Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

STRUKTUR BANGUNAN TINGGI


(B)
KAJIAN TEORI “CORE”

Dosen :

Ir. Priyoto, MT.

Disusun oleh :

Anisa Auliyya S. 1441800034


Dwi Fitri H. 1441800066
Rineke Rizky D.K. 1441800069
Klariza Diro S. 1441800071
Firman Riyansyah 1441800074
Agung Wijayanto 1441800084

Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Sesmester Genap 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’at-Nya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu utnuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Struktur Bangunan Tinggi.
Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sepurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk tugas ini, supaya tugas ini nantinya dapat menjadi tugas yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan teima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pengerjaan tugas ini. Demikian, semoga tugas ini dapat bermanfaat.

Surabaya, 24 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................ii

Daftar isi................................................................................................................................iii

Bab I.......................................................................................................................................2

Pendahuluan...........................................................................................................................2

1.1. Latar belakang......................................................................................................2


1.2. Manfaat................................................................................................................3
1.3. Rumusan masalah.................................................................................................3

Bab II......................................................................................................................................4

Kajian Teori...........................................................................................................................4

2.1. Pengertian Core..........................................................................................................4


2.2.. Bentuk dan Letak Core................................................................................................4
2.3. Luas Ideal Core ........................................................................................................10
2.4. Struktur Core …………………………………………………………………………..10
2.5. Utilitas dalam Core..................................................................................................17
2.6. Hubungan Core dengan Balok Kolom Lainnya.......................................................17

Bab III...................................................................................................................................21

Penutup..................................................................................................................................21

Kesimpulan............................................................................................................................21

Daftar Pusaka.......................................................................................................................22
1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum suatu bangunan harus kuat menahan beban sendiri bangunan tersebut, beban
rencana dan tahan terhadap gaya gempa. Mengingat Indonesia terletak diantara tiga lempeng
tektonik dunia yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, juga berada di jalur “The Pacific Ring
of Fire” (cincin api pasifik), yang merupakan jalur gunung api aktif di dunia, dapat disimpulkan
Indonesia sangat rawan terhadap gempa bumi bahkan bencana tsunami. Sehingga perhatian
khusus perlu ditekankan pada gaya gempa yang waktu terjadinya tidak dapat diprediksi.

Bentuk dan penempatan dinding geser dapat disesuaikan dengan bentuk dan denah
bangunan. Pada denah bangunan tertentu, dinding geser dapat dirangkai dan diletakkan pada
inti bangunan. Sistem penempatan dinding geser seperti ini sering juga disebut dengan dinding
inti(corewall).

Core merupakan salah satu bagian terpenting yang menunjukkan kekuatan pada bangunan. Karena
core mampu menahan beban secara vertical dan horizontal sebuah bangunan. Tanpa core, bangunan
tidak akan kuat dan tidak memiliki tempat untuk meletakkan transportasi vertical. Core memiliki
berbagai bentuk menyesuaikan bentuk dan struktur bangunan yang didesain oleh arsitektur. Artinya core
sangat fleksibel dan bermanfaat bagi sebuah bangunan. Sistem struktur bangunan flat plate–core wall
diharapkan dapat memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan terutama dalam menahan gaya
akibat gempa.

Mempelajari salah satu unsur bangunan yaitu ‘core’ ini akan sangat berguna untuk penyusun
maupun pembaca yang belajar dalam bidang studi arsitektur. Walaupun kekuatan sebuah gedung
bukan tugas utama seorang arsitek. Tetapi dengan mengenal dan mempelajarinya akan memberikan
bekal tersendiri bagi seorang arsitek dan menjadikan seorang arsitek yang cerdas. Selain itu desain
struktur bangunan ini juga diharapkan memiliki nilai seni yang tinggi sesuai dengan tren desain
konstruksi bangunan-bangunan di dunia saat ini yang sangat mengedepankan state of the art,
yaitu struktur bangunan dengan nilai seni dan keindahan yang tinggi.

2
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk memperluas wawasan dalam
upaya penguasaan ilmu arsitektur khususnya tentang core.

1.3 Rumusan Masalah


- Apa itu core?
- Bagaimana bentuk dan letak core?
- Berapa luas ideal core?
- Bagaimana struktur dan sistem struktur core?
- Apa bahan struktur core?
- Bagaimanan utilitas di dalam core?
- Apa hubungan core dengan balok lainnya
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Core


Menurut Schuelle (1989), Core atau inti bangunan adalah
suatu tempat untuk meletakan transportasi vertical, distribusi energi (seperti lift,
tangga,wc dan shaft mekanis,serta menambah kekakuan bangunan (dengan di
perkukanya system struktur dinding geser sebsgai penyalur gaya lateral (seperti tiupan
angina atau gempa bumi )pada inti.
Jadi kesimpulannya bahwa ini bangunnan (core) suatu tempat untuk meletakan
sistem trasportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang di sesuaikan dengan
fungsi bangunan serta unutk menambah kekuatan bangunan diperlukan sistem struktur
dinding geser sebagai penyalur gaya lateral ( seperti tiupan angina tau gempa bumi)
pada inti. Berfungsi menahan dan menyalurkan beban gaya horizontal dan vertikal
secara merata pada sistem-sistem struktur inti dan struktur pendukung, sehingga
bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal maupun gaya lateral.

2.2 Bentuk dan Letak Core


2.2.1. Bentuk Core
Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti
bangunan mempunyai beberapa ciri khas yaitu : (Schueller, 1989)

Gambar Bentuk inti Core


 Bentuk inti :
- Inti terbuka (N)
- Inti tertutup (B)
- Inti tunggal dengan kombinasi inti linear (A)
 Jumlah inti :
- Inti tunggal
- Inti jamak
 Letak inti :
- Inti di dalam (C)
- Inti disekelilong (J)
- Inti diluar (M)
 Susunan Inti :
- Inti simetris (F)
- Inti Asimetris (J)
 Geometri bangunan sebagai penentu bentuk bangunan
- Langsung (K)
- Tidak angsung (P)
2.2.1. Letak Core
Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk Menara
(tower) berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :
1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar

Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan perkantoran


dengan koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh: Gedung Blok ‘G’ DKI,
Gedung Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park Plaza di Los Angeles
Amerika Serikat.
2. Inti pada bangunan bentuk segitiga

Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga adalah Hotel Mandarin di
Jakarta Gedung US Steel di Pittsburg Amerika Serikat, Riverside Development di
Brisbane Australia dan Central Plaza di Hongkong.

3. Inti pada bangunan bentuk lingkaran

Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada fungsi


hunian(apartemen dan hotel) dengan koridor berada di sekeliling inti bangunan
sebagai akses ke unit-unit hunian. Contoh dari inti bangunan dengan bentuk
lingkaran adalah Shin-Yokohoma Hotel di Jepang, Marina City di Chicago
Amerika Serikat dan Gedung Tabung Haji di Kuala Lumpur Malaysia.

4. Inti pada bangunan bentuk memanjang

Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan untuk fungsi


hotel, apartemen atau perkantoran. Seperti Gedung Central Plaza di Jakarta,
Gedung Inland Steel di Chicago Amerika Serikat merupakan bangunan memanjang
dengan inti di luar bangunan.

Adapula inti bangunan yang terletak di sisi bangunan contohnya adalah


Hotel Atlet Century, Hotel Horizon dan Wisma Metropolitan di Jakarta.
Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan biasanya digunakan
untuk fungsi perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement di Jakarta,
Connaught Center (Jardine House) di Hongkong, Rockfeller Center dan Chase
Manhattan Bank di New York Amerika Serikat.

Selain itu, inti yang terletak di tengah bangunan memanjang memiliki


banyak pola. Contohnya adalah Kantor Depdiknas (Departemen Pendidikan
Nasional) di Jakarta dan Gedung Phoenix-rheinrohr di Dusseldorf Jerman.

5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang


Bangunan dengan bentuk ‘silang’dan ‘Y’, ‘T’, ‘H’, atau ‘V’, merupakan
variasi bangunan bentuk memanjang. Bentuk seperti ini dimaksudkan untuk
mendapatkan luas lantai tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap dapat
memanfaatkan pencahayaan alam. Bangunan dengan bentuk ini banyak digunakan
untuk fungsi hotel, apartemen dan perkantoran. Salah satu contohnya adalah Gedung
Patra Jasa di Jakarta.

6. Inti pada bangunan bentuk Y

Contoh dari inti bangunan dengan bentuk Y adalah Gedung Unilever di


Hamburg Jerman, Gedung UNesco di Paris dan Hotel Duta Merlin di Jakarta.

7. Inti pada bangunan dengan bentuk acak

Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar titik berat massa
bangunan dan ditempatkan secara acak kurang menguntungkan bagi perencanaan
bangunan tahan gempa. Contoh bangunan yang menggunakan bentuk inti tersebut
adalah Gedung MBf Tower di Penang Malaysia dan Conrad Internationa Centennial
di Singapura.

Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola letak inti bangunan.


Pada bangunan tinggi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan utilitas serta
pemanfaatan pencahayaan alamiah menjadi pertimbangan untuk menempatkan letak
inti. Penempatan letak inti bangunan akan memberikan pengaruh pada bangunan.
2.3 Luas Ideal Core
Perhitungan luas inti gedung disesuaikan dengan penetapan sebagai inti
gedung (core) itu sendiri. Fungsi core lebih digunakan untuk sarana utilitas
(mekanikal dan elektrikal) dan sarana transportasi vertical (escalator) dan sarana
pemeliharaan (Peturasan/toilet). Ukuran core dipengaruhi oleh system struktur yang
dipilih dan jumlah kebutuhan lift. Ukuran core dimungkinkan setiap lantai berulang
semakin keatas menjadi lebih direduksi.

Luas efisien lantai untuk satu core = 1000-1600m2 (neufert edisi ke-2)
Luas core = 10-20% per satu lantai

2.4 Struktur Core


2.4.1. Penjelasan Struktur Core
Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan
tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk, Δ, Ο, atau core
wall dua cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk. Dari masing-masing bentuk
core wall ini, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan
fleksibelitas dan efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi yang
mempunyai struktur core wall, dibuat dengan salah satu pertimbangan adalah
fleksibelitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang akan memberikan penghematan
dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan.

2.4.2. Bahan Struktur Core


Inti dari bahan pembuatnya dapat menggunakan baja, beton ataupun gabungan
keduanya (beton bertulang) yang disebut sebagai inti structural. Selain itu, inti dari
material lain seperti dinding biasa (batu bata, celcom, dll) disebut sebagai inti non
structural karena tidak terlalu kuat menahan gaya lateral.
Adapun kelebihan dan kekurangan pada penggunaan material sebagai penyusun inti
structural menurut Schueller (1989) yaitu :
- Untuk inti dari rangka baja bisa menggunakan kuda-kuda Vierendeel untuk
mencapai kestabilan lateral. Sistem Vierendeel ini cukup fleksibel sehingga hanya
digunakan untuk bangunan bertingkat relative sedikit. Pengakuan diagonal dari
rangka Vierendeel digunakan untuk mencapai kekauan inti yang diperlukan untuk
bangunan yang lebih tinggi. Keuntungan inti rangka baja adalah karena relative
cepatnya perakitan batang-batang prefab.
- Sebaliknya, inti dari beton menghasilkan ruang selain juga memikul beban dan
pertimbangan khusus terhadap kebakaran tidak diperlukan. Ketiadaan pelenturan
pada bahan beton merupakan kelemahannya, terutama terhadap beban gempa.
Yang dimaksud dengan Sistem Vierendeel adalah system struktur yang tampaknya
seperti rangka batang yang batang diagonalnya dihilangkan tetapi ini bukan rangka batang
sehingga bentuk titik hubungnya sangat kaku. System ini banyak sekali digunakan pada
gedung bertingkat karena sangat fungsional (tidak menggunakan elemen diagonal) dan lebih
efisien (Schodek, 1999).

Gambar Struktur Vierendeel jenis rangka khusus


Pada sistim core (inti) sebagai pengaku bangunan secara keseluruhan, dimana
gaya-gaya lateral yang bekerja disalurkan oelh balok-balok menuju ke core/inti
sebagai elemen struktur utama. Core sebagai inti pengaku pendukung utama struktur
bangunan, dengan material dari :
 Core beton (shear wall atau bearing wall)
 Core dari struktur baja (tube)

Gambar Struktur Core

2.4.3. Peletakan Struktur Core


Posisi perletakan sistim core pada bangunan tergantung pada titik pusat
keseimbangannya, dimana perletakkannya mempunyai beberapa varian, seperti :
 Sentral core, dimana core (inti) terletak pada titik pusat massa bangunan.
 Core pada tepi bangunan, berfungsi sebagai penahan gaya lateral secara langsung
“lateral core”.
 Bangunan dengan 2 (dua) core, dimana perletakan core pada kedua sisi
bangunan.
 Bangunan dengan core tersebar, dengan perletakan core tersebar pada seluruh
bidang bangunan dan berada pada titik berat bangunan.
 Core dengan shear wall, yang berguna untuk kekakuan. Dimana core dipadu
dengan shear wall (dinding geser), sedang shear wall berperan sebagai penahan
gaya geser daripada gaya horizontal.
 Core dengan rangka kaku (baja), merupakan penggabungan core dengan rangka
kaku sehingga menjadi satu kesatuan yang kaku dan stabil.
Dan yang paling penting adalah bahwa sistem struktur core wall ini didesain
untuk dapat manahan gaya torsi yang timbul akibat tekanan angin yang eksentrisitas
dan seragam pada pusat geser struktur core wall. Struktur core wall pada dasarnya
adalah sistem struktur yang dibuat untuk mampu menahan gaya-gaya lateral yang
timbul akibat gaya angin atau gempa yang merupakan beban dinamis. Untuk proses
analisis mekanikanya, pengaruh gaya-gaya akibat beban angin dan gempa tersebut
(yang merupakan beban dinamis) diperlakukan sebagai beban statis dan
mengabaikan sifat dinamisnya.

Gambar Susunan Struktur Core

Kondisi eksentrisitas tekanan angin tersebut secara teknis dapat terjadi antara
lain adalah karena :
 Posisi struktur core wall yang ditempatkan di dalam bangunan. Penempatan
struktur core wall yang dekat kepada pusat bangunan akan memberikan
eksentrisitas tekanan angin yang berkurang, yang juga akan memperkecil
pengaruh gaya torsi yang terjadi. Namun secara praktis untuk membuat
pengaruh gaya torsi tidak ada (nol) sama sekali dalam konstruksi bangunan di
lapangan adalah mustahil, dikarenakan gaya angin yang terjadi tidak pernah
seragam dan simetris.
 Sudut datang gaya angin itu sendiri merupakan faktor penentu sebagai
komponen yang mempunyai nilai berbeda untuk setiap sudut datang yang
berbeda, yang sudah tentu akan menghasilkan torsi yang berbeda pula.
 Selain itu, yang pasti bentuk bangunan dan lubang-lubang pada struktur core
wall juga dapat mempengaruhi nilai torsi yang timbul.

2.4.4. Sistem Struktur Core


Sistem rangka kaku murni dalam perkembangannya tidak praktis untuk
bangunan yang lebih tinggi dari 30 lantai. Berbagai sistem telah diterapkan dengan
menggunakan dinding geser didalam rangka untuk menahan beban lateral. Dinding
ini terbuat dari beton atau rangka baja. Bentuknya bisa berupa inti interior tertutup,
mengelilingi ruang lift atau ruang tangga, atau bisa berupa dinding sejajar di dalam
bangunan, bahkan bisa juga berupa rangka fasade vertikal.

Gambar Struktur Core didalam Gedung


Untuk bangunan apartement, kebutuhan jaringan akan fungsi dan utilitas
cenderung tetap, tetapi untuk bangunan komersial membutuhkan fkelsibilitas dalam
hal tata letak yang memerlukan ruang terbuka yang cukup lebar dengan dinding
partisi yang dapat dipindah-pindah. Untuk yang menggunakan sistem struktur inti, inti
dapat dipergunakan untuk menempatkan sistem transportasi vertikal, tangga, wc,
shaft, dan jaringan utilitas lainnya sehingga kadang bangunan mempunyai inti yang
lebih dari satu.
Beberapa bangunan tinggi menggunakan inti dan rangka. Dari segi perilaku
denah ini diterapkan untuk memuaskan sistem plat datar atau dinding rangka geser
bersama belt trusses. Inti dapat terbuat dari beton , baja atau konbinasi antara betoin
dan baja. Keuntungan inti baja, dalam perakitan lebih cepat karena pabrikasi.
Sedangkan inti dari beton menghasilkan ruang yang sekaligus memikul beban. Juga
dapat dipakai untuk perlindungan saat kebakaran.
System yang bekerja pada inti suatu bangunan harus dapat menahan gaya
lateral yang disebabkan oleh banyak sumber seperti gempa atau beban baik beban
bangunan sendiri atau beban dari luar. Untuk itu dibutuhkan system struktur yang
dapat menahan gaya tersebut yaitu system struktur dinding geser (shear wall).
Dinding geser (shear wall) adalah “unsur pengaku vertical yang dirancang untuk
menahan gaya lateral atau gempa yang bekerja pada bangunan.” (Schueller, 1989).
Berdasakan klasifikasi bentuk dinding geser menurut Schueller (1989), yaitu :

Gambar Sistem Bangunan Inti Rangka


 Bentuk inti :
- Inti terbuka : bentuk X, I dan [
- Inti tertutup : bujur sangkar, persegi panjang, bulat dan segitiga
- Inti disesuaikan dengan bentuk bangunan (10, 15, 20)
 Jumlah inti :
- Inti tunggal : (1,2,3,4)
- Inti terpisah : (8,19,20)
- Inti banyak : (4,10,12)
 Letak inti :
- Inti fasade eksterior (9)
- Inti interior : inti fasade (10), inti didalam bangunan (1-3, 6-7)
- Inti eksentris (4,9)
 System interaksi :
- Bersendi : pemberian sendi pada balok angka untuk memikul beban gravitasi

- Vierendeel : pembagian beban pada inti dan struktur rangka


2.5 Utilitas dalam Core
Penempatan inti bangunan akan berdampak kepada penempatan jalur
distribusi jaringan utilitas, Dalam inti bangunan biasanya terdapat sejumlah ruangan
yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan luas inti bangunan tidak
melebihi 20% luas tipikal yang ada. Di samping itu, 80% luas tipikal masih perlu
dikurangi dengan jalur sirkulasi horizontal seperti koridor, sehingga luas efektif
bangunan menjadi berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan sebagai lubang
utilitas untuk sistem Mekanikal dan Elektrikal, yang umumnya dibagi atas 2 zona
distribusi yaitu zona ventilasi dan zona penyegaran udara. Pemisahan lubang untuk
ventilasi dan penyegaran udara bertujuan agar tidak terjadi konflik atau persilangan
antar saluran udara (ducting). Perbandingan panjang dan lebar lubang untuk ventilasi
dan lubang untuk penyegaran udara berkisar sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan
pelapisnya dapat menahan api selama kurang lebih 2 jam.
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan harus
selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas dalam perancangan arsitektur.
Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari :
1. Perancangan lift
2. Perancangan tangga darurat
3. Perancangan sistem plumbing
4. Perancangan pengolah udara
5. Perancangan instalasi listrik
6. Perancangan telepon
7. Perancangan CCTV dan security system
8. Perancangan tata surya
9. Perancangan pembuangan sampah
2.6. Hubungan Core dengan Balok Kolom Lainnya
2.6.1 Pertemuan Sambungan Balok Kolom
Menurut Agus Setiawan hubungan pertemuan balok dan kolom pada
perencanaan struktur perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya. Karena pada
pertemuan sambungan balok kolom tersebut memiliki konsentrasi tegangan yang
tinggi dari gaya gempa yang ada. Tulangan atas balok pada suatu sisi kolom
mengalami tegangan tarik dan bersamaan dengan itu tulangan atas balok pada sisi
yang lain mengalami tulangan tekan. Sedangkan tulangan bawah balok masing-
masing mengalami tegangan yang sebaliknya. Dalam buku “Reinforced Concrate
Structure” oleh R.Park dan T. Pauly tahun 1983 memberikan syarat-syarat penting
bagi pertemuan balok dan kolom pada struktur beton bertulang antara lain:
1. Harus menunjukan kualitas penampilan dari balok atau kolomnya
2. Mempunyai kekuatan yang minimal sama dengan kombinasi pembebanan paling
berbahaya.
3. Kekuatanya tidak boleh mempengaruhi kekuatan struktur misalnya karena
terjadinya degredasi kekuatan.
4. Mudah pelaksanaanya, baik pada pekerjaan pengecoran maupun pada saat
pemadatannya.
Dengan memberikan perhatian yang sebaik-baiknya pada pertemuan balok dan
kolom akan mencegah terbentuknya sendi plastis dan terjadinya kehancuran pada
daerah pertemuan tersebut. Gambaran geometris dari beberapa bentuk pertemuan
balok dan kolom baik interior maupun ekterior dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut:

Geometris Sambungan Balok Kolom Interior

Geometris Sambungan Balok Kolom Eksterior

Menurut Ratna Widyawati (2009) Retak awal (first crack) hubungan balok
kolom terjadi pada saat beton telah melampaui regangan tarik maksimumnya akibat
pembebanan. Setelah terjadi retak awal, maka kuat tarik beton maupun kuat geser
beton akan bernilai nol, sehingga tulangan longitudinal maupun tulangan sengkang
akan mengambil alih tugas beton untuk menahan gaya tarik maupun gaya gesernya.
Pola Retak Hubungan Balok Kolom

Berdasarkan ilustrasi gambar diatas, Edy Purwanto (2013) menjelaskan pola


retak awal untuk benda uji hubungan balok kolom beton dimulai dengan retak rambut
pada joint, kemudian retak geser mulai menyerang joint. Kerusakan cenderung terjadi
pada joint sehingga terjadi kegagalan struktur pada joint itu sendiri. Oleh sebab itu
perlu adanya pengekangan yang sesuai pada daerah joint hubungan tersebut.

2.6.2. Peraturan Perencanaan Pertemuan Sambungan Balok Kolom


Karena perencanaan pertemuan sambungan balok kolom merupakan hal yang
sangat serius diperhatikan maka perkembangan peraturan khususnya di Indonesia
semakin berkembang, tercatat peraturan awal dari peraturan perencanaan sambungan
balok kolom diawali dari konsep PBI 1971 namun masih berupa pernyataan biasa.
Mulai dari peraturan tahun PBI 1983, PBI 1988, peraturan SNI 2847:2002 sampai
yang terakhir peraturan SNI 2847:2013 sudah merujuk pada evaluasi-evaluasi
perencanaan. Adapun peraturan perencanaan pertemuan sambungan balok kolom
pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Pedoman Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013
Sambungan balok kolom merupakan hubungan antara pertemuan struktur
balok dengan struktur kolom. Berdasarkan SNI 2847:2013 menjelaskan suatu
balok yang merangka pada suatu hubungan balok kolom dianggap memberikan
kekekangan bila setidaknya tiga per empat bidang muka hubungan balok kolom
tersebut tertutupi oleh balok yang merangka tersebut.
Hubungan balok kolom dikatakan terkekang bila ada empat balok yang
merangka pada keempat sisi hubungan balok kolom tersebut. Adapun Berdasarkan
hubunganSNI
2847:2013
pertemuan ini mempengaruhi dari gaya geser yang akan ditimbulkan baik gaya memberikan
geser dari struktur balok maupun gaya geser dari setruktur kolom. suatu penyelasan bahwa
gaya geser desain, Ve,
harus ditentukan dari
peninjauan gaya statis pada
bagian komponen struktur
antar muka joint. Harus
diasumsikan bahwa
momenmomen dengan
tanda berlawanan yang
berhubungan dengan
kekuatan momen lentur
yang mungkin, Mpr,
bekerja pada muka-muka
joint dan bahwa komponen
struktur dibebanin dengan
beban gravitasi terfaktor
sepanjang batangnya.
Geser Desain untuk Balok dan Kolom
2. Pedoman American Concret Institute 352-2002 (ACI352-2002)

Ilustrasi Sambungan Balok Kolom ACI 352-2002


Perencanaan pertemuan balok kolom telah disimpulkan oleh komite 318 dari
ACI – ASCE dala Joint and Connection in Monolithic Reinforced Concrete Structure.
Laporan tersebut terdapat 2 tipe pertemuan sambungan balok kolom
 Type 1 = untuk pembebanan statis dimana kekuatan menjadi kreteria utama
dan tidak diharapkan terjadinya deformasi.
 Type 2 = untuk pembebanan gempa atau ledakan, dimana dibutuhkan
kekuatan yang dipertahankan melalui tegangan bertukar kedalam daerah
inelastis.
Didalam laporan tersebut membedakan hubungan sambungan balok kolom yakni:
 Pertama = pertemuan sambungan balok kolom dengan kolom yang menerus.
 Kedua = pertemuan sambungan balok kolom dengan satu tumpuan kolom.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Core merupakan salah satu hal kecil namun juga hal yang paling penting dalam sebuah
bangunan tinggi. Selain berfungsi sebagai penguat secara horizontal dan vertikal, core juga
berfungsi sebagai tempat untuk meletakan sistem transportasi vertikal dan mekanis. Core
memiliki berbagai macam bentuk yang menyesuaikan dengan fungsinya. Peletakan core juga
sangat penting menyesuaikan dengan bentuk atau struktur bangunan yang didesain. Ukuran
core dipengaruhi oleh system struktur yang dipilih dan jumlah kebutuhan lift.
Bangunan tinggi yang mempunyai struktur core wall, dibuat dengan salah satu
pertimbangan adalah fleksibelitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang akan
memberikan penghematan dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan.
Inti dari bahan pembuat core dapat menggunakan baja, beton ataupun gabungan
keduanya (beton bertulang) yang disebut sebagai inti structural. Selain itu, inti dari
material lain seperti dinding biasa (batu bata, celcom, dll) disebut sebagai inti non
structural karena tidak terlalu kuat menahan gaya lateral. Posisi perletakan sistim core
pada bangunan tergantung pada titik pusat keseimbangannya, dimana perletakkannya
mempunyai beberapa varian. Penempatan inti bangunan akan berdampak kepada
penempatan jalur distribusi jaringan utilitas
Utilitas bangunan yang diletakkan di dalam core adalah suatu kelengkapan
fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan.
Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas
dalam perancangan arsitektur. Hubungan pertemuan balok dan kolom yang berhubungan
dengan core pada perencanaan struktur perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya.
Karena pada pertemuan sambungan balok kolom tersebut memiliki konsentrasi tegangan
yang tinggi dari gaya gempa yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6452826/CORE_INTI_BANGUNAN1
https://www.academia.edu/39634442/Edoc.site_bab_1_3_struktur_core

Anda mungkin juga menyukai