Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Seni Rupa Kontemporer
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas saya pada
mata pelajaran Seni Budaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Seni Rupa Kontemporer bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nefi Sriwahyuni S.Pd, selaku guru Seni
Budaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Duri, 11 Maret 2021

Sabhina Naylatana
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni kontemporer merupakan salah satu cabang dalam dunia seni. Dimana seni
tersebut terpengaruh oleh dampak kekinian. Untuk memperkaya dan menambah wawasan
kita mengenai seni rupa kontemporer, kita perlu mengkaji dan mencari referensi dari berbagai
sumber. Tentu saja sumber tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri, namun juga dari
luar negeri. Untuk itu, makalah ini disusun agar dapat menambah wawasan dalam
mempelajari seni rupa kontemporer. Yang disebut seni sendiri memiliki cakupan yang luas.
Sepanjang hal tersebut memiliki nilai keindahan atau nilai estetika, maka hal tersebut bisa
disebut sebagai seni. Bisa meliputi seni lukis, seni tari, seni patung dan lain sebagainya.
Pendapat lain mengatakan bahwa seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi
modernisme Barat. Ini sebagai pengembangan dari wacana pasca modern (postmodern art)
dan pasca kolonialisme yang berusaha membangkitkan wacana pemunculan indegenous art
(seni pribumi). Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat tinggal (negara) para seniman.

B. Rumusan masalah

1. Jelaskan pengertian seni rupa kontemporer!


2. Ceritakan sejarah seni rupa kontemporer!
3. Siapa dan ceritakan tentang seniman seniman yang ada di indonesia!

C. Tujuan pembuatan kliping

Tujuan dari kliping ini sendiri adalah untuk bisa menggabungkan serta
mengumpulkan informasi atau pengetahuan seputar SENI RUPA KONTEMPORER yang
awalnya berasal dari sumber yang banyak dan beragam, sehingga bisa menjadi satu yang
padu.

D. Manfaat pembuatan kliping

Kliping ini sendiri memiliki manfaat yang amat banyak. Misalnya saja untuk Ibu guru
yang sudah memberikan suatu tugas kepada muridnya, tentu ini sangat memberikan manfaat
dikarenakan adanya guru yang memerintahkan untuk membuat kliping tersebut dapat melatih
kreatifitas yang dimiliki oleh sang murid termasuk saya tentang bagaimanakah langkah yang
baik dan kreatif untuk membuat kliping dan dari mana sumber serta hal-hal yang harus benar-
benar dipelajari.
Dengan begitu, para murid akan lebih banyak membaca serta mempelajari dan juga
bertanggung jawab secara penuh atas amanah dan kepercayaan guru yang diberikan
kepadanya untuk menyelesaikan tugas pembuatan kliping.
BAB II

PEMBAHASAN 

A) Pengertian Seni Rupa Kontemporer

Seni rupa kontemporer berarti seni rupa yang diciptakan terikat pada berbagai konteks
ruang dan waktu yang menyelimuti seniman, audiens dan medannya. Istilah kontemporer
sendiri berasal dari Bahasa Inggris “contemporary” yang berarti apa-apa atau mereka yang
hidup pada masa yang bersamaan (D. Maryanto, 2000). Artinya Seni rupa kontemporer
bersifat kekinian karena diciptakan di masa yang masih bersamaan dengan kita dan dunia
seni secara umum.
Meskipun begitu istilah “seni rupa kontemporer” tidak dapat diterjemahkan begitu
saja sebagai seni masa kini seperti yang dijelaskan di atas. Istilah seni rupa kontemporer di
dunia masih menimbulkan perdebatan. Terutama karena tidak ada ciri khusus yang dominan
dan dapat dirujuk untuk menunjuk pada suatu praktik atau bentuk seni yang baku. Hal itu
sangat wajar karena bentuk seni rupa ini sendiri masih dalam tahap perkembangan, bahkan
berkembang dengan kita baik sebagai seniman, kritikus maupun hanya sekedar penikmat.

Polemik Istilah Seni Rupa Kontemporer

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, seni kontemporer hingga saat ini masih
menjadi perdebatan, tidak hanya dalam praktik wacana seni rupa dunia, tapi juga di seni rupa
dunia. Secara umum polemik tersebut terjadi dari dua kacamata.
Pertama, secara leksikal istilah dari Bahasa Inggris “Contemporary” terikat dengan
waktu, yaitu “masa kini” yang jelas mengandung masalah. Sebab masa lalu pun ketika masa
kini belum muncul adalah masa kini (Sumartono, 2000, hlm. 23). Temporal sense masa kini
atau semasa (dengan masyarakatnya) menimbulkan persoalan, sebab ‘semasa’ dapat mengacu
pada waktu yang fleksibel, misalnya sepanjang waktu yang dilalui oleh seniman atau
beberapa tahun belakangan ini, atau satu dekade? (Irianto, 2000, hlm. 75).
Kedua, Ada yang memaknai bahwa istilah seni rupa kontemporer itu lebih dikatikan
dengan eksistensi wujud karya seni yang representasinya berbeda dari prinsip-prinsip seni
modern atau seni klasik yang telah mapan. Seperti yang disampaikan oleh Arthur Danto
dalam bukunya The End of Art (1995, hlm. 10) sebagai berikut.“Contemporary” in its most
obvious sense means simply what is happening now: contemporary art would be the art
produced by our contemporaries… But as the history of art has internally evolved,
contemporary has come to mean an art produced within a certain structure of production
never, I think, seen before in the entire history of art. So just as ‘modern’ has come to denote
a style and even a period, and not just recent art, ‘contemporary art’ has come to designate
something more than simply the art of present moment.
Pemaknaan istilah kontemporer yang terkait dengan persoalan representasinya ini pun
cakupannya sangat luas. Pengertian yang beredar luas di masyarakat sendiri menganggap
bahwa seni rupa kontemporer berarti seni rupa modern dan seni rupa alternatif. Misalnya
seperti: Instalasi, happening art, performance art, video art dan video mapping yang
berkembang di masa kini.

B) Sejarah Seni Rupa Kontemporer

Pemahaman mengenai seni rupa kontemporer juga bisa kita dapatkan dengan
bercermin pada sejarah seni. Terutama, sejarah seni rupa kontemporer sendiri.
Meskipun terhitung baru, tetapi kita sudah dapat melacak kemunculannya dari zaman
modern.Di Barat, wacana seni rupa kontemporer dimulai dengan menunjukkan pada
berakhirnya era modernisme dalam seni rupa (modern art). Sebab-sebab terjadinya krisis itu
diantaranya adalah penciptaan karya seni rupa yang menjadi terlalu mudah. Setiap gaya dari
sebuah karya yang baru saja diciptakan seolah-olah telah ada sebelumnya.Kritikus seni
Harold Rosenberg menyebut fenomena tersebut dengan istilah de javu dalam Bahasa Perancis
yang berarti “pernah dilihat” (Sumartono, 2000, hlm. 22). Maka berakhirlah periodisasi seni
rupa modern yang sudah tidak relevan lagi dengan berbagai karya baru yang tercipta pada
masa itu.Berakhirnya era seni rupa modern memunculkan kebutuhan untuk terminologi baru.
Munculah istilah post modernism (masa setelah modern) sebagai penggantinya. Kemudian
istilah itu dipakai dalam praktik seni rupa di Barat yaitu karya seni yang berkecenderungan
dengan masa postmodern (post modernisme).Namun penggunaan istilah postmodern ternyata
mengandung persoalan. Hal itu karena kompleksitas dan keragaman pengertian yang
dibawanya. Pada akhirnya istilah yang lebih banyak digunakan adalah seni rupa kontemporer.
Seni rupa kontemporer dapat dikatakan sebagai wacana dalam praktik seni rupa di
Barat yang praktiknya menunjuk kepada kecenderungan masa posmodern. Kecenderungan
tersebut secara tidak langsung menyiratkan wacana dalam seni rupa yang anti modern. Hal itu
disebabkan karena salah satu paradigma kemunculan posmodern adalah paradigma yang
menolak modernisme.Sifat-sifat modern yang ditolak diantaranya adalah semangat
universalisme dalam budaya, kolektivitas, membelakangi tradisi, mengedepankan teknologi
dan individualitas (I. M. Pirous, 2000). Serta penolakan terhadap budaya Barat yang selama
itu masih dominan.
Dalam perjalanannya, sifat-sifat modern dianggap mengesampingkan berbagai produk
kesenian non Barat yang dianggap lebih rendah dari seni modern karena bersifat tradisional.
Sifat itulah yang ditentang oleh para seniman postmodern. Karena sifat-sifat modern
dianggap tidak mengakui karya seni rupa tradisonal yang dihasilkan oleh suatu budaya
komunal sebagai karya seni rupa yang sejajar dengan karya seni rupa modern.

Perkembangan Seni Rupa Kontemporer di Indonesia

Antara modern dan kontemporer secara umum tidak dapat dipilah berdasarkan waktu.
Hal ini mengakibatkan tidak jelasnya pemisah antara kedua istilah tersebut. Istilah modern
dan kontemporer dalam konteks seni rupa dijelaskan oleh Kramer dalam Dharsono sebagai
berikut: Pengertian “kontemporer” dibandingkan dengan istilah modern hanya sekedar
sebagai sekat munculnya perkembangan seni rupa sekitar tahun 70-an dengan menempatkan
seniman-seniman Amerika seperti David Smith dan Jackson Pollock sebagai tanda peralihan
(Dharsono, 2004: 223). Pengertian kontemporer dalam bidang arsitektur memiliki pengertian
lain, hal ini diungkapkan oleh Kultermann seorang pemikir asal Jerman, “Berdasarkan teori
Udo, pengertian kontemporer dekat dengan paham post-modern menjelang tahun 1970.
Paham baru ini menentang kerasionalan paham modern yang dingin dan berpihak pada
simbolisme instink” (Dharsono, 2004: 223). Dalam istilah seni pengertian ini ditafsirkan
lebih lajut oleh Douglas Davis, bahwa kontemporer sebagai kembalinya upaya mencari dan
mengangkat nilai-nilai budaya dan kemasyarakatan atau dalam istilah seni kembali ke
konteks. Seperti telah kita ketahui, seni kontemporer dalam bahasa Indonesia padanannya
adalah “seni masa kini” atau juga “seni mutakhir”. Dalam khazanah seni modern yang telah
berusia ratusan tahun, kehadiran seni kontemporer cukup rumit dan menimbulkan kontroversi
yang berkepanjangan. Istilah seni kontemporer justru banyak menimbulkan kebingungan.
Istilah seni kontemporer dalam arti seni masa kini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 50-
an. Pada waktu itu, karya seni masa kini hanya menyangkut nama-nama Picasso, Matisse,
Braque dan lain-lain. Periode berikutnya adalah pendobrakan yang lengkap terhadap asas-
asas seni rupa tradisi Barat. Bahkan, akhirnya pendobrakan ini semakin beraneka ragam.
Dipengaruhi oleh semangat individualisme dengan jumlah pelukis yang semakin banyak
maka seni kontemporer ini semakin dipadati oleh seni individual di mana setiap seniman
berusaha untuk saling berbeda satu sama lain (Popo Iskandar, 2000:30).Ditinjau dari sudut ini
seni kontemporer bukanlah konsep tetap. Seni kontemporer adalah dimensi waktu yang terus
bergulir mengikuti perkembangan masyarakat dengan zamannya. Kiranya hanya satu indikasi
yang bisa dijadikan titik terang istilah seni kontemporer, yakni lahir dan berkembang dalam
khazanah dan ruang lingkup seni modern. Hal ini di pertegas dalam buku AWAS! Recent art
from Indonesia: Seni rupa kontemporer muncul setelah seni rupa modern. Berlangsungnya
perayaan ‘Boom seni lukis’ di akhir tahun 80-an dan awal akhir 90-an seniman bergerak
cepat menembus, melintas batas-batas tradisional negara yang membatasi identitasnya.
Kelangsungan seni rupa kontemporer tidak lagi mengusung semangat hebat, pemberontakan
dan penyangkalan seperti pendahulunya di tahun 70-an (seni modern) tetapi melangsungkan
negosiasi dengan berbagai senimanan baru, perubahan-perubahan yang serba cepat, peluang
dan tentunya juga gemerlapnya pasar (Rizki A Zaelani, 1999:92). Setiawan Sabana, tokoh
pendidik, perupa, yang juga seorang dekan FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB
mengungkapkan, sesuai dengan hasil penelitiannya mengenai “Seni Rupa Kontemporer Asia
Tenggara” yang dilakukannya selama 4 tahun, bahwa yang membedakan antara seni rupa
modern dan kontemporer adalah sebagai berikut:

 Seni Rupa Modern :


1. Memutuskan rantai dengan tradisi masa lalu, pada masa ini tradisi tidak menjadi
perhatian yang signifikan dan itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu diotak-
atik lagi tapi cukup dalam musium saja.
2. Adanya high art dan low art ( kesenian dianggap adiluhung).
3. Tema-tema sosial cenderung ditolak.
4. Kurang memperhatikan budaya lokal.

 Seni Rupa Kontemporer :


1. Tradisi diangkat kembali, misalnya tema lebih bebas dan media lebih bebas.
2. Tema-tema sosial dan politik menjadi hal yang lumrah dalam tema berkarya seni.
3. Berbaurnya karya seni adiluhung/ high art dan low art.
4. Masa seni rupa modern kesenian itu abadi maka masa kontemporer kesenian
dianggap kesementaraan.
5. Dulu ada istilah menara gading sekarang kesenian merakyat, jadi tidak lagi sesuatu
yang perlu/ harus bertahan.
6. Budaya lokal mulai bahkan menjadi perhatian.

Selanjutnya ia menyimpulkannya bahwa fenomena seni rupa kontemporer Indonesia


merupakan suatu refleksi, pencerminan evaluasi kembali, sikap evaluatif dan pencarian akan
potensi-potensi kultural yang baru di negeri ini dan merupakan bentuk kesadaran baru dalam
era global. Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul awal 70-an, ketika
Gregorius Sidharta menggunakan istilah kontemporer untuk menamai pameran seni patung
pada waktu itu. Suwarno Wisetrotomo, seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni
rupa kontemporer pada konsep dasar adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak
penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap usang. Konsep modernisasi telah
merambah semua bidang seni ke arah kontemporer ini. Paling menyolok terlihat di bidang
tari dan seni lukis.
C) Ciri dan Sifat Seni Rupa Kontemporer

Berikut adalah beberapa ciri seni rupa kontemporer yang dapat kita pastikan untuk sementara
waktu ini.

 Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni dengan meleburnya batas-batas
antara seni lukis, patung, kriya, teater, musik,dan sebagainya
 Sebaliknya Isu-isu yang diwacanakan adalah kesetaraan antara etnis dan gender,
HAM, lingkungan hidup, nilai tradisi dan persatuan keberagaman yang lain
 Memiliki gairah moralistik yang brerkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai
tesis.
 Karena sifatnya yang masih radikal dan kontroversional, seni kontemporer cenderung
diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan sebagai aktualitas
berita dengan issue terkini dan fashionable
 Mengutamakan jenis media seni baru seperti instalasi, performance art, video dan
sebagainya.
 Tidak mendiskriminasi dan menerima karya populer sebagai wujud seni
 Ciri kontemporer dalam wacana seni rupa dikukuhkan dengan semangat pluralisme
(keberagaman).

Berorientasi bebas namun menghilangkan batasan-batasan kaku


(konvensional) dalam dunia seni rupa. Dalam seni rupa kontemporer batasan medium
dan dikotomi seni seperti “seni lukis”, “seni patung” dan “seni grafis” nyaris
diabaikan.
Orientasi bebas dan medium yang tidak terbatas memunculkan karya-karya
dengan media-media non konvensional. Hal itu menimbulkan perspektif baru tentang
keindahan seni, serta lebih berani menggunakan konteks sosial, ekonomi serta politik
(Sumartono, 2000).Walaupun ada pemaknaan khusus dan ciri dalam wacana seni rupa
kontemporer seperti telah disebutkan di atas, arti leksikal kontemporer yang
menunjukkan konteks kekinian tidak dapat diabaikan. Berdasarkan konteks masa kini,
seni rupa kontemporer dipandang sebagai karya seni yang ide dan pembahasannya
dibentuk serta dipengaruhi sekaligus merefleksikan kondisi yang mewarnai keadaan
zaman ini tempat “budaya global” menyeruak, yang menebarkan banyak pengaruh
dan menjadi penyebab berbagai perubahan dan perkembangan (Sumartono, 2000).
Pada akhirnya seni rupa kontemporer adalah wacana yang masih dalam tahap
perkembangan dan belum memiliki ciri atau ide yang dapat dibakukan.

D) Fungsi dan Tujuan Seni Rupa Kontemporer

a. Fungsi Individual
Manusia Terdiri dari unsur psikis dan fisik . Salah satu unsur psikis adalah emosi . Maka
fungsi individual dibagi lagi menjadi fungsi pemenuhan kebutuhan seni secara fisik dan
emosional.
1) Fisik
Fungsi ini banyak dipenuhi melalui seni pakai yang berhubungan dengan fisik. Seperti
Busana, perabot,rumah,musik senam,dan sebainya
2) Emosional
Dipenuhi melalui seni murni , baik dari segi si pembuat atau pengubah , maupun konsumen
penikmatnya . Contohnya , lukisan , novel, musik, tari , film dan sebagainya.
b. Fungsi Sosial
Fungsi sosial artinya dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak dalam
waktu relatif bersamaan . Fungsi ini dikelompokkan menjadi beberapa bidang .
1) Rekreasi atau hiburan
Seni dapat jadikan sebagai sarana melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan. Hal itu
dapat terjadi misalkan pada saat kita menyaksikan musik , tarian,film , dan lawak.
2) Komunikasi
Seni dapat digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu, seperti pesan, kritik, kebijakan,
gagasan, dan produk kepada orang banyak. Contoh: lagu, balada, poster, drama, komedi, dan
reklame. Tema yang sering dibuat antara lain:
a) ketidakdisiplinan anggota masyarakat terhadap lingkungan
b) himbauan melaksanakan program pemerintah
c) anjuran kesehatan atau kesejahteraan
d) ketidakadilan suatu kebijakan
3) pendidikan
Pendidikan juga memanfaatkan seni sebagai sarana penunjangnya. Contoh: gambar ilustrasi
buku pelajaran, film ilmiah atau dokumenter, poster ilmiah, lagu anak-anak dan foto.
4) Religi atau keagamaan
Karya seni dapat dijadikan ciri atau pesan keagamaan. Contoh: kaligrafi, busana muslim atau
muslimah, arsitektur atau dekorasi rumah ibadah, lagu-lagu rohani.

E) Contoh Seni Rupa Kontemporer

Jika kita membedahnya berdasarkan jenis atau ragam (yang sebetulnya ditolak pula
oleh seni kontemporer), maka kita dapat menemui beberapa media baru yang sering
digunakan oleh para seniman kontemporer, meliputi:

 Seni Instalasi
 Happening Art
 Performance Art
 Video Art
 Video Mapping

Seni Instalasi adalah karya seni rupa yang dibuat dengan menggabungkan berbagai
media baik dua dimensi maupun tiga dimensi dan tidak terbatas pada pengelompokan jenis
seni rupa (seni lukis, patung, dll) sehingga membentuk kesatuan baru. Karya seni ini juga
biasanya menawarkan interaktifitas bagi pengunjung pameran, misalnya pengunjung dapat
menulis pendapatnya pada kanvas atau sesederhana pengunjung dapat menekan tombol untuk
menggerakan sesuatu.Interaktifitas tersebut menimbulkan dialog langsung, sehingga
memberikan perspektif dan nilai lain yang selama ini kurang mendapatkan sorotan dari seni
yang telah mapan sebelumnya (seni klasik). Contoh seni kontemporer, seni instalasi "forest of
numbers" oleh: emmanuelle moureaux

Happening Art adalah persilangan antara pameran seni rupa dan pertunjukan teatrikal.
Biasanya bentuk seni ini menghindari penggunaan unsur-unsur teater tradisional, seperti: alur
cerita, karakter pemain dan adegan. Meskipun begitu tema dan naskah tetap dibuat pada
karya ini, hanya saja lebih banyak terjadi monolog pada karya ini.
Performance Art, banyak masyarakat bahkan kalangan seniman sendiri sering keliru
membedakan antara Performance Art dan Happening Art. Performance art memang mirip
dengan happenings art, yaitu gabungan seni pertunjukan dan seni rupa, tetapi penekanan
representasinya tetap menjurus pada aspek visual. Performance Art tidak membutuhkan
dialog atau monolog sama sekali. Contoh seni rupa kontemporer: Performances art: Freak on
a leash. bridgetmoser.com.

Video art, sebetulnya media seni ini tidak begitu baru, namun kemunculannya lebih
banyak di ‘era masa kini’ yang mengacu pada tahun 1970-an – hingga sekarang (setidaknya
hingga saat artikel ini ditulis). Intinya Video Art menampilkan gambar bergerak pada layar
monitor.

Video Mapping, setidaknya menggabungkan dua jenis seni rupa yang salah satunya
adalah Video Art yang disorotkan menggunakan proyektor pada jenis seni lainnya. Berbagai
aspek visual pada video yang disorotkan disesuaikan (di mapping/dipetakan) dengan jenis
seni lain seperti: arsitektur, instalasi bahkan ke seni tari dan pertunjukan. Pemetaan antara
video dan jenis karya lainnya tersebut memberikan nuansa dan perspektif baru bagi dunia
seni rupa.

F) Seniman – seniman Kontemporer d Iindonesia dan Karya-karyanya.

1. RADEN SALEH ( Semarang 1807 – 1880 )

Salah satu Pelukis Maestro Legendaris Indonesia pada era sebelum kemerdekaan,
saat Indonesia masih dijajah Belanda. Raden Saleh merupakan salah satu Pelukis Maestro
Indonesia yang diakui sebagai Pelukis kelas Dunia. Karya-karya lukisanya merupakan saksi
sejarah, banyak menceritakan tentang situasi pada jaman perjuangan dan kehidupan
masyarakat khususnya Jawa. Salah satu karya lukisanya yang terkenal adalah “Penangkapan
Diponegoro”, Raden Saleh juga mendapat pengahargaan atas talenta karya seninya, sehingga
Beliau mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda untuk Studi di Negara Belanda dan
Negara-negara Eropa lainya. Gaya aliran Lukisan saleh adalah gaya Naturalism, Realism dan
Klasik.Salah satu karya lukisan Raden Saleh berjudul " Berburu" media lukisan cat minyak
diatas canvas, dikoleksi oleh Museum Mesdag, Belanda.

2. AFFANDI ( Cirebon 1907 – 1990 )

Merupakan salah satu Pelukis Maestro Legendaris Indonesia yang namanya telah
mendunia karena karya-karya lukisan abstraknya yang unik dan berkarakter, dimana gaya
lukisanya tersebut belum pernah ada, atau belum pernah diciptakan oleh pelukis sebelumya.
Gaya aliran Lukisanya merupakan gaya baru dalam aliran lukisan modern khususnya
ekspresionism. Karya-karya Lukisanya banyak mendapatkan apresiasi dari para pengamat
seni baik dari dalam dan luar negeri, beliau aktif berpameran tunggal di Negara-negara
seperti: Inggris, Eropa, Amerika dan India, pada masa Tahun 1950-an.
Affandi merupakan salah satu Pelukis yang paling produktif, dimana beliau telah
menciptakan lebih dari 2 ribu lukisan selama hidupnya, karyanya telah tersebar diseluruh
pelosok Dunia dan dikoleksi oleh para Kolektor kelas lokal dan Dunia.
Gaya aliran Lukisan Affandi adalah Abstrak yang masuk dalam bagian aliran ekspresionism.
Salah satu karya lukisan Affandi berjudul "Wajah - wajah putra Irian" , media lukisan cat
minyak diatas canvas, ukuran 98cm X 126cm, dibuat tahun 1974.
3. BASUKI ABDULLAH ( Surakarta 1915 – 1993 )

Pelukis Maestro Legendaris Indonesia yang lahir di Surakarta, bakat dan talenta
melukisnya yang luar biasa terlihat dari setiap karya Lukisanya, warna-warna yang
terkombinasi matang, kehalusan goresan, kesempurnaan anatomi obyek dan komposisi
obyek.Basuki Abdullah semasa karirnya sebagai seorang Pelukis Maestro, pernah mengawali
karirnya studi di Belanda, dan mengadakan perjalanan ke Negara-negar Eropa untuk
memperdalam pengetahuanya tentang Seni rupa, diantaranya adalah Negara Prancis dan
Italia, Negara asal dari para Pelukis Maestro kelas Dunia ( Picasso, Leonardo da Vinci,
Renoir, Monet, Paul Gaugin, Dll. ).
Salah satu prestasinya yang mengharumkan nama Bangsa Indonesia di mata Dunia
adalah kesuksesanya menjuarai lomba sayembara melukis pada waktu penobatan Ratu
Yuliana (Belanda ) pada 6 September 1948, Basuki Abdullah menjadi juara dan berhasil
menyingkirkan 87 Pelukis dari Eropa, beliau juga pernah diangkat menjadi Pelukis tetap di
Istana Merdeka, dan karya-karyanya banyak menghiasi ruangan Istana Merdeka.
Semasa hidupnya Basuki Abdullah banyak menerima penghargaan baik dari dalam dan luar
Negeri atas Dedikasinya dalam Dunia seni khususnya Lukisan, gaya aliran Lukisan Basuki
Abdullah adalah Realism dan Naturalism. Salah satu lukisan Basuk Abdullah berjudul "
Diponegoro memimpin pertempuran " media lukisan cat minyak diatas canvas, ukuran
150cm X 120cm, dibuat tahun 1940

4. HENDRA GUNAWAN ( Bandung 1918 – 1983 )

Hendra Gunawan lahir di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1918, dan Wafat di
Denpasar, Bali. 17 Juli 1983. Hendra Gunawan adalah seorang pelukis, penyair, pematung
dan pejuang gerilya. Selama masa mudanya ia bergabung dengan tentara pelajar dan
merupakan anggota aktif dari Poetera (Pusat Tenaga Rakyat) dan organisasi yang dipimpin
oleh Sukarno dan lain-lain. Ia juga aktif dalam Persagi (Asosiasi Pelukis Indonesia, sebuah
organisasi yang didirikan oleh S. Soedjojono dan Agus Djaya pada tahun 1938.
Hendra Gunawan memiliki komitmen dalam pandangan politiknya, mengabdikan hidupnya
untuk memerangi kemiskinan, ketidak adilan dan kolonialisme. Dia dipenjara di Kebon Waru
atas keterlibatannya di Institut Budaya Populer (Lekra), sebuah organisasi budaya yang
berafiliasi dengan komunis sekarang sudah tidak berfungsi, Partai Indonesia (PKI).
Penahanan Hendra Gunawan selama 13 Tahun dimulai pada tahun 1965 hingga tahun 1978.
Selama di dalam penjara beliau tetap aktif berkarya membuat lukisan bertema tentang
kehidupan masyarakat pedesaan pada jamanya, seperti: Panen Padi, berjualan buah,
kehidupan nelayan, suasana panggung tari-tarian, dll. Hampir disemua Lukisanya berlatar
belakang alam.
Dengan talenta sebagai seorang Pelukis senior dan memiliki karakter karya Lukisan
yang khas, menjadikan namanya masuk dalam daftar Pelukis Maestro Legendaris ternama
Indonesia. Karakter Lukisan beliau sangat berani dengan ekspresi goresan cat tebal, dan
ekspresi warna kontras apa adanya, karya Lukisanya banyak dikoleksi oleh para kolektor
dalam negeri. Perjalanan Aliran Lukisan karya Hendra Gunawan pada awalnya adalah
realism yang melukiskan tema-tema tentang perjuangan sebelum kemerdekaan, namun
setelah era kemerdekaan, karya-karya lukisan ber metamorfosa kedalam aliran lukisan
ekspresionism, tema-tema lukisanya tentang sisi-sisi kehidupan masyarakat pedesaan.
Salah satu lukisan karya Hendra Gunawan berjudul " Mencari kutu rambut " media lukisan
cat minyak diatas canvas, ukuran 84cm X 65cm, dibuat tahun 1953.
5. S. SUDJOJONO (Kisaran, Sumatera Utara 1913 – 1985)

S. Sudjojono lahir di Kisaran, Sumatera Utara 14 Desember 1913 , dan wafat di


Jakarta 25 Maret 1985. Soedjojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya,
Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara,
beristrikan seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS,
Yudhokusumo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta
(waktu itu masih bernama Batavia) pada tahun 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu
melanjutkan SMP di Bandung, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di
Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada
R.M. Pringadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang,
Chioji Yazaki.
S. Sudjojono sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di
perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar
Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931. Namun ia
kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama
pelukis Eropa di Kunstkring Jakarya, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis,
Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).
Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia.
Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga
dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisanya memiliki karakter
Goresan ekspresif dan sedikit bertekstur, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke
kanvas.
Pada periode sebelum kemerdekaan, karya lukisan S.Sudjojono banyak bertema
tentang semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajahan Belanda, namun
setelah jaman kemerdekaan kemudian karya Lukisanya banyak bertema tentang
pemandangan Alam, Bunga, aktifitas kehidupan masayarakat, dan cerita budaya.
Salah satu lukisan karya S. Sudjojono berjudul " Seko (perintis gerilya), media lukisan cat
minyak diatas canvas, ukuran 173,5cm X 194cm

6. POPO ISKANDAR ( Garut, Jawa Barat 1929 – 2000 )

Sang Pelukis Maestro ini terkenal dengan ciri khas Lukisan bertema kucing, dilukis
dalam gaya ekspresionism bernuansa minimalis, cat tebal dan bertekstur. Salah satu alasan
Popo Iskandar gemar melukis kucing, seperti yang pernah beliau ucapkan semasa hidup “
Tabiat kucing variatif, manja, binal dan buas, tapi penurut. Karena itu saya menyukainya”
katanya. Dia juga melukis tema-tema binatang lainya seperti ayam dan harimau.
Lukisan Popo Iskandar banyak dikoleksi dan sekaligus dijadikan sebagai icon dalam rumah
bergaya modern dan minimalis, karya-karya Lukisanya banyak mendapatkan apresiasi dari
para pengamat seni, baik dalam dan luar negeri. Salah satu lukisan karya Popo Iskandar
berjudul " Kucing mata hijau ", media lukisan cat minyak diatas canvas, ukuran 30cm X
40cm

7. SRIHADI SOEDARSONO ( Solo 1931 )

Pelukis maestro asal Solo – Jawa Tengah, karya-karya Lukisanya merupakan saksi
perjalanan sejarah yang beliau goreskan sejak jaman kemerdekaan hingga jaman modern,
tema tentang perjuangan, kehidupan, alam dan cinta, semua terkumpul dalam karya-karya
lukisanya, baik dalam sketsa maupun dalam karya lukisan dengan berbagai media.
Srihadi Soedarsono merupakan alumni ITB Tahun 1959, beliau juga mengenyam pendidikan
di Ohio State University, Amerika Tahun 1960 – 1962. Belaiu pernah mengajar di ITB dan
menjadi ketua Institut Seni Jakarta.Srihadi Soedarsono termasuk pelukis produktif, yang
banyak menciptakan karya-karya Lukisan berkualitas tinggi, dan sering mengadakan event
pameran tunggal baik dalam dan luar negeri. Karyanya telah banyak dikoleksi kolektor
berkelas, dan hingga saat ini lukisanya masih banyak diburu kolektor baik dalam dan luar
negeri. Gaya aliran lukisan karya Srihadi Soedarsono masuk dalam gaya aliran lukisan
modern kontemporer. Salah satu lukisan karya Srihadi berjudul " Borobudur II ", media
lukisan cat minyak diatas canvas, ukuran 95cm X 140cm, dibuat tahun 1982

8. JOKO PEKIK ( Grobogan, Jawa Tengah 1938 )

Pernah mengenyam pendidikan ASRI di Jogja ( Akademi Seni Rupa Indonesia )


yang sekarang menjadi ISI ( Institut Seni Indonesia ), memiliki gaya dan karakter Lukisan
yang khas, beliau banyak mengkritisi dalam tatanan kehidupan sosial melalui karya
Lukisanya.Perjalanan hidupnya merupakan petualangan getir menuju kesuksesan, karena
kasus LEKRA beliau dikucilkan dari masyarakat, karya-karya lukisanya tidak dihargai
hingga pada era reformasi beliau mulai menemukan secercah harapan. Karya-karyanya mulai
diapresiasi oleh para pengamat seni, dan beberapa karya Lukisanya yang bertema “Celeng”
mendapat apresiasi yang luar biasa dari para pengamat maupun para pecinta Lukisan,
sehingga karya Lukisan Joko pekik mulai diburu banyak kolektor dengan harga tinggi. Gaya
aliran lukisan karya Joko Pekik masuk dalam gaya aliran lukisan realisme sosialis.
Salah satu lukisan karya Djoko Pekik berjudul "Berburu celeng" lukisan seharga Rp. 1
Miliar, dibuat tahun 1998.

9. JEIHAN SUKMANTORO ( Solo 1938 )


Sebagai salah satu Pelukis senior dengan karya-karya lukisan figuratifnya yang khas dan
unik, dimana selalu melukiskan figur manusia dengan mata hitam pekat, seolah mengandung
makna dan misteri yang dalam.
Kini karya lukisan Jeihan seolah menemukan makna baru dalam tema yang lebih religius,
yang mungkin terinspirasi dari perjalanan Hajinya beberapa Tahun yang lalu.
Lukisan karya Jeihan harganya terus merangkak naik seiring dengan naiknya kepopuleran
nama dan karya-karya Lukisanya. Lukisan karya Jeihan termasuk dalam gaya aliran lukisan
figurative modern.

Salah satu lukisan Jeihan berjudul "Gadis berbaju putih" media lukisan cat minyak diatas
canvas, ukuran 60cm X 49cm, dibuat tahun 1975

10. WIDAYAT ( Kutoarjo, Jawa Tengah 1919 – 2002 )


Salah satu Pelukis Maestro asal Kutoarjo – Jawa Tengah, sebagian besar karya Lukisanya
bertemakan Flora dan Fauna, terinspirasi dari pengalamanya yang membekas pada Tahun
1939 saat beliau pernah bekerja sebagai mantri opnamer ( juru ukur ) pada bidang kehutanan
di Palembang selama tiga Tahun, dari pengamatanya tentang alam, hewan dan tumbuhan
selama beliau bekerja itulah yang mengilhami sebagain besar karya Lukisanya bertema
tentang Alam, flora dan fauna dilukis dalam gaya batik kontemporer.

Sang Pelukis maestro Widayat mengasah talentanya di ASRI ( Akademi Seni Rupa Indonesia
) Jogja, yang di kemudian hari didaulat untuk mengajar di akademi seni rupa tersebut.
Semasa hidupnya beliau sering mengadakan pameran baik tunggal ataupun kelompok, di
dalam dan luar negeri ( Italy, Kuwait dan Singapura ). Beberapa penghargaan dibidang seni
pernah disandangnya, atas dedikasinya dalam bidang seni rupa.

Salah satu lukisan karya Widajat berjudul " Kucing dan Ikan ", media lukisan cat minyak
diatas canvas, ukuran 58cm X 47cm, dibuat tahun 1989

Kesimpulan
Seni kontemporer hingga kini masih menunjukkan wacana seni anti modernisme yang
mengagungkan pluralisme. Namun ironisnya tidak ingin menggunakan jenis atau media seni
yang dianggap kaku dan terlalu universal. Sehingga seniman memilih menggunakan medium
non konvensional, berorientasi bebas, tidak terikat pada konvensi-konvensi yang baku.

Meniadakan dikotomi/pengkotakan serta lebih berani menyentuh persoalan sosial, ekonomi,


dan politik. Persoalan sosial, ekonomi dan politik ini diwarnai dengan keadaan zaman di
mana budaya global banyak memberikan pengaruh yang cepat terhadap perubahan dan
perkembangan sosial dan budaya seluruh masyarakat dunia.

Jadi, apa dan seperti apa seni kontemporer itu? Berkacalah ke dunia hari ini dan beberapa
dekade ke belakang. Jika kita melakukannya, maka semakin jelas bahwa seni telah
dipengaruhi atau dipaksa untuk ikut bersinggungan dengan berbagai momen besar dunia
meliputi:

internet, kemudahan dalam mendapatkan informasi memberikan distrupsi besar-besaran


terhadap semua sektor industri termasuk seni;
semakin berkembangnya teknologi digital yang kini mulai semakin menyentuh dunia nyata
dan tidak hanya ada di dunia maya, yakni revolusi industri 4.0;
pergolakan kebebasan berpendapat dan pilihan gaya hidup mulai dari kebebasan beragama,
kesetaraan gender, keruntuhan demokrasi (berbagai kelemahannya semakin muncul ke
permukaan), dsb.
Semua itu telah memaksa seni menghadapi babak baru di zaman yang serba cepat dan
transformatif ini. Semuanya dapat tiba-tiba berubah baik dalam segi postitif dan negatif.
Bahkan, bisa jadi sebenarnya kita sedang mengalami kematian kedua dari seni pula.

Dapat disimpulkan bahwa seni rupa kontemporer adalah seni yang sedang dalam tahap
perkembangan dan bereksplorasi tanpa henti berdasarkan konteks yang sedang terjadi di
masa kini, detik ini, ruang temporal ini, beserta berbagai ramalan atau prakiraan masa depan
dan tentunya masih melibatkan pengaruh masa lalu yang bisa jadi diangkat ulang dalam
dialektika yang tak pernah usai ini.

Referensi
Representasi Tradisi dan Nilai Budaya Lokal dalam Seni Rupa Kontemporer Yogyakarta.
uny.ac.id
Sumartono. 2000. Peran Kekuasaan dalam Seni Rupa Kontemporer Yogyakarta, dalam
Outlet: Yogya dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.
Irianto, Asmudjo Jono. 2000. Konteks Tradisi dan Sosial Politik dalam Seni Rupa
Kontemporer Yogyakarta Era 90-an, dalam Outlet: Yogya dalam Seni Rupa Kontemporer
Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.
Artikel Terkait
Pengertian Seni Rupa Murni & Terapan (Referensi Terpercaya)

Pengertian seni rupa dan berbagai bidang turunannya

Anda mungkin juga menyukai