Anda di halaman 1dari 17

III.

KAJIAN FUNGSI

III.1 Studi Literatur

III.1. A. Pengertian Galeri Seni

Galeri seni adalah ruangan atau gedung tempat memamerkan bendae atau karya seni. Kata galeri awal
mula berasal dari bahasa latin yang berbunyi galleria. Galleria pada zamannya memiliki arti sebuah
bangunan yang salah satu sisinya terbuka tanpa pintu atau bisa juga disebut ruang terbuka yang dibatasi
dinding dan berbentuk U. Galeri terkadang dikenal sebagai ruangan panjang di tingkat atas (loteng).
yang biasanya sering kita jumpai pada rumah bergaya arsitektur Elizabethean dan Jacobean. Menurut
Rahmat Budi Santoso, pada artikel Galeri, Bisnis, Dandan, Apresiasi, Pikiran Rakyat 1995, mengatakan
bahwa di dalam Bahasa Inggris, Sebuah galeri merupakan tempat untuk memajang barang-barang
(display barang) hasil produksi pabrik. Secara singkat bahwa galeri adalah sebuah ruang panjang untuk
memamerkan aneka barang yaitu barang yang biasanya eksklusif. Namun, kata galeri di dalam
terminologi seni, menurut beliau pula, memiliki arti yang berbeda pula. Galeri bukan lagi kata benda yang
tak memiliki kehendak, melainkan suatu bentuk sifat yang mampu mempengaruhi identitas dan
keberadaan suatu karya seni pada satu kurun waktu tertentu. Lebih umumnya disimpulkan bahwa suatu
galeri dapat mmenentukan keberlangsungan satu peristiwa seni rupa.

Pernnyataan Rahmat Budi Santoso hampir sejalan dengan pendapat yang diusung oleh Dee Ito. Di dalam
buku Careers in the Visual Arts 1993, beliau berpendapat bahwa galeri memiliki konotasi dua maksud,
yaitu galeri yang digunakan sebagai pameran dan yang digunakan sebagai jualan. Maksudnya adalah
sebuah galeri bisa untuk tujuan ideal (non-komersial) maupun tujuan realistis (komersial). Namun alhasil
bahwa istilah galeri mengacu pada sebuah tempat atau ruang pamer karya seni. Sedangkan menurut
pemilik Duta Fine Art Gallery Jakarta, Basuki Wiwoho, menegaskan bahwa peranan galeri pada
hakikatnya adalah menampilkan suatu bentuk apresiasi. Galeri secara ideal semestinya tidak perlu
menjual barang non seni. Hal ini tentunya akan menggeser fungsi sebuah galeri menjadi art shop/art
house semata.

Disimpulkan bahwa sebuah galeri seni merupakan ruang atau wadah untuk mengapresiasikan karya seni.
Apresiasi yang dimaksud adalah apresiasi yang mencakup tujuan ideal (non-komersil) dan tujuan realistis
(komersil).

18
III.1. B. Tinjauan Galeri Seni

Galeri seni secara umum didefinisikan sebagai bangunan atau ruang untuk eksibisi seni. Bangunan ini
bisa bersifat publik ataupun privat dengan kepemilikan karya kesenian sebagai pembeda nya. Menurut
Wikipedia lukisan menjadi salah satu karya seni popular yang pasti ditampilkan pada sebuah galeri seni
selain itu juga ada karya seni patung, dekorasi, furnitur, seni tekstil, seni kostum, seni lukisan murni,
fotografi, hingga seni instalasi , meskipun secara umum lebih focus pada penyajian ruang untuk materi
karya seni.

Jenis-Jenis Galeri Seni menurut Tybor De Nagy. Salah satu seorang seniman lukis dan pematung asal
amerika serikat dibedakan menjadi tiga :

1. Galeri pionir
Galeri pionir adalah galeri yang yang banyak mengandung eksperimentasi kerja seniman perupa.
Galeri ini berkegiatan tanpa harus mencari laba (income). Jadi galeri ini lebih mengutamakan
proses eksperimentasi dan seniman perupa. Galeri pionir terbilang cukup sedikit. Galeri pionir
bisa berupa bengkel seni pribadi milik seniman tersebut.
2. Galeri Semi-Pasar
Galeri Semi Pasar adalah sebuah galeri dimana mereka mendukung seniman-seniman yang telah
dikenal publik.. Galeri ini terbilang lebih mengutamakan senimannya daripada karya yang sedang
dipamerkan.. Galeri ini termasuk galeri yang mencari laba dengan cara menjual nama-nama
terkenal sang seniman.. Tipe galeri ini bisa dikatakan berjumlah banyak di Indonesia.
3. Galeri Interior
Galeri Interior adalah sebuah galeri yang menjual karya seni untuk kebutuhan-kebutuhan hiasan
interior atau keperluan lain tanpa menghiraukan eksistensi dan nama seniman terkait.. Galeri ini
lah yang disebut dengan art shop atau art house.

Jenis-jenis galeri seni berdasarkan tempat penyelenggaraan dibedakan menjadi :

1. Traditional Art Gallery


Galeri seni yang aktivitas diselenggarakan di selasar atau lorong panjang.
2. Modern Art Gallery
Galeri dengan perencanaan ruang secara modern.

Jenis-jenis galeri seni berdasarkan sifat kepemilikan dibedakan menjadi :

1. Private Art Gallery

19
Galeri seni yang dimiliki oleh seorang seniman untuk dijadikan bengkel mereka sekaligus ruang
pamer..
2. Public Art Gallery
Galeri dengan dengan konsep umum.

III.2. A. Prinsip-Prinsip Perancangan Galeri Seni

Bagian terpenting dalam Galeri Seni adalah ruang pamer, dalam proses mendesain, ruang pamer perlu
mendapatkan perhatian yang khusus, karena ruang pamer merupakan jantung dari museum/galeri seni.
Ruang pameran pada museum/galeri seni idealnya dialokasikan bersama-sama atau berdekatan, hal ini
akan memfasilitasi perawatan keamanan dan kondisi lingkungan. Pameran membutuhkan kekokohan dari
tipe museum atau galeri, contohnya museum atau galeri seni sangat peduli dengan permukaan dari
tampilan pada dinding itu juga. Ruang pameran dalam museum/galeri seni mempunyai perbedaan tipologi
arsitektural, kualitas cahaya, proporsi ruang, finishing, dan material dapat dibuat pada tiap bagian besar
yang natural dan skala dari pekerjaan yang sedang dipresentasikan. Kunci dari mengatur program
pameran yang aktif adalah memfasilitasi perubahan dan mempromosikan efisiensi dari instalasi yang ada.
Ruang pamer pada museum/galeri seni dapat berupa ruang seperti kamar atau seperti grand hall.

Terkait dengan perancangan ruang pameran, penataan ruang berarti mengorganisir unsur-unsur, seperti
pengamat, karya seni, benda pendukung karya seni dan aksesories ruang dengan tujuan agar ruang
tersebut mudah diakses serta nyaman dalam proses interaksi. Ruang pamer memiliki beberapa syarat yang
harus dipenuhi, antara lain benda yang dipajang atau dipamerkan harus benar-benar terlindung dari
pengerusakan, pencurian, kebakaran, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu.

Berikut adalah prinsip-prinsip perancangan pada ruang display:

1. Desain ruang-lantai dan sirkulasi pengunjung


Ruang menurut konsep teknis dibagi menjadi dua, yakni ruang luar dan ruang dalam, masing-
masing ruang memiliki penanganan yang khusus, terutama ruang dalam. Ruang pamer pada
museum/galeri seni harus memiliki kondisi visual sekitar yang bersih dan tertata. Hal yang harus
diperhatikan dalam penanganan ruang dalam adalah luas ruangan, dinding, plafon, lantai, kusen,
langit-langit, pintu, dan jendela. Pada umumnya, tinggi minimum dinding display pada
museum/galeri seni adalah 3,7 meter, untuk kefleksibelan bagi pameran seni, tinggi yang
dibutuhkan hingga plafon adalah mencapai 6 meter. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mendesain ruang pamer karya yang terkait dengan display, antara lain:

20
2. Estetika peletakan
3. Hubungan antar karya. menjaga jarak, mencari hubungan yang khas, seperti aliran, gaya,
komposisi warna, dan konsep lainnya
4. Penulisan teks dan peletakan label (labelisasi) keterangan karya, seperti ukuran, judul, perupa dll.
5. Intensitas kesadaran tentang bahan yang dipakai dalam karya seni. Selain hal-hal tersebut, masih
terdapat metode yang dapat digunakan dalam penataan ruang yang berukuran besar, yaitu
mapping atau pemetaan. Metode pemetaan bergantung pada fungsi untuk mengolah sirkulasi dan
perjalanan penonton. Dalam ruang juga diperlukan fasilitas lain seperti panel (skesel) atau
dinding pembatas bongkar pasang (dinding temporary), agar tidak memunculkan ruang-ruang
sisa. Luas minimal dari pembagian dinding temporary adalah sekitar 12-15 meter. Dalam
pertimbangan dan penekanan desain pola sirkulasi, dibutuhkan dua pintu keluar untuk semua
ruang pameran.

III.2. B. Desain Ruang Dan Sirkulasi

Secara teoritis, ruang terbagi menjadi 2, yaitu ruang dalam (indoor) dan ruang luar (outdoor). Masing-
masing ruang tersebut memiliki kriteria dan penanganan khusus, terutama ruangan dalam.

Sumber : Chiara, Joseph De. (2001). Time-Saver Standard ForF Building Types Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Di dalam ruang pameran, harus memiliki kondisi visual yang menunjang kualitas nilai dan fisik suatu
karya seni. Visual harus bersih, tertata, nyaman, dan sehat. Hal pertama yang menjadi pertimbangan
adalah perencanaan ruang, seperti luas ruang, kualitas dinding, plafon, lantai, kusen, pintu, dan jendela.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penciptaan kualitas ruang adalah :

21
1. Ruang pameran harus bisa memperkuat dan mempromosikan tangkapan visual pengunjung
dengan materi karya seni yang dipamerkan,
2. Menerapkan prinsip sirkulasi bebas pada pengunjung untuk durasi kunjung yang dinamis.
3. Ruang pameran sebaiknya berdekatan, untuk mempermudah pengamanan dan pengondisian
lingkungan.
4. Perhatikan penggunaan cahaya alami (matahari) untuk ruang dalam, karena menimbulkan
gelombang sinar yang kurang baik (UV).
5. Tinggi dinding display minimal 12 kaki / 3,7 meter, dan tinggi plafon galeri kontemporer)
mencapai 12 meter.
6. Pengelompokan karya materi dengan dinding temporer dengan jarak normal 12 meter hingga 15,2
meter

Sumber : Chiara, Joseph De. (2001). Time-Saver Standard ForF Building Types Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Selain pencipataan ruang, hal lain yang perlu diperhatikan adalah tata display, yaitu:

1. Perhatikan estetika peletakan materi karya seni,


2. Hubungan antara karya jarak antara karya mencari hubungan pengelompokan (aliran, gaya,
komposisi ,warna),dan konsep lainnya..
3. Penulisan caption dan label, ukuran, komposisi,dll.

Di dalam perencanaan pola sirkulasi, perlu diperhatikan terlebih dahulu jenis-jenis pola sirkulasi yang
akan diterapkan pada ruang eksibisi. Pola-Pola sirkulasi mempengaruhi efektifitas pemaparan karya
dengan kenyamanan visual pengunjung terhadap keberadaan ruangan pameran. Terdapat 5 jenis pola
sirkulasi pengunjung, yaitu :

22
1. Arteri 2. Sisir 3. Rantai 4. Kipas 5. Blok

Sumber : Chiara, Joseph De. (2001). Time-Saver Standard For Building Types Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Selain itu terdapat 5 jenis pola sirkulasi dala ruang pameran berbentuk persegi panjang, yaitu:

1. Linier
2. Bebas
3. Koridor
4. Rongga
5. Campuran

Sumber : Chiara, Joseph De. (2001). Time-Saver Standard ForF Building Types Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill.

III.2. C. Faktor Pencahayaan

Cahaya memiliki peranan penting dalam bangunan galeri seni. Pencahayaan memiliki andil dalam
penciptaan kualitas karya seni. Setiap pencahayaan yang baik dan benar akan memberi nilai tambah pada
kualitas ruang dan kualitas materi karya seni. Cahaya terbagi menjadi 2 yaitu cahaya alami dan cahaya
buatan. Cahaya yang bisa ditangkap mata adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-700 nanometer
(cahaya tatampak), dibawah 400nm (UV) dan diatas 700nm (IR). Keawetan dandan kerusakan yang
terjadi pada materi karya seni berasal dari ketiga jenis cahaya tersebut. Sinar UV bisa menyebabkan
perubahan struktur kimia pada materi karya seni sedangkan sinar IR cenderung memberi kalor (panas).

Kebutuhan cahaya pada ruang pameran akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan karakteristik karya
seni. Peletakan titik sumber cahaya memerlukan perhitungan khusus, karena setiap ruang pameran
dikategorikan dalam 5 macam, yaitu very sensitive, sensitive, less sensitive, storage, dan handling.
Cahaya buatan lebih berfungsi sebagai efek dramatisasi karya seni sedangkan cahaya matahari digunakan

23
untuk penerangan ruang secara keseluruhan. Kerusakan karya seni pada galeri seni diakibatkan oleh
beberapa faktor, salah salah satunya akibat pencahayaan, yaitu :

Adanya sejumlah cahaya ultraviolet dalam sumber cahaya yang sering disebut nilai UV degan
satuan mikrowatt per lumen (mW/lumen).
Adanya nilai intensitas iluminasi cahaya, yaitu terang tidaknya cahaya yang mengenai koleksi.
Nilai ini dinyatakan dalam satuan lux (lumen/cm2). Makin tinggi intensitas cahaya maka nilai lux
akan makin tinggi.. Sebagai perbandingan nilai 10lux = cahaya 1 batang lilin. Koleksi yang
sangat sensitif seperti tekstil direkomendasikan dibawah 50 lux.
Lamanya waktu paparan cahaya yang bersifat kumulatif pada koleksi, yang akan mempercepat
terjadinya kerusakan. Makin sering koleksi terkena cahaya, beberarti makin banyak intensitas
cahaya yang mengenai koleksi, maka koleksi makin rusak.

III.2. D. . Faktor Temperatur

Temperatur rendah lebih baik untuk hasil karya seni yang dipamerkan, yaitu 20C - 21C. Beberapa galeri
seni dan musem memperbolehkan transisi yang lambat untuk temperature dan titik kelembaban, dengan
lebih mentolerir variasi temperatur daripada variasi kelembaban udara, sehingga temperatur harus diatur
lebih tinggi dari pada kelembaban.

Sumber : Philadelphia Museum of Art :http://wwwhttp://philamuseum.org/conservation/10rg/conservation/10..html?page=3html?page=3

24
III.2. E. . Ukuran Kelembaban

Material dan koleksi karya seni dibuat secara khusus dan sangat sensitif terhadap perubahan sekecil
apapun pada titik kelembaban (RH). Maka dari itu kelembaban udara yang konstan diperlukan dalam
ruang pameran. Kelembaban udara yang direkomendasikan secara konstan, yaitu 50% RH level/tahun.
Angka 50% merupakan standar yang tinggi, dalam perancangannya desain harus menggunakan ruang
lainnya, seperti sirkulasi public dan lobi.

Sumber: Johnson,Johnson, J. S. (1999)..Museum Handbook.. NewNew York : National York : National Park Service.

III.2 F. . Pelapis Eksterior

Konstruksi dan material dinding dan atap harus mampu menghindari dari panas termal. Dinding eksterior,
atap dan lantai harus memberikan perlingdungan berkelanjutan dari uap air. Jendela dan skylight harus
dapat mengurangi sinar ultraviolet dan sinar infrared dari cahaya matahari, serta terdapat penghalang
cahaya yang kurang baik, sehingga sinar matahari yang masuk ke setiap ruangan pada museum/galeri seni
adalah pencahayaan alami yang baik. Jendela yang digunakan adalah jendela yang dapat dikendalikan,
selain itu area yang tidak menampilkan hasil karya seni harus memiliki pencahayaan alami dalam jumlah
banyak.

III.3. Karya-Karya Seni Rupa 2 Dimensi Dan 3 Dimensi .

III.3. A. Seni Lukis

Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa, lukisan sebagai hasil karya seni lukis merupakan kegiatan
pengalaman estetik dalam mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk
mendapat kesan tertentu. Pada awalnya seni lukis atau seni gambar merupakan karya ilustrasi untuk
menerangkan atau memberi keterangan kepada orang lain. Unsur yang terdapat dalam lukisan antara lain
garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Terdapat beberapa metode dalam memamerkan karya seni
lukis , anatara lain:

25
1. Meletakkan atau menggantungkan karya seni lukis pada dinding galeri.

2. Hanging Object, memamerkan karya seni lukis dengan cara digantung.

3. Menggunakan panel tambahan dalam memamerkan karya seni lukis. Panel tambahan membantu
mempresentasikan karya seni lukis, selain itu panel tambahan dapat digunakan sebagai pembentuk dan
pengarah sirkulasi.

Seni lukis dalam pembuatan hasil karya banyak menggunakan metode yang non-konvensional, media
bahan atau peralatan yang digunakan dalam menghasilkan karya seni beragam dan bebas.

Contoh-contoh seni rupa lukisan dari beberapa macam aliran langgam : sumber google

4. Teknik audiovisual, menggunakan bantuan teknologi maju dengan menggunakan editing komputer dan
proyektor atau LCD, yang termasuk dalam metode ini antara lain slide, videotape, videodisc, film, project
dioramas.

5. Demonstrasi langsung dari seniman.

Aliran dasar pada seni lukis adalah surrealisme, kubisme, Klasik dan romantisisme. Ada beberapa aliran
lain seni lukis yang berkembang seperti ekspresionalisme, abstrak, fauvism, neo-impresionalisme,
realisme, naturalisme, dadaisme, Art Deco/De Stijl, Pop Art

III.3. B. Seni Gafis

Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya mengunakan teknik cetak, biasanya
di atas kertas.4 Teknik cetak adalah proses menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah yang
banyak, baik pencetakan yang berupa teknik manual (sablon, cukil) maupun yang sudah digital (digital
printing) . Metode dalam memamerkan atau mempresentasikan karya seni grafis hampir sama dengan
metode presentasi karya seni lukis.

26
Contoh-contoh seni grafis dengan berbagai teknik sablon, cukil, Engraving dan digital : sumber google

Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya
seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah:
plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan
kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-
tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang
dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern masing-masing karya
ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.

Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai berikut:

1. Cukil Kayu (Wooden Cut Art)


2. Engraving
3. Etsa
Mezzotint
Aquatint
Drypoint
4. Litografi
5. Cetak Saring
Silkscreen printing (Sablon Manual)
Stensil
6. Cetak Digital
Digital Printing

27
III.3. C. Seni Instalasi

Berdasarkan etimologinya, kata instalasi memiliki arti pemasangan, seni intalasi adalah cabang seni rupa
yang memasang, menyatukan, dan mengkonstruksi sejumlah benda yang dianggap merujuk pada suatu
konteks yang memiliki makna tertentu. Konteks yang diangkat dalam konep seni instalasi seperti
persoalan-persoalan social-politik dan hal yang bersifat kontemporer atau yang sedang hangat
dibicarakan. Dalam konteks visual, seni instalasi merupakan penyajian karya seni visual tiga dimensional
yang memperhatikan elemen-elemen ruang, waktu, suara, cahaya, gerak dan interaksi pengunjung
pameran sebagai konsepsi akhir.

Contoh-contoh Seni instalasi : sumber google

Metode yang digunakan dalam memamerkan karya seni instalasi kontemporer banyak menggunakan
metode non-konvesional dan unik dengan melibatkan pengunjung pameran secara aktif dan langsung
dalam mengapresiasi karya seni instalasi yang ada, metode yang digunakan antara lain:

1. Pengunjung diajak aktif secara fisik, seperti melihat benda-benda kecil dengan menggunakan
mikroskop.

2. Metode pengunjung aktif, misalnya pengunjung menekan tombol tertentu untuk menggerakan sesuatu.

3. Pengunjung memanfaatkan permainan atau fasilitas yang disediakan untuk merangsang keingintahuan.

4. Demonstrasi langsung dari seniman melalui performance art baik dengan atau tanpa melibatkan
pengunjung.

5. Pengunjung diajak aktif secara intelektual.

28
Wujud presentasi karya seni instalasi dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Fastened Object, mempertahankan benda pada suatu posisi tertentu (posisi tempat)

2. Enclose Object, melindungi benda pamer dengan memberikan pagar atau kaca

3. Unsecured Object, tidak memberikan penjagaan dan m\pengamanan khusus pada benda yang
dipamerkan

4. Animated Object, benda pamer digerakan untuk memunculkan atraksi yang menarik perhatian
pengunjung

5. Diorama, benda yang dipamerkan meniru bentuk benda yang asli

6. Teknik simulasi, mengajak mengalami pengalaman visual tertentu dalam pameran

III.3. D. Seni Patung

Seni patung disebut juga dengan seni pahat. Seni ini adalah cabang dari hasil karya berwujud 3 dimensi.
Biasanya diciptakan dengan teknik memamahat, modeling (bahan tanah liat) atau kasting (pencetakan).
Menurut Mikke Susanto, seni patung adalah sebuah tipe karya 3 dimensi yang bentukanya dibuat dengan
metode subtraktif dan aditif. Seni patung berkembang dari zaman ke zaman. Terdapat beberapa gaya seni
patung, mulai dari Romawi Klasik , Yunani, hingga seni patung modern kontemporer.

Menurut G. Sidharta, media seni patung adalah berupa bahan, alat dan teknik yang diperlukan dalam
pembuatannya. Bahan terbagi menjadi 3 macam yaitu bahan lunak (tanah, lilin, sabun), bahan sedang
(kayu) dan bahan keras (batu, semen, perunggu, emas). Masing-masing bahan tentunya akan
memperngaruhi cara mempresentasikan dan perlakuanya.

Contoh-contoh Seni Patung: sumber google

29
III.4 Tinjauan Pameran Seni

Pameran berasal dari kata dasar pamer yang berarti menunjukkan sesuatu yang dimiliki kepada
orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan Secara luas diartikan
sebagai kegiatan penyajian objek atau produk untuk dikomunikasikan kepada masyarakat luas.
Pameran seni adalaha sebuah kegiatan memamerkan hasil karya seni agar dapat diapresiasi oleh
banyak orang. Melalui pameran, berbagai informasi terkait karya seni bisa diterima oleh para
penikmat seni. Secara umum skema pameran yaitu menunjukkan, menilai, dan menerima hasil.


Menunjukkan Penilaian Hasil
Sumber : http://semutngguyuhttp:/.blogspot.com/2011/06/senicom/seni-budaya-pameran.html

Pameran sebagai media pencitraan dan promosi sudah dipakai menjadi fenomena yang menarik. Secara
tidak langsung sebuah pameran menanamkan citra sebuah produk, karena penikmat seni yang dituju akan
memperhatikan dengan seksama. Selain itu penikmat seni juga bisa langsung berinteraksi dengan karya
seni tersebut bahkan dengan seniman terkait

Diagram Hubungan Kegiatan Seni .Sumber : Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press.

III.4 . A. Jenis Dan Gaya Pameran Seni

Pameran seni memiliki banyak ragam jenis. Jenis pameran seni menurut Agung Hujatnika Jenong antara
lain :

1. Pameran Tunggal
Pameran yang dilakukan oleh satu seniman dalam satu tempat berikut karya seniman tersebut
2. Pameran Kelompok
Pameran yang dilakukan oleh beberapa seniman dalam satu tempat berikut karya para seniman
tersebut
3. Pameran Retrospektif

30
Pameran yang senimannya telah melakukan perjalanan panjang, dalam kata lain disebut juga
pameran Sejarah perjalanan seorang seniman dalam berkarya.
4. Pameran Post-Humous
Pameran yang sifatnya mengenang kembali terhadap sseniman yang telah meninggal dunia.
Biasanya untuk seniman yang penting dan telah terlupakan.
5. Biennale, Triennale
Pameran berskala besar, dan biasanya dilakukan setiap 2 hingga 3 tahun sekali

Jenis pameran seni berdasarkan jumlah peserta antara lain:

1. Pameran Tunggal
Pameran yang dilakukan oleh satus seniman dalam satu tempat berikut karya seniman tersebut.
2. Pameran Kelompok
Pameran yang dilakukan oleh beberapa seniman dalam satu tempat berikut karya para seniman
tersebut.

Jenis pameran seni berdasarkan ragam karya yang dipamerkan antara lain :

1. Pameran Homogen
Pameran yang menampilkan satu cabang seni saja dalam suatu tempat dan waktu yanng sama.
2. Pameran Heterogen
Pameran yang menampilkan berbagai disiplin seni.

Jenis pameran seni berdasarkan tujuan antara lain:

1. Fundraising
Pameran yang bertujuan untuk penggalangan dana, baik yang bersifat untuk mencari laba secara
pribadi maupun amal yang disumbangkan untuk sebuah lembaga.
2. Apresiasi
Pameran yang bertujuan lebih pada persoalan dan kepentingan edukasi publik terhadap apa yang
terjadi pada seni rupa, baik kuratorial, tema, teknik, dll.
3. Festival Pesta
Pameran yang bertujuan untuk menggalang kebersamaan. Bertujuan sepertis halnya pesta yang
biasanya tanpa kuratorial dan seleksi yang ketat, tema cenderung umum dan dapat bertujuan
antara kedua tipe yang telah disebut di atas. Misalnya seperti FKY (Festival Kesenian
Yogyakarta).

31
Jenis-Jenis pameran seni berdasarkan tempat berlangsungnya antara lain:

1. Pameran Terbuka
Pameran yang diselenggaran di luar ruangan secara terbuka.
2. Pameran Tertutup
Pameran yang diselenggarakan di dalam ruang gedung.
3. Pameran Bergerak
Pameran yang menggunakan alat bergerak, misal seperti pada kendaraan ,kapal pesiar, gerbong
kereta.

III.4. B. Fungsi Pameran Seni

Penyelenggaraan pameran seni bisa menimbulkan dampak positif terhadap seniman dan kualitas apresiatif
karya yang dipamerkan. Fungsi pameran seni secara garis besar terdapat fungsi, yaitu:

Sarana peningkatan daya ekspresi dan pemicu kreativitas seniman.


Sebagai media untuk memperluas cakrawala dan pemicu kreativitas seniman.
Sebagai tolak ukur dan potret perkembangan seni rupa.
Sebagai media penampilan jati diri seniman sebagai media komunikasi seniman dengan para
penikmat seni
Menambah atau memajukan pengetahuan dan pengalaman penikmat seni.
Mendorong rasa cinta terhadap karya seni
Wahan pemunculan ide, aliran, dan jenis seni rupa yang baru.

Misi program dari objek studi ini merupakan benang merah dari visi yang telah diusung. Dengan berdasar
semangat seni dan kemasyarakatan, terdapat 5 poin penting misi yang diusung yaitu:

Apresiasi Seni
Mengenalkan potensi, keberagaman, dan kekayaan di bidang seni rupa yang dimiliki oleh
Indonesia, khususnya kepada khalayak umum baik masyarakat lokal maupun mancanegara.
Konservasi Seni
Mengembangkan kegiatan konservasi dan pemeliharaan karya-karya seni rupa
Edukasi Seni
Mengajak masyarakat dalam rangka mengembangkan pengetahuan seni khususnya di bidang seni
rupa, secara profesional serta menjadi menjadikan masyarakat peka terhadap fenomena praktik
seni

32
Residensi Seni
Memperluas wacana seni rupa serta meningkatkan kesadaran pada pentingnya praktik seni
dengan perhatian pada proses-proses seni serta pengalaman sosial dan praktik inovatif.
Sosialisasi
Menciptakan ruang sosial, ruang komersial informasi,informasi dan komunikasi antara elemen
masyarakat terkait seni dan lainnya.

III.5 Standar Program Kegiatan Galeri Seni

Program kegiatan pada objek studi galeri seni ditentukan berdasarkan standar tipologi dan pengkajian
misi yang diemban oleh objek studi ini. Standar program kegiatan galeri seni pada umumnya (tidak
termasuk sanggar pendidikan seni) terbagi atas 7 program kegiatan, yaitu:

1. Exhibition Activities
Display, gudang, dan karya seni konservasi
2. Management Activities
Administrasi, kepengelolaan, kurator, and riseter,
3. Educational Activities
Pendidikan publik and sanggar seni
4. Commercial Activities
Jual-beli karya seni
5. Service Activities
Toilet, Lavatory, Utilitas Lain
6. Maintenance Activities
Keamanan dan kebersihan bangunan, resepsionis pada ruang masuk.
7. Distribution Activities
Loading dock, gudang perlengkapan, dan gudang karya seni.

Hirarki Standar Program Kegiatan Pada Galeri Seni Sumber : Boylan, P. (2004). Running A Museuum Practical HHandbook. France:
International Council Of Museums

33
III.6. Jenis Pameran, Sifat Materi, dan Waktu Pameran

Jenis Pameran, dapat dibedakan:

Pameran Tunggal, hasil karya seni yang dipamerkan memiliki materi yang sama atau sejenis, baik
dalam segi teknik maupun aliran seniman tersebut yang dihasilkan oleh satu seniman.
Pameran bersama, hasil karya seni yang dipamerkan memiliki materi yang berbeda antara
seniman yang satu dengan lainnya, dihasilkan lebih dari satu seniman yang terdiri dari berbagai
cabang seni rupa (dapat berbeda jenis materi, bentuk, teknis, serta jenis aliran).

Sifat materi, dapat dibedakan:

Hasil ciptaan langsung, hasil karya seni (dapat berupa patung, kerajinan, lukisan, dll) yang hanya
diproduksi satu, tidak digandakan.
Hasil karya reproduksi, merupakan hasil karya reproduksi atau penggandaan dari karya- karya
asli seniman tersebut, terutama seni lukis dan seni grafis.

Waktu pameran, dapat dibedakan,

Pameran jangka pendek, pameran yang waktu pelaksanaannya kurang dari satu minggu atau
temporal.
Pameran jangka panjang, disebut juga pameran tetap karena waktu pelaksanaannya lebih dari satu
minggu, dapat berlangsung berbulan-bulan.

III.7. Pengguna Galeri Seni

1. Seniman, bertugas memberikan pengarahan, penjelasan, dan mempraktekkan langsung kegiatan


membuat karya seni di dalam workshop.

2. Pengunjung atau penikmat karya seni, dapat berasal dari berbagai kalangan dan negara (wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara), galeri seni tidak membatasi pengunjung, galeri seni adalah
milik semua orang.

3. Pengelola adalah sekelompok orang yang bertugas mengelola kegiatan yang berlangsung dan akan
berlangsung dalam galeri seni.

34

Anda mungkin juga menyukai