Anda di halaman 1dari 8

REDESAIN INTERIOR MUSEUM SRI BADUGA

BANDUNG

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Seminar Perancangan

Oleh :

VIENNA LISDIANI RAMDANIAH

1603160127

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR

FAKULTAS INDUSTRI KREATIF

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kebudayaan dan Sejarah adalah dua hal yang saling terikat, Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dalam
hal ini, Prof. Dr. Koentjoroningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Singkatnya, budaya itu merupakan cipta, rasa dan karsa suatu masyarakat, sedangkan
kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa masyarakat tersebut.
Menyoali pengertian sejarah, Menurut ilmuan Ibnu Khaldun, sejarah didefinisikan sebagai
catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada
watak/sifat masyarakat itu.

Jadi, keterikatan antara Sejarah dan Kebudayaan sangatlah jelas, budaya atau
kebudayaan itu memiliki sejarah sebagaimana ilmu-ilmu yang lain. Budaya dan kebudayaan
merupakan salah satu ruang lingkup sejarah. Tanpa ada sejarah budaya atau kebudayaan,
maka kita tidak akan tahu asal atau awal mula muncul dan perkembangan suatu budaya.
Dan karena budaya juga merupakan identitas suatu bangsa, maka tentu perlu dilestarikan,
salah satu cara nya adalah dengan mempelajari sejarah, dan salah satu media-nya lewat
museum.

Museum Sri Baduga merupakan salah satu museum terkenal di Kota Bandung,
Bersama Museum Geologi juga Museum Konferensi Asia Afrika, koleksi-koleksi Museum
Sri Baduga berupa kekayaan sejarah, pengetahuan, seni, dan budaya dari daerah Jawa Barat,
Dan merupakan satu-satu nya museum di Bandung yang menyajikan informasi mengenai
kebudayaan Sunda.
Pengunjung yang mendominasi Museum adalah kalangan pelajar mulai dari siswa sekolah
dasar hingga sekolah menengah atas, Museum disini punya fungsi edukasi yang berkaitan
dengan mata pelajaran, belum sebagai kebutuhan atau pun keinginan, jika mengunjungi
museum merupakan sebuah keinginan maka pengunjung akan lebih beragam, lebih luas
cangkupannya (masyarakat umum).

Koleksi yang terdapat di Museum Sri Baduga berasal dari berbagai zaman, dari mulai
zaman batuan hingga kini, maka penataan koleksi pada museum seharusnya tertata secara
kronologis agar mudah dipahami rentetan waktunya, namun pada Museum sri baduga belum
ditata seperti yang di maksud.
1.2. Identifikasi Masalah

Dari hasil survey yang didapat, dapat mengidentifikasi masalah yang menjadi
focus utama untuk membuat perancangan Museum Sri Baduga, diantaranya :

1. Minat wisata museum masih rendah


2. Minat masyarakat jawa barat terhadap museum juga masih rendah
3. Rata-rata museum untuk keperluan edukasi mata pelajaran sekolah, bukan karena
kebutuhan/keinginan (minat sendiri)
4. Penyajian benda koleksi disusun menurut rentan waktu dari awal hingga terbaru,
namun penyajiannya belum kronologis sesuai sejarah sunda
5. Pengaplikasian budaya sunda baru melekat pada bagian eksteriornya saja, namun
belum pada interiornya
6. Masih minim akan teknologi (augmentasi, interactive display dsb)
7. Tidak ada pengamanan pendukung untuk museum (APAR, Sprinkler, smoke detector
dsb)
8. Kurang treatment untuk pengunjung (contoh : experience, ambience, recreational and
entertaining spaces)
9. Tidak ada pre-exhibition (ruang pengkondisian sebelum pengunjung menerima
materi)
10. Pencahyaan kurang memerhatikan keamanan koleksi, lux dan lampu pada tiap karya
tidak ada pengkhususan, pencahayaan juga kurang menciptakan ambience yang baik
11. Pemilihan material ramah karya/koleksi masih minim (kaca nya yang masih
memantulkan bayangan orang, harusnya minim pantulan agar koleksi terlihat jelas)
12. Showcase system masih belum diterapkan
13. Letak dan arah sumber cahaya kurang diperhatikan, baik untuk keamanan karya
maupun untuk estetika.

1.3. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara menarik pengunjung untuk dating ke museum sribaduga?


2. Bagaimana memunculkan identitas budaya sunda pada interior (baik tangible maupun
intangible) ?
3. Bagaimana menyajikan koleksi agar runtun sesuai sejarah sunda ?
4. Bagaimana penerapan teknologi pada museum sribaduga tanpa menganggu karya, dan
teknologi apa saja yang akan diusung?
5. Langkah apa yang akan diambil agar pengunjung mendapat treatment berupa
experience, ambience, recreational and entertaining spaces tertentu ?
6. Bagaimana cara menghadirkan treatment pre-exhibition untuk pengunjung?
7. Apa langkah yang diambil untuk pengolahan lighting (melihat dari segi lux untuk
keamanan karya/koleksi maunpun untuk segi ambience)
8. Bagaiamana pemilihan material, showcase system, yang baik untuk karya dan baik
untuk pengunjung?
9. Bagaiaman cara membuat elemen interior museum punya fungsi selain fungsi
estetika?
1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka terdapat


Batasan perancangan dalam desain Museum Sri Baduga ini, diantaranya adalah :

1. Redesain berfokus pada penguatan identitas Sunda baik kebudayaan secara


intangible (tak terbendakan) maupun tangible (terbendakan), penyajian
koleksi sesuai alur, serta peningkatan treatment baik untuk pengunjung,
karya/koleksi dan elemen interior.
2. Redesain Museum Sri Baduga berlokasi di Jl. BKR No. 185, Bandung,
Jawa Barat.
3. Ruang lingkup redesain meliputi ruang pamer, ruang tiket dan ruang
tunggu.

1.5. Tujuan dan Sasaran Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan desain Museum Daerah ini adalah sebagai berikut:

1. Menarik minat pengunjung dari berbagai kalangan (untuk keperluan rekreasi maupun
edukasi)
 Membuat experience, recreational and entertaining spaces yang tepat untuk menarik
minat masyarakat

2. Memperkuat identitas Sunda pada interior Museum Sri Baduga sebagai museum
daerah Jawa Barat.
 Mengaplikasikan tangible & intangible culture heritage sunda pada interior untuk
melestarikan budaya dan memperkuat identitas sunda pada interior museum sribaduga
(baik dianalogikan maupun penerapan bentuk secara langsung)
 Menerapkan sumber daya alam sunda pada elemen interiornya

3. Melestarikan budaya baik intangible maupun tangible.


 Penerapan intangible maupun tangible cultural heritage pada interior, baik
diaplikasikan sebagai bentuk maupun filosofinya.

4. Menghadirkan alur koleksi yang runtut sesuai sejarah Sunda.


 Penerapan konsep sirkulasi secara kronologis, melalui penataan dan penempatan
benda koleksi.

5. Memperhatikan treatment untuk benda koleksi.


 Memberikan pencahyaan (lewat besar lux nya) sesuai dengan tingkat rentan masing-
masing koleksi., tidak merubah warna benda asli agar informasi yang disampaikan
tetap semestinya.
 Mendesain display yang sustainable, ramah karya, mudah maintenancenya dan tidak
merubah informasi yang harus tersampaikan.
 Memperhatikan penghawaan baik alami maupun buatan, menyesuaikan dengan
tingkat rentan masing-masing karya.
1.6. Metoda Perancangan

Dalam sebuah perancangan interior tentu memerlukan data-data dan juga


informasi yang lengkap dan jelas, sehingga dalam pengumpulan data memerlukan
sebuah metodologi tertentu, metodologi terbagi menjadi beberapa bagian, sebagai
berikut:

1.6.1. Metoda pengumpulan data

1.6.1.1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan


pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan (Riduwan, 2004). tujuan survey meliputi 3 tempat :

 Museum Gedung Sate


Jalan Diponegoro No. 22 , Bandung, Jawa Barat, Indonesia

 Museum Sri Baduga


JL. B.K.R No. 185, Pelindung Hewan, Kec. Astanaanyar,
Bandung, Jawa Barat 40243

 Museum Konferensi Asia Afrika


Jl. Asia-Afrika No. 65 Bandung.

 Museum Ullen Sentalu


Jl. Boyong No.KM 25, Kaliurang, Hargobinangun, Sleman, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582

Keempat tempat tersebut memiliki kesamaan baik pada jenis bangunan


(bangunan heritage) maupun jenis museumnya, pada museum Gedung sate dan sri
baduga ada kesamaan dari segi fasad, yaitu menggunakan identitas sunda pada
atapnya, pada museum KAA dan Gedung sate sama-sama memuat kejadian pada
daerah terkait (setempat), dan pada museum Ullen sentalu punya kesamaan dengan
Museum sri Baduga lewat jenis museumnya, yaitu sama-sama museum sejarah
mengenai etnis daerah museum tersebut berdiri ( museum sri baduga memuat sejarah
dan budaya sunda, museum ullen sentalu memuat sejarah dan budaya jawa)

1.6.1.2. Wawancara

Data wawancara diambil dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada


beberapa narasumber yaitu pengelola, penjaga tiket, serta pengunjung mengenai
kenyamanan, keamanan pengunjung dan koleksi, serta desain museumnya.
1.6.1.3. Studi Pustaka

Metoda ini dilakukan untuk mendapatkan data serta inforasi berdasarkan


literatur berupa peraturan daerah dan peraturan negara tentang penyelengaraan
museum, dan buku tentang pencahayaan dengan judul Dasar Dasar Desain
Pencahaayan oleh Mark Kaelen dan James Benya dan penghawaan, standart
ergonomi dengan buku Human Dimention oleh Julius Panero, Martin Zelnikdan
Data Arsitek oleh Ernst Neufert – Sunarto Tjahjadi, dan buku penunjang lainnya
yang berhubugnan dengan perancangan yang akan dibuat, serta website terkait
standar-standar museum yaitu ICOM.

1.6.1.4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dalam bentuk foto hasil survey yang
telah dilaksanakan sebagai pelengkap data-data lainnya.

1.6.2. Metoda Analisa

Tahapan analisa data dibutuhkan setelah pengumpulan data data


mulai dari observasi lapangan, wawancara dan studi kepustakaan. Metoda
analisa ini merupakan metoda penulisan deskriptif yang dilakukan yang
memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang analisa konsep
perancangan dan sebagai tinjauan kembali.

1.6.3. Tema dan Konsep

Metoda ini adalah sintesa dari analisa data yang ada dalam bentuk
tema dan konsep perancangan sebuah Museum Daerah berupa layout dari
furniture, konsep bentuk, warna, material, penghawaan, pencahayaan dan
keamanan yang nantinya akan dirancang untuk mendapatkan hasil dari
perancangan Museum Daerah. Tahap preliminary desain adalah lanjutan
tahapan dari pemilihan data tema dan konsep yang telah di buat beberapa
alternatif desain. Lalu dikembangkan dengan tahapan pengembangan
desain setelah pemilihan alternatif desain yang telah terpilih. Pada akhi
tahapan terdapat output berupa desain yang telah dibuat berupa tema dan
konsep dari layout, ceiling, flooring, potongan, tampak perspektif dan hasil
akhir pendukung lainnya

1.6.4. Output Akhir

Tahapan ini adalah metoda akhir dari perancangan, dari semua yang
telah dianalisa dan merupakan proses penggabungan semua data yang
diterapkan pada desain Museum Sri Baduga. Output ini akan
menghasilkan lembar kerja untuk perancangan

1.7. Kerangka Berpikir


FENOMENA : URGENSI :

- Treatment untuk pengunjung, dan treatment untuk Sesuai dengan kebutuhan


koleksi belum sesuai. (contoh : experience, ambience, diperlukannya perancangan
recreational and entertaining spaces) museum sri baduga, maka desain
- Kronologi penataan koleksi yang belum teratur akan disesuaikan dengan
- minim akan teknologi (augmentasi, interactive display pendekatan budaya
dsb)
- Tidak ada pengamanan pendukung untuk museum
(APAR, Sprinkler, smoke detector dsb)
- Tidak ada pre-exhibition (ruang pengkondisian sebelum
pengunjung menerima materi)
- Pencahyaan kurang memerhatikan keamanan koleksi, lux
dan lampu pada tiap karya tidak ada pengkhususan,
pencahayaan juga kurang menciptakan ambience yang
baik
- Pemilihan material ramah karya/koleksi masih minim
(kaca nya yang masih memantulkan bayangan orang,
harusnya minim pantulan agar koleksi terlihat jelas)
- Showcase system masih belum diterapkan
- Letak dan arah sumber cahaya kurang diperhatikan, baik
untuk keamanan karya maupun untuk estetika.

TUJUAN DAN SASARAN


 Membuat experience, recreational and entertaining spaces yang tepat untuk
menarik minat masyarakat

 Mengaplikasikan tangible & intangible culture heritage sunda pada interior untuk
melestarikan budaya dan memperkuat identitas sunda pada interior museum
sribaduga (baik dianalogikan maupun penerapan bentuk secara langsung)
 Menerapkan sumber daya alam sunda pada elemen interiornya
 Penerapan intangible maupun tangible cultural heritage pada interior, baik
diaplikasikan sebagai bentuk maupun filosofinya.

 Penerapan konsep sirkulasi secara kronologis, melalui penataan dan penempatan


benda koleksi.
 Memberikan pencahyaan (lewat besar lux nya) sesuai dengan tingkat rentan
masing-masing koleksi., tidak merubah warna benda asli agar informasi yang
disampaikan tetap semestinya.
 Mendesain display yang sustainable, ramah karya, mudah maintenancenya dan
tidak merubah informasi yang harus tersampaikan.
 Memperhatikan penghawaan baik alami maupun buatan, menyesuaikan dengan
tingkat rentan masing-masing karya.
STUDI PUSTAKA : SURVEY :
- peraturanSimpulan
daerah dan peraturan negara
: tersusunya perencanaan dan perancangan Museum Sri baduga sesuai
tentang penyelengaraan museum staff, dan koleksi. Museum Sri Baduga
kebutuhan pengunjung,
- buku tentang pencahayaan dengan judul JL. B.K.R No. 185, Pelindung
Dasar Dasar Desain Pencahaayan oleh Mark Hewan, Kec. Astanaanyar,
Kaelen dan James Benya dan penghawaan Bandung, Jawa Barat 40243
- standart ergonomi dengan buku Human
evaluation
Manusia dan penataan ruang RANGKUMAN A D GAMBAR
PERMASALAHAN L E KERJA
Feedback Profil pengguna, aktivitas, sirkulasi, DESAIN T S
organisasi ruang, besaran ruang, zoning E A Layout,
blocking Yang meliputi R I flooring,
Karakter ruang masalah fungsi, N N ceiling plan,
bentuk, waktu dan A potongan,
Tema, gaya, warna, tekstur biaya T T tampak, detail
Tata kondisi ruang I E furniture, site
F R plan
Pencahayaan, penghawaan, akustik
P
Elemen pembentuk ruang IDE DASAR.
I
SOLUSI DAN PRESENTASI
L
Lantai, dinding, plafon KONSEP
I
Pengisi ruang DESAIN POSTER,
H
MATERI
Furniture dan peralalatan PERSENTASI,
sintesis POWERPOINT,
ME dan Sign sytstem PERSPEKTIF,
MAKET, 3D,
SKEMA
BAHAN DAN
WARNA

outout

Anda mungkin juga menyukai