Anda di halaman 1dari 97

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ULANG INTERIOR MUSEUM SRIBADUGA


DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI

Oleh:
Vienna Lisdiani Ramdaniah
1603160127

Dosen Pembimbing 1:

Dosen Pembimbing 2:

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Museum menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2015


(tentang Museum) adalah Lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,
memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
Dan mengutip dari jurnal kemdikbud, dijelaskan disana tentang museum yang
menurut Intenasional Council of Museum (ICOM) : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008.
museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan
lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
Dari pengertiannya sendiri dapat diambil kesimpulan bahwa museum adalah fasilitas
pelayanan publik. Berkaitan dengan publik dan museum, menurut trends.google.co.id
kembalinya minat orang berkunjung ke museum menjadi sebuah fenomena baru, mengacu
pada grafik kunjungan museum yang semakin meningkat setiap tahunnya. Maka berangkat dari
fenomena ini, tentu museum-museum perlu melakukan upaya agar yang tercipta bukan hanya
‘kembalinya minat’ namun yang lebih penting adalah ‘bertahannya minat’.
Mengingat publik sendiri sudah meningkat minatnya, maka yang perlu ditingkatkan
sebagai upaya bukanlah meningkatkan angka kunjungan lagi melainkan meningkatkan
kenyamanan didalam museum yang tentu akan berimbas pada bertahannya minat.
Kenyamanan pengunjung museum bisa terbentuk oleh beberapa hal, yang patokannya
adalah standar museum yang baik, baik menurut jurnal penelitian maupun peraturan
pemerintah tentang permuseuman. Selain itu, patokan lainnya adalah psikologi masing-masing
pengunjung berdasarkan segmentasinya yang tentu bisa didapat dari wawancara 2 subjek, yaitu
pihak museum dan pengunjung itu sendiri. Jika dikerucutkan kembali, kenyamanan yang
tercipta didalam museum selain lewat kepiawaian guide dalam menyampaikan informasi, juga
bisa dicapai lewat aspek interior.
Museum Sri Baduga dipilih sebagai objek pada perancangan kali ini karena memiliki
potensi yang besar untuk dikunjungi dan diminati namun belum memenuhi kriteria museum
yang baik (berdasarkan hasil observasi yang patokannya adalah standar universal museum
yang baik dan juga berdasarkan hasil kuisioner).
Potensi yang besar untuk dikunjungi dan diminati juga ditunjukan oleh hasil wawancara
pada artikel pikiran rakyat yang berjudul ‘Ode untuk Museum Sri Baduga’, MINAT masyarakat
mengunjungi Museum Negeri Jawa Barat Sri Baduga terus mengalami kenaikan hingga 35
persen. Masyarakat berharap koleksi dan fasilitas Museum Negeri Jawa Barat Sri Baduga
sebagai ruang edukasi publik lebih ditingkatkan. Kepala Seksi Cagar Budaya dan
Permuseuman di UPTD Pengelolaan Kebudayaan Jawa Barat Eddy Sunarto, mengungkapkan,
sepanjang 2018 terjadi peningkatan angka kunjungan ke Museum Negeri Jawa Barat Sri
Baduga hingga 35 persen. "Biasanya peningkatan antara 10 hingga 20 persen, namun tahun
2018 lalu peningkatan mencapai 12.257 orang,” ujar Eddy Sunarto, ketika ditemui di ruang
kerjanya, beberapa waktu lalu. (dikutip dari artikel Pikiran Rakyat, Retno Heriyanto, 2 Maret
2019)
Maka meningkatkan kenyamanan lewat aspek interior merupakan langkah yang tepat
sebagai respon terhadap fenomena ‘kembali dan meningkatnya minat masyarakat berkunjung
ke museum’, pengharapan masyarakat tentang harus adanya peningkatan fasilitas Museum Sri
Baduga juga menjadi alasan pemilihan objek perancangan untuk diperbarui, maka yang perlu
dibangun sekarang bukanlah hanya ketertarikan untuk berkunjung saja, namun tahap pertama
kali berkunjung, proses touring, hingga kesan dan perasaan pengunjung pasca kunjungan, yang
mana ke-4 hal ini akan punya hasil yang baik jika dibangun pertama kali oleh rasa ‘nyaman’.
Dan rasa nyaman tersebut akan tercipta jika museum mampu memenuhi standar museum yang
baik, misalnya story line yang jelas, sign system yang informatif, dan mampu memberikan
treatment terhadap pengunjung meliputi experience, ambience, recreational, entertaining
space, serta education. (mengacu pada standar museum yang baik menurut ICOM, jurnal
penelitan permuseuman, serta menurut peraturan pemerintah tentang permuseuman, salah
satunya peraturan pemerintahan nomor 66 tahun 2015 tentang museum.)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang ditemukan beberapa permasalahan pada Museum


Sribaduga sebagai berikut :

a. Story line belum jelas (berdasarkan hasil observasi yang patokannya adalah standar
museum yang baik, baik menurut jurnal penelitian maupun peraturan pemerintahan
tentang permuseuman, identifikasi masalah ini juga didapat dari hasil respon kuisioner
pengunjung yang segmentasinya adalah pelajar SMP,SMA, Mahasiswa, dan
Masyarakat umum yang pernah berkunjung.)
b. Tidak ada ruang pengkondisian (pre-exhibition) membuat pengunjung tidak rehat dulu
namun langsung menerima materi saat pertama kali datang, yang berimbas pada kurang
baiknya penangkapan informasi saat touring. (identifikasi masalah ini didapat karena
mengacu pada standar museum yang baik menurut ICOM, dan juga didapat dari hasil
kuisioner pengunjung.)
c. Sign system kurang informatif (didapat dari hasil observasi yang patokannya standar
museum yang baik menurut ICOM dan peraturan pemerintah tentang permuseuman,
serta hasil kuisioner pengunjung)
d. Kurangnya treatment terhadap pengunjung baik secara experience, ambience,
recreational, entertaining space, education (identifikasi masalah ini didapat dari
observasi yang patokannya adalah standar museum menurut ICOM, peraturan
pemerintah tentang permuseuman, serta hasil kuisioner pengunjung)

1.3 Rumusan Masalah

Dari Identifikasi masalah yang ditentukan, maka rumusan masalah yang akan
diselesaikan dalam perancangan ulang Museum Sribaduga adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana dan metode seperti apa yang tepat untuk menyajikan story line yang jelas
pada museum sri baduga yang mana dapat berimbas pada laju flow pengunjung?
b. Bagaimana dan metode seperti apa yang tepat untuk menyajikan ruang pengkondisian
yang baik sebelum touring agar berimbas pada tersampaikannya materi dengan baik
pada museum sri baduga?
c. Bagaimana cara menyajikan sign system yang informatif lewat elemen interior pada
museum sri baduga?
d. Bagaimana dan metode seperti apa agar treatment terhadap pengunjung baik secara
experience, ambience, recreational, entertaining space, dan education dapat terpenuhi
lewat interior?
1.4 Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah di tentukan dalam perancangan ulang


Museum Sribaduga. Adapun tujuan perancangan Museum Sribaduga sebagai berikut :

a. Menyajikan story line yang jelas pada museum sri baduga yang patokannya adalah
standar museum yang baik, baik menurut jurnal penelitian maupun peraturan
pemerintahan tentang permuseuman, serta standar interior museum baik secara
universal maupun lokal, yang akan berimbas pada baiknya flow pengunjung.
b. Membuat dan merancang ruang pengkondisian (pre-exhibition) sesuai standar
museum yang baik menurut ICOM, peraturan pemerintah tentang permuseuman,
maupun standar interior museum agar dapat berimbas pada baiknya penangkapan
informasi saat touring karena telah rileks sebelumnya.
c. Menyajikan sign system yang informatif yang tentu berimbas pada flow yang baik.
d. Merancang elemen-elemen interior yang dapat memberikan treatment kepada
pengunjung baik secara experience, ambience, recreational, entertaining space, dan
education, yang treatnya akan berimbas tidak hanya pada satu panca indera saja
(mata), namun mentreat seluruh panca indera.

1.5 Metode Penulisan

Dalam proses penulisan perancangan Museum Sribaduga ini diperlukan pengumpulan


data. Adapun penjabaran data tersebut sebagai berikut:

a. Bab 1
Bab ini membahas tentang fenomena yang berhubungan dengan perancangan ulang
Museum Sribaduga. Fenomena tersebut memunculkan beberapa identifikasi masalah
yang akan di rumuskan di dalam bab 1. Rumusan masalah tersebut menghasilkan
beberapa tujuan perancangan yang menjadi landasan perancangan. Beberapa tujuan
perancangan menentukan proses metode penulisan dan kerangka berfikir pada
perancangan Museum Sribaduga.
b. Bab 2
Bab ini merupakan tahap pengumpulan data berupa penjelasan definisi projek
perancangan, klasifikasi projek, penentuan standarisasi projek, pendekatan
perancangan yang berdasarkan teori perancangan, dan pemilihan studi preseden
sebagai referensi proses penerapan sebuah pendekatan perancangan.
c. Bab 3
Tahap ini merupakan Analisis studi banding dari 3 studi yang memiliki fungsi
bangunan serupa di beberapa lokasi berbeda. Data studi banding sebagai dasar
pembuatan tabel komparasi yang dapat menjadi referensi beberapa permasalahan dari
ketiga tempat tersebut dan diterapkan pada perancangan. Bab ini juga membahas
deskripsi projek perancangan dan analisa perancangan yang berupa analisa site,
bangunan, alur aktivitas, dan kebutuhan ruang.
d. Bab 4
Bagian ini membahas tema yang mengacu pada tujuan perancangan, dan pendekatan
perancangan. Pembahasan tema memunculkan konsep perancangan yang diterapkan
pada perancangan ulang Museum Sribaduga. Konsep perancangan menjabarkan
tentang pengolahan elemen interior berdasarkan pendekatan perancangan.
1.5 Kerangka Berpikir
BAB II
KAJIAN LITELATUR

2.1 Fenomena

2.1.1 Fenomena

Sumber : Google Trends

Menurut trends.google.co.id kembalinya minat orang berkunjung ke museum menjadi sebuah


fenomena baru, mengacu pada grafik kunjungan museum yang semakin meningkat setiap tahunnya. Maka
berangkat dari fenomena ini, tentu museum-museum perlu melakukan upaya agar yang tercipta bukan
hanya ‘kembalinya minat’ namun yang lebih penting adalah ‘bertahannya minat’.
Mengingat publik sendiri sudah meningkat minatnya, maka yang perlu ditingkatkan sebagai upaya
bukanlah meningkatkan angka kunjungan lagi melainkan meningkatkan kenyamanan didalam museum
yang tentu akan berimbas pada bertahannya minat.
Kenyamanan pengunjung museum bisa terbentuk oleh beberapa hal, yang patokannya adalah
standar museum yang baik, baik menurut jurnal penelitian maupun peraturan pemerintah tentang
permuseuman. Selain itu, patokan lainnya adalah psikologi masing-masing pengunjung berdasarkan
segmentasinya yang tentu bisa didapat dari wawancara 2 subjek, yaitu pihak museum dan pengunjung itu
sendiri. Jika dikerucutkan kembali, kenyamanan yang tercipta didalam museum selain lewat kepiawaian
guide dalam menyampaikan informasi, juga bisa dicapai lewat aspek interior.
Maka meningkatkan kenyamanan lewat aspek interior merupakan langkah yang tepat sebagai
respon terhadap fenomena ‘kembali dan meningkatnya minat masyarakat berkunjung ke museum’, maka
yang perlu dibangun sekarang bukanlah hanya ketertarikan untuk berkunjung saja, namun tahap pertama
kali berkunjung, proses touring, hingga kesan dan perasaan pengunjung pasca kunjungan, yang mana ke-4
hal ini akan punya hasil yang baik jika dibangun pertama kali oleh rasa ‘nyaman’. Dan rasa nyaman tersebut
akan tercipta jika museum mampu memenuhi standar museum yang baik, misalnya story line yang jelas,
sign system yang informatif, dan mampu memberikan treatment terhadap pengunjung meliputi experience,
ambience, recreational, entertaining space, serta education. (mengacu pada standar museum yang baik
menurut ICOM, jurnal penelitan permuseuman, serta menurut peraturan pemerintah tentang permuseuman,
salah satunya peraturan pemerintahan nomor 66 tahun 2015 tentang museum.)
2.2 Definisi Proyek

2.2.1 Pengertian Museum

Kata museum berasal dari bahasa Yunani yaitu mouseion yang berarti tempat para muse. Muse
adalah sembilan anak wanita Dewa Zeus yang memberikan inspirasi pada seniman. Yang kemudian
mouseion tersebut dijadikan nama kuil tempat memuja dewi-dewi tersebut. Pada perkembangannya,
mouseion dipakai sebagai tempat penyimpanan hadiah dan persembahan untuk dewa dari para umat
(Encarta Researcher, 2003) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 601) museum / museum / n
gedung yang digunakan sbg tempat untuk pameran tetap bendabenda yg patut mendapat perhatian umum,
spt peninggaian sejarah, seni dan ilmu, tempat menyimpan barang kuno: • ABRI museum tempat
memamerkan benda-benda yang pernah dipergunakan oleh ABRI dl perang masa lampau; • sejarah
museum tempat memamerkan benda-benda bersejarah (menggambarkan peristiwa sejarah) Menurut
Internalional Council of Museum (ICOM) museum adalah suatu lembaga yang memelihara dan
memamerkan kumpulan benda-benda koleksi yang bernilai budaya dan ilmiah untuk tujuan penelitian,
pendidikan dan hiburan. Peranan museum yang utama adalah menyajikan koleksinya kepada masyarakat
untuk membantu pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan rasa senangnya (Douglas dalam
Desintha, 2002 ; 7). Sedangkan menurut Caleb Setiawan (Devi, 1996 ; 7) museum adalah bangunan untuk
menempatkan koleksi obyek untuk diteliti, dipelajari dan dinikmati. Museum mengumpulkan berbagai
material dari berbagai tempat dan waktu yang berbeda ke dalam sebuah bangunan. Disamping itu museum
merupakan lembaga tetap tempat memelihara, menyelidiki, mengajar, memamerkan dan memeragakan
benda konservasi kepada masyarakat luas untuk tujuan publikasi, informasi, edukasi dan rekreasi.

2.2.2 Lokasi Perancangan

Perancangan interior Museum Sri Baduga terletak di Jl. B.K.R. 185, Jawa Barat atau lebih dikenal
dengan jalan lingkar selatan dan lokasinya sangat dekat dengan lapangan bersejarah di Bandung yaitu
lapangan Tega lega yang di dalamnya terdapat Monumen Bandung Lautan Api. Penempatan proyek
perancangan di Jl. B.K.R ini karena objek merupakan bangunan bersejarah di Jawa Barat yang harus
bersifat lokasi tetap.

2.2.3 Luas Perancangan

Luas seluruh perancangan interior Museum Sri Baduga sebesar 1621,74 m2. Dengan lantai 1 dan
2 sebesar 1128,9 m2 dan lantai 3 seluas 483,9 m2 Perancangan interior Museum Sri Baduga ini memiliki
batasan luasan sebesar 1500m2 sampai 2000m2.

2.2.4 Perancangan Interior

Perancangan interior pada Museum Sri Baduga yang akan dirancang meliputi;

• Lobby
• Resepsionis
• Ruang tiket
• Area lantai 1
• Area lantai 2
• Area lantai 3
2.3 Klasifikasi Museum

A. Museum Sejarah Alam


Museum jenis ini dibuat untuk membagi pengetahuan tentang alam semesta dan segala sesuatu yang
terdapat didalamnya, obyek yang dipamerkan biasanya berasal dari penelitian ilmiah. contohnya
adalah museum geologi.

B. Museum Sejarah Kebudayaan Manusia


Museum ini dibuat untuk menyebarkan pengetahuan tentang hasil-hasil dari kebudayaan manusia
di masa lalu, koleksi yang dipamerkan adalah hasil karya perbuatan manusia. Contohnya Museum
Mandala Wangsit Siliwangi.

C. Menurut Drs. Moh. Amir Sutaarga, museum dapat diklasifikasikan berdasarkan 5 jenis, yaitu :

Berdasarkan Tingkat Wilayah dan Sumber Lokasi :

- Museum Internasional o Museum Nasional


- Museum Regional
- Museum Lokal

Berdasarkan Jenis Koleksi :

- Museum Umum, koleksi mencakup beberapa bidang/ disiplin


- Museum Khusus, koleksi terbatas pada bidang/ disiplin tertentu

Berdasarkan Penyelenggaraannya :

- Museum Pemerintah o Museum Yayasan


- Museum Pribadi

2.3.1 Persyaratan Berdirinya Museum

Persyaratan museum menurut Pedoman PendirianMuseum (1999/2000), terdapat beberapa


persyaratan yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu museum, antara lain:

A. Lokasi Museum

a. Lokasi Harus Strategis

Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk masyarakat umum, pelajar,
mahasiswa, ilmuwan, wisatawan, dan masyarakat umum lainnya.

b. Lokasi Harus Sehat

Lokasi sehat diartikan lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara,
bukan daerah yang berawa atau tanah pasir, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara
lain : kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55 65 %.

B. Persyaratan Bangunan

Persyaratan Umum

1) Bangunan Dikelompokan dan Dipisahkan Sesuai:


- Fungsi dan aktivitas
- Ketenangan dan keramaian o Keamanan

2) Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukkan bagi pengunjung.

3) Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta
ruang-ruang pada bangunan khusus.

4) Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat.

5) Area privat terdiri dari :

- Laboratorium Konservasi

- Studio Preparasi

- Storage

6) Area publik atau umun terdiri dari :

- Bangunan utama, meliputi pameran tetap, pameran temporer, dan peragaan.

- Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan barang, lobby / ruang
istirahat, dan tempat parkir.

Persyaratan Khusus

1) Bangunan Utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer, harus dapat:

- Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan. o Mudah dalam pencapaiannya baik
dari luar atau dalam. o Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik
sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum.

- Memiliki sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk
mencegah rusaknya benda- benda secara alami ataupun karena pencurian.

2) Bangunan Auditorium, harus dapat :

- Dengan mudah dicapai oleh umum.


- Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.

3) Bangunan Khusus, harus :

- Terletak pada tempat yang kering.

- Mempunyai pintu masuk yang khusus.

- Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, dan pencurian).

4) Bangunan Administrasi, harus :

- Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun


terhadap bangunan lainnya

Persyaratan Ruang

Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa
persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut:

Pencahayaan dan Penghawaan

Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk
membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi utama
kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21 derajat C 26 derajat C. Intensitas cahaya
yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet.

Gambar 2. 1 Pencahayaan Alami


Sumber :http://belajaritutiadaakhir.blogspot.co.id/2011/08/ persyaratan-berdirinya-museum.html

Ergonomi dan Tata Letak

Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan mengapresiasi koleksi,


maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut standar-standar perletakan koleksi di
ruang pamer museum.

Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pameran

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi, membantu
pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada
runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.
Gambar 2. 2 Sirkulasi Ruang Pamer

Sumber :Time Saver Standart

2.4 Standarisasi Proyek

A. Standar Kebutuhan Site

Penempatan lokasi museum dapat bervariasi, mulai dari pusat kota sampai ke pinggiran kota. Pada
umumnya sebuah museum membutuhkan dua area parkir yang berbeda, yaitu area bagi pengunjung dan
area bagi karyawan. Area parkir dapat ditempatkan pada lokasi yang sama dengan bangunan museum atau
disekitar lokasi yang berdekatan. Untuk area diluar bangunan dapat dirancang untuk bermacam kegunaan
dan aktivitas, seperti acara penggalangan sosial, even dan perayaan, serta untuk pertunjukan dan pameran
temporal.

B. Standar Organisasi Ruang

Secara umum organisasi ruang pada bangunan museum menjadi lima zona/area berdasarkan
kehadiran publik dan zona tersebut antara lain :

o Zona Publik - Tanpa Koleksi


o Zona Publik - Dengan Koleksi
o Zona Non Publik Tanpa Koleksi o Zona Non Publik Dengan Koleksi o Zona Penyimpanan Koleksi

C. Standar Ruang Pamer

Didalam perancangan sebuah museum perlu beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan
penataan ruang dan bentuk museumnya sendiri, antara lain :

a. Ditemukan tema pameran untuk membatasi bendabenda yang termasuk dalam kategori yang
dipamerkan

b. Merencanakan sistematika penyajian sesuai dengan tema yang terpilih, jenis penyajian tersebut
terdiri dari :

- Sistem menurut kronologi


- Sistem menurut fungsi
- Sistem menurut jenis koleksi

- Sistem menurut bahan koleksi

- Sistem menurut asal daerah

c. memilih metoda penyajian agar dapat tercapai maksud penyajian berdasarkan tema yang dipilih

- Metoda pendekatan esteis o Metoda pendekatan romantik/tematik

- Metoda pendekatan intelektual ( susilo tedjo, 1988 )

D. Standar Luas Ruang Objek Pamer


Dalam hal luas objek pamer akan memerlukan ruang dinding yang lebih banyak (dalam kaitannya
dengan luas lantai)dibandingkan dengan penyediaan ruang yang besar, hal ini sangat diperlukan untuk
lukisan-lukisan besar dimana ukuran ruangtergantung pada ukuran lukisan. Sudut pandang manusia
biasanya (54° atau 27° dari ketinggian) dapat disesuaika terhadap lukisan yang diberi cahaya pada jarak
10m, artinya tinggi gantungan lukisan 4900 diatas ketinggian mata dan kira kira 700 di bawahnya.

E. Standar Visual Objek Pamer

Galeri dan ruang pameran harus merupakan sebuah lingkungan visual yang murni, tanpa kekacauan
visual (termostat,alat pengukur suhu/ kelembaban, alat pemadam kebakaran, akses panel, signage, dll).
Bahan permukaan display tidak boleh dapat teridentifikasi (secara pola atau tekstur). Permukaannya harus
dapat dengan mudah di cat, sehingga warna dapat diatur menyesuaikan setiap pameran. Dinding display
dengan tinggi minimal 12 kaki diperlukan bagi sebagian besar galeri museum seni baru, namun museum
yang didedikasikan untuk seni kontemporer harus memiliki langit-langit lebih tinggi, 20 kaki adalah
ketinggian yang cukup fleksibel.

Gambar 2. 3 Jarak Pengamatan

Sumber: Time Saver Standart

F. Tata Letak Ruang

Tidak selamanya denah jalur sirkulasi yang sinambung di mana bentuk sayap bangunan dari ruang
masuk menuju keluar.Ruang. ruang samping biasanya digunakan untuk ruang pengepakan, pengiriman,
bagian untuk bahan bahan tembus pandang (transparan), bengkel kerja untuk pemugaran, serta ruang
kuliah.

Gambar 2. 4 Ruang Penyimpanan Koleksi

Sumber: Ernst Neufert


Ruang pameran dengan pencahayaan dari samping; tinggi tempat gantung yang baik antara 30° dan
60°, dengan ketinggia ruang 6700 dan tinggi ambang 2130 untuk lukisan atau 3040 3650 untuk meletakkan
patung, hitungan ini berdasarkan di Boston.

Gambar 2. 5Ruang Pameran Dengan Pencahayaan Dari Samping

Sumber: Ernst Neufert

Ruang pameran dengan penggunaan ruang yang sangat tepat penyekat ruang di antara tiang tengah
dapat diatur kembali misalnya diletakkan di antara penyangga jika dinding bagian luar terbuat kaca, maka
penataan jendela pada dinding dalam ga dapat bervariasi.

Gambar 2. 6Ruang Pameran

Sumber: Ernst Neufert

G. Persyaratan Ruang

Ruang untuk memperagakan hasil karya seni, benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan harus
memenuhi persyaratan berikut :

- Benar benar terlindung dari pengrusakan, pencurian,kebakaran,


- kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debut
- Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik (untuk kedua bidang
tersebut) biasanya dengan membagi ruang sesuai dengan koleksi yang ada menurut
:

• Benda koleksi untuk studi (mis: mengukir,menggambar) diletakkan dalam


kantong kantongnyadan disimpan di dalam lemari (dilengkapi laci-laci) kira-kira
berukuran dalam 800 dan tinggi 1600.
• Benda koleksi untuik pajangan mis : lukisan, lukisan dinding, patung, keramik,
furniture. ( Ernst Neufert, hlm.135 )
H. Teknik Perletakan

Teknik perletakan koleksi museum ada 2 jenis, yaitu :

1. Diorama, yang mampu menggambarkan suatu peristiwa tertentu dilengkapi dengan penunjang
suasana serta background berupa lukisan atau poster
2. Sistem ruang terbuka

I. Metode Penyajian

Standard teknis penyajian sangat mengikat sehingga tidak tergantung pada selera atau orang
saja. Standard teknik penyajian ini meliputi : Ukuran minimal Vitrin dan Panil, tata cahaya, tata
warna, tata letak, tata pengamanan, tata suara, lebeling dan foto penunjang.

Pemeran dalammuseum harus mempunya daya tarik tertentu untuk sedikitnya dalam jangka
waktu 5 tahun, maka sebuah pameran harus di buat denga menggunakan suatu metode. Metode yang
dianggap baik sampai saat ini adal metode berdasarkan motivasi pengunjung museum. Metode ini
merupakan hasil penelitian beberapa museum di eropa dan sampai sekarang digunakan. Penelitian
ini memakan waktu beberapa tahun, sehingga dapat diketahui ada 3 kelompok besar motivasi
pengunjung museum, yaitu:

1. Motivasi pengunjung untuk melihat keindahan koleksikoleksi yang dipamerkan


2. Motivasi pengunjung untuk menambah pengetahuan setelah meliahat koleksi-koleksi yang
dipamerkan
3. Motivasi pengunjung untuk melihat serta merasakan suatu suasana tertentu pada pameran
tertentu.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk dapat memuaskan ke 3 motivasi tersebut,
metode-metode yang dimaksud adalah :

1. Metode penyajian artistik, yaitu memamerkan koleksikoleksi terutama yang mengandung unsur
keindahan
2. Metode penyajian intelektual atau edukatif, yaitu tidak hanya memamerkan koleksi bendanya
saja, tetapi juga semua hal yang berkaitan dengan benda tersebut, misalnya : cerita mengenai
asal usulnya, cara pembuatannya sampai fungsinya.
3. Metode penyajian Romantik atau evokatif, yaitu memamerkan

koleksi-koleksi disertai semua unsur lingkungan dan koleksi tersebut berada.

J. Persyaratan Pencahayaan pada Museum

Kebutuhan dan sistem pencahayaan akan berbeda menyesuaikan fungsi ruang dan jenis display.
Sebagai contoh, sebuah museum sejarah alam mungkin hanya perlu distribusi umum minimal sementara
pada kasus eksibisi diberikan pencahayaan pada display. Pada ruang eksterior, pencahayaan dan
pencahayaan ruang luar dapat digunakan untuk mendramatisir dan memperlihatkan tampilan museum.
Kerusakan akibat cahaya bersifat kumulatif dan tak terhindarkan. Energi dari cahaya mempercepat
kerusakan. Energi ini dapat menaikkan suhu permukaan benda dan dengan demikian menciptakan iklim-
mikro dengan berbagai tingkat kelembaban relatif dan reaktivitas kimia. Pencahayaan dapat menyebabkan
koleksi memudar, gelap, dan mempercepat penuaan. Cahaya yang terlihat adalah kombinasi dari berkas
cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Panjang gelombang cahaya ini adalah 400-700
nanometer (nm). Rentang ultraviolet adalah 300-400 nm. Cahaya di kisaran biru hingga akhir dari spektrum
ultraviolet memiliki energi lebih dan dapat lebih merusak objek. Karena tidak satupun sinar ultraviolet (UV)
atau inframerah (IR) yang boleh mempengaruhi tampilan, keduanya harus dihilangkan sepenuhnya dari
area pameran, area penyimpanan koleksi, dan area penanganan. Dua sumber utama sinar UV adalah sinar
matahari (pencahayaan alami) dan lampu neon (pencahayaan buatan).

a. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan lebih baik dari pada pencahayaan alami supaya tidak merusak, cahaya buatan
harus tetap dimodifikasi pada iluminasi (tingkat keterangan cahaya) tertentu, untuk mengurangi radiasi
sinar ultraviolet. Pada sebagian besar museum, perlengkapan pencahayaan di semua daerah pameran dan
daerah koleksi lain harus berpelindung UV hingga kurang dari 75 microwatts per lumen dan tertutup untuk
mencegah kerusakan terhadap objek jika terjadi kerusakan lampu. Secara umum, berdasarkan ketentuan
nilai iluminasi yang dikeluarkan Illumination Engineers Society Of North Amerika (Lighthing Handbook
For General Use). Pada area pameran, tingkat pencahayaan paling dominan di permukaan barang koleksi
itu sendiri. Diatas permukaan benda paling senditif, termasuk benda dari bahan kertas (seperti hasil print
dan foto), tingkat pancahayaan tidak boleh lebih dari 5 Footcandles (Fc). Kebutuhan pencahayaan eksibisi
akan berbeda sesuai jenis pameran, ukuran karya, dan tata letak setiap pameran . Tujuannya mungkin untuk
menerangi objek individu, bukan seluruh ruang. Ruang pameran biasanya memiliki susunan track lighting
berkualitas tinggi yang fleksibel. Tata letak akhir harus mempertimbangkan lokasi dinding non-permanen.

Tata letak track lighting harus mengakomodasi letak dinding permanen dan dinding nonpermanen :

1. Sudut yang diukur mulai dari titik di dinding dan 5 inci di atas lantai (yang merupakan rata-rata
orang dewasa) harus antara 45 dan 75 derajat (ke atas) dari bidang horizontal ke posisi lampu
2. Untuk dinding permanen, sudut yang ideal biasanya antara 6575 derajat. Semakin sensitif material
koleksi, semakin sedikit pencahayaan yang perlu disediakan

Gambar 2. 7Teknik untuk Pencahayaan Buatan

Sumber:Time Saver Standa


b. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami dapat digunakan sebagai pengaruh besar untuk mendramatisir dan meramaikan
desain dari sebuah bangunan.Beberapa arsitek menggunakan cahaya alami sebagai pembentuk desain
bangunan.

Gambar 2. 8Teknik untuk Pencahayaan Alami

Sumber:Time Saver Standart

Pencahayaan alami dapat mengakibatkan kerusakan pada berbagai bahan koleksi, batu, logam,
keramik pada umumnya tidak peka terhadap cahaya, tetapi bahan organik lainnya, seperti tekstil, kertas,
koleksi ilmu hayati adalah bahan yang peka terhadap cahaya. Perancang museum harus memahami dan
menerima bahwa museum yang paling profesional lebih menghargai penyajian dan pelestarian koleksi
mereka diatas segala manfaat arsitektural pencahayaan alami yang melimpah pada area koleksi. Terlalu
banyak cahaya dan panjang gelombang tertentu mampu menyebabkan kerusakan yang nyata pada koleksi-
koleksi yang tidak dapat tergantikan.

K. Persyaratan Elemen Pendukung Museum Lainnya a. Temperatur dan Kelembapan

Kondisi tempat yang terlalu kering atau terlalu lembab dapat berpengaruh buruk dan merusak benda
koleksi. Oleh karena itu, beberapa benda koleksi harus diperhitungkan dan dijaga kelembabannya, bahkan
perlu juga diperhitungkan intensitas panas yang ditimbulkan dari pencahayaan buatan (lighting). Suhu dan
kelembaban yang optimum tidak hanya diterapkan pada ruang pamer saja, melainkan juga pada ruang
Storage (penyimpanan koleksi) dan ruang konservasi ( New Metric Hand Book, Museum and Galleries ).

a. Temperatur dan Kelembapan

Kondisi tempat yang terlalu kering atau terlalu lembab dapat berpengaruh buruk dan merusak benda
koleksi. Oleh karena itu, beberapa benda koleksi harus diperhitungkan dan dijaga kelembabannya, bahkan
perlu juga diperhitungkan intensitas panas yang ditimbulkan dari pencahayaan buatan (lighting). Suhu dan
kelembaban yang optimum tidak hanya diterapkan pada ruang pamer saja, melainkan juga pada ruang
Storage (penyimpanan koleksi) dan ruang konservasi ( New Metric Hand Book, Museum and Galleries ).

b. Penghawaan

Museum yang baik sebaiknya tetap menerapkan penghawaan alami. Perwujudannya bias melalui
perletakkan jendela yang tinggi pada satu sisi dan rendah pada sisi lainnya (Cross Ventilation). Sedangkan
untuk tujuan pemeliharaan objek benda pameran, sebaiknya menggunakan AC karena dapat mengatur
temperature dan kelembaban yang diinginkan. Hal ini tentunya tergantung oleh bahan objek pameran
tersebut, apakah peka terhadap kelembaban atau tidak ( Smita J. Baxi Vinod p. Dwivedi, modern museum,
Organization and partice in india, New Delhi, Abinar publications, hal 34.)

c. Akustik

Akustik bervariasi pada setiap museum. Akustik pada tiap ruang haruslah nyaman bagi perorangan
maupun kelompok. Sangat penting bagi pembimbing tur agar dapat didengar oleh kelompoknya tanpa
menggangu pengunjung lainnya. Beberpa ruangan untuk fungsi tertentu seperti ruang pertemuan, orientasi,
auditorium (atau teater) harus dirancang oleh ahlinya.

d. Keamanan

Operasi museum harus dibuat aman seluruhnya, bukan hanya oleh sistem para penjaga aktif dan
sistem elektronik, tetapi juga oleh rancangan dan tata letak yang sesuai. Semua aspek dari museum harus
di rancang untuk menjaga keamanan koleksi. Koleksi harus dilindungi dari kerusakan, pencurian, dan
penyalahgunaan. Ini berlaku bagi pengunjung, staf penanganan, dan staf keamanan.

2.5 Pendekatan Desain

2.5.1 Definisi Psikologi

Menurut Garden Murphy (seorang psikolog Amerika yang berspesialisasi dalam psikologi sosial
dan kepribadian dan parapsikologi.) Psikologi adalah ilmu yg mempelajari respon tentang mahluk hiduo
dengan lingkungannya.

Sejalan dengan objek perancangan museum yang perlu mengupayakan terciptanya kenyamanan di
dalam museum yang tentu tidak lepas dari pengaruh psikologi pengunjung, baik psikologi pengunjung
berdasarkan masing-masing segmentasinya ataupun berdasarkan respon terhadap lingkungan/ruang.

2.6 Studi Preseden

2.6.1 Profil Proyek

2.6.2 Museum Gedung Sate

Museum Gedung Sate terletak di Jalan Diponegoro No. 22 dan menyatu dengan Gedung Sate itu
sendiri. Hanya, letaknya di ujung dan berdekatan dengan museum Pos Indonesia. Pertama-tama,
pengunjung akan dipandu untuk melihat diorama yang berisi perjalanan terbentuknya Gedung Sate. Setelah
itu, pengunjung bakal melihat jejak sejarah Gedung Sate lewat tampilan teknologi visual digital dan video
mapping yang cukup canggih seperti yang terdapat di ruang film, ruang architarium, ruang augmented
reality, ruang virtual reality dan ruang display. Tidak hanya belajar tentang sejarah saja, mereka yang
tertarik dengan seni arsitektur zaman kolonial juga bisa mengetahui rahasia material bangunan dan teknik
yang digunakan para arsitek-arsitek zaman dulu dalam membangun Gedung Sate yang sejak tahun 1924
hingga hari ini masih berdiri kokoh. detail-detail bangunan yang ada di Gedung Sate seperti kaca patri atau
kaca prisma digunakan sebagai bantuan penerangan alami. telefon kuno, branwir, serta duplikat sirene hadir
di museum ini sebagai koleksi bersejarah.

Ada pula ”robekan” dinding yang bisa dijadikan tambahan informasi dari sisi teknik pembangunan
gedung, yang memperlihatkan semua dinding Gedung Sate dibuat dari tumpukan batu gunung dari Gunung
Manglayang.Memasuki area pertama Gedung sate, pengunjung dipandu untuk melihat diorama tentang
perjalanan terbentuknya Gedung sate, hingga perkembangannya. Juga sejarah kota Bandung serta
peristiwa-peristiwa didalamnya. area utama yang memberikan informasi tentang Gedung Sate ada pada
bagian tengah museum. Pada area tersebut juga display disajikan interactive dengan aneka konten digital
seperti hologram dan interactive glass display mengenai Gedung Sate. Selanjutnya, ada ruang gimmick
dengan konsep edutaiment untuk pengunjung seperti ruang augmented reality hingga virtual reality.
Pengunjung juga dapat menonton film pendek berdurasi 10 menit tentang Kota Bandung di area audio
visual. Pada ruang kontemplasi, ambience yang tercipta adalah ketenangan dan suasana hening. Warna-
warna seperti ungu tua atau krem digunakan pada kedua dinding di lorong ini. Pengunjung juga disuguhi
fasilitas multimedia yang interaktif dan inovatif. Fasilitas lain dari museum adalah perpustakaan kecil yang
berisikan buku tentang arsitektur dan desain, juga gift shop yang menyatu dengan kafe kecil. Yang
selanjutnya menurut pengelola akan dijadikan museum kopi, merespon banyaknya ragam kopi jawa barat.

a. Lokasi

Gedung Sate terletak di Jalan Diponegoro No. 22 , Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Sites :

b. Sejarah

Museum Gedung sate diresmikan pada tanggal 8 desember 2017, Museum Gedung Sate dibangun di
penghujung masa jabatan Gubernur Ahmad Heryawan (Aher). Museum itu dibuat untuk membasahi dahaga
akan sejarah gedung paling ikonik di Jabar. Sebelum museum berdiri, akses warga untuk melihat lebih
dekat Gedung Sate sangat terbatas. "Dulu orang mau ke Gedung Sate segan. Setelah ada museum
masyarakat bisa lebih leluasa untuk melihat bangunan bersejarah ini," tutur Ebet nugraha, Kasubag Urusan
Dalam Bagian Rumah Tangga Biro Umum Setda Provinsi Jabar, saat berbincang dengan Kompas.com,
Kamis pagi. Museum Gedung Sate memang tak terlalu luas.

Namun, jangan salah pengunjung akan terkejut melihat beragam penerapan teknologi di dalam museum
tersebut. Museum itu memang didesain futuristik untuk memikat pengunjung. Dari mulai pencitraan tiga
dimensi, hingga augmented reality disajikan untuk mengupas sejarah gedung yang dulu bernama
Gouvernement Bedrijven ini. Tema pendirian museum ini untuk mengenalkan Gedung Sate sebagai
bangunan cagar budaya. Isinya terkait sejarah, proses pembangunan, pemanfaatan, yang ditampilkan
dengan paduan teknologi digital.
c. Visi dan misi VISI

Menjadikan Museum Gedung Sate sebagai satu tempat pembelajaran sejarah, arsitektur dan sipil.

MISI

1. Menjadikan Museum Gedung Sate sebagai salah satu tempat pembelajaran sejarah, arsitektur, dan sipil.

2. Menjadikan Museum Gedung Sate sebagai sarana edukasi dan rekreasi. 3. Memberikan pelayanan
informasi publik.

d. Fasilitas

Penyuguhan 3 segmen yakni prolog, eksplorasi, dan kontemplasi, Memasuki area museum,
pengunjung akan diarahkan untuk berkenalan dengan sejarah panjang Kota Bandung dan juga peristiwa
yang mengiringinya.

Bagian tengah museum berfungsi sebagai area utama yang memberikan informasi tentang Gedung
Sate. Di area tersebut juga terdapat aneka konten digital seperti hologram dan interactive glass display
mengenai Gedung Sate. Segmen selanjutnya adalah ruang gimmick yang menyuguhkan konsep
edutainment untuk pengunjung seperti ruang augmented reality hingga virtual reality.

Pengunjung juga dapat menonton film pendek berdurasi 10 menit mengenai Kota Bandung di area
audio visual. ruang kontemplasi berisikan informasi mengenai pembuatan museum Gedung Sate, termasuk
di antaranya foto besar hasil pemindaian 3D Gedung Sate yang dilakukan sangat detail oleh Tim Konservasi
Candi Borobudur.

Interactive picture frame

Sebanyak tiga unit layar interaktif diletakkan di area utama Museum Gedung Sate. Layar tersebut
berisikan informasi mengenai pemimpin Jawa Barat dari masa ke masa. Pengunjung dapat menyentuh
setiap gambar kepala daerah dan mendapatkan informasi mengenai sosoknya. Fasilitas lain dari museum
ini selain toilet juga adanya perpustakaan kecil yang berisikan buku tentang arsitektur dan desain, juga gift
shop yang menyatu dengan kafe kecil.

Sumber : museumgedungsate.org
Sumber : museumgedungsate.org

Sumber : museumgedungsate.org

e. Sirkulasi

Pintu masuk dan keluar menggunakan 1 pintu yang sama.

f. Aktivitas

- Exhibition (koleksi museum)

- Literasi (perpustakan)

- Event

- Lomba

- Ngopi (café kecil sebelum pintu masuk)


g. Elemen pembentuk ruang pada museum Gedung sate

- Ceiling

Ceiling pada masing-masing area ditreatment berbeda agar menciptakan transisi, membuat
ambience dari 1 area ke area yang lainnya berbeda.
Ceiling pada area digital information dan 4D projection diekspose dan diberi warna gelap agar focus utama
pengunjung tetap pada koleksi (agar tujuan edukasi berjalan semestinya), ceiling pada Lorong karya grafis
dibuat berbeda dengan treatment up ceiling, lalu pada ruangan audio ceiling tidak diekspose (berbeda
dengan ceiling pada ruang digital information yang ceiling nya punya fungsi juga untuk alur rel spotlight)
karena tidak ada kebutuhan untuk rel spotlight, ruang audio hanya sebagai ruang pemutaran film.
- Flooring

Flooring dari area ke area sama, yaitu menggunakan parket kayu merbau finishing brown, lalu pada
Lorong menuju area augmented reality tetap menggunakan material yang sama namun diberi treatment
augmented reality penampakan kota bandung dari atas (ada transisi area ke area), dan flooring yang berbeda
hanya pada ruang audio (menggunakan karpet) karena ruang audio elemen ruangnya perlu material
pendukung peredam suara.

- Wall

Bagian dinding tidak terlalu banyak diolah, hanya penambahan mural dan augmented reality, yang
menarik adalah dinding yang menunjukan sisi teknis pembangunan Gedung ( tumpukan batu gunung
manglayang)

-Tema
Tema yang diusung adalah ‘new hindia style’ dan ‘rasionalisme belanda’ Sumber :
museumgedungsate.org

- Suasana

Kental dengan gaya modern, namun ornament ruang, mural dan penggunaan warna cat menciptakan
ambience bangunan-bangunan colonial.

- Pencahyaan
Pencahayaan buatan mendominasi, sebagai treatment untuk koleksi (keamanan), koleksi pada
museum biasanya rentan terhadap cahaya alami, sedangkan pencahayaan buatan lux nya dapat
diatur sesuai sensitivitas koleksi, pada area utama lebih banyak menggunakan spotlight, pada area

Lorong menggunakan led pada dinding, pada ruangan augmented reality menggunakan candelier
lamp.

- Penghawaan

Penghawaan yang digunakan dominan penghawaan buatan (AC) Kembali mempertimbangkan


keamanan koleksi yang memungkinkan rentan terhadap udara luar.
BAB III
ANALISIS STUDI BANDING, DESKRIPSI PROYEK DAN ANALISA DATA

3.1 Analisa Studi Banding

Analisa studi banding pada proyek ini dilakukan untuk membandingkan objek
perancangan yang telah ada dan menjadikannya sebagai acuan perbandingan untuk
mendapatkan hasil proyek yang lebih baik. Analisa studi banding dilakukan pada tiga tempat
yaitu Museum Gedung sate, Museum KAA, Museum Hermitage. Analisa studi banding
dilakukan di Kota Bandung karena proyek akan di tempatkan di Kota Bandung.

3.1.1. Museum Gedung Sate

a. Definisi

Museum Gedung Sate terletak di Jalan Diponegoro No. 22 dan menyatu dengan
Gedung Sate itu sendiri. Hanya, letaknya di ujung dan berdekatan dengan museum Pos
Indonesia. Pertama-tama, pengunjung akan dipandu untuk melihat diorama yang berisi
perjalanan terbentuknya Gedung Sate. Setelah itu, pengunjung bakal melihat jejak
sejarah Gedung Sate lewat tampilan teknologi visual digital dan video mapping yang
cukup canggih seperti yang terdapat di ruang film, ruang architarium, ruang augmented
reality, ruang virtual reality dan ruang display. Tidak hanya belajar tentang sejarah saja,
mereka yang tertarik dengan seni arsitektur zaman kolonial juga bisa mengetahui
rahasia material bangunan dan teknik yang digunakan para arsitek-arsitek zaman dulu
dalam membangun Gedung Sate yang sejak tahun 1924 hingga hari ini masih berdiri
kokoh. detail-detail bangunan yang ada di Gedung Sate seperti kaca patri atau kaca
prisma digunakan sebagai bantuan penerangan alami. telefon kuno, branwir, serta
duplikat sirene hadir di museum ini sebagai koleksi bersejarah.

Ada pula ”robekan” dinding yang bisa dijadikan tambahan informasi dari sisi
teknik pembangunan gedung, yang memperlihatkan semua dinding Gedung Sate dibuat
dari tumpukan batu gunung dari Gunung Manglayang.Memasuki area pertama Gedung
sate, pengunjung dipandu untuk melihat diorama tentang perjalanan terbentuknya
Gedung sate, hingga perkembangannya. Juga sejarah kota Bandung serta peristiwa-
peristiwa didalamnya.

area utama yang memberikan informasi tentang Gedung Sate ada pada bagian
tengah museum. Pada area tersebut juga display disajikan interactive
dengan aneka konten digital seperti hologram dan interactive glass display
mengenai Gedung Sate.

Selanjutnya, ada ruang gimmick dengan konsep edutaiment untuk pengunjung


seperti ruang augmented reality hingga virtual reality. Pengunjung juga dapat menonton
film pendek berdurasi 10 menit tentang Kota Bandung di area audio visual.

Pada ruang kontemplasi, ambience yang tercipta adalah ketenangan dan suasana
hening. Warna-warna seperti ungu tua atau krem digunakan pada kedua dinding di
lorong ini. Pengunjung juga disuguhi fasilitas multimedia yang interaktif dan inovatif.

Fasilitas lain dari museum adalah perpustakaan kecil yang berisikan buku
tentang arsitektur dan desain, juga gift shop yang menyatu dengan kafe kecil. Yang
selanjutnya menurut pengelola akan dijadikan museum kopi, merespon banyaknya
ragam kopi jawa barat

a. Lokasi

Gedung Sate terletak di Jalan Diponegoro No. 22 , Bandung, Jawa Barat,


Indonesia

Sites :
b. Sejarah

Museum Gedung sate diresmikan pada tanggal 8 desember 2017,


Museum Gedung Sate dibangun di penghujung masa jabatan Gubernur Ahmad
Heryawan (Aher). Museum itu dibuat untuk membasahi dahaga akan sejarah
gedung paling ikonik di Jabar. Sebelum museum berdiri, akses warga untuk
melihat lebih dekat Gedung Sate sangat terbatas. "Dulu orang mau ke Gedung
Sate segan. Setelah ada museum masyarakat bisa lebih leluasa untuk melihat
bangunan bersejarah ini," tutur Ebet nugraha, Kasubag Urusan Dalam Bagian
Rumah Tangga Biro Umum Setda Provinsi Jabar, saat berbincang dengan
Kompas.com, Kamis pagi. Museum Gedung Sate memang tak terlalu luas.
Namun, jangan salah pengunjung akan terkejut melihat beragam penerapan
teknologi di dalam museum tersebut. Museum itu memang didesain futuristik
untuk memikat pengunjung. Dari mulai pencitraan tiga dimensi, hingga
augmented reality disajikan untuk mengupas sejarah gedung yang dulu bernama
Gouvernement Bedrijven ini. Tema pendirian museum ini untuk mengenalkan
Gedung Sate sebagai bangunan cagar budaya. Isinya terkait sejarah, proses
pembangunan, pemanfaatan, yang ditampilkan dengan paduan teknologi
digital.

c. Visi dan misi

VISI

Menjadikan Museum Gedung Sate sebagai satu tempat pembelajaran sejarah,


arsitektur dan sipil.

MISI

1. Menjadikan Museum Gedung Sate sebagai salah satu tempat pembelajaran


sejarah, arsitektur, dan sipil.

2. Menjadikan Museum Gedung Sate sebagai sarana edukasi dan rekreasi.

3. Memberikan pelayanan informasi publik.


d. Fasilitas

Penyuguhan 3 segmen yakni prolog, eksplorasi, dan kontemplasi,


Memasuki area museum, pengunjung akan diarahkan untuk berkenalan dengan
sejarah panjang Kota Bandung dan juga peristiwa yang mengiringinya.

Bagian tengah museum berfungsi sebagai area utama yang memberikan


informasi tentang Gedung Sate. Di area tersebut juga terdapat aneka konten
digital seperti hologram dan interactive glass display mengenai Gedung Sate.
Segmen selanjutnya adalah ruang gimmick yang menyuguhkan konsep
edutainment untuk pengunjung seperti ruang augmented reality hingga virtual
reality.

Pengunjung juga dapat menonton film pendek berdurasi 10 menit


mengenai Kota Bandung di area audio visual. ruang kontemplasi berisikan
informasi mengenai pembuatan museum Gedung Sate, termasuk di antaranya
foto besar hasil pemindaian 3D Gedung Sate yang dilakukan sangat detail oleh
Tim Konservasi Candi Borobudur. Fasilitas lain dari museum ini selain toilet
juga adanya perpustakaan kecil yang berisikan buku tentang arsitektur dan
desain, juga gift shop yang menyatu dengan kafe kecil.

Interactive picture frame

Sebanyak tiga unit layar interaktif diletakkan di area utama Museum Gedung
Sate. Layar tersebut berisikan informasi mengenai pemimpin Jawa Barat dari
masa ke masa. Pengunjung dapat menyentuh setiap gambar kepala daerah dan
mendapatkan informasi mengenai sosoknya.
Sumber : museumgedungsate.org
e. Sirkulasi

Pintu masuk dan keluar menggunakan 1 pintu yang sama.

f. Aktivitas

- Exhibition (koleksi museum)


- Literasi (perpustakan)
- Event
- Lomba
- Ngopi (café kecil sebelum pintu masuk)

g. Elemen pembentuk ruang pada museum Gedung sate

- Ceiling
Ceiling pada masing-masing area ditreatment berbeda agar menciptakan transisi,
membuat ambience dari 1 area ke area yang lainnya berbeda.
Ceiling pada area digital information dan 4D projection diekspose dan diberi warna
gelap agar focus utama pengunjung tetap pada koleksi (agar tujuan edukasi berjalan
semestinya), ceiling pada Lorong karya grafis dibuat berbeda dengan treatment up ceiling,
lalu pada ruangan audio ceiling tidak diekspose (berbeda dengan ceiling pada ruang digital
information yang ceiling nya punya fungsi juga untuk alur rel spotlight) karena tidak ada
kebutuhan untuk rel spotlight, ruang audio hanya sebagai ruang pemutaran film.

- Flooring
Flooring dari area ke area sama, yaitu menggunakan parket kayu merbau
finishing brown, lalu pada Lorong menuju area augmented reality tetap menggunakan
material yang sama namun diberi treatment augmented reality penampakan kota
bandung dari atas (ada transisi area ke area), dan flooring yang berbeda hanya pada
ruang audio (menggunakan karpet) karena ruang audio elemen ruangnya perlu material
pendukung peredam suara.

- Wall

Bagian dinding tidak terlalu banyak diolah, hanya penambahan mural dan
augmented reality, yang menarik adalah dinding yang menunjukan sisi teknis
pembangunan Gedung ( tumpukan batu gunung manglayang)

- Tema

Tema yang diusung adalah ‘new hindia style’ dan ‘rasionalisme belanda’

Sumber : museumgedungsate.org

- Suasana

Kental dengan gaya modern, namun ornament ruang, mural dan


penggunaan warna cat menciptakan ambience bangunan-bangunan colonial.

- Pencahyaan

Pencahayaan buatan mendominasi, sebagai treatment untuk koleksi


(keamanan), koleksi pada museum biasanya rentan terhadap cahaya alami,
sedangkan pencahayaan buatan lux nya dapat diatur sesuai sensitivitas
koleksi, pada area utama lebih banyak menggunakan spotlight, pada area
Lorong menggunakan led pada dinding, pada ruangan augmented reality
menggunakan candelier lamp.

- Penghawaan

Penghawaan yang digunakan dominan penghawaan buatan (AC)


Kembali mempertimbangkan keamanan koleksi yang memungkinkan
rentan terhadap udara luar.

3.1.2 Museum Sri Baduga

a. Definisi

Museum Sri Baduga merupakan salah satu Museum di kota


Bandung yang terletak di ruas Jalan B.K.R. 185 atau lebih dikenal
dengan jalan lingkar selatan dan sangat lokasinya dekat dengan
lapangan bersejarah di Bandung yaitu lapangan Tega lega yang di
dalamnya terdapat Monumen Bandung Lautan Api. Museum ini
didirikan sejak awal tahun 1974. Bangunannya berbentuk rumah
panggung dengan suhunan panjang yang menggambarkan rumah atau
bangunan khas Jawa Barat. Koleksi-koleksi Museum Sri Baduga berupa
kekayaan sejarah, pengetahuan, seni, dan budaya dari daerah Jawa
Barat, Dan merupakan satu-satu nya museum di Bandung yang
menyajikan informasi mengenai kebudayaan Sunda.

b. Lokasi

Bertempat di Kota Bandung, JL. B.K.R No. 185, Pelindung Hewan,


Kec. Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat 40243
Sites :
c. Sejarah

Museum Negeri Sri Baduga yang terletak di ruas Jalan B.K.R. 185
Tegallega dan berhadapan dengan Monumen Bandung Lautan Api, dirintis
sejak tahun 1974 dengan memanfaatkan lahan dan bangunan bekas kewedanaan
Tegallega. Bangunan Museum berbentuk bangunan suhunan panjang dan
rumah panggung khas Jawa Barat yang dipadukan dengan gaya arsitektur
modern; adapun bangunan aslinya tetap dipertahankan dan difungsikan sebagai
ruang perkantoran. Tahap pertama pembangunan diselesaikan pada tahun 1980,
diresmikan pada tanggal 5 Juni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr.
Daud Yusuf dan diberi nama Museum Negeri Propinsi Jawa Barat.
Areal museum yang luasnya mencapai 8.415,5 m2 dibagi menjadi dua
bagian; wilayah publik (public area), mencakup gedung pameran dan
auditorium dan wilayah buka publik (non public area), mencakup ruang
perkantoran Kepala Museum, Sub Bagian Tata Usaha, Kelompok Kerja
Bimbingan dan Edukasi, Kelompok Kerja Konservasi dan Preparasi serta
Kelompok Kerja Koleksi (termasuk di dalamnya Gedung Penyimpanan
Koleksi).
Sepuluh tahun kemudian, nama museum dilengkapi dengan nama Sri
Baduga diambil dari nama raja Sunda yang bertahta di Pakwan Pajajaran sekitar
abad ke-16 Masehi. Nama ini tertuang dalam prasasti Batutulis (Bogor) secara
lengkap tertulis SRI BADUGA MAHARAJA RATU HAJI I PAKWAN
PAJAJARAN SRI RATU DEWATA. Sebagai Museum umum yang memiliki
koleksi dari jenis koleksi Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika,
Historika, Numismatika/Heraldika, Filologika, Keramik, Seni Rupa dan
Teknologi ini, tercatat tidak kurang sebanyak 5.367 buah koleksi; terbanyak
adalah koleksi rumpun Etnografika yang berhubungan dengan benda-benda
budaya daerah. Jumlah koleksi tersebut tidak terbatas pada bentuk realia (asli),
tapi dilengkapi dengan koleksi replika, miniatur, foto, dan maket. Benda-benda
koleksi tersebut selain dipamerkan dalam pameran tetap, juga
didokumentasikan dengan sistem komputerisasi dan disimpan di gudang
penyimpanan koleksi.
Untuk lebih meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap museum
sri baduga, berbagai kegiatan telah dijalankan, baik yang bersifat kegiatan
mandiri ataupun kerjasama kegiatan yang bersifat lintas sektoral dengan
berbagai instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga asing; diantaranya
berupa penyelenggaraan pameran temporer, pameran keliling, pameran
bersama dengan museum dari berbagai propinsi, berbagai macam lomba untuk
tingkat pelajar, ceramah, seminar, lokakarya, dan sebagainya. Karena
perkembangan peran dan fungsinya sebagai tempat atau wahana dalam
menunjang pendidikan, menambah pengetahuan, dan rekreasi; Museum Negeri
Sri Baduga Porpinsi Jawa Barat melaksanakan renovasi terhadap tata pameran
tetapnya secara bertahap mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 1992, berikut
perluasan ruang pameran baru di lantai tiga.

Bangunan Museum Sri Baduga

Selanjutnya penyajian koleksi ditata sedemikian rupa dan diupayakan


agar pengunjung dapat memperoleh gambaran tentang perjalanan sejarah alam
dan budaya Jawa barat, corak dan ragamnya, serta fase-fase perkembangan serta
perubahannya. Pengelompokannya dibagi menjadi; lantai satu merupakan
tampilan perkembangan awal dari sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Dalam
tata pameran ini digambarkan sejarah alam yang melatarbelakangi sejarah Jawa
Barat, antara lain dengan menampilkan benda-benda peninggalan buatan tangan
dari masa Prasejarah hingga jaman Hindu-Buddha. Selanjutnya di lantai kedua
meliputi materi pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat,
mata pencaharian hidup, perdagangan, dan transportasi; pengaruh budaya Islam
dan Eropa, sejarah perjuangan bangsa,dan lambang-lambang daerah kabupaten
dan kota se-Jawa Barat. Adapun lantai tiga, memamerkan koleksi etnografi
berupa ragam bentuk dan fungsi wadah, kesenian, dan keramik asing.

Sumber : situsbudaya.id

a. Struktur organisasi

Sumber : museumsribaduga.blogspot
TUGAS :

- Kepala Museum :Memimpin mengkoodinasikan dan mengendalikan


pelaksanaan kegiatan pengetahuan museum
- Subag Tata Usaha :Melaksanakan penyusunan rencana kerja pengelolaan
administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, umum dan pelaporan
- Kelompok Jafung :Adalah pegawai museum yang diberi tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kegiatan pembinaan kebudayaan
- Seksi Perlindungan :Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan, penyimpanan dan pengamanan koleksi
- Seksi Pemanfaatan :Melaksanakan penyusunan rencana peningkatan
promosi museum

b. Visi dan misi

Visi: Museum sebagai pusat dokumentasi, informasi dan media pembelajaran


serta objek wisata budaya unggulan Jawa Barat

Misi:

1) Mengumpulkan, meneliti, melestarikan dan mengkomunikasikan benda


tinggalan budaya Jawa Barat kepada masyarakat

2) Mengembangkan/memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan


kualitas apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya daerah

3) Meningkatkan fungsi museum sebagai laboratorium budaya daerah dan filter


terhadap pengaruh buruk budaya global

4) Menanamkan nilai-nilai luhur budaya daerah

5) Menata museum sebagai salah satu aset wisata budaya

c. Fasilitas

Museum Sri Baduga mempunyai lebih dari 6000 koleksi yang dibagi menjadi
10 kelompok. Semua koleksi ini dipamerkan pada 3 lantai berbeda, yang setiap
lantainya menampilkan berbagai sejarah alam dan budaya dari wilayah Jawa Barat.
Berikut pembagiannya:
• Koleksi geologika, menampilkan bebatuan, mineral dan juga produk
alam lainnya.
• Koleksi biologika, menampilkan fosil-fosil makhluk hidup,
misalnya seperti manusia, hewan dan juga tumbuhan.
• Koleksi etnografika, menampilkan berbagai produk budaya pada
zaman purba, sebagai bagian tak terpisahkan dari antropologi.
• Koleksi arkeologika, menampilkan berbagai produk peradaban
kuno.
• Koleksi sejarah, yang menampilkan berbagai obyek penelitian
sejarah ataupun benda-benda yang memang dinilai bersejarah.
• Koleksi numismatika dan heraldika, menampilkan berbagai jenis
mata uang, cap, koleksi stempel, tanda jasa, lambing dan juga tanda
pangkat resmi.
• Koleksi filologika, menampilkan berbagai naskah kuno.
• Koleksi keramikologika, menampilkan berbagai macam tembikar
dan keramik kuno.
• Koleksi seni rupa, menampilkan karya-karya seni dua dan juga tiga
dimensi yang merupakan hasil dari pengalaman artistik.
• Koleksi teknologika, menampilkan berbagai penemuan teknologi,
baik yang bersifat tradisional maupun modern.

Fasilitas lainnya dan pembagian ruangan yang dapat ditemui di dalam Museum Sri
Baduga Bandung ini antara lain:

Lantai 1 :

merupakan tampilan perkembangan awal dari sejarah alam dan budaya Jawa
Barat. Dalam tata pameran ini digambarkan sejarah alam yang melatarbelakangi
sejarah Jawa Barat, antara lain dengan menampilkan benda-benda peninggalan
buatan tangan dari masa Prasejarah hingga jaman Hindu-Buddha. Batuan
(geologi), berbagai flora dan fauna, manusia purba atau Homo Erectus dan
manusia pra sejarah atau Homo Sapiens, Cekungan Danau Bandung Purba.

Lantai 2 :

meliputi materi pameran budaya tradisional berupa pola kehidupan masyarakat,


mata pencaharian hidup, perdagangan, dan transportasi; pengaruh budaya Islam
dan Eropa, sejarah perjuangan bangsa,dan lambang-lambang daerah kabupaten
dan kota se-Jawa Barat. pengenalan nuansa religi masyarakat, tepatnya masa
Islam, Kong Hu Cu, masa Teoisme dan Kristen serta sistem pengetahuan,
bahasa dan peralatan hidup.
Lantai 3 :

memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi wadah, dan
keramik asing. pengenalan berbagai mata pencaharian, teknologi, berbagai
kesenian, pojok sejarah perjuangan bangsa, ada juga pojok wawasan nusantara
dan juga pojok Bandung tempo dulu.

Tempat Parkir:

Halaman museum Sri Baduga dapat digunakan sebagai tempat dengan daya
tampung hinga 20 buah bus.

Ruang Perpustakaan:

Selain dapat mengunjungi berbagai ruang pameran museum, pengunjung dapat


jugamelihat berbagai koleksi buku perpustakaan.

Ruang Auditorium:

Ruangan ini digunakan sebagai ruang audio visual dan tempat digelarnya
pertunjukan berbagai kesenian khas Sunda dan kesenian berbagai daerah Jawa
Barat baik kesenian tradisional ataupun kesenian yang sedang berkembang pada
saat sekarang. Selain itu pada ruangan auditorium ini digunakan juga sebagai
tempat untuk menerima rombongan pengunjung yang datang ke museum Sri
Baduga Bandung untuk mendapatkan informasi awal sebelum masuk ke
dalam berbagai ruang pameran.

Ruang Pameran Khusus:

Ruangan ini digunakan sebagai tempat untuk menyelengarakan berbagai


kegiatan pameran khusus yang diadakan oleh museum Sri Baduga sendiri
maupun untuk disewakan kepada pihak lain.

Ruang seminar:

Ruangan ini digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan berbagai


kegiatan seminar, saresehan, ceramah dan juga kegiatan rapat yang diadakanoleh
pengelola museum maupun untuk disewakanpada pihak lain.
Lantai 1

Lantai 2

Lantai 3
d. Sirkulasi

Menggunakan 1 pintu masuk, dan untuk pintu keluar ada beberapa untuk
mengakses pameran di luar.

e. Aktivitas

- Pelaksanaan pameran
- Preservasi (konservasi, restorasi)
- Akuisisi dan dokumentasi
- Literasi (pada perpustakaan)
- Seminar
- Diskusi
- Workshop
- Festival
- Lomba
- Riset koleksi
- Dll yang berkaitan dengan kesenian.

f. Elemen pembentuk ruang pada museum sribaduga

- Ceiling
Ceiling pada museum didominasi kayu solid yang difinishing cat putih,
memberi kesan luas, tinggi dan memberikan efek lebih cerah pada ruang
karena pemantulan cahaya (warna putih memantulkan seluruh spektrum
cahaya) Ceiling pada museum tidak ada rel untuk spotlight, jadi hanya
punya fungsi sebagai elemen ruang biasa.

- Flooring

Lantai keramik berukuran sekitar 60 cm x 60 cm beraksen hitam hampir


mendominasi semua area museum.

- Wall
Sebagian besar dinding pada museum tidak terlalu banyak diolah karena
dinding tertutup oleh display dan beberapa ada objek juga yang ditempelkan
pada partisi sebagai display nya.

Deskripsi Proyek

• Nama : Museum Sri Baduga


• Lokasi : Jl. BKR No.185, Bandung, Jawa Barat 40243.
• Status proyek : nyata
• Jam Operasional :

- Senin : Tutup
- Selasa Jumat : 08.00 16.00
- Sabtu Minggu : 08.00 13.00
- Libur Nasional : Tutup

• Pengelola : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung


• Target : semua kalangan
• Ekonomi : semua kalangan

Analisa sirkulasi pengunjung umum


Alur sirkulasi pengunjung seminar dan workshop
Alur sirkulasi petugas operasional museum
Alur sirkulasi pimpinan dan pegawai museum

Alur sirkulasi barang dan benda pameran


3.1.3 Museum Konferensi Asia Afrika

a. Definisi

Museum Konferensi Asia-Afrika terletak di Jl. Asia-Afrika No.


65 Bandung. Sebelah utara museum, setelah kantor pengelola museum
bangunan dibatasi oleh Bioskop Majestic, sebelah timur bangunan
dibatasi oleh Jl. Braga, sebelah selatan bangunan dibatasi oleh Jl. Asia-
Afrika dan sebelah barat bangunan dibatasi oleh Gedung Merdeka dan
Jl. Cikapundung Timur. Bangunan yang sekarang berfungsi sebagai
Museum Konferensi Asia Afrika dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek
AF. Aalbers. Gedung Merdeka dan Museum KAA pada mulanya
berfungsi sebagai Societeit Concordia yaitu tempat rekreasi kelompok
masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya,
digunakan untuk menonton pertunjukan kesenian, makan malam, dansa,
pesta dan hiburan lainnya[1]. Pada 8 April 1980, pada peringatan
Konferensi Asia-Afrika ke 25, bangunan sayap Gedung Merdeka
diresmikan sebagai MuseumKonferensi Asia Afrika. Gedung Merdeka
dan Museum KAA berada di bawah otoritas Kementerian Luar Negeri,
adapun masalah pengelolaan dan pemeliharaan diserahkan kepada
pemerintah Provinsi Jawa Barat
b. Lokasi

Jl. Asia-Afrika No. 65 Bandung.

Site :

Sumber : asianafricanmuseum.org

c. Sejarah

Gagasan pendirian Museum Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh


Joop Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia
Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri,
bekerjasama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas
Padjadjaran. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT
Decenta, Bandung.

Museum Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden


Soeharto pada 24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun Konferensi
Asia Afrika.
Museum ini bernama MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA.
Nama tersebut digunakan untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika
yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi bangsa-bangsa Asia Afrika.

Museum ini dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada


di bawah wewenang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. sementara
pengelolaannya di bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah
Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat.

Pada 18 Juni 1986, kedudukan Museum Konperensi Asia Afrika


dialihkan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar
Negeri di bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah
Luar Negeri. Pada tahun 2003 dilakukan restrukturisasi di tubuh Departemen
Luar Negeri dan Museum Konferensi asia Afrika dialihkan ke Ditjen Informasi,
Diplomasi Publik, dan Perjanjian Internasional (sekarang Ditjen Informasi dan
Diplomasi Publik). Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika berada
dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum
sejarah bagi politik luar negeri Indonesia.

d. Visi dan misi

- Menyajikan peninggalan-peninggalan, informasi yang berkaitan


dengan Konferensi Asia Afrika, termasuk latar belakang,
perkembangan konferensi tersebut, sosial budaya, dan peran bangsa-
bangsa Asia Afrika, khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan
politik dan kehidupan dunia.
- Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku-buku, majalah,
surat kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainnya yang berisi
uraian dan informasi mengenai kegiatan dan peranan bangsa-bangsa
Asia Afrika dan negara-negara berkembang dalam percaturan politik
dan kehidupan dunia serta tentang sosial budaya negara-negara
tersebut.
- Melakukan penelitian tentang masalah-masalah Asia Afrika dan
negara-negara berkembang guna menunjang kegiatan pendidikan dan
penelitian ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan pemuda
Indonesia serta bangsa-bangsa Asia Afrika pada umumnya, dan
memberi masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik
luar negeri.
- Menunjang upaya-upaya dalam rangka pengembangan kebudayaan
nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan.
- Menunjang upaya-upaya untuk menciptakan saling pengertian dan
kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerja sama di antara
bangsa-bangsa Asia Afrika dan bangsa-bangsa lainnya di dunia.

e. Fasilitas

- Ruang pameran permanen

Museum Konperensi Asia Afrika memiliki ruang pameran tetap yang


memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto
dokumenter peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi
Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Selain itu dipamerkan juga foto-foto mengenai :

• Peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Konferensi Asia


Afrika;
• Dampak Konferensi Asia Afrika bagi dunia internasional;
• Gedung Merdeka dari masa ke masa;
Profil negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika yang
dimuat dalam multimedia.

- Ruang pameran sementara

- Audio visual

Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan, disiapkan


pula ruang audio visual pada 1985. Ruang tersebut juga
diprakarsai oleh Abdullah Kamil.

Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film-film


dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an,
Konferensi Asia Afrika dan konferensi-konferensi lanjutannya,
serta film-film mengenai kebudayaan dari Negara-negara Asia
dan Afrika.

- Pemutaran film
- Auditorium
- Perpustakaan
Untuk menunjang kegiatan Museum Konperensi Asia Afrika, pada 1985
Abdullah Kamil (pada waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di London) memprakarsai dibuatnya sebuah perpustakaan.

Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik,


dan budaya Negara-negara Asia Afrika, dan negara- negara lainnya; dokumen-
dokumen mengenai Konferensi Asia Afrika dan konferensi-konferensi lanjutannya;
serta majalah dan surat kabar yang bersumber dari sumbangan/hibah dan pembelian.

- ruang penyimpanan koleksi


- ruang administrasi.
f. sirkulasi

Pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda.

g. Aktivitas

Museum Konferensi Asia-Afrika menyelenggarakan:

- Pemanduan. Pemanduan dilakukan kepda pengunjung, baik


kunjungan resmi tamu pemerintah maupun kunjungan
kelompok/umum.

- Pameran Temporer. Museum Konferensi Asia-Afrika


menyelenggarakan pameran temporer dalam upaya mengedukasi
publik berkaitan dengan pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah
diplomasi Indonesia. Pameran temporer ini dilakukan juga di lokasi-
lokasi di luar Museum Konferensi Asia-Afrika.

- Komunitas. Di dalam Museum Konferensi asia-afrika terdapat


komunitas masyarakatyang dibentuk atau didukung oleh Museum
Konferensi Asia-Afrika. Berbagai komunitas masyarakat ini di
bentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
sejarah, politik internasional, wawasan kebangsaan mengingat
tentang yang dihadapi dalam politik luar negeri Indonesia di masa
yang akan datang, dalam diplomasipublik maupun diplomasi antar
waraga (citizen diplomacy). Beberapa kegiatan yang
diselenggarakan bekerjasama dengan komunitas diantaranya:
Diskusi Buku, Diskusi Film, berbagai Festival, Klab Budaya,
Pameran, dan lain-lain.

h. Elemen pembentuk ruang pada museum KAA

- Ceiling

Ceiling dari 1 area ke area lainnya berbeda-beda, menciptakan


transisi, membentuk ambience yang berbeda-beda pada tiap area,
namun tetap dengan bentuk organis.

- Flooring

Penggunaan marmer mendominasi seluruh area, meciptakan


kesan elegan dan megah (marmer identic dengan kemewahan)

- Wall

Dinding pada tiap area diolah berbeda-beda.


3.1.4 Museum Hermitage

a. Definisi

Museum yang bernama lengkap The State Hermitage


Museum ini terdiri dari enam gedung, meskipun hanya lima di
antaranya yang dibuka untuk umum. Satu hari tidak akan cukup
untuk mengunjungi semua ruangan yang ada di Hermitage, maka
dari itu sangat disarankan mengambil peta yang tersedia untuk
memilih apa saja yang akan di lihat.
Dimulai dari koleksi artefak prasejarah yang dari zaman
Paleolitikum dan Zaman Besi, yang berasal dari seluruh wilayah
Rusia dan bagian lain dari bekas wilayah Uni Soviet dan
Kekaisaran Rusia. Lalu, ada juga koleksi patung dan obyek seni
dari Romawi Kuno, Yunani Kuno, Mesir Kuno, Eurasia, Timur
Tengah, wilayah Laut Hitam, wilayah Kaukasus, dan lainnya.

Maju ke berabad-abad berikutnya, pengunjung bisa


menikmati koleksi seni dari era Italian Renaissance, di antaranya
dipercaya merupakan karya dari Leonardo da Vinci atau murid-
muridnya. Ada juga koleksi fine art dari Eropa Barat, Italia, dan
Spanyol.

b. Lokasi

Palace Square, 2, St Petersburg, Rusia, 190000


c. Sejarah

Sumber : hermitagemuseum.org

Museum State Hermitage adalah sebuah museum seni dan


budaya di Saint Petersburg , Rusia . Museum seni terbesar kedua di
dunia, didirikan pada 1764 ketika Permaisuri Catherine the Great
memperoleh koleksi lukisan yang mengesankan dari pedagang Berlin
Johann Ernst Gotzkowsky .Museum merayakan ulang tahun
pendiriannya setiap tahun pada tanggal 7 Desember, Hari Saint
Catherine . Ini telah dibuka untuk umum sejak 1852.

Koleksinya, yang hanya sebagian kecil yang dipajang secara


permanen, terdiri atas lebih dari tiga juta item (koleksi numismatik
menyumbang sekitar sepertiga dari mereka), [5]termasuk koleksi
lukisan terbesar di dunia. Koleksi ini menempati kompleks besar dari
enam bangunan bersejarah di sepanjang Istana Embankment , termasuk
Istana Musim Dingin , bekas kediaman kaisar Rusia. Selain mereka,
Istana Menshikov , Museum Porselen, Fasilitas Penyimpanan di Staraya
Derevnya, dan sayap timur Gedung Staf Umum juga merupakan bagian
dari museum. Museum ini memiliki beberapa pusat pameran di luar
negeri. Hermitage adalah properti negara bagian federal. Sejak Juli
1992, direktur museum adalah Mikhail Piotrovsky .
Dari enam bangunan di kompleks museum utama, lima — yaitu
Istana Musim Dingin, Pertapaan Kecil, Pertapaan Lama, Pertapaan
Baru, dan Teater Pertapaan — terbuka untuk umum. Tiket masuk untuk
turis asing harganya lebih dari biaya yang dibayarkan oleh warga Rusia
dan Belarus. Namun, tiket masuk tidak dikenakan biaya pada hari Kamis
ketiga setiap bulan untuk semua pengunjung, dan gratis setiap hari untuk
siswa dan anak-anak. Museum ditutup pada hari Senin. Pintu masuk
untuk pengunjung individu terletak di Istana Musim Dingin, dapat
diakses dari Halaman

d. Fasilitas

Awalnya, satu-satunya bangunan yang menampung koleksi itu


adalah "Pertapaan Kecil".Saat ini, Museum Hermitage mencakup
banyak bangunan di Tanggul Istana dan lingkungannya. Selain
Pertapaan Kecil, museum ini sekarang juga mencakup "Pertapaan
Lama" (juga disebut "Pertapaan Besar"), "Pertapaan Baru", " Teater
Pertapaan ", dan " Istana Musim Dingin ", bekas kediaman utama Tsar
Rusia. Dalam beberapa tahun terakhir, Pertapaan telah meluas ke
Gedung Staf Umum di Lapangan Istana yangmenghadap Istana Musim
Dingin, dan Istana Menshikov .
Sumber : hermitagemuseum.org
(hanya menampilkan beberapa area dari jumlah area total)
e. Elemen pembentuk ruang Museum Hermitage

- Ceiling

Ceiling pada masing-masing area diolah berbeda-beda,


membentuk transisi, namun tetap tercipta ambience yang sama pada
area-areanya, yaitu ambience megah dan elegan, dan tetap
pengusungan gayanya adalah baroque.
- Flooring
Flooring pada tiap area berbeda, ada transisi dari satu area ke area lain,
tidak banyak leveling namun tetap menciptakan transisi yang jelas lewat
motif yang berbeda-beda walaupun area-area yang dimaksud masih dalam
satu ruang, dan tetap mengusung pengayaan baroque.

- Wall

Dinding diolah tetap mengusung gaya baroque, dengan ornament sulur yang mendominasi.

3.2 Rangkuman Studi Banding

3.2.1 Tabel Perbandingan

Tabel perbandingan

KASUS MUSEUM MUSEUM KAA MUSEUM MUSEUM SRI


HERMITAGE GEDUNG SATE BADUGA
AKTIVITAS - Conferences - Pemanduan. - Exhibition - Pelaksanaan
- Archaeology Pemanduan dilakukan (koleksi pameran
and kepda pengunjung, museum) - Preservasi
expeditions baik kunjungan resmi - Literasi (konservasi,
- Restoration tamu pemerintah (perpustakan) restorasi)
and maupun kunjungan - Event - Akuisisi dan
conservation kelompok/umum. - Lomba dokumentasi
- Library - Pameran Temporer. - Literasi (pada
- exhibition Museum Konferensi perpustakaan)
Asia-Afrika - Seminar
menyelenggarakan - Ngopi (café kecil - Diskusi
pameran temporer sebelum pintu - Workshop
dalam upaya masuk) - Fesztival
mengedukasi publik - Lomba
berkaitan dengan - Riset koleksi
pelaksanaan politik - Dll yang
luar negeri dan berkaitan dengan
sejarah diplomasi seni.
Indonesia. Pameran
temporer ini
dilakukan juga di
lokasi-lokasi di luar
Museum Konferensi
Asia-Afrika.
- Komunitas. Di dalam
Museum Konferensi
asia-afrika terdapat
komunitas
masyarakatyang
dibentuk atau
didukung oleh
Museum Konferensi
Asia-Afrika. Berbagai
komunitas
masyarakat ini di
bentuk dengan tujuan
untuk meningkatkan
pengetahuan
mengenai sejarah,
politik internasional,
wawasan kebangsaan
mengingat tentang
yang dihadapi dalam
politik luar negeri
Indonesia di masa
yang akan datang,
dalam
diplomasipublik
maupun diplomasi
antar waraga (citizen
diplomacy). Beberapa
kegiatan yang
diselenggarakan
bekerjasama dengan
komunitas
diantaranya: Diskusi
Buku, Diskusi Film,
berbagai Festival,
Klab Budaya,
Pameran, dan lain-
lain.

FASILITAS - Library - Ruang pameran Penyuguhan 3 Auditorium,


- The building permanen segmen yakni perpustakaan,
of - Ruang pameran prolog, eksplorasi,ruang pameran
menshikov sementara dan kontemplasi khusus,
palace - Ruang audio visual ruang seminar,
- The new - Ruang pemutaran Memasuki area mushola,
hermitage film museum, tempaat parkir
- The small - Auditorium pengunjung akan
hermitage - Perpustakaan diarahkan untuk
- The great old - Ruang penyimpanan berkenalan
hermitage koleksi dengan sejarah
- The winter - Ruang administrasi panjang Kota
palace Bandung dan juga
- The peristiwa yang
hermitage mengiringinya.
theatre
- Gallery Bagian tengah
- Concert hall museum berfungsi
- Armorial sebagai area -
hall utama yang
- Dst memberikan
informasi tentang
Gedung Sate. Di
area tersebut juga
terdapat aneka
konten digital
seperti hologram
dan interactive
glass display
mengenai Gedung
Sate.

Segmen
selanjutnya adalah
ruang gimmick
yang
menyuguhkan
konsep
edutainment
untuk pengunjung
seperti ruang
augmented reality
hingga virtual
reality.

Pengunjung juga
dapat menonton
film pendek
berdurasi 10
menit mengenai
Kota Bandung di
area audio visual.

ruang kontemplasi
berisikan
informasi
mengenai
pembuatan
museum Gedung
Sate, termasuk di
antaranya foto
besar hasil
pemindaian 3D
Gedung Sate yang
dilakukan sangat
detail oleh Tim
Konservasi Candi
Borobudur.

Fasilitas lain dari


museum ini selain
toilet juga adanya
perpustakaan
kecil yang ber-
isikan buku
tentang arsitektur
dan desain, juga
gift shop yang
menyatu dengan
kafe kecil.

Interactive
picture frame

Sebanyak tiga unit


layar interaktif
diletakkan di area
utama Museum
Gedung Sate.
Layar tersebut
berisikan
informasi
mengenai
pemimpin Jawa
Barat dari masa ke
masa. Pengunjung
dapat menyentuh
setiap gambar
kepala daerah dan
mendapatkan
informasi
mengenai
sosoknya.

Simpulnya ada :

- Digital
information
- 4D
projection
- Augmented
reality
- theatre
ORGANISA Public, private, Public, private, dan service Public, private, Public, private, dan
SI RUANG dan service dan service service
CEILING Ceiling pada Ceiling pada Tinggi = 400
masing-masing Ceiling dari 1 area ke area masing-masing material gypsum dan
area diolah lainnya berbeda-beda, area ditreatment bentuk ceiling tanpa
berbeda-beda, menciptakan transisi, berbeda agar adanya down atau up
membentuk membentuk ambience yang menciptakan ceiling
transisi, namun berbeda-beda pada tiap transisi, membuat
tetap tercipta area, namun tetap dengan ambience dari 1
ambience yang bentuk organis area ke area yang
sama pada area- lainnya berbeda.
areanya, yaitu Ceiling pada area
ambience megah digital
dan elegan, dan information dan
tetap 4D projection
pengusungan diekspose dan
gayanya adalah diberi warna gelap
baroque. agar focus utama
pengunjung tetap
pada koleksi (agar
tujuan edukasi
berjalan
semestinya),
ceiling pada
Lorong karya
grafis dibuat
berbeda dengan
treatment up
ceiling, lalu pada
ruangan audio
ceiling tidak
diekspose
(berbeda dengan
ceiling pada ruang
digital
information yang
ceiling nya punya
fungsi juga untuk
alur rel spotlight)
karena tidak ada
kebutuhan untuk
rel spotlight,
ruang audio hanya
sebagai ruang
pemutaran film.

DINDING Dinding diolah Dinding pada tiap area Bagian dinding Bahan finishing pada
tetap mengusung diolah berbeda-beda. tidak terlalu dinding adalah cat
gaya baroque, Menciptakan transisi dan banyak diolah, dinding
dengan ornament ambience yang berbeda hanya berwarna putih dan
sulur yang tiap area. penambahan adanya
mendominasi. mural dan panel display sebagai
augmented walltreatmentnya.
reality, yang
menarik adalah
dinding yang
menunjukan sisi
teknis
pembangunan
Gedung (
tumpukan batu
gunung
manglayang)

FLOORING motif yang Penggunaan marmer Flooring dari area Secara kesuluruhan
berbeda-beda mendominasi seluruh area, ke area sama, ruangan
walaupun area- meciptakan kesan elegan yaitu menggunakan
area yang dan megah (marmer identic menggunakan lantai dengan
dimaksud masih dengan kemewahan) parket kayu material
dalam satu ruang, merbau finishing keramik putih polos
dan tetap brown, lalu pada dengan aksen kramik
mengusung Lorong menuju
pengayaan area augmented
baroque. reality tetap
menggunakan
material yang
sama namun
diberi treatment
augmented reality
penampakan kota
bandung dari atas
(ada transisi area
ke area), dan
flooring yang
berbeda hanya
pada ruang audio
(menggunakan
karpet) karena
ruang audio
elemen ruangnya
perlu material
pendukung
peredam suara.

TEMA Baroque- russian Bergaya arsitektur Tema yang Tidak menerapkan


luxurious internasional style dengan diusung adalah suatu
tema kolonialism ‘new hindia style’ tema khusus
dan ‘rasionalisme
belanda’
FURNITUR Display tetap - Display interactive - Display Tidak menggunakan
& PENGISI dengan sentuhan - Display ramah karya/ interactive display secara khusus
RUAN baroque, display koleksi - Display pda museum ini,
G interactive hanya - Display sustainable ramah karya/ Display yang di
beberapa, non- (easy maintenance) koleksi gunakan
interactive - Display pada museum ini
mendominasi, sustainable hampir
sustainable (easy semuanya
display, display maintenance menggunaka
ramah karya. ) material dan
- Augmented finishing yang
reality sama dengan
- Prism 3D penambahan
- 4D tempat duduk di
projection beberapa
sisi.

PENCAHAY Pencahayaan Pencahayaan buatan Pencahayaan Cahaya yang


AAN buatan (spotlight, (spotlight, lampu TL, LED, buatan digunakan
candelier, lantern lantern lamp) mendominasi, menggunakan
lamp) sebanding mendominasi, sedangkan sebagai treatment pencahayaan buatan.
dengan pencahyaan alaminya untuk koleksi Dengan
pencahyaan alami hanya lewat beberapa (keamanan), menggunakan
(jendela, skylight) bukaan (jendela) koleksi pada lampu yang sama
tidak ada yang museum biasanya pada
mendominasi rentan terhadap seluruh ruangan
cahaya alami, menggunakan lampu
sedangkan CFL
pencahayaan downlight (daylight)
buatan lux nya
dapat diatur sesuai
sensitivitas
koleksi, pada area
utama lebih
banyak
menggunakan
spotlight, pada
area Lorong
menggunakan led
pada dinding,
pada ruangan
augmented reality
menggunakan
candelier lamp.

PENGHAW Alami dan buatan Penghawaan alami dan Penghawaan yang Penghawaan yang
AAN buatan, lebih dominan digunakan berada
buatan (demi keamanan dominan pada museum ini
koleksi yang penghawaan adalah
memungkinkan rentan buatan (AC) penghawaan buatan
udara luar) Kembali dan
Notes : hawa buatan dapat mempertimbangk alami. Alami berasal
diatur suhu nya sesuai an keamanan dari
kebutuhan karya/koleksi. koleksi yang jendela dan ventilasi.
memungkinkan Dan
rentan terhadap buatan terdapat AC
udara luar. pada
beberapa ruanga

UTILITAS Instalasi listrik Instalasi listrik ditata rapih, Instalasi listrik instalasi listrik yang
ditata rapih, membuat tetap bersih ditata rapih, sesuai tersembunyi
membuat tetap ketika dilihat (non- dengan dak nya, sehingga
bersih ketika ekspose) membuat tetap terlihat rapih. Serta
dilihat (non- bersih ketika saluran
ekspose) dilihat air yang memiliki
ruangan
untuk pengaturan
kesterilannya.

KEAMANA Keamanan seperti Keamanan seperti fire Keamanan seperti Keamanan seperti
N fire detector dan detector dan tersedianya fire detector dan fire
tersedianya tersedianya
APAR pada titik APAR pada titik titik APAR pada titik detector, springkler,
titik tertentu. tertentu. titik tertentu. dan
lainnya tidak ada
pada
museum ini

DIFABEL/IN Ada Tidak ada Ada ( jalur untuk Tidak ada


KLUSI kursi roda pada
pintu masuk)
3.3 Analisis Proyek

Analisis proyek dilakukan di Kota Bandung karena objek bersangkutan juga


merupakan tempat bersejarah yang tidak dapat dipindah tempatkan. Analisis proyek
meliputi analisis site, analisis bangunan, analisis aktivitas, analisis program ruang,
analisis luasan, analisis sirkulasi, dan analisis hubungan antar ruang yang akan
dijabarkan sebagai berikut;

3.3.1 Analisis Site

a. Lokasi

Bertempat di Kota Bandung, JL. B.K.R No. 185, Pelindung Hewan,


Kec. Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat 40243

b. Sejarah

Museum Negeri Sri Baduga yang terletak di ruas Jalan B.K.R.


185 Tegallega dan berhadapan dengan Monumen Bandung Lautan Api,
dirintis sejak tahun 1974 dengan memanfaatkan lahan dan bangunan
bekas kewedanaan Tegallega. Bangunan Museum berbentuk bangunan
suhunan panjang dan rumah panggung khas Jawa Barat yang dipadukan
dengan gaya arsitektur modern; adapun bangunan aslinya tetap
dipertahankan dan difungsikan sebagai ruang perkantoran. Tahap
pertama pembangunan diselesaikan pada tahun 1980, diresmikan pada
tanggal 5 Juni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daud
Yusuf dan diberi nama Museum Negeri Propinsi Jawa Barat. Areal
museum yang luasnya mencapai 8.415,5 m2 dibagi menjadi dua bagian;
wilayah publik (public area), mencakup gedung pameran dan
auditorium dan wilayah buka publik (non public area), mencakup ruang
perkantoran Kepala Museum, Sub Bagian Tata Usaha, Kelompok Kerja
Bimbingan dan Edukasi, Kelompok Kerja Konservasi dan Preparasi
serta Kelompok Kerja Koleksi (termasuk di dalamnya Gedung
Penyimpanan Koleksi).

Sepuluh tahun kemudian, nama museum dilengkapi dengan


nama Sri Baduga diambil dari nama raja Sunda yang bertahta di Pakwan
Pajajaran sekitar abad ke-16 Masehi. Nama ini tertuang dalam prasasti
Batutulis (Bogor) secara lengkap tertulis SRI BADUGA MAHARAJA
RATU HAJI I PAKWAN PAJAJARAN SRI RATU DEWATA.
Sebagai Museum umum yang memiliki koleksi dari jenis koleksi
Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika,
Numismatika/Heraldika, Filologika, Keramik, Seni Rupa dan Teknologi
ini, tercatat tidak kurang sebanyak 5.367 buah koleksi; terbanyak adalah
koleksi rumpun Etnografika yang berhubungan dengan benda-benda
budaya daerah. Jumlah koleksi tersebut tidak terbatas pada bentuk realia
(asli), tapi dilengkapi dengan koleksi replika, miniatur, foto, dan maket.
Benda-benda koleksi tersebut selain dipamerkan dalam pameran tetap,
juga didokumentasikan dengan sistem komputerisasi dan disimpan di
gudang penyimpanan koleksi.

Untuk lebih meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap


museum sri baduga, berbagai kegiatan telah dijalankan, baik yang
bersifat kegiatan mandiri ataupun kerjasama kegiatan yang bersifat lintas
sektoral dengan berbagai instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga
asing; diantaranya berupa penyelenggaraan pameran temporer, pameran
keliling, pameran bersama dengan museum dari berbagai propinsi,
berbagai macam lomba untuk tingkat pelajar, ceramah, seminar,
lokakarya, dan sebagainya. Karena perkembangan peran dan fungsinya
sebagai tempat atau wahana dalam menunjang pendidikan, menambah
pengetahuan, dan rekreasi; Museum Negeri Sri Baduga Porpinsi Jawa
Barat melaksanakan renovasi terhadap tata pameran tetapnya secara
bertahap mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 1992, berikut perluasan
ruang pameran baru di lantai tiga.

Bangunan Museum Sri Baduga

Selanjutnya penyajian koleksi ditata sedemikian rupa dan


diupayakan agar pengunjung dapat memperoleh gambaran tentang
perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa barat, corak dan ragamnya,
serta fase-fase perkembangan serta perubahannya. Pengelompokannya
dibagi menjadi; lantai satu merupakan tampilan perkembangan awal
dari sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Dalam tata pameran ini
digambarkan sejarah alam yang melatarbelakangi sejarah Jawa Barat,
antara lain dengan menampilkan benda-benda peninggalan buatan
tangan dari masa Prasejarah hingga jaman Hindu-Buddha. Selanjutnya
di lantai kedua meliputi materi pameran budaya tradisional berupa pola
kehidupan masyarakat, mata pencaharian hidup, perdagangan, dan
transportasi; pengaruh budaya Islam dan Eropa, sejarah perjuangan
bangsa,dan lambang-lambang daerah kabupaten dan kota se-Jawa Barat.
Adapun lantai tiga, memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk
dan fungsi wadah, kesenian, dan keramik asing.

Sumber : situsbudaya.id
c. Struktur organisasi

Sumber : museumsribaduga.blogspot

TUGAS :

- Kepala Museum :Memimpin mengkoodinasikan dan mengendalikan


pelaksanaan kegiatan pengetahuan museum
- Subag Tata Usaha :Melaksanakan penyusunan rencana kerja pengelolaan
administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, umum dan pelaporan
- Kelompok Jafung :Adalah pegawai museum yang diberi tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kegiatan pembinaan kebudayaan
- Seksi Perlindungan :Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan, penyimpanan dan pengamanan koleksi
- Seksi Pemanfaatan :Melaksanakan penyusunan rencana peningkatan
promosi museum
d. Visi dan misi

Visi: Museum sebagai pusat dokumentasi, informasi dan media


pembelajaran serta objek wisata budaya unggulan Jawa Barat

Misi:

1) Mengumpulkan, meneliti, melestarikan dan mengkomunikasikan


benda tinggalan budaya Jawa Barat kepada masyarakat

2) Mengembangkan/memanfaatkan hasil penelitian untuk


meningkatkan kualitas apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur
budaya daerah

3) Meningkatkan fungsi museum sebagai laboratorium budaya daerah


dan filter terhadap pengaruh buruk budaya global

4) Menanamkan nilai-nilai luhur budaya daerah

5) Menata museum sebagai salah satu aset wisata budaya

e. Fasilitas

Museum Sri Baduga mempunyai lebih dari 6000 koleksi yang


dibagi menjadi 10 kelompok. Semua koleksi ini dipamerkan pada 3
lantai berbeda, yang setiap lantainya menampilkan berbagai
sejarah alam dan budaya dari wilayah Jawa Barat. Berikut
pembagiannya:

• Koleksi geologika, menampilkan bebatuan, mineral dan juga produk


alam lainnya.
• Koleksi biologika, menampilkan fosil-fosil makhluk hidup,
misalnya seperti manusia, hewan dan juga tumbuhan.
• Koleksi etnografika, menampilkan berbagai produk budaya pada
zaman purba, sebagai bagian tak terpisahkan dari antropologi.
• Koleksi arkeologika, menampilkan berbagai produk peradaban
kuno.
• Koleksi sejarah, yang menampilkan berbagai obyek penelitian
sejarah ataupun benda-benda yang memang dinilai bersejarah.
• Koleksi numismatika dan heraldika, menampilkan berbagai jenis
mata uang, cap, koleksi stempel, tanda jasa, lambing dan juga tanda
pangkat resmi.
• Koleksi filologika, menampilkan berbagai naskah kuno.
• Koleksi keramikologika, menampilkan berbagai macam tembikar
dan keramik kuno.
• Koleksi seni rupa, menampilkan karya-karya seni dua dan juga tiga
dimensi yang merupakan hasil dari pengalaman artistik.
• Koleksi teknologika, menampilkan berbagai penemuan teknologi,
baik yang bersifat tradisional maupun modern.

Fasilitas lainnya dan pembagian ruangan yang dapat ditemui di dalam Museum
Sri Baduga Bandung ini antara lain:

Lantai 1 :

merupakan tampilan perkembangan awal dari sejarah alam dan


budaya Jawa Barat. Dalam tata pameran ini digambarkan sejarah alam
yang melatarbelakangi sejarah Jawa Barat, antara lain dengan
menampilkan benda-benda peninggalan buatan tangan dari masa
Prasejarah hingga jaman Hindu-Buddha. Batuan (geologi), berbagai
flora dan fauna, manusia purba atau Homo Erectus dan manusia pra
sejarah atau Homo Sapiens, Cekungan Danau Bandung Purba.

Lantai 2 :

meliputi materi pameran budaya tradisional berupa pola


kehidupan masyarakat, mata pencaharian hidup, perdagangan, dan
transportasi; pengaruh budaya Islam dan Eropa, sejarah perjuangan
bangsa,dan lambang-lambang daerah kabupaten dan kota se-Jawa
Barat. pengenalan nuansa religi masyarakat, tepatnya masa Islam,
Kong Hu Cu, masa Teoisme dan Kristen serta sistem pengetahuan,
bahasa dan peralatan hidup.

Lantai 3 :

memamerkan koleksi etnografi berupa ragam bentuk dan fungsi


wadah, dan keramik asing. pengenalan berbagai mata pencaharian,
teknologi, berbagai
kesenian, pojok sejarah perjuangan bangsa, ada juga
pojok wawasan nusantara dan juga pojok Bandung tempo dulu.

Tempat Parkir:

Halaman museum Sri Baduga dapat digunakan sebagai tempat


dengan daya tampung hinga 20 buah bus.
Ruang Perpustakaan:

Selain dapat mengunjungi berbagai ruang pameran


museum, pengunjung dapat jugamelihat berbagai koleksi buku
perpustakaan.

Ruang Auditorium:

Ruangan ini digunakan sebagai ruang audio visual dan tempat


digelarnya pertunjukan berbagai kesenian khas Sunda dan kesenian
berbagai daerah Jawa Barat baik kesenian tradisional ataupun
kesenian yang sedang berkembang pada saat sekarang. Selain itu pada
ruangan auditorium ini digunakan juga sebagai tempat
untuk menerima rombongan pengunjung yang datang ke museum Sri
Baduga Bandung untuk mendapatkan informasi awal sebelum masuk
ke dalam berbagai ruang pameran.

Ruang Pameran Khusus:

Ruangan ini digunakan sebagai tempat untuk menyelengarakan


berbagai kegiatan pameran khusus yang diadakan oleh museum Sri
Baduga sendiri maupun untuk disewakan kepada pihak lain.

Ruang seminar:

Ruangan ini digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan


berbagai kegiatan seminar, saresehan, ceramah dan juga kegiatan rapat
yang diadakanoleh pengelola museum maupun untuk disewakanpada
pihak lain.
Lantai 1

Lantai 2

Lantai 3

f. Sirkulasi

Menggunakan 1 pintu masuk, dan untuk pintu keluar ada beberapa untuk
mengakses pameran di luar.
g. Aktivitas

- Pelaksanaan pameran
- Preservasi (konservasi, restorasi)
- Akuisisi dan dokumentasi
- Literasi (pada perpustakaan)
- Seminar
- Diskusi
- Workshop
- Festival
- Lomba
- Riset koleksi
- Dll yang berkaitan dengan kesenian.

h. Elemen pembentuk ruang pada museum sribaduga

- Ceiling
Ceiling pada museum didominasi kayu solid yang difinishing cat putih,
memberi kesan luas, tinggi dan memberikan efek lebih cerah pada ruang
karena pemantulan cahaya (warna putih memantulkan seluruh spektrum
cahaya)
Ceiling pada museum tidak ada rel untuk spotlight, jadi hanya punya fungsi
sebagai elemen ruang biasa.

- Flooring

Lantai keramik berukuran sekitar 60 cm x 60 cm beraksen hitam hampir


mendominasi semua area museum.

- Wall
Sebagian besar dinding pada museum tidak terlalu banyak diolah karena
dinding tertutup oleh display dan beberapa ada objek juga yang ditempelkan
pada partisi sebagai display nya.

Deskripsi Proyek

• Nama : Museum Sri Baduga


• Lokasi : Jl. BKR No.185, Bandung, Jawa Barat 40243.
• Status proyek : nyata
• Jam Operasional :

- Senin : Tutup
- Selasa Jumat : 08.00 16.00
- Sabtu Minggu : 08.00 13.00
- Libur Nasional : Tutup

• Pengelola : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung


• Target : semua kalangan
• Ekonomi : semua kalangan
Analisa sirkulasi pengunjung umum

Alur sirkulasi pengunjung seminar dan workshop


Alur sirkulasi petugas operasional museum

Alur sirkulasi pimpinan dan pegawai museum


Alur sirkulasi barang dan benda pameran
3.3.2 Analisis Bangunan

Analisis bangunan merupakan analisis yang dilakukan untuk


mengetahui apakah bangunan tersebut dapat dijadikan bangunan proyek. Hal
yang harus dianalisis dapat berupa denah, tampak fasad, potongan, dan lainnya
yang akan dijabarkan sebagai berikut;

a. Denah

Denah pada perancangan ini menggunakan denah asli museum Sri


Baduga dan pada perancangan tidak perubahan yang bersifat merubah karakter
asli bangunan karena bangunan terkait termasuk pada bangunan bersejarah.
Denah tersebut dipilih karena memiliki bangunan dengan luas kurang lebih
8500 m2. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir pembatasan desain dan
ide yang akan diterapkan pada perancangan. Selain itu, diharapkan denah
tersebut dapat dilanjutkan untuk menyelesaikan tugas akhir. Keunggulan dari
denah tersebut yaitu adanya bentuk yang simetris antar kolom.
b. Tampak Fasad

Museum Sri Baduga memiliki bentuk Fasad yang karakter sundanya


sangat menonjol, ditunjukan oleh penggunaan atapnya.

c. Potongan

Untuk melihat bangunan dalam, museum Sri Baduga memiliki 2 sisi


yang akan dipotong dengan gambar sebagai berikut;
3.4 Analisis Aktivitas

Analisa sirkulasi pengunjung umum

Alur sirkulasi pengunjung seminar dan workshop


Alur sirkulasi petugas operasional museum

Alur sirkulasi pimpinan dan pegawai museum


Alur sirkulasi barang dan benda pameran

3.5 Analisis Luasan

Bangunan Proyek memiliki luas total 8500 m2 , dan bangunan yang akan
dirancang seluas 1612.8 m2 , dengan lantai 1 dan 2 seluas 1128,9 m2 dan lantai 3 seluas
483,9 m2. .

3.6 Analisis Sirkulasi

3.6.1 Bentuk

Bentuk yang akan diterapkan pada proyek adalah bentuk-bentuk yang


dinamis seperti lengkungan dan perbedaan elevasi. Hal tersebut menambah
kesan menyenangkan. Selain itu, bentuk yang akan diterapkan bersifat organis.
Hal ini diterapkan untuk memprkuat identitas sunda dari segi keadaan alamnya,
seperti sengkedan-sengkedan sawah berliku, sulur-sulur, dan kontur tanah yang
naik turun.
3.6.2 Organisasi Ruang

Organisasi ruang yang diterapkan pada proyek adalah bersifat runut


berdasarkan koleksi, mulai runut secara masanya hingga pengkategorian
koleksi.

3.6.3 Material

Material yang digunakan pada proyek merupakan material yang


diharapkan aman untuk koleksi, dan tidak merubah focus pengunjung terhadap
koleksi.

a. Plafon

Plafon menggunakan material gypsum board untuk finishingnya karena


gypsum board mudah dipasang dan dibentuk sesuai keinginan.

b. Dinding

vinyl bertekstur concrete akan diaplikasikan pada proyek mendominasi


tiap ruang, warna yang sederhana dan polos bisa menjadi pengganti white box
concept yang biasa digunakan pada eksibisi-eksibisi.

c. Lantai

Lantai merupakan elemen interior yang sangat perlu diperhatikan


materialnya karena segala aktivitas akan ada diatas lantai. Penggunaan material
concrete diterapkan pada ruang-ruang berbeda, pada transisi antar ruang
digunakan material parket merbau.

d. Furniture

Furniture pada museum dipertimbangkan sedemikian rupa


menggunakan furniture yang sederhana agar tidak merubah focus pengunjung
terhadap koleksi, warna yang dipilih juga senada dengan dinging sekitar.

3.6.4 Pencahyaan

a. Alami

Cahaya masuk melalui bukaan-bukaan seperti jendela, pintu, dan


ventilasi. Selain itu, open plan juga dapat mendapatkan cahaya langsung dari
matahari
b. Buatan

Cahaya dapat dirasakan dari pengaplikasian lampu-lampu pada ruangan


seperti;

1. General lighting: direct (plafon setiap ruangan)


General lighting memberikan tingkat pencahayaan yang merata pada
seluruh ruangan.

2. Local lighting: indirect (plafon ruang meeting dan kantor)


Local lighting memberikan pencahayaan pada sebuah area yang ada pada
suatu ruangan yang berfungsi untuk memberikan tingkat pencahayaan
yang cukup di area tersebut.

3. Accent lighting: direct (area kontes/show, expo, pool,playspace)


Accent lighting memberikan pencahayaan pada suatu objek dalam
ruangan. biasanya accent lighting diterapkan pada objek yang ingin di
highlight.

4. Task lighting: direct (area grooming, salon, medis)


Task lighting memberikan pencahayaan pada suatu aktivitas tertentu
didalam ruangan yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi.

3.6.5 Penghawaan

a. Alami

Penghawaan alami dilakukan dengan pertukaran udara melalui celah


bukaan-bukaan seperti jendela, pintu, dan ventilasi. Selain itu pertukaran
udara juga terjadi melalui open plan seperti taman dan playspace

b. Buatan

Penghawaan buatan dilakukan dengan pertukaran udara melalui barang


elektronik seperti air conditioner (ac) dan exhaust.
3.7 Analisis Hubungan Antar Ruang

Hubungan antar ruang ditentukan melalui banyak cara, salah satunya adalah
bubble diagram. Bubble diagram menjelaskan seberapa jauh dan dekatnya ruang-ruang
pada bangunan

Matrix

Analisis kedekatan ruang (Master Plan)

Bangunan kantor lantai 1


Bangunan kantor lantai 2

Bangunan auditorium lantai 1


Bangunan auditorium lantai 2

Bangunan pameran tetap

Anda mungkin juga menyukai