mekanisme pengelolaan sampah untuk masa mendatang adalah


sampah dari rumah tangga, dengan mekanisme sebagai berikut:

Rumah Tangga Bak Sampah Gerobak

TPA Truck TPS

Sampah yang berasal dari kegiatan perdagangan dikumpulkan pada


penampungan sementara berupa bak beton dekat lokasi dengan mekanisme:

Penampungan Truck TPA

Tabel II.26.
Rencana Timbulan Sampah Kota Kefamenanu

Jumlah Timbulan Air Kotor


No BWK Blok
2008 2013
1A 4,029.60 4,842.09
1 BWK I 1B 4,029.60 4,840.995
1C 5,373.165 6,455.025
2A 5,368.785 6,873.315
2 BWK II 2B 3,221.49 4,123.77
2C 2,148 2,750
3A 4,429 3,574
3 BWK III 3B 3,101 2,502
3C 1,328 1,072
4A 1,567 1,408
4 BWK IV 4B 3,526 3,168
4C 2,743 2,464
5A 2,621 3,606
5 BWK V 5B 1,312 1,802
5C 437 601
6A 1,258.155 1,624.5
6 BWK VI 6B 3,766.8 4,909.98
6C 1,252.68 1,631.55
Jumlah 51,513.18 58,266.045
Sumber : RTRW Kota Kefamenanu 2008

Bab 2 | 102
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 2.16.
Peta Rencana Jalur Pengangkutan Sampah ke TPA

Sumber: RencanaUmum Tata Ruang Kota Kefamenanu, 2008

Bab 2 | 103
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2.3 KEBIJAKAN SEKTORAL TENTANG PERMUKIMAN DAN


INFRASTRUKTUR KAB. TTU
2.3.1. Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Menurut
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten
TTU, 2013-2016

1. Rencana Investasi Pengembangan Permukiman


Berdasarkan kondisi umum pengembangan permukiman di Kabupaten Timor
Tengah Utara serta Permasalahan yang ada, rencana Program Sub Bidang
Pengembangan Permukiman Kabupaten Timor Tengah Utara diantara adalah
sebagai berikut:
A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
- Penyediaan Prasarana dan Sarana (PS) Permukiman Kawasan Rumah
Sederhana Sehat (RSH), Rusunawa bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR)
- Pembangunan RSH bagi PNS (100 Unit @ Rp. 48 Juta)
- Penataan dan Peremajaan Kawasan Kota Lama (Pembangunan Museum
& Taman Baca, Renofasi Tugu)
- Pembangunan Jalan Lingkungan Permukiman Kota
- Perencanaan Teknik (DED) & Pengawasan / Supervisi
B. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
- Penyusunan Detail Desain Kawasan KTP2D, Agropolitan, Minapolitan
- Pembangunan Infrastruktur Kawasan
- Perencanaan Teknik (DED)
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Permukiman Perdesaan
- Pembangunan Prasarana dan sarana Kawasan Resetlement Eks
Pengungsi
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Resetlement Eks Pengungsi
- Pembangunan PS Permukiman Kawasan Perbatasan
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Perbatasan
- Pembangunan PS Kawasan Agropolitan
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Agropolitan
- Penyusunan Master Plan Kawasan Minapolitan
- Pembangunan PS Kawasan Minapolitan
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Minapolitan
- Program Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Bab 2 | 104
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan


A. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung
- Pembinaan Teknik Bangunan Gedung
- Penyusunan RTBL
- Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
- Penguatan Kelembagaan PBL
- Penyusunan Keandalan Bangunan Gedung termasuk Gedung dan
Rumah Negara
- Pemeliharaan atau Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan
Bersejarah
- Pengembangan Prasarana dan Sarana Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran
- Pengembangan Prasarana dan Sarana Aksesibilitas Bangunan Gedung
- Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung
- Pembangunan PIP2B
- Peningkatan Prasarana daan Sarana Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Fisik
B. Penataan Lingkungan Permukiman
- Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan
- Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman
Tradisional dan Bersejarah
- Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Lingkungan Permukiman
Tradisional dan Bersejarah
- Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) / PNPM Mandiri

3. Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah


- Program Pembinaan Sistim Pengelolaan Air Limbah.
- Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah.
- Program Perluasan Cakupan Pelayanan Air Limbah.
- Program Peningkatan Sistim Pengelolaan Lumpur Tinja.Prgram
Pengembangan Pembangunan Prasarana dan Saran Air Limbah Yang
Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat.
- Program Pengelolaan Sistim Air Limbah Terpadu Mendukung Perlindungan
Sumber Daya Air.

Bab 2 | 105
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

- Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta.


- Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan.
- Prgram Promosi Pengelolaan Air Limbah.
- Program Pengembangan Inovasi Teknologi.

4. Rencana Investasi Sub Bidang Persampahan


- Program Pembinaan sistim Pengelolaan Persampahan
- Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
- Program Pengurangan Timbunan Sampah
- Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan
- Program Peningkatan Kualitas Sistim Pengolahan Akhir Sampah
- Program Peningkatan Pengelolaan Sampah Terpadu Mendukung
Perlindungan Sumber Daya Air
- Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta Meningkatkan
Sistim Pengelolaan Persampahan
- Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan Pengelolaan Persampahan
- Program Promosi Sistim Pengelolaan Sampah
- Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistim Pengelolaan
Persampahan

5. Rencana Investasi Sub Bidang Drainase


- Program Pembinaan Pengelolaan sistim drainase
- Program pengembangan dan perencanaan pembangunan sistim drainase
- Program pengembangan pembangunan sistim drainase perkotaan
- Program pembangunan PS sistim drainase mendukung kawasan
strategis/tertentu dan pemulihan dampak bencana dan kerusuhan
- Program pengembangan PS drainase skala kawasan/lingkungan berbasis
masyarakat
- Prgram pengelolaan sistim drainase terpadu mendukung Konservasi sumber
daya air
- Program pengembangan Kapasitas pendanaan pembangunan sistim
drainase
- Program promosi pengelolaan PS sistim drainase
- Prgram pengembangan inovasi teknologi sistim drainase

Bab 2 | 106
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.27.
Review Kebijakan Rencana Pembangunan Kabupaten Timor Tengah Utara

JENIS
NO SUMBER KEBIJAKAN MUATAN STRATEGI PROGRAM
KEBIJAKAN
1 Dokumen RPJPD VISI :
perencanaan Kabupaten TTU TERWUJUDNYA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
pembangunan (2005-2025) SEBAGAI SERAMBI DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA,
ADIL, DEMOKRATIS DAN MANDIRI
MISI :
1. Meningkatkan daya saing daerah dengan
mengembangkan ekonomi kerakyatan yang
berbasis potensi unggulan daerah dan berwawasan
lingkungan hidup serta meningkatkan
pembangunan dan pemerataan infrastruktur daerah
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Timor
Tengah Utara
3. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih
4. Mengembangkan kawasan-kawasan strategis
daerah dalam rangka percepatan pembangunan dan
perwujudan kemandirian daerah

SASARAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG :


1. Meningkatnya kesesuaian pengembangan kawasan
strategis daerah dengan RTRW
2. Meningkatnya kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB
3. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat
4. Meningkatnya panjang jalan kabupaten yang berkualitas
baik
5. Meningkatnya persentase angka melek huruf
6. Meningkatnya angka kelulusan sekolah
7. Meningkatnya angka partisipasi murni sekolah.
8. Meningkatnya usia harapan hidup.
9. Menurunnya angka kematian ibu dan bayi
10. Meningkatnya status gizi balita
11. Meningkatnya kualitas layanan pemerintah daerah
12. Meningkatnya tertib administrasi pengelolaan keuangan
daerah
13. Menurunnya gangguan ketenteraman dan ketertiban
umum serta pelanggaran HAM
14. Menurunnya ketergantungan keuangan daerah
15. Menguatnya kapasitas SDM aparat serta fiskal desa
16. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi

ARAH KEBIJAKAN :
a. Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun Tahap I
(2005 - 2010)
Pembangunan pada tahap I diarahkan untuk
meningkatkan pengembangan berbagai potensi
ekonomi dengan mengutamakan pemberdayaan
masyarakat serta penyelenggaraan pemerintahan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat (jasmani dan rohani).
b. Arah Kebijakan Pembangunan Lima Tahun Tahap II
(2010 – 2015)
Pembangunan pada tahap II diarahkan untuk
meningkatkan perekonomian dan daya saing daerah
melalui upaya-upaya produktif yang berwawasan

Bab 2 | 107
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

JENIS
NO SUMBER KEBIJAKAN MUATAN STRATEGI PROGRAM
KEBIJAKAN
lingkungan serta mengembangkan koperasi dan UKM
(usaha kecil dan menengah).
c. Arah Kabijakan Pembangunan Lima Tahun Tahap III
(2015 – 2020)
Pembangunan pada tahap ini diarahkan untuk menjaga
kesinambungan eksploitasi berbagai potensi unggulan
guna akselerasi pertumbuhan ekonomi yang didukung
oleh layanan kepemerintahan yang profesional serta
penyediaan infrastruktur yang memadai terutama di
kawasan strategis daerah.
d. Arah Kebijakan Pembangunan Ke Empat Tahun Ke
IV (2020 – 2025)
Pembangunan pada tahap ini diarahkan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia agar
mampu mengikuti perkembangan di segala bidang serta
memantapkan penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang profesional dan terpercaya, mempertahankan
keseimbangan pembangunan antar wilayah,
memantapkan kapasitas pelayanan infrastruktur yang
berkualitas serta meningkatkan daya saing wilayah TTU.
RPJMD Kab. VISI : Strategi yang berhubungan dengan Program yang diarahkan dan berkaitan dengan permukiman dan infrastruktur
TTU TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN TIMOR permukiman dan infrastruktur adalah : adalah:
(2011-2015) TENGAH UTARA YANG SEJAHTERA, ADIL, DEMOKRATIS 1. Optimalisasi rencana tata ruang Tata Ruang dan Prasarana Wilayah
DAN MANDIRI MELALUI PEMBERDAYAAN POTENSI wilayah terdiri dari: 1. Pengembangan infrastruktur & utilitas sesuai dengan RTRW Kab. TTU:
SUMBER DAYA MANUSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN a. Membuka jalan baru yang 1) Program pembangunan jalan seabgai penghubung antar pusat kegiatan;
SERTA SUMBER DAYA ALAM SECARA LESTARI menghubungkan antar pusat 2) Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
kegiatan. 3) Program pengembangan perumahan;
Misi terkait dengan permukiman dan infrastruktur perkotaan: b. Memperbaiki kondisi jalan dan 4) Program pengembnagan jaringan listrik;
MISI KE-3 : jembatan. 5) Program pengembangan jaringan air bersih;
MENINGKATKAN AKSESIBILITAS MELALUI c. Membangun dan meningkatkan 6) Program pembangunan saluran drainase;
PEMBANGUNAN DAN PEMERATAAN INFRASTRUKTUR jaringan irigasi pada daerah- 7) Program pembangunan sanitasi;
DAERAH daerah persawahan. 8) Program pembangunan jaringan telekomunikasi.
MISI KE-5 : d. Mengembangkan perumahan layak 2. Membangun kerjasama dalam pengembangan infrastruktur:
MENGEMBANGKAN KAWASAN STRATEGIS DAERAH huni dan sanitasi yang memadai. 1) Program kerjasama pembangunan listrik, telekomunikasi dan air bersih.
DENGAN MENATA KOTA KEFAMENANU SEBAGAI UME e. Membangun kerjasama 3. Mempersiapkan penataan ruang yang mendukung pembangunan Kota
NAEK – UME MESE, MENGEMBANGKAN KAWASAN pengembangan listrik, Kefamenanu:
PESISIR PANTAI UTARA SERTA OPTIMALISASI telekomunikasi dan jaringan air 1) Program penataan ruang Kota Kefamenanu;
PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN bersih. 2) Program pemanfaatan ruang Kota Kefamenanu;
3) Program pengendalian pemanfaatan ruang Kota Kefamenanu;
TUJUAN : 2. Pemenuhan 4) Program pengembangan pusat aktivitas di Kota Kefamenanu.
1. Meningkatkan pembangunan dan pemerataan fasilitas layanan Kota Kefamenanu 4. Meningkatkan infrastruktur & utilitas perkotaan yang memadai
infrastruktur daerah; meliputi: 1) Program peningkatan dan perbaikan jalan dan jembatan di Kota
2. Meningkatkan kualitas manajemen struktur dan pola a. Meningkatkan kualitas jalan dan Kefamenanu;
pemanfaatan ruang Kota Kefamenanu; jembatan dalam kota. 2) Program peningkatan utilitas Kota Kefamenanu;
3. Meningkatkan pengelolaan kawasan pesisir Pantai Utara; b. Meningkatkan sarana utilitas dalam 3) Program pengembangan transportasi umum terpadu Kota Kefamenanu;
4. Meningkatkan pembangunan kawasan perbatasan kota kefamenanu. 4) Program pengembangan perumahan di Kota Kefamenanu;
Negara. c. Membangun taman kota sebagai 5) Program peningkatan kesempatan kerja.
ruang publik bagi masyarakat kota 5. Mengoptimalkan potensi kawasan Pantura untuk meningkatkan
SASARAN : dan pengunjung kota Kefamenanu. perekonomian daerah:
1. Meningkatnya pembangunan dan peningkatan jalan, 1) Program penataan ruang wilayah pesisir;
jembatan dan jaringan irigasi; 2) Program pemanfaatan ruang wilayah pesisir secara terpadu;
2. Meningkatnya utilitas lingkungan dan rumah layak huni; 3) Program pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir;
3. Mendorong penataan Kota Kefamenanu sebagai pusat 4) Program peningkatan fasilitas kegiatan kepelabuhan dan Pelabuhan Wini
pelayanan pemerintahan dan jasa; sebagai pelabuhan nasional di NTT;
4. Mengoptimalkan pengelolaan kawasan pesisir Pantai 5) Program pengembangan budidaya perikanan;
Utara; 6) Program pengembangan perikanan tangkap;
5. Mengoptimalkan pembangunan kawasan perbatasan 7) Program optimalisasi pengelolaan dan prasarana produksi perikanan;

Bab 2 | 108
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

JENIS
NO SUMBER KEBIJAKAN MUATAN STRATEGI PROGRAM
KEBIJAKAN
Negara. 8) Program pengembnagan kawasan budidaya laut.
6. Pemanfaatan wilayah pesisir untuk meningkatkan ekonomi masyarakat:
STRATEGI : 1) Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir;
1. Optimalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah dalam 2) Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim
pemerataan infrastruktur daerah; kepada masyarakat;
2. Peningkatan fasilitas layanan Kota Kefamenanu; 3) Program peningkatan kesempatan kerja masyarakat
3. Pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu; 7. Menekan pencemaran lingkungan di wilayah pesisir dan laut:
4. Pengembnagan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah 1) Program pengendalian pencemaran lingkungan di wilayah pesisir dan laut;
perbatasan; 2) Program peningkatan kesadarandan penegakan hukum dalam
5. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan pendayagunaan sumber daya laut;
perbatasan; 3) Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan
6. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan pengendalian sumberdaya kelautan.
perbatasan. 8. Mendukung kegiatan pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Ponu:
1) Program pengembangan pusat aktivitas perikanan, pertanian, peternakan,
KEBIJAKAN UMUM : kehutanan, perkebunan, dan pariwisata bahari di KTM Ponu.
1. Mendorong pengembangan infrastruktur dan utilitas 9. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat & provinsi NTT
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten mengenai pembangunan perbatasan:
Timor Tengah Utara; 1) Program penataan ruang wilayah perbatasan;
2. Membangun kerjasama dalam pengembangan utilitas; 2) Program pemanfaatan ruang wilayah perbatasan;
3. Mempersiapkan penataan ruang yang mendkung 3) Program pengendalian pemanfaatan ruang wilayah perbatasan.
pembangunan Kota Kefamenanu; 10. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat & provinsi NTT
4. Meningkatkan infrastruktur dan utilitas perkotaan yang mengenai pembangunan perbatasan:
memadai; 1) Program pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah
5. Mengoptimalkan potensi kawasan Pantura untuk perbatasan;
meningkatkan perekonomian daerah; 2) Program pembangunanf fasilitas ekonomi di wilayah perbatasan;
6. Pemanfaatan wilayah pesisir untuk meningkatkan 3) Program pembangunan fasilitas pendidikan di wilayah perbatasan;
ekonomi masyarakat; 4) Program pembangunan fasilitas kesehatan di wilayah perbatasan.
7. Menekan pencemaran lingkungan di wilayah pesisir dan 11. Mendorong pengembangan Universitas Timor sebagai Perguruan
laut; Tinggi perbatasan yang dapat membantu meningkatkan kualitas SDM:
8. Mendukung kegiatan pembangunan Kota Terpadu 1) Program peningkatan sarana dan prasarana Universitas Timor;
Mandiri (KTM) Ponu; 2) Program peningkatan mutu pendidikan Universitas Timor;
9. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan 3) Program peningkatan akreditasi pendidikan Universitas Timor;
Provinsi NTT mengenai pembangunan perbatan; 4) Program pengembangan kerjasama pendidikan Universitas Timor dengan
10. Meningkatkan pembangunan infrastruktur, sarana dan Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia atau luar negeri.
prasarana di wilayah perbatasan;
11. Mendorong pengembangan Universitas Timor sebagai
perguruan tinggi perbatasan yang dapat membantu
meningkatkan kualitas SDM;
12. Mengupayakan peningkatan kapasitas pelabuhan wini.
13. Mengupayakan pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Wini yang mencakup seluruh kawasan
pesisir Pantura;
14. Mengoptimalkan aktivitas hiburan di Pantura;
15. Mendukung kegiatan pembangunan KTM Ponu;
16. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan
provinsi NTT mengenai pembangunan perbatasan;
17. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan, sarana prasarana ekonomi, pendidikan dan
kesehatan di wilayah perbatasan;
18. Mendorong pengembangan Universitas Timor sebagai
Perguruan Tinggi perbatasan yang dapat membantu
meningkatkan kualitas SDM.
RPIJM Kab. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN : PROGRAM INVESTASI:
TTU 1. Kebijakan Investasi Pengembangan Permukiman 1. Rencana Investasi Pengembangan Permukiman
(2013-2016) 2. Kebijakan Investasi Penataan Bangunan dan Program Sub Bidang Pengembangan Permukiman Kabupaten Timor
Lingkungan Tengah Utara diantara adalah sebagai berikut:
3. Kebijakan Investasi Sub Bidang Air Limbah A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

Bab 2 | 109
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

JENIS
NO SUMBER KEBIJAKAN MUATAN STRATEGI PROGRAM
KEBIJAKAN
4. Kebijakan Investasi Sub Bidang Persampahan - Penyediaan Prasarana dan Sarana (PS) Permukiman Kawasan
5. Kebijakan Investasi Sub Bidang Drainase Rumah Sederhana Sehat (RSH), Rusunawa bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)
- Pembangunan RSH bagi PNS (100 Unit @ Rp. 48 Juta)
- Penataan dan Peremajaan Kawasan Kota Lama (Pembangunan
Museum & Taman Baca, Renofasi Tugu)
- Pembangunan Jalan Lingkungan Permukiman Kota
- Perencanaan Teknik (DED) & Pengawasan / Supervisi
B. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
- Penyusunan Detail Desain Kawasan KTP2D, Agropolitan,
Minapolitan
- Pembangunan Infrastruktur Kawasan
- Perencanaan Teknik (DED)
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Permukiman Perdesaan
- Pembangunan Prasarana dan sarana Kawasan Resetlement Eks
Pengungsi
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Resetlement Eks Pengungsi
- Pembangunan PS Permukiman Kawasan Perbatasan
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Perbatasan
- Pembangunan PS Kawasan Agropolitan
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Agropolitan
- Penyusunan Master Plan Kawasan Minapolitan
- Pembangunan PS Kawasan Minapolitan
- Pengawasan / Supervisi Kawasan Minapolitan
- Program Pembangunan Infrastruktur Permukiman
2. Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan
A. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung
- Pembinaan Teknik Bangunan Gedung
- Penyusunan RTBL
- Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
- Penguatan Kelembagaan PBL
- Penyusunan Keandalan Bangunan Gedung termasuk Gedung dan
Rumah Negara
- Pemeliharaan atau Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan
Bersejarah
- Pengembangan Prasarana dan Sarana Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran
- Pengembangan Prasarana dan Sarana Aksesibilitas Bangunan
Gedung
- Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung
- Pembangunan PIP2B
- Peningkatan Prasarana daan Sarana Penataan dan Revitalisasi
Kawasan Fisik
B. Penataan Lingkungan Permukiman
- Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan
- Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan
Permukiman Tradisional dan Bersejarah
- Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Lingkungan
Permukiman Tradisional dan Bersejarah
- Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
- Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) / PNPM Mandiri
3. Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah
- Program Pembinaan Sistim Pengelolaan Air Limbah.
- Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah.
- Program Perluasan Cakupan Pelayanan Air Limbah.

Bab 2 | 110
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

JENIS
NO SUMBER KEBIJAKAN MUATAN STRATEGI PROGRAM
KEBIJAKAN
- Program Peningkatan Sistim Pengelolaan Lumpur Tinja.Prgram
Pengembangan Pembangunan Prasarana dan Saran Air Limbah Yang
Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat.
- Program Pengelolaan Sistim Air Limbah Terpadu Mendukung
Perlindungan Sumber Daya Air.
- Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta.
- Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan.
- Prgram Promosi Pengelolaan Air Limbah.
- Program Pengembangan Inovasi Teknologi.
4. Rencana Investasi Sub Bidang Persampahan
- Program Pembinaan sistim Pengelolaan Persampahan
- Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
- Program Pengurangan Timbunan Sampah
- Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan
- Program Peningkatan Kualitas Sistim Pengolahan Akhir Sampah
- Program Peningkatan Pengelolaan Sampah Terpadu Mendukung
Perlindungan Sumber Daya Air
- Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta
Meningkatkan Sistim Pengelolaan Persampahan
- Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan Pengelolaan
Persampahan
- Program Promosi Sistim Pengelolaan Sampah
- Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistim Pengelolaan
Persampahan
5. Rencana Investasi Sub Bidang Drainase
- Program Pembinaan Pengelolaan sistim drainase
- Program pengembangan dan perencanaan pembangunan sistim
drainase
- Program pengembangan pembangunan sistim drainase perkotaan
- Program pembangunan PS sistim drainase mendukung kawasan
strategis/tertentu dan pemulihan dampak bencana dan kerusuhan
- Program pengembangan PS drainase skala kawasan/lingkungan
berbasis masyarakat
- Prgram pengelolaan sistim drainase terpadu mendukung Konservasi
sumber daya air
- Program pengembangan Kapasitas pendanaan pembangunan sistim
drainase
- Program promosi pengelolaan PS sistim drainase
- Prgram pengembangan inovasi teknologi sistim drainase
Sumber: Hasil Identifikasi dan Review Tim, 2011

Bab 2 | 111
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.28.
Review Kebijakan Rencana Spasial Kab. TTU

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
2 Dokumen RTRW 1. Kebijakan struktur ruang Provinsi NTT 1. Strategi pengembangan secara eksternal, meliputi: 1. Program pembangunan pertanian dan kehutanan,
Penataan Provinsi Nusa Arahan pengembangan kota-kota di Provinsi NTT: 1) Peningkatan peran dari kota-kota yang mempunyai meliputi:
Ruang Tenggara 1) Kota Sedang PKN hubungan langsung dengan kotakota lain di propinsi lain 1) Tanaman pangan dan hortikultura, meliputi:
Timur NTT) a. Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota khususnya yang berada di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan a. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas
sekitar; dan lain-lainnya, maupun dengan kota lain dari negara Petani;
b. Mengembangkan badan kerjasama antar kota; lain. b. Program Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani.
c. Menyusun RIS Prasarana untuk keterpadauan 2) Peningkatan aksesibilitas perhubungan laut dan 2) Tanaman perkebunan dan kehutanan, meliputi:
program dalam kawasan dengan pusat-pusat peningkatan peran serta aktivitas di pelabuhan laut a. Peningkatan Produksi serta Produktivitas Petani;
permukiman; 3) Mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Nusa b. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani.
d. Mengembangkan sistem transportasi yang sinergis Tenggara Timur, terutama yang memiliki daya saing dan c. Pelestarian Hutan Konservasi, Lindung dan Produksi
dengan sistem permukiman dan pengembangan peluang yang tinggi dipasaran Nasional maupun Berbasis Masyarakat;
kegiatan usaha; Internasional, antara lain dengan upaya-upaya : d. Pengembangan Hutan Produksi Berbasis Masyarakat;
e. Didukung oleh sistem trarsportasi kota yang lancar; a. Pengembangan kawasan di sekitar laut Timor (Timor e. Pemantauan, Pengawasan, Pembinaan dan
f. Adanya sistem jaringan jalan yang menunjang Gap) atau Celah Timor yang saat sekarang Pengaturan Pengelolaan Hutan.
pergerakan lintas batas; diupayakan kerjasama eksplorasi minyak antara 2. Program pembangunan perikanan dan kelautan,
g. Mendorong peran serta swasta dan pengembangan Indonesia-Australia; meliputi:
ekonomi dan investasi prasarana; b. Secara Stabilitas, perlu lebih diperhatikan karena a. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pengelolaan
h. Mengembangkan kerjasama antar kota untuk adanya kerjasama antara Indonesia-Australia, yang Potensi Wilayah Pesisir dan Laut;
jaringan prasarana seperti air bersih, jaringan jalan, secara historis terjadi kecurigaan Australia terhadap b. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Nelayan dan
etrairase. Penataan kawasan berbasis zoning Indonesia; Masyarakat Pesisir;
regulation; c. Pengembangan kawasan pariwisata yang banyak c. Pembinaan, Pengawasan dan Pengaturan Pengelolaan
i. Pengaturan sarana prasarana telekomunikasi yang dimiliki Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Wilayah Pesisir dan Laut.
mendukung kegiatan kota; memanfaatkan jumlah wisatawan yang datang ke 3. Program pembangunan pengairan dan sumberdaya air,
j. Mendorong peran serta swasta dan pengembangan pulau Bali, maka perlunya dibentuk suatu paket meliputi:
ekonomi dan investasi prasarana; wisata dari Bali sampai NTT ataupun promosi a. peningkatan kualitas bangunan utama;
k. Mengembangkan kerjasarna antar kota untuk langsung terhadap wisatawan-wisatawan di negara b. peningkatan jumlah dan kualitas jaringan irigasi;
jaringan prasarana seperti air bersih, jaringan jalan, asal wisatawan maupun promosi domestik untuk c. peningkatan kelembagaan pengelola irigasi.
drainase; menyerap wisatawan dalam negeri. 4. Program pembangunan pertambangan dan energi,
l. Pembangunan kota yang mandukung skala regional; 2. Strategi pengembangan secara internal, meliputi: meliputi:
m. Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi 1) Strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi: a. Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Tambang;
yang mendukung kegiatan kota; a. Pemantapan kawasan lindung sesuai dengan b. Pengembangan Jangkauan Layanan Energi;
n. Pembangunan pusat jasa pemerintah untuk lingkup fungsinya masing-masing, baik untuk melindungi c. Pembinaan, Pengawasan dan Pengaturan Pemanfaatan
propinsi atau regional; kawasan bawahannya, melindungi kawasan Potensi Tambang dan Energi.
o. Peningkatan kapasitas outlet (bandara den setempat, memberikan perlindungan terhadap 5. Program pembangunan perhubungan, meliputi:
pelabuhan laut) berstandar regional; keanekaragaman flora-fauna dan ekosistemnya, serta a. Peningkatan Kualitas Layanan Sarana dan Prasarana
p. Peningkatan fasilitas kesehatan dengan skala melindungi kawasan yang rawan terhadap bencana Perhubungan Darat, Laut dan Udara;
pelayanan bertarap internasional; alam; b. Peningkatan dan Pemeliharaan Prasarana Jalan dan
q. Peningkatan fasilitas pendidikan mulai tingkat dasar b. Penetapan kawasan lindung sesuai dengan fungsi Jembatan;
sampai perguruan tinggi. yang telah di tetapkan; 6. Program pembangunan pariwisata, meliputi:
2) Kota Kecil PKN c. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan a. Mengembangan jenis-jenis obyek wisata sehingga
a. Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota lindung agar sesuai fungsi yang telah ditetapkan. terciptanya kondisi bagi pengembangan industri
sekitarnya; 2) Strategi pengembangan kawasan budidaya, meliputi: pariwisata;
b. Mengembangkan badan kerjasama antar kota; a. Mengoptimalkan peran dari setiap pemanfaatan ruang b. Meningkatkan kualitas daya tarik wisata baik Wisman
c. Menyusun RIS Prasarana untuk keterpadauan bagi kegiatan budidaya, sesuai dengan kemampuan maupun Wisnus;
program dalam kawasan dengan pusat-pusat daya dukung lingkungannya. c. Memberikan rekomendasi bagi pembangunan
permukiman; b. Pengendalian pemanfaatan ruang guna menghindari infrastruktur kepariwisataan.
d. Didukung oleh sistem transportasi kota yang lancar; konflik antar berbagai kepentingan karena hal ini 7. Program pembangunan perumahan dan permukiman,
e. Adanya sistem jaringan jalan yang menunjang sering terjadi, dan akan banyak menimbulkan meliputi:
pergerakan lintas batas; permasalahan, yang berdampak pada kurang a. Membangun dan mengembangkan kemampuan
f. Mengembangkan kerjasama antar kota untuk optimalnya pemanfaatan lahan karena terjadinya penduduk untuk membangun perumahan yang sehat dan
jaringan prasarana seperti air bersih, jaringan jalan, perebutan lahan dari berbagai pihak. layak huni atas kemampuannya sendiri yang mengacu
drainase; 3) Strategi pengembangan kota-kota, meliputi: pada Rencana Umum Tata Ruang Kota dan Pedesaan
g. Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi a. Menerapkan peranan kota Kupang sebagai ibu kota yang terpadu, komprehensif dan aspiratif;
yang mendukung kegiatan kota. Propinsi dan pusat pengembangan wilayah bagi b. Terciptanya permukiman yang tertib, sehat dan indah,

Bab 2 | 112
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
3) Kota Kecil PKW Propinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu upaya sesuai Rencana Tata Ruang;
a. Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota yang diusulkan untuk memantapkan peranan Kota c. Di perkotaan menghindari permukiman yang bernuansa
sekitarnya; Kupang adalah meningkatkan fasilitas perkotaan yang eksekutif karena dihuni oleh etnik atau agama tertentu;
b. Mengembangkan badan kerjasama antar kota; memadai; d. Di Perdesaan pembangunan mengutamakan bahan lokal
c. Menyusun RIS Prasarana untuk keterpedauan b. Lebih meningkatkan, pengembangan dan namun tidak sampai menimbulkan ancaman bagi
program dalam kawasan dengan pusat-pusat memantapkan peran kota-kota utama yang ada di kelestarian lingkungan.
permukiman; Nusa Tenggara Timur, dengan tujuan untuk
d. Didukung oleh sistem transportasi kola yang lancar mengurangi kesenjangan perkembangan antar kota,
yang melayani antar kota; terutama dalam melayani kota-kota yang hirarkinya
e. Mengembangkan kerjasama antar kota untuk lebih rendah maupun dalam hubungannya dengan
jaringan prasarana seperti air bersih, jaringan jalan, kota-kota lain. Pengembangan dan pemantapan itu
drainase; dimaksudkan agar pertumbuhan wilayah Nusa
f. Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi Tenggara Timur secara keseluruhan dapat berjalan
yang mendukung kegiatan kota; dengan efektif dan membawa dampak positif bagi
g. Peningkatan pendidikan dasar sampai pendidikan pengembangan wilayah secara keseluruhan.
tinggi; c. Sejalan dengan tujuan, sasaran dan kebijaksanaan
h. Peningkatan fasilitas kesehatan, mulai tingkat RT yang ingin dicapai khususnya dalam bidang ekonomi,
sampai Tingkat Pelayanan Kota; maka perlu meningkatkan peran kota-kota yang
i. Pembangunan Rumah Sakit bertarap pelayanan berhirarki di bawah kota Kupang sebagai pusat-pusat
Wilayah. pertumbuhan bagi daerah belakangnya (hiterland),
4) Kota Kecil PKL agar hasil produksi dari kantung-kantung produksi
a. Penataan kota yang terpadu dengan kota-kota dapat dengan mudah dipasarkan;
sekitarnya; d. Untuk lebih melancarkan pemasaran hasil produksi
b. Mengembangkan badan kerjasama antar kota; dari hiterland maka perlunya peningkatan hubungan
c. Menyusun RIS Prasarana untuk keterpaduan antar kota dengan pola sistem hirarki, dimana
program dalam kawasan dengan pusat-pusat hubungan dilakukan dari hirarki terendah ke yang
permukiman; lebih tinggi tingkatnya pada jarak tempuh yang dekat
d. Didukung oleh sistem transportasi kota yang lancar; dengan hirarki tersebut;
e. Mengembangkan kerjasama antar kota untuk e. Mengembangkan keterkaitan antar kota secara
jaringan prasarana seperti air bersih, jaringan jalan, fungsional, melalui pengembangan fungsi kota-kota.
drainase; Keterkaitan fungsional akan terwujud dengan
f. Pembangunan sarana prasarana telekomunikasi berkembangnya fungsi kota-kota yang sesuai dengan
yang mendukung kegiatan kota; hirarki pelayanannya;
g. Pembangunan fasilitas pendidikan mulai pendidikan f. Upaya pengembangan desa-desa yang ada dengan
dasar hingga pendidikan atas; pendekatan Progresive Rural Structure, yaitu dengan
h. Pembangunan fasilitas kesehatan, mulai dari tingkat cara dibentuknya desa-desa terpadu sebagai pusat
RT sampai pusat pelayanan kegiatan kota lokal; koleksi distribusi bagi kegiatan perekonomian dalam
i. Pembangunan Rumah Sakit dengan skala pelayanan skala terkecil. Pengembangan desa-desa terpadu ini
lokal. memilih desa yang secara ekonomi telah berkembang
Pola pengembangan kota-kota di NTT: dibandingkan desa lain di sekitarnya (desa
1) Untuk mempercepat proses pembangunan (akselerasi Swasembada), sehingga dapat melayani desa-desa
kegiatan sosial ekonomi), khususnya di kawasan sekitarnya yang masih dalam status desa swakarya.
perkotaan (dan daerah belakangnya) disetiap pulau, 4) Strategi pengembangan prasarana wilayah, meliputi:
maka untuk pulau-pulau besar utama (P. Flores, P. a. Meningkatkan sistem prasarana transportasi darat
Sumba dan P. Timor) masing-masing harus mempunytai guna lebih meningkatkan aksesibilitas dari kantung-
kota orde I (satu)/ Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan kantung produksi kepusat kota dengan pusat kegiatan
selanjutnnya akan membentuk sistem kota-kota sampai ekonomi;
dengan tingkat orde II (PKW), III (PKL) sampai dengan b. Perkembangan perekonomian yang relatif rendah di
kota-kota terkecil (merupakan agropolitan yang pada Propinsi NTT tidak terlepas dari terbatasnya sistem
umumnya merupakan desa-desa pusat pertumbuhan transportasi darat dan masih banyak pusat-pusat
atau ibukota kecamatan); kegiatan ekonomi yang belum mempunyai hubungan
2) Untuk pulau-pulau yang lebih kecil dan mempunyai langsung dengan pusat kota;
kegiatan ekonomi yang cukup berarti, yaitu Pulau Alor, c. Pengembangan sistem prasarana transportasi laut
Pulau Pantar, Pulau Lembata, dan Pulau Sabu dan udara untuk meningkatkan aksesibilitas antar
masingmasing harus mempunyai kota orde ke III (PKL); wilayah dan antar pulau;
3) Kota-kota yang diperkirakan memiliki pertumbuhan yang d. Mengembangkan sistem prasarana transportasi jalan
relatif lebih cepat dan diharapkan dapat berperan raya yang terpadu dengan lintas penyeberangan antar

Bab 2 | 113
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
sebagai pusat distribusi dan koleksi untuk daerah pulau, untuk meningkatkan aksesibilitas antar kota-
belakangnya adalah kota-kota pelabuhan. Kota-kota kota sebagai pusat pertumbuhan dengan wilayah
pelabuhan tersebut akan menjadi pusat kegiatan belakangnya serta meningkatkan interaksi antar
ekonomi, khususnya kegiatan ekspor dengan pulau;
memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh daerah e. Mengembangkan sistem prasarana pengairan untuk
belakangnya. Sehingga perkembangan kota-kota menunjang pengembangan kawasan pertanian lahan
tersebut sangat tergantung oleh potensi yang dimiliki basah.
oleh daerah belakangnya yangmenjadi wilayah pelayan 5) Strategi pengembangan kawasan prioritas, meliputi:
serta tingkat aksesibilitas (kemudahan) antara kota-kota a. Mengembangan wilayah-wilayah yang diprioritaskan
tersebut dengan daerah belakangnya. untuk mengakomodasikan perkembangan sektor-
Sistem Pengembangan Kota-Kota di Provinsi NTT: sektor strategis dengan melakukan studi yang lebih
1) Kota Hirarki I (PKN) : Kota Kupang, Atambua, mendalam mengenai kawasan tersebut serta upaya
Waingapu, Labuanbajo, dan Maumere. penyiapan penataan ruang;
2) Kota Hirarki II (PKW) : Ibukota Kabupaten melipti: Baa, b. Menanggulangi dengan segera, kawasan-kawasan
Soe, Kefamenanu, Kalabahi, Lewoleba, Larantuka, prioritas yang memiliki permasalahan yang cukup
Ende, Bajawa, Ruteng, Waikabubak. mendesak untuk ditangani, seperti penanganan
3) Kota Hirarki III (PKL) : Ibukota-ibukota kecamatan terhadap kawasan kritis dan daerah terbelakang;
lainnya. c. Memberi dukungan penataan ruang pada setiap
2. Kebijakan pola ruang Provinsi NTT kawasan prioritas.
1) Kebijakan pengembangan kawasan permukiman
Dibagi menjadi kawasan permukiman perkotaan dan
pedesaan. Arahan pengembangan kawasan
permukiman perkotaan:
a. Lebih mengefisienkan pemanfaatan lahan;
b. Peningkatan sistem fasilitas dan utilitas pelayanan;
c. Meningkatkan kualitas permukiman kumuh;
d. Menigkatkan kualitas lingkungan;
e. Memperhatikan proyeksi pertambahan penduduk
dengan ketersediaan lahan permukiman perlu atau
tidaknya untuk pengembangan vertikal.
Arahan pengembangan kawasan permukiman
perdesaan:
a. Meningkatkan sumber-sumber air memperluas
pelayanan air bersih sampai ke tingkat desa-desa;
b. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang
sehat dan bersih;
c. Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas dan
utilitas lingkungan/pemukiman;
d. Kebijakan pembangunan pada daerah
pesisir/perumahan nelayan;
e. Akses fisik ke kota/PKL terdekat.
2) Kebijakan pengembangan kawasan prioritas cepat
tumbuh:
a. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang yang
dibutuhkan oleh masing-masing kawasan prioritas
sesuai dengan karakteristik potensi dan
permasalahan yang dimiliki;
b. Peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana
menunjang kegiatan yang akan dikembangkan,
seperti perbaikan prasarana irigasi, pengembangan
industri-industri pengolahandan peningkatan
aksesibilitas.
3) Kebijakan Wilayah Laut dan Daerah Perbatasan
Negara
a. Pemantapan pembangunan bangsa (Nation Building)
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia;

Bab 2 | 114
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
b. Meningkatkan kesejahtraan masyarakat wilayah
perbatasan;
c. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
masyarakat wilayah perbatasan termasuk
masyarakat pengungsi sehingga mempunyai daya
tahan dan daya saing yang tinggi dengan masyarakat
di negara tetangga baik dalam bidang ekonomi
maupun dalam bidang sosial budaya dan sosial
politik.
4) Kebijakan Penunjang Penataan Ruang
Kebijakan Penunjang Penataan Ruang yang bersifat
Spasial:
a. Kebiijaksanaan Penatagunaan Tanah pada Kawasan
Lindung:
 Menyelesaikan permasalahan tumpang tindih dan
konflik penggunaan tanah antara kepentingan
lindung dan budidaya berdasarkan
ketentuan/peraturan yang ada;
 Pengendalian secara ketat terhadap cara
penggunaan tanah oleh penduduk atau proyek
pembangunan (sektoral) tertentu dalam kawasan
lindung yang diperbolehkan agar tidak mengganggu
fungsi lindung;
 Pada kawasan lindung yang diatasnya telah
terdapat kegiatan budidaya perlu dilakukan
tindakan penanganan atau penyelesaiannya,
misalnya dalam bentuk pembebasan atau
pencabutan hak atas tanah, pemindahan penduduk,
upayaupaya konservasi/rehabilitasi tanah,
pembebasan kegiatan secara enclave, serta
pemindahan kegiatan secara bertahap ke luar
kawasan lindung.
b. Kebijakan Penatagunaan Tanah pada Kawasan
Budidaya:
 Penggunaan tanah pada kawasan budidaya yang
bersifat sebagai penyangga kawasan lindung
diatasnya (hutan produksi) perlu disertai dengan
upaya-upaya konversi tanah secara ketat;
 Penggunaan tanah di kawasan azas konvertibilitas
penggunaan tanah. Meskipun demikian pengalihan
antar penggunaan (dari yang kurang intensif ke
tingkat yang lebih intensif) perlu dikendalikan
melalui mekanisme perizinan (pencadangan tanah,
perizinan lokasi).
Kebijakan Penunjang Penataan Ruang yang bersifat
Bukan Spasial:
a. Kebijakan Kependudukan
 Kebijakan jangka panjang mengurangi laju
pertumbuhan penduduk dari 1,79% per tahun
(1990-2000) menjdi lebih kecil 1,69 %.
 Kebijaksanaan pengendalian penyebaran penduduk
ditujukan untuk menyebarkan penduduk secara
merata sesuai daya dukung lingkungan dan potensi
sumber daya alam. Upaya pengendalian
penyebaran penduduk yang lebih merata dapat
dilakukan melalui:
- Program permukiman kembali (resettlement);

Bab 2 | 115
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
- Program Transmigrasi;
- Pengembangan ekonomi skala besar seperti
perkebunan pertambangan dan industri
pengolahan primer yang bersifat padat karya di
daerah yang penduduknya masih jarang;
- Penyebaran fasilitas dan infrastruktur sosial-
ekonomi.
 Kebijaksanaan peningkatan kualitas sumber daya
manusia menyangkut usaha-usaha yang ditujukan
untuk meningkatkan pendidikan dan tingkat
kesehatan dapat dilakukan melalui :
- Meningkatkan dan meyebarkan fasilitas
pendidikan sekolah menengah dan atas;
- Meningkatkan dan memyebarkan fasilitas
pendidikan ketrampilan (kejuruan);
- Memasyarakatkan pentingnya pendidikan bagi
setiap orang;
- Memasyarakatkan pentingnya kesehatan bagi
setiap orang;
- Meningkatkan dan menyebarkan fasilitas
kesehatan dan tenaga medis;
- Meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat;
- Meningkatkan kondisi lingkungan yang tidak
mendukung kesehatan
b. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
 Mengatur insentif untuk kegiatan-kegiatan skala
besar yang mampu meningkatkan fungsi
lingkungan dan daya dukung wilayah, terutama bagi
kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak
peningkatan kualitas lingkungan dalam skala besar
regional Nusa Tenggara Timur;
 Memberikan disinsentif bagi kegiatan-kegiatan
skala besar yang dapat menurunkan daya dukung
wilayah baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang;
 Memantau dan menindak kegiatan-kegiatan yang
berpotensi merusak lingkungan hidup;
 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan
melalui peningkatan ketersediaan prasarana
sanitasi,air bersih, drainase dan persampahan;
 Memulihkan ungsi lahan-;ahan kritis dan lahan-
lahan bekas pertambangan, pembakaran hutan
atau kegiatan merusak di dalam hutan maupun di
luar hutan baik melalui reboisasi dan rehabilitasi
lahan, bersama-sama dengan masyarakat dan
swata;
 Menertibkan penguasaan lahan terutama di wilayah
bukan kota/pusat pemukiman yang dimaksudkan
untuk memudahkan pemantauan pengendalian
lingkungan;
 Memberi perlindungan terhadap kawasan-kawasan
yang mempunyai nilai historis, nilai tambah maupun
nilai ilmiah yang merupakan aset nasional, seperti
Cagar Alam Pulau Komodo dan sekitarnya, Taman
Laut Maumere dan Pulau Riung atau suaka

Bab 2 | 116
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
margasatwa dan hutan wisata lainnya yang ada di
wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur.
RTRW 1. Kebijakan struktur ruang Kab. Timor Tengah Utara 1. Strategi Penataan Ruang Usulan Program Utama
Kabupaten 1) Hierarki Orde I berada di Kota Kefamenanu sebagai 1) Strategi penataan ruang dilaksanakan melalui A. Program Prasarana Wilayah
Timor Tengah Ibukota Kabupaten mempunyai fungsi pelayanan pengembangan sistem perkotaan dan pembagian WP 1. Sektor Transportasi
Utara (2008- Pusat Pemerintahan maupun pusat pelayanan lainnya yang sesuai dengan daya dukung, sumber daya alam a. Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan;
2028) seperti perdagangan, administrasi dan pemerintahan; dan daya tampung lingkungan hidup; b. Pembangunan jalan dan jembatan
2) Hierarki Orde II berada di Kota Wini sebagai pusat 2) Pengembangan perkotaan dan perdesaan dilaksanakan c. Penyusunan data base ruas jaringan jalan
kegiatan di wilayah Pantura, mempunyai fungsi dalam kesatuan sistem hirarki kota gar berfungsi sebagai d. Peningkatan dan rehabilitas moda angkutan
pelayanan pusat Pemerintahan Lokal maupun pusat pusat kegiatan dan pertumbuhan; pedesaan/kec.
pelayanan lainnya, seperti: perdagangan, industri, 3) Pembagian WP dilakukan dengan membentuk struktur e. Pembangunan prasarana dan sarana pendukung
administrasi dan pemerintahan. Kota Wini juga ruang wilayah demi tercapainya keseimbangan, pelabuhan.
sebagai Pusat Kegiatan Lokal Utama, yang sekaligus keserasian, dan keharmonisan dalam pelaksanaan 2. Sektor Perumahan dan Permukiman
sebagai Kota Satelit; pembangunan sehingga tidak terjadi ketimpangan a. Penyediaan dan pengelolaan iar bersih
3) Hierarki Orde III berada di Kecamatan Miomaffo Barat, pembangunan antar wilayah; b. Penataan kawasan perumahan kota
Miomaffo Timur, Insana, Noemuti, Biboki Utara, Biboki 4) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan sarana c. Penyiapan sarana pendukung permukiman
Selatan dan Biboki Anleu dengan fungsi pelayanan permukiman perkotaan dan perdesaan untuk d. Penyiapan sumber air bersih dan instalasi dengan
seabgai pusat pelayanan koleksi dan distribusi bagi memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada sistem desalinasi untuk wilayah pantura
wilayah pelayanannya masing-masing; seluruh lapisan masyarakat; e. Penyiapan kawasan permukiman transmigrasi di
4) Wilayah Hinterland Orde IV berfungsi sebagai pusat 5) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan Pantura (KTM Ponu)
Hinterland pengembangan wilayah masing-masing akses masyarakat akan ketersediaan energi listrik dan
kota/pedesaan sekaligus sebagai pusat koleksi dan jaringan telekomunikasi; B. Progam Pola Ruang
distribusi yang berpusat di ibukota Kecamatan masing- 6) Pengembangan kawasan strategis dilakukan dengan a. Perwujudan kawasan lindung
masing. Sub PKL yaitu kecamatan pemekaran seabgai mengembangkan wilayah yang diprioritaskan untuk 1. Penetapan tata batas kawasan lindung terutama
penunjang sub PKL terdiri atas: Kecamatan Miomaffo mengakomodasi perkembangan kawasan strategis hutan lindung, suaka dan resapan air yang berada di
Tengah, Musi, Mutis, Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, melalui penyiapan dan pengembangan penataan ruang hulu sungai;
Bikomi Niulat, Bikomi Utara, Noemuti Timur, Insana kawasan strategis; 2. Inventarisasi atau pendataan kondisi eksisting
Barat, Insana Tengah, Insana Fafinesu, Baibenu, 7) Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi (termasuk) peta topografi, penggunaan lahan, daerah
Biboki Tan Pah, Biboki Moenluie, biboki Foeleu. lingkungan dari timbulnya kerusakan lingkungan hidup; resapan air, kondisi fisik dasar lainnya) wilayah
8) Menetapkan kawasan budidaya untuk pemanfaatan Kabupaten Timor Tengah Utara dalam skala
2. Kebijakan pola ruang Kota Kefamenanu sumberdaya alam di darat maupun di laut secara 1:25.000
1) Kawasan lindung dengan luasan kawasan lindung sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan 3. Pendataan kawasan-kawasan permukiman
2) Kawasan budidaya ruang wilayah yang sesuai dengan kemampuan daya (kampung) yang berlokasi/menempati kawasan
dukung lingkungannya. lindung
4. Permukiman kembali (resettlement) dan penempatan
2. Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah kembali (relocatioin) penduduk berikut kegiatannya
Kabupaten
1) Dalam rangka pengendalian penyelenggaraan b. Perwujudan kawasan budidaya
pemanfaatan ruang. Pemerintah daerah melaksanakan 1. Intensifikasi lahan-lahan sawah fungsional, terutama
pemantauan dan pengembangan sistem informasi pada wilayah-wilayah yang telah mempunyai
penataan ruang untuk mewujudkan tertib tata ruang; jaringan/prasarana irigasi;
2) Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh 2. Peningkatan dan pengembangan fungsi lahan sawah
Pemerintah Daerah melalui pemberian pedomabm potensial dan lahan sawah baku;
bimbingan, pelatihan, arahan dan peningkatan 3. Intensifikasi usaha tani komoditi padi ladang;
partisipasi masyarakat; 4. Intensifikasi usaha tani komoditi jagung;
3) Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan 5. Intensifikasi usaha tani komoditi ubi kayu;
berdasarkan pedoman teknis pengelolaan kawasan 6. Intensifikasi usaha tani komoditi ubi jalar;
lindung dan budidaya melalui pengawasan dan 7. Intensifikasi usaha tanai komoditi kacang tanah;
penertiban sesuai dengan ketentuan peraturan 8. Intensifikasi usaha tani komoditi kacang kedelai;
perundang-undangan yang berlaku 9. Pengembangan dan peningkatan usaha perikanan air
tawar;
10. Pengembangan dan peningkatan usaha (industri)
peternakan;
11. Pengembangan Hutan Industri (HTI) umum dan HTI
transmigrasi (HTI Trnas);
12. Program penyusunan rencana tata ruang dan
pengelolaan sumber daya hutan.

Bab 2 | 117
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan

c. Perwujudan kawasan budidaya non pertanian


1. Perencanaan pengembangan usaha pertambangan
rakyat;
2. Peningkatan dan pengembangan usaha
pertambangan rakyat melalui bantuan dan unit usaha
yang terpadu;
3. Studi kelayakan lokasi-lokasi yang diarahkan
sebagai kawasan/zona tambang;
4. Perencanaan pengembangan usaha industri kecil
menengah;
5. Penyediaan bahan baku industri;
6. Peningkatan dan pengembangan kegiatan industri,
terutama industri pengolahan hasil pertanian;
7. Review dan revisi penyusunan rencana detail tata
ruang kawasan perkotaan;
8. Penyusunan rencana tata ruang kawasan
pengembangan Pantura;
9. Penyusunan rencana tata ruang kawasan
pengembangan Prioritas;
10. Penyusunan rencana tata ruang kawasan
perbatasan;
11. Program pengembangan kawasan terpadu (PKT)
pada permukiman di wilayah terpencil wilayah-
wilayah miskin;
12. Program pengembangan prasarana kawasan
terpadu (P3KT) pada permukiman di wilayah
terpencil wilayah miskin;
13. Perencanaan daerah tujuan wisata kabupaten;
14. Pengembangan dan penataan obyek (daerah tujuan)
wisata dan pengelolaan kegiatan kepariwisataan;
15. Pengembangan SDM.
RDTR Kota VISI : Strategi untuk mencapai cita-cita pengembangan Kota INDIKASI PROGRAM SEKTOR UMUM:
Kefamenanu Kota SARI (Sehat, Aman, Rindang dan Indah) Kefamenanu sebagai Kota SARI adalah: 1. Pemasangan patok di lapangan/identifikasi rencana Zoning
(2008-2028) 1. Mengupayakan terciptanya lingkungan yang sehat dan Regulation
FUNGSI & PERANAN UTAMA: bersih melalui ketersediaan sarana dan prasarana 2. Rencana Teknis Ruang Kota (RTRK)
1. Pusat Pemerintahan lingkungan yang dapat mendorong perilaku Sehat, Aman, 3. Rencana Tata Bangunan & Lingkungan
2. Pusat Pelayanan Kabupaten. Rindang dan Indah. 4. Evaluasi Rencana Tata Ruang Kota Kefamenanu
3. Pusat Pendidikan 2. Mendorong dan meningkatkan kesatuan persepsi dan
4. Pusat Perhubungan koordinasi antar sektor dalam penyelenggaraan SEKTOR PENGEMBANGAN JARINGAN:
5. Pusat Koleksi dan Distribusi pembangunan kota dan memperluas pembinaan 1. Drainase:
6. Pusat Permukiman dan Sub Pusat Permukiman kemasyarakatan. a. Pengembangan sistem saluran pembuangan air hujan
7. Pusat Pariwisata 3. Meningkatkan dan kemandirian masyarakat kota dalam  Studi pengembangan sistem saluran pembuangan
8. Pendukung Kegiatan Strategis Perbatasan RI- Timor pelaksanaan program Kota Kefamenanu sebagai kota Sari. air permukaan
Leste 4. Meningkatkan partisipasi kota dalam proses  Rencana teknis dan konstruksi
penyelenggaran pembangunan terutama pengembangan  Pengembangan dan penyempuranaan saluran
TUJUAN PENGEMBANGAN KOTA KEFAMENANU: Kota Kefamenanu sebagai Kota Sari. pembuangan air hujan di kawasan permukiman yang
1. Mencapai pengembangan ruang yang lebih berimbang, 5. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan Prasarana sudah ada
yang berarti bahwa kesenjangan antara kawasan satu dan Sarana Pendidikan menengah dan Tinggi untuk  Pengembangan saluran di akwasan permukiman
dengan kawasan lainnya pada tingkat minimal, serta penyiapan SDM untuk kebutuhan Internal maupun baru sesuai dengan prioritas pengembangan kota
hierarki pusat pelayanan berjalan dengan efektif. Eksternal Kabupaten. 2. Sanitasi Lingkungan
2. Mencapai tingkat integrasi wilayah kota yang lebih baik, a. Penyiapan MCk masyarakat
dimana hal ini dicirikan dengan semakin membaiknya STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA KEFAMENANU: b. Penyediaan prasarana buangan komunal dan
hubungan antar bagian wilayah kota, sehingga setiap 1. Strategi Dasar Pengaturan Penduduk penyediaan lahan penempatan
lokasi di kota dapat dijangkau secara mudah. a. Strategi Pengembangan Penduduk c. Pengembangan dan perencanaan sistem pembuangan
3. Menyediakan sarana (fasilitas) perkotaan yang dapat Pada segi penyebaran penduduk Kota Kefamenanu limbah rumah tangga dalam bentuk komunal
memenuhi kebutuhan dasar manusia umumnya, dan cenderungan menyebar pada beberapa pusat d. Pengembangan dan penyempurnaan saluran

Bab 2 | 118
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
khususnya penduduk Kota Kefamenanu pertumbuhan kota, hal ini untuk mendukung pembuangan di kawasan permukiman yang sudah ada
4. Penyediaan dan penyiapan utilitas kota sehingga sanitasi berfungsinya pusat-pusat tersebut sehingga beban pusat e. Pengembangan sistem saluran pembuangan air limbah
lingkungan terjaga sehingga amanat sebagai kota sehat kota tidak terlampau besar. Namun dalam penyebaran f. Rencana teknis dan konstruksi saluran pembuangan air
dan aman secara lingkungan bisa dinikmati oleh tersebut tidak sporadis tetapi dibatasi oleh kawasan yang kotor sistem septic tank untuk kawasan permukiman
masyarakat. berfungsi sebagai konservasi dan kawasan kegiatan kepadatan sedang dan rendah
5. Aman, Rindang dan Indah merupakan bentuk komersil. 3. Air Minum
Perlindungan lingkungan hidup, ini berarti didalam b. Strategi Pengendalian Kepadatan Penduduk a. Pembuatan masterplan air bersih
penataan ruang kota perhatian tidak saja diberikan Pengaturan untuk mengantisipasi munculnya kawasan b. Pengelolaan sumber air bersih kecamatan dan ibukota
terhadap bentuk fisik terbangun saja, tetapi juga pada yang padat cenderung menjadi kawasan kumuh melalui kecamatan
wilayah catchment area (hutan kota), jalur hijau dan ruang pengendalian, sebagai berikut: c. Pengembangan penyediaan bak penampungan air
terbuka, sehingga tercapai keseimbangan antara fisik  Kawasan-kawasan dengan kepadatan penduduk bersih dari sumber mata air
binaan dan alami. maksimum 60-80 jiwa per hektar atau dikategorikan d. Pengadaan pompa untuk memudahkan pendistribusian
6. Menjadikan Kota Kefamenanu sebagai KOTA SARI. sebagai kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi air
7. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja, karena dengan diarahkan ke daerah pusat kota atau kawasan yang e. Penyediaan prasarana pendukung pengembangan
pola/model pengembangan kota berbasis sektor mempunyai fungsi primer (F1). distribusi air minum dengan sistem perpipaan ke rumah
perdagangan maupun industri Kecil Menengah (IKM)  Kawasan-kawasan dengan kepadatan penduduk tangga
memungkinkan munculnya sektor ekonomi ikutan, sedang atau maksimum 40-60 jiwa per hektar 4. Jalur Hijau/Konservasi
sehingga kesempatan kerja akan meuncul tidak hanya diarahkan ke bagian-bagian wilayah kota yang a. Penyusunan masterplan ruang terbuka hijau Kota
pada sektor tersebut diatas saja, melainkan juga pada mempunyai fungsi sebagai sub pusat pengembangan Kefamenanu
sektor ikutannya tersebut. atau kawasan yang mempunyai kegiatan fungsi b. Studi identifikasi kawasan-kawasan kritis
sekunder (F2). c. Pengarahan, pengaturan dan penetapan lokasi jalur
TUJUAN PENGEMBANGAN TATA RUANG KOTA  Kawasan-kawasan dengan kepadatan penduduk hijau/konservasi
KEFAMENANU: rendah atau dibawah 40 jiwa per hektar diarahkan ke d. Pembatasan pembangunan pada lokasi atau kawasan
1. Terwujudnya Kota Kefamenanu sebagai Pusat Kegiatan daerah pinggiran kota dan daerah yang ditentukan jalur hijau/konservasi
Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Strategi Nasional sebagai kawasan cadangan, konservasi dan e. Pengawasan/reboisasi dan rehabilitas daerah-daerah
(PKSN) yang ditunjang sarana dan prasarana wilayah pertanian (hinterland). kritis
yang memadai. c. Strategi Pengembangan Kualitas SDM f. Pembangunan taman-taman kota
2. Terwujudnya Kota Kefamenanu sebagai Kota SARI.  Pengembangan pendidikan ditekankan kepada g. Penyiapan hutan kota
3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang kota yang pengembangan sarana dan prasarana pendidikan 5. Telepon
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan yang berorientasi pasar tenaga kerja, khusus a. Pelayanan jaringan telepon pada kawasan permukiman
daya dukung lingkungan serta arahan kebijakan tata pendidikan kejuruan yang langsung dapat diterapkan b. Peningkatan daya jangkau pemakaian telepon seluler
ruang nasional maupun regional. dalam kegiatan produktif terutama untuk menunjang dengan pembangunan tower
4. Terselenggaranya pemanfaatan ruang kota yang terpadu pengembangan fungsi kota sebagai pusat pelayanan c. Pengembangan dan pelayanan penguatan sinyal
melalui alokasi pusat-pusat kegiatan kota yang memiliki wilayah belakang serta pusat perhubungan jaringan telepon seluler ke kawasan-kwasan
saling keterkaitan yang kuat dan optimal tingkat antarwilayah. permukiman baru sesuai dengan prioritas
pelayanannya, serta didukung oleh jaringan prasarana  Melakukan pembinaan dan pengarahan potensi pengembangan kota
dasar yang memadai. partisipasi masyarakat melalui pendidikan formal 6. Listrik
5. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang tanggap terhadap maupun pendidikan keterampilan lainnya. a. Rencana teknis dan konstruksi jaringan listrik transmisi
dinamika perkembangan kota dan mengarah pada visi  Melibatkan secara langsung maupun tidak langsung dan distribusi
pengembangan Kawasan perencanaan yang berperan sektor-sektor kegiatan produktif (khsususnya) untuk b. Pengembangan dan pembangunan jaringan transmisi
sebagai pusat Kegiatan Pemerintahan, Jasa perkantoran, ikut serta berperan dan bertanggung jawab dalam dan distribusi pada kawasan permukiman yang sudah
perdagangan, permukiman, sarana prasarana, dan lain- usaha pengembangan pendidikan melalui berbagai ada
lain. kegiatan partisipatif seperti kursus, pelatihan kerja, c. Peningkatan pelayanan penyambungan di kawasan
penyediaan sarana praktek kerja serta pola kemitraan pemukiman lama
KEBIJAKAN: yang lain. d. Pengembangan pelayanan di kawasan permukiman
1. Sektor Pendidikan  Dalam arti yang lebih luas pendidikan masyarakat baru
a. Pembangunan sektor Pendidikan ditujukan untuk perlu ditingkatkan melalui penyuluhan dan 7. Terminal Kota
Penyiapan peningkatan produktivitas SDM penerangan melalui lembaga-lembaga pemerintah a. Studi kelayakan lokasi terminal regional/pembuatan
Kabupaten Timor Tengah Utara dan Pulau Timor dan non pemerintah, serta kelompok-kelompok sosial masterplan terminal regional
sebelah timur dengan Penyiapan Perguruan tinggi masyarakat, untuk mengembangkan kesadaran dan b. Studi kelayakan lokasi termina Kota
dan akademik dengan wilayah Pelayanan Kabupaten pegetahuan masyarakat tentang pemeliharaan c. Rencana teknis dan konstruksi terminal
Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah lingkungan kota, kebersihan, pembangunan dan d. Penetapan lokasi, pembebasan dan pematangan tanah
Selatan dan Kabupaten Belu serta Negara Republik pemeliharaan elemen kota, pembangunan rumah e. Pembangunan sarana dan prasarana utama terminal
Demokratik Timor Leste. sehat, sanitasi lingkungan dan lain-lain. 8. Pengembangan Jaringan Jalan
b. Untuk menyiapkan tenaga kerja siap pakai untuk 2. Strategi Pengembangan Kegiatan Sektor Kegiatan Kota a. Rencana teknis dan konstruksi peningkatan jairngan
pengembangan pembangunan wilayah, sehingga a. Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan jalan kolektor primer dan lokal primer
Kabupaten Timor Tengah Utara menjadikan  Perdagangan yang mempunyai skala/jangkauan b. Rencana teknis dan konstruksi jaringan jalan kolektor

Bab 2 | 119
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
wilayahnya sebagai Basis Pendidikan Menengah pelayanan kota dan wilayah sekitarnya, khususnya sekunder
dan Tinggi untuk Wilayah Timur di Pulau Timor dan yang berkaitan dengan pelayanan konsumen c. Rencana teknis dan konstruksi jaringan jalan lokal
akan dibangun Balai Latihan Kerja (BLK) di Km 9 pengembangannya pada pusat kota yang mudah sekunder
arah Kupang, Dinas Nakertrans sebagai dijangkau secara regional, yaitu memiliki akses yang d. Pengembangan dan peningkatan kualitas jalan yang
penanggungjawab. tinggi pada pada jalur pergerakan eksternal kota. ada sesuai dengan rencana penetapan fungsi jalan
2. Sektor Perdagangan  Kegiatan perdagangan eceran dengan skala e. Penetapan dan pembebasan tanah untuk jaringan jalan
a. Pembangunan sektor perdagangan ditujukan untuk pelayanan lokal dikembangkan dengan pola struktural baru di kawasan pemukiman baru dengan prioritas
memperlancar arus barang dan jasa (inflow dan secara hirarkis sesuai dengan struktur pusat-sub pengembangan kota
outflow) dalam rangka menunjang peningkatan pusat kota yang direncanakan karena kegiatan ini di f. Pembangunan jaringan jalan di kawasan permukiman
produksi dan daya saing, meningkatkan pendapatan Timor Tengah Utara konsumen memiliki tata jenjang baru sesuai dengan prioritas pengembangan kota
produsen, melindungi kepentingan konsumen, tertentu sesuai dengan skala pelayanan untuk g. Peningkatan pelaksanaan management lalu lintas
memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja mengurangi beban pusat kota. 9. Perdagangan
serta meningkatkan penerimaan daerah, (PAD).  Kegiatan perdagangan, khusus PKL lokasinya harus a. Pengembangan sarana perdagangan
b. Kegiatan perdagangan diarahkan untuk mendorong disiapkan dan dikelola secara khusus serta  Pengarahan dan pengaturan lokasi pusat
dan membantu pengusaha kecil, golekmah didistribusikan di setiap pusat-pusat BWK, hal ini akan perdagangan dan jasa (-engelompokan kegiatan-
(golongan ekonomi lemah), termasuk industri kecil, menjadikan Kota Kefamenanu yang dapat melayani kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan pusat
usaha rumah tangga dan usaha informal, serta kebutuhan akan pangan 24 (dua puluh empat) jam. . perdagangan dan jasa)
menciptakan iklim usaha yang mendukung pola b. Strategi Pengembangan Sektor Transportasi  Pembangunan dan pengembangan kawasan pusat
keterkaitan usaha besar, menengah dan kecil.  Memperkuat titik simpul semua sistem transportasi perdagangan
3. Sektor Transportasi yang ada, khususnya untuk mendukung arus  Pemeliharaan dan penyempurnaan
a. Pengembangan Pembangunan Sarana Prasarana perhubungan regional yang semakin berkembang b. Pembangunan sarana perdagangan baru
Transportasi untuk mendukung kegiatan pergerakan pada masa mendatang. Dalam jangka pendek yang  Rencana teknis dan konstruksi pusat perdagangan
antar kota dan antar Negara. dilakukan adalah pemantapan prasarana yang ada  Penetapan lokasi, pengukuran dan pembebasan
b. Pembangunan transportasi diarahkan untuk lebih dan perencanaan lebih detail untuk lokasi terminal tanah untuk pusat perdagangan
meningkatkan sistem transportasi kota yang andal, yang melayani untuk pergerakan di lingkup dalam  Pembangunan kegiatan perdagangan
luas, tertib, teratur, aman, lancar, cepat, dam efisien kota. 10. Perumahan
serta mampu mendorong, dinamika dan pemerataan  Penetapan jalur regional dan jalur lokal dengan lebih a. Pengembangan kawasan perumahan lama:
pembangunan. integratif untuk menghindari konflik antara arus  Identifikasi lokasi obyek penataan dan perbaikan
c. Pembangunan transportasi diarahkan untuk perhubungan regional dan lokal. lingkungan perumahan
pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan  Pengembangan sarana transportasi pada tingkat lokal  Penataan dan perbaikan lingkungan perumahan
prasarana dan sarana transportasi yang telah ada. adalah untuk meningkatkan akses kepada seluruh  Pemindahan rumah-rumah dari tempat yang tidak
d. Pembangunan jaringan jalan-jalan dalam kota penduduk kota secara merata. Sedangkan semestinya (daerah rawan erosi, jalur hijau,
diarahkan pada pengembangan sistem jaringan yang pengembangan sarana angkutan antar wilayah konservasi sungai, konservasi air, dsb)
berjenjang sehingga tidak terjadi konflik antara adalah untuk memperlancar arus barang dan  Pengarahan, pengaturan dan penataan kepadatan
perhubungan jalan regional dan lokal. penumpang (inflow dan outflow). dan tinggi bangunan
4. Sektor Perumahan  Pembangunan terminal type A/Internasional di Km 9 b. Pengembangan perumahan baru:
a. Pembangunan perumahan merupakan upaya untuk arah Kupang.  Penyiapan permukiman dinas untuk Bupati, Wakil
memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia c. Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Bupati, Sekda, dan Asisten
yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup  Mengembangkan dan menata kampung-kampung  Penetapan pengarahan dan pengaturan peruntukan
keluarga dan masyarakat. adat secara professional untuk kegiatan wisata lahan kawasan perumahan yang baru
b. Pembangunan perumahan baik pembangunan baru budaya dengan kegiatan adat berupa industri tenun  Pembatasan pengembangan perumahan baru pada
maupun pemugaran rumah bertujuan untuk rakyat dan kegiatan adat lainnya. kawasan peruntukan non perumahan
memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat  Pembangunan sektor pariwisata sebagai industri  Pengembangan lingkungan perumahan yang sudah
tinggal, baik dalam jumlah maupun kualitas dalam pariwisata, ini ditinjau dari kegiatan industri tenunan terbentuk tetapi relatif masih kosong
lingkungan yang sehat. yang dapat mendukung kegiatan pariwisata daerah.  Pembangunan perumahan baru melalui
c. Pembangunan perumahan lebih ditingkatkan dan d. Strategi Pengembangan Sektor Perumahan pembangunan mandiri dan pelibaran pengembang
diperluas sehingga dapat semakin menjangkau  Pembangunan perumahan pada kawasan-kawasan  Pembangunan perumahan dinas untuk instansi
seluruh masyarakat dengan perencanaan yang yang sudah berkembang pada saat ini dilakukan pemerintah daerah, instansi vertikal
matang. dengan tiga model pengembangan yaitu : rehablitasi, 11. Pemerintahan
d. Pembangunan perumahan di Kota Kefamenanu peremajaan (renewal) dan pembangunan kembali Pemerintahan Skala Kabupaten:
diarahkan pada pengembangan perumahan yang (redevelopment). a. Penataan kawasan pemerintahan lama
seimbang antara perumahan sederhana, menengah  Pengembangan perumahan baru harus harus b. Penetapan, pengarahan dan pengaturan blok
dan besar sesuai dengan peraturan yang ada. berprinsip pada kaidah site and service, yang berarti penggunana lahan di kawasan pemerintaha
e. Pembangunan perumahan diarahkan untuk pada pengembang tidak saja membangun rumah c. Pembebasan tanah dan pematangan tanah
sebanyak mungkin melibatkan peran swasta dan akan tetapi juga fasilitas pendukung kegiatan d. Pembangunan fisik utama dan sarana prasarana
masyarakat dalam pembangunan perumahan dan perumahan. pelengkap
permukiman terutama untuk perumahan dan  Pembangunan perumahan baru diprioritaskan bagi

Bab 2 | 120
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Jenis
No Sumber Kebijakan Muatan Strategi Program
Kebijakan
permukiman baru. penduduk kota yang belum mempunyai rumah 12. Kesehatan
f.Pembangunan perumahan untuk masa mendatang permanen dan dimilki sendiri, hal ini berarti a. Pemindahan rumah sakit
perlu diupayakan adanya RUSUNAWA. perumahan sederhana menjadi prioritas b. Peningkatan dan penyempurnaan fasilitas puskesmas,
5. Sektor Pariwisata pembangunan. polindes, dan posyandu
a. Sektor pariwisata diharapkan menjadi bagian  Perlu disiapkan perumahan yang dapat dijangkau c. Pengadaan apotik/rumah obat
kegiatan pariwisata budaya, Alam dan Buatan oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah ke 13. Pendidikan
b. Wisata Budaya Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu bawah dalam hal ini RUSUNAWA. a. Pendidikan Dasar dan TK
Kampung adat maslete dan pengembangan industri e. Strategi Pengembangan Sektor Penunjang  Pemeliharan, rehabilitasi dan penyempurnaan
budaya berupa hasil tenun dengan motif adat, serta  Sektor Pemerintahan dan Pelayanan Umum kelengkapan fisik fasilitas TK dan SD yang sudah
souvenir-souvenir khas kefamenanu yang  Sektor Kegiatan Pertanian ada
merupakan hasil dari kerajinan tangan masyarakat 3. Strategi Pengembangan Tata Ruang Kota  Pengarahan dan penetapan lokasi fasilitas
setempat a. Strategi Pemantapan Kawasan Konservasi tambahan
c. Wisata Alam dengan memanfaatkan kondisi alam  Pemantapan batas kawasan konservasi pada daerah-  Penyiapan lahan (pembebasan dan pematangan
sekitar kota yang dengan relief berbukit dan daerah aliran sungai selebar ½ x lebar sungai utama tanah)
menyiapkan danau-danau buatan serta hutan-hutan dan anak sungainya.  Pembangunan fasilitas TK yang baru
kota yang digunakan untuk kegiatan wisata alam  Pemantapan batas kawaan konservasi pada daerah- b. Pendidikan menengah (SLTP dan SLTA)
sebagai nilai tambah kegiatan perkotaan daerah yang mempunyai kelerengan terjal lebih dari  Pemeliharan, rehabilitas dan penyempuranaan
15 %, terutama di kawasan bagian barat dan tengah kelengkapan fisik fasilitas pendidikan yang sudah
6. Sektor Penduduk & Tenaga Kerja kota. ada
a. Kebijaksanaan kependudukan diarahkan kepada  Kawasan preservasi pada kawasan ini pemenfaatan  Pengarahan dan penetapan lokasi fasilitas
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber ruangnya dilakukan secara terbatas kawasan utara tambahan
daya manusia (SDM) sebagai pelaku utama dari dan barat kota.  Penyiapan lahan (pembebasan dan pematangan
pelaksanaan pembangunan wilayah dan kota. Sektor  Menciptakan aturan pembatasan jenis kegiatan dan tanah)
ini akan diperkuat dengan pengembangan sektor intenstas bangunan pada daerah-daerah yang  Pembangunan fasilitas SLTA yang baru
pendidikan di Kabupaten Timor Tengah Utara. dianggap memiliki kerentanan fisik dalam 14. Peribadatan
b. Selain itu, pengendalian terhadap kuantitas, mobilitas pemanfaatan, misalnya kawasan dengan daya a. Pemeliharan, peningkatan, dan penyempurnaan fasilitas
dan penyebaran penduduk terus ditingkatkan. dukung yang kurang stabil dan dinding bukit. peribadatan yang sudah ada
Kebijaksanaan pengendalian pertumbuhan  Perlindungan terhadap tata air untuk keperluan b. Pengarahan dan penetapan lokasi peribadatan baru
penduduk diarahkan melalui upaya pengedalian sumber air baku, terutama di bagian timur – utara skala kota dan BWK
tingkat kematian. kota sehingga keperluan air untuk wilayah kota masih c. Pembangunan fasilitas baru skala kota dan skala BWK
c. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan usaha terjaga kelangsungannya. 15. Pengembangan Kawasan Taman, Tempat Olahraga,
yang sifatnya menyeluruh di semua sektor dan  Pembangunan Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk dan Kebudayaan
ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan taman-taman kota di setiap pusat BWK maupun Sub a. Penetapan dan pengaturan kawasan stadion
pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, BWK. b. Pembenasan tanah dan pematangan tanah
produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha. b. Strategi Pengembangan Kawasan Fungsional c. Rencana teknis dan konstruksi pengembangan
 Mengarahkan pembangunan kota dengan kawasan stadion
memperhatikan perbedaan fungsional kawasan serta d. Rencana pengembangan dan taman (RTH)/fasilitas
intensitas keterkaitan antar fungsi olahraga beserta pelengkapnya
 Mengurangi terjadinya pembebanan kegiatan pada e. Pembangunan taman (RTH)/fasilitas olahraga.
satu kawasan saja dan mencegah terjadinya
percampuran berbagai kegiatan yang sebenarnya
tidak saling berhubungan serta untuk menghindari
munculnya permasalahan ikutan seperti menurunnya
kualitas lingkungan, pemusatan beban lalu-lintas.
c. Strategi Pengembangan Sistem Pusat-pusat
Pelayanan
mengarahkan penataan ruang kota dengan
menciptakan sub pusat baru ke arah timur untuk
menyebarkan perkembangan fisik kota.
4. Strategi Pengembangan Prasarana & Fasilitas Kota
a. Prasarana Transportasi
b. Prasarana Sanitasi Lingkungan
c. Prasarana Lain (kelistrikan & telekomunikasi)
d. Fasilitas Sosial
e. Fasilitas Ekonomi
Sumber: Tim Penyusun SPPIP Kabupaten Timor Tengah Utara, 2012

Bab 2 | 121
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel II.29.
Matriks Kajian Keselarasan Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara

RPJP RPJMD RPIJM RTRW RTRW


RDTR Kota
No. Poin Kajian Kab Kab Kab Prov. Kab
Kefamenanu
TTU TTU TTU NTT TTU
1. VISI

2. MISI

3. TUJUAN

4. KEBIJAKAN

5. STRATEGI

6. PROGRAM/RENCANA
Sumber: Tim Penyusun SPPIP Kabupaten Timor Tengah Utara, 2012

Keterangan:

: ada tetapi berbeda (persamaan warna menunjukkan keidentikan muatan)

: ada

Bab 2 | 122
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3.1 PROFIL GEOGRAFIS

3.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) adalah salah satu Kabupaten
dari 5 (lima) Kabupaten/Kota yang ada di daratan Timor dan 20 Kabupaten/Kota di
Propinsi Nusa Tanggara Timur (NTT) dengan batas-batas wilayah administratif
sebagai beikut:
 Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan

 Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Ambenu-Republik


Demokratk Timor Lestei (RDTL) dan Laut Sawu

 Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kupang dan


Timor Tengah Selatan

 Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu.

Kabupaten TTU merupakan daerah daratan dengan luas 2.669,70 km2 atau
sekitar 5,48 % dari luas daratan Propinsi Nusa NTT. Sedangkan sebagian wilayah
TTU yang berbatasan dengan laut sawu atau lazim dikenal dengan sebutan
wilayah pantai utara (pantura) yang memiliki luas lautan ± 950 km2 dengan
panjang garis pantai 50 km.
Secara administratif, Kabupaten TTU terdiri dari 24 Kecamatan yaitu: Miomaffo
Barat, Miomaffo Tengah, Musi, Mutis, Miomaffo Timur, Noemuti, Bikomi Selatan,
Bikomi Tengah, Bikomi Nilulat, Bikomi Utara, Naibenu, Noemuti Timur, Kota
Kefamenanu, Insana, Insana Utara, Insana Barat, Insana Tengah, Insana
Fafinesu, Biboki Selatan, Biboki Tanpah, Biboki Moenleu, Biboki Utara, Biboki
Anleu dan Biboki Feotleu; dan 174 (31 Kelurahan 143 Desa).

Bab 3 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

Secara astronomis, posisi Kabupaten TTU terletak diantara 90 02' 48" dan 90 37'
36" Lintang Selatan (LT) serta antara 1240 04' 02" dan 1240 46' 00" Bujur Timur
(BT). Secara geografis pada umumnya merupakan tipologi desa daratan (136
Desa) dan hanya 9 (Sembilan) desa yang termasuk tipologi desa kawasan pantai
yaitu : Desa Oepuah di Kecamatan Biboki Selatan; Desa Humusu C dan Oekolo
di Kecamatan Insana Utara; serta Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu,
Motadik dan Ponu di Kecamatan Biboki Anleu.
Dilihat dari aspek rona fisik tanah, wilayah dengan kemiringan kurang dari 40
persen meliputi areal seluas 2 065,19 km2 atau 77,4 % dari luas wilayah TTU;
sedangkan sisanya 604,51 km2 atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 40
persen. Wilayah dengan kemiringan kurang dari 40 persen sebagian besar berada
pada ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut yakni seluas 1676,51 km2
atau 62,8 %. Berdasarkan data Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Bogor, (1974)
memperlihatkan bahwa di Kabupaten TTU ditemukan 3 (tiga) jenis tanah yaitu :
Litosol = 1.666,96 km2 atau 62,44 %, tanah Kompleks seluas 479,48 km2 atau
17,96 % dan tanah Grumusol 523,26 km2 atau 19,60 %.
Hasil survei penyusunan rencana umum tata ruang Kabupaten TTU
memperlihatkan bahwa dari aspek kedalaman efektif tanah komposisi arealnya
sebagai berikut: tanah dengan kedalaman efektif kurang dari 30 cm seluas 35 316
ha (13,2%); kedalaman 30-60 cm seluas 73 201 ha (27,4%); 60-90 cm seluas
16.354 ha (6,1%) dan kedalaman efektif diatas 90 cm dengan luas 142 099 ha
(53,2 %). Kemampuan dan daya tahan tanah yang rawan erosi seluas 105 226
hektar (39,4%), dan sisanya 161 744 hektar (60,6%) merupakan tanah dengan
stuktur yang relatif stabil. Secara parsial tanah labil yang rawan erosi terdapat
pada tiga wilayah kecamatan yakni Miomaffo Barat 37 921 hektar, Biboki Selatan
28 538 hektar, dan Biboki Utara 28 538 hektar.

Bab 3 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 3.1.
Peta Administrasi Kabupaten Timor Tengah Utara

Sumber: RTRW Kabupaten TTU

Bab 3 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3.2 KONDISI FISIK

3.2.1 Topografi

Dipandang dari aspek topografis, sebanyak 177,60 km2 (6,63%) memiliki


ketinggian kurang dari 100m dari atas permukaan laut; sementara 1.449,45 km2
(56,17%) berketinggian 100 m -500 m dan sisanya 993,19 km2 (37,20%) adalah
daerah dengan ketinggian di atas 500 m.

Keadaan ketinggian topografi di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sebagai


berikut:

 Ketinggian 0 m – 25m : 6.519,69 Ha

 Ketinggian 26 m -100 m : 11.186,000 Ha

 Ketinggian 101 m – 500m : 149.994,935 Ha

 Ketinggian 501m -1000m : 88.908,875 Ha

 Ketinggian diatas 1000m : 10.410,500 Ha

Dilihat dari aspek rona fisik tanah, wilayah dengan kemiringan kurang dari 40
persen meliputi areal seluas 2.065,19 km2 atau 77,4 persen dari luas wilayah
TTU, sedangkan sisanya 604,51 km2 atau 22,6 persen mempunyai kemiringan
lebih dari 40 persen. Wilayah dengan kemiringan kurang dari 40 persen sebagian
besar berada pada ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut yakni
1676,51 km2 atau 62,8 persen.

Bab 3 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 3.2.
Peta Topografi Wilayah Kabupaten TTU

Sumber: RTRW Kabupaten TTU

Bab 3 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3.2.2 Geologi

Data dari Lembaga Penelitikan Tanah (LPT) Bogor, memperlihatkan bahwa di


Kabupaten TTU dapat ditemukan tiga jenis tanah yaitu litosal, tanah kompleks dan
grumosal. Tanah litosal meliputi areal seluar 1.666,96 km2 atau 62,4 persen; tanah
kompleks seluas 479,48 km2 atau 18,0 persen dan tanah grumosal 522,26 km2
atau 19,6 persen dari luas wilayah TTU.

Hasil survey penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten TTU


memeperlihatkan bahwa dari aspek kedalaman efektif tanah komposisi arealnya
sebagai berikut: tanah dengan kedalaman efektif kurang dari 30 cm seluas 35.316
Ha (13,2%); kedalaman 30-60 cm seluas 73.201 Ha (27,4 %); 60-90 cm seluas
16.354 Ha (6,1 %) dan kedalaman efektif diatas 90 cm dengan luas 142.099 Ha
(53,2%).

Kemampuan dan daya tahan tanah yang rawan erosi seluas 105.226 Ha (39,4 %),
dan sisanya 161.744 Ha (60,6 %) merupakan tanah dengan struktur yang relatif
stabil. Secara parsial tanah labil yang rawan erosi terdapat pada tiga wilayah
kecamatan yakni Miomaffo barat 37.921 Ha, Biboki Selatan 28.538 Ha, dan Biboki
Utara 28.538 Ha

3.2.3 Hidrologi
Secara umum Kabupaten TTU memiliki kondisi hidrologi yang cukup baik karena
ketersediaan air tanah dan air permukaan hampir tersebar di seluruh wilayah baik
sungai, mata air maupun sumur gali. Sungai yang ada dengan rata-rata panjang
aliran 30 -50 km dan ada 8 (delapan) sungai utama yang mengalir sepanjang
tahun yaitu: sungai Noetoko,Naebesi,Taisola,Noemuti-Haekto, Naen ,Maubesi,
Mena -Kaubele, dan Ponu dan sebanyak 97 anak sungai dengan membentuk orde
yang bersifat horton dan shreve. Pada umumnya sungai – sungai ini mempunyai
fluktuasi aliran air yang cukup tinggi, pada musim penghujan berair dan banjir atau
mengalir sepanjang tahun (perenial),mengalir hanya pada musim hujan saja
(intermiten); sedangkan pada musim kemarau kestabilan airnya berkurang bahkan
ada yang tidak berair sama sekali atau berair pada waktu datang hujan
(ephemeral).

Bab 3 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel III.1.
Nama dan Panjang Sungai Utama di Kabupaten TTU Menurut Kecamatan

No Kecamatan Nama Sunagi Panjang Sungai


(Km)
1. Miomaffo Barat Noetoko 40
Naebesi 50
2 Miomaffo Timur Taisola 40
3 Noemuti Noemuti –Haekto 33
4 Kota Kefamenanu Naen 30
5 Insana Maubesi 40
6 Biboki Selatan Mena-Kaubele 40
7 Biboki Anleu Ponu 40
Sumber: BPS TTU

Sumber mata air di Kabupaten TTU termasuk tipe air tanah yang diremajakan
yaitu air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan dari daur hidrologi oleh
pelapukan, maupun oleh sebab-sebab lain dan kembali ke daur lagi dengan
proses-proses metamorfis.Jumlah ketersediaan sumber mata air sebanyak 1.704,
dan 635 sumber mata air dapat mengeluarkan air sepanjang tahun dan tidak
dipengeruhi oleh curah hujan (perenial springs) dengan kondisi ketersediaan air
cukup baik; sebanyak 826 sumber mata air bersifat musiman karena
mengeluarkan air hanya pada musim tertentu dan tergantung pada curah hujan
(intermitent springs), dengan kondisi ketersediaan air sedikit serta 243 sumber
mata air yang kering di musim kemarau serta dapat mengeluarkan air pada
periode tertentu saja (periodic springs).

Ketersediaan mata air hampir tersebar di seluruh desa dengan rata-rata 3-5
sumber mata air yang tidak kering pada musim kemarau. Dari kondisi hidrologi ini
sebagian besar (78 %) telah digunakan untuk kebutuhan penyediaan air bersih
bagi masyarakat dengan debit rata-rata 5-300 liter/detik.Potensi sumberdaya air
yang dapat dimanfaatkan untuk energy alternatif yaitu; Desa Kuluan, Kecamatan
Biboki Utara = 100 liter/detik; Oel Ainiut, Kecamatan Insana = 200 liter/detik; Oel
Nianin,Kecamatan Miomaffo Barat = 250 liter/detik; Oe4l aijao,Kecamatan
Miomaffo Barat = 300 lieter/detik; dan Oel Ainiut Jak, Kecamatan Miomaffo Timur
= 100 lieter/detik.

Berdasarkan kondisi hidrologi ini menggambarkan pola Daerah Aliran Sungai


(DAS) di wilayah Kabupaten TTU dan sesuai Satuan Wilayah Daerah Aliran
Sungai (SWP- DAS) di pulau Timor, maka wilayah Kabupaten TTU termasuk DAS
Benenain (wilayah tengah) dengan luas 150,080 Ha dan memiliki Sub DAS

Bab 3 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Maubesi dan Bikomi. Pola aliran DAS tersebut bersifat dendritik dengan kerapatan
aliran air bersifat tergenang.

3.2.4 Wilayah Rawan Bencana


1. Banjir

Wilayah rawan banjir setiap tahunnya terjadi di Kecamatan Biboki


(Boronubaen,Tualene), Bikomi Selatan (Maurisu), Biboki Tanpah
(Oekopa),Biboki Anleu (Ponu), Biboki Moenleu (Kaubele), dan Kota
kefamenanu (Kelurahan Maubeli). Bencana alam ini faktor penyebabnya
adalah akibat ulah manusia yang tidak memperhatikan fungsi ekologis LH
yang menyebabkan tingginya aliran air karena tanah telah tandus. Musibah ini
dari tahun 2007 -2009 telah menyebabkan kerugian bagi 10 – 100 KK dengan
rusaknya rumah pemukiman penduduk ataupun gagal panen.

2. Tanah Longsor

Wilayah rawan longsor terjadi hampir di setiap wilayah Kecamatan di


kabupaten TTU, tetapi penyebab tertinggi biasanya terjadi di Kecamatan
Bikomi Selatan (Oebkin) dengan luas longsor 200 meter dan jarak kikisan 10
meter. Kondisi ini telah menyebabkan rumah warga terendam air dan
kerusakan tanaman jagung 10 Ha.

3. Angin Taufan

Wilayah yang sering terkena bencana angin taufan (putting beliung) adalah
Kecamatan Biboki Utara (Boronubaen,Hauteas,Sapaen dan Birunatun),Biboki
Tanpah (Oekopa), Biboki Anleu (Sifaniha, Motadik, Nonotbatan, Maukabatan,
Kotafoun, Oemanu), Biboki Selatan (Sainiup,Tokbesi,Tunbaen,Upfaon), Insana
Utara (Fafinesu A, Humusu B, Oesoko), Biboki Moenleu (Luniup),Kota
Kefamenanu (Kelurahan Maubeli,Sasi),Bikomi Tengah (oemanu
Selatan),Bikomi Utara (Napan), Miomaffo Barat (Tasinifu,Manusasi), Musi
(Ainan),dan Bikomi Nilulat (Haumeni Ana).

4. Kekeringan

Wilayah Kabupaten TTU pada dasarnya beriklim sei arid artinya tingkat
kekeringan pasti akan lebih besar sebagai akibat dari kondisi iklim yang ada,
namun biasanya masalah kekeringan ini sering melanda daerah pantai utara
(pantura) yang kadang-kadang juga membawa factor ikutannya adalah

Bab 3 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

serangan hama belalng kumbara seperti terjadi di Kecamatan Biboki Utara


(Boronubaen dan Hauteas) dan Kecamatan Miomaffo Timur
(Jak,Tuntun,Sainoni,Taekas,Banain A,Banain B dan Banain C) yang telah
menyebabkan rawan pangan karena gagal panen

3.2.5 Klimatologi
Sesuai dengan klasifikasi iklim oleh Schmidt dan Ferguson,Kabupaten TTU
termasuk wilayah iklim tipe D (iklim semi arid) dengan koefisien 2 sebesar 71,43
% atau beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan hujan. Curah
hujan rata-rata selama 5 tahun (2005-2009) sebesar 1.286,70 mm/bulan dengan
jumlah hari hujan adalah 133,17 hari/tahun. Suhu udara berkisar antara 22º - 34º
C, Kelembaban udara 69 – 87 % dan intensitas penyinaran matahari 50 – 98 %.

Tabel III.2.
Rata-rata jumlah Hari Hujan (HH) dan Curah Hujan (CH) di Kabupaten TTU tahun 2005-2009

Bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan (mm)


2005 2006 2007 2008 2009 Rata- 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
rata
Januari 76 67 15 13,17 136 34,23 1.489 831 90 3.146 2.699, 1.651,02
1
Pebruari 93 99 20 19,83 154 77,17 2.321 2.697 260 6.184 3.081 2.292,4
Maret 52 109 25 19,50 80 57,1 7.101 2.194 161 5.285 1.030, 2.984,2
6
April 15 48 12 14,58 22 22,32 266 969 51 2.738 200,6 844,92
Mei - 24 9 11,17 -- 8,83 - 855 17 1.445 - 2.003,4
Juni - 36 20 8,58 - 12,92 - 926 77 856 - 371,8
Juli - - 5 3,50 - 1,7 - 219 - 216 - 87
Agustus - 12 6 - - 3,6 - 6 - - - 1,2
Septembe - - - - - - - - - - - -
r
Oktober - 12 3 - - 3,0 - 73 - - - 14,6
November - 24 5 15,92 28 14,58 - 443 443 2.757 748,2 878,24
Desember - 108 20 17,67 85 46,13 - 2.663 263 3.255 3.450, 1.926,32
8
Jumlah 236 539 140 123,92 505 308,78 11.177 11.876 1.362 25.880 11.210 12.301,06
,30
Rata-rata 931,42 989,67 113,50 2.156,66 934,19 1.230,11
Sumber Data : BPS TTU

Seperti halnya di tempat lain di Provinsi NTT, pada bulan Juni – September arus
angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember – Maret arus
angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik
sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun
setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November.
Walaupun demikian mengingat TTU dekat dengan Australia, arus angin yang

Bab 3 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah
TTU kandungan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di
TTU lebih sedikit dibanding wilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan
TTU sebagai wilayah yang tergolong kering di mana hanya 4 (empat) bulan yaitu
bulan Januari,Febuari ,Maret, dan Desember yang keadaannya relatif basah dan 8
(delapan) bulan sisanya relatif kering.

3.2.6 Penggunaan lahan


Tabel III.3.
Penggunaan lahan untuk usaha pertanian dan hutan di Kabupaten TTU pada tahun 2009

Luas Lahan Pertanian (Ha)


Padang
No Kecamatan Lahan Lahan Perkebunan Kolam/
Tambak Penggem Hutan
Sawah Kering Rakyat Empang
-balaan
1 Miomaffo Barat 337 10.380 4 - - 21.195
2 Miomaffo Tengah 50 5.646 25 - - -
3 Musi - 6.671 5 - - -
4 Mutis 176 7.290 127 - - -
5 Miomaffo Timur 30 5.994 1.689 - 1 22.663
6 Noemuti 710 15.057 500 - - 7.162,5
7 Bikomi Selatan 775 4.104 810 - - -
8 Bikomi Tengah 130 4.051 1.022 - - -
9 Bikomi Nilulat 30 7.960 2 - 20 -
10 Bikomi Utara 30 4.317 1.131 - - -
11 Naebenu - 5.239 1.476 - - -
12 Noemuti Timur 750 3.010 159 - - -
13 Kota 360 3.800 190 - - 593,75
Kefamenanu
14 Insana 1.368 26.650 7.740 - - 22.640
15 Insana Utara 757 4.528 400 28 - 6.049,7
9
16 Insana Barat 630 6.913 220 - - -
17 Insana Tengah 510 8.876 740 - 25 -
18 Insana Fafinesu - 4.588 800 - - -
19 Biboki Selatan 190 11.778 48 - - 22.812,
5
20 Biboki Tanpah 900 7.687 510 - - -
21 Biboki Moenleu 1.421 12.760 42 53 6 -
22 Biboki Utara 1.450 4.190 2.275 - 2 11.718,
75
23 Biboki Anleu 1.475 10.268 165 238 2 11.399,
75
24 Biboki Feotleu - 5.893 2.275 - - -
Jumlah 12.079 187.650 20.080 319 57 126.235
Sumber Data : Hasil Olahan dari Data BPS TTU

Penggunaan lahan sawah di Kabupaten TTU sebesar 12.079 Ha yang terdiri dari
lahan sawah irigasi = 3.585 Ha; dan lahan sawah tadah hujan = 1. 415 Ha (
tersebar di Kecamatan Insana Barat,Insana Tengah,Insana, Biboki Tanpah,Biboki
Utara, dan Biboki Selatan) dan penggunaan lahan sawah (irigasi dan tadah

Bab 3 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

hujan)= 5 000 Ha (41,39 %) per musim tanam. Sedangkan potensi lahan kering=
187.650 Ha, dan yang difungsikan = 11.259 Ha (60 %)

3.3 KONDISI KEPENDUDUKAN


3.3.1 Struktur Penduduk

Analisis struktur kependudukan (Registrasi Penduduk) tahun 2009


memperlihatkan beberapa indikator sebagai berikut : (1) Angka sex ratio pada
tahun 2009 sebesar 99 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih
rendah dari penduduk perempuan yakni pada setiap 99 penduduk laki-laki
terdapat 100 orang penduduk perempuan; (2) Dilihat dari struktur umur penduduk,
maka sebagian besar penduduk TTU berada pada usia muda dimana konstruksi
piramida penduduknya masih berbentuk ekspansif. Dari 227 147 jiwa pada tahun
2009, sebesar 36,8 persen merupakan penduduk usia muda (berumur 0 - 14
tahun); dan (3) Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) pada tahun
2009 adalah 75 yang menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) harus menanggung sekitar 75 orang yang belum dan tidak
produktif (usia <15 tahun ≥ 65 tahun).

Proporsi penduduk yang tergolong Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


dikatakan bahwa angka ini rendah pada umur-umur muda (karena sekolah),
kemudian naik sejalan dengan kenaikan umur sampai mencapai puncaknya pada
sekitar umur 25-29 tahun dan selanjutnya turun lagi secara perlahan pada umur-
umur berikutnya (antara lain karena pensiun, kesehatan yang tidak memungkinkan
dan telah mencapai usia yang tua sekali). TPAK di suatu wilayah dapat pula
diartikan sebagai kesiapan penduduk di wilayah bersangkutan untuk terjun ke
pasar kerja baik sebagai pekerja maupun pencari kerja. Pada tahun 2009, TPAK
Kabupaten TTU sebesar 77,04 %.

Angka kesempatan kerja merupakan perbandingan antara penduduk yang bekerja


dengan angkatan kerja. Pada tahun 2009 angka kesempatan kerja TTU tergolong
tinggi yakni 95,88 %, ini berarti angka pengangguran terbuka di TTU sebesar 4,12
%. Kendatipun tingkat penggangguran terbuka relatif kecil, namun bila
dibandingkan dengan tingkat pendapatan per kapita penduduk yang masih rendah
dapat diduga bahwa sebenarnya angka setengah pengangguran dan
pengangguran terselubung di Kabupaten TTU terutama pada sektor pertanian di
pedesaan masih cukup tinggi.

Bab 3 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Komposisi penduduk yang bekerja pada tahun 2009 sebagian besar yakni 60,42
% dari penduduk yang bekerja, mempunyai lapangan pekerjaan utama di sektor
pertanian. Selebihnya masing-masing 19,83 % bekerja pada sektor manufaktur
dan 19,75 % bekerja pada sektor jasa. Hal ini juga menggambarkan bahwa telah
terjadi pergeseran komposisi penduduk yang bekerja di setiap sektornya, dimana
sektor pertanian mulai menunjukkan adanya penurunan persentase sedangkan
sektor manufaktur dan jasa mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja.

3.3.2 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Kondisi kependudukan di Kabupaten TTU menjadi faktor terpenting dalam proses


pelaksanaan pembangunan karena penduduk dapat menjadi subyek sekaligus
obyek dari pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk yang besar bermanfaat
dalam penyediaan tenaga kerja untuk mengelola potensi SDA dan LH yang
tersedia dan dapat juga untuk mempertahankan keutuhan negara dari ancaman
yang berasal dari bangsa lain apalagi wilayah Kabupaten TTU berbatasan
langsung dengan negara Timor Leste.

Perkembangan penduduk yang pesat tanpa diimbangi dengan persediaan sumber


daya alam dan sumber dana yang memadai, maka hanya akan menjadi beban
bagi pembangunan. Sebaliknya, bila percepatan pertumbuhan penduduk jauh
lebih lamban dari percepatan pertambahan sumber daya alam dan sumber dana
yang ada, maka penduduk yang banyak dengan kualitas yang memadai akan
menjadi modal pembangunan yang sangat berharga. Berdasarkan hal tersebut
pemerintah dalam berbagai format perencanaan selalu menempatkan masalah
kependudukan sebagai kerangka acuannya, karena penduduk dengan aspek
kualitas dan kuantitasnya merupakan pelaku sentral sekaligus sebagai obyek yang
menikmati hasil-hasil pembangunan secara lebih adil dan berprikemanusiaan.

Dari data trend pertumbuhan penduduk tahun 1971-1990 dan hasil sensus
penduduk tahun 2000, terlihat bahwa jumlah penduduk di Kabupaten TTU pada
tahun 1990 sebanyak 163.036 jiwa dan meningkat menjadi 193.713 jiwa pada
tahun 2000 dengan pertumbuhan rata-rata pertahun 1,7 persen. Tingkat
pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dari tingkat pertumbuhan penduduk periode
1980-1990 sebesar 1,97 persen tetapi sedikit lebih tinggi dari periode 1971-1980
yaitu sebesar 1,6 persen.

Bab 3 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Khusus untuk pertumbuhan penduduk alamiah, dimana angka kelahiran kasar


(CBR) pada tahun 2007 sebesar 18 per 1000 penduduk tidak berbeda
dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 18 kelahiran per penduduk. Untuk
tingkat kelahiran bayi di Kabupaten TTU, kecamatan Insana Utara merupakan
kecamatan dengan tingkat kelahiran bayi tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari angka
CBR insana Utara yang menunjukan angka 27 (artinya dari 1000 penduduk di
kecamatan Insana Utara terdapat 27 kelahiran hidup), sedangkan kecamatan
Noemuti memiliki tingkat kelahiran bayi terkecil (CBR = 7). Menurunnya angka
vertilitas ini menunjukan upaya pengendalian tingkat kelahiran melalui program KB
akhir-akhir ini mulai membaik sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dan
daerah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.Dari data statistik dapat
dilihat bahwa angka kematian kasar (CBR) di Kabupaten TTU sebesar 5 (artinya
dari 1000 penduduk terdapat 5 kematian). Tingkat kematian paling tinggi di
Kabupaten TTU terdapat di kecamatan Miomaffo Timur (CBR = 2).

Tabel III.4.
Perkembangan Jumlah Pendudukmenurut Kecamatan di Kabupaten TTU Tahun 2000-2008

Kecamatan

Tahun Miomaffo Kota Insana Biboki Jumlah


Miomaffo Noemuti Biboki Biboki
Barat Kefamenanu Insana Utara Selatan
Timur Utara Anleu

2000 28.823 36.334 13.281 31.192 32.828 11.050 17.869 11.350 11.475 194.202
2001 29.375 36.808 13.472 33.283 33.413 11.311 18.571 11.583 11.723 199.539
2002 29.750 37.148 13.775 33.654 34.188 11.584 19.488 11.696 12.100 203.383
2003 30.739 37.922 14.193 34.192 32.816 11.851 19.418 12.751 13.603 207.485
2004 31.238 38.934 14.490 34.543 33.683 12.082 19.762 12.940 14.137 211.809
2005 31.019 39.417 14.620 35.494 34.556 12.399 20.001 13.297 14.353 215.156
2006 31.336 40.288 14.716 36.193 35.132 12.695 20.440 13.689 14.469 218.958
2007 31.418 41.020 14.859 36.906 36.045 13.104 20.737 13.896 14.839 222.824

Sumber: BPS (Kabupaten Timor Tengah Utara dalam angka 2008)

3.3.3 Kepadatan Penduduk

Dari data BPS Kabupaten TTU, jumlah penduduk Kabupaten TTU sampai akhir
tahun 2007 sesuai hasil registrasi sebanyak 222.824 jiwa dengan tingkat
kepadatan rumah tangga 4 orang dan kepadatan penduduk rata-rata 83 orang
perkm2. Penduduk terbanyak di Kabupaten TTU terdapat di kecamatan Miomaffo
Timur yaitu sebesar 18,41 persen, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit
terdapat di kecamatan Insana Utara yaitu sebesar 5,88 persen. Kota Kefamenanu
merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan

Bab 3 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

rumah tangga tertinggi yaitu masing-masing sebesar 467 orang perkm2 dan 5
orang per rumah tangga.
Penduduk dengan status warga negara asing (WNA) hanya berjumlah 33 orang
atau sekitar 0,02 persen dari jumlah penduduk Kabupaten TTU. Dari 33 orang
yang berstatus WNA seluruhnya berstatus warga negara China. Sebagian besar
ari penduduk yang berstatus WNA bertempat tinggal di kota kecamatan
Kefamenanu dan sebagiannya tinggal di kecamatan Noemuti, Insana, dan Insana
utara.

Tabel III.5.
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
di Kabupaten TTU Tahun 2007

Luas Kepadatan
Jumlah
No. Kecamatan Wilayah Penduduk
Penduduk
(km2) per (km2)
1. Miomaffo Barat 31.418 447,30 70
2. Miomaffo Timur 41.020 447,33 92
3. Noemuti 14.859 211,37 70
4. Kota 36.906 79,00 467
5. Kefamenanu 36.045 559,08 64
6. Insana 13.104 106,72 123
7. Insana Utara 20.737 349,10 59
8. Biboki selatan 13.896 263,40 53
9. Biboki Utara 14.839 206,40 72
Biboki Anleu
Jumlah 222.824 2.669,70 83
Sumber: BPS (Kabupaten Timor Tengah Utara dalam angka 2008)

3.3.4 Penduduk Menurut Pendidikan

Berdasarkan data penduduk di Kabupaten TTU dari usia 10 tahun ke atas


berstatus pendidikan tidak bersekolah lagi (69,49 %) dan yang berstatus
pendidikan Perguruan Tinggi memiliki persentase paling kecil (0,95 %), sedangkan
sisanya adalah penduduk dengan status pendidikan tidak/belum pernah sekolah,
SD, SLTP, dan SMA dimana masing-masing memiliki persentase 11,74 %, 10,35
%, 5,37 % dan 4,10 %. Namun kondisi ini setiap tahun berubah dengan indiaksi
perbaikan kualitas tingkat pendidika penduduk yang semkin membaik.

Bab 3 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel III.6.
Jumlah Penduduk menurut Pendidikan Kabupaten TTU Tahun 2005 -2009

Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang ditamatkan*


Tidak/belu Tidak/be
Tahun m pernah lum Tamat Diploma
SMP SMU Diploma I/II
bersekolah tamat SD III/Sarjana
SD
2005 26606 40671 65460 10874 13507 789 1130
2006 26884 34716 64567 14492 11262 682 3515
Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan menurut status pendidikan (%)*
Tidak Tidak/Belum
TAHUN SD SMP SMU PT bersekolah pernah
lagi sekolah
2007 10,57 5,64 2,55 1,51 66,64 13,09
2008 10,57 5,64 2,55 1,51 66,64 13,09
2009 10,35 5,37 4,10 0,95 67,49 11,74
Keterangan: * Berumur di atas 10 Tahun
Sumber : Hasil olahan dari Data BPS TTU

3.4 KONDISI PEREKONOMIAN

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
sumber pendapatan daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Timor
Tengah Utara meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Kebijakan pengelolaan pendapatan
daerah yang dilakukan pada kurun waktu 2005–2010 diarahkan pada intensifikasi
dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah terutama sumber penerimaan
dari Pendapatan Asli Daerah termasuk pajak daerah dan retribusi daerah, dan
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta penerimaan lain-lain PAD
yang sah. Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah juga dilakukan dengan
mengoptimalkan dana perimbangan termasuk dana bagi hasil pajak dan dana bagi
hasil bukan pajak.
Komposisi, perkembangan dan kinerja Pendapatan Daerah Kabupaten Timor
Tengah Utara dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:

Bab 3 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel III.7.
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah

Rata-rata
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan
1 PENDAPATAN 301,484,336,880.63 349,649,914,418.54 393,162,160,841.56 412,691,472,776.90 415,780,557,522.47
Pendapatan
1.1 9,956,341,125.63 11,319,215,219.54 10,926,707,411.56 14,996,262,304.90 13,581,719,408.47
Asli Daerah
1.1.1 81%
Pajak Daerah 758,867,777.00 914,098,553.00 990,290,129.00 3,865,228,580.00 4,103,970,674.00
Retribusi
1.1.2 13%
Daerah 2,050,372,787.00 2,319,587,416.00 2,620,942,310.00 3,165,542,433.00 3,387,637,418.00
Hasil
Pengelolaan
1.1.3 Kekayaan 43%
554,672,375.09 804,107,584.46 1,398,620,683.79 1,670,421,100.95 2,204,294,787.47
Daerah Yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD
1.1.4 -10%
Yang Sah 6,592,428,186.54 7,281,421,666.08 5,916,854,288.77 6,295,070,190.95 3,885,816,529.00
Dana
1.2 285,006,413,247.00 324,294,650,227.00 358,085,657,496.00 362,558,275,778.00 354,969,543,944.00
Perimbangan
Dana Bagi
Hasil
1.2.1 Pajak/Bagi 10%
16,268,413,247.00 21,245,867,027.00 21,743,253,696.00 21,015,024,778.00 23,728,376,944.00
Hasil Bukan
Pajak
Dana Alokasi
1.2.2 6%
Umum (DAU) 239,558,000,000.00 260,283,883,200.00 285,796,603,800.00 289,194,251,000.00 296,283,467,000.00
Dana Alokasi
1.2.3 9%
Khusus (DAK) 29,180,000,000.00 42,764,900,000.00 50,545,800,000.00 52,349,000,000.00 34,957,700,000.00
Lain-lain
Pendapatan
1.3
Daerah Yang 6,521,582,508.00 14,036,048,972.00 24,149,795,934.00 35,136,934,694.00 47,229,294,170.00
Sah
1.3.1 - -13%
Hibah 8,158,272,278.00 12,309,736,902.00 5,995,204,227.00 2,834,757,150.00

Bab 3 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Rata-rata
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan
1.3.2 Dana Darurat - - - - - 0%
Dana Bagi
1.3.3 Hasil Pajak 21%
2,183,761,528.00 3,298,276,694.00 2,928,533,350.00 3,901,343,468.00 4,268,178,461.00
dari Propinsi
Dana
1.3.4 - 48%
Penyesuaian 88,240,480.00 6,856,583,782.00 22,056,987,000.00 37,827,958,559.00
Bantuan
1.3.5 Keuangan dari -8%
4,249,580,500.00 2,579,500,000.00 2,054,941,900.00 3,183,399,999.00 2,298,400,000.00
Propinsi
Sumber : RPJMD 2011-2015

Bab 3 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3.5 KONDISI PERUMAHAN & PERMUKIMAN


Dari hasil Podes 2008 memeperlihatkan bahwa
dari 52.043 bangunan tempat tinggal di
kabupaten TTU pada tahun 2008, ternyata
hanya 6.870 rumah atau 13,2 persen yang
memenuhi kriteria sebagai rumah permanen
sementara untuk rumah semi permanen
berjumlah 17.862 rumah atau 34,32 persen, dan
rumah tidak permanen memiliki proporsi paling besar yaitu sebesar 52,48 persen.
Sedangkan dari hasil Susenas 2007 dapat diketahui pula bahwa paling banyak
rumah tangga di kabupaten TTU memiliki lantai jenis rumah berlantai tanah (57,49
persen) sedangkan rumah tangga yang memiliki jenis rumah bukan tanah (42,51
persen). Dari jenis atap yang digunakan rumah tangga yang paling banyak
menggunakan jenis atap seng sebesar (63,71 persen) sisanya rumah tangga yang
menggunakan atap beton, sirap dan ijuk/daun-daunan masing-masing 1,01 persen
dan sebesar 35,09 persen. Untuk dinding bangunan dari 49.760 rumah tangga
yang ada, 69,76 persen menempati rumah berdinding bebak/pelepah. Sementara
rumah tangga yang berdinding kayu memiliki prosentase paling kecil sebesar1,64
persen sisanya dinding bambu dan tembok masing-masing sebesar 5,53 persen
dan 23,24 persen.

3.6 KONDISI SARANA PERKOTAAN KEFAMENANU


3.6.1 Pendidikan

Selain ekonomi, tingkat kesejahteraan masyarakat juga tercermin dari kualitas


pendidikan masyarakata. Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur
kualitas pendidikan yakni angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka
partisipasi kasar, angka partisipasi murni dan angka pendidikan yang ditamatkan.
Indikator melek huruf dan buta huruf dapat dilihat dari angka persentase penduduk
10 tahun ke atas yang memiliki kepandaian membaca dan menulis. Indikator ini
merupakan gambaran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan penduduk
karena apabila persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis semakin
besar menunjukkan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat (dari
aspek pendidikan). Jumlah penduduk buta huruf (usia 10 tahun ke atas) pada
tahun 2006 sampai 2010 berturut-turut mencapai 36.796 jiwa, 29.476 jiwa, 23.486

Bab 3 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

jiwa, 17.866 lalu menurun menjadi 12.556 jiwa pada kondisi 2010. Trend
penurunan jumlah penduduk buta huruf ini mengindikasikan performance di bidang
pendidikan yang cukup baik. Kendati demikian, angka ini masih tergolong tinggi
sehingga membutuhkan intervensi kebijakan yang cukup intens. Selain angka buta
huruf, tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara yang
masih rendah dapat dilihat dari angka rata-rata lama sekolah yang hanya 6,7
tahun pada tahun 2010. Artinya rata-rata penduduk hanya menamatkan sekolah
dasar sederajat.
Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam penyediaan akses dan
pemerataan pendidikan dasar bagi masyarakat dan mulai adanya peningkatan
partisipasi untuk pendidikan menengah pertama dan atas. Angka partisipasi
pendidikan dasar (baik APK dan APM) sudah melebihi kondisi ideal yakni APK
mencapai 140,76 % dan APM hampir mencapai 100 % pada tahun 2010. Angka
partisipasi pendidikan menengah pertama terus meningkat dalam kurun waktu
2006-2010 dimana APK mencapai 98,39 persen dan APM mencapai 77,83 persen
pada tahun 2010. Sedangkan angka partisipasi pendidikan menengah atas relatif
masih rendah dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Pada tahun 2010, APK
SMA/SMK/MA hanya sekitar 65,21 % dan APM sekitar 39,83 %. Rendahnya
angka partisipasi pendidikan menengah atas kemungkinan diakibatkan minimnya
sekolah menengah di kota kecamatan dan terbatasnya kemampuan dan
kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi.
Data tentang beberapa indikator yang mencerminkan kondisi pendidikan
masyarakat (2006 – 2010) tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel III.8.
Pencapaian Aspek Kesejahteraan Masyarakat untuk Urusan Pendidikan
Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2006 – 2010

Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 2010


Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar(APK) % 103,03 166,69 101,83 124,11 124,28
SD/MI/Paket A
Angka Partisipasi Kasar (APK) % 70,76 78,42 83,51 98,34 99,88
SMP/MTs/Paket B
Angka Partisipasi Kasar (APK) % 40,92 42,96 48,00 65,21 70,72
SMA/SMK/MA/Paket C
Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) % 94,05 93,20 94,24 99,33 99,69
SD/MI/Paket A

Bab 3 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 2010


Angka Partisipasi Murni (APM) % 48,04 55,45 58,30 70,54 70,71
SMP/MTs/Paket B
Angka Partisipasi Murni (APM) % 27,45 28,56 39,58 39,83 43,81
SMA/SMK/MA/Paket C
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. TTUTahun 2010

3.6.2 Kesehatan

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aspek kesehatan merupakan salah satu


indeks pembangunan manusia yang berkontribusi terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat. Beberapa indikator yang dapat menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Usia
Harapan Hidup (UHH) dan gizi buruk. Data selengkapnya (selama lima tahun
terakhir) tertera dalam table berikut.

Tabel III.9.
Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Timor Tengah Utara 2006-2010

Capaian Per Tahun


No Indikator
2006 2007 2008 2009 2010
1. Status Gizi Masyarakat :
 Gizi Baik 60% 84,4% 84,4 % 83,8 % 80 %
 Gizi Lebih 0,1% 3,3% 3,3 % 4,9 % 5,0 %
 Gizi Kurang 33,3% 10,6% 10,60 % 10,30 % 10,01 %
 Gizi Buruk 6,6% 1,8% 1,8 % 0.4 % 0.1%

2 Angka Kematian Ibu 19/1000 8 /1000 13/1000 13/1000 13/1000


3. Angka Kematian Bayi 17/1000KH 16/1000 8,3/1000 8,3/1000 8,3/1000 KH
4. Angka Kematian 16/1000KH KH KH KH 9,4/1000 KH
5. Neonatal 8,4/1000 9,4/1000 9,4/1000
Usia Harapan Hidup : 63,63 KH KH KH 62,63
 Laki – laki 67,00 67,00
 Perempuan 62,63 62, 63 62,63
67,00 67, 00 67,00
Sumber : Dinas Kesehatan Kab.TTU 2010
Catatan : KH = Kelahiran Hidup

Paparan data pada tabel di atas sudah dapat menjelaskan kondisi derajat
kesehatan masyarakat Kabupaten TTU yang pada umumnya masih rendah.
Tampak sangat jelas, AKI dan AKB yang cukup tinggi, status gizi masyarakat,
terutama angka gizi buruk dan gizi kurang yang cukup tinggi, juga usia harapan
hidup yang rendah, masih berada di bawah 70 tahun. Tentu saja memprihatinkan,
dan karena itu sangat dibutuhkan intervensi kebijakan pemerintah yang tepat

Bab 3 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

untuk menurunkan AKI, AKB dan gizi buruk sekaligus untuk menaikkan atau
memperpanjang usia harapan hidup.

3.6.3 Agama

Sesuai dengan falsafah negara, kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan
penghayatannya sehingga dapat tercipta kondisi kehidupan yang rukun dan
damai. Dewasa ini sebagian besar masyarakat kita mempunyai sensitifitas yang
tinggi terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan agama. Karena itu
apabila terjadi pemaksaan kehendak pemeluk agama tertentu terhadap pemeluk
agama lainnya maka akan menimbulkan konflik sosial didalam masyarakat. Dalam
hal ini pemerintah dituntut untuk memfasilitasi kehidupan beragama bagi
masyarakatnya, sehingga setiap pemeluk agama memiliki hak yang sama untuk
menunaikan kewajiban keagamaannya.

Dari data statistik Kabupaten TTU dari jumlah penduduk sebesar 222.824 jiwa
pada tahun 2007, sebanyak 93,3 persen beragama Katolik sedangkan selebihnya
masing-masing Kristen Protestan 5.78 persen, Islam 0,89 persen, Hindu/Budha
dan lainnya 0.03 persen.

Dari ketersediaan sarana peribadatan yang ada pada tahun ’2007 memperlihatkan
bahwa perbandingan tempat ibadah terhadap jumlah jemaat/pemeluk agama
adalah Katolik 1.066 jiwa (tiap gereja/kapela rata-rata menampung 1.066 umat),
Kristen Protestan 243 jiwa, Islam 330 jiwa dan Hindu/Budha 74 jiwa. Rasio
rohaniawan/rohaniwati terhadap jumlah jemaat yang ada untuk masing-masing
pemeluknya adalah Katolik 2.390 (tiap rohaniawan/rohaniawati melayani 2.390
umat), Kristen Protestan 218 jiwa dan Islam 22 jiwa.

3.6.4 Kebudayaan dan Pariwisata

Secara sosial budaya mayoritas penduduk


Kabupaten TTU adalah penduduk asli, dengan
kebudayaan yang dikenal sebagai Atoni.
Meskipun mayoritas penduduk asli Kabupaten
TTU menguasai bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, namun mereka terutama di

Bab 3 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

kampung-kampung masih menggunakan bahasa asli (dawan) sebagai bahasa


sehari-hari antar sesama mereka.

Demikian pula dengan sistem religi mereka, meskipun mayoritas penduduk sudah
memeluk agama Katholik namun dalam kehidupan tradisional mereka masih
memlihara adat istiadat leluhur, yang berakarkan pada kepercayaan spiritualisme,
animisme dan dinamisme.

Seiring dengan pengalaman tradisi leluhur, penduduk asli Atoni juga memelihara
seni budaya tradisional, seperti tenun kain sarung/selimut dan seni arsitektur.
Mengenai seni arsitektur, para akhir-akhir ini sudah tampak gejala erosi, terutama
pada bangunan-bangunan yang terletak di pinggir jalan raya, dimana bahan atap
yang tadinya dari alang-alang sudah banyak diganti dengan bahan atap seng.

Di satu pihak, hal ini merupakan gejala modernisasi yang tidak dapat dibendung
lagi, namun dilain pihak gejala ini juga akan mengancam punahnya suatu seni
budaya tradisional, yang merupakan salah satu aset seni budaya nasional.

Wujud kesenian yang ada di Kabupaten TTU adalah seni tari, nyanyi, berpantun
dan seni karya. Jenis tarian yang terkenal dari daerah ini adalah Tarian Bonet bagi
masyarakat Kabupaten TTU adalah jenis tarian tradisional biasanya digunakan
oleh suku Dawan pada malam hari pada upacara-upacara adat seperti
membangun rumah adat, mengeluarkan ari-ari bayi dari rumah dan upacara-
upacara adat lainnya.

Tarian Bonet ini di tarikan dengan bergandengan tangan (perempuan dan laki-laki)
sambil bernyanyi berbalas pantun sambil berjalan berkeliling secara berirama
sesuai lagu yang dinyayikan. Tarian Bonet ini biasanya dilakukan juga pada
upacara-upacara kematian khususnya bagi tokoh-tokoh adat.

Banyaknya potensi obyek wisata di Kabupaten TTU ada 22 lokasi yang terdiri atas
wisata alam 50,0 persen, wisata budaya 40,9 persen, wisata religius dan wisata
lainnya masing-masing 4,55 persen. Dari potensi obyek wisata tersebut yang telah
dikelola dan didayagunakan secara komersial
baru tiga obyek wisata yakni obyek wisata
Oeluan (Noemuti), Tanjung Bastian (Insana
Utara), dan Benkoko (Insana). Jumlah
pengunjung yang berkunjung selama tahun
2007 untuk ketiga obyek wisata tersebut
sebanyak 19.884 orang dengan perincian

Bab 3 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

wisata Oeluan 34,3 persen, Tanjung Bastian 63,7 persen, dan wisata Benkoko 1,9
persen. Dibanding dengan tahun sebelumnya dengan jumlah wisatawan yang
meningkat yakni 122,5 persen.

3.7 KONDISI PRASARANA PERKOTAAN KEFAMENANU

3.7.1 Jaringan jalan dan aksesibilitas

Prasarana jalan merupakan media vital bagi


kelancaran arus transportasi darat. Secara geografis,
Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki lokasi yang
strategis karena dilalui oleh jalan arteri yang
menghubungkan 2 (dua) Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) di wilayah Timor Bagian Barat yaitu PKN
Kupang dan PKN Atambua. Manfaat yang dapat
dirasakan oleh masyarakat Kabupaten TTU dengan
adanya jalan arteri dimaksud antara lain adalah
kemudahan transportasi karena didukung oleh
prasarana yang memadai. Secara keseluruhan, jalan
di Kabupaten TTU dapat dibedakan berdasarkan
fungsi dan peranannya, yaitu :

a. Jalan dengan fungsi arteri, yaitu jalan yang melayani lalu lintas dan angkutan
utama dengan ciri-ciri : perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah
akses/jalan masuk dibatasi secara efisien, panjang keseluruhan mencapai
77,45 Km;

b. Jalan dengan fungsi kolektor, yaitu jalan yang melayani lalu lintas dan
angkutan yang bersifat mengumpulkan/membagi dengan ciri-ciri : perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah akses/jalan masuk
dibatasi, panjang keseluruhan mencapai 195,97 Km;

c. Jalan dengan fungsi lokal, yaitu jalan yang melayani lalu lintas dan angkutan
setempat dengan ciri-ciri : perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah
dan jumlah akses tinggi/tidak dibatasi, panjang keseluruhan mencapai 829
Km.

Sampai dengan tahun 2009, panjang jalan di Kabupaten TTU menurut status
pembinaannya antara lain adalah jalan nasional/jalan negara sepanjang 77,45 Km,

Bab 3 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

jalan provinsi sepanjang 195,97 Km dan jalan kabupaten sepanjang 829 Km.
Secara rinci, perkembangan panjang jalan serta kondisi atau bentuk permukaan
jalan dapat digambarkan sebagaimana tabel berikut :

Tabel III.10.
Panjang Jalan Menurut Tingkat Pemerintahan dan Bentuk Permukaan Jalan
Di Kab. TTU Tahun 2007 – 2009

Status Bentuk Tahun


Jalan Permukaan Jalan 2007 2008 2009
Aspal 77,45 77,45 77,45
Jalan Kerikil/Perkerasan - - -
Negara Tanah - - -
Total 77,45 77,45 77,45
Aspal 195,97 195,97 195,97
Jalan Kerikil/Perkerasan - - -
Propinsi Tanah - - -
Total 195,97 195,97 195,97
Aspal 259,47 159,47 274,47
Jalan Kerikil/Perkerasan 339,47 439,47 324,47
Kabupaten Tanah 230,06 230,06 230,06
Total 829 829 829
Sumber : TTU Dalam Angka 2008 – 2010

1. Perhubungan Laut

Perhubungan laut merupakan sarana yang


cukup penting untuk menunjang aktivitas
perekonomian daerah. Pergerakan melalui
Pelabuhan Wini sebagai satu-satunya pelabuhan
laut di Kabupaten TTU masih terbatas pada
pergerakan barang dan ternak karena
Pelabuhan Wini belum masuk dalam rute
persinggahan kapal penumpang. Jumlah kapal yang singgah di Pelabuhan Wini
terus mengalami peningkatan sejak tahun 2007 sebanyak 28 kali, tahun 2008
sebanyak 58 kali hingga tahun 2009 sebanyak 145 kali.

Rendahnya frekuensi kunjungan kapal disebabkan karena sampai dengan saat ini
pola pelayaran masih didominasi satu arah yakni terbatas pada angkutan hasil
tambang mangan, komoditi pertanian yang kapasitas ketersediaannya terbatas

Bab 3 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

seperti asam, kemiri serta ternak sapi dari Kabupaten TTU keluar wilayah
terutama Pulau Jawa.

Volume bongkar/muat barang dan ternak di Pelabuhan Wini dapat digambarkan


pada tabel berikut :

Tabel III.11.
Volume Bongkar/Muat di Pelabuhan Wini
Tahun 2007 – 2009

Volume (M3)
No. Tahun
Bongkar Muat
1. 2007 515,0 1298,0
2. 2008 14076,0 2023,5
3. 2009 39281,0 27228,0
Sumber : TTU Dalam Angka 2008 – 2010

Volume bongkar/muat yang meningkat sebanding dengan peningkatan arus


kunjungan kapal disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

a. Pengiriman bahan bangunan dan beras dari berbagai wilayah ke Kefamenanu


cenderung dilakukan melalui Pelabuhan Wini karena mempertimbangkan jarak
tempuh yang relatif dekat serta kondisi jalan yang semakin membaik.

b. Adanya regulasi/kebijakan yang mengharuskan pengiriman hasil tambang


mangan ke luar wilayah NTT melalui Pelabuhan Wini.

c. Adanya perbaikan dan peningkatan fasilitas pelabuhan.

3.7.2 Jaringan Drainase

Kawasan perencanaan Kota Kefamenanu yang datar dan merupakan kawasan


hilir dari semua kawasan di Kota Kefamenanu, tentunya dipikirkan sistem drainase
yang baik, terutama badan penerima (sungai) yang mengalir di kawasan ini.
Kemudian selain hal tersebut fungsi kawasan lindung/konservasi yang berguna
untuk menjaga keseimbangan lingkungannya yang tidak terjaga maka dapat
menimbulkan bahaya banjir bagi daerah yang lebih rendah.

Pengembangan prasarana drainase di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu


perlu direncanakan dengan baik karena merupakan sistem jaringan drainase

Bab 3 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

perkotaan yang dapat terhubung dengan sistem drainase yang kemudian


teralirkan ke instalasi pengolahannya sebelum dibuang ke badan air penerima.

1) Sistem Jaringan Drainase (Pematusan)

Sifat tanah di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu adalah poros dengan


permeabilitas cukup tinggi, menyebabkan air hujan yang meresap ke dalam
tanah cukup besar dari debit “surface run-off” (aliran permukaan). Namun
demikian sifat ini akan semakin kecil apabila pada daerah-daerah pusat kota,
terutama pada daerah yang built up area-nya tinggi. Permasalahan drainase
adalah salurang drainase yang ada kurang memenuhi kapasitas maupun tidak
terdapatnya saluran penghubung di masing-masing jalan utama menuju ke
drainase, menyebabkan limpasan air hujan terutama yang berada di sekitar
jaringan jalan di beberapa wilayah kota tidak teralirkan ke saluran drainase dan
sebagai aliran air hujan menjadi besar dan tidak tertampung lagi oleh saluran
drainase yang ada yang pada akhirnya berdampak dapat merusak konstruksi
jalan dan pada daerah rendah akan menggenang.

2) Analisa Saluran Drainase

Sistem saluran pembuangan air hujan (drainase) di usahakan memanfaatkan


drainase, dalam arti pembuangan air hujan diupayakan mengikuti kemiringan
lahan dan selanjutnya dibuang ke sungai terdekat.

Cara yang paling efisien dalam menyalurkan air hujan adalah dengan
mengikuti topografi alami yang ada. Dengan demikian di manfaatkan
keberadaan sungai-sungai maupun saluran alami yang ada. Untuk wilayah
terbangun sebagai wadah kegiatan perkotaan, perlu ditambahkan saluran-
saluran buatan untuk menampung limpasan air hujan.

Dalam keadaan ini kesesuaian dengan pola jaringan utilitas yang lain menjadi
amat penting dalam membentuk sistem kota yang serasi dan terpadu. Kondisi
saat ini di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu, sistem jaringan drainase
menginduk pada sistem jaringan jalan sekaligus sebagai drainase jalan.

3) Dimensi Saluran Drainase

Fungsi uatama dari pada drainase adalah untuk mengalirkan air hujan agar
tidak terjadi genangan air diwilayah-wilayah tertentu khususnya diwilayah
permukiman perkotaan, akibat hujan dan luapan banjir dari sungai atau danau
disekitarnya. Apabila genangan tersebut tidak segera diatasi dalam waktu

Bab 3 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

yang relatip singkat akan menimbulkan dampak bagi kesehatan maupun


kerugian materil bagi masyarakat yang terkena dampak.

Jaringan drainase yang ada khususnya di kota Kefamenanu, pada umumnya


adalah drainase badan jalan untuk menapung air hujan dari permukaan jalan
dan sekitarnya akan tetapi belum tertata secara baik. Pembuangan air hujan
tersebut dialirkan melalui saluran drainase yang ada dan dibuang kesungai-
sungai terdekat.

A. Gambaran Umum Kondisi Sistim Drainase Saat Ini Di Kabupaten


Timor Tengah Utara.

Pada umumnya kawasan/lingkungan di Kabupaten Timor Tengah Utara belum


tersedia saluran drainase yang memadai. Jaringan drainase yang ada
khususnya di perkotaan adalah drainase jalan raya untuk menampung air
hujan dari atas badan jalan. Jaringan drainase tersebut belum tertata dengan
baik bahkan saluran drainase yang ada sudah tidak layak lagi mengalirkan air
hujan karena dipenuhi dengan sampah atau kotoran lainnya. Pembuangan air
hujan ini umumnya dialirkan ke kali dan atau ke laut sedangkan di daerah
perdesaan umumnya masyarakat masih mengandalkan drainase alam seperti
sungai/danau yang ada di wilayah tersebut. Genangan yang terjadi umumnya
berlangsung antara 6 jam sampai dengan 12 jam.

B. Permasalahan yang Dihadapi Dalam Sub Bidang Drainase Di


Kabupaten Timor tengah Utara.

Permasalahan yang dihadapi dalam Sub Bidang drainase di Kabupaten Timor


Tengah Utara antara lain:

1. Saluran drainase yang ada tidak sebanding dengan luas wilayah yang
harus dilayani dan kepadatan penduduk/hunian yang ada.

2. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya saluran drainase


sehingga masih sering membuang kedalam saluran.

3. Tidak adanya biaya operasi dan pemeliharaan drainase yang disediakan


oleh pemerintah daerah.

4. Belum adanya suatu sistim yang terpadu dalam sistim pengelolaan


drainase dimana yang terjadi adalah sistim drainase tercampur dengan air
limbah dan limpasan air hujan.

Bab 3 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

5. Diperlukan dana cukup besar untuk melakukan penataan sistim drainase


yang baik.

3.7.3 Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih saat ini belum dikelola


secara menyeluruh, sehingga penduduk
masih mengusahakannya secara individu
melalui sumur-sumur pompa maupun dari
mata air terdekat. Namun dimasa mendatang
masalah jaringan air bersih ini perlu adanya
pengelolaan yang memadai dalam
menangani pendistribusiaanya sehingga
penduduk dapat terlayani secara maksimal.

Rencana kebutuhan air bersih masyaratakat Kota Kefamenanu dilakukan melalui


pemanfaatan sumber-sumber air, baik air tanah maupun dari mata air. Air bersih
yang layak di komsumsi oleh masyarakat adalah air yang memenuhi standart
kesehatan yang dalam hal ini dikeluarkan oleh Depaertemen Kesehatan. Kondisi
air bersih di Kota Kefamenanu sangat bervariasi. Sumber air yang dimanfaatkan
masyarakat ada yang berasal dari mata air dan air sumur/sumur pompa.

Keberadaan air minum merupakan tuntutan yang sangat vital karena menyangkut
kelangsungan hidup manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambahnya jumlAh
penduduk dari tahun ke tahun yang disertai dengan meningkatnya aktivitas sosial-
ekonomi masyarakat, membawa dampak pada peningkatan jumlah permintaan
akan air bersih.

Produksi air minum pada tahun 2007 dari PDAM TTU sebanyak 817.628 m3
meningkat 1.311 persen dari keadaan tahun sebelumnya. Jumlah pelanggan
PDAM TTU pada tahun 2007 sebanyak 2.953 unit atau meningkat 15,94 persen
dari tahun 2006. Dari jumlah pelanggan tersebut, 64,1 persen adalah pelanggan
rumah tangga, instansi pemerintah 16,0 persen, pelanggan sosial 10,9 persen dan
sisanya pelanggan industri dan lainnya sebesar 0,05 persen.

Dari hasil Susenas tahun 2007 menunjukan bahwa dari aspek kesehatan dari
49.760 rumah tangga ternyata paling banyak masih menggunakan sumber air

Bab 3 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

minum sumur terlindung yaitu sebesar 36,33 persen. Sedangkan rumah tangga
yang menggunakan sumber air minum dari air kemasan di kabupaten TTU tidak
ada. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah masih sekitar 10.173 rumah tangga
(20,45 persen) sumber air minumnya berasal dari sumur tak terlindung dan mata
air tak terlindung. Penggunaan air sungai dan air hujan sebesar 9,77 persen atau
(4.860 rumah tangga).

Bila diasumsikan bahwa rumah tangga yang mengkonsumsi air minum dari
sumber air yang berasal dari sumur tak terlindung, air sungai dan air hujan adalah
air yang tidak bersih maka terdapat15.033 rumah tangga atau 75.165 jiwa (jika tiap
rumah tangga terdiri dari rata-rata 5 jiwa) masih mengkonsumsi air tidak bersih.

1. Kondisi/Gambaran Umum Sub Bidang Air Minum Kabupaten Timor


Tengah Utara
A. Sistim Perpipaan

Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara memenuhi kebutuhan air


minumnya dari 3 jenis sumber yakni:

1. Sistim perpipaan yang di kelola oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah


Utara.

2. Air Permukaan seoerti Sungai, Danau, Embung dan Mata Air.

3. Air Tanah melalui Sumur dangkal dan sebagian kecil dari Sumur Bor.

B. Sistim Non Perpipaan

Sistim Air Bersih Non Perpipaan adalah sistim penyediaan air bersih yang
didistribusikan melalui jaringan perpipaan tetapi tidak dikelola oleh PDAM
serta panyediaan dan penggunaan Air bersih langsung melalui mata air,
sungai, danau, embung sumur dangkal maupun sumur dalam.

Daerah yang kaya dengan sumber mata air terletak disebelah utara
Kabupaten TTU yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ambenu
(wilayah negara Timor Leste). Sumber-sumber air tersebut terletak di
dataran yang agak tinggi. Hal ini memang menguntungkan, karena air dari
letak ketinggian tersebut dapat dialirkan ke daerah-daerah yang lebih
rendah. Namun sayangnya debit air dari sumber-sumber tersebut tidak
cukup besar, sehingga sumber air tersebut hanya dimanfaatkan oleh daerah
sekitarnya yang jangkauannya tidak terlalu luas.

Bab 3 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Permasalahan yang Dihadapi dan Rekomendasi Air Minum Di


Kabupaten Timor Tengah Utara.

Permasalahan yang dihadapi khususnya dalam penyediaan Air Minum di


Kabupaten Timor Tengah Utara antara lain:

1. Tingkat Pelayanan Air Minum dengan Sistim perpipaan masih sangat


rendah

2. Terbatasnya Sumber Air Baku untuk penyediaan Air Bersih.

3. Pola Permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi penyediaan


Air Minum sangat tinggi

4. Sistim Distribusi belum baik

5. Tingkat Kebocoran masih Tinggi

6. Kualitas Air khususnya penyediaan Air Minum dengan Sistim Non


Perpipaan rendah

Pengelolaan prasarana air bersih di Kabupaten TTU ditangani oleh


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Cendana. Penyediaan air
bersih perpipaan (leding) yang dilayani oleh PDAM hingga tahun 2009 masih
sangat terbatas. Kondisi rumah tangga yang mampu dilayani oleh PDAM
hanya 18,68% dari keseluruhan rumah tangga, dimana sebagian besar
merupakan rumah tangga di Kota Kefamenanu. Keterbatasan jangkauan
layanan PDAM dimaksud mengharuskan masyarakat untuk
mengembangkan alternartif lain pemenuhan prasarana air bersih.

Prasarana air bersih yang masih banyak dimanfaatkan oleh warga


Kabupaten TTU adalah sumur terlindung (sumur pompa) dimana hingga
tahun 2009 tercatat bahwa 31% total rumah tangga masih menggunakan
sumur terlindung/pompa sebagai prasarana air bersih. Angka ini sebenarnya
telah mengalami penurunan sejak tahun 2006 yang mencapai 32,11%,
seiring dengan perluasan jangkauan PDAM.

Secara umum, sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat


Kabupaten TTU selain leding (PDAM) dan sumur terlindung/pompa adalah
sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, mata air terlindung, sungai,

Bab 3 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

hujan dan air dalam kemasan. Perkembangan rumah tangga yang


memanfaatkan masing-masing sumber air bersih sejak tahun 2006
digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel III.12.
Persentase Rumah Tangga Menurut
Sumber Air Minum di Kabupaten TTU Tahun 2006 – 2009

Tahun
No. Sumber Air Bersih
2006 2007 2008 2009
1. Leding (PDAM) 15,90 17,15 15,64 18,68
2. Sumur Terlindung/Pompa 32,11 36,33 33,92 31,00
3. Sumur Tak Terlindung 9,59 6,09 5,85 8,30
4. Mata Air Tak Terlindung 8,17 14,36 5,35 7,07
5. Mata Air Terlindung 20,55 14,68 29,03 26,52
6. Sungai 13,52 9,44 9,69 7,63
7. Hujan 0,16 0,33 0,35 -
8. Air Dalam Kemasan - - 0,48
9. Lainnya - 1,63 0,17 0,32
Sumber : TTU Dalam Angka 2007 – 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan sumur sebagai sumber


pemuhan air bersih masih mendominasi dari tahun ke tahun. Hal ini turut
mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat karena kurangnya
pengawasan terhadap kualitas air sumur.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian air sumur telah tercemar akibat
terkontaminasi dengan mineral logam maupun batuan yang terkandung
dalam tanah. Selain itu, penc`emaran air sumur juga dipengaruhi oleh
kondisi kebersihan lingkungan serta pola penanganan yang belum
memenuhi syarat kelayakan.

3.7.4 Jaringan Persampahan

Sampah tidak bisa dihindari dari aktifitas manusia sehari-hari. Produksi sampah
umumnya dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran dan industri.
Sampah terdiri dari sampah organik yang mudah dimusnahkan dengan cara
membakar dan menguburkan sedangkan sampah anorganik sulit untuk
dimusnahkan dan apabila pengelolaannya tidak tepet akan berdampak pada
kesehatan masyarakat.

Bab 3 | 31
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Berdasarkan data statistik yang ada, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di
kota Kefamenanu setiap harinya terdiri dari sampah organik (sampah basah, kayu
dan kertas) sebanyak 58,32 m3 per hari, sedangkan sampah anorganik (plastik,
logam, kain/tekstil, karet, baterai/kaca/gelas dan lain-lain) sebanyak 53,52 m3 per
hari atau total sampah yang diproduksi per hari sebesar 111,84 m3. Penanganan
sampah khususnya di kota Kefamenanu dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan pewadahan berupa drum/tong sampah sebanyak 523 buah, karung
sebanyak 6 buah serta bak pasangan bata sebanyak 40 unit. Sedangkan sampah
di perdesaan umumnya terdiri dari sampah rumah tangga dimana sistim
pengelolaannya dilakukan secara swadaya dengan cara dibakar, dikubur atau
dibuang ke lahan kosong dan sungai yang ada disekitarnya.

Tabel III.13.
Jenis, Komposisi, dan Volume Sampah di Kota Kefamenanu Tahun 2007

Jenis Sampah Komposisi Volume (m3)


2. Sampah Organik Sampah Basah 5,18 / hari
Kayu 25,92 / hari
Kertas 27,22 / hari
3. Sampah Plastik 8,64 / hari
Anorganik Logam 5,76 / hari
Kain/Tekstil 19,88 / hari
Karet 3,24 / hari
Baterai/Kaca/Gelas 16,00 / hari
Lain-lain -
Jumlah 111,84
Sumber: BPS (Kabupaten Timor Tengah Utara dalam angka 2008)

Tabel III.14.
Jumlah Perwadahan Sampah menurut Sistem dan Daerah Pelayanan
di Kota Kefamenanu Tahun 2007

Daerah Pelayanan (buah)


Rumah
Sistem Perwadahan Tempat Makan Jalan Jumlah
Permukiman Pasar
Umum & Protokol
Pertokoan
1. Kantong Plastik - - - - - -
2. Tong Plastik - - - - - -
3. Drum/Tong 318 - 30 175 - 523
4. Karung 12 - - 6 - 18
5. Bak Pasangan Bata 14 7 19 - - 40
Jumlah 344 7 49 181 - 581
Sumber: BPS (Kabupaten Timor Tengah Utara dalam angka 2008)
3.7.5 Jaringan Sanitasi

Air Limbah merupakan salah satu produk dari pada aktivitas kehidupan manusia
sehari-hari yang dihasilkan dari air limbah rumah tangga, kegiatan jasa dan indurtri

Bab 3 | 32
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

yang terdiri dari air limbah kamar mandi/wc, cucian dan dapur. Air limbah yang
tidak dikelola secara baik akan memberikan dampak bagi kesehatan manusia.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, umumnya pengelolaan limbah cair


rumah tangga dilakukan masing-masing oleh setiap rumah tangga dengan cara
membuat lubang/kolam penampungan atau dialirkan ke tanaman pekarangan
yang ada di sekitarnya.Khusus untuk pengelolaan limbah tinja sebagian besar
masyarakat menggunakan septic tanck sendiri.

Dari data statistik, pada tahun 2007, dari 54.326 rumah tangga di kabupaten TTU
yang menggunakan closet leher angsa sebanyak 10.800 rumah tangga,
plengsengan 9.557 rumah tangga, Cemplung/cepluk 22.761 rumah tangga dan
lainnya/tidak pakai terdapat 972 rumah tangga.

3.7.6 Jaringan Listrik

Sumber penerangan listrik di kawasan


perencanaan BWK-I Kota Kefamenanu
berasal dari listrik PLN, dan belum
seluruhnya di kawasan perencanaan
terlayani oleh listrik ini, untuk memenuhi
listrik hingga akhir tahun perencanaan
maka perlu diperhitungkan kebutuhan
listrik penduduk di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu.

Listrik merupakan utilitas yang sangat penting bagi kehidupan manusia, kerena
dengan adanya listrik kesempatan kerja penduduk lebih banyak dan dapat
mendorong kegiatan sosial ekonomi, sehingga pendapatan perkapita masyarakat
dapat meningkat. Penduduk yang ada dalam kawasanperencanaan ini, seluruhnya
telah menikmati pelayanan listrik. Akan tetapi kondisi PLTD yang sangat terbatas
seringkali dilakukan pemadaman secara bergantian mengingat terbatasnya
kapasitas daya listrik yang tersedia. Proses yang disiapkan untuk jaringan listrik
adalah penyiapan sambungan baru dan penyiapan jaringan sambungan. Karena
karena kondisi yang terbatas sehingga untuk memudahkan pembukaan
sambungan baru agar semua kawasan dapat terjangkau dengan baik, maka
diupayakan agar pola permukiman penduduk dapat lebih terkonsentrasi lagi
dengan mengadakan pusat-pusat pelayanan sosial dan lingkungan yang dapat
menarik penduudk untuk bermukim di suatu pusat kawasan yang direncanakan.

Bab 3 | 33
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Kebijakan pemerintah di bidang kelistrikan ditujukan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi, terutama aktifitas
sektor industri dan jasa-jasa. Untuk mencapai sasaran tersebut diupayakan
peningkatan daya pasang pembangkit tenaga listrik dan perluasan jaringan
distribusi agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang memadai dengan mutu
pelayanan yang baik.

Pada tahun 2007, daya terpasang pembangkit listrik PLN kabupaten TTU sebesar
4234 KW dengan jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan 12.528.934 KWH. Dari
jumlah pembangkit listrik yang dibangkitkan tersebut yang berhasil disalurkan
sebesar 90,42 persen (11.328.947 kwh) dengan tingkat pemakaian/penjualan
kepada konsumen sebesar 10.767.953 kwh. Jumlah tenaga listrik yang terpakai
sendiri dan susut dalam distribusi masing-masing sebesar 1,6 persen dan 14,1
persen.

Secara umum jumlah pelanggan listrik di kabupaten TTU sampai tahun 2007
sebanyak 9.005 unit atau meningkat 3,2 persen dari tahun 2006. Dari jumlah
pelanggan tersebut, sebesar 8.004 unit (88,9 persen) diantaranya pelanggan
rumah tangga sedangkan sisanya masing-masing pelanggan bisnis dan
perhotelan 0,09 persen, badan sosial 2,9 persen, kantor pemerintah dan
penerangan jalan 1,6 persen serta pelanggan usaha industri sebesar 0,09 persen.

Sebagian besar kebutuhan listrik di seluruh Kabupaten TTU dilayani oleh PT. PLN,
namun belum semua wilayah terlayani. Saat ini energi listrik PLN di Kabupaten
TTU dilayani oleh pembangkit bertenaga diesel yang tersebar masing-masing di
Kefamenanu, Wini dan Manikin.

Tabel III.15.
Ketersediaan Daya Listrik di Kabupaten TTU Tahun 2006 – 2009

Kekuatan/Daya (KW)
No. Tahun Beban
Kemampuan Terpasang
Puncak
1. 2006 2617 2318 3856
2. 2007 2774 3558 4234
3. 2008 2951 2488 4728
4. 2009 3006 2870 5849
Sumber : TTU Dalam Angka 2007 – 2010

Tabel di atas menggambarkan minimnya kemampuan atau daya listrik yang


dihasilkan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Rata-rata pelayanan daya listrik
oleh PLN baru mencapai 61% dari total daya seharusnya yang telah terpasang.

Bab 3 | 34
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Kendala yang dihadapi oleh PLN dalam memberikan pelayanan secara maksimal
adalah keterbatasan kemampuan mesin pembangkit.

Sampai dengan tahun 2009, daya terpasang pembangkit tenaga listrik PLN
Kabupaten TTU sebesar 5 849 KW dengan jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan
13 956 212 kwh. Dari jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan tersebut yang
berhasil disalurkan sekitar 98,42 persen atau 11 478 704 kwh dengan tingkat
pemakaian/ penjualan kepada konsumen sebesar 11 014 935 kwh atau 85,16
persen. Jumlah tenaga listrik yang terpakai sendiri dan susut dalam distribusi
masing-masing sebesar 1,03 persen dan 13,81 persen.

Berbagai upaya terus dilakukan PT. PLN untuk mencukupi pemenuhan listrik
masyarakat antara lain dengan mengembangkan sumber-sumber energi yang
baru. Sampai dengan saat ini, PT. PLN sedang mengembangkan pembangkit
listrik bertenaga uap yang berlokasi di Atapupu, Kabupaten Belu. Berdasarkan
skema distribusi daya, pembangkit teresbut akan mampu mengatasi persoalan
kekurangan daya di seluruh wilayah pulau Timor bagian Barat.

 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik

Jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik secara kumulatif mengalami


peningkatan. Peningkatan tidak hanya pada pengguna listrik PLN, namun juga
pada rumah tangga yang menggunakan listrik selain dari PLN. Listrik non PLN
didominasi oleh penggunaan generator (genset) dan pembangkit listrik tenaga
surya.

Tabel III.16.
Persentase Rumah Tangga
Yang Menggunakan Listrik di Kabupaten TTU Tahun 2006 – 2009

RT/Tahun (%)
No. Sumber Listrik
2006 2007 2008 2009
1. Listrik PLN 29,42 27,86 29,78 33,83
2. Listrik Non PLN 2,44 4,56 9,34 7,56
Jumlah 31,86 32,42 39,12 41,39
Sumber : TTU Dalam Angka 2007 – 2010

Dari aspek sumber penerangan rumah tangga, data di atas memperlihatkan


bahwa sebagian besar rumah tangga masih belum menggunakan listrik sebagai

Bab 3 | 35
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

sumber penerangan. Sampai dengan tahun 2009, lebih dari setengah rumah
tangga di Kabupaten TTU masih menggunakan sumber penerangan minyak
tanah/pelita (57,48 persen) sedangkan rumah tangga yang menggunakan sumber
penerangan petromak/aladin memilki persentase paling kecil (0,16 persen),
sisanya rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan lainnya sebesar
0,97 persen.

3.7.7 Jaringan Telekomunikasi

Pelayanan Telekomunikasi di Kabupaten TTU diselenggarakan oleh PT Telkom


dan beberapa provider telekomunikasi lain yang membangun menara BTS (Base
Transceiver Station) di beberapa titik di wilayah Kabupaten TTU.

Layanan PT Telkom baru meliputi wilayah di dalam Kota Kefamenanu. Walaupun


demikian, tidak semua rumah tangga di Kota Kefamenanu terlayani oleh PT
Telkom. Kendala pelayanan telekomunikasi oleh PT Telkom adalah keterlambatan
pembangunan jaringan telepon baru akibat kondisi demografi (sebaran
pemukiman yang tidak terpusat) dan kondisi topografi (kontur permukaan),
terutama di wilayah bagian Utara dan Selatan Kota Kefamenanu.

Berdasarkan data TTU dalam angka tahun 2007 - 2010, jumlah rumah tangga
yang memanfaatkan layanan telepon dari PT. Telkom masing-masing sebesar
1328 rumah tangga di tahun 2006, 1420 di tahun 2007, 1458 di tahun 2008 dan
1466 di tahun 2009. Secara persentase, jumlah ini baru mencapai 2,61% dari total
rumah tangga.

Keadaan ini tidak berarti bahwa layanan telekomunikasi di Kabupaten TTU masih
sangat terbatas. Perluasan jaringan telekomunikasi oleh provider telepon seluler
(HP) telah mencapai sebagian besar wilayah Kabupaten TTU. Provider telepon
seluler yang masuk ke wilayah Kabupaten TTU adalah Telkomsel dan Indosat,
sedangkan Telkom dengan produk selulernya Telkomflexi baru mampu melayani
masyarakat di dalam Kota Kefamenanu. Secara rinci belum tersaji data
penggunaan HP/telepon seluler di Kabupaten TTU namun bagi sebagian besar
masyarakat layanan telepon seluler telah dapat dinikmati.

Bab 3 | 36
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

5.1. ANALISIS KAWASAN PRIORITAS PERMUKIMAN


PERKOTAAN KABUPATEN TTU
Kawasan prioritas permukiman perkotaan Kabupaten TTU sesuai dengan hasil
analisis skoring yang telah dilakukan pada bab 4 sebelumnya, maka teridentifikasi
bahwa kawasan prioritas permukiman perkotaan di Kabupaten TTU yang akan
dilakukan penanganan adalah:

1. Kawasan Perkotaan Kefamenanu, dan

2. Kawasan Perkotaan Wini-Ponu

Untuk kawasan Perkotaan Kefamenau sebagai kawasan perkotaan prioritas


pertama dalam penentuan kawasan permukiman yang akan ditangani, kemudian
dilakukan penentuan kriteria dan indikator untuk menetapkan kawasan
permukiman yang akan ditangani per tahapan pelaksanaan pembangunan.
Sedangkan untuk kawasan perkotaan Wini-Ponu sebagai kawasan prioritas kedua
tidak didetailkan lokasi penanganan namun tetap disusun strategi dan program
penanganan permukiman mengingat kawasan perkotaan Wini merupakan
kawasan strategis nasional sebagai kawasan perbatasan negara RI-RDTL.

5.1.1. Perumusan Kriteria Dan Indikator Kawasan Prioritas Pembangunan


Permukiman Dan Infrastruktur Kota Kefamenanu

Kriteria dan indikator dalam penetapan kawasan prioritas pengembangan


permukiman dan infrastruktur Kota Kefamenanu menjadi awal di dalam
menganalisis kawasan perencanaan untuk tahap analisis selanjutnya, bahkan

B a b 5 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

penetapan kawasan prioritas pengembangan ini nantinya akan menjadi input bagi
rencana pembangunan kawasan prioritas untuk tahun pertama.

Pada dasarnya di dalam penentuan kriteria dan indikator kawasan prioritas


pengembangan permukiman dan infrastruktur di Kota Kefamenanu ini tidak
terlepas dari kajian terhadap teori-teori terkait, termasuk di dalamnya adalah teori
permukiman kumuh dan kualitas lingkungan permukiman.

Kajian terhadap teori permukiman kumuh dimulai dari pembahasan mengenai


kemiskinan perkotaan, dimana permukiman kumuh merupakan bagian dari
kemiskinan perkotaan. Kekumuhan dapat dilihat dari beberapa aspek yakni lokasi,
indikator, kondisi, dan strategi. Aspek lokasi melihat lokasi pemukiman kumuh
pada bagian kota, aspek indikator merupakan penilaian terhadap pemukiman
kumuh, aspek kondisi merupakan gambaran kondisi pemukiman kumuh,
sedangkan strategi merupakan strategi bagi penanganan pemukiman kumuh
dengan melihat implementasi (best practice).

Di bawah ini sintesa teori mengenai indikator pemukiman kumuh/kekumuhan


sebagai berikut :

Tabel V.1.
Sintesa Teori Indikator

Pakar/Ahli Teori Indikator


Turner (1972) Pemukiman kumuh merupakan  Sarana umum yang buruk
hunian dengan ketersediaan
sarana umum buruk atau tidak ada
sama sekali
Bianpoen dan Rutz Pemukiman kumuh adalah  Kondisi Lingkungan yang buruk
dalam Kurniati, sebagai berikut :  Fasilitas dan Utilitas lingkungan
1994 1. Kondisi fisik lingkungan yang yang buruk.
tidak memenuhi persyaratan  Kondisi bangunan buruk
teknis dan kesehatan, fasilitas dengan bahan-bahan yang
dan utilitas lingkungan digunakan adalah bahan-
walaupun ada kondisinya bahan semi permanen
sangat buruk, disamping itu  Kepadatan bangunan yang
tata letak bangunan yang tidak tinggi
ada.
2. Kondisi bangunan yang sangat
buruk serta bahan-bahan
bangunan yang digunakan
adalah bangunan yang bersifat
permanen
3. Kepadatan penduduk dengan
KDB yang lebih besar dari
yang diijinkan dengan

B a b 5 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Pakar/Ahli Teori Indikator


kepadatan penduduk yang
sangat tinggi (lebih dari 500
jiwa/ha)
4. Fungsi-fungsi kota yang
tercampur dan tidak beraturan.
Departemen Pemukiman kumuh merupakan  Kondisi lingkungan buruk
Pemukiman dan pemukiman yang jika ditinjau dari  Kondisi kesehatan yang tidak
Tata Ruang, 2002 aspek lingkungan memiliki kondisi memnuhi persyratan.
yang tidak layak, dengan kondisi  Fisik bangunan kurang nyaman
kesehatan yang tidak memenuhi dan tidak aman
persyaratan, FIsik bangunan  Memiliki kerawanan terhadap
kurang nyaman dan tidak aman, berbagai macam penyakit
memliki kerawanan terhadap  Tingkat pelayanan sarana dan
berbagai penyakit, tingkat prasarana lingkungan tidak
pelayanan prasarana dan sarana memadai
lingkungan tidak memadai serta
membahahayakan
keberlangsungan kehidupan dan
penghidupan penghuni
Laporan Locally  29 Indikator
Based Demand  Kondisi Lokasi: status legalitas,
Departemen status penguasaan bangunan,
frekuensi bencana kebakaran,
frekuensi bencana banjir,
frekuensi bencana tanah
longsor
 Kondisi kependudukan: tingkat
kepadatan penduduk, rata-rata
anggota rumah tangga, jumlah
KK per rumah, tingkat
pertumbuhan penduduk, angka
kematian kasar, status gizi
balita, angka kesakitan malaria,
angka keakitan diare, angka
kesakitan demam berdarah,
angka kesakitan ISPA
 Kondisi bangunan: tingkat
kualitas struktur bangunan,
tingkat kepadatan bangunan,
tingkat kesehatan dan
kenyamanan bangunan, tingkar
penggunaan luas lantai
bangunan
 Kondisi sarana dan prasarana:
tingkat pelayanan air bersih,
kondisi sanitasi lingkungan,
kondisi persampahan, kondisi
saluran air hujan, kondisi jalan,
besarnya ruang terbuka
 Kondisi sosial ekonomi: tingkat
kemiskinan, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan
tingkat kerawanan keamanan
Sumber : Studi Inventarisasi Kawasan Kumuh, 2009

B a b 5 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Berdasarkan sintesa teori dari data di atas maka perumusan kriteria dan indikator
kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman Kota
Kefamenanu mendapatkan kriteria dan indikator yang dibuat dalam tabel atau
matrik dengan dipadukan dengan kriteria berdasarkan Pedoman Umum SPPIP
tahun 2012. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam memilih kawasan prioritas
permukiman dan infrastruktur perkotaan setidaknya mengandung unsur-unsur,
sebagai berikut:

1) Urgenitas penanganan;

2) Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota;

3) Kontribusi dalam stimulasi pembangunan dan pengembangan kota;

4) Sesuai kebijakan pembangunan dan pengembangan kota;

5) Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan.

Penyusunan kriteria dan indikator ini disesuaikan dengan karakteristik dan


kebutuhan permukiman dan infrastruktur Perkotaan Kefamenanu, tujuan dari matrik
ini untuk menentukan skala prioritas, tingkat kepentingan dan kesesuaiannya
dengan karakteristik dan kebutuhan Kota Kefamenanu. Dibawah ini tabel kriteria
dan Indikator penetapan kawasan prioritas pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan.

B a b 5 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel V.2.
Kriteria Dan Indikator Kawasan Prioritas Pembangunan Permukiman
Dan Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


1 Urgenitas 1. Kawasan a. Kesesuaian Sesuai
Penanganan kumuh (Bobot lokasi dengan
(Bobot: 50%) 60%) regulasi (Bobot:
30%)
Kurang sesuai (dapat
revisi/review)
Tidak sesuai
b. Status pemilikan Tanah Negara/Badan
lahan (Bobot: Usaha
10%)
Milik masyarakat (bukan
penghuni)
Milik masyarakat
(penghuni)
c. Letak/kedudukan Sangat strategis
lokasi kawasan
kumuh (Bobot:
10%)
Cukup strategis
Kurang strategis
d. Tingkat/derajat d.1. Tingkat kepadatan Sangat tinggi (> 250
kekumuhan penduduk (jiwa/ha) jiwa/ha)
(Bobot: 50%) (Bobot: 10%)
Tinggi (150 - 250
jiwa/ha)
Sedang (100 - 149
jiwa/ha)
d.2. Jumlah penduduk Sangat tinggi (> 65%)
miskin (Bobot: 5%)

B a b 5 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


Tinggi (50 - 65%))
Sedang (< 50%)
d.3. Usaha ekonomi Sangat tinggi (> 70%)
penduduk sektor
informal (Bobot: 5%)
Tinggi (50 - 70%))
Sedang (< 50%)
d.4. Kepadatan Sangat tinggi (> 70%)
rumah/bangunan
(Bobot: 15%)
Tinggi (50 - 70%))
Sedang (< 50%)
d.5. Kondisi rumah Sangat tinggi (> 70%)
tidaklayak huni
(Bobot: 15%)
Tinggi (50 - 70%))
Sedang (< 50%)
d.6. Kondisi tata Sangat tinggi (> 70%)
letak/ketidakteraturan
rumah/bangunan
(Bobot: 10%)
Tinggi (50 - 70%))
Sedang (< 50%)
d.7. Kondisi prasarana d.7.1. Penyediaan air minum Sangat kurang
sarana lingkungan (Bobot: 20%)
(Bobot: 30%)
Kurang
Cukup
d.7.2. Saluran air Tidak sesuai
limbah/jamban (Bobot:
20%)
Kurang sesuai
Sesuai ketentuan

B a b 5 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


d.7.3. Pengelolaan sampah Buruk
(Bobot: 15%)
Sedang
Baik
d.7.4. Drainase (Bobot: 15%) Kurang
Sedang
Baik
d.7.6. Jalan lingkungan Rusak
(Bobot: 30%)
Sedang
Baik
d.8. Kerawanan Sangat tinggi (> 70%)
kesehatan &
lingkungan (Bobot:
5%)
Tinggi (50 - 70%))
Sedang (< 50%)
d.9. Kerawanan sosial Sangat tinggi (> 70%)
(Bobot: 5%)
Tinggi (50 - 70%))
Sedang (< 50%)
2. Kawasan rawan a. Bencana rawan Sangat rawan (>70%)
bencana (Bobot: air bersih (Bobot:
40%) 50%)
Rawan (50 - 70%)
Rawan (<50%)
b. Bencana Terkena banjir/genangan
genangan (>70%)
(Bobot: 25%)
Terkena banjir/genangan
(50 - 70%)
Terkena banjir/genangan
(<50%)

B a b 5 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


c. Bencana longsor Terkena longsor (>70%)
(Bobot: 25%)
Terkena longsor (50 -
70%)
Terkena longsor (<50%)
JUMLAH SKORING (1)
2. Kontribusi Dalam Dapat a. Masalah rawan Menanggulangi masalah
Penanganan menanggulangi air bersih (Bobot: rawan air (>70%)
Permasalahan permasalahan 50%)
Kota (Bobot: kota (Bobot:
15%) 100%)
Menanggulangi masalah
rawan air (>50-70%)
Menanggulangi masalah
rawan air (<50%)
b. Masalah Menanggulangi masalah
genangan banjir/genangan (>70%)
(Bobot: 25%)
Menanggulangi masalah
banjir/genangan (>50-
70%)
Menanggulangi masalah
banjir/genangan (<50%)
c. Masalah longsor Menanggulangi masalah
(Bobot: 25%) longsor (>70%)
Menanggulangi masalah
longsor (>50-70%)
Menanggulangi masalah
longsor (<50%)
JUMLAH SKORING (2)
3. Kontribusi Dalam Menstimulasi a. Pembangunan Membantu
Stimulasi pembangunan & dan pembangunan &
Pembangunan & pengembangan pengembangan pengembangan
Pengembangan kota sesuai permukiman permukiman (>70%)

B a b 5 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


Kota (Bobot: potensi (Bobot: (Bobot: 40%)
15%) 100%)

Membantu
pembangunan &
pengembangan
permukiman (50-70%)
Membantu
pembangunan &
pengembangan
permukiman (<50%)
b. Pembangunan Membantu
dan pembangunan &
pengembangan pengembangan
infrastruktur infrastruktur (>70%)
(Bobot: 60%)
Membantu
pembangunan &
pengembangan
infrastruktur (50-70%)
Membantu
pembangunan &
pengembangan
infrastruktur (<50%)
JUMLAH SKORING (3)
4. Sesuai Kebijakan Sesuai dengan Sesuai dengan Penggunaan lahan
Pengembangan Rencana Tata Rencana Tata sesuai rencana tata
dan Ruang (Bobot: Ruang Wilayah ruang (>70%)
Pembangunan 100%) Kabupaten TTU
Kota (Bobot: (Bobot: 100%)
10%)
Penggunaan lahan
sesuai rencana tata
ruang (50-70%)

B a b 5 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


Penggunaan lahan
sesuai rencana tata
ruang (<50%)
JUMLAH SKORING (4)
5. Dominasi Permasalahan a. Permukiman Permasalahan sangat
Permasalahan terkait dengan (Bobot: 40%) terkait permukiman
Terkait dengan permukiman dan
Keciptakaryaan infrastruktur
(Bobot: 5%) (Bobot: 100%)
Permasalahan terkait
permukiman
Permasalahan kurang
terkait permukiman
b. Penyediaan air Permasalahan sangat
minum (Bobot: terkait air minum
15%)
Permasalahan terkait air
minum
Permasalahan kurang
terkait air minum
c. Saluran air Permasalahan sangat
limbah/jamban terkait air limbah/jamban
(Bobot: 10%)
Permasalahan terkait
limbah/jamban
Permasalahan kurang
terkait limbah/jamban
d. Pengelolaan Permasalahan sangat
sampah (Bobot: terkait sampah
10%)
Permasalahan terkait
sampah
Permasalahan kurang
terkait sampah

B a b 5 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


e. Drainase (Bobot: Permasalahan sangat
15%) terkait drainase
Permasalahan terkait
drainase
Permasalahan kurang
terkait drainase
f. Jalan lingkungan Permasalahan sangat
(Bobot: 10%) terkait jalan lingkungan
Permasalahan terkait
jalan lingkungan
Permasalahan kurang
terkait jalan lingkungan
JUMLAH SKORING (5)
6. Dominasi Penanganan a. Permukiman Penanganan sangat
Penanganan melalui bidang (Bobot: 40%) terkait permukiman
melalui Bidang permukiman dan
Keciptakaryaan infrastruktur
(Bobot: 5%) (Bobot: 100%)
Penanganan terkait
permukiman
Penanganan kurang
terkait permukiman
b. Penyediaan air Penanganan sangat
minum (Bobot: terkait air minum
15%)
Penanganan terkait air
minum
Penanganan kurang
terkait air minum
c. Saluran air Penanganan sangat
limbah/jamban terkait air limbah/jamban
(Bobot: 10%)
Penanganan terkait
limbah/jamban

B a b 5 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KARAKTERISTIK KRITERIA INDIKATOR SUB INDIKATOR SUB-SUB INDIKATOR SKALA INDIKATOR


Penanganan kurang
terkait limbah/jamban
d. Pengelolaan Penanganan sangat
sampah (Bobot: terkait sampah
10%)
Penanganan terkait
sampah
Penanganan kurang
terkait sampah
e. Drainase (Bobot: Penanganan sangat
15%) terkait drainase
Penanganan terkait
drainase
Penanganan kurang
terkait drainase
f. Jalan lingkungan Penanganan sangat
(Bobot: 10%) terkait jalan lingkungan
Penanganan terkait jalan
lingkungan
Penanganan kurang
terkait jalan lingkungan
Sumber : Analisis TIM SPPIP Kbupaten Timor Tengah Utara, 2012

B a b 5 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

5.1.2. Identifikasi Kawasan Prioritas Pembangunan Permukiman Dan


Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu

A. Analisis Penetapan Kawasan Prioritas

Dari tabel atau matrik kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan
permukiman dan infrastruktur Perkotaan Kefamenanu diatas, dimasukkan
beberapa sebaran pemukiman di Perkotaan Kefamenanu beserta potensi dan
permasalahan yang ada, sehingga dihasilkan 4 kawasan yang memiliki urutan dari
nilai tertinggi sampai dengan terendah. Dibawah ini tabel penilaian kriteria dan
indikator kawasan pemukiman di Perkotaan Kefamenanu.

B a b 5 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel V.3.
Penilaian Krietria dan Indikator Kawasan Pemukiman Perkotaan Kefamenanu

Kelurahan/ Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


No Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring
Desa 1 2 3 4 5 6
Kefamenanu
1 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 5 0,012 0,06 5 0,006 0,03 3 0,003 0,009 5 0,003 0,015
Selatan
Kefamenanu
2 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 5 0,012 0,06 5 0,006 0,03 5 0,003 0,015 5 0,003 0,015
Tengah
Kefamenanu
3 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 5 0,012 0,06 1 0,006 0,006 3 0,003 0,009 3 0,003 0,009
Utara
4 Aplasi 3 0,036 0,108 3 0,012 0,036 3 0,012 0,036 3 0,006 0,018 5 0,003 0,015 5 0,003 0,015
5 Bansone 1 0,036 0,036 1 0,012 0,012 1 0,012 0,012 1 0,006 0,006 5 0,003 0,015 3 0,003 0,009
6 Tubuhue 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 3 0,012 0,036 1 0,006 0,006 5 0,003 0,015 5 0,003 0,015
7 Sasi 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 3 0,012 0,036 1 0,006 0,006 3 0,003 0,009 3 0,003 0,009
8 Maubeli 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 3 0,012 0,036 3 0,006 0,018 3 0,003 0,009 5 0,003 0,015
9 Taekas 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 1 0,012 0,012 1 0,006 0,006 3 0,003 0,009 1 0,003 0,003
10 Oesena 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 3 0,012 0,036 3 0,006 0,018 3 0,003 0,009 3 0,003 0,009
11 Benpasi 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 5 0,012 0,06 3 0,006 0,018 3 0,003 0,009 5 0,003 0,015
12 Oenenu 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 3 0,012 0,036 3 0,006 0,018 3 0,003 0,009 5 0,003 0,015
Oenenu
13 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 3 0,012 0,036 3 0,006 0,018 3 0,003 0,009 5 0,003 0,015
Selatan
Oenenu
14 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 3 0,012 0,036 3 0,006 0,018 3 0,003 0,009 3 0,003 0,009
Utara
15 Oelami 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 1 0,012 0,012 1 0,006 0,006 3 0,003 0,009 3 0,003 0,009
16 Naiola 3 0,036 0,108 1 0,012 0,012 1 0,012 0,012 3 0,006 0,018 5 0,003 0,015 5 0,003 0,015
Rata-rata 2,875 1,125 3,000 2,500 3,625 4,000

B a b 5 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Lanjutan

Kelurahan/ Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


No Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring
Desa 7 8 9 10 11 12
Kefamenanu
1 5 0,009 0,045 3 0,009 0,027 3 0,006 0,018 3 0,0072 0,0216 5 0,0072 0,036 5 0,0054 0,027
Selatan
Kefamenanu
2 5 0,009 0,045 3 0,009 0,027 3 0,006 0,018 3 0,0072 0,0216 5 0,0072 0,036 5 0,0054 0,027
Tengah
Kefamenanu
3 1 0,009 0,009 3 0,009 0,027 3 0,006 0,018 3 0,0072 0,0216 3 0,0072 0,0216 3 0,0054 0,0162
Utara
4 Aplasi 3 0,009 0,027 3 0,009 0,027 5 0,006 0,03 5 0,0072 0,036 5 0,0072 0,036 5 0,0054 0,027
5 Bansone 1 0,009 0,009 5 0,009 0,045 3 0,006 0,018 5 0,0072 0,036 3 0,0072 0,0216 3 0,0054 0,0162
6 Tubuhue 1 0,009 0,009 5 0,009 0,045 3 0,006 0,018 5 0,0072 0,036 5 0,0072 0,036 3 0,0054 0,0162
7 Sasi 3 0,009 0,027 3 0,009 0,027 3 0,006 0,018 5 0,0072 0,036 5 0,0072 0,036 3 0,0054 0,0162
8 Maubeli 3 0,009 0,027 3 0,009 0,027 3 0,006 0,018 3 0,0072 0,0216 5 0,0072 0,036 5 0,0054 0,027
9 Taekas 1 0,009 0,009 5 0,009 0,045 3 0,006 0,018 1 0,0072 0,0072 3 0,0072 0,0216 3 0,0054 0,0162
10 Oesena 1 0,009 0,009 3 0,009 0,027 3 0,006 0,018 1 0,0072 0,0072 5 0,0072 0,036 5 0,0054 0,027
11 Benpasi 3 0,009 0,027 3 0,009 0,027 3 0,006 0,018 3 0,0072 0,0216 5 0,0072 0,036 3 0,0054 0,0162
12 Oenenu 1 0,009 0,009 5 0,009 0,045 5 0,006 0,03 1 0,0072 0,0072 5 0,0072 0,036 3 0,0054 0,0162
Oenenu
13 1 0,009 0,009 5 0,009 0,045 5 0,006 0,03 1 0,0072 0,0072 5 0,0072 0,036 3 0,0054 0,0162
Selatan
Oenenu
14 1 0,009 0,009 5 0,009 0,045 5 0,006 0,03 1 0,0072 0,0072 3 0,0072 0,0216 3 0,0054 0,0162
Utara
15 Oelami 1 0,009 0,009 3 0,009 0,027 1 0,006 0,006 3 0,0072 0,0216 3 0,0072 0,0216 5 0,0054 0,027
16 Naiola 1 0,009 0,009 5 0,009 0,045 3 0,006 0,018 5 0,0072 0,036 5 0,0072 0,036 5 0,0054 0,027
Rata-rata 2,000 3,875 3,375 3,000 4,375 3,875

B a b 5 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Lanjutan

Kelurahan/ Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


No Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring
Desa 13 14 15 16 17 18
Kefamenanu
1 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 3 0,006 0,018 3 0,006 0,018 3 0,04 0,12 3 0,02 0,06
Selatan
Kefamenanu
2 5 0,0054 0,027 3 0,0108 0,0324 3 0,006 0,018 3 0,006 0,018 3 0,04 0,12 3 0,02 0,06
Tengah
Kefamenanu
3 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 3 0,006 0,018 3 0,006 0,018 3 0,04 0,12 1 0,02 0,02
Utara
4 Aplasi 3 0,0054 0,0162 5 0,0108 0,054 5 0,006 0,03 5 0,006 0,03 3 0,04 0,12 3 0,02 0,06
5 Bansone 5 0,0054 0,027 5 0,0108 0,054 3 0,006 0,018 1 0,006 0,006 5 0,04 0,2 3 0,02 0,06
6 Tubuhue 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 3 0,006 0,018 3 0,006 0,018 3 0,04 0,12 3 0,02 0,06
7 Sasi 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 3 0,006 0,018 3 0,006 0,018 3 0,04 0,12 3 0,02 0,06
8 Maubeli 5 0,0054 0,027 5 0,0108 0,054 3 0,006 0,018 3 0,006 0,018 3 0,04 0,12 1 0,02 0,02
9 Taekas 3 0,0054 0,0162 5 0,0108 0,054 3 0,006 0,018 1 0,006 0,006 1 0,04 0,04 1 0,02 0,02
10 Oesena 5 0,0054 0,027 5 0,0108 0,054 1 0,006 0,006 1 0,006 0,006 3 0,04 0,12 1 0,02 0,02
11 Benpasi 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 3 0,006 0,018 3 0,006 0,018 3 0,04 0,12 3 0,02 0,06
12 Oenenu 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 5 0,006 0,03 1 0,006 0,006 1 0,04 0,04 1 0,02 0,02
Oenenu
13 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 3 0,006 0,018 1 0,006 0,006 1 0,04 0,04 1 0,02 0,02
Selatan
Oenenu
14 3 0,0054 0,0162 3 0,0108 0,0324 5 0,006 0,03 1 0,006 0,006 1 0,04 0,04 1 0,02 0,02
Utara
15 Oelami 5 0,0054 0,027 5 0,0108 0,054 3 0,006 0,018 1 0,006 0,006 3 0,04 0,12 1 0,02 0,02
16 Naiola 5 0,0054 0,027 5 0,0108 0,054 3 0,006 0,018 3 0,015 0,045 5 0,04 0,2 1 0,02 0,02
Rata-rata 3,750 3,875 3,250 2,250 2,750 1,875

B a b 5 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Lanjutan

Kelurahan/ Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


No Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring
Desa 19 20 21 22 23 24
Kefamenanu
1 3 0,02 0,06 5 0,1 0,5 3 0,05 0,15 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
Selatan
Kefamenanu
2 3 0,02 0,06 3 0,1 0,3 3 0,05 0,15 1 0,05 0,05 5 0,1 0,5 3 0,15 0,45
Tengah
Kefamenanu
3 1 0,02 0,02 3 0,1 0,3 3 0,05 0,15 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 5 0,15 0,75
Utara
4 Aplasi 3 0,02 0,06 3 0,1 0,3 3 0,05 0,15 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
5 Bansone 3 0,02 0,06 1 0,1 0,1 1 0,05 0,05 1 0,05 0,05 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
6 Tubuhue 3 0,02 0,06 3 0,1 0,3 3 0,05 0,15 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
7 Sasi 3 0,02 0,06 3 0,1 0,3 3 0,05 0,15 5 0,05 0,25 5 0,1 0,5 5 0,15 0,75
8 Maubeli 3 0,02 0,06 3 0,1 0,3 1 0,05 0,05 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 5 0,15 0,75
9 Taekas 3 0,02 0,06 5 0,1 0,5 1 0,05 0,05 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
10 Oesena 3 0,02 0,06 1 0,1 0,1 1 0,05 0,05 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
11 Benpasi 3 0,02 0,06 3 0,1 0,3 3 0,05 0,15 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
12 Oenenu 1 0,02 0,02 5 0,1 0,5 1 0,05 0,05 1 0,05 0,05 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
Oenenu
13 1 0,02 0,02 3 0,1 0,3 1 0,05 0,05 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
Selatan
Oenenu
14 1 0,02 0,02 3 0,1 0,3 1 0,05 0,05 5 0,05 0,25 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
Utara
15 Oelami 1 0,02 0,02 3 0,1 0,3 1 0,05 0,05 1 0,05 0,05 3 0,1 0,3 3 0,15 0,45
16 Naiola 3 0,02 0,06 3 0,1 0,3 1 0,05 0,05 3 0,05 0,15 3 0,1 0,3 5 0,15 0,75
Rata-rata 2,375 3,125 1,875 2,750 3,250 3,500

B a b 5 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Lanjutan

Kelurahan/ Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


No Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring
Desa 25 26 27 28 29 30
Kefamenanu
1 3 0,15 0,45 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05 3 0,015 0,045
Selatan
Kefamenanu
2 3 0,15 0,45 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03 3 0,015 0,045
Tengah
Kefamenanu
3 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05 3 0,015 0,045
Utara
4 Aplasi 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 3 0,01 0,03 5 0,015 0,075
5 Bansone 3 0,15 0,45 5 0,04 0,2 5 0,015 0,075 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03 3 0,015 0,045
6 Tubuhue 3 0,15 0,45 5 0,04 0,2 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 3 0,01 0,03 3 0,015 0,045
7 Sasi 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03 3 0,015 0,045
8 Maubeli 3 0,15 0,45 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05 5 0,015 0,075
9 Taekas 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 1 0,01 0,01 1 0,015 0,015
10 Oesena 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05 5 0,015 0,075
11 Benpasi 3 0,15 0,45 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 3 0,01 0,03 5 0,015 0,075
12 Oenenu 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03 3 0,015 0,045
Oenenu
13 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 1 0,01 0,01 1 0,015 0,015
Selatan
Oenenu
14 3 0,15 0,45 5 0,04 0,2 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03 3 0,015 0,045
Utara
15 Oelami 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05 5 0,015 0,075
16 Naiola 3 0,15 0,45 3 0,04 0,12 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05 5 0,015 0,075
Rata-rata 3,000 3,875 2,875 4,125 3,500 3,500

B a b 5 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Lanjutan

Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


No Kelurahan/ Desa Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring Bobot Skoring
31 32 33 34 35
1 Kefamenanu Selatan 3 0,01 0,03 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
2 Kefamenanu Tengah 3 0,01 0,03 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 3 0,01 0,03
3 Kefamenanu Utara 3 0,01 0,03 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
4 Aplasi 5 0,01 0,05 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
5 Bansone 5 0,01 0,05 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
6 Tubuhue 5 0,01 0,05 5 0,04 0,2 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 3 0,01 0,03
7 Sasi 3 0,01 0,03 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
8 Maubeli 5 0,01 0,05 5 0,04 0,2 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05
9 Taekas 3 0,01 0,03 3 0,04 0,12 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 1 0,01 0,01
10 Oesena 5 0,01 0,05 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
11 Benpasi 3 0,01 0,03 5 0,04 0,2 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05
12 Oenenu 3 0,01 0,03 3 0,04 0,12 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
13 Oenenu Selatan 3 0,01 0,03 3 0,04 0,12 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 1 0,01 0,01
14 Oenenu Utara 3 0,01 0,03 3 0,04 0,12 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 3 0,01 0,03
15 Oelami 5 0,01 0,05 3 0,04 0,12 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05
16 Naiola 5 0,005 0,025 3 0,04 0,12 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 5 0,01 0,05
Rata-rata 3,875 3,875 2,875 3,750 3,250

B a b 5 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Lanjutan

Nilai Nilai TOTAL


No Kelurahan/ Desa Bobot Skoring Bobot Skoring
36 37 SKOR
1 Kefamenanu Selatan 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3,533
2 Kefamenanu Tengah 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3,430
3 Kefamenanu Utara 3 0,015 0,045 1 0,01 0,01 3,282
4 Aplasi 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 3,271
5 Bansone 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 2,891
6 Tubuhue 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 3,377
7 Sasi 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 3,745
8 Maubeli 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 3,612
9 Taekas 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 2,821
10 Oesena 3 0,015 0,045 5 0,01 0,05 2,819
11 Benpasi 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 3,422
12 Oenenu 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 2,846
13 Oenenu Selatan 1 0,015 0,015 3 0,01 0,03 2,634
14 Oenenu Utara 3 0,015 0,045 3 0,01 0,03 2,906
15 Oelami 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 2,913
16 Naiola 5 0,015 0,075 5 0,01 0,05 3,590
Rata-rata 3,250 3,875 117,875
Sumber : Analisis TIM SPPIP Kefamenanu, 2012

B a b 5 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Keterangan:

Nilai 1 : Kesesuaian lokasi dengan regulasi Nilai 13 : Drainase Nilai 25 : Sesuai dengan RTRW Kab. TTU
Nilai 2 : Status pemilikan lahan Nilai 14 : Jalan lingkungan Nilai 26 : Permasalahan permukiman
Nilai 3 : Letak/kedudukan lokasi kawasan kumuh Nilai 15 : Kerawanan kesehatan & lingkungan Nilai 27 : Penyediaan air minum
Nilai 4 : Tingkat kepadatan penduduk Nilai 16 : Kerawanan sosial Nilai 28 : Saluran air limbah/jamban
Nilai 5 : Jumlah penduduk miskin Nilai 17 : Bencana rawan air bersih Nilai 29 : Pengelolaan sampah
Nilai 6 : Usaha ekonomi penduduk sektor informal Nilai 18 : Bencana genangan Nilai 30 : Drainase
Nilai 7 : Kepadatan rumah/bangunan Nilai 19 : Bencana longsor Nilai 31 : Jalan lingkungan
Nilai 8 : Kondisi rumah tidak layak huni Nilai 20 : Masalah rawan air bersih Nilai 32 : Penanganan permukiman
Nilai 9 : Kondisi tata letak/ketidakteraturan rumah/bangunan Nilai 21 : Masalah genangan Nilai 33 : Penyeidaan air minum
Nilai 10 : Penyediaan air minum Nilai 22 : Masalah longsor Nilai 34 : Saluran air limbah/jamban
Nilai 11 : Saluran air limbah/jamban Nilai 23 : Pembangunan dan pengembangan Nilai 35 : Pengelolaan sampah
Nilai 12 : Pengelolaan sampah permukiman Nilai 36 : Drainase
Nilai 24 : Pembangunan dan pengembangan Nilai 37 : Jalan lingkungan
infrastruktur

B a b 5 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Berdasarkan penilaian diatas teranalisis 4 kawasan prioritas di Perkotaan


Kefamenanu berdasarkan rangking yang memerlukan penanganan prioritas
pembangunan permukiman dan Infrastruktur perkotaan yaitu kawasan KM 6 – KM
9 (Desa Naiola, Kelurahan Sasi, Kelurahan Maubeli, Kelurahan Kefamenanu
Selatan, Kelurahan Kefamenanu Tengah, sebagian Kelurahan Benpasi dan
sebagian Kelurahan Tubuhue) dengan skor 3,377 – 3,745 sebagai kawasan
prioritas pertama; kawasan Kota Lama Kefamenanu (sebagian Kelurahan
Tubuhue, Kelurahan Kefamenanu Utara, Kelurahan, dan Kelurahan Aplasi)
dengan skor 3,271 – 3,377 sebagai kawasan prioritas kedua; kawasan prioritas
ketiga adalah kawasan Bansone (sebagian Kelurahan Benpasi, Kelurahan
Bansone, dan Kelurahan Oelami) dengan skor 2,913 – 3,422; dan kawasan
prioritas keempat adalah kawasan Taekas (Desa Taekas, Kelurahan Oesena,
Desa Oenenu, Desa Oenenu Selatan, dan Desa Oenenu Utara) dengan skor
2,634 – 2,906.

Tabel V.4.
Kawasan Prioritas Pembangunan Kawasan Permukiman di Perkotaan
Kefamenanu
KAWASAN
KELURAHAN KECAMATAN TOTAL SKOR
PRIORITAS
Sasi Kota Kefamenanu 3,745
Maubeli Kota Kefamenanu 3,612
Naiola Bikomi Selatan 3,590
Kefamenanu Selatan Kota Kefamenanu 3,533 I
Kefamenanu Tengah Kota Kefamenanu 3,430
Sebagian Benpasi Kota Kefamenanu 3,422
Sebagian Tubuhue Kota Kefamenanu 3,377
Sebagian Tubuhue Kota Kefamenanu 3,377
Kefamenanu Utara Kota Kefamenanu 3,282 II
Aplasi Kota Kefamenanu 3,271
Sebagian Benpasi Kota Kefamenanu 3,422
Bansone Kota Kefamenanu 2,891 III
Oelami Bikomi Selatan 2,913
Oenenu Utara Bikomi Tengah 2,906
Oenenu Bikomi Tengah 2,846
Taekas Miomaffo Timur 2,821 IV
Oesena Miomaffo Timur 2,819
Oenenu Selatan Bikomi Tengah 2,634
Sumber : Analisis TIM SPPIP Kabupaten Timor Tengah Utara, 2012

B a b 5 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 5.1.
Peta Kawasan Prioritas Pembangunan Permukiman & Infrastuktur Perkotaan Kefamenanu

B a b 5 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

5.1.3. Kawasan Prioritas Terpilih Strategi Pembangunan Permukiman Dan


Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu

A. Identifikasi Kawasan Prioritas

Identifikasi kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur Kota


Kefamenanu akan mengulas dari beberapa kawasan yang memiliki nilai/skor
tertinggi sampai dengan terendah berasal dari matrik kriteria dan indicator,
disesuaikan dengan kondisi serta kebijakan dari PEMDA agar dalam proses
pelaksanaan dapat searah dan sejalan dengan rencana yang telah disusun.

B. Karakteristik Kawasan Prioritas

Dari tabel atau matrik kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan
permukiman dan infrastruktur Perkotaan Kefamenanumaka hasil dalam penentuan
kawasan prioritas muncul sebanyak empat kawasan prioritas yang akan dibahas
berdasarkan karakteristik fisik serta potensi dan permasalahan meliputi:

1. Kawasan Prioritas I adalah Kawasan KM 0 – KM 9


Kawasan KM 9 terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan/desa, yaitu: Desa Naiola,
Kelurahan Sasi, Kelurahan Maubeli, Kelurahan Kefamenanu Selatan,
Kelurahan Kefamenanu Tengah, sebagian Kelurahan Benpasi dan sebagian
Kelurahan Tubuhue. Kawasan KM 2 – KM 9 berdasarkan hasil analisis
perhitungan skoring terhadap kriteria dan indikator kawasan prioritas
menunjukkan skor tertinggi dengan nilai 3,377 – 3,745. Kawasan KM 2 – KM 9
memiliki 2 karakteristik, yaitu: merupakan pintu gerbang Kota Kefamenanu
yang teridenfitikasi dengan adanya Tugu Selamat Datang dan Kantor DPRD
Kabupaten TTU yang cukup mendominasi kawasan KM 9, dan kawasan KM 0-
KM 6 yang memiliki karakteristik ke-kotaan dengan segala fasilitas pelayanan
baik pemerintahan, perdaganan dan jasa dan transportasi. Secara fungsi
kawasan ini teridentifikasi sebagai kawasan perkantoran (kantor bupati,
kompleks kantor SKPD, kantor DPRD, kantor BAPPEDA dan beberapa kantor
kecamatan/kelurahan), permukiman (permukiman swadaya/kampung dan
perumahan BTN), kawasan pendidikan (SD, SMP, SMA, dan Universitas
Timor) dan kawasan militer (YONIF 743).

B a b 5 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Kawasan KM 3 – KM 4 merupakan kawasan kantor bupati baru yang berada di


pusat Kota Kefamenanu dilengkapi dengan ruang terbuka publik dan dikelilingi
oleh berbagai fasilitas baik perkantoran, permukiman, perdagangan dan jasa,
serta transportasi (terminal). Namun sangat disayangkan bahwa keberadaan
kantor bupati ini tidak didukung oleh keberadaan komplek perkantoran SKPD
lainnya (terletak di Kelurahan Maubeli). Kawasan KM 6 ini saat ini sudah
mengarah pada perkembangan padat dan kumuh yang harus segera
dikendalikan dan diatur, terutama terkait pemanfaatan ruang agar struktur
ruang Kota Kefamenanu dapat diarahkan sesuai dengan fungsi dan perannya
untuk menghindari perkembangan kota yang chaos dan semakin tidak teratur.
Sedangkan kawasan KM 9 ini merupakan kawasan pengembangan baru di
Kota Kefamenanu yang harus segera ditangani, diarahkan dan dikendalikan
agar perkembangannya dapat diarahkan sesuai dengan fungsi tata ruang dan
mencegah terjadinya kekumuhan dengan melihat kompleksitas aktivitas yang
cukup tinggi tersebut.

Kawasan KM 9 juga memiliki potensi pariwisata dengan daya tarik seni


budaya dan permukiman tradisional bersejarah (Raja Sanak dan Raja Bana)
di Kelurahan Tubuhue.

A. Kondisi Lokasi

Kawasan KM 0 - KM 9 meliputi empat kelurahan/desa terdiri dari Desa Naiola,


Kelurahan Sasi, dan Kelurahan Maubeli, sebagian Kelurahan Tubuhue,
Kefamenanu Selatan dan Kefamenanu Tengah yang dekat dengan pusat
administrasi, dari kondisi fisik ke tujuh kelurahan dan desa tersebut beberapa
kelurahan merupakan kawasan permukiman cepat tumbuh serta pertumbuhan
kegiatan ekonominya cepat tumbuh ditambah potensi kawasan cagar budaya
rumah adat Maslete Tubuhue (Raja sanak dan Raja Bana).

Kawasan KM 9 merupakan kawasan pengembangan Baru yang mulai dipacu


dan dibentuk pertumbuhan permukiman infrastrukturnya dan kegiatan serta
aktifitasnya dengan membuka pengembangan kawasan baru harapannya
mulai bergeser kegiatan dan aktifitas masyarakat untuk menekan
pertumbuhan cepat di kawasan Pusat Administrasi serta lebih mengarahkan
kepada pertumbuhan baru di gerbang Kota Kefamenanu.

Aktivitas yang sangat kompleks dan munculnya embrio baru di KM9 menjadi
perubahan bagi kawasan gerbang Kota kefamenanu kondisi saat ini

B a b 5 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

didominasi oleh permukiman kawasan perkantoran pemerintahan meliputi


(kantor DPRD, Kantor BAPPEDA serta dinas instasi lain SKPD di Kelurahan
Maubeli sedangkan di Kelurahan Sasi mulai tumbuh embrio kawasan rumah
sewa kontak/indekost karena dampak dari adanya UNIMOR kemudian
sekolah Pastor dan kegiatan belajar keagamaan, secara potensi di Sasi yang
memiliki sentra kain tenun ikat khas Kefa yang nantinya diharapkan sebagai
motor penggerak kegiatan pusat seni dan pusat oleh-oleh.

Kondisi kegiatan di Kelurahan Maubeli yang menjadi sentra unggulan kegiatan


petani sayur mayur serta lokasi yang strategis, upaya potensi dari warga yang
berkeinginan kuat utuk menjadi daerah kuliner khas Kefa, sedangkan di
Kelurahan sebagian Tubuhue memiliki daya tarik dalam budaya berupa masih
terjaganya rumah adat Maslete Tubuhue (Sanak dan Bana) yang memiliki
agenda rutinitas tahunan dan kegiatan kecil lainnya dengan konsep ke
pariwisata dapat dikemas dan menjadi daya tarik khusus paket wisata bagi
Kota Kefamenanu disekitar kawasan Gerbang Kota Kefamenanu.

Kawasan kelurahan Kefa Tengah yang sudah lengkap prasarana dan sarana
skala Kota serta potensi ekonomi bergerak di kegiatan perdagangan dan jasa
dengan pengembangan dan pembangunan pasar baru menjadi kawasan yang
dapat menyerap kegiatan ekonomi, terbukti masih eksisnya pasar lama
sebagai lokasi kegiatan ekonomi di daerah ‘Kefa Atas’.

Kefamenanu Selatan yang memiliki potensi dalam kegiatan sirkulasi dan


aktifitas mobilisasi dengan adanya terminal antar Kota dan Antar Kabupaten
menjadi daya tarik kegiatan ekonomi serta jasa walaupun kondisi tersebut
jauh dari kelengkapan serta pemenuhan skala pelayanan kota potensi
tersebut sebagai magnet dan daya tarik kegiatan serta pendapatan
masyarakat maupun daerah dalam bentuk retribusi, potensi lain adalah di
lingkungan Tauf yang kondisinya belum tersedianya jembatan akses
penghubung karena potensi utama dari lingkungan tersebut adalah sayur
mayur.

Desa Naiola sendiri sebagai desa yang menjadi perbatasan secara


administrasi antara Kota dan desa (kawasan hinterland) mengarah kepada
permukiman baru dari developer dengan adanya kawasan Perumahan BTN
serta memacu munculnya perumahan baru disekitarnya, dengan rencana
kedepen pengembangan kawasan yang dijadikan sebagai gerbang Kota Kefa

B a b 5 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

maka dibangun Terminal Internasional sebagai bentuk transit RI ke RDTL


maupun sebaliknya juga tahapan rencana pengembangan kawasan
pergudangan dan depo barang sebagai penunjang kegiatan perekonomian.
Kawasan ini meliputi sebagai Kecamatan Kota Kefamenanu (Kel. Sasi, Kel.
Maubeli dan Kel. Tubuhue) dan Kecamatan Bikomi Selatan (Desa Naiola),
lokasinya kawasan tersebut sangat strategis berada di gerbang pusat kota
dengan aktivitas perdagangan dan jasa yang harapannya menarik masyarakat
untuk bermukim di sekitarnya.

Kawasan sebagian Benpasi lokasinya sangat strategis berada di pusat kota


dengan aktivitas permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa yang
harapannya dapat menekan angka pertumbuhan di sekitar pusat Kota dan
mengarahkan masyarakat untuk bermukim di sekitarnya tentunya difasilitasi
dengan kelengkapan prasarana dan sarana permukiman serta
infrastrukturnya.

Kondisi tersebut yang menjadi pengaruh kawasan tersebut dikembangkan


menjadi kawasan prioritas I karena sebagai pemacu perubahan fisik maupun
non fisik di Kota Kefamenanu, walaupun dalam penyediaan prasarana dan
sarana serta infrastruktur yang masih sangat minim menjadi arahan dan
tujuan merubah fisik Kota serta masyarakat untuk membangun dan
menjadikan Kota Kefamenanu yang lebih baik ‘maju, makmur dan
berkesinambungan’.

B. Fungsi Bangunan/Kawasan

Kawasan ini merupakan kawasan permukiman padat penduduk, kawasan


campuran yang terkesan terpisah dengan lingkungan Pusat Administrasinya
terkesan tercampur dengan permukiman, secara kawasan kurang fokus
terhadap fungsi ruang dan penggunaannya meliputi perkantoran dan pusat
perdagangan jasa serta sebagian kecil berupa pertanian tanaman sayur,
ladang, tepi sempadan DAS Benain dan padang rumput, hal tersebut sesuai
dengan RTRW Kota Kefamenanu.

C. Kondisi Fisik Bangunan

Kondisi fisik bangunan perumahan dan permukiman di Kawasan Pusat Kota


dan pengembangan Baru memiliki nilai skor yang sedang antara 3,377 –
3,745 dikarenakan sebagai kawasan yang memiliki banyak kegiatan mulai dari

B a b 5 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

permukiman, pendidikan, perkantoran, kawasan pusat Administrasi Kota


kefamenanu (Kantor Bupati) serta kawasan potensi dalam perdagangan, jasa
dan kawasan pendidikan, serta keinginan masyarakat yang menginkan
perubahan dalam membangun kawasan Pengembangan Baru Benpasi
menjadi perubahan fisik Kota yang dapat mengarah kepembangunan Kota
yang lebih baik (kota yang nyaman dan tentram).

Kondisi fisik bangunan perumahan dan permukiman di Kawasan KM 9


memiliki nilai skor yang tinggi antara 3,342 sampai 3,595 dikarenakan sebagai
kawasan yang memiliki banyak kegiatan mulai dari permukiman, pendidikan,
perkantoran, kawasan militer serta kawasan potensi dalam seni dan budaya
serta keinginan masyarakat yang menginkan perubahan kuat dalam
membangun kawasan Baru menjadi perubahan fisik Kota yang dapat
mengarah kepembangunan di sektor yang lain (motorik).

Bangunan permukiman di kawasan ini didominasi oleh bangunan permanen


dan setengah permanen, tetapi masih banyak pula dijumpai bangunan
kontroksi rumah yang tidak permanen secara menyebar di semua kelurahan
persentase 35% tidak permanen 25% semi permanen dan 40% permanen.
Fisik bangunan di kawasan ini menempati kapling yang mulai terbatas dengan
kawasan yang mulai ke cenderung kumuh dan semrawut dengan kondisi KDB
60-80%.

D. Fungsi/Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi yang berkembang di kawasan ini yaitu kegiatan


perdagangan dan jasa serta mulai muncul usaha kelompok Kain tenun Ikat
serta kelompok tani sayur mayur menjadi kawasan tersebut sebagai basis
kegiatan ekonomi, Budaya dan seni dengan kategori tinggi (peringkat skor 1-4
dalam rangking).

E. Kepemilikan Bangunan

Status kepemilikan bangunan di kawasan ini yaitu mayoritas kepemilikan


pribadi, tanah Adat dan tanah milik PEMDA hak guna pakai/sewa. Hal ini
menunjukkan bahwa kawasan ini sebagian besar merupakan tanah milik
masyarakat asli masyarakat pendatang dengan berbagai etnis (jawa, bugis,
kupang dan daerah sekitarnya).

B a b 5 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

F. Kondisi Prasarana

1. Jalan

Sebagian besar, lebar jalan lingkungan yang ada di kawasan mayoritas


masih tanah dengan perkerasan sedangkan kondisi jalan yang sudah
teraspal dan beton hanya sebagian besar di jalan utama, namun tidak
sedikit pula yang masih tanah dan batu. Berdasarkan kriteria kondisi jalan
mempunyai skor tinggi, yang berarti kondisinya rusak/tidak baik perlu
peningkatan jalan. Di Kawasan ini sebagian besar jalan lingkungannya
secara fisik dalam kondisi tidak baik/rusak.

G. Kondisi Lingkungan

1. Drainase

Sistem drainase di Kawasan KM 9 (Sasi, Maubeli, Kefa Selatan dan Kefa


Tengah) termasuk dalam sistem dan sub sistem DAS Benain.
Permasalahan drainase yang dihadapi di kawasan ini adalah adanya
minimnya pembangunan saluran drainase di setian jalan lingkungan dan
utama dengan kondisi yang tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga
pada saat musim hujan dapat mengakibatkan luberan air ke rumah
penduduk maupun ke jalan yang lambat laun merusak fungsi lainnya, debit
dan volume air yang tinggi tidak diimbangi dengan dimensi saluran yang
memadai, selain itu juga disebabkan karena bentuk saluran drainase yang
berkelok di kawasan permukiman disertai semakin menyempitnya saluran
di wilayah hilir. Hal ini menyebabkan terjadinya banjir/genangan pada jalan
dan rumah warga walaupun sesaat. permasalahan longsor yang berada
disekitar bantaran sungai dan daerah yang memiliki kelerengan curam juga
menjadi ancaman rawan longsor. Sehingga kondisi drainase di Kawasan
KM 9 dikategorikan rusak (skor tinggi).

2. Air Bersih

Jaringan air bersih berupa jaringan PDAM sumber dari Mutis belum
dirasakan oleh sebagian penduduk di Kawasan KM 9, sehingga sebagian
masyarakat memanfaatkan sumur dangkal, sungai, air tanah melalui sumur
sebagai sumber air bersih. Kondisi air bersih di kawasan ini termasuk
dalam kategori kurang memadai (rawan air bersih).

B a b 5 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Air Limbah/ Sanitasi

Air limbah di Kawasan KM 9 mempunyai kriteria yang masih tinggi darurat


(skor 5) karena air limbah menimbulkan permasalahan. Sanitasi/limbah
masih menjadi satu dengan saluran drainase antara limbah rumah tangga
dengan limbah ternak. Terjadi degradasi lingkungan pada kawasan
permukiman KM 9, walaupun sudah terdapat sistem sanitasi umum namun
jumlah dan kondisinya belum berfungsi secara optimal, karena minimnya
sumber air bersih, sedangkan sanitasi kelurga masih banyak jamban
darurat dan kamarmandi darurat karena masih banyak KK miskin

4. Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan KM 9 dapat dikatakan


kurang minim pelayanan (skor 5), penyediaan prasarana dan sarana
persampahan seperti tong sampah, TPS dan sistem pengangkutan
sampah masih minim di kawasan ini 90% onsite.

Ditambah sebagian besar pola perilaku masyarakat kurang kesadaran


dalam kesehatan lingkungan serta masih membuang sampah ke
sungai/saluran drainase yang menyebabkan saluran drainase penuh
dengan sampah dan menjadi salah satu penyebab terjadinya
banjir/genangan, belum adanya kesadaran dalam mengelola sampah
secara mandiri karena minimnya informasi dalam penanganan dan
penanggulangan sampah secara 3R dikawasan ini.

5. Rawan Kebakaran dan Longsor

Kondisi kawasan di sekitar Kawasan Kota Lama yang cenderung padat


sangat memungkinkan terjadinya bencana kebakaran terutama di kawasan
permukiman dengan kondisi rumah semi permanen dan tidak permanen
antisipasi dalam penyediaan alat pemadam kebakaran dan hydrant umum
masih sangat terbatas, prasarana dan sarana mobil pemadam juga belum
tersedia, yang kedua adalah penyediaan air sebagai tempat tandon untuk
kebakaran karena lokasi sumber air yang ada di perbatasan kecamatan
kota.

Sedangkan kawasan longsor disepanjang bantaran sungai dan daerah


yang memiliki kelerengan yang curam, longsor terjadi akibat secara alam
maupun buatan dari alam karena daerah yang minim di sepanjang DAS

B a b 5 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

dengan penghijauan sedangkan longsor secara buatan dengan


penggalian material untuk bahan baku batu bata merah maupun
penambangan pasir dan batu kali didaerah sungai.

B a b 5 | 31
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 5.2. Peta Kawasan Prioritas I Kawasan KM 9

B a b 5 | 32
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

B a b 5 | 33
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Kawasan Prioritas II adalah Kawasan Kota Lama Kefamenanu


Kawasan Kota Lama Kefamenanu terdiri dari 3 (tiga) kelurahan/desa, yaitu:
sebagian Kelurahan Tubuhue, Kelurahan Kefamenanu Utara, dan Kelurahan
Aplasi. Kawasan Kota Lama ditetapkan sebagai kawasan prioritas II melalui
perhitungan terhadapat kriteria dan indikator kawasan prioritas dengan hasil
skoring 3,271 – 3,377.
Kawasan Kota Lama merupakan pusat Kota Kefamenanu di masa lalu, dimana
aktivitas yang cukup menonjol pada kawasan ini adalah pendidikan,
perkantoran lama (DPU), dan permukiman, serta beberapa bangunan lama
seperti: gereja. Sebagian bentuk dan arsitektur bangunan pada kawasan ini
teridentifikasi merupakan bangunan lama dan kuno yang layak untuk
dikonservasi dan preservasi. Selain itu, pada kawasan Kota Lama terdapat
ruang terbuka publik kota yang bersifat aktif yang direncanakan sebagai taman
kota.

A. Kondisi Lokasi

Kawasan Kota Lama Kefamenanu meliputi tiga kelurahan/desa terdiri dari


Sebagian Kelurahan Tubuhue, Kelurahan Aplasi dan Kefa Utara, dari
kondisi fisik ke tiga kelurahan merupakan kawasan permukiman cepat
tumbuh serta pertumbuhan kegiatan ekonomi yang mulai tumbuh serta
yang perlu dikontrol dan diarahkan karena sebagai kawasan pertumbuhan
baru di daerah Naen, kawasan Kota Lama merupakan kawasan
pengembangan dari jaman penjajahan Belanda.

Kondisi kawasan kota lama Kelurahan Aplasi, sebagian Tubuhue dan Kefa
Utara pertumbuhan permukiman, infrastruktur dan kegiatan serta
aktifitasnya perlu peningkatan dengan menjadi kawasan prioritas ke II
harapannya mulai bergeser kegiatan dan aktifitas masyarakat untuk
merahkan dan mengontrol pertumbuhan mulai tumbuh di kawasan
tersebut.

Kelurahan sebagian Tubuhue adalah kawasan berpotensi sebagai


pengembangan kawasan permukiman baru karena masih tersedia lahan
yang sangat luas. Kawasan Sebagian Tubuhue juga memiliki potensi
seperti tambang batu dan pasir sungai, tambang emas Tubuhue (saat ini
dalam tahap penelitian) pembuatan batu bata merah, biji mete dan nanas,

B a b 5 | 34
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

sebagian Tubuhue juga memerlukan akses jembatan agar kawasan


tersebut cepat berkembang aktifitas dan kegiatannya

Kawasan kefa Utara yang memiliki daerah yang menuju ke Timor Leste
RDTL menjadi kawasan batas dari Kecamatan Kota yang masih memiliki
kawasan permukiman yang masih luas, kondisi daerah yang relatif
berkontur dengan interval yang rendah serta sudah mulai terlengkapi
prasarana dan sarananya.

Kawasan Kelurahan Aplasi yang memiliki kawasan sejarah dahulunya


sebagai induk Kota Kefamenanu (kota lama) serta memiliki potensi
pendidikan karena lengkapnya prasarana dan sarana pendidikan dasar di
kawasan tersebut serta potensi alam berupa tanah liat sebagai bahan
material Batu bata Merah serta hasila alam berupa buah nanas dan jambu
mete yang belum diolah secara optimal.

Kondisi tersebut yang menjadi pengaruh kawasan tersebut dikembangkan


menjadi kawasan prioritas II karena sebagai pemacu perubahan fisik
maupun non fisik di Kota Kefamenanu terutama di sekitaran kawasan KM 5
hingga KM 0 serta kawasan diatasnya, walaupun dalam penyediaan
prasarana dan sarana serta infrastruktur yang masih sangat minim menjadi
arahan dan tujuan merubah fisik Kota serta mendorong dan memacu
masyarakat untuk membangun dan menjadikan Kota Kefamenanu yang
lebih baik ‘maju, makmur dan berkesinambungan’.

B. Fungsi Bangunan/Kawasan

Kawasan ini merupakan kawasan permukiman penduduk, kawasan


campuran yang terkesan terpisah dengan lingkungan Pusat
Administrasinya kecuali Kelurahan Aplasi yang dekat dengan pusat
pemerintahan, Permukiman sebagian Tubuhue yang terpisah akibat belum
selesainya pembangunan jembatan Maubeli dengan Tubuhue terutama di
Lingkungan Naen yang di tempati oleh eks Reseetlement dengan
bangunan semi permanen bangunan secara mayoritas difungsikan sebagai
rumah penduduk sedangkan kawasan masih sangat luas yang berbentuk
kebun dan lahan pertanian kering, ladang, tepi sempadan DAS Benain dan
padang rumput.

B a b 5 | 35
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Sedangkan di Kefa Utara yang sudah banyak kawasan permukiman


dengan fungsi bangunan lebih ke rumah dan kegiatan perdagangan dan
jasa di sepanjang jalan utama menuju Ke Wini, Kelurahan aplasi yang
sudah banyak fungsi bangunan campuran dari Rumah penduduk Kantor
Pemerintahan, Bangunan Pendidikan serta kegiatan perdagangan dan jasa
hal tersebut sesuai dengan RTRW Kota Kefamenanu.

C. Kondisi Fisik Bangunan

Kondisi fisik bangunan perumahan dan permukiman di Kawasan Kota


Lama memiliki nilai skor yang sedang antara 3,271 – 3,377 dikarenakan
sebagai kawasan yang memiliki banyak kegiatan mulai dari permukiman,
pendidikan, perkantoran, serta kawasan potensi dalam perdagangan, jasa
dan kawasan pendidikan, keinginan masyarakat dalam merubah Kota
Lama menjadi perubahan fisik Kota Lama yang Asri dengan potensi
Kawasan pendidikan serta sentra kerajinan dari tanah liat (batu bata,
Gerabah dan lainnya) yang dapat mengarah kepembangunan Kota yang
lebih baik (kota yang nyaman dan tentram).

Bangunan permukiman di kawasan ini didominasi oleh bangunan


permanen dan setengah permanen, tetapi masih banyak pula dijumpai
bangunan kontruksi rumah yang tidak permanen secara menyebar di
semua kelurahan persentase 35% tidak permanen 25% semi permanen
dan 40% permanen. Fisik bangunan di kawasan ini menempati kapling
yang masih banyak lahan kosong dengan kondisi KDB 40-60%.

D. Fungsi/Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi yang berkembang di kawasan ini yaitu kegiatan


Pendidikan, perdagangan dan jasa serta mulai muncul usaha kelompok
Kain tenun Ikat serta kelompok tani sayur mayur menjadi kawasan tersebut
sebagai basis kegiatan ekonomi, Budaya dan seni dengan.

B a b 5 | 36
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

E. Kepemilikan Bangunan

Status kepemilikan bangunan di kawasan ini yaitu mayoritas kepemilikan


pribadi, tanah Adat, tanah milik militer, kepolisian dan tanah milik PEMDA
serta hak guna pakai/sewa. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini
sebagian besar merupakan tanah milik masyarakat asli masyarakat
pendatang dengan berbagai etnis (jawa, bugis, kupang dan daerah
sekitarnya).

F. Kondisi Prasarana

1. Jalan

Sebagian besar, lebar jalan lingkungan yang ada di kawasan mayoritas


masih tanah dengan perkerasan sedangkan kondisi jalan yang sudah
teraspal dengan baik hanya sebagian besar di jalan utama dan jalan
provinsi, namun kondisi jalan lingkungan yang masih tanah dan
perkerasan. Berdasarkan kriteria kondisi jalan dengan kondisi rusak
sedang di jalan utama dan kondisi rusak di jalan lingkungan, yang berarti
kondisinya rusak/tidak baik perlu peningkatan jalan. Di Kawasan ini
sebagian besar jalan lingkungannya secara fisik dalam kondisi tidak
baik/rusak.

G. Kondisi Lingkungan

1. Drainase

Sistem drainase di Kawasan Kota lama termasuk dalam sistem dan sub
sistem DAS Benain serta anak sungai kecil. Permasalahan drainase yang
dihadapi di kawasan ini adalah adanya minimnya pembangunan saluran
drainase di setian jalan lingkungan dan utama dengan kondisi yang tidak
dapat berfungsi dengan baik sehingga pada saat musim hujan dapat
mengakibatkan luberan air ke rumah penduduk maupun ke jalan yang
lambat laun merusak fungsi lainnya, debit dan volume air yang tinggi tidak
diimbangi dengan dimensi saluran yang memadai, selain itu juga
disebabkan karena bentuk saluran drainase yang berkelok di kawasan
permukiman disertai semakin menyempitnya saluran di wilayah hilir. Hal ini

B a b 5 | 37
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

menyebabkan terjadinya banjir/genangan pada jalan dan rumah warga


walaupun sesaat, permasalahan longsor yang berada disekitar bantaran
sungai dan daerah yang memiliki kelerengan curam juga menjadi ancaman
rawan longsor. Sehingga kondisi drainase di Kawasan Pengembangan
Baru benpasi dikategorikan tidak berfungsi dengan baik serta perlu
pembangnan saluran dan pencegahan daerah rawan longsor (rangking ke
dua).

2. Air Bersih

Jaringan air bersih berupa jaringan PDAM sumber dari Mutis masih
terkesan masih kurang belum dinikmati oleh sebagian penduduk di
Kawasan Kota Lama, sehingga sebagian masyarakat memanfaatkan
sumur dangkal, sungai, air tanah melalui sumur sebagai sumber air bersih.
Kondisi air bersih di kawasan ini termasuk dalam kategori rawan air
terutama di Kelurahan sebagian Tubuhue.

3. Air Limbah/ Sanitasi

Air limbah di Kawasan Kota Lama mempunyai kriteria yang sedang


(rangking peringkat ke 2) sebagian besar pengelolaan dikawasan
permukiman yang sudah memiliki jamban mandiri serta dikawasan pusat
kota kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban mandiri keterlibatan
NGO Plan dan program PNPM dalam penanganan jamban sehat.

Air limbah menimbulkan permasalahan sekitaran permukiman penduduk


yang masih terbuka dan belum memiliki pengelolaan limbah sendiri masih
menjadi satu dengan saluran air hujan atau langsung dibuang di
pekarangan, Sanitasi/limbah masih menjadi satu dengan saluran drainase
antara limbah rumah tangga dengan limbah ternak.

Kelurahan sebagian Tubuhue termasuk di lingkungan pada kawasan Kota


lama, walaupun sudah terdapat sistem sanitasi umum namun jumlah dan
kondisinya belum berfungsi secara optimal, karena minimnya sumber air
bersih, sedangkan sanitasi kelurga masih banyak jamban darurat dan
kamarmandi darurat karena masih banyak KK miskin

4. Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Kota lama dapat dikatakan


masih minim pelayanan (skala kota), penyediaan prasarana dan sarana

B a b 5 | 38
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

persampahan seperti tong sampah, TPS dan sistem pengangkutan


sampah masih minim dan kurang di kawasan ini 90% onsite.

Ditambah sebagian besar pola perilaku masyarakat kurang kesadaran


dalam kesehatan lingkunganserta masih membuang sampah ke
sungai/saluran drainase yang menyebabkan saluran drainase penuh
dengan sampah dan menjadi salah satu penyebab terjadinya
banjir/genangan, belum adanya kesadaran dalam mengelola sampah
secara mandiri karena minimnya informasi dalam penanganan dan
penanggulangan sampah secara 3 R di kawasan ini.

5. Rawan Kebakaran dan Longsor

Kondisi kawasan di sekitar Kawasan Kota Lama yang cenderung padat


sangat memungkinkan terjadinya bencana kebakaran terutama di kawasan
permukiman dengan kondisi rumah semi permanen dan tidak permanen
antisipasi dalam penyediaan alat pemadam kebakaran dan hydrant umum
masih sangat terbatas, prasarana dan sarana mobil pemadam juga belum
tersedia, yang kedua adalah penyediaan air sebagai tempat tandon untuk
kebakaran karena lokasi sumber air yang ada di perbatasan kecamatan
kota.

Sedangkan kawasan longsor disepanjang bantaran sungai dan daerah


yang memiliki kelerengan yang curam, longsor terjadi akibat secara alam
maupun buatan dari alam karena daerah yang minim di sepanjang DAS
dengan penghijauan sedangkan longsor secara buatan dengan penggalian
material untuk bahan baku batu bata merah maupun penambangan pasir
dan batu kali didaerah sungai.

B a b 5 | 39
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 5.3. Peta Kawasan Prioritas II Kawasan Kota Lama

B a b 5 | 40
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Kawasan Prioritas III adalah Kawasan Bansone


Kawasan Bansone merupakan kawasan prioritas III dengan nilai skoring
terhadap kriteria dan indikator kawasan prioritas sebesar 2,913 – 3,422.
Kawasan Bansone terdiri dari 3 (tiga) kelurahan, yaitu: sebagian Kelurahan
Benpasi, Kelurahan Bansone, dan Kelurahan Oelami.
Kawasan Bansone yang ditetapkan sebagai kawasan prioritas III memiliki
potensi pertanian yang cukup besar, khususnya pertanian hortikultura sayuran.
Kawasan Bansone termasuk kawasan yang terisolasi karena terpisahkan oleh
Sungai Bansone yang cukup lebar dan disertai tidak adanya akses berupa
jembatan, sehingga masyarakat kawasan ini harus memutar ketika akan
menuju ke Kota Kefamenanu untuk menjual hasil pertanian. Hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab miskinnya kawasan Bansone.

A. Kondisi Lokasi

Kawasan Bansone meliputi tiga kelurahan terdiri dari Sebagian Kelurahan


Benpasi, Kelurahan Bansone, dan sebagian Kelurahan Oelami, dari kondisi
fisik ke tiga kelurahan merupakan kawasan permukiman tumbuh sedang serta
pertumbuhan kegiatan ekonomi yang lambat tumbuh yang perlu dipacu angka
pertumbuhan dan kegiatan perekonomiannya terutama Kawasan sebagian
Benpasi Kelurahan Bansone, serta Kelurahan Oelami.

Kawasan Bansone dan Sebagian benpasi merupakan kawasan yang memiliki


jarak yang dekat dengan Pusat Administrasi Kota Kefa karena faktor alam
yang membuat beberapa kawasan menjadi lambat pertumbuhannya dan
perkembangannya karena tidak terakomodir oleh akses berupa jembatan
sehingga pada saat musim hujan kawasan tersebut terisolir karena akses
terdekat harus melintasi sungai besar, terutama lingkungan RT 20,21 dan 22
di Kelurahan Benpasi sedangkan di Kelurahan Bansone di lingkungan
Maumolo sumber energi berupa listrik juga belum terakses hingga ke
lingkungan tersebut, kondisi demikian yang menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangannya melambat.

Kondisi tersebut memacu pertumbuhan permukiman, infrastruktur dan


kegiatan serta aktifitasnya perlu ditingkatkan dengan menjadi kawasan
prioritas ke II harapannya adalah perkembangan dan pertumbuhan Kawasan

B a b 5 | 41
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Basone dapat mengalami pembangunan yang sama dengan kawasan lainnya


yang lebih dekat dengan pusat Kota.

Mulai merubah perilaku dan budaya untuk yang terbaik bagi pembangunan
dan perkembangan Kota Kefamenanu, dengan memberikan motivasi
pemebangunan secara mandiri dan berbasis masyarakat sehingga dapat
menciptakan rasa peduli terhadap lingkungan.

Aktivitas yang sangat kompleks dan permasalahan berkaitan dengan


Kawasan Bansone dapat menjadi contoh perubahan bagi kawasan lainnya
dengan kondisimasalah yang sama, kecenderungan kawasan Bansone yang
bertitik berat ke pertanian sayur mayur terutama Kelurahan Oelami dan
Bansone terutama lingkungan Maumolo yang menjadi lumbung sayur Kota
Kefamenanu kondisi ini dengan peningkatan pembangunan pertanian sayur
mayur secara intensif dan terpadu dapat menjadi upaya peningkatan hasil
tanaman sayur yang dapat meningkatkan taraf pendapatan petani sayur.

Kondisi kawasan mayoritas adalah Kawasan Permukiman, ladang,


perkebunan, lahan pertanian sayur mayur dan tanah kosong sedangkan
potensi kawasan adalah kawasan berpotensi sebagai pengembangan
kawasan permukiman baru karena masih tersedia lahan yang sangat luas.

Sebagian Benpasi merupakan kawasan yang terisolir karena tidak adanya


akses berupa jembatan menuju ke lingkungan RT 20,21 dan 22 karena lahan
permukiman yang masih sangat luas serta memiliki potensi berupa
pengolahan hasil dari pohon lontar berupa pembuatan gula merah dan
minuman tradisional khas Kefamenanu, serta mulai muncul embrio kegiatan
peternakan sapi, babi dan kambing karena luasnya kawasan yang belum
difungsikan.

Kawasan prioritas ke III Bansone lokasinya sangat strategis berada di sebelah


pusat kota dengan aktivitas permukiman, pertanian sayuran dan holtikultura,
perdagangan dan jasa yang harapannya dapat memacu pertumbuhan di
sekitar pinggiran Kota dan mengarahkan masyarakat untuk bermukim di
sekitarnya tentunya difasilitasi dengan kelengkapan prasarana dan sarana
permukiman serta infrastrukturnya.

Kondisi tersebut yang menjadi pengaruh kawasan tersebut dikembangkan


menjadi kawasan prioritas III karena sebagai pemacu perubahan fisik maupun

B a b 5 | 42
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

non fisik di Kota Kefamenanu terutama di sekitaran kawasan Bansone serta


kawasan diatasnya, walaupun dalam penyediaan prasarana dan sarana serta
infrastruktur yang masih sangat minim menjadi arahan dan tujuan merubah
fisik Kota serta mendorong dan memacu masyarakat untuk membangun dan
menjadikan Kota Kefamenanu yang lebih baik ‘maju, makmur dan
berkesinambungan’.

B. Fungsi Bangunan/Kawasan

Kawasan ini merupakan kawasan permukiman penduduk yang lambat


pertumbuhannya, kawasan permukiman yang terkesan terpisah dengan jarak
yang saling berjauhan dengan lingkungan, kedepan dapat menjadi pusat
perdagangan jasa pertanian sayur mayur serta sebagian kecil berupa
pertanian tanaman sayur, ladang, tepi sempadan DAS Benain dan padang
rumput, hal tersebut sesuai dengan RTRW Kota Kefamenanu.

C. Kondisi Fisik Bangunan

Kondisi fisik bangunan perumahan dan permukiman di Kawasan Bansone


memiliki nilai skor yang sedang antara 2,724 sampai 2,913 dikarenakan
sebagai kawasan yang memiliki kegiatan rutinitas sebagai kawasan
permukiman, dengan menjadi kawasan prioritas ke III dan keinginan
masyarakat dapat melakukan perubahan dalam membangun kawasan
Bansone menjadi perubahan fisik Kota yang dapat mengarah
kepembangunan Kota yang lebih baik (Kawasan yang nyaman, tentram dan
unggulan di sektor pertanian sayur mayur).

Bangunan permukiman di kawasan ini didominasi oleh bangunan tidak


permanen dan setengah permanen, tetapi terdapat bangunan rumah
permanen secara menyebar di semua kelurahan persentase 55% tidak
permanen 25% semi permanen dan 20% permanen. Fisik bangunan di
kawasan ini menempati kapling yang luas dengan kawasan kondisi KDB 30-
50%.

B a b 5 | 43
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

D. Fungsi/Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi yang berkembang di kawasan ini yaitu kegiatan


perdagangan dan jasa dan sektor pertanian sayur mayur dan holtikultura
disertai kelompok Kain tenun Ikat dan kelompok tani sayur mayur menjadi
kawasan tersebut sebagai basis kegiatan ekonomi, pertanian sayur mayur
dan holtikultura dengan sedang (peringkat skor 11-13 dalam rangking).

E. Kepemilikan Bangunan

Status kepemilikan bangunan di kawasan ini yaitu mayoritas kepemilikan


pribadi, tanah Adat dan tanah milik PEMDA serta hak guna pakai/sewa. Hal ini
menunjukkan bahwa kawasan ini sebagian besar merupakan tanah milik
masyarakat asli masyarakat dan pendatang daerah sekitarnya.

F. Kondisi Prasarana

1. Jalan

Sebagian besar, lebar jalan lingkungan yang ada di kawasan mayoritas masih
tanah dengan perkerasan sedangkan kondisi jalan yang sudah teraspal
dengan baik hanya sebagian besar di jalan utama dan jalan provinsi, namun
tidak sedikit pula yang masih tanah dan susunan batu. Berdasarkan kriteria
kondisi jalan mempunyai skor tinggi, yang berarti kondisinya rusak/tidak baik
perlu peningkatan jalan. Di Kawasan ini sebagian besar jalan lingkungannya
secara fisik dalam kondisi tidak baik/rusak.

G. Kondisi Lingkungan

1. Drainase

Sistem drainase di Kawasan Bansone termasuk dalam sistem dan sub sistem
DAS Benain serta anak sungai kecil. Permasalahan drainase yang dihadapi di
kawasan ini adalah adanya minimnya pembangunan saluran drainase di
setian jalan lingkungan dan utama dengan kondisi yang tidak dapat berfungsi
dengan baik sehingga pada saat musim hujan dapat mengakibatkan luberan
air ke rumah penduduk maupun ke jalan yang lambat laun merusak fungsi

B a b 5 | 44
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

lainnya, debit dan volume air yang tinggi tidak diimbangi dengan dimensi
saluran yang memadai, selain itu juga disebabkan karena bentuk saluran
drainase yang berkelok di kawasan permukiman disertai semakin
menyempitnya saluran di wilayah hilir. Hal ini menyebabkan terjadinya
banjir/genangan pada jalan dan rumah warga walaupun sesaat,
permasalahan longsor yang berada disekitar bantaran sungai dan daerah
yang memiliki kelerengan curam juga menjadi ancaman rawan longsor.

Sehingga kondisi drainase di Kawasan Bansone dikategorikan tidak berfungsi


dengan baik serta perlu pembangnan saluran dan pencegahan daerah rawan
longsor (rangking ke tiga).

2. Air Bersih

Jaringan air bersih berupa jaringan PDAM sumber dari Mutis masih terkesan
kurang dan belum dinikmati oleh sebagian penduduk di Kawasan Bansone,
sehingga sebagian masyarakat memanfaatkan sumur dangkal, sungai, air
tanah melalui sumur sebagai sumber air bersih. Kondisi air bersih di kawasan
ini termasuk dalam kategori rawan air.

3. Air Limbah/ Sanitasi

Air limbah di Kawasan Bansone mempunyai kriteria yang rendah (rangking


peringkat ke 3) sebagian besar pengelolaan dikawasan permukiman yang
belum memiliki jamban mandiri masih banyak jamban dan MCK yang bersifat
darurat karena mayoritas masyarakat dengan kondisi KK Miskin peran semua
sektor dalam membantu implementasi pembangunan MCK sehat dengan
melibatkan NGO Plan dan program PNPM dalam penanganan jamban sehat.

Air limbah menimbulkan permasalahan terutama libah domestik rumah tangga


yang langsung dibuang di saluran pembuangan yang mengakibatkan
pencemaran air tanah maupun sumur dangkal berupa pembuangan limbah
rumah tangga/domestik, minimnya informasi serta penyuluhan berkaitan
pembuangan limbah yang dipisahkan.

Sistem Sanitasi/limbah masih menjadi satu dengan saluran drainase antara


limbah rumah tangga dengan limbah ternak. Terjadi degradasi/polusi
lingkungan pada kawasan permukiman pengembangan Bansone, akibat
minimnya kesadaran dan informasi berkaitan limbah ternak dan rumah

B a b 5 | 45
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

tangga, sedangkan sanitasi kelurga masih banyak jamban darurat dan


kamarmandi darurat karena masih banyak KK miskin.

4. Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Bansone dapat dikatakan


masih minim pelayanan (skala kota), penyediaan prasarana dan sarana
persampahan seperti tong sampah, TPS dan sistem pengangkutan sampah
masih minim dan kurang di kawasan ini kecenderungan sistem onsite.

Ditambah sebagian besar pola perilaku masyarakat kurang kesadaran dalam


kesehatan lingkungan dalam membuang sampah ke sungai/saluran drainase
yang menyebabkan saluran drainase penuh dengan sampah dan menjadi
salah satu penyebab terjadinya banjir/genangan, belum adanya kesadaran
dalam mengelola sampah secara mandiri karena minimnya informasi dalam
penanganan dan penanggulangan sampah secara 3 R di kawasan ini.

5. Rawan Kebakaran dan Longsor

Kondisi kawasan di sekitar pusat Kota Kefamenanu yang cenderung padat


sangat memungkinkan terjadinya bencana kebakaran terutama di kawasan
permukiman dengan kondisi rumah semi permanen dan tidak permanen
antisipasi dalam penyediaan alat pemadam kebakaran dan hydrant umum
tidak ada, prasarana dan sarana mobil pemadam juga belum tersedia, yang
kedua adalah penyediaan air sebagai tempat tandon untuk kebakaran karena
lokasi sumber air yang ada di perbatasan kecamatan kota.

Sedangkan kawasan longsor disepanjang bantaran sungai dan daerah yang


memiliki kelerengan yang curam, longsor terjadi akibat secara alam maupun
buatan dari alam karena daerah yang minim di sepanjang DAS dengan
penghijauan sedangkan longsor secara buatan dengan penggalian material
untuk bahan baku batu bata merah maupun penambangan pasir dan batu kali
didaerah sungai.

B a b 5 | 46
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 5.4. Peta Kawasan Prioritas III Kawasan Bansone

B a b 5 | 47
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

4. Kawasan Prioritas IV adalah Kawasan Taekas


Kawasan Taekas merupakan kawasan prioritas IV yang terdiri dari 5
Desa/Kelurahan, yaitu: Desa Taekas, Kelurahan Oesena, Desa Oenenu, Desa
Oenenu Utara, dan Desa Oenenu Selatan. Hasil perhitungan skoring terhadap
kriteria dan indikator kawasan prioritas menunjukkan bahwa Kawasan Taekas
memiliki nilai terendah, yaitu 2,634 – 2,906.
Kawasan Taekas merupakan kawasan yang potensial karena memiliki potensi
sumber daya air yang cukup besar untuk mencukupi kebutuhan air bersih Kota
Kefamenanu. Selain itu, kawasan ini juga memiliki potensi pariwisata dengan
daya tarik adanya kawasan permukiman tradisional bersejarah di Desa
Oenenu.

A. Kondisi Lokasi

Kawasan Taekas meliputi kelurahan/desa terdiri dari Desa Taekas, Kelurahan


Oesena, Desa Oenenu Induk, Desa Oenenu Utara dan Oenenu Selatan, dari
kondisi fisik satu kelurahan dan empat desa ini merupakan kawasan
permukiman tumbuh sedang serta pertumbuhan kegiatan ekonomi yang
sedang tumbuh serta yang perlu dipacu angka pertumbuhannya terutama
disekitar kawasan Desa Oenenu dan Desa Taekas, kawasan Taekas
merupakan kawasan yang paling barat dari wilayah Perkotaan Kota
Kefamenanu dengan akses menuju ke Perbatasan RI RDTL melalui gerbang
Wini.

Kawasan yang menjadi bagi kota Kefamenanu yang terletak di lereng dan
lokasi yang lebih tinggi dari kota Kefamenanu, lahan yang memiliki potensi
beberapa sumber air bersih di Desa Taekas dan Oenenu induk dapat menjadi
salah satu suplay air bersih di Kota Kefa sebagai tambahan kekurangan
suplay dari sumber air Mutis.

Kondisi permukiman di kawasan Taekas sangat lambat pertumbuhuhannya


maka dengan kegiatan SPPIP ini kawasan tersebut dapat dikembangkan dan
dikelola menjadi Kawasan potensi sumber air dan pariwisata sehingga
pembangunan permukiman dan infrastruktur dapat menjadi kemajuan
pembanguan permukiman, infrastruktur.

Sebagai kawasan prioritas ke IV harapannya dengan kegiatan SPPIP ini


dapat menjadi proses percepatan perkembangan dan kemajuan

B a b 5 | 48
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

pembangunan kegiatan dan aktifitas masyarakat di kawasan Taekas, kondisi


tersebut juga dapat untuk memacu pembangunan dan pertumbuhan
permukiman dan infrastruktur di kawasan tersebut agar dapat berjalan seperti
daerah pusat kota, lebih mengarahkan kepada pertumbuhan yang baik
menjadi Desa mandiri terpadu.

Aktivitas yang sangat kompleks permasalahan dan potensi yang berkaitan


dengan permukiman dan infrastruktur Kawasan Taekas dapat menjadi
perubahan bagi kawasan Taekas melalui kegiatan SPPIP sebagai
pengembangan potensi sumber air bersih yang ditunjang dengan sumber
Taekas dan Oenenu serta pengembangan kawasan pariwisata sebagai
kawasan Kampung lama di Desa Oenenu Induk dan Oenenu Utara serta
kawasan Gua alam serta musiu megalithikum di Taekas dan Oesena serta
potensi air yang melimpah dikembangkan sebagai wahana kolam renang dan
budidaya ikan tawar (lele dan gurami) kondisi tersebut yang dapat memacu
pertumbuhan dan perkembangan permukiman serta infrastruktur di Kawasan
Taekas.

Kondisi saat ini didominasi oleh permukiman kawasan ladang, perkebunan,


kawasan hutan adat dan kawasan pertanian sayur dan budidaya perikanan
tawar, sedangkan potensi lainnya di Kawasan Taekas dapat dijadikan sebagai
BUPER bumi perkemahan hekking dan lainnya karena alam dengan iklim
yang sejuk dan dapat diarahkan sebagai kawasan permukiman baru karena
masih tersedia lahan yang sangat luas.

Kondisi tersebut yang menjadi pengaruh kawasan tersebut dikembangkan


menjadi kawasan prioritas IV karena sebagai pemacu perubahan fisik maupun
non fisik di Kota Kefamenanu terutama di sekitaran kawasan Taekas serta
kawasan diatasnya,

Walaupun dalam penyediaan prasarana dan sarana serta infrastruktur yang


masih sangat minim, seperti halnya sumber energi yang hingga saat ini
sedang dalam tahap pelaksanaan yaitu masuknya listrik ke Desa Oenenu
Induk, Oenenu Utara dan Oenenu Selatan yang saat ini sudah masuk
instalasinya tetapi stroomnya belum ada, harapan dengan dibangunya
pembangkit listrik di pelabuhan Atapupu dapat menyuplai sumber energi bagi
peluang investor dalam membuka industri di Kota Kefamenanu, arahan dan
tujuan merubah fisik Kota serta mendorong dan memacu masyarakat untuk

B a b 5 | 49
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

membangun dan menjadikan Kota Kefamenanu yang lebih baik ‘maju,


makmur dan berkesinambungan’.

B. Fungsi Bangunan/Kawasan

Kawasan ini merupakan kawasan permukiman penduduk yang minim dan


jarang dengan fungsi utama sebagai rumah tempat tinggal dan kegiatan
perdagangan dan jasa, serta sebagian berupa lahan pertanian tanaman
sayur, ladang, pertanian sayur mayur, peternakan, budidaya ikan tawar dan
kawasan hutan adat, hal tersebut masuk dalam rencana RTRW Kota
Kefamenanu.

C. Kondisi Fisik Bangunan

Kondisi fisik bangunan perumahan dan permukiman di Kawasan Taekas


memiliki nilai skor yang sedang antara 2,724 sampai 2,913 sebagai kawasan
yang memiliki sedikit kegiatan yang berkaitan langsung dengan aktifitas Kota
kefamenanu, kondisi fisik bangunan secara mayoritas dari permukiman, dan
prasarana sarana Kawasan Taekas.

Bangunan permukiman di kawasan ini didominasi oleh bangunan tidak


permanen dan setengah permanen, tetapi juga terdapat bangunan rumah
dengan kontroksi permanen secara menyebar di semua kelurahan dengan
persentase 65% tidak permanen 20% semi permanen dan 15% permanen.
Fisik bangunan di kawasan ini menempati kapling yang luas dengan kawasan
yang mulai menyebar sparwl dengan kondisi KDB 30-50%.

D. Fungsi/Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi yang berkembang di kawasan ini yaitu kegiatan


perdagangan dan jasa serta mulai muncul usaha kelompok Kain tenun Ikat
serta kelompok tani sayur mayur menjadi kawasan tersebut sebagai basis
kegiatan ekonomi, Budaya dan seni dengan kategori cukup (peringkat skor
12-16 dalam rangking).

B a b 5 | 50
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

E. Kepemilikan Bangunan

Status kepemilikan bangunan di kawasan ini yaitu mayoritas kepemilikan


pribadi, tanah Adat, dan tanah milik PEMDA serta hak guna pakai/sewa. Hal
ini menunjukkan bahwa kawasan ini sebagian besar merupakan tanah milik
masyarakat asli masyarakat serta pendatang dari daerah kupang dan daerah
sekitarnya).

F. Kondisi Prasarana

1. Jalan

Sebagian besar, kondisi jalan lingkungan yang ada di kawasan mayoritas


masih tanah dengan perkerasan sedangkan kondisi jalan yang sudah teraspal
dengan baik hanya sebagian besar di jalan utama dan jalan provinsi, namun
tidak sedikit pula yang masih tanah dan susunan batu. Berdasarkan kriteria
kondisi jalan mempunyai skor tinggi, yang berarti kondisinya rusak/tidak baik
perlu peningkatan jalan. Di Kawasan ini sebagian besar jalan lingkungannya
secara fisik dalam kondisi tidak baik/rusak.

G. Kondisi Lingkungan

1. Drainase

Sistem drainase di Kawasan Teakas termasuk dalam sistem dan sub sistem
sungai sedang dan kecil serta anak sungai kecil, permasalahan drainase yang
dihadapi di kawasan ini adalah adanya minimnya pembangunan saluran
drainase di setiap jalan lingkungan dan utama dengan kondisi yang tidak
dapat berfungsi dengan baik sehingga pada saat musim hujan dapat
mengakibatkan luberan air ke rumah penduduk maupun ke jalan yang lambat
laun merusak fungsi lainnya, debit dan volume air yang tinggi tidak diimbangi
dengan dimensi saluran yang memadai, selain itu juga disebabkan karena
bentuk saluran drainase yang berkelok di kawasan permukiman disertai
semakin menyempitnya saluran di wilayah hilir. Hal ini menyebabkan
terjadinya banjir/genangan pada jalan dan rumah warga walaupun sesaat,
permasalahan longsor yang berada disekitar bantaran sungai dan daerah
yang memiliki kelerengan curam juga menjadi ancaman rawan longsor.

B a b 5 | 51
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Sehingga kondisi drainase di Kawasan Pengembangan Baru benpasi


dikategorikan tidak berfungsi dengan baik serta perlu pembangnan saluran
dan pencegahan daerah rawan longsor (rangking ke tiga).

2. Air Bersih

Jaringan air bersih berupa jaringan PDAM sumber dari Mutis masih terkesan
kurang dan belum dinikmati oleh sebagian penduduk di Kawasan Taekas
sehingga sebagaian warga Desa Taekas dan Oenenu mengelola sendiri
sumber air dalam lingkup kawasan masing-masing di desa Taekas sendiri
sumber air juga sudah dikelola dengan organisasi masyarakat sendiri Kondisi
air bersih di kawasan ini termasuk dalam kategori cukup air dengan kondisi ini
harapannya dari campur tangan pemerintah berupa bantuan prasarana dan
sarana dalam sistem distribusi bagi masyarakat kurang mampu.

3. Air Limbah/ Sanitasi

Air limbah di Kawasan Taekas mempunyai kriteria yang sedang (rangking


peringkat ke 4) sebagian besar pengelolaan dikawasan permukiman yang
belum memiliki jamban mandiri pribadi karena sebagian besar keterbatasan
ekonomi perlunya informasi dan penyuluhan masyarakat akan pentingnya
jamban mandiri keterlibatan NGO Plan dan program PNPM dalam
penanganan jamban sehat.

Air limbah menimbulkan permasalahan bagi kehidupan nantinya yang masih


terbuka dan belum memiliki pengelolaan limbah mandiri, minimnya industri
rumah tangga sistem sanitasi masih minim pengelolaan.

Sanitasi/limbah masih menjadi satu dengan saluran drainase antara limbah


rumah tangga dengan limbah ternak. Terjadi degradasi lingkungan pada
kawasan permukiman Kawasan Taekas, jumlah sistem sanitasi umum yang
masih minim kondisinya belum berfungsi secara optimal, karena minimnya
distribusi sumber air bersih, sedangkan sanitasi kelurga masih banyak jamban
darurat dan kamarmandi darurat karena masih banyak KK miskin.

4. Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Pengembangan Baru Benpasi


dapat dikatakan masih minim pelayanan (skala kota), penyediaan prasarana
dan sarana persampahan seperti tong sampah, TPS dan sistem
pengangkutan sampah masih minim dan kurang di kawasan ini 90% onsite.

B a b 5 | 52
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Ditambah sebagian besar pola perilaku masyarakat kurang kesadaran dalam


kesehatan lingkunganserta masih membuang sampah ke sungai/saluran
drainase yang menyebabkan saluran drainase penuh dengan sampah dan
menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir/genangan, belum adanya
kesadaran dalam mengelola sampah secara mandiri karena minimnya
informasi dalam penanganan dan penanggulangan sampah secara 3 R di
kawasan ini.

5. Rawan Kebakaran dan Longsor

Kondisi kawasan di sekitar pusat Kota Kefamenanu yang cenderung padat


sangat memungkinkan terjadinya bencana kebakaran terutama di kawasan
permukiman dengan kondisi rumah semi permanen dan tidak permanen
antisipasi dalam penyediaan alat pemadam kebakaran dan hydrant umum
tidak ada, prasarana dan sarana mobil pemadam juga belum tersedia, yang
kedua adalah penyediaan air sebagai tempat tandon untuk kebakaran karena
lokasi sumber air yang ada di perbatasan kecamatan kota.

Sedangkan kawasan longsor disepanjang bantaran sungai dan daerah yang


memiliki kelerengan yang curam, longsor terjadi akibat secara alam maupun
buatan dari alam karena daerah yang minim di sepanjang DAS dengan
penghijauan sedangkan longsor secara buatan dengan penggalian material
untuk bahan baku batu bata merah maupun penambangan pasir dan batu kali
didaerah sungai.

B a b 5 | 53
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 5.5. Peta Kawasan Prioritas IV Kawasan Taekas

B a b 5 | 54
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 5.6. Peta Kawasan Prioritas IV Kawasan Taekas

B a b 5 | 55
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

5.1. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN


INFRASTRKTUR PERKOTAAN KEFAMENANU

Tabel V.1.
Potensi, masalah, peluang dan tantangan
Pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman di kefamenanu

NO SEKTOR POTENSI PERMASALAHAN PELUANG PENGEMBANGAN TANTANGAN


PENGEMBANGAN
 Perkembangan Kota Mulai tumbuhnya kegiatan  Sebagai daerah transit yang Tingkat kepadatan kawasan
Kefamenanu ysng memiliki lokasi dan aktifitas bagi memiliki nilai strategis menuju ke permukiman yang mengarah
strategis sebagai penghubung penduduk/warga Kota RDTL serta membuka peluang kepadatan tinggi serta terpusat
anatara RI dengan RDTL Kefamenanu maka mulai pengembangan kawasan hanya di kawasan-kawasan
1 PERUMAHAN sehingga menjadi daya tarik di muncul daerah dan kawasan permukiman baru dan tertentu (spot) sehingga
sektor perekonomian yang mulai mengarah ke perumahan baru sebagai konsep perkembangan hanya terpusat
perdagangan dan jasa secara permukiman kumuh akibat awal dan gagasan untuk di daerah tertentu yang dapat
langsung berdampak dengan dari rendahnya pendapatan mengarahkan kawasan menjadi berdampak terhadap lingkungan
ruang serta magnet bagi penduduk/warga Kota Kefa lebih tertata dan sesuai dengan cenderung kumuh dan bahaya

Bab 5 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO SEKTOR POTENSI PERMASALAHAN PELUANG PENGEMBANGAN TANTANGAN


PENGEMBANGAN
warga/penduduk untuk dalam membangun rumah rencana Pengembangan Kota kebakaran dikawasan
melakukan perpindahan ke arah layak huni. Kefa membuka kawasan permukiman padat
Kota Kefa sebagai tempat usaha, Serta masih banyak dan permukiman dan perumahan Minimnya kesadaran masyarakat
kondisi tersebut yang minimnya SDM di Kota Kefa menjadi pemecahan masalah dalam membangun rumah layak
mengakibatkan mulai muncul sehingga masih banyak untuk mengatasi dan huni sebagai dasar rumah sehat.
permintaan akan penyediaan Keluarga Miskin yang berada mengarahkan permukiman dan Masih kuat budaya dan adat
perumahan maupun kawasan di kawasan pinggiran Kota permintaan akan perumahan berkaitan dengan konsep tinggal
permukiman baru. Mulai muncul embrio  Terciptanya kawasan berkumpul dan berdekatan
 Sebagai daerah transit serta kawasan cenderung kumuh permukiman dan perumahan dengan satu keluarga
Gerbang Perbatasan menuju ke atau kantong kawasan yang layak huni sebagaiRendahnya atau minimnya
RDTL (Timor Leste), memicu kumuh di sekitar Pasar Baru keinginan penduduk/warga Kota pendapatan penduduk/warga
perkembangan kawasan Kelurahan Benpasi dan Kefamenanu. masih banyak (KK Miskin).
permukiman dan perumahan. Kawasan Terminal di
Kelurahan Kefamenanu
Tengah.
Sebagai jalur jaringan jalan dengan Akses jaringan jalan dan Sebagai akses jalan penghubung Berkaitan dengan membuka
skala pelayanan Internasional jembatan yang masih sempit antar negara menjadi perhatian bagi jalan baru dan akses jalan baru
Republik Indonesia (RI) dengan dan rusak perlu peningkatan pemerintah pusat dan daerah dalam harus melibatkan masyarakat
Republik Demokratik Timor Leste dan pembangunan. pembangunan, peningkatan dan tokoh adat berkaitan
(RDTL). Tidak terintegrasinya serta maupun pemeliharaannya dengan hak tanah warga dan
Memiliki akses langsung menuju belum terakses dengan baik Sebagai salah satu akses untuk tanah adat.
Perbatasan antar negara (sebagai jaringan jalan dan jembatan menopang dan mendorong kegiatan Kondisi alam dan topografi Kota
Gerbang Negara). mengakibatkan masih perekonomian perdagangan dan Kefamenu yang berbukit-bukit.
JARINGAN
2
JALAN Sebagai pencitraan kemakmuran terdapat daerah yang terisolir jasa yang memacu pertumbuhan Kesadaran warga/penduduk
serta kemajuan Kawasan atau tertinggal dan pembangunan Kota Kota Kefamenanu dalam
perbatasan antar negara perkembangan kefamenanu memelihara serta menggunakan
pembangunannya apabila jaringan jalan sesuai kapasitas
musim hujan akibat dan kemampuan jalan dalam
minimnya serta kondisi jalan aktifitas (kendaraan berat dan
dan Jembatan yang rusak kendaraan tambang mangaan
maupun belum tersedia dan marmer)

Memiliki banyak saluran utama Tidak berfungsinya dengan Mulai munculnya kegiatan Keterlambatan penanganan
berupa sungai besar dengan baik saluran drainase di pemberdayaan dan melibatkan serta pembangunan penngaman
dimensi yang besar, hanya teraliri kawasan pusat Kota masyarakat dalam pembangunan sungai menjadi ancaman
JARINGAN
3 disaat musim hujan Kefamenanu akibat kondisi saluran drainase di lingkungan longsor di beberapa titik baik
DRAINASE
Daerah dengan alam/topografi nya yang sudah rusak serta masyarakat. mengancam kawasan
yang banyak berbukit, minim perawatan dan Kebiasaan dan kesadaran rasa permukiman, jaringan jalan
mempermudah sistem drainase perbaikan kegotongroyongan dalam kegiatan maupun kawasan budidaya milik

Bab 5 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO SEKTOR POTENSI PERMASALAHAN PELUANG PENGEMBANGAN TANTANGAN


PENGEMBANGAN
secara gravitasi Minimnya/belum ada kerjabakti dan kegiatan kerja masyarakat berupa kebun,
pembangunan saluran swadaya yang masih tinggi. ladang dan lainnya
drainase di kawasan Material berupa batu dan pasir Kesadaran dan budaya
lingkungan permukiman dan sebagai salah satu bahan yang masyarakat yang masih minim
perumahan penduduk digunakan dalam pembangunan dalam merawat dan menjaga
Fungsi drainase yang masih saluran dan pengaman sungai saluran drainase serta sungai-
menjadi satu dengan saluran masih banyak dan mudah sugai besar
limbah yang langsung dijangkau. Digunakannya bantaran sungai
disalurkan ke sungai-sungai sebagai tempat menanam sayur
besar drainase utama mayur serta ladang ubi ubian,
Daerah sungai besar yang belum adanya sanksi peraturan
rawan longsor akibat dan sosialisasi mengenai
minimnya pengaman dan daerah sempadan sungai dan
tidak ada dinding pengaman pentingnya saluran drainase.
menggangu permukiman dan
jalan
Kota Kefamenanu yang Beberapa derah yang masih Pengelolaan sumber air bersih di Daerah dengan alam dan
mendapatkan suplai air bersih dari rawan akan sumber air beberapa daerah di Kota Kefa topografi kawasan yang berbukit
gunung Mutis (perbatasan TTU bersih terbatasnya daerah dapat menyuplai beberapa daerah memerlukan beberapa water
dengan TTS). pelayanan dan distruibusi yang masih rawan akan air bersih tank dan pompa dalam
Terdapat beberapa sumber mata Kurang mampunya warga dengan bantuan perpipaan serta pendistribusian ke masyarakat.
air yang dapat digunakan sebagai untuk menyalur dan peralatan pompa serta water tank Masih banyak masyarakat yang
4 AIR BERSIH
tambahan dari Mutis ( Sumber Air berlangganan sumber air dan kelengkapan lainnya. kurang mampu dalam
Desa Taekas dan Desa Oenenu) bersih Pengembangan teknologi baru penyelenggaraan jaringan
Jaringan perpipaan yang berupa penampuangan sumber air perpipaan .
masih terbatas blom dapat hujan di masing2 rumah di
melayani ke semua beberapa kawasan rawan air
pelanggan. bersih.
Persampahan yang belum dikelola Mulai tumbuhnya kegiatan Belum adanya pengelolaan dan Minimnya kesadaran masyarakat
dan dipisahkan serta belum dan aktifitas bagi penampungan serta pengumpulan dalam membuang sampah di
adanya pengetahuan dan penduduk/warga Kota sampah dapat menjadi kegiatan tempatnya.
informasi dalam pengelolaan Kefamenanu mulai yang dapat di kelola oleh pihak Kebiasaan dan budaya
sampah yang dapat di daur ulang bertambahnya volume swasta atau investor lain dalam masyarakat dalam mengelola
5 PERSAMPAHAN baik berupa organik maupun sampah yang meningkat. pengelolaan sampah Kota sampah dengan sistem on site
sampah non organik. Belum tersedianya Tempat Kefamenanu. dengan cara di bakar maupun
Sampah yang belum ditangani dan Penampungan sampah di ditimbun dipekarangan rumah
dikelola menjadi barang daur ulang setiap Kelurahan dan masing-masing.
sebagai bentuk usaha sampingan kawasan strategis.
dan tambahan bagi warga Kota Belum tersedianya bak

Bab 5 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO SEKTOR POTENSI PERMASALAHAN PELUANG PENGEMBANGAN TANTANGAN


PENGEMBANGAN
Kefamenanu. penampungan sampah
masing-masing di setiap
rumah
Terbatasnya prasarana dan
sarana yang digunakan
dalam mengangkut dan
mengambil sampah yang
dibuang ke TPA
Belum adanya pengelolaan
sampah di TPA.
Mulai tumbuhnya kegiatan Minimnya pengembangan teknologi Minimnya kesadaran masyarakat
Pengembangan kawasan dan dan aktifitas bagi tepat guna dalam pengembangan dalam membuang limbah yang
pengelolaan yang memiliki daerah penduduk/warga Kota biogas dan lainnya. secara langsung dibuang ke
yang sanagat luas dapat menjadi Kefamenanu maka mulai sungai.
pilot project pengelolaan limbah muncul permasalahan Kebiasaan dan budaya
dan sanitasi komunal yang lingkungan berupa limbah masyarakat dalam mengelola
berbasis masyrakat rumah tangga maupun sampah dengan sistem on site
Sal.
pengembangan teknologi tepat industri kecil dan ringan yang dengan cara ditimbun
6 LIMBAH/SANITA
guna dalam pengembangan masih menggunakan saluran dipekarangan rumah masing-
SI
biogas dan lainnya. pembauangan hujan sebagai masing.
media membuang limbah
langsung di saluran.
Minimnya pengembangan
teknologi tepat guna dalam
pengembangan biogas dan
lainnya.
Pengembangan kawasan dan Energi listrik yang sangat Dapat dikembangkannya teknologi Pengembangan kawasan
pengelolaan yang memiliki daerah terbatas akibat minimnya dan tepat guna dalam pengembangan pembangkit tenaga uap/pasang
yang sangat strategis dan memiliki rendahnya daya listrik dari energi alternatif baik tenaga surya surut air laut yang rencana akan
potensi angin (bayu) yang cukup sumber energi yang maupun tenaga angin (bayu) di dibangun di ATAPUPU
dapat digunakan sebagai sumber disediakan berupa generator Kota Kefamenanu Kabupaten Belu Kota Atambua.
JARINGAN
7 energi alternatif. diesel.
LISTRIK
Kota Kefamenanu memiliki potensi Masih banyak daerah yang
iklim yang sering panas yang belum terjangkau listrik
cukup dapat digunakan sebagai akibat akses yang sulit
sumber energi alternatif (surya
cell).
JARINGAN Mulai tumbuhnya kegiatan dan Masih minimnya kebutuhan Dapat memacu pertumbuhan dan Daya saing yang kuat sehingga
8
TELEPON aktifitas bagi penduduk/warga Kota telefon kabel karena butuh perkembangan bisnis dapat memacu persaingan

Bab 5 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO SEKTOR POTENSI PERMASALAHAN PELUANG PENGEMBANGAN TANTANGAN


PENGEMBANGAN
Kefamenanu maka mulai muncul persyaratan dalam telekomunikasi dengan lebih
pasar industri telekomunikasi
kebutuhan dan meningkatnya pengadaannya serta mengutamakan pelayanan dampaknya menurunnya minat
jaringan telekomunikasi baik yang masyarakat lebih cenderung jangkauan sinyal dan murahnya terhadap industri telekomunikasi
bersifat kabel maupun seluler. menggunakan telepon pelayanan. lokal dari pemerintah melalui PT.
seluler yang lebih praktis dan TELKOM.
efisien.
Pengembangan Atraksi Wisata Minimnya informasi dalam Pengembangan kawasan pariwisata Minimnya prasarana dan sarana
yang saling mengintegrasi antara pengembangan kawasan yang berbasis dari potensi budaya dasar
obyek wisata dengan kegiatan dan pariwisata tanpa dukungan alam serta kerajinan masyarakat. Minimnya minat genereasi
aktifitas masyarakat sepenuhnya oleh Pem Prov Peningkatan kawasan dengan pemuda dalam mengangkat
Event tahunan berupa mengganti dan Pem Daerah maupun memfasilitasi dan mewadahi budaya dan kegiatan berpotensi
makanan dan jagung persediaan dinas terkait, kawasan budaya sebagai atraksi Perubahan perilaku dan budaya
di rumah adat setiap satu tahun Belum adanya pusat wisata yang saling terintegrasi masyarakat.
sekali informasi atau wadah
Event tujuh tahun sekali dengan kegiatan dalam event
tradisi raja turun dan keliling tahunan dan lainnya
menggunakan pasukan Kuda di Minimnya partisipasi dinas
daerah kekuasaan Raja terkait dalam mengelola
Potensi dengan adanya kegiatan mengkoordinir kegiatan
membangun rumah bulat atau Budaya dan kerajinan khas
BUDAYA dan
rumah lopo di daerah rumah adat Kefamenanu
9 SOSIAL
Mulai muncul sanggar tari dan seni Mulai luntur pembalajaran
MASYARAKAT
khas budaya Kefamenanu dan penerapan kegiatan
Sentra kain tenun ikat khas budaya sebagai unsur
Kefamenanu yang banyak diminati potensi Kefa
para turis berupa pakain kain Tidak difasilitasi berupa
sarung, tas sepatu dan lainnya ruang atau tempat untuk
Potensi kawasan Kampung lama di display atau kawasan pusat
Oenenu sebagai ancient village oleh khas kefamenanu yang
Potensi pemuda usia kerja sebagai berintegrasi dengan tempat
pembentuk dan kreator dalam budaya sanggar seni atau
bidang sourvenir dan kesenian lopo besar sebagai tempat
kesenian pemuda
Belum diliriknya sektor wisata
berupa kampung lama
ancient village
Sumber : data primer SPPIP Kota Kefamenanu 2012

Bab 5 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel V.2.
Potensi Dan Permasalahan Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur
di Perkotaan Kefamenanu Skala Kelurahan

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

a. Kel. Aplasi PERMUKIMAN - Kawasan permukiman Kota Lama sejak jaman


- Kawasan permukiman Kota Lama sejak jaman kolonial Belanda (Kota Lama)
kolonial Belanda dengan kondisi yang mulai tumbuh - Potensi pengembangan sebagai kawasan
cepat; minimnya melestarikan kawasan dan bangunan pendidikan karena kawasan sudah ada fasilitas
kota lama. pendidikan mulai dari tingkat dasar ke tingkat SMU
- Kawasan permukiman penduduk yang berada di - Komplek kawasan rumah dinas Pemerintah dan
sebelah utara RT 1, 2, 6,7,12 dan 14 kecenderungan POLRI
ke tidak layak huni karena faktor perekonomian - Akses dan capaian menuju ke lokasi yang sangat
(banyak KK miskin); mudah
- Kawasan permukiman yang cenderung ke sepanjang - Potensi bata merah dengan kondisi tanah liat yang
jalan utama dan organik masuk ke dalam terbatasi baik perlu pengembangan ke kegiatan yang
oleh sungai dan bukit kecil; memiliki nilai lebih berupa kerajinan Gerabah dan
- Kondisi permukiman yang orientasi hadapan lainnya
bangunan nya belum tertata dengan baik, menyebar - Potensi tanaman buah berupa nanas dan jambu
secara sparwl mete yang belum dikelola dengan maksimal
- Lahan kawasan permukiman yang sebagian beralih - Kawasan yang merupakan jalur menuju ke
1. Kota Kefamenanu
fungsi menjadi lahan material industri Bata Merah perbatasan RI –RDTL (Winnie)
- Di sepanjang jalan utama kawasan pendidikan dan - Pengembangan kawasan permukiman.
perkantoran apabila malam hari minim aktifitas - Pengembangan kawasan sebagai pusat pendidikan
(terkesan kota sepi) - Pengembangan Kota lama
- - Penngembangan kawasan spiritual karena ada
SOSIAL GOA Maria.
- Kecenderungan masyarakat yang masih berpola
budaya mengumpul dalam satu lingkup kawasan;
- Minimnya kesadaran dan budaya dalam memelihara
dan melestarikan lingkungan budaya membuang
sampah sembarangan serta rumah yang dekat
dengan kandang ternak Babi dan
- Masih minimnya Sertifikasi tanah
SISTEM TRANSPORTASI
Sistem pelayanan transportasi hanya ke arah atas
dan bawah dengan titik awal Perumahan BTN dan ke

Bab 5 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

Pasar Lama sedangkan pelayanan hingga ke arah


permukiman belum tersedia.
RAWAN BENCANA
- Daerah rawan longsor akibat abrasi RT 2,3,7,8,11 dan
13. Sekitar Sungai Peboko
- Rawan kerusakan lahan permukiman akibat
pertambangan material batu bata merah meliputi di RT
12 dan 14 (kubangan bekas galian tanah liat)
- Rawan kekeringan air bersih
b. Kel. Kefamenanu Utara PERMUKIMAN 1. Terdapat embung yang digunakan sebagai
- Kawasan permukiman dengan perkembangan yang sumber air untuk ternak dan pengairan sayur
sedang mayur.
- Kawasan permukiman padat terkonsentrasi sepanjang 2. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
jalang utama Kelurahan Kefamenanu Utara kerja atau usia kerja.
- Masih terdapat rumah tidak layak huni RT 11, 12 dan 3. Mulai munculnya embrio pengembangan
13 tanaman sayuran
- Rumah tidak layak huni di RT 10 dan 14 di lingkungan 4. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
RW 4 sebagai kawasan permukiman dan pergudangan.
- Dan di lingkungan RT 7 dengan kecenderungan 5. Potensi pengembangan pengelolaan dan
rumah tidak layak huni lebih ke lingkungan kumuh pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
- Sekitar bantaran Sungai Peboko di Kelurahan dan makanan khas Kefa
Kefamenanu Utara. 6. Kawasan yang dilalui jalur RI – RDTL dapat
SOSIAL menjadi aksess perdagangan pergunangan dan
- Kerawanan sosial berupa kenakalan remaja di karena jasa.
banyaknya pemuda yang mengnganggur.
- Minimnya penerangan jalan rawan tindakan kriminal.

SISTEM TRANSPORTASI
- Kondisi jaringan jalan utama yang mulai rusak sebagai
akses utama menuju ke pusat kegiatan pasar lama
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama menuju kawasan perdagangan
- Belum optimalnya sistem transportasi (taryek)
angkutan kota
- Masih kurang optilnya fungsi terminal
- Minimnya perhatian dan perawatan Vegetasi disekitar
jalan dan permukiman

Bab 5 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

Rawan bencana
- Daerah rawan longsor lokasi RT 7 dan 9 sepanjang
sungai Peboko
- Rawan bencana longsor RT 3,5,8 sepanajng sungai
Peboko
- Rawan kebakaran di rumah tidak permanen.
- Rawan kekeringan air bersih
c. Kel. Bansone PERMUKIMAN 1. Terdapat embung yang digunakan sebagai
- Kawasan permukiman yang mengarah ke sumber air untuk ternak dan pengairan sayur
pertumbuhan yang sedang mayur.
- Kawasan permukiman dengan kondisi terisolir apabila 2. Sebagai daerah penghasil sayur mayur
musim hujan akibat tidak ada akses jembatan menuju disepanjang sungai Bansone
ke Maumolo RT 14,15,16 dan 17 3. Material sungai yang diambil sebagai bahan
- Kawasan permukiman yang cenderung liner galian golongan C berupa batu dan pasir sungai
sepanajang jalan utama dan menjorok kedalam 4. Lokasi dan lahan yang potensial untuk
secara organik tetapi belum tertata dengan baik pengembangan peternakan Sapi, Kambing dan
kawasan permukiman terkesan sparwl atau menyebar. lainnya
- Orientasi bangunan permukiman yang masih tertata 5. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
dengan baik kerja atau usia kerja.
- Kecenderungan tidak layak huni terutama di daerah 6. Mulai munculnya embrio permukiman baru
Maumolo Maumolo RT 14,15,16 dan 17; 7. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
- Perkembangan permukiman yang tidak merata sebagai kawasan permukiman dan pergudangan.
disebabkan kondisi geografis Kelurahan Bansone 8. Potensi pengembangan pengelolaan dan
sebagian berbukit-bukit; pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
- Permukiman yang mengarah ke Oenenu Selatan dan makanan khas Kefa,
sepanjang jalan masih terdapat rumah tidak layak huni 9. Kegiatan pemuda yang belum dioptimalkan
karena faktor ekonomi, dalam pengembangan pusat saurvenir Kefa
SOSIAL
- Kawasan rawan pencurian ternak di kawasan
permukiman karena apabila malam hari sepi dan
minim lampu penerangan jalan
SISTEM TRANSPORTASI
- Kondisi belum jelas heirakhi jalan, dimensi jaringan
jalan yang kurang lebar, sebagai akses jalan utama
Sistem trasnportasi (trayek) angkutan yang belum
dapat menjangkau kawasan Kelurahan Bansone
berdampak munculnya ojek
RAWAN BENCANA
- Daerah longsor sepanjang 1km bantaran Sungai

Bab 5 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

Mamolo apabila musim hujan


- Daerah longsor sepanjang 250 mbantaran Sungai
Koko apabila musim hujan
- Daerah rawan longsor sepanjang 800m di belakang
SMP 2 Kefamenanu
- Daerah rawan banjir luapan sungai kecil sepanjang di
belakang SDN Bansone.
- Rawan kekeringan air bersih
d. Kel. Kefamenanu Tengah PERMUKIMAN 1. Kawasan memiliki nilai strategis sebagai
- Kawasan permukiman cepat tumbuh permukiman pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
mengarah ke permukiman padat karena dahulunya 2. Pemugaran kawasan strategis di Pasar Lama
aktifitas perdagangan dan jasa yang semakin lama yang masih memiliki potensi untuk dijadikan
berkembang membentuk kawasan permukiman. pasar baru dengan penataan yang baik antara
- Lokasi belakang Pasar Lama dan Belakang Masjid pemisahan berdasarkan fungsi dan ragam yang
Agung Nurul Falah Jl Imam Bonjol RT14 dan 15, diperdagangan
belakang Jaba2l Mart RT 18 kefa kecenderungan 3. Potensi penngembangan kawasan CBD central
kumuh, busnis distric
- Lokasi daerah bantaran sungai Oenanu meliputi RT 4. Kawasan yang memiliki kelengkapan
18,17,27,28,29,31,32,36 dan 38. permukiman dan fasilitas lengkap
- Derah kawasan lingkungan padat dengan 5. Kawasan perkantoran kawasan perdagangan
kecenderungan rawan kesehatan sanitasi dan dan jasa, kawasan pendidikan , kawasan
lingkungan serta rawan kebakaran, peribadatan kawasan kesehatan serta kawasan
- Minimnya alat pemadam kebakaran dan mobil olahraga dan memiliki taman kota di Depan
pemadam kebakaran di Kota Kefa mengakibatkan Kantor PU
kejadian terbakarnya Pasar Lama yang hingga 6. Permukiman orientasi permukiman non formal
sekarang belum dilakukan perbaikan yang dibangun warga tegak lurus dengan
- Kawasan kondisi eksisting menjadi kawasan jaringan jalan.
perdagangan dan jasa di sepanjang jalan utama dari 7. Kawasan yang jalan protokolnya di lalui
Pasar lama perempatan dan ke arah masjid Agung transportasi angkutan kota
Kefa
SOSIAL
- Minimnya kegiatan kelestarian lingkungan
permukiman
- Masih minimnya Sertifikasi tanah
- Kerawanan sosial di permukiman baru akibat
kesenjangan dan perhatian
SISTEM TRANSPORTASI
- Kondisi jaringan jalan utama yang mulai rusak sebagai
akses utama menuju ke pusat kegiatan pasar lama

Bab 5 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil


- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama menuju kawasan perdagangan
- Belum optimalnya sistem transportasi (taryek)
angkutan kota
- Masih kurang optilnya fungsi terminal
- Minimnya perhatian dan perawatan Vegetasi disekitar
jalan dan permukiman
Rawan bencana
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen sekitar belakang pasar lama
dan belakang masjid Agung Kefa
- Rawan longsor disekitar daerah RT 28,29,31,33,34
dan 38, sepanjang sungai Bansone
- Rawan kekeringan air bersih

e. Kel. Tubuhue PERMUKIMAN 1. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada pada
- Terdapat kawasan Resetllement di daerah Naen bantaran sungai yang merupakan kawasan
kondisinya minim Infrastruktur dan akses pertanian khususnya sayur-sayuran.
- Permukiman dengan kecenderungan sudah baik 2. Sungai ini juga digunakan sebagai tempat
pertumbuhan lambat karena minimnya akses ke penambangan galian C berupa batu dan pasir
Kawasan Permukiman ( pembangunan jembatan yang 3. Ditemukannya kawasan penambangan emas di
berhenti sejak tahun 2002) dari maubeli menuju ke daerah tubuhue yang saat ini sedang dalam
Naen (kawasan Resettlement Naen) penilitian
- Kawasan Kelurahan Tubuhue yang sangat luas masih 4. Kawasan yang memiliki nilai cagar budaya
dapat dikembangkan kawasan permukiman tetapi berupa permukiman adat Maslete dan Tubuhue
harus dibangun infrastrukturnya. dengan Rumah Raja Sanak dan Raja Bana
- Permukimannya cenderung menyebar atau sparwl Di sebagai budaya asli masyarakat Kefamenanu.
Kelurahan Tubuhue. 5. Kawasan pemakaman bersama tiga agama
- Masih minimnya perhatian aset pariwisata Rumah 6. Akses jaringan jalan baru dari Rumah Bupati
tradisional Maslete (Sanak) dan Rumah Adat Tubuhue 7. Pengembangan kawasan permukiman yang
( Bana) di Kelurahan Tubuhue. sangat luas
SOSIAL 8. Permukiman Naen dan kawasan dahulunya eks
- Masih minimnya Sertifikasi tanah resettlemen sudah banyak warga yang
- Masih banyak pengangguran terutama usia muda menempati.
rawan konflik sosial 9. Pengembangan dan budidaya hewan ternak dan
- Mulai lunturnya/berkurangnya kegiatan budaya dan kuda karena daerahnya yang luas dan dilewati
adat khas kefamenanu terhadap perkembangan sungai besar.

Bab 5 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

jaman dan teknologi. 10. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
SISTEM TRANSPORTASI kerja atau usia kerja.
- Kondisi belum jelas heirakhi jalan, dimensi jaringan 11. Mulai munculnya embrio pengembangan
jalan yang kurang lebar, jaringan jalan Jalan dan tanaman sayuran
akses jaringan jalan berupa jembatan yang menuju ke 12. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
pusat Administrasi Kota Kefamenanu perlu sebagai kawasan permukiman dan pergudangan.
peniingkatan dan perbaikan 13. Potensi pengembangan pengelolaan dan
Rawan bencana pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
- Daerah rawan longsor lokasi sepanajng bantaran dan makanan khas Kefa
sungai yang melintasi kelurahan Tubuhue,
- Daerah rawan bencana kebakaran karena rumah tidak
permanen.
- Rawan kekeringan air bersih

f.Kel. Kefamenanu Selatan PERMUKIMAN 1. Kawasan yang memiliki nilai strategis untuk
- Kawasan permukiman padat penduduk terutama pengembangan perekonomian karena kawasan
banyaknya pendatang dari luar Kota kefamenanu. yang berada di jalur transit Kupang – Atambua
- Kawasan yang memiliki perkembangan cepat tumbuh dan Timor Leste melalui gerbang Mota’ain dan
perlu penataan kawasan permukiman. Gerbang Winnie,
- Kawasan padat karena lokasi Kelurahan Kefamenanu 2. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
yang berada di pusat Kota Kefamenanu, penataan kerja atau usia kerja.
prasarana dan sarana penunjang permukiman yang 3. Warganya yang sudah heterogen dapat memacu
sebagai pendukung kegiatan. pertumbuhan perekonomian dalam bidang
- Kawasan yang tidak dapat diakses karena tidak ada perdagangan dan jasa.
jembatan menuju ke daerah Tauf (rawan terisolir) 4. Mulai munculnya embrio perdagangan non
- Kawasan yang masih banyak rumah tidak layak huni formal di sekitar depan terminal maupun di
karena (KK miskin). sepanjang jalan menuju ke terminal Kefa
- Kawasan yang kecenderungan mengarah ke kumuh 5. Sepanjang jalan utama yang dikembangkan
meliputi kawasan permukiman belakang terminal sebagai kawasan CBD karena saat ini sudah
Kefamenanu. didominasi oleh pertokoan dan perkantoran serta
- Kawasan mengarah padat kumuh terdapat di RT 56 jasa perbengkelan dan lainnya
dan 57 6. Potensi pengembangan pengelolaan dan
- Kawasan RT 1,2 sepanjang bantaran sungai depan pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
tugu HKSN serta 46 dan 47 mengarah ke rawan dan makanan khas Kefa.
kumuh. 7. Kawasan strategis karena akses yang mudah
- Kawasan rawan terisolir dengan masih banyak rumah dan fasilitas yang sudah mendukung.
tidak layak huni daerah Tauf (RT 65, 66 dan 67)
- Perlunya penataan kawasan permukiman berkaitan
dengan orientasi bangunan rumah

Bab 5 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

SOSIAL
- Kawasan rawan 12arker12l perempatan terminal
(copet dan jambret)
- Kawasan yang memiliki masalah 12arker budaya
minimnya rasa memiliki/menjaga di lingkungan tempat
tinggal tempat (budaya buang sampah sembarangan)
SISTEM TRANSPORTASI
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang
masih kurang lebar
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor
Kelurahanyang mulai rusak sebagai akses utama
- Daerah rawan kemacetan saat jam tertentu di
simpang perempatan terminal Kefamenanu
- Kondisi jalan macet akibat bongkar muat barang di
pasar baru, mobil angkutan barang yang
menggunakan badan jalan sebagai area 12arker di
perempatan terminal.
RAWAN BENCANA
- Daerah rawan longsor dan banjir di daerah bantaran
sungai RT 50,60 dan 61
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen
- Rawan kekeringan air bersih
g. Kel. Sasi PERMUKIMAN 1. Sebagai Kawasan Gerbang Kota Kefamenanu
- Kawasan permukiman yang cenderung mengarah 2. Memiliki potensi ikat tenun Khas NTT dengan
padat penduduk terutama di sekitar Kantor kelurahan kelompok tenun ikat,
sasi 3. Memiliki kawasan sekolah Teologi (susteran dan
- Kawasan permukiman Kawasan mengarah ke tidak Pastoran)
layak huni (RT 18 dan ke arah Oetalus karena KK 4. Kawasan yang dekat dengan KM 9 yang
miskin) merupakan pengembangan kawasan baru
- Sebagian kawasan permukiman dijadikan sebagai 5. Memiliki kelompok sanggar seni dan dan tari
mengontrak/sewa (kost) karena dekat dengan tradisional Kefa serta banyak kelompok tenun
Kampus UNIMOR dan kawasan rumah Susteran dan ikat khas Kefa sebagai wadah pelestarian
sekolah Pastor. budaya dan nilai budaya melulalui kain dan
- Sanitasi lingkungan yang minim baik dalam kondisi pakaian adat.
mengarah kumuh 6. Kawasan yang sangat strategis di gerbang Kota
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan Kefa.
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan 7. Tingkat Kesadaran masyarakat terhadap
yang berdekatan lingkungan sudah mulai berubah dengan

Bab 5 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

- Kawasan campuran perkantoran, sekolah, kompetensi program P2KP dan PNPM


perdagangan dan permukiman . 8. Memiliki beberapa titik sumber air artetis di
- Kawasan yang perlu dikendalikan pertumbuhan Kelurahan Sasi
penduduknya terutama di daerah sekitar Kantor 9. Potensi prasarana berupa jaringan jalan yang
Kelurahan. terdiri dari jalan dalam kelurahan, jalan antar
kelurahan, jalan kabupaten yang melewati
SOSIAL kelurahan dan jalan propinsi yang melewati
- Kawasan yang memiliki masalah sosial budaya kelurahan Sasi:
minimnya rasa memiliki/menjaga di lingkungan tempat 10. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
tinggal tempat (budaya buang sampah sembarangan kerja atau usia kerja.
terutama pendatang) 11. Mulai munculnya embrio pengembangan budaya
- Minimnya rasa kebersamaan untuk menjaga dengan sanggar dan kelompok seni tari khas
lingkungan dan kegiatan sosial di lingkungan Kefamemnanu
- Sebagian daerah permukiman yang kearah Oetalus 12. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
masih minim penerangan rawan dengan kriminal. sebagai kawasan permukiman dan pergudangan.
SISTEM TRANSPORTASI 13. Potensi pengembangan sebagai kawasan
- Kondisi jaringan jalan utama yang mulai rusak sebagai gerbang kota dan kawasan pusat oleh-oleh dan
akses utama menuju ke pusat kegiatan pasar lama pusat kesenian di Kota Kefa menanu
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama menuju kawasan perdagangan
- Belum optimalnya sistem transportasi (taryek)
angkutan kota.
- Angkutan berupa bis DAMRI yang minim prasarana
dan sarana.
- Masih kurang optilnya fungsi terminal
- Minimnya perhatian dan perawatan Vegetasi disekitar
jalan dan permukiman.
RAWAN BENCANA
- Daerah Longsor di daerah KM 8 karena abrasi sungai
di bagian bawah
- Daerah Longsor sepanajng Sungai Sasi.
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen.
- Rawan kekeringan air bersih
h. Kel. Maubeli PERMUKIMAN 1. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada pada
- Kawasan permukiman cepat berkembang di bantaran sungai yang merupakan kawasan
Kelurahan Maubeli karena lokasi yang sangat pertanian khususnya sayur-sayuran.

Bab 5 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

strategis, kawasan permukiman cenderung menyebar 2. Sungai ini juga digunakan sebagai tempat
atau sprawl. penambangan galian C berupa batu dan pasir.
- Kawasan campuran antara Perkantoran, 3. Di wilayah kelurahan ini pusat administrasi
Pemerintahan KPU, Dinas Kehutanan, Kependudukan pemerintahan berupa perkantoran Samsat, Dinas
dan Catatan Sipil, Kantor samsat Bersama, Kehutanan, Depkominfo, Pertanian, Catatan Sipil
Laboraturium Kesehatan, dan Dinas Perhubungan, dan kearsipan, dan lainnya
PLTD Kefa dan Infokom. 4. Mulai munculnya embrio perdagangan secara
- Perlunya penataan bangunan baik secara letak dan non formal di sekitar Kelurahan Maubeli karena
fungsi bangunan. sebagian besar pasokan sayur bersal dari
- Rumah tidak layak huni terdapat di RT 10, 11,12 dan kelurahan Maubeli
29 5. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
- Berkembangnya rumah sewa dan kontrak bagi kerja atau usia kerja Potensi lahan yang masih
mahasiswa maupun pekerja, tanpa ada koordinasi dapat dikembangkan sebagai kawasan
dengan pihak Kelurahan. permukiman dan pergudangan.
SOSIAL 6. Potensi pengembangan pengelolaan dan
- Kawasan yang memiliki masalah sosial budaya pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
minimnya rasa memiliki/menjaga di lingkungan tempat dan makanan khas Kefa
tinggal tempat (budaya buang sampah sembarangan) 7. Potensi prasarana berupa jaringan jalan yang
- Minimnya rasa kebersamaan untuk menjaga terdiri dari jalan dalam kelurahan, jalan antar
lingkungan dan kegiatan sosial di lingkungan kelurahan, jalan kabupaten yang melewati
- Sebagian daerah permukiman masih minim kelurahan dan jalan propinsi yang melewati
penerangan rawan dengan kriminal. kelurahan Maubeli:
SISTEM TRANSPORTASI 8. Tersedianya ruang dan daerah terbuka untuk
- Kondisi jaringan jalan utama yang mulai rusak sebagai pengembangan Pasar Sayur Kota Kefamenanu
akses utama menuju ke pusat kegiatan pasar lama 9. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
- Angkutan blum bisa terlayani hingga ke permukiman sebagai kawasan permukiman dan pergudangan.
dalam; 10. Potensi pengembangan sebagai kawasan
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil gerbang kota dan kawasan pusat oleh-oleh dan
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture pusat kesenian di Kota Kefa menanu
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama menuju kawasan perdagangan
- Belum optimalnya sistem transportasi (taryek)
angkutan kota.

RAWAN BENCANA
- Daerah rawan longsor dan banjir di daerah bantaran
sungai Maubeli hingga ke arah jalan keluar menuju ke
PLTD
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan

Bab 5 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

rumah tidak permanen


- Rawan kekeringan air bersih
i.Kel. Benpasi PERMUKIMAN 1. Kawasan yang memiliki kawasan strategis
- Kawasan permukiman cepat berkembang mengarah berupa sebagai pusat administrasi dan kegiatan
ke padat di Kelurahan Benpasi karena lokasi yang Pemerintahan Kota Kefamenanu kantor BUPATI
sangat strategis dan alun-alun luas di depan kantor Bupati
- Kawasan campuran antara Perkantoran, Pusat sebagai tempat aspirasi masyarakat
Administrasi (Kantor Bupati) 2. Kawasan yang dibentuk sebagai pusat
- Kawasan Kantor Bupati lokasinya yang terkesan pelayanan dan pemerintahan sebagai pusat atau
bersatu dengan kawasan Permukiman warga sekitar daerah tengah yang sangat strategis berpotensi
- Perlunya penataan bangunan baik secara letak dan sebagai kawasan pengembangan pusat Kota
fungsi bangunan. CIVIC CENTER
- Perumahan di kelurahan berupa perumahan non 3. Sebagai penyangga kegiatanperekonomian Kota
formal yang dibangun sendiri akan tetapi terdapat Kefamenanu karena di Kelurahan Benpasi
beberapa bagian yang padat dan cenderung kumuh terdapat Pasar Baru.
antara lain permukiman di pinggiran sungai Benpasi 4. Potensial sebagai pengembangan kawasan
seblah Barat yang ditandai dengan minimnya perkonomian yang lebih bersifat kegiatan
infrastruktur dasar. perdagangan central moderen market
- Terdapat daerah yang rawan terisolir akibat tidak 5. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
adanya akses berupa jembatan meliputi RT 20,21 dan kerja atau usia kerja Potensi lahan yang masih
22 dapat dikembangkan sebagai kawasan
- Mulai munculnya embrio permukiman mengarah ke permukiman, perkantoran,perdagangan jasa dan
kumuh di depan Pasar Baru Kelurahan Benpasi pergudangan.
meliputi RT 16,17,18,19 dan 25 6. Warganya yang sudah heterogen dapat memacu
- Masih terdapat rumah yang menempati tanah milik pertumbuhan perekonomian dalam bidang
orang lain meliputi RT 17, 18 dan 19 perdagangan dan jasa.
- Kondisi ketertibpan Pasar Baru dan kebersihan 7. Sepanjang jalan utama Kelurahan Benpasi yang
lingkungan Pasar yang belum optimal sehingga masih dikembangkan sebagai kawasan CBD karena
banyak pedagang yang meluber dipinggir jalan tidak saat ini sudah didominasi oleh pertokoan dan
masuk kedalam lokasi Pasar Baru perkantoran serta jasa perbengkelan dan lainnya
- Perlu penataan Pasar Baru sesuai dengan fungsi dan
kegiatan Pasar, (pemisahan sektor kegiatan jualan
Buah, Ikan, sayur mayur, kebutuhan Pokok sembako
dan lainnya)
SOSIAL
- Kawasan yang memiliki masalah sosial budaya
minimnya rasa memiliki/menjaga di lingkungan tempat
tinggal tempat (budaya buang sampah sembarangan)
- Minimnya rasa kebersamaan untuk menjaga

Bab 5 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

lingkungan dan kegiatan sosial di lingkungan


- Sebagian daerah permukiman masih minim
penerangan rawan dengan kriminal.
SISTEM TRANSPORTASI
- Jembatan penghubung anatara kelurahan Benpasi
dengan RT 20, 21 dan 22 sebagai jalur kegiatan
aktifitas sehari-hari.
- banyak warga yang akan melewati jalan tersebut
karena mempersingkat waktu tempuh antara pusat
Kelurahan dengan warga di RT 20,21 dan 22
- tidak adanya penataan pangkalan ojek sebagai alat
transportasi alternatif sehingga tidak mengganggu
fungsi jalan
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama menuju kawasan perdagangan
- Belum optimalnya sistem transportasi (taryek)
angkutan kota.
- Tidak disediakan lahan untuk bongkar muat barang di
Pasar Baru.
RAWAN BENCANA
- Wilayah ini potensial longsor; khususnya masyarakat
pinggir sungai yang tinggal di permukiman bantaran
Sungai Benpasi RT 1,2 ,4 dan 9 apabila musim hujan
arus air sungai yang kuat sudah mengakibatkan
longsor karena tidak ada didinng penahan dan
pengaman .
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen di permukiman padat.
- Rawan kebakaran karena minimnya peralatan
pemadam serta belum tersedianya mobil pemadam
kebakaran.
- Rawan kekeringan air bersih
No2. Bikomi Selatan a. Kel. Oelami PERMUKIMAN 1. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada pada
- Permukiman lambat tumbuh karena akses jalan yang bantaran sungai yang merupakan kawasan
kondisi nya masih rusak dari Tugu selamat datang ke pertanian khususnya sayur-sayuran.
arah kelurahan Oelami; 2. Sebagian embung tadah hujan juga digunakan
- Kawasan dengan permukiman yang masih menyebar sebagai tempat pengembangna budidaya sayur

Bab 5 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

di beberapa titik terkesan (sprawl) mayur Kelurahan Oelami merupakan Lumbung


- Lingkungan Bebag yang masih banyak rumah tidak sayur Kota Kefamenanu.
layak huni. 3. Sebagian masyarakat bekerja di ladang sayur
- Masih banyak rumah bulat rumah tidak layak huni mayur dan kegiatan dagang dan Jasa potensi
karena masih banyak KK miskin masyarakat sebagai pengembangan kawasan Holtikultura
berpenghasilan rendah dan pusat penanaman sayur mayur disertai
- Permukiman tidak layak huni RT 12,13, 14,15,16 kawasan riset dan pengembangan tanaman
dan17) masih banyak (KK miskin) sayur kawasan agro
- Orientasi bangunan yang belum tertata dengan baik 4. Kelurahan Oelami yang termasuk dalam
perlu penataan kawasan permukiman. kawasan gerbang kotaKefamenanu juga
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan berpotensi sebagai kawasan Agroindustri
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan menengah dan kecil
yang berdekatan 5. penambangan galian gol C berupa batu dan pasir
SOSIAL di Daerah pinggiran sungai Oelami.
- Kawasan rawan kenakalan remaja karena masih 6. Dibangun DAM penampungan air melalui biaya
banyak pengangguran di usia kerja, APBN karena kawasan sering menjadi daerah
- Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. genangan dan sebagai run off air pada saat
- Banyaknya masyrakat berpenghasilan rendah KK musim hujan
miskin 7. Potensi prasarana berupa jaringan jalan ring road
- Daerah rawan konflik dengan permukiman baru. barat yang sudah dipersiapkan Bupati terdahulu
SISTEM TRANSPORTASI sebagai akses melingkar kota sebagai potensi
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang membuka pengembangan kawasan permukiman
masih kurang lebar, terutama jalan menuju ke baru.
permukiman yang melewati perkampungan sangat 11. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
sempit dan perlu peningkatan jalan dan pembangunan kerja atau usia kerja.
jalan 12. Mulai munculnya embrio pengembangan
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor tanaman sayuran melalui kelompok tani di
Kelurahan yang mulai rusak sebagai akses ke kantor Kelurahan Oelami
administrasi Kelurahan. 13. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
- Minimnya angkutan kota maka munculnya ojek sebagai kawasan permukiman dan pergudangan
sebagai alat transportasi alternatif, sejajar berkaitan dengan pengembangangan
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil jalan lingkar kota barat atau ring road.
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture 14. pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di dan makanan khas Kefa
sepanjang jalan utama
- Belum optimalnya sistem transportasi (trayek)
angkutan kota.
Rawan bencana
- Daerah luapan air dari bukit banjir di daerah atas

Bab 5 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

Kelurahan Sasi dan Desa Naila karena tidak ada


saluran yang mengarahkan ke kawasan yang lebih
rendah
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen di permukiman padat
- Rawan longsor sepanjang bantaran sungai di
kelurahan Oelami karena tidak ada pengaman sungai
dan dinding penahan air
- Rawan kekeringan air bersih
b. Desa Naiola PERMUKIMAN 1. Kawasan yang berada di gerbang kota
- Tidak semua kawasan Desa Naiola ikut dalam Kefamemanu kawasan yang memiliki sebagian
delianiasi bagian wilayah Kota Kefa hanya sampai hutan kota dan hutan adat sebagai kawasan filter
dengan KM 11, jadi terkesan sepenggal dapat atau gerbang kota.
menyebabkan rawan friksi pembangunan, 2. Kawasan sebagai daerah pengembangan Baru
- Berkaitan dengan tanah desa/adat (hutan) dengan dengan mulai dilengkapi prasarana dan sarana.
sistem tukar guling dengan Tanah Pemerintah belum 3. Salah satu Desa yang sudah ada kawasan
ada kejelasan dari Pemerintah TTU Permukiman dari developer Perum BTN
- Permukiman lambat pertumbuhannya karena 4. Kawasan dengan kelengkapan pengembangan
ketersediaan air bersih yang masih susah serta akses baru berupa dibangunnya Gedung DPRD Kota
jaringan jalan yang berupa tanah sering longsor akibat Kefamenanu Tugu Selamat Datang dan konsep
hujan (lingkungan Binokoseon) rencana sebagai kawasan RTH di sekitar
- Sebagian mengarah pada kumuh (binokoseon) embung sebelah barat jalan utama
permukiman yang mulai tumbuh dengan 5. Pembangunan kawasan terminal Internasional
kecenderungan masih banyak terdapat rumah bulat sebagai pendukukng kawasan transit dari RI ke
dan bebag rumah tidak layak huni karena banyak RDTL melalui gerbang Motaian maupun Winni
masyarakat berpenghasilan rendah (KK miskin) 6. Kedepan akan menjadi kawasan yang potensial
- Miinim infrastruktur menuju daerah binokoseon sebagai pengembangan kawasan jasa
daerah sebelah barat dari Jalan Utama KM 9 perhotelan dan lainnya.
mengarah ke kecenderungan permukiman tidak layak 7. Pengembangan kawasan permukiman karena
huni. masih tersedianya lahan yang masih cukup luas.
- Perlunya penataan permukiman dan orientasi 8. Kawasan Desa Nailoa yang digunakan sebagai
bangunan agar semua permukiman dapat di akses markas Yonif Pasukan Perbatasan 743-744 NTT:
oleh jalan. 15. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
- Kondisi pola permukiman yang menyebar (sprawl) sebagai kawasan permukiman dan pergudangan
- Terdapat kawasan binokoseon dan terbagi ke sejajar berkaitan dengan pengembangangan
pembukaan lahan di Perumahan BTN KM 9. jalan lingkar kota timur atau ring road timur.
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan
yang berdekatan

Bab 5 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

- Kawasan campuran perkantoran, perumahan,


pendidikan, terminal internasional (terminal
Perbatasan Ke RDTL) dan permukiman.
SOSIAL
- Kawasan rawan kenakalan remaja daerah terminal
dan lingkungan sekitar Kampus UNIMOR, banyaknya
didirikan kost-kostsan dan rumah kontrakan sehingga
yang kurang pengawasan ketat dengan
kecenderungan pergaulan bebas dan kenakalan
remaja.
- Kecenderungan kesenjangan sosial antara daerah
Perumahan BTN dengan kawasan sekitarnya
walaupun infrastruktur di perumahanan BTN juga
perlu peningkatan dan pembangunan.
- Daerah rawan friksi dengan permukiman baru dan
warga asli.

SISTEM TRANSPORTASI
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang
masih kurang lebar, terutama jalan menuju ke
permukiman yang melewati perkampungan sangat
sempit dan perlu peningkatan jalan dan pembangunan
jalan
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor
Kelurahan yang mulai rusak sebagai akses ke kantor
administrasi Kelurahan.
- Minimnya angkutan kota maka munculnya ojek
sebagai alat transportasi alternatif,
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama
- Belum optimalnya sistem transportasi (trayek)
angkutan kota hingga ke permukiman.
Rawan bencana
- Daerah rawan longsor akibat hujan karena tidak
adanya saluran pengarah drainase dan penampungan
menyebabkan luberan air yang deras masuk ke
permukiman warga.

Bab 5 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan


rumah tidak permanen di permukiman padat
- Rawan kekeringan air bersih

3. Bikomi Tengah a. Desa Oenenu PERMUKIMAN 1. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada pada
- Desa Oenenu yang tadinya satu setelah tahun 2008- bantaran sungai yang merupakan kawasan
2009 mengalami pemekaran menjadi tiga desa, Desa pertanian khususnya sayur-sayuran.
Oenenu, Desa Oenenu Selatan dan Oenenu Utara, 2. Kawasan yang memiliki sumber mata air Oenenu
kondisi permukiman dengan kecenderungan linier dan di daerah Hutan Adat Oenenu Induk yang kondisi
organik perlu penataan dan orientasi bangunan nya sangat baik dan terjaga.
permukiman berkaitan dengan GSB, 3. Kawasan Hutan Adat yang potensi sebagai
- Permukiman lambat tumbuh karena akses jalan yang kawasan konservasi untuk melindungi sumber
kondisi nya masih rusak dari Kelurahan Kefamennau mata air desa,
Utara dan kelurahan Bansone; 4. Potensi sumber mata air yang dapat dikelola dan
- Perlu ada akses jembatan menuju ke kampung lama dapat dinikmati oleh masyarakat/warga sekitar
yang melintasi sungai Oenenu. 5. Potensi wisata berupa KAMPUNG LAMA atau
- Kawasan dengan permukiman yang masih menyebar ancient village
di beberapa titik terkesan (sprawl) 6. Potensi pengembangan kawasan peternakan
- Lingkungan kampung lama di oenenu yang masih karena memiliki padang hamparan rumput yang
banyak rumah tidak layak huni rumah bulat atau masih luas
bebag. 7. Daerah bukit atas ini juga digunakan sebagai
- Masih banyak rumah bulat rumah tidak layak huni tempat penambangan mangan.
karena masih banyak KK miskin masyarakat 8. Terdapat embung yang digunakan sebagai
berpenghasilan rendah sumber air untuk ternak dan pengairan sayur
- Permukiman tidak layak huni di daerah sumber mata mayur.
air Oenenu masih banyak (KK miskin) 9. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
- Orientasi bangunan yang belum tertata dengan baik kerja atau usia kerja.
perlu penataan kawasan permukiman. 10. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan sebagai kawasan permukiman pariwisata
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan pendukung kampung lama.
yang berdekatan 11. Potensi pengembangan pengelolaan dan
SOSIAL pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
- Kawasan rawan kenakalan remaja karena masih dan makanan khas Kefa
banyak usia kerja yang mengangur
- Kecenderungan daerah yang sangat berbeda
pembangunan dan perkembangannya mengakibatkan
mudah muncul friksi sosial
SISTEM TRANSPORTASI
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang

Bab 5 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

masih kurang lebar, terutama jalan menuju ke


permukiman yang melewati perkampungan sangat
sempit dan perlu peningkatan jalan dan pembangunan
jalan
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor
Kelurahan yang mulai rusak sebagai akses ke kantor
administrasi Kelurahan.
- Minimnya angkutan kota maka munculnya ojek
sebagai alat transportasi alternatif,
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama
- Belum optimalnya sistem transportasi (trayek)
angkutan kota hingga ke permukiman.
Rawan bencana
- Daerah rawan longsor dan banjir di daerah bantaran
sungai oenenu yang meluap akibat hujan perlu akses
jembatan,
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen di permukiman padat
b. Desa Oenenu PERMUKIMAN 1. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada pada
Selatan - Desa Oenenu dahulunya adalah satu desa setelah bantaran sungai yang merupakan kawasan
tahun 2008-2009 mengalami pemekaran menjadi tiga pertanian khususnya sayur-sayuran.
desa, Desa Oenenu, Desa Oenenu Selatan dan 2. Kawasan yang memiliki sumber mata air Oenenu
Oenenu Utara, kondisi permukiman dengan di daerah Hutan Adat Oenenu Induk yang kondisi
kecenderungan linier dan organik perlu penataan dan nya sangat baik dan terjaga.
orientasi bangunan permukiman berkaitan dengan 3. Kawasan Hutan Adat yang potensi sebagai
GSB, kawasan konservasi untuk melindungi sumber
- Permukiman lambat tumbuh karena akses jalan yang mata air desa,
kondisi nya masih rusak dari Kelurahan Kefamennau 4. Potensi sumber mata air yang dapat dikelola dan
Utara dan kelurahan Bansone; dapat dinikmati oleh masyarakat/warga sekitar
- Perlu ada peningkatan jembatan akses jembatan 5. Potensi wisata berupa KAMPUNG LAMA atau
menuju ke desa lain yang melintasi sungai Oenenu ancient village
menuju ke Desa Oenenu Utara dan Bansone. 6. Potensi pengembangan kawasan peternakan
- Kawasan dengan permukiman yang masih menyebar karena memiliki padang hamparan rumput yang
di beberapa titik terkesan (sprawl) masih luas
- Masih banyak rumah bulat rumah tidak layak huni 7. Daerah bukit atas ini juga digunakan sebagai
karena masih banyak KK miskin masyarakat tempat penambangan mangan.

Bab 5 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

berpenghasilan rendah 8. Terdapat embung yang digunakan sebagai


- Permukiman tidak layak huni di daerah sepanjang sumber air untuk ternak dan pengairan sayur
jalan utama Oenenu Selatan; mayur.
- Orientasi bangunan yang belum tertata dengan baik 9. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
perlu penataan kawasan permukiman. kerja atau usia kerja.
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan 10. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan sebagai kawasan permukiman pariwisata
yang berdekatan pendukung kampung lama.
SOSIAL 11. Potensi pengembangan pengelolaan dan
- Kawasan rawan kenakalan remaja karena masih pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
banyak usia kerja yang mengangur dan makanan khas Kefa
- Kecenderungan daerah yang sangat berbeda
pembangunan dan perkembangannya mengakibatkan
mudah muncul friksi sosial
SISTEM TRANSPORTASI
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang
masih kurang lebar, terutama jalan menuju ke
permukiman yang melewati perkampungan sangat
sempit dan perlu peningkatan jalan dan pembangunan
jalan
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor
Kelurahan yang mulai rusak sebagai akses ke kantor
administrasi Kelurahan.
- Minimnya angkutan kota maka munculnya ojek
sebagai alat transportasi alternatif,
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama
- Belum optimalnya sistem transportasi (trayek)
angkutan kota hingga ke permukiman.
Rawan bencana
- Daerah rawan longsor dan banjir di daerah bantaran
Sungai Oenenu yang meluap akibat hujan perlu akses
jembatan,
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen di permukiman padat
- Rawan kekeringan air bersih
c. Desa Oenenu Utara PERMUKIMAN 1. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada pada

Bab 5 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

- Desa Oenenu yang tadinya satu setelah tahun 2008- bantaran sungai yang merupakan kawasan
2009 mengalami pemekaran menjadi tiga desa, Desa pertanian khususnya sayur-sayuran.
Oenenu, Desa Oenenu Selatan dan Oenenu Utara, 2. Kawasan yang memiliki sumber mata air Oenenu
kondisi permukiman dengan kecenderungan linier dan di daerah Hutan Adat Oenenu Induk yang kondisi
organik perlu penataan dan orientasi bangunan nya sangat baik dan terjaga.
permukiman berkaitan dengan GSB, 3. Kawasan Hutan Adat yang potensi sebagai
- Permukiman lambat tumbuh karena akses jalan yang kawasan konservasi untuk melindungi sumber
kondisi nya masih rusak dari Kelurahan Kefamennau mata air desa,
Utara dan kelurahan Bansone; 4. Potensi sumber mata air yang dapat dikelola dan
- Perlu ada akses jembatan menuju ke kampung lama dapat dinikmati oleh masyarakat/warga sekitar
yang melintasi sungai Oenenu. 5. Potensi wisata berupa KAMPUNG LAMA atau
- Kawasan dengan permukiman yang masih menyebar ancient village
di beberapa titik terkesan (sprawl) 6. Potensi pengembangan kawasan peternakan
- Lingkungan kampung lama di oenenu Utara (Nabu) karena memiliki padang hamparan rumput yang
yang masih banyak rumah tidak layak huni rumah masih luas
bulat atau bebag. 7. Daerah bukit atas ini juga digunakan sebagai
- Masih banyak rumah bulat rumah tidak layak huni tempat penambangan mangan.
karena masih banyak KK miskin masyarakat 8. Terdapat embung yang digunakan sebagai
berpenghasilan rendah sumber air untuk ternak dan pengairan sayur
- Permukiman tidak layak huni di daerah sumber mata mayur.
air Oenenu masih banyak (KK miskin) 9. Tersedianya sumber daya manusia yang siap
- Orientasi bangunan yang belum tertata dengan baik kerja atau usia kerja.
perlu penataan kawasan permukiman. 10. Potensi lahan yang masih dapat dikembangkan
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan sebagai kawasan permukiman pariwisata
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan pendukung kampung lama.
yang berdekatan 11. Potensi pengembangan pengelolaan dan
SOSIAL pemberdayaan Ibu-ibu dalam usaha tenun ikat
- Kawasan rawan kenakalan remaja karena masih dan makanan khas Kefa
banyak usia kerja yang mengangur
- Kecenderungan daerah yang sangat berbeda
pembangunan dan perkembangannya mengakibatkan
mudah muncul friksi sosial
SISTEM TRANSPORTASI
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang
masih kurang lebar, terutama jalan menuju ke
permukiman yang melewati perkampungan sangat
sempit dan perlu peningkatan jalan dan pembangunan
jalan
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor

Bab 5 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

Kelurahan yang mulai rusak sebagai akses ke kantor


administrasi Kelurahan.
- Minimnya angkutan kota maka munculnya ojek
sebagai alat transportasi alternatif,
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama
- Belum optimalnya sistem transportasi (trayek)
angkutan kota hingga ke permukiman.
Rawan bencana
- Daerah rawan longsor dan banjir di daerah bantaran
sungai oenenu yang meluap akibat hujan perlu akses
jembatan,
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen di permukiman padat,
- Rawan kekeringan air bersih.
4 Miomaffo Timur a. Kelurahan Oesena PERMUKIMAN 1. Sebagai Ibukota Kecamatan dari Kecamatan
- Permukiman yang mulai berkembang secara linier Miomaffo Timur
mengikuti pola jaringan jalan dan alam sekitarnya. 2. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada di
- Sebagian mengarah kecenderungan kumuh daerah dataran yang tinggi yang merupakan
permukiman padat dengan kecenderungan kumuh kawasan pertanian dan perkebunan berpotensi
karena minim infrastruktur daerah RT pengembangan perkebunan buah dan tanaman
1a,1b,2a,2b,3,4,5,6,7a dan 7b, sebagian RT kopi cengkeh dan lainnya.
9,16a,dan 18 3. Kawasan permukiman yang dibentuk dengan
- Kawasan dengan permukiman yang masih menyebar pengembangan dan penataan Ibukota
di beberapa titik terkesan (sprawl) Kecamatan Miomaffo
- Kecenderungan padat di kawasan RT3,4,6 dan 13 4. Sebagai Kecamatan yang memiliki gerbang
- Masih banyak rumah bulat rumah tidak layak huni menuju kawasan perbatasan RI – RDTL
karena masih banyak KK miskin masyarakat 5. Memiliki potensi daerah pariwisata Goa Alam
berpenghasilan rendah Pop nam dan Pepnani,
- Orientasi bangunan yang belum tertata dengan baik 6. Memiliki kawasan situs megalitikum dan potensi
perlu penataan kawasan permukiman. Waykusi sebagai pengembangan kawasan
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan pariwisata selain itu juga hutan yang bisa
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan digunakan sebagai kawasan BUPER bumi
yang . perkemahan dan wisata hikking dan ketangkasan
OUT BOUND
7. Pengembangan kawasan permukiman karena
SOSIAL masih banyak tersedia lahan yang sangat luas

Bab 5 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

- Kawasan rawan kenakalan remaja karena masih 8. Kawasan yang memiliki hawa gunung dan sejuk
banyak usia kerja yang mengangur serta lokasi yang lebih tinggi topografinnya
- Kecenderungan daerah yang sangat berbeda
pembangunan dan perkembangannya mengakibatkan
mudah muncul friksi sosial
SISTEM TRANSPORTASI
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang
masih kurang lebar, terutama jalan menuju ke
permukiman yang melewati perkampungan sangat
sempit dan perlu peningkatan jalan dan pembangunan
jalan
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor
Kelurahan yang mulai rusak sebagai akses ke kantor
administrasi Kelurahan.
- Minimnya angkutan kota maka munculnya ojek
sebagai alat transportasi alternatif,
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama
- Belum optimalnya sistem transportasi (trayek)
angkutan kota hingga ke permukiman.
Rawan bencana
- Daerah banjir dan longsor di daerah bantaran sungai
RT 15 dan 16b serta bantaran sungai Oesena,
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen di permukiman padat
- Rawan kekeringan air bersih
b. Desa Taekas PERMUKIMAN 1. Sebagian dari wilayah kelurahan Taekas ini
- Permukiman Desa yang sudah tumbuh secara berada pada daerah perbukitan bantaran sungai
bertahap karena akses jaringan jalan dan daerah yang yang merupakan kawasan pertanian dan
memiliki topograsi alam yang berbukit2 perkebunan khususnya sayur-sayuran tanah
- Permukiman yang mulai berkembang secara linier yang subur serta melimpahnya air
mengikuti pola jaringan jalan dan alam sekitarnya. 2. Sumber Air sebagai potensi utama yang dahulu
- Sebagian mengarah kecenderungan tidak sehat dan digunakan sebagai sumber air Kota Kefamenanu
tidak layak huni minim infrastruktur daerah RT 1,3,4,5 3. Sungai ini juga digunakan sebagai tempat
dan 6, karena masih banyak rumah bulat dan bebag penambangan galian C berupa batu dan pasir.
- Kawasan dengan permukiman yang masih menyebar 4. Sebagai salah satu desa yang dekat dengan
di beberapa titik terkesan linier mengikuti pola jaringan Ibukota Kecamatan dari Kecamatan Miomaffo

Bab 5 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

NO KECAMATAN KELURAHAN PERMASALAHAN POTENSI

jalan. Timur
- Kecenderungan padat di kawasan RT3,4,5 dan 8,9 5. Sebagian dari wilayah kelurahan ini berada di
- Masih banyak rumah bulat rumah tidak layak huni daerah dataran yang tinggi yang merupakan
karena masih banyak KK miskin masyarakat kawasan pertanian dan perkebunan berpotensi
berpenghasilan rendah pengembangan perkebunan buah dan tanaman
- Orientasi bangunan yang belum tertata dengan baik kopi cengkeh dan lainnya.
perlu penataan kawasan permukiman. 6. Memiliki potensi daerah pariwisata Goa Alam
- Masih terdapat sistem rumah sebelah dengan Pop nam dan Pepnani,
kandang ternak (babi) Sempadan antar bangunan 7. Salah satu desa yang memiliki wahana Kolam
yang. Renang yang saat ini dalam proses pengerjaan
SOSIAL karena potensi air yang melimpah
- Kawasan rawan kenakalan remaja karena masih 8. Potensi pengembangan budidaya perikanan
banyak usia kerja yang mengangur darat yang sudah banyak diminati warga Taekas.
- Kecenderungan daerah yang sangat berbeda 9. Memiliki kawasan situs megalitikum dan potensi
pembangunan dan perkembangannya mengakibatkan Waykusi sebagai pengembangan kawasan
mudah muncul friksi sosial pariwisata selain itu juga hutan yang bisa
SISTEM TRANSPORTASI digunakan sebagai kawasan BUPER bumi
- Belum jelasnya hierakhi jalan serta dimensi jalan yang perkemahan dan wisata hikking dan ketangkasan
masih kurang lebar, terutama jalan menuju ke OUT BOUND
permukiman yang melewati perkampungan sangat 10. Pengembangan kawasan permukiman karena
sempit dan perlu peningkatan jalan dan pembangunan masih banyak tersedia lahan yang sangat luas
jalan 11. Kawasan yang memiliki hawa gunung dan sejuk
- Kondisi jaringan jalan utama meuju ke kantor serta lokasi yang lebih tinggi topografinnya
Kelurahan yang mulai rusak sebagai akses ke kantor
administrasi Kelurahan.
- Minimnya angkutan kota maka munculnya ojek
sebagai alat transportasi alternatif,
- Dimensi dan ROW jalan yang masih sempit dan kecil
- Minimnya perhatian dan perawatan Street furniture
(lampu penerangan jalan) dan pengaman di
sepanjang jalan utama
- Belum optimalnya sistem transportasi (trayek)
angkutan kota hingga ke permukiman.
Rawan bencana
- Daerah longsor di daerah dengan kemiringan 45˚-
85˚di daerah yang berbukit,
- Rawan bencana kebakaran di permukiman padat dan
rumah tidak permanen di permukiman padat
Sumber : data primer SPPIP Kota Kefamenanu 2012

Bab 5 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

5.2. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN


INFRASTRKTUR KAWASAN WINI

Tabel V.3.
Permasalahan Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Pendukung Kawasan Perkotaan Wini dan Eban

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
1 Permukiman 1. Adanya kawasan permukiman yang cenderung kumuh di 1. Penyediaan infrastruktur yang layak bagi permukiman
tengah Kota Wini dan Eban khususnya permukiman masyarakat berpenghasilan menengah
2. Adanya permukiman lama yang tidak layak huni dan dan rendah
minim infrastruktur 2. Melakukan pengembangan dan pembangunan permukiman
3. Belum adanya pengembangan permukiman skala besar terhadap lahan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
4. Masih banyaknya rumah-rumah yang tidak layak huni Wilayah Kabupaten TTU
5. Belum tertatanya permukiman dari segi orientasi, KDB, 3. Melakukan penanganan terhadap kawasan yang padat dan
KLB dan sempadan kumuh di pusat kota dengan konsep redevelopmen dan renewal
6. Mulai tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman 4. Melakukan pemugaran maupun renovasi terhadap rumah yang
di kawasan lindung tidak layak huni
7. Adanya kawasan permukiman yang terisolir (tidak ada 5. Melakukan pengendalian dan pengaturan pada kawasan
akses) permukiman baru tumbuh
6. Melakukan pengendalian terhadap tumbuhnya permukiman
pada kawasan lindung
1 Persampahan - Belum terdapat dokumen induk Perencanaan Teknis - Penyediaan studi terkait pengelolaan sampah (PTMP, DED
Manajemen Persampahan dan pendukungnya. TPA landfill, Studi pembiayaan sampah dll)
- Cakupan pelayan rendah, baru sekitar 10% - Peningkatan cakupan pelayanan sampah hingga 60% dengan
- TPA dengan sistem open dumping peningkatan prasarana dan sarana persampahan
- Belum ada upaya pengurangan sampah dari tingkat - Pengelolaan TPA dengan system landfill
sumber dengan 3R - Program pengurangan sampah dari sumbernya dengan
- Kurangnya peran dan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R (sosialisasi, penyediaan TPST, mesin
pengelolaan sampah komposting, pelatihan 3R, pilot project kawasan mandiri

Bab 5 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
- Kurangnya kapasitas pendanaan dan minimnya retribusi sampah)
pengelolaan sampah - Sosialisasi kebersihan
- Regulasi pengelolaan belum sesuai dengan paradigma - Optimalisasi dan sosialisasi manajemen pengelolaan sampah
pengelolaan sampah saat ini. hingga tingkat lingkungan
- Penyediaan regulasi pengelolaan sampah sesuai Undang-Undang
yang berlaku, termasuk bidang kelembagaan dan tarif retribusi
kebersihan.
2 Drainase - Belum terdapat studi terkait sistem drainase - Penyusunan studi terkait drainase
- Belum terdapat regulasi mengenai drainase - Penyediaan regulasi tentang drainase
- Alur saluran lingkungan yang berkelok-kelok menghambat - Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan
aliran air dan gerusan dinding sungai - Penataan saluran drainase secare terpadu (pembangunan baru,
- Kurang terintegrasinya dimensi dan dasar elevasi saluran peningkatan dan pemeliharaan saluran)
drainase karena pembangunan bersifat parsial - Pembangunan sumur resapan
- Banyak saluran terputus, tidak mematus ke saluran primer - Pembangunan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor
dan outlet saluran drainase tidak jelas sepanjang saluran.
- Terhambatnya aliran oleh sampah, sedimen dan tanaman
liar
- Bercampurnya pembuangan limbah cair domestic
masyarakat kedalam saluran darinase
- Saluran kota yang sebagian berupa saluran tertutup
memiliki jarak manhole yang cukup jauh sehingga
menyulitkan perawatan saluran. Selain itu tidak pernah
dilakukan perawatan terhadap saluran yang ada, sehingga
banyak saluran yang mati penuh dengan sedimen dan
sampah. Inlet sudah banyak yang tertutup
- Perubahan fungsi daerah resapan menjadi permukiman di
daerah hulu
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang
sampah di saluran drainase
3 Air Limbah - Belum terdapat dokumen rencana induk terkait sanitasi - Penyediaan dokumen sanitasi dan rencana induk serta DED
- Akses terhadap layanan sanitasi sangat rendah, sekitar sistem air limbah kota.
10% - Peningkatan akses terhadap sanitasi sehat menjadi 60%
- Belum terdapat Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) - Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi dilingkungan

Bab 5 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
skala kota permukiman dan tempat publik.
- Kelembagaan pengelolaan air limbah belum ada - Penyediaan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah
- Belum ada regulasi pengelolaan limbah cair domestik dan non domestik (industri, Rumah sakit, restoran, hotel dll)
non domestik. Banyak industri, hotel, pemotongan hewan - Penyediaan IPLT dan truk tinja
dan lain-lain belum memiliki IPAL - Pembentukan, pelatihan kelembagaan penglolaan air limbah
- Perlunya pengelolaan air limbah sistem off site dalam - Penyusunan Perda tentang air limbah
jangka panjang - Sosialisasi dan pelibatan masyarakat dalam pengembangan
pelayanan sanitasi.
- Penyediaan sanitasi dengan sewerage sistem
4 Air Minum - Belum terdapat studi terkait pengembangan Sistem - Penyusunan studi potensi air baku dan Rencana Induk SPAM
Penyediaan Air Minum (SPAM) - Pembentukan kelembagaan SPAM regional
- Belum tedapat lembaga SPAM regional - Pencarian alternatif sumber air baku baru
- Kurangnya debit dan suplay air baku - Optimalisasi sumber air baku yang ada dengan perbaikan dan
- Bila musim kemarau air permukaan akan mengering peningkatan jaringan transmisi dan distribusi
- Minimnya cakupan pelayanan air bersih masyarakat, - Penyehatan PDAM dan penyusunan Coporate Plan yang baik
masih sekitar 10% - Pembuatan SPAM IKK dengan sumber dari air permukaan/ mata
- Cakupan layanan perpipaan PDAM masih rendah air
- Tidak terdapat sistem air bersih di skala kecamatan - Peningkatan cakupan pelayanan air bersih dengan sistem air
- Rendahnya akses terhadap air bersih karena lokasi bersih sederhana
sumber air yang jauh dan relatif rendah dari permukiman - Pemanfaatan teknologi penyediaan air yang inovatif dan hemat
- Kemiskinan membuat masyarakat memerlukan sistem energi
penyediaan air yang inovatif dan hemat energi. - Pelayanan air bersih pada daerah rawan air
- Terdapat banyak daerah rawan air - Pengeboran sumber air
- Desalinasi air laut untuk sumber air baku air minum
5 Jalan - Belum terdapat rencana induk terkait jaringan jalan dan - Tersedianya studi terkait sistem transportasi dan data base
Lingkungan sistem transportasi jaringan jalan
- Belum ada data base jaringan jalan - Penyusunan regulasi jaringan jalan (termasuk mengatur GSB dan
- Banyak jalan akses dan jalan lingkungan berupa jalan pembatasan tonase kendaraan)
tanah tanpa drainase dan bangunan pelengkapnya - Penyusunan strandarisasi jalan lingkungan
- Banyak kawasan terisolir karena jalan terputus atau tidak - Pembangunan jalan akses antar lingkungan
tersedia jembatan penghubung. - Penyediaan jalan inspeksi ditepi sungai dan saluran
- Penyediaan sistem penahan tanah pada aderah rawan longsor
- Pembangunan jembatan penghubung

Bab 5 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
- Penyediaan bangunan pelengkap jalan
Sumber : data primer SPPIP Kota Kefamenanu 2012

Bab 5 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

7.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN KAJIAN


KESELARASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR
PERKOTAAN TTU

Dalam rangka pengembangan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur


perkotaan, maka diperlukan dasar kebijakan, untuk itu dilakukan kajian
keselarasan kebijakan, strategi dan program yang ada. Dalam kajian keselarasan
kebijakan, strategi dan program ini menyangkut kebijakan dalam perencanaan
pembangunan dan kebijakan penataan ruang. Kebijakan perencanaan
pembangunan adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten TTU tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten TTU tahun 2011 – 2015; dan kebijakan penataan ruang adalah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TTU tahun 2008 – 2028 dan Rencana
Detail Tata Ruang Kota Kefamenanu tahun 2008-2028. Selengkapnya
keselarasan antar kebijakan dan program dapat dilihat tabel VII.1. serta
keselarasan kebijakan dan kondisi eksisting dapat dilihat tabel VII.2.

Bab 7 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VII.1.
Matriks Keselarasan Antar Kebijakan dan Program Bidang Permukiman

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Kebijakan Program

RPJMD Kabupaten 1). Mempersiapkan 1) Program penataan ruang Kota


TTU penataan ruang Kefamenanu;
(2011 – 2015) yang 2) Program pemanfaatan ruang
mendukung Kota Kefamenanu;
pembangunan 3) Program pengendalian
Kota pemanfaatan ruang Kota
Kefamenanu; Kefamenanu;
RTRW Kabupaten TTU 2). Mengembangka 4) Program pengembangan pusat
(2008 – 2028) n perumahan aktivitas di Kota Kefamenanu
layak huni dan 5) Program pengembangan
sanitasi yang perumahan di Kota Kefamenanu;
memada
PENATAAN Strategi Kebijakan
RUANG
Meningkatkan 1) Pemantapan 1) Restrukturisasi ruang kota
ketersediaan infrastruktur fungsi ruang kota dengan memperjelas hirarki
dan sarana permukiman melalui pembagian jaringan jalan dan pengaturan
perkotaan dan perdesaan struktur Kota serta penataan ruang kota
untuk memberikan Kefamenanu sesuai dengan fungsinya;
pelayanan yang sebaik- 2) Pemantapan 2) Redevelopment/renewal pada
baiknya kepada seluruh fungsi ruang area permukiman padat dan
lapisan masyarakat; permukiman kumuh, misalnya: rusunawa,
sehingga rusunami, penataan kampung
terbentuk kota, upgrading, dll.
kawasan-kawasan 3) New development melalui
permukiman yang kasiba dan lisiba pada area
terpadu dan permukiman yang mulai
efisien tumbuh;
Program
1. Penyediaan dan 1) Penyediaan 1) Program regenerasi melalui
pengelolaan air bersih perumahan yang restrukturisasi ruang kota
2. Penataan kawasan layak huni bagi termasuk kawasan permukiman
perumahan kota masyarakat Kota 2) Program pembangunan RSH,
3. Penyiapan sarana Kefamenanu rusunami dan rusunawa
pendukung 2) Penataan merupakan perwujudan
permukiman permukiman kawasan budidaya, terutama
4. Penyiapan sumber air sesuai dengan untuk penataan kawasan
bersih dan instalasi peruntukan tata permukiman
dengan sistem ruang 3) Program Kasiba dan Lisiba
desalinasi untuk 3) Penyediaan pada kawasan baru cepat
wilayah pantura utilitas dan tumbuh permukiman sebagai
5. Penyiapan kawasan infrastruktur pengaturan dan pengendalian
permukiman permukiman yang pembangunan dan
transmigrasi di memadai pengembangan permukiman
Pantura (KTM Ponu) perkotaan.
S u mb e r: A n a l i s i s T i m S P P I P K e f a m e n a n u , 2 0 1 2

Bab 7 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.2.
Matriks Keselarasan Antar Kebijakan dan Program Bidang Infrastruktur

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Kebijakan Program
RPJMD Kabupaten TTU 1. Mendorong pengembangan 1. Pengembangan infrastruktur & utilitas sesuai
(2011 – 2015) infrastruktur dan utilitas sesuai dengan RTRW Kab. TTU:
dengan Rencana Tata Ruang a. Program pembangunan jalan seabgai
Wilayah Kabupaten Timor penghubung antar pusat kegiatan;
Tengah Utara; b. Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan
2. Membangun kerjasama dalam jembatan;
pengembangan utilitas; c. Program pengembangan perumahan;
3. Mempersiapkan penataan d. Program pengembangan jaringan listrik;
ruang yang mendukung e. Program pengembangan jaringan air bersih;
pembangunan Kota f. Program pembangunan saluran drainase;
Kefamenanu; g. Program pembangunan sanitasi;
4. Meningkatkan infrastruktur dan h. Program pembangunan jaringan telekomunikasi.
utilitas perkotaan yang 2. Membangun kerjasama dalam pengembangan
memadai; infrastruktur:
a. Program kerjasama pembangunan listrik,
telekomunikasi dan air bersih.
3. Mempersiapkan penataan ruang yang
mendukung pembangunan Kota Kefamenanu:
a. Program penataan ruang Kota Kefamenanu;
b. Program pemanfaatan ruang Kota Kefamenanu;
c. Program pengendalian pemanfaatan ruang Kota
Kefamenanu;
d. Program pengembangan pusat aktivitas di Kota
Kefamenanu.
4. Meningkatkan infrastruktur & utilitas perkotaan
yang memadai
a. Program peningkatan dan perbaikan jalan dan
jembatan di Kota Kefamenanu;
b. Program peningkatan utilitas Kota Kefamenanu;
c. Program pengembangan transportasi umum
terpadu Kota Kefamenanu;
d. Program pengembangan perumahan di Kota

Bab 7 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Kefamenanu;
e. Prorygram peningkatan kesempatan kerja.

RTRW Kabupaten TTU


(2008 – 2028)

PENATAAN Strategi Kebijakan


RUANG 1) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur 1. Memperluas pelayanan 1) Terwujudnya pusat-pusat pelayanan yang didukung
dan sarana permukiman perkotaan dan infrastruktur permukiman sesuai oleh infrastruktur yang memadai, terpadu dan
perdesaan untuk memberikan dengan arahan RTRW Kab. TTU efisein
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada 2. Meningkatkan kualitas dan 2) Terbukanya akses seluas-luasnya bagi seluruh
seluruh lapisan masyarakat; kuantitas infrastruktur terutama masyarakat Kota Kefamenanu akan infastruktur
2) Mengembangkan, mempertahankan dan pada pusat-pusat pelayanan permukiman, khususnya air bersih dan energi listrik
meningkatkan akses masyarakat akan 3) Terjalinnya kerjasama dalam pembangunan
ketersediaan energi listrik dan jaringan infrastruktur permukiman sesuai dengan tata ruang
telekomunikasi;
Program
a. Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan 1) Terlaksananya sistem jaringan 1) Terbangunnya infrastruktur permukiman yang
dan jembatan; yang dilakukan dengan memadai bagi seluruh masyarakat Kota
b. Pembangunan jalan dan jembatan peningkatan/ pembangunan Kefamenanu
c. Penyusunan data base ruas jaringan infrastruktur, khususnya jalan 2) Terwujudnya sistem jaringan yang memadai
jalan dan jembatan terutama jaringan jalan, air minum, drainase, air
d. Peningkatan dan rehabilitas moda 2) Terwujudnya sistem limbah/sanitasi dan sampah
angkutan pedesaan/kec. transportasi Kota Kefamenanu 3) Tersedianya layanan transportasi umum bagi
e. Pembangunan prasarana dan sarana yang menjangkau seluruh masyarakat Kota Kefamenanu yang efisien dan
pendukung pelabuhan. masyarakat secara efisien efektif
3) Terwujudnya pelayanan 4) Terwujudnya kerjasama dalam pengembangan
infrastruktur permukiman Kota infrastruktur permukiman
Kefamenanu
S u mb er: A n al i s i s T i mS P P I P K ef a m en a nu , 20 1 2

Bab 7 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

7.2. ANALISIS PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN


INFRASTRUKTUR PERKOTAAN TTU
7.2.1. Analisis Pembangunan Permukiman Kabupaten TTU

Pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Kefamenanu perlu segera ditangani,


mengingat kondisi perumahan dan permukiman yang ada saat ini cenderung mengarah ke
padat dan kumuh khususnya yang berada di pusat kota. Penyediaan rumah yang layak
huni menjadi prioritas dalam program pembangunan perumahan dan permukiman di Kota
Kefamenanu, hal ini disebabkan banyaknya rumah yang tidak memenuhi standar
kelayakan rumah sehat khususnya penyediaan rumah bagi masyarakat menengah ke
bawah. Selain permasalahan rumah tidak layak huni di Kota Kefamenanu, permasalahan
permukiman terisolir juga menjadi perhatian dalam penyediaan infrastruktur untuk
membuka akses kawasan permukiman di Kelurahan Bansone, Kelurahan Sasi dan
Kelurahan Aplasi sehingga mampu membuka peluang pengembangan wilayah Kota
Kefamenanu.

Tumbuhnya permukiman baru ke wilayah selatan Kota Kefamenanu memberikan dampak


positif terhadap pengembangan wilayah perkotaan yang akan menarik kegiatan ke wilayah
selatan kota, keberadaan perumahan BTN menjadi embrio tumbuhnya permukiman baru
yang harus dikendalikan dan diatur agar tidak tumbuh menjadi padat dan kumuh seperti
halnya di Kelurahan Kefamenanu Tengah dan Kefamenanu Selatan. Permasalahan yang
cukup penting juga adalah masih adanya permukiman lama (tradisional) di Desa Oenenu
dan Desa Oenenu Utara yang masih jauh dari kondisi layak huni tapi menyimpan potensi
wisata yang sangat besar dari keunikannya apabila dikembangkan.

Berangkat dari permasalahan di atas, maka pembangunan perumahan dan permukiman di


Kota Kefamenanu dilanjutkan dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hunian,
lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah dengan memperhatikan keseimbangan antara
pengembangan perdesaan dan perkotaan, memperluas lapangan kerja serta
menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat Kota Kefamenanu. Dalam pembangunan perumahan dan
permukiman, perlu ditingkatkan kerja sama secara terpadu antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah, koperasi, usaha negara, usaha swasta, dan masyarakat, dengan
memperhatikan persyaratan minimum bagi perumahan dan permukiman yang layak huni,
sehat, aman, dan serasi, dengan lingkungan serta terjangkau oleh daya beli masyarakat
luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berpenghasilan
menengah dan rendah.

Faktor-faktor kebijaksanaan yang mempengaruhi dan yang diharapkan dapat menunjang


pembangunan perumahan dan permukiman adalah:
Bab 7 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

1) Penataan Ruang

Pengembangan wilayah perkotaan dan pedesaan direncanakan sebagai satu kesatuan


wilayah pengembangan, melalui penyusunan rencana umum penataan ruang, disertai
dengan peraturan pendukungnya. Pengembangan kawasan permukiman skala besar
dan kota baru serta permukiman pedesaan disesuaikan dengan rencana penataan
ruang perkotaan dan pedesaan serta memperhatikan standar perancangan. Dalam
perencanaan perumahan sederhana, harus diperhatikan secara khusus aspek-aspek
keselamatan, kesehatan, keterjangkauan dan dampak lingkungan.

2) Pertanahan

Penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman bagi rakyat banyak


diselenggarakan dengan pengelolaan pertanahan yang efektif dan efisien melalui
pemanfaatan tanah yang dikuasai negara, konsolidasi tanah, dan pembebasan tanah
(skala besar) secara terkendali dengan menerapkan azas keadilan dan pemerataan.

3) Prasarana dan Fasilitas Lingkungan

Pengadaan prasarana dan fasilitas lingkungan diselenggarakan melalui perencanaan


dan pelaksanaan pembangunan vang terpadu dan ditujukan untuk mendukung fungsi
perumahan dan permukiman. Pengadaan prasarana dan fasilitas lingkungan pada
prinsipnya merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Pelaksanaan
pembangunan dan pemeliharaannya dilakukan bersama oleh pemerintah, usaha
swasta dan masyarakat.

4) Pembiayaan

Pengembangan suatu sistem pembiayaan perumahan yang terintegrasi dengan sistem


pembiayaan nasional yang berorientasi kepada mekanisme pasar. Perluasan
jangkauan operasional diupayakan secara kontinyu melalui keikutsertaan berbagai
lembaga-lembaga keuangan yang baru, melalui berbagai produk dan instrumen hipotik
dan memperluas landasan bagi program mobilisasi dana. Kemudahan penyediaan
fasilitas pendanaan diwujudkan melalui penciptaan berbagai jenis perkreditan untuk
pemilikan, pembangunan dan pemugaran perumahan, dengan pengurangan secara
selektif dan bertahap subsidi pemerintah melalui sistem pembiayaan. Alternatif subsidi
perlu dikembangkan pola pengikutsertaan masyarakat terutama para pemilik tanah
untuk berpartisipasi dalam penyediaan lahan perumahan.

5) Teknologi, Industri Bahan dan Kompenen Bangunan, serta Jasa Konstruksi.

Pengembangan teknologi tepat guna pembangunan perumahan dan pemukiman


diarahkan kepada upaya menekan biaya pembangunan serendah-rendahnya dengan

Bab 7 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

mutu bangunan yang memadai. Penyediaan bahan dan komponen bangunan serta
peralatan dalam jumlah dan mutu yang memadai dan harga yang terjangkau oleh
rakyat banyak diselenggarakan dengan mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha
bahan dan komponen maupun peralatan, serta menciptakan dan memperluas jaringan
distribusi dan pemasarannya. Untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya jasa
konstruksi di wilayah-wilayah potensial, dilakukan pembinaan, latihan dan bimbingan
teknis dalam segi-segi teknologi, manajemen, pengorganisasian dan diupayakan
adanya kemudahan fasilitas perkreditan.

6) Kelembagaan

Lembaga-lembaga, baik di sektor pemerintah, sektor koperasi, maupun sektor swasta,


dikembangkan untuk menangani pembangunan perumahan dan permukiman dengan
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

7) Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dalam pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman untuk rakyat banyak


diperlukan kemitraan dan partisipasi masyarakat luas, untuk perlu diciptakan suasana
yang mendorong dan lebih memungkinkan terjadinya gerakan masyarakat. Sebagai
wahananya akan lebih dikembangkan lembaga-lembaga non pemerintah yang
memadai dan profesional dari lembaga-lembaga yang terkait dibidang perumahan terus
ditingkatkan.

8) Peraturan Perundang-undangan

Berbagai peraturan perundang-undangan diciptakan, diperbarui dan disusun ketentuan


pelaksanaannya sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung pembangunan
perumahan dan permukiman, melalui prakarsa unsur-unsur Departemen/Instansi yang
terkait dengan bidang tugasnya masing-masing, sehingga tercipta kondisi yang lebih
mantap dimana setiap anggota masyarakat dapat menikmati iklim kepastian hukum dan
ketertiban hukum.

9) Penelitian dan Pengembangan

Untuk mendukung operasionalisasi kebijaksanaan dan strategi perumahan diperlukan


data dan informasi serta pemantauan yang mencakup semua unsur-unsur
pembangunan. Penelitian dan pengembangan ditingkatkan dan diperluas melalui
koordinasi lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan pemerintah maupun
swasta, agar dapat diberikan jawaban inovatif terhadap unsur-unsur permasalahan
dibidang perumahan dan permukiman termasuk penataan ruang, pertanahan,
prasarana dan fasilitas lingkungan, teknologi, industri, bahan dan komponen bangunan,

Bab 7 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

dan jasa konstruksi, pembiayaan, kelembagaan, pengembangan sumber daya manusia


daya manusia dan peraturan perundang-undangan.

Beberapa program yang harus diperhatikan di dalam penyediaan perumahan dan


permukiman bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat
serta meningkatkan kemandirian dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam pemenuhan
kebutuhan perumahan dan permukiman. Salah satu program tersebut adalah pembangunan
perumahan dan permukiman di perkotaan, kegiatan ini meliputi:

(a) Penyediaan dan penyiapan kawasan permukiman skala besar dalam bentuk penyediaan
kawasan siap bangun (kasiba), lingkungan siap bangun (lisiba) di dalam wilayah kota
yang sudah terbangun atau di wilayah pengembangan berupa pembangunan kota baru;

(b) Pengembangan kerja sama pemerintah dengan dunia usaha dalam pengembangan
permukiman skala besar (developer);

(c) Pengadaan lebih kurang 500.000 unit rumah yang meliputi rumah inti, rumah sangat
sederhana (RSS), dan rumah sederhana (RS) dengan luas antara 21 m2 sampai dengan
70 m2 yang ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah;

(d) Pengadaan rumah susun sederhana dan rumah sewa dengan lebih banyak melibatkan
peran serta dunia usaha dan masyarakat khususnya di pusat kota dan kawasan industri;

(e) Pemantapan pola pembiayaan melalui bank pemerintah dan bank swasta bagi
masyarakat berpenghasilan menengah ke atas;

(f) Pengembangan dan pemantapan pola pembiayaan khusus bagi masyarakat


berpenghasilan rendah dengan pemanfaatan dana pemerintah dan masyarakat melalui
fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit perbaikan rumah, kredit
pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit membangun rumah,
kredit rumah sewa, kredit rumah produktif, kredit perumahan perusahaan, dan kredit
pembangunan perumahan guna mendorong swadaya masyarakat.

8.2.1.1. Analisis Potensi Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kabupaten


TTU

Potensi pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Kefamenanu masih


dimungkinkan untuk berkembang dan tumbuh dengan optimalisasi fungsi ruang kawasan
permukiman maupun perluasan kawasan permukiman ke wilayah pinggiran kota.
Kebutuhan akan rumah tinggal bagi masyarakat yang terus meningkat, khususnya
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Masih tersedianya lahan bagi kawasan

Bab 7 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

permukiman untuk 20 tahun mendatang juga merupakan potensi yang perlu diperhatikan
ketersediaan agar tidak menimbulkan masalah terkait alih fungsi lahan, terutama lahan
yang berfungsi sebagai kawasan lindung.

Adanya kebijakan pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara untuk terus meningkatkan
penyediaan rumah yang sehat, layak huni, dan aman menjadi “payung” bagi
pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Kefamenanu, khususnya
permukiman perkotaan. Adanya program pemerintah Kabupaten Kefamenanu untuk
pembangunan RSH, memberikan peluang bagi pengembangan perumahan dan
permukiman di Kota Kefamenanu.

Potensi pembangunan permukiman baru (new development) ke wilayah selatan Kota


Kefamenanu akan menarik pertumbuhan kota ke wilayah ini, selain itu juga akan
bermanfaat untuk mengurai kecenderungan pusat Kota Kefamenanu yang saat ini
cenderung ke arah padat dan kumuh. Sedangkan pusat Kota Kefamenanu yang sudah
cenderung ke arah padat dan kumuh ini diarahkan untuk ditangani dengan konsep
redevelopment dan renewal dengan penyediaan dan perbaikan infrastruktur pendukung
permukiman.

8.2.1.2. Analisis Permasalahan Perumahan dan Permukiman Kabupaten TTU

Analisis permasalahan perumahan dan permukiman Kota Kefamenanu dipengaruhi oleh


banyak faktor, terutama pada kondisi permukiman, kondisi sebaran permukiman dan
kondisi infrastruktur perkotaan, untuk itu permasalahan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan wilayah perkotaan Kota Kefamenanu seperti yang terlihat pada
Tabel berikut ini.

Tabel VII.3.
Permasalahan Pembangunan Permukiman Kabupaten TTU

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
1 Permukiman 1. Adanya kawasan 1. Penyediaan
permukiman yang cenderung infrastruktur yang layak bagi permukiman
kumuh dan padat di tengah khususnya permukiman masyarakat
Kota Kefamenanu berpenghasilan menengah dan rendah
2. Adanya permukiman lama 2. Melakukan
yang tidak layak huni dan pengembangan dan pembangunan
minim infrastruktur permukiman terhadap lahan yang sesuai
3. Belum adanya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
pengembangan permukiman Kabupaten TTU
skala besar 3. Melakukan
4. Masih banyaknya rumah- penanganan terhadap kawasan yang
rumah yang tidak layak huni padat dan kumuh di pusat kota dengan
5. Belum tertatanya konsep redevelopmen dan renewal
permukiman dari segi 4. Melakukan
Bab 7 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
orientasi, KDB, KLB dan pemugaran maupun renovasi terhadap
sempadan rumah yang tidak layak huni
6. Mulai tumbuh dan 5. Melakukan
berkembangnya kawasan pengendalian dan pengaturan pada
permukiman di kawasan kawasan permukiman baru tumbuh
lindung 6. Melakukan
7. Adanya kawasan pengendalian terhadap tumbuhnya
permukiman yang terisolir permukiman pada kawasan lindung
(tidak ada akses)
Sumber : Analisis Tim, 2012

7.2.2. Analisis Pelayanan Transportasi


A. Pola Jaringan Jalan Eksisting
Jaringan jalan Kota Kefamenanu dibentuk oleh adanya jalan nasional yang
menghubungkan Pulau Timor NTT dari Kupang-Soe-Kefamenanu-Atambua-Timor
Leste. Jalan nasional ini terbentang membelah Kota Kefamenanu dari selatan ke utara
cukup jelas dengan 2 jalur dan masing-masing jalur dibagi menjadi 2 lajur, sehingga
kurang lebih jalan ini memiliki lebar 20 meter dan semakin ke dalam kota menyempit
menjadi 15 m karena adanya fasilitas pejalan kaki dan jalur pembatas jalan. Dari jalan
nasional ini kemudian jaringan jalan kolektor dan lokal berkembang di arah barat dan
timur mengikuti kondisi geografis Kota Kefamenanu yang berbukit. Sehingga pola
jaringan jalan di Kota Kefamenanu teridentifikasi berbentuk linier organik.

Pola jaringan jalan ini berkembang diikuti perkembangan permukiman Kota


Kefamenanu yang menyebar mengikuti perkembangan jaringan jalan. Jaringan jalan
kolektor, lokal dan lingkungan yang ada di Kota Kefamenanu sebagian besar dalam
kondisi kurang baik dan buruk. Hal ini dapat dilihat dari kondisi perkerasan jalan yang
tidak penuh sampai pinggir badan jalan (jalan sempit) dan sebagian berlubang. Selain
itu juga elevasi antara badan jalan dengan sempadan yang tinggi menyebabkan jalan
tidak aman bagi pengendara. Bahkan sebagian besar jalan lingkungan masih
menggunakan perkerasan batu dan tanah. Kondisi sangat “kontras” dengan kondisi
jalan nasional yang ada di Kota Kefamenanu, hal inilah yang juga menjadi penghambat
pengembangan wilayah ke wilayah layer kedua dari jalan utama (jalan nasional).

B. Permasalahan Pelayanan Transportasi


Permasalahan pelayanan transportasi umum di Kota Kefamenanu sudah menjangkau
ke sebagian wilayah kota, namun masih terbatas baik secara rute trayek maupun
kuantitas pelayanan angkutan umum. Hal ini tentu saja disebabkan oleh masih
terbatasnya jaringan jalan yang bisa dilewati angkutan umum dan jumlah permintaan.
Bab 7 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Pada dasarnya potensi pengembangan pelayanan transportasi umum di Kota


Kefamenanu sangat besar, terutama pelayanan transportasi antar kota mengingat
posisi strategis Kota Kefamenanu. Bahkan di Kota Kefamenanu direncanakan
pembangunan Terminal Internasional yang saat ini sedang dalam proses
pembangunan di Desa Naiola.

Permasalahan lain yang berpengaruh terhadap ruang kota adalah letak terminal Kota
Kefamenanu yang berada di pusat kota menyebabkan kesemrawutan dan tundaan di
wilayah sekitarnya, dimana lokasi terminal tepat berada di perempatan pusat Kota
Kefamenanu, sehingga menyebabkan tumbuhnya kegiatan perdagangan dan jasa yang
akhirnya menjadi daya tarik kegiatan parkir.

Tabel VII.4.
Analisis Bidang Jalan Lingkungan
No Permasalahan Analisis
1 - Belum terdapat rencana induk terkait - Tersedianya studi terkait sistem
jaringan jalan dan sistem transportasi transportasi dan data base jaringan jalan
- Belum ada data base jaringan jalan - Penyusunan regulasi jaringan jalan
- Banyak jalan akses dan jalan lingkungan (termasuk mengatur GSB dan pembatasan
berupa jalan tanah tanpa drainase dan tonase kendaraan)
bangunan pelengkapnya - Penyusunan strandarisasi jalan lingkungan
- Banyak kawasan terisolir karena jalan - Pembangunan jalan akses antar
terputus atau tidak tersedia jembatan lingkungan
penghubung. - Penyediaan jalan inspeksi ditepi sungai
dan saluran
- Penyediaan sistem penahan tanah pada
aderah rawan longsor
- Pembangunan jembatan penghubung
- Penyediaan bangunan pelengkap jalan
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

C. Usulan Penyelesaian Bidang Transportasi


Setelah mengkaji beberapa permasalahan pokok bidang transportasi di atas maka
prioritas pentahapan usulan penyelesaian permasalahan bidang transportasi Kota
Kefamenanu secara bertahap direncanakan sebagai berikut :

1. Untuk jangka 5 tahun pertama sudah harus dipersiapakan Masterplan sistem


transportasi skala kabupaten (Studi Tataran Transportasi Lokal). Dalam jangka
pendek ini perlu segera diatur sistem transportasi yang melayani Kota Kefamenanu
baik internal maupun eksternal (regional, nasional, internasional).

2. Selanjutnya dalam jangka waktu menengah 5 tahun kedua dilakukan penyediaan


sarana dan prasarana transportasi. Dalam jangka pendek perlu dipersiapkan moda
transportasi umum (angkutan kota dan angkutan desa) yang melayani trayek
seluruh wilayah Kota Kefamenanu dan terminal pemberhentian yang representatif.
Bab 7 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

3. Dalam jangka 5 tahun ke 3 dan ke 4 akan dilakukan peningkatanan pelayanan


transportasi baik secara kualitas (kenyamanan) dan kuantitas (jumlah moda
transportasi umum dan rute trayek), sehingga seluruh Kota Kefamenanu dapat
dijangkau oleh transportasi umum.

7.2.3. Analisis Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu dan Kota Wini


8.2.3.1. Analisis Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Kefamenanu
1. Analisis Bidang Persampahan
A. Sumber dan Timbulan Sampah
Sumber dan Timbulan Sampah Eksisting

Sumber sampah dominan dihasilkan dari sampah domestic rumah tangga.


Besarnya timbulan diasumsikan sebesar 25 liter per orang per hari. Pada masa
mendatang terutama pada lokasi yang padat penghuninya serta tempat fasilitas
pelayanan masyarakat, harus dilakukan secara kolektif dan insentif mulai dari
system pengumpulan kemudian dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Untuk mengetahui berapa produksi sampah yang dihasilkan masyarakat Kota
Kefamenanu maka berikut ini akan dilakukan perhitungan prediksi volume
sampah yang dihasilkan masyarakat Kawasan Kota Kefamenanu tahun 2008
hingga tahun 2028, juga kebutuhan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) dan
jumlah Armada sampah yang harus disiapkan, dimana dengan asumsi sebagai
berikut :
a. Perhitungan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga sebesar 2
Ltr/orang/hari.
b. Sampah yang dihasilkan pasar dengan standart 25% dari volume sampah
rumah tangga.
c. Sampah Organik sekitar 60% sedangkan sampah anorganik sebesar 40%
Sampah yang dihasilkan pada tempat lainnya diperkirakan 5 % dari volume
sampah rumah tangga. Maka perkiraan asumsi volume sampah di Kawasan Kota
Kefamenanu pada akhir tahun perencanaan 2028 mencapai 199,37 m3/hari,
dengan prediksi jumlah TPS sebanyak 23 unit dan jumlah armada sampah berupa
Truk sampah sebanyak 12 unit. Untuk jelasnya lihat pada Tabel berikut.

Bab 7 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.5.
Perhitungan Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Persampahan
Kota Kefamenanu Tahun 2008-2028

No Analisis Satuan 2008 2013 2018 2023 2028


1 Jumlah Penduduk Jiwa 46,124 53,209 60,523 69,257 79,747
2 Potensi Timbulan Sampah m3 / hr 115.31 133.02 151.31 173.14 199.37
3 Tingkat Pelayanan % 38% 40% 50% 60% 70%
4 Penduduk Terlayani Jiwa 17,649 21,284 30,262 41,554 55,823
5 Sampah Terlayani m3 / hr 35.30 42.57 60.52 83.11 139.56
6 Sarana Pengumpul dan Pengangkut
Tong Sampah (40 lt) unit 882.46 1,064.18 1,513.08 2,077.71 3,488.93
Gerobak Sampah (0,8 m3) unit 441.23 532.09 756.54 1,038.86 1,744.47
Kontainer sampah (6 m3) unit 6 7 10 14 23
Dump Truk (6 m3 per hari) rit 6 7 10 14 23
2 ritasi perhari unit 3 4 6 7 12

Sumber: Analisis Konsultan, 2012

Sedangkan komposisi sampah di Kota Kefamenanu berdasar data dari


RPIJM tahun 2010-2014, diketahui bahwa komposisi sampah terbesar
adalah berupa sampah organic yang berupa sampah basah, kayu dan
kertas. Sisanya adalah berupa sampah anorganik yang berupa plastic,
logam, kain, karet dan kaca seperti pada Tabel berikut.

Tabel VII.6.
Jenis, Komposisi, dan Volume Sampah di Kota Kefamenanu Tahun 2007

Jenis Sampah Komposisi Volume (m3)


1. Sampah Organik Sampah Basah 5,18 / hari
Kayu 25,92 / hari
Kertas 27,22 / hari
2. Sampah Plastik 8,64 / hari
Anorganik Logam 5,76 / hari
Kain/Tekstil 19,88 / hari
Karet 3,24 / hari
Baterai/Kaca/Gelas 16,00 / hari
Lain-lain -
Jumlah 111,84
Sumber: BPS (Kabupaten Timor Tengah Utara dalam angka 2008)

Bab 7 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Gambar 8.1.
Grafik KomposisiSampah Kota Kefamenanu 2008

Dengan komposisi sampah organik yang besar, dalam jangka panjang akan
dilakukan pengurangan sampah dari sumbernya dengan cara pemilahan dari
sumbernya.

Analisis Terhadap Sumber dan Timbulan Sampah

Dengan kondisi sampah organik yang lebih dominan maka diperlukan upaya
pengurangan beban sampah dari sumbernya yakni terutama di tingkat rumah
tangga.

Penentuan timbulan, komposisi dan karakteristik sampah suatu wilayah atau kota
dipergunakan untuk perencanaan manajemen persampahan yang ada, seperti
penentuan pewadahan, pengaturan pola pengumpulan, penentuan fasilitas
transfer dan transpor, desain sistem Pemrosesan sampah dan desain tempat
pembuangan akhir yang tepat. Dengan mengetahui timbulan, komposisi dan
karakteristik sampah terutama yang berasal dari sumber yang lebih representatif,
diharapkan permasalahan dalam pengelolaan persampahan dapat dicegah dan
diantisipasi sedini mungkin. Metode penentuan dan jumlah sampel timbulan dan
komposisi sampah kota di Indonesia telah diatur berdasarkan SNI-19-3964-1994.
Dalam kegiatan ini Konsultan menggunakan data timbulan dari dokumen RPIJM
2011-2014 Kota Kefamenanu.

Bab 7 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Dari komposisi sampah di Kota Kefamenanu, upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memulai pemilahan dari tingkat rumah tangga dan penyediaan tempat
sampah pilah. Dengan prosentase sampah plastik yang relatif besar dan memiliki
kecenderungan meningkat maka salah satu alternatifnya adalah memberdayakan
masyarakat untuk memilah sampah plastik dari tingkat rumah tangga. Untuk
komposting dengan bahan sampah organik hanya dilakukan di TPA atau TPST
yang memiliki sarana komposting. Sehingga bila mungkin dapat juga diterapkan
pemilahan terhadap sampah organik, plastik dan lainnya.

B. Cakupan Pelayanan

Cakupan pelayanan memberikan gambaran tentang wilayah yang telah dilayani.


Unit analisis yang digunakan adalah kelurahan/desa. Cakupan wilayah yang
sudah terlayani dari perhitungan Tabel VI.8 adalah sekitar 25% dari wilayah
perkotaan Kefamenanu. Akan tetapi cakupan pelayanan belum merata pada
seluruh wilayah tapi masih terbatas pada wilayah pusat perdagangan seperti
pasar, sekolah dan derah komesial.

Tabel VII.7.
Cakupan dan Tingkat Pelayanan Persampahan Kota Kefamenanu Tahun 2012

Jumlah Produksi
Jumlah Jumlah Desa
No. Desa / Kelurahan Penduduk sampah TPS 4 M3 Terkelola prosentase
Desa Terlayani
(Jiwa) m3/org/hari m3/hari %
1 Kota Kefamenanu 36,049 90.12 10 30.275 33.59% 9 4
2 Miomafo Timur 11,318 28.30 0 10.28 36.31% 2 0
3 Bikomi Tengah 7,157 17.89 0 10.28 57.43% 3 0
4 Bikomi selatan 9,347 23.37 0 10.28 43.97% 2 0

63,871 159.68 10 61.1 38.26% 16 4


Cakupan Pelayanan 25%
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

C. Tingkat Pelayanan
Tingkat Pelayanan Eksisting

Tingkat pelayanan merupakan perbandingan antara jumlah sampah yang


dihasilkan dibandingkan dengan jumlah sampah yang terangkut. Pelayanan
dikatakan tinggi apabila sampah terangkut lebih banyak dari jumlah produksi
sampah. Besarnya volume total sampah sebesar ± 159,68 m3/hari. Sampah yang
terangkut setiap harinya baru untuk kawasan permukiman baru terlayani sekitar
5% dan kawasan komersil dan perkantoran sebesar 30%. Sehingga total sampah

Bab 7 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

terangkut adalah sebesar sekitar 61,1 m³ sehingga tingkat pelayanan pada tahun
2012 mencapai 38,26 % dari total produksi sampah.

Pelayanan pengangkutan sampah masih pada wilayah komersial dan tepi jalan
protokol, sedangkan untuk sampah yang dihasilkan peduduk di permukiman
masih dikelola sendiri oleh warga sekitar dengan cara tradisional, ditimbun dan
dibakar.

Permasalahan persampahan di kabupaten Timor Tengah Utara pada umumnya


adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah,
terutama di kawasan publik seperti di pusat perdagangan (pasar dan pertokoan)
serta permukiman disepanjang sungai atau saluran drainase yang ada. Sampah
dibuang tidak pada tempatnya seperti TPS atau Bak/Tong Sampah yang telah
disediakan yang pada akhirnya lama kelamaan sampah menumpuk dan
menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat, nyaman dan asri.

Analisis Peningkatan Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan persampahan dapat dihitung dari jumlah penduduk wilayah


pelayanan, bukan dari jumlah penduduk keseluruhan wilayah. Penentuan ini akan
mempengaruhi besarnya perhitungan sarana dan prasarana yang harus
disediakan untuk pelayanan persampahan. Asumsi pelayanan yang tidak tepat
akan menimbulkan kebutuhan biaya investasi, operasional dan pemeliharaan
sarana prasarana persampahan yang mahal.

Untuk itu, peningkatan tingkat pelayanan perlu dilakukan pada daerah potensial
berkembang dengan asumsi jumlah penduduk sesuai jangkauan pelayanan yang
dapat dilayani saja. Untuk wilayah Kota Kefamenanu yang termasuk wilayah
perkotaan dalam perhitungan proyeksi kebutuhannya sesuai MDG’s hendaknya
ditetapkan target tingkat pelayanan 80% penduduk perkotaan terlayani.

Diperlukan penambahan sebaran TPS pada masa mendatang. TPS dengan bak
permanen yang menyulitkan operasional dan pemeliharaannya, serta kurang
estetis terhadap lingkungan. Kedepan diharapkan TPS dan bak komunal tipe
permanen sudah diganti dengan yang non permanen dan bertutup, untuk
mendapatkan fungsi estetis dan operasionalnya. Berikut Tabel VI.9 adalah
rencana peningkatan pelayanan persampahan Kota Kefamenanu 2013-2033
berikut kebutuhan sarana dan prasarananya.

Bab 7 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.8.
Peningkatan Pelayanan Persampahan Kota Kefamenenu

No Analisis Satuan 2008 2013 2018 2023 2028 2033


1 Jumlah Penduduk Jiwa 46,124 53,209 60,523 69,257 79,747 92,947
2 Potensi Timbulan Sampah m3 / hr 115.31 133.02 151.31 173.14 199.37 232.37
3 Tingkat Pelayanan % 38% 40% 50% 60% 70% 80%
4 Penduduk Terlayani Jiwa 17,649 21,284 30,262 41,554 55,823 74,358
5 Sampah Terlayani m3 / hr 35.30 42.57 60.52 83.11 139.56 185.89
6 Sarana Pengumpul dan Pengangkut
Tong Sampah (40 lt) unit 882 1,064 1,513 2,078 3,489 4,647
3
Gerobak Sampah (0,8 m ) unit 441 532 757 1,039 1,744 2,324
Kontainer sampah (6 m3) unit 6 7 10 14 23 31
Dump Truk (6 m3 per hari) rit 6 7 10 14 23 31
2 ritasi perhari unit 3 4 6 7 12 16

Sumber : Analisis Konsultan, 2012

D. Sarana dan Prasarana Persampahan

Pola pengelolaan sampah di Kota Kefamenanu, pengumpulan dan pengangkutan


sampah yang bersumber dari rumah ke Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPS) sampah dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, sedangkan
pengangkutan sampah dari TPS sampai ke TPA merupakan tanggung jawab
PPRK. Selain itu pengumpulan dan pengangkutan sampah dari kawasan umum/
fasilitas umum juga diakukan oleh pihak PPRK.

1. Pewadahan

Kondisi Eksisting Pewadahan Persampahan

Sarana pewadahan yang digunakan dalam pengelolaan sampah di Kota


Kefamenanu sebagian disediakan sendiri oleh masyarakat dan sebagian lagi oleh
Dinas PPRK. Masyarakat Kota Kefamenanu masih banyak yang menimbun dan
membakar sampahnya dipekarangan, atau membuang sampah ke badan air. Hal
menyebabkan lingkungan menjadi kumuh dan tidak sehat. Kesadaran
masyaraakat untuk mebuang sampah diwadahnya masih sangat kurang. Tabel
VI.10 berikut menunjukkan sarana pewadahan sampah di Kota Kefamenanu
(Data RPIJM Kota Kefa 2011-2014)

Bab 7 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.9.
Jumlah Pewadahan Sampah di Kota Kefamenanu Tahun 2007

Daerah Pelayanan (buah)


Total
Rumah
Kapasitas Kapasi
Sistem Perwadahan Permuki Tempat Makan Jalan Jml
Pasar (m3) tas
man Umum & Protokol (m3)
Pertokoan
1. Kantong Plastik - - - - - - - -
2. Tong Plastik - - - - - - - -
3. Drum/Tong 318 - 30 175 - 523 0.04 20.92
4. Karung 12 - - 6 - 18 0.04 0.72
5. Bak Pasangan Bata 14 7 19 - - 40 1 40
Jumlah 344 7 49 181 - 581 61.64
Sumber: RPIJM Kota Kefamenanu

Analisis Pemilahan, Pewadahan dan pengolahan di Sumber

Di Kota Kefamenanu, pada tingkat pengelolaan sampah disumber belum


dilakukan upaya pemilahan, pewadahan dan pengolahan di sumber. Pada
sebagian besar wilayah, semua jenis sampah dijadikan satu dan dibuang ke
wadah sampah individual di rumah penduduk dan dibawa ke TPS sendiri atau
pada sebagian kecil wilayah diambil oleh gerobak sampah untuk dibawa ke TPS.
Penduduk belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai upaya
pengurangan sampah dari sumbernya. Untuk itu diperlukan upaya sosialisasi
kegiatan pengurangan sampah di sumber kepada masyarakat. Secara rinci,
permasalahan dan anaisis pengolahan di sumber dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Tabel VII.10.
Analisis Pengolahan Persampahan di Tingkat Sumber Kota Kefamenanu

No Permasalahan Analisis
1 Pewadahan individual dan komunal ditingkat Masyarakat belum memahami proses
sumber bervariasi, menggunakan kantong pengelolaan sampah yang baik, sehingga
plastic, keranjang ataupun bak keramik belum memperhatikan perlunya
banyak dalam keadaan rusak karena kurang pemeliharaan alat kebersihan.
pemeliharaan dan umur ekonomis. Masih
banyak pula yang membuat lubang ditanah
untuk menimbun dan membakar sampahnya
2 Wadah sampah outdoor banyak tidak Masyarakat perlu sosialisasi desain dan
menggunakan tutup, rentan bau dan lalat. bahan pewadahan sampah yang baik
Bila hujan akan menambah kadar air dalam
sampah.
3 Kapasitas wadah sampah terlampaui dan Jenis dan ukuran wadah banyak harus
menyebabkan sampah tumpah dari disesuaikan dengan volume sampah yang
wadahnya dihasilkan dan frekwensi pengumpulan
sehingga kapasitas wadah tidak terlampaui
dan menyebabkan sampah tumpah dari
Bab 7 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

No Permasalahan Analisis
wadahnya
4 Belum terdapat upaya pemilahan dan Bercampurnya sampah yang tidak sejenis
pengolahan sampah ditingkat sumber. menyulitkan pemilahan dan pengolahan
sampah di tingkat sumber. Padahal dengan
memilah sampah masyarakat dapat
memperoleh manfaat ekonomi dan
lingkungan.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

2. Pengumpulan

Kondisi Pengumpulan Sampah Eksisting

Pengumpulan sampah dari tong sampah/ bak sampah yang tersedia di setiap
rumah tangga ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) diangkut oleh petugas
gerobak yang dikoordinir oleh PPRK. Peralatan yang digunakan : Bin / tong
sampah, Gerobak sampah, Becak sampah.
Sarana pengumpul disediakan oleh paguyuban pengelola sampah di tiap TPS
dan DPU. Kondisi dan kinerja alat tidak terpantau sehingga banyak alat yang
rusak karena pemakaian atau usia teknisnya sudah habis. Diperlukan kegiatan
inventarisasi sarana dan prasarana persampahan di Kota Kefamenanu untuk
memudahkan operasional dan pemeliharaan sarana prasarana persampahan

Analisis Sistem Pengumpulan Sampah

Alat pengumpul di tingkat masyarakat banyak yang dalam kondisi rusak dan tidak
terinventarisir dengan baik. Kawasan dengan topografi relatif datar dapat
menggunakan alat pengumpul tidak bermesin seperti becak maupun gerobak
sampah. Kondisi permukiman yang padat teratur memungkinkan pengumpulan
sampah individual tak langsung.
Untuk Kawasan dengan topografi relatif datar hingga bergelombang dapat
menggunakan alat pengumpul tidak bermesin seperti becak maupun gerobak
sampah dan bermesin seperti fukuda atau pick up.
Sarana pengumpul disediakan oleh paguyuban pengelola sampah di tiap TPS
dan PPRK. Kondisi dan kinerja alat tidak terpantau sehingga banyak alat yang
rusak karena pemakaian atau usia teknisnya sudah habis. Secara rinci analisis
pengumpulan sampah dapat diihat pada Tabel berikut.

Bab 7 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.11.
Analisis Pengumpulan Persampahan Kota Kefamenanu

No Permasalahan Analisis
1 Belum seluruh wilayah memiliki paguyuban Pengumpulan sampah tingkat masyarakat
pengelola sampah lingkungan, minimalnya dilakukan paguyuban yang dikelola RW
fasiltas TPS dan jangkauan pelayanan setempat. Paguyuban ini biasanya dibentuk
sampah. untuk mengelola pelayanan satu TPS
tertentu.
2 Alat pengumpul sampah berupa gerobak / Diperlukan upaya inventarisir prasarana dan
becak sampah bantuan pemerintah banyak sarana persampahan sehingga dapat
yang sudah tua dan rusak, tidak diprogramkan kegiatan pemeliharaan dan
terinventarisir dengan baik. pengadaan baru yang tepat.
3 Becak motor sampah untuk mengangkut Daerah memerlukan penambahan alat
sampah dengan lebih cepat dan untuk pengumpul berupa kendaraan bermotor
melayani wilayah dengan topografi
bergelombang tidak ada
4 Kesadaran kebersihan dan kondisi ekonomi Masyarakat dengan kesadaran dan ekonomi
masyarakat relative rendah, tidak bersedia rendah diharapkan membawa sendiri
membiayai pengumpulan. sampahnya ke TPS
5 Karena belum terdapat upaya pemilahan di Bila terdapat upaya pemilahan, desain dan
tingkat sumber, maka desain alat pengumpul jadwal pengumpulan sampah harus
terdiri dari satu ruangan, dengan jadwal disesuaikan
tertentu
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

3. Pemindahan

Kondisi Pemindahan Sampah Eksisting

Sarana pemindahan di Kota Kefamenanu menggunakan kontainer dengan


kapasitas 5 m3 untuk melayani 150 – 200 KK dimana gerobak / becak sampah
langsung menumpahkan muatannya kedalam kontainer. Setelah penuh maka
kontainer akan dibawa ke TPA menggunakan arm roll truck. TPS diletakkan
dikawasan komersil dan permukiman. Namun gaya hidup masyarakat yang
belum sepenuhnya memahami arti penting sarana persampahan. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi TPS sampah yang relative kosong, dengan sampah yang
bertebaran di sekeliling TPS. Terdapat 10 titik TPS di wilayah Perkotaan
Kefamenanu.
Untuk memaksimalkan kebersihan lokasi TPS, perlu ada penjadwalan pengisian
dan pengosongan dengan frekwensi pengosongan minimal 1 kali. Lokasi TPS
harus mudah dijangkau dan tidak mengganggu lalu lintas. Untuk sebaran lokasi
TPS, transfer depo maupun kontainer dapat dilihat pada Gambar bab
sebelumnya. Sebagai upaya pengurangan sampah dari sumbernya, selain
dibuang ke TPA pengelolaan sampah telah terdapat kegiatan 3R yang dilakukan
di (TPS 3R).

Bab 7 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Database mengenai sarana pemindahan TPS,transfer depo atau container tidak


terinventarisir dengan baik, sehingga menyulitkan kegiatan pengawasan,
operasional dan pemeliharaan saran pemindahan. Perlu dibuat inventarisir
sarana pemindahan persampahan.

Analisis Sistem Pemindahan

Kondisi TPS dan container banyak yang sudah rusak dan kotor. Sampah banyak
berserakan disekitar TPS / container dan menyebarkan bau tak sedap. Pemulung
banyak yang memilah sampah yang memiliki nilai ekonomis di TPS. Belum
perdapat jadwal pengisian dan pengosongan TPS yang pasti dan diketahui
masyarakat. Pengelolaan dan perawatan TPS kurang mendapat perhatian. Tidak
terdapat data peta yang lengkap mengenai sebaran lokasi TPS berikut
konstruksi, kondisi, tahun pengadaan, dll. Untuk mengembangkan cakupan
pelayanan maka diperlukan penambahan TPS pada wilayah permukiman dan.
Secara rinci analisis pemindahan sampah dapat diihat pada Tabel berikut.

Tabel VII.12.
Analisis Sub Sistem Pemindahan Persampahan

No Permasalahan Analisis
1 Beberapa TPS dan container yang ada Diperlukan upaya inventarisir prasarana dan
sudah tua dan rusak, tidak terinventarisir sarana persampahan sehingga dapat
dengan baik. diprogramkan kegiatan pemeliharaan dan
pengadaan baru yang tepat.
2 Masyarakat sering membuang sampah Masyarakat yang membuang sampahnya
dengan sembarangan, tercecer di sekitar langsung ke TPS tidak mau mendekat
TPS. karena TPS yang kotor dan bau,
3 Jumlah TPS masih minimal, belum dapat Diperlukan penambahan TPS
melayani seluruh wilayah perkotaan.
4 Lokasi TPS ada yang jauh dari permukiman, Penambahan lokasi TPS harus dibicarakan
menyulitkan masyarakat dalam membuang dengan masyarakat agar mudah dijangkau
sampahnya. dan dalam lahan yang legal
4 KonstruksiTPS banyak terbuat permanen Diusulkan penggantian TPS permanen
dari pasangan bata yang menyulitkan menjadi non permanen dengan bertutup.
pembersihan dan operasional pemindahan.
5 Belum terdapat kegiatan 3R di TPS. Kegiatan pemilahan, daur ulang dan
pengomposan dapat dilakukan TPS yang
dikelola masyarakat. Dalam jangka panjang
diperlukan penambahan TPS 3R ini.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

Bab 7 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

4. Pengangkutan

Sistem Pengangkutan Eksisting

Hingga saat ini terdapat 2 truck sampah yang melayani angkutan sampah di Kota
Kefamenanu. Truk jenis arm roll atau dump truck dapat digunakan untuk
mengumpulkan dan mengangkut sampah dari kontainer yang ada di TPS. Kondisi
truk tidak terawat, dan ada yang rusak.
Yang perlu diperhatikan adalah ritasi dibandingkan jarak tempuh ke TPA.
Sebaiknya truk sampah dalam kondisi tertutup setidaknya tertutup dengan jaring
agar sampah tidak beterbangan dan berceceran
Database mengenai sarana tidak terinventarisir dengan baik, sehingga
menyulitkan kegiatan pengawasan, operasional dan pemeliharaan. Perlu dibuat
inventarisir sarana pengangkutan persampahan.

Analisis Sistem Pengangkutan

Permasalahan yang dihadapi dalam usaha peningkatan pelayanan pengangkutan


sampah adalah terbatasnya sarana dan kondisi sarana yang buruk. Secara rinci,
analisis pengangkutan persampahan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel VII.13.
Analisis Sub Sistem Pengangkutan Persampahan

No Permasalahan Analisis
1 Beberapa truk sampah yang ada sudah tua Diperlukan upaya inventarisir prasarana dan
dan rusak, tidak terinventarisir dengan baik. sarana persampahan sehingga dapat
diprogramkan kegiatan pemeliharaan dan
pengadaan baru yang tepat.
2 Belum terdapat jalur rute rutin truk sampah Jalur truk pengangkut sampah perlu
yang memudahkan masyarakat membuang ditambah dan perlu sosialisasi waktu
sampahnya pengangkutan
3 Jumlah truk sampah masih minimal, belum Diperlukan penambahan armada truk
dapat melayani seluruh wilayah perkotaan sampah
setiap hari meskipun telah melakukan 3 ritasi
per hari.
4 Beberapa truk tidak memiliki penutup Truk perlu penutup / jarring agar sampah
sampah yang baik. Banyak sampah yang tidak bertebaran kena angin, pada waktu
berceceran di jalan. pengangkutan.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

E. Tempat Pembuangan Akhir

Kota Kefamenanu memiliki TPA yang berjarak 30 km dari kota.. Hal ini tidak
efisien karena rute pelayanan sampah menjadi jauh dan boros energi. TPA ini
menggunakan sistema open dumping dengan sarana dan prasarana yang

Bab 7 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

terbatas. Mengingat Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kota Kefamenanu yang
berkembang dengan pesat dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan
kawasan permukiman yang tumbuh dengan cepat, maka diperlukan perencanaan
sistem TPA persampahan yang dapat mengantisipasi perkembangan kota
sehingga sampah kota dapat terlayani dengan baik.

F. Manajemen Pengelola Penanganan Sampah

1. Manjemen Pengelola Sampahan Eksisting

Di Kabupten Timor Tengah Utara dinas yang bertanggung jawab dalam hal
pengelolaan sampah adalah Bidang Kebersihan, merupakan salah satu sub
bagian dari instansi Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan
(PPRK) Kabupaten Timor Tengah Utara.

2. Analisis Manajemen Pengelola Persampahan

Pengelolaan persampahan seyogyanya memperhatikan kondisi bentang


alam dan sifat luasnya wilayah maka diperlukan suatu pembagian zoning
persampahan Kota Kefamenanu.

Pengelolaan sampah di Kota Kefamenanu saat ini memerlukan perhatian


yang sangat besar mengingat tingkat pelayanan yang masih kecil dengan
perkembangan kota yang pesat. Karena itu, UPTD persampahan sebaiknya
langsung dibawah Kepala Dinas yang bertanggung jawab pengelolaan
persampahan dan TPA. Posisi ini dianggap penting terpisah dari sub dinas
atau bidang karena merupakan titik kendali yang strategis bagi Kepala Dinas
mengetahui jumlah sampah yang terangkut ke TPA. Secara terinci, analisis
manajemen persampahan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel VII.14.
Analisis Manajemen Persampahan Kota Kefamenanu Tahun 2012

No Permasalahan Analisis
1 Organisasi pengelola sampah perlu ditinjau Bentuk organisasi Badan pengelola sampah
kembali. perlu memperhatikan kondisi bentang alam
yang luas, sehingga bentuk struktur
organisasi dapat mencakup seluruh wilayah
dan sesuai arahan Undang-undang
persampahan terbaru, yang melibatkan
peran serta masyarakat.
UPTD Kebersihan dan pertamanan sudah
berada langsung dibawah Kepala Dinas.
Bab 7 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

No Permasalahan Analisis
2 Kapasitas SDM pengelola sampah masih Diperlukan program capacity building
kurang pengelola sampah
3 Kurangnya tenaga penyuluh kebersihan Masyarakat memerlukan penyuluhan
untuk mensosialisasikan paradigm tentang arti pentingnya pengelolaan sampah
pengelolaan sampah yang baik kepada sejak dari sumber dan sosialisasi program
masyarakat persampahan dari Kota.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

G. Pembiayaan

1. Kondisi Pembiayaan Persampahan

Aspek pendanaan dalam bidang persampahan saat ini di kelola oleh Bidang
Kebersihan dan pertamanan, salah satu bidang di Dinas PPRK. Dimana telah
dilakukan penarikan distribusi terhadap warga kota. Dari penarikan distribusi
ini kemudian dana yang ada dimanfaatkan untuk pengelolaan sampah
selanjudnya. Saat ini, retribusi hanya diambil dari pedagang di pasar dan
pertokoan belum sampai ke masyarakat.

Melihat pada kondisi yang terjadi dimana biaya pengelolaan sampah lebih
besar dibandingkan dengan pungutan retribusi dari masyarakat. Maka perlu
diperbaiki struktur tarif yang ada sekarang ini. Dalam kaitan tersebut perlu
kiranya dipersiapkan langkah-langkah strategis, melalui penelusuran
kemungkinan penerapan tarif progresif, dimana tarif dikenakan atas dasar
volume sampah yang dibuang dengan tarif retribusi yang ditarik.

Struktur tarif retribusi yang berlaku pada umumnya dirasakan masih


konvensional dan belum memungkinkan adanya subsidi diantara pelanggan
sebagaimana yang telah dilaksanakan pada system pelayanan public yang
lain seperti air minum dan listrik. Struktur tariff tersebut perlu disesuaikan
dengan berpegang pada prinsip pemulihan biaya (full cost recovery) dan juga
dengan dasar yang berkeadilan, dalam hal ini perlu dilakukan perbedaan
struktur tarif di antara domestik, industri, dan komersial dengan melihat
kemungkinan adanya silang pembiayaan dari tipe pelanggan satu terhadap
yang lain. Hal yang perlu menjadi dasar pembedaan struktur tarif ini adalah
adanya ability to pay dan willingness to pay yang berlainan dari masing-
masing tipe pelanggan. Dengan melakukan silang pembiayaan akan dapat
menciptakan insentif diantara pelanggan tanpa membebani operator secara
berlebihan, sehingga tarif retribusi bagi masyarakat kurang mampu masih
dapat terjangkau. Penerapan subsidi seperti yang dikemukakan diatas perlu
dikaji lebih mendalam agar kebijakan atas subsidi tersebut tidak salah
Bab 7 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

sasaran. Subsidi dalam jasa pelayanan hanya dan harus diberlakukan


kepada golongan dengan kemampuan membayar yang rendah. Selain
perbaikan struktur tarif yang sekarang ini, perlu dikembangkan pula cakupan
pelayanan sampah, mengingat masih banyak potensi penduduk yang belum
tergarap.

Saat ini, tingkat kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan
sampah baik secara materi maupun tindakan masih sangat kurang.
Masyarakat pada umumnya tidak mau membayar retribusi sampah yang
ditetapkan oleh Pemerintah padahal tarif yang ditarik relatif murah hanya Rp.
50,- sampai Rp. 8.500,- setiap hari atau bulan. Selain itu, perilaku masyarakat
yang lebih suka membuang sampah sembarangan (di jalan, di sungai, dll.)
dapat menimbulkan permasalahan kebersihan lingkungan. Perda retribusi
sampah yang ada belum dapat diimplementasikan secara optimal, karena
tarif yang ada biasanya di bawah tarif seharusnya. Akibatnya pemasukan dari
retribusi sampah tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga terjadi
kekurangan biaya untuk operasional bahkan biaya pemeliharan sarana dan
prasarana penunjang.

Salah satu upaya untuk mengoptimalkan penarikan retribusi sampah yaitu


dengan mengadakan kerjasama dengan lembaga lain baik pemerintah
maupun swasta. Untuk kerjasama pihak swasta, peluang yang ada sangat
kecil karena belum ada investor yang tertarik untuk kerjasama dalam bidang
persampahan. Hal ini dikarenakan sampah identik dengan sisa/ sesuatu yang
tidak memiliki nilai komersial. Upaya yang memungkinkan yaitu kerjasama
dengan lembaga pemerintah, karena dalam hal ini pemerintah memiliki
tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Lembaga
pemerintah yang memungkinkan untuk melakukan kerjasama yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
atau PT. TELKOM dengan diikutkan tagihan bulanan. Di Kota Atambua yang
berlangganan PDAM dan TELKOM lebih kecil dibanding dengan yang
berlangganan listrik (PLN) sehingga untuk pengoptimalan penarikan retribusi
sampah dapat dilakukan kerjasama dengan pihak PLN. Dalam penarikan
tarifnya diikutkan tagihan bulanan dengan besar sesuai dengan kapasitas
pelanggan. Hal ini diharapkan optimal karena setiap pelanggan listrik wajib
membayar tagihan bulanan yang di dalamnya sudah diikutkan retribusi
sampah (kebersihan).

Bab 7 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Retribusi pengelolaan sampah harus diatur dengan PERDA, yang jumlahnya


tidak membebani masyarakat yakni maksimal 1% dari penghasilan per rumah
tangga. Harus ada pembedaan dan penjelasan yang tepat antara
pembayaran iuran layanan kebersihan dan retribusi kebersihan, supaya
masyarakat tidak membayar dua kali untuk hal yang sama.

Struktur tarif saat ini perlu disesuaikan dengan prinsip pemulihan biaya (full
cost recovery) dengan dasar yang berkeadilan. Sehingga dilakukan
perbedaan struktur tarif domestik, industri, dan komersial.

Dimungkinkan penerapan tarif progresif, dimana tarif dikenakan atas dasar


volume sampah yang dibuang penimbul. Dengan landasan itu maka
dimungkinkan adanya insntif bagi operator dalam melakukan penghitugan
jumlah volume yang dibuang dengan tarif retribusi yang ditarik. Untuk
mengoptimalkan hasil retribusi persampahan dpat diupayakan dilakukan
melalui kerjasama penarikan retribusi dengan PLN (bersama pembayaran
tagihan listrik).

2. Kondisi Pembiayaan Persampahan

Secara umum, analisis manajemen persampahan dapat dilihat pada Tabel


berikut.

Tabel VII.15.
Analisis Pembiayaan Persampahan

No Permasalahan Analisis
1 Perda biaya retribusi kebersihan perlu Diperlukan Perda Retribusi yang
ditelaah kembali menggunakan dasar kajian akademis
mengenai tarif kebersihan dengan dasar
perhitungan operasional, pemeliharaan dan
investasi persampahan hingga 5 tahun
mendatang.
2 Biaya pengelolaan sampah yang besar, Subsidi untuk pengelolaan kebersihan masih
belum full cost recovery oleh pendapatan sangat tinggi, untuk itu diperlukan kajian
retribusi. Bahkan pendapatan dari retribusi mengenai struktur tarif yang lebih tepat dan
persampahan cenderung semakin mengecil system pengumpulannya.
3 Penarikan retribusi kebersihan dari Diperlukan rencana optimalisasi penarikan
masyarakat di tingkat RT belum efektif retribusi dengan kerjasama dengan instansi
lain dan Dipenda.
4 Kecilnya porsi APBD untuk pengelolaan Diperlukan peningkatan porsi APBD untuk
persampahan pengelolaan persampahan.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

Bab 7 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Retribusi pengelolaan sampah harus diatur dengan PERDA, yang jumlahnya


tidak membebani masyarakat yakni maksimal 1% dari penghasilan per rumah
tangga. Harus ada pembedaan dan penjelasan yang tepat antara
pembayaran iuran layanan kebersihan dan retribusi kebersihan, supaya
masyarakat tidak membayar dua kali untuk hal yang sama.

Struktur tarif saat ini perlu disesuaikan dengan prinsip pemulihan biaya (full
cost recovery) dengan dasar yang berkeadilan. Sehingga dilakukan
perbedaan struktur tarif domestik, industri, dan komersial. Dimungkinkan
penerapan tarif progresif, dimana tarif dikenakan atas dasar volume sampah
yang dibuang penimbul. Dengan landasan itu maka dimungkinkan adanya
insentif bagi operator dalam melakukan penghitugan jumlah volume yang
dibuang dengan tarif retribusi yang ditarik.

Meningkatnya biaya pengelolaan sampah tiap tahun, maka perlu bagi Dinas
dalam melakukan efisiensi biaya, yaitu dengan mengganti dan menambah
sarana dan prasarana yang ada. Dengan penggantian truk-truk sampah yang
sudah berumur antara 4 sampai 22 tahun akan mengurangi tingginya biaya
pemeliharaan. Selain mengganti truk-truk yang sudah tua tersebut, perlu
penambahan sarana dan prasarana lain untuk melayani pengangkutan
sampah di Kecamatan Kefamenanu. Tentunya kebutuhan tersebut dapat
dicukupi dengan penambahan anggaran untuk menunjang kegiatan
pengangkutan sampah. Tentunya penambahan anggaran tersebut dapat dari
pinjaman ataupun bantuan dari pemerintah dan atau lembaga pembiayaan
lainnya.

Besarnya biaya pengelolaan sampah tiap tahunnya menyebabkan besarnya


beban subsidi yang ditanggung pemerintah. Adanya subsidi kebersihan yang
diberikan pemerintah terhadap pengelolaan sampah tiap tahunnya
mengindikasikan bahwa PPRK belum mampu membiayai pengelolaan
sampah secara efektif. Hal ini dikarenakan kesadaran dari masyarakat yang
masih rendah dalam pembayaran retribusi.

H. Aspek Perundangan

1. Kondisi Eksisting

Saat ini peraturan perundangan daerah yang khusus dibuat untuk mengatur
tentang pengelolaan persampahan adalah PERDA pembentukan dinas dan
PERDA ritribusi untuk pengelolaan persampahan.
Bab 7 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Untuk melaksanakan pengelolaan persampahan diperlukan dasar hukum


yang mengatur tentang :

1. Peraturan daerah tentang ketentuan-ketentuan pembuangan sampah/


kebersihan dipermukiman, perkotaan dan buangan industri
2. Peraturan Daerah tentang pembentukan badan pengelola sampah
3. Peraturan daerah tentang tarif retribusi sampah

2. Analisis Aspek Perundangan

Pengelolaan persampahan sangat ditentukan oleh dukungan peraturan yang


meliputi pembentukan institusi pengelolaan, penetapan/pengaturan
kebersihan termasuk didalamnya penetapan retribusi.

Secara umum, analisis peraturan perundangan persampahan dapat dilihat


pada Tabel berikut.

Tabel VII.16.
Analisis Peraturan dan Hukum Bidang Persampahan

No Permasalahan Analisis
1 Paradigma pengelolaan sampah ditingkat Perda pengelolaan sampah Kecamatan
nasional telah mengalami perkembangan Kefamenanu perlu dibuat dengan
yakni dengan prinsip mengurangi sampah berdasarkan paradigma pengelolaan
dari sumbernya. Namun di Kecamatan sampah ditingkat nasional dengan prinsip
Kefamenanu belum menindaklanjutinya mengurangi sampah dari sumbernya.
untuk pengelolaan sampah diwilayah.
Ketentuan mengenai pengelolaan sampah
harus diperkuat dengan pengaturan hukum
yang jelas.
2 Perda terkait persampahan sudah berlaku Perda pengelolaan sampah Kecamatan
lama tanpa batas waktu sehingga kurang Kefamenanu sudah saatnya ditinjau kembali
relevan dengan perkembangan saat ini.
3 Menetapkan tarif dan retribusi kebersihan Perda mengenai retribusi kebersihan
yang tidak memberatkan masyarakat Kecamatan Kefamenanu sudah saatnya
ditinjau kembali
4 Menetapkan organisasi pengelola Perda Badan Pengelola Persampahan
kebersihan dengan system kerja yang baik Kecamatan Kefamenanu sudah saatnya
ditinjau kembali
5 Pemerintah wajib menjaga warganya dari Perda pengelolaan sampah Kecamatan
kerugian, penyakit dan tidak nyaman oleh Kefamenanu sudah saatnya ditinjau kembali.
pengelolaan sampah yang tidak memenuhi
persyaratan. Maka dalam hal ini pemerintah
berwenang menyiapkan sarana untuk
pengelolaan yang baik sesuai perundangan
yang berlaku. Kemudian bagi penghasil
sampah yang tidak melaksanakannya dapat
ditindak sesuai peraturan
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

Bab 7 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

I. Usulan Pengembangan Bidang Persampahan

Sub bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
memiliki Program dan Kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup
sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah.

Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada
Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2004 – 2009, Renstra SKPD Propinsi terkait
dan RPJM Daerah. Oleh karena itu dalam melakukan pemrograman harus
mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Renstra di Pusat
maupun Propinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan proiritas pembangunan
daerah.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan mengacu pada RPJMN


2004 – 2009 yaitu: (1) Meningkatkan jumlah sampah terangkut; (2) Meningkatnya
kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berwawasan
lingkungan (environmental friends) pada semua kota metropolitan, kota besar dan
sedang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang


Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistim Pengelolaan Persampahan
(KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN 2004 – 2009 dapat dilakukan
meliputi:

1) Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.


2) Peningkatan peran aktif masyarakat dan pengusaha/swasta sebagai mitra
pengelolaan.
3) Meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas sistim pengelolaan.

Sasaran utama yang hendak dicapai yaitu:

1) Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk;


2) Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%;
3) Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill
untuk kota metropolitan dan besar serta controlled landfill untuk kota sedang
dan kecil serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping.

Adapun Program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi


Pemerintah Daerah di sektor persampahan adalah:

Bab 7 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

1) Program Pembinaan sistim Pengelolaan Persampahan


2) Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
3) Program Pengurangan Timbunan Sampah
4) Program Perluasan Cakupan dan Tingkat Pelayanan Persampahan
5) Program Peningkatan Kualitas Sistim Pengolahan Akhir Sampah
6) Program Peningkatan Pengelolaan Sampah Terpadu Mendukung Perlindungan
Sumber Daya Air
7) Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta Meningkatkan
Sistim Pengelolaan Persampahan
8) Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan Pengelolaan Persampahan
9) Program Promosi Sistim Pengelolaan Sampah
10) Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistim Pengelolaan Persampahan

Setelah mengkaji beberapa permasalahan pokok persampahan diatas maka


prioritas pentahapan pengelolaan sampah Kota Kefamenanu secara bertahap
direncanakan sebagai berikut :

1. Untuk jangka 5 tahun pertama sudah harus dipersiapakan Masterplan system


persampahan dan penyiapan TPA sanitary landfill. Dalam jangka pendek perlu
dipersiapkan pula prasarana dan sarana yang memadai paling tidak untuk
membudayakan pengelolaan sampah yang baik mulai dari mengumpulkan,
mengangkut, sampai kepada mendaur ulang sampah-sampah yang masih
berguna dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Target tingkat pelayanan
sebesar 50% dari seluruh wilayah perkotaan terlayani.

2. Selanjutnya dalam jangka waktu menengah 5 tahun kedua dilakukan tahapan


untuk dapat meningkatkan cakupan dan tingkat pelayanan, serta mulai
melakukan pengurangan di tingkat sumber dengan system 3R. Target tingkat
pelayanan sebesar 60% dari seluruh wilayah perkotaan terlayani. Operasional
dan pemeliharaan alat dilakukan. Serta optimalisasi retribusi sampah yang
sesuai.

3. Dalam jangka 5 tahun ke 3 dan ke 4 akan dilakukan peningkatanan cakupan


dan tingkat pelayanan serta intensifikasi pengelolaan sampah 3R. Target tingkat
pelayanan sebesar 80% dari seluruh wilayah perkotaan terlayani.

Bab 7 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

2. Bidang Drainase

Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang


terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep
pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak bantaran sungai dihuni
oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang
masuk ke saluran drainase dan sungai.

Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase


mengeringkan kawasan terbangun dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana
pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-pintu pengatur) untuk
mengalirkan air ke laut.

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai


prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan
lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan
limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air
hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah
melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti kolam tandon, waduk lapangan,
sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain.

Berdasarkan isu permasalahan strategis dibidang drainase, maka dirumuskan suatu


sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan dicapai
dan diwujudkan dalam pengembangan bidang drainase di masa yang akan datang.
Adapun sasaran kebijakan pengembangan drainase adalah sebagai berikut :

- Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir, efisien,


efektif dan terpadu.

- Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui


kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.

- Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan


ekonomis melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya
kesehatan akibat genangan dan bencana banjir.

- Terciptanya peningkatan koordinasi antara Kota/Kota dalam penanganan sistem


drainase.

Bab 7 | 31
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

A. Sistem Drainase Eksisting

Pada umumnya kawasan/lingkungan di Kota Timor Tengah Utara belum tersedia


saluran drainase yang memadai. Jaringan drainase yang ada khususnya di
perkotaan adalah drainase jalan raya untuk menampung air hujan dari atas
badan jalan. Jaringan drainase tersebut belum tertata dengan baik bahkan
saluran drainase yang ada sudah tidak layak lagi mengalirkan air hujan karena
dipenuhi dengan sampah atau kotoran lainnya. Belum terdapat sebuah renaca
induk / Materplan Drainase di Kota Kefamenanu.

Sistem drainase di Kota Kefamenanu belum terintegrasi dengan baik antar satu
saluran dengan yang lain. Program pembangunan dilakukan tanpa perhitungan
dimensi sistem drainase yang terpadu seluruh kawasan. Dikawasan permukiman
belum terdapat sistem drainase sama sekali. Air mengalir secara alamiah
dipermukaan, meresap ke dalam tanah kembali atau masuk ke badan air. Secara
topografis, kondisi kota Kefa termasuk relatif tinggi sehingga hampir tidak ada
masalah banjir atau genangan diwilayah ini. Sungai-sungai yang melintasi kota
Kefamenanu cukup banyak dengan kapasitas yang besar dan kedalaman. Banjir
terjadi pada wilayah bantaran sungai yang rendah, yang biasanya dimanfaatkan
penduduk untuk pertanian.

B. Pemasalahan Sistem Drainase

Beberapa permasalahan yang terjadi terkait dengan permasalahan drainase


antara lain :

1. Alur saluran lingkungan yang berkelok-kelok menghambat aliran air dan


gerusan dinding sungai.

2. Kurang terintegrasinya dimensi dan dasar elevasi saluran drainase karena


pembangunan bersifat parsial.

3. Banyak saluran terputus, tidak mematus ke saluran primer dan outlet saluran
drainase tidak jelas.

4. Terhambatnya aliran oleh sampah, sedimen dan tanaman liar.

5. Bercampurnya pembuangan limbah cair domestic masyarakat kedalam


saluran darinase.

6. Banyak terdapat Bottle neck gorong-gorong atau saluran di sebelah hilir yang
mengecil.

Bab 7 | 32
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

7. Saluran kota yang sebagian berupa saluran tertutup memiliki jarak manhole
yang cukup jauh sehingga menyulitkan perawatan saluran. Selain itu tidak
pernah dilakukan perawatan terhadap saluran yang ada, sehingga banyak
saluran yang mati penuh dengan sedimen dan sampah. Inlet sudah banyak
yang tertutup.

8. Perubahan fungsi daerah resapan menjadi permukiman di daerah hulu.

9. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran


drainase

Permasalahan yang dihadapi dalam Sub Bidang drainase di Kota Timor Tengah
Utara antara lain:

1. Saluran drainase yang ada tidak sebanding dengan luas wilayah yang harus
dilayani dan kepadatan penduduk/hunian yang ada

2. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya saluran drainase


sehingga masih sering membuang kedalam saluran.

3. Tidak adanya biaya operasi dan pemeliharaan drainase yang disediakan oleh
pemerintah daerah

4. Belum adanya suatu sistim yang terpadu dalam sistim pengelolaan drainase
dimana yang terjadi adalah sistim drainase tercampur dengan air limbah dan
limpasan air hujan

5. Diperlukan dana cukup besar untuk melakukan penataan sistim drainase yang
baik

C. Analisis Sistem Drainase

Keadaan topografi Kota Kefamenanu yang berupa perbukitan, dataran dan


palung-palung sungai ini menyebakan terjadinya gerusan ataupun erosi
dibeberapa tempat terutama di daerah yang mempunyai tingkat kemiringan
lereng sedang-tinggi, serta rawan terhadap timbulnya genangan-genangan
akibat arus pembuangan air hujan yang kurang lancar atau debit air hujan
yang melebihi daya tampung saluran drainasenya.

Untuk menghindari terjadinya genangan pada saat musim hujan perlu


dilakukan pengembangan sistem jaringan drainase yang berhirarki,
terstruktur, terpadu dan terencana dengan penanganan secara menyeluruh
serta terjadual pelaksanaan program-program pengembangannya.
Bab 7 | 33
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Pengembangan jaringan drainase ini diarahkan untuk mendukung kegiatan


sosial ekonomi penduduk dan untuk mengatasi masalah banjir.

Jaringan drainase yang ada khususnya di kota Kefamenanu, pada umumnya


adalah drainase badan jalan untuk menapung air hujan dari permukaan jalan dan
sekitarnya akan tetapi belum tertata secara baik. Pembuangan air hujan tersebut
dialirkan melalui saluran drainase yang ada dan dibuang kesungai-sungai
terdekat.

Kawasan perencanaan Kota Kefamenanu yang datar dan merupakan kawasan


hilir dari semua kawasan di Kota Kefamenanu, tentunya dipikirkan sistem
drainase yang baik, terutama badan penerima (sungai) yang mengalir di kawasan
ini. Kemudian selain hal tersebut fungsi kawasan lindung/konservasi yang
berguna untuk menjaga keseimbangan lingkungannya yang tidak terjaga maka
dapat menimbulkan bahaya banjir bagi daerah yang lebih rendah.

Pengembangan prasarana drainase di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu


perlu direncanakan dengan baik karena merupakan sistem jaringan drainase
perkotaan yang dapat terhubung dengan sistem drainase yang kemudian
teralirkan ke instalasi pengolahannya sebelum dibuang ke badan air penerima.

1) Sistem Jaringan Drainase (Pematusan)

Sifat tanah di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu adalah poros dengan


permeabilitas cukup tinggi, menyebabkan air hujan yang meresap ke dalam
tanah cukup besar dari debit “surface run-off” (aliran permukaan). Namun
demikian sifat ini akan semakin kecil apabila pada daerah-daerah pusat kota,
terutama pada daerah yang built up area-nya tinggi. Permasalahan drainase
adalah salurang drainase yang ada kurang memenuhi kapasitas maupun tidak
terdapatnya saluran penghubung di masing-masing jalan utama menuju ke
drainase, menyebabkan limpasan air hujan terutama yang berada di sekitar
jaringan jalan di beberapa wilayah kota tidak teralirkan ke saluran drainase
dan sebagai aliran air hujan menjadi besar dan tidak tertampung lagi oleh
saluran drainase yang ada yang pada akhirnya berdampak dapat merusak
konstruksi jalan dan pada daerah rendah akan menggenang.

Perencanaa sistem jaringan drainase (pematusan) di kawasan perencanaan


selain didasarkan pada faktor di atas juga arah pengembangan jaringan,
meliputi kriteria pendukung perencanaan jaringan, arahan sistem
pengaliran/pematusan, arahan dimensi/tipe saluran.

Bab 7 | 34
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

2) Analisa Saluran Drainase

Sistem saluran pembuangan air hujan (drainase) di usahakan memanfaatkan


drainase, dalam arti pembuangan air hujan diupayakan mengikuti kemiringan
lahan dan selanjutnya dibuang ke sungai terdekat.

Cara yang paling efisien dalam menyalurkan air hujan adalah dengan
mengikuti topografi alami yang ada. Dengan demikian di manfaatkan
keberadaan sungai-sungai maupun saluran alami yang ada. Untuk wilayah
terbangun sebagai wadah kegiatan perkotaan, perlu ditambahkan saluran-
saluran buatan untuk menampung limpasan air hujan.

Dalam keadaan ini kesesuaian dengan pola jaringan utilitas yang lain menjadi
amat penting dalam membentuk sistem kota yang serasi dan terpadu. Kondisi
saat ini di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu, sistem jaringan drainase
menginduk pada sistem jaringan jalan sekaligus sebagai drainase jalan.

Arahan rencana sistem jaringan drainase di kawasan perencanaan adalah


sebagai berikut:

 Dengan berdasarkan kapasitasnya, saluran dibagi dalam beberapa type,


yaitu type saluran induk (primer) dan saluran sekunder.

 Saluran induk menggunakan saluran alami (sungai) yang ada,


direncanakan dengan radius terdekat.

 Saluran drainase direncanakan mempunyai outlet/berakhir pada daerah


pembuangan yang aman (pada sungai).

 Saluran sekunder diusahakan digabung dengan saluran drainase jalan


agar lebih ekonomis dan mudah dalam perawatannya.

 Saluran pembuangan air hujan (drainase) sedapt mungkin terpisah dari


saluran-saluran lain (saluran air kotor, saluran irigasi dan lain-lain.

3) Dimensi Saluran Drainase

Penentuan dimensi saluran didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut:

 Kemiringan saluran (S) diusahakan mengikuti kemiringan tanah asli


dengan tingkat kelandaian berkisar antara 0,002-0,012.

 Kecepatan aliran air dalam saluran diperhitungkan sebesar 0,50-2,00


m/dtk.

 Koefisien pengaliran © sebesar 0,50-0,80.

Bab 7 | 35
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

 Koefisien kekasaran saluran, diperhitungkan terhadap kekasaran batu kali


sebesar 1/n=60.

 Perencanaan intensitas curah hujan, atau off site digunakan daur ulang 2
(dua) tahun dan untuk on site digunakan daur ulang 5 (lima) tahun.

 Jari-jari hidrolis (R) dalam meter.

Untuk itu saluran drainase di kawasan perencanaann tersusun sebagai


berikut:

 Tipe I : merupakan saluran induk (primer)

 Tipe II : merupakan saluran sekunder besar

 Tipe III : merupakan saluran sekunder kecil

4) Pola Jaringan

Pola jaringan drainase untuk kawasan perencanaan Kota Kefamenanu akan


mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:

 Klasifikasi jalan dan arahan perletakan sesuai dengan fungsinya sebagian


dari instrumen jalan.

 Arah kemiringan jalan.

 Besaran dan sebaran wilayah yang menerima limpasan pada masing-


masing lingkungan.

 Arah pembuangan ke pembuangan akhir.

Tabel VII.17.
Analisis Bidang Drainase

No Permasalahan Analisis
1 - Belum terdapat studi terkait sistem - Penyusunan studi terkait drainase
drainase - Penyediaan regulasi tentang drainase
- Belum terdapat regulasi mengenai - Penyediaan embung sebagai retarding
drainase basin air hujan
- Alur saluran lingkungan yang berkelok- - Penataan saluran drainase secare terpadu
kelok menghambat aliran air dan gerusan (pembangunan baru, peningkatan dan
dinding sungai pemeliharaan saluran)
- Kurang terintegrasinya dimensi dan dasar - Pembangunan sumur resapan
elevasi saluran drainase karena - Pembangunan sistem penahan tanah pada
pembangunan bersifat parsial daerah rawan longsor sepanjang saluran.
- Banyak saluran terputus, tidak mematus ke
saluran primer dan outlet saluran drainase
tidak jelas
- Terhambatnya aliran oleh sampah,
sedimen dan tanaman liar
- Bercampurnya pembuangan limbah cair
domestic masyarakat kedalam saluran
Bab 7 | 36
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

No Permasalahan Analisis
darinase
- Saluran kota yang sebagian berupa
saluran tertutup memiliki jarak manhole
yang cukup jauh sehingga menyulitkan
perawatan saluran. Selain itu tidak pernah
dilakukan perawatan terhadap saluran
yang ada, sehingga banyak saluran yang
mati penuh dengan sedimen dan sampah.
Inlet sudah banyak yang tertutup
- Perubahan fungsi daerah resapan menjadi
permukiman di daerah hulu
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
tidak membuang sampah di saluran
drainase
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

D. Usulan Pengembangan Sistem Drainase

Sasaran yang akan dicapai terkait dengan upaya peningkatan sistem drainase
antara lain :

1. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan


diperkotaan.

2. Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam, penampung/retensi


serta sarana prasarana pendukung/ pelengkapnya meningkatkan pelayanan
sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dn strategis perkotaan
dari risiko genangan.

3. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase


yang ada.

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka konsep penyelesaian drainase


permukiman perkotaan Atambua adalah dengan membuatnya berhirarki dengan
baik, dengan kondisi saluran yang bersih dan kuat, tidak tercampur buangan air
limbah yang dibawah baku mutu. Didaerah yang padat, terdapat jalan inspeksi
yang dapat dilalui mobil untuk pemeliharaan saluran atau pemadam kebakaran.

Dari konsep tersebut, kegiatan penanganan drainase meliputi kegiatan:

1. Penyusunan perencanaan drainase yang terintegrasi : data base saluran,


Rencana Induk dan Detail Engineering Design (DED)

2. Rehabilitasi saluran

3. Pembangunan saluran baru

4. Operasi dan pemeliharaan

Bab 7 | 37
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

5. Penyuluhan dan pengelolaan bangunan drainase bagi pemerintah dan


masyarakat

6. Penyiapan peraturan dan produk hukum untuk penanganan drainase.

 Peningkatan peran serta masyarakat


 Garis sepadan sungai dan saluran.
 Pengaturan bangunan di banturan sungai dan saluran

7. Penyiapan Kelembagaan :

 Peningkatan SDM.
 Kejelasan wewenang dan tanggung jawab.
 Pemantapan organisasi.

8. Pembiayaan :

 Mengembangkan sumber pembiayaan melalui retribusi lingkungan.

9. Strategi promosi/kampanye :

 Kampanye dan desiminasi

Beberapa program prioritas yang dapat mendukung pengembangan sistim


pengelolaan drainase adalah:

1) Program Pembinaan Pengelolaan sistem drainase


2) Program pengembangan dan perencanaan pembangunan sistim drainase
3) Program pengembangan pembangunan sistim drainase perkotaan
4) Program pembangunan PS sistim drainase mendukung kawasan
strategis/tertentu dan pemulihan dampak bencana dan kerusuhan
5) Program pengembangan PS drainase skala kawasan/lingkungan berbasis
masyarakat
6) Prgram pengelolaan sistim drainase terpadu mendukung Konservasi sumber
daya air
7) Program pengembangan Kapasitas pendanaan pembangunan sistim drainase
8) Program promosi pengelolaan PS sistim drainase
9) Prgram pengembangan inovasi teknologi sistim drainase

Bab 7 | 38
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

3. Analisis Bidang Sanitasi (Limbah Cair Domestik)

A. Sanitasi Rumah Tangga Eksisting

Air Limbah merupakan salah satu produk dari pada aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari yang dihasilkan dari air limbah rumah tangga,
kegiatan jasa dan indurtri yang terdiri dari air limbah kamar mandi/wc,
cucian dan dapur. Air limbah yang tidak dikelola secara baik akan
memberikan dampak bagi kesehatan manusia.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, umumnya pengelolaan limbah


cair rumah tangga dilakukan masing-masing oleh setiap rumah tangga
dengan cara membuat lubang/kolam penampungan atau dialirkan ke
tanaman pekarangan yang ada di sekitarnya. Khusus untuk pengelolaan
limbah tinja sebagian besar masyarakat menggunakan septic tanck sendiri,
atau hanya berupa cubluk yang akan ditimbun bila telah terisi penuh.

B. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT)

Hingga 2012, Kota Kefamenanu belum memiliki Instalasi Pengolah Lumpur Tinja
dan mobil sedot tinja. Pengurasan terhadap septiktank yang telah penuh
dilakukan dengan manual dan dibuang ke badan air atau pekarangan.

C. Permasalahan Air Limbah

Pegelolaan Air Limbah di Kota Timor Tengah Utara dianggap masyarakat belum
merupakan persoalan yang berarti karena produksi air limbah umumnya masih
rendah karena diproduksi oleh kegiatan rutin rumah tangga seperti mandi, cuci,
dan dari dapur. Padahal hal ini sangat terkait erat dengan kondisi kesehatan
masyarakat. Rendahnya kesadaran masyarakat perlu dirubah sedari dini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, permasalahan yang dihadapi
pada umumnya adalah limbah tinja khususnya di perdesaan karena sebagian
besar masyarakat membuang tinja di kebun, ladang/tanah kosong atau kali yang
ada disekitarnya. Sedangkan di kota khususnya Kota Kefamenanu dan kota-kota
kecamatan, sebagian besar masyarakat telah memiliki jamban yang memadai.
Untuk itu dalam jangka menengah hal yang perlu menjadi perhatian adalah
Pengadaan Mobil Tinja untuk kebutuhan diperkotaan sedangkan diperdesaan

Bab 7 | 39
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

dibutuhkan adanya bantuan jamban sehat bagi masyarakat berpenghasilan


rendah.

D. Analisis Air Limbah

Pola pengelolaan limbah cair lingkungan permukiman dilakukan dengan “on site
system” melalui pengembangan jaringan saluran pembuangan yang bermuara
pada sumur resapan di halaman rumah. Untuk menghitung besarnya kapasitas
limbah cair lingkungan permukiman dihitung dengan asumsi 70% dari pemakaian
air bersih penduduk.

Sedangkan analisa penanganan limbah padat lingkungan permukiman


dilakukan dengan sistem tangki septictank, sistem lain yang biasanya digunakan
adalah sistem riooling. Namun mengingat sistem tersebut memerlukan biaya
investasi yang cukup besar, sementara melihat kondisi kota yang belum
mendesak untuk menggunakan sistem rooling maka sistem septictank dirasakan
lebih tepat.

Di kawasan perencanaan Kota Kefamenanu, sistem pembuangan limbah air


limbah/kotor menggunakan sistema on site dan pada umumnya ada 2 (dua)
sistem pembuangan, yaitu:

1. Sistem pembuangan mandiri (individual system), yang dikenal dalam bentuk:


septictank, leaching pit, leach field dan sejenisnya.

2. Sistem pembuangan bersama (communal system), yang dikenal dalam


bentuk: WC umum (MCK), saluran pembuangan, septictank individual dengan
peresapan ke riooling.

Tabel VII.18.
Analisis Bidang Air Limbah

No Permasalahan Analisis
1 - Belum terdapat dokumen rencana induk - Penyediaan dokumen sanitasi dan rencana
terkait sanitasi induk serta DED sistem air limbah kota.
- Akses terhadap layanan sanitasi sangat - Peningkatan akses terhadap sanitasi sehat
rendah, sekitar 10% menjadi 60%
- Belum terdapat Instalasi Pengolahan - Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi
Limbah Tinja (IPLT) skala kota dilingkungan permukiman dan tempat
- Kelembagaan pengelolaan air limbah publik.
belum ada - Penyediaan Instalasi Pengolah Air Limbah
- Belum ada regulasi pengelolaan limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (industri,
cair domestik dan non domestik. Banyak Rumah sakit, restoran, hotel dll)
industri, hotel, pemotongan hewan dan - Penyediaan IPLT dan truk tinja
lain-lain belum memiliki IPAL - Pembentukan, pelatihan kelembagaan

Bab 7 | 40
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

No Permasalahan Analisis
- Perlunya pengelolaan air limbah sistem off penglolaan air limbah
site dalam jangka panjang - Penyusunan Perda tentang air limbah
- Sosialisasi dan pelibatan masyarakat
dalam pengembangan pelayanan sanitasi.
- Penyediaan sanitasi dengan sewerage
sistem
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

E. Rencana Pembangunan Bidang Air Limbah

Seperti telah diuraikan pada permasalahan tersebut diatas bahwa masalah air
limbah belum merupakan permasalahan yang besar untuk beberapa tahun
kedepan. Untuk itu penanganan pengelolaan Air Limbah juga disesuaikan
dengan tingkat permasalahan yang ada. Untuk itu dalam jangka menengah hal
yang perlu menjadi perhatian adalah Pengadaan Mobil Tinja untuk kebutuhan di
perkotaan sedangkan di perdesaan dibutuhkan adanya bantuan jamban sehat
bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Penanganan air buangan mempunyai tujuan untuk mengembangkan sistem


penanganan limbah yang dapat menciptakan lingkungan kota yang higenis untuk
penduduk maupun lingkungan kota secara keseluruhan dengan tujuan tersebut
penanganan air buangan harus memenuhi persyaratan dan tidak mencemari tata
perairan di kawasan sekitarnya.

Melihat pada jenis kegiatan, maka secara garis besar air buanggan/limbah
kegiatan permukiman dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industria, limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan perumahan dapat berupa limbah padat dan cair.
Limbah cair lingkungan permukiman merupakan air buangan dari kegiatan rumah
tangga sedangkan limbah padat merupakan produk buangan/limbah manusia.

Untuk itu penanganan pembuangan air limbah/kotor di kawasan perencanaan


Kota Kefamenanu dimasa mendatang akan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok,
yaitu:

1. Air kotor dari kamar mandi, dapur, dan cucian dapat dibuang ke saluran
drainase terdekat setelah melalui bak pengendap/alat penyaring pada masing-
masing rumah. Bak pengendap/alat penyaring ini diperlukan agar bahan-
bahan padat kotoran (sisa-sisa makanan, pasir, dan lain-lain) yang terbawa air
kotor bisa tertahan di bak pengendap tersebut.

2. Air kotor dari WC/kakus: air kotor ini disalurkan ke tangki septik, kemudian
dialirkan ke sumur peresapan atau ke jaringan saluran air kotor (riool).

Bab 7 | 41
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

3. Air kotor dari limbah industri/bengkel, rumah sakit/puskesmas, laboratorium


dan sejenisnya. Harus disaring terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran
drainase.

Dalam satu kawasan yang sejenis dapat diupayakan recycling pembuangan air
limbah (SPAL) dan wáter treatment tersendiri.

Beberapa program prioritas yang dapat mendukung pengembangan sistim


pengelolaan drainase adalah:

1) Program Pembinaan Pengelolaan sistem air limbah


2) Program pengembangan dan perencanaan pembangunan IPLT
3) Program penyelenggaraan pelatihan pengelolaan air limbah
4) Program peningkatan pelayanan air Limbah Kota Kefamenanu
5) Program pengembangan Sanitasi skala kawasan/lingkungan berbasis
masyarakat
6) Program pengembangan Kapasitas pendanaan pembangunan sistim air
limbah
7) Prgram pengembangan inovasi teknologi sistim air limbah

4. Bidang Air Minum

A. Sumber Air Bersih Eksisting

Keberadaan air minum merupakan tuntutan yang sangat vital karena menyangkut
kelangsungan hidup manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambahnya jumalh
penduduk dari tahun ke tahun yang disertai dengan meningkatnya aktivitas sosial-
ekonomi masyarakat, membawa dampak pada peningkatan jumlah permintaan
akan air bersih.

Pengelolaan prasarana air bersih di Kota TTU ditangani oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Tirta Cendana. Penyediaan air bersih perpipaan (leding) yang
dilayani oleh PDAM masih sangat terbatas. Kondisi rumah tangga yang mampu
dilayani oleh PDAM tahun 2009 hanya 18,68% dari keseluruhan rumah tangga,
dimana sebagian besar merupakan rumah tangga di Kota Kefamenanu.
Keterbatasan jangkauan layanan PDAM dimaksud mengharuskan masyarakat
untuk mengembangkan alternartif lain pemenuhan prasarana air bersih.Prasarana
air bersih yang masih banyak dimanfaatkan oleh warga Kota TTU adalah sumur
terlindung (sumur pompa) dimana hingga tahun 2009 tercatat bahwa 31% total
rumah tangga masih menggunakan sumur terlindung/pompa sebagai prasarana

Bab 7 | 42
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

air bersih. Angka ini sebenarnya telah mengalami penurunan sejak tahun 2006
yang mencapai 32,11%, seiring dengan perluasan jangkauan PDAM.

Secara umum, sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat Kota TTU
selain leding (PDAM) dan sumur terlindung/pompa adalah sumur tak terlindung,
mata air tak terlindung, mata air terlindung, sungai, hujan dan air dalam
kemasan. Perkembangan rumah tangga yang memanfaatkan masing-masing
sumber air bersih sejak tahun 2006 digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel VII.19.
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kota TTU
Tahun 2006 – 2009
Tahun
No. Sumber Air Bersih
2006 2007 2008 2009
1. Leding (PDAM) 15,90 17,15 15,64 18,68
2. Sumur Terlindung/Pompa 32,11 36,33 33,92 31,00
3. Sumur Tak Terlindung 9,59 6,09 5,85 8,30
4. Mata Air Tak Terlindung 8,17 14,36 5,35 7,07
5. Mata Air Terlindung 20,55 14,68 29,03 26,52
6. Sungai 13,52 9,44 9,69 7,63
7. Hujan 0,16 0,33 0,35 -
8. Air Dalam Kemasan - - 0,48
9. Lainnya - 1,63 0,17 0,32
Sumber Data : TTU Dalam Angka 2007 – 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan sumur sebagai sumber


pemuhan air bersih masih mendominasi dari tahun ke tahun. Hal ini turut
mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat karena kurangnya
pengawasan terhadap kualitas air sumur.Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
air sumur telah tercemar akibat terkontaminasi dengan mineral logam maupun
batuan yang terkandung dalam tanah. Selain itu, pencemaran air sumur juga
dipengaruhi oleh kondisi kebersihan lingkungan serta pola penanganan sanitasi
yang belum memenuhi syarat kelayakan.

B. Pengelola Air Minum

Pengelolaan prasarana air bersih di Kota TTU ditangani oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Tirta Cendana. Penyediaan air bersih perpipaan (leding) yang
dilayani oleh PDAM masih sangat terbatas.

Bab 7 | 43
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

C. Cakupan dan Tingkat Pelayanan

Kondisi rumah tangga yang mampu dilayani oleh PDAM tahun 2009 hanya
18,68% dari keseluruhan rumah tangga, dimana sebagian besar merupakan
rumah tangga di Kota Kefamenanu.

D. Sarana dan Prasarana Air Bersih

Sumber air Baku untuk melayani Kota Kefamenanu diambil dari Gunung Mutis
yang berjarak 10 Kilometer dari kota. Mata air gunung Mutis yang memiliki debit
sebesar 100 liter per detik melayani wilayah lain selain kota Kefamenanu. Secara
kuantitas dan kontinuitas belum dapat memenuhi kebutuhan Kota. Jaringan
distribusi baru meliputi sekitar 20% wilayah kota.

Dibeberapa desa / kelurahan dikembangkan system penyediaan air bersih


dengan Sumur dalam, pompa, tower reservoir dan Hidran Umum. Sistem ini
cukup membantu masyarakat, namun harga air masih dirasakan masyarakat
cukup mahal sehingga banyak yang mengambil air dari sungai yang jaraknya
cukup jauh.

Diwilayah Kota Kefa sendiri sebenarnya terdapat potensi sumber air di wilayah
Taekas yang memiliki debit cukup besar. Perlu dilakukan studi untuk memenuhi
kebutuhan air minum wilayah perkotaan Kefamenanu.

E. Permasalahan Kebutuhan Air Bersih

Secara umum, permasalahan dibidang air bersih Kota Kefamenanu antara lain :

1. Cakupan pelayanan PDAM masih kecil

2. Kapasitas dan kontinuitas debit sumber air baku relative kurang dan terjadi
penurunan debit.

3. Besarnya tingkat kebocoran air minum

4. Kondisi jaringan sebagian sudah tua, Sistem jaringan belum tertata dengan
baik

5. Belum meratanya sambungan listrik oleh PLN sebagai penggerak pompa

Bab 7 | 44
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.20.
Analisis Bidang Air Minum
No Permasalahan Analisis
1 - Belum terdapat studi terkait - Penyusunan studi potensi air baku dan
pengembangan Sistem Penyediaan Air Rencana Induk SPAM
Minum (SPAM) - Pembentukan kelembagaan SPAM
- Belum tedapat lembaga SPAM regional regional
- Kurangnya debit dan suplay air baku - Pencarian alternatif sumber air baku baru
- Minimnyacakupan pelayanan air bersih - Optimalisasi sumber air baku yang ada
masyarakat, masih sekitar 10% dengan perbaikan dan peningkatan
- Cakupan layanan perpipaan PDAM masih jaringan transmisi dan distribusi
rendah - Penyehatan PDAM dan penyusunan
- Tidak terdapat sistem air bersih di skala Coporate Plan yang baik
kecamatan - Pembuatan SPAM IKK dengan sumber
- Rendahnya akses terhadap air bersih dari Taekas dan Miomaffo
karena lokasi sumber air yang jauh dan - Peningkatan cakupan pelayanan air bersih
relatif rendah dari permukiman dengan sistem air bersih sederhana
- Kemiskinan membuat masyarakat - Pemanfaatan teknologi penyediaan air
memerlukan sistem penyediaan air yang yang inovatif dan hemat energi
inovatif dan hemat energi. - Pelayanan air bersih pada daerah rawan
- Terdapat banyak daerah rawan air air
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

F. Rencana Pembangunan Bidang Air Minum

1. Kebutuhan Air Minum

Rencana kebutuhan air minum masyaratakat Kota Kefamenanu dilakukan


melalui pemanfaatan sumber-sumber air, baik air tanah maupun dari mata air.
Air bersih yang layak di komsumsi oleh masyarakat adalah air yang memenuhi
standart kesehatan yang dalam hal ini dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan. Kondisi air bersih di Kota Kefamenanu sangat bervariasi. Sumber
air yang dimanfaatkan masyarakat ada yang berasal dari mata air dan air
sumur/sumur pompa.

Untuk kepentingan pengembangan hingga akhir tahun perencanaan, maka


dipakai beberapa ketentuan:

 Prosentase pelayanan terhadap jumlah penduduk diasumsikan mencapai


100 % pada akhir tahun layanan.

 Standar kebutuhan air bersih perkotaan untuk kebutuhan domestik adalah


120 liter/detik.

 Standar kebutuhan air bersih untuk kebutuhan non domestik 20 % dari


kebutuhan domestik.

 Standar kebocoran dari 30 % total kebutuhan domestik dan non domestik.

Bab 7 | 45
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

2. Jaringan Air Minum

Jaringan perpipaan PDAM saat ini belum menyentuh seluruh wilayah,


sehingga penduduk masih mengusahakannya secara individu melalui sumur-
sumur pompa maupun dari mata air terdekat. Namun dimasa mendatang
masalah jaringan air bersih ini perlu adanya pengelolaan yang memadai
dalam menangani pendistribusiaanya sehingga penduduk dapat terlayani
secara maksimal.

5. Matrik Analisis Permasalahan Infrastrutur perkotaan Kota Kefamenanu

Analisis permasalahan infrastruktur perkotaan Kota Kefamenanu dipengaruhi oleh


banyak faktor, terutama pada kondisi alam, kondisi sebaran infrastruktur dan kondisi
kemampuan SDM dan pembiayaan. Untuk itu permasalahan infrastruktur perkotaan
wilayah perkotaan Kota Kefamenanu seperti yang terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel VII.21.
Permasalahan Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Pendukung Kawasan Perkotaan

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
1 Persampahan - Belum terdapat dokumen induk - Penyediaan studi terkait pengelolaan
Perencanaan Teknis Manajemen sampah (PTMP, DED TPA landfill,
Persampahan dan pendukungnya. Studi pembiayaan sampah dll)
- Cakupan pelayan rendah, baru sekitar - Peningkatan cakupan pelayanan
10% sampah hingga 60% dengan
- TPA dengan sistem open dumping peningkatan prasarana dan sarana
- Belum ada upaya pengurangan persampahan
sampah dari tingkat sumber dengan - Pengelolaan TPA dengan system
3R landfill
- Kurangnya peran dan kapasitas - Program pengurangan sampah dari
masyarakat dalam pengelolaan sumbernya dengan pengelolaan
sampah sampah 3R (sosialisasi, penyediaan
- Kurangnya kapasitas pendanaan dan TPST, mesin komposting, pelatihan
minimnya retribusi pengelolaan 3R, pilot project kawasan mandiri
sampah sampah)
- Regulasi pengelolaan belum sesuai - Sosialisasi kebersihan
dengan paradigma pengelolaan - Optimalisasi dan sosialisasi
sampah saat ini. manajemen pengelolaan sampah
hingga tingkat lingkungan
- Penyediaan regulasi pengelolaan
sampah sesuai Undang-Undang
yang berlaku, termasuk bidang
kelembagaan dan tarif retribusi
kebersihan.
2 Drainase - Belum terdapat studi terkait sistem - Penyusunan studi terkait drainase
drainase - Penyediaan regulasi tentang
- Belum terdapat regulasi mengenai drainase
Bab 7 | 46
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
drainase - Penyediaan embung sebagai
- Alur saluran lingkungan yang berkelok- retarding basin air hujan
kelok menghambat aliran air dan - Penataan saluran drainase secare
gerusan dinding sungai terpadu (pembangunan baru,
- Kurang terintegrasinya dimensi dan peningkatan dan pemeliharaan
dasar elevasi saluran drainase karena saluran)
pembangunan bersifat parsial - Pembangunan sumur resapan
- Banyak saluran terputus, tidak - Pembangunan sistem penahan tanah
mematus ke saluran primer dan outlet pada daerah rawan longsor
saluran drainase tidak jelas sepanjang saluran.
- Terhambatnya aliran oleh sampah,
sedimen dan tanaman liar
- Bercampurnya pembuangan limbah
cair domestic masyarakat kedalam
saluran darinase
- Saluran kota yang sebagian berupa
saluran tertutup memiliki jarak
manhole yang cukup jauh sehingga
menyulitkan perawatan saluran. Selain
itu tidak pernah dilakukan perawatan
terhadap saluran yang ada, sehingga
banyak saluran yang mati penuh
dengan sedimen dan sampah. Inlet
sudah banyak yang tertutup
- Perubahan fungsi daerah resapan
menjadi permukiman di daerah hulu
- Kurangnya kesadaran masyarakat
untuk tidak membuang sampah di
saluran drainase
3 Air Limbah - Belum terdapat dokumen rencana - Penyediaan dokumen sanitasi dan
induk terkait sanitasi rencana induk serta DED sistem air
- Akses terhadap layanan sanitasi limbah kota.
sangat rendah, sekitar 10% - Peningkatan akses terhadap sanitasi
- Belum terdapat Instalasi Pengolahan sehat menjadi 60%
Limbah Tinja (IPLT) skala kota - Penyediaan prasarana dan sarana
- Kelembagaan pengelolaan air limbah sanitasi dilingkungan permukiman
belum ada dan tempat publik.
- Belum ada regulasi pengelolaan - Penyediaan Instalasi Pengolah Air
limbah cair domestik dan non Limbah (IPAL) untuk limbah non
domestik. Banyak industri, hotel, domestik (industri, Rumah sakit,
pemotongan hewan dan lain-lain restoran, hotel dll)
belum memiliki IPAL - Penyediaan IPLT dan truk tinja
- Perlunya pengelolaan air limbah - Pembentukan, pelatihan
sistem off site dalam jangka panjang kelembagaan penglolaan air limbah
- Penyusunan Perda tentang air limbah
- Sosialisasi dan pelibatan masyarakat
dalam pengembangan pelayanan
sanitasi.
- Penyediaan sanitasi dengan
sewerage sistem
4 Air Minum - Belum terdapat studi terkait - Penyusunan studi potensi air baku
pengembangan Sistem Penyediaan Air dan Rencana Induk SPAM
Minum (SPAM) - Pembentukan kelembagaan SPAM
- Belum tedapat lembaga SPAM regional
regional - Pencarian alternatif sumber air baku
- Kurangnya debit dan suplay air baku baru
- Minimnyacakupan pelayanan air bersih - Optimalisasi sumber air baku yang
Bab 7 | 47
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Permukiman/
Permasalahan Pengembangan
Infrastruktur
Kawasan
Perkotaan
masyarakat, masih sekitar 10% ada dengan perbaikan dan
- Cakupan layanan perpipaan PDAM peningkatan jaringan transmisi dan
masih rendah distribusi
- Tidak terdapat sistem air bersih di - Penyehatan PDAM dan penyusunan
skala kecamatan Coporate Plan yang baik
- Rendahnya akses terhadap air bersih - Pembuatan SPAM IKK dengan
karena lokasi sumber air yang jauh sumber dari Taekas dan Miomaffo
dan relatif rendah dari permukiman - Peningkatan cakupan pelayanan air
- Kemiskinan membuat masyarakat bersih dengan sistem air bersih
memerlukan sistem penyediaan air sederhana
yang inovatif dan hemat energi. - Pemanfaatan teknologi penyediaan
- Terdapat banyak daerah rawan air air yang inovatif dan hemat energi
- Pelayanan air bersih pada daerah
rawan air
5 Jalan - Belum terdapat rencana induk terkait - Tersedianya studi terkait sistem
Lingkungan jaringan jalan dan sistem transportasi transportasi dan data base jaringan
- Belum ada data base jaringan jalan jalan
- Banyak jalan akses dan jalan - Penyusunan regulasi jaringan jalan
lingkungan berupa jalan tanah tanpa (termasuk mengatur GSB dan
drainase dan bangunan pelengkapnya pembatasan tonase kendaraan)
- Banyak kawasan terisolir karena jalan - Penyusunan strandarisasi jalan
terputus atau tidak tersedia jembatan lingkungan
penghubung. - Pembangunan jalan akses antar
lingkungan
- Penyediaan jalan inspeksi ditepi
sungai dan saluran
- Penyediaan sistem penahan tanah
pada aderah rawan longsor
- Pembangunan jembatan penghubung
- Penyediaan bangunan pelengkap
jalan
Sumber : Analisis Tim, 2012

8.2.3.2. Analisis Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Wini

1. Analisis Bidang Persampahan

A. Sumber dan Timbulan Sampah

Sumber dan Timbulan Sampah Eksisting

Sumber sampah dominan dihasilkan dari sampah domestic rumah tangga.


Besarnya timbulan diasumsikan sebesar 25 liter per orang per hari. Pada masa
mendatang terutama pada lokasi yang padat penghuninya serta tempat fasilitas
pelayanan masyarakat, harus dilakukan secara kolektif dan insentif mulai dari
system pengumpulan kemudian dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Untuk mengetahui berapa produksi sampah yang dihasilkan masyarakat Kota
Wini maka berikut ini akan dilakukan perhitungan prediksi volume sampah yang
dihasilkan masyarakat Kawasan Kota Wini tahun 2008 hingga tahun 2028, juga
Bab 7 | 48
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

kebutuhan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) dan jumlah Armada sampah


yang harus disiapkan, dimana dengan asumsi sebagai berikut :
a. Perhitungan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga sebesar 2
Ltr/orang/hari.
b. Sampah yang dihasilkan pasar dengan standart 25% dari volume sampah
rumah tangga.
c. Sampah Organik sekitar 60% sedangkan sampah anorganik sebesar 40%

Sampah yang dihasilkan pada tempat lainnya diperkirakan 5 % dari volume


sampah rumah tangga. Maka perkiraan asumsi volume sampah di Kawasan Kota
Wini pada akhir tahun perencanaan 2028 mencapai 199,37 m3/hari, dengan
prediksi jumlah TPS sebanyak 23 unit dan jumlah armada sampah berupa Truk
sampah sebanyak 12 unit. Untuk jelasnya lihat pada Tabel 6-1 berikut.

Tabel VII.22.
Perhitungan Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Persampahan
Kota Wini Tahun 2008-2028
No Analisis Satuan 2008 2013 2018 2023 2028
1 Jumlah Penduduk Jiwa 46,124 53,209 60,523 69,257 79,747
2 Potensi Timbulan Sampah m3 / hr 115.31 133.02 151.31 173.14 199.37
3 Tingkat Pelayanan % 38% 40% 50% 60% 70%
4 Penduduk Terlayani Jiwa 17,649 21,284 30,262 41,554 55,823
5 Sampah Terlayani m3 / hr 35.30 42.57 60.52 83.11 139.56
6 Sarana Pengumpul dan Pengangkut
Tong Sampah (40 lt) unit 882.46 1,064.18 1,513.08 2,077.71 3,488.93
3
Gerobak Sampah (0,8 m ) unit 441.23 532.09 756.54 1,038.86 1,744.47
Kontainer sampah (6 m3) unit 6 7 10 14 23
Dump Truk (6 m3 per hari) rit 6 7 10 14 23
2 ritasi perhari unit 3 4 6 7 12

Sumber: Analisis Konsultan, 2012

Sedangkan komposisi sampah di Kota Wini berdasar data dari RPIJM tahun
2010-2014, diketahui bahwa komposisi sampah terbesar adalah berupa sampah
organic yang berupa sampah basah, kayu dan kertas. Sisanya adalah berupa
sampah anorganik yang berupa plastic, logam, kain, karet dan kaca seperti pada
Tabel 6-2.

Bab 7 | 49
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.23.
Jenis, Komposisi, dan Volume Sampah di Kota Wini Tahun 2007
Jenis Sampah Komposisi Volume (m3)
3. Sampah Organik Sampah Basah 5,18 / hari
Kayu 25,92 / hari
Kertas 27,22 / hari
4. Sampah Plastik 8,64 / hari
Anorganik Logam 5,76 / hari
Kain/Tekstil 19,88 / hari
Karet 3,24 / hari
Baterai/Kaca/Gelas 16,00 / hari
Lain-lain -
Jumlah 111,84
Sumber: BPS (Kabupaten Timor Tengah Utara dalam angka 2008)

Dengan komposisi sampah organikyang besar, dalam jangka panjang akan


dilakukan pengurangan sampah dari sumbernya dengan cara pemilahan dari
sumbernya.

Analisis Terhadap Sumber dan Timbulan Sampah

Dengan kondisi sampah organik yang lebih dominan maka diperlukan upaya
pengurangan beban sampah dari sumbernya yakni terutama di tingkat rumah
tangga.

Penentuan timbulan, komposisi dan karakteristik sampah suatu wilayah atau kota
dipergunakan untuk perencanaan manajemen persampahan yang ada, seperti
penentuan pewadahan, pengaturan pola pengumpulan, penentuan fasilitas
transfer dan transpor, desain sistem Pemrosesan sampah dan desain tempat
pembuangan akhir yang tepat. Dengan mengetahui timbulan, komposisi dan
karakteristik sampah terutama yang berasal dari sumber yang lebih representatif,
diharapkan permasalahan dalam pengelolaan persampahan dapat dicegah dan
diantisipasi sedini mungkin. Metode penentuan dan jumlah sampel timbulan dan
komposisi sampah kota di Indonesia telah diatur berdasarkan SNI-19-3964-1994.
Dalam kegiatan ini Konsultan menggunakan data timbulan dari dokumen RPIJM
2011-2014 Kota Wini.

Dari komposisi sampah di Kota Wini, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
memulai pemilahan dari tingkat rumah tangga dan penyediaan tempat sampah
pilah. Dengan prosentase sampah plastik yang relatif besar dan memiliki
kecenderungan meningkat maka salah satu alternatifnya adalah memberdayakan
masyarakat untuk memilah sampah plastik dari tingkat rumah tangga. Untuk
komposting dengan bahan sampah organik hanya dilakukan di TPA atau TPST
Bab 7 | 50
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

yang memiliki sarana komposting. Sehingga bila mungkin dapat juga diterapkan
pemilahan terhadap sampah organik, plastik dan lainnya.

B. Tingkat Pelayanan

Tingkat Pelayanan Eksisting

Tingkat pelayanan merupakan perbandingan antara jumlah sampah yang


dihasilkan dibandingkan dengan jumlah sampah yang terangkut. Pelayanan
dikatakan tinggi apabila sampah terangkut lebih banyak dari jumlah produksi
sampah. Besarnya volume total sampah sebesar ± 159,68 m3/hari. Sampah yang
terangkut setiap harinya baru untuk kawasan permukiman baru terlayani sekitar
5% dan kawasan komersil dan perkantoran sebesar 30%. Sehingga total sampah
terangkut adalah sebesar sekitar 61,1 m³ sehingga tingkat pelayanan pada tahun
2012 mencapai 38,26 % dari total produksi sampah.

Pelayanan pengangkutan sampah masih pada wilayah komersial dan tepi jalan
protokol, sedangkan untuk sampah yang dihasilkan peduduk di permukiman
masih dikelola sendiri oleh warga sekitar dengan cara tradisional, ditimbun dan
dibakar.

Permasalahan persampahan di kabupaten Timor Tengah Utara pada umumnya


adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah,
terutama di kawasan publik seperti di pusat perdagangan (pasar dan pertokoan)
serta permukiman disepanjang sungai atau saluran drainase yang ada. Sampah
dibuang tidak pada tempatnya seperti TPS atau Bak/Tong Sampah yang telah
disediakan yang pada akhirnya lama kelamaan sampah menumpuk dan
menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat, nyaman dan asri.

Analisis Peningkatan Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan persampahan dapat dihitung dari jumlah penduduk wilayah


pelayanan, bukan dari jumlah penduduk keseluruhan wilayah. Penentuan ini akan
mempengaruhi besarnya perhitungan sarana dan prasarana yang harus
disediakan untuk pelayanan persampahan. Asumsi pelayanan yang tidak tepat
akan menimbulkan kebutuhan biaya investasi, operasional dan pemeliharaan
sarana prasarana persampahan yang mahal.

Untuk itu, peningkatan tingkat pelayanan perlu dilakukan pada daerah potensial
berkembang dengan asumsi jumlah penduduk sesuai jangkauan pelayanan yang

Bab 7 | 51
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

dapat dilayani saja. Untuk wilayah Kota Wini yang termasuk wilayah perkotaan
dalam perhitungan proyeksi kebutuhannya sesuai MDG’s hendaknya ditetapkan
target tingkat pelayanan 80% penduduk perkotaan terlayani.

Diperlukan penambahan sebaran TPS pada masa mendatang. TPS dengan bak
permanen yang menyulitkan operasional dan pemeliharaannya, serta kurang
estetis terhadap lingkungan. Kedepan diharapkan TPS dan bak komunal tipe
permanen sudah diganti dengan yang non permanen dan bertutup, untuk
mendapatkan fungsi estetis dan operasionalnya. Tabel berikut adalah rencana
peningkatan pelayanan persampahan Kota Wini 2013-2033 berikut kebutuhan
sarana dan prasarananya.

Tabel VII.24.
Peningkatan Pelayanan Persampahan Kota Kefamenenu

No Analisis Satuan 2008 2013 2018 2023 2028 2033


1 Jumlah Penduduk Jiwa 46,124 53,209 60,523 69,257 79,747 92,947
2 Potensi Timbulan Sampah m3 / hr 115.31 133.02 151.31 173.14 199.37 232.37
3 Tingkat Pelayanan % 38% 40% 50% 60% 70% 80%
4 Penduduk Terlayani Jiwa 17,649 21,284 30,262 41,554 55,823 74,358
5 Sampah Terlayani m3 / hr 35.30 42.57 60.52 83.11 139.56 185.89
6 Sarana Pengumpul dan Pengangkut
Tong Sampah (40 lt) unit 882 1,064 1,513 2,078 3,489 4,647
Gerobak Sampah (0,8 m3) unit 441 532 757 1,039 1,744 2,324
Kontainer sampah (6 m3) unit 6 7 10 14 23 31
Dump Truk (6 m3 per hari) rit 6 7 10 14 23 31
2 ritasi perhari unit 3 4 6 7 12 16

Sumber : Analisis Konsultan, 2012

C. Sarana dan Prasarana Persampahan

Pola pengelolaan sampah di Kota Wini, pengumpulan dan pengangkutan sampah


yang bersumber dari rumah ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)
sampah dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, sedangkan pengangkutan
sampah dari TPS sampai ke TPA merupakan tanggung jawab PPRK. Selain itu
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari kawasan umum/ fasilitas umum
juga diakukan oleh pihak PPRK.

Bab 7 | 52
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

D. Pewadahan

Kondisi Eksisting Pewadahan Persampahan

Sarana pewadahan yang digunakan dalam pengelolaan sampah di Kota Wini


sebagian disediakan sendiri oleh masyarakat dan sebagian lagi oleh Dinas
PPRK. Masyarakat Kota Wini masih banyak yang menimbun dan membakar
sampahnya dipekarangan, atau membuang sampah ke badan air. Hal
menyebabkan lingkungan menjadi kumuh dan tidak sehat. Kesadaran
masyaraakat untuk mebuang sampah diwadahnya masih sangat kurang

Analisis Pemilahan, Pewadahan dan pengolahan di Sumber

Di Kota Wini, pada tingkat pengelolaan sampah disumber belum dilakukan upaya
pemilahan, pewadahan dan pengolahan di sumber. Pada sebagian besar
wilayah, semua jenis sampah dijadikan satu dan dibuang ke wadah sampah
individual di rumah penduduk dan dibawa ke TPS sendiri atau pada sebagian
kecil wilayah diambil oleh gerobak sampah untuk dibawa ke TPS.

Penduduk belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai upaya


pengurangan sampah dari sumbernya. Untuk itu diperlukan upaya sosialisasi
kegiatan pengurangan sampah di sumber kepada masyarakat. Secara rinci,
permasalahan dan anaisis pengolahan di sumber dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Tabel VII.25.
Analisis Pengolahan Persampahan di Tingkat Sumber Kota Wini

No Permasalahan Analisis
1 Pewadahan individual dan komunal ditingkat Masyarakat belum memahami proses
sumber bervariasi, menggunakan kantong pengelolaan sampah yang baik, sehingga
plastic, keranjang ataupun bak keramik belum memperhatikan perlunya
banyak dalam keadaan rusak karena kurang pemeliharaan alat kebersihan.
pemeliharaan dan umur ekonomis. Masih
banyak pula yang membuat lubang ditanah
untuk menimbun dan membakar sampahnya
2 Wadah sampah outdoor banyak tidak Masyarakat perlu sosialisasi desain dan
menggunakan tutup, rentan bau dan lalat. bahan pewadahan sampah yang baik
Bila hujan akan menambah kadar air dalam
sampah.
3 Kapasitas wadah sampah terlampaui dan Jenis dan ukuran wadah banyak harus
menyebabkan sampah tumpah dari disesuaikan dengan volume sampah yang
wadahnya dihasilkan dan frekwensi pengumpulan
sehingga kapasitas wadah tidak terlampaui
dan menyebabkan sampah tumpah dari
wadahnya
4 Belum terdapat upaya pemilahan dan Bercampurnya sampah yang tidak sejenis
pengolahan sampah ditingkat sumber. menyulitkan pemilahan dan pengolahan
Bab 7 | 53
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

No Permasalahan Analisis
sampah di tingkat sumber. Padahal dengan
memilah sampah masyarakat dapat
memperoleh manfaat ekonomi dan
lingkungan.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

E. Pengumpulan

Kondisi Pengumpulan Sampah Eksisting

Pengumpulan sampah dari tong sampah/ bak sampah yang tersedia di setiap
rumah tangga ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) diangkut oleh petugas
gerobak yang dikoordinir oleh PPRK. Peralatan yang digunakan : Bin / tong
sampah, Gerobak sampah, Becak sampah.

Sarana pengumpul disediakan oleh paguyuban pengelola sampah di tiap TPS


dan DPU. Kondisi dan kinerja alat tidak terpantau sehingga banyak alat yang
rusak karena pemakaian atau usia teknisnya sudah habis. Diperlukan kegiatan
inventarisasi sarana dan prasarana persampahan di Kota Wini untuk
memudahkan operasional dan pemeliharaan sarana prasarana persampahan

Analisis Sistem Pengumpulan Sampah

Alat pengumpul di tingkat masyarakat banyak yang dalam kondisi rusak dan tidak
terinventarisir dengan baik. Kawasan dengan topografi relatif datar dapat
menggunakan alat pengumpul tidak bermesin seperti becak maupun gerobak
sampah. Kondisi permukiman yang padat teratur memungkinkan pengumpulan
sampah individual tak langsung.

Untuk Kawasan dengan topografi relatif datar hingga bergelombang dapat


menggunakan alat pengumpul tidak bermesin seperti becak maupun gerobak
sampah dan bermesin seperti fukuda atau pick up.

Sarana pengumpul disediakan oleh paguyuban pengelola sampah di tiap TPS


dan PPRK. Kondisi dan kinerja alat tidak terpantau sehingga banyak alat yang
rusak karena pemakaian atau usia teknisnya sudah habis. Secara rinci analisis
pengumpulan sampah dapat diihat pada Tabel berikut.

Bab 7 | 54
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel VII.26.
Analisis Pengumpulan Persampahan Kota Wini

No Permasalahan Analisis
1 Belum seluruh wilayah memiliki paguyuban Pengumpulan sampah tingkat masyarakat
pengelola sampah lingkungan, minimalnya dilakukan paguyuban yang dikelola RW
fasiltas TPS dan jangkauan pelayanan setempat. Paguyuban ini biasanya dibentuk
sampah. untuk mengelola pelayanan satu TPS
tertentu.
2 Alat pengumpul sampah berupa gerobak / Diperlukan upaya inventarisir prasarana dan
becak sampah bantuan pemerintah banyak sarana persampahan sehingga dapat
yang sudah tua dan rusak, tidak diprogramkan kegiatan pemeliharaan dan
terinventarisir dengan baik. pengadaan baru yang tepat.
3 Becak motor sampah untuk mengangkut Daerah memerlukan penambahan alat
sampah dengan lebih cepat dan untuk pengumpul berupa kendaraan bermotor
melayani wilayah dengan topografi
bergelombang tidak ada
4 Kesadaran kebersihan dan kondisi ekonomi Masyarakat dengan kesadaran dan ekonomi
masyarakat relative rendah, tidak bersedia rendah diharapkan membawa sendiri
membiayai pengumpulan. sampahnya ke TPS
5 Karena belum terdapat upaya pemilahan di Bila terdapat upaya pemilahan, desain dan
tingkat sumber, maka desain alat pengumpul jadwal pengumpulan sampah harus
terdiri dari satu ruangan, dengan jadwal disesuaikan
tertentu
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

F. Pemindahan

Kondisi Pemindahan Sampah Eksisting

Sarana pemindahan di Kota Wini menggunakan kontainer dengan kapasitas 5 m3


untuk melayani 150 – 200 KK dimana gerobak / becak sampah langsung
menumpahkan muatannya kedalam kontainer. Setelah penuh maka kontainer
akan dibawa ke TPA menggunakan arm roll truck. TPS diletakkan dikawasan
komersil dan permukiman. Namun gaya hidup masyarakat yang belum
sepenuhnya memahami arti penting sarana persampahan. Hal ini dapat dilihat
dari kondisi TPS sampah yang relative kosong, dengan sampah yang bertebaran
di sekeliling TPS. Terdapat 10 titik TPS di wilayah Perkotaan Wini.

Untuk memaksimalkan kebersihan lokasi TPS, perlu ada penjadwalan pengisian


dan pengosongan dengan frekwensi pengosongan minimal 1 kali. Lokasi TPS
harus mudah dijangkau dan tidak mengganggu lalu lintas. Untuk sebaran lokasi
TPS, transfer depo maupun kontainer dapat dilihat pada Gambar bab
sebelumnya. Sebagai upaya pengurangan sampah dari sumbernya, selain
dibuang ke TPA pengelolaan sampah telah terdapat kegiatan 3R yang dilakukan
di (TPS 3R).

Database mengenai sarana pemindahan TPS,transfer depo atau container tidak


terinventarisir dengan baik, sehingga menyulitkan kegiatan pengawasan,
Bab 7 | 55
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

operasional dan pemeliharaan saran pemindahan. Perlu dibuat inventarisir


sarana pemindahan persampahan. Sebaran TPS dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Sebaran TPS Kota Wini.

Analisis Sistem Pemindahan

Kondisi TPS dan container banyak yang sudah rusak dan kotor. Sampah banyak
berserakan disekitar TPS / container dan menyebarkan bau tak sedap. Pemulung
banyak yang memilah sampah yang memiliki nilai ekonomis di TPS. Belum
perdapat jadwal pengisian dan pengosongan TPS yang pasti dan diketahui
masyarakat. Pengelolaan dan perawatan TPS kurang mendapat perhatian. Tidak
terdapat data peta yang lengkap mengenai sebaran lokasi TPS berikut
konstruksi, kondisi, tahun pengadaan, dll. Untuk mengembangkan cakupan
pelayanan maka diperlukan penambahan TPS pada wilayah permukiman dan.
Secara rinci analisis pemindahan sampah dapat diihat pada Tabel berikut.

Tabel VII.27.
Analisis Sub Sistem Pemindahan Persampahan

No Permasalahan Analisis
1 Beberapa TPS dan container yang ada Diperlukan upaya inventarisir prasarana dan
sudah tua dan rusak, tidak terinventarisir sarana persampahan sehingga dapat
dengan baik. diprogramkan kegiatan pemeliharaan dan
pengadaan baru yang tepat.
2 Masyarakat sering membuang sampah Masyarakat yang membuang sampahnya
dengan sembarangan, tercecer di sekitar langsung ke TPS tidak mau mendekat
TPS. karena TPS yang kotor dan bau,
3 Jumlah TPS masih minimal, belum dapat Diperlukan penambahan TPS
melayani seluruh wilayah perkotaan.
4 Lokasi TPS ada yang jauh dari permukiman, Penambahan lokasi TPS harus dibicarakan
menyulitkan masyarakat dalam membuang dengan masyarakat agar mudah dijangkau
sampahnya. dan dalam lahan yang legal
4 KonstruksiTPS banyak terbuat permanen Diusulkan penggantian TPS permanen
dari pasangan bata yang menyulitkan menjadi non permanen dengan bertutup.
pembersihan dan operasional pemindahan.
5 Belum terdapat kegiatan 3R di TPS. Kegiatan pemilahan, daur ulang dan
pengomposan dapat dilakukan TPS yang
dikelola masyarakat. Dalam jangka panjang
diperlukan penambahan TPS 3R ini.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

Bab 7 | 56
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

G. Pengangkutan

Sistem Pengangkutan Eksisting

Hingga saat ini terdapat 2 truck sampah yang melayani angkutan sampah di Kota
Wini. Truk jenis arm roll atau dump truck dapat digunakan untuk mengumpulkan
dan mengangkut sampah dari kontainer yang ada di TPS. Kondisi truk tidak
terawat, dan ada yang rusak.

Yang perlu diperhatikan adalah ritasi dibandingkan jarak tempuh ke TPA.


Sebaiknya truk sampah dalam kondisi tertutup setidaknya tertutup dengan jaring
agar sampah tidak beterbangan dan berceceran

Database mengenai sarana tidak terinventarisir dengan baik, sehingga


menyulitkan kegiatan pengawasan, operasional dan pemeliharaan. Perlu dibuat
inventarisir sarana pengangkutan persampahan.

Analisis Sistem Pengangkutan

Permasalahan yang dihadapi dalam usaha peningkatan pelayanan pengangkutan


sampah adalah terbatasnya sarana dan kondisi sarana yang buruk. Secara rinci,
analisis pengangkutan persampahan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel VII.28.
Analisis Sub Sistem Pengangkutan Persampahan

No Permasalahan Analisis
1 Beberapa truk sampah yang ada sudah tua Diperlukan upaya inventarisir prasarana dan
dan rusak, tidak terinventarisir dengan baik. sarana persampahan sehingga dapat
diprogramkan kegiatan pemeliharaan dan
pengadaan baru yang tepat.
2 Belum terdapat jalur rute rutin truk sampah Jalur truk pengangkut sampah perlu
yang memudahkan masyarakat membuang ditambah dan perlu sosialisasi waktu
sampahnya pengangkutan
3 Jumlah truk sampah masih minimal, belum Diperlukan penambahan armada truk
dapat melayani seluruh wilayah perkotaan sampah
setiap hari meskipun telah melakukan 3 ritasi
per hari.
4 Beberapa truk tidak memiliki penutup Truk perlu penutup / jarring agar sampah
sampah yang baik. Banyak sampah yang tidak bertebaran kena angin, pada waktu
berceceran di jalan. pengangkutan.
Sumber : Analisis Konsultan, 2012

Bab 7 | 57
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

H. Usulan Pengembangan Bidang Persampahan

Sub bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan


Umum memiliki Program dan Kegiatan yang bertujuan untuk mencapai
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari
sampah.

Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan tatanan program pada
Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2004 – 2009, Renstra SKPD Propinsi
terkait dan RPJM Daerah. Oleh karena itu dalam melakukan pemrograman harus
mengacu pada kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam Renstra di Pusat
maupun Propinsi dan sesuai dengan kebutuhan dan proiritas pembangunan
daerah.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan mengacu pada


RPJMN 2004 – 2009 yaitu: (1) Meningkatkan jumlah sampah terangkut; (2)
Meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
berwawasan lingkungan (environmental friends) pada semua kota metropolitan,
kota besar dan sedang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang


Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistim Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN 2004 – 2009
dapat dilakukan meliputi:

1) Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.


2) Peningkatan peran aktif masyarakat dan pengusaha/swasta sebagai mitra
pengelolaan.
3) Meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas sistim pengelolaan.

Sasaran utama yang hendak dicapai yaitu:

1) Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk;


2) Pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%;
3) Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill
untuk kota metropolitan dan besar serta controlled landfill untuk kota sedang
dan kecil serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping.

Bab 7 | 58
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Adapun Program beserta target, pola pengelolaan, penanganan dan kontribusi


Pemerintah Daerah di sektor persampahan adalah:

1) Program Pembinaan sistim Pengelolaan Persampahan


2) Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
3) Program Pengurangan Timbunan Sampah
4) Program Perluasan Cakupan dan Tingkat Pelayanan Persampahan
5) Program Peningkatan Kualitas Sistim Pengolahan Akhir Sampah
6) Program Peningkatan Pengelolaan Sampah Terpadu Mendukung
Perlindungan Sumber Daya Air
7) Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta Meningkatkan
Sistim Pengelolaan Persampahan
8) Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan Pengelolaan Persampahan
9) Program Promosi Sistim Pengelolaan Sampah
10) Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistim Pengelolaan
Persampahan

Setelah mengkaji beberapa permasalahan pokok persampahan diatas maka


prioritas pentahapan pengelolaan sampah Kota Wini secara bertahap
direncanakan sebagai berikut :

1. Untuk jangka 5 tahun pertama sudah harus dipersiapakan Masterplan system


persampahan dan penyiapan TPA sanitary landfill. Dalam jangka pendek perlu
dipersiapkan pula prasarana dan sarana yang memadai paling tidak untuk
membudayakan pengelolaan sampah yang baik mulai dari mengumpulkan,
mengangkut, sampai kepada mendaur ulang sampah-sampah yang masih
berguna dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Target tingkat pelayanan
sebesar 50% dari seluruh wilayah perkotaan terlayani.

2. Selanjutnya dalam jangka waktu menengah 5 tahun kedua dilakukan tahapan


untuk dapat meningkatkan cakupan dan tingkat pelayanan, serta mulai
melakukan pengurangan di tingkat sumber dengan system 3R. Target tingkat
pelayanan sebesar 60% dari seluruh wilayah perkotaan terlayani. Operasional
dan pemeliharaan alat dilakukan. Serta optimalisasi retribusi sampah yang
sesuai.

3. Dalam jangka 5 tahun ke 3 dan ke 4 akan dilakukan peningkatanan cakupan


dan tingkat pelayanan serta intensifikasi pengelolaan sampah 3R. Target
tingkat pelayanan sebesar 80% dari seluruh wilayah perkotaan terlayani.

Bab 7 | 59
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

2. Bidang Drainase

Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering


kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun
konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak bantaran
sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air
permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai.

Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase


mengeringkan kawasan terbangun dan rendahnya kapasitas seluruh
prasarana pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-
pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan


sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang
berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya
mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi
prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang
meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti
kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap
dan lain-lain.

Berdasarkan isu permasalahan strategis dibidang drainase, maka


dirumuskan suatu sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar
dari kondisi yang akan dicapai dan diwujudkan dalam pengembangan
bidang drainase di masa yang akan datang. Adapun sasaran kebijakan
pengembangan drainase adalah sebagai berikut :

- Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir,


efisien, efektif dan terpadu.

- Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan


melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang
berwawasan lingkungan.

- Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan


ekonomis melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta
biaya kesehatan akibat genangan dan bencana banjir.

- Terciptanya peningkatan koordinasi antara Kabupaten/Kota dalam


penanganan sistem drainase.

Bab 7 | 60
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Sistem Drainase Eksisting

Pada umumnya kawasan/lingkungan di Kabupaten Timor Tengah Utara


belum tersedia saluran drainase yang memadai. Jaringan drainase yang ada
khususnya di perkotaan adalah drainase jalan raya untuk menampung air
hujan dari atas badan jalan. Jaringan drainase tersebut belum tertata
dengan baik bahkan saluran drainase yang ada sudah tidak layak lagi
mengalirkan air hujan karena dipenuhi dengan sampah atau kotoran lainnya.
Belum terdapat sebuah renaca induk / Materplan Drainase di Kota Wini.

Sistem drainase di Kota Wini belum terintegrasi dengan baik antar satu
saluran dengan yang lain. Program pembangunan dilakukan tanpa
perhitungan dimensi sistem drainase yang terpadu seluruh kawasan.
Dikawasan permukiman belum terdapat sistem drainase sama sekali. Air
mengalir secara alamiah dipermukaan, meresap ke dalam tanah kembali
atau masuk ke badan air. Secara topografis, kondisi kota Kefa termasuk
relatif tinggi sehingga hampir tidak ada masalah banjir atau genangan
diwilayah ini. Sungai-sungai yang melintasi kota Wini cukup banyak dengan
kapasitas yang besar dan kedalaman. Banjir terjadi pada wilayah bantaran
sungai yang rendah, yang biasanya dimanfaatkan penduduk untuk
pertanian.

Pemasalahan Sistem Drainase

Beberapa permasalahan yang terjadi terkait dengan permasalahan drainase


antara lain :

1. Alur saluran lingkungan yang berkelok-kelok menghambat aliran air dan


gerusan dinding sungai.

2. Kurang terintegrasinya dimensi dan dasar elevasi saluran drainase


karena pembangunan bersifat parsial.

3. Banyak saluran terputus, tidak mematus ke saluran primer dan outlet


saluran drainase tidak jelas.

4. Terhambatnya aliran oleh sampah, sedimen dan tanaman liar.

5. Bercampurnya pembuangan limbah cair domestic masyarakat kedalam


saluran darinase.

Bab 7 | 61
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

6. Banyak terdapat Bottle neck gorong-gorong atau saluran di sebelah hilir


yang mengecil.

7. Saluran kota yang sebagian berupa saluran tertutup memiliki jarak


manhole yang cukup jauh sehingga menyulitkan perawatan saluran.
Selain itu tidak pernah dilakukan perawatan terhadap saluran yang ada,
sehingga banyak saluran yang mati penuh dengan sedimen dan
sampah. Inlet sudah banyak yang tertutup.

8. Perubahan fungsi daerah resapan menjadi permukiman di daerah hulu.

9. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di


saluran drainase

Permasalahan yang dihadapi dalam Sub Bidang drainase di Kabupaten


Timor Tengah Utara antara lain:

1. Saluran drainase yang ada tidak sebanding dengan luas wilayah yang
harus dilayani dan kepadatan penduduk/hunian yang ada

2. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya saluran drainase


sehingga masih sering membuang kedalam saluran.

3. Tidak adanya biaya operasi dan pemeliharaan drainase yang disediakan


oleh pemerintah daerah

4. Belum adanya suatu sistim yang terpadu dalam sistim pengelolaan


drainase dimana yang terjadi adalah sistim drainase tercampur dengan
air limbah dan limpasan air hujan

5. Diperlukan dana cukup besar untuk melakukan penataan sistim drainase


yang baik

Analisis Sistem Drainase

Keadaan topografi Kota Wini yang berupa perbukitan, dataran dan palung-
palung sungai ini menyebakan terjadinya gerusan ataupun erosi
dibeberapa tempat terutama di daerah yang mempunyai tingkat
kemiringan lereng sedang-tinggi, serta rawan terhadap timbulnya
genangan-genangan akibat arus pembuangan air hujan yang kurang

Bab 7 | 62
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

lancar atau debit air hujan yang melebihi daya tampung saluran
drainasenya.

Untuk menghindari terjadinya genangan pada saat musim hujan


perlu dilakukan pengembangan sistem jaringan drainase yang berhirarki,
terstruktur, terpadu dan terencana dengan penanganan secara
menyeluruh serta terjadual pelaksanaan program-program
pengembangannya. Pengembangan jaringan drainase ini diarahkan untuk
mendukung kegiatan sosial ekonomi penduduk dan untuk mengatasi
masalah banjir.

Jaringan drainase yang ada khususnya di kota Wini, pada umumnya adalah
drainase badan jalan untuk menapung air hujan dari permukaan jalan dan
sekitarnya akan tetapi belum tertata secara baik. Pembuangan air hujan
tersebut dialirkan melalui saluran drainase yang ada dan dibuang kesungai-
sungai terdekat.

Kawasan perencanaan Kota Wini yang datar dan merupakan kawasan hilir
dari semua kawasan di Kota Wini, tentunya dipikirkan sistem drainase yang
baik, terutama badan penerima (sungai) yang mengalir di kawasan ini.
Kemudian selain hal tersebut fungsi kawasan lindung/konservasi yang
berguna untuk menjaga keseimbangan lingkungannya yang tidak terjaga
maka dapat menimbulkan bahaya banjir bagi daerah yang lebih rendah.

Pengembangan prasarana drainase di kawasan perencanaan Kota Wini


perlu direncanakan dengan baik karena merupakan sistem jaringan
drainase perkotaan yang dapat terhubung dengan sistem drainase yang
kemudian teralirkan ke instalasi pengolahannya sebelum dibuang ke badan
air penerima.

Sistem Jaringan Drainase (Pematusan)

Sifat tanah di kawasan perencanaan Kota Wini adalah poros dengan


permeabilitas cukup tinggi, menyebabkan air hujan yang meresap ke dalam
tanah cukup besar dari debit “surface run-off” (aliran permukaan). Namun
demikian sifat ini akan semakin kecil apabila pada daerah-daerah pusat kota,
terutama pada daerah yang built up area-nya tinggi. Permasalahan drainase
adalah salurang drainase yang ada kurang memenuhi kapasitas maupun
tidak terdapatnya saluran penghubung di masing-masing jalan utama menuju

Bab 7 | 63
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

ke drainase, menyebabkan limpasan air hujan terutama yang berada di


sekitar jaringan jalan di beberapa wilayah kota tidak teralirkan ke saluran
drainase dan sebagai aliran air hujan menjadi besar dan tidak tertampung
lagi oleh saluran drainase yang ada yang pada akhirnya berdampak dapat
merusak konstruksi jalan dan pada daerah rendah akan menggenang.

Perencanaa sistem jaringan drainase (pematusan) di kawasan perencanaan


selain didasarkan pada faktor di atas juga arah pengembangan jaringan,
meliputi kriteria pendukung perencanaan jaringan, arahan sistem
pengaliran/pematusan, arahan dimensi/tipe saluran.

Analisa Saluran Drainase

Sistem saluran pembuangan air hujan (drainase) di usahakan memanfaatkan


drainase, dalam arti pembuangan air hujan diupayakan mengikuti kemiringan
lahan dan selanjutnya dibuang ke sungai terdekat.

Cara yang paling efisien dalam menyalurkan air hujan adalah dengan
mengikuti topografi alami yang ada. Dengan demikian di manfaatkan
keberadaan sungai-sungai maupun saluran alami yang ada. Untuk wilayah
terbangun sebagai wadah kegiatan perkotaan, perlu ditambahkan saluran-
saluran buatan untuk menampung limpasan air hujan.

Dalam keadaan ini kesesuaian dengan pola jaringan utilitas yang lain
menjadi amat penting dalam membentuk sistem kota yang serasi dan
terpadu. Kondisi saat ini di kawasan perencanaan Kota Wini, sistem jaringan
drainase menginduk pada sistem jaringan jalan sekaligus sebagai drainase
jalan.

Arahan rencana sistem jaringan drainase di kawasan perencanaan adalah


sebagai berikut:

 Dengan berdasarkan kapasitasnya, saluran dibagi dalam beberapa


type, yaitu type saluran induk (primer) dan saluran sekunder.

 Saluran induk menggunakan saluran alami (sungai) yang ada,


direncanakan dengan radius terdekat.

 Saluran drainase direncanakan mempunyai outlet/berakhir pada daerah


pembuangan yang aman (pada sungai).

Bab 7 | 64
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

 Saluran sekunder diusahakan digabung dengan saluran drainase jalan


agar lebih ekonomis dan mudah dalam perawatannya.

 Saluran pembuangan air hujan (drainase) sedapt mungkin terpisah dari


saluran-saluran lain (saluran air kotor, saluran irigasi dan lain-lain.

Dimensi Saluran Drainase

Penentuan dimensi saluran didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut:

 Kemiringan saluran (S) diusahakan mengikuti kemiringan tanah asli


dengan tingkat kelandaian berkisar antara 0,002-0,012.

 Kecepatan aliran air dalam saluran diperhitungkan sebesar 0,50-2,00


m/dtk.

 Koefisien pengaliran © sebesar 0,50-0,80.

 Koefisien kekasaran saluran, diperhitungkan terhadap kekasaran batu


kali sebesar 1/n=60.

 Perencanaan intensitas curah hujan, atau off site digunakan daur ulang 2
(dua) tahun dan untuk on site digunakan daur ulang 5 (lima) tahun.

 Jari-jari hidrolis (R) dalam meter.

Untuk itu saluran drainase di kawasan perencanaann tersusun sebagai


berikut:

 Tipe I : merupakan saluran induk (primer)

 Tipe II : merupakan saluran sekunder besar

 Tipe III : merupakan saluran sekunder kecil

Pola Jaringan

Pola jaringan drainase untuk kawasan perencanaan Kota Wini akan


mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:

 Klasifikasi jalan dan arahan perletakan sesuai dengan fungsinya


sebagian dari instrumen jalan.

 Arah kemiringan jalan.

Bab 7 | 65
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

 Besaran dan sebaran wilayah yang menerima limpasan pada masing-


masing lingkungan.

 Arah pembuangan ke pembuangan akhir.

Usulan Pengembangan Sistem Drainase

Sasaran yang akan dicapai terkait dengan upaya peningkatan sistem


drainase antara lain :

1. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah


genangan diperkotaan.

2. Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam,


penampung/retensi serta sarana prasarana pendukung/ pelengkapnya
meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan
permukiman dn strategis perkotaan dari risiko genangan.

3. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase


yang ada.

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka konsep penyelesaian drainase


permukiman perkotaan Atambua adalah dengan membuatnya berhirarki
dengan baik, dengan kondisi saluran yang bersih dan kuat, tidak tercampur
buangan air limbah yang dibawah baku mutu. Didaerah yang padat, terdapat
jalan inspeksi yang dapat dilalui mobil untuk pemeliharaan saluran atau
pemadam kebakaran.

Dari konsep tersebut, kegiatan penanganan drainase meliputi kegiatan:

1. Penyusunan perencanaan drainase yang terintegrasi : data base saluran,


Rencana Induk dan Detail Engineering Design (DED)

2. Rehabilitasi saluran

3. Pembangunan saluran baru

4. Operasi dan pemeliharaan

5. Penyuluhan dan pengelolaan bangunan drainase bagi pemerintah dan


masyarakat

6. Penyiapan peraturan dan produk hukum untuk penanganan drainase.

 Peningkatan peran serta masyarakat


 Garis sepadan sungai dan saluran.

Bab 7 | 66
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

 Pengaturan bangunan di banturan sungai dan saluran

7. Penyiapan Kelembagaan :

 Peningkatan SDM.
 Kejelasan wewenang dan tanggung jawab.
 Pemantapan organisasi.

8. Pembiayaan :

 Mengembangkan sumber pembiayaan melalui retribusi lingkungan.

9. Strategi promosi/kampanye :

 Kampanye dan desiminasi

Beberapa program prioritas yang dapat mendukung pengembangan sistim


pengelolaan drainase adalah:

1) Program Pembinaan Pengelolaan sistem drainase


2) Program pengembangan dan perencanaan pembangunan sistim
drainase
3) Program pengembangan pembangunan sistim drainase perkotaan
4) Program pembangunan PS sistim drainase mendukung kawasan
strategis/tertentu dan pemulihan dampak bencana dan kerusuhan
5) Program pengembangan PS drainase skala kawasan/lingkungan
berbasis masyarakat
6) Prgram pengelolaan sistim drainase terpadu mendukung Konservasi
sumber daya air
7) Program pengembangan Kapasitas pendanaan pembangunan sistim
drainase
8) Program promosi pengelolaan PS sistim drainase
9) Prgram pengembangan inovasi teknologi sistim drainase

3. Analisis Bidang Sanitasi (Limbah Cair Domestik)

A. Sanitasi Rumah Tangga Eksisting

Air Limbah merupakan salah satu produk dari pada aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari yang dihasilkan dari air limbah rumah tangga, kegiatan
jasa dan indurtri yang terdiri dari air limbah kamar mandi/wc, cucian dan

Bab 7 | 67
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

dapur. Air limbah yang tidak dikelola secara baik akan memberikan dampak
bagi kesehatan manusia.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, umumnya pengelolaan limbah cair


rumah tangga dilakukan masing-masing oleh setiap rumah tangga dengan
cara membuat lubang/kolam penampungan atau dialirkan ke tanaman
pekarangan yang ada di sekitarnya. Khusus untuk pengelolaan limbah tinja
sebagian besar masyarakat menggunakan septic tanck sendiri, atau hanya
berupa cubluk yang akan ditimbun bila telah terisi penuh.

B. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT)

Hingga 2012, Kota Wini belum memiliki Instalasi Pengolah Lumpur Tinja dan
mobil sedot tinja. Pengurasan terhadap septiktank yang telah penuh
dilakukan dengan manual dan dibuang ke badan air atau pekarangan.

C. Permasalahan Limbah

Pegelolaan Air Limbah di Kabupaten Timor Tengah Utara dianggap


masyarakat belum merupakan persoalan yang berarti karena produksi air
limbah umumnya masih rendah karena diproduksi oleh kegiatan rutin rumah
tangga seperti mandi, cuci, dan dari dapur. Padahal hal ini sangat terkait erat
dengan kondisi kesehatan masyarakat. Rendahnya kesadaran masyarakat
perlu dirubah sedari dini. Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan,
permasalahan yang dihadapi pada umumnya adalah limbah tinja khususnya
di perdesaan karena sebagian besar masyarakat membuang tinja di kebun,
ladang/tanah kosong atau kali yang ada disekitarnya. Sedangkan di kota
khususnya Kota Wini dan kota-kota kecamatan, sebagian besar masyarakat
telah memiliki jamban yang memadai. Untuk itu dalam jangka menengah hal
yang perlu menjadi perhatian adalah Pengadaan Mobil Tinja untuk
kebutuhan diperkotaan sedangkan diperdesaan dibutuhkan adanya bantuan
jamban sehat bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

D. Analisis Limbah

Pola pengelolaan limbah cair lingkungan permukiman dilakukan dengan “on


site system” melalui pengembangan jaringan saluran pembuangan yang

Bab 7 | 68
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

bermuara pada sumur resapan di halaman rumah. Untuk menghitung


besarnya kapasitas limbah cair lingkungan permukiman dihitung dengan
asumsi 70 % dari pemakaian air bersih penduduk.

Sedangkan analisa penanganan limbah padat lingkungan permukiman


dilakukan dengan sistem tangki septictank, sistem lain yang biasanya
digunakan adalah sistem riooling. Namun mengingat sistem tersebut
memerlukan biaya investasi yang cukup besar, sementara melihat kondisi
kota yang belum mendesak untuk menggunakan sistem rooling maka sistem
septictank dirasakan lebih tepat.

Di kawasan perencanaan Kota Wini, sistem pembuangan limbah air


limbah/kotor menggunakan sistema on site dan pada umumnya ada 2 (dua)
sistem pembuangan, yaitu:

1. Sistem pembuangan mandiri (individual system), yang dikenal dalam


bentuk: septictank, leaching pit, leach field dan sejenisnya.

2. Sistem pembuangan bersama (communal system), yang dikenal dalam


bentuk: WC umum (MCK), saluran pembuangan, septictank individual
dengan peresapan ke riooling.

E. Usulan Penyelesaikan Bidang Limbah

Seperti telah diuraikan pada permasalahan tersebut diatas bahwa masalah


air limbah belum merupakan permasalahan yang besar untuk beberapa
tahun kedepan. Untuk itu penanganan pengelolaan Air Limbah juga
disesuaikan dengan tingkat permasalahan yang ada. Untuk itu dalam jangka
menengah hal yang perlu menjadi perhatian adalah Pengadaan Mobil Tinja
untuk kebutuhan di perkotaan sedangkan di perdesaan dibutuhkan adanya
bantuan jamban sehat bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Penanganan air buangan mempunyai tujuan untuk mengembangkan sistem


penanganan limbah yang dapat menciptakan lingkungan kota yang higenis
untuk penduduk maupun lingkungan kota secara keseluruhan dengan tujuan
tersebut penanganan air buangan harus memenuhi persyaratan dan tidak
mencemari tata perairan di kawasan sekitarnya.

Melihat pada jenis kegiatan, maka secara garis besar air buanggan/limbah
kegiatan permukiman dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industria,

Bab 7 | 69
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan perumahan dapat berupa limbah padat
dan cair. Limbah cair lingkungan permukiman merupakan air buangan dari
kegiatan rumah tangga sedangkan limbah padat merupakan produk
buangan/limbah manusia.

Untuk itu penanganan pembuangan air limbah/kotor di kawasan


perencanaan Kota Wini dimasa mendatang akan dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu:

1. Air kotor dari kamar mandi, dapur, dan cucian dapat dibuang ke saluran
drainase terdekat setelah melalui bak pengendap/alat penyaring pada
masing-masing rumah. Bak pengendap/alat penyaring ini diperlukan agar
bahan-bahan padat kotoran (sisa-sisa makanan, pasir, dan lain-lain)
yang terbawa air kotor bisa tertahan di bak pengendap tersebut.

2. Air kotor dari WC/kakus: air kotor ini disalurkan ke tangki septik,
kemudian dialirkan ke sumur peresapan atau ke jaringan saluran air
kotor (riool).

3. Air kotor dari limbah industri/bengkel, rumah sakit/puskesmas,


laboratorium dan sejenisnya. Harus disaring terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran drainase.

Dalam satu kawasan yang sejenis dapat diupayakan recycling pembuangan


air limbah (SPAL) dan wáter treatment tersendiri.

Dari konsep tersebut, kegiatan penanganan drainase meliputi kegiatan:

1. Penyusunan perencanaan drainase yang terintegrasi : data base saluran,


Rencana Induk dan Detail Engineering Design (DED)

2. Rehabilitasi saluran

3. Pembangunan saluran baru

4. Operasi dan pemeliharaan

5. Penyuluhan dan pengelolaan bangunan drainase bagi pemerintah dan


masyarakat

6. Penyiapan peraturan dan produk hukum untuk penanganan drainase.

 Peningkatan peran serta masyarakat

Bab 7 | 70
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

 Garis sepadan sungai dan saluran.


 Pengaturan bangunan di banturan sungai dan saluran

7. Penyiapan Kelembagaan :

 Peningkatan SDM.
 Kejelasan wewenang dan tanggung jawab.
 Pemantapan organisasi.

8. Pembiayaan :

 Mengembangkan sumber pembiayaan melalui retribusi lingkungan.

9. Strategi promosi/kampanye :

 Kampanye dan desiminasi

Beberapa program prioritas yang dapat mendukung pengembangan sistim


pengelolaan drainase adalah:

1) Program Pembinaan Pengelolaan sistem drainase


2) Program pengembangan dan perencanaan pembangunan IPLT
3) Program penyelenggaraan pelatihan pengelolaan air limbah
4) Program peningkatan pelayanan air Limbah Kota Wini
5) Program pengembangan Sanitasi skala kawasan/lingkungan berbasis
masyarakat
6) Program pengembangan Kapasitas pendanaan pembangunan sistim air
limbah
7) Prgram pengembangan inovasi teknologi sistim air limbah

4. Bidang Air Minum

A. Sumber Air Bersih Eksisting

Keberadaan air minum merupakan tuntutan yang sangat vital karena


menyangkut kelangsungan hidup manusia sehari-hari. Dengan semakin
bertambahnya jumalh penduduk dari tahun ke tahun yang disertai dengan
meningkatnya aktivitas sosial-ekonomi masyarakat, membawa dampak pada
peningkatan jumlah permintaan akan air bersih.

Bab 7 | 71
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Pengelolaan prasarana air bersih di Kabupaten TTU ditangani oleh


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Cendana. Penyediaan air
bersih perpipaan (leding) yang dilayani oleh PDAM masih sangat terbatas.
Kondisi rumah tangga yang mampu dilayani oleh PDAM tahun 2009 hanya
18,68% dari keseluruhan rumah tangga, dimana sebagian besar merupakan
rumah tangga di Kota Wini. Keterbatasan jangkauan layanan PDAM
dimaksud mengharuskan masyarakat untuk mengembangkan alternartif lain
pemenuhan prasarana air bersih.Prasarana air bersih yang masih banyak
dimanfaatkan oleh warga Kabupaten TTU adalah sumur terlindung (sumur
pompa) dimana hingga tahun 2009 tercatat bahwa 31% total rumah tangga
masih menggunakan sumur terlindung/pompa sebagai prasarana air bersih.
Angka ini sebenarnya telah mengalami penurunan sejak tahun 2006 yang
mencapai 32,11%, seiring dengan perluasan jangkauan PDAM.

Secara umum, sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat


Kabupaten TTU selain leding (PDAM) dan sumur terlindung/pompa adalah
sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, mata air terlindung, sungai,
hujan dan air dalam kemasan. Perkembangan rumah tangga yang
memanfaatkan masing-masing sumber air bersih sejak tahun 2006
digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel VII.29.
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten TTU
Tahun 2006 – 2009

Tahun
No. Sumber Air Bersih
2006 2007 2008 2009
1. Leding (PDAM) 15,90 17,15 15,64 18,68
2. Sumur Terlindung/Pompa 32,11 36,33 33,92 31,00
3. Sumur Tak Terlindung 9,59 6,09 5,85 8,30
4. Mata Air Tak Terlindung 8,17 14,36 5,35 7,07
5. Mata Air Terlindung 20,55 14,68 29,03 26,52
6. Sungai 13,52 9,44 9,69 7,63
7. Hujan 0,16 0,33 0,35 -
8. Air Dalam Kemasan - - 0,48
9. Lainnya - 1,63 0,17 0,32
Sumber Data : TTU Dalam Angka 2007 – 2010

Bab 7 | 72
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

Tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan sumur sebagai sumber


pemuhan air bersih masih mendominasi dari tahun ke tahun. Hal ini turut
mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat karena kurangnya
pengawasan terhadap kualitas air sumur.Tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagian air sumur telah tercemar akibat terkontaminasi dengan mineral
logam maupun batuan yang terkandung dalam tanah. Selain itu,
pencemaran air sumur juga dipengaruhi oleh kondisi kebersihan lingkungan
serta pola penanganan sanitasi yang belum memenuhi syarat kelayakan.

B. Pengelola Air Minum

Pengelolaan prasarana air bersih di Kabupaten TTU ditangani oleh


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Cendana. Penyediaan air
bersih perpipaan (leding) yang dilayani oleh PDAM masih sangat terbatas.

6.2.5.3. Cakupan dan Tingkat Pelayanan

Kondisi rumah tangga yang mampu dilayani oleh PDAM tahun 2009 hanya
18,68% dari keseluruhan rumah tangga, dimana sebagian besar merupakan
rumah tangga di Kota Wini.

C. Sarana dan Prasarana Air Bersih

Sumber air Baku untuk melayani Kota Wini diambil dari Gunung Mutis yang
berjarak 10 Kilometer dari kota. Mata air gunung Mutis yang memiliki debit
sebesar 100 liter per detik melayani wilayah lain selain kota Wini. Secara
kuantitas dan kontinuitas belum dapat memenuhi kebutuhan Kota. Jaringan
distribusi baru meliputi sekitar 20% wilayah kota.

Dibeberapa desa / kelurahan dikembangkan system penyediaan air bersih


dengan Sumur dalam, pompa, tower reservoir dan Hidran Umum. Sistem ini
cukup membantu masyarakat, namun harga air masih dirasakan masyarakat
cukup mahal sehingga banyak yang mengambil air dari sungai yang jaraknya
cukup jauh.

Diwilayah Kota Kefa sendiri sebenarnya terdapat potensi sumber air di


wilayah Taekas yang memiliki debit cukup besar. Perlu dilakukan studi untuk
memenuhi kebutuhan air minum wilayah perkotaan Wini.

Bab 7 | 73
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

D. Permasalahan Kebutuhan Air Bersih

Secara umum, permasalahan dibidang air bersih Kota Wini antara lain :

1. Cakupan pelayanan PDAM masih kecil

2. Kapasitas dan kontinuitas debit sumber air baku relative kurang dan
terjadi penurunan debit.

3. Besarnya tingkat kebocoran air minum

4. Kondisi jaringan sebagian sudah tua, Sistem jaringan belum tertata


dengan baik

5. Belum meratanya sambungan listrik oleh PLN sebagai penggerak pompa

E. Usulan Penyelesaian Bidang Air Minum

1. Kebutuhan Air Minum

Rencana kebutuhan air minum masyaratakat Kota Wini dilakukan melalui


pemanfaatan sumber-sumber air, baik air tanah maupun dari mata air. Air
bersih yang layak di komsumsi oleh masyarakat adalah air yang
memenuhi standart kesehatan yang dalam hal ini dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan. Kondisi air bersih di Kota Wini sangat bervariasi.
Sumber air yang dimanfaatkan masyarakat ada yang berasal dari mata
air dan air sumur/sumur pompa.

Untuk kepentingan pengembangan hingga akhir tahun perencanaan,


maka dipakai beberapa ketentuan:

 Prosentase pelayanan terhadap jumlah penduduk diasumsikan


mencapai 100 % pada akhir tahun layanan.

 Standar kebutuhan air bersih perkotaan untuk kebutuhan domestik


adalah 120 liter/detik.

 Standar kebutuhan air bersih untuk kebutuhan non domestik 20 %


dari kebutuhan domestik.

 Standar kebocoran dari 30 % total kebutuhan domestik dan non


domestik.

Bab 7 | 74
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Timor Tengah Utara

2. Jaringan Air Minum

Jaringan perpipaan PDAM saat ini belum menyentuh seluruh wilayah,


sehingga penduduk masih mengusahakannya secara individu melalui
sumur-sumur pompa maupun dari mata air terdekat. Namun dimasa
mendatang masalah jaringan air bersih ini perlu adanya pengelolaan
yang memadai dalam menangani pendistribusiaanya sehingga penduduk
dapat terlayani secara maksimal.

Bab 7 | 75
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

8.1. VISI DAN MISI RPJPD KABUPATEN TIMOR TENGAH


UTARA 2005 - 2025

Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJP) Kabupaten


Timor Tengah Utara Tahun 2005 - 2025 adalah :

Visi:

TERWUJUDNYA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA SEBAGAI SERAMBI


DEPAN NKRI YANG SEJAHTERA, ADIL, DEMOKRATIS DAN MANDIRI

Misi:

1. Meningkatkan daya saing daerah dengan mengembangkan ekonomi


kerakyatan yang berbasis potensi unggulan daerah dan berwawasan
lingkungan hidup serta meningkatkan pembangunan dan pemerataan
infrastruktur daerah
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Timor Tengah Utara
3. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih
4. Mengembangkan kawasan-kawasan strategis daerah dalam rangka
percepatan pembangunan dan perwujudan kemandirian daerah

Kebijakan terkait pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dalam


RPJPD Kabupaten TTU Tahun 2005-2025 adalah misi ke-1 dan misi ke-5.

Bab 8 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

8.2. VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA


2011-2015

Visi:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA YANG


SEJAHTERA, ADIL, DEMOKRATIS DAN MANDIRI MELALUI PEMBERDAYAAN
POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SERTA
SUMBER DAYA ALAM SECARA LESTARI”.

Misi:

1. Memberdayakan ekonomi kerakyatan berbasis potensi unggulan daerah dan


berwawasan lingkungan hidup secara sinergis dan berkelanjutan.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembangunan
pendidikan, kesehatan, olah raga dan kepemudaan.
3. Meningkatkan aksesibilitas melalui pembangunan dan pemerataan
infrastruktur daerah.
4. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih.
5. Mengembangkan kawasan strategis daerah dengan menata Kota
Kefamenanu sebagai Ume Naek – Ume Mese, mengembangkan kawasan
pesisir Pantai Utara serta optimalisasi pembangunan kawasan
perbatasan.

Tujuan :

1. Mengembangkan komoditas pertanian unggulan yang produktif, berdaya


saing dan dan memberikan nilai tambah
2. Pemberdayaan kelembagaan ekonomi masyarakat
3. Mengembangkan potensi ekonomi yang berbasis SDA dan berwawasan
lingkungan
4. Peningkatan daya saing ekonomi daerah
5. Mengembangkan pendidikan yang berkualitas, merata dan terakses
6. Mengembangkan akses dan kualitas kesehatan
7. Mengembangkan olah raga dan kepemudaan
8. Meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur daerah
9. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas
10. Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah

Bab 8 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

11. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban umum


12. Penguatan implementasi otonomi desa
13. Meningkatkan kualitas managemen struktur dan pola pemanfaatan ruang
Kota Kefamenanu
14. Meningkatkan pengelolaan kawasan pesisir Pantai Utara
15. Meningkatkan pembangunan kawasan perbatasan negara

Strategi:

1. Penguatan sistem pertanian terpadu


2. Pengembangan agribisnis
3. Penataan kapasitas pengelolaan koperasi dan UKM
4. Pengelolaan usaha penambangan yang ramah lingkungan
5. Pengembangan daerah tujuan wisata
6. Penguatan sistem informasi/promosi
7. Penciptaan iklim investasi yang kondusif
8. Peningkatan pelayanan pendidikan
9. Peningkatan pelayanan kesehatan
10. Peningkatan peran dan keterlibatan pemuda dalam kegiatan olahraga dan
kepemudaan
11. Optimalisasi pemanfaatan rencana tata ruang wilayah
12. Reformasi birokrasi
13. Pengendalian penegakkan produk hukum daerah.
14. Pemenuhan fasilitas layanan Kota Kefamenanu
15. Pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu
16. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan

8.3. TUJUAN PENATAAN RUANG KABUPATEN TIMOR TENGAH


UTARA DALAM RTRW KABUPATEN TIMOR TENGAH
UTARA TAHUN 2008-2028

Tujuan penataan ruang Kabupaten TTU sesuai dengan kebijakan di dalam RTRW
Kabupaten TTU tahun 2008-2028 adalah:

1. Terwujudnya integritas pemanfaatan ruang di darat, laut, dan udara;

2. Terwujudnya kualitas pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan


bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

Bab 8 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. Terwujudnya keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah


serta antar sektor melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi, selaras
dan seimbang serta berkelanjutan

4. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan


dalam pengelolaan pembangunan daerah

5. Teruwujudnya kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbuhlnya


kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan ruang daerah

6. Terwujudnya konstelasi pembangunan dengan mengacu pada kemampuan


dan peruntukan ruang.

8.4. TUJUAN PENATAAN RUANG KOTA KEFAMENANU DALAM


RDTR KOTA KEFAMENANU TAHUN 2008-2028

Visi:

KOTA SARI (SEHAT, AMAN, RINDANG DAN INDAH)

Fungsi dan Peran:

1. Pusat Pemerintahan

2. Pusat Pelayanan Kabupaten.

3. Pusat Pendidikan

4. Pusat Perhubungan

5. Pusat Koleksi dan Distribusi

6. Pusat Permukiman dan Sub Pusat Permukiman

7. Pusat Pariwisata

8. Pendukung Kegiatan Strategis Perbatasan RI- Timor Leste

Tujuan Pengembangan Tata Ruang Kota Kefamenanu:

1. Terwujudnya Kota Kefamenanu sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan


Pusat Kegiatan Strategi Nasional (PKSN) yang ditunjang sarana dan
prasarana wilayah yang memadai.

Bab 8 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Terwujudnya Kota Kefamenanu sebagai Kota SARI.

3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang kota yang berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan sesuai dengan daya dukung lingkungan serta
arahan kebijakan tata ruang nasional maupun regional.

4. Terselenggaranya pemanfaatan ruang kota yang terpadu melalui alokasi


pusat-pusat kegiatan kota yang memiliki saling keterkaitan yang kuat dan
optimal tingkat pelayanannya, serta didukung oleh jaringan prasarana dasar
yang memadai.

5. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang tanggap terhadap dinamika


perkembangan kota dan mengarah pada visi pengembangan Kawasan
perencanaan yang berperan sebagai pusat Kegiatan Pemerintahan, Jasa
perkantoran, perdagangan, permukiman, sarana prasarana, dan lain-lain.

Kebijakan, strategi dan program terkait pembangunan permukiman dan


infrastruktur perkotaan dalam RDTR Kota Kefamenanu Tahun 2008-2028 seperti terlihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel VIII.1.
Kebijakan, Strategi dan Program
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
sesuai RDTR Kota Kefamenanu Tahun 2008-2028

KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM


a. Pembangunan a. Strategi Pengembangan INDIKASI PROGRAM SEKTOR UMUM:
perumahan Sektor Perumahan 1. Pemasangan patok di
merupakan upaya  Pembangunan perumahan lapangan/identifikasi rencana Zoning
untuk memenuhi pada kawasan-kawasan Regulation
salah satu yang sudah berkembang 2. Rencana Teknis Ruang Kota (RTRK)
kebutuhan dasar pada saat ini dilakukan 3. Rencana Tata Bangunan & Lingkungan
manusia yang dengan tiga model 4. Evaluasi Rencana Tata Ruang Kota
diarahkan untuk pengembangan yaitu : Kefamenanu
meningkatkan rehablitasi, peremajaan
kualitas hidup (renewal) dan SEKTOR PENGEMBANGAN JARINGAN:
keluarga dan pembangunan kembali 1. Drainase:
masyarakat. (redevelopment). a. Pengembangan sistem saluran
b. Pembangunan  Pengembangan pembuangan air hujan
perumahan baik perumahan baru harus  Studi pengembangan sistem
pembangunan harus berprinsip pada saluran pembuangan air
baru maupun kaidah site and service, permukaan
pemugaran yang berarti pada  Rencana teknis dan konstruksi
rumah bertujuan pengembang tidak saja  Pengembangan dan
untuk memenuhi membangun rumah akan penyempuranaan saluran
kebutuhan tetapi juga fasilitas pembuangan air hujan di kawasan
masyarakat akan pendukung kegiatan permukiman yang sudah ada
tempat tinggal, perumahan.  Pengembangan saluran di
baik dalam jumlah  Pembangunan perumahan akwasan permukiman baru sesuai
maupun kualitas baru diprioritaskan bagi dengan prioritas pengembangan
dalam lingkungan penduduk kota yang belum kota
yang sehat. mempunyai rumah 2. Sanitasi Lingkungan

Bab 8 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM


c. Pembangunan permanen dan dimilki a. Penyiapan MCk masyarakat
perumahan lebih sendiri, hal ini berarti b. Penyediaan prasarana buangan
ditingkatkan dan perumahan sederhana komunal dan penyediaan lahan
diperluas menjadi prioritas penempatan
sehingga dapat pembangunan. c. Pengembangan dan perencanaan
semakin  Perlu disiapkan perumahan sistem pembuangan limbah rumah
menjangkau yang dapat dijangkau oleh tangga dalam bentuk komunal
seluruh masyarakat yang d. Pengembangan dan penyempurnaan
masyarakat berpenghasilan menengah saluran pembuangan di kawasan
dengan ke bawah dalam hal ini permukiman yang sudah ada
perencanaan RUSUNAWA. e. Pengembangan sistem saluran
yang matang. pembuangan air limbah
d. Pembangunan b. Strategi Pengembangan f. Rencana teknis dan konstruksi saluran
perumahan di Kawasan Fungsional pembuangan air kotor sistem septic
Kota Kefamenanu  Mengarahkan tank untuk kawasan permukiman
diarahkan pada pembangunan kota dengan kepadatan sedang dan rendah
pengembangan memperhatikan perbedaan
perumahan yang fungsional kawasan serta 3. Air Minum
seimbang antara intensitas keterkaitan antar a. Pembuatan masterplan air bersih
perumahan fungsi b. Pengelolaan sumber air bersih
sederhana,  Mengurangi terjadinya kecamatan dan ibukota kecamatan
menengah dan pembebanan kegiatan c. Pengembangan penyediaan bak
besar sesuai pada satu kawasan saja penampungan air bersih dari sumber
dengan peraturan dan mencegah terjadinya mata air
yang ada. percampuran berbagai d. Pengadaan pompa untuk
e. Pembangunan kegiatan yang sebenarnya memudahkan pendistribusian air
perumahan tidak saling berhubungan e. Penyediaan prasarana pendukung
diarahkan untuk serta untuk menghindari pengembangan distribusi air minum
sebanyak munculnya permasalahan dengan sistem perpipaan ke rumah
mungkin ikutan seperti menurunnya tangga
melibatkan peran kualitas lingkungan,
swasta dan pemusatan beban lalu- 4. Jalur Hijau/Konservasi
masyarakat lintas. a. Penyusunan masterplan ruang
dalam terbuka hijau Kota Kefamenanu
pembangunan c. Strategi Pengembangan b. Studi identifikasi kawasan-kawasan
perumahan dan Sistem Pusat-pusat kritis
permukiman Pelayanan c. Pengarahan, pengaturan dan
terutama untuk mengarahkan penataan penetapan lokasi jalur hijau/konservasi
perumahan dan ruang kota dengan d. Pembatasan pembangunan pada
permukiman baru. menciptakan sub pusat lokasi atau kawasan jalur
f. Pembangunan baru ke arah timur untuk hijau/konservasi
perumahan untuk menyebarkan e. Pengawasan/reboisasi dan rehabilitas
masa mendatang perkembangan fisik kota. daerah-daerah kritis
perlu diupayakan f. Pembangunan taman-taman kota
adanya d. Strategi Pengembangan g. Penyiapan hutan kota
RUSUNAWA. Prasarana & Fasilitas Kota
a. Prasarana Transportasi 5. Telepon
b. Prasarana Sanitasi a. Pelayanan jaringan telepon pada
Lingkungan kawasan permukiman
c. Prasarana Lain b. Peningkatan daya jangkau pemakaian
(kelistrikan & telepon seluler dengan pembangunan
telekomunikasi) tower
d. Fasilitas Sosial c. Pengembangan dan pelayanan
e. Fasilitas Ekonomi penguatan sinyal jaringan telepon
seluler ke kawasan-kwasan
permukiman baru sesuai dengan
prioritas pengembangan kota

Bab 8 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM


6. Listrik
a. Rencana teknis dan konstruksi
jaringan listrik transmisi dan distribusi
b. Pengembangan dan pembangunan
jaringan transmisi dan distribusi pada
kawasan permukiman yang sudah ada
c. Peningkatan pelayanan
penyambungan di kawasan
pemukiman lama
d. Pengembangan pelayanan di
kawasan permukiman baru

7. Terminal Kota
a. Studi kelayakan lokasi terminal
regional/pembuatan masterplan
terminal regional
b. Studi kelayakan lokasi termina Kota
c. Rencana teknis dan konstruksi
terminal
d. Penetapan lokasi, pembebasan dan
pematangan tanah
e. Pembangunan sarana dan prasarana
utama terminal

8. Pengembangan Jaringan Jalan


a. Rencana teknis dan konstruksi
peningkatan jairngan jalan kolektor
primer dan lokal primer
b. Rencana teknis dan konstruksi
jaringan jalan kolektor sekunder
c. Rencana teknis dan konstruksi
jaringan jalan lokal sekunder
d. Pengembangan dan peningkatan
kualitas jalan yang ada sesuai dengan
rencana penetapan fungsi jalan
e. Penetapan dan pembebasan tanah
untuk jaringan jalan baru di kawasan
pemukiman baru dengan prioritas
pengembangan kota
f. Pembangunan jaringan jalan di
kawasan permukiman baru sesuai
dengan prioritas pengembangan kota
g. Peningkatan pelaksanaan
management lalu lintas

9. Perdagangan
a. Pengembangan sarana perdagangan
 Pengarahan dan pengaturan lokasi
pusat perdagangan dan jasa
(pengelompokan kegiatan-kegiatan
perdagangan dan jasa di kawasan
pusat perdagangan dan jasa)
 Pembangunan dan pengembangan
kawasan pusat perdagangan
 Pemeliharaan dan penyempurnaan
b. Pembangunan sarana perdagangan
baru
 Rencana teknis dan konstruksi

Bab 8 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM


pusat perdagangan
 Penetapan lokasi, pengukuran dan
pembebasan tanah untuk pusat
perdagangan
 Pembangunan kegiatan
perdagangan

10. Perumahan
a. Pengembangan kawasan perumahan
lama:
 Identifikasi lokasi obyek penataan
dan perbaikan lingkungan
perumahan
 Penataan dan perbaikan
lingkungan perumahan
 Pemindahan rumah-rumah dari
tempat yang tidak semestinya
(daerah rawan erosi, jalur hijau,
konservasi sungai, konservasi air,
dsb)
 Pengarahan, pengaturan dan
penataan kepadatan dan tinggi
bangunan
b. Pengembangan perumahan baru:
 Penyiapan permukiman dinas
untuk Bupati, Wakil Bupati, Sekda,
dan Asisten
 Penetapan pengarahan dan
pengaturan peruntukan lahan
kawasan perumahan yang baru
 Pembatasan pengembangan
perumahan baru pada kawasan
peruntukan non perumahan
 Pengembangan lingkungan
perumahan yang sudah terbentuk
tetapi relatif masih kosong
 Pembangunan perumahan baru
melalui pembangunan mandiri dan
pelibaran pengembang
 Pembangunan perumahan dinas
untuk instansi pemerintah daerah,
instansi vertikal

11. Pemerintahan
Pemerintahan Skala Kabupaten:
a. Penataan kawasan pemerintahan
lama
b. Penetapan, pengarahan dan
pengaturan blok penggunaan lahan di
kawasan pemerintahan
c. Pembebasan tanah dan pematangan
tanah
d. Pembangunan fisik utama dan sarana
prasarana pelengkap

12. Pengembangan Kawasan Taman,


Tempat Olahraga, dan Kebudayaan
a. Penetapan dan pengaturan kawasan

Bab 8 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM


stadion
b. Pembenasan tanah dan pematangan
tanah
c. Rencana teknis dan konstruksi
pengembangan kawasan stadion
d. Rencana pengembangan dan taman
(RTH)/fasilitas olahraga beserta
pelengkapnya
e. Pembangunan taman (RTH)/fasilitas
olahraga.
Sumber: RDTR Kota Kefamenanu, 2008-2028

8.5. TUJUAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN


INFRASTRUKTUR PERKOTAAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Berdasarkan berbagai kajian dan review kebijakan pembangunan Kabupaten TTU,


maka TUJUAN UTAMA dari Pembangunan Permukiman dan infrastruktur
Perkotaan Kabupaten TTU adalah:

“MEWUJUDKAN PERMUKIMAN PERKOTAAN TIMOR TENGAH


UTARA YANG TERPADU DAN MANDIRI MENUJU UME NAEK – UME
MESE DI PERBATASAN RI-RDTL”

Dari tujuan utama tersebut di atas, dikelompokkan menjadi 2 (dua) tujuan dan
masing-masing tujuan memiliki kebijakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel VIII.2.
Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur
Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara
NO TUJUAN KEBIJAKAN

1. Mewujudkan  Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai


permukiman perkotaan dengan penataan ruang kota secara proporsional
Kabupaten TTU yang
 Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung
terpadu dan mandiri
kumuh dan padat

 Pengembangan kawasan permukiman tradisional


sebagai daya tarik Kabupaten TTU

 Peningkatan kemampuan masyarakat akan


kepemilikan rumah layak huni

Bab 8 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

 Penyediaan ruang publik kota sebagai bagian dari


kebutuhan masyarakat

 Peningkatan kualitas pelayanan kota


kefamanenanu sebagai kota transit di perbatasan
RI-RDTL

2. Mewujudkan  Penyediaan jalan dan jembatan untuk membuka


pelayanaan akses pada kawasan terisolir
infrastruktur perkotaan
 Peningkatan pelayanan air bersih ke seluruh Kota
Kabupaten TTU yang
Kefamenanu
terintegrasi dan
berkualitas  Penyediaan sanitasi lingkungan yang berkualitas

 Restrukturisasi infrastruktur Kota Kefamenanu

Sumber: Analisis dan Penyepakatan, 2012

8.6. STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN


INFRASTRUKTUR PERKOTAAN KABUPATEN TIMOR
TENGAH UTARA

8.6.1. Identifikasi Kebutuhan Strategi Pembangunan Permukiman dan


Infrastruktur Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara

A. Identifikasi dan Perumusan Strategi Pengembangan Kabupaten TTU


Perumusan strategi pengembangan kota dengan penekanan pada potensi dan
permasalahan bidang permukiman dan infrastruktur perkotaan dilakukan
dengan analisis SWOT (strenght/kekuatan, weakness/kelemahan,
opportunity/peluang, threat/tantangan). Perumusan strategi dilakukan dengan
persilangan antara :

1. Strength(S) dengan Opportunity (O) atau dinamakan strategi SO


2. Weaknes (W) dengan opportunity (O) atau dinamakan strategi WO
3. Strength(S) dengan Threat (T) atau dinamakan strategi ST
4. Weaknes (W) dengan Threat (T) atau dinamakan strategi WO

Selengkapnya matrik SWOT pembangunan Kabupaten TTU bidang


permukiman dapat dilihat pada tabel VI.3 berikut ini.

Bab 8 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.3.
Matrik Analisis SWOT Pembangunan Kabupaten TTU Bidang Permukiman

Kekuatan /Strengths (S) Kelemahan/Weaknesses (W)


1. Terdapat lahan potensial 1. Lahan permukiman
yang dapat dimanfaatkan berpotensi genangan
INTERNAL untuk pembangunan dan akibat air hujan dan aliran
pengembangan sungai
permukiman 2. Belum adanya rencana
2. Kepadatan penduduk pengembangan kawasan
tergolong masih sedang dan permukiman skala besar
rendah 3. Terdapat permukiman
3. Masih adanya beberapa yang cenderung mengarah
kawasan mempunyai padat dan kumuh di pusat
kepadatan bangunan kota
termasuk dalam kategori 4. Masih banyak terdapat
sedang dan rendah rumah-rumah yang tidak
4. Tersedia aksesibilitas jalan layak huni
negara RI-RDTL yang 5. Belum terdapat kawasan
cukup baik pusat CBD, perdagangan,
5. Mulai tumbuhnya social budaya dan
permukiman baru di wilayah olahraga.
hinterland kota 6. Bangunan gedung Negara
6. Terdapat kawasan dalam kondisi kurang
tradisional bersejarah terawat
7. Potensi tenun, tari 7. Kurangnya taman kota.
tradiosional dan kuliner 8. Kurangnya penataan
khas TTU. bangunan dan lingkungan
8. Adanya pelabuhan di Kota yang menunjukkan wajah
Wini dengan pelayanan kota.
regional di wilayah Pulau 9. Munculnya permukiman
Timor NTT baru tanpa ada pengaturan
9. Adanya potensi pariwisata dan pengendalian
dan industri di wilayah 10. Belum tertatanya
PANTURA permukiman baik segi
10. Adanya potensi pertanian orientasi bangunan, KDB,
EKSTERNAL (Agropolitan) di Eban KLB.
11. Masih adanya permukiman
pada kawasan rawan
bencana
(banjir,longsor,kebakaran)
12. Adanya beberapa
permukiman yang
“terisolasi” karena
aksesibilitas yang terbatas
13. Jarak jangkau
permukiman dengan pusat
kota sangat jauh
Peluang/Opportunity (O) Strategi SO Strategi WO
1. Adanya pengembang 1. Pemanfaatan lahan yang 1. Pengembangan perumahan
perumahan yang sudah belum terbangun untuk dan permukiman yang
mulai dan akan kawasan perumahan oleh terbebas dari genangan
membangun perumahan di para pengembang 2. Pemugaran rumah-rumah
Perkotaan TTU khususnya perumahan pada kawasan yang tidak layak huni
Kefamenanu yang diperuntukkan bagi dengan memanfaatkan
2. Bantuan permukiman bantuan pemerintah pusat
pemugaran/renovasi rumah 2. Pemanfaatan bantuan dari dan daerah serta dari luar
dari Pemerintah Provinsi, luar untuk pengembangan negeri.
Pemerintah Pusat, swasta, permukiman 3. Penanganan permukiman

Bab 8 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

lembaga sosial maupun 3. Pemanfaatan aksesibilitas padat dan kumuh di pusat


bantuan dari luar. dan kedekatan jarak kota dengan konsep
3. Bantuan penataan jangkau dari pusat kota redevelopment atau
perumahan terhadap untuk pengembangan renewal.
kawasan permukiman yang permukiman. 4. Pemanfaatan program RSH
tidak teratur 4. Pemanfaatan tumbuhnya dan Rusunawa sebagai
4. Bantuan perencanaan permukiman baru sebagai salah satu pembangunan
permukiman dari program pengembangan permukiman
Kementrian Perumahan permukiman skala besar 5. Pengaturan dan
Rakyat 5. Pemanfaatan bantuan pengendalian pada
5. Adanya program Pemerintah Pusat, kawasan permukiman baru
Pemerintah Kabupaten TTU Pemerintah Provinsi, 6. Pembangunan aksesibilitas
untuk pembanguan RSH Pemerintah Kabupaten dan pada beberapa permukiman
dan Rusunawa di Kota pihak swasta dalam yang terisolasi
Kefamenanu pembangunan perumahan 7. Pemanfaatan bantuan untuk
6. Bantuan penataan kawasan & permukiman. penataan bangunan dan
tradisional bersejarah 6. Penyediaan workshop lingkungan pembentuk
7. Adanya rencana untuk mengembangkan wajah kota dan taman kota.
pengembangan KEK dan tenun dan budaya 8. Pemanfaatan bantuan
KTM di wilayah PANTURA tradisional penataan kawasan
TTU 7. Pemanfaatan rencana tradisional bersejarah.
8. Akan dikembangkannya pengembangan KEK dan 9. Penataan kawasan
Kota Wini sebagai kota KTM oleh pemerintah pusat perdagangan dan terminal
satelit sekaligus sebagai untuk pengembangan 10. Penyediaan gedung
kawasan strategis wilayah PANTURA Negara yang
PANTURA di perbatasan representative
RI-RDTL
Tantangan/Threats (T) Strategi ST Strategi WT
1. Terjadinya banjir/genangan 1. Penanggulangan genangan 1. Pengoptimalan lahan
pada kawasan permukiman akibat air hujan dan aliran permukiman yang ada
padat dan kumuh di pusat sungai pada lahan belum beserta infrastrukturnya
kota dan sepanjang sungai terbangun yang dapat sebagai kawasan
Maomolo dan sungai Benain dimanfaatkan untuk permukiman yang terbebas
di Kota Kefamenanu pengembangan dari genangan
2. Adanya permukiman lama permukiman 2. Penyediaan regulasi dan
yang memiliki karakteristik 2. Penyediaan dinding sosialisasi permukiman di
tradisional dan potensi sbg penahan tanah pada lokasi kawasan rawan longsor.
wisata heritage, namun rawan longsor dan jalan 3. Peningkatan peran serta
dalam kondisi yang sangat inspeksi di tepi sungai. masyarakat dalam
memprihatinkan. 3. Penanganan permukiman penanganan permukiman
3. Masih banyaknya lama sebagai potensi yang layak huni dan aman
permukiman yang tidak wisata heritage dengan 4. Pembangunan jembatan
layak huni dan tidak penyediaan infrastruktur sebagai pembuka akses
dilengkapi dengan sanitasi yang memadai pada kawasan permukiman
yang baik. 4. Penyediaan permukiman yang terisolasi.
4. Tingginya angka kemiskinan layak huni melalui 5. Penyediaan workshop dan
dan rendahnya tingkat perbaikan rumah dan perdagangan untuk
pendidikan penyediaan infrastruktur meningkatkan kapsitas
5. Belum terdapat masterplan yang memadai SDM dan tingkat
sektoral 5. Peningkatan akses pendapatan
6. Rencana pengembangan terhadap sarana 6. Penyampaian informasi dan
KEK dan KTM di kawasan pendidikan yang layak sosialisasi hidup sehat dan
PANTURA TTU 6. Penyediaan dokumen peduli terhadap lingkungan
7. Adanya rencana perencanaan permukiman
pengembangan energi listrik dan masterplan
dari ATAPUPU (Atambua) infrastruktur.
Sumber : Analisis Tim, 2012

Bab 8 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.4.
Matrik Analisis SWOT Pembangunan Perkotaan TTU Bidang Infrastruktur
Kekuatan /Strengths (S) Kelemahan/Weaknesses (W)
1. Dilalui jalan dibawah 1. Drainase lingkungan belum
wewenang Negara, jalan ada. Drainase terdapat dijalan
INTERNAL provinsi jalan kabupaten protokol.
2. Damija jalan lingkungan 2. Cakupan pelayanan
cukup lebar, dapat dilalui persampahan baru 10%
mobil. dengan TPA open dumping.
3. Terdapat jaringan perpipaan 3. Cakupan pelayanan air
PDAM dengan air baku dari limbah / sanitasi 20% berupa
Gunung Mutis Kabupaten tangki septik. Sisanya berupa
TTS, namun dimensi pipa cubluk.
relative kecil. 4. Belum terdapatnya Rencana
4. Terdapat potensi air baku dari Induk Sistem /Masterplan
sungai, sumur dan embung. Sektoral Infrastruktur
5. Masyarakat mempunyai 5. Terdapat 5 kawasan yang
budaya untuk tidak terisolir akibat belum
membuang sampah di tersedianya jalan dan
sungai. jembatan.
6. Sudah tersedian jaringan 6. Jalan lingkungan baru
jalan lingkungan scr terlayani 50%, dengan kondisi
sederhana perkerasan 90% jalan tanah.
EKSTERNAL 7. Cakupan pelayanan air
minum perpipaan baru 20%.
8. Masih terbatasnya pelayanan
transportasi umum
9. Peran serta masyarakat
belum optimal untuk
berpartisipasi dalam
pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan

Peluang/Opportunity (O) Strategi SO Strategi WO


1. Penetapan Kefa sebagai 1. Penyusunan Rencana Induk
PKSN dan Wini sbg Kota 1. Penyediaan regulasi jaringan Drainase
Satelit di perbatasan RI- jalan 2. Penyediaan regulasi tentang
RDTL memiliki nilai 2. Penyusunan database jalan drainase
strategis lingkungan 3. Penyediaan embung
2. Merupakan kota transit 3. Penyusunan standardisasi sebagai retarding basin air
menuju Timor Leste dan jalan lingkungan hujan
Atambua. 4. Penyediaan jalan inspeksi di 4. Penyediaan sumur resapan
3. Terdapat lokasi bantaran sungai 5. Penyusunan Perencanaan
pengembangan terminal 5. Penyusunan Studi terkait Teknik Manajemen
internasional, regional pengembangan SPAM Persampahan (PTMP)
dan lokal. (Identifikasi Potensi Air Baku 6. Penyediaan TPA dengan
4. Masyarakat dapat diajak dan Penyusunan Rencana sistem landfill
bekerjasama mengelola Induk Sistem Penyediaan Air 7. Peningkatan pengelolaan
infrastruktur. Minum Kota persampahan melalu
5. Sungai memiliki 6. Penambahan debit suplai air program 3 R
penampang yang cukup baku 8. Peningkatan fungsi
lebar dengan elevasi 7. Peningkatan Kinerja PDAM kelembagaan pengelolaan
dalam dengan aliran air 8. Penanganan kebocoran persampahan
yang intermitten. distribusi air minum 9. Pengembangan Retribusi
6. Potensi air baku terdapat 9. Pengembangan SPAM IKK Kebersihan
di beberapa embung, 10. Pemberdayaan masyarakat 10. Penyediaan regulasi tentang
sungai, sumur gali, sumur dan swasta dalam kebersihan
dalam dan sumber air di pengembangan SPAM 11. Peningkatan peran aktif
Taekas. dengan PAMSIMAS swasta dalam pengelolaan

Bab 8 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

7. Masyarakat memiliki 11. Peningkatan akses air sampah


jamban diluar rumah dan minum untuk masyarakat 12. Penyusunan studi terkait
tidak mebuang kotoran di perkotaan dan perdesaan sanitasi
sungai. yang inovatif dan hemat 13. Penyediaan sarana dan
8. Tempat pemrosesan energi prasarana sanitasi
akhir sampah di potensial 12. Peningkatan akses air 14. Pengelolaan air limbah
dikembangkan, lahan minum untuk masyarakat sistem offsite
masih luas. berpenghasilan rendah 15. Pemantapan kelembagaan
9. Bantuan penyediaan TPA 13. Penanganan air minum pengelolaan air limbah
sampah sanitary landfill pada daerah bencana 16. Penyediaan regulasi tentang
10. Bantuan penyehatan kekeringan dan rawan air pengolahan limbah cair
PDAM domestik dan non domestik
11. Bantuan penyediaan air 17. Pembangunan jembatan dan
minum bangunan pelengkap jalan
12. Bantuan penyediaan
sarana prasarana
permukiman
13. Bantuan penataan
drainase
14. Bantuan penyediaan
sarpras air limbah

Tantangan/Threats (T) Strategi ST Strategi WT


1. Masyarakat memiliki akses 1. Pembangunan jalan 1. Penataan saluran drainase
yang terbatas pada sarana lingkungan dan jalan akses 2. Peningkatan cakupan
sanitasi dan kebersihan 2. Pengembangan cakupan dan pelayanan persampahan
2. Potensi Air baku dari sungai, tingkat pelayanan air minum 3. Peningkatan cakupan
sumur dan embung ada, pelayanan sanitasi / air
namun berada pada wilayah limbah
yang jauh dari permukiman.
3. Kebiasaan masyarakat
membuang sampah ditempat
terbuka
4. Belum terdapat saluran
drainase dan saluran
pembuang air limbah
dipermukiman.
5. Peningkatan cakupan
pelayanan air minum hingga
50% terlayani perpipaan.
6. Peningkatan cakupan
pelayanan jalan lingkungan
hingga 50% terlayani.
7. Peningkatan cakupan
pelayanan persampahan
hingga 60% terlayani.
8. Peningkatan cakupan
pelayanan sanitasi hingga 60%
terlayani
9. Peningkatan cakupan
pelayanan 60% wilayah
terlayani

Sumber : Analisis Tim, 2012

Bab 8 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

B. Identifikasi Kebutuhan Strategis Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur


Perkotaan
Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan yang kemudian dilakukan
kolaborasi dan identifikasi kembali untuk penyempurnaan temuan, maka dihasilkan
rumusan strategi pengembangan kota di bidang permukiman dan infrastruktur
perkotaan. Dari rumusan strategi tersebut, maka dapat diidentifikasi kebutuhan
strategi pengembangan kota bidang permukiman dan infrastruktur yang diuraikan
sebagai berikut:

a. Strategi Pembangunan Permukiman


1. Strategi penyediaan data base dan sistem informasi permukiman;
2. Strategi penanganan permukiman padat dan kumuh di pusat kota;
3. Strategi pengembangan dan pembangunan permukiman bagi masyarakat
menengah dan berpenghasilan rendah;
4. Strategi penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan
bencana (banjir, longsor dan kebakaran);
5. Strategi penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar
dari penyakit akibat sanitasi buruk;
6. Strategi penyediaan rumah menengah dan mewah;
7. Strategi penanganan rumah-rumah adat;
8. Strategi penanganan rumah-rumah di bantaran sungai/saluran;
9. Strategi penyediaan rumah susun sewa;
10. Tersediaanya dokumen identifikasi dan Rencana Penataan Permukiman
Perkotaan (SPK), RP4D, dll;
11. Strategi penyiapan regulasi mengenai permukiman di Kota Kefamenanu;
12. Strategi penyediaan infrastruktur permukiman;
13. Strategi penyediaan dan pengelolaan RTH di lingkungan permukiman
14. Strategi penanganan kawasan lindung setempat (sempadan sungai) dengan
penataan RTBL Waterfront;
15. Strategi penanganan permukiman yang tidak layak huni;
16. Strategi pengembangan kawasan permukiman skala besar pada permukiman
baru;
17. Strategi pendanaan melalui keikutsertaan masyarakat dan swasta;
18. Strategi penyediaan kelembagaan pemerintah dan masyarakat dalam
menangani prasarana permukiman.

Bab 8 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Strategi Pembangunan Permukiman di Kawasan Prioritas, antara lain:

1. Strategi penanganan terhadap permukiman padat maupun kumuh;


2. Strategi penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan
bencana (genangan, longsor, dan kebakaran);
3. Strategi penyiapan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat;
4. Strategi penyiapan kawasan permukiman skala besar sebagai new
development;
5. Strategi penanganan pengembangan permukiman tradisional;
6. Strategi penanganan permukiman dari penyakit akibat sanitasi buruk.

b. Strategi Pembangunan Infrastruktur


1. Air Minum
a. Strategi peningkatan distribusi air minum ke wilayah perkotaan;
b. Strategi penyusunan rencana induk air minum Kota Kefamenanu;
c. Strategi pengembangan cakupan pelayanan air minum;
d. Strategi peningkatan kinerja PDAM;
e. Strategi penanganan kebocoran distribusi air minum;
f. Strategi pengembangan SPAM IKK;
g. Strategi penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan;
h. Strategi pemberdayaan masyarkat dan swasta dalam pengembangan
SPAM;
i. Strategi pengelolaan aset manajemen PDAM;
j. Strategi peningkatan pola investasi penyediaan air minum;
k. Strategi peningkatan kapasitas institusi pengelola air minum;
l. Strategi peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan
rendah;
m. Strategi pengembangan sistem informasi manajemen penyediaan air
minum;
n. Strategi penanganan air minum pada daerah bencana;
o. Strategi penggalian potensi sumber daya air;
p. Strategi penambahan supply sumber air baku baru;
q. Strategi pendanaan melalui KPS;
r. Strategi kelembagaan yang lintas sektoral dan lintas administratif.

Bab 8 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Strategi Pengembangan Infrastruktur Air Minum di Kawasan Prioritas, antara


lain:

a. Strategi kemudahan akses air minum;


b. Strategi peningkatan kualitas dan kuantitas IPA Sederhana.

2. Air Limbah/Jamban
a. Strategi penyusunan rencana induk sanitasi;
b. Strategi pengelolaan air limbah sistem offsite skala kota untuk
permukiman padat, kumuh dan industri rumah tangga;
c. Strategi peningkatan pemanfaatan, operasi dan pemeliharaan prasarana
dan sarana sanitasi yang telah dibangun;
d. Strategi pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah;
e. Strategi pengelolaan air limbah domestik skala komunal;
f. Strategi penyuluhan pentingnya sanitasi kepada masyarakat
g. Strategi peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan sanitasi;
h. Strategi penyediaan septic tank komunal pada kawasan permukiman
padat;
i. Strategi pelaksanaan standarisasi septic tank.
j. Strategi peningkatan cakupan kepemilikan jamban keluarga yang
dilengkapi dengan septiktank;
k. Strategi peningkatan cakupan pelayanan septiktank komunal di wilayah
permukiman padat dan kumuh;
l. Strategi pendanaan melalui keikutsertaan masyarakat dan swasta
melalui KPS;
m. Strategi pembentukan dan peningkatan kelembagaan pengelola sistem
off-site yang efektif.

Strategi Pengembangan Infrastruktur Air Limbah/Sanitasi di Kawasan


Prioritas, antara lain:

a. Strategi pengembangan pengelolaan limbah domestik sistem on-site;


b. Strategi pengembangan pengelolaan limbah domestik pada kawasan
genangan;
c. Strategi pengembangan sarana dan prasarana air limbah komunal;
d. Strategi peningkatan pemahaman pengelolaan air limbah rumah tangga;

Bab 8 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

e. Strategi peningkatan kepemilikan jamban keluarga.

3. Persampahan
a. Strategi penyusunan rencana induk manajemen persampahan;
b. Strategi peningkatan cakupan pelayanan persampahan;
c. Strategi penyediaan prasarana dan sarana persampahan;
d. Strategi penanganan sampah 3R melalui partisipasi masyarakat;
e. Strategi peningkatan fungsi kelembagaan pengelolaan persampahan;
f. Strategi pengembangan perencanaan pengelolaan persampahan;
g. Strategi kerjasama antar daerah;
h. Strategi pendanaan melalui keikutsertaa swasta melalui KPS;
i. Strategi kelembagaan yang dapat mengelola prasarana permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang efektif.
Strategi Pengembangan Infrastruktur Persampahan di Kawasan Prioritas,
antara lain:

a. Strategi pengurangan sampah rumah tangga;


b. Strategi pengolahan sampah tingkat kelurahan melalui sistem 3R;
c. Strategi peningkatan pelayanan sampah;
d. Strategi peningkatan peran aktif swasta dalam pengelolaan sampah.

4. Jalan Lingkungan
a. Strategi penyusunan database jalan lingkungan di permukiman;
b. Strategi penyusunan standarisasi jalan lingkungan;
c. Strategi penanganan jalan lingkungan yang rusak;
d. Strategi untuk memenuhi kebutuhan jalan lingkungan baru;
e. Strategi penanganan pemeliharaan jalan lingkungan;
f. Strategi peningkatan jalan lingkungan;
g. Strategi untuk memenuhi kebutuhan jembatan dan bangunan pelengkap
jalan;
h. Strategi penanganan jalan lingkungan di sekitar saluran;
i. Strategi pelaksanaan revitalisasi jalan lingkungan dengan pengaturan
GSB/GSJ.
j. Strategi pelaksanaan standardisasi jalan lingkungan ;
k. Strategi peningkatan keikutsertaan masyarakat untuk ikut memelihara;

Bab 8 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

l. Strategi pembentukan kelembagaan oleh pemerintah daerah dan


masyarakat yang efektif.
Strategi Pengembangan Infrastruktur Jalan Lingkungan di Kawasan Prioritas,
antara lain:

a. Strategi penanganan jalan lingkungan yang rusak;


b. Strategi penanganan pemeliharaan jalan lingkungan;
c. Penyediaan jalan lingkungan yang dapat diakses kendaraan pemadam
kebakaran.

5. Drainase
a. Strategi penyusunan standarisasi saluran drainase;
b. Strategi penyusunan data base saluran drainase;
c. Strategi penyusunan Rencana Induk Drainase;
d. Strategi pengembangan dan pengelolaan sungai sebagai saluran primer;
e. Strategi pembuatan saluran drainase;
f. Strategi pemeliharaan dan pembersihan rutin saluran drainase;
g. Strategi penanganan genangan di lingkungan permukiman;
h. Strategi penanganan bangunan di atas saluran drainase;
i. Strategi penagnaan sampah pada saluran drainase;
j. Strategi penanganan pembuangan limbah industri pada saluran drainase;
k. Strategi penanggulangan sedimentasi saluran drainase/normalisasi saluran
drainase.
l. Strategi pembangunan saluran drainase baru;
m. Strategi peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan,
pengelolaan dan pemeliharaan drainase ;
n. Strategi pembentukan kelembagaan oleh pemerintah daerah dan
masyarakat yang efektif.

Strategi Pengembangan Infrastruktur Jalan Lingkungan di Kawasan Prioritas,


antara lain:

a. Strategi penanganan genangan;


b. Strategi penanganan saluran drainase;
c. Strategi penanganan bangunan di atas saluran drainase;
d. Strategi penanganan gorong-gorong yang tersumbat dan rusak;
e. Strategi pelaksanaan normalisasi saluran drainase;

Bab 8 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

f. Strategi penanganan pembuangan limbah industri rumah tangga pada


saluran drainase;
g. Strategi penanganan pembuangan sampah pada saluran
.

8.6.2. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala


Kabupaten Timor Tengah Utara

Berdasarkan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan di


kabupaten TTU yang sudah disusun berdasarkan tujuan yang akan dicapai, yaitu:

Tabel VIII.5.
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kabupaten TTU
NO TUJUAN KEBIJAKAN
1. Mewujudkan permukiman  Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan
perkotaan Kabupaten penataan ruang kota secara proporsional
TTU yang terpadu dan  Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung
mandiri kumuh dan padat
 Pengembangan kawasan permukiman tradisional
sebagai daya tarik Kabupaten TTU
 Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan
rumah layak huni
 Penyediaan ruang publik kota sebagai bagian dari
kebutuhan masyarakat
 Peningkatan kualitas pelayanan kota kefamanenanu
sebagai kota transit di perbatasan RI-RDTL
2. Mewujudkan pelayanaan  Penyediaan jalan dan jembatan untuk membuka akses
infrastruktur perkotaan pada kawasan terisolir
Kab. TTU yang  Peningkatan pelayanan air bersih ke seluruh perkotaan
terintegrasi dan Kab. TTU
berkualitas  Penyediaan sanitasi lingkungan yang berkualitas
Sumber : Analisis Tim, 2012

Dari kebijakan di atas kemudian diterjemahkan ke dalam daftar kebutuhan strategi


pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kefamenanu secara
menyeluruh serta didukung dengan isu-isu strategis mengenai permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang berkembang, maka strategi pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan skala Kabupaten Timor Tengah Utara
adalah:

1) Pemantapan Fungsi Ruang Kota Berdasarkan Arahan Pemanfaatan Ruang


Kabupaten TTU yang Terpadu dan Efektif.

2) Perwujudan Integrasi Pertumbuhan Permukiman yang Tumbuh Secara Sprawl


atau Menyebar Melalui Penyediaan Akses Yang Efektif dan Efisien;

Bab 8 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3) Penyediaan dan Peningkatan Infrastruktur Permukiman Ke Seluruh Wilayah


Perkotaan Kabupaten TTU.

8.6.3. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastrukutr Perkotaan Skala


Kawasan Prioritas

Berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan tara ruang (RTRW Kabupaten TTU)
dan perhitungan skoring terhadap posisi strategis, ketersediaan prasarana dan
sarana permukiman, jumlah penduduk dan aktivitas yang berkembang. Maka
kawasan prioritas skala Kabupaten TTU adalah:

1. Perkotaan Kefamenanu, dengan karakteristik sebagai permukiman perkotaan,


pusat pemerintah, perdagangan & jasa.;

2. Perkotaan Wini-Ponu, dengan karakteristik sebagai permukiman perbatasan,


permukiman nelayan, permukiman pesisir PANTURA;

3. Perkotaan Eban, dengan karakteristik permukiman perdesaan yang mendukung


Agropolitan.

Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan skala Kabupaten


TTU kemudian diterjemahkan dan diturunkan menjadi strategi pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan skala kawasan prioritas, agar strategi
yang akan diterapkan di masing-masing kawasan prioritas akan lebih terarah dan
tepat sasaran untuk mencapai tujuan.

Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan skala kawasa


prioritas dikelompokkan menjadi 4 (empat) kawasan yang berada di Perkotaan
Kefamenanu, yaitu:

1) Kawasan KM 6 – KM 9, dengan tema “kawasan kumuh padat tengah kota


dan kawasan pengembangan baru”

Meliputi:

- Kawasan KM 6 (kawasan kumuh padat tengah kota) meliputi: Kelurahan


Kefamenanu Selatan, Kelurahan Kefamenanu Tengah, sebagian
Kelurahan Tubuhue, dan sebagian Kelurahan Benpasi;
- Kawasan KM 9 (kawasan pengembangan baru) meliputi: Kelurahan
Maubeli, Kelurahan Sasi, dan Desa Naiola.

Bab 8 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan skala kawasan


ini, adalah:

a. Pengembangan Kawasan PUSAT KOTA KEFAMENANU

• Penataan Kawasan Kantor Bupati menjadi pusat aktivitas rekreasi dan


olahraga yang didukung oleh ruang terbuka publik Kota Kefamenanu;

• Penataan Kawasan Pasar Lama menjadi pusat perdagangan dan jasa


modern hingga skala nasional dan internasional;

• Menertibkan aktivitas perdagangan & jasa informal sepanjang jalan


utama Kota Kefamenanu;

• Pengaturan bangunan dan lingkungan berkepadatan tinggi melaui KDB


& KLB;

• Restrukturisasi ruang pusat kota dengan memperjelas hirarki jalan-jalan


utama menuju pusat kota.

b. Peremajaan Kawasan Permukiman Padat & Kumuh

• Renewal (peremajaan) kawasan permukiman yg kumuh dan padat


dengan konsep “KAMPUNG KOTA”;

• Redevelopment (pembangunan kembali) kawasan permukiman kumuh


dan padat dengan konsep “vertical housing”, yaitu: RUSUNAWA;

• Menyediakan infrastruktur perkotaan dan pendukung permukiman;

• Menata kawasan permukiman dengan kepadatan bangunan sedang


hingga tinggi.

c. Pengembangan Kawasan Pemerintahan Baru KM. 9

• Penataan bangunan dan lingkungan kawasan pemerintahan;

• Penyediaan infrastruktur perkotaan dan pendukung kawasan


pemerintahan.

d. Pengembalian Fungsi Sempadan Sungai dan Saluran

• Mengembalikan penguasaan lahan dan fungsi kawasan sempadan


sungai dan saluran;

• Menata kawasan permukiman di sempadan sungai dan saluran dengan


KDB rendah dan pengaturan GSB serta GSS;

Bab 8 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

• Penataan kawasan permukiman.

e. Pengembangan Kawasan Permukiman pada Area New Development

• Mengarahkan pembangunan permukiman skala besar pada kawasan


KM. 9 (Desa Naiola, Kelurahan Sasi, Kelurahan Maubeli melalui
penyiapan Kasiba dan Lisiba;

• Mengatur dan mengendalikan pembangunan permukiman baru pada


kawasan KM 9;

• Menyediakan infrastruktur pendukung permukiman sebagai daya tarik


pengembangan baru;

• Perbaikan kualitas lingkungan permukiman.

• Mengintegrasikan pembangunan permukiman baru dengan


pengembangan aktivitas pendidikan.

f. Pengendalian Perkembangan Kawasan

• Mengendalikan perkembangan kawasan permukiman baru dengan


pembatasan kepadatan dan luasan;

• Pengaturan mengenai GSB, KDB, KLB, dan KDH;

• Pengendalian aktivitas perdagangan dan jasa skala kota.

g. Pengembangan Kegiatan Seni dan Budaya Tradisional

• Membangun workshop sebagai gallery produk hasil seni dan budaya


Kota Kefamenanu, seperti: kegiatan tenun dan produknya, seni tari
tradisional, dan hasil olahan produk pertanian;

• Mengkonservasi dan merevitalisasi kawasan rumah adat Maslete


(Kerajaan Sanak dan Kerajaan Bana) di Kelurahan Tubuhue sebagai
daya tarik wisata Kota Kefamenanu;

h. Penyediaan Aksesibilitas pada Kawasan Permukiman Terisolir

• Membangun jalan dan jembatan akses pada kawasan permukiman


terisolir Tauf, dan RT 20, 21, 22 Kelurahan Benpasi.

Bab 8 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2) Kawasan Kota Lama, dengan tema kawasan “permukiman lama dan


ruang terbuka hijau kota”

Meliputi: Kelurahan Aplasi, Kelurahan Kefamenanu Utara dan sebagian


Kelurahan Tubuhue. Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan skala kawasan, antara lain:

a. Penataan Kawasan Pendidikan

• Menata kawasan pendidikan terpadu yang terintegrasi dengan kawasan


permukiman;

• Menyediakan infastruktur pendukung untuk kegiatan pendidikan dan


permukiman;

b. Peremajaan Kawasan Permukiman Lama

• Renewal (peremajaan) kawasan permukiman lama konsep


“UPGRADING”;

• Menyediakan infrastruktur perkotaan dan pendukung permukiman;

• Menata kawasan permukiman dengan kepadatan bangunan sedang


hingga tinggi.

c. Penataan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota

• Menata taman kota sebagai ruang terbuka publik kota yang rekreatif dan
nyaman;

• Menyediakan infrastruktur pendukung kegiatan pada taman kota


sebagai daya tarik kawasan;

• Mengatur dan mengendalikan perkembangan kegiatan pada taman kota


dan sekitarnya.

d. Pengembalian Fungsi Sempadan Sungai dan Saluran

• Mengembalikan penguasaan lahan dan fungsi kawasan sempadan


sungai dan saluran;

• Penataan bangunan dan lingkungan kawasan permukiman tepi sungai;

• Pengaturan kawasan permukiman di sempadan sungai dan saluran


dengan KDB rendah dan pengaturan GSB serta GSS;

• Penyediaan jalan inspeksi di sepanjang sungai;

Bab 8 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

• Penyediaan regulasi jaringan jalan.

e. Pengembalian Fungsi Kawasan Lindung (Hutan Lindung)

• Mengembalikan penguasaan lahan kawasan hutan lindung sebagai


fungsi lindung;

• Pembatasan fungsi permukiman dengan regulasi Perda RTRW;

• Konservasi fungsi lindung.

3) Kawasan Bansone, dengan tema “permukiman terisolir”

Meliputi: Kelurahan Bansone, Kelurahan Oelami dan sebagian Kelurahan


Benpasi. Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan skala
kawasan, antara lain:

a. Penyediaan Aksesibilitas pada Kawasan Permukiman Terisolir

• Membangun jalan dan jembatan akses pada kawasan permukiman


terisolir Maumolo, RT 12 Kelurahan Aplasi, Kelurahan Maubeli ke
Tubuhue;

b. Pengembangan Baru/New Development

• Penyiapan Kasiba Lisiba;

• Penyediaan infrastruktur pendukung permukiman.

• Penyediaan akses pendukung pada kawasan permukiman baru.

c. Pengendalian Perkembangan Kawasan

• Mengendalikan perkembangan kawasan permukiman baru dengan


pembatasan kepadatan dan luasan;

• Pengaturan mengenai GSB, KDB, KLB, dan KDH.

d. Pengembalian Fungsi Kawasan Lindung (Hutan Lindung)

• Mengembalikan penguasaan lahan kawasan hutan lindung sebagai


fungsi lindung;

• Pembatasan fungsi permukiman dengan regulasi Perda RTRW;

• Konservasi fungsi lindung.

Bab 8 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

4) Kawasan Taekas, dengan tema “pengembangan wisata dan sumber daya


air”

Meliputi: Desa Taekas, Kelurahan Oesena, Desa Oenenu, Desa Oenenu Utara
dan Desa Oenenu Selatan . Strategi pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan skala kawasan, antara lain:

a. Penataan Kampung Lama

• Penyediaan aksesibilitas;

• Penyediaan infrastruktur pendukung permukiman, khususnya sanitasi;

• Perbaikan kualitas lingkungan permukiman.

b. Pengembangan Baru/New Development

• Penyiapan Kasiba Lisiba;

• Penyediaan infrastruktur perkotaan dan pendukung permukiman;

• Perbaikan kualitas lingkungan permukiman.

c. Pengendalian Perkembangan Kawasan

• Mengendalikan perkembangan kawasan permukiman baru dengan


pembatasan kepadatan dan luasan;

• Pengaturan mengenai GSB, KDB, KLB, dan KDH;

• Pengendalian aktivitas perdagangan dan jasa skala kota.

d. Pengembalian Fungsi Sempadan Sungai dan Saluran

• Mengembalikan penguasaan lahan dan fungsi kawasan sempadan


sungai dan saluran;

• Penataan bangunan dan lingkungan kawasan permukiman tepi sungai


Talau;

• Pengaturan kawasan permukiman di sempadan sungai dan saluran


dengan KDB rendah dan pengaturan GSB serta GSS;

e. Pengembalian Fungsi Kawasan Lindung (Hutan Lindung)

• Mengembalikan penguasaan lahan kawasan hutan lindung sebagai


fungsi lindung;

• Pembatasan fungsi permukiman dengan regulasi Perda RTRW;

Bab 8 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

• Konservasi fungsi lindung.

Untuk lebih jelasnya mengenai matrik strategi pembangunan permukiman dan


infrastruktur perkotaan Atambua skala kota dan skala kawasan dapat dilihat
pada matriks strategi di bawah ini.

Bab 8 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.6.
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
1. Mewujudkan permukiman 1. Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan penataan 1. Penyediaan data base dan sistem informasi permukiman
perkotaan Kabupaten ruang kota secara proporsional 2. Penyediaan Dokumen identifikasi dan Rencana Penataan Permukiman Perkotaan
TTU yang terpadu dan 3. Penerbitan regulasi mengenai permukiman di perkotaan TTU
mandiri 4. Pembangunan kawasan permukiman baru (New development)
5. Penanganan rumah tidak layak huni
6. Penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana (banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran)
2. Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung kumuh dan 1. Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh
padat 2. Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk
3. Pengembangan kawasan permukiman tradisional sebagai daya 1. Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional
tarik kota kefamenanu
4. Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan rumah 1. Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah
layak huni
5. Penyediaan ruang publik kota sebagai bagian dari kebutuhan 1. Penyediaan prasarana sarana permukiman yang mendukung perkembangan sosial budaya masyarakat
masyarakat
6. Peningkatan kualitas pelayanan kota Kefamanenanu sebagai kota 1. Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota sebagai bagian dari pengembangan wilayah perkotaan Kabupaten TTU
transit di perbatasan RI-RDTL 2. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara

2. Mewujudkan pelayanaan 1. Penyediaan jalan dan jembatan untuk membuka akses pada 1. Penyusunan studi terkait transportasi
infrastruktur perkotaan kawasan terisolir 2. Penyediaan regulasi jaringan jalan dan sistem stransportasi
Kabupaten TTU yang 3. Penyusunan sistem informasi dan database jalan
terintegrasi dan 4. Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Akses
berkualitas 5. Pembangunan jembatan dan bangunan pelengkap jalan
2. Peningkatan pelayanan air bersih ke seluruh Kota Kefamenanu 1. Penyediaan Studi terkait pengembangan SPAM
2. Peningkatan debit dan suplai air baku
3. Pengembangan cakupan dan tingkat pelayanan air minum
4. Pengurangan angka kehilangan air
5. Pengembangan SPAM IKK
6. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS
7. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat yang inovatif dan hemat energi
8. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah
9. Penanganan air minum pada daerah bencana kekeringan dan rawan air
3. Penyediaan sanitasi lingkungan yang berkualitas 1. Penyediaan Studi terkait Sanitasi
2. Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air limbah
3. Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / air limbah
4. Pengelolaan air limbah sistem off site
5. Pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah
6. Penyediaan regulasi tentang pengolahan limbah cair domestik dan non domestik
7. Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi
8. Penyusunan Studi terkait drainase
9. Penyediaan regulasi tentang drainase
10. Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan
11. Penataan saluran drainase
12. Penyediaan sumur resapan
13. Penyediaan Studi terkait pengelolaan sampah
14. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan
15. Penyediaan regulasi pengelolaan sampah
16. Peningkatan pengelolaan persampahan melalui program 3R
Sumber : Analisis Tim, 2012

Bab 8 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 8.1.
Peta Strategi Skala Perkotaan Kefamenanu

Bab 8 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.7.
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas KM 6 – KM 9

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI


1. Mewujudkan permukiman 1. Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan penataan 1. Pembangunan kawasan permukiman baru (New development)
perkotaan Kefamenanu ruang kota secara proporsional 2. Penanganan rumah tidak layak huni
yang terpadu dan mandiri 3. Penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana (banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran)
2. Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung kumuh dan padat 1. Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh
2. Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk
3. Pengembangan kawasan permukiman tradisional sebagai daya tarik 1. Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional
kota kefamenanu
4. Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan rumah 1. Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah
layak huni
5. Penyediaan ruang publik kota sebagai bagian dari kebutuhan 1. Penyediaan prasarana sarana permukiman yang mendukung perkembangan sosial budaya masyarakat
masyarakat
6. Peningkatan kualitas pelayanan kota Kefamanenanu sebagai kota 1. Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota sebagai bagian dari pengembangan wilayah Kota Kefamenanu
transit di perbatasan RI-RDTL 2. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara

2. Mewujudkan pelayanaan 1. Penyediaan jalan dan jembatan untuk membuka akses pada 1. Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Akses
infrastruktur perkotaan kawasan terisolir 2. Pembangunan jembatan dan bangunan pelengkap jalan (Maubeli – Tubuhue, Benpasi- RT 20,21,22)
kefamenanu yang
terintegrasi dan 2. Peningkatan pelayanan air bersih ke seluruh Kota Kefamenanu 1. Pengembangan cakupan dan tingkat pelayanan air minum
berkualitas 2. Pengembangan SPAM IKK
3. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS
4. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat yang inovatif dan hemat energi
5. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah
6. Penanganan air minum pada daerah bencana kekeringan dan rawan air

3. Penyediaan sanitasi lingkungan yang berkualitas 1. Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air limbah
2. Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / air limbah
3. Pengelolaan air limbah sistem off site
4. Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi
5. Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan
6. Penataan saluran drainase
7. Penyediaan sumur resapan
8. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan
9. Peningkatan pengelolaan persampahan melalui program 3R

Sumber : Analisis Tim, 2012

Bab 8 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 8.2.
Peta Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas KM 6 – KM 9

Bab 8 | 31
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.8.
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Kota Lama

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI


1. Mewujudkan 1. Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan penataan 1. Pembangunan kawasan permukiman baru (New development)
permukiman ruang kota secara proporsional 2. Penanganan rumah tidak layak huni
perkotaan 3. Penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana (banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran)
Kefamenanu yang 2. Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung kumuh dan padat 1. Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh
terpadu dan mandiri 2. Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk
3. Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan rumah layak 1. Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah
huni
4. Penyediaan ruang publik kota sebagai bagian dari kebutuhan 1. Penyediaan prasarana sarana permukiman yang mendukung perkembangan sosial budaya masyarakat
masyarakat
5. Peningkatan kualitas pelayanan kota Kefamanenanu sebagai kota 1. Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota sebagai bagian dari pengembangan wilayah Kota Kefamenanu
transit di perbatasan RI-RDTL

2. Mewujudkan pelayanaan 1. Penyediaan jalan dan jembatan untuk membuka akses pada 1. Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Akses
infrastruktur perkotaan kawasan terisolir 2. Pembangunan jembatan dan bangunan pelengkap jalan (Aplasi-RT 12)
kefamenanu yang
terintegrasi dan 2. Peningkatan pelayanan air bersih ke seluruh Kota Kefamenanu 1. Pengembangan cakupan dan tingkat pelayanan air minum
berkualitas 2. Pengembangan SPAM IKK
3. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS
4. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat yang inovatif dan hemat energi
5. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah
6. Penanganan air minum pada daerah bencana kekeringan dan rawan air

3. Penyediaan sanitasi lingkungan yang berkualitas 1. Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air limbah
2. Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / air limbah
3. Pengelolaan air limbah sistem off site
4. Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi
5. Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan
6. Penataan saluran drainase
7. Penyediaan sumur resapan
8. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan
9. Peningkatan pengelolaan persampahan melalui program 3R

Sumber : Analisis Tim, 2012

Bab 8 | 32
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 8.3.
Peta Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Kota Lama

Bab 8 | 33
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.9.
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Bansone

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI


1. Mewujudkan 1. Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan penataan 1. Pembangunan kawasan permukiman baru (New development)
permukiman ruang kota secara proporsional 2. Penanganan rumah tidak layak huni
perkotaan 3. Penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana (banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran)
Kefamenanu yang 2. Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung kumuh dan 1. Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh
terpadu dan mandiri padat 2. Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk
3. Pengembangan kawasan permukiman tradisional sebagai daya 1. Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional
tarik kota kefamenanu
4. Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan rumah 1. Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah
layak huni
5. Penyediaan ruang publik kota sebagai bagian dari kebutuhan 1. Penyediaan prasarana sarana permukiman yang mendukung perkembangan sosial budaya masyarakat
masyarakat
6. Peningkatan kualitas pelayanan kota Kefamanenanu sebagai kota 1. Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota sebagai bagian dari pengembangan wilayah Kota Kefamenanu
transit di perbatasan RI-RDTL

2. Mewujudkan pelayanaan 1. Penyediaan jalan dan jembatan untuk membuka akses pada 1. Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Akses
infrastruktur perkotaan kawasan terisolir 2. Pembangunan jembatan dan bangunan pelengkap jalan (Bansone, Benpasi)
kefamenanu yang
terintegrasi dan 2. Peningkatan pelayanan air bersih ke seluruh Kota Kefamenanu 1. Pengembangan cakupan dan tingkat pelayanan air minum
berkualitas 2. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS
3. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat yang inovatif dan hemat energi
4. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah
5. Penanganan air minum pada daerah bencana kekeringan dan rawan air

3. Penyediaan sanitasi lingkungan yang berkualitas 1. Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air limbah
2. Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / air limbah
3. Pengelolaan air limbah sistem off site
4. Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi
5. Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan
6. Penataan saluran drainase
7. Penyediaan sumur resapan
8. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan
9. Peningkatan pengelolaan persampahan melalui program 3R

Sumber : Analisis Tim, 2012

Bab 8 | 34
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 8.4.
Peta Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Bansone

Bab 8 | 35
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.10.
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Taekas

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI


1. Mewujudkan 1. Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan penataan 1. Pembangunan kawasan permukiman baru (New development)
permukiman ruang kota secara proporsional 2. Penanganan rumah tidak layak huni
perkotaan 3. Penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana (banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran)
Kefamenanu yang 2. Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung kumuh dan 1. Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh
terpadu dan mandiri padat 3. Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk
3. Pengembangan kawasan permukiman tradisional sebagai daya 1. Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional
tarik kota kefamenanu
4. Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan rumah 1. Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah
layak huni
5. Penyediaan ruang publik kota sebagai bagian dari kebutuhan 1. Penyediaan prasarana sarana permukiman yang mendukung perkembangan sosial budaya masyarakat
masyarakat
6. Peningkatan kualitas pelayanan kota Kefamanenanu sebagai kota 1. Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota sebagai bagian dari pengembangan wilayah Kota Kefamenanu
transit di perbatasan RI-RDTL

2. Mewujudkan pelayanaan 1. Penyediaan jalan dan jembatan untuk membuka akses pada 1. Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Akses
infrastruktur perkotaan kawasan terisolir 2. Pembangunan jembatan dan bangunan pelengkap jalan
kefamenanu yang
terintegrasi dan 2. Peningkatan pelayanan air bersih ke seluruh Kota Kefamenanu 1. Pengembangan cakupan dan tingkat pelayanan air minum
berkualitas 2. Pengembangan SPAM IKK
3. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS
4. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat yang inovatif dan hemat energi
5. Peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah
6. Penanganan air minum pada daerah bencana kekeringan dan rawan air

3. Penyediaan sanitasi lingkungan yang berkualitas 1. Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air limbah
2. Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / air limbah
3. Pengelolaan air limbah sistem off site
4. Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi
5. Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan
6. Penataan saluran drainase
7. Penyediaan sumur resapan
8. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan
9. Peningkatan pengelolaan persampahan melalui program 3R

Sumber : Analisis Tim, 2012

Bab 8 | 36
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 8.5.
Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Skala Kawasan Prioritas Taekas

Bab 8 | 37
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

9.1. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM


SKEMA MANAJEMEN PEMBANGUNAN PERKOTAAN
Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan telah dirumuskan
dalam pembahasan dan tahap laporan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan
analisis korelasi / hubungan antara rumusan strategi pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan yang telah disepakati tersebut dengan kebijakan
lainnya dalam aspek fisik dan non fisik (social, ekonomi, kelembagaan dan
pembiayaan).

9.1.1 Pendekatan Penyelengaraan Pembangunan Infrastruktur

Dapat dilakukan melalui stimulan dengan :

 Fasilitasi pengembangan PS air limbah terpusat (sewerage) skala kota untuk


kota metropolitan dan besar melalui APBN + APBD.
 Fasilitasi pengembangan PS air limbah skala kawasan (onsite) untuk kota
sedang dan kecil melalui APBN + APBD.
 Fasilitasi penyelenggaraan pembangunan TPA regional dan peningkatan TPA
open dumping menjadi sanitary/controlled landfill melalui APBN dan APBD.
 Fasilitasi peningkatan pengelolaan sampah melalui APBN, APBD.
 Fasiilitasi penyelenggaraan pembangunan drainase primer melalui APBN,
APBD.

Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Hibah :

 Untuk pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan skala


komunal seperti Sanimas, pembangunan prasarana & sarana sampah terpadu

Bab 9 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3R serta drainase mandiri (Onsite Stormwater Detention) difasilitasi melalui


DAK + Hibah.

A. Kebijakan Program Air Limbah (Permen PU 16/PRT/M/2008)


1. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site
maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan
masyarakat
2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah
permukiman
3. Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan
pengelolaan air limbah permukiman
4. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan
air limbah permukiman.
5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan
pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman

B. Kebijakan Pembiayaan Program Air Limbah

Pembiayaan air limbah skala kota (offsite):

- Sistem utama (IPAL, pipa induk (trunk sewer)  dapat dibiayai melalui
APBN/PLN & Hibah

- Sistem sekunder/tersier (pipa lateral, SR)  APBD Provinsi dan/atau


APBD Kab/Kota

Pembiayaan air limbah skala komunal (offsite):

- Sistem utama (IPAL)  dapat dibiayai melalui APBN/PLN dan Hibah

- Perpipaan, lahan  APBD Kab/kota, swasta

Pembiayaan air limbah setempat (onsite):

- SANIMAS MCK++, tangkiseptik komunal

Bab 9 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

C. Kebijakan Program Persampahan (Permen PU 21/PRT/M/2006)


1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra
pengelolaan
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan
5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

D. Kebijakan Pembiayaan Program Persampahan

- Pembangunan Sel TPA Sanitary Landfill (geomembran), landfil gas,


pengolahan leachate dan alat berat  dapat dibiayai melalui APBN

- Lahan dan PS penunjang pengelolaan TPA seperti drainase keliling, kantor


pengelola, jembatan timbang, dll  dibiayai melalui APBD Provinsi
dan/atau Kab./Kota

- PS Pengangkutan  dibiayai melalui APBD Provinsi dan/atau Kab./kota,


swasta

E. Kebijakan Pembiayaan Program Persampahan

- Pembangunan Sel TPA Sanitary Landfill (geomembran), landfil gas,


pengolahan leachate dan alat berat  dapat dibiayai melalui APBN

- Lahan dan PS penunjang pengelolaan TPA seperti drainase keliling, kantor


pengelola, jembatan timbang, dll  dibiayai melalui APBD Provinsi
dan/atau Kab./Kota

- PS Pengangkutan  dibiayai melalui APBD Provinsi dan/atau Kab./kota,


swasta

F. Kebijakan dan Strategi Penanganan Drainase (Draft Permen PU)


1. Pemantapan keterpaduan penanganan pengendalian banjir dan sektor/sub
sektor terkait lainnya berdasarkan keseimbangan tata air
2. Mengoptimalkan sistem drainase yang ada
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelolaan

Bab 9 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

4. Mendorong & memfasilitasi pemerintah Kabupaten/ kota dalam


pengembangan sistem Drainase yang efektif, efisien dan berkelanjutan
5. Pengembangan Alternatif sumber pembiayaan

G. Kebijakan dan Strategi Pembiayaan Penanganan Drainase (Draft


Permen PU)

- Sistem drainase primer dan sistem polder  dapat dibiayai melalui APBN

- Sistem drainase sekunder/tersier  dibiayai melalui APBD


Provinsi/Kab./Kota

- Pada dasarnya penanganan drainase perkotaan sudah merupakan urusan


Pemerintah Daerah

H. Sumber Pendanaan Non APBN

Saat ini telah banyak Donor dan Lender Luar Negeri yang akan diberikan
bantuan untuk pembangunan Kepada Pemerintah Daerah melalui Pemerintah
Pusat. Dasar hukum sumber pendanaan melalui sumber dana Non-APBN
dapat diperoleh dari hibah luar negeri, pinjaman luar negeri, Kerja Sama
Pemerintah – Swasta, dan dari Perbankan Dalam Negeri dapat dilhat pada
Gambar 8.1. berikut.

Bab 9 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

1. PP No. 10/2011
Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah
2. PP No. 38/2007
Pembagian urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota
1. Perpres No. 67/2005
Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur
2. Perpres No. 13/2010
Perubahan atas Perpres No. 67/2005

1. PMK No. 168 &


169/PMK.07/2008
Hibah Daerah & Tata Cara Penyaluran
Hibah Kepada Daerah
2. Permen PU No.
18/PRT/M/2006
Perpres No. 29/2009 Petunjuk Teknis Pengendalian
Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga pengendalian Pinjaman dan/atau
oleh Pemerintah Pusat dalam Rangka Hibah Luar Negeri Bidang Cipta Karya
Percepatan Penyediaan Air MInum

Gambar 9.1. Dasar Hukum Pembiayaan Infrastruktur Sumber Dana Non APBN

I. Kondisi Kelembagaan

1. Umum

Kelembagaan Pemerintah Daerah yang terkait langsung dalam


Penyusunan program keciptakaryaan Kabupaten TTU adalah:

(1) Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan


(2) Dinas Pekerjaan Umum
(3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
(4) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA)
(5) Bagian Keuangan Sekretariat Daerah

Bab 9 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Pembentukan Kelembagaan tersebut sesuai Peraturan Daerah


Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Staf Ahli dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Timor
Tengah Utara, Tanggal 30 September 2008, Peraturan Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Timor Tengah
Utara, Tanggal 30 September 2008, Peraturan Daerah Kabupaten
Timor Tengah Utara Nomor 9 Tahun 2008 Tentangorganisasi dan
Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat
dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya Kabupaten Timor Tengah Utara,
Tanggal 30 September 2008. Pembentuan Lembaga Daerah yang
baru tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintatah Nomor
41 / Tahun 2007.

2. Struktur Kelembagaan, Tugas Pokok dan Fungsi

A. Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan


Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi
Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan adalah sebagai
berikut:

1. Tugas Pokok

Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan


mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah bidang
perumahan, penataan ruang dan kebersihan berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan.

2. Fungsi

Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan


mempunyai fungsi:

Bab 9 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

a. perumusan kebijakan teknis bidang perumahan, penataan


ruang dan kebersihan;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan


umum bidang perumahan, penataan ruang dan
kebersihan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perumahan,


penataan ruang dan kebersihan;

d. pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;

e. pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi


urusan umum, keuangan dan kepegawaian, program data
dan evaluasi;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai


dengan tugas dan fungsinya.

3. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan


Kebersihan, terdiri dari:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretaris, membawahi :

1) Sub Bagian Umum dan Keuangan;

2) Sub Bagian Kepegawaian;

3) Sub Bagian Program, Data dan Evaluasi.

c. Bidang Perumahan, membawahi :

1) Seksi Pengaturan dan Pembinaan Perencanaan


Teknik;

2) Seksi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan


Perumahan;

Bab 9 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3) Seksi Pembangunan Perumahan dan Pengembangan


Kelembagaan.

d. Bidang Penataan Ruang, membawahi :

(1) Seksi Pengaturan dan Pembinaan Penataan Ruang;

(2) Seksi Pembangunan Penataan Ruang;

(3) Seksi Pengawasan Pemanfaatan Tata Ruang.

e. Bidang Kebersihan, membawahi :

(1) Seksi Pengaturan, Pembinaan dan Perencanaan


Teknik Kebersihan;

(2) Seksi Persampahan dan Air Limbah;

(3) Seksi Operasi, Pemeliharaan dan Pengawasan


Kebersihan.

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

g. UPTD.

4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan,


Penataan Ruang dan Kebersihan.

Dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bab 9 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 9.1.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEPALA DINAS

KELOMPOK SEKRETARIS
JABATAN FUNGSIONAL

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM,


UMUM DAN KEPEGAWAIAN DATA DAN EVALUASI
KEUANGAN

BIDANG PERUMAHAN BIDANG PENATAAN RUANG BIDANG KEBERSIHAN

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PENGATURAN DAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PENGATURAN DAN PEMBANGUNAN PENGAWASAN PENGATURAN, PERSAMPAHAN OPERASI,
PEMBINAAN DAN PERUMAHAN DAN PEMBINAAN PENATAAN RUANG PEMANFATAAN PEMBINAAN DAN DAN AIR LIMBAH PEMELIHARAAN
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN PENATAAN RUANG TATA RUANG PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
TEKNIK KAWASAN KELEMBAGAAN TEKNIK KEBERSIHAN
PERUMAHAN KEBERSIHAN

UPTD

Bab 9 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

B. Dinas Pekerjaan Umum


Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan
Umum adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pokok
Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
melaksanakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.

2. Fungsi
Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang


pekerjaan umum;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum;

d. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;

e. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan umum,


keuangan dan kepegawaian, program data dan evaluasi;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

3. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, membawahi:

1. Sub Bagian Umum dan Keuangan;

2. Sub Bagian Kepegawaian;

3. Sub Bagian Program, Data dan Evaluasi.

c. Bidang Pengairan, membawahi;

1. Seksi Survey, Pemetaan dan Perencanaan;

2. Seksi Pengendalian Sungai, Pantai dan Sumber Daya Air lainnya;

3. Seksi Pengembagan dan Konservasi Sumber Daya Air.

Bab 9 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Bidang Bina Marga, membawahi:

1. Seksi Survey, Pemetaan dan Perencanaan;

2. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan;

3. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.

e. Bidang Teknologi dan Jasa Konstruksi, membawahi :

1. Seksi Pembinaan Jasa Konstruksi;

2. Seksi Pengawasan dan Laboratorium;

3. Seksi Peralatan dan Perbengkelan.

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

g. UPTD.

Selanjutnya Bidang yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan Rencana


Program Investasi Menengah Bidang PU/Cipta Karya adalah Bidang Bina
Marga., didalamnya membawahi: a) Seksi Survey, Pemetaan dan Perencanaan;
b) Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan, c) Seksi
Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.

4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum.

Dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bab 9 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 9.2.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEPALA DINAS

KELOMPOK. JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM,


DAN KEUANGAN KEPEGAWAIAN DATA DAN EVALUASI

BIDANG PENGAIRAN BIDANG BINA MARGA BIDANG TEKNOLOGI DAN JASA


KONSTRUKSI

SEKSI SEKSI
SURVEY, PEMETAAN SURVEY, PEMETAAN SEKSI
DAN PERENCANAAN PEMBINAAN JASA
DAN PERENCANAAN
KONSTRUKSI

SEKSI SEKSI
PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAN SEKSI
SUNGAI, PANTAI DAN PENINGKATAN JALAN PENGAWASAN DAN
SUMBER DAYA AIR DAN JEMBATAN LABORATORIUM
LAINNYA
SEKSI
SEKSI
PENGEMBANGAN
PEMELIHARAAN SEKSI
DAN KONSEVASI
JALAN DAN PERALATAN DAN
SUMBER DAYA AIR
JEMBATAN PERBENGKELAN

UPTD

Bab 9 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

C. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pokok

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok


melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
perencanaan pembangunan.

2. Fungsi

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang


perencanaan pembangunan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

3. Susunan Organisasi

Susunan organisasi Lembaga-lembaga Teknis Daerah adalah sebagai berikut :

a. Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri


dari:

1) Kepala Badan.

2) Sekretariat, membawahi :

a. Sub Bagian umum dan Keuangan;

b. Sub Bagian Kepegawaian;

c. Sub Bagian Program, Data dan Evaluasi.

3) Bidang Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Pemerintahan, Sosial,


Hukum dan Hak Asasi Manusia, membawahi :

a. Sub Bidang Pemerintahan, Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. Sub Bidang Sosial, Pendidikan, Kesehatan, Budaya dan Agama;

Bab 9 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

4) Bidang Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan


Ekonomi, membawahi :

a. Sub Bidang Perindakop, UKM dan Pariwisata;

b. Sub Bidang Pertanian, Nakertrans dan Investasi.

5) Bidang Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Sumber


Daya Alam Infrastruktur dan Lingkungan Hidup, membawahi:

a. Sub Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya alam;

b. Sub Bidang Infrastruktur Fisik Wilayah.

6) Bidang Statistik dan Penelitian, membawahi :

a. Sub Bidang Statistik;

b. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.

7) Kelompok Jabatan Fungsional

Selanjutnya Bidang yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan


Rencana Program Investasi Menengah Bidang PU/Cipta Karya adalah Bidang
Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Sumber Daya Alam
Infrastruktur dan Lingkungan Hidup, didalamnya membawahi: a) Sub Bidang
Lingkungan Hidup dan Sumber Daya alam; b) Sub Bidang Infrastruktur Fisik
Wilayah.

4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bab 9 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 9.3.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM,


DAN KEUANGAN KEPEGAWAIA DATA DAN EVALUASI
NN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG


KOORDINASI PERENCANAAN DAN KOORDINASI PERENCANAAN KOORDINASI PERENCANAAN PENGENDALIAN STATISTIK DAN
SUMBER DAYA ALAM, INFRASTRUKTUR DAN
PENGENDALIAN PEMERINTAHAN, DAN PENGENDALIAN PENELITIAN
LINGKUNGAN HIDUP
SOSIAL, HUKUM DAN HAM PEMBANGUNAN EKONOMI

SUB BIDANG SUB BIDANG SOSIAL, SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG
SUB BIDANG
PEMERINTAHAN, PENDIDIKAN, PERINDAGKOP, PERTANIAN, LINGKUNGAN HIDUP DAN INFRASTRUKTUR PENELITIAN DAN
HUKUM DAN KESEHATAN, UMKM DAN NAKERTRANS SUMBER DAYA ALAM FISIK WILAYAH STATISTIK PENGEMBANGAN
HAM BUDAYA DAN AGAMA PARIWISATA DAN INVESTASI

Bab 9 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

D. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA)


Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pokok

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah mempunyai tugas pokok


melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
lingkungan hidup.

2. Fungsi

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang


lingkungan hidup;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

3. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, terdiri


dari :

a. Kepala Badan.

b. Sekretariat, membawahi :

1) Sub Bagian Umum dan Keuangan;

2) Sub Bagian Kepegawaian;

3) Sub Bagian Program, Data dan Evaluasi.

c. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan, membawahi :

1) Sub Bidang Teknis dan Pembinaan AMDAL;

2) Sub Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.

Bab 9 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

d. Bidang Pengelolaan dan Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan


Lingkungan, membawahi :

1) Sub Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Limbah;

2) Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Kerusakan


Lingkungan.

e. Bidang Pengawasan, Perijinan dan Hukum, membawahi :

1) Sub Bidang Pengawasan;

2) Sub Bidang Perijinan dan Hukum.

f. Bidang Pengembangan Kapasitas dan Konservasi Sumber Daya Alam,


membawahi :

1) Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan


Kelembagaan;

2) Sub Bidang Pengkajian Konservasi Keanekaragaman Hayati.

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Selanjutnya Bidang yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan


Rencana Program Investasi Menengah Bidang PU/Cipta Karya adalah:

 Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan terdiri dari

1) Sub Bidang Teknis dan Pembinaan Amdal

2) Sub Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

 Bidang Pengelolaan dan Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan


Lingkungan

1) Sub Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Limbah

2) Sub Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan


Daerah.

Dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bab 9 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 9.4.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM,

DAN KEUANGAN KEPEGAWAIA DATA DAN EVALUASI


N

BIDANG BIDANG PENGELOLAAN DAN


BIDANG PENGEMBANGAN
BIDANG PENGAWASAN,
PENGENDALIAN DAMPAK PENANGGULANGAN PENCEMARAN
PERIJINAN DAN HUKUM KAPASITAS DAN KONSERVASI SDA
DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG PENGKAJIAN

TEKNIS DAN PENGENDALIA PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN PENGAWASAN PERIZINAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI
KEANEKARAGAMAN
PEMBINAAN N DAMPAK PENGELOLAAN PENCEMARAN HUKUM KAPASITAS SDM DAN
HAYATI
AMDAL LINGKUNGAN LIMBAH DAN KERUSAKAN KELEMBAGAAN
LINGKUNGAN

Bab 9 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

E. Bagian Keuangan Sekretariat Daerah


Bagian Keuangan daerah merupakan salah satu bagian dalam Struktur Organisasi Sekretariat
Daerah dibawah koordinasi Asisten III Setda kabupaten TTU.

Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi Sekretariat Daerah adalah
sebagai berikut:

1. Tugas Pokok

a. Sekretariat Daerah adalah unsur staf;

b. Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati.

c. Sekretariat Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyusun


kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.

2. Fungsi

Sekretariat Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan kebijakan pemerintahan daerah;

b. pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah;

c. pemantauan dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah;

d. pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

3. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Setda terdiri dari 3 (tiga) Asisten, 9 (sembilan) Bagian dan 27 (dua
puluh tujuh) Sub Bagian, serta dibantu oleh Kelompok Jabatan Fungsional.

Susunan Organisasi sebagaimana dimaksud adalah :

a. Sekretaris Daerah.

b. Asisten Tata Praja (Asisten I) membawahi :

1. Bagian Tata Pemerintahan yang membawahi:

a) Sub Bagian Perangkat Daerah dan Kerja Sama;

Bab 9 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

b) Sub Bagian Otonomi Daerah;

c) Sub Bagian Pertanahan dan Perbatasan.

2. Bagian Hukum yang membawahi:

a) Sub Bagian Peraturan Perundang-Undangan dan Dokumentasi;

b) Sub Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia;

c) Sub Bagian Pengkajian Produk Hukum Desa.

3. Bagian Humas dan Protokoler yang membawahi:

a) Sub Bagian Pengumpulan Data dan Penyaringan Informasi;

b) Sub Bagian Publikasi dan Informasi;

c) Sub Bagian Protokoler.

c. Asisten Ekonomi Pembangunan (Asisten II) membawahi :

1. Bagian Pembangunan yang membawahi:

a) Sub Bagian Program;

b) Sub Bagian Pengendalian;

c) Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan.

2. Bagian Ekonomi yang membawahi:

a) Sub Bagian Perekonomian dan Produksi Daerah;

b) Sub Bagian Perindagkop;

c) Sub Bagian Inventarisasi Pinjaman Keuangan.

3. Bagian Sosial yang membawahi:

a) Sub Bagian Agama dan Kesejahteraan Rakyat;

b) Sub Bagian Pendidikan, Seni dan Budaya;

c) Sub Bagian Pemuda, Olahraga, Tanaga Kerja dan Transmigrasi.

d. Asisten Administrasi (Asisten III) membawahi :

1. Bagian Umum yang membawahi:

a) Sub Bagian Tata Usaha;

b) Sub Bagian Rumah Tangga dan Keuangan;

c) Sub Bagian Perlengkapan.

Bab 9 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

2. Bagian Organisasi dan Kepegawaian yang membawahi:

a) Sub Bagian Kelembagaan dan Kinerja Aparatur;

b) Sub Bagian Ketatalaksanaan dan Perpustakaan;

c) Sub Bagian Analisis Jabatan dan Kepegawaian.

3. Bagian Keuangan membawahi:

a) Sub Bagian Anggaran;

b) Sub Bagian Verifikasi dan Pembukuan;

c) Sub Bagian Perbendaharaan.

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Tanggung jawab yang diemban Asisten-asisten, Bagian-bagian, Sub Bagian-sub bagian adalah:

1) Asisten-asisten sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang Asisten


yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekda.

2) Bagian-bagian sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala


Bagian (Kabag) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Asisten sesuai bidang tugasnya.

3) Sub Bagian-sub bagian sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh


seorang Kepala Subbagian (Kasubag) yang berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Kabag sesuai bidang tugasnya.

Selanjutnya Bagian yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan Rencana


Program Investasi Menengah Bidang PU/Cipta Karya adalah Bagian Keuangan
membawahi: a) Sub Bagian Anggaran; b) Sub Bagian Verifikasi dan Pembukuan; c)
Sub Bagian Perbendaharaan.

4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.

Dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bab 9 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 9.5.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara

SEKRETARIS DAERAH

ASISTEN ASISTEN ASISTEN


TATA PRAJA EKONOMI ADMINISTRASI

PEMBANGUNAN

BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN


BAGIAN TATA BAGIAN BAGIAN BAGIAN
ORGANISASI DAN
PEMERINTAHAN HUMAS DAN HUKUM PEMBANGUNAN EKONOMI SOSIAL UMUM KEUANGAN
PROTOKOLE KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
PERANGKAT PENGUMPUL SUB BAGIAN PEREKONOMIAN AGAMA DAN SUB BAGIAN KELEMBAGAAN SUB BAGIAN
PERATURAN
DAERAH DATA DAN PERUU-AN DAN PROGRAM DAN PRODUKSI KESEJAHTERAAN TATA USAHA DAN KINERJA
DAN KERJASAMA PENYARINGAN DOKUMENTASI DAERAH RAKYAT APARATUR ANGGARAN
INFORMASI

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN PENDIDIKAN RUMAH KETATALAKSANAAN
OTONOMI HUKUM DAN VERIFIKASI DAN
PUBLIKASI DAN PENGENDALIAN
DAN
SENI DAN TANGGA DAN
DAERAH INFORMASI HAM PERINDAGKOP PEPUSTAKAAN PEMBUKUAN
BUDAYA KEUANGAN

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN PEMUDA, SUB BAGIAN
PERTANAHAN PENGKAJIAN INVENTARISASI ANALISIS
DAN PROTOKOLER PRODUK HUKUM EVALUASI DAN OLAHRAGA, PERLENGKAPAN SUB BAGIAN
PINJAMAN JABATAN DAN
PERBATASAN DESA PELAPORAN TENAGA KERJA PERBENDAHARAAN
KEUANGAN KEPEGAWAIAN
DAN
TRANSMIGRASI

Bab 9 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM

Hubungan kerja antara organisasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan


serta operasi dan pemeliharaan kegiatan bidang PU/Cipta Karya adalah dalam
kerangka Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Simplikasi (KISS). Dalam
hubungan demikian setiap instansi diharapkan dapat mengembangkan dan
meningkatkan kerjasama yang saling mendukung terlaksananya
program/kegiatan yang telah di sepakati bersama. Dinas Perumahan, Penataan
Ruang dan Kebersihan dalam tugas dan fungsinya sebagai pelaksana program
harus menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, trasparan, adil dan akuntabel,
Bappeda melaksanakan fungsi koordinasi, sinkronisasi dan simplikasi secara
terbuka serta didukung oleh instansi lain sebagai pengendali maupun supporting
sumber daya dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan yang bermanfaat bagi
peningkatan layanan Prasarana dan Sarana yang pada akhirnya meningkatkan
taraf hidup masyarakat kota/desa terutama massyarakat berpenghasilan rendah.

Analisis korelasi / hubungan antara rumusan strategi pembangunan permukiman


dan infrastruktur perkotaan tersebut dapat dilihat pada matriks pada Tabel 8.1
Matriks Analisis Korelasi Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan dalam Skema Manajemen Pembangunan Perkotaan.

9.2. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN


STRATEGI PEMBANGUNAN

Identifikasi dan analisis terhadap konsekuensi dan dampak yang mungkin muncul
sebagai akibat dilaksanakannya strategi pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan perlu dilakukan. Dengan mengetahui konsekuensi dan
dampak penerapan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur, maka
perubahan yang terjadi dapat diantisipasi. Analisis konsekuensi dan dampak
penerapan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
dilakukan pada berbagai aspek sesuai dengan karakteristik wilayahnya, baik
meliputi aspek fisik, aspek social, aspek ekonomi dan aspek budaya.

Dari analisis ini akan dapat diidentifikasikan kegiatan pembangunan permukiman


dan infrastruktur yang akan dilakukan terkait penerapan strategi pembangunan
permukiman dan sinfrastruktur perkotaan. Dilakukan pula analisis proyeksi
pertumbuhan akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan, sehingga dapat disusun langkah-langkah strategis untuk

Bab 9 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi. Keseluruhan tahapan analisis


konsekuensi penerapan strategi pembangunan ini disusun dalam matriks analisis
konsekuensi dan dampak strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan seperti pada Tabel Analisis Konsekuensi atau Implikasi Penerapan
Strategi Pembangunan.

Bab 9 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.1. Matriks Analisis Korelasi Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Dalam Skema Manajemen Pembangunan Perkotaan

KESESUAIAN DENGAN KEMUNGKINAN


STRATEGI SEKTOR ASPEK KEBUTUHAN PROGRAM KESESUAIAN DENGAN PROGRAM PUSAT AGENDA KERJA KEBUTUHAN LEMBAGA YANG MENANGANI KEBUTUHAN SUMBER PENDANAAN WAKTU
PEMERINTAH KOTA PELAKSANAAN

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1.1 Penyediaan data base dan sistem informasi Perumahan Perencanaan 1.1.1 Penyusunan data base dan sistem informasi permukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman - Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,2 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Perumahan Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang permukiman Kota Kefamenanu Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman - Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Rencana Penataan Permukiman Perkotaan (SPK, RP4D, Kumuh, MBR, Resettlement ex pengungsi Timor Leste, RTBL kawasan, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Penataan RTH)

1,3 Penerbitan regulasi mengenai permukiman di Perumahan Legal 1.3.1 Penerbitan Perda RDTR, Zoning Regulation, Bangunan Gedung, IMB Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan - Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
kota Kefamenanu Bangunan dan Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,4 Penanganan terhadap permukiman padat dan Penataan Fisik 1.4.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
kumuh Bangunan dan Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Lingkungan 1.4.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.4.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,5 Penanganan dan penyediaan permukiman Perumahan Fisik 1.5.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
bagi masyarakat berpenghasilan rendah PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.5.2 Stimulan perbaikan rumah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.5.3 Resettlement ex pengungsi Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Badan Pengelola Perbatasan, Swasta, Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Masyarakat
1,6 Penanggulangan terhadap kawasan Perumahan Fisik 1.6.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) PPRK Kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
kekeringan, longsor dan kebakaran) Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Fisik 1.6.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Lingkungan PPRK Kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.6.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
dropping dari tangki Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) PPRK Kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.6.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) PPRK Kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Kabupaten, Swasta, Masyarakat

1,7 Penyiapan lingkungan perumahan yang Perumahan Fisik 1.7.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
bersih dan sehat terhindar dari penyakit Permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
akibat sanitasi buruk
1,8 Pembangunan kawasan permukiman baru Perumahan Fisik 1.8.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
(New development) Kementrian Perumahan Rakyat PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

1.8.2 Pembangunan kawasan permukiman baru (New development) Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Kementrian Perumahan Rakyat PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.8.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Kementrian Perumahan Rakyat PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,9 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional Penantaan Fisik 1.9.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Bangunan dan Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Lingkungan
1,10 Penanganan rumah tidak layak huni Perumahan Fisik 1.10.1 Stimulan perbaikan rumah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.10.2 Penyediaan rumah layak huni Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Sosial 1.10.3 Sosialisasi rumah sehat Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,11 Penyediaan prasarana sarana permukiman Penataan Fisik 1.11.1 Penyediaan Work shop Gedung seni untuk kegiatan adat dan budaya Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan Kemenpera, Kemetrian Industri dan Perdagangan, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
yang mendukung perkembangan sosial bangunan dan Lingkungan Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Dinas Kabupaten, Swasta, Masyarakat
budaya masyarakat lingkungan Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.11.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana permukiman yang mendukung Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan RPIJM Kemenpera, Kemetrian Industri dan Perdagangan, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
perkembangan kegiatan sosial ekonomi Lingkungan Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Dinas Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.7.3 Penataan Bangunan dan Lingkungan (dikawasan KM. 9, pasar lama, Terminal, Pasar Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Baru) Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.11.3 Penyediaan RTH dan taman kota Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan Kemenpera, Kementrian Lingkungan Hidup, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Lingkungan Dinas PU Kabupaten, Dinas LH, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Swasta, Masyarakat
1,12 Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara Penataan Perencanaan 1.12.1 Identifikasi asset dan kebutuhan Bangunan Gedung Negara Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Bangunan dan Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Lingkungan Fisik 1.12.2 Pembangunan dan rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penataan Bangunan dan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Lingkungan PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,13 Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota Jalan dan Perencanaan 1.13.1 Penyusunan studi tataran transportasi lokal (tatralok) Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Kementrian Perhubungan Kemenpera, Kementrian Perhubungan, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
sebagai bagian dari pengembangan wilayah jembatan Dinas Perhubungan, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Kota Kefamenanu Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.13.2 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Bina Marga PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Fisik 1.13.3 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Renstra PU Ditjen Bina Marga, Ditjen Cipta Karya Sub Bidang RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pembangunan. Pengembangan Permukiman. PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Bab 9 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

KESESUAIAN DENGAN KEMUNGKINAN


STRATEGI SEKTOR ASPEK KEBUTUHAN PROGRAM KESESUAIAN DENGAN PROGRAM PUSAT AGENDA KERJA KEBUTUHAN LEMBAGA YANG MENANGANI KEBUTUHAN SUMBER PENDANAAN WAKTU
PEMERINTAH KOTA PELAKSANAAN
1,14 Penataan Permukiman Perdesaan Permukiman Fisik 1.14.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 6 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Permukiman Fisik 1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Perbatasan, Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Badan Penglola Perbatasan, APBN, APBD Provinsi, APBD 7 Tahun Pertama
sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Masyarakat
Permukiman Fisik 1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Agropolitan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 8 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Permukiman Fisik 1.14.1 Penyediaan PS Penanganan Bencana Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 9 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Permukiman Fisik 1.14.1 Penyediaan PS permukiman terpencil Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 10 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Permukiman Fisik 1.14.1 Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 11 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

1,15 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.15.1 Penyusunan Studi tentang Pariwisata (RIPP, RTBL, Revitalisasi kawasan wisata, dll) Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Kemenpera, Kementrian Pariwisata, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 12 Tahun Pertama
Rencana Penataan Kawasan Wisata sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Tata Ruang PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

1,16 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.16.1 Penyusunan Studi tentang Pengembangan Industri (KEK, KTM, Kapet, dll) Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Kemenpera, Kementrian Ekonomi & Perindustrian, Kemen PU Ciptakarya, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 13 Tahun Pertama
Rencana Penataan Kawasan Industri sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Tata Ruang, Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Perekonomian Swasta, Masyarakat

2. JALAN LINGKUNGAN

2,1 Penyusunan studi terkait transportasi Perencanaan 2.1.1 Penyusunan studi terkait sistem transpostasi Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Kementrian Perhubungan Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

2,2 Penyediaan regulasi jaringan jalan dan sistem Legal 2.2.1 Penyusunan regulasi jaringan jalan (Termasuk mengatur GSB dan pembatasan tonase Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Ditjen Bina Marga, Kementrian Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
stransportasi kendaran) Perhubungan, Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Legal 2.2.2 Pengaturan hirarki jalan dan pembatasan tonase kendaraan Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Ditjen Bina Marga, Kementrian Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Perhubungan, Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Legal 2.2.3 Penyusunan standardisasi jalan lingkungan Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Ditjen Bina Marga, Kementrian Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Perhubungan Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

2,3 Penyusunan sistem informasi dan database Perencanaan 2.3.1 Penyusunan sistem informasi dan data base jaringan jalan di kota Kefamenanu Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Ditjen Bina Marga, Kementrian Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
jalan Perhubungan Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

2,4 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Jalan Lingkungan Fisik 2.4.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Renstra PU Ditjen Pengembangan Permukiman, Ditjen Bina Marga, RPIJM Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Akses Kementrian Perhubungan Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

2.4.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Renstra PU Ditjen Pengembangan Permukiman, Ditjen Bina Marga, RPIJM Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Kementrian Perhubungan Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

2.4.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Renstra PU Ditjen Pengembangan Permukiman, Ditjen Bina Marga, Ditjen RPIJM Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Sumber Daya Air, Kementrian Perhubungan Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

2.4.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Renstra PU Ditjen Pengembangan Permukiman, Ditjen Bina Marga, RPIJM Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
BPBN Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

2,5 Pembangunan jembatan dan bangunan Fisik 2.5.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Ditjen Bina Marga, Kementrian RPIJM Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pelengkap jalan jembatan) Perhubungan Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Fisik 2.5.2 Penyediaan bangunan pelengkap jalan (Rambu-rambu, penunjuk jalan, kelas jalan, Renstra PU Ditjen Tata Ruang, Ditjen Bina Marga, Kementrian Kementrian PU, Bina Marga Provinsi, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Penerangan Jalan Umum) Perhubungan Perhubungan, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

3. DRAINASE

3.1 Penyusunan Studi terkait drainase Drainase Legal 3.1.1 Penyusunan Studi Drainase (Master Plan Drainase Kawasan Kota Kefamenanu dan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Penyusunan Studi Pengembangan dan Pengelolan Sungai) Permukiman, Ditjen Sumber Daya Air PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
3.2 Penyediaan regulasi tentang drainase Legal 3.2.1 Penyusunan regulasi tentang drainase kota Kefamenanu. (Mengatur sistem, hak, Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
kewajiban, sanksi bagi masyarakat terkait pengelolaan drainase kota) Permukiman, Ditjen Sumber Daya Air PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Sekretariat Daerah, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat

3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin Fisik 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Permukiman, Ditjen Sumber Daya Air PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
3.4 Penataan saluran drainase Fisik 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pemeliharaan salluran) Permukiman, Ditjen Sumber Daya Air PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
3.5 Penyediaan sumur resapan Fisik 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
maupun persil) Permukiman, Ditjen Sumber Daya Air PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
4. SEKTOR AIR MINUM

4.1. Penyediaan Studi terkait pengembangan Air Minum Perencanaan 4.1.1 Penyusunan Identifikasi Potensi Air Baku Kota Kefamenanu Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
SPAM Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Ditjen Sumber Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Daya Air, Balai Wilayah Sungai
Perencanaan 4.1.2 Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Ditjen Sumber BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
Daya Air, Balai Wilayah Sungai masyarakat
Legal 4.1.3 Pembentukan kelembagaan SPAM Regional TTU-TTS Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Ditjen Sumber Prov, PDAB Provinsi, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
Daya Air, Balai Wilayah Sungai Swasta, Masyarakat masyarakat
Perencanaan 4.1.4 Review DED Jaringan Distribusi Utama SPAM Regional Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Ditjen Sumber Prov, PDAB Provinsi, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
Daya Air, Balai Wilayah Sungai Swasta, Masyarakat masyarakat
4.2 Peningkatan debit dan suplai air baku Fisik 4.2.1 Pencarian alternatif sumber air baku baru (mata air, embung, sumur dalam, pengolahan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
air laut, dll) Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Ditjen Sumber Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
Daya Air, Balai Wilayah Sungai masyarakat
4.2.2 Optimalisasi sumber air baku yang ada (Dari Gn Mutis,Taekas dan Oenenu Utara) Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Ditjen Sumber Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
Daya Air, Balai Wilayah Sungai masyarakat
4.3 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.3.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pelayanan air minum Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Perpamsi Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.3.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Perpamsi Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat

Bab 9 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

KESESUAIAN DENGAN KEMUNGKINAN


STRATEGI SEKTOR ASPEK KEBUTUHAN PROGRAM KESESUAIAN DENGAN PROGRAM PUSAT AGENDA KERJA KEBUTUHAN LEMBAGA YANG MENANGANI KEBUTUHAN SUMBER PENDANAAN WAKTU
PEMERINTAH KOTA PELAKSANAAN
4.4 Peningkatan kinerja PDAM Perencanaan 4.4.1 Program penyehatan PDAM, penyusunan corporate plan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Bappeda APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Perpamsi Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.5 Pengurangan angka kehilangan air Fisik 4.5.1 Memperbaiki dan meningkatkan sistem perpipaan transmisi dan distribusi Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Perpamsi Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.5.2 Perbaikan pembacaan meteran air Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Bappeda APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Perpamsi Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.6 Pengembangan SPAM IKK Fisik 4.6.1 Pembuatan sistem SPAM IKK dalam penyediaan air minum perpipaan dan non Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
perpipaan dengan sumber dari Taekas Kec Miomaffo / Oenenu induk Kec Bikomi Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Perpamsi Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.7 Pemberdayaan masyarakat dalam Fisik 4.7.1 Sistem air bersih sederhana perkotaan dan perdesaan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.8 Peningkatan akses air minum untuk Fisik 4.8.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
masyarakat yang inovatif dan hemat energi Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.8.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga listrik, angin, Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
tenaga surya atau mikro hidro. Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.9 Peningkatan akses air minum untuk Fisik 4.9.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
masyarakat berpenghasilan rendah Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat
4.10 Penanganan air minum pada daerah bencana Fisik 4.10.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Perpamsi, PDAM, Kemen PU Ciptakarya, BBWS, Dinas PSDA Provinsi, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Air Minum Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat

5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Penyediaan Studi terkait pengelolaan sampah Persampahan Perencanaan 5.1.1 Penyusunan Studi terkait pengelolaan sampah (Perencanaan Teknik Manajemen Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Persampahan (PTMP), DED TPA Landfill, Studi Potensi Retribusi Kebersihan, dll) Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
5.2 Peningkatan cakupan pelayanan Fisik 5.2.1 Penyediaan TPA Landfill Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
persampahan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 5.2.2 Pengadaan alat berat Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 5.2.3 Pengadaan arm roll truck dan container Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 5.2.4 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 5.2.5 Penyediaan TPS di permukiman dan perkotaan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Kelembagaan 5.2.6 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Sosial 5.2.7 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
5,3 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah Legal 5.3.1 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah , kelembagaan dan tarif retribusi kebersihan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
5,4 Peningkatan pengelolaan persampahan Sosial 5.4.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
melalui program 3R Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 5.4.2 Penyediaan TPS dan TPST 3R di permukiman dan perkotaan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 5.4.3 Penyediaan mesin komposting di TPST dan TPA Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 5.4.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Penyediaan Studi terkait Sanitasi Air Limbah Perencanaan 6.1.1 Partisipasi dalam Program Percepatan Sanitasi Perkotaan (studi EHRA,Buku Putih Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Sanitasi, SSK) Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
6.1.1 Penyusunan Rencana Induk dan DED Sistem air limbah kota Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
6,2 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air Fisik 6.2.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
limbah dan jamban keluarga) Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 6.2.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan RPIJM Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
CBD dll) Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 6.2.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman PU Kabupaten, Dinas PPRK, Dinas LH, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat

6,3 Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / Fisik 6.3.1 Penyediaan Instalasi Pengolah Tinja (IPLT) Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
air limbah Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 6.3.2 Penyediaan truk tinja Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
6.4 Pengelolaan air limbah sistem off site Fisik 6.3.3 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
6,5 Pemantapan kelembagaan pengelolaan air Sosial 6.4.1 Pembentukan, pelatihan kelembagaan pengelolaan air limbah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
limbah Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
6,6 Penyediaan regulasi tentang pengolahan Legal 6.5.1 Penyusunan Perda tentang air limbah Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Kementrian LH, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
limbah cair domestik dan non domestik Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PPRK, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat

6,7 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan Pelibatan 6.6.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru / PLP Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK, APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pelayanan sanitasi masyarakat Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT, KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN

7,1 Penyediaan informasi tentang RTRW Kota Peran Serta Pelibatan 7.1.1 Pemasangan peta Konsep Pola Ruang RTRW Kota Kefamenanu di beberapan Renstra PU Ditjen Tata Ruang Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Kefamenanu di kalangan masyarakat Masyarakat masyarakat kawasan strategis PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7.1.2 Penyebaran informasi tentang RTRW dalam bentuk pamflet/ leaflet Renstra PU Ditjen Tata Ruang Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7,2 Menyediakan informasi tentang kawasan Pelibatan 7.2.1 Pemasangan papan larangan mendirikan di kawasan lindung (sempadan sungai, hutan Renstra PU Ditjen Tata Ruang Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
lindung (sempadan sungai kawasan hutan masyarakat lindung dll) PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
lindung) yang dilarang mendirikan bangunan 7.2.2 Penyuluhan di kawasan permukiman sekitar sungai dan hutan lindung. Renstra PU Ditjen Tata Ruang Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7.2.3 Penyuluhan di sekolah-sekolah setingkat SLTA dan perguruan tinggi tentang Renstra PU Ditjen Tata Ruang Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pentingnya kawasan lindung PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7,3 Peningkatan Kapasitas forum Lembaga Pelibatan 7.3.1 Pembinaan manajemen dan teknis KSM-KSM pengelola infrastruktur dan sanitasi Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Swadaya Masyarakat dan atau Kelompok masyarakat komunal Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Swadaya Masyarakat dalam penangaman
masalah pengelolaan permukiman dan
infrastruktur
Penguatan implementasi pengelolaan sampah Pelibatan 7.3.2 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). masyarakat PKK dan Karang Taruna Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Pelibatan 7.3.3 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
masyarakat sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7,4 Pengembangan pelayanan air bersih kepada Pelibatan 7.4.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
masyarakat melalui pembangunan dan masyarakat komunitas. Sub Bidang Pengembangan Permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
pengelolaan air bersih yang baik berbasis
komunitas 7.4.2 Pembentukan pengelolaan air minum secara partisipatif dan demokratis Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Sub Bidang Pengembangan Permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7.4.3 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Pengembangan Air Minum, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Sub Bidang Pengembangan Permukiman PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
7,5 Peningkatkan pelibatan peran swasta pada Pelibatan 7.5.1 Program Satuan Kerja pada Kerjasama Swasta pada Penyelenggaraan & Operasional Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
penyelenggaraan infrastruktur perkotaan. masyarakat Infrastruktur Perkotaan Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Sub Bidang PBL, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Sub Bidang Air Minum, Bina Program
7,6 Peningkatan pendapatan PAD pada Pembiayaan Pembiayaan 7.6.1 Program Intensifikasi dan eksentifikasi pajak dan retribusi daerah pada Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
pengelolaan Infrastruktur Perkotaan penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Sub Bidang PBL, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Sub Bidang Air Minum, Bina Program
7,7 Pengkajian sumber pendanaan baru melalui Pembiayaan 7.7.1 Program peningkatan kinerja swadaya masyarakat pada penyelenggaraan Operasional Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
swadaya masyarakat pada penyelenggaraan & Pemeliharaan Infrastruktur Perkotaan. Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Sub Bidang PBL, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Operasional &Pemeliharaan infrastruktur Sub Bidang Air Minum, Bina Program
Perkotaan
7,8 Peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah Kelembagaan Kelembagaan 7.8.1 Program pelatihan aparat pemerintah daerah pada penyelengggaraan infrastruktur Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
& Peran swasta pada penyelenggaraan perkotaan Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Sub Bidang PBL, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
infrastruktur Perkotaan Sub Bidang Air Minum, Bina Program
7,9 Peningkatan kerjasama pihak swasta melalui Kelembagaan 7.9.1 Program Peningkatan Kerjasama dengan swasta pada penyelenggaraan Infrastruktur Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) pada Perkotaan Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Sub Bidang PBL, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan. Sub Bidang Air Minum, Bina Program

7,10 Peningkatan Kualitas SDM pada Kelembagaan 7.10.1 Program Pelatihan bagi aparat Pemkot pada penyelenggaraan Operaional & Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
penyelenggaraan infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan Infrastruktur Perkotaan. Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Sub Bidang PBL, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Sub Bidang Air Minum, Bina Program
7,11 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam Kelembagaan 7.11.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Renstra PU Ditjen Cipta Karya Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Dinas APBN, APBD Provinsi, APBD 5 Tahun Pertama
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan. Permukiman, Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Sub Bidang PBL, PPRK Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Sub Bidang Air Minum, Bina Program

Bab 9 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel VIII.2. Matriks Analisis Konsekuensi Atau Implikasi Penerapan Strategi Pembangunan

STRATEGI SEKTOR ASPEK IMPLIKASI PROGRAM

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1.1 Penyediaan data base dan sistem informasi permukiman Perumahan Perencanaan Memerlukan pendataan tentang kondisi permukiman 1.1.1 Penyusunan data base dan sistem informasi
dikota/kabupaten untuk menjadi dasar bagi perencanaan program permukiman
pembangunan permukiman
1,2 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Rencana Penataan Permukiman Perumahan Perencanaan Memerlukan data tentang rencana pengembangan prmukiman 1.2.1 Penyusunan Studi tentang permukiman Kota
Perkotaan berdasarkan arah kebijakan tata ruang dikota/kabupaten seperti Kefamenanu
Strategi Pengembangan Kota (SPK), RP4D, Penataan Kumuh, (SPK, RP4D, Kumuh, MBR, Resettlement ex
RTBL, Agropolitan, Kawasan Perbatasan, Kawasan Pariwisata, dll) pengungsi Timor Leste, RTBL kawasan,
Penataan RTH)

1,3 Penerbitan regulasi mengenai permukiman di kota Kefamenanu Perumahan Legal Memerlukan penyusunan peraturan daerah yang mengatur penataan 1.3.1 Penerbitan Perda RDTR, Zoning Regulation,
ruang dn infrastruktur kota/kabupaten seperti Perda Tata Rang, Bangunan Gedung, IMB
Perda Bangunaa Gedung, Perda IMB dll.

1,4 Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh Penataan Fisik Perlunya kawasan permukiman yang diatur bangunan dan 1.4.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh
Bangunan dan lingkungan sesuai denga tata ruang
Lingkungan Perbaikan kawasan yang sesuai dengan penataan ruang, bangunan 1.4.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan
dan lingkungan sarana dasar permukiman
Perlunya perencanaan kawasan permukiman kumuh yang diatur 1.4.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan
bangunan dan lingkungan sesuai denga tata ruang sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi
1,5 Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan Perumahan Fisik Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah masih jauh dari 1.5.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat
rendah standart perumahan permukiman nasional berpenghasilan rendah
Pembangunan perbaikan perumahan dengan subsidi yang diberikan 1.5.2 Stimulan perbaikan rumah
kepada masyarakat berpenghasilan rendah

pembangunan perumahan dan permukiman di lahan pemerintah 1.5.3 Resettlement ex pengungsi


untuk ex pengungsi warga Timor Leste.

1,6 Penanggulangan terhadap kawasan permukiman yang rawan bencana Perumahan Fisik Perlunya dinding penahan longsor bagi permukiman yang rawan 1.6.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada
(banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran) longsor daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai
dan perbukitan.

Fisik Seiring pertumbuhan permukiman dan perumahan perlu infrastuktur 1.6.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran
kebakaran kota
Fisik Pendataan daerah rawan air bersih dan longsor utk penempatan 1.6.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada
reservoir air daerah bencana untuk menampung air
dropping dari tangki
Fisik Pendataan daerah rawan air bersih dan longsor utk penempatan 1.6.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah
reservoir air serta pembangunan infrastrukturnya rawan kekeringan
1,7 Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari Perumahan Fisik Meningkatnya kualitas kesehatan dan perumahan warga 1.7.1 Peningkatan Kualitas Permukiman
penyakit akibat sanitasi buruk kota/kabupaten

1,8 Pembangunan kawasan permukiman baru (New development) Perumahan Fisik menyiapkan lahan sesuai peruntukkanya dalam RDTR ataupun 1.8.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan
RTRW kawasan perumahan baru

menyiapkan lahan sesuai peruntukkanya dalam RDTR ataupun 1.8.2 Pembangunan kawasan permukiman baru
RTRW (New development)
menyiapkan lahan sesuai peruntukkanya dalam RDTR ataupun 1.8.2 Penyediaan prasarana dan sarana
RTRW permukiman
1,9 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional Penantaan Fisik Melestarikan bangunan rumah adat dengan mengatur bangunan 1.9.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Bangunan dan disekitarnya kawasan dengan rumah adat / tradisional
Lingkungan
1,10 Penanganan rumah tidak layak huni Perumahan Fisik Perlu adanya subsidi perumahan bagi rakyat 1.10.1 Stimulan perbaikan rumah

Fisik Masyarakat memiliki rumah sehat 1.10.2 Penyediaan rumah layak huni

Bab 9 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK IMPLIKASI PROGRAM


Sosial Terdapat tenaga penyuluh di tingkat kota tentang rumah sehat dan 1.10.3 Sosialisasi rumah sehat
penyebaran leaflet rumah sehat
1,11 Penyediaan prasarana sarana permukiman yang mendukung perkembangan Penataan Fisik Memerlukan Penyediaan Work shop Gedung seni untuk kegiatan 1.11.1 Penyediaan Work shop Gedung seni untuk
sosial budaya masyarakat bangunan dan adat dan budaya kegiatan adat dan budaya
lingkungan
Fisik Memerlukan prasarana dan sarana permukiman yang mendukung 1.11.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan
perkembangan kegiatan sosial ekonomi sarana permukiman yang mendukung
perkembangan kegiatan sosial ekonomi
Fisik Memerlukan Penataan Bangunan dan Lingkungan (dikawasan KM. 9, 1.7.3 Penataan Bangunan dan Lingkungan
pasar lama, Terminal, Pasar Baru) (dikawasan KM. 9, pasar lama, Terminal,
Pasar Baru)
Fisik Memerlukan penyediaan RTH dan taman kota 1.11.3 Penyediaan RTH dan taman kota

1,12 Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara Penataan Perencanaan Memerlukan studi Identifikasi asset dan kebutuhan Bangunan 1.12.1 Identifikasi asset dan kebutuhan Bangunan
Bangunan dan Gedung Negara Gedung Negara
Lingkungan Fisik Memerlukan Pembangunan dan rehabilitasi Bangunan Gedung 1.12.2 Pembangunan dan rehabilitasi Bangunan
Negara Gedung Negara
1,13 Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota sebagai bagian dari Jalan dan Perencanaan Memerlukan Penyusunan studi tataran transportasi lokal (tatralok) 1.13.1 Penyusunan studi tataran transportasi lokal
pengembangan wilayah Kota Kefamenanu jembatan (tatralok)
Fisik Memerlukan Pembangunan jalan akses antar lingkungan 1.13.2 Pembangunan jalan akses antar lingkungan
permukiman permukiman
Fisik Memerlukan Pembangunan jembatan untuk membuka daerah 1.13.3 Pembangunan jembatan untuk membuka
terisolir dan pemerataan pembangunan. daerah terisolir dan pemerataan
pembangunan.
1,14 Penataan Permukiman Perdesaan Permukiman Fisik Memerlukan peningkatan Kualitas Permukiman 1.14.1 Peningkatan Kualitas Permukiman

Permukiman Fisik Memerlukan pengembangan PS Kawasan Perbatasan, 1.14.2 Pengembangan PS Kawasan Perbatasan,

Permukiman Fisik Memerlukan pengembangan PS Kawasan Agropolitan 1.14.3 Pengembangan PS Kawasan Agropolitan

Permukiman Fisik Memerlukan penyediaan PS Penanganan Bencana 1.14.4 Penyediaan PS Penanganan Bencana
Permukiman Fisik Memerlukan penyediaan PS permukiman terpencil 1.14.5 Penyediaan PS permukiman terpencil
Permukiman Fisik Memerlukan pembangunan PS Kumuh dan Nelayan 1.14.6 Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan

1,15 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Rencana Penataan Kawasan Wisata Permukiman Perencanaan Memerlukan penyusunan Studi tentang Pariwisata (RIPP, RTBL, 1.15.1 Penyusunan Studi tentang Pariwisata (RIPP,
Revitalisasi kawasan wisata, dll) RTBL, Revitalisasi kawasan wisata, dll)

1,16 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Rencana Penataan Kawasan Industri Permukiman Perencanaan PMemerlukan penyusunan Studi tentang Pengembangan Industri 1.16.1 Penyusunan Studi tentang Pengembangan
(KEK, KTM, Kapet, dll) Industri (KEK, KTM, Kapet, dll)

2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Penyusunan studi terkait transportasi Perencanaan Dibutuhkan data base dan sistem informasi jalan lingkungan yang 2.1.1 Penyusunan studi terkait sistem transpostasi
ada di Kota/Kabupaten,Dapat diketahui dengan mudah kondisi jalan
lingkungan
2,2 Penyediaan regulasi jaringan jalan dan sistem stransportasi Legal Memerlukan regulasi jaringan jalan 2.2.1 Penyusunan regulasi jaringan jalan
(Termasuk mengatur GSB dan pembatasan
tonase kendaran)
Legal Memerlukan pembatasan tonase jalan 2.2.2 Pengaturan hirarki jalan dan pembatasan
tonase kendaraan
Legal Memerlukan strandaririsasi jalan 2.2.3 Penyusunan standardisasi jalan lingkungan

2,3 Penyusunan sistem informasi dan database jalan Perencanaan Dibutuhkan data base dan sistem informasi jalan lingkungan yang 2.3.1 Penyusunan sistem informasi dan data base
ada di Kota/Kabupaten,Dapat diketahui dengan mudah kondisi jalan jaringan jalan di kota Kefamenanu
lingkungan
2,4 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Akses Jalan Fisik Memerlukan akses jalan antar lingkungan 2.4.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan
Lingkungan permukiman
Memerlukan peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan 2.4.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan
jalan akses lingkungan dan jalan akses
Memerlukan Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran 2.4.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan
saluran
Memerlukan Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan 2.4.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada
longsor daerah rawan longsor
2,5 Pembangunan jembatan dan bangunan pelengkap jalan Fisik Memerlukan Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, 2.5.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan
peningkatan dan pemeliharaan jembatan) baru, peningkatan dan pemeliharaan
jembatan)

Bab 9 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK IMPLIKASI PROGRAM


Fisik Memerlukan Penyediaan bangunan pelengkap jalan (Rambu-rambu, 2.5.2 Penyediaan bangunan pelengkap jalan
penunjuk jalan, kelas jalan, Penerangan Jalan Umum) (Rambu-rambu, penunjuk jalan, kelas jalan,
Penerangan Jalan Umum)
3. DRAINASE
3.1 Penyusunan Studi terkait drainase Drainase Legal Memerlukan Pentahapan pembangunan dan rehab drainase kota / 3.1.1 Penyusunan Studi Drainase (Master Plan
kabupaten Drainase Kawasan Kota Kefamenanu dan
Penyusunan Studi Pengembangan dan
Pengelolan Sungai)
3.2 Penyediaan regulasi tentang drainase Legal Memerlukan Perencanaan drainase kota/ kabupaten yang melibatkan 3.2.1 Penyusunan regulasi tentang drainase kota
semua stake holder Kefamenanu. (Mengatur sistem, hak,
kewajiban, sanksi bagi masyarakat terkait
pengelolaan drainase kota)
3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan Fisik Memerlukan Cadangan air baku untuk musim kemarau dapat 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air
tercukupi.Produksi pertanian bertambah hujan dari permukiman agar meresap
kedalam tanah sebelum masuk ke sungai /
main drain.
3.4 Penataan saluran drainase Fisik Memerlukan pembanguan drainase permukiman agar resiko banjir 3.4.1 Pembangunan saluran drainase
&penyakit berkurang. dipermukiman (pembangunan baru,
peningkatan dan pemeliharaan salluran)
3.5 Penyediaan sumur resapan Fisik Memerlukan sumur resapan untuk cadangan air baku untuk musim 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan
kemarau dapat tercukupi permukiman baik ditingkat sistem kota
maupun persil)
4. SEKTOR AIR MINUM

4.1. Penyediaan Studi terkait pengembangan SPAM Air Minum Perencanaan Memerlukan Penyusunan Identifikasi Potensi Air Baku Kota 4.1.1 Penyusunan Identifikasi Potensi Air Baku
Kefamenanu Kota Kefamenanu
Perencanaan Memerlukan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air 4.1.2 Penyusunan Rencana Induk Sistem
Minum Penyediaan Air Minum
Legal Memerlukan Pembentukan kelembagaan SPAM Regional TTU-TTS 4.1.3 Pembentukan kelembagaan SPAM Regional
TTU-TTS
Perencanaan Memerlukan Review DED Jaringan Distribusi Utama SPAM Regional 4.1.4 Review DED Jaringan Distribusi Utama
SPAM Regional
4.2 Peningkatan debit dan suplai air baku Fisik Memerlukan Pencarian alternatif sumber air baku baru (mata air, 4.2.1 Pencarian alternatif sumber air baku baru
embung, sumur dalam, pengolahan air laut, dll) (mata air, embung, sumur dalam, pengolahan
air laut, dll)
Memerlukan Optimalisasi sumber air baku yang ada (Dari Gn 4.2.2 Optimalisasi sumber air baku yang ada (Dari
Mutis,Taekas dan Oenenu Utara) Gn Mutis,Taekas dan Oenenu Utara)
4.3 Pengembangan cakupan dan tingkat pelayanan air minum Memerlukan Peningkatan jaringan perpipaan distribusi 4.3.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi

Memerlukan Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan 4.3.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum
dan non perpipaan dipermukiman perpipaan dan non perpipaan dipermukiman
4.4 Peningkatan kinerja PDAM Perencanaan Memerlukan Program penyehatan PDAM, penyusunan corporate 4.4.1 Program penyehatan PDAM, penyusunan
plan corporate plan
4.5 Pengurangan angka kehilangan air Fisik Memerlukan perbaikan dan peningkatan sistem perpipaan transmisi 4.5.1 Memperbaiki dan meningkatkan sistem
dan distribusi perpipaan transmisi dan distribusi
Memerlukan Perbaikan pembacaan meteran air 4.5.2 Perbaikan pembacaan meteran air
4.6 Pengembangan SPAM IKK Fisik Memerlukan Pembuatan sistem SPAM IKK dalam penyediaan air 4.6.1 Pembuatan sistem SPAM IKK dalam
minum perpipaan dan non perpipaan dengan sumber dari Taekas penyediaan air minum perpipaan dan non
Kec Miomaffo / Oenenu induk Kec Bikomi perpipaan dengan sumber dari Taekas Kec
Miomaffo / Oenenu induk Kec Bikomi
4.7 Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Fisik Memerlukan Sistem air bersih sederhana perkotaan dan perdesaan 4.7.1 Sistem air bersih sederhana perkotaan dan
perdesaan
4.8 Peningkatan akses air minum untuk masyarakat yang inovatif dan hemat energi Fisik Memerlukan Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat 4.8.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat
permukiman didekat permukiman

Memerlukan Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti 4.8.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi
pompa air tenaga listrik, angin, tenaga surya atau mikro hidro. seperti pompa air tenaga listrik, angin,
tenaga surya atau mikro hidro.
4.9 Peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah Fisik Memerlukan Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada 4.9.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum
masyarakat berpenghasilan rendah pada masyarakat berpenghasilan rendah
4.10 Penanganan air minum pada daerah bencana kekeringan dan rawan air Fisik Memerlukan Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan 4.10.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air
dropping tangki air bersih, penampungan air dan pembuatan sistem dengan dropping tangki air bersih,
air bersih. penampungan air dan pembuatan sistem air
bersih.

Bab 9 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK IMPLIKASI PROGRAM


5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Penyediaan Studi terkait pengelolaan sampah Persampahan Perencanaan Memerlukan Penyusunan Studi terkait pengelolaan sampah 5.1.1 Penyusunan Studi terkait pengelolaan
(Perencanaan Teknik Manajemen Persampahan (PTMP), DED TPA sampah (Perencanaan Teknik Manajemen
Landfill, Studi Potensi Retribusi Kebersihan, dll) Persampahan (PTMP), DED TPA Landfill,
Studi Potensi Retribusi Kebersihan, dll)

5.2 Peningkatan cakupan pelayanan persampahan Fisik Memerlukan Penyediaan TPA Landfill 5.2.1 Penyediaan TPA Landfill

Fisik Memerlukan Pengadaan alat berat 5.2.2 Pengadaan alat berat

Fisik Memerlukan Pengadaan arm roll truck dan container 5.2.3 Pengadaan arm roll truck dan container

Fisik Memerlukan Pengadaan alat pengangku dan pengumpul 5.2.4 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul
persampahan persampahan
Fisik Memerlukan Penyediaan TPS di permukiman dan perkotaan 5.2.5 Penyediaan TPS di permukiman dan
perkotaan
Kelembagaan Memerlukan Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga 5.2.6 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan
tingkat lingkungan Sampah hingga tingkat lingkungan

Sosial Memerlukan Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat 5.2.7 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat

5,3 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah Legal Memerlukan Penyediaan regulasi pengelolaan sampah , 5.3.1 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah ,
kelembagaan dan tarif retribusi kebersihan kelembagaan dan tarif retribusi kebersihan

5,4 Peningkatan pengelolaan persampahan melalui program 3R Sosial Memerlukan Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan 5.4.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan
kebersihan kebersihan
Fisik Memerlukan Penyediaan TPS dan TPST 3R di permukiman dan 5.4.2 Penyediaan TPS dan TPST 3R di
perkotaan permukiman dan perkotaan
Fisik Memerlukan Penyediaan mesin komposting di TPST dan TPA 5.4.3 Penyediaan mesin komposting di TPST dan
TPA
Fisik Memerlukan Pilot project kawasan mandiri sampah 5.4.4 Pilot project kawasan mandiri sampah

6. SEKTOR AIR LIMBAH


6,1 Penyediaan Studi terkait Sanitasi Air Limbah Perencanaan Memerlukan Partisipasi dalam Program Percepatan Sanitasi 6.1.1 Partisipasi dalam Program Percepatan
Perkotaan (studi EHRA,Buku Putih Sanitasi, SSK) Sanitasi Perkotaan (studi EHRA,Buku Putih
Sanitasi, SSK)
Memerlukan Penyusunan Rencana Induk dan DED Sistem air limbah 6.1.1 Penyusunan Rencana Induk dan DED Sistem
kota air limbah kota
6,2 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air limbah Fisik Memerlukan Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi 6.2.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi
dilingkungan permukiman. (MCK Komunal dan jamban keluarga) dilingkungan permukiman. (MCK Komunal
dan jamban keluarga)
Fisik Memerlukan Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat 6.2.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi
publik (pasar, terminal, sekolah, CBD dll) di tempat publik (pasar, terminal, sekolah,
CBD dll)
Fisik Memerlukan Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk 6.2.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah
limbah non domestik (Rumah sakit, hotel, rumah makan, Rumah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah
Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) sakit, hotel, rumah makan, Rumah
Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM)
6,3 Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / air limbah Fisik Memerlukan Penyediaan Instalasi Pengolah Tinja (IPLT) 6.3.1 Penyediaan Instalasi Pengolah Tinja (IPLT)

Fisik Memerlukan Penyediaan truk tinja 6.3.2 Penyediaan truk tinja

6.4 Pengelolaan air limbah sistem off site Fisik Memerlukan Penyediaan sanitasi sewerage sistem. 6.3.3 Penyediaan sanitasi sewerage sistem.

6,5 Pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah Sosial Memerlukan Pembentukan, pelatihan kelembagaan pengelolaan air 6.4.1 Pembentukan, pelatihan kelembagaan
limbah pengelolaan air limbah
6,6 Penyediaan regulasi tentang pengolahan limbah cair domestik dan non Legal Memerlukan Penyusunan Perda tentang air limbah 6.5.1 Penyusunan Perda tentang air limbah
domestik

6,7 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Pelibatan masyarakat Memerlukan Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan 6.6.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan
sanitasi pelayanan sanitasi

7. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT, KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN


7,1 Penyediaan informasi tentang RTRW Kota Kefamenanu di kalangan Peran Serta Pelibatan masyarakat Memerlukan Pemasangan peta Konsep Pola Ruang RTRW Kota 7.1.1 Pemasangan peta Konsep Pola Ruang
masyarakat Masyarakat Kefamenanu di beberapan kawasan strategis RTRW Kota Kefamenanu di beberapan
kawasan strategis

Bab 9 | 31
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK IMPLIKASI PROGRAM


Memerlukan Penyebaran informasi tentang RTRW dalam bentuk 7.1.2 Penyebaran informasi tentang RTRW dalam
pamflet/ leaflet bentuk pamflet/ leaflet
7,2 Menyediakan informasi tentang kawasan lindung (sempadan sungai kawasan Pelibatan masyarakat Memerlukan Pemasangan papan larangan mendirikan di kawasan 7.2.1 Pemasangan papan larangan mendirikan di
hutan lindung) yang dilarang mendirikan bangunan lindung (sempadan sungai, hutan lindung dll) kawasan lindung (sempadan sungai, hutan
lindung dll)

Memerlukan Penyuluhan di kawasan permukiman sekitar sungai dan 7.2.2 Penyuluhan di kawasan permukiman sekitar
hutan lindung. sungai dan hutan lindung.
Memerlukan Penyuluhan di sekolah-sekolah setingkat SLTA dan 7.2.3 Penyuluhan di sekolah-sekolah setingkat
perguruan tinggi tentang pentingnya kawasan lindung SLTA dan perguruan tinggi tentang
pentingnya kawasan lindung

7,3 Peningkatan Kapasitas forum Lembaga Swadaya Masyarakat dan atau Pelibatan masyarakat Memerlukan Pembinaan manajemen dan teknis KSM-KSM pengelola 7.3.1 Pembinaan manajemen dan teknis KSM-
Kelompok Swadaya Masyarakat dalam penangaman masalah pengelolaan infrastruktur dan sanitasi komunal KSM pengelola infrastruktur dan sanitasi
permukiman dan infrastruktur komunal

Penguatan implementasi pengelolaan sampah dengan 3 R (reuse, reduse, Pelibatan masyarakat Memerlukan Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat 7.3.2 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3
dan recycle). rumah tangga melalui kegiatan PKK dan Karang Taruna R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan
PKK dan Karang Taruna

Pelibatan masyarakat Memerlukan Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk 7.3.3 Pelatihan pemanfaatan sampah organik
pembuatan kompos dan pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan
kerajinan sampah plastik untuk dijadikan kerajinan

7,4 Pengembangan pelayanan air bersih kepada masyarakat melalui Pelibatan masyarakat Memerlukan Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara 7.4.1 Pemanfaatan sumber air baku yang
pembangunan dan pengelolaan air bersih yang baik berbasis komunitas partisipatif dan berbasis komunitas. dilakukan secara partisipatif dan berbasis
komunitas.

Memerlukan Pembentukan pengelolaan air minum secara partisipatif 7.4.2 Pembentukan pengelolaan air minum secara
dan demokratis partisipatif dan demokratis
Memerlukan Konservasi sumber air baku berbasis komunitas 7.4.3 Konservasi sumber air baku berbasis
komunitas
7,5 Peningkatkan pelibatan peran swasta pada penyelenggaraan infrastruktur Pelibatan masyarakat Memerlukan Program Satuan Kerja pada Kerjasama Swasta pada 7.5.1 Program Satuan Kerja pada Kerjasama
perkotaan. Penyelenggaraan & Operasional Infrastruktur Perkotaan Swasta pada Penyelenggaraan &
Operasional Infrastruktur Perkotaan

7,6 Peningkatan pendapatan PAD pada pengelolaan Infrastruktur Perkotaan Pembiayaan Pembiayaan Memerlukan Program Intensifikasi dan eksentifikasi pajak dan 7.6.1 Program Intensifikasi dan eksentifikasi pajak
retribusi daerah pada penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan dan retribusi daerah pada penyelenggaraan
Infrastruktur Perkotaan

7,7 Pengkajian sumber pendanaan baru melalui swadaya masyarakat pada Pembiayaan Memerlukan Program peningkatan kinerja swadaya masyarakat pada 7.7.1 Program peningkatan kinerja swadaya
penyelenggaraan Operasional &Pemeliharaan infrastruktur Perkotaan penyelenggaraan Operasional & Pemeliharaan Infrastruktur masyarakat pada penyelenggaraan
Perkotaan. Operasional & Pemeliharaan Infrastruktur
Perkotaan.

7,8 Peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah & Peran swasta pada Kelembagaan Kelembagaan Memerlukan Program pelatihan aparat pemerintah daerah pada 7.8.1 Program pelatihan aparat pemerintah daerah
penyelenggaraan infrastruktur Perkotaan penyelengggaraan infrastruktur perkotaan pada penyelengggaraan infrastruktur
perkotaan

Bab 9 | 32
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK IMPLIKASI PROGRAM


7,9 Peningkatan kerjasama pihak swasta melalui Kerjasama Pemerintah Swasta Kelembagaan Memerlukan Program Peningkatan Kerjasama dengan swasta pada 7.9.1 Program Peningkatan Kerjasama dengan
(KPS) pada penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan. penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan swasta pada penyelenggaraan Infrastruktur
Perkotaan

7,10 Peningkatan Kualitas SDM pada penyelenggaraan infrastruktur Perkotaan Kelembagaan Memerlukan Program Pelatihan bagi aparat Pemkot pada 7.10.1 Program Pelatihan bagi aparat Pemkot pada
penyelenggaraan Operaional & Pemeliharaan Infrastruktur penyelenggaraan Operaional &
Perkotaan. Pemeliharaan Infrastruktur Perkotaan.

7,11 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan Infrastruktur Kelembagaan Memerlukan Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas 7.11.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan
Perkotaan BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Pemeliharaan & Operasional Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal
Infrastruktur Perkotaan. Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur
Perkotaan.

Bab 9 | 33
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

10.1 PERUMUSAN PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN


PERMUKIMAN DAN INFASTRUKTUR PERKOTAAN

Merupakan langkah aplikatif pelaksanaan strategi pembanngunan permukiman


dan infrastruktur perkotaan dan arah kebutuhan program investasi baik dalam
skala kota maupun kawasan dengan memperhatikan dampak dan korelasi dengan
program pembangunan sector lainnya. Program pembangunan dirumuskan yang
aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam
skala kota maupun kawasan sebagai pelaksanaan strategi dan arahan kebutuhan
program investasi SPPIP.

Dalam perumusan program tersebut minimal dilakukan dengan mengacu pada


beberapa hal sebagai berikut :

 Disusun untuk menjawab implementasi strategi pembangunan sehingga


penyusunan program dilakukan berdasarkan lingkup wilayah dan lingkup
aspek dalam strategi pembangunan.
 Program merupakan pengarah dan penjembatan terhadap rencana aksi
program yang akan dirincikan dalam komponen dan volume serta pentahapan
program.
 Perlunya pembatasan pada program bidang permukiman dan infrastruktur
bidang cipta karya.

Untuk mendukung dan memberikan kejelasan proses implementasi program yang


disusun dirinci mekanisme pentahapan dan waktu implementasinya. Skema
pentahapan tersebut disusununtuk jangka waktu 20 tahun dengan perincian
tahapan per lima tahunan. Bagan alir penyusunan strategi pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Bab 1 0 |1
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Keseluruhan program strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur


perkotaan Kabupaten Timor Tengah Utara disusun dalam skala kota dan skala
kawasan sebagai berikut :

1. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan


Skala Kabupaten Timor Tengah Utara.
2. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Km 9 dan Benpasi
3. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Kota Lama
4. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Bansone
5. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Taekas
6. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Strategis Pantura

Bab 1 0 |2
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

RPJPD
Arah kebijakan& Strategi Kabupaten
RTRW, RDTR
RPJMD Arah Pengembangan Kabupaten
Arah Pengembangan Permukiman &
Infrastruktur
RPIJMD & Strategi
Sektoral / RIS Arahan bidang Arahan Bidang
Ekonomi Lain
Survei Kondisi Eksisting
FGD 1 : Tujuan dan Kebijakan
Identifikasi Isu Strategis Bidang Permukiman & Infras
Pra FGD 1 Perkotaan
Identifikasi Pot, Mas,
Tantangan Pembangunan
Pra FGD 3
SWOT
Identifikasi Kebutuhan FGD 3 : Perumusan Strategi
Pembangunan Pembangunan Permukiman dan
permukiman Infrastruktur Perkotaan

Pra FGD 2 Skala Skala


Kabupaten Kawasan
FGD 2 :
Perumusan Kriteria
Analisis Korelasi Strategi dalam Skema Pembangunan
& Indikator Kaw.
Prioritas
Indikasi Kawasan
Permukiman Analisis Implikasi dan Konsekuensi Penerapan Strategi
Prioritas

Pra FGD 4

FGD 4 : Perumusan Program


Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan

Skala Skala
Kabupaten Kawasan

Analisis Dampak Penerapan Program Terhadap Kinerja


Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

Skala Skala
Kabupaten Kawasan

PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PROGRAM DALAM


KONSULTASI PUBLIK DAN DISEMINASI

Gambar 10.1.
Bagan alir penyusunan program strategis pengembangan permukiman dan infastruktur perkotaan

Bab 1 0 |3
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.1. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kabupaten Timor Tengah Utara.

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

1.1 Penyediaan data Permukiman Perencanaan 1.1.1 Penyusunan data base dan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
base dan sistem sistem informasi permukiman PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
informasi permukiman Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,2 Penyediaan Permukiman Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Dokumen identifikasi permukiman Kabupaten TTU PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
dan Rencana (SPK, RP4D, penataan dan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Penataan peremajaan, Pengembangan PU Kabupaten, Dinas swasta,
Permukiman KTP2D, Pengembangan PS PPRK Kabupaten, masyarakat
Perkotaan dan Kawasan Perbatasan, BAPPEDA
perdesaan Pengembangan PS Kawasan Kabupaten, Swasta,
Agropolitan, Penanganan Masyarakat
Bencana, Penyediaan PS X X X X
permukiman terpencil, RTBL
kawasan, Penataan RTH,
Pembangunan PS Kumuh dan
Nelayan, Pembangunan PS
Kawasan Pesisir,
Pembangunan PS Kawasan
Tradisional, Pemberdayaan
masyarakat)

Bab 1 0 |4
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

1,3 Penerbitan regulasi Permukiman Legal 1.3.1 Penerbitan Perda RDTR, Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen
mengenai Zoning Regulation, Bangunan PU Ciptakarya, Dinas
permukiman di Gedung, IMB Ciptaru Prov, Dinas
Kabupaten TTU PU Kabupaten, Dinas
X X X X X
PPRK Kabupaten,
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,4 Penanganan Penataan Fisik 1.4.1 Penyusunan RTBL lingkungan Kel.Benpasi, Kel Kefa Kemenpera, Kemen APBN. APBD
terhadap permukiman Bangunan dan kumuh Selatan PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
padat dan kumuh Lingkungan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1.4.2 Penyediaan dan perbaikan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
prasarana dan sarana dasar PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
permukiman Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1.4.3 Penyediaan dan perbaikan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
prasarana dan sarana PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
penunjang kegiatan sosial Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
ekonomi PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Bab 1 0 |5
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

1,5 Penanganan dan Perumahan Fisik 1.5.1 Pembangunan perumahan bagi Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
penyediaan masyarakat berpenghasilan PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
permukiman bagi rendah Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
masyarakat PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X
berpenghasilan PPRK Kabupaten, masyarakat
rendah BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1.5.2 Stimulan perbaikan rumah Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1.5.3 Resettlement ex pengungsi Kelurahan Tubuhue dan Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Kelurahan Maubeli PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
PPRK Kabupaten, masyarakat
X X X X
BAPPEDA
Kabupaten, Badan
Pengelola
Perbatasan, Swasta,
Masyarakat

1,6 Penanggulangan Perumahan Fisik 1.6.1 Penyediaan dinding penahan Kel Sasi, Kel Maubeli, Kel Kemenpera, Kemen APBN. APBD
terhadap kawasan tanah pada daerah rawan Benpasi, Kel Bansone, Kel PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
permukiman yang longsor tepi jalan, tepi sungai Aplasi, Kel Kefamenanu Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
rawan bencana dan perbukitan. Tengah, Kel Tubuhue, Kel X X X X X X X X PU Kabupaten, Dinas swasta,
(banjir, kekeringan, Oelami, Kefa Selatan, PPRK Kabupaten, masyarakat
longsor dan Kefa Utara, Desa Niola Badan
kebakaran) dan Taekas Penanggulangan

Bab 1 0 |6
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Bencana
Nasional/Daerah,
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.6.2 Penyediaan sistem pemadam Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen


kebakaran kota PU Ciptakarya, Dinas
Ciptaru Prov, Dinas
PU Kabupaten, Dinas
PPRK Kabupaten,
Badan
X X X X
Penanggulangan
Bencana
Nasional/Daerah,
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.6.3 Penyediaan reservoir dan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen


hidran Umum pada daerah PU Ciptakarya, Dinas
bencana untuk menampung air Ciptaru Prov, Dinas
dropping dari tangki PU Kabupaten, Dinas
PPRK Kabupaten,
Badan
X X X X X X X X
Penanggulangan
Bencana
Nasional/Daerah,
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.6.4 Penyediaan sistem air bersih Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Kemenpera, Kemen
pada daerah rawan kekeringan Oelami, Kel Benpasi, Kel PU Ciptakarya, Dinas
X X X X X X X X
Kefa Selatan, Kel, Kefa Ciptaru Prov, Dinas
Tengah, Kel Tubuhue, Kel PU Kabupaten, Dinas

Bab 1 0 |7
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Kefa Utara, Kel Bansone, PPRK Kabupaten,


Desa Oenenu Utara dan Badan
Kel Aplasi Penanggulangan
Bencana
Nasional/Daerah,
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,7 Penyiapan Perumahan Fisik 1.7.1 Peningkatan Kualitas Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
lingkungan Permukiman PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
perumahan yang Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
bersih dan sehat PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X X X X
terhindar dari PPRK Kabupaten, masyarakat
penyakit akibat BAPPEDA
sanitasi buruk Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,8 Pembangunan Perumahan Fisik 1.8.1 Penyiapan kasiba lisiba dan KM. 9, Desa Naiola, Kel. Kemenpera, Kemen APBN. APBD
kawasan permukiman pengembangan kawasan Sasi, Kel. Maubeli, Kel. PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
baru (New perumahan baru Tubuhue, Kel Oelami, Kel Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
development) Benpasi bagian RT PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X
20,21,22 PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1.8.2 Pembangunan kawasan KM. 9, Desa Naiola, Kel. Kemenpera, Kemen APBN. APBD
permukiman baru (New Sasi, Kel. Maubeli, Kel. PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
development) Tubuhue Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Bab 1 0 |8
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

1.8.2 Penyediaan prasarana dan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
sarana permukiman PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,9 Penanganan rumah- Penantaan Fisik 1.9.1 Penataan Bangunan dan Kel Tubuhue, Desa Kemenpera, Kemen APBN. APBD
rumah adat/ Banbgunan dan Lingkungan kawasan dengan Oenenu Induk dan Desa PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
tradisional Lingkungan rumah adat / tradisional Oenenu Utara Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,10 Penanganan rumah Perumahan Fisik 1.10.1 Stimulan perbaikan rumah Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
tidak layak huni PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.10.2 Penyediaan rumah layak huni Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Bab 1 0 |9
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Sosial 1.10.3 Sosialisasi rumah sehat Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,11 Penyediaan Penataan Fisik 1.11.1 Penyediaan Work shop Gedung Kel Sasi dan Kel Tubuhue Kemenpera, APBN. APBD
prasarana sarana bangunan dan seni untuk kegiatan adat dan Kemetrian Industri Provinsi, APBD
permukiman yang lingkungan budaya dan Perdagangan, Kabupaten,
mendukung Kemen PU swasta,
perkembangan sosial Ciptakarya, Dinas masyarakat
budaya masyarakat Ciptaru Prov, Dinas
PU Kabupaten, Dinas
X X
PPRK Kabupaten,
BAPPEDA
Kabupaten, Dinas
Perindustrian,
Perdagangan dan
Koperasi, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.11.2 Penyediaan dan perbaikan Kabupaten TTU Kemenpera, APBN. APBD
prasarana dan sarana Kemetrian Industri Provinsi, APBD
permukiman yang mendukung dan Perdagangan, Kabupaten,
perkembangan kegiatan sosial Kemen PU swasta,
ekonomi Ciptakarya, Dinas masyarakat
X X X X X Ciptaru Prov, Dinas
PU Kabupaten, Dinas
PPRK Kabupaten,
BAPPEDA
Kabupaten, Dinas
Perindustrian,

Bab 1 0 | 10
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Perdagangan dan
Koperasi, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.7.3 Penataan Bangunan dan KM. 9, Pasar Lama, Pasar Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Lingkungan (dikawasan KM. 9, Baru, Terminal, Rumah PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
pasar lama, Terminal, Pasar Dinas Bupati Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Baru) PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.11.3 Penyediaan RTH dan taman KM 9, Kelurahan Kefa Kemenpera, APBN. APBD
kota Tengah dan Kelurahan Kementrian Provinsi, APBD
Benpasi Lingkungan Hidup, Kabupaten,
Kemen PU swasta,
Ciptakarya, Dinas masyarakat
Ciptaru Prov, Dinas
X X X X X
PU Kabupaten, Dinas
LH, Dinas PPRK
Kabupaten,
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,12 Pembinaan Teknis Penataan Perencanaan 1.12.1 Identifikasi asset dan KM 9, Kel Benpasi, Kel Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Bangunan Gedung Bangunan dan kebutuhan Bangunan Gedung Maubeli, Kel Kefa Tengah, PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Negara Lingkungan Negara Kel Kefa Selatan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Bab 1 0 | 11
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Fisik 1.12.2 Pembangunan dan rehabilitasi Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Bangunan Gedung Negara PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

1,13 Peningkatan Jalan dan Perencanaan 1.13.1 Penyusunan studi tataran Kabupaten TTU Kemenpera, APBN. APBD
aksesibilitas dan jembatan transportasi lokal (tatralok) Kementrian Provinsi, APBD
kedekatan kota Perhubungan, Kemen Kabupaten,
sebagai bagian dari PU Ciptakarya, Dinas swasta,
pengembangan Ciptaru Prov, Dinas masyarakat
wilayah Kabupaten X Perhubungan, Dinas
TTU PU Kabupaten, Dinas
PPRK Kabupaten,
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.13.2 Pembangunan jalan akses Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
antar lingkungan permukiman PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, Dinas swasta,
X X X X X X X X
PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
Masyarakat

Fisik 1.13.3 Pembangunan jembatan untuk Kel Sasi ke Kel Tubuhue, Kemenpera, Kemen APBN. APBD
membuka daerah terisolir dan Kel Maubeli ke Kel PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
pemerataan pembangunan. Tubuhue, Kel Bansone ke Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X
Lingkungan Maumolo, Kel PU Kabupaten, Dinas swasta,
Kefa Selatan Ke PPRK Kabupaten, masyarakat
Lingkungan Tauf, Kel BAPPEDA

Bab 1 0 | 12
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Benpasi ke Ling RT 20, Kabupaten, Swasta,


21, 22, Kel Aplasi ke Masyarakat
Lingkungan RT 10,11,12

1,14 Penataan Permukiman Fisik 1.2.1 Peningkatan Kualitas Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Permukiman Permukiman PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Perdesaan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

Permukiman Fisik 1.2.1 Pengembangan PS Kawasan Wini Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Perbatasan, PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

Permukiman Fisik 1.2.1 Pengembangan PS Kawasan Eban Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Agropolitan PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

Permukiman Fisik 1.2.1 Penyediaan PS Penanganan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Bencana PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

Bab 1 0 | 13
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Permukiman Fisik 1.2.1 Penyediaan PS permukiman Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
terpencil PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

Permukiman Fisik 1.2.1 Pembangunan PS Kumuh dan Wini Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Nelayan PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

1,15 Penyediaan Permukiman Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Dokumen identifikasi Pariwisata (RIPP, RTBL, PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
dan Rencana Revitalisasi kawasan wisata, Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Penataan Kawasan dll) X X X X PU Kabupaten, swasta,
Wisata BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

1,16 Penyediaan Permukiman Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Dokumen identifikasi Pengembangan Industri (KEK, PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
dan Rencana KTM, Kapet, dll) Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Penataan Kawasan X X X X PU Kabupaten, swasta,
Industri BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, BPS
Kabupaten, Swasta,

2. JALAN LINGKUNGAN

2,1 Penyusunan studi Perencanaan 2.1.1 Penyusunan studi terkait sistem Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD
X X
BAPPEDA Provinsi, APBD

Bab 1 0 | 14
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

terkait transportasi transpostasi Kabupaten, Kabupaten,


Pemerintah swasta,
Kabupaten, Dinas masyarakat
Perhubungan

2,2 Penyediaan regulasi Legal 2.2.1 Penyusunan regulasi jaringan Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD
jaringan jalan dan jalan (Termasuk mengatur BAPPEDA Provinsi, APBD
sistem stransportasi GSB dan pembatasan tonase Kabupaten, Kabupaten,
X X
kendaran) Pemerintah swasta,
Kabupaten, Dinas masyarakat
Perhubungan

Legal 2.2.2 Pengaturan hirarki jalan dan Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD
pembatasan tonase kendaraan BAPPEDA Provinsi, APBD
Kabupaten, Kabupaten,
X X
Pemerintah swasta,
Kabupaten, Dinas masyarakat
Perhubungan

Legal 2.2.3 Penyusunan standardisasi Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD
jalan lingkungan BAPPEDA Provinsi, APBD
Kabupaten, Kabupaten,
X X
Pemerintah swasta,
Kabupaten, Dinas masyarakat
Perhubungan

2,3 Penyusunan sistem Perencanaan 2.3.1 Penyusunan sistem informasi Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD
informasi dan dan data base jaringan jalan di BAPPEDA Provinsi, APBD
database jalan Kabupaten TTU Kabupaten, Kabupaten,
X X
Pemerintah swasta,
Kabupaten, Dinas masyarakat
Perhubungan

2,4 Pembangunan Jalan Jalan Lingkungan Fisik 2.4.1 Pembangunan jalan akses Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Lingkungan dan jalan antar lingkungan permukiman PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
X X X X X X X X
Akses Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, swasta,

Bab 1 0 | 15
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

2.4.2 Peningkatan dan pemeliharaan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
jalan lingkungan dan jalan PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
akses Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

2.4.3 Penyediaan jalan inspeksi di Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
tepi sungai dan saluran PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

2.4.4 Penyediaan sistem penahan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
tanah pada daerah rawan PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
longsor Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

2,5 Pembangunan Fisik 2.5.1 Pembangunan jembatan Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD
jembatan dan (Pembangunan baru, BAPPEDA Provinsi, APBD
bangunan pelengkap peningkatan dan pemeliharaan Kabupaten, Kabupaten,
X X X X X X X X
jalan jembatan) Pemerintah swasta,
Kabupaten, Dinas masyarakat
Perhubungan

Fisik 2.5.2 Penyediaan bangunan Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD
X X X X X
pelengkap jalan (Rambu- BAPPEDA Provinsi, APBD

Bab 1 0 | 16
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

rambu, penunjuk jalan, kelas Kabupaten, Kabupaten,


jalan, Penerangan Jalan Pemerintah swasta,
Umum) Kabupaten, Dinas masyarakat
Perhubungan

3. DRAINASE

3.1 Penyusunan Studi Drainase Legal 3.1.1 Penyusunan Studi Drainase Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
terkait drainase (Master Plan Drainase PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Kawasan Kabupaten TTU dan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Penyusunan Studi X X PU Kabupaten, swasta,
Pengembangan dan BAPPEDA masyarakat
Pengelolan Sungai) Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

3.2 Penyediaan regulasi Legal 3.2.1 Penyusunan regulasi tentang Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
tentang drainase drainase Kabupaten TTU. PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
(Mengatur sistem, hak, Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
kewajiban, sanksi bagi X X PU Kabupaten, swasta,
masyarakat terkait pengelolaan BAPPEDA masyarakat
drainase kota) Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

3.3 Penyediaan embung Fisik 3.3.1 Penyediaan embung yang Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
sebagai retarding menampung air hujan dari PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
basin air hujan permukiman agar meresap Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
kedalam tanah sebelum masuk X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
ke sungai / main drain. BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

3.4 Penataan saluran Fisik 3.4.1 Pembangunan saluran drainase Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
drainase dipermukiman (pembangunan PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
baru, peningkatan dan X X X X X X X X Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
pemeliharaan salluran) PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat

Bab 1 0 | 17
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

3.5 Penyediaan sumur Fisik 3.5.1 Pembangunan sumur resapan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
resapan (dikawasan permukiman baik PU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
ditingkat sistem kota maupun Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
persil) X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

4. SEKTOR AIR MINUM

4.1. Penyediaan Studi Air Minum Perencanaan 4.1.1 Penyusunan Identifikasi Potensi Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
terkait Air Baku Kabupaten TTU Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
pengembangan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
SPAM X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

Perencanaan 4.1.2 Penyusunan Rencana Induk Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
Sistem Penyediaan Air Minum Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

Legal 4.1.3 Pembentukan kelembagaan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD


SPAM Regional TTU-TTS Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X
PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,

Bab 1 0 | 18
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Swasta.

Perencanaan 4.1.4 Review DED Jaringan Distribusi Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
Utama SPAM Regional Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.2 Peningkatan debit Fisik 4.2.1 Pencarian alternatif sumber air Kabupaten TTU (sumber Kemen PU APBN. APBD
dan suplai air baku baku baru (mata air, embung, air baku Desa Taekas dan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
sumur dalam, pengolahan air Desa Oenenu Induk) Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
laut, dll) X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.2.2 Optimalisasi sumber air baku Kabupaten TTU (sumber Kemen PU APBN. APBD
yang ada (Dari Gn air baku Desa Taekas dan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Mutis,Taekas dan Oenenu Desa Oenenu Induk) Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Utara) X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.3 Pengembangan 4.3.1 Peningkatan jaringan perpipaan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
cakupan dan tingkat distribusi Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
pelayanan air minum Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.3.2 Penyediaan sistem penyediaan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD


X X X X X X X X
air minum perpipaan dan non Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD

Bab 1 0 | 19
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

perpipaan dipermukiman Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,


PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.4 Peningkatan kinerja Perencanaan 4.4.1 Program penyehatan PDAM, Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
PDAM penyusunan corporate plan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.5 Pengurangan angka Fisik 4.5.1 Memperbaiki dan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
kehilangan air meningkatkan sistem perpipaan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
transmisi dan distribusi Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.5.2 Perbaikan pembacaan meteran Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD


air Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.6 Pengembangan Fisik 4.6.1 Pembuatan sistem SPAM IKK Kabupaten TTU (sumber Kemen PU APBN. APBD
SPAM IKK dalam penyediaan air minum air baku Desa Taekas dan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
perpipaan dan non perpipaan Desa Oenenu Induk) Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X
dengan sumber dari Taekas PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
Kec Miomaffo / Oenenu induk PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kec Bikomi Kabupaten, PDAM,

Bab 1 0 | 20
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Swasta.

4.7 Pemberdayaan Fisik 4.7.1 Sistem air bersih sederhana Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
masyarakat dalam perkotaan dan perdesaan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
pengembangan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
SPAM dengan X X X X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PAMSIMAS PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.8 Peningkatan akses air Fisik 4.8.1 Pemanfaatan sumber air baku Desa Naiola, , Kel Kefa Kemen PU APBN. APBD
minum untuk yang terdapat didekat Utara, Kel Bansone, Desa Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
masyarakat yang permukiman Oenenu induk,Kel Oelami Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
inovatif dan hemat dan Desa Taekas X X X X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
energi PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.8.2 Pemanfaatan teknologi yang Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD


hemat energi seperti pompa air Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
tenaga listrik, angin, tenaga Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
surya atau mikro hidro. X X X X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

4.9 Peningkatan akses air Fisik 4.9.1 Penyediaan prasarana sarana Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
minum untuk ai r minum pada masyarakat Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
masyarakat berpenghasilan rendah Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
berpenghasilan X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
rendah PSDA, BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, PDAM,
Swasta.

Bab 1 0 | 21
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

4.10 Penanganan air Fisik 4.10.1 Pelayanan air minum pada Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Kemen PU APBN. APBD
minum pada daerah daerah rawan air dengan Oelami, Kel Benpasi, Kel Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
bencana kekeringan dropping tangki air bersih, Kefa Selatan, Kel, Kefa Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
dan rawan air penampungan air dan Tengah, Kel Tubuhue, Kel X X X X X PU Kabupaten, Balai swasta, PDAM,
pembuatan sistem air bersih. Kefa Utara, Kel Bansone, PSDA, BAPPEDA masyarakat
Desa Oenenu Utara dan Kabupaten, PDAM,
Kel Aplasi Swasta.

5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Penyediaan Studi Persampahan Perencanaan 5.1.1 Penyusunan Studi terkait Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
terkait pengelolaan pengelolaan sampah Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
sampah (Perencanaan Teknik Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Manajemen Persampahan X X PU Kabupaten, swasta,
(PTMP), DED TPA Landfill, BAPPEDA masyarakat
Studi Potensi Retribusi Kabupaten, Swasta,
Kebersihan, dll) BKM/KSM

5.2 Peningkatan cakupan Fisik 5.2.1 Penyediaan TPA Landfill Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
pelayanan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
persampahan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 5.2.2 Pengadaan alat berat Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 5.2.3 Pengadaan arm roll truck dan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
container X X X X X Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,

Bab 1 0 | 22
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 5.2.4 Pengadaan alat pengangku dan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
pengumpul persampahan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 5.2.5 Penyediaan TPS di Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD


permukiman dan perkotaan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Kelembagaan 5.2.6 Optimalisasi Manajemen Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD


Pengelolaan Sampah hingga Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
tingkat lingkungan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Sosial 5.2.7 Sosialisasi kebersihan kepada Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
masyarakat Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Bab 1 0 | 23
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

5,3 Penyediaan regulasi Legal 5.3.1 Penyediaan regulasi Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
pengelolaan sampah pengelolaan sampah , Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
kelembagaan dan tarif retribusi Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
kebersihan X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

5,4 Peningkatan Sosial 5.4.1 Sosialisasi 3R persampahan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
pengelolaan dan penyuluhan kebersihan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
persampahan melalui Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
program 3R X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 5.4.2 Penyediaan TPS dan TPST 3R Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
di permukiman dan perkotaan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 5.4.3 Penyediaan mesin komposting Desa Naiola / Kec Bikomi Kemen PU APBN. APBD
di TPST dan TPA selatan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 5.4.4 Pilot project kawasan mandiri Kel Benpasi Kemen PU APBN. APBD
sampah Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
X Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA

Bab 1 0 | 24
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Kabupaten, Swasta, masyarakat


BKM/KSM

6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Penyediaan Studi Air Limbah Perencanaan 6.1.1 Partisipasi dalam Program Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
terkait Sanitasi Percepatan Sanitasi Perkotaan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
(studi EHRA,Buku Putih Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
Sanitasi, SSK) X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

6.1.1 Penyusunan Rencana Induk Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD


dan DED Sistem air limbah kota Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

6,2 Peningkatan Fisik 6.2.1 Penyediaan sarana dan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
Cakupan pelayanan prasarana sanitasi dilingkungan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
sanitasi / air limbah permukiman. (MCK Komunal Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
dan jamban keluarga) X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 6.2.2 Penambahan prasarana dan KM 9, Kel Benpasi, Kel Kemen PU APBN. APBD
sarana sanitasi di tempat publik Maubeli, Kel Kefa Tengah, Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
(pasar, terminal, sekolah, CBD Kel Kefa Selatan Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
dll) X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Bab 1 0 | 25
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Fisik 6.2.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
Air Limbah (IPAL) untuk limbah Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
non domestik (Rumah sakit, Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
hotel, rumah makan, Rumah X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
Pemotongan Hewan, Industri, BAPPEDA masyarakat
IKM/UKM) Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

6,3 Penyediaan Fisik 6.3.1 Penyediaan Instalasi Pengolah Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
prasarana dan sarana Tinja (IPLT) Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
sanitasi / air limbah Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Fisik 6.3.2 Penyediaan truk tinja Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

6.4 Pengelolaan air Fisik 6.3.3 Penyediaan sanitasi sewerage Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
limbah sistem off site sistem. Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

6,5 Pemantapan Sosial 6.4.1 Pembentukan, pelatihan Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
kelembagaan kelembagaan pengelolaan air Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
pengelolaan air limbah X X X X Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
limbah PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA

Bab 1 0 | 26
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Kabupaten, Swasta, masyarakat


BKM/KSM

6,6 Penyediaan regulasi Legal 6.5.1 Penyusunan Perda tentang air Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
tentang pengolahan limbah Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
limbah cair domestik Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
dan non domestik X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

6,7 Pelibatan Masyarakat Pelibatan 6.6.1 Pelibatan masyarakat dalam Kabupaten TTU Kemen PU APBN. APBD
dalam masyarakat pengembangan pelayanan Ciptakarya, Dinas Provinsi, APBD
pengembangan sanitasi Ciptaru Prov, Dinas Kabupaten,
pelayanan sanitasi X X X X X X X X PU Kabupaten, swasta,
BAPPEDA masyarakat
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

7. ASPEK PERAN SERTA


MASYARAKAT,
KELEMBAGAAN DAN
PENDANAAN

7,1 Penyediaan informasi Peran Serta Pelibatan 7.1.1 Pemasangan peta Konsep Pola Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD
tentang RTRW Masyarakat masyarakat Ruang RTRW Kabupaten TTU Dinas PU Provinsi, APBD
Kabupaten TTU di di beberapan kawasan strategis Kabupaten, Kabupaten,
X
kalangan masyarakat BAPPEDA swasta,
Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM

7.1.2 Penyebaran informasi tentang Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD
RTRW dalam bentuk pamflet/ Dinas PU Provinsi, APBD
leaflet Kabupaten, Kabupaten,
X
BAPPEDA swasta,
Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM

Bab 1 0 | 27
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

7,2 Menyediakan Pelibatan 7.2.1 Pemasangan papan larangan Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD
informasi tentang masyarakat mendirikan di kawasan lindung Dinas PU Provinsi, APBD
kawasan lindung (sempadan sungai, hutan Kabupaten, Kabupaten,
X
(sempadan sungai lindung dll) BAPPEDA swasta,
kawasan hutan Kabupaten, Swasta, masyarakat
lindung) yang BKM/KSM
dilarang mendirikan
7.2.2 Penyuluhan di kawasan Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD
bangunan
permukiman sekitar sungai dan Dinas PU Provinsi, APBD
hutan lindung. Kabupaten, Kabupaten,
X X X X X X
BAPPEDA swasta,
Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM

7.2.3 Penyuluhan di sekolah-sekolah Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD
setingkat SLTA dan perguruan Dinas PU Provinsi, APBD
tinggi tentang pentingnya Kabupaten, Kabupaten,
X X X
kawasan lindung BAPPEDA swasta,
Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM

7,3 Peningkatan Pelibatan 7.3.1 Pembinaan manajemen dan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
Kapasitas forum masyarakat teknis KSM-KSM pengelola PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
Lembaga Swadaya infrastruktur dan sanitasi Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
Masyarakat dan atau komunal Dinas PU swasta,
Kelompok Swadaya Kabupaten, masyarakat
X X X X X X X X
Masyarakat dalam BAPPEDA
penangaman Kabupaten, Swasta,
masalah pengelolaan BKM/KSM
permukiman dan
infrastruktur

Penguatan Pelibatan 7.3.2 Penyuluhan pengelolaan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
implementasi masyarakat sampah dengan 3 R di tingkat PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
pengelolaan sampah rumah tangga melalui kegiatan X X X X X X Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
dengan 3 R (reuse, PKK dan Karang Taruna Dinas PU swasta,
Kabupaten,

Bab 1 0 | 28
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

reduse, dan recycle). BAPPEDA masyarakat


Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Pelibatan 7.3.3 Pelatihan pemanfaatan sampah Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
masyarakat organik untuk pembuatan PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
kompos dan pemanfaatan Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
sampah plastik untuk dijadikan Dinas PU swasta,
X X X X X X
kerajinan Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

7,4 Pengembangan Pelibatan 7.4.1 Pemanfaatan sumber air baku Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
pelayanan air bersih masyarakat yang dilakukan secara PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
kepada masyarakat partisipatif dan berbasis Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
melalui komunitas. Dinas PU swasta,
X X X X X X X X
pembangunan dan Kabupaten, masyarakat
pengelolaan air BAPPEDA
bersih yang baik Kabupaten, Swasta,
berbasis komunitas BKM/KSM

7.4.2 Pembentukan pengelolaan air Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
minum secara partisipatif dan PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
demokratis Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
Dinas PU swasta,
X X X X X X X X
Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

7.4.3 Konservasi sumber air baku Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
berbasis komunitas PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
X X X
Dinas PU swasta,
Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA

Bab 1 0 | 29
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

7,5 Peningkatkan Pelibatan 7.5.1 Program Satuan Kerja pada Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
pelibatan peran masyarakat Kerjasama Swasta pada PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
swasta pada Penyelenggaraan & Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
penyelenggaraan Operasional Infrastruktur Dinas PU swasta,
X X X X X X X X
infrastruktur Perkotaan Kabupaten, masyarakat
perkotaan. BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

7,6 Peningkatan Pembiayaan Pembiayaan 7.6.1 Program Intensifikasi dan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
pendapatan PAD eksentifikasi pajak dan retribusi PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
pada pengelolaan daerah pada penyelenggaraan Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
Infrastruktur Infrastruktur Perkotaan Dinas PU swasta,
X X X
Perkotaan Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

7,7 Pengkajian sumber Pembiayaan 7.7.1 Program peningkatan kinerja Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
pendanaan baru swadaya masyarakat pada PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
melalui swadaya penyelenggaraan Operasional Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
masyarakat pada & Pemeliharaan Infrastruktur Dinas PU swasta,
penyelenggaraan Perkotaan. X X X Kabupaten, masyarakat
Operasional BAPPEDA
&Pemeliharaan Kabupaten, Swasta,
infrastruktur BKM/KSM
Perkotaan

7,8 Peningkatan kinerja Kelembagaan Kelembagaan 7.8.1 Program pelatihan aparat Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
aparat pemerintah pemerintah daerah pada PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
daerah & Peran penyelengggaraan infrastruktur Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
X X X X X
swasta pada perkotaan Dinas PU swasta,
penyelenggaraan Kabupaten, masyarakat
infrastruktur BAPPEDA

Bab 1 0 | 30
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

SUMBER
PELAKU
PERIODE 5 TAHUN KE - PENDANAAN
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN
I II III IV

1 2 3 4 5

Perkotaan Kabupaten, Swasta,


BKM/KSM

7,9 Peningkatan Kelembagaan 7.9.1 Program Peningkatan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
kerjasama pihak Kerjasama dengan swasta PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
swasta melalui pada penyelenggaraan Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
Kerjasama Infrastruktur Perkotaan Dinas PU swasta,
Pemerintah Swasta X X X X X Kabupaten, masyarakat
(KPS) pada BAPPEDA
penyelenggaraan Kabupaten, Swasta,
Infrastruktur BKM/KSM
Perkotaan.

7,10 Peningkatan Kualitas Kelembagaan 7.10.1 Program Pelatihan bagi aparat Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
SDM pada Pemkot pada penyelenggaraan PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
penyelenggaraan Operaional & Pemeliharaan Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
infrastruktur Infrastruktur Perkotaan. Dinas PU swasta,
X X X X X
Perkotaan Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

7,11 Peningkatan Kelembagaan 7.11.1 Program Pembentukan dan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen APBN. APBD
pelibatan masyarakat Pelatihan satuan Tugas BKM, PU Ciptakarya, Provinsi, APBD
dalam KSM, Kelembagaan Lokal Dinas Ciptaru Prov, Kabupaten,
penyelenggaraan Pemeliharaan & Operasional Dinas PU swasta,
X X X X X X X X
Infrastruktur Infrastruktur Perkotaan. Kabupaten, masyarakat
Perkotaan BAPPEDA
Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM

Sumber: Analisis Konsultan, 2012

Bab 1 0 | 31
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.2. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Km 9 dan Benpasi
PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1,1 Penanganan terhadap 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Kel Benpasi (Lingkungan Pasar Baru,) Kel Kefa Tengah Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman padat dan kumuh (Lingkungan Pasar lama, belakang masjid Agung, Kel Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
Kefa Selatan (Lingkungan Terminal dan sekitarnya)
X X
1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana Kel Benpasi (Lingkungan Pasar Baru,) Kel Kefa Tengah Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
dasar permukiman kumuh (Lingkungan Pasar lama, belakang masjid Agung, Kel Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
Kefa Selatan (Lingkungan Terminal dan sekitarnya) X X
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
penunjang kegiatan sosial ekonomi Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,2 Penanganan dan penyediaan 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
berpenghasilan rendah
1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1.2.3 Resettlement ex pengungsi Kel Tubuhue Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,3 Penanggulangan terhadap 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
kawasan permukiman yang rawan longsor tepi jalan, tepi sungai dan Tengah, Benpasi dan Tubuhue Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
rawan bencana (banjir, perbukitan. X X
kekeringan, longsor dan
kebakaran) 1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Kel Benpasi dan Kel Sasi Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Benpasi, Kel Tubuhue Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
daerah bencana untuk menampung air dropping X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.3.4 dari tangki sistem air bersih pada daerah rawan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa
Penyediaan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
kekeringan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,4 Pembangunan kawasan 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Benpasi (bagian ling RT Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman baru (New kawasan perumahan baru 20,21,22, Kel Tubuhue X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
development)
1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue
X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,5 Penanganan rumah-rumah 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan Kelurahan Tubuhue Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
adat/ tradisional dengan rumah adat / tradisional X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,6 Penanganan rumah tidak 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
layak huni Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BLH Kabupaten swasta, masyarakat

1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BLH Kabupaten swasta, masyarakat

1.7 Peningkatan aksesibiltas pada 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
kawasan permukiman permukiman Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah Kel Sasi ke Kel Tubuhue, Kel Maubeli Ke Kel Tubuhue, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
terisolir dan pemerataan pembangunan. Kel Kefa Tengah ke Ling Tauf dan Kel Benpasi ke ling Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
RT 20,21,22 X X

Bab 1 0 | 32
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1,8 Peningkatan akses 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman terhadap sanitasi persampahan, sanitasi, air minum, drainase, jalan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
yang baik lingkungan)
2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Lingkungan dan jalan Akses permukiman Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
dan jalan akses Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluranKel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
rawan longsor Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

2,2 Pembangunan jembatan dan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, Kel Sasi ke Kel Tubuhue, Kel Maubeli Ke Kel Tubuhue, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
bangunan pelengkap jalan peningkatan dan pemeliharaan jembatan) Kel Kefa Tengah ke Ling Tauf dan Kel Benpasi ke ling Kabupaten, Dinas Perhubungan swasta, masyarakat
RT 20,21,22 X X

3. DRAINASE
3.3 Penyediaan embung sebagai 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
retarding basin air hujan dari permukiman agar meresap kedalam tanah Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
sebelum masuk ke sungai / main drain.
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
(pembangunan baru, peningkatan dan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
pemeliharaan salluran)
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman baik ditingkat sistem kota maupun Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
persil)
4. SEKTOR AIR MINUM
4.1 Pengembangan cakupan dan 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
tingkat pelayanan air minum Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat

4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat

4.2 Pemberdayaan masyarakat 4.2.1 Program PAMSIMAS Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
dalam pengembangan SPAM Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
dengan PAMSIMAS
4.3 Peningkatan akses air minum 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Benpasi, Kel Kefa Tengah Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
untuk masyarakat yang didekat permukiman X X Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
inovatif dan hemat energi
4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Benpasi, Kel Kefa Tengah Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pompa air tenaga angin, tenaga surya atau mikro X X Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
hidro.
4.4 Peningkatan akses air minum 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
untuk masyarakat masyarakat berpenghasilan rendah Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
berpenghasilan rendah
4.5 Penanganan air minum pada 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
daerah bencana kekeringan dengan dropping tangki air bersih, penampungan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
dan rawan air air dan pembuatan sistem air bersih.

Bab 1 0 | 33
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan 5.1.1 Pengadaan alat pengangkut dan pengumpul Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
sampah persampahan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
hingga tingkat lingkungan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

5,2 Peningkatan pengelolaan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
persampahan melalui program kebersihan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
3R
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Tubuhue dan Kefa Tengah Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Kel, Benpasi Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pelayanan sanitasi / air limbah dilingkungan permukiman. (MCK Komunal dan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
jamban keluarga)
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di Kel Sasi, Kel Maubeli, Kefa Selatan, Kefa Tengah, dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
tempat publik (pasar, terminal, sekolah, CBD dll) Kel Benpasi X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
untuk limbah non domestik (Rumah sakit, hotel, Tengah, Benpasi dan Tubuhue BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, X X
Industri, IKM/UKM)
6.2 Pengelolaan air limbah sistem 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
off site Tengah, Benpasi dan Tubuhue BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

6,3 Pelibatan Masyarakat dalam 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pengembangan pelayanan pelayanan sanitasi Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
sanitasi
7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pengelolaan sampah dengan 3 tingkat rumah tangga melalui kegiatan PKK dan Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
R (reuse, reduse, dan Karang Taruna
recycle ). 7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pembuatan kompos dan pemanfaatan sampah Tengah, Benpasi dan Tubuhue X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
plastik untuk dijadikan kerajinan
7,2 Pengembangan pelayanan air 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Tubuhue, kel Benpasi dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
bersih kepada masyarakat secara partisipatif dan berbasis komunitas. Kel Kefa Tengah X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
melalui pembangunan dan
pengelolaan air bersih yang 7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Tubuhue, kel Benpasi dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
baik berbasis komunitas Kel Kefa Tengah
X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

7,3 Peningkatan pelibatan 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Kel Sasi, Kel Maubeli, Desa Naiola, Kefa Selatan, Kefa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
masyarakat dalam Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Tengah, Benpasi dan Tubuhue Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
penyelenggaraan Infrastruktur Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur
Perkotaan Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air minum, X X
persampahan dan sanitasi)

Bab 1 0 | 34
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.3. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Kota Lama

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1,1 Penanganan terhadap permukiman 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Kel Aplasi Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
padat dan kumuh X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman Kel Aplasi Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
kumuh X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
sosial ekonomi Sebagian Tubuhuea Utara X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,2 Penanganan dan penyediaan 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman bagi masyarakat Sebagian Tubuhuea Utara X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
berpenghasilan rendah
1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhuea Utara X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.2.3 Resettlement ex pengungsi Sebagian Kel Tubuhue (lingkungan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Naen dan Lu'lu) X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman yang rawan bencana jalan, tepi sungai dan perbukitan. Sebagian Tubuhuea Utara X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
(banjir, kekeringan, longsor dan
1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
kebakaran)
Sebagian Tubuhuea Utara X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk Kel Aplasi dan sebagian Tubuhue Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
menampung air dropping dari tangki X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.3.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Kel Aplasi dan sebagian Tubuhue
X X Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten,
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM
APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
swasta, masyarakat
1,4 Pembangunan kawasan 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan Kel Kefamenanu Utara dan Sebagian Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
permukiman baru (New baru Tubuhue X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
development) 1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1,5 Penanganan rumah-rumah adat/ 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
tradisional tradisional Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

1,6 Penanganan rumah tidak layak huni 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, BLH APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X Kabupaten swasta, masyarakat
1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, BLH APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X Kabupaten swasta, masyarakat
1.7 Peningkatan aksesibiltas pada 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
kawasan permukiman Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pemerataan pembangunan. Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
1,8 Peningkatan akses permukiman 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, persampahan, Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
terhadap sanitasi yang baik sanitasi, air minum, drainase, jalan lingkungan) Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

Bab 1 0 | 35
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
dan jalan Akses Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
2,2 Pembangunan jembatan dan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan Kel Aplasi dan sebagian Tubuhue Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, Dinas APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
bangunan pelengkap jalan pemeliharaan jembatan) X X Perhubungan swasta, masyarakat
3. DRAINASE
3.3 Penyediaan embung sebagai 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
retarding basin air hujan agar meresap kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
peningkatan dan pemeliharaan salluran) Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
sistem kota maupun persil) Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
4. SEKTOR AIR MINUM X X
4.1 Pengembangan cakupan dan 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
tingkat pelayanan air minum Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
perpipaan dipermukiman Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
4.2 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.2.1 Program PAMSIMAS Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pengembangan SPAM dengan Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
PAMSIMAS
4.3 Peningkatan akses air minum untuk 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
masyarakat yang inovatif dan hemat X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
energi
4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
angin, tenaga surya atau mikro hidro. Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
4.4 Peningkatan akses air minum untuk 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
masyarakat berpenghasilan rendah berpenghasilan rendah Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
4.5 Penanganan air minum pada 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
daerah bencana kekeringan dan air bersih, penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. swasta, PDAM, masyarakat
rawan air
5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan 5.1.1 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
sampah Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
lingkungan Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5,2 Peningkatan pengelolaan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
persampahan melalui program 3R Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

Bab 1 0 | 36
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
sanitasi / air limbah (MCK Komunal dan jamban keluarga) Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, Kel Aplasi, dan Sebagian Tubuhue Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
terminal, sekolah, CBD dll) X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
domestik (Rumah sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
Hewan, Industri, IKM/UKM)
6.2 Pengelolaan air limbah sistem off 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
site Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
6,3 Pelibatan Masyarakat dalam 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pengembangan pelayanan sanitasi Sebagian Tubuhue X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pengelolaan sampah dengan 3 R melalui kegiatan PKK dan Karang Taruna Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
(reuse, reduse, dan recycle ).
7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Sebagian Tubuhue X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat

7,2 Pengembangan pelayanan air 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
bersih kepada masyarakat melalui berbasis komunitas. X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
pembangunan dan pengelolaan air
7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
bersih yang baik berbasis X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
komunitas
7,3 Peningkatan pelibatan masyarakat 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kel Aplasi, Kel Kefa Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
dalam penyelenggaraan Kelembagaan Lokal Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Sebagian Tubuhue BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM swasta, masyarakat
Infrastruktur Perkotaan Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air minum, persampahan dan X X
sanitasi)

Bab 1 0 | 37
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.4. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Bansone

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1,1 Penanganan terhadap permukiman padat dan 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
kumuh X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman kumuh X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
kegiatan sosial ekonomi Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

1,2 Penanganan dan penyediaan permukiman 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah rendah Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.2.3 Resettlement ex pengungsi Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman yang rawan bencana (banjir, longsor tepi jalan, tepi sungai dan perbukitan. Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
kekeringan, longsor dan kebakaran)
1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
bencana untuk menampung air dropping dari tangki Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.3.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1,4 Pembangunan kawasan permukiman baru 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
(New development) perumahan baru Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1,5 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
adat / tradisional Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

1,6 Penanganan rumah tidak layak huni 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi,
Kel Oelami
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, BLH Kabupaten APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
masyarakat
swasta,

1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi,


Kel Oelami
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, BLH Kabupaten APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten,
masyarakat
swasta,

1.7 Peningkatan aksesibiltas pada kawasan 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pemerataan pembangunan. Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1,8 Peningkatan akses permukiman terhadap 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
sanitasi yang baik persampahan, sanitasi, air minum, drainase, jalan lingkungan) Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Akses Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
akses Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
longsor Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
2,2 Pembangunan jembatan dan bangunan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, Dinas APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pelengkap jalan dan pemeliharaan jembatan) X X X X Perhubungan masyarakat

Bab 1 0 | 38
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

3. DRAINASE X X X
3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
air hujan permukiman agar meresap kedalam tanah sebelum masuk ke Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
sungai / main drain.
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
(pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan salluran) Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
ditingkat sistem kota maupun persil) Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
4. SEKTOR AIR MINUM
4.1 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
pelayanan air minum Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
perpipaan dipermukiman Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
4.2 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.2.1 Program PAMSIMAS Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat

4.3 Peningkatan akses air minum untuk 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi permukiman Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat

4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
tenaga angin, tenaga surya atau mikro hidro. Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
4.4 Peningkatan akses air minum untuk 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat berpenghasilan rendah berpenghasilan rendah Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
4.5 Penanganan air minum pada daerah bencana 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
kekeringan dan rawan air dropping tangki air bersih, penampungan air dan pembuatan Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
sistem air bersih.
5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan sampah 5.1.1 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
lingkungan Kel Oelami X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5,2 Peningkatan pengelolaan persampahan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
melalui program 3R Kel Oelami X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
limbah permukiman. (MCK Komunal dan jamban keluarga) Kel Oelami X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
(pasar, terminal, sekolah, CBD dll) X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
limbah non domestik (Rumah sakit, hotel, rumah makan, Kel Oelami X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM)
6.2 Pengelolaan air limbah sistem off site 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kel Oelami X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6,3 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pelayanan sanitasi sanitasi Kel Oelami X X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi pengelolaan sampah 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). tangga melalui kegiatan PKK dan Karang Taruna Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
kompos dan pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
kerajinan
7,2 Pengembangan pelayanan air bersih kepada 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
masyarakat melalui pembangunan dan partisipatif dan berbasis komunitas. Kel Oelami X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
pengelolaan air bersih yang baik berbasis
7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Kel Oelami Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
komunitas X X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
7,3 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, Kel Bansone, Kel Sebagian Benpasi, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan KSM, Kelembagaan Lokal Pemeliharaan & Operasional Kel Oelami BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Infrastruktur Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air minum, X X X X
persampahan dan sanitasi)

Bab 1 0 | 39
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.5. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Taekas
PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1,1 Penanganan terhadap permukiman padat dan 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
kumuh X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman kumuh Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1,2 Penanganan dan penyediaan permukiman 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1.2.3 Resettlement ex pengungsi Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
kekeringan, longsor dan kebakaran) Oenenu Selatan
1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Kel Oesena Kec Miomaffo Timur, Desa Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Taekas Kecamatan Bikomi Tengah X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Desa Taekas Miomaffo Timur dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
dropping dari tangki Desa Oenenu Induk Bikomi Tengah X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1.3.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Kel Oesena , Desa Oenenu Utara dan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Oenenu Selatan X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1,4 Pembangunan kawasan permukiman baru 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
(New development) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1,5 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Kel Oenenu Utara, dan Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
induk X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1,6 Penanganan rumah tidak layak huni 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, BLH Kabupaten APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X masyarakat
Oenenu Selatan
1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, BLH Kabupaten APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X masyarakat
Oenenu Selatan
1.7 Peningkatan aksesibiltas pada kawasan 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pembangunan. Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
1,8 Peningkatan akses permukiman terhadap 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, persampahan, sanitasi, air minum, Oenenu Selatan
Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
sanitasi yang baik drainase, jalan lingkungan) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Akses Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
2,2 Pembangunan jembatan dan bangunan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah Kabupaten, Dinas APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pelengkap jalan jembatan) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X Perhubungan masyarakat
Oenenu Selatan

Bab 1 0 | 40
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
3. DRAINASE
3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pemeliharaan salluran) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
maupun persil) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa
Oenenu Selatan
X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

4. SEKTOR AIR MINUM


4.1 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
pelayanan air minum Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
Oenenu Selatan
4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
Oenenu Selatan
4.2 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.2.1 Program PAMSIMAS Kel Oesena, Desa Oenenu Utara dan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Desa Oenenu Selatan X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat

4.3 Peningkatan akses air minum untuk 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Desa Taekas dan Desa Oenenu Induk Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat

4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga angin, tenaga Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
surya atau mikro hidro. Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
Oenenu Selatan
4.4 Peningkatan akses air minum untuk 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat berpenghasilan rendah Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
Oenenu Selatan
4.5 Penanganan air minum pada daerah bencana 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, Balai PSDA, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, PDAM, Swasta. masyarakat
Oenenu Selatan
5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan sampah 5.1.1 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
5,2 Peningkatan pengelolaan persampahan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
melalui program 3R Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Desa Taekas Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
limbah dan jamban keluarga) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
CBD dll) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
6.2 Pengelolaan air limbah sistem off site 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
6,3 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pelayanan sanitasi Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi pengelolaan sampah 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). PKK dan Karang Taruna Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Oenenu Selatan
7,2 Pengembangan pelayanan air bersih kepada 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Desa Taekas dan Desa Oenenu Induk Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
masyarakat melalui pembangunan dan komunitas. X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
pengelolaan air bersih yang baik berbasis
7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Desa Taekas dan Desa Oenenu Induk Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
komunitas X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
7,3 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Desa Oenenu Utara, Desa Oenenu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air
minum, persampahan dan sanitasi)
Induk, Desa Taekas, Kel Oesena Desa
Oenenu Selatan
X X X BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

Bab 1 0 | 41
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.6. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Strategis Pantura

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1,1 Penanganan terhadap Penataan Fisik 1.4.1 Penyusunan RTBL Kawasan Pesisir dan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
permukiman padat dan Bangunan dan Perbatasan X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
kumuh Lingkungan Swasta, BKM/KSM
1.4.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
sarana dasar permukiman X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
1.4.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
1,2 Penanganan dan Perumahan Fisik 1.5.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
penyediaan permukiman berpenghasilan rendah X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
bagi masyarakat Swasta, BKM/KSM
berpenghasilan rendah 1.5.2 Stimulan perbaikan rumah Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
1.5.3 Resettlement ex pengungsi Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
Swasta, BKM/KSM
Kabupaten, swasta, masyarakat

1,3 Penanggulangan terhadap Perumahan Fisik 1.6.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
kawasan permukiman yang daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
rawan bencana (banjir, dan perbukitan. X X X X X X X X Swasta, BKM/KSM
kekeringan, longsor dan
kebakaran)
Fisik 1.6.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
Fisik 1.6.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
daerah bencana untuk menampung air X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
dropping dari tangki Swasta, BKM/KSM
Fisik 1.6.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
rawan kekeringan Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
X X X X X X X X Swasta, BKM/KSM

1,4 Penyiapan lingkungan Perumahan Fisik 1.7.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
perumahan yang bersih dan X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
sehat terhindar dari penyakit Swasta, BKM/KSM
1,5 akibat sanitasi buruk
Pembangunan kawasan Perumahan Fisik 1.8.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
permukiman baru (New kawasan perumahan baru X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
development) Swasta, BKM/KSM
1.8.2 Pembangunan kawasan permukiman baru Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
(New development) X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
1.8.2 Penyediaan prasarana dan sarana Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
permukiman X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM

Bab 1 0 | 42
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1,6 Penanganan rumah-rumah Penantaan Fisik 1.9.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
adat/ tradisional Banbgunan dan dengan rumah adat / tradisional X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Lingkungan Swasta, BKM/KSM
1,70 Penanganan rumah tidak Perumahan Fisik 1.10.1 Stimulan perbaikan rumah Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
layak huni X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
Fisik 1.10.2 Penyediaan rumah layak huni Wini, Ponu Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Pemerintah Kabupaten, BLH Kabupaten Kabupaten, swasta, masyarakat
Sosial 1.10.3 Sosialisasi rumah sehat Wini, Ponu Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X X X X Pemerintah Kabupaten, BLH Kabupaten Kabupaten, swasta, masyarakat
1,80 Penyediaan prasarana Penataan Fisik 1.11.1 Penyediaan Work shop Gedung seni untuk Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
sarana permukiman yang bangunan dan kegiatan adat dan budaya X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
mendukung perkembangan lingkungan Fisik 1.11.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
sosial budaya masyarakat sarana permukiman yang mendukung X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
perkembangan kegiatan sosial ekonomi Swasta, BKM/KSM
Fisik 1.7.3 Penataan Bangunan dan Lingkungan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
Fisik 1.11.3 Penyediaan RTH dan taman kota Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
1,9 Pembinaan Teknis Penataan Perencanaan 1.12.1 Identifikasi asset dan kebutuhan Bangunan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
Bangunan Gedung Negara Bangunan dan Gedung Negara X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Lingkungan Swasta, BKM/KSM
Fisik 1.12.2 Pembangunan dan rehabilitasi Bangunan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
Gedung Negara di Perbatasan X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
1,10 Peningkatan aksesibilitas Jalan dan Perencanaan 1.13.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
dan kedekatan kota sebagai jembatan permukiman X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
bagian dari pengembangan Swasta, BKM/KSM
wilayah Wini, Ponu Fisik 1.13.2 Pembangunan jembatan untuk membuka Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
daerah terisolir dan pemerataan X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
pembangunan. Swasta, BKM/KSM
1,11 Penataan Permukiman Permukiman Fisik 1.14.1 Peningkatan Kualitas Permukiman kawasan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
Perdesaan pesisir X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Permukiman Fisik 1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Perbatasan, Wini, Ponu BPS Kabupaten,
Kemenpera, Swasta,
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Permukiman Fisik 1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Agropolitan Wini, Ponu BPS Kabupaten,
Kemenpera, Swasta,
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
BPS Kabupaten, Swasta,
Permukiman Fisik 1.14.1 Penyediaan PS permukiman terpencil Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Permukiman Fisik 1.14.1 Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan Wini, Ponu BPS Kabupaten,
Kemenpera, Swasta,
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
BPS Kabupaten, Swasta,
1,12 Penataan Kawasan Wisata Permukiman Fisik 1.2.1 Penataan Kawasan Wisata Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
BPS Kabupaten, Swasta,
1,13 Penataan Kawasan Industri Permukiman Fisik 1.2.1 Penataan Kawasan Industri yang terpadu Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
BPS Kabupaten, Swasta,
1,14 Penataan Kawasan Perkotaan Fisik 1.2.1 Penataan Kawasan Perbatasan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
Perbatasan X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
BPS Kabupaten, Swasta,

Bab 1 0 | 43
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
2. JALAN LINGKUNGAN Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
BPS Kabupaten, Swasta,
2,1 Pembangunan Jalan Jalan Lingkungan Fisik 2.4.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
Lingkungan dan jalan Akses permukiman Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
X X X X X X X X Swasta, BKM/KSM

2.4.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
lingkungan dan jalan akses
X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
Swasta, BKM/KSM
Kabupaten, swasta, masyarakat

2.4.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran


Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
Swasta, BKM/KSM
Kabupaten, swasta, masyarakat

2.4.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
daerah rawan longsor Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
X X X X X X X X Swasta, BKM/KSM

2,2 Pembangunan jembatan Fisik 2.5.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, Wini, Ponu Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD
dan bangunan pelengkap peningkatan dan pemeliharaan jembatan) X X X X X X X X Pemerintah Kabupaten, Dinas Perhubungan Kabupaten, swasta, masyarakat
jalan
Fisik 2.5.2 Penyediaan bangunan pelengkap jalan Wini, Ponu Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, APBN. APBD Provinsi, APBD
(Rambu-rambu, penunjuk jalan, kelas jalan, X X X X X Pemerintah Kabupaten, Dinas Perhubungan Kabupaten, swasta, masyarakat
Penerangan Jalan Umum)
3. DRAINASE

3,1 Penyediaan embung Fisik 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
sebagai retarding basin air
hujan
hujan dari permukiman agar meresap kedalam
tanah sebelum masuk ke sungai / main drain.
X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
Swasta, BKM/KSM
Kabupaten, swasta, masyarakat

3,2 Penataan saluran drainase Fisik 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
(pembangunan baru, peningkatan dan
pemeliharaan salluran)
X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
Swasta, BKM/KSM
Kabupaten, swasta, masyarakat

3,3 Penyediaan sumur resapan Fisik 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
permukiman baik ditingkat sistem kota maupun
persil)
X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten,
Swasta, BKM/KSM
Kabupaten, swasta, masyarakat

Bab 1 0 | 44
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
4. SEKTOR AIR MINUM Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
4,1 Peningkatan debit dan Fisik 4.2.1 Pencarian alternatif sumber air baku baru Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
suplai air baku (mata air, embung, sumur dalam, pengolahan X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
air laut, dll) PDAM, Swasta. masyarakat
4.2.2 Optimalisasi sumber air baku yang ada Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
PDAM, Swasta. masyarakat
4,2 Pengembangan cakupan 4.3.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
dan tingkat pelayanan air X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
minum 4.3.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum Wini, Ponu PDAM,
Kemen Swasta.
PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU masyarakat
APBN. APBD Provinsi, APBD
perpipaan dan non perpipaan dipermukiman X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
4,3 Pengembangan SPAM IKK Fisik 4.6.1 Pembuatan sistem SPAM IKK dalam Wini, Ponu PDAM, Swasta.
Kemen masyarakat
PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
penyediaan air minum perpipaan dan non Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
perpipaan dengan sumber dari Taekas Kec
X X X X PDAM, Swasta. masyarakat
Miomaffo / Oenenu induk Kec Bikomi
4,4 Pemberdayaan masyarakat Fisik 4.7.1 Sistem air bersih sederhana perkotaan dan Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
dalam pengembangan perdesaan X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
SPAM dengan PAMSIMAS PDAM, Swasta. masyarakat
4,5 Peningkatan akses air Fisik 4.8.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
minum untuk masyarakat didekat permukiman X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
yang inovatif dan hemat PDAM, Swasta. masyarakat
energi 4.8.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
seperti pompa air tenaga listrik, angin, tenaga X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
surya atau mikro hidro. PDAM, Swasta. masyarakat
4,6 Peningkatan akses air Fisik 4.9.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
minum untuk masyarakat masyarakat berpenghasilan rendah X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
berpenghasilan rendah PDAM, Swasta. masyarakat
4,7 Penanganan air minum Fisik 4.10.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
pada daerah bencana dengan dropping tangki air bersih, Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, PDAM,
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air X X X X X PDAM, Swasta. masyarakat
bersih.

Bab 1 0 | 45
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5,10 Peningkatan cakupan Fisik 5.2.1 Penyediaan TPA Landfill Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
pelayanan persampahan X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
Fisik 5.2.2 Pengadaan alat berat Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
Fisik 5.2.3 Pengadaan arm roll truck dan container Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
Fisik 5.2.4 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
persampahan X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
Fisik 5.2.5 Penyediaan TPS di permukiman dan Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
perkotaan X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
Kelembagaan 5.2.6 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
hingga tingkat lingkungan X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
Sosial 5.2.7 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
BKM/KSM
5,2 Peningkatan pengelolaan Sosial 5.4.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
persampahan melalui kebersihan X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
program 3R BKM/KSM
Fisik 5.4.2 Penyediaan TPS dan TPST 3R di permukiman Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
dan perkotaan X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
BKM/KSM
Fisik 5.4.3 Penyediaan mesin komposting di TPST dan Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
TPA X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
BKM/KSM
Fisik 5.4.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
BKM/KSM
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan Fisik 6.2.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
pelayanan sanitasi / air dilingkungan permukiman. (MCK Komunal dan X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
limbah jamban keluarga) BKM/KSM
Fisik 6.2.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, CBD X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
dll) BKM/KSM
Fisik 6.2.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
(IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
sakit, hotel, rumah makan, Rumah BKM/KSM
6,2 Penyediaan prasarana dan Fisik 6.3.1 Pemotongan Hewan, Pengolah
Penyediaan Instalasi Industri, IKM/UKM)
Tinja (IPLT) Wini, Ponu Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
sarana sanitasi / air limbah X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
Fisik 6.3.2 Penyediaan truk tinja Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
6,3 Pengelolaan air limbah Fisik 6.3.3 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
sistem off site X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
6,4 Pelibatan Masyarakat dalam Pelibatan 6.6.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan Wini, Ponu BKM/KSM
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD
pengembangan pelayanan masyarakat pelayanan sanitasi X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Kabupaten, swasta, masyarakat
sanitasi BKM/KSM

Bab 1 0 | 46
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
7. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT, KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN

7,1 Penguatan implementasi Pelibatan 7.3.2 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
pengelolaan sampah masyarakat di tingkat rumah tangga melalui kegiatan PKK X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
dengan 3 R (reuse, reduse, dan Karang Taruna Swasta, BKM/KSM
dan recycle ). Pelibatan 7.3.3 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
masyarakat pembuatan kompos dan pemanfaatan sampah X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
plastik untuk dijadikan kerajinan Swasta, BKM/KSM
7,2 Pengembangan pelayanan Pelibatan 7.4.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
air bersih kepada masyarakat secara partisipatif dan berbasis komunitas. X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
masyarakat melalui Swasta, BKM/KSM
7.4.2 Pembentukan pengelolaan air minum secara Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
pembangunan dan
partisipatif dan demokratis X X X X X X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
pengelolaan air bersih yang
Swasta, BKM/KSM
baik berbasis komunitas 7.4.3 Konservasi sumber air baku berbasis Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
komunitas X X X Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
Swasta, BKM/KSM
7,30 Peningkatan pelibatan Kelembagaan 7.11.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Wini, Ponu Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru APBN. APBD Provinsi, APBD
masyarakat dalam Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Kabupaten, swasta, masyarakat
penyelenggaraan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur X X X X X X X X Swasta, BKM/KSM
Infrastruktur Perkotaan Perkotaan.

Bab 1 0 | 47
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.7. Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Kabupaten TTU
PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1.1 Penyediaan data base dan sistem informasi Permukiman Perencanaan 1.1.1 Penyusunan data base dan sistem informasi permukiman Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
X X X X

1,2 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang permukiman Kabupaten TTU Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Rencana Penataan Permukiman Perkotaan (SPK, RP4D, penataan dan peremajaan, Pengembangan KTP2D, Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
dan perdesaan Pengembangan PS Kawasan Perbatasan, Pengembangan PS BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Kawasan Agropolitan, Penanganan Bencana, Penyediaan PS X X X X
permukiman terpencil, RTBL kawasan, Penataan RTH,
Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan, Pembangunan PS
Kawasan Pesisir, Pembangunan PS Kawasan Tradisional,
1,3 Penerbitan regulasi mengenai permukiman di Permukiman Legal 1.3.1 Penerbitan Perda RDTR, Zoning Regulation, Bangunan Gedung, Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov,
Kabupaten TTU IMB Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten,
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
X X X X X

1,4 Penanganan terhadap permukiman padat dan Penataan Fisik 1.4.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Kel.Benpasi, Kel Kefa Selatan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
kumuh Bangunan dan X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
Lingkungan BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.4.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.4.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
kegiatan sosial ekonomi X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,5 Penanganan dan penyediaan permukiman Perumahan Fisik 1.5.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah rendah X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.5.2 Stimulan perbaikan rumah Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.5.3 Resettlement ex pengungsi Kelurahan Tubuhue dan Kelurahan Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Maubeli X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Badan Pengelola Perbatasan,
1,6 Penanggulangan terhadap kawasan Perumahan Fisik 1.6.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor Kel Sasi, Kel Maubeli, Kel Benpasi, Kel Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
permukiman yang rawan bencana (banjir, tepi jalan, tepi sungai dan perbukitan. Bansone, Kel Aplasi, Kel Kefamenanu Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, Badan masyarakat
kekeringan, longsor dan kebakaran) Tengah, Kel Tubuhue, Kel Oelami, X X X X X X X X Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA
Kefa Selatan, Kefa Utara, Desa Niola Kabupaten, Swasta, Masyarakat
dan Taekas
Fisik 1.6.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, Badan masyarakat
Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA
Fisik 1.6.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
untuk menampung air dropping dari tangki X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, Badan masyarakat
Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA
Fisik 1.6.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Oelami, Kel Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Benpasi, Kel Kefa Selatan, Kel, Kefa Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, Badan masyarakat
Tengah, Kel Tubuhue, Kel Kefa Utara, X X X X X X X X Penanggulangan Bencana Nasional/Daerah, BAPPEDA
Kel Bansone, Desa Oenenu Utara dan Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Kel Aplasi
1,7 Penyiapan lingkungan perumahan yang Perumahan Fisik 1.7.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
bersih dan sehat terhindar dari penyakit X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
akibat sanitasi buruk BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,8 Pembangunan kawasan permukiman baru Perumahan Fisik 1.8.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan KM. 9, Desa Naiola, Kel. Sasi, Kel. Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
(New development) baru Maubeli, Kel. Tubuhue, Kel Oelami, Kel X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
Benpasi bagian RT 20,21,22 BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1.8.2 Pembangunan kawasan permukiman baru (New development) KM. 9, Desa Naiola, Kel. Sasi, Kel. Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Maubeli, Kel. Tubuhue X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
1.8.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Kabupaten TTU BAPPEDA
Kemenpera,Kabupaten,
Kemen PUSwasta, Masyarakat
Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
1,9 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional Penantaan Fisik 1.9.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah Kel Tubuhue, Desa Oenenu Induk dan BAPPEDA Kabupaten,
Kemenpera, Kemen PUSwasta, Masyarakat
Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Banbgunan dan adat / tradisional Desa Oenenu Utara X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
1,10 Penanganan rumah tidak layak huni Lingkungan
Perumahan Fisik 1.10.1 Stimulan perbaikan rumah Kabupaten TTU BAPPEDA
Kemenpera,Kabupaten,
Kemen PUSwasta, Masyarakat
Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
Fisik 1.10.2 Penyediaan rumah layak huni Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Sosial 1.10.3 Sosialisasi rumah sehat Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat

Bab 1 0 | 48
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
1,11 Penyediaan prasarana sarana permukiman Penataan Fisik 1.11.1 Penyediaan Work shop Gedung seni untuk kegiatan adat dan Kel Sasi dan Kel Tubuhue Kemenpera, Kemetrian Industri dan Perdagangan, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
yang mendukung perkembangan sosial bangunan dan budaya X X Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU masyarakat
budaya masyarakat lingkungan Fisik 1.11.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana permukiman Kabupaten TTU Kemenpera, Kemetrian Industri dan Perdagangan, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
yang mendukung perkembangan kegiatan sosial ekonomi X X X X X Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU masyarakat
Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA
Fisik 1.7.3 Penataan Bangunan dan Lingkungan (dikawasan KM. 9, pasar KM. 9, Pasar Lama, Pasar Baru, Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
lama, Terminal, Pasar Baru) Terminal, Rumah Dinas Bupati X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.11.3 Penyediaan RTH dan taman kota KM 9, Kelurahan Kefa Tengah dan Kemenpera, Kementrian Lingkungan Hidup, Kemen PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kelurahan Benpasi X X X X X Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, masyarakat
Dinas LH, Dinas PPRK Kabupaten, BAPPEDA
1,12 Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara Penataan Perencanaan 1.12.1 Identifikasi asset dan kebutuhan Bangunan Gedung Negara KM 9, Kel Benpasi, Kel Maubeli, Kel Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Bangunan dan Kefa Tengah, Kel Kefa Selatan X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
Lingkungan BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.12.2 Pembangunan dan rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
1,13 Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota Jalan dan Perencanaan 1.13.1 Penyusunan studi tataran transportasi lokal (tatralok) Kabupaten TTU Kemenpera, Kementrian Perhubungan, Kemen PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
sebagai bagian dari pengembangan wilayah jembatan X Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas Perhubungan, masyarakat
Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten,
Fisik 1.13.2 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Kabupaten TTU BAPPEDA Kabupaten,
Kemenpera, Kemen PUSwasta, Masyarakat
Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
BAPPEDA Kabupaten, Swasta, Masyarakat
Fisik 1.13.3 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan Kel Sasi ke Kel Tubuhue, Kel Maubeli Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pemerataan pembangunan. ke Kel Tubuhue, Kel Bansone ke X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, Dinas PPRK Kabupaten, masyarakat
1,14 Penataan Permukiman Perdesaan Permukiman Fisik 1.2.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Lingkungan Maumolo, Kel Kefa
Kabupaten TTU BAPPEDA
Kemenpera,Kabupaten,
Kemen PUSwasta, Masyarakat
Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov,
APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Permukiman Fisik 1.2.1 Pengembangan PS Kawasan Perbatasan, Wini Kabupaten,
Kemenpera,Swasta,
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Permukiman Fisik 1.2.1 Pengembangan PS Kawasan Agropolitan Eban Kabupaten, Swasta,
Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Kabupaten, Swasta,
Permukiman Fisik 1.2.1 Penyediaan PS Penanganan Bencana Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Kabupaten, Swasta,
Permukiman Fisik 1.2.1 Penyediaan PS permukiman terpencil Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Permukiman Fisik 1.2.1 Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan Wini Kabupaten,
Kemenpera,Swasta,
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Kabupaten, Swasta,
1,15 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang Pariwisata (RIPP, RTBL, Revitalisasi Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Rencana Penataan Kawasan Wisata kawasan wisata, dll) X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Kabupaten, Swasta,
1,16 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang Pengembangan Industri (KEK, KTM, Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Rencana Penataan Kawasan Industri Kapet, dll) X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, BPS masyarakat
Kabupaten, Swasta,
2. JALAN LINGKUNGAN

2,1 Penyusunan studi terkait transportasi Perencanaan 2.1.1 Penyusunan studi terkait sistem transpostasi Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X Kabupaten, Dinas Perhubungan masyarakat

2,2 Penyediaan regulasi jaringan jalan dan sistem Legal 2.2.1 Penyusunan regulasi jaringan jalan (Termasuk mengatur GSB Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
stransportasi dan pembatasan tonase kendaran) X X Kabupaten, Dinas Perhubungan masyarakat

Legal 2.2.2 Pengaturan hirarki jalan dan pembatasan tonase kendaraan Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X Kabupaten, Dinas Perhubungan masyarakat

Legal 2.2.3 Penyusunan standardisasi jalan lingkungan Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X Kabupaten, Dinas Perhubungan masyarakat

2,3 Penyusunan sistem informasi dan database Perencanaan 2.3.1 Penyusunan sistem informasi dan data base jaringan jalan di Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
jalan Kabupaten TTU X X Kabupaten, Dinas Perhubungan masyarakat

2,4 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Jalan Lingkungan Fisik 2.4.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Akses Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
X X X X X X X X BKM/KSM

2.4.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM
masyarakat

2.4.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM
masyarakat

2.4.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
X X X X X X X X BKM/KSM

2,5 Pembangunan jembatan dan bangunan Fisik 2.5.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pelengkap jalan pemeliharaan jembatan) X X X X X X X X Kabupaten, Dinas Perhubungan masyarakat

Fisik 2.5.2 Penyediaan bangunan pelengkap jalan (Rambu-rambu, penunjuk Kabupaten TTU Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Pemerintah APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
jalan, kelas jalan, Penerangan Jalan Umum) X X X X X Kabupaten, Dinas Perhubungan masyarakat

Bab 1 0 | 49
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
3. DRAINASE

3.1 Penyusunan Studi terkait drainase Drainase Legal 3.1.1 Penyusunan Studi Drainase (Master Plan Drainase Kawasan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kabupaten TTU dan Penyusunan Studi Pengembangan dan Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
Pengelolan Sungai) X X BKM/KSM

3.2 Penyediaan regulasi tentang drainase Legal 3.2.1 Penyusunan regulasi tentang drainase Kabupaten TTU. (Mengatur Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
sistem, hak, kewajiban, sanksi bagi masyarakat terkait Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
pengelolaan drainase kota) X X BKM/KSM

3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin Fisik 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
air hujan agar meresap kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main
drain.
X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM
masyarakat

3.4 Penataan saluran drainase Fisik 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
baru, peningkatan dan pemeliharaan salluran)
X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM
masyarakat

3.5 Penyediaan sumur resapan Fisik 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
ditingkat sistem kota maupun persil)
X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM
masyarakat

4. SEKTOR AIR MINUM

4.1. Penyediaan Studi terkait pengembangan Air Minum Perencanaan 4.1.1 Penyusunan Identifikasi Potensi Air Baku Kabupaten TTU Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
SPAM X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
Perencanaan 4.1.2 Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
Legal 4.1.3 Pembentukan kelembagaan SPAM Regional TTU-TTS Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
Perencanaan 4.1.4 Review DED Jaringan Distribusi Utama SPAM Regional Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
4.2 Peningkatan debit dan suplai air baku Fisik 4.2.1 Pencarian alternatif sumber air baku baru (mata air, embung, Kabupaten TTU (sumber air baku Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
sumur dalam, pengolahan air laut, dll) Desa Taekas dan Desa Oenenu X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Induk) Swasta.
4.2.2 Optimalisasi sumber air baku yang ada (Dari Gn Mutis,Taekas dan Oenenu
Kabupaten
Utara)
TTU (sumber air baku Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
Desa Taekas dan Desa Oenenu X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Induk) Swasta.
4.3 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.3.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
pelayanan air minum X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
4.3.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non Kabupaten TTU Swasta.
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
perpipaan dipermukiman X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
4.4 Peningkatan kinerja PDAM Perencanaan 4.4.1 Program penyehatan PDAM, penyusunan corporate plan Kabupaten TTU Swasta.PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU
Kemen APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
4.5 Pengurangan angka kehilangan air Fisik 4.5.1 Memperbaiki dan meningkatkan sistem perpipaan transmisi dan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
distribusi X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
4.5.2 Perbaikan pembacaan meteran air Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
4.6 Pengembangan SPAM IKK Fisik 4.6.1 Pembuatan sistem SPAM IKK dalam penyediaan air minum Kabupaten TTU (sumber air baku Swasta.
Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
perpipaan dan non perpipaan dengan sumber dari Taekas Kec Desa Taekas dan Desa Oenenu Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Miomaffo / Oenenu induk Kec Bikomi Induk)
X X X X Swasta.

4.7 Pemberdayaan masyarakat dalam Fisik 4.7.1 Sistem air bersih sederhana perkotaan dan perdesaan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
4.8 Peningkatan akses air minum untuk Fisik 4.8.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Desa Naiola, , Kel Kefa Utara, Kel Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi Bansone, Desa Oenenu induk,Kel X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Oelami dan Desa Taekas Swasta.
4.8.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
tenaga listrik, angin, tenaga surya atau mikro hidro. X X X X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
4.9 Peningkatan akses air minum untuk Fisik 4.9.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
masyarakat berpenghasilan rendah berpenghasilan rendah X X X X X Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
Swasta.
4.10 Penanganan air minum pada daerah bencana Fisik 4.10.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping Desa Naiola, Kel Sasi, Kel Oelami, Kel Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta, PDAM,
kekeringan dan rawan air tangki air bersih, penampungan air dan pembuatan sistem air Benpasi, Kel Kefa Selatan, Kel, Kefa Kabupaten, Balai PSDA, BAPPEDA Kabupaten, PDAM, masyarakat
bersih. Tengah, Kel Tubuhue, Kel Kefa Utara, X X X X X Swasta.
Kel Bansone, Desa Oenenu Utara dan
Kel Aplasi

Bab 1 0 | 50
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Penyediaan Studi terkait pengelolaan sampah Persampahan Perencanaan 5.1.1 Penyusunan Studi terkait pengelolaan sampah (Perencanaan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Teknik Manajemen Persampahan (PTMP), DED TPA Landfill, X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Studi Potensi Retribusi Kebersihan, dll)
5.2 Peningkatan cakupan pelayanan Fisik 5.2.1 Penyediaan TPA Landfill Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
persampahan X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 5.2.2 Pengadaan alat berat Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 5.2.3 Pengadaan arm roll truck dan container Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 5.2.4 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 5.2.5 Penyediaan TPS di permukiman dan perkotaan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Kelembagaan 5.2.6 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
lingkungan X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Sosial 5.2.7 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5,3 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah Legal 5.3.1 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah , kelembagaan dan tarif Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
retribusi kebersihan X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
5,4 Peningkatan pengelolaan persampahan Sosial 5.4.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
melalui program 3R X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 5.4.2 Penyediaan TPS dan TPST 3R di permukiman dan perkotaan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 5.4.3 Penyediaan mesin komposting di TPST dan TPA Desa Naiola / Kec Bikomi selatan Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 5.4.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Kel Benpasi Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Penyediaan Studi terkait Sanitasi Air Limbah Perencanaan 6.1.1 Partisipasi dalam Program Percepatan Sanitasi Perkotaan (studi Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
EHRA,Buku Putih Sanitasi, SSK) X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6.1.1 Penyusunan Rencana Induk dan DED Sistem air limbah kota Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6,2 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air Fisik 6.2.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
limbah permukiman. (MCK Komunal dan jamban keluarga) X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 6.2.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik KM 9, Kel Benpasi, Kel Maubeli, Kel Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
(pasar, terminal, sekolah, CBD dll) Kefa Tengah, Kel Kefa Selatan X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

Fisik 6.2.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
non domestik (Rumah sakit, hotel, rumah makan, Rumah X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM)
6,3 Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / Fisik 6.3.1 Penyediaan Instalasi Pengolah Tinja (IPLT) Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
air limbah X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
Fisik 6.3.2 Penyediaan truk tinja Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6.4 Pengelolaan air limbah sistem off site Fisik 6.3.3 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
6,5 Pemantapan kelembagaan pengelolaan air Sosial 6.4.1 Pembentukan, pelatihan kelembagaan pengelolaan air limbah Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
limbah X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

6,6 Penyediaan regulasi tentang pengolahan Legal 6.5.1 Penyusunan Perda tentang air limbah Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
limbah cair domestik dan non domestik X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

6,7 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan Pelibatan 6.6.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Kabupaten TTU Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pelayanan sanitasi masyarakat X X X X X X X X Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

Bab 1 0 | 51
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

PERIODE 5 TAHUN KE -
STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM KAWASAN I PELAKU SUMBER PENDANAAN
II III IV
1 2 3 4 5
7. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT, KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN

7,1 Penyediaan informasi tentang RTRW Peran Serta Pelibatan 7.1.1 Pemasangan peta Konsep Pola Ruang RTRW Kabupaten TTU di Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kabupaten TTU di kalangan masyarakat Masyarakat masyarakat beberapan kawasan strategis X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

7.1.2 Penyebaran informasi tentang RTRW dalam bentuk pamflet/ Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
leaflet X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
7,2 Menyediakan informasi tentang kawasan Pelibatan 7.2.1 Pemasangan papan larangan mendirikan di kawasan lindung Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
lindung (sempadan sungai kawasan hutan masyarakat (sempadan sungai, hutan lindung dll) X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
lindung) yang dilarang mendirikan bangunan
7.2.2 Penyuluhan di kawasan permukiman sekitar sungai dan hutan Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
lindung. X X X X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat
7.2.3 Penyuluhan di sekolah-sekolah setingkat SLTA dan perguruan Kabupaten TTU Dinas Ciptaru Prov, Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
tinggi tentang pentingnya kawasan lindung X X X Kabupaten, Swasta, BKM/KSM masyarakat

7,3 Peningkatan Kapasitas forum Lembaga Pelibatan 7.3.1 Pembinaan manajemen dan teknis KSM-KSM pengelola Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Swadaya Masyarakat dan atau Kelompok masyarakat infrastruktur dan sanitasi komunal Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
Swadaya Masyarakat dalam penangaman BKM/KSM
masalah pengelolaan permukiman dan X X X X X X X X
infrastruktur

Penguatan implementasi pengelolaan sampah Pelibatan 7.3.2 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). masyarakat tangga melalui kegiatan PKK dan Karang Taruna X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM
Pelibatan 7.3.3 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
masyarakat dan pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan kerajinan X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM
7,4 Pengembangan pelayanan air bersih kepada Pelibatan 7.4.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
masyarakat melalui pembangunan dan masyarakat dan berbasis komunitas. X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
pengelolaan air bersih yang baik berbasis BKM/KSM
7.4.2 Pembentukan pengelolaan air minum secara partisipatif dan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
komunitas
demokratis X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM
7.4.3 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM
7,5 Peningkatkan pelibatan peran swasta pada Pelibatan 7.5.1 Program Satuan Kerja pada Kerjasama Swasta pada Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
penyelenggaraan infrastruktur perkotaan. masyarakat Penyelenggaraan & Operasional Infrastruktur Perkotaan X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM
7,6 Peningkatan pendapatan PAD pada Pembiayaan Pembiayaan 7.6.1 Program Intensifikasi dan eksentifikasi pajak dan retribusi daerah Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
pengelolaan Infrastruktur Perkotaan pada penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan
X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta,
BKM/KSM
masyarakat

7,7 Pengkajian sumber pendanaan baru melalui Pembiayaan 7.7.1 Program peningkatan kinerja swadaya masyarakat pada Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
swadaya masyarakat pada penyelenggaraan penyelenggaraan Operasional & Pemeliharaan Infrastruktur Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
Operasional &Pemeliharaan infrastruktur Perkotaan. X X X BKM/KSM
Perkotaan

7,8 Peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah Kelembagaan Kelembagaan 7.8.1 Program pelatihan aparat pemerintah daerah pada Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
& Peran swasta pada penyelenggaraan penyelengggaraan infrastruktur perkotaan Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
infrastruktur Perkotaan
X X X X X BKM/KSM

7,9 Peningkatan kerjasama pihak swasta melalui Kelembagaan 7.9.1 Program Peningkatan Kerjasama dengan swasta pada Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) pada penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan. X X X X X BKM/KSM

7,10 Peningkatan Kualitas SDM pada Kelembagaan 7.10.1 Program Pelatihan bagi aparat Pemkot pada penyelenggaraan Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
penyelenggaraan infrastruktur Perkotaan Operaional & Pemeliharaan Infrastruktur Perkotaan. X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
BKM/KSM
7,11 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam Kelembagaan 7.11.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kabupaten TTU Kemenpera, Kemen PU Ciptakarya, Dinas Ciptaru Prov, APBN. APBD Provinsi, APBD Kabupaten, swasta,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Kelembagaan Lokal Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur X X X X X X X X Dinas PU Kabupaten, BAPPEDA Kabupaten, Swasta, masyarakat
Perkotaan. BKM/KSM

Bab 1 0 | 52
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

10.2 ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM

Analisis dampak memperkirakan dampak dari penerapan suatu program yang


telah dirumuskan (outcome).. Analisis dampak penerapan program dilakukan pada
program skala kota dan skala kawasan sebagai berikut :

1. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan


Skala Kabupaten Timor Tengah Utara.
2. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Km 9 dan Benpasi
3. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Kota Lama
4. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Bansone
5. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Taekas
6. Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Skala Kawasan Strategis Pantura

Secara detail, strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur


perkotaan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Bab 1 0 | 53
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.8. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kabupaten Timor Tengah Utara.

STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM DAMPAK

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1.1 Penyediaan data base dan sistem informasi Permukiman Perencanaan 1.1.1 Penyusunan data base dan sistem informasi permukiman Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi
permukiman permukiman.

1,2 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.2.1 Penyusunan Studi tentang permukiman Kabupaten TTU Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi
Rencana Penataan Permukiman Perkotaan (SPK, RP4D, penataan dan peremajaan, Pengembangan KTP2D, Pengembangan PS permukiman.
dan perdesaan Kawasan Perbatasan, Pengembangan PS Kawasan Agropolitan, Penanganan
Bencana, Penyediaan PS permukiman terpencil, RTBL kawasan, Penataan RTH,
Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan, Pembangunan PS Kawasan Pesisir,
Pembangunan PS Kawasan Tradisional, Pemberdayaan masyarakat)

1,3 Penerbitan regulasi mengenai permukiman di Permukiman Legal 1.3.1 Penerbitan Perda RDTR, Zoning Regulation, Bangunan Gedung, IMB Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi
Kabupaten TTU permukiman.

1,4 Penanganan terhadap permukiman padat dan Penataan Fisik 1.4.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi
kumuh Bangunan dan permukiman.
Lingkungan
1.4.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman Peningkatan kualitas lingkungan permukiman; keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan
harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1.4.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Peningkatan kesejahteraan masyarakat; Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan
harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,5 Penanganan dan penyediaan permukiman Perumahan Fisik 1.5.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
bagi masyarakat berpenghasilan rendah akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1.5.2 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1.5.3 Resettlement ex pengungsi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,6 Penanggulangan terhadap kawasan Perumahan Fisik 1.6.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
kekeringan, longsor dan kebakaran)

Fisik 1.6.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 1.6.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
dropping dari tangki akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 1.6.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 54
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM DAMPAK

1,7 Penyiapan lingkungan perumahan yang Perumahan Fisik 1.7.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
bersih dan sehat terhindar dari penyakit akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
akibat sanitasi buruk
1,8 Pembangunan kawasan permukiman baru Perumahan Fisik 1.8.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
(New development) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1.8.2 Pembangunan kawasan permukiman baru (New development) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.8.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,9 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional Penantaan Fisik 1.9.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Banbgunan dan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
Lingkungan
1,10 Penanganan rumah tidak layak huni Perumahan Fisik 1.10.1 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 1.10.2 Penyediaan rumah layak huni Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Sosial 1.10.3 Sosialisasi rumah sehat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,11 Penyediaan prasarana sarana permukiman Penataan Fisik 1.11.1 Penyediaan Work shop Gedung seni untuk kegiatan adat dan budaya Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
yang mendukung perkembangan sosial bangunan dan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
budaya masyarakat lingkungan
Fisik 1.11.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana permukiman yang mendukung Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
perkembangan kegiatan sosial ekonomi akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 1.7.3 Penataan Bangunan dan Lingkungan (dikawasan KM. 9, pasar lama, Terminal, Pasar Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Baru) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 1.11.3 Penyediaan RTH dan taman kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,12 Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara Penataan Perencanaan 1.12.1 Identifikasi asset dan kebutuhan Bangunan Gedung Negara Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Bangunan dan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
Lingkungan
Fisik 1.12.2 Pembangunan dan rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 55
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM DAMPAK

1,13 Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota Jalan dan Perencanaan 1.13.1 Penyusunan studi tataran transportasi lokal (tatralok) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
sebagai bagian dari pengembangan wilayah jembatan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
Kabupaten TTU
Fisik 1.13.2 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 1.13.3 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pembangunan. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,14 Penataan Permukiman Perdesaan Permukiman Fisik 1.14.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Permukiman Fisik 1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Perbatasan, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Permukiman Fisik 1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Agropolitan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Permukiman Fisik 1.14.1 Penyediaan PS Penanganan Bencana Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Permukiman Fisik 1.14.1 Penyediaan PS permukiman terpencil Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Permukiman Fisik 1.14.1 Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,15 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.15.1 Penyusunan Studi tentang Pariwisata (RIPP, RTBL, Revitalisasi kawasan wisata, dll) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Rencana Penataan Kawasan Wisata akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

1,16 Penyediaan Dokumen identifikasi dan Permukiman Perencanaan 1.16.1 Penyusunan Studi tentang Pengembangan Industri (KEK, KTM, Kapet, dll) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Rencana Penataan Kawasan Industri akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

2. JALAN LINGKUNGAN

2,1 Penyusunan studi terkait transportasi Perencanaan 2.1.1 Penyusunan studi terkait sistem transpostasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

2,2 Penyediaan regulasi jaringan jalan dan sistem Legal 2.2.1 Penyusunan regulasi jaringan jalan (Termasuk mengatur GSB dan pembatasan tonase Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
stransportasi kendaran) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Legal 2.2.2 Pengaturan hirarki jalan dan pembatasan tonase kendaraan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Legal 2.2.3 Penyusunan standardisasi jalan lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 56
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM DAMPAK

2,3 Penyusunan sistem informasi dan database Perencanaan 2.3.1 Penyusunan sistem informasi dan data base jaringan jalan di Kabupaten TTU Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
jalan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

2,4 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan Jalan Lingkungan Fisik 2.4.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Akses akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

2.4.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

2.4.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

2.4.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

2,5 Pembangunan jembatan dan bangunan Fisik 2.5.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pelengkap jalan jembatan) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 2.5.2 Penyediaan bangunan pelengkap jalan (Rambu-rambu, penunjuk jalan, kelas jalan, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Penerangan Jalan Umum) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

3. DRAINASE

3.1 Penyusunan Studi terkait drainase Drainase Legal 3.1.1 Penyusunan Studi Drainase (Master Plan Drainase Kawasan Kabupaten TTU dan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Penyusunan Studi Pengembangan dan Pengelolan Sungai) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

3.2 Penyediaan regulasi tentang drainase Legal 3.2.1 Penyusunan regulasi tentang drainase Kabupaten TTU. (Mengatur sistem, hak, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
kewajiban, sanksi bagi masyarakat terkait pengelolaan drainase kota) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin Fisik 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

3.4 Penataan saluran drainase Fisik 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pemeliharaan salluran) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

3.5 Penyediaan sumur resapan Fisik 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
maupun persil) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4. SEKTOR AIR MINUM

4.1. Penyediaan Studi terkait pengembangan Air Minum Perencanaan 4.1.1 Penyusunan Identifikasi Potensi Air Baku Kabupaten TTU Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
SPAM akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Perencanaan 4.1.2 Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Legal 4.1.3 Pembentukan kelembagaan SPAM Regional TTU-TTS Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Perencanaan 4.1.4 Review DED Jaringan Distribusi Utama SPAM Regional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 57
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM DAMPAK

4.2 Peningkatan debit dan suplai air baku Fisik 4.2.1 Pencarian alternatif sumber air baku baru (mata air, embung, sumur dalam, pengolahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
air laut, dll) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.2.2 Optimalisasi sumber air baku yang ada (Dari Gn Mutis,Taekas dan Oenenu Utara) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.3 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.3.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pelayanan air minum akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.3.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.4 Peningkatan kinerja PDAM Perencanaan 4.4.1 Program penyehatan PDAM, penyusunan corporate plan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.5 Pengurangan angka kehilangan air Fisik 4.5.1 Memperbaiki dan meningkatkan sistem perpipaan transmisi dan distribusi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.5.2 Perbaikan pembacaan meteran air Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.6 Pengembangan SPAM IKK Fisik 4.6.1 Pembuatan sistem SPAM IKK dalam penyediaan air minum perpipaan dan non Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
perpipaan dengan sumber dari Taekas Kec Miomaffo / Oenenu induk Kec Bikomi akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.7 Pemberdayaan masyarakat dalam Fisik 4.7.1 Sistem air bersih sederhana perkotaan dan perdesaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.8 Peningkatan akses air minum untuk Fisik 4.8.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
masyarakat yang inovatif dan hemat energi akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.8.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga listrik, angin, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
tenaga surya atau mikro hidro. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.9 Peningkatan akses air minum untuk Fisik 4.9.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
masyarakat berpenghasilan rendah akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

4.10 Penanganan air minum pada daerah bencana Fisik 4.10.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Penyediaan Studi terkait pengelolaan sampah Persampahan Perencanaan 5.1.1 Penyusunan Studi terkait pengelolaan sampah (Perencanaan Teknik Manajemen Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Persampahan (PTMP), DED TPA Landfill, Studi Potensi Retribusi Kebersihan, dll) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

5.2 Peningkatan cakupan pelayanan Fisik 5.2.1 Penyediaan TPA Landfill Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
persampahan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 5.2.2 Pengadaan alat berat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 5.2.3 Pengadaan arm roll truck dan container Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 5.2.4 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 5.2.5 Penyediaan TPS di permukiman dan perkotaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Kelembagaan 5.2.6 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Sosial 5.2.7 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

5,3 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah Legal 5.3.1 Penyediaan regulasi pengelolaan sampah , kelembagaan dan tarif retribusi kebersihan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 58
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM DAMPAK

5,4 Peningkatan pengelolaan persampahan Sosial 5.4.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
melalui program 3R akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 5.4.2 Penyediaan TPS dan TPST 3R di permukiman dan perkotaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 5.4.3 Penyediaan mesin komposting di TPST dan TPA Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 5.4.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Penyediaan Studi terkait Sanitasi Air Limbah Perencanaan 6.1.1 Partisipasi dalam Program Percepatan Sanitasi Perkotaan (studi EHRA,Buku Putih Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Sanitasi, SSK) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6.1.1 Penyusunan Rencana Induk dan DED Sistem air limbah kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6,2 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air Fisik 6.2.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
limbah dan jamban keluarga) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 6.2.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
CBD dll) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 6.2.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6,3 Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / Fisik 6.3.1 Penyediaan Instalasi Pengolah Tinja (IPLT) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
air limbah akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Fisik 6.3.2 Penyediaan truk tinja Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6.4 Pengelolaan air limbah sistem off site Fisik 6.3.3 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6,5 Pemantapan kelembagaan pengelolaan air Sosial 6.4.1 Pembentukan, pelatihan kelembagaan pengelolaan air limbah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
limbah akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6,6 Penyediaan regulasi tentang pengolahan Legal 6.5.1 Penyusunan Perda tentang air limbah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
limbah cair domestik dan non domestik akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

6,7 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan Pelibatan 6.6.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pelayanan sanitasi masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 59
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI SEKTOR ASPEK PROGRAM DAMPAK

7. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT, KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN

7,1 Penyediaan informasi tentang RTRW Peran Serta Pelibatan 7.1.1 Pemasangan peta Konsep Pola Ruang RTRW Kabupaten TTU di beberapan kawasan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Kabupaten TTU di kalangan masyarakat Masyarakat masyarakat strategis akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7.1.2 Penyebaran informasi tentang RTRW dalam bentuk pamflet/ leaflet Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7,2 Menyediakan informasi tentang kawasan Pelibatan 7.2.1 Pemasangan papan larangan mendirikan di kawasan lindung (sempadan sungai, hutan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
lindung (sempadan sungai kawasan hutan masyarakat lindung dll) akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
lindung) yang dilarang mendirikan bangunan
7.2.2 Penyuluhan di kawasan permukiman sekitar sungai dan hutan lindung. Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7.2.3 Penyuluhan di sekolah-sekolah setingkat SLTA dan perguruan tinggi tentang Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pentingnya kawasan lindung akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7,3 Peningkatan Kapasitas forum Lembaga Pelibatan 7.3.1 Pembinaan manajemen dan teknis KSM-KSM pengelola infrastruktur dan sanitasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Swadaya Masyarakat dan atau Kelompok masyarakat komunal akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
Swadaya Masyarakat dalam penangaman
masalah pengelolaan
Penguatan permukiman
implementasi dansampah
pengelolaan Pelibatan 7.3.2 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). masyarakat PKK dan Karang Taruna akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Pelibatan 7.3.3 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
masyarakat sampah plastik untuk dijadikan kerajinan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7,4 Pengembangan pelayanan air bersih kepada Pelibatan 7.4.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
masyarakat melalui pembangunan dan masyarakat komunitas. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
pengelolaan air bersih yang baik berbasis
komunitas 7.4.2 Pembentukan pengelolaan air minum secara partisipatif dan demokratis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7.4.3 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7,5 Peningkatkan pelibatan peran swasta pada Pelibatan 7.5.1 Program Satuan Kerja pada Kerjasama Swasta pada Penyelenggaraan & Operasional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
penyelenggaraan infrastruktur perkotaan. masyarakat Infrastruktur Perkotaan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7,6 Peningkatan pendapatan PAD pada Pembiayaan Pembiayaan 7.6.1 Program Intensifikasi dan eksentifikasi pajak dan retribusi daerah pada Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
pengelolaan Infrastruktur Perkotaan penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7,7 Pengkajian sumber pendanaan baru melalui Pembiayaan 7.7.1 Program peningkatan kinerja swadaya masyarakat pada penyelenggaraan Operasional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
swadaya masyarakat pada penyelenggaraan & Pemeliharaan Infrastruktur Perkotaan. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
Operasional &Pemeliharaan infrastruktur
7,8 Perkotaan
Peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah Kelembagaan Kelembagaan 7.8.1 Program pelatihan aparat pemerintah daerah pada penyelengggaraan infrastruktur Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
& Peran swasta pada penyelenggaraan perkotaan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
infrastruktur Perkotaan
7,9 Peningkatan kerjasama pihak swasta melalui Kelembagaan 7.9.1 Program Peningkatan Kerjasama dengan swasta pada penyelenggaraan Infrastruktur Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) pada Perkotaan akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan.
7,10 Peningkatan Kualitas SDM pada Kelembagaan 7.10.1 Program Pelatihan bagi aparat Pemkot pada penyelenggaraan Operaional & Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
penyelenggaraan infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan Infrastruktur Perkotaan. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

7,11 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam Kelembagaan 7.11.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan, Keresahan masyarakat
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan. akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 60
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.9. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Km 9 dan Benpasi

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1,1 Penanganan terhadap permukiman padat dan 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kumuh Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,2 Penanganan dan penyediaan permukiman 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.3 Resettlement ex pengungsi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
kekeringan, longsor dan kebakaran) perbaikan kondisi permukiman.
1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dropping dari tangki Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,4 Pembangunan kawasan permukiman baru 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
(New development) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 61
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

1,5 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,6 Penanganan rumah tidak layak huni 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7 Peningkatan aksesibiltas pada kawasan 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pembangunan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,8 Peningkatan akses permukiman terhadap 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, persampahan, sanitasi, air minum, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sanitasi yang baik drainase, jalan lingkungan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Akses Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2,2 Pembangunan jembatan dan bangunan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelengkap jalan jembatan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 62
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

3. DRAINASE
3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pemeliharaan salluran) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
maupun persil) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4. SEKTOR AIR MINUM Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
4.1 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Keresahan
Peningkatanmasyarakat akan kegiatan
kualitas permukiman, survei yang dilakukan
ketergantungan masyarakatdanpada
harapan akanbantuan,
program perwujudan
pelayanan air minum Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.2 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.2.1 Program PAMSIMAS Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3 Peningkatan akses air minum untuk 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga angin, tenaga Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
surya atau mikro hidro. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.4 Peningkatan akses air minum untuk 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.5 Penanganan air minum pada daerah bencana 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 63
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan sampah 5.1.1 Pengadaan alat pengangkut dan pengumpul persampahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5,2 Peningkatan pengelolaan persampahan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
melalui program 3R Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
limbah dan jamban keluarga) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
CBD dll) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.2 Pengelolaan air limbah sistem off site 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6,3 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan sanitasi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 64
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi pengelolaan sampah 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). PKK dan Karang Taruna Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,2 Pengembangan pelayanan air bersih kepada 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat melalui pembangunan dan komunitas. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
pengelolaan air bersih yang baik berbasis perbaikan kondisi permukiman.
komunitas 7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,3 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
minum, persampahan dan sanitasi) perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 65
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.10. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Kota Lama

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1,1 Penanganan terhadap permukiman padat dan 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kumuh Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,2 Penanganan dan penyediaan permukiman 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.3 Resettlement ex pengungsi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
kekeringan, longsor dan kebakaran) perbaikan kondisi permukiman.
1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dropping dari tangki Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,4 Pembangunan kawasan permukiman baru 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
(New development) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,5 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 66
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1,6 Penanganan rumah tidak layak huni 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7 Peningkatan aksesibiltas pada kawasan 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pembangunan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,8 Peningkatan akses permukiman terhadap 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, persampahan, sanitasi, air minum, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sanitasi yang baik drainase, jalan lingkungan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Akses Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2,2 Pembangunan jembatan dan bangunan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelengkap jalan jembatan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3. DRAINASE
3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pemeliharaan salluran) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
maupun persil) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 67
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

4. SEKTOR AIR MINUM


4.1 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan air minum Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.2 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.2.1 Program PAMSIMAS Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3 Peningkatan akses air minum untuk 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga angin, tenaga Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
surya atau mikro hidro. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.4 Peningkatan akses air minum untuk 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.5 Penanganan air minum pada daerah bencana 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan sampah 5.1.1 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5,2 Peningkatan pengelolaan persampahan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
melalui program 3R Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 68
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

4. SEKTOR AIR MINUM


6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
limbah dan jamban keluarga) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
CBD dll) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.2 Pengelolaan air limbah sistem off site 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6,3 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan sanitasi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi pengelolaan sampah 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). PKK dan Karang Taruna Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,2 Pengembangan pelayanan air bersih kepada 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat melalui pembangunan dan komunitas. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
pengelolaan air bersih yang baik berbasis perbaikan kondisi permukiman.
komunitas 7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,3 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
minum, persampahan dan sanitasi) perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 69
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.11. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Bansone

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1,1 Penanganan terhadap permukiman padat dan 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kumuh Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,2 Penanganan dan penyediaan permukiman 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.3 Resettlement ex pengungsi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
kekeringan, longsor dan kebakaran) perbaikan kondisi permukiman.
1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dropping dari tangki Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,4 Pembangunan kawasan permukiman baru 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
(New development) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,5 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 70
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1,6 Penanganan rumah tidak layak huni 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7 Peningkatan aksesibiltas pada kawasan 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pembangunan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,8 Peningkatan akses permukiman terhadap 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, persampahan, sanitasi, air minum, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sanitasi yang baik drainase, jalan lingkungan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Akses Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 71
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

2,2 Pembangunan jembatan dan bangunan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelengkap jalan jembatan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3. DRAINASE
3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pemeliharaan salluran) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
maupun persil) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4. SEKTOR AIR MINUM
4.1 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan air minum Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.2 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.2.1 Program PAMSIMAS Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3 Peningkatan akses air minum untuk 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga angin, tenaga Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
surya atau mikro hidro. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.4 Peningkatan akses air minum untuk 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.5 Penanganan air minum pada daerah bencana 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 72
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan sampah 5.1.1 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5,2 Peningkatan pengelolaan persampahan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
melalui program 3R Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
limbah dan jamban keluarga) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
CBD dll) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.2 Pengelolaan air limbah sistem off site 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6,3 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan sanitasi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 73
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi pengelolaan sampah 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). PKK dan Karang Taruna Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,2 Pengembangan pelayanan air bersih kepada 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat melalui pembangunan dan komunitas. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
pengelolaan air bersih yang baik berbasis perbaikan kondisi permukiman.
komunitas 7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,3 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
minum, persampahan dan sanitasi) perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 74
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.12. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Taekas

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1,1 Penanganan terhadap permukiman padat dan 1.1.1 Penyusunan RTBL lingkungan kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kumuh Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman kumuh Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.1.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,2 Penanganan dan penyediaan permukiman 1.2.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.2 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.2.3 Resettlement ex pengungsi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.3.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
kekeringan, longsor dan kebakaran) perbaikan kondisi permukiman.
1.3.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dropping dari tangki Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.3.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,4 Pembangunan kawasan permukiman baru 1.4.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
(New development) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.4.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 75
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1,5 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional 1.5.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,6 Penanganan rumah tidak layak huni 1.6.1 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.2 Penyediaan rumah layak huni Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.6.3 Sosialisasi rumah sehat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7 Peningkatan aksesibiltas pada kawasan 1.7.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1.7.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pembangunan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
1,8 Peningkatan akses permukiman terhadap 1.8.1 Penyehatan Lingkungan permukiman (SANIMAS, persampahan, sanitasi, air minum, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sanitasi yang baik drainase, jalan lingkungan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2. JALAN LINGKUNGAN
2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan 2.1.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Akses Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2.1.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
2,2 Pembangunan jembatan dan bangunan 2.2.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelengkap jalan jembatan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 76
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

3. DRAINASE
3.3 Penyediaan embung sebagai retarding basin 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.4 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pemeliharaan salluran) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
3.5 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
maupun persil) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4. SEKTOR AIR MINUM
4.1 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.1.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan air minum Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.1.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.2 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.2.1 Program PAMSIMAS Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3 Peningkatan akses air minum untuk 4.3.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.3.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga angin, tenaga Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
surya atau mikro hidro. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.4 Peningkatan akses air minum untuk 4.4.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
4.5 Penanganan air minum pada daerah bencana 4.5.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 77
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5.1 Peningkatan cakupan pelayan sampah 5.1.1 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.2 Penyediaan TPS di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.3 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.1.4 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5,2 Peningkatan pengelolaan persampahan 5.2.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
melalui program 3R Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.2 Penyediaan TPST 3R di permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.3 Penyediaan mesin komposting di TPST Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
5.2.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6. SEKTOR AIR LIMBAH

6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air 6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
limbah dan jamban keluarga) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
CBD dll) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.1.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6.2 Pengelolaan air limbah sistem off site 6.2.1 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
6,3 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan 6.3.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan sanitasi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 78
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

7. ASPEK PEKPERAN SERTA MASYARAKAT

7,1 Penguatan implementasi pengelolaan sampah 7.1.1 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). PKK dan Karang Taruna Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7.1.2 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,2 Pengembangan pelayanan air bersih kepada 7.2.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat melalui pembangunan dan komunitas. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
pengelolaan air bersih yang baik berbasis perbaikan kondisi permukiman.
komunitas 7.2.2 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
perbaikan kondisi permukiman.
7,3 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam 7.3.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan (jalan lingkungan, drainase, air Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan perwujudan
minum, persampahan dan sanitasi) perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 79
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

Tabel IX.13. Analisis Dampak Penerapan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Skala Kawasan Strategis Pantura

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1.PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


1,1 Penanganan terhadap permukiman padat dan 1.4.1 Penyusunan RTBL Kawasan Pesisir dan Perbatasan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kumuh Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.4.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.4.3 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,2 Penanganan dan penyediaan permukiman 1.5.1 Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
bagi masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.5.2 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.5.3 Resettlement ex pengungsi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,3 Penanggulangan terhadap kawasan 1.6.1 Penyediaan dinding penahan tanah pada daerah rawan longsor tepi jalan, tepi sungai Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
permukiman yang rawan bencana (banjir, dan perbukitan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
kekeringan, longsor dan kebakaran) perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.6.2 Penyediaan sistem pemadam kebakaran kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.6.3 Penyediaan reservoir dan hidran Umum pada daerah bencana untuk menampung air Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dropping dari tangki Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.6.4 Penyediaan sistem air bersih pada daerah rawan kekeringan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 80
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1,4 Penyiapan lingkungan perumahan yang 1.7.1 Peningkatan Kualitas Permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
bersih dan sehat terhindar dari penyakit Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
akibat sanitasi buruk perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,5 Pembangunan kawasan permukiman baru 1.8.1 Penyiapan kasiba lisiba dan pengembangan kawasan perumahan baru Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
(New development) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.8.2 Pembangunan kawasan permukiman baru (New development) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.8.2 Penyediaan prasarana dan sarana permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,6 Penanganan rumah-rumah adat/ tradisional 1.9.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan dengan rumah adat / tradisional Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,70 Penanganan rumah tidak layak huni 1.10.1 Stimulan perbaikan rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.10.2 Penyediaan rumah layak huni Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.10.3 Sosialisasi rumah sehat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,80 Penyediaan prasarana sarana permukiman 1.11.1 Penyediaan Work shop Gedung seni untuk kegiatan adat dan budaya Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
yang mendukung perkembangan sosial Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
budaya masyarakat perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.11.2 Penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana permukiman yang mendukung Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
perkembangan kegiatan sosial ekonomi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.7.3 Penataan Bangunan dan Lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.11.3 Penyediaan RTH dan taman kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,9 Pembinaan Teknis Bangunan Gedung Negara 1.12.1 Identifikasi asset dan kebutuhan Bangunan Gedung Negara Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.12.2 Pembangunan dan rehabilitasi Bangunan Gedung Negara di Perbatasan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 81
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

1,10 Peningkatan aksesibilitas dan kedekatan kota 1.13.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sebagai bagian dari pengembangan wilayah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
Wini, Ponu perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.13.2 Pembangunan jembatan untuk membuka daerah terisolir dan pemerataan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pembangunan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,11 Penataan Permukiman Perdesaan 1.14.1 Peningkatan Kualitas Permukiman kawasan pesisir Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Perbatasan, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.14.1 Pengembangan PS Kawasan Agropolitan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.14.1 Penyediaan PS permukiman terpencil Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1.14.1 Pembangunan PS Kumuh dan Nelayan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,12 Penataan Kawasan Wisata 1.2.1 Penataan Kawasan Wisata Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,13 Penataan Kawasan Industri 1.2.1 Penataan Kawasan Industri yang terpadu Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
1,14 Penataan Kawasan Perbatasan 1.2.1 Penataan Kawasan Perbatasan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 82
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

2. JALAN LINGKUNGAN

2,1 Pembangunan Jalan Lingkungan dan jalan 2.4.1 Pembangunan jalan akses antar lingkungan permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Akses Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
2.4.2 Peningkatan dan pemeliharaan jalan lingkungan dan jalan akses Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
2.4.3 Penyediaan jalan inspeksi di tepi sungai dan saluran Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
2.4.4 Penyediaan sistem penahan tanah pada daerah rawan longsor Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
2,2 Pembangunan jembatan dan bangunan 2.5.1 Pembangunan jembatan (Pembangunan baru, peningkatan dan pemeliharaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelengkap jalan jembatan) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
2.5.2 Penyediaan bangunan pelengkap jalan (Rambu-rambu, penunjuk jalan, kelas jalan, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Penerangan Jalan Umum) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
3. DRAINASE

3,1 Penyediaan embung sebagai retarding basin 3.3.1 Penyediaan embung yang menampung air hujan dari permukiman agar meresap Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
air hujan kedalam tanah sebelum masuk ke sungai / main drain. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
3,2 Penataan saluran drainase 3.4.1 Pembangunan saluran drainase dipermukiman (pembangunan baru, peningkatan dan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pemeliharaan salluran) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
3,3 Penyediaan sumur resapan 3.5.1 Pembangunan sumur resapan (dikawasan permukiman baik ditingkat sistem kota Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
maupun persil) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 83
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

4. SEKTOR AIR MINUM

4,1 Peningkatan debit dan suplai air baku 4.2.1 Pencarian alternatif sumber air baku baru (mata air, embung, sumur dalam, pengolahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
air laut, dll) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4.2.2 Optimalisasi sumber air baku yang ada Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4,2 Pengembangan cakupan dan tingkat 4.3.1 Peningkatan jaringan perpipaan distribusi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan air minum Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4.3.2 Penyediaan sistem penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dipermukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4,3 Pengembangan SPAM IKK 4.6.1 Pembuatan sistem SPAM IKK dalam penyediaan air minum perpipaan dan non Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
perpipaan dengan sumber dari Taekas Kec Miomaffo / Oenenu induk Kec Bikomi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4,4 Pemberdayaan masyarakat dalam 4.7.1 Sistem air bersih sederhana perkotaan dan perdesaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pengembangan SPAM dengan PAMSIMAS Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4,5 Peningkatan akses air minum untuk 4.8.1 Pemanfaatan sumber air baku yang terdapat didekat permukiman Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat yang inovatif dan hemat energi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4.8.2 Pemanfaatan teknologi yang hemat energi seperti pompa air tenaga listrik, angin, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
tenaga surya atau mikro hidro. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4,6 Peningkatan akses air minum untuk 4.9.1 Penyediaan prasarana sarana ai r minum pada masyarakat berpenghasilan rendah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat berpenghasilan rendah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
4,7 Penanganan air minum pada daerah bencana 4.10.1 Pelayanan air minum pada daerah rawan air dengan dropping tangki air bersih, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
kekeringan dan rawan air penampungan air dan pembuatan sistem air bersih. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 84
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

5. SEKTOR PERSAMPAHAN

5,10 Peningkatan cakupan pelayanan 5.2.1 Penyediaan TPA Landfill Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
persampahan Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.2.2 Pengadaan alat berat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.2.3 Pengadaan arm roll truck dan container Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.2.4 Pengadaan alat pengangku dan pengumpul persampahan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.2.5 Penyediaan TPS di permukiman dan perkotaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.2.6 Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Sampah hingga tingkat lingkungan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.2.7 Sosialisasi kebersihan kepada masyarakat Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5,2 Peningkatan pengelolaan persampahan 5.4.1 Sosialisasi 3R persampahan dan penyuluhan kebersihan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
melalui program 3R Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.4.2 Penyediaan TPS dan TPST 3R di permukiman dan perkotaan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.4.3 Penyediaan mesin komposting di TPST dan TPA Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
5.4.4 Pilot project kawasan mandiri sampah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 85
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Kabupaten Timor Tengah Utara

STRATEGI PROGRAM DAMPAK

6. SEKTOR AIR LIMBAH Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
6,1 Peningkatan Cakupan pelayanan sanitasi / air 6.2.1 Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi dilingkungan permukiman. (MCK Komunal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
limbah dan jamban keluarga) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
6.2.2 Penambahan prasarana dan sarana sanitasi di tempat publik (pasar, terminal, sekolah, Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
CBD dll) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
6.2.3 Penyediaan iInstalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk limbah non domestik (Rumah Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sakit, hotel, rumah makan, Rumah Pemotongan Hewan, Industri, IKM/UKM) Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
6,2 Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / 6.3.1 Penyediaan Instalasi Pengolah Tinja (IPLT) Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
air limbah Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
6.3.2 Penyediaan truk tinja Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
6,3 Pengelolaan air limbah sistem off site 6.3.3 Penyediaan sanitasi sewerage sistem. Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
6,4 Pelibatan Masyarakat dalam pengembangan 6.6.1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan pelayanan sanitasi Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
pelayanan sanitasi Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
7. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT, KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN

7,1 Penguatan implementasi pengelolaan sampah 7.3.2 Penyuluhan pengelolaan sampah dengan 3 R di tingkat rumah tangga melalui kegiatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
dengan 3 R (reuse, reduse, dan recycle ). PKK dan Karang Taruna Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
7.3.3 Pelatihan pemanfaatan sampah organik untuk pembuatan kompos dan pemanfaatan Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
sampah plastik untuk dijadikan kerajinan Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
7,2 Pengembangan pelayanan air bersih kepada 7.4.1 Pemanfaatan sumber air baku yang dilakukan secara partisipatif dan berbasis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
masyarakat melalui pembangunan dan komunitas. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
pengelolaan air bersih yang baik berbasis perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
komunitas 7.4.2 Pembentukan pengelolaan air minum secara partisipatif dan demokratis Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
7.4.3 Konservasi sumber air baku berbasis komunitas Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.
7,30 Peningkatan pelibatan masyarakat dalam 7.11.1 Program Pembentukan dan Pelatihan satuan Tugas BKM, KSM, Kelembagaan Lokal Peningkatan kualitas permukiman, ketergantungan masyarakat pada program bantuan,
penyelenggaraan Infrastruktur Perkotaan Pemeliharaan & Operasional Infrastruktur Perkotaan. Keresahan masyarakat akan kegiatan survei yang dilakukan dan harapan akan
perwujudan perbaikan kondisi permukiman.

Bab 1 0 | 86

Anda mungkin juga menyukai