Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Karya seni merupakan warisan budaya dan harusnya memberikan


manfaat bagi kehidupan masyarakat atau publik. Perkembangan seni dan
budaya di beberapa daerah di Indonesia sudah cukup pesat. Meninjau
dari warisan budaya ini, khusus untuk Kota Ende, Provinsi Nusa Tenggara
Timur memiliki beraneka ragam seni dan budaya lokal yang mempunyai
karakter khas. Perkembangan sektor kesenian di Kota Ende, terlihat salah
satunya adalah indikasi berkembangnya sentra kerajinan seni lokal, yakni
seni tenun ikat (kerajinan tangan), seni lukis, seni patung, seni tari, lagu
daerah, alat dan musik tradisional, dll. Namun proses pengembangan
kreatifitas seni dan budaya di kota ini berjalan kurang maksimal, karena
minimnya sarana dan prasarana yang tersedia.
Pengembangan seni dan budaya merupakan suatu upaya
pelestarian dan tentunya membutuhkan sebuah media dalam bentuk
sarana dan fasilitas sebagai pendukungnya. Penyediaan fasilitas juga
menjadi salah satu faktor penting dalam usaha pengembangan minat dan
bakat. Harapan melalui fasilitas yang tersedia dengan baik, maka nantinya
kegiatan-kegiatan yang semula hanya bersifat kegemaran atau sebuah
hobi bisa lebih berkembang menjadi aktivitas yang lebih serius dan lebih
terarah.
Dari uraian tersebut maka penulis mengambil judul Ende Art
Gallery Dengan Konsep Arsitektur Post Modern sebagai fasilitas seni
yang akan dirancang sesuai fungsi dan ilmu - ilmu arsitektur yakni ruang
atau gedung sebagai tempat kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan seni yang yang bersifat edukatif, representatif dan rekreatif yang
komersil serta pengembangan seni dan budaya yang dapat berkembang
mengikuti trend perkembangan zaman.
Metode - metode yang digunakan dalam perencanaan bangunan ini
adalah pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul,
analisa, konsep perencanaan, serta transformasi desain.
Site yang akan direncanakan berada di kawasan Taman Kota dan
Museum Tenun Ikat Kota Ende yang bertempat di Jl. Kesehatan. Hal ini
mengingat karena kondisi fisik pada kawasan tersebut memiliki
aksesbilitas/pencapaian yang sangat baik dari segala arah, selain itu juga
terdapat jaringan utilitas pada sekitar site dan kondisi lahan yang
mendukung akan kehadiran Art Gallery.
Main Entrance sebagai pintu masuk bagi pemakai dan pengunjung
baik bagi pejalan kaki maupun yang menggunakan kendaraan bermotor
dan beroda dua. Pada perencanaan untuk masuk dan keluar dalam site
ditempatkan pada bagian barat site agar sirkulasi dapat terarah dan tidak
menimbulkan kemacetan.
Dari pendekatan program ruang dan aktifitas pemakai diperoleh
kebutuhan ruang sebagai berikut : Ruang Pameran dan Museum, Ruang
Kurator, Ruang Restorasi, Stock Room, Studio Seni (Seni Lukis, Musik,
dan Tari), Gudang Peralatan, Ruang Informasi, Perpustakaan Seni, Lobby,
Main Entrance, Ruang Direktur, Ruang Wadir, Ruang Sekretaris, Ruang
Administrasi, Ruang Operasional, Ruang Personalia, Ruang Arsip, Ruang
Rapat dan Ruang Staf, Ruang Komersil, Fasilitas Ruang Luar, Fasilitas
Ruang Servis dan Area Parkiran.
Dalam proses perencanaan gedung Galeri Seni ini, proses
perancangan dititik beratkan pada proses penerapan ilmu - ilmu arsitektur,
dan bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Diharapkan laporan
perancangan Ende Art Gallery ini, dapat melengkapi pemahaman awal
kita dalam perencanaan dan perancangan gedung sebagai pusat kegiatan
seni terutama yang berhubungan dengan Galeri Seni.
I.PENDAHULUAN
Dalam kaitannya dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kota Ende
merupakan salah satu tujuan kota wisata yang mempunyai akses regional
dan internasional yang mudah, serta memiliki predikat sebagai kota
pelajar. Kondisi sosiokultur masyarakat yang terbuka terhadap
kebudayaan luar yang menyebabkan apresiasi masyarakat terhadap seni
cukup besar. Meninjau dari warisan budaya, khusus untuk Kota Ende,
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki beraneka ragam seni dan budaya
lokal yang mempunyai karakteristik khas dalam kesenian daerah.
Perkembangan sektor kesenian di Kota Ende, terlihat salah satunya
adalah indikasi berkembangnya seni kerajinan lokal, yakni seni tenun ikat
(kerajinan tangan), seni lukis, seni patung, seni tari, lagu daerah, alat
musik tradisional, dll.
Perkembangan seni pada era globalisasi di kota ini juga telah
melahirkan bakat-bakat seni terbaru, baik yang muncul dari pendidikan
akademik maupun non formal yang mengekspresikan karya-karya mereka
dengan gaya kontemporer. Namun, berkembangnya jumlah para pelaku
seni kontemporer ini tidak diimbangi dengan berkembangnya media dalam
bentuk sarana dan fasilitas sebagai faktor penting dalam usaha
pengembangan bakat dan minat.
Oleh karena itu perlu adanya suatu wadah apresiasi seni di mana di
dalamnya terdapat fungsi-fungsi yang akan diadakan yaitu fungsi
pameran, Galeri Seni, Studio Musik atau Ruang Kegiatan Artistik, Galeri
Arsitektur, Pusat Data dan Informasi Seni sebagai upaya menegaskan
kembali tagline culture property yang bertaraf regional dan internasional.
Fasilitas tersebut diupayakan untuk mewadahi berbagai aktifitas seni
dan dapat digunakan sebagai sarana studi, pendidikan dan juga pusat
rekreasi di Kota Ende. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka perlu
diadakan perencanaan sebuah gedung seni yang memadai untuk
kebutuhan seluruh seniman dan penikmat seni serta diharapkan dapat
mendukung seluruh aktivitas seni dalam upaya pelestarian dan
pengembangan serta peningkatan mutu dan kualitas bakat dan minat
seni.

II. BAHAN DAN METODE


II.1 Lokasi Penelitian
Secara geografis lokasi berada di kawasan Taman Kota dan
Museum Tenun Ikat Kota Ende yang bertempat di Jl. Kesehatan.
Kecamatan Ende Utara, Kota Ende dengan batas wilayah adalah :
- Bagian utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ende
- Bagian selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Ende Selatan
- Bagian barat : Berbatasan dengan Kecamatan Nangapanda
- Bagian timur : Berbatasan dengan Kecamatan Ende Tengah

Gambar 2.1 Lokasi Galeri Seni

II.2 Populasi dan Sample


Kegiatan yang terjadi dalam gedung Galeri Seni ini antara lain
kegiatan artistik, kegiatan rekreatif yang bersifat komersil dan
kegiatan pameran karya karya seni seperti pameran seni lukis, seni
rupa berupa patung patung, kegiatan jual beli karya seni seperti
hasil tenunan khas daerah, lukisan, patung, dan lain lain, kegiatan
edukatif seperti mengikuti pelatihan khusus bidang seni dan
mengembangkan bakat serta minat seni bagi para penggemar seni
dan para seniman yang berada di daerah tersebut.
Selain berfungsi sebagai pusat utama kegiatan seni, ada pula
fasilitas penunjang yang terdapat dalam gedung galeri ini seperti
Cybercafe, Perpustakaan Seni, dan lain sebagainya. Pemakai /
pengguna gedung Galeri Seni ini sebagian besar adalah Para
Seniman, diikuti oleh para penggemar seni, Pengelola Gedung dan
Pegawai Administrasi , serta masyarakat Kota Ende atau Flores
pada umumnya.

II.3 Pengumpulan Data


Data diperoleh dari bukubuku, literatur hasil wawancara dan
hasil observasi di berbagai media informasi, wawancara,
dokumentasi dan penelitian kepustakaan.

II.4 Analisis Data


II.4.1 Analisa Sirkulasi
Site yang akan direncanakan berada di daerah yang
memiliki sirkulasi kendaraan yang ramai. Jalan utama pada
bagian timur site.

Gambar 2.2 Jalur sirkulasi Lokasi untuk Gedung Galeri Seni


II.4.2 Main Entrance
Main Entrance sebagai pintu masuk bagi pemakai dan
pengunjung baik bagi pejalan kaki maupun yang
menggunakan kendaraan bermotor.

Gambar 2.3 Jalan dan pintu masuk ke site perancangan

Jalan masuk / penerimaan yang besar harus tetap diperhatikan


dalam perancangan ini. Dimana pada perencanaan untuk masuk dan
keluar dalam site ditempatkan pada bagian barat site agar sirkulasi
dapat terarah dan tidak menimbulkan kemacetan.

II.4.3 Analisa Pencapaian


Pencapaian ke arah site ditempuh melalui jalan utama
dengan menggunakan mobil, sepeda motor dan angkot.

II.4.4 Analisa Keadaan Fisik


Keadaan umum di sekitar site :
a. Suhu udara disekitar site rata-rata berkisar 23 C sampai
33,5 C.
b. Curah hujan terbanyak pada bulan April dan Oktober.
c. Arah angin yang dominan dari timur dan barat.
d. Pembagian wilayah menurut ketinggian dari permukaan
laut terdiri atas 79,4% dengan ketinggian 500 m.
Tindakan antisipasi dari sinar matahari yang berlebihan
terhadap site adalah menggunakan kaca riben dan
pemanfaatan vegetasi sebagai peneduh dan pelindung, serta
memanfaatkan rumput yang menutupi site sehingga
menimbulkan kesejukkan.
Arah angin yang dominan berasal dari arah timur dan
barat. Untuk mengatasi masalah dari gerak angin yang
terlalu kencang ditempuh dengan alternatif solusi sebagai
berikut :
a. Penempatan vegetasi yang baik, yakni pohon rindang
yang berfungsi melindungi dan memperkecil hembusan
angin sekaligus menghalangi debu dan kotoran masuk
kedalam bangunan.
b. Mengurangi bukaan dinding bangunan terhadap arah
datangnya angin.
c. Menata dengan baik bukaan bukaan.
Aktivitas dalam bangunan membutuhkan ketenangan, oleh
karenanya dilakukan langkah - langkah dalam mengurangi
kebisingan yang timbul dari arah sekitar site.
Berdasarkan pada sumber kebisingan, maka
ditempatkan zona :
a. Zona publik ditempatkan pada bagian depan dan
belakang site.
b. Zona privat dan semi privat ditempatkan dibagian tengah
site, karena cukup membutuhkan ketenangan.
c. Zona service / penunjang ditempatkan di bagian timur
dan barat.
Keadaan topografi site agak berkontur dan pengaturan saluran
air hujan dialirkan dari permukaan yang tinggi ke permukaan yang
rendah melalui saluran kemudian dialirkan ke riol kota.
Pembagian zoning ditetapkan bardasarkan pada kondisi dan
karakter site dengan mempertimbangkan sirkulasi, pencapaian,
klimatologi, view, dan kebisingan site.
II.5 Hasil Penelitian
Gambar 2.4 Site dan Bentuk Bangunan Galeri Seni

Gedung Galeri Seni ini harus mencerminkan sifat artistik,


fungsional, kenyamanan, keamanan dan fleksibilitas guna
menunjang kelancaran kegiatan utama dan fasilitas penunjang yang
ada di dalamnya. Orientasi massa bangunan menghadap ke arah
timur barat jalan utama sebagai akses yang berhubungan langsung
dengan jalan utama, dengan view - view yang cukup alami.
Gubahan bentuk massa bangunan menggunakan bentuk dasar
kubus yang merupakan gabungan bentuk persegi panjang dan
transformasinya dengan konsep atap rumah adat flores pada
umumnya dengan menggunakan bahan atap modern. Dengan
pertimbangan bahwa bentuk ini memiliki sifat dasar artistik dan
merupakan bentuk dinamis dari obyek yang formal sehingga
memudahkan dalam gerak aktifitas. Secara umum tampilan
bangunan ini menggambarkan sifat yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dan disesuaikan dengan bangunan - bangunan yang ada
disekitar site. Dalam hal ini konsep yang diambil adalah arsitektur
post modern.
Material yang digunakan pada bangunan adalah beton dan batu
bata dengan finishing cat, dan penutup atap menggunakan genteng
metal dengan finishing warna merah.
Sebagai bangunan yang berada pada daerah tropis yang memiliki
curah hujan yang tinggi serta penyinaran matahari yang relatif
panjang, maka pertimbangan terhadap atap menggunakan atap joglo
dan pengunaan overstek pada bagian bawah atap untuk
menyalurkan air hujan ke dalam pipa-pipa pembuangan menuju ke
saluran pembuangan, serta overstek pada permukaan dinding yang
berfungsi menghindari percikan air dan sinar matahari langsung
pada permukaan dinding dan jendela.
Sesuai dengan jenis - jenis kegiatan dan kebutuhan ruang yang
telah diprogramkan, maka dapat disusun pengelompokkan ruang
berdasarkan fungsi dan aktivitas sebagai berikut :

Gambar 2.5 Pengelompokkan ruang berdasarkan fungsi dan aktivitas

Ende Art Gallery

FASILITAS RUANG PAMERAN FASILITAS PENDUKUNG UTAMA


- Galeri Tetap - Ruang Restorasi - Stock Room
- Galeri Temporer - Ruang Kurator - Studio Lukis
- Museum Seni - Studio Musik - Studio Tari

FASILITAS KEGIATAN KOMERSIL FASILITAS PENDUKUNG UMUM


- Cybercafe - Main Entrance - R. Informasi
- Outlet - Ruang Resepsionis - Hall
- Cafe - Perpustakaan Seni

FASILITAS RUANG LUAR FASILITAS PENGELOLA


- Plaza - R.Direktur - R. Administrasi - R. Staf
- Art Garden - R.Wadir - R.Operasional - R.Arsip
- Area Makan dan Minum - R.Sekretaris - R.Personalia -

FASILITAS SERVIS
- R.PLN - Parkir
- R.Trafo - Toilet dan Locker
- R.Genset - Gudang
- Security
Bentuk ruang merupakan bagian dari massa bangunan yang
terdiri dari ruang dan dibentuk oleh dinding, lantai, langit atau bidang
atap dan kontuinitasnya. Ruang dapat diciptakan dengan permainan
tinggi dan rendah pada lantai, serta bisa juga dengan penggunaan
bidang vertikal secara massif ataupun hanya sebagai pembatas
(tidak massif) serta penataan layout ruang yang bertujuan untuk
mendapat sisi efektifitas dan efisiensi ruang.
Perhitungan besaran ruang didasarkan pada hasil survey
kesenian yang akan dipusatkan dalam Gedung Galeri seni, namun
tidak menutup kemungkinan menggunakan asumsi dan standarisasi
ruang yang ada, agar aktifitas dalam ruang bisa maksimal. Luas
ruangan standar kemudian disesuaikan dengan pola grid struktur.
Jumlah total luasan ruang :
Fasilitas Ruang Pameran dan Museum = 891,8 m2
Fasilitas Pendukung Utama = 657,475 m2
Fasilitas Pendukung Umum = 665,925 m2
Fasilitas Pengelola = 459,875 m2
Fasilitas Kegiatan Komersil = 404,95 m2
Fasilitas Ruang Luar = 5.830,5 m2
Fasilitas Service = 806,782 m2
Total jumlah = 9.717,305 m
Luas site yang ada = 83 m x 175m = 14.525 m
Building Coverage (BC)=
BC x Luas Site= 40% x 14.525 m = 5.810 m
Open Space (OS) = OS x BC = 60% x 5.810 m = 8.715 m
Sudah termasuk parkir BC 40%
dan area lansekap)
Luas lahan efektif = BC + OP = 1.680 + 8.715 = 14.525 m
Jumlah lantai yaitu = Luas bangunan / BC
= 14.525 m / 8.715 m
= 1,67 atau dibulatkan menjadi 2 lantai.
Sistem struktur yang digunakan dalam perencanaan adalah
struktur rangka beton bertulang yang terdiri atas kolom dan balok.
Sistem pondasi yang digunakan adalah pondasi telapak dan pondasi
batu kali, pondasi ini disesuaikan dengan keadaan struktur tanah /
daya dukung tanah pada kedalaman tanah keras.
Konstruksi yang digunakan pada bangunan ini terdiri dari :
a. Pada bangunan menggunakan menggunakan lantai dengan
bahan keramik di setiap permukaan lantai. Untuk ruang luar
digunakan aspal pada jalan dan parkir serta puvingstone untuk
sirkulasi pejalan kaki.
b. Bahan yang digunakan pada dinding bangunan adalah batu bata,
karena batu bata memiliki keungulan cocok untuk daerah tropis,
menyerap panas dengan baik, memiliki kemampuan menyalurkan
panas rendah dan pemasangan dan pengerjaannya mudah.
c. Konsruksi atap bangunan menggunakan kuda - kuda baja ringan
dengan penutup atap menggunakan genteng metal pada seluruh
bagian atap.
Cahaya adalah faktor utama yang menghidupkan ruang. Tanpa
cahaya tidak akan ada bentuk, warna, atau tekstur, tidak juga akan
penampakkan ruang itu sendiri. Oleh sebab itu, fungsi pertama
desain pencahayaan adalah menyinari bangun dan ruang suatu
lingkungan desain dan memungkinkan pemakainya melakukan
aktifitas dan menjalankan tugasnya dengan kecepatan akurasi dan
kenyamanan yang tepat.
Sistem pencahayaan yang dipakai dalam bangunan terdiri dari
sistem pencahayaan alami dengan memasukkan sinar matahari ke
dalam ruangan melalui bidang-bidang transparan seperti dinding
kaca atau atap sebagai skylight, serta ruangan yang membutuhkan
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan yaitu lampu pijar yang
mempunyai prinsip kerja, warna, dan suasana tersendiri dan daya
tahanannya pun berbeda
Sistem penghawaan dibagi menjadi Penghawaan Alami dengan
memanfaatkan tenaga angin, pada saat kecepatan angin yang
melalui ruangan harus memenuhi syarat minimal untuk pendinginan /
penghawaan ruangan dan Penghawaan Buatan yang lebih
memanfaatkan pengkondisian udara yang disebut dengan Air
Conditioner (AC) pada ruang yang memerlukannya, misalnya pada
ruang ruang yang privat dan ruang yang tidak berhubungan
langsung dengan bukaan yang akan menyalurkan angin, dalam hal
ini persyaratannya ruang itu harus tertutup.
Sumber pengadaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air di
dalam bangunan diperoleh dari PDAM. Sumber pengadaan air bersih
cadangan menggunakan sumur bor. Air dari sumur bor dipompa
secara otomatis menuju ke tempat penampungan kemudian di
distribusikan keseluruh fasilitas dalam bangunan.
Air kotor dari dalam bangunan berupa air dalam kamar mandi,
wastafel dibuang melalui pipa pembuangan yang dialirkan ke saluran
tertutup dalam lingkungan dan kemudian menuju ke riol kota. Untuk
kotoran padat yang berasal dari WC disalurkan ke septictank.
Pembuangan sampah dilakukan dengan system carry out,
dengan pengertian sampah yang ada pada obyek nantinya akan
dikumpulkan secara bersamaan lalu dibuang ke tempat pembuangan
sampah akhir yang sudah disediakan pemerintah.
Sistem jaringan listrik menggunakan sumber daya listrik yang
utama dari PLN dan Genset sebagai sumber cadangan untuk
keadaan darurat.
Sistem komunikasi dalam bangunan menggunakan fasilitas
intercom. Penggunaan pengeras suara / microphone untuk
keperluan pemberitahuan atau keperluan lain yang bersifat penting.
Sistem komunikasi keluar bangunan menggunakan Telepon dan
Faksimile.
Pencegahan bahaya kebakaran berarti usaha yang dilakukan
untuk menanggulangi nyala api yang tidak terkendali. Sistem
pemadam kebakaran dilakukan denan cara Penguraian yaitu
memisahkan atau menjauhkan benda - benda yang mudah terbakar
dengan benda benda yang mudah menimbulkan kebakaran,
Pendinginan yaitu penyemprotan air pada benda - benda yang
terbakar, Isolasi yaitu denan cara menyemprotkan bahan kimia CO2,
dan Blasting Effect System yaitu suatu cara memberikan tekanan
yang tinggi misalnya dengan cara meledakkan bahan peledak.
Sistem penanggulangan kebakaran pada bangunan Galeri Seni
ini mengunakan sistem otomatis yakni heat detector dan smoke
detector yang memiliki kepekaan tinggi untuk memberikan alarm jika
asap diruang tempat alat ini dipasang. Jika terjadi kebakaran unit
control dari sistem ini akan memberikan sinyal terhadap pemadaman
api otomatis berupa sprinkler yang dapat memancarkan air. Selain
pemadaman otomatis ini, disediakan juga fire hydrant dalam
lingkungan site bangunan untuk mencegah dan meminimalkan
bahaya kebakaran. Bagian bagian dari sistem penangkal petir
bangunan ini terdiri dari penghantar diatas tanah, penghantar pada
dinding atau di dalam bangunan, dan elektroda elektroda tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Demikianlah Jurnal Publikasi Perancangan Tugas Akhir Ende Art
Gallery ini yang coba dihadirkan sebagai wadah dan sarana
pengembangan seni dan budaya sebagai upaya pelestarian di Kota Ende
sekaligus sebagai fasilitas edukatif, komunikatif dan rekreatif bagi
masyarakat Kota Ende pada khususnya dan Nusa Tenggara Timur pada
umumnya.
Dalam proses perencanaan gedung Galeri Seni ini, proses
perancangan dititik beratkan pada proses penerapan ilmu - ilmu arsitektur,
dan diharapkan bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Seperti halnya tantangan pengadaan fasilitas lainnya yang selalu
terbentur pada faktor pembiayaan, maka diharapkan adanya pihak ketiga
sebagai investor. Karena dari pengamatan dan studi yang dilakukan,
dapat dikatakan bahwa kehadiran fasilitas Art Gallery ini secara finansial
cukup menguntungkan walau tujuan utama dari pengadaan fasilitas ini
bukanlah untuk mencari keuntungan. Ketersediaan sarana ini diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Ende akan seni, budaya
dan kreativitas serta manfaatannya bagi kehidupan.
Dengan kondisi tersebut maka sepantasnya Kota Ende memiliki
sarana seni yang terpusat yakni suatu gedung pusat kegiatan seni
sebagai basis dari segala aktifitas penyelenggaraan artistik dan pelayanan
bagi para seniman dalam lingkup daratan Flores, Nusa Tenggara Timur.
Tinjauan proyek ini pada akhirnya diharapkan dapat menjadi acuan
untuk kemungkinan pada masa yang akan datang, sarana seperti ini
dapat menjadi kenyataan dan mengingat tuntutan fasilitas yang demikian
sudah menjadi kebutuhan tidak hanya di Kota Ende melainkan juga di
seluruh daerah di Indonesia.
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan limpah
terima kasih kepada semua pihak, yakni :
1. Ibu Dra. Hj. Juriko Abdussamad, M.Si selaku Ketua Yayasan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ichsan Gorontalo.
2. Ibu Dra. Darmawati, M.Si selaku Rektor Universitas Ichsan Gorontalo.
3. Bapak Umar, ST. MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Ichsan Gorontalo.
4. Bapak Amru Siola, ST. MT selaku Ketua Jurusan Program Studi
Teknik Arsitektur Universits Ichsan Gorontalo sekaligus Pembimbing I
yang telah banyak mengarahkan dan membimbing Penulis sejak dari
pembuatan konsep awal penyusunan Tugas Akhir.
5. Bapak Abdul Mannan, ST. MT selaku Pembimbing II yang telah
banyak mengarahkan dan membimbing Penulis sejak dari pembuatan
konsep awal penyusunan Tugas Akhir.
6. Bapak / Ibu Dosen jurusan Teknik Arsitektur dan Pegawai
Universitas Ichsan Gorontalo.
7. Kedua Orang Tua, Kakak - Kakak dan seluruh keluargaku tercinta,
yang selama ini senantiasa memberikan motivasi baik moril maupun
materil serta doa yang begitu tulus dan kasih sayang yang tak
tergantikan.
8. Sahabat dan seluruh temanteman mahasiswa di Fakultas Teknik
khususnya Jurusan Teknik Arsitektur.
Semoga Jurnal Publikasi Ende Art Gallery ini dapat bermanfaat untuk
kita semua khususnya Para Mahasiswa dan Mahasiswi Jurusan Teknik
Arsitektur Universitas Ichsan Gorontalo dalam membangun insan yang
berkualitas, kreatif, inovatif serta berdedikasi tinggi demi mewujudkan
tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis, D.K. 1991. Arsitektur Bentuk, Ruang dan

Susunannya. Jakarta: Erlangga.


Karlen, Mark, 2004. Dasar-dasar Perencanaan Ruang, Jakarta :

Erlangga
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka


Soeryani. 1985. Lingkungan Hidup. Bahan penataran keserasian

kependudukan dan lingkungan hidup, kantor menteri KLH.


Suja, Wayan. 2007. Plush-Tick. Indonesia : Denpasar
Chicago,USA .Echols, J.M. dan Shadily,H. (Eds).1989. Kamus

Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia

Institute Pertanian Bogor,.Karya Tulis Ilmiah tentang Pemanenan Air

Hujan untuk Kampus IPB di Dramaga sebagai upaya

mewujudkan arsitektur ramah lingkungan (Green

Building),Bogor. IPB. 2012

Ir.Hartono.Poerbo,M.ARCH. Utilitas Bangunan, Buku Pintar Untuk

Mahasiswa Arsitektur Sipil, Cetakan ke Tujuh

,Jakarta:Djambatan, 2010.

Daniel.L.Schodek, Struktur.Cetakan ke tiga, 1998 .PT.Refika

Aditama, Bandung.

DR. Dedi Supriadi.1994.Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan

Iptek.Alpabeta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai