Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Imajinasi Vol XII no 1 Januari 2018

Jurnal Imajinasi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi

POLA PAMERAN TEMPORER DI RUANG PUBLIK


(STUDI KASUS DI RUMAH DINAS BUPATI BATANG 2017)
Athian, Muhammad Rahman 1

1
Dosen Jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Menurut data, Jawa Tengah hanya terdapat dua galeri aktif yaitu Galeri
Semarang di Semarang dan Langgeng di Magelang dan satu museum
Diterima Januari 2018 seni rupa di Magelang yaitu OHD art Museum. Nasib perupa daerah
Disetujui Februari 2018 di Jawa Tengah yang ingin berpameran dan tidak menjangkau galeri
Dipublikasikan Maret 2018
dan museum tersebut, kebanyakan memilih berpameran di studionya
Keywords: sendiri atau memilih menciptakan “ruang alternatif” dengan membuat
Implementasi; pameran temporer di ruang publik, termasuk seniman daerah di
Piranti Display; Kabupaten Batang. Karena pameran merupakan “medium” seni untuk
Pameran Temporer; mengkomunikasikan sistem-sistem strategis representasi, ia juga
Ruang Publik
berfungsi strategis lain yang bertujuan sebagai usaha melakukan
percakapan dengan dan antarpenonton yang diatur untuk menentukan
nilai-nilai hingga mengubah hubungan sosial. Berdasarkan hal tersebut
permasalahan yang muncul adalah: “Bagaimana bentuk pola pameran
temporer di ruang publik agar memenuhi ketercapaian tujuan?”.
Melalui permasalahan tersebut penulis menggunakan teori display
pameran seni rupa untuk mengungkap sejauhmana keberhasilan pola
pameran di ruang publik pada studi kasus rumah dinas Bupati Batang
2017. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat
dikemukakan bahwa pameran merupakan aktivitas untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat untuk itu perlu kesiapan pembuatan
piranti yang diolah secara matang dan mengolah persoalan ruang
dengan baik. Kekurangan pada pameran ini diantaranya karena memilih
pola atur berantai, menyebabkan pengunjung tertahan (mengantri)
dan tertumpuk pada pintu masuk sekaligus pintu keluar. Pembuatan
panel tidak diperhitungkan secara matang, sehingga memberikan efek
menggangu pada masyarakat yang mengapresiasi. Minimnya sistem
tanda yang diterapkan dan membuat pengunjung kebingungan dan
terlihat kurang rapi saat didisplay. Hal ini berefek pada pendidikan yang
diberikan ke masyarakat melalui pameran sangat minim didapatkan.

PENDAHULUAN Sebagai sebuah disiplin ilmu, seni memiliki


teori, konsep, metode, dan teknik yang
Seni hadir dalam kehidupan manusia, dapat diterapkan untuk memberi alternatif
bukan hanya sebagai sarana untuk memenuhi penanganan atau pemecahan masalah-
kebutuhan akan estetika semata, tetapi lebih masalah tersebut (lihat: Rohidi, 2000; Salam
dari itu dapat mengakomodasi berbagai 2001). Berkaitan dengan konsep di atas,
kebutuhan lain yang terkait dengan masalah- Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten
masalah psikologis, sosial, dan budaya. Batang membuat sebuah pameran seni rupa

Corresponding author : © 2018 Semarang State University. All rights reserved
Address: Jurusan Senirupa
Universitas Negeri Semarang
Email : rahmanathian@gmail.com UNNES JOURNALS
26 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)

guna menyadarkan pentingnya sosialisasi TINJAUAN PUSTAKA


potensi seni yang ada di Kabupaten Batang
kepada masyarakat umum. Hal ini juga di Medan Sosial Seni di Daerah
singgung oleh Bruce W Ferguson, bahwa
pameran merupakan “medium” seni untuk Bahasa medan sosial seni seringkali
mengomunikasikan sistem-sistem strategis dikaitkan dengan bahasa Artworld (Susanto,
representasi, ia juga berfungsi strategis lain 35; 2004). Sedangkan Artworld juga
yang bertujuan sebagai usaha melakukan dibahasakan sebelumnya sebagai Art field
percakapan dengan dan antarpenonton yang mengemuka ketika Pierre Bordieu
yang diatur untuk menentukan nilai-nilai (The Rules of Art Genesis and Structure of The
hingga mengubah hubungan sosial (Susanto, Literaly Field: 1996) kemudian “field” tadi
2011; 289). ditegaskan dalam bahasa Indonesia sebagai
Sayangnya, di Jawa Tengah sendiri “Medan”. Kusmara dalam disertasinya
hanya terdapat dua galeri aktif yaitu Galeri “Medan Seni dalam Medan Sosial Seni
Semarang di Semarang dan Langgeng di Rupa Kontemporer Indonesia” (2008)
Magelang dan satu museum seni rupa di menjelaskan bahwa medan sosial seni rupa
Magelang yaitu OHD art Museum (lihat : adalah sebuah sistem tatanan elemen -
Maria dkk : 48-50). Nasib perupa daerah elemen lapangan sosial kesenirupaan yang
di Jawa Tengah yang ingin berpameran ada pada satu daerah tertentu.
dan tidak menjangkau galeri dan museum Susanto (2011: 35) mengungkapkan
tersebut, kebanyakan memilih berpameran medan sosial seni merupakan jejaring
di studionya sendiri atau memilih masyarakat seni yang secara bersama-
menciptakan “ruang alternatif” dengan sama terlibat dalam kegiatan berkesenian,
membuat pameran temporer di ruang publik. keterlibatan tersebut bisa berupa penciptaan
Dalam konteks yang berkaitan dengan alat karya seni, kritik seni, pengkoleksian karya
dan ruang, Umberto Eco menjelaskan bahwa seni, maupun manajemen seni. Dengan
pameran selain sebagai acara pengumpulan demikian elemen-elemen artworld seni rupa
barang dan koleksi onjek-objek simbolis, dapat berupa galeri, museum, pendidikan
juga merupakan instrumen-instrumen seni, alternative artspace, kolektor, kurator,
pendidikan, termasuk memperjelas hal-hal kritikus seni, pembuat pigura, displayer,
yang ilmiah. penonton pameran dan semua elemen seni
Berdasarkan hal tersebut rupa lainnya.
permasalahan yang muncul adalah Sedangkan Charles Khadusin dan
“Bagaimana implementasi piranti display Raymond Williams membagi medan seni
pameran temporer di ruang publik rupa dalam kelompok produksi, distribusi
agar memenuhi ketercapaian tujuan?”. dan konsumsi yang ketiganya terikat dalam
Penelitian ini bertujuan ingin menjelaskan satu jejaring. Sementara menurut Milton
implementasi display piranti pameran Albrecth artworld meliputi sistem teknologi
temporer di ruang publik agar memenuhi misalnya pembuat cat dan kuas, sistem
ketercapaian tujuan. Manfaat penelitian ini distribusi dan penyelenggara pameran
memberikan informasi dan masukan baik misalnya galeri maupun art dealer, sistem
teoretis maupun empiris untuk para pegiat apresiasi dan kritik misalnya tulisan kritik
seni rupa terutama perupa daerah dalam seni rupa dan artikel seni rupa, serta
mengembangkan praktik berkesenian di penikmat atau penonton seni rupa (Susanto,
daerahnya masing-masing. 2011: 35). Sedangkan Batang sebagai
sebuah kabupaten tidak memiliki struktur
organisasi kesenian yang baku. Profesi
terkait seni rupa di Batang hanya terdiri
UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 27

dari beberapa saja; (1) Seniman; (2) Guru Dalam sebuah pameran memerlukan
seni rupa; (3) Organisasi seni berpayung banyak hal, namun secara garis besar
pemerintah dan; (4) Apresiator (umum). dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
Jadi Batang sebagai sebuah daerah perencanaan, proses berlangsungnya
belum memiliki medan sosial seni rupa yang pameran dan evaluasi (lihat Athian: Display
baik, terbukti hanya terdiri dari seniman, Pameran Manifesto 2014 : 34). Tahap
guru seni, organisasi, dan apresiator merencanakan terbagi dalam; (1) penentuan
umum saja. Sedangkan untuk galeri seni, tema; (2) menjabarkan pameran dengan sub
apresiasi khusus (kurator, kritikus, peneliti, tema; (3) mendaftarkan benda koleksi yang
kolektor dsb) tidak tersedia. Untuk itu para mendukung sarana pameran; (4) inventaris
pegiat seni di Batang merumuskan sebuah sarana pameran seperti vitrin, panil,
pameran yang ditempatkan di Rumah Dinas pedestal, paku, benang dll; (5) membuat
Bupati Batang dengan judul “BATANG A(R) denah ruang; (6) menentukan isi dan bentuk
TTENTION 2017. Sebagai sebuah kegiatan label; (7) menentukan sarana publikasi; (8)
yang diusung pemerintah daerah Kabupaten menentukan tata cahaya, warna, tekstur,
Batang, pameran Batang A(r)ttention dll; (9) menentukan wawancara pers dan
harusnya memiliki tema yang memberikan publikasi serta isi publikasi mengenai
edukasi tertentu. pameran; (10) menentukan staff dan
tugasnya; (11) menentukan ruangan dan;
Pameran Seni Rupa : Piranti dan Display (12) perhitungan rincian biaya (Sumber :
Wawancara Tubagus Andre Kepala Museum
Sebuah pameran dalam ruang Galeri Nasional Indonesia). Piranti adalah
publik dibutuhkan satu formulasi, alat pendukung dalam pameran, seperti
pengembangan dan presentasi, karena Pedestal (base), panel, sign system dan
hal tersebut merupakan landasan utama segala properti yang berkaitan dengan
dalam sebuah perhelatan seni rupa di pameran. yang juga termasuk dalam
ranah publik. Menurut Suroso dan M. kategori kelengkapan pameran. Piranti
Urip dalam buku Pedoman Tata Pameran dalam pameran terkait dengan persoalan
dan Museum disebutkan bahwa pameran display.
tidak hanya berunsur komunikator (yang Kata display menurut kamus Oxford
mengkomunikasikan/penghubung) saja adalah memasukkan (sesuatu) di tempat
namun juga berfungsi sebagai komunikan yang menonjol agar dapat terlilhat dengan
(yang terkomunikasi/pengunjung) untuk mudah. Dari kalimat tersebut secara
itu perlu pengelolaan yang baik terutama tersirat display dapat di golongkan ke
mengenai simbol-simbol yang dipakai, misal dalam sebuah kategori “teknis” untuk
simbol dilarang merokok, simbol toilet, menonjolkan sebuah benda, dalam kasus ini
dan simbol umum lainnya agar dimengerti pameran seni dengan karya seni tentunya.
pengunjung. (Buku Pedoman Tata Pameran Susanto dalam bukunya Menimbang
dan Museum). Ruang Menata Rupa mengartikan display
Jadi adanya kebutuhan khusus sebagai menata ruang yang terkait dengan
terhadap setiap pameran, mengharuskan presepsi kita tentang tentang pameran,
beberapa macam pendekatan dilakukan. lebih jelasnya menata, merancang,
Menurut buku pedoman teknis pembuatan mendesain, mengatur, menyusun, serta
sarana pameran di ruang publik, disebutkan mengorganisasi unsur-unsur, objek atau
bahwa ada tiga pendekatan metode ruang berdasar pertimbangan praktis,
penyajian dalam ruang publik, pertama ekonomis, estetis dan ergonomis untuk
adalah penyajian intelektual, artistik dan tujuan tertentu yang merupakan hal
romantis (dramatis). primer yang harus dilakukan dalam sebuah
UNNES JOURNALS
28 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)

pameran. Tambahnya, penataan ruang menjadi sorotan utama untuk membuat


dalam hal ini berarti mengorganisasi unsur- sebuah karya terlihat kontras dengan
unsur berupa pengamat, karya seni, dan yang lain, berarti karya tersebut memiliki
berbagai pendukung dan aksesoris ruang kepentingan. Sebuah galeri diwarnai dengan
agar ruang agar mudah diakses, murah, warna berbeda membuat kesan tema dapat
indah, dan nyaman bagi berlangsungnya semakin terasa dan dapat lebih mengesankan
proses interaksi hal tersebut. Dengan dramatis. Pada display model interaktif atau
demikian display merujuk pada persoalan discovery warna juga bisa menjadi contoh
yang menyeluruh dalam mengatur jalannya urutan agar dapat memberikan urutan
pameran yang berhubungan dengan tempat tanpa harus menggunakan angka, misal biru
atau ruangan. muda ke biru tua untuk menegaskan dari
Kriteria untuk exhibition design angka 1-5.
museum yang efektif adalah korelasi Kemudian dalam menggunakan segi
karya dengan konsep yang diusung untuk pencahayaannya, sebuah ruang pamer juga
kemudian dikomunikasikan kepada dianjurkan menggunakan cahaya untuk
pengunjung. Seperti dalam pemaparan sebuah kegunaan yang efektif. Menurut
Yves Mayrand dalam The Manual of Maximea (2004) terdapat tiga fungsi
Museum Exhibition (1987; 405) termasuk di peletakan sebuah cahaya pada sebuah
dalamnya, dalam membuat display pameran. ruangan; (1) Pencahayaan pameran,
Pameran merupakan agenda utama dalam dimaksudkan untuk mejadikan highlight
sebuah museum, sedangkan display pameran objek individu, vitrin atau komponen
merupakan kunci dalam membuat pameran pameran yang lainnya; (2) membantu
(Barry Lord, 1987; 12). Ungkapan tersebut cahaya pada suatu ruangan agar membuat
tampaknya diaplikasikan secara penuh oleh nyaman pengunjung, dan aman; (3) lampu
Till Hahn dalam tulisannya “Display Cases” bekerja digunakan pada saat pemasangan
dalam buku Manual of Museums Exhibitions karya seni, agar pemasangan tepat dan
(2001: 198). dapat terlihat seperti apa yang diinginkan
Dalam struktur bangunan galeri pada display nanti.
atau ruang pamer dibutuhkan kesiapan Untuk membuat penerangan lebih
kelangkapan di dalamnya, di antaranya; (1) mudah diatur, harusnya disediakan sebuah
lantai harus menggunakan keramik atau ruangan khusus untuk mengatur seluruh isi
batu, atau bahan yang terlihat menarik dan ruang dalam pameran, sehingga pada saat
tidak mudah basah; (2) memiliki tembok tertentu jika dibutuhkan pengaturan lampu
permanen dan temporer untuk mengatur dapat diatur hanya oleh satu orang dalam satu
karya yang tidak terekspektasi sebelumnya, tempat saja, misal pada sebuah pembukaan
batas tinggi langit-langit sesuai standar pameran seni dibutuhkan menyalakan
agar kondisi udara bagus, jika memiliki lampu justru setelah pembukaan dimulai,
tangga dan pintu jalan diarahkan kepada maka diharuskan seorang teknisi berdiam
segi kenyamanan dan keamanan jika terjadi pada satu ruang eletrik untuk mengontrol
kecelakaan. cahaya. Karena cahaya merupakan sebuah
Menurut Maximean (2004) tidak peran yang penting pada sebuah museum
ada satu ruang pun dalam galeri yang bisa dan ruang pamer, maka pengontrolan dan
dikatakan cocok dengan satu warna tertentu pengondisian sebuah cahaya juga perlu
saja. Ini tergantung dari kebutuhan display. diperhatikan.
Warna sangat mempengaruhi psikologis
seseorang, untuk itu warna dalam sebuah
ruang pamer biasanya adalah putih (netral).
Namun demikian warna juga seringkali

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 29

pengunjung (2004).
Kemudian seringkali terjadi
kebingungan saat display mengenai berapa
besar ruang yang memadai untuk sebuah
objek, termasuk di dalamnya pembagian
2 dan 3 dimensi untuk mendapatkan
hasil secara efektif. Masih dalam Maximea
(2004), dituliskan bahwa untuk menamai
hasil karya yang secara efektif dapat
dilihat dan dipahami, disebutlah “vista
distance”. Ini merupakan relasi kenyamanan
Gambar 1. Sistem pengaturan pencahayaan. pengunjung saat melihat karya, yang
(Sumber: Till Hahn dalam The Manual of berhubungan dengan ramai atau tidaknya
Museum Exhibition (2001: 312)) pengunjung yang menyebabkan macetnya
sirkulasi pengunjung, terlalu dekat yang
Sesuai dengan fungsinya untuk menyebabkan kurang nyaman dan tidak bisa
menerangi, sistem lampu perlu diatur melihat keseluruhan (jika karya besar) atau
sedemikian rupa untuk memudahkan display terlalu jauh yang akan menyebabkan kurang
pameran. Untuk itu dibutuhkan sebuah detail dalam melihat karya. Pada beberapa
lighting track system. Lighting track system kasus vista distance merupakan rumus yang
merupakan sebuah upaya praktis dalam tidak absolut dan sering bersifat relatif,
sebuah galeri atau ruang seni lainnya untuk namun Maximea mencoba merumuskan
memasang lampu, fungsinya adalah agar umumnya display ideal untuk estimasi karya
dapat menggeser lampu sewaktu-waktu dalam sebuah ruangan (2004).
dibutuhkan. Hal ini menjadikan mekanik Menurut Maximea dibutuhkan
listrik tidak perlu turun naik dan mengukur setidaknya 40% dari 60% ruangan dalam
ulang setiap pemasangan karya. ruang pamer untuk menjadi akses bebas
sirkulasi pada objek non seni. Namun
berbeda jika objeknya adalah objek seni atau
karya seni, untuk karya seni 2D dibutuhkan
linier 65-75% (horisontal) untuk
menggantungkan karya seni jadi ruangan
bebas sekitar 90% termasuk pengamanan
karya. Dan pada karya 3d dibutuhkan 25%
atau kurang untuk display, sehingga lebih
dari 75% pengunjung dapat bergerak bebas.
Gambar 2. Bentuk lampu yang
menggunakan track. (Sumber: http://www. Tabel 1. Kebutuhan akses jarak pada sebuah
ledwaves.com) ruang. (Sumber: Maximea, The Manual of
Variasi pengunjung tentu Museum Exhibition)
membutuhkan penanganan display yang
No Jenis Ruang Tempat Karya Akses bebas dan Sirkulasi
berbeda pula. Tentusaja perbedaan display 1 Ruang pamer 60% ditempati koleksi 40% ruang sirkulasi
tertutup
juga dipengaruhi oleh ketersediaan ruang, 2 Ruang pamer 40-50% ditempati 50-60% ruang sirkulasi
terbuka
koleksi
menurut Maxima dalam buku The Manual 3 Pameran bertema 25-35% ditempati 65-75% sirkulasi dan ruang
of Museum Exhibition dalam display terdapat pameran
vista

dua kemungkinan yaitu; (1) Apakah 4 Pameran seni 3D 25% atau kurang ruang
untuk patung dan
75% sirkulasi dan ruang vista

instalasi
pengunjung yang menyesuaikan karya 5 Pameran Seni 2D 65-75% linier Lebih dari 90% ruang sirkulasi
menggantung karya seni termasuk zona keamanan
atau; (2) Karya yang akan menyesuaikan
UNNES JOURNALS
30 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)

Display dalam sebuah pameran sangat Setelah diperhitungkan perencanaan


dianjurkan untuk menyesuaikan pengunjung tata ruangnya maka langkah berikutnya
yang akan datang, apakah pengunjung adalah memperhitungkan sirkulasi
tersebut laki-laki, atau perempuan, anak- yang memungkinkan untuk pengunjung
anak, dewasa, ataupun orang tua, bahkan menikmati arus display pada sebuah
pengunjung dengan kebutuhan khusus pameran. Menurut M Belcher dalam bukunya
sekalipun harus diperhatikan. Hal ini Orientation and Environment yang disadur
disebutkan oleh David Dean (dalam Susanto, dalam buku Susanto (2004) menimbang
2004) bahwa tinggi rata-rata laki-laki ruang menata rupa bentuk sirkulasinya
dewasa adalah 180 cm, sedangkan wanita dapat dibagi menjadi demikian:
160 cm dengan tinggi mata laki-laki dewasa
170 cm dan wanita 150 cm. Sedangkan
panjang pundak kanan ke kiri adalah 50 cm,
kemudian panjang tangan kanan dan kiri
saat direntangkan untuk laki-laki 180 cm
dan untuk wanita adalah 170 cm.

Gambar 3. Spesifikasi tinggi manusia. Gambar 5. Macam sirkulasi pengunjung.


(Sumber: Mikke Susanto, Menimbang (Sumber: Menimbang Ruang Menata Rupa
Ruang Menata Rupa) Mikke Susanto 2006)

Jika pengunjungnya adalah orang Sub bab ini merupakan sebuah


dewasa maka display karya dua dimensi paparan teori untuk memberikan pengertian
yang dipasang pada tembok harus diletakkan pembaca mengenai model display yang
pada ketinggian orang dewasa (eye level) digunakan untuk membedah model
yaitu berjarak 155-175 cm dari atas lantai Pameran Batang A(r)ttention 2017. Untuk
datar. memperjelas teorinya, Maximea (2004)
menambahkan teori tematik pada sebuah
display pameran. Maksud dari teori tematik
display adalah sebuah pendekatan di mana
sebuah ruang pameran (beserta karya di
dalamnya) dikategorikan pada sebuah
pendekatan tertentu. Fungsinya adalah
untuk mengkategorikan jenis pameran dan
efeknya saat dievaluasi. Menurut Maximea
Tema dalam pameran dapat dibagi menjadi;
(1) estetis; (2) tematis atau kontekstual; (3)
Gambar 4. Tinggi Display pada Karya eksplorasi (pencarian); (4) Interaktif; (5)
Dua Dimensi. (Sumber: C. Heathcote model kombinasi. Namun sebelumnya perlu
“presentation ergonomics and aesthetics” diketahu dahulu kategori ukuran karya
The Exhibition Handbook (1997)) menurut Maximea.

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 31

Tabel 2. Kategori ukuran karya. (Sumber: daerah dan selera dari kurator serta pen-
Maximea, The Manual of Museum display yang ada dan bisa sangat cair dalam
Exhibition) proses penataannya.
Microscopic Sangat kecil Kecil Sedang Sangat besar Super besar
Sebagian besar acara seni rupa yang
<1cm 1-5 cm 6-25 26-100cm 1m-2,5m >5 m didanai pemerintah di negara maju sudah
memiliki desainer pameran atau perancang
Pameran Temporer di Ruang Publik pameran yang bertugas melakukan
rancangan display dengan berkonsultasi
Dalam penyelenggarakan sebuah langsung terhadap kurator dan kepala
pameran perlu diketahui dahulu tipikal pameran. Dalam penyelenggaraannya
pameran menurut waktu presentasinya, sebuah pameran (khususnya temporer)
yaitu permanen, temporer, portable, dan dalam ruang publik seringkali mengikuti
mobile. Permanen adalah sebuah pameran tema hari-hari besar negara, misalnya
yang diselenggarakan setidaknya 6 bulan kebangkitan nasional, sumpah pemuda, dan
sampai satu tahun atau selamanya selama hari besar nasional lainnya. (Athian, 2013:
benda yang dipajang masih kontekstual. 34).
Pameran temporer adalah pameran yang
diselenggarakan dengan batas waktu METODE PENELITIAN
yang ditentukan, pameran ini biasanya
memerlukan kerja yang efektif mengingat Secara metodologis, penelitian ini
pameran ini dikerjakan dalam waktu yang memilih pendekatan kualitatif (lihat miles
relatif singkat (Susanto, 2004; 56). dan Huberman 1992; Sutopo 1990). Sasaran
Ruang didefinisikan oleh Susanto penelitian ini mencakupi tiga hal pokok
secara fisik adalah sebuah rongga yang sebagai berikut; (1) mengidentifikasi pola
berbatas maupun tidak berbatas secara display pameran temporer di daerah; (2)
fisik maupun non fisik. Sedangkan ruang proses display dan hasil implementasinya
publik di definisikan sebagai sebuah dengan respon apresiator dan; (3) evaluasi
tawaran ruang yang memiliki hubungan dan ketercapaian tujuannya untuk masyarakat
interaksi publik secara langsung (Susanto, dan kendala implementasi display. Pameran
2011; 173) maksudnya ruang tersebut Batang A(r)ttention 2017 di Rumah
sudah terkonstruksi sebagai sebuah ruang Dinas Bupati Batang dipilih sebagai studi
yang memiliki irisan-irisan dalam kegiatan kasus. Pengumpulan data menggunakan
bermasyarakat yang kompleks. Ruang praktik pengamatan lapangan, wawancara,
publik juga sering dikaitkan dengan wahana dan dokumentasi. Data yang berhasil
tertentu yang dengan sadar memberikan dikumpulkan dianalisis secara kualitatif
pelayanan untuk publik, dengan demikian dengan membandingkan dengan teori selera
sejatinya ruang publik bisa diciptakan. kelas seni dan teori display.
Namun prinsip utama pemahaman
ruang, dalam penataan pameran ini terkait HASIL DAN PEMBAHASAN
erat dengan persoalan pengelolaan dan
penguasaan lokasi dan materi. Dalam Gambaran Umum Lokasi Penelitian
konsep teknis, ruang dibagi menjadi ruang
dalam (indoor) dan ruang (outdoor). Tentu Batang adalah sebuah kota yang
pemahaman si penata ruang dan materi terletak di jalur pantura, Sebagian besar
karya ini terkait dengan pelbagai persoalan wilayah Kabupaten Batang merupakan
lainnya, seperti yang telah dijelaskan di atas. perbukitan dan pegunungan. Dataran
(Susanto, 2004: 173). Jadi display pameran rendah di sepanjang pantai utara tidak
sangat bergantung dari kondisi fisik dari begitu lebar. Di bagian selatan adalah

UNNES JOURNALS
32 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)

terdapat Dataran Tinggi Dieng, dengan menyiasati kesenjangan konseptual, maka


puncaknya Gunung Prau (2.565 meter). diperukan display yang memenuhi standar
Itulah mengapa para masyarakat Batang agar mendapat respon timbal balik dari
juga banyak menggantungkan hasil laut masyarakat awam seni.
dan tani (https://id.wikipedia.org/wiki/
Kabupaten_Batang). Mengidentifiksi Pola Display Pameran
Bourdieu menulis tentang “Distinction: Temporer di Batang : Pameran Batang
A Social Critique of the Judgement Taste” Art(t)ention 2017
dalam buku tersebut dikatakan bahwa selera
yang terbentuk oleh kelas sosial tertentu Persoalan display memang menjadi
yang akan mempengaruhi penilaian estetik peran yang penting dalam sebuah pameran
(Lihat : Distinction: A Social Critique of the seni rupa. Susanto dalam bukunya Menimbang
Judgement Taste: 1979). Dari teori tersebut Ruang Menata Rupa mengartikan display
dapat terlihat bahwa kelas sosial yang sebagai menata ruang yang terkait dengan
mendominasi di Batang adalah pelaut dan presepsi kita tentang tentang pameran, lebih
petani, sehingga karya dengan visual yang jelasnya menata, merancang, mendesain,
mendekati mereka (kelautan dan pertanian mengatur, menyusun, serta mengorganisasi
atau karya dengan irisan pola hidup) yang unsur-unsur, objek atau ruang berdasar
menjadi primadona. pertimbangan praktis, ekonomis, estetis
Adanya pola pendekatan pemerintah dan ergonomis untuk tujuan tertentu yang
ke masyarakat melalui seni juga menjadi merupakan hal primer yang harus dilakukan
sebuah formula yang mampu mendekatkan dalam sebuah pameran.
pemerintahan dengan masyarakatnya. Pada penataan tinggi karya dibuat
Semangat ini diwadahi dalam pameran dengan tinggi tengah 160-164 cm
di rumah dinas Bupati Batang Yoyok Riyo tergantung besar atau kecilnya karya. Pada
Sudibyo. Melalui upaya itu juga dibarengi karya pameran Batang A(r)ttention 2017 ini
dengan cita seniman Batang untuk turut memiliki ukuran sedang – besar. Menurut
andil dalam kancah percaturan seni rupa di John M.A Thompson (1989) dalam bukunya
Indonesia. Kesemuanya dibungkus dalam Manual of curatorship : a guide to museum
sebuah acara pameran bertajuk Batang A(r) practice, karya sedang adalah karya yang
ttention 2017. berukuran 26-100cm dan karya besar adalah
101 – 250 cm. Karya tersebut bisa dinikmati
oleh pengunjung dengan jarak 100-150 cm.

Gambar 6. Rumah dinas Bupati Batang.


(Sumber: detik.com)

Ada hal yang menarik di sini, Gambar 7. Tinggi dan jarak display
mengingat masyarakat Batang yang
menyukai karya yang berbau kelautan dan Sedangkan alur pamerannya
pertanian disuguhi karya-karya seni rupa menggunakan alur sirkulasi pameran jenis
dengan semangat post modernisme. Untuk rantai. Menurut Susanto (2004), alur dan

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 33

sirkulasi pameran memengaruhi keamanan


karya dan kenyamanan apresiator dalam
menikmati karya. Senada dengan itu,
Thompson (1989) menganjurkan untuk
pameran dalam ruang tertutup harusnya
memiliki 65-75% ruang sirkulasi. Hal ini
menjadikan pameran Batang A(r)ttention
2017 yang memiliki tema besar Trikotomi
Gambar 10. Pemanfaatan display kit
Budaya, mengharuskan sirkulasinya besar
dengan sirkulasi setidaknya 75% dalam
Pada perencanaannya, panel
ruang pamernya. Dengan demikian dapat
tripleks yang masih belum kering itu
dinilai bahwa sirkulasi pameran ini sudah
tidak terpikirkan akan menjadi sumber
memenuhi standar display pameran yang
ketidaknyamanan, mengingat terkesan
berlaku. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat
sangat perih di pernafasan dan hidung.
pada alur sirkulasi di bawah ini.
Dari pengalaman tersebut, dapat terlihat
bahwa seringkali faktor lainnya menjadi
penyebab kurang-nyamannya pengunjung
dalam mengapresiasi karya seni rupa,
yaitu ketidakcermatan panitia dalam
memperhitungkan medium-kit panel
pameran.
Pencahayaan diatur sedemikian
rupa dengan jarak 30 derajat ke arah
karya, sehingga karya mendapatkan kesan
maksimal pencahayaanya. Menurut Maximea
(2004) terdapat tiga fungsi peletakan
sebuah cahaya pada sebuah ruangan; (1)
pencahayaan pameran, dimaksudkan untuk
mejadikan highlight objek individu, vitrin
Gambar 8. Alur sirkulasi pameran Batang
atau komponen pameran yang lainnya; (2)
A(r)ttention 2017
membantu cahaya pada suatu ruangan agar
membuat nyaman pengunjung, dan aman;
Dalam proses perencanaannya
(3) lampu bekerja digunakan pada saat
pameran ini sudah menganggarkan ruang
pemasangan karya seni, agar pemasangan
depan (teras) rumah dinas Bupati Batang
tepat dan dapat terlihat seperti apa yang
untuk turut dirombak menjadi sebuah
diinginkan pada display nanti.
tempat pamer. Akhirnya dipilihlah sayap
Pada pameran ini, pencahayaan
kanan rumah (depan teras) untuk dibuat
digunakan hanya sebagai unsur highlight,
juga menjadi ruang pamer, hanya untuk
dengan kata lain adalah pemberian efek
menanggulangi hujan, maka panitia
novelty agar sebuah karya tersebut terlihat
menyiapkan terpal dan untuk menjaga suhu
lebih indah, lebih agung dan diistimewakan.
udara tetap baik, panitia menggunakan
AC. Seluruh karya hanya dipajang pada
tripleks yang dipasang sebagai panel yang
membungkus ruangan. Pada gambar di
bawah ini dapat dilihat bahwa, panel tripleks
menjadi dominan dalam pemasangan.

UNNES JOURNALS
34 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)

menjadi alasan utama publik tidak banyak


mengetahui sepenuhnya dengan konsep
karya yang ditampilkan. Kembali menurut
Bordieau (1984) dapat dikatakan selera
sebuah masyarakat akan karya seni memang
tergantung selera komunal kelasnya.
Batang yang merupakan kota yang dekat
Gambar 9. Suasana pembukaan pameran dengan laut dan gunung seharusnya banyak
memberikan penawaran estetis karya
Sayangnya persoalan sign system seni dengan medium yang dekat dengan
(sistem tanda) pada pameran ini tidak masyarakat, agar dapat memberikan kesan
dibuat dengan seksama. Ada beberapa yang mendalam pada apresiator.
permasalahan yang fatal terkait dengan
persoalan tanda yaitu: (1) caption list yang PENUTUP
dibuat masih ditulis tangan; (2) tanda untuk
tidak boleh merokok di ruangan; (3) tanda Berdasarkan hasil penelitian dan
dilarang menyentuh karya; (4) arah toilet. pembahasa tersebut dapat dikemukakan
simpulan sebagai berikut. Aktivitas pameran
Evaluasi Ketercapaian Tujuan Pameran merupakan aktivitas untuk memberikan
untuk Masyarakat dan Mengidentifikasi pendidikan kepada masyarakat. Hanya
Kendala membutuhkan proses dan kesiapan
pembuatan piranti yang diolah secara
Berdasarkan temuan di atas dapat matang. Penulis melihat panitia cukup
disimpulkan bahwa pameran Batang A(r) siap dalam membuat pameran mengingat
ttention 2017 membutuhkan kajian yang memperhatikan sirkulasi pengunjung dan
lebih teliti, misalkan kasus paneling yang mengolah persoalan ruang dengan baik.
membuat kurang nyaman pengunjung dan Selain itu, pemanfaatan terpal
menyebabkan gangguan pernafasan dan temporer dan penambahan panel pada
gangguan pedih di mata. Sirkulasi juga sudah samping rumah dinas membuat karya
memenuhi standar vista distance, sehingga dapat lebih renggang di display. Kemudian
tidak terlalu menyulitkan jika apresiator sirkulasi yang diperhitungkan sudah
berkeliling. Hanya, proses pembukaan memenuhi standar untuk sirkulasi jenis
pameran yang tertunda membuat pameran dengan tematik tertentu yang di
apresiator bertumpuk dan akhirnya panitia dalamnya karya sedang-besar yaitu 70%
mengharuskan pola sistem buka-tutup sirkulasi kosong.
pameran. Tentu dalam sebuah pameran
Proses paneling yang merupakan memiliki kekurangan, Batang A(r)ttention
piranti pameran juga tidak dipersiapkan 2017 memiliki kekurangan yang cukup
secara matang, sehingga menjadikan kompleks, di antaranya memilih pola
kurangnya kenyamanan pengunjung. Selain atur berantai, menyebabkan pengunjung
itu sirkulasi yang dibuat dengan bentuk rantai tertahan (mengantri) dan tertumpuk pada
mengharuskan satu pintu untuk masuk dan pintu masuk sekaligus pintu keluar. Kedua,
keluar pameran. Hal ini menghambat dan pembuatan panel yang dalam hal ini adalah
cenderung membuat pangujung tertumpuk piranti pameran tidak diperhitungkan
pada pintu depan. Hal ini bisa diatasi dengan secara matang, sehingga menggangu pada
pola buka-tutup pameran, dan panitia sudah masyarakat yang mengapresiasi.
melakukan ugasnya dengan baik. Berikutnya adalah minimnya sign
Pemberian katalog yang minim system atau sistem tanda yang diterapkan.

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi XII no 1 Januari 2018 35

Ini membuat pengunjung kebingungan dan


terlihat kurang rapi saat didisplay. Hal ini
yang juga menjadikan efek pendidikan yang
diberikan ke masyarakat melalui pameran
sangat minim didapatkan. Katalog yang
sedikit juga menjadi sebuah celah untuk
publik semakin jauh dari pemahaman karya
yang ditampilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bourdieu, Pierre. 1984. Distinction: A Social


Critique of the Judgement of Taste. Trans.
Cambridge, Amerika: Harvard University
Press.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_
Batang

Kusmara, Rikrik. Praktik Kajian Hubungan


Perkembangan Medium dalam Medan
Sosial Seni Rupa Kontemporer Indonesia
Era 2000. Bndung: ITB

Maria, Mia. Dkk. 2015. Ekonomi Kreatif: Kekuatan


Baru Indonesia. Jakarta: PT. Republik
Solusi

Maxima, Heather. 2004. The Manual of Museum


Exhibition

Miles, M.B. dan Huberman. 1992. Analisis


Data Kualitatif. Terjemahan: T.R. Rohidi.
Jakarta:UI Press.

Rohidi, TR.2000. Kesenian dalam Pendekatan


Kebudayaan. Bandung: STSI

Susanto, Mikke. 2004. Menimbang Ruang Menata


Rupa. Yogyakarta: Galang Press

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta.

Thompson, John M.A. 1989. Manual of Curatorship.


London: Museum Association.

UNNES JOURNALS
36 Athian, Muhammad Rahman. Pola Pameran Temporer di Ruang Publik (Studi Kasus di Rumah Dinas
Bupati Batang 2017)

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai