Anda di halaman 1dari 6

FILSAFAT SAMKHYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah hinduisme.
Pembimbing. Hj. Siti Nadroh, M. Ag
Nama : Innani Musyarofah
Nim : (1111032100041)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Sad Darsana ( Filsafat Samkhya ) , yang
mana, Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas diskusi mingguan pada mata
kuliah Agama Hindu.
Dalam penyusunan makalah ini kami berusaha memaparkan dan menjelaskan tentang
pengertian Samkhya , Konsep purusa dan prakerti, serta ajaran-ajaran samkhya. Kami menyadari,
tidak ada manusia yang sempurna, sehingga bila terdapat kesalahan, baik dalam penulisan atau dalam
pembahasan makalah ini, dimohon kritik dan sarannya. Agar dapat kami jadikan referensi dimasa
yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menyumbangkan Ilmu dan Pengetahuan dalam bidang
pengkajian agama Hindu.

PENDAHULUAN
Ajaran samkhya sangatlah berpengaruh terhadap ajaran hindu di Indonesia. Ajaran samkhya
merupakan ajaran yang sudah tua usianya. Samkhya termasuk salah satu di antara sistim-sistim
filsafat India terkuna. Arti kata Samkhya ialah jumlah, hitungan, sintesa atau perpaduan. Samkhya
merupakan sistem filsafat Hindu yang paling tua. Istilah samkhya dijumpai dalam Upanishad dan
Mahabharata. Nama ini diberikan kepada sistem filsafat ini karena filsof-filosof Samkhya secara
umum mengemukakan bahwa terjadinya alam semesta beserta perkembangan dan perubahan obyekobyek yang ada di dalamnya didasarkan atas kategori keberadaan.

Filsafat Samkhya
Dalam filsafat India yang bersumber dari kitab suci Hindu Veda, Brahmakanda dan
Upanishad terdapat enam aliran utama yang menjadi cikal bakal aliran-aliran lain dalam masamasa berikutnya. Keenam aliran atau madzab itu ialah Nyaya, Vaishesika, Samkhya, Yoga,
Mimamsaka dan Vedanta. Aliran yang akan kita bicarakan sekarang ialah Samkhya, lazim
dipasangkan dengan aliran lain yang merupakan penjabarannya dalam bentuk disiplin kerohanian
yaitu Yoga. Ajaran samkhya dan yoga sangatlah berpengaruh besar terhadap ajaran agama hindu
di Indonesia.[1]
Arti kata Samkhya ialah jumlah, hitungan, sintesa atau perpaduan. Samkhya merupakan
sistem filsafat Hindu yang paling tua. Istilah samkhya dijumpai dalam Upanishad dan
Mahabharata. Nama ini diberikan kepada sistem filsafat ini karena filsof-filosof Samkhya secara
umum mengemukakan bahwa terjadinya alam semesta beserta perkembangan dan perubahan
obyek-obyek yang ada di dalamnya didasarkan atas kategori keberadaan. Corak filsafatnya
bersifat dualis dan sering disebut sebagai sistem filsafat yang mengajarkan teori evolusi
(Parinama Vada).
Sebagai sistem filsafat, Samkhya Darsana memiliki banyak pendukung dan penafsie. Di
antara tokoh-tokoh yang menonjol sebagai penafsir dan perumus-perumus baru ajaran Kapila
Muni ialah Isvara Krisna (abad ke-3 M), Vacaspati Misra (abad ke-9 M), Ganganatha Jha (abad
ke-10 M), Anirudha (abad ke-15), Vijnana Bhiksu (abad ke-16 M), Mahadeva Vedantin (abad ke18 M) dan masih banyak lagi yang lain.
Samkhya merupakan sistem filsafat Hindu yang paling tua. ,menurut tradisi pendirinya
ialahRsi Kapila Muni, hidup sekitar tahun 700-600 SM. Nama Kapila dikaitkan dengan nama
kota Kapilavastu, pusat pemerintahan Dinasti Maurya da kota tempat lahirnya Siddharta
Gautama, yang lahir sekitar satu setengah abad setelah Kapila Muni. Pengaitan ini bukanlah
tanpa alasan. Filsafat Buddha banyak mengambil dasar dari ajaran filsafat Samkhya yang nontheistik.
Selain berkecenderungan non-theistik dan berpandangan bahwa materi (prakrti) kekal
sebagaimana ruh (purusha), Samkhya juga memiliki ciri yang membedakannya secara menyolok
dari sistem filsafat Hindu yang lain. Yaitu penekanannya pada persoalan dualitas dan pluralitas.
Pendukung sistem ini menyangkal bahwa dunia ini dicipta dari tiada atau ketiadaan. Penekanan
pada dualitas dapat dilihat pada ajarannya yang menyatakan bahwa awal terjadinya dunia atau
alam semesta ialah purusha dan prakrti.
A. Purusa dan Prakerti
Pokok ajaran samkyha ialah tentang Purusa dan Prakerti. Yaitu, azas rohani dan badani.
Dari azsa inilah yang menjadikan terciptanya alam semesta ini dengan isinya. Purusha ialah asas
ruhani, dan prakrti ialah asas kebendaan atau jasmani. Keduanya tanpa awal (anadi) dan tanpa
akhir (ananta). Purusha adalah ruh yang jumlahnya banyak, sedangkan prakrti ialah materi yang
kacau balau yang tidak berbentuk, jumlahnya tidak terkira banyaknya dan berpusing dalam

kegelapan. Prakrti mendapat bentuk tertentu setelah bercampur dengan purusha. Dalam
kehidupan keduanya tidak dapat dibedakan dan dipisahkan. Jika purusha dan prakrti terpisah
maka kehidupan akan berakhir dan kelahiran baru akan mulai.
Purusha dan prakrti dapat diuraikan seperti berikut. Purusha itu nyata (sat) dan dapat dikatakan
sebagai suatu kesadaran yang meresapi segala sesuatu yang abadi, kekal, berdiri sendiri , serta
tidak dapat berubah. Setiap orang merasa bahwa ia ada dan memiliki sesuatu. Rasa yang akan
dirinya ada, adalah rasa yang alamiyah dan pengalaman yang tidak dapat diragukan lagi. Maka
itu, samkhya mengatakan bahwa roh itu adalah karena roh itulah yang menjelma dan akan tidak
adanya, tidak dapat dinyatakan dengan jalan apapun juga.[2]
Menurut ajaran samkhya, roh itu berbeda dengan indriya, pikiran, dan akal. Ia bukan dunia
obyek. Ia adalah semangat kesadaran yang selalu menjadi objek pengetahuan dan tidak pernah
menjadi obyek pengetahuan. Ia adalah kesadaran yang langgeng yang padanya tidak ada
perubahan dan aktifitas. Ia tanpa sebab abad, abadi menyusupi segala namun bebas dari segala
ikatan dan pengaruh dunia obyek ini.
Akan adanya purusa atau roh itu dinyatakan oleh samkhya sebagaiu berikut :
1.
Semua manusia berusaha mendapatkan kelepasan. Hal ini menyatakan, bahwa ada
sesuatu yang dapat mencapai kelepasan itu. Yang dapat mencapai kelepasan itu ialah purusa.
2.
Semua obyek dunia memberikan rasa senang, susah atau netral. Rasa senang, susah
hanya ada artinya bila ada yang dapat menghalanginya. Yang mengalami itulah purusa.
Prakrti adalah pelaku kehidupan yang mengandung unsur ruhani dan benda. Arti prakrti ialah
yang mula-mula dan yang mendahului semua kejadian. Pra= sebelum; kri= membuat sesuatu
yang mirip, yaitu dengan alam maya yang digambarkan oleh Vedanta. Prakrti disebut pradhana,
pokok asal segala sesuatu. Bergerak dan berkembangnya prakrti menjadi obyek-obyek hidup
yang banyak di alam semesta, disebabkan adanya tiga guna atau sifat (triguna) yang melekat
dalam dirinya dan ketiganya bersama-sama melakukan aktivitas tanpa henti. Tiga guna itu ialah
Sattva, Rajas dan Tamas.
Ketiga guna itu dipandang sebagai kekuatan-kekuatan yang menyusun prakerti, akan tetapi
bukan dalam arti bahwa prakerti terbentuk dari ketiga guna itu. Namun, keduanya saling
bergantungan, dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Baik prakarti maupun ketiga guna itu, karena
memilki sifat tidak terbatas. Ketiga guna itu ada pada manusia dengan keseimbangan yang
berbeda-beda, serta menentukan watak, perangai dan pribadi seseorang. Dengan kata lain Sattwa
ialah unsur terang atau cahaya. Rajas ialah unsur aktif dan penggerak. Tamas ialah unsur gelap
dan berat
Sattwa adalah hakekat segala sesuatu yang memiliki sifat-sifat terang dan menerangi. Unsur
inilah yang menimbulkan segala hal yang baik dan yang menyenangkan.
Rajas adalah sumber aktivitas dan perluasan dan oleh karenanya menjadi sumber kesusahan dan
penderitaan.
Tamas adalah kekuatan yang menentang segala aktivitas, sehingga menimbulkan segala keadaan
yang apatis ( dingin ) atau yang acuh tak acuh, kemalasan dan ketidaktahuan.
Ketiga guna ini memiliki tabiat asasi yang berlainan, akan tetapi ketiganya memang saling
berhubungan dan bergantungan, sehingga tidak dapat dipisahkan yang satu dari pada yang lain.
Kerja sama yang erat di antara ketiganya itu digambarkan dengan kerjasaama di antara nyala api,
minyak dan sumbu pada sebuah pelita.
Semula, ketiga guna ini berada dalam keseimbangan kekuatan. Oleh karena itu prakarti berada
dalam keadaan yang tenang, dan tidak terjadi apa-apa. Ketika keseimbangan kekuatan-kekuatan
itu terganggu , terjadilah gerak, sehingga berkembanglah prakerti. Gangguan keseimbangan itu

terjadi ketika purusa berhubungan dengan prakerti. Sebab, dari purusa itulah dengan sendirinya
keluarlah perangsang, seperti halnya dengan besi berani ( magnit ) terhadap besi yang ditariknya.
Kerja sama antara prakerti dan purusa ini, menimbulkan perkembangan alam semesta dengan
sebab segala isinya yang keluar dari prakerti. Akan tetapi sebaliknya, karena berhubungan ini,
prakerti mengubah bentuk purusa yang banyak itu menjadi jiwa perorangan di dalam dunia.
Perkembangan prakerti dari yang satu menjadi yang banyak itu adalah suatu perubahan bentuk,
suatu transformasi, bukan suatu perubahan tempat. Demikian juga, perubahan itu tidak hanya
terjadi dalam satu jurusan saja, melainkan dalam banyak jurusan. Juga disebutkan, bahwa
perkembangan prakerti : berkala, artinya : ada masa perkembangan dan ada masa perleburan.
Tiap masa perkembangan ( srsti ) disusul oleh masa peleburan ( paralaya ). Pada masa peleburan
itu seluruh keanekaragaman alam semesta ini menjadi terpendam, atau ditidurkan di dalam
prakerti. Perputaran masa ini tidak ada batasnya.

B. Triguna
Prakerti dibangun oleh triguna, yaitu : sattwa, rajas, dan tamas. Guna artinya, unsure, atau
komponen penyusunan. Triguna itu tidak dapat kita amati dengan indria. Adanya itu disimpulkan
atas obyek dunia ini yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya kesamaan azas antara
akibat dan sebab. Maka dapat kita ketahui sifat-sifat guna itu dari alam yang merupakan wujud
hasil dari padanya.
Semua obyek di dunia ini memilki tiga sifat yaitu sifat-sifat yang menimbulkan rasa senang,
rasa susah, dan netral. Nyanyian burung yang menyenangkan seorang seniman, menyusahkan
orang sakit, tak berpengaruh apapun untuk orang yang acuh tak acuh. Sebab, semua sifat ini
merupakan akibat suatu sebab. Maka sifat-sifat itu haruslah terkandung dalam sattwa, rajas , dan
tama situ.
Sattwa adalah suatu prakerti yang merupakab alam kesenangan yang ringan, yang terang
bercahaya. Wujudnya berupa kesadaran sifat ringan yang menimbulkan gerak keaatas. Angina
dan air di udara dan semua bentuk kesenangan seperti kepuasan, kegirangan dan sebagainya.
Rajas adalah unsure gerak pada benda-benda ini bergerak. Ialah menyebabkan api berkobar,
angina berhembus, pikiran berkeliaran kesana kemari. Ialah yang menggerakkan sattwa dan
tamas untuk melaksanakan tugasnya. Tamas adalah unsure yang menyebabkan sesuatu menjadi
pasif dan bersifat negative. Ia bersifat keras, menentang aktifitas menahan gerak gerak fikiran
sehingga menimbulkan kegelapan, kebodohan, sehingga mengantar orang pada kebingungan
karena menentang aktivitas menyebabkan orang menjadi malas, acuh tak acuh, tidur.[3]
Demikianlah sifat-sifat triguna itu, maka dalam dunia impian kita, kita saksikan selalu ada
pertentangan dan kerja sama dalam kesatuan. Ketiga guna ini selalu bersama dan tidak pernah
berpisah satu sama lainnya. Tidak dapat hanya salah satu dari padanya membangun benda-benda
dunia ini. Kerja sama ketiga guna itu laksana minyak, sumbu dan api yang bersama-sama
menyebabkan adanya nyala lampu, warna lautan masing-masing elemen itu itu berbeda-beda
yang sifatnya bertentangan.
Ada dua bentuk perubahan triguna :
Pada waktu pralaya masing-masing guna berubah pada dirinya sendiri.. tanpa
mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebtu swarupaparimana. Pada waktu demikian
tak ada ciptaan. Karena tidak ada kerjasama antara guna-guna itu.
Namun bila guna yang satu menguasai yang lain, maka terjadillah suatu penciptaan.
Perubahan ini disebut wirupaparimana.
C. Ajaran ajaran Samkhya

Menurut ajaran samkhya ada tiga sumber pengetahuan yang benar. Tiga sumber itu adalah :
Pratyaksa pramana atau pengamatan langsung;
Anumana pramana (penyimpulan);
Apta Vakya atau penegasan yang pantas, berlandaskan apa yang diajarkan kitab Veda atau
ucapan para maharesi.
Proses pengamatan, yakni indera-indera kita menerima objek-objek di luar kita tanpa
menentukannya, dan menyampaikan pengetahuan-pengetahuan itu dengan manas.
Pokok ajaran samkhya ialah tentang Purusa dan Prakerti, yaitu azas rohani dan badani. Dari
kedua azsa inilah terciptanya alam semesta ini dengan isinya. Teori samkhya tentang sebab asal
benda-benda ini menimbulkan ajaran prakti sebagai sebab terakhir dari dunia ini. Semua obyek
dunia ini, baik badan, pikiran, perasaan adalah terbatas dan merupakan suatu yang tergantung
pada gantungan yang lain. Yang dihasilkan oleh beberapa elemen. Alam semesta ini merupakan
serentetan akibat dari suatu sebab. Sebab itul haruslah suatu azas yang bukan roh. Bukan
kesadaran. Sebai itu, haruslah lebih halus dari akibat dan ia harus ingin tumbuh menjadi obyek
impian. sebab terakhir itu haruslah suatu azas yang tidak merupakan akibat dari suatu sebab lagi.
Suatu sebab yang kekal abadi yang selalu menjadi sumber dari terciptanya dunia oyek ini. Nah,
sebab terakhir inilah yang disebut prakaerti dalam ajaran samkhya. Karena, prakerti itu sebagai
sebab pertama dari semua alam semesta ini. Ia haruslah bersifat kekal . abadi dan tidak berubah,.
Sebab tidak mungkin yang tidak kekal menjadi sebab yang pertama dari semua yang ada di alam
semesta ini.
KESIMPULAN
Istilah filsafat pertama kali dipakai oleh Phytagoras (582-496 S.M), Filsafat merupakan
pencarian rasional ke dalam sifat kebenaran datau realitas, ia memberikan pemecahan yang jelas
dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan dalam hidup. Filsafat bermula dari keperluan
praktis umat manusia yang ingin mengetahui sisi spiritual atau aspek transcendental tentang
hakikat kehidupan; baik terkait rahasia kematian, rahasia kekalan, sifat dari jiva (roh) dan sang
pencipta alam semesta.
Dalam agama Hindu, filsafat bukan sekadar spekulasi atau dugaan belaka, namun ia
memiliki nilai yang sangat luhur, mulia, khas, dan sistematis yang didasarkan atas pengalaman
spiritual atau Aparoksa Anubhuti serta bersumber pada ajaran Veda.
Sad Darsana dan terutama filsafat Samkya ialah yang merupakan sistem filsafat yang
berpengaruh besar di Indonesia. Sad Darana adalah enam sistem filsafat Hindu, yang
merupakan 6 cara mencari kebenaran atau 6 cara pembuktian kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.

Suarjaya wayan, Darma sarsthi, Jakarta, 1990.


Hadiwijono harun, Sari filsafat India, gunung nusa, 1989.
Suhardana, Etika dan Moralitas Hindu, Paramita, Surabaya, 2006.
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu

Anda mungkin juga menyukai