Jurnal Imajinasi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi
1
Dosen Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Semarang
dari beberapa saja; (1) Seniman; (2) Guru Dalam sebuah pameran memerlukan
seni rupa; (3) Organisasi seni berpayung banyak hal, namun secara garis besar
pemerintah dan; (4) Apresiator (umum). dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
Jadi Batang sebagai sebuah daerah perencanaan, proses berlangsungnya
belum memiliki medan sosial seni rupa yang pameran dan evaluasi (lihat Athian: Display
baik, terbukti hanya terdiri dari seniman, Pameran Manifesto 2014 : 34). Tahap
guru seni, organisasi, dan apresiator merencanakan terbagi dalam; (1) penentuan
umum saja. Sedangkan untuk galeri seni, tema; (2) menjabarkan pameran dengan sub
apresiasi khusus (kurator, kritikus, peneliti, tema; (3) mendaftarkan benda koleksi yang
kolektor dsb) tidak tersedia. Untuk itu para mendukung sarana pameran; (4) inventaris
pegiat seni di Batang merumuskan sebuah sarana pameran seperti vitrin, panil,
pameran yang ditempatkan di Rumah Dinas pedestal, paku, benang dll; (5) membuat
Bupati Batang dengan judul “BATANG A(R) denah ruang; (6) menentukan isi dan bentuk
TTENTION 2017. Sebagai sebuah kegiatan label; (7) menentukan sarana publikasi; (8)
yang diusung pemerintah daerah Kabupaten menentukan tata cahaya, warna, tekstur,
Batang, pameran Batang A(r)ttention dll; (9) menentukan wawancara pers dan
harusnya memiliki tema yang memberikan publikasi serta isi publikasi mengenai
edukasi tertentu. pameran; (10) menentukan staff dan
tugasnya; (11) menentukan ruangan dan;
Pameran Seni Rupa : Piranti dan Display (12) perhitungan rincian biaya (Sumber :
Wawancara Tubagus Andre Kepala Museum
Sebuah pameran dalam ruang Galeri Nasional Indonesia). Piranti adalah
publik dibutuhkan satu formulasi, alat pendukung dalam pameran, seperti
pengembangan dan presentasi, karena Pedestal (base), panel, sign system dan
hal tersebut merupakan landasan utama segala properti yang berkaitan dengan
dalam sebuah perhelatan seni rupa di pameran. yang juga termasuk dalam
ranah publik. Menurut Suroso dan M. kategori kelengkapan pameran. Piranti
Urip dalam buku Pedoman Tata Pameran dalam pameran terkait dengan persoalan
dan Museum disebutkan bahwa pameran display.
tidak hanya berunsur komunikator (yang Kata display menurut kamus Oxford
mengkomunikasikan/penghubung) saja adalah memasukkan (sesuatu) di tempat
namun juga berfungsi sebagai komunikan yang menonjol agar dapat terlilhat dengan
(yang terkomunikasi/pengunjung) untuk mudah. Dari kalimat tersebut secara
itu perlu pengelolaan yang baik terutama tersirat display dapat di golongkan ke
mengenai simbol-simbol yang dipakai, misal dalam sebuah kategori “teknis” untuk
simbol dilarang merokok, simbol toilet, menonjolkan sebuah benda, dalam kasus ini
dan simbol umum lainnya agar dimengerti pameran seni dengan karya seni tentunya.
pengunjung. (Buku Pedoman Tata Pameran Susanto dalam bukunya Menimbang
dan Museum). Ruang Menata Rupa mengartikan display
Jadi adanya kebutuhan khusus sebagai menata ruang yang terkait dengan
terhadap setiap pameran, mengharuskan presepsi kita tentang tentang pameran,
beberapa macam pendekatan dilakukan. lebih jelasnya menata, merancang,
Menurut buku pedoman teknis pembuatan mendesain, mengatur, menyusun, serta
sarana pameran di ruang publik, disebutkan mengorganisasi unsur-unsur, objek atau
bahwa ada tiga pendekatan metode ruang berdasar pertimbangan praktis,
penyajian dalam ruang publik, pertama ekonomis, estetis dan ergonomis untuk
adalah penyajian intelektual, artistik dan tujuan tertentu yang merupakan hal
romantis (dramatis). primer yang harus dilakukan dalam sebuah
UNNES JOURNALS
28 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)
UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 29
pengunjung (2004).
Kemudian seringkali terjadi
kebingungan saat display mengenai berapa
besar ruang yang memadai untuk sebuah
objek, termasuk di dalamnya pembagian
2 dan 3 dimensi untuk mendapatkan
hasil secara efektif. Masih dalam Maximea
(2004), dituliskan bahwa untuk menamai
hasil karya yang secara efektif dapat
dilihat dan dipahami, disebutlah “vista
distance”. Ini merupakan relasi kenyamanan
Gambar 1. Sistem pengaturan pencahayaan. pengunjung saat melihat karya, yang
(Sumber: Till Hahn dalam The Manual of berhubungan dengan ramai atau tidaknya
Museum Exhibition (2001: 312)) pengunjung yang menyebabkan macetnya
sirkulasi pengunjung, terlalu dekat yang
Sesuai dengan fungsinya untuk menyebabkan kurang nyaman dan tidak bisa
menerangi, sistem lampu perlu diatur melihat keseluruhan (jika karya besar) atau
sedemikian rupa untuk memudahkan display terlalu jauh yang akan menyebabkan kurang
pameran. Untuk itu dibutuhkan sebuah detail dalam melihat karya. Pada beberapa
lighting track system. Lighting track system kasus vista distance merupakan rumus yang
merupakan sebuah upaya praktis dalam tidak absolut dan sering bersifat relatif,
sebuah galeri atau ruang seni lainnya untuk namun Maximea mencoba merumuskan
memasang lampu, fungsinya adalah agar umumnya display ideal untuk estimasi karya
dapat menggeser lampu sewaktu-waktu dalam sebuah ruangan (2004).
dibutuhkan. Hal ini menjadikan mekanik Menurut Maximea dibutuhkan
listrik tidak perlu turun naik dan mengukur setidaknya 40% dari 60% ruangan dalam
ulang setiap pemasangan karya. ruang pamer untuk menjadi akses bebas
sirkulasi pada objek non seni. Namun
berbeda jika objeknya adalah objek seni atau
karya seni, untuk karya seni 2D dibutuhkan
linier 65-75% (horisontal) untuk
menggantungkan karya seni jadi ruangan
bebas sekitar 90% termasuk pengamanan
karya. Dan pada karya 3d dibutuhkan 25%
atau kurang untuk display, sehingga lebih
dari 75% pengunjung dapat bergerak bebas.
Gambar 2. Bentuk lampu yang
menggunakan track. (Sumber: http://www. Tabel 1. Kebutuhan akses jarak pada sebuah
ledwaves.com) ruang. (Sumber: Maximea, The Manual of
Variasi pengunjung tentu Museum Exhibition)
membutuhkan penanganan display yang
No Jenis Ruang Tempat Karya Akses bebas dan Sirkulasi
berbeda pula. Tentusaja perbedaan display 1 Ruang pamer 60% ditempati koleksi 40% ruang sirkulasi
tertutup
juga dipengaruhi oleh ketersediaan ruang, 2 Ruang pamer 40-50% ditempati 50-60% ruang sirkulasi
terbuka
koleksi
menurut Maxima dalam buku The Manual 3 Pameran bertema 25-35% ditempati 65-75% sirkulasi dan ruang
of Museum Exhibition dalam display terdapat pameran
vista
dua kemungkinan yaitu; (1) Apakah 4 Pameran seni 3D 25% atau kurang ruang
untuk patung dan
75% sirkulasi dan ruang vista
instalasi
pengunjung yang menyesuaikan karya 5 Pameran Seni 2D 65-75% linier Lebih dari 90% ruang sirkulasi
menggantung karya seni termasuk zona keamanan
atau; (2) Karya yang akan menyesuaikan
UNNES JOURNALS
30 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)
UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 31
Tabel 2. Kategori ukuran karya. (Sumber: daerah dan selera dari kurator serta pen-
Maximea, The Manual of Museum display yang ada dan bisa sangat cair dalam
Exhibition) proses penataannya.
Microscopic Sangat kecil Kecil Sedang Sangat besar Super besar
Sebagian besar acara seni rupa yang
<1cm 1-5 cm 6-25 26-100cm 1m-2,5m >5 m didanai pemerintah di negara maju sudah
memiliki desainer pameran atau perancang
Pameran Temporer di Ruang Publik pameran yang bertugas melakukan
rancangan display dengan berkonsultasi
Dalam penyelenggarakan sebuah langsung terhadap kurator dan kepala
pameran perlu diketahui dahulu tipikal pameran. Dalam penyelenggaraannya
pameran menurut waktu presentasinya, sebuah pameran (khususnya temporer)
yaitu permanen, temporer, portable, dan dalam ruang publik seringkali mengikuti
mobile. Permanen adalah sebuah pameran tema hari-hari besar negara, misalnya
yang diselenggarakan setidaknya 6 bulan kebangkitan nasional, sumpah pemuda, dan
sampai satu tahun atau selamanya selama hari besar nasional lainnya. (Athian, 2013:
benda yang dipajang masih kontekstual. 34).
Pameran temporer adalah pameran yang
diselenggarakan dengan batas waktu METODE PENELITIAN
yang ditentukan, pameran ini biasanya
memerlukan kerja yang efektif mengingat Secara metodologis, penelitian ini
pameran ini dikerjakan dalam waktu yang memilih pendekatan kualitatif (lihat miles
relatif singkat (Susanto, 2004; 56). dan Huberman 1992; Sutopo 1990). Sasaran
Ruang didefinisikan oleh Susanto penelitian ini mencakupi tiga hal pokok
secara fisik adalah sebuah rongga yang sebagai berikut; (1) mengidentifikasi pola
berbatas maupun tidak berbatas secara display pameran temporer di daerah; (2)
fisik maupun non fisik. Sedangkan ruang proses display dan hasil implementasinya
publik di definisikan sebagai sebuah dengan respon apresiator dan; (3) evaluasi
tawaran ruang yang memiliki hubungan dan ketercapaian tujuannya untuk masyarakat
interaksi publik secara langsung (Susanto, dan kendala implementasi display. Pameran
2011; 173) maksudnya ruang tersebut Batang A(r)ttention 2017 di Rumah
sudah terkonstruksi sebagai sebuah ruang Dinas Bupati Batang dipilih sebagai studi
yang memiliki irisan-irisan dalam kegiatan kasus. Pengumpulan data menggunakan
bermasyarakat yang kompleks. Ruang praktik pengamatan lapangan, wawancara,
publik juga sering dikaitkan dengan wahana dan dokumentasi. Data yang berhasil
tertentu yang dengan sadar memberikan dikumpulkan dianalisis secara kualitatif
pelayanan untuk publik, dengan demikian dengan membandingkan dengan teori selera
sejatinya ruang publik bisa diciptakan. kelas seni dan teori display.
Namun prinsip utama pemahaman
ruang, dalam penataan pameran ini terkait HASIL DAN PEMBAHASAN
erat dengan persoalan pengelolaan dan
penguasaan lokasi dan materi. Dalam Gambaran Umum Lokasi Penelitian
konsep teknis, ruang dibagi menjadi ruang
dalam (indoor) dan ruang (outdoor). Tentu Batang adalah sebuah kota yang
pemahaman si penata ruang dan materi terletak di jalur pantura, Sebagian besar
karya ini terkait dengan pelbagai persoalan wilayah Kabupaten Batang merupakan
lainnya, seperti yang telah dijelaskan di atas. perbukitan dan pegunungan. Dataran
(Susanto, 2004: 173). Jadi display pameran rendah di sepanjang pantai utara tidak
sangat bergantung dari kondisi fisik dari begitu lebar. Di bagian selatan adalah
UNNES JOURNALS
32 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)
Ada hal yang menarik di sini, Gambar 7. Tinggi dan jarak display
mengingat masyarakat Batang yang
menyukai karya yang berbau kelautan dan Sedangkan alur pamerannya
pertanian disuguhi karya-karya seni rupa menggunakan alur sirkulasi pameran jenis
dengan semangat post modernisme. Untuk rantai. Menurut Susanto (2004), alur dan
UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 33
UNNES JOURNALS
34 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)
UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 35
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_
Batang
UNNES JOURNALS
36 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)
UNNES JOURNALS