Anda di halaman 1dari 39

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Galeri Seni


Galeri berarti ruang atau gedung tempat memamerkan benda atau karya
seni (Kamus Besar Bahasa Indonesia 103).
Galeri yang bersifat milik pribadi untuk menjual barang seni, sebagian
besar memiliki skala ruang yang lebih kecil dari museum dan tidak disiapkan
untuk menerima pengunjung dalam jumlah besar. Dalam galeri harus diperhatikan
yaitu perencanaan ruang, pencahayaan, dan warna harus baik sehingga
mendukung objek yang dipamerkan. (Pile 540).
Sebuah galeri seni adalah sebuah bangunan atau ruang untuk pameran
seni, yang biasanya berupa seni visual. Galeri dapat berupa museum publik atau
swasta, tetapi apa yang membedakan sebuah galeri adalah kepemilikan sebuah
koleksi. Lukisan merupakan lukisan yang paling sering ditampilkan, namun,
patung, seni dekoratif, furnitur, tekstil, kostum, gambar, pastel, cat air, kolase,
cetakan, seniman 'buku, foto, dan seni instalasi juga secara teratur ditampilkan.
Walaupun kegunaan utama berkaitan dengan memberikan ruang untuk
menampilkan karya-karya seni visual, galeri seni kadang-kadang digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan artistik lainnya, seperti seni pertunjukan,
konser musik, atau pembacaan puisi.
Jenis-jenis galeri:
a. Galeri di Museum
Galeri ini merupakan galeri umum, yang non-profit atau museum milik publik
yang dipilih menampilkan koleksi seni. Ruangan di museum-museum di
mana seni ditampilkan untuk publik sering disebut sebagai galeri juga.
b. Galeri Seni Kontemporer
Istilah galeri seni kontemporer biasanya mengacu kepada galeri milik
pribadi/swasta untuk keuntungan komersial.
Galeri seni kontemporer biasanya terbuka untuk umum tanpa biaya, akan
tetapi, beberapa bersifat semi-swasta. Mereka biasanya mencari keuntungan
dengan mengambil sebagian dari penjualan seni; dari 25% sampai

8
Universitas Kristen Petra
50%. Terdapat juga banyak galeri non-profit atau kolektif. Beberapa galeri di
kota-kota seperti Tokyo membebankan seniman dengan tarif harian,
meskipun hal ini dianggap tidak menyenangkan di beberapa pasar seni
internasional. Galeri sering mengadakan pertunjukkan solo. Para kurator
sering menciptakan pertunjukkan kelompok yang mengatakan sesuatu tentang
tema tertentu, tren dalam seni, atau kelompok seniman yang terkait. Galeri
kadang-kadang memilih untuk mewakili seniman secara eksklusif, memberi
mereka kesempatan untuk tampil secara teratur.
Sebuah definisi galeri dapat juga termasuk koperasi artis, yang sering (di
Amerika Utara dan Eropa Barat) beroperasi sebagai sebuah ruang dengan
misi yang lebih demokratis dan proses seleksi. Galeri semacam itu biasanya
mempunyai dewan direksi dan seorang sukarelawan atau staf pendukung
yang dibayar untuk memilih dan menilai oleh komite, atau semacam proses
serupa untuk memilih seni yang biasanya tidak memiliki tujuan komersial.
Di Indonesia, khususnya Surabaya, galeri yang sedang berkembang adalah
galeri seni kontemporer yang ditujukan untuk menjual lukisan.
c. Galeri Online
Dengan munculnya internet banyak seniman dan galeri seni pemilik telah
membuka galeri online yang menyajikan lukisan-lukisan dalam bentuk
katalog. Kebanyakan galeri online digunakan untuk mengembangkan galeri-
galeri seni yang memiliki focus kepada sejarah dan ensiklopedi, sementara
yang lainnya untuk kegunaan komersial yaitu menjual lukisan hasil karya
seniman kontemporer.
d. Vanity Gallery
Galeri ini biasanya menarik biaya dari perupa-perupa yang ingin melakukan
pameran.
Dari jenis-jenis galeri di atas, dapat disimpulkan bahwa galeri-galeri yang
sedang berkembang dan terdapat di Surabaya termasuk galeri seni kontemporer.

2.1.1. Galeri Seni Lukis


Galeri Seni Lukis adalah ruang atau gedung yang mewadahi kegiatan
transferisasi perasaan dari seniman kepada pengunjung melalui media lukisan.

9
Universitas Kristen Petra
2.1.2. Tinjauan Galeri Seni Lukis
a. Karakteristik Galeri Seni Lukis Secara Umum
Ditinjau dari kegiatan dan barang koleksi, galeri dibagi atas :
Galeri Tetap
Kegiatan yang ada di dalamnya bersifat terjadwal dengan baik secara
reguler dan koleksi lukisan di dalamnya bersifat tetap (tidak akan keluar
dari galeri itu sendiri).
Galeri Temporer
Kegiatan di dalamnya hanya terjadwal dalam waktu-waktu tertentu dan
berubah-ubah koleksi lukisan yang dipamerkan.
b. Pengguna Galeri Seni Lukis
Seniman (perupa)
Adalah orang yang mempunyai bakat seni dan banyak menghasilkan karya
seni. Perupa di dalam galeri seni lukis bertugas memberikan pengarahan
tentang lukisan dan mepraktekan langsung kegiatan melukis (dalam
workshop), dan tidak menutup kemungkinan terdapat seniman yang
memiliki keterbatasan fisik (difabel).
Pengunjung (penikmat lukisan)
Adalah penggemar seni lukis, pengunjung berasal dari semua kalangan,
wisatawan domestik maupun mancanegara, baik para difable maupun
orang normal (galeri seni lukis tidak membatasi pengunjung, seni lukis
adalah milik semua orang).
Pengelola
Sekelompok orang yang bertugas mengelola (mengatur) tentang semua
kegiatan yang berlangsung dan yang akan berlangsung di galeri seni lukis.
c. Fungsi Galeri Seni Lukis Secara Umum
Secara umum, selain sebagai tempat yang mewadahi kegiatan transferisasi
perasaan dari seniman kepada pengunjung, berfungsi juga sebagai;
Sebagai tempat memamerkan karya seni lukis (exhibition room)
Sebagai tempat membuat karya seni lukis (workshop)
Mengumpulkan karya seni lukis (stock room)
Memelihara karya seni lukis (restoration room)
10
Universitas Kristen Petra
Mempromosikan lukisan dan tempat jual-beli lukisan (auction room)
Tempat berkumpulnya para seniman
Tempat pendidikan masyarakat
d. Segmen
Semua manusia di dunia ini memiliki eksistensi manusiawi (human existance)
yang berwujud dalam 4 hal, yakni; seni, agama, ilmu, dan filsafat (Gie). Jadi
secara alamiah, semua orang dengan berbagai usia, berbagai kalangan, baik
orang normal maupun para difabel dapat menjadi peminat seni. Maka segmen
yang dituju dalam perancangan galeri seni lukis hendaknya ditujukan bagi
semua kalangan, karena seni adalah milik semua orang.

2.2. Pameran Seni Lukis


Pameran seni adalah ruang di mana benda-lukisan (dalam pengertian yang
paling umum) bertemu dengan seorang penonton. Pameran dipahami secara
umum untuk jangka waktu sementara, kecuali untuk beberapa kasus tertentu yang
jarang terjadi, ada pula yang disebut "pameran permanen".

2.2.1. Jenis-jenis Pameran


a. Pameran Terjuri
Pameran ini memiliki seorang individu (atau kelompok) bertindak sebagai
hakim memilih dari karya seni yang akan ditampilkan dari yang
diserahkan. Jika ada hadiah yang ingin diberikan, mereka juga yang memilih
pemenang.
b. Pameran Undangan
Penyelenggara acara meminta untuk memasok artis tertentu dan memamerkan
karya seni mereka.
c. Pameran Terbuka
Pameran terbuka atau tanpa juri (non-juried) memungkinkan setiap orang
untuk memasukkan dan menampilkan karya-karya seni mereka semua.
Pameran-pameran yang sering diadakan di galeri seni lukis di Surabaya
adalah pameran undangan dengan perupa-perupa tertentu yang biasanya sering

11
Universitas Kristen Petra
disebut pameran tunggal. Selain itu, pameran terbuka diadakan hanya dengan
tema tertentu dengan orang-orang pilihan.

2.2.2. Kebutuhan Ruang Pamer Galeri


Keprihatinan utama pameran lingkungan termasuk cahaya, kelembaban
relatif, dan suhu.
a. Cahaya
Cahaya panjang gelombang, intensitas, dan durasi berkontribusi secara
kolektif dengan laju degradasi material dalam pameran. Intensitas cahaya di
layar ruang harus cukup rendah untuk menghindari kerusakan benda, tetapi
cukup terang untuk dilihat. Sebuah toleransi pelindung pencahayaan tingkat
rendah dapat dibantu dengan mengurangi tingkat cahaya ke tingkat lebih
rendah dari yang jatuh di pameran. Spektrum optik tingkat harus dipelihara di
antara 50 lux dan 100 lux tergantung pada kepekaan cahaya objek. Sebuah
tingkat toleransi lukisan akan tergantung pada media lukis dan durasi waktu
pameran. Waktu maksimum pameran harus ditentukan untuk setiap benda
yang dipamerkan berdasarkan kepekaan cahaya, diantisipasi tingkat cahaya,
dan diproyeksikan eksposur kumulatif pameran.
Tingkat pencahayaan perlu diukur ketika pameran siap. Sinar UV meter akan
memeriksa tingkat radiasi di ruang pameran, dan data membantu menentukan
tingkat cahaya selama jangka waktu. Standar tertentu juga dapat digunakan
untuk memprediksi sejauh mana bahan akan rusak selama pameran. Radiasi
UV harus dihilangkan sejauh mungkin secara fisik, tetapi disarankan agar
cahaya dengan panjang gelombang di bawah 400 nm (ultraviolet radiasi)
dibatasi tidak lebih dari 75 microwatts per lumen pada 10-100 lux. Selain itu,
paparan cahaya alami tidak diinginkan karena intensitas UV tinggi dan
konten. Ketika pemaparan tersebut tidak dapat dihindari, tindakan
pencegahan harus diambil untuk mengontrol radiasi UV, termasuk
penggunaan kerai, tirai, gorden, UV-filtering film, dan UV-filtering panel di
jendela atau kasus. Sumber cahaya buatan yang lebih aman pilihan untuk
pameran. Di antara sumber-sumber ini, lampu pijar paling sedikit atau tidak
memancarkan radiasi UV. Lampu fluorescent, umum di kebanyakan

12
Universitas Kristen Petra
lembaga-lembaga, dapat digunakan hanya bila mereka menghasilkan output
dan UV rendah ketika ditutup dengan plastik sebelum pameran. Meskipun
lampu halogen tungsten-saat ini menjadi favorit sumber pencahayaan buatan,
mereka masih mengeluarkan sejumlah besar radiasi UV; sebaiknya digunakan
hanya dengan filter UV khusus dan dimmer. Lampu harus diturunkan atau
dimatikan sepenuhnya ketika pengunjung tidak di ruang pameran.

b. Kelembaban Relatif (RH)


Ruang pameran kelembaban relatif (RH) harus ditetapkan ke nilai antara 35%
dan 50%. Variasi diterima maksimal harus 5% di kedua sisi kisaran
ini. Perubahan musiman dari 5% juga diperbolehkan. Kontrol kelembaban
relatif adalah terutama penting untuk bahan-bahan yang sangat peka terhadap
perubahan kelembaban relatif dan mungkin kontrak dengan kasar dan tidak
merata jika terlalu kering ditampilkan dalam suatu lingkungan.

c. Suhu
Untuk tujuan pelestarian, temperatur yang lebih dingin selalu
dianjurkan. Suhu ruang layar tidak boleh melebihi 72 ° F. Suhu yang lebih
rendah sampai 50° F dapat dianggap aman untuk mayoritas objek. Maksimum
variasi dalam kisaran ini adalah 5 ° F, yang berarti bahwa suhu tidak boleh di
atas 77 ° F dan di bawah 45 ° F. Seperti suhu dan kelembaban relatif saling
bergantung, temperatur harus cukup konstan sehingga kelembaban relatif
dapat dipertahankan juga. Mengontrol lingkungan dengan 24-jam AC dan
dehumidifikasi adalah cara paling efektif untuk melindungi sebuah pameran
dari fluktuasi yang serius.

2.3. Kriteria Galeri Seni Lukis Ideal dan Efek Pencahayaannya


2.3.1. Konsep
Konsep memegang peranan penting bagi galeri seni karena konsep yang
kuat akan memberikan suatu cirri khas yang membedakannya dari galeri yang
lain. Konsep merupakan arah dan landasan dari sebuah desain untuk mencapai

13
Universitas Kristen Petra
suatu tujuan. Konsep yang kuat akan terlihat dalam setiap elemen desain yang
ada.

2.3.2. Eksisting
Eksisting galeri harus berada pada lokasi yang tepat, strategis dan mudah
dalam pencapaian. Secara ideal, sebuah galeri membutuhkan eksisting bangunan
yang luas untuk memamerkan lukisan sehingga tersedia ruang yang cukup.
Eksisting galeri juga menentukan arah datangnya cahaya yang dapat berpengaruh
bagi lukisan.

2.3.3. Main entrance


Main entrance merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah
bangunan karena menjadi daya tarik tersendiri bagi sebuah bangunan. Main
entrance yang menarik akan membuat orang yang melewati bangunan tersebut
tertarik untuk masuk. Sebuah main entrance sangat penting untuk berbeda dari
lingkungan sekelilingnya dan menonjol dalam sebuah bangunan supaya mudah
dikenali. Bagian penting dari sebuah main entrance adalah:
a. Posisi
Posisi main entrance harus mudah dilihat dan ditemukan saat seseorang
pertama kali melihat sebuah bangunan.
b. Bentuk
Bentuk dari sebuah main entrance menentukan apakah main entrance mudah
ditemukan atau tidak, terutama bagi orang yang mendekati sebuah gedung
dengan berjalan di sepanjang bagian depan gedung dan sejajar dengan
bangunan. Dari sudut ini main entrance akan sulit terlihat. Main entrance bisa
terlihat apabila:
Pintu masuk lebih keluar daripada garis bangunan
Bangunan yang membingkai main entrance lebih tinggi dari pintu masuk

2.3.4. Elemen Interior


Elemen interior terdiri dari lantai, dinding, dan plafon. Interior sebuah
ruangan tidak boleh menyaingi lukisan-lukisan yang dipamerkan, lukisan harus

14
Universitas Kristen Petra
mendominasi ruang tersebut. Elemen-elemen tersebut berpengaruh dari segi
warna dan material, terutama dari pencahayaan yang diaplikasikan ke dalam ruang
dapat menimbulkan efek-efek tertentu.
a. Efek material
Efek dan tingkat keterangan dari suatu warna bisa bervariasi sesuai dengan
sifat pantulnya berdasarkan material yang digunakan pada suatu permukaan.
Pencahayaan pada permukaan yang matt atau rata menyebar ke segala arah,
sedangkan permukaan yang glossy atau mengkilap memantulkan cahaya
secara jernih ke arah yang tepat sesuai dengan intensitas cahaya. Permukaan
yang digosok atau rata, maka akan memantulkan dan menambah terang
cahaya yang direfleksikannya, sementara permukaan yang kasar akan
menghasilkan warna yang pekat dan tidak cocok untuk menghasilkan suatu
efek khusus.
b. Efek optikal kombinasi warna pada elemen interior
Dinding gelap: ruang terlihat kecil dan tinggi
Plafon gelap dan dinding terang: ruang terlihat lebih terang tetapi terlihat
lebih rendah
Plafon dan lantai gelap: ruang terlihat rendah dan lebar
Lantai gelap dengan dinding dan plafon terang: ruang akan terlihat lebih
luas
Lantai, plafon, dan dinding belakang terang: ruang terlihat lebih panjang,
dalam, dan tinggi
Dinding belakang gelap dengan lantai dan dinding samping yang terang:
mengurangi kedalaman sebuah ruang
Lantai dan dinding gelap dengan plafon terang: menciptakan efek
basement (cahaya hanya berada di atas ruang)
Plafon dan dinding samping gelap dengan lantai dan dinding belakang
terang: efek ruang terlihat seperti lorong
Semua elemen warna gelap: kehilangan bentuk sebuah ruang

15
Universitas Kristen Petra
2.3.4.1.Lantai
Berdasarkan hasil wawancara dengan perupa Asri, dapat disimpulkan
bahwa elemen selain dinding, dalam hal ini adalah lantai tidak boleh mengalahkan
focus pada dinding dari efek ruang yang diciptakan. Lantai memiliki pengaruh
dalam interior, yaitu:
a. Lantai berwarna pucat
Lantai berwarna pucat memantulkan cahaya. Hal ini akan membuat ruangan
menjadi lebih terang dan terlihat lebih besar. Lantai berwarna pucat dapat
dikombinasikan dengan banyak warna.
b. Lantai berwarna gelap
Lantai berwarna gelap adalah titik awal yang ideal untuk menciptakan
sebuah kekontrasan. Lantai yang gelap dapat dikombinasikan dengan
sempurna dengan warna dinding yang terang atau dengan warna gelap
lainnya yang digunakan sebagai aksen. Warna gelap yang terlalu banyak
dalam kenyataannya akan menciptakan kesan suram dengan kurangnya
cahaya dan atmosfer yang buruk.

2.3.4.2.Dinding
Dinding merupakan factor paling penting bagi sebuah galeri dan harus
menjadi focus utama dibandingkan dengan elemen interior lainnya karena dinding
merupakan tempat dimana lukisan dipamerkan (Nugroho, Asri. Wawancara. 5
Maret 2010). Sebuah galeri seni lukis harus memiliki ruang dinding yang cukup,
lebih baik lagi bila ditambah dengan dinding-dinding yang tidak permanen (dapat
dipindah-pindah).
Ketika sebuah ruang memiliki dimensi yang seragam, warna memiliki efek
tertentu terhadap cahaya:
Dinding yang dicat dengan warna dingin, akan tampak jauh dan
merefleksikan banyak cahaya.
Dinding yang dicat dengan warna hangat, akan tampak dekat dan cenderung
menyerap cahaya.
Dinding yang menjadi tempat untuk sumber cahaya masuk (jendela atau
bukaan lainnya) bila dicat dengan warna terang akan mengurangi kontras,

16
Universitas Kristen Petra
sedangkan ketika dicat dengan warna gelap, akan sangat kontras dan
menimbulkan kesan berat serta dapat menyebabkan iritasi bagi mata yang
melihatnya. Dinding yang berlawanan dengan sumber cahaya (jendela atau
bukaan lainnya) yang secara dominan menerima cahaya, ketika dicat dengan
warna cerah akan bertambah terang, sementara ketika dicat dengan warna gelap
akan menurunkan tingkat keterangan cahaya.

2.3.4.3.Plafon
Berdasarkan hasil wawancara dengan perupa Asri, dapat disimpulkan
bahwa elemen selain dinding, dalam hal ini adalah plafon tidak boleh
mengalahkan focus pada dinding dari efek ruang yang diciptakan. Pada galeri seni
abad pertengahan di Negara barat, plafon merupakan salah satu tempat untuk
memamerkan lukisan yang biasanya langsung dilukis pada plafon. Beberapa
galeri yang masih menganut galeri dengan pencahayaan alami, plafon biasanya
dibuat sebagai skylight sebagai tempat datangnya cahaya alami. Untuk galeri-
galeri modern, plafon berfungsi sebagai tempat untuk lampu.

2.3.4.4.Warna dan Suasana


Warna memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat merubah suatu ruang
dimana warna diaplikasikan untuk mengambil keuntungan dari potensi maksimal
warna dan menghindari efek yang tidak diinginkan. Warna memiliki kemampuan
terbatas untuk mengkarakterisasi dan mentransformasi suasana; efek yang
ditimbulkan bergantung pada kombinasi, nada warna, cahaya dan bentuk dari
permukaan tempat warna diaplikasikan. Warna, pada kenyataannya, sangat
dipengaruhi oleh intensitas dan jenis cahaya yang menyorotnya. Warna terang
memantulkan cahaya sementara warna gelap menyerap cahaya. Suasana sebuah
galeri harus bisa menciptakan sebuah atmosfer dimana para pengunjung dapat
menikmati lukisan dengan warna-warna interior yang tidak mengalahkan
keberadaan lukisan karena lukisan harus menonjol dalam sebuah galeri.

17
Universitas Kristen Petra
2.4. Pencahayaan Galeri Seni Lukis
Pencahayaan adalah fitur yang paling penting dalam sebuah galeri seni
lukis. Pencahayaan yang dapat menyoroti dan menghadirkan lukisan.
Pencahayaan galeri membutuhkan pencahayaan yang fleksibel. Pencahayaan
terdiri dari sumber cahaya alam (pencahayaan alami) dan juga sumber energi
listrik (pencahayaan buatan). Pencahayaan buatan lebih dominan dan merupakan
factor penting dalam galeri seni lukis.

2.4.1. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Material dan Jenis Lukisan


Lukisan dengan jenis yang berbeda memiliki respon pencahayaan yang
berbeda pula baik terhadap pencahayaan alami maupun buatan. Pada tabel 2.1.
kategori material dibagi empat berdasarkan jenis dari benda-benda yang
dipamerkan di museum. Kategori-kategori itu yang akan menjadi patokan
sehingga memudahkan untuk membatasi dari segi UV, dan lainnya. Lukisan
masuk dalam kategori kelas R1 dan R2 yang dibagi berdasarkan jenisnya. Lukisan
cat air masuk ke dalam kategori R1 yaitu merupakan bahan yang cepat rusak bila
terkena reaksi baik dari perncahayaan alami maupun buatan sementara lukisan cat
minyak masuk dalam kategori R2 yang cukup responsive terhadap cahaya.

Tabel 2.1. Empat kategori material berdasarkan respon terhadap cahaya


CIE 157:2004

Sumber: Cuttle (2007, p. 46)

18
Universitas Kristen Petra
2.4.2. Efek Kerusakan dan Gangguan yang Ditimbulkan oleh Pencahayaan
a. Efek cahaya yang dapat merusak lukisan:
UV (Ultraviolet)
Sinar ultraviolet kebanyakan berasal dari sinar matahari (pencahayaan
alami). Adapun yang berasal dari pencahayaan buatan yaitu lampu
fluorescent (neon) dan metal halide. Sinar UV dapat mengakibatkan
terjadinya reaksi photochemical.

Tabel 2.2. Besar Radiasi Ultraviolet (UV) dari Pencahayaan Alami dan
Buatan

Sumber: Rea (2000, p. 538)

IR (Infra Red)
Infra red berasal dari lampu tungsten halogen dan dapat menyebabkan
radiasi panas.
b. Efek dari pencahayaan yang berlebihan mengakibatkan:
Reaksi photochemical
Reaksi ini mirip dengan radiasi panas tetapi sedikit berbeda dan lebih
serius. Akibatnya:

19
Universitas Kristen Petra
- Warna menggelap
- Menguning
- Rapuh
- Perubahan pigmen warna secara dramatis
Radiasi panas
Temperatur naik pada permukaan material objek kemudian merata di
objek sehingga kelembaban hilang dan mengakibatkan:
- Permukaan retak
- Pengelupasan lapisan permukaan
- Warna menjadi pudar

c. Silau
Silau atau glare merupakan faktor pengganggu penglihatan. Silau
didefinisikan sebagai kondisi penglihatan dimana terjadi ketidaknyamanan
ataupun pengurangan kemampuan melihat objek karena adanya
ketidaksesuaian distribusi atau rentang luminansi, maupun karena nilai
kontras yang terlalu besar. Silau dapat terjadi karena radiasi langsung sumber
cahaya ke mata maupun karena pantulan cahaya dari suatu permukaan ke
mata yang dapat mengurangi kemampuan mata melakukan tugas visualnya.
Besarnya sensasi silau dipengaruhi oleh besarnya luminansi sumber cahaya,
posisi jamaah dan sudut pandang terhadap sumber cahaya serta luminansi
latar belakang ruangan tersebut dimana mata telah beradaptasi. Menurut
sumbernya silau dibedakan menjadi dua jenis yaitu silau langsung dan silau
tidak langsung. Menurut efeknya, silau dibagi menjadi disability glare dan
discomfort glare.
Silau langsung.
Silau langsung disebabkan oleh luminansi yang besar dari sumber cahaya
seperti lampu dan matahari. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya
kejelasan dalam melihat suatu objek. Silau langsung dapat dihindari
dengan mengatur tata letak sumber cahaya terhadap sudut pandang mata.
Silau tidak langsung.

20
Universitas Kristen Petra
Silau tidak langsung disebabkan oleh pantulan dari suatu permukaan
yang mengakibatkan berkurangnya kejelasan objek. Silau tidak langsung
biasanya terjadi pada permukaan mengkilat. Contohnya adalah pantulan
dari monitor komputer.
Disability glare.
Disability glare yaitu silau yang menyebabkan ketidakmampuan melihat.
Disability glare disebabkan oleh radiasi langsung dari sumber cahaya ke
mata, maupun pantulan langsung. Gangguan ini dapat diatasi dengan
mengatur distribusi intensitas cahaya sumber menjadi difus, atau
distribusi tidak langsung.
Discomfort glare.
Discomfort glare yaitu silau yang menyebabkan ketidaknyamanan
melihat. Discomfort glare dapat menurunkan kemampuan mata dalam
melakukan tugas visualnya dan dapat menyebabkan kelelahan mata.
Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi dapat pula
terjadi setelah mata terpapar oleh sumber silau dalam waktu yang lebih
lama.

2.5. Pencahayaan Alami


Pencahayaan alami pada galeri lebih banyak dihindari karena sinar
matahari selain dapat mengganggu penglihatan juga dapat merusak benda yang
dipamerkan. Benda yang bisa dipamerkan menggunakan pencahayaan alami
hanya beberapa benda yang memiliki tingkat kerusakan rendah seperti patung.
Sementara lukisan tidak akan awet bila disinari dengan pencahayaan alami secara
terus menerus.
Penempatan lukisan pada pencahayaan alami tidak bisa sembarangan.
Penempatan yang salah dapat merusak lukisan lebih cepat dari seharusnya.
Pencahayaan alami mengandung sinar UV yang dapat merusak lukisan.

2.5.1. Efek Pencahayaan Alami


Pencahayaan alami membawa efek yang merusak bagi lukisan sehingga
seringkali pencahayaan alami untuk lukisan dihindari. Cara memasang lukisan

21
Universitas Kristen Petra
yang berbeda dapat memberikan efek yang berbeda pula. Berikut ini adalah efek-
efek pencahayaan alami yang ditimbulkan dari cara pemasangan lukisan yang
berbeda:
a. Gambar 2.1. menunjukkan pencahayaan alami menuju langsung ke lukisan
melalui jendela. Hal ini menyebabkan pantulan jendela pada lukisan dan
mengakibatkan detail lukisan menjadi kabur serta mengeringkan atau
merusak warna lukisan.

Gambar 2.1. Lukisan yang menghadap jendela secara langsung


Sumber: Cuttle (2007, p. 57)

b. Gambar 2.2. menunjukkan efek dari lukisan yang dimiringkan ke depan,


untuk bidang refleksi, gambar akan terletak di atas gambar sehingga pantulan
jendela tidak terlihat. Namun, perlu dicatat bahwa dalam contoh ini, dimensi
penting yang menentukan sudut kemiringan adalah ketinggian gambar,
ketinggian pengamat, dan jarak pengamat ke gambar.

Gambar 2.2. Lukisan yang dimiringkan ke depan


Sumber: Cuttle (2007, p. 57)

22
Universitas Kristen Petra
Lukisan yang terkena langsung dengan sinar matahari membuat warna
menjadi lebih pucat dari warna aslinya. Lukisan tampak lebih pudar dan tidak
hidup. Contoh lukisan cat minyak dengan pencahayaan alami:

Gambar 2.3. Lukisan cat minyak dengan pencahayaan alami


(perupa Pensilvania, David Graeme Baker)
Sumber: http://www.drloriv.com/advice/light.htm

2.6. Pencahayaan Buatan dan Efeknya


Banyak karya seni yang rusak dari pencahayaan yang terlalu berlebihan
akibat pencahayaan alami pada galeri seni masa-masa awal, dan hal ini
menimbulkan reaksi menentang pencahayaan alami yang dikemukakan pada
periode rekonstruksi yang mengikuti Perang Dunia II. Pencahayaan buatan
menjadi alternative yang aman, dan galeri-galeri baru seringkali didesain dengan
sedikit atau tidak ada sama sekali akan pencahayaan alami.
Kelebihan pencahayaan buatan:
a. Presisi dan konstansi
b. Cahaya, bayangan bisa ditetapkan dengan level ketajaman pencahayaan
tertentu
c. Kontras dari terang dan warna bisa dihadirkan
d. Efek visual bisa diciptakan dengan korespondensi akurat dan bisa diatur
setiap saat.

2.6.1. Tipe Pencahayaan Buatan


Pencahayaan buatan memiliki berbagai tipe, dilihat dari penempatan dan
fungsinya di ruang tersebut. Berikut ini adalah beberapa tipe pencahayaan buatan

23
Universitas Kristen Petra
pada ruang:
a. Penerangan Umum (Ambient/General Lighting).
Pencahayaan jenis ini merupakan penerangan yang berasal dari sumber
cahaya yang cukup besar/terang, yang cahayanya mampu menerangi
keseluruhan bangunan atau ruang. Pada penerangan jenis ini, lampu biasanya
diletakkan di langit-langit. Dan langit-langit tersebut berfungsi sebagai
reflektor yang meneruskan cahaya/sinar lampu ke seluruh penjuru ruang.
Cahaya lampu jenis inilah yang merupakan sumber cahaya yang paling baik,
karena cahaya yang dihasilkan tersebar merata hampir ke seluruh ruangan.
Lampu yang biasanya digunakan pada penerangan jenis ini adalah lampu
tungsten, lampu hemat energi (LHE), fluoresent lamp. Pencahayaan umum
merupakan bagian penting dalam menciptakan suasana bagi sebuah galeri dan
tidak boleh diremehkan tetapi harus diatur supaya tidak menimpa
pencahayaan aksen yang ingin ditonjolkan.
b. Accent Lighting.
Accent lighting umumnya digunakan untuk menerangi sesuatu yang khusus,
seperti: lukisan, benda seni, rak pada lemari, dan lain-lain. Dalam sebuah
ruang, pencahayaan jenis ini lebih menekankan pada unsur estetika daripada
unsure fungsinya sebagai alat penerangan ruang. Tipe lampu yang biasanya
digunakan untuk penerangan jenis ini di antaranya adalah spotlight, mini spot,
lampu halogen, dan lampu tungsten. Accent lighting dengan lampu berdaya
rendah juga dapat digunakan untuk menampilkan tekstur dinding. Biasanya
fiting lampu dilengkapi dengan reflektor integral yang berguna untuk
merefleksikan cahaya ke arah tertentu.
c. Task Lighting.
Task lighting merupakan jenis pencahayaan yang dipergunakan untuk
mempermudah dan memperjelas pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan di
dalam ruang tersebut. Misalnya untuk bekerja, membaca, belajar, dan lain-
lain. Task lighting yang baik dapat memperjelas pandangan, tidak membuat
mata lelah dan membantu kita untuk lebih fokus pada aktivitas yang sedang
kita lakukan. Berdasarkan bentuk dan peletakkannya, task lighting dapat kita
kelompokkan menjadi:

24
Universitas Kristen Petra
Lampu Berdiri (Standing Lamp)
Lampu berdiri (Standing Lamp) umumnya diletakkan pada sudut ruangan
yang berfungsi sebagai sumber penerang sekaligus sebagai artwork yang
menjadi daya tarik atau aksen di dalam ruangan. Pemilihan lampu jenis ini
juga harus sesuai dengan karakter ruangan. Lampu jenis ini juga bisa
digunakan sebagai lampu baca pada sisi tempat duduk atau tempat tidur
yang tidak memiliki meja nakas (side table).
Lampu Gantung ( Pendant Light ).
Untuk pencahayaan secara menyeluruh (general lighting) yang berfungsi
menerangi area yang luas, lampu gantung (pendant light) juga memiliki
peran yang penting. Lampu ini cukup fleksibel karena posisi serta tinggi
rendahnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Umumnya
diletakkan di tengah ruangan, jenis lampu ini tidak akan “memakan”
banyak tempat.
Lampu Duduk (Table Lamp).
Lampu duduk (table lamp) pada dasarnya memiliki fungsi sebagai sumber
cahaya penerangan pada area terbatas dan juga sebagai lampu baca
personal, biasanya terletak di samping tempat tidur atau sofa. Namun
seiring dengan perkembangannya, penempatan lampu duduk (table lamp)
di area tertentu akan membuat area tersebut menjadi focal point yang
menarik perhatian. Cahaya terbatas yang dipancarkan table lamp akan
menciptakan atmosfir personal yang lebih kental dan hangat, terutama bila
dengan warna cahaya kekuningan.
d. Decorative Lighting.
Terlepas dari fungsinya sebagai sumber cahaya, lampu juga bisa sekaligus
menjadi elemen dekorasi ruangan. Dalam hal ini, lampu memiliki bentuk
tertentu yang unik dan menarik yang dapat mempercantik penampilan
ruangan. Bentuknya yang beragam dan menarik umumnya terletak pada
bagian kapnya, maupun pada bagian rangka lampu itu sendiri. Agar cahaya
yang dihasilkan oleh decorative lighting dapat dinikmati secara optimal,
penerangan di dalam ruang harus ditata secara seimbang, dan juga
disesuaikan dengan general lighting yang ada di ruangan tersebut.

25
Universitas Kristen Petra
2.6.2. Jenis Lampu untuk Galeri Seni Lukis
Masing-masing lampu memancarkan suhu warna yang berbeda-beda
berdasarkan jenisnya. Suhu warna, dinyatakan dalam skala Kelvin (K), adalah
penampakan warna dari lampu itu sendiri dan cahaya yang dihasilkannya.
Bayangkan sebuah balok baja yang dipanaskan secara terus menerus hingga
berpijar, pertama-tama berwarna oranye kemudian kuning dan seterusnya hingga
menjadi “putih panas”. Hal ini merupakan dasar teori untuk suhu warna. Suhu
warna lampu membuat sumber cahaya akan nampak “hangat”, “netral” atau
“sejuk”. Umumnya, makin rendah suhu, makin hangat sumber, dan sebaliknya.

Tabel 2.3. Penerapan Kelompok Perubahan Warna


Kelompok Indeks (Ra) umum
Perubahan perubahan warna Penerapan Khusus
Warna CIE
Diperlukan perubahan warna yang akurat.
1A Ra > 90
Misal pemeriksaan warna cetakan.
Diperlukan pertimbangan warna yang akurat
1B 80 < Ra < 90 penting untuk alasan penampilan.
Misal cahaya peraga.
Diperlukan perubahan warna yang cukup/
2 60 < Ra < 80
moderate.
Perubahan warna memiliki sedikit arti namun
3 40 < Ra < 60
penyimpangan warna tidak dapat diterima
Perubahan warna tidak ada penting sama
4 20 < Ra < 40
sekali, penyimpangan warna dapat diterima.
Sumber: Biro Efisiensi Energi (2005, p. 15).

26
Universitas Kristen Petra
Jenis-jenis lampu yang umum dipakai untuk galeri seni lukis adalah sbb:
a. Lampu tungsten halogen

Gambar 2.4. Lampu halogen


Sumber: www.ilsco.net/images/halogen1.jpg

Ciri-ciri:
- Efficacy – 18 lumens/Watt
- Indeks Perubahan Warna – 1A
- Suhu Warna – Hangat (3.000K-3.200K)
- Umur Lampu – 2-4.000 jam
Kelebihan:
- Lumen per watt lebih besar dan cahaya lebih terang
- Berukuran kecil sehingga menghemat tempat
- Reflektor optik dan lensa dapat mengarahkan pancaran cahaya dengan
tepat
- Memberikan peningkatan kinerja dalam hal efisiensi dan distribusi control
cahaya
- Cahaya yang keluar dapat dikendalikan dengan mudah dengan
menggunakan dimmer, memampukan cahaya diredupkan secara halus,
tanpa berkedip.
Kekurangan:
- Pijaran cahaya lebih panas
- Suhu warna maksimal 3200K (atau 3000K untuk kebanyakan aplikasi)
terbatas. Filter suhu warna bisa ditambahkan, tapi hal ini akan
memproduksi temperature warna yang lebih tinggi, mengurangi efisiensi

27
Universitas Kristen Petra
- Boros energi
- Gas halogen tidak ramah lingkungan
Efek lampu tungsten halogen pada lukisan:
- Lampu halogen dengan watt rendah dapat memberikan pencahayaan yang
baik untuk sebagian besar karya seni.
- Lampu halogen memancarkan sinar UV yang membawa efek buruk bagi
lukisan namun sekarang sudah ada lampu halogen watt rendah yang
memiliki penghalang UV dan sinar inframerah cahaya sehingga sampai
saat ini lampu halogen menjadi pilihan bagi banyak galeri seni lukis.
Contoh lukisan cat minyak dengan penerangan lampu halogen:

Gambar 2.5. Lukisan cat minyak dengan lampu halogen


(perupa Pensilvania, David Graeme Baker)
Sumber: http://www.drloriv.com/advice/light.htm

b. Lampu neon (fluorescent)

Gambar 2.6. Lampu fluorescent


Sumber: en.wikipedia.org/wiki/File:Leuchtstofflampen-chtaube050409.jpg

28
Universitas Kristen Petra
Lampu fluorescent atau lebih sering dikenal sebagai lampu neon adalah
lampu berbentuk tabung yang bagian dalamnya dilapisi fosfor.
Kelebihan:
- Cahaya warna lebih variatif
- Cahaya yang dihasilkan terang dan menyebar (aplikasi teknik wall wash)
Kekurangan:
- Cahaya yang keluar tidak mudah diatur, tidak semudah lampu pijar.
- Lampu fluorescent yang dapat diredupkan biayanya mahal
Efek lampu fluorescent pada lukisan:
- Museum dan galeri tidak menggunakan lampu fluorescent sebagai sumber
pencahayaan lukisan karena lampu jenis ini memberikan sinar UV yang
berbahaya bagi lukisan.
- Lampu fluorescent tidak memancarkan cahaya di seluruh spectrum warna
sehingga beberapa warna dari lukisan kurang menonjol.

c. Lampu neon kompak (Compact fluorescent Lamp / CFL)

Gambar 2.7. Lampu neon kompak


Sumber: Biro Efisiensi Energi (2005, p. 24).

Lampu neon kompak yang tersedia saat ini membuka seluruh pasar bagi
lampu neon. Lampu ini dirancang dengan bentuk yang lebih kecil yang dapat
bersaing dengan lampu pijar dan uap merkuri di pasaran. Lampu ini memiliki
bentuk bulat atau segi empat. Produk yang telah beredar luas di pasaran ini
tersedia dengan gir pengontrol yang sudah terpasang (GFG) atau terpisah
(CFN).

29
Universitas Kristen Petra
Ciri-ciri:
- Efficacy – 60 lumens/Watt
- Indeks Perubahan Warna – 1B
- Suhu Warna – Hangat, Menengah
- Umur Lampu – 7-10.000 jam.

d. LED

Gambar 2.8. Lampu LED untuk Galeri


Sumber: www.lumicrest.com/index.php?main_page=index&cPath=7

LED adalah lampu dengan indicator kecil yang mempunyai intensitas tinggi.
Lampu ini diperkirakan akan semakin banyak dipakai terutama oleh desainer
pencahayaan museum. LED telah memberikan pada curator potensi untuk
meningkatkan level pencahayaan pada area yang sensitif cahaya atau untuk
membuka pameran barang-barang seni yang mudah rapuh dalam jangka
waktu yang lebih lama – yang artinya pengalaman yang lebih baik bagi
pengunjung dan lebih sedikit waktu dan biaya dalam mengganti pameran.
Kelebihan:
- Hemat energi dengan voltase rendah
- Dapat diredupkan
- Tidak menghasilkan panas seperti lampu pijar
- Tidak merusak kesehatan
- Tahan lama
- Tidak menghasilkan sinar UV
Kekurangan:
- Harganya masih mahal
- Pemakaian belum tersebar luas
30
Universitas Kristen Petra
- Cahaya terfokus, tidak bisa menyebar

e. Lampu incandescent (pijar)

Gambar 2.9. Lampu incandescent


Sumber: ilsco.net/images/incandescent1.jpg

Ciri-ciri:
- Efficacy – 12 lumens/Watt
- Indeks Perubahan Warna – 1A
- Suhu Warna - Hangat (2.500K – 2.700K)
- Umur Lampu – 1-2.000 jam.
Kelebihan:
- Lampu ini mengeluarkan warna-warna hangat dalam spectrum warna
seperti merah, coklat, oranye, dan kuning.
Kekurangan:
- Warna-warna dingin akan menjadi datar bila terkena lampu pijar. Lukisan
dengan pemandangan laut yang merupakan komposisi dari biru dan hijau
(warna dingin) tidak akan keluar warnanya dengan lampu pijar.
Contoh lukisan cat minyak dengan penerangan lampu pijar:

31
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.10. Lukisan cat minyak dengan lampu pijar
(perupa Pensilvania, David Graeme Baker)
Sumber: http://www.drloriv.com/advice/light.htm

f. Lampu metal halide

Gambar 2.11. Lampu metal halide


Sumber: rollitup.org/userpix/2_Metal_Halide_Lamps_1.jpg

Ciri-ciri:
- Efficacy – 80 lumens/Watt
- Indeks Perubahan Warna – 1A –2 tergantung pada campuran halide
- Suhu Warna – 3.000K – 6.000K
- Umur Lampu – 6.000 – 20.000 jam, perawatan lumen buruk
- Pemanasan – 2-3 menit, pencapaian panas – dalam waktu 10-20 menit
- Pemilihan warna, ukuran, dan nilainya lebih besar untuk MBI daripada
jenis lampu lainnya. Jenis ini merupakan versi yang dikembangkan dari
dua lampu pelepas dengan intensitas tinggi, dan cenderung memiliki
efficacy yang lebih baik.

32
Universitas Kristen Petra
Kelebihan:
- Warna dan lumen per watt yang dihasilkan lebih baik daripada tungsten
halogen
Kekurangan:
- Bahan yang dipakai merupakan bahan bumi langka

Lampu halogen dan LED menjadi pilihan bagi pencahayaan galeri.


Produsen lampu Lumicrest asal Amerika memfokuskan produknya pada lampu
LED. Pada gambar 2.12. dapat dilihat penggunaan lampu LED pada pencahayaan
sebuah galeri seni yaitu Gallery One Twenty One di Belleville, Ontario. Tampilan
keseluruhan galeri dan karya seni telah sangat ditingkatkan, sedangkan
pencahayaan menggunakan energi total galeri berkurang dari 3.000 watt menjadi
hanya 320 watt.

Gambar 2.12. Pencahayaan Spotlight LED pada Gallery One Twenty One di
Belleville, Ontario
Sumber: www.lumicrest.com/index.php?main_page=page&id=6

Perbandingan antara pencahayaan lukisan yang menggunakan lampu


halogen dan lampu LED dapat terlihat pada gambar 2.13. (a) pencahayaan masih
menggunakan halogen dengan silau berlebihan dan panas. Tiga lampu sorot 75
watt halogen Par30 sedang digunakan di foto ini. Lampu halogen memancarkan
sinar UV yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan karya seni yang tidak
semestinya karena warna memudar prematur.

33
Universitas Kristen Petra
(a) (b)
Gambar 2.13. Perbandingan halogen dan LED pada Gallery One Twenty One
di Belleville, Ontario
Sumber: www.lumicrest.com/index.php?main_page=page&id=6

Pada gambar 2.13. (b) pencahayaan menggunakan LED membuat cahaya


menjadi jernih dan berfokus lembut pada karya seni. Warna dan kedalaman yang
tampak meningkat secara halus. Tiga lampu 10 watt Par30s telah menggantikan
tiga lampu halogen 75 watt Par30 pada bagian galeri ini. Tidak ada sinar UV
berbahaya yang dipancarkan.

2.6.3. Sistem Pemasangan Lampu Galeri Seni Lukis


a. Tetap (tidak dapat bergerak)
Sistem pencahayaan ini bisa diarahkan ke berbagai variasi arah, tetapi rumah
lampu yang sudah tetap dimaksudkan untuk pencahayaan yang sudah pasti
dan bersifat permanen.
Beberapa teknik pencahayaan yang termasuk sistem ini adalah downlight,
uplight, dan washlight. Aplikasi sistemnya berupa:
Tanam
Lampu diletakkan dalam sebuah ceruk yang biasanya berada di dinding,
plafond dan lantai.
Gantung
Lampu dapat digantung di plafon atau dinding sesuai kebutuhan.

34
Universitas Kristen Petra
Salah satu teknik pencahayaan galeri lukis yaitu wall wash dapat memakai
sistem tetap maupun tidak tetap. Untuk sistem tetap, aplikasinya adalah
lampu ditanam atau digantung di plafond dan dinding.

Gambar 2.14. Lampu Teknik Wall wash Sistem Tanam


Sumber: Hotmann dan Rudiger (1992, p. 100)

Gambar 2.15. Lampu Teknik Wall wash Sistem Gantung


Sumber: Hotmann dan Rudiger (1992, p. 100)

b. Tidak tetap (dapat bergerak)


Sistem ini berlawanan dengan sistem tetap karena dapat dipindah ke berbagai
lokasi dan arah. Posisinya tidak paten dan bisa diatur sesuai kebutuhan.
Beberapa teknik pencahayaan yang termasuk sistem ini adalah spotlight dan
wall wash. Aplikasi sistemnya berupa:
Rel
Rel dipasang di plafon dengan panjang rel sesuai kebutuhan (vertical,
horizontal) dan lampu dipasang di rel. Lampu bisa digeser dan berotasi
3600. Rel juga dapat dipasang di dinding dengan berat yang terbatas karena
bila terlalu berat maka ada kemungkinan jatuh.

35
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.16. Lampu Teknik Wall wash Sistem Rel
Sumber: Hotmann dan Rudiger (1992, p. 103)

Gambar 2.17 Lampu Teknik Spotlight Sistem Rel


Sumber: Hotmann dan Rudiger (1992, p. 102)

Kelebihan:
- Paling fleksibel dalam penempatan dan pengarahan lampu, dapat
diaplikasikan dimana saja dengan panjang yang dapat diatur
- Memberikan variasi yang luas pada lampu rel, diarahkan dan digerakkan
kemanapun
- Dapat disambung dengan penjepit khusus rel / konektor untuk variasi rel
sesuai kebutuhan sehingga membentuk L, T, dan +

36
Universitas Kristen Petra
- Dapat mendukung 4 fungsi dasar, yaitu sebagai lampu untuk aksen,
dinding, ambien, dan task lighting
Kemampuan akomodasi lampu dalam 1 rel menurut ukurannya:
- Rel kecil: 30 – 50 W
- Rel sedang: 75 – 100 W
- Rel panjang: 150 – 300 W
Kebutuhan unit lampu dalam 1 rel spotlight untuk pencahayaan lukisan:
- 1 unit lampu spotlight untuk lukisan ukuran kecil
- 2 atau lebih untuk lukisan ukuran yang lebih besar
c. Struktur lampu
Struktur lampu adalah sistem yang terdiri dari elemen-elemen modular yang
dapat berupa rel, tabung tubular atau panel yang biasanya disusun dengan
sambungan-sambungan tertentu. Sistem ini sangat fungsional dan sifatnya
seringkali tidak permanen. Lampu dengan sistem tidak tetap (dapat bergerak)
seperti spotlight, dapat dipasang dan dioperasikan pada struktur lampu.
Galeri seni lukis sering menggunakan spotlight dengan sistem rel untuk
pencahayaan lukisan karena paling fleksibel. Spotlight yang dipasang di struktur
lampu berupa sekat-sekat panel juga digunakan untuk galeri dengan pameran
temporer.

2.6.4. Sistem Pencahayaan Buatan Galeri Seni Lukis


Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka
diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
pencahayaan di ruangan secara umum dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:
a. Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,
tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan
yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan
cahaya. Sistem ini paling banyak digunakan di galeri seni dengan tujuan
menyinari lukisan secara langsung.
b. Sistem pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)

37
Universitas Kristen Petra
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.
Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi.
Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki
effisiensi pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan
antara 5-90%.
c. Sistem pencahayaan difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah
bayangan dan kesilauan masih ditemui.
d. Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Pada sistem ini masalah
bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
e. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar
seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian
dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi
effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan di bawahnya.

2.6.5. Teknik Pencahayaan Buatan Galeri Seni Lukis


Pencahayaan buatan memiliki beberapa teknik yang dapat diaplikasikan
untuk penerangan galeri. Teknik yang paling umum digunakan adalah teknik wall
wash dan spotlight. Berikut ini adalah teknik-teknik pencahayaan buatan galeri
lukis:
a. Wall wash
Wall wash didesain untuk memberikan pencahayaan yang seragam, biasanya
berupa dinding, plafon, dan lantai. Wall wash menggunakan reflector khusus

38
Universitas Kristen Petra
untuk menghasilkan sorotan yang asimetri, yang menerangi seluruh dinding
dari atas hingga bawah dan mengeliminasi efek kerudung. Pada galeri lukis,
metode ini dipakai untuk memperoleh pencahayaan merata pada bidang
vertical yang besar (lukisan ukuran besar). Selain itu, dapat menghindari
refleksi-refleksi yang mengganggu. Jenis lampu yang bisa dipakai untuk
menghasilkan teknik ini adalah halogen, metal halide, dan lampu neon (tipe
linear dan kompak).

Gambar 2.18. Teknik wall wash dengan lampu pijar PAR (Nationalgalerie,
Berlin)
Sumber: Cuttle (2007, p. 148)

Gambar 2.19. Teknik wall wash dengan lampu neon gantung


(Sprengel Museum, Hannover, Jerman)
Sumber: Cuttle (2007, p. 149)

b. Spotlight (Pencahayaan vertical)


Spotlight biasa digunakan untuk lukisan ukuran kecil dan sedang atau panel
label yang digantung di dinding.

39
Universitas Kristen Petra
Spotlight termasuk pencahayaan vertical yaitu pencahayaan yang ditujukan
untuk menghadirkan dan menciptakan lingkungan visual. Selain itu juga
dimaksudkan untuk memberi penekanan pada fitur-fitur karakteristik dan
elemen-elemen yang dominan di lingkungan visual.
Efek dari pencahayaan tergantung juga kepada cara pemasangan lukisan.
Pada lukisan yang diletakkan lurus secara vertikal (gambar 2.20)
kemungkinan adanya refleksi lebih besar. Pada viewer 1 tidak ada masalah
tetapi untuk viewer 2 kerudung refleksi akan terjadi dan bertepatan dengan
lukisan.

Gambar 2.20. Refleksi gambar pencahayaan pada plan lukisan vertical


Sumber: Cuttle (2007, p. 165)

Pada lukisan yag digantung miring ke depan (gambar 2.21) tidak ada yang
mengalami kerudung refleksi, tetapi permukaan dindingnya harus pekat untuk
memastikan tidak ada pantulan.

Gambar 2.21. Refleksi gambar pencahayaan pada plan lukisan miring


Sumber: Cuttle (2007, p. 165)

40
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.22 dan 2.23 dari 2 referensi yang berbeda menunjukkan hubungan
antar jarak dan dimensi pencahayaan dapat membantu supaya bisa
menemukan jarak yang sesuai untuk lukisan yang akan dipamerkan.

Gambar 2.22. Interrelasi jarak dan dimensi untuk pencahayaan benda 2


dimensi referensi 1
Sumber: Rea (2000, p. 540)

Gambar 2.23. Interrelasi jarak dan dimensi untuk pencahayaan benda 2


dimensi referensi 2
Sumber: Cuttle (2007, p. 167)

41
Universitas Kristen Petra
Dari kedua referensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa sudut yang pantas
untuk luas pencahayaan oleh spotlight adalah 300-350. Jarak X (lampu ke
lukisan) bisa bervariatif tergantung besar lukisan. Semakin kecil lukisan maka
jarak X juga semakin kecil.

Teknik pencahayaan dengan spotlight ada bermacam-macam seperti yang ada


pada gambar-gambar di bawah ini. Gambar 2.17. menunjukkan galeri yang
memakai spotlight namun tanpa ada yang menjadi focus sama sekali karena
pencahayaan wall wash dominan . Bias cahaya relative tinggi menyebabkan
ruangan menjadi terang dan efek spotlight kurang terlihat.

Gambar 2.24. Spotlighting untuk lukisan dengan ruangan besar dan plafon
tinggi, dengan bias cahaya yang relative tinggi
(Queensland Art Gallery, Brisbane, Australia)
Sumber: Cuttle (2007, p. 168)

Gambar 2.18. memakai spotlight dengan ruangan yang rendah pencahayaan


dengan tujuan setiap lukisan yang dipamerkan memiliki wilayah sendiri
ditandai oleh cahaya yang menonjol secara individu.

42
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.25. Spotlighting dengan bias cahaya rendah
(National Gallery of Victoria, Melbourne, Australia)
Sumber: Cuttle (2007, p. 169)

Gambar 2.19. menunjukkan pemakaian spotlight dengan cahaya relative


rendah dan menggunakan diffusing filter. Pemakaian spotlight seperti ini
digunakan untuk memperhalus tudung yang biasanya dimiliki oleh spotlight.

Gambar 2.26. Spotlighting dengan bias cahaya rendah dengan batas bias halus
dan samar.
Sumber: Cuttle (2007, p. 169)

c. Floodlight
Teknik ini menghasilkan sorotan yang lebar dan simetri, efektif untuk
digunakan pada pencahayaan lukisan berukuran besar dan menyorot plafon.
Tujuannya adalah untuk memberikan pencahayaan yang menyebar rata dan
menyeluruh pada ruang. Lampu untuk floodlight biasanya berupa lampu

43
Universitas Kristen Petra
dalam sebuah kotak berlapis kaca. Biasanya dipakai untuk mengatur setting
pencahayaan pada sebuah tempat untuk mengatur suasana pencahayaan awal.
d. Framing Projector / Framing Spotlight
Teknik ini menghasilkan sorotan cahaya yang tepat yang bisa dibentuk sesuai
dengan ukuran lukisan yang akan disorot dengan menghasilkan cahaya di
sekeliling lukisan seperti membingkai lukisan. Untuk menghasilkan teknik ini
dibutuhkan reflector khusus, lensa, dan alat pengatur cahaya untuk
membentuk sorotan cahaya. Optik yang dimiliki serupa dengan slide
projector sehingga focus cahaya dapat jatuh tepat di permukaan terutama
untuk membentuk segi. Beberapa pembatasan harus diterapkan dalam
menggunakan teknik ini, karena jika dilakukan berlebihan maka penampilan
yang tidak wajar dapat terjadi. Lukisan bisa jadi kehilangan penampilan cat di
atas kanvas dan lebih mirip suatu transparansi terutama dimana cahaya di
sekelilingnya rendah.
Gambar 2.. menunjukkan teknik framing spotlight pada lukisan berukuran
besar, sementara pada gambar 2.. menunjukkan teknik framing spotlight pada
lukisan berukuran kecil, masing-masing dengan sorotan cahaya yang sudah
disesuaikan. Teknik ini menonjolkan warna-warna dari sebuah lukisan.

Gambar 2.27. Framing Spotlight pada Lukisan Besar di Calouste Gulbenkian


Museum, Lisbon
Sumber: Cuttle (2007, p. 170)

44
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.28. Framing Spotlight pada Lukisan Besar di Calouste Gulbenkian
Museum, Lisbon
Sumber: Sumber: Cuttle (2007, p. 170)

Cara alternative lain untuk pencahayaan sebuah lukisan adalah dengan


menggunakan kombinasi antara pencahayaan konvensional dan framing
spotlight yang mengelilingi lukisan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2..
Dengan teknik ini akan meningkatkan kecerahan dan ketajaman warna pada
lukisan tersebut.

Gambar 2.29. Kombinasi Pencahayaan Intensitas Rendah dan Framing


Spotlight di Musée de Beaux Arts, Lille, France
Sumber: Cuttle (2007, p. 170)

45
Universitas Kristen Petra
2.6.6. Kerangka Pola Berpikir

Kajian Efek Pencahayaan Buatan pada Galeri Seni Lukis Orasis Art Gallery,
Sozo Art Space dan AJBS Gallery di Surabaya

Konsep

Pencahayaan Buatan

Efek Pencahayaan Buatan

Hubungan langsung Hubungan tidak langsung

- Interior - Eksisting
- Jenis lampu - Main entrance
- Sistem pemasangan lampu - Efek pencahayaan alami
- Sistem pencahayaan buatan
- Teknik pencahayaan buatan

Gambar 2.30. Kerangka Pola Berpikir

Keterangan:
Hubungan langsung: kategori-kategori yang berhubungan langsung dengan
pencahayaan buatan, secara nyata dapat kita lihat dan rasakan efeknya saat
berada di dalam sebuah ruang.
Hubungan tidak langsung: kategori-kategori yang tidak berhubungan
langsung dengan pencahayaan buatan, dan yang efeknya tidak selalu dapat
dirasakan, misalnya pada saat-saat tertentu seperti siang hari.
Kategori-kategori yang dipakai sebagai aspek penilaian berjumlah 13,
yaitu konsep serta aspek dalam hubungan langsung dan hubungan tidak langsung.
Aspek yang teridentifikasi dari hubungan langsung terdiri dari: interior (lantai;
dinding; plafon; warna dan suasana); jenis lampu; sistem pemasangan lampu;
sistem pencahayaan buatan dan teknik pencahayaan buatan. Aspek yang
teridentifikasi dari hubungan tidak langsung terdiri dari: eksisting; main entrance;
efek pencahayaan alami.
46
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai