Anda di halaman 1dari 16

1.

Sejarah Jakarta
Etimologi
Nama Jakarta sudah digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut
wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[11]
Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari ), yang diberikan oleh
orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan
menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan
sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang
diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha".
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, Joo de
Barros, dalam Dcadas da sia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain
Caravam (Karawang)".[12] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi
Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[13] demikian pula nama Jaketra juga
disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten[14] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[15]
sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[16] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596
menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[17]
Sunda Kelapa (3971527)
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama
Sunda Kalapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai
Dayeuh Pakuan Padjadjaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda
Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu
pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan
Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting
karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda
modern: dayeuh yang berarti "ibu kota") dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan
kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada
sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing
yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini
membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat
warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Jayakarta (15271619)
Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16,
Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di
Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri
dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut
diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, di mana
Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian
benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut.
Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota
pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan.
Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah

berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah
mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan
Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu
Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.
Batavia (16191942)

Pasukan Pangeran Jayakarta menyerahkan tawanan Belanda kepada Pangeran Jayakarta.

Bekas gedung stadhuis atau balai kota Batavia. Bangunan ini sekarang menjadi Museum Sejarah
Jakarta.
Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun
1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat
Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta
setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia.
Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (Lihat
Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja.
Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India.
Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal
dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal
sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat
Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku
dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masingmasing. Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan,
Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang
Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan
melakukan perlawanan terhadap Belanda.[18] Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun
1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia dibentuk dua
kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda
membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda

menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah
terintegrasi menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[19]
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan
sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom
provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Jawa yang
diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad
(Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia
menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor),
Priangan, dan Cirebon.
Jakarta (1942sekarang)
Jakarta (, Jakaruta Tokubetsu Shi) (19421945)
Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi
Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat
dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki
Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.
Jakarta (1945-sekarang)
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959,
status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan
menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama
ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu
dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Djakarta diubah dari Daerah
Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[20]
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat
kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun
penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung permukiman kelas menengah baru
kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan.
Pusat-pusat permukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan
institusi milik negara seperti Perum Perumnas.
Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara
lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan
Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros
Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak
pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di
wilayah Jakarta Selatan.
Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal
1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa
berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta
masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir,
kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa.
Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan
ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).
2. Nama Gubernur DKI Jakarta sampai dengan Sekarang
1. Suwirjo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1945 1951

2. Sjamsuridjal - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1951 1953

3. Sudiro - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1953 1960

4. Soemarno Sosroatmodjo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1960 - 1964 dan 1965
1966

5. Henk Ngantung - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1964 1965

6. Ali Sadikin - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1966 1977

7. Tjokropranolo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1977 1982

8. Soeprapto - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1982 1987

9. Wiyogo Atmodarminto - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1987 1992

10. Surjadi Soedirja - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1992 1997

11. Sutiyoso - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1997 - 2002 dan 2002 2007

12. Fauzi Bowo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 2007 2012

13. Joko Widodo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 2012 2014

14. Basuki Tjahja Purnama Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 2014 sekarang

3. Nama Gedung atau Bangunan Bersejarah di Jakarta


1. Icon wisata kota Jakarta, Monumen Nasional (Monas)
Mengunjungi Monas di sore hari dengan berjalan jalan atau bersepeda menyusuri
taman yang ada di Monas merupakan kegiatan mengasyikan yang bisa Dolaners lakukan,

Dolaners juga bisa menghabiskan waktu dengan berfoto foto sambil melihat pemandangan
sekitar. Tidak hanya itu, Dolaners juga bisa melihat keindahan pemandangan Ibu Kota Jakarta
dari atas Monas dengan menaiki lift untuk mencapai puncaknya. Pengelola Monas juga
menyediakan teropong yang bisa Dolaners gunakan untuk melihat panorama Kota Jakarta
lebih jauh lagi.

Di puncak monas juga terdapat api kemerdekaan yang terbuat dari lembaran emas
yang melambangkan semangat bangsa Indonesia yang menyala nyala. Dolaners juga bisa
berkunjung ke Museum Sejarah Nasional Indonesia yang letaknya masih satu kawasan
dengan Monumen Nasional.
2. Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara
Masjid Istiqlal merupakan sebuah masjid kebanggaan negeri ini yang terletak di pusat
ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Selain
digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor
berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga
menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan Dolaners yang
berkunjung umumnya dari dalam maupun luar negeri yang beragama Islam.

Namun bagi Dolaners yang non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah
sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun
demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi
pemandu.
3. Yuks belajar dulu ke Museum Nasional Indonesia
Museum Nasional Indinesia merupakan sebuah wisata bersejarah yang masih berada
dalam satu kawasan dengan Monumen Nasional. Di Museum Nasional Indonesia ini Dolaners
bisa mengenal sejarah bangsa Indonesia lebih dalam lagi. Beragam history dan peninggalan
bangsa ini ada di dalamnya. Museum ini menampung pengunjung kurang lebih 500 orang.

museum ini berisikan sejarah Indonesia mulai dari jaman prasejarah sampai masa Orde Baru.
Didalam museum Dolaners akan menemukan 51 diorama dengan ruangan yang berlapiskan
marmer.

Setelah puas belajar sejarah di museum, Dolaners juga bisa bersenang senang sambil
menikmati suasa berlibur di Monumen Nasional yang memang masih masuk dalam satu
kawasan.
4. Tempat ter- instagram-able buat Dolaners semua, Kota Tua Jakarta
Kota Tua merupakan kawasan penting di masa penjajahan dahulu. Kawasan ini
mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, mulai dari Pelabuhan Sunda
Kelapa sampai Museum Bank Indonesia. Sama seperti kawasan kota lama di beberapa kota
di Indonesia bahkan dunia, Kota Tua Jakarta ini dimanfaatkan sebagai tempat wisata
bersejarah dengan mengubah fungsi bangunan lama menjadi museum yang menyimpan
banyak informasi berharga tentang sejarah kota. Kota Tua sendiri terdiri dari Museum
Fatahillah, Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan
Keramik, Toko Merah.

Selain menelusuri tempat-tempat historis, wisata Kota Tua juga menyuguhkan aneka
sajian kuliner yang dapat Dolaners nikmati, seperti Cafe Batavia, atau Dolaners dapat mampir
ke Cafe Gazebo untuk menikmati sajian makanan tradisional, dan resto lainnya. Tak kalah
kurang, jajanan yang kerap dijumpai seperti gado-gado, soto, hingga kerak telor pun tersedia
banyak di sana.
5. Eh ada yang unik di Museum Bahari
Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan
kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di
seberang Pelabuhan Sunda Kelapa. Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis
perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC.
Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang

kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat
navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.

Museum Bahari Jakarta juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan
sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional
masyarakat nelayan Nusantara. Museum yang terletak di DKI Jakarta ini juga menampilkan
matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta
perjalanan kapal KPM Batavia Amsterdam.
6. Galangan Kapal VOC yang penuh sejarah masa lampau
Bangunan yang pernah digunakan sebagai kantor pusat kegiatan perusahaan dagang
Hindia Belanda, VOC ini diperkirakan dibangun pada tahun 1628. Dulunya, galangan kapal
ini dijadikan tempat menyimpan dan memperbaiki kapal-kapal besar yang akan berlayar ke
perairan terbuka selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Selain kapal besar, terdapat
pula kapal-kapal kecil yang dibuat di sini. Dahulu galangan kapal VOC ini menjadi suatu
bandar terpenting di Asia dan pendukung bagi jaringan niaga sedunia yang menggunakan
kapal layar.

Dari gedung utama galangan, saudagar, nahkoda, perwira, sultan, raja, pejabat
Kompeni, dan duta kerajaan dari seluruh Asia mendarat dan berangkat dari tempat ini.
7. Tempatnya para seniman pertunjukan, Gedung Kesenian Jakarta
Gedung Kesenian Jakarta merupakan bangunan tua peninggalan bersejarah
pemerintah Belanda yang hingga sekarang masih berdiri kokoh di Jakarta. Terletak di Jalan
Gedung Kesenian No. 1 Jakarta Pusat. Gedung tersebut merupakan tempat para seniman dari
seluruh Nusantara mempertunjukkan hasil kreasi seninya, seperti drama, teater, film, sastra,
dan lain sebagainya. Gedung Kesenian Jakarta ini memiliki bangunan bergaya megah.

Sebagai sebuah tempat pertunjukan seni, gedung Kesenian Jakarta memiliki fasilitas
yang bagus dan memadai, di antaranya ruang pertunjukan berukuran 24 x 17.5 meter dengan
kapasitas penonton sekitar 475 orang, panggung berukuran 10,75 x 14 x 17 meter, peralatan
tata cahaya, kamera (CCTV) di setiap ruangan, TV monitor, ruang foyer berukuran 5,80 x 24
meter, serta fasilitas outdoor berupa electric billboard untuk keperluan publikasinya.
8. Apa bedanya Museum Fatahillah dengan Museum Sejarah Jakarta hayo?
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum
Batavia adalah sebuah museum yang terletak di kawasan Taman Fatahillah. Bangunan itu
menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di
bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang
pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.

Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta,
replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di
Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai
ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang
Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin. Terdapat juga berbagai koleksi
tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Selain itu, di Museum Fatahillah juga
terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman
penjajahan Belanda.
9. Tempatnya mengenang sejarah, Monumen Proklamator
Monumen Proklamator terletak di Jl. Pegangsaan Timur no.56 Jakarta Pusat.
Monumen Proklamasi terdiri dari 17 pilar tepat dibelakang patung proklamator yang
menggambarkan tanggal kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 patung Ir.Sukarno yang
sedang membaca naskah proklamasi dan diseberangnya patung Drs.mohammad hatta dan
tepat di tengah-tengah mereka terdapat tulisan naskah proklamasi diatas batu marmer hitam

tepat dibawah batu marmer tersebut terdapat piagam persmian monumen proklamator oleh
Bapak Soeharto presiden ke-2 bangsa Indonesia dalam marmer putih.

Selain monumen diatas disudut lain juga terdapat tugu berbentuk obelisk yang
bernama Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia.tugu yang dibangun tepat 1
tahun kemerdekaan Indonesia ini diresmikan pada 17 Agustus 1946 saat dimana perjuangan
kemerdekaan Indonesia sedang menghebat suatu usaha yang berani yang ditunjukkan
bangsa Indonesia.di sisi tugu ini tertulis tulisan yang dipahat di marmer berbunyi atas oesaha
wanita Djakarta.sedang disisi lainnya terdapat tulisan naskah proklamasi dalam marmer dan
peta indonesia dalam marmer.
10. Beragam jenis kesenian ada di sini Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik merupakan sebuah bangunana yang pada mulanya
gedung bersejarah ini digunakan Pemerintah Hindia-Belanda untuk dijadikan sebuah Kantor
Dewan Kehakiman yang berada pada Benteng Batavia. Pada tahun 1990 baru menjadi
Museum Seni Rupa dan Keramik sampai sekarang ini. Untuk Koleksi seni rupa menampilkan
berbagai macam jenis patung seperti Totem Asmat dan lain sebagainya. Sedangkan untuk
koleksi keramik menampilkan keramik yang berasal dari berbagai beberapa daerah Indonesia
dan seni kreatif kontemporer.

Selain itu disini juga terdapat koleksi keramik yang berasal dari mancanegara seperti
keramik yang berasal dari Tiongkok, Thailand, Vietnam, Jepangdan Eropa mulai dari abad 16
sampai dengan awal abad 20.
4. Patung yang Berada di Jakarta
1. Monumen Selamat Datang

Patung yang didesain dengan bentuk sepasang manusia yang sedang menggenggam
bunga dan melambaikan tangan adalah simbol selamat datang yang diperuntukan bagi para
pendatang yang mengunjungi Jakarta.
2. Patung Pahlawan/Tugu Tani

Nama patung di jakarta kali ini bertemakan pahlawan atau yang dikenal dengan Tugu
tani adalah pemberian hadiah dari pemerintah Uni Soviet ketika masih ada, di desain oleh
pematung ternama Rusia yakni Matvel Manizel dan Otto Manizer. Patung ini dibuat dari
bahan perunggu dan didesain berupa seorang petani dan seorang wanita yang memberikan
bekal kepada petani tersebut. Pada patung ini ditempelkan plakat yang berbunyi voetstuk
yang berarti "bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar".

3. Patung Dirgantara/Patung Pancoran

Terletak dikawasan Pancoran, Patung Dirgantara atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Patung Pancoran ini adalah permintaan dari Bung Karno. Saat itu, beliau ingin
menampilkan keperkasaan bangsa Indonesia di bidang Dirgantara. Desain Patung Pancoran
ditekankan dengan arti untuk mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifatsifat jujur, berani dan bersemangat.
4. Patung Pemuda Membangun

Patung yang terletak di Kawasan Bunderan Senayan ini dibangun dengan tujuan
untuk mendorong semangat membangun yang hakekatnya harus dilakukan oleh para pemudapemuda Indonesia.

5. Patung Jenderal Sudirman

Sesuai dengan namanya patung di jakarta ini didesain dengan seorang sosok
pahlawan nasional Jenderal besar, Jenderal Sudirman. Berdiri kokoh disalah satu jalan di
Jakarta patung Sudirman didesain dengan sosok Jenderal digambarkan menghormat dan
kepala sedikit mendongak untuk memberikan kesan yang dinamis.
6. Patung Kuda Arjuna Wijaya

Dibuat oleh pematung berdarah Bali, Nyoman Nuarta menggambarkan sisi


pewayangan yang ada dalam kisah wayang Indonesia. Patung ini digambarkan Arjuna dan
Batara Kresna bertempur melawan adipati karna. Dengan menunggangi 8 kuda yang
mempunyai makna bahwa seorang pemimpin harus hidup berdasarkan 8 unsur penopang
kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai