Anda di halaman 1dari 9

18

II. TINJAUAN KHUSUS

1. TINJAUAN TERHADAP OBYEK PERENCANAAN

1.1. Dasar Pemikiran

Galeri Seni Rupa merupakan sarana kegiatan pameran

seni rupa yang memang dikehendaki untuk kehidupan dan

kelangsungan kegiatan seni budaya, agar dapat berjalan

dengan baik dan menggairahkan. Untuk bisa menggalakkan

kehidupan kesenian baik seni tradisional maupun modern

memang merupakan sebuah tantangan, yang kkhususnya

tentang seni rupa. Beban "berat" ini memang harus

dipikul dipundak para "seniman" (dari wawancara dengan

Bapak Ir.Josef Prijotomo M.Arch , kami gunakan istilah


•w

seniman untuk orang yang menciptakan hasil karya seni).


Sedang mengenai hal lain baik berupa bantuan dana,

fasilitas gedung, pengelolaan maupun pembinaannya dapat

diupayakan oleh pihak pemerintah.

Sebagai kota yang terbesar nomor dua di Indonesia

setelah Jakarta, semestinya di Surabaya ini bisa

berlangsung kegiatan pameran seni rupa baik tradisional,

modern maupun kontemporer seluruh yang ada di Jawa

Timur. Karena hal ini jika dibandingkan dengan kota-kota


19

lain, seperti Bandung, Jogjakarta dan Jakarta (ITB,


ASRI,Museum Sapto Hudoyo, Museum Affandi, Taman Ismail
Marzuki, Balai Seni Rupa, Pasar Seni Ancol dan Galeri-
galeri swasta lainnya), kota Surabaya jauh tertinggal
dalam soal sarana berupa Galeri maupun Museum Seni Rupa.
Padahal di kota ini jumlah "seniman" yunior maupun
"seniman" senior, belum lagi ditambah dengan "seniman"
lainnya diberbagai kota di Jawa Timur, sudah tak
terhitung jumlahnya secara pasti. Dengan hadirnya Galeri
Seni Rupa ini diharapkan dapat dinikmati oleh warga kota
Surabaya dan juga oleh peminat karya seni rupa dari
berbagai kota bahkan negara lain, yang setidaknya akan
meningkatkan prestise bagi kota Surabaya khususnya.

Pameran Seni Rupa yang ada di Surabaya ini masih


belum terkoodinasi dengan baik, seringkali diadakan di
hotel-hotel, pertokoan maupun tempat-tempat pameran
secara bersama-sama dengan bidang lain.
Baru-baru ini sekitar bulan Juni telah diadakan Galeri
Seni Rupa di DKS dan sekitar bulan Agustus, Taman Budaya
juga mengadakan Galeri Seni Rupa (dengan luas ruang
berukuran 6m x 15m).
Dari kedua Galeri Seni Rupa ini dapat diambil kesimpulan
adanya keinginan untuk mendirikan Galeri Seni Rupa yang
lengkap dan menjadi suatu pusat seni rupa, sedang yang
diadakan sekarang hanyalah bersifat sementara sehingga
kondisinya jauh dari memadai dan materi pameran hanya
pada seni lukis saja.
20

1.2. Fungsi dan Manfaat Proyek

Sebagai wadah untuk menampung aktivitas seniman-

seniman seni rupa dimana mereka dapat berpameran dan

berkomunikasi antara seniman dengan seniman dan seniman

dengan masyarakat, misalnya :

- Sebagai tempat pameran hasil karya seni rupa, baik

seni murni (fine art) maupun seni pakai (applied art),

dimana hasil karya seni rupa ini dapat dimiliki oleh

masyarakat dengan cara membelinya.

- Sebagai sarana untuk menampung aspirasi para seniman

untuk menawarkan bidang seni rupa kepada masyarakat,

dimana seniman ditantang untuk berkreasi secara aktif

dan terus-menerus dalam bentuk-bentuk yang baru.

- Sebagai pusat informasi mengenai segala sesuatu yang

berhubungan dengan seni rupa, jug a merupakan tempat

pertemuan para seniman dan masyarakat.

- Sebagai media pendidikan dan ilmu pengetahuan, dimana

pada Galeri Seni Rupa ini dapat membantu para

pendidik, khususnya dibidang seni rupa, dalam hal ini

visualisasi akan mempermudah anak didik dalam mencerna

sesuatu bahan pelajaran. Pendidikan di sini bukan

hanya untuk pelajar atau mahasiswa saja, melainkan

untuk segala lapisan masyarakat dalam memper-oleh ilmu

pengetahuan terutama dalam bidang seni rupa.

- Sebagai tempat rekreasi yang akan membawa pengunjung

ke alam fikiran yang berbeda dengan kesibukan rutin

sehari-hari, dengan kata lain pemeran dan kegiatan


21

Galeri seni rupa ini mampu metnbawa pergantian suasana

dari kesibukan berganti menjadi susana yang sarrtai.

Dalam bidang tourisme merupakan media pengenalan

"kekayaan" budaya bangsa kepada pelancong baik

doraestik maupun luar negeri.

1.3. Pendekatan Obyek Perencanaan

Untuk mengadakan pendekatan terhadap obyek yang

direncanakan ini, digunakan jalan melalui wawancara

dengan para ahli dibidang seni rupa secara khusus yang

terlibat langsung maupun tidak langsung dengan proyek

serupa baik di Jakarta maupun di Surabaya, nieskipun

dalam skala yang lebih kecil.

Juga dibantu oleh studi literatur, khususnya

mengenai Galeri seni dengan pembanding tentang proyek

serupa yang ada diluar negeri. Sedang mengenai

pendekatan standart-standart ruang / bangunan untuk

proyek ini belum ada standart khusus yang dikeluarkan

secara resmi sehingga dipilih melalui studi perbandingan

dengan proyek-proyek yang sejenis, misalnya : Museum,

Taman Budaya yang sudah ada standardnya dan untuk itu

perlu ada pengolahan data lebih lanjut sesuai dengan

yang dibutuhkan.

Khusus mengenai pendekatan melalui obyek serupa di

luar negeri yang dilakukan melalui studi literatur,

tidak bisa diterapkan begitu saja tapi perlu disesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang ada.


22

Dengan demikian pendekatan obyek perencanaan ini

melalui penggabungan antara studi literatur dan

wawancara.

1.4. Batasan dan Anggapan

Proyek Galeri Seni Rupa ini adalah proyek yang

tidak komersiil sepenuhnya, tetapi bisa. memperoleh

pendapatan untuk membiayai pengelolaannya sendiri

(seperti yayasan), meskipun pameran yang diadakan

bersifat komersiil terutama dalam Industrial Art (seni

Rupa terpakai).

Dengan pengertian bahwa proyek ini tidak komersiil, raaka

sampai akhir pembahasan tidak disinggung mengenai

pengembalian modal.

Proyek ini dianggap feasibel dan bisa

direalisasikan karena ada tujuan tersendiri yang

berdasarkan kebijaksanaan Pemerintah dan tentunya hal

ini mengakibatkan adanya campur tangan pihak pemerintah,

baik dalam soal pendanaan pembangunan maupun

operasionalnya.

Karena itu dalam hal pelaksanan, proyek ini akan

dibangun sekaligus hingga selesai seluruhnya (tidak

bertahap).

Segala sesuatu yang berkaitan dengan data-data baik

literatur maupun wawancara dianggap benar dan bisa

dipertanggung jawabkan. Serta semua studi akan dilakukan

melalui pengolahan data yang didapat pada masa survey.


23

Dalam proses perencanaan - perancangan, proyek ini

mempunyai penekanan khusus dari segi Arsitektur. Masalah

bentuk arsitektur mempunyai peranan yang paling penting

dan berpengaruh dalam menarik pengunjung dan kenyamanan

pemakai.

Sedangkan masalah mekanikal - elektrikal tidak dibahas

secara mendalam karena masalah desain Arsitektur dalam

proyek ini sudah mempunyai masalah dan scope yang cukup

besar. FJntuk masalah mekanikal - elektrikal hanya akan

disinggung secara global dan prinsipaya saja.

2.TINJAUAN TERHADAP PAMERAN DI SURABAYA

2.1. Kondisi Kota Surabaya

- Keadaan geografis.

Surabaya terletak pada garis 112°13'- 113° Bujur Timur

dan 7°- 7°30' Lintang Selatan, yaitu pada pantai utara

kawasan propinsi Jawa Timur dan berhadapan dengan

pulau Madura. Posisi yang demikian strategis

menempatkan kota Surabaya pada kedudukan sentral di

kawasan Indonesia Timur. Luas area kota Surabaya : ±.

291,78 ha dan Surabaya juga merupakan pintu gerbang

dan ibukota propinsi Jawa Timur.


24

Temperatur dan kelembaban (faktor klimatologis)

Temperatur ICelebaban nisbi

maksimum 33°C 100%

minimum 18,7°C 44%

rata-rata ±27°C 64-68%

(Data dari MASTER PLAN Kota Madya Surabaya tahun 2000)

- Perkembangan Kcrta Surabaya.

Perkembangan di kota Surabaya menunjukkan pola

perkembangan yang bersifat menyebar, pada pola ini

akan memberikan konsekuensi-konsekuensi sebagai

berikut :

* distribusi penduduk menyebar ke segala arah.

* pusat kota merupakan lokasi bagi aktivitas

pelayanan masyarakat scope kota.

* Daerah pendidikan cenderung berkembang ke arah

Timur.

* Daerah perindustrian berkembang ke arah Tenggara

dan Utara / Barat.

Tetapi dalam kenyataannya, perkembangan perumahan ke

arah Selatan (yang berjalan dengan pesat bila

dibandingkan dengan arah lainnya).

Dengan adanya kota-kota Satelit di sekitar

Surabaya yang saling interaksi dengan lingkungannya,

sehingga secara langsung berpengaruh terhadap seluruh

kegiatan di pusat kota. Pada Kota Satelit dapat berjalan

baik perkembangannya yang ditunjang dengan semakin

lengkapnya fasilitas yang disediakan. Disamping itu kota

Surabaya juga terkenal dengan sebutan kota INDAMARDI dan


25

pernerirvtahan, yang lebih "terperinci lagi sebagai berikut:

* Sebagai pusat pemerintahan lokal dan regional

propinsi Jawa Timur, sehingga kota Surabaya

menjadi pusat orientasi Propinsi Jawa Timur.

* Sebagai pusat industri, berkaitan dengan

pengembangan / peningkatan serta pemasarannya

hasil karya industri.

* Sebagai pusat perdagangan, berkaitan dengan

transaksi jual beli.

* Sebagai pusat maritim, berkaitan dengan hubungan

transportasi laut.

* Sebagai pusat pendidikan, berkaitan dengan

peningkatan pengetahuan masyarakatnya.

Surabaya juga mempunyai rencana Gerbang Kertasusila yang

merupakan rencana pengembangan Surabaya dan daerah di

sekitarnya, yaitu meliputi kota-kota Gresik, Bangkalan,

Mojokerto, Surabaya dan Lamongan.

2.2. Sarana Pameran di Surabaya

Kota Surabaya yang berpredikat sebagai kota

Indamardi dapat dikatakan belum memiliki sarana / gedung

pameran seni rupa yang representatif, karena selain

gedungnya tidak memiliki persyaratan sebagai wadah

kegiatan Pameran dan masin berdiri sendiri-sendiri

maupun bergabung dengan bidang lain juga kurang adanya

koordinasi untuk mencapai sasarannya sebagai wadah yang

komunikatif. Materi pameran yang disajikan sama terus


26

sehingga membosankan (kurang mempunyai daya tarik


terhadap konsumen) serta belum ada pameran yang lengkap
dalam bidang seni rupa.
Sedangkan utrtuk sarana / gedung pameran seni rupa yang
ada sekarang sebagai berikut :
a. Gedung / sarana pameran tetap.
- Nama : Galeri Taman Budaya Jawa Timur.
Lokasi : Jl. Genteng kali.
Pameran : lukisan, keramik, patung.
Luas Ruang : 6 X 15 = 90 m2 (ruang pameran ini
bekas ruang kantor).
- Nama : Galeri Dewan Kesenian Surabaya.
Lokasi : Kompleks Balai Pemuda.
Pameran : lukisan, patung.
Luas Ruang : 8 X 12 = 96 m2 (ruang pameran ini
digunakan untuk seni lukis saja, bila
digunakan untuk seni patung maka
lukisannya tidak dipamerkan
bergantian).
b. Gedung / Sarana Pameran Temporer.
Sarana untuk pameran temporer ini pada umumnya tidak
khusus untuk bidang seni rupa melainkan juga untuk
bidang-bidang yang lain, misalnya :
- PPIA (perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika).
- Pusat Kebudayaan Perancis.
- Institute Goethe.
- Balai Pemuda.
- Balai Surabaya Post.

Anda mungkin juga menyukai