Anda di halaman 1dari 11

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Diponegoro University Institutional Repository

Penerapan Konsep Desain Peter Eisenman …

PENERAPAN KONSEP DESAIN PETER EISENMAN PADA


PERANCANGAN PUSAT SENI KONTEMPORER DI YOGYAKARTA
Bambang Adji Murtomo*), Indriastjario **)

Seni kontemporer yang berkembang saat ini meliputi bidang-bidang seni yang termasuk diantaranya seni
visual yaitu seni lukis, seni patung, seni instalasi, seni keramik, dan seni pertunjukan yaitu seni musik, seni
tari, drama dan sebagainya. Sayangnya, bidang-bidang ini cenderung terpisah dan berjalan sendiri-
sendiri, sehingga seolah-olah tumbuh dari akar yang berbeda. Hal ini kurang menguntungkan bagi para
seniman itu sendiri, para pemerhati seni (apresiator) dan para peminat seni lainnya (wisatawan) dari segi
distribusi informasi dan kedekatan fasilitas. Kondisi yang terjadi saat ini adalah para peminat seni harus
mancari-cari sendiri tempat-tempat eksibisi, galeri, gedung pertunjukkan dan sebagainya. Terkotak-
kotaknya perkembangan seni kontemporer dalam beberapa bidang tertentu, salah satunya disebabkan
fasilitas-fasilitas seni yang terpisah-pisah dan terpecah-pecah sehingga seolah-olah tidak ada keterkaitan
satu dengan yang lain.nya. Di sisi lain seniman juga tidak memiliki wadah pertukaran informasi dan
diskusi sekaligus wadah ekspresi seninya. Dengan adanya pusat seni kontemporer ini diharapkan seluruh
aktifitas seni kontemporer baik yang melibatkan seniman, pemerhati seni, wisatawan maupun masyarakat
awam dapat diwadahi dalam satu pusat kegiatan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu fasilitas kegiatan seni
kontemporer yang berbentuk suatu pusat seni kontemporer di DI Yogyakata. Dengan didukung institusi-
institusi seni dan seniman-seniman besar di wilayah ini, pusat seni kontemporer ini merupakan wadah
kegiatan yang membawa misi pengembangan seni kontemporer, dari segi kualitas seniman, peningkatan
apresiasi masyarakat terhadap seni sekaligus menjadi obyek wisata budaya yang dapat diandalkan.

Kata kunci : kontemporer, trace, sumbu

Latar Belakang terpecah-pecah sehingga seolah-olah tidak


Seni kontemporer yang berkembang saat ni ada keterkaitan satu dengan yang lainnya. Di
meliputi bidang-bidang seni yang termasuk sisi lain seniman juga tidak memiliki wadah
diantaranya seni visual yaitu seni lukis, seni pertukaran informasi dan diskusi sekaligus
patung, seni instalasi, seni keramik, dan seni wadah ekspresi seninya. Dengan adanya
pertunjukan yaitu seni musik, seni tari, pusat seni kontemporer ini diharapkan
drama dan sebagainya. Sayangnya, bidang- seluruh aktifitas seni kontemporer baik yang
bidang ini cenderung terpisah dan berjalan melibatkan seniman, pemerhati seni,
sendiri-sendiri, sehingga seolah-olah tumbuh wisatawan maupun masyarakat awam dapat
dari akar yang berbeda. Hal ini kurang diwadahi dalam satu pusat kegiatan.
menguntungkan bagi para seniman itu
sendiri, para pemerhati seni (apresiator) dan Oleh karena itu dibutuhkan suatu fasilitas
para peminat seni lainnya (wisatawan) dari kegiatan seni kontemporer yang berbentuk
segi distribusi informas dan kedekatan suatu pusat seni kontemporer di DI
fasilitas. Kondisi yang terjadi saat ini Yogyakata. Dengan didukung institusi-
adalah para peminat seni harus mancari-cari institusi seni dan seniman-seniman besar di
sendiri tempat-tempat eksibisi, galeri, wilayah ini, pusat seni kontemporer ini
gedung pertunjkan dan sebagainya. merupakan wadah kegiatan yang membawa
Terkotak-kotaknya perkembangan seni misi pengembangan seni kontemporer, dari
kontemporer dalam beberapa bidang segi kualitas seniman, peningkatan apresiasi
tertentu, salah satunya disebabkan fasilitas- masyarakat terhadap seni sekaligus menjadi
fasilitas seni yang terpisah-pisah dan obyek wisata budaya yang dapat diandalkan.

*) Ir.(UNDIP), MSA (ITB), **) Ir. (UNDIP), M.Eng (TUT, Japan) Staf Pengajar Jur. Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

9
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

Tujuan dan Fungsi Pusat Seni 1. Pusat seni yang bersifat institusi,
Kontemporer yaitu suatu pusat seni menjadi pusat
pendidikan seni yang memberi
Fungsi Pusat Seni Kontemporer ini adalah arahan/kiblat perkembangan seni
sebagai wadah kegiatan seni kontemporer kontemporer. Kegiatan yang
baik dalam visual arts maupun performing dilakukan pada pusat seni seperti ini
arts. Pusat Seni Kontemporer ini memiliki adalah kegiatan yang bersifat
misi pengembangan seni kontemporer pengkajian dan eksperimental.
sekaligus sebagai wadah kegiatan wisata 2. Pusat seni yang bersifat pelayanan
budaya yang bersifat rekreatif dan edukatif. seni/ entertaiment/ hiburan dan
Bentuk kegiatan utama yang rekreatif. Kegiatan yang dilakukan
diwadahi pada Pusat Seni Kontemporer ini pada pusat seni ini bersifat lebih
adalah kegiatan eksibisi karya seni, baik komersil.
tetap maupun temporer berkala, kegiatan
pertunjukkan seni dan kegiatan pendidikan Wexner Center for the Visual Arts
seni yang sifatnya informal. Selain itu Wexner Center for The Visual Arts
ditunjang dengan fasilitas-fasilitas merupakan suatu pusat seni rupa pada
pendukung yang menunjang fungsi rekreatif Ohio State University. Pusat seni visual
dari pusat seni ini. ini merupakan rancangan Peter
Einseman yang didirikan pada tahun
Tinjauan Pusat Seni Kontemporer 1985.
Pengertian Seni Kontemporer
Dalam literatur yang lain dinyatakan bahwa Tinjauan Konsep Arsitektur
seni merupakan hasil karya manusia yang Perancangan secara keseluruhan
mengkomunikasikan pengalaman- menghubungkan pada konsep makro kota
pengalaman batinnya. Pengalaman batin itu Ohio dan konsep ruang mikro dari kompleks
disajikan secara indah dan menarik, Ohio State University sendiri.
sehingga memberikan dan merangsang Proyek tersebut secara fisik dan
timbulnya pengalaman batin yang sama simbolis, menghubungkan kampus dengan
kepada manusia lain yang menghayatinya. kota sekitarnya. Wexner Center merupakan
Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat simbol seni, proses dan ide.
untuk memenuhi kebutuhan pokok, Seluruh konsep perancangan
melainkan usaha untuk melengkapi dan kompleks ini menggambarkan arsitektur
menyempurnakan derajat kemanusiaannya, sebagai simbolisme dari seni, ide dan proses.
memenuhi suatu kebutuhan yang spiritual Dalam perancangan kompleks Wexner
sifatnya. Center, Einseman tidak melupakan konsep
lansekap keseluruhan, konteks arsitektur
Pengertian Pusat Seni Kontemporer makronya dalam skala kota dan konsep
Dari seluruh pengertian diatas dapat arsitektur mikro dalam skala kompleks OSU
dismpulkan bahwa pusat seni kontemporer secara keseluruhan.
adalah suatu tempat yang menjadi titik inti,
arah orientasi utama (memusat) dari Performing Arts Center Cornell University
kegiatan-kegiatan seni kontemporer. Pusat seni pertunjukkan ini
Menurut sifatnya pusat seni kontemporer merupakan pusat seni pada institusi
terbagi atas : pendidikan seni pertunjukkan teater, yang
juga merupakan suatu pusat pertunjukkan

10
Penerapan Konsep Desain Peter Eisenman …

seni bagi kota dan wilayah tersebut. ini mencoba menampilkan kesan
Bangunan yang merupakan rancanganJames kontemporer dan tradisional dalam wujud
Stirling ini berada di College avenue, dekat arsitektur yang ‘membumi’, dengan cara
dengan jembatan yang menghubungkan menempatkan alam sebagai bagian yang
kawasan universitas dengan komunitas justru paling sentral daripada bangunan itu
kampus. sendiri. Hal ini terlihat dari penggunaan
material alam, warna, maupun penataan tata
Staatsgalerie luar ruang luar yang sangat alami, dengan
Staatgalerie merupakan sebuah Pusat mengisi bagian kosong dengan lebih dari
Seni yang berada di kota Stuttgart, Jerman delapan jenis pohon bambu dan suara air
Barat. Pusat seni yang dirancang oleh James yang memberikan atmosfir etnis.
Stirling ini memiliki konsep desain urban
dan arsitektural yang kuat, yang agak “alien” Werdhi Budaya Denpasar
untuk ditemukan di seluruh pelosok Jerman. Werdhi Budaya merupakan suatu
pusat kebudayaan sebagai wadah aktivitas
Selasar Seni Kontemporer Sunaryo budaya yang ada di Bali dengan misi
Sunaryo adalah salah seorang pelestarian, pengembangan dan media
seniman besar Indonesia yang merupakan informasi budaya Bali, namun untuk masa
tokoh gerakan seni kontemporer di sekarang ini, kebudayaan yang ditampung
Indonesia. Sunaryo tidak hanya dikenal lebih cenderung pada kebudayaan yang
sebagai pelukis tetapi juga dikenal sebagai memiliki nilai seni saja.
pematung dan juga seniman instalasi.
Selasar Seni Kontemporer Sunaryo adalah Kondisi Fisik
suatu museum yang terletek di puncak bukit Berdasarkan fungsi dan kegunaannya
Dago, Bandung Utara. Museum ini kawasan Werdhi Budaya ini terbagi atas
merupakan museum pribadi yang empat zoning kelompok ruang yaitu :
menampilkan sebagian besar koleksi pribadi Kelompok Suci
Sunaryo. Fasilitas yang ada dalam kelompok suci ini
adalah sebagai berikut :
Tinjauan Arsitektur  Pura Dalem Pengulu, merupakan
Desain kampus ini merupakan tempat perseembahyangan bagi
sebuah group bangunan yang dihubungkan seluruh karyawan Pusat Kebudayaan
dengan logia yang selaras dengan karakter Bali beserta masyarakat sekitarnya.
taman di sekitar sungai tersebut. Simpul  Bale Selonding, merupakan
utama siekulasi pada ruang dalam bangunan yang berfungsi untuk
Performing Arts Center ini adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan
Foyer besar dengan pengembangan ke arah upacara piodalan,
vertikal. Foyer ini membagi aktivitas  Bale Pepaosan, merupakan
menjadi dua bagian, yaitu Forum dan teater bangunan yang berfungsi sebagai
fleksibel di satu sisi dan proscenium teater di tempat untuk membaca lontar dan
sisi lainnya. kakawin, tempat melaksanakan Siwa
Arsitektur yang ditampilkan pada bangunan Latri bagi umat Hindu, serta untuk
Selasar Seni adalah arsitektur yang dapat mendiskusikan seni sastra daerah.
menampilkan kesan kontemporer yang Kelompok Tenang
diadaptasikan dengan arsitektur tradisional Fasilitas yang ada pada kelompok tenang
Jawa Barat. Secara keseluruhan bangunan adalah bangunan Perpustakaan Widya

11
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

Kusuma yang berfungsi sebagai tempat Secara umum pengembangan jenis


penyimpanan buku-buku tentang ODTW adalah sebagai berikut :
kebudayaan Bali dan ruang baca yang 1. Jenis ODTW Budaya
luasnya 250 m². Jenis ini dapat dibagi lagi menjadi
obyek dan daya tarik wisata budaya
Tinjauan Pusat Seni Kontemporer di D.I. yang asli dan obyek wisata yang
Yogyakarta dikembangkan atau dikemas
Tinjauan Kepariwisataan DI Yogyakarta berdasarkan obyek dan aset budaya
Dalam Peta Perwilayahan Pariwisata yang ada atau eksis atau pernah
Nasional, Propinsi DI Yogyakarta termasuk eksis. Kedua jenis ODTW tersebut
dalam wilayah B, sedangkan dalam Rencana terdiri atas living culture dan
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), heritage yang dapat digali lagi,
bersama Jawa Tengah termasuk dalam seperti beberapa jenis kesenian
Daerah Tujuan Wisata Kelima, dan untuk kesenian dan seni rupa yang
Wisata Budaya, DIY termasuk dalam urutan bernuansa tradisional, vernakuler,
kedua. modern ataupun kontemporer.
Propinsi DI Yogyakarta memiliki 2. Jenis ODTW konvensi
beragam obyek dan daya tarik wisata. 3. Jenis ODTW minat khusus
Obyek dan daya tarik wisata yang sudah 4. Jenis ODTW lain seperti alam,
berkembang di propinsi DI Yogyakarta buatan, dan belanja.
sebanyak 50, terdiri dari 13 obyek wisata
budaya dan 19 wisata alam. Beberapa obyek Tinjauan Khusus Kawasan Arteri Yogya-
wisata ini memiliki kaitan kaitan dengan Prambanan
obyek/daya tarik wisata di luar DIY, Jalur arteri Yogya-Prambanan
khususnya Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali merupakan mata rantai pusat-pusat
dan DKI Jakarta. Hal ini disebabkan DIY pemerintahan dan kebudayaan sejak jaman
sebagai pusat peayanan pariwisata Jawa kerajaan Mataram Kuno hingga sekarang.
Tengah bagian selatan memiliki Bandara Jalur ini merupakan wilayah yang berpotensi
Adisucipto yang berada di antara dua untuk pengembangan sektor pariwisata.
bandara utama yaitu Sukarno-Hatta dan Pengembangan kawasan tersebut pada saat
Ngurah Rai. ini merupakan pengembangan potensi
historis dengan pendayagunan kawasan
Rencana Pengembangan Status dan dalam bentuk pengembangan aksesibilitas
Destinasi dan interaksi yang lebih luas, terbuka dan
Jarak yang relatif dekat antara ODTW multidimensional.
satu dengan yang lain serta antara pusat kota Jalur arteri Yogya-Prambanan adalah
Yogyakarta yang telah memiliki fasilitas bagian dari jalur jalan yang menghubungkan
lengkap terutama akomodasi dan informasi Kota Yogyakarta dengan kota Surakarta
dengan ODTW, serta beberapa karakteristik yang keduanya merupakan daerah tujuan
yang antara lain pengembangan pariwisata wisata utama di Indonesia. Muatan
budaya dan konvensi, memperpanjang lama ekonomis jalur arteri Yogya-Prambanan
tinggal, dan infrastruktur yang telah tersedia diperkirakan akan tetap tinggi walaupun
dan siap diusulkan dan direncanakan sebagai telah direncanakan untuk dilengkapi dengan
Daerah Tujuan Wisata Resor. jalan tol Yogyakarta Surakarta. Kondisi
demikian akan tetap terjadi karena kebijakan
otomotif yang mengandalkan transportasi

12
Penerapan Konsep Desain Peter Eisenman …

darat dengan mobil (terutama mobil pribadi) Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per
dan belum memanfaatkan secara optimal tahun sebesar 13.7%
sistem transportasi dan lalu lintas darat yang
bersifat masal dengan kereta api. Perkembangan Jumlah pengunjung tempat
Sebagai salah satu jalan arteri primer rekreasi
salah satu peranan utamanya adalah Dan hiburan umum
menyalurkan arus jasa distribusi antara kota
orde I dan orde II dan orde III dalam satu No. Tahun Jumlah
hubungan yang terus-menerus. Kecepatan Pengunjung
rata-rata arus lalu lntas jasa distribusi pada 1994 302.115
jalur jalan arteri merupakan salah satu faktor
penentu korelasi antara waktu tempuh dan 1995 367.111
harga barang atau jasa pada kota-kota yang 1996 437.533
saling dihubungkan oleh jalur arteri primer
yang bersangkutan. Sumber : Dep. Pariwisata
Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per
Tinjauan Khusus Monumen Yogya tahun sebesar 12.9%
Kembali DI Yogyakarta sebagai Pusat Pendidikan
Monumen Yogya Kembali adalah monumen Sebagai pusat pendidikan, DI
peringatan kembalinya kota Yogyakarta ke Yogyakarta dengan ibukotanya Yogyakarta
tangan Republik Indonesia dari tangan merupakan pusat pendidikan, baik
penjajahan Belanda. Monumen ini berada pendidikan tinggi maupun menengah bagi
pada area jalur lingkar utara. wilayah Indonesia lainnya. Tingginya angka
perpindahan penduduk untuk menempuh
Potensi Yogyakarta Sebagai Pusat Seni pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia
Kontemporer ke Yogyakarta menyebabkan berdirinya
Potensi DIY sebagai lokasi Pusat Seni beragam jenis pendidikan di kota ini,
Kontemporer dapat ditinjau dari beberapa termasuk pendidikan seni.
aspek antara lain : Yogyakarta Sebagai Kota Budaya
 Sebagai Daerah Tujuan Wisata Dalam interaksi sosialnya, seiring
 Sebagai Kota Pendidikan dengan dinamika kehidupan, kultur ini
 Sebagai Kota Budaya berkembang dengan pengaruh budaya lain,
walaupun aspek-aspek tradisional yang
DI Yogyakarta Sebagai Daerah Tujuan sentral masih dipertahankan. Besarnya
Wisata peran kultur dalam aspek kehidupan
merupakan potensi yang sangat besar dalam
Perkembangan Jumlah Pengunjung Museum memahami wacana budaya yang lain,
wacana seni kontemporer salah satunya.
No. Tahun Jumlah
Pengunjung Analisa dan Pendekatan Perencanaan dan
Perancangan Pusat Seni Kontemporer di
1994 1.847.301
D.I. Yogyakarta
1995 2.286.787
Titik Tolak Pendekatan
1996 2.710.447 Dalam penyusunan Landasan
Sumber : Dep. Pariwisata Program Perencanaan dan Perancangan
Arsitektur Pusat Seni Konteporer di DI

13
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

Yogyakarta, digunakan metode pendekatan Building Types, New York : Mc.


sebagi acuan penyusunan. Dalam metode, Graw Hill Book Co, 1956
diharapkan perencanaan dan 3. Analisa / Studi Ruang / Studi
perancangannya akan mencapai kelayakan Banding
yang optimal dalam memenuhi kebutuhan 4. Asumsi
fungsi, persyaratan ruang, estetika dalam 5. Leslie Fairwater RIBA & Jan A.
tampilan arsitektur secara keseluruhan. Sliwa, Dipl. Arch, RIBA, A.J
Pendekatan perencanaan dan Metrix Handbook, London : The
perancangan berorientasi pada beberapa Architecture Press, 1973.
faktor penentu dalam kebutuhan sarana dan 6. George C. Izenour, Theater Design,
prasarana yang disesuaikan dengan fungsi New York : Mc. Graw Hill Book
utama dan tema dari Pusat Seni Co. 1977.
Kontemporer, yang terdiri dari : 7. Edward D. Mills, Planning Building
1. Pendekatan arsitektur (fungsi, for Administration Entertainment,
Estetika, dan kekokohan) Robert E. Krieger Publish Co,
2. Penentuan Tapak 1976.
3. Pendekatan Konsep penekanan 8. Fred Lawson, Confernce,
desain Convention and Exhibition
Facilities, London : The
Pendekatan Arsitektur Architecture Press, 1981.
Pendekatan arsitektural yang 9. Yulius Panero & Martin Zelnik,
dimaksud disini adalah pendekatan trilogi Human Dimention and Interior
dasar arsitektur, yaitu fungsi, estetika, dan Spaces, London : The Architecture
kekokohan. Pendekatan arsitektural ini Press, 1079.
dimaksudkan untuk mendapatkan bangunan Jumlah pengunjung 1744 orang
yang memenuhi kaidah-kaidah arsitektur Diasumsikan :
ditinjau dari trilogi tersebut.  35 % mengunjungi Galeri (tertutup
dan terbuka) = 600 orang
Aspek Fungsional  75 % Galeri tertutup = 450 orang
Aspek fungsional ini merupakan  25 % Galeri terbuka = 150 orang
tinjauan analisa fungsi bangunan yang dapat  30 % mengunjungi Tetater Tertutup
dijabarkan sebagai berikut : = 525 orang
1. Jenis/kelompok aktivitas  20 % mengunjungi Teater Terbuka
2. Pengguna bangunan = 350 orang
3. Program ruang dan persyaratannya  10 % mengikuti kegiatan pendidikan
4. Analisa kapasitas dan besaran ruang = 150 orang
 5 % lain-lain
Perhitungan Besaran Ruang
Perhitungan basaran ruang pada pembahasan
1 modul ruang pamer untuk :
berikut ini menggunakan sumber atau
 1 obyek 3D ukuran sedang
standar yang diperoleh dari :
 2 buah lukisan sedang (150x150)
1. Neufert, Ernest, Architect’s Data,
New York : John Willey & Son,
Dengan asumsi kapasitas 4 orang, memiliki
Inc., 1980
luas = 15 m²
2. Joseph De Chiara and John Hancock
Callendar, Time Saver Standart for

14
Penerapan Konsep Desain Peter Eisenman …

Besaran Galeri tertutup = 450 : 4 = 112.5 ~ massa, pengaturan dan tata letak
113 modul massa bangunan dan lain-lain.
Besaran Galeri = 113x15 m² = 1800 m² Bentuk massa bangunan yang
R. Display untuk Galeri terbuka (dengan dinamis merupakan
obyek 3D ukuran cukup besar) adalah : pengenjawantahan dari sifat seni
2.7 x 2.7 = 7.3 m² kontemporer yang dinamis.
Sirkulasi 40 % = 3 m² 4. Fisik Bangunan
Total 1 modul = 10.3 m² Untuk mendapatkan kenyamanan
bagi pemakai tersebut perlu
Aspek Estetika Bangunan diperhatikan aspek-aspek fisiologis
Aspek estetika yang dimaksud adalah yang ingin ditampilkan dalam
aspek estetik pada tampilan bangunan yang bangunan tersebut antara lain :
termasuk didalamnya aspek berikut : Akustik, Suara yang baik
1. Orientasi Bangunan Penentuan merupakan syarat untuk bangunan
orientasi bangunan dipengaruhi teater terutama pada ruang untuk
oleh beberapa faktor antara lain : penonton agar penonton dapat
 View di sekitar tapak mendengar dengan jelas ucapan
 Sumbu / as bangunan dalam dari pemain.
lingkungannya (mikro)
ataupun dalam skala kota Aspek Teknis Bangunan
(makro) Aspek teknis bangunan adalah hal-hal
 Kesan welcome yang ingin yang menyangkut utilitas dan struktur
ditampilkan untuk bangunan pada Pusat Seni Kontemporer,
pengunjung / pengamat, yang antara lain :
dalam hal ini dikaitkan
dengan view dari luar ke Utilitas Bangunan
arah tapak, untuk 1. Jaringan Air Bersih
memperkuat kesan Sistem jaringan air bersih yang
arsitektur yang ingin digunakan adalah up feed system,
ditampilkan. dengan sumber air dari sumur dalam
2. Massa Bangunan dan PDAM.
Pengaturan massa bangunan Pertimbangan pemilihan ini
mempertimbangkan faktor-faktor didasarkan pada :
berikut :  Bentuk massa yang
 Jenis-jenis kegiatan utama kompleks
yang hendak ditonjolkan  Untuk mengantisipasi
 Pengaturan massa terkait persediaan air bersih jika
dengan sifat kegiatan. sumber listrik PLN mati.
3. Penampilan Bangunan
Penampilan bangunan dikaitkan 2. Jaringan Air Kotor
dengan tema yang diambil yaitu Jaringan ini meliputi pembuangan
konsep alam, sebagai ide dari air kotor, baik dari kloset, urinoir,
bentuk budaya Timur yang kamar mandi dan jaringan
berorientasi pada alam dan bentuk- pembuangan air hujan.
bentuk massa bangunan yang Air kotor dari tiap bangunan
dinamis, baik pada komposisi dialirkan untuk dikumpulkan dalam

15
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

satu penampungan yang berupa  Sprinkler, yang


sumur pengendap agar kotoran yang dipasang dengan
padat dapat mengendap, sedangkan modul tertentu.
kotoran yang cair dapat mengalir ke  Hydrant pillar,
saluran pembuangan kota. ditempatkan pada
Untuk pembuangan air hujan, dari luar bangunan pada
atap ditampung pada talang untuk titik-titik dengan
dialirkan ke bawah menuju saluran jarak yang ideal
dan bak kontrol, selanjutnya untuk mencapai
dialirkan menuju saluran ketinggian
pembuangan kota. maksimal
bangunan.
3. Jaringan Listrik 5. Penangkal Petir
Pengadaan tenaga listrik diperoleh Sistem penangkal petir yang
dengan dua cara, yaitu sumber listrik digunakan adalah sistem Faraday.
dari PLN dan dari Genset. Dari Sistem ini terdiri dari satu tiang
kedua sumber ini setelah melewati yang dihubungkan dengan kawat
trafo dan panel kontrol pusat, listrik tembaga dan dialirkan ke tanah
dialirkan ke tiap-tiap ruang. melalui arde. Pertimbangan yang
mendasari dipilihnya sistem Faraday
4. Pencegahan Kebakaran ini adalah :
Penanggulangan bahaya kebakaran  Massa Bangunan yang tidak
pada Pusat Seni Kontemporer ini terlalu tinggi
dapat dibedakan menjadi :  Tidak membahayakan
1) Sistem Tanda Bahaya bangunan lain di sekitarnya.
Sistem ini sebagai upaya 6. Jaringan Komunikasi
untuk mendeteksi gejala- Perencanaan jaringan komunijkasi
gejala yang terjadi akibat menyangkut sistem komunikasi
kebakaran dengan keluar (eksternal) dan sistem ke
menggunakan : dalam (internal) antara lain :
 Detektor derajat  Sistem komunikasi eksternal
panas rata-rata, menggunakan fasilitas
dipakai pada telepon dengan faksimili
ruang-ruang yang dan internet.
bersifat umum.  Sistem komunikasi internal
 Detektor derajat menggunakan fasilitas
panas tetap, untuk interkom dan speaker
mendeteksi panas bagian dari sistem tata suara
secara lebih , juga menggunakan
sensitif jaringan PABX (private
 Panel Kontrol automatic branch exchange)
Bahaya Api. yaitu untuk telekomunikasi
2) Sistem Pemadam Api dalam bangunan maupun
Sistem ini menempatkan antar bangunan dalam satu
elemen-elemen pemadam, tapak.
seperti :

16
Penerapan Konsep Desain Peter Eisenman …

7. Sistem Pengkondisian Udara  Memenuhi persyaratan kekakuan


Pemakaian sistem pengkondisian dan distribusi gaya.
udara tergantung pada fungsi ruang  Penyesuaian terhadap segi akustik
dimana suhu ideal adalah 21º C ruang, dengan cara pemisahan
dengan kelembaban ideal antara 40- antara struktur utama dengan
70 %. Penggunaan AC digunakan bidang-bidang antara struktur utama
pada ruang teater tertutup, ruang dengan bidang-bidang pembentuk
pameran, dan ruang pengelola, ruang agar suara tidak merambat
sedangkan untuk ruang-ruang yang melalui struktur utama bangunan.
lain diupayakan dengan penggunaan  Pada ruang-ruang dengan bentang
pengkondisian udara alami. relatif pendek dapat menggunakan
Ada 2 sistem AC yang digunakan struktur rangka beton dan baja.
untuk ruang-ruang tersebut antara  Pada ruang-ruang yang menuntut
lain : penataan ruang dengan fleksibilitas
a) Sistem Air-Cooled Package tinggi, perlu diperhatikan
Sistem ini dipakai untuk penggunaan pembatas ruang yang
ruangan dengan kondisi fleksibel.
ruang yang terletak saling
berjauhan, kelompok ruang Konsep dan Program dasar Perencanaan
kecil. dan Perancangan
b) Sistem split
Sistem ini memiliki Aspek Fungsional
perlengkapan yang lebih Pembahasan tentang aspek fungsional
kecil untuk tipe-tipe ruang. dimaksudkan untuk memberikan gambaran
fungsional pusat seni kontemporer di DIY.
8. Sistem Pembuangan Sampah
Sistem pembuangan sampah Bentuk Kelembagaan dan Pengelolaan
menggunakan sistem bak Pusat Seni Kontemporer ini
penampungan sementara. Antara merupakan suatu pusat seni yang sifatnya
sampah organik dan anorganik gabungan antara institusi yang non-formal
dipisahkan, kemudian dibuang pada sebagai suatu pusat pengembangan seni
tempat pembuangan akhir dengan kontemporer, suatu fasilitas sosial budaya
menggunakan truk sampah. bagi masyarakat sekaligus sebagai obyek
tujuan wisata. Denagn pertimbangan
Aspek Struktur Bangunan demikian sifat pengelolaan pusat seni ini
Pendekatan sistem struktur diperoleh mengacu pada berntuk yang lebih
dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai profesional dan komersil yang titik tolaknya
berikut : pada pengembangan seni kontemporer itu
 Penyesuaian terhadap fungsi ruang sendiri sekaligus sebagai community service
kegiatan, tuntutan bentuk ruang, facilities.
dimensi ruang serta fleksibilitas dan
efisiensi pengaturan ruang. Pengguna Bangunan
 Dapat menunjang penampilan Pengguna fasilitas pada Pusat Seni
bangunan dan pengolahan massa Kontemporer ini adalah pihak-pihak yang
sesuai dengan tema arsitekturnya. terkait dalam aktivitas di pusat seni
kontemporer ini baik sebagai pengunjung,

17
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

seniman, maupun pengelola. Kategori konsep “traces”-nya Einsenman untuk


pengunjung di Pusat Seni Kontemporer ini mendapatkan bentuk dan wujud ruang yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut : lebih dinamis. Konsep dualitas, seperti yang
 Pengunjung dengan motivasi jelas, telah dijelaskan diatas, merupakan sesuatu
seperti ilmuwan, pengamat, hal yang selalu menyertai manusia,
kolektor, mahasiswa dan pelajar. konseppemikiran tradisional yang masih
 Pengunjung yang tidak termotivasi sangat relevan sampai saat ini. Sedangkan
jelas konsep “traces”-nya Einsenman merupakan
 Wisatawan bentuk pemikiran Einsenman yang
Sedangkan dari sifat kegiatan utamanya mengandung makna suatu proses panjang,
terbagi atas : dari jejak terdahulu (dan terlihat) sampai ke
 Kegiatan yang direncanakan oleh masa yang lain. Dalam proses ini, antara
pengelola jejak yang dulu dan sekarang diperlihatkan
 Kegiatan yang merupakan bentuk Einsenman dalam bentuk dualitas gelap
kerjasama dengan institusi / instansi terang dan irisan keduanya sebagai media
lain menengah.
 Kegiatan lain yang bersifat rekreatif Secara garis besar, konsep pemikiran
yang berhubungan dengan seni. desain Peter Einsenman adalah sebagai
berikut :
Aspek Arsitektural 1. Gridding, merupakan pemakaian
Penekanan Desain pola grid pada perletakan massa
Penekanan desain Pusat Seni bangunan
Kontemporer ini mengacu pada ide tentang 2. Rotation, merupakan teknik
karakter seni kontemporer itu sendiri. Hal pemutaran elmen desain dengan
pertama ynag harus diperhatikan adalah sudut kemiringan tertentu dari
menyamakan persepsi wacana seni sumbu untuk mencapai hasil yang
kontemporer itu sendiri dalam pandangan diinginkan seperti view,
barat dan timur. Dalam bidang arsitektur, aksesibilitas, atau makna
hal dapat filosofis atau konsep dasar tata kontekstual lain yang bersifat sangat
ruang tradisional yang kemudian dicoba subyektif.
diterjemahkan dalam bahasa (teknik) desain 3. Displacement, adalah teknik
arsitektur modern (barat). Aspek tradisional penggeseran yang dilakukan Peter
yang dimaksud disini adalah bentuk konsep Einsenman untuk menciptakan
atau ide arsitektur tradisional Jawa yang bentuk-bentuk yang non
dicampur dalam konsep arsitektur barat konvensional sebagai aplikasinya
sehingga terwujud suatu bentuk arsitektur terhadap konsep displacement yang
baru yang menampilkan kedua ide tersebut menghendaki keterlepasan antara
secara bersamaan. bentuk dan fungsi suatu benda.
4. Imprint, merupakan konsep desain
Konsep Dasar Filosofis Einsenman yang didasari pada
Konsep dasar perancangan Pusat Seni konsep “ kaki yang menjejak tanah
Kontemporer ini mengambil ide konsep mengakibatkan berubahnya bentuk
dasar kosmologi Jawa yaitu konsep Javadipa permukaan tanah tersebut”. Konsep
dan konsep dualitas. Kedua konsep dasar ini ini diaplikasikan secara brillian
diambil ide yang paling mendasarnya dalam bentuk tiga dimensi.
(esensinya) untuk disilangkan dengan

18
Penerapan Konsep Desain Peter Eisenman …

5. Traces, merupakan teknik yang DAFTAR PUSTAKA


berkaitan dengan imprint. Pada
traces, konsep kaki yang menjejak 1. Doelle, Leslie, Akustik Lingkungan,
pasir, apabila kaki tersebut diangkat Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990.
2. Einseman Architects, Selected and Current
maka akan lktertiggal jejak-jejjak
Works, Image Publishing Group Pty Ltd,
pada permukaan tanah. USA, 1995
3. Fairwater, Leslie, RIBA & Sliwa, Jan A, AJ
Konsep Dasar Arsitektural Metric Hand Book, The Architecture Press,
Konsep dasar arsitektural ini London, 1983.
menyangkut aspek keruangan dari Pusat 4. Irianto, Asmudjo J, Pameran Seni Rupa
Seni Kontemporer ini. Konsep ruang Kontemporer Negara-Negara Non-Blok :
keseluruhan memiliki orientasi terhadap Mencari Perspektif Selatan, Jurnal Seni
sumbu-sumbu imajiner dan titik orientasi Rupa, FSRD ITB, Bandung, 1995.
klimaks Monumen Yogya Kembali. 5. Iskandar, Dede dan teman, Seminar
Karakteristik Desain Peter Einseman, JAFT
Pengaturan ruang-ruang luar dan massa
Undip, Semarang, 1998.
bangunan menciptkana suatu prosesi yang 6. Mack, Dieter, Tradisi-Modern-
mengarah ke Monumen Yogya Kembali Kontemporer-Intercultural Berbagai
secara visual dengan menciptakan kesan Pemikiran Tentang Musik Masa Kini di
monumentalitas tetapi sangat informal dan Indonesia yang Tidak Bertolak Lingkungan
bebas serta rekreatif. Karawitan : Sebuah Esai dalam Seni
Sedangkan penggunaan warna, Pertunjukan Indonesia, MSPI dan Yayasan
cenderung pada warna asli material untuk Bentang Budaya, Yogyakarta, 1995.
ruang-ruang yang mengesankan alami, 7. Meyer, Buris and Cole, Alice, Theatres and
namun pada ruang tertentu, seperti ruang Auditoriums Second Edition, Reinhold
Publishing Corporation, USA, 1964.
galeri pamer, digunakan warna gradasi putih
8. Panero, Yulius & Zelnik, Martin, Human
untuk memberi penampilan yang kuat pada Dimension and Interior Spaces, The
obyek pamer sedangkan pada ruang-ruang Architecture Press, London, 1979.
lain digunakan warna yang mendukung 9. RIPDA Propinsi DIY, Lemlit UGM dan
konsepnya. Pemda Tk. I DIY, Yogyakarta, 1995.
Pencahayaan ruang luar pada malam 10. Laporan Akhir, RDTRK Jalan Arteri Yogya-
hari ditekankan pada pencahayaan yang Prambanan 1994/1995.
menunjang kesan bangunan yang kuat. 11. Penyusunan Rencana Penataan Kawasan
Monjali, Pemda Tk. II Sleman, 1995.
12. Supangkat, Jim, Buku Putih Pameran GNB,
Jurnal Seni Rupa, FSRD ITB, Bandung,
1995.
13. Tjahyono, Gunawan, Cosmos, Center and
Duality in Javanesse Architecture Tradition,
Symbolis Dimension of House Shape in
Kota Gede and Surroundings, University of
California at Berkeley.
14. Kussudiardjo, Bagong, Dari Klasik Hingga
Kontemporer, Padepokan Press dan Yayasan
Bentang Budaya Publishing & Literacy
Agency, Yogyakarta, 1992.

19

Anda mungkin juga menyukai