PERTUNJUKAN
Sudi Kasus: Pusat Seni Pertunjukan di Kawasan Sriwedari, Surakarta
Abstrak: Kota Surakarta dikenal sebagai kota budaya yang memiliki keanekaragaman budaya yang
harus dikembangkan dan dilestarikan berbasis sumber daya manusia yang terbina pada komunitas-
komunitas seni. Desain Pusat Seni Pertunjukan di Kawasan Sriwedari ini dimaksudkan mengujicobakan
untuk memberikan sarana untuk berkreasi, berinteraksi, dan berkolaborasi antar komunitas seni di
Surakarta. Tulisan ini disusun sebagai narasi terhadap desain arsitektur yang sudah dilakukanm dimulai
dengan kajian literatur, perumusan strategi desain, dan implementasinya dalam desain arsitektur.
Terdapat beberapa konsep yang ditawarkan, yaitu 1) implementasi arsitektur tradisional Jawa dalam
penggunaan geometri bangunan dan pengaturan zonasi yang didasarkan pada zonasi dalam rumah
Joglo, 2) penciptaan ruang-ruang interaksi antar seniman dengan pengaturan ruang, sirkulasi, dan juga
selubung bangunan, 3) perancangan ruang-ruang dengan konsep semi terbuka, open layout dan mampu
memberikan kesan menerima, 4) sistem sirkulasi dengan konsep sirkulasi bebas-mengalir, dan 5)
selubung bangunan dengan konsep semi-terbuka tanpa pembatas yang jelas antara ruang dalam dengan
ruang luar. Melalui desain, asrsitektur tradisional Jawa dihadirkan kembali pada masa kini untuk
merespon kebutuhan ruang interaksi dan kolaborasi para seniman.
Title: Implementation of Collaboration Space in the Design of the Performing Arts Center
Case Study: Performing Arts Center in Sriwedari Area, Surakarta
Abstract: Surakarta is known as a cultural city that has cultural diversity that must be developed
and preserved based on the human resources that are fostered in the arts community. The design of
the Performing Arts Center in the Sriwedari area is intended to provide a means of creation,
interaction and collaboration between art communities in Surakarta. This paper is structured as a
narrative about architectural design that has been carried out, starting with a literature review,
formulating design strategies, and implementing them in architectural design. There are several
concepts offered, which are 1) the application of traditional Javanese architecture in the use of
building geometry and zoning arrangements based on zoning in the Joglo house, 2) the creation of
interaction spaces between artists with spatial planning, circulation, and also buildings. envelopes,
3) designing spaces with semi-open concepts, open layout and being able to give the openness
impression, 4) circulation systems with the concept of free circulation, and 5) building envelopes
with semi-open concepts without clearly dividing between inside and outside spaces. Through
design, traditional Javanese architecture can be revived to answer the needs of an artist's
interaction and collaboration space.
Keywords: Surakarta, Performing Arts, Interaction, Collaboration, Community
masyarakat setempat serta masyarakat luas pentas yang menghibur khalayak sekaligus
(Pramono, 1993). upaya nguri-uri kebudayaan adiluhung.
Keberhasilan pengembangan kesenian dan Tinjauan Pusat Seni Pertunjukan
kebudayaan tradisonal Surakarta bergantung
Kata seni berasal dari Bahasa Sansekerta
pada sumber daya manusia yang ada, yaitu
“sani” yang artinya adalah persembahan,
komunitas-komunitas seni. Dukungan peran aktif
pelayanan, atau pemberian. Dalam Bahasa Jawa
partisipasi masyarakat dalam komunitas seniman
Kuno juga dikenal dengan kata “sanindya” yang
menentukan kelangsungan di dalam destinasi
memiliki arti pemusatan pikiran. Maka dari itu
wisata budaya (Inskeep, 1993). Namun, pada
dalam penciptaan karya seni tentu memerlukan
realitasnya komunitas seni yang ada di Surakarta
pemusatan pikiran (Bastomi, 1990).
cenderung terfragmentasi dan bergerak masing-
masing. Dengan demikian pergerakan komunitas- Berdasar Peraturan Menteri Pariwisata RI
komunitas seni cenderung terbatas dan dengan No.17 tahun 2015 tentang Standar usaha gedung
skala yang terbatas, yang secara tidak langsung pertunjukan seni, menjelaskan mengenai definisi
berdampak pada kurang optimalnya upaya Pusat Seni Budaya dan berbagai aspek aktivitas
pengembangan kesenian dan kebudayaan yang harus ditampung. Diuraikan bahwa Pusat
setempat. Seni Budaya merupakan sebuah wadah yang
menghimpun kebudayaan suatu daerah, kota
Sebagai upaya untuk memunculkan gerakan
maupun dalam skala kecil di tingkat kabupaten,
kebersamaan antar komunitas seni, diperlukan
serta mengakomodasi berbagai kegiatan
wadah terpadu sebagai sarana berkreasi dan
kesenian, mulai dari seni musik, seni rupa, seni
berkolaborasi antar komunitas. Dengan
pertunjukan, seni budaya tradisional serta seni
membangun kolaborasi antar komunitas
kerajinan. Pusat seni juga dapat difungsikan
diharapkan tercipta kekuatan yang berpotensi
sebagai tempat latihan, diskusi antar pelaku seni
lebih besar dalam upaya pengembangan dan
dan budaya, pertunjukan dan pameran budaya
pelestarian kesenian dan kebudayaan tradisional.
serta sumber informasi tentang seni dan budaya
Jaringan dan kreativias pada hakikatnya setempat.
saling menguntungkan satu sama lain, karena
Fasilitas Seni Pertunjukan
semakin banyak jumlah simpul semakin besar
kapasitas untuk berinovasi (Landry, 2008). Guna mendukung kegiatan pementasan
Selanjutnya, diharapkan dengan keberadaan diperlukan ruang yang mampu mewadahi
komunitas yang memiliki berbagai latar belakang kegiatan pementasan yang meiliputi kegiatan
kesenian berbeda-beda menciptakan iklim pemain dan penonton pementasan, serta fasilitas
kolaborasi yang mampu menjadi wadah saling penunjang yang berkaitan dengan seni
bertukar ide antar komunitas, yang pada akhirnya pertunjukan. Fasilitas yang diperlukan dalam
mampu menciptakan karya-karya kreatif dan sebuat gedung seni pertunjukan adalah sebagai
inovatif sebagai upaya untuk mengembangan berikut.
kesenian tradisional. a. Area publik, merupakan fasilitas yang
Upaya penciptaan iklim kolaborasi antar dirancang untuk pengunjung gedung. Area
komunitas kesenian diemplementasikan dengan public terdiri atas area parkir, loket, ruang
penyediaan pusat seni pertunjukan yang mampu tunggu, kafe, restoran, dan ruang serba guna
memberikan ruang bagi seniman maupun (Ham, 1971).
komunitas seni untuk saling berinteraksi. Dalam b. Auditorium, merupakan bagian dari sebuah
sebuah komunitas masyarakat yang berada dalam gedung pertunjukan atau teater yang diatur
lingkungan tertentu, ruang interaksi menjadi sedemikian rupa untuk kegiatan melihat dan
tempat berlangsungnya hubungan sosial antar mendengar (Ham, 1971).
warga. Ruang interaksi mendorong terciptakan
kebersamaan dalam komunitas (Putra, 2014). c. Panggung, merupakan tempat bagi pemain
Dengan adanya ruang untuk berinteraksi antar untuk menampilkan pementasan. Penataan
penggiat seni diharapkan mampu menjadi katalis panggung dalam sebuah auditorium sangat
untuk mendorong terciptanya kolaborasi lebih oleh letak panggung terhadap tempat duduk
jauh bagi seniman. Penyediaan ruang seni penonton, yaitu semakin besar pengelilingan
pertunjukan tersebut lebih dari sekadar sarana maka semakin besar pula keterlibatan emosi
42
Jurnal Arsitektur Komposisi Volume 14, Nomor 1 Tahun 2020
dan interaksi antara penonton dan penampil Konfigurasi ruang atau bagian-bagian rumah
(Ham, 1971). orang Jawa Joglo membentuk tatanan tiga bagian
linier belakang (gambar 2). Bagian depan
d. Area persiapan pertunjukan, merupakan
Pendhapa, di tengah Pringgitan dan yang paling
fasilitas untuk mendukung proses kegiatan
belakang dan terdalam adalah Omah Dalem.
pementasan. Ruang-ruang pendukung
Konfigurasi linier ini memungkinkan membuat
tersebut antara lain adalah ruang tata rias,
rumah secara bertahap dengan tahapan Omah
tata busana, lavatory, ruang crew panggung,
Dalem dibangun terlebih dahulu. Luas Pendhapa
dan manajer control panggung (Ham, 1971).
pada Rumah Joglo biasanya luas dengan maksud
Tinjauan Arsitektur Tradisional Jawa agar mampu menampung seluruh sanak saudara
Arsitektur memiliki peran penting sebagai untuk berkumpul saat hari raya. Selain itu,
penanda kekuatan, status, dan privasi Pendhapa mempunyai fungsi untuk pengeringan
sehubungan dengan keyakinan kosmologis. padi (Kartono, 2005).
Kosmologi Jawa juga mencakup makna
dikotomi, misalnya, sakral dan profan, pria dan
wanita, depan dan belakang, dan privat dan
publik (Ronald, 1988).
43
Ahmad Ghozali & Agus S. Ekomadyo:
Implementasi Ruang Kolaborasi pada Desain Pusat Seni Pertunjukan
empati. Dengan demikian nilai sosial pada Sebagai wadah aktivitas interaksi sosial bagi
masyarakat Jawa terletak pada upaya untuk dapat komunitas, ruang di sini dipahami dalam
hidup selaras dan mengutamakan kepentingan pengertian fisik dan non-fisik. Dalam dunia
bersama di atas kepentingan individu. arsitektur, dikenal istilah “ruang-ruang
Masyarakat Jawa sendiri cenderung lebih temporal”, yaitu ruang-ruang informal yang lebih
menyukai hidup bersama dalam suatu komunitas dibentuk oleh elemen-elemen non-fisik. Sebagai
alih-alih hidup secara soliter (Soesilo, 2005). contoh pasar tradisional kaya akan ruang-ruang
informal yang membentuk spatio temporal
Orientasi sosial yang mengutamakan
(Ekomadyo, 2012). Konstruksi sosial dalam
kebersamaan akan melahirkan konsep ruang
penciptaan tempat terjadi karena ruang para
publik yang memiliki fungsi sosial yang tinggi.
pelaku memberikan perhatian khusus dalam
Ruang publik yang mampu mewadahi berbagai
ruang yang tercipta (Ekomadyo & Riyadi, 2020).
kegiatan bagi masyarakat menjadi suatu
Terdapat lima prinsip dalam menciptakan
keharusan sesuai nilai sosial yang ada. Di era
interaksi dalam sebuah ruang publik dalam hal
modern yang masyarakatnya cenderung
ini mengkhususkan prinsip dalam membuat
berorientasi ekonomi, terdapat kecenderungan
ruang yang mendorong untuk berinteraksi, yaitu
orang berorientasi pada kebutuhan hidup
menghindari ruang bersifat territorial,
sehingga suatu ruang publik yang dilengkapi
meminimalisir aturan dalam suatu area,
dengan fungsi ekomoni akan menjadi hal yang
visibilitas, aktivitas yang sama, dan suasana yang
ideal (Hariyono, 2010).
familiar.
Tinjauan Ruang Interaksi
Terbentuknya interaksi yang mendorong
Interaksi sosial merupakan hubungan terjadinya kolaborasi pada berbagai aktor yang
yang dinamis menyangkut hubungan antar orang, terlibat diaharapkan mendorong untuk
antar kelompok, maupun antar individu dengan terciptanya berbagai karya hasil inovasi bersama.
kelompok (Waluyo, Suwardi, Feryanto, & Etzkowitz berpendapat dalam penciptaan suatu
Haryanto, 2008). Tidak selalu interaksi sosial inovasi diperlukan sebuah neutral space yang
berupa tindakan yang bersifat kerjasama, mana di dalamnya berbagai pihak dengan latar
contohnya adalah pertengkaran yang merupakan belakang berbeda-beda dapat berpartisipasi
salah satu contoh interaksi sosial. Hal tersebut dalam pengembangan ide-ide baru. Selanjutnya
termasuk interaksi sosial karena keduanya neutral space ini biasa disebut dengan Consensus
melakukan hubungan timbal balik meskipun Space. Terdapat berbagai faktor yang
dalam bentuk pertengkaran. Interaksi dibedakan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan
menjadi dua macam, yaitu asosiatif (menguatkan consensus space ini, tetapi semuanya bermuara
ikatan sosial) dan disosiatif (merusak ikatan kepada satu alasan utama, yaitu kekuatan
sosial) (Soekanto, 2006). hubungan antar pihak dalam proses inovasi
Ruang publik sebagai ruang interaksi (Ekomadyo, Santri, & Riyadi, 2018).
sosial merupakan ruang bersama suatu komunitas METODE PENELITIAN
yang di dalamnya terdapat aktivitas sosial secara
rutin maupun terdapat aktivitas tertentu (Carr, Penelitian ini merupakan hasil penulisan kembali
Francis, Leanne G. Rivlin, & Stone, 1992). dari desain arsitektur yang telah dilakukan.
Ruang publik dapat berbentuk cluster maupun Terdapat beberapa tahap desain yang dilakukan
linear dalam ruang terbuka maupun ruang untuk menghasilkan konsep perancangan sebagai
tertutup. Tipologi kontemporer dari suatu ruang temuan penelitian, yaitu:
public perkotaan yaitu taman-taman public, jalan, a. Studi pustaka, dilakukan untuk memperoleh
lapangan bermain, ruang terbuka, jalur hijau, data yang didapat dengan cara studi
atrium, dan ruang di lingkungan bertetangga pustaka/studi literature, data dari instansi
(Carr et al., 1992). terkait, dan browsing internet.
Di dalam sebuah ruang tercakup banyak b. Observasi lapangan, dilakukan sebagai
unsur dan elemen pembentuknya, arsitektur dan pengamatan langsung terhadap objek.
desain hanyalah menjadi salah satu bagain
penyusunnya. Elemen lain yang utama adalah c. Pengembangan konsep dasar perancangan.
komunitas (Tamariska & Komadyo, 2017).
44
Jurnal Arsitektur Komposisi Volume 14, Nomor 1 Tahun 2020
45
Ahmad Ghozali & Agus S. Ekomadyo:
Implementasi Ruang Kolaborasi pada Desain Pusat Seni Pertunjukan
Gambar 6b. Pengaturan Zonasi Vertikal dalam Gambar 8. Sirkulasi dalam Rancangan
Rancangan
Strategi Gubahan Spasial
Ruang-ruang dalam bangunan pusat seni Ruang-ruang dalam rancangan pusat seni
pertunjukan diatur dan dikelompokkan sesuai pertunjukan terutama ruang untuk berkegaiatn
fungsi dan suasana yang ingin dicapai (gambar kesenian dan penunjangnya didesain dengan
7). Pada bangunan sanggar seni ruang-ruang konsep ruang yang semi terbuka. Ruang-ruang
yang difungsikan sebagai ruang untuk tersebut didesain dengan bentuk open layout dan
46
Jurnal Arsitektur Komposisi Volume 14, Nomor 1 Tahun 2020
47
Ahmad Ghozali & Agus S. Ekomadyo:
Implementasi Ruang Kolaborasi pada Desain Pusat Seni Pertunjukan
48
Jurnal Arsitektur Komposisi Volume 14, Nomor 1 Tahun 2020
49