Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah suatu bentuk kegiatan yang
memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk terjun langsung
dalam kegiatan lapangan dalam hal mengamati bagian-bagian serta, sekaligus
sebagai proses pembelajaran mahasiswa yang sedang membangun dan
mengetahui keberhasilan dan permasalahan yang dihadapi di lapangan. KKL
dilaksanakan upaya meningkatkan Misi dan pengetahuan bagi mahasiswa dan
untuk mendapat nilai tambah yang lebih besar.
Dengan adanya kuliah kerja lapangan, mahasiswa diharapkan mendapat
pengalaman dalam mengenal dunia rancang, dan memahami lingkungan
arsitektur. Hal ini tentunya membantu mahasiwa untuk mendapatkan
pengetahuan tambahan akan bangunan-bangunan yang ada di dunia.
Kuliah kerja lapangan di Universitas Muslim Indonesia Fakultas Teknik
Program Studi Arsitektur (S1) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib.
Dalam mata kuliah kerja lapangan ini, mahasiswa dituntut untuk terjun
langsung ke lapangan, sehingga diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat selama perkuliahan. Serta mampu menyerap ilmu-ilmu
baru yang di dapatkan dari pengalaman selama kuliah kerja lapangan.
Bagi mahasiswa, kegiatan KKL harus dirasakan sebagai pengalaman
belajar yang baru yang tidak di peroleh di dalam kampus, sehingga selesainya
Laporan KKL mahasiswa akan memiliki wawasan .
Dengan banyaknya hal positif yang akan didapat maka penulis
berkesempatan untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan di Negara Malaysia
& Singapura. Alasan penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Lapangan
di Negara ini, tentunya penulis berharap mendapatkan ilmu secara langsung
tentang bangunan modern & tradisional yang ada di Negara Malaysia &
Singapura, khususya dalam ilmu bidang Arsitektur. Sehingga penulis
mendapatkan banyak pengalaman berharga yang bisa diambil dari lingkungan
tempat Kuliah Kerja Lapangan di Negara Malaysia & Singapura.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan hasil kunjungan dalam kuliah kerja lapangan yang telah
dilaksanakan pada tanggal 09-14 April 2019 di Negara Malaysia & Singapura,
Adapun permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem utilitas Mesiniaga?
2. Bagaimana sistem utilitas Genting Highland?
3. Bagaimana sistem utilitas Twin Tower?
4. Bagaimana sirkulasi dan parkir Putra Jaya?
5. Bagaimana sirkulasi dan parkir Merlion Park?
6. Bagaimana sirkulasi dan parkir Marina Bay Land?
7. Bagaimana sirkulasi dan parkir Garden Bay?

C. Tujuan Penulisan
1. Bagi para Mahasiswa, penulisan ini bertujuan untuk menambah
pemahaman tentang sistem utilitas, sirkulasi dan parkir yang ada di
Malaysia & Singapura.
2. Bagi para Dosen, penulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan
menilai tingkat ketercapaian Mahasiswa dalam partisipasi kegiatan
KKL (Kuliah Kerja Lapangan) di Malaysia & Singapura.
3. Bagi para Dosen, penulisan ini bertujuan sebagai dasar acuan untuk
meningkatkan kualitas program KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang
lebih baik lagi di masa mendatang.
D. Manfaat Penulisan
Hasil kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Konsentrasi Teknik Arsitektur
(S1) diharapkan mempunyai kegunaan baik antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
a. Sarana dalam melatih keterampilan mahasiswa sesuai dengan
pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
b. Kegiatan belajar dalam mengenal dinamika dan kondisi nyata dunia
kerja.
c. Menjadikan mahasiswa lebih aktif dalam mempelajari konsep-konsep
terapan arsitektur modern & tradisional.
2. Bagi Konsentrasi Teknik Arsitektur (S1)
a. Dapat menentukan ilmu yang diberikan telah sesuai dengan harapan
dan dapat digunakan dalam dunia kerja.
b. Menambah wawasan dalam meningkatkan pengelolaan peningkatan
pelayanan kepada mahasiswa
3. Bagi Kampus
Dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Teknik Arsitektur (S1)
dapat meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Universitas dan
Lembaga Pendidikan di luar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Utilitas

Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang


digunakanuntuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.

Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan


fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti
perancangan arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan
perancangan lainnya.

1. Perancangan Plambing dan Sanitasi

Perancangan Plambing dan Sanitasi Sedangkan sistem plambing adalah sistem


penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta
merupakan paduan yang memenuhi syarat, yang berupa peraturan dan
perundangan, pedoman pelaksanaan, standar tentang peralatan dan instalasinya.
Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem plambing pemipaan yang baik
pula. Selain pemipaan, terdapat hubungan yang erat juga antara masalah
penyediaan air dan sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan
beberapa aspek berikut :

 Kesehatan.
 Penggunaan air.
 Pengolahan dan pembuangan limbah.

2. Perancangan Pencegahan Kebakaran

Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suata


cara atau sistem pencegahan kebakaran karena bahaya kebakaran dapat
menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta benda, terganggunya proses
produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat.
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

 Bahaya kebakaran ringan

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang


mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

 Bahaya kebakaran sedang.


 Bahaya kebakaran berat.

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang


mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat. Perancangan
sistem ini erat kaitannya dengan sistem plumbing karena agar meminimalisir
bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-istem yang melingkupi
pengaliran air, sebagai media pemadaman guna mencegah bahaya kebakaran skala
besar, sistem pencegahan tersebut diantaranya adalah :

 Sistem hidran
 Sistem sprinkle
3. Perancangan Pengudaraan/penghawaan

Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah


tinggal atau bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada daerah yang beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban
udaranya yang tinggi, maka diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar dari
aliran udara alam maupun aliran udara buatan . Perencangan pengudaraan atau
penghawaan adalah perencanaan untuk mendapatkan aliran udara yang tepat untuk
ruangan serta pengontrolannya.

Contoh Gambar Penyejuk Udara Buatan ( AC )


Sumber : Google

4. Perancangan Penerangan/pencahayaan

Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan agar


bangunan tersebut mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang
hari maupun pada malam hari . Dewasa ini pemanfaatan pencahayaandigunakan
sumber alami dan telah diatur berdasarkan SNI 03 – 2396 – 2001 tentang “Tata cara
perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung”.

Selain itu dalam perencanaan penerangan atau pencahayaan juga


mempertimbangkan tentang standar pencahayaan buatan yang diatur pada SNI 03-
6575-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung”. 5. Perancangan Telepon Perancangan telepon pada gedung
harus mempertimbangkan kepada perencanaan sistem komunikasi antara ruangan
(intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar.

Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan


kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu estetika pada
bangunan serta untuk memudahkan dalam perawatan. Perencanaan arus lemah
telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti saluran untuk
daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).
5. Perancangan Telepon

Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada


perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem
komunikasi luar. Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan
pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu
estetika pada bangunan serta untuk memudahkan dalam perawatan. Perencanaan
arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti
saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).

Contoh Gambar Telepon.


Sumber : Google

6. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem

CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memonitor suatu ruangan melalui 7scal televisi atau monitor, yang menampilkan
gambar dari rekaman kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya
tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Sistem kameran dan televisi
ini terbatas pada 7scala tersebut (closed). Semua kegiatan di dalamnya dapat
dimonitor di suatu ruangan security.
Contoh Gambar Sistem Keamanan CCTV
Sumber : Google

7. Perancangan Penangkal Petir

Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan


dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut.
Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal
bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya.

Contoh Gambar Komponen Instalasi Penangkal Petir.


Sumber : Google
8. Perancangan Tata Suara

Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas kelengkapan


pada bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music dan announcing
system (public address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan ruangan atau
9scal ada pengumuman-pengumuman tertentu. Selain itu juga ada sistem untuk car
call, bagi bangunan-bangunan umum. Peralatan dari sistem tata suara tersebut dapat
berupa, microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker, speaker selector switch,
volume control, dan horn speaker (untuk car call).

8. Perancangan Transportasi dalam bangunan

Sebuah bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat angkut
transportasi untuk memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang di
bangunan tersebut. Alat transportasi tersebut mempunyai sifat berdasarkan arah
geraknya sebagai alat angkut dalam bentuk arah scalato berupa elevator, arah
horizontal berupa konveyor, arah diagonal berupa scalator.

Contoh Gambar Elevator


Sumber : Google
a. Sistem Utilitas di Mesiniaga

b. Sistem Utilitas di Genting Highland


c. Sistem Utilitas di Twin Tower

B. Sirkulasi

Elemen perancangan kota sirkulasi menurut Shirvani(1985:26) merupakan


salah satu alat paling bermanfaat untuk membangun lingkungan kota. Sirkulasi
dapat membentuk,mengarahkan dan mengontrol pola aktivitas dan pengembangan
kota, ketika sistem transportasi jalan umum, pedestrian ways dansistem transit
menghubungkan dan memusatkan pergerakan.Pertambahan kendaraan terutama
kendaraan pribadi terjadisanat cepat, yang merupakan salah satu pemicu terjadinya
kemacetan.

Kemacetan terjadi salah satunya akibat percepatan pertambahan kendaraan


yang tidak diimbangi pertumbuhan infrastruktur jalan raya. Selain itu beberapa
faktor kemacetan lalulintas diantaranya adalah adanya pasar tumpah, PKL, pulau
jalan,traffic light, parkir, atau angkutan umum yang berhenti seenakanya.

Menurut Shirvani ada tiga prinsip utama dalam menangani sirkulasi yaitu:

1. Jalan seharusnya didesain menjadi ruang terbuka yang memiliki


pemandangan
baik antara lain:
a. Bersih dan elemen landscape yang menarik.
b. Persyaratan ketinggian dan garis sempadan bangunan yang
berdekatan dengan jalan.
c. Pengaturan parkir di pinggir jalan dan tanaman yangberfungsi
sebagai penyekat jalan.
d. Meningkatkan lingkungan alami yang terlihat dari jalan

2. Jalan harus dapat memberi petunjuk orientasi bagi parapengendara dan


dapat menciptakan lingkungan yang dapatdibaca yaitu:
a. Menciptakan bentuk landscape untuk meningkatkan kualitas
lingkungan kawasan sepanjang jalan tersebut.
b. Mendirikan perabot jalan yang berfungsi pada siang danmalam hari
dengan hiasan lampu yang mendukung suasana jalan.
c. Perencanaan umum jalan dengan pemandangan kota(visitas) dan
beberapa visual menarik yang dapat berperan sebagai tetenger
(landmark).
d. Pembedaan susunan dan jalan-jalan penting dengan memberikan
perabot jalan (streetscaping), trotoar, majumundurnya batas
bangunan (setback), penggunaan lahanyang cocok dan sebagainya.
3. Beberapa kecenderungan tujuan dalam perencanaan transportasi meliputi:
a. Meningkatkan mobilitas di Kawasan Pusat Bisnis (CentralBusiness
Districs).
b.Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
c. Mendorong penggunaan transportasi umum.
d.Meningkatkan kemudahan pencapaian ke Kawasan pusat Bisnis.

Dalam proses perancangan sebuah pola sirkulasi perlu diperhatikan


anggapan mengenai sirkulasi (Motloch,1991), Yaitu:

1. Sirkulasi sebagai sebuah pergerakan Hal ini merupakan pandangan umum


semua orang mengenai suatu sirkulasi yaitu sebuah pergerakan atau
perpindahan dari suatutempat ketempat yang lainnya.
2. Sirkulasi sebagi sebuah penekanan material Pembuatan material yang
senada ataupun sejenis dapat merupakan sebuah penanda atau sebuah
penekanan dalam suatu polasirkulasi Jalur yang jelas akibat penekanan pada
bahan material mempermudah sistem sirkulasi suatu kawasan.
3. Sirkulasi sebagai pertimbangan desain jika kita menganggap sirkulasi
merupakan pertimbangan dalam desain maka kita harus mepertimbangkan
masalah kegunaan bentuk masalah kegunaan bentuk keamanan, dan skala
dari suatu jalan atau jalur bagi pembentukan pola sirkulasi
4. Sirkulasi sebagai sebuah mata rantai dan sistem visual.
5. Suatu pola sirkulasi merupakan suatu pola yang berkelanjutan
berkesinambungan sehingga membentuk suatu sistem Yang tertata Suatu
system yang berpola dan tertata rapi menjadi satu kesatuan dengan hasil
rancangan sehingga menimbulkan kesan desain yang menarik.
6. Sirkulasi sebagai perbedaan keruangan Perbedaan antara kondisi disini
dan disana yang di bedakan dengan suatu ruang yang berbeda menimbulkan
suatu system sirkulasi tersendiri dengan pola keruangan sebagai aspek utama
pembentuknya
7. Sirkulasi sebagai perbedaan waktu
8. Dalam suatu proses sirkulasi,terdapat perbedaan waktu dalammencapai
tempat yang merupakan tujuan akhir dari alur sirkulasi. Hal ini diakibatkan
karena adanya proses pencapaiandalam sebuah kegiatan sirkulasi.

A. Jenis-jenis Sirkulasi
Logi Tofani (2011) dalam laporan tugas akhirnya, menyebutkan pada dasarnya
sirkulasi dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Sirkulasi Manusia: Pergerakan manusia akan mempengaruhi sistem


sirkulasi dalam tapak. Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau
plaza yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di
dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar jalan, pola
lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan
(Hari, 2009). Selain itu ada beberapa ciri dari sirkulasi manusia, yakni:
1) kelonggaran dan flaxsibel dalam bergerak, 2) berkecepatan rendah,
dan 3) sesuai dengan skala manusia (Tofani, 2011).
2. Sirkulasi Kendaraan: Aditya Hari (2008) mengungkapkan bahwa
secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi 2 jalur, yakni
antara lain: 1) jalur distribusi, jalur untuk gerak perpindahan lokasi
(jalur cepat), dan 2) jalur akses, jalur yang melayani hubungan jalan
dengan pintu masuk bangunan.
3. Sirkulasi Barang: Sirkulsi barang umumnya disatukan atau
menumpang pada sistem sirkulasi lainnya. Namun, pada perancangan
tapak dengan fungsi tertentu sistem sirkulasi barang menjadi sangat
penting untuk diperhatikan. Contoh sitem sirkulasi barang secara
hovizontal dan vertikal adalah lift barang, conveyor belt, jalur troli, dan
lain-lain (Rahmah, 2010).

Sistem sirkulasi memiliki dua tujuan, diantaranya yakni (Tofani, 2011;


Yadnya, 2012):

1. Mempunyai maksud tertentu dan berorientasi ke tempat tujuan, lebih bersifat


langsung. Pemakai mengharapkan bahwa perjalanan dalam system ini akan
lebih singkat dan cepat dengan jarak seminimal mungkin.
2. Bersifat rekreasi dengan waktu tidak menjadi batasan. Kenyamanan dan
kenikmatan lebih diutamakan.

Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang suatu
sistem sirkulasi pada bangunan yaitu (Tofani, 2011):

1. Aspek-aspek estetis yang dapat menimbulkan aspek emosional.


2. Perencanaan yang lebih baik pada tingkat keamanannya.
3. Kesan estetis pertama yang diperoleh pada daerah sirkulasi banyak
berpengaruh terhadap banguna secara keseluruhan.
4. Pencapaian ke dalam meyebabkan penerimaan bangunan secara keseluruhan
akan menarik, menyenangkan dan mengejutkan.
5. Pola sirkulasi yang tidak efisien tidak hanya mempertimbangkan ukuran,
ruang, skala monumental, terbuka dan indah secara visual. tetapi pola
sirkulasi harus jelas tanpa penambahan tanda-tanda pengarah orang berjalan.
6. Pencapaian ke dalam hall yang luas dan menarik dengan melalui sebuah
pintu yang tinggi kemudian ke dalam koridor selasar yang bagus akan
mengakibatkan nilai bangunan secara keseluruhan menjadi
menarik,menyenangkan dan mengejutkan.

a. Sistem Sirkulasi di Putra Jaya

b. Sistem Sirkulasi di Marina Bay

c. Sistem Sirkulasi di Garden Bay Land

D. Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum
dilarang untuk parkir. Setiap pengendara kendaraan bermotor memiliki
kecendrungan untuk mencari tempat untuk memarkir kendaraannya
sedekat mungkin dengan tempat kegiatan atau aktifitasnya. Sehingga
tempat-tempat terjadinya suatu kegiatan misalnya seperti tempat kawasan
pariwisata diperlukan areal parkir. Pembangunan sejumlah gedung atau
tempat-tempat kegiatan umum sering kali tidak menyediakan areal parkir
yang cukup sehingga berakibat penggunaan sebagian lebar badan jalan
untuk parkir kendaraan (Warpani, 1990).
Menurut Pedoman Perencanaan dan Pengoperesian Fasilitas Parkir,
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1998 parkir adalah keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara. Termasuk dalam
pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-
tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu ataupun tidak, serta
tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan dan menurunkan orang
atau barang. PP No.43 tahun 1993 menjelaskan definisi parkir adalah
suatu keadaan dimana kendaraan tidak bergerak dalam jangka waktu
tertentu atau tidak bersifat sementara. Dalam membahas masalah
perparkiran, perlu diketahui beberapa istilah penting, yaitu sebagai
berikut :
1. Kapasitas Parkir : kapasitas parkir (nyata)/kapasitas yang terpakai
dalam satu-satuan waktu atau kapasitas parkir yang disediakan
(parkir kolektif) oleh pihak pengelola.
2. Kapasitas Normal: kapasitas parkir (teoritis) yang dapat digunakan
sebagai tempat parkir, yang dinyatakan dalam kendaraan. Kapasitas
parkir dalam gedung perkantoran tergantung dalam luas lantai
bangunan, maka makin besar luas lantai bangunan, makin besar pula
kapasitas normalnya.
3. Durasi Parkir: lamanya suatu kendaraan parkir pada suatu lokasi.
4. Kawasan parkir: kawasan pada suatu areal yang memanfaatkan badan
jalan sebagai fasilitas dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu
masuk.
5. Kebutuhan parkir: jumlah ruang parkir yang dibutuhkan yang
besarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pemilikan
kendaraan pribadi,tingkat kesulitan menuju daerah yang
bersangkutan, ketersediaan angkutan umum, dan tarif parkir.
6. Lama Parkir: jumlah rata-rata waktu parkir pada petak parkir yang
tersedia yang dinyatakan dalam 1/2 jam, 1 jam, 1 hari.
7. Puncak Parkir: akumulasi parkir rata-rata tertinggi dengan satuan
kendaraan.
8. Jalur sirkulasi: tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan
yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir.
9. Jalur gang: merupakan jalur dari dua deretan ruang parkir yang
berdekatan.
10. Retribusi parkir: pungutan yang dikenakan pada pemakai kendaraan
yang memarkir kendaraannya di ruang parkir.

B. Cara dan jenis parkir

2. Menurut Penempatannya
a. Parkir di tepi jalan (on-street parking). Yakni parkir dengan
menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir

Kerugian :

1.) Mengganggu lalu lintas


2.) Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan
lebar lajur lalu lintas
3.) Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan

Keuntungan :

1.) Murah tanpa investasi tambahan


2.) Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah
Posisi parkir :

1.) Sejajar dengan sumbu jalan


2.) Tegak lurus sumbu jalan
3.) Membuat sudut dengan sumbu jalan
Gambar.2.1 Ruang Parkir Bersudut
Sumber : Menuju lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib, DLLAJ,
1995

b. Parkir di luar badan jalan (off-street parking). Yakni parkir


kendaraan diluar badan jalan bisa di halaman gedung
perkantoran, supermarket, atau pada taman parkir.
Keuntungan :

1.) Tidak mengganggu lalu lintas


2.) Faktor keamanan lebih tinggi
Kerugian :
1.) Perlu biaya investasi awal yang besar.
2.) Bagi pengguna dirasakan kurang praktis, apalagi jika
kepentingannya hanya sebentar saja.

3. Menurut Statusnya
a. Parkir umum, biasanya dikelola oleh pemerintah daerah.
b. Parkir khusus, dikelola oleh swasta.
c. Parkir darurat, diselenggarakan karena adanya kegiatan
incidental.
d. Taman Parkir, dikelola oleh pemerintah daerah.
e. Gedung Parkir, biasanya diselenggarakan oleh pemerintah
daerah dan pengelolaannya oleh swasta.
4. Menurut Jenis Kendaraan
a. Kendaraan tidak bermesin (sepeda)
b. Sepeda motor
c. Mobil

5. Menurut Jenis Tujuan Parkir


a. Parkir penumpang : untuk kebutuhan menaikkan dan
menurunkan penumpang
b. Parkir barang : untuk kebutuhan bongkar muat barang
6. Menurut Jenis Kepemilikan dan Pengoperasian
a. Milik swasta dan dikelola oleh swasta
b. Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemda
c. Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh swasta
C. Jenis-jenis jalan:
Jenis-jenis jalan menurut pembagiannya angtara lain :

1. Klasifikasi berdasarkan fungsi


Klasifikasi jalan di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku antara lain:

a. Jalan Arteri, adalah jalan umum yang berfungsi untuk melayani


angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rencana > 60 km/jam, lebar badan jalan > 8 m, kapasitas jalan
lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata, tidak boleh
terganggu oleh kegiatan lokal, dan jalan primer tidak terputus,
dan sebagainya.
b. Jalan Kolektor adalah jalan yang digunakan untuk melayani
angkuatan pengumpul/pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rencana >40 km/jam, lebar badan jalan > 7 m,
kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas
rata-rata, tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, dan jalan
primer tidak terputus, dan sebagainya.
c. Jalan Lokal adalah jalan umum yang digunakan untuk melayani
angkutan setempat denan ciri perjalanan dekat, kecepatan rencana
> 40 km/jam, lebar jalan > 5 m,
d. Jalan Lingkungan adalah jalan umum yang digunakan untuk
melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat,
dan kecepatan rata-rata rendah.

2. Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan

Pengelompokkan Jenis klasifikasi jalan bertujuan untuk


mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai
dengan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, jalan diklasifikasikan ke
dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan
jalan desa. Berikut penjelasan jenis klasifikasi jalan di Indonesia.

a. Jalan Nasional adalah jalan arteri atau kolektor yang


menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan strategis
nasional dan jalan tol.
b. Jalan Provinsi adalah jalan kolektor yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, antar
kabupaten dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibokota kecamatan, antaribukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis
kabupaten.
d. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder
yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil serta menghubungkan antarpusat
pemukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan atau antar pemukiman di dalam desa serta jalan lingkungan.

3. Klasifikasi Berdasarkan Muatan Sumbu

Jenis klasifikasi jalan di Indonesia juga dikelompokkan


berdasarkan muatan sumbu antara lain jalan kelas I, jalan kelas II,
jalan kelas IIIA, jalan kelas IIIB, dan jalan kelas IIIC. Berikut penjelasan
dari klasifikasi jalan di Indonesia.

a. Jalan kelas I adalah jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan


bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18000 milimeter
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton,
yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia namun sudah
mulai dikembangkan di berbagai negara maju seperti Perancis
yang telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.
b. Jalan kelas II adalah jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
dari 2500 mm. Ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton. Jalan kelas ini
merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.
c. Jalan kelas III A adalah jalan arteri atau kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000
mm dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
d. Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2500 mm, ukuran panjang tida melebihi 12000 mm. dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
e. Jalan kelas III C adalah jalan lokal dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000
mm dan muatan sumbu terbera yang diizinkan 8 ton.

4. Kapasitas Arus Maksimum Kendaraan


Kapasitas sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di
jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.
Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua
arah ( kombinasi dua arah) , tetapi untuk jalan dengan banyak lajur,
arus dipisah per arah dan kapasitas ditentukan per lajur. MKJI (1997)
Persamaan dasar untuk menghitung kapasitas ruas jalan
dalam MKJI (1997) adalah sebagai berikut:
Jalan Perkotaan:
C = Co x FCw x FCSP x FCSF x FCCS
Jalan Luar Kota:
C = Co x FCw x FCSP x FCSF
Jalan Bebas Hambatan:
C = Co x FCw x FCSP
dimana:
C = kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF = faktor penyesuaian akibat hambatan samping
FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota
a) Kapasitas dasar (Co) ditetapkan dengan mengacu pada tabel:

Tabel 2.1 Kapasitas Dasar Ruas Jalan


(Sumber :MKJI,1997)

b) Tipe alinyemen untuk jalan luar kota dan jalan bebas hambatan
ditentukan dengan mengacu pada kriteria yang disajikan pada
tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tipe Alinyemen


(Sumber :MKJI,1997)

c) Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu-lintas


(FCw) ditetapkan dengan mengacu pada tabel 4.3
Tabel 2.3 Kapasitas Jalur Lalu Lintas
(Sumber :MKJI,1997)

d) Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP)


ditetapkan dengan mengacu pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Kapasitas Pemisahan Arah


(Sumber :MKJI,1997)

e) Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping


(FCSF) ditentukan dengan mengacu pada kelas hambatan
samping (side friction). Adapun kelas hambatan samping
ditentukan berdasarkan total jumlah (frekwensi) kejadian dikali
faktor bobot menurut tipe kejadian pada setiap 200 m segmen
jalan, seperti disajikan pada tabel 2.5 dan 2.6.

Tabel 2.5 Kapasitas Bobot Hambatan Samping


(Sumber :MKJI,1997)

Tabel 2.6 Kapasitas Kelas Hambatan Samping


(Sumber :MKJI,1997)

Setelah diketahui kelas hambatan samping, selanjutnya


ditentukan faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping
(FCSF) yang dibedakan untuk: jalan perkotaan dan jalan luar kota,
seperti disajikan pada tabel 2.7, dan 2.8.
Tabel 2.7 Penyesuaian Kapasitas Hambatan Samping
(Sumber :MKJI,1997)

Tabel 2.8 Penyesuaian Kapasitas Hambatan Samping


(Sumber :MKJI,1997)
f) Hambatan Samping (FCSF) Pada Jalan 6 (enam) lajur (baik
jalan perkotaan maupun jalan luar kota) ditentukan dengan
mengacu pada FCSF untuk jalan 4 (empat) lajur (tabel 4.7, dan 4.8)
dengan mengalikannya dalam persamaan sebagai berikut:
FC 6,SF = 1 – (0.8 x (1 – FC 4,SF))
dimana:
FC 6,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping
jalan 6 (enam) lajur
FC 4,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping
jalan 4 (empat) lajur
g) Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCCS)
Khusus untuk jalan perkotaan, ditetapkan dengan mengacu pada
tabel 2.9.

Tabel 2.9 Kapasitas Ukuran Kota


(Sumber :MKJI,1997)

a. Sistem Parkir di Putra Jaya

b. Sistem Parkir di Marina Bay

c. Sistem Parkir di Garden Bay Land


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Program Kuliah Kerja Lapangan yang telah diagendakan oleh perguruan


tinggi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dan wawasan mengenai
“Arsitektur Tradisional dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0”. Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan yang sudah diikuti oleh para mahasiswa yaitu di Malaysia
dan Singapur. Kuliah kerja lapangan (KKL) telah berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan dan disepakati oleh panitia maupun peserta.Hal ini terlaksana
berkat bimbingan dari pembimbing yang telah membantu dan meluangkan
waktunya untuk membimbing kami dari rute yang telah ditentukan dan disepakati.
Setelah melaksanakan kuliah kerja lapangan (KKL) pada sistem sarana dan
parsasarana gedung di malaysia dan sarana dan prasarana perkotaan di di Singapore
yang telah ditenukan,kami sebagai peserta kuliah kerja lapangan (KKL) sedikit dan
banyaknya telah memperoleh beberapa pengalaman dan informasi yang
berhubungan dengan disiplian ilmu yang kami tuntut dibangku kuliah khususnya
pada sistem sarana dan prasarana gedung dan perkotaan.
Dari pengalaman diatas kami dapat mengambil keesimpulan bahwa dari
sistem sarana dan prasarana gedung di Malaysia sangat laju pertumbuhan dan
pendidikan di Singapura dan di Malaysia khususnya di Universitas Muslim
Indonesia sangat jauh tertinggal,apalagi dikaitkan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknollogi kita sangat jauh tertinggal,sehingga tidak mampu unuk bersaing
dengan mereka.

Anda mungkin juga menyukai