Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN MUSEUM BUTON

DI KOTA BAUBAU

ACUAN PERENCANAAN
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Rangka
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi S-1 Arsitektur
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Haluoleo Kendari

Oleh:
Intan La Husen
E1B117056

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ARSITEKTUR


JURUSAN AESITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Keragaman budaya yang
dimiliki melalui peristiwa sejarah yang panjang sudah seharusnya diapresiasi masyarakat dan
diketahui sebagai identitas bangsa. Seiarah dan budaya dikenalkan sebagai bagian dari
pengetahuan melalui jenjang pendidikan formal sedangkan aspeknya dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari melalui interaksi langsung dan berbagai macam media dan bukti
sejarahnya.
Museum memiliki fungsi strategis dalam bidang sejarah dan budaya. vaitu dengan
menampilkan cuplikan potongan seiarah dan budaya sehingga masvarakat dapat melihat
langsung representasi tersebut. Museum dapat memberikan informasi tentang aspek
kehidunan masa lampau yang masih bisa diselamatkan sebagai warisan budaya untuk meniadi
bagian dari iati diri suaru banesa (Kartiwa. 2009). Promosi dan publikasi tentang berbagai
koleksi benda-benda yang dimiliki oleh suatu museum dapat dipakai sebagai media untuk
menarik wisatawan. Bendawarisan budaya yang menjadi koleksi museum pun bagi
masyarakat tertentu dapat membangkitkan kebanggaan dan kepercayaan tentang identitas dan
jati diri mereka (Ardika, 2007). Hal itu dapat terjadi ketika museum berhasil menampilkan
suatu sajian yang atraktif, edukatif sekaligus menghibur. Sehingga ketika kondisi sersebut
tidak tercipta, maka museum hanya sebagas ruang pajang benda kuno atau hanya sekedar
gudang penyimpanan benda-benda antik.
Berdasarkan International Council of Museum (ICOM) pada tanggai 14 Juni1974 di
Denmark. museum berfungsi sebagai berikut: (1) Pengumpulan danpengamanan warisan alam
dan budaya. (2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.(3) Konservasi dan preservasi, (4)
Penvebaran dan pemerataan ilmu untuk umum. (5) Pengenalan dan penghayatan kesenian. (6)
Pengenalan kebudayaan antardaerah dan antarbangsa. (7) Visualisasi warisan alam dan
budava. (8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, dan (9) Pembangkit rasatakwa
dan hersvukur kepada Tuhan Yang Maha E.saDewasa ini, museum-museum di Indonesia
telah mengalami suatu perkembangan.
Selama ini, peran edukasi museum adalah untuk menyampaikan misi pendidikan
mereka kepada anak-anak, namun, denganperubahan paradigma, maka museum juga harus
dapat menyampaikan misiedukasinya itu kepada semua lapisan masyarakat. Museum tidak
hanya sekadarmenjadi tempat untuk mendidik masyarakat, tetapi menjadi tempat
pembelajaran,yang termasuk di dalamnya tempat di mana pengunjung dapat memperoleh
pengalaman (Sumber: Ambrose dan Paine, 2006:46 48).
Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya
merujuk kepada nama kuil pemujaan terhadap Muses, dewa yang berhubungan dengan
kegiatan seni. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah
bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi
dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM. Museum berkembang
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti
otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. Di Indonesia, museum yang pertama kali
dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal
sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno,
Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa
modern Indonesia
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya budaya, baik yang tak
berwujud atau intangible, maupun yang berwujud atau tangible, oleh karena itu, potensi-
potensi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan baik ideologi, akademik maupun
ekonomi (Cleere, 1989). Dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi, sebuah sumberdaya
budaya dapat dikembangkan menjadi sebuah kegiatan kepariwisataan. Salah satu bentuk
pemanfaatan sumberdaya budaya adalah dengan menjadikan benda cagar budaya sebagai
koleksi museum yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
Pengelolaan sumberdaya budaya dengan kaidah-kaidah atau rambu-rambu yang telah
ditetapkan akan berdampak positif pada pemanfaatannya. Oleh karena itu, proses manajemen
memegang peranan penting dan menentukan ketika suatu sumberdaya itu dimanfaatkan
secara berkelanjutan sebagai koleksi musuem. Pemanfaatan yang terencana dengan baik akan
menghasilkan manfaat baik pada generasi sekarang maupun yang akan datang. Manajemen
yang baik tidak akan berjalan bila tidak ada pengetahuan dan pemahaman tentang objek,
lingkungan, dan masyarakat setempat karena di dalam objek (material resources) terdapat
cultural resources, sehingga jangan sampai pemanfaatan material resources justru merusak
cultural resources.
Masyarakat kurang menyadari bahwa banyak potensi situs peninggalan Kesultanan
Buton yang harus dilestarikan untuk mendukung pengembangan budaya dan adat di Kota
Bau Bau Sulawesi Tenggara. Hasil menunjukan bahwa pelestarian yang terdiri dari upaya
perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan, untuk beberapa cagar budaya sudah
dilakukan, namun hanya terfokus pada sekitar situs peninggalan Kesultanan Buton yang
utama yakni Benteng Keraton Buton, beberapa situs makam, dan batu peninggalan yang
dianggap keramat, namun selebihnya belum dilaksanakan dengan baik, hal ini terkendala
karena beberapa hal seperti status kepemilikan yang dimiliki pribadi oleh beberapa keturunan
sultan, kurangnya pendataan atau penelitian sejarah dan lain sebagainya, sehingga upaya
pengembangan dan pemeliharaan masih belum berjalan dengan baik (Rachmat
Astiana,2019:22).
Sementara itu, penurunan jumlah pengunjung yang signifikan menjadi suatu ukuran
bahwa museum telah mengalami penurunan minat masyarakat untuk datang berkunjung.
Penurunan jumlah pengunjung ini juga dialami oleh Museum Baadia (pusat kebudayaan
wolio) di Baubau, Sulawesi Tenggara. Pengelolaan yang ada sekarang di museum Baadia,
mencerminkan tidak adanya koordinasi antar instansi terkait baik yang di pusat maupun di
daerah.
Keberadaan museum sangat penting karena memiliki tanggung jawab dan fungsi
untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya masyarakat baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui pesan-pesan yang dirangkai lewat display
dan ruang pameran, museum di Indonesia berfungsi sebagai sarana komunikasi dan
jembatan penghubung yang dapat memicu kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat.
Hal itu juga ditegaskan dalam kode etik ICOM, “Museum memiliki tugas penting untuk
mengembangkan peran pendidikan dan menarik pengunjung lebih luas dari kalangan
masyarakat, lokalitas, atau kelompok yang dilayaninya. Interaksi dengan masyarakat
pendukung dan pembinaan serta promosi warisan yang diampunya merupakan bagian
integral dari pendidikan yang harus dilaksanakan oleh museum
B. Rumusan Masalah
Pada Perencanaan Museum Buton Di Kota Baubau dengan pendekata arsitektur
tradisional merupakan alternatif penunjang kebutuhan masyarakat kota Baubau.
Atas dasar tersebut di rumuskan masalah:
1. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai dengan Perencanaan Museum Buton
Di Kota Baubau dengan pendekata arsitektur tradisional?
2. Bagaimana menciptakan desain bangunan musium dengan pendekatan
tradisional?
C. Tujuan Dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan dari penulisan
a. Mendapatkan desain fisik fasad bangunan yang dapat membantu daya tarik
masyarakat ingin mengetahui dan mempelajari sejarang dan adat-adat yang ada
di museum tradisional .
b. Mendapatkan lokasi yang sesuai dengan fungsi bangunan yaitu museum
tradisional yang sesuai dengan peraturan fungsi kawasan kota baubau.
2. Sasaran Pembahasan
Terwujudnya suatu landasan konseptual perencanaan dengan mendapatkan
perencanaan fisik bangunan yang sesuai dengan tata ruang kota dan yang memenuhi
persyaratan-persyaratan sesuai dengan fungsinya, serta memberikan kenyamanan
dan keteraturan terhadap aktifitas yang berlangsung di dalamnya, dalam hal ini
perencanaan Museum Buton

D. Batasan dan Lingkup Pembahasan


1. Batasan Pembahasan
Perencanaan museum buton berfokus pada adat, sejarah peninggalan yang ada
pada kerajaan butun.
2. Lingkup Pembahasan
a. Perancangan makro, meliputi : pengolahan tapak dan perancangan ruang luar.
b. Perancangan mikro, meliputi : kebutuhuan ruang, aktifitas yang diwadahi, dan
program ruang.
c. Perancangan fisik, meliputi : bentuk dan tampilan bangunan, sistem struktur
dan konstruksi bangunan, ruang dalam, pengkondisian ruang, penghawaan dan
pencahayaan ruang.
E. Metode dan Sistematika Pembahasan
Metode Pembahasan
Pembahasan perencanaan ini diawali dengan penetapan latar belakang dari
perencanaan bangunan ini. Dari latar belakang, bisa didapatkan permasalahan dan juga
tujuan dari perencanaan bangunan. Setelah itu dapat menetapkan lingkup dan batasan
dari perencanaan yang akan dibahas dan mengikuti metode dan sistematika pembahasan
untuk menyusun perencanaan bangunan. Melalui tinjauan pustaka, didapakan referensi
dan landasan dalam perencanaan, baik dari konseptual hingga transformasi dalam
bentuk fisik (geometri) Perencanaan Museum Buton Di Kota Baubau dengan pendekata
arsitektur tradisional.
Untuk metode pengumpulan data yang diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur dari buku, jurnal, internet, dan
lainnya yang berkaitan dengan pembahasan untuk memperoleh data-data teori, perturan,
dan dasar-dasar sebagai landasan dalam proses perencanaan.
b. Observasi Langsung
Dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung objek untuk memperoleh data-
data yang akan dijadikan landasan dalam perencanaan.
c. Studi Banding
Dilakukan dengan membandingkan beberapa obyek bangunan serupa yang telah
dibangun dengan perencanaan dan mengamati obyek tersebut untuk memperoleh data-
data sebagai landasan perencanaan.
3. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab yang membahas tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, lingkup dan batasan, serta metode
dan sistematika pembahasan dalam perencanaan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini berisikan tinjauan umum yang terdiri atas
gambaran umum atas studi literatur atas perancangan pasar
sentral loak (barang bekas) , ide rancangan yang berisi aspek-
aspek dan fungsi secara arsitektural.
BAB III :TINJAUAN TEMPAT PERENCANAAN
Pada bab ini berisikan tinjauan makro lokasi yang terdiri atas
deskripsi wilayah kawasan potensi fisik dan non fisik Kota
Kendari yang kaitannya dengan kegiatan dan kebutuhan
calon pengguna fasilitas dan rencana tata ruang kawasan
lokasi objek rancangan. Sedangkan tinjauan mikro lokasi
adalah berisi tentang ketentuan teknis site berdasarkan pada
rencana tata ruang.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pengertian Perencanaan Museum Buton Di Kota Baubau dengan pendekata arsitektur
tradisional, sebagai berikut ;
1. museum
2. buton
3. baubau
4. pendekatan
5. tradisional
B. TINJAUAN UMUM MUSEUM
C. TINJAUN PENDEKATAN ARSITEKTUR TRADISIONAL
D. STUDI BANDING

BAB III
TINJAUAN TEMPAT PERENCANAAN
A. TINJAUAN MAKRO LOKASI
B. TINJAUAN MIKRO LOKASI

Anda mungkin juga menyukai