Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah RPP tentang museum,
museum adalah lembaga permanen yang bersifat nirlaba, untuk
melestarikan koleksi yang bersifat bendawi, dan mengomunikasikannya
kepada masyarakat. Koleksi yang dimaksud adalah Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya bergerak danatau
Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti material hasil budaya dan
material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi,
dan pariwisata.
Museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen yang
melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang
bertugas untuk mengumpulkannya, terbuka untuk umum, yang bertugas
untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan
memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang benda terwujud dan tak
terwujud beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan
hiburan.
Umumnya masyarakat awam mengenal atau mengetahui museum
itu hanya sebatas tempat penyimpanan benda-benda purbakala/kuno yang
sudah tidak bermanfaat lagi. Akan tetapi sebagai sebuah lembaga yang
mempnunyai visi dan misi sesuai tugas pokoknya yang diatus dalam
Keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata nomor :KM.33/PL.303/
MKP2004 tentang Museum bab I pasal 1ayar 1 bahwa museum adalah
lembaga tempat peyimpanan, pengamanan dan pemanfaatan bendabenda
material serta alam dan lingkungannnya guna menunjanmg upaya
perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa, sedangkan ayat 2
disebutkan bahwa koleksi museum adlah benda-benda bukti materill hasil
budaya manusia serta alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai
penting baghi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Oleh karena itu

1
warisan budaya yang memilki nilai sejarah budaya suatu masyarakat
sangat penting untuk berbagai tujuan dan kepentingan dan diharapkan
dapat bermanfaat oleh masyarakat sebagai sarana pembangunan bangsa.
Pengembangan yang dimaksudkan dalam Rancangan Peraturan
Pemerintah tersebut adalah sebagai pengembangan hasil penemuan, hasil
penelitian, dan hasil evaluasi sebelumnya. Pengembangan ini menyangkut
koleksi yang ada dan baru ditemukan. Dengan adanya koleksi baru yang
ditemukan dimungkinkan ada pengembangan dari hasil yang ditemukan
lebih dahulu. Pemanfaatan dalam hal ini lebih kepada hubungan pada
pihak luar atau pihak di luar museum yaitu masyarakat. museum harus
mampu dimanfaatkan koleksi dan objek pamereran oleh masyarakat
sebagai sarana untuk penelitian, pendidikan dan kesenangan kegiatan
rekreatif. Hal ini sejalan dengan yang ada pada Rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai tugas museum.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Fungsi Museum?
2. Apa jenis-jenis pameran sebagai sarana penyajian BCB?
C. Tujuan
1. Mengetahui Fungsi Museum.
2. Mengetahui jenis-jenis pameran sebagai sarana penyajian BCB.

1
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 tentang
Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Museum
Melalui koleksinya, museum harus dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan yang memuat berbagai nilai dan makna dari
peradaban manusia. Jika pesan yang disampaikan belum dapat diterima
oleh publik maka misi museum sebagai pusat informasi budaya belum
sepenuhnya terwujud. Menurut Van Mensch fungsi dasar museum adalah
melakukan penelitian, konservasi, dan komunikasi sebagai aspek mediasi
terhadap masyarakat. Fungsi dasar tersebut disebut dengan istilah fungsi
dasar museologi. Pengelolaan koleksi adalah serangkaian kegiatan yang
menyangkut berbagai aspek kegiatan yang dimulai dari pengadaan koleksi,
registrasi dan inventarisasi, perawatan, penelitian hingga koleksi tersebut
disajikan di ruang pameran atau disimpan pada ruang penyimpanan.
Pada rancangan peraturan pemerintah tentang museum, dipaparkan
bahwa museum berfungsi sebagai perlindungan, pengembangan,
pemanfaatan koleksi dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
Berdasarkan peraturan pemerintah no.19 tahun 1995 dalam Pedoman
Museum Indonesia (2008), museum memiliki fungsi atau tugas
menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan koleksi museum
benda berupa cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua
fungsi besar yaitu:
1. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi
koleksi, pencatatan koleksi, system penomoran, dan penataan
koleksi.
b. Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi
benda koleksi.

3
c. Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga
koleksi dari kerusakan atau gangguan oleh faktor alam atau ulah
manusia.
2. Sebagai sumber informasi museum melaksanakan kegiatan
pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. Penelitian dilakukan
untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, sedangkan penyajian harus tetap memperhatikan aspek
pelestarian dan pengamanannya. 2

Fungsi lain sebuah museum, antara lain:


1. Fungsi Edukatif dan Akademis
Museum berfungsi sebagai wahana pendidikan, sarana
membagi pengetahuan (baik baru maupun lama) dan juga tempat
melakukan studi atau penelitian. Museum dituntut tidak hanya
sebagai sarana pembelajaran publik. Namun juga harus mampu
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan seperti pusat studi
maupun pusat kajian universitas. Museum juga menjadi tempat di
mana para peneliti khususnya sejarawan maupun mahasiswa
mendapatkan sumber sejarah berupa dokumten, foto, dan lain
sebagainya. Hampir semua museum yang didirikan memiliki
fungsi edukatif dan akademis bagi masyarakat.
2. Fungsi Sosiokultural
Museum mejadi media pengingat peristiwa yang dialami
manusia. Museum menjadi sarana pameran dari hasil kebudayaan
atau benda-benda peninggalan di masa lalu, agar tidak hilang atau
dilupakan oleh masyarakat. Museum memiliki fungsi sosiokultural
misalnya museum purbakala Sangiran yang terletak di kabupaten
Sragen. Museum ini menyimpan berbagai benda peninggalan yang
digunakan manusia purba, artinya museum menjadi media

2
J. Matitaputy, Pentingnya Museum bagi Pelestarian Warisan Budaya dan
Pendidikan dalam Pembangunan, (Ambon: Balai Arkeologi Ambon, 2007), hlm. 41.

4
pengingat bagi manusia zaman sekarang mengenai kehidupan
manusia zaman pra sejarah beserta benda-benda peninggalanya.
3. Fungsi Rekreasi dan Ekonomi
Museum dapat digunakan sebagai tempat rekreasi yang
memberikan inspirasi kepada masyarakat umum. Salah satu contoh
museum yang berfungsi sebagai rekreasi dan ekonomi adalah De
Mata Trick Eye Museum. Museum ini terletak di Yogyakarta.
Koleksi yang ada berupa gambar-gambar tiga dimensi seperti
gambar pemandangan dan berbagai ilustrasi dengan ukuran besar.
Koleksi tersebut digunakan pengunjung untuk berfoto.
4. Fungsi Politik
Misi politik kebudayaan, museum diperlukan untuk
melegitimasi atau mengklaim hal-hal yang simpang siur dan
trlupakan. Sebab narasi besar tentang identittas biasanya berada di
wilayah abu-abu, dialektitas, oleh karena itu identitas perlu
dibentuk wacana yang tegas dan dikukuhkan melalui display dan
aktivitas di museum.3
B. Jenis-jenis Pameran sebagai Sarana Penyajian Balai Cagar Budaya
Cagar Budaya sebagai warisan kebudayaan di masa lalu memiliki
peran penting dalam membentuk kebudayaan bangsa Indonesia.
Keanekaragaman budaya Indonesia sekarang ini merupakan refleksi dari
perkembangan sejarah kebudayaan masa lalu. Kerena nilai penting yang
memiliki maka warisan budaya perlu dilestarikan dan diinformasikan
kepada masyarakat luas.
Salah satu upaya penyebarluasan informasi tentang pelestarian
cagar budaya adalah melalui pameran. Kegiatan ini sangat efektif dan
efsien. Balai Pelestarian Cagar Budaya mengenalkan kembali berbagai
warisan budaya benda, demi meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pelestarian cagar budaya. Pengenalan dilakukan dengan menggelar

3
Beti Yanuri Posha, Museum dan Museologi, (Sumatra Barat: PT.Insan
Cendekia Mandiri Group, 2023), hlm. 27-28.

5
pameran cagar budaya. Pameran berasal dari kata “pamer” yang berarti
menunjukan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud
memperlihatkan kelebihan atau keunggulan. Jenis-jenis pameran sebagai
sarana penyajian Balai Cagar Budaya, yaitu:
1. Pameran Arkeologi
Menampilkan artefak dan temuan arkeologis untuk mengungkap
sejarah dan kehidupan masyarakat masa lalu. Pameran ini mengajak
dan memotivasimasyarakat untuk mengenali lebih lanjut warisan
budaya yang sangat berharga dan merangsang rasa memiliki dan rasa
bangga akan warisan budaya. Penyelenggaraan pameran ini juga
merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat,
khususnya generasi muda, tentang pentingnya warisan budaya dan
kebutuhan untuk melestarikan dan memanfaatkannya dalam konteks
keilmuan, sejarah, dan kebudayaan, untuk memperkokoh jati diri dan
penguatan karakter kebangsaan Indonesia.
Contohnya Balai Cagar Budaya di Banjarmasin selalu
menyelenggarakan kegiatan rutin berupa pameran arkeologi di mal.
Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 2007. Pada tahun 2011 Balai
Arkeologi Banjarmasin menyelenggarakan pameran arkeologi yang
ke-6 di laksanakan di Matahari Pontianak dengan tema “ Jelajahi
Keunikan Peradaban Kuno Kalimantan”. Pameran ini mengajak dan
memotivasi masyarakat untuk mengenali lebih lanjut warisan budaya
yang sangat berharga.4
2. Pameran Seni Rupa Tradisional
Memajang karya seni tradisional seperti lukisan, ukiran, dan
kerajinan tangan yang merefleksikan warisan budaya lokal. Merupakan
suatu wadah yang berguna untuk menyimpan, mengoleksi dan
mengeksplorasi tradisi atau pewarisaan perupaan tradisional bangsa
indonesia, dari nenek moyang hingga ke generasi ke masa datang.

4
Djulianto Susanto, Pameran Arkeologi, (Banjarmasin, Majalah Arkeologi
Indonesia, 2008), hlm. 3.

6
Sehingga setiap individu diharapkan dapat mengetahui, mengerti dan
memahami nilai-nilai kultural bangsa hasil penciptaan dari generasi
sebelumnya.
3. Pameran Fotografi Sejarah
Menampilkan koleksi foto-foto historis yang menceritakan
perjalanan waktu dan peristiwa bersejarah di daerah. Contoh pameran
fotografi sejarah yaitu Kumpulan gambar dan manuskrip propaganda
karya seniman asal Jepang, Saseo Ono menghiasi ruangan utama
Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru. Karya tersebut
menggambarkan kehebatan pasukan Jepang yang berjanji akan
membebasan tanah Indonesia dari penjajahan. Sejumlah objek foto
yang dipamerkan diperoleh dari arsip Universitas Leiden, Lembaga
Dokumentasi Perang Belanda, Museum Brobeek, dan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
Galeri Foto Jurnalistik Antara bekerjasama dengan Direktorat
Jendral Kebudayaan dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
mengajak masyarakat untuk lebih melihat sejarah dengan diadakannya
pameran yang bertajuk “Jagung Berbunga di Antara Bedil dan
Sakura”, dalam rangka memperingati 110 tahun Kebangkitan
Nasional. Di ambilnya tema tersebut karena bertepatan dengan 60
tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Jepang. Oleh
karena itu, banyak hal-hal berbau Jepang dalam pameran yang
berlangsung hingga 14 September 2018. Acara ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat yang menyukai sejarah, hal-hal yang
berkaitan dengan Jepang, serta karya seni terutama fotografi di masa
lampau.
4. Pameran Teknologi dan Inovasi
Menyoroti perkembangan teknologi dan inovasi dalam konteks
budaya lokal, menunjukan bagaimana masyarakat mengadaptasi
perubahan. Pameran Internasional dalam bidang teknologi pengolahan,
pengemasan dan percetakan, ALLPack Indonesia 2023 ke-22.

7
Pameran tahunan yang diselenggarakan Krista Exhibitions
berlangsung di Jakarta International Expo. Pameran kemasan dan
percetakan ini diikuti lebih dari 1.100 perusahaan, 200 perusahaan di
antaranya adalah UMKM, yang berasal dari 19 negara. Angka
keikutsertaan peserta pameran tahun ini naik sekitar 30 persen dari
jumlah peserta tahun lalu dan ditargetkan akan mencapai 35.000
pengunjung. Pameran ALLPack Indonesia itu akan memamerkan
teknologi-teknologi baru yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
pertumbuhan industri kemasan di Indonesia. Diharapkan melalui
pameran, dapat membangkitkan perekonomian Indonesia. Para pelaku
usaha di bidang terkait dapat melihat secara dekat dan mendapatkan
informasi yang lengkap. Bahkan mempunyai kesempatan mendapatkan
edukasi tentang teknologi dan inovasi baru untuk teknologi di bidang
pengemasan dan pengolahan.
Selain mengenalkan berbagai teknologi terbaru, dalam pameran
ALLPack Indonesia 2023, pengunjung tidak hanya mendapatkan
referensi produsen sektor pengemasan, namun juga mendapatkan
seminar-seminar tambahan dari berbagai perusahaan, asosiasi, dan
media terkait pengetahuan dan teknologi pengemasan di main stage
Hall D2 dan Hall C1. Pameran AllPack Indonesia merupakan platform
yang perlu dihadiri para pelaku bisnis di industri pengemasan. Sebab,
merupakan jembatan antara pengusaha dengan konsumen karena
potensi pasar industri kemasan di Indonesia yang cukup besar.
5. Pameran Lingkungan Hidup
Menekankan hubungan antara budaya dan lingkungan, serta upaya
pelestarian alam yang diintegrasikan dalam kehidupan masyarakat.
Contohnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang bakal
menggelar expo atau pameran tentang lingkungan hidup di Alun-alun
Senin, 3 Juli 2023. Pameran ini digelar dalam rangka memperingati
Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2023 lalu.

8
Beberapa pameran lingkungan hidup itu antara lain UMKM
binaan DLH, Bank Sampah Induk Kota Magelang, Magelang Cinta
Organik (Cantik), Sekolah Adiwiyata, Saka Kalpataru, Plaza Tani,
pemeriksaan kesehatan gratis, dan lain sebagainya. Melalaui rangkaian
acara dan kemasan menarik pameran lingkungan hidup diharapkan
dapat menambah semangat masyarakat untuk senantiasa mencintai dan
merawat lingkungan dengan baik. Pameran lingkungan ini juga
sebagai wahana peningkatan kepedulian semua pihak terutama
menyangkut pengelolaan lingkungan hidup. Diperlukan stimulus guna
memunculkan kesadaran individu untuk peduli terhadap lingkungan.
Salah satunya adalah pemahaman serta edukasi kepada masyarakat
secara terus menerus.
6. Pameran Cerita Lisan
Menghadirkan warisan budaya melalui cerita-cerita lisan, lagenda,
dan mitos yang diwariskan dari gnerasi ke generasi. Contoh pameran
Macapat (Mamaca) merupakan seni tradisi lisan (seperti berpantun)
dari Madura. Kelompok Macapat ini biasanya diundang ke berbagai
acara, mulai yang bersifat ritual hingga hiburan. Tradisi keliling
memenuhi permintaan masyarakat itulah yang disebut Alalabang atau
mengamen. Selain Macapat, digabung pula dengan sajian Topeng
Dhalang yaitu kesenian semacam wayang orang. Semua pemain
mengenakan topeng, tapi dalang yang berbicara. Cerita yang
dipentaskan biasanya mengandung nilai sejarah.5
7. Pameran Musik dan Tarian Tradisional
Menampilkan alat musik tradisional, kostum tarian, dan
pertunjukan seni untuk merayakan aspek seni pertunjukan lokal.
Contohnya Pameran Art Jog berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Art Jog menjadi salah satu wadah seniman dalam dan luar negeri
dalam memamerkan karya-karyanya. Pameran seni rupa yang diadakan
5
Sri Hastanto, Keberagaman Tradisi Usan di Indonesia Sebagai Pemersatu
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: Taman Ismail Marzuki dan Galeri
Nasional Indonesia, 2006), hlm. 6.

9
pertama kali pada 2008 ini menjadi salah satu ruang yang
mempertemukan gagasan menarik dalam kesenian dan kreativitas.
Tidak hanya menampilkan karya dari puluhan seniman dalam
dan luar negeri, Art Jog juga berhasil menarik minat para pengunjung,
baik itu wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Selain sebagai
pameran seni rupa, Art Jog turut menghadirkan seniman,
kurator, workshop, hingga pertunjukan musik serta tarian kontemporer
dan penjualan souvenir seni.
Sama halnya dengan Yogyakarta, Jakarta juga memiliki
pameran seni yang tergolong terkenal di Indonesia, yaitu Art Jakarta.
Sejak pertama kali diadakan pada 2009, Art Jakarta menjadi pameran
seni tahunan yang turut diminati banyak pengunjung. Art Jakarta selalu
berusaha menghadirkan berbagai karya seni Indonesia dan
internasional dari berbagai galeri seni. Mulai dari lukisan, instalasi,
patung, hingga berbagai macam karya seni menarik lainnya. Tidak
mengherankan jika Art Jakarta dikenal memiliki pengaruh cukup besar
dalam dunia seni kontemporer kelas internasional.6
Setiap jenis pameran ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik
tentang sejarah, identitas, dan kekayaan budaya suatu daerah di balai cagar
budaya.

6
Sri Hastanto, Keberagaman Tradisi Usan di Indonesia Sebagai Pemersatu
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.., hlm. 10-11.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum memiliki fungsi atau tugas menyimpan, merawat,
mengamankan, dan memanfaatkan koleksi museum benda berupa cagar
budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu:
Sebagai tempat pelestarian (Penyimpanan, Perawatan, dan Pengamanan).
Dan Sebagai sumber informasi museum melaksanakan kegiatan
pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. Penelitian dilakukan untuk
mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi,
sedangkan penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan
pengamanannya.
Salah satu upaya penyebarluasan informasi tentang pelestarian
cagar budaya adalah melalui pameran. Pengenalan dilakukan dengan
menggelar pameran cagar budaya. Pameran berasal dari kata “pamer”
yang berarti menunjukan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan
maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan. Jenis-jenis pameran
sebagai sarana penyajian Balai Cagar Budaya, yaitu: Pameran Arkeologi,
Pameran Seni Rupa Tradisional, Pameran Fotografi Sejarah, Pameran
Teknologi dan Inovasi, Pameran Lingkungan Hidup, Pameran Cerita
Lisan, Pameran Musik dan Tarian.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna maka dari itu kritik dan saran sangat kami perlukan dari
pembaca dan juga dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pelestarian
Warisan Budaya, demi kesempurnaan pembuatan makalah dikemudian
hari. Semoga dengan membaca makalah ini pembaca setidaknya
mengetahui apa yang ingin disampaikan penulis mengenai Fungsi
Museum dan Jenis-jenis Pameran sebagai sarana Penyajian Balai Cagar
Budaya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Hastanto, Sri. Keberagaman Tradisi Usan di Indonesia Sebagai Pemersatu
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Taman Ismail Marzuki
dan Galeri Nasional Indonesia. 2006.
Matitaputy, J. Pentingnya Museum bagi Pelestarian Warisan Budaya dan
Pendidikan dalam Pembangunan. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. 2007.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 tentang
Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum.
Posha, Beti Yanuri, Museum dan Museologi. Sumatra Barat: PT.Insan Cendekia
Mandiri Group. 2023.
Susanto, Djulianto. Pameran Arkeologi. Banjarmasin. Majalah Arkeologi
Indonesia. 2008.

12

Anda mungkin juga menyukai