Anda di halaman 1dari 19

KESESUAIAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA GOLONGAN A

DALAM MEWADAHI FUNGSI MUSEUM

Stephanie Dharmawan S.Ars.1


1
Fakultas Desain, Universitas Pelita Harapan
Email: stephanie.dharmawan@gmail.com

ABSTRAK
Bangunan cagar budaya golongan A merupakan bangunan konservasi yang memiliki derajat intervensi
paling sedikit. Terdapat sejumlah museum di Jakarta yang merupakan hasil konversi dengan tujuan untuk
mempertahankan keberlangsungan hidup bangunan cagar budaya. Hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah
kriteria apa yang harus dicapai sebuah bangunan konversi dalam mewadahi fungsi museum dan bagaimana
bangunan cagar budaya golongan A dapat memenuhi kriteria tersebut. Penelitian dilakukan dengan
menganalisis Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Standar–standar tersebut meliputi kondisi lingkungan,
kondisi fisik, sistem tata udara, sistem pencahayaan, sistem keamanan, sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran serta organisasi ruang bangunan museum.
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi memenuhi
sebagian besar kriteria sebagai bangunan museum. Kriteria yang terpenuhi ialah kondisi lingkungan 60% yang
memungkinkan area berkumpul dan petugas kebakaran beroperasi, kondisi konstruksi fisik yang masih baik,
bukaan pada bangunan yang menghadap utara-selatan mendukung pertukaran udara, jalur evakuasi sejauh
32m untuk penanggulangan kebakaran dan organisasi ruang terbagi dengan baik antara publik dan service.
Kriteria yang perlu ditingkatkan sebagai bangunan museum adalah sistem pencahayaan yang memungkinkan
kerusakan barang koleksi dan sistem keamanan kunci dan adanya 5 titik buta untuk menjaga barang koleksi.

Keywords: konversi, preservasi, bangunan cagar budaya, fungsi museum

ABSTRACT
Title: Suitability of Heritage Building Category A to Accommodate Functions of Museum

Heritage Building A Category is conservation building which have smaller possibilities of


intervention to its building. There are several museums in Jakarta are conversion building, in order to
preserve the heritage building. This research will concern on criterias of conversion building to accommodate
museum function and how heritage building category A could apply the criterias. The building that will be
observed for this research is Perumusan Naskah Proklamasi Museum. The standards of museum building
which are used as a benchmarks of this research comprise of environmental condition, physical condition,
ventilation system, lighting system, security system, fire-prevention system, and arrangement of the space
within the building.
The result of this research is Perumusan Naskah Proklamasi Museum fulfill most of the criterias as
a museum building. The 60% of building area to environment area could be conditioned as gathering area
and fire-prevention operating circulation. Most of the openings face to north-south which support for the
crossing ventilation. Evacuation path are maximum 32m for fire-prevention. The arrangement space divided
the public area and service elevate the museum function. It has to increase the lighting system because it could
damage the collections. There are 5 blind spots and the security system of the windows and the doors should
be reinvented.

Keywords: conversion, preservation, heritage building, museum functions

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 89


A. PENDAHULUAN Dilihat dari sejarahnya, bangunan
museum muncul pertama kali pada abad
Cantacuzino (1989) mengatakan ke-16 karena adanya kebutuhan dari para
konversi atau pemasukkan fungsi baru ke bangsawan untuk menyatukan benda –
dalam bangunan cagar budaya sudah benda koleksi mereka ke dalam suatu
dimulai sejak ratusan tahun yang lalu. ruangan khusus. Awalnya, museum tidak
Banyak bangunan cagar budaya yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan
mengalami kerusakan pada masa itu mayoritas benda koleksi di dalamnya
karena tujuan awal dilakukannya konversi merupakan lukisan dan patung. Fungsi
bukan untuk melindungi bangunan dan keragaman benda koleksi di dalam
tersebut melainkan berhubungan erat museum terus berkembang seiring dengan
dengan masalah finansial, dimana perjalanan waktu. Saat ini, museum telah
pemakaian bangunan lama dinilai lebih menjadi salah satu fasilitas edukasi yang
murah dibandingkan dengan membangun terbuka untuk umum dan benda koleksi di
bangunan baru. Jumlah bangunan cagar dalamnya juga menjadi beraneka ragam
budaya yang rusak semakin bertambah mulai dari benda kesenian hingga
setelah perang dunia kedua berakhir. perangkat ilmu pengetahuan. Setelah
Walaupun dibangun kembali, peran museum mendapatkan perhatian
pembangunan ulang bangunan – masyarakat internasional, para kalangan
bangunan tersebut dilakukan tanpa profesional membentuk International
memperhatikan karakter awal dan nilai Council of Museums (ICOM) pada tahun
sejarah dari bangunan orisinilnya. Hal 1946. Menurut ICOM, museum adalah
tersebut menyebabkan rusaknya keunikan, lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
nilai sejarah, tipologi, dan pola lokal suatu keuntungan, melayani masyarakat dan
daerah. Carmona (2003) menambahkan perkembangannya, terbuka untuk umum,
bahwa masyarakat juga mulai merasakan memperoleh, merawat, menghubungkan,
hilangnya identitas suatu daerah yang dan memamerkan artefak - artefak perihal
tercermin dari bangunan cagar jati diri manusia dan lingkungannya untuk
budayanya. tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi
Menyikapi masalah tersebut, (Sutiyoso, 2001). Standar untuk bangunan
masyarakat mulai gencar berdemonstrasi museum juga terus berkembang seiring
untuk melindungi bangunan cagar budaya dengan banyaknya museum baru yang
pada sekitar tahun 1970. Setelah itu, didirikan karena minat masyarakat yang
mulai timbul peraturan – peraturan besar terhadap museum.
mengenai konservasi bangunan cagar Sementara itu, Kota Jakarta
budaya yang dimulai di Amerika dan memiliki beberapa bangunan cagar
Eropa serta terus menyebar ke seluruh budaya yang dikonversi menjadi museum
belahan dunia. Setelah sejumlah peraturan oleh pemerintah. Pemerintah juga
mengenai konservasi bangunan cagar menggolongkan bangunan cagar budaya
budaya muncul, konversi dilakukan di Jakarta menjadi tiga golongan, yaitu A,
dengan lebih menghargai nilai sejarah dan B, dan C. Penggolongan tersebut
karakter asli dari bangunan cagar budaya. bertujuan untuk menentukan derajat
Fungsi baru yang sering intervensi yang dapat dilakukan terhadap
dimasukkan ke dalam bangunan cagar bangunan cagar budaya didasarkan pada
budaya adalah museum. Tombazis (2004) jumlah kriteria yang terpenuhi dalam
mengatakan pemasukkan fungsi museum tolok ukur bangunan cagar budaya.
dinilai sebagai solusi terbaik untuk Semakin tinggi golongannya maka
menghidupkan kembali bangunan cagar intervensi yang dapat dilakukan terhadap
budaya yang sudah tidak dapat mewadahi bangunan tersebut semakin terbatas.
fungsi lamanya dengan baik. Mayoritas dari bangunan – bangunan

90│Jurnal Architecture Innovation


tersebut tidak dirancang untuk mewadahi c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
fungsi museum. Akibatnya, berbagai pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
macam masalah mulai timbul pasca kebudayaan; dan
konversi. d. memiliki nilai budaya bagi penguatan
Dapat dilihat bahwa tidak semua kepribadian bangsa.
bangunan cagar budaya sesuai dikonversi Sementara itu, bangunan cagar
menjadi museum. Perlu dilakukan budaya digolongkan menjadi tiga
intervensi terhadap bangunan – bangunan golongan di Jakarta, yaitu A, B, dan C.
tersebut agar dapat mewadahi fungsi Penggolongan didasarkan pada jumlah
museum dengan baik. Namun, derajat kriteria yang terpenuhi dalam tolok ukur
intervensi yang dapat dilakukan terhadap bangunan cagar budaya. Peraturan Daerah
bangunan cagar budaya didasarkan pada DKI Jakarta No. 9 Tahun 1999 Bab IV
golongannya. Semakin tinggi tentang pelestarian pemanfaatan
golongannya maka semakin terbatas lingkungan dan bangunan cagar budaya
intervensi yang dapat dilakukan dan menjabarkan mengenai kriteria – kriteria
sebaliknya. Oleh karena itu, hal yang akan pada tolok ukur bangunan cagar budaya,
diteliti adalah yaitu :
kriteria apa yang harus dicapai sebuah 1) Tolok ukur nilai sejarah yang
bangunan konversi dalam mewadahi dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa
fungsi museum dan bagaimana bangunan perjuang-an, ketokohan, politik,
cagar budaya golongan A dapat sosial, dan budaya yang menjadi
memenuhi kriteria tersebut. Fungsi simbol nilai kesejarahan pada tingkat
museum yang ditekankan pada penelitian nasional atau Daerah Khusus Ibukota
ini adalah fungsi preservasi, yaitu Jakarta. Dalam tolok ukur ini,
perlindungan terhadap benda – benda bangunan harus berkaitan dengan
koleksi dari segala jenis ancaman. tokoh atau peristiwa sejarah baik di
tingkat lokal, nasional maupun
internasional. Nilai kumulatif sejarah
B. KAJIAN LITERATUR terdiri dari tokoh lokal, tokoh
nasional, tokoh internasional,
Bangunan Cagar Budaya peristiwa lokal, peristiwa nasional,
dan peristiwa internasional.
Menurut Undang – Undang
2) Tolok ukur umur yang dikaitkan
Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010
dengan usia sekurang-kurangnya 50
tentang benda cagar budaya, bangunan
tahun. Tolak ukur ini juga
cagar budaya adalah susunan binaan yang
berhubungan dengan periodisasi gaya
terbuat dari benda alam atau benda buatan
yang menjadi salah satu tolak ukur
manusia untuk memenuhi kebutuhan
dalam kriteria arsitektur.
ruang berdinding dan/atau tidak
3) Tolok ukur keaslian yang dikaitkan
berdinding, dan beratap. Benda,
dengan keutuhan baik sarana maupun
bangunan, atau struktur dapat diusulkan
prasarana lingkungan , struktur,
sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan
material, tapak bangunan, dan
Cagar Budaya, atau Struktur Cagar
bangunan di dalamnya.
Budaya apabila memenuhi kriteria:
4) Tolok ukur kelangkaan, dikaitkan
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau
dengan keberadaan bangunan sebagai
lebih;
satu – satunya yang terlengkap dari
b. mewakili masa gaya paling singkat
jenisnya yang masih ada pada
berusia 50 (lima puluh) tahun;
lingkungan lokal, nasional atau dunia.
5) Tolok ukur landmark yang dikaitkan
dengan keberadaaan sebuah bangunan

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 91


tunggal, monumen atau bentang alam c) Pemeliharaan dan perawatan
yang dijadikan simbol dan wakil dari bangunan harus menggunakan bahan
suatu lingkungan sehingga merupakan yang sama atau sejenis atau memiliki
tanda atau tengeran lingkungan karakter yang sama dengan
tersebut. mempertahankan detail ornamen
6) Tolok ukur arsitektur yang dikaitkan bangunan yang telah ada.
dengan estetika dan rancangan yang d) Dalam upaya revitalisasi,
menggambarkan suatu zaman dan memungkinkan adanya penyesuaian
gaya tertentu. Dalam tolok ukur ini, atau perubahan fungsi sesuai rencana
bangunan harus mewakili suatu jenis kota yang berlaku tanpa mengubah
dari gaya arsitektur tertentu dalam bentuk bangunan aslinya.
periode sejarah, memiliki keaslian e) Di dalam persil atau lahan bangunan
arsitektur, merupakan pionir gaya atau cagar budaya, memungkinkan adanya
inovasi arsitektur tertentu, berfungsi bangunan tambahan yang menjadi
sebagai tengeran, memiliki group satu kesatuan yang utuh dengan
value karena merupakan komponen bangunan utama.
pembentuk karakter dalam sebuah
kawasan, merupakan karya dari
arsitek penting atau ternama, memiliki Standard Bangunan Museum
skala yang sangat tidak lazim atau
keunikan lain yang diakui publik atau Menurut Bordass Bill (1996), secara
pernah mendapat penghargaan baik umum terdapat beberapa kriteria
nasional maupun internasional. bangunan museum yang baik, yaitu:
Semakin banyak kriteria yang 1) Terletak di lingkungan yang nyaman
terpenuhi oleh sebuah bangunan cagar dan aman dengan akses yang baik.
budaya maka golongan bangunan tersebut Lingkungan tempat bangunan berada
akan semakin tinggi. Bangunan cagar juga sebaiknya tidak banyak
budaya akan dikategorikan dalam mengandung debu, polusi, garam dan
golongan A apabila memenuhi empat hama pada udaranya.
kriteria dari tolok ukur tersebut. 2) Memiliki struktur dan fisik bangunan
Sementara itu, bangunan cagar budaya yang kuat dan tahan terhadap cuaca
akan dikategorikan dalam golongan B serta kedap suara.
apabila memenuhi tiga kriteria dari tolok 3) Memiliki tata udara dalam bangunan
ukur tersebut sedangkan bangunan cagar yang baik.
budaya akan dikategorikan dalam 4) Memiliki sistem pencahayaan yang
golongan C apabila memenuhi dua baik.
kriteria dari tolok ukur tersebut. 5) Memiliki sistem keamanan dan sistem
Penggolongan dilakukan untuk pencegahan kebakaran yang baik.
menentukan derajat intervensi dalam 6) Memiliki sirkulasi dan organisasi
mengkonservasi bangunan cagar budaya. ruang yang baik.
Derajat intervensi yang dapat dilakukan 7) Hemat energi dan biaya pemeliharaan
terhadap Bangunan Cagar Budaya yang kecil.
Golongan A adalah sebagai berikut: 8) Memiliki fasilitas penunjang yang
a) Bangunan dilarang dibongkar atau baik untuk mendukung pekerja dan
diubah. pengunjung museum.
b) Apabila kondisi fisik bangunan buruk, Penelitian ini tidak menggunakan
roboh, terbakar atau tidak layak tegak, semua kriteria bangunan museum yang
dapat dilakukan pembongkaran untuk baik sebagai tolok ukur. Kriteria yang
dibangun kembali sama seperti semula dijadikan sebagai tolok ukur adalah yang
sesuai dengan aslinya. berhubungan dengan perlindungan benda

92│Jurnal Architecture Innovation


koleksi dimana penelitian ini difokuskan penanggulangan kebakaran, dan
pada fungsi preservasi. Hal – hal yang organisasi ruang bangunan museum.
harus diperhatikan pada bangunan
museum agar benda koleksi tetap Kondisi Lingkungan
terlindungi dengan baik adalah tingkat Kondisi lingkungan dapat
suhu, kadar kelembaban, banyaknya mempengaruhi kesesuaian sebuah
cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan cagar budaya untuk dikonversi
bangunan, lokasi bangunan, kondisi fisik menjadi museum (Emmet County
bangunan, kemampuan bangunan dalam Museum). Tiga faktor yang
menghadapi bahaya kebakaran, tingkat mempengaruhi kesesuaian tersebut adalah
keamanan bangunan, dan kondisi ruang lokasi site, pemenuhan lahan, dan
pameran serta ruang penyimpanan komposisi massa bangunan.
(Emmet County).
Tabel 1. Pengaruh Lokasi Site Terhadap
Tingkat suhu, kadar kelembaban,
Potensi Bangunan Cagar Budaya untuk
dan sistem pencahayaan yang tidak baik Dikonversi Menjadi Museum
merupakan penyebab utama kerusakan
benda koleksi dalam museum. Selain itu,
kondisi fisik bangunan yang merupakan LOKASI SITE
wadah benda koleksi harus berada dalam Site Terletak di Site Terletak di
kondisi yang baik. Sistem proteksi Daerah Berkembang Daerah Terpencil
kebakaran dan keamanan yang buruk pun  Tersedia fasilitas
 Tersedia area untuk
dapat menyebabkan kerusakan yang sosial.
melakukan ekspansi
cenderung tidak dapat diperbaiki ataupun  Tersedia
dan area parkir.
transportasi umum
hilangnya benda koleksi. Luas ruang  Minimnya masalah
yang baik.
pameran sebagai tempat untuk dengan tetangga.
 Nilai jual tanah
memamerkan benda koleksi dan luas  Terdapat masalah
tinggi.
keamanan.
ruang penyimpanan sebagai tempat  Terbatasnya area
 Minimnya
menyimpan sementara benda koleksi yang untuk melakukan
transportasi umum.
tidak dipamerkan juga harus memadai. ekspansi.
 Pekerja dapat
 Akses kendaraan
Ruang penyimpanan merupakan fasilitas merasa terisolasi.
terkadang sulit.
yang penting karena tidak semua benda Sumber: disadur ulang dari Bordass 1996, 6.
koleksi dapat dipamerkan secara terus
menerus. Sementara itu, kondisi
lingkungan yang baik dapat Tabel 2. Pengaruh Pemenuhan Lahan
mengoptimalkan perlindungan terhadap Terhadap Potensi Bangunan Cagar Budaya
untuk Dikonversi Menjadi Museum
benda koleksi dengan tersedianya area
penurunan barang, memadainya area
beroperasi petugas pemadam kebakaran,
RUANG LINGKUP BANGUNAN
lebar jalan yang memadai, dll (Emmet
 Area
County). penyimpanan
Kriteria – kriteria di atas kemudian menyatu dengan
dibagi menjadi tujuh standar bangunan area publik.
museum yang digunakan sebagai tolok  Terlalu padat,
ukur untuk menganalisis kesesuaian bergantung
90%
dengan lift.
bangunan cagar budaya dalam mewadahi city block
 Biaya perawatan
fungsi museum. Standar – standar tersebut tinggi.
adalah kondisi lingkungan, kondisi fisik,  Akses, area
sistem tata udara, sistem pencahayaan, parkir, dan area
sistem keamanan, sistem pencegahan dan penurunan
barang kurang

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 93


baik. sebagai area
 Halaman tengah untuk
dapat menjadi melakukan
ruang yang ekspansi.
menarik.  Perubahan
 Minimnya fungsi
masalah bangunan
60%
keamanan. mudah
rambling
 Minimnya area dilakukan.
complex Beragam
parkir dan area  Tersedia ruang
massa
penurunan untuk
bangunan
barang. melakukan
dalam
 Sulit menentukan satu
ekspansi.
area pintu  Mudah
lahan,
masuk. dikonversi
misalnya
 Bangunan mudah area
menjadi
dikenali. “resource
pedesaan
 Minimnya centre”.
40% atau area
masalah industri.  Sistem
single pengawasan
keamanan.
building
 Berpotensi sulit diterapkan.
meninmbulkan  Biaya
area sisa. perawatan
 Sangat baik besar.
apabila hendak  Terletak di
melakukan daerah
ekspansi. berkembang.
 Tersedia area  Memiliki ruang
parkir dan area sederhana,
40% penurunan dapat
several barang yang melakukan
buildings baik. ekspansi ke unit
 Perawatan Unit tetangga.
cenderung tunggal  “Anonymity”
mudah. dalam dapat
 Sulit melakukan suatu meningkatkan
pengawasan blok keamanan.
keamanan. bangunan  Terdapat
Sumber: disadur ulang dari Bordass 1996, 6. , kemungkinan
misalnya memiliki
Tabel 3. Pengaruh Komposisi Massa Bangunan blok tetangga yang
Cagar Budaya Terhadap Potensi Bangunan bangunan tidak baik.
Tersebut untuk Dikonversi Menjadi Museum dalam  Kurang
kota menarik
KOMPOSISI MASSA BANGUNAN maupun perhatian
area seperti
 Site mudah
didatangi.
industri. “resource
Bangunan centre”.
 Lingkungan
yang
dapat  Berpotensi
terletak di terkena kobaran
berkembang
depan api apabila
dan
jalan bangunan
menghasilkan
dengan sebelah
keuntungan.
halaman, mengalami
misalnya  Terdapat area
kebakaran.
sisa yang dapat
dalam
dimanfaatkan Bangunan  Memiliki
kota. berbentuk prospek yang
untuk fungsi
lain maupun L atau baik dari segi
bentuk jalan.

94│Jurnal Architecture Innovation


kompleks  Berpotensi Pada sistem tata udara dalam
lainnya memiliki bangunan museum, hal yang terpenting
dalam halaman masuk
suatu
adalah menjaga tingkat suhu dan kadar
yang menarik.
lahan.  Mudah kelembaban dalam bangunan tetap stabil
menerapkan agar benda koleksi di dalamnya tidak
sistem cepat rusak. Material dari benda koleksi
pengawasan. akan mengembang apabila tingkat suhu
 Bentuk L untuk dan kadar kelembaban naik serta menciut
manusia dan
kendaraan.
apabila tingkat suhu dan kadar
 Jika dibangun kelembaban turun. Masalah yang terjadi
bangunan baru adalah tidak semua material mengembang
di dekat dan menciut di tingkat suhu dan kadar
bangunan kelembaban yang sama. Hal tersebut
utama, masalah
menyebabkan terjadi tekanan pada area
dengan
tetangga dapat pertemuan antara material – material dari
terjadi. sebuah benda koleksi seperti lukisan
Sumber: disadur ulang dari Bordass 1996, 7. kanvas dengan bingkainya atau
penghubung antar struktur yang saling
Kondisi Fisik menarik dan menekan saat menciut dan
Kondisi fisik bangunan museum yang mengembang. Proses tarik dan tekan
merupakan wadah dari benda koleksi tersebut akan memicu terjadinya
terdiri dari beberapa elemen konstruksi kerusakan baik pada benda koleksi
bangunan (Bordas, 1996). Elemen – maupun bangunan museum itu sendiri
elemen konstruksi bangunan seperti atap, (Artigas, 2007).
dinding, kolom, plafond, lantai, pintu, Bangunan cagar budaya yang
jendela, dan tangga harus berada dalam digunakan untuk mewadahi fungsi
kondisi yang baik. Jenis kerusakan yang museum harus dapat mempertahankan
dapat terjadi pada elemen – elemen kestabilan tingkat suhu dan kadar
konstruksi tersebut akibat interaksi kelembaban udara dalam bangunan
dengan lingkungan maupun proses melalui desain dan meterial yang
penuaan alami antara lain adalah digunakan (Bordas, 1996). Kriteria
keretakan, miring, penurunan, deformasi bangunan seperti itu adalah (ICCROM,
dan bergelombang, korosi, lembab, n.d.):
melendut, berlubang, keropos dll (Awal, 1) Desain bangunan mengikuti
2011). Di lain pihak, luas area pameran orientasi matahari dan arah angin.
juga menentukan kesesuaian suatu 2) Memiliki bukaan sebanyak
bangunan cagar budaya dalam mewadahi mungkin di sisi utara dan selatan serta
fungsi museum dihubungkan dengan memiliki bukaan seminim mungkin di sisi
ukuran benda koleksinya. barat dan timur.
3) Memiliki sistem ventilasi yang
baik sehingga pergerakan udara dalam
bangunan teratur dan tingkat suhu serta
kadar kelembaban udara menurun.
4) Pada daerah yang sering terjadi
Gambar 1. Korelasi Antara Tinggi Benda hujan, bangunan sebaiknya beratap
dengan Jarak Visual Pengunjung miring, memiliki teritisan, dan saluran air
Sumber: Neufert 2002, 250 yang berukuran besar.
5) Memiliki isolasi panas yang baik
Sistem Tata Udara pada dinding, atap, dan lantai bangunan.

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 95


6) Material yang baik untuk atap benda koleksi dalam museum dapat
bangunan pada daerah beriklim tropis dibagi dalam tiga kategori, yaitu (Kevan
lembab adalah tanah liat dan logam. Shaw):
7) Tebal dinding bangunan sebaiknya 1) Benda koleksi yang terbuat dari
40cm atau lebih. Material yang ideal material yang sangat rentan terhadap
untuk dinding adalah tanah liat karena cahaya matahari. Beberapa contoh
dapat menyimpan panas dan kadar air di benda yang termasuk dalam kategori
dalamnya. ini adalah kertas, tekstil, dan benda –
8) Pemakaian material yang reflektif benda organik yang dikeringkan
pada eksterior dan material yang berpori seperti bulu, serangga, tanaman, dll.
pada interior bangunan dapat membantu Benda – benda tersebut tidak dapat
menjaga tingkat suhu dan kadar diletakkan di tempat yang terkena
kelembaban dalam bangunan tetap stabil. cahaya matahari langsung dan hanya
dapat terkena cahaya matahari
Sistem Pencahayaan langsung pada saat matahari baru
Sistem pencahayaan dibagi menjadi terbit atau akan tenggelam.
dua, yaitu pencahayaan alami dan buatan 2) Benda koleksi yang terbuat dari
(Licht). Pencahayaan alami menggunakan material yang rentan terhadap cahaya
sinar matahari sebagai sumber cahaya matahari. Beberapa benda yang
sedangkan pencahayaan buatan termasuk dalam kategori ini adalah
menggunakan lampu sebagai sumber lukisan cat minyak, kayu, tulang,
cahaya. Walaupun cahaya matahari gading, dan berbagai benda lain yang
merupakan cahaya terbaik untuk melihat dilukis atau diwarnai. Benda – benda
benda koleksi museum karena tersebut dapat terkena cahaya
mengandung spektrum warna terlengkap, matahari langsung tetapi hanya
dalam batas tertentu.
3) Benda koleksi yang terbuat dari
material yang tidak rentan terhadap
cahaya matahari. Beberapa benda
yang termasuk dalam kategori ini
adalah benda – benda yang terbuat
dari logam, batu, keramik, dan kaca.
Benda – benda tersebut dapat
diletakkan di tempat yang terkena
cahaya matahari langsung.

Solusi untuk masalah di atas adalah


menggunakan cahaya pantulan matahari
untuk menerangi ruang dan benda koleksi
dalam bangunan museum. Cahaya
pantulan matahari tidak berbahaya bagi
Gambar 2. Prinsip Dasar Penggunaan Cahaya
Pantulan Matahari untuk Menerangi Ruang benda koleksi karena intensitasnya telah
dalam Bangunan berkurang dimana terdapat beberapa cara
Sumber: Neufert 2002, 160 untuk memasukkan cahaya matahari ke
dalam bangunan tanpa mengenai benda
cahaya matahari langsung juga sangat koleksi secara langsung (Chiara, 1983).
berbahaya bagi benda koleksi dalam Sementara itu, sistem pencahayaan
museum karena mengandung sinar buatan memiliki dua jenis kategori
ultraviolet. Apabila dilihat dari menurut Licht, yaitu :
ketahanannya terhadap sinar matahari, 1) Pencahayaan Ruangan.

96│Jurnal Architecture Innovation


Pencahayaan pada ruang pameran sistem keamanan yang baik dalam
terbagi menjadi dua, yaitu langsung dan bangunan museum. Sistem keamanan
tidak langsung. Pada pencahayaan yang baik adalah penggabungan dari segi
langsung, cahaya dari lampu langsung fisik bangunan, perangkat elektrikal, dan
menyinari ruangan tanpa adanya proses operasional bangunan (Digital
mediator. Sementara itu, pencahayaan Engineering Library. n.d.). Namun, yang
tidak langsung memanfaatkan suatu akan ditekankan pada penelitian ini
bidang sebagai tempat pemantulan cahaya adalah kemampuan fisik bangunan dalam
dari lampu untuk menyinari ruangan. melindungi benda koleksi di dalamnya.
2) Pencahayaan Pameran. Hal – hal yang perlu diperhatikan dari
Pencahayaan pameran menggunakan segi fisik bangunan adalah (CFAS):
pencahayaan langsung untuk 1) Dinding bangunan merupakan
menonjolkan benda koleksi dalam pertahanan utama terhadap pencurian.
museum. Agar pencahayaan pameran Oleh karena itu, material dinding
dapat bekerja dengan baik, intensitas harus kuat dan kokoh seperti batu,
cahaya dari pencahayaan ruangan harus batu bata, dan beton bertulang.
diturunkan. Posisi lampu yang menyinari Material yang kurang kuat adalah bata
benda koleksi juga harus diperhitungkan blok, foamed concrete, dan kaca.
agar benda – benda tersebut dapat terlihat 2) Bukaan pada bangunan seperti pintu
dalam kondisi yang baik. dan jendela diusahakan seminimal
Pencahayaan ruangan dan pameran juga mungkin. Hal tersebut dapat
harus diatur agar dapat berkolaborasi meminimalisasi penerobosan pencuri.
dengan baik sehingga benda – benda 3) Struktur utama pintu sebaiknya
koleksi dapat terlihat secara optimal. terbuat dari kayu solid atau logam
Namun, yang akan ditekankan pada untuk mengoptimalkan perlindungan
penelitian ini adalah sistem pencahayaan terhadap benda koleksi dalam
alami yang berkaitan langsung dengan bangunan.
bangunan museum. 4) Sistem kunci pada pintu dan jendela
harus kuat terhadap pengrusakan dan
pelepasan secara paksa.
5) Jendela dan bukaan pada atap
merupakan daerah yang sering
digunakan pencuri untuk masuk. Oleh
karena itu, harus dipasang bingkai
besi pada daerah – daerah tersebut
agar tidak mudah ditembus pencuri.
6) Peletakkan pipa, kantilever atau
Gambar 3. Berbagai Jenis Cara Memasukkan vegetasi pada daerah jendela dan
Cahaya Matahari ke dalam Bangunan bukaan pada atap harus
Museum
Sumber: Chiarra 1983, 331
diminimalisasi.
7) Daerah – daerah yang berupa titik
Sistem Keamanan Bangunan buta dimana pencuri dapat
Museum mulai banyak diminati bersembunyi harus diminimalisasi.
oleh masyarakat sebagai tempat rekreasi 8) Sistem keamanan yang optimal juga
sejak sekitar tahun 1980. Dengan harus diterapkan pada pintu dan
banyaknya pengunjung dan aktivitas yang jendela yang dapat diakses melalui
terjadi di dalam museum, tingkat ancaman bangunan lain.
terhadap keamanan benda koleksi juga Di lain pihak, terdapat tiga jenis
meningkat. Oleh karena itu, diperlukan sistem yang digunakan untuk menjaga

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 97


keamanan bangunan museum dilihat dari Bangunan dengan ruang terbuka yang
segi perangkat elektrikalnya, yaitu: besar memerlukan peralatan otomatis
1) Sistem pengawasan elektronik, yang Smoke and Heat Exhaust Ventilation
terdiri dari cctv, card reader entry, dan Systems (SHEVS). SHEVS akan
electromagnetic lock exit. menyalurkan kelebihan gas dan panas
2) Sistem alarm. keluar ruangan.
3) Sistem pendeteksi, yang terdiri dari 4) Rongga Bangunan.
simple magnetic contact switch, Rongga bangunan, baik yang terlihat
balanced magnetic contact switch, sepeti void maupun yang tidak terlihat
microswitch and plunger switch, foil seperti loteng, lubang pada dinding,
tape, glass window “Bug”, audio rongga pada papan gypsum, dan
discriminator, vibrators, shock sensors, lubang shaft berpotensi untuk menjadi
lacing, pressure-sensitive mats, motion jalur penyebaran api dan asap. Oleh
detectors, dan photoelectric beams. karena itu, diperlukan penghalang
pada rongga – rongga tersebut untuk
Sistem Pencegahan dan meminimalisasi terjadinya penyebaran
Penanggulangan Kebakaran api dan asap.
Kerusakan pada benda koleksi 5) Sistem Ventilasi.
museum yang disebabkan oleh kebakaran Sistem ventilasi pada bangunan
umumnya tidak dapat diperbaiki sehingga berpotensi untuk membuat api
perlu diterapkan sistem pencegahan dan semakin besar dan mempercepat
penanggulangan kebakaran yang baik penyebaran api dan asap. Oleh karena
pada bangunan museum (Johnson, 1979). itu, diperlukan penghalang otomatis
Kebakaran dapat terjadi apabila tiga yang menutup lubang ventilasi pada
komponen berupa oksigen, sumber api, saat terjadi kebakaran.
dan bahan mudah terbakar saling bertemu. 6) Lapisan Internal Bangunan.
Sumber api yang sering menyebabkan Material yang digunakan untuk
kebakaran adalah puntung rokok, jaringan melapisi dinding bangunan juga
kabel, peralatan memasak, pemanas mempengaruhi kecepatan penyebaran
ruangan, dll. Sementara itu, contoh bahan api. Lapisan cat dan wallpaper
yang mudah terbakar adalah bahan tekstil, sebaiknya tidak menumpuk untuk
cairan kimia, karet, plastik, kertas, memperlambat penyebaran api.
tanaman kering, dll. Oleh sebab itu, 7) Lapisan Luar Bangunan.
kebakaran dapat dicegah dengan Material yang digunakan pada dinding
memisahkan atau meminimalisasi ketiga luar bangunan sebaiknya tidak mudah
komponen tersebut (Fire Law Scotland). terbakar untuk mencegah penyebaran
Faktor – faktor yang dapat api ke bangunan lain.
mempengaruhi kecepatan penyebaran api
dan asap adalah (Fire Law Scotland): Organisasi Ruang
1) Pembagian Ruang. Organisasi ruang tiap bangunan
Pembagian ruang yang banyak pada museum berbeda – beda, tergantung dari
suatu bangunan dapat memperlambat jenis museumnya. Namun, pada dasarnya
penyebaran api dan gas saat terjadi terdapat dua jenis fasilitas yang
kebakaran. diperlukan sebuah bangunan museum,
2) Pintu. yaitu fasilitas utama dan fasilitas
Penggunaan pintu yang tahan api penunjang. Tiga fasilitas utama yang
dapat menahan api dan gas agar tidak diperlukan bangunan museum adalah
menyebar ke ruangan lain. ruang pameran, ruang penyimpanan
3) Pengontrolan Asap. benda koleksi, dan ruang kurator. Ruang
lingkup ideal area pameran adalah 53%

98│Jurnal Architecture Innovation


dari total luas bangunan. Di lain pihak,
ruang lingkup ideal area penyimpanan
benda koleksi adalah 19% dari total luas
bangunan.

Gambar 4. Organisasi Ruang Bangunan


Museum
Sumber: Chiara 1983, 336

Sementara itu, bangunan museum


juga memerlukan fasilitas penunjang
yang berfungsi untuk mendukung sistem Gambar 5. Organisasi Fasilitas Penunjang
operasional museum. Beberapa fasilitas Bangunan Museum
penunjang yang berkaitan dengan Sumber: Johnson 1979, 23
pengorganisasian benda koleksi adalah
Di lain pihak, beberapa fasilitas
(Johnson, 1979):
penunjang yang berguna untuk
1) area service,
meningkatkan kenyamanan pengunjung
2) area penurunan barang,
dan karyawan antara lain adalah (MLA) :
3) area penerima,
area penerima tamu, toilet umum, area
4) area pensterilan benda koleksi,
duduk, kafetaria, perpustakaan, kantor
terutama dari jamur dan bakteri,
karyawan, toilet karyawan, area istirahat
5) area peti kayu,
karyawan, dan area parkir.
6) area penyimpanan peti kayu,
7) area registrasi,
8) area arsip, C. METODE PENELITIAN
9) area penerimaan dan sekretariat,
10) kantor kuratorial atau laboratorium, Pada penelitian ini, pemilihan
11) area riset benda koleksi, bangunan untuk dijadikan sebagai bahan
12) area foto, studi kasus difokuskan pada Kota Jakarta
13) laboratorium konservasi, dan dimana Kota Jakarta menurut Dinas
14) area penyimpanan benda koleksi. Pariwisata dan Kebudayaan, memiliki 65
Fasilitas penunjang di atas harus buah bangunan museum. Dari 65 buah
terhubung dengan area bangunan museum bangunan museum tersebut, dipilih tiga
yang lain, seperti pintu masuk petugas bangunan yang merupakan hasil konversi
keamanan (15), kantor keamanan (16), dari bangunan cagar budaya yang
pintu masuk untuk pengunjung dan mewakili ketiga golongan bangunan cagar
karyawan (17) serta area pameran (18). budaya untuk dianalisis perbandingan
kesesuaiannya dalam mewadahi fungsi
museum.
Pemilihan dilakukan dengan
menggunakan tiga kriteria sebagai
saringan, yaitu bangunan museum yang
merupakan hasil konversi dari bangunan

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 99


cagar budaya, fungsi awal bangunan, dan
tahun pendirian bangunan. Pada
pemilihan tahap pertama, terdapat 19
buah bangunan di antara 65 buah
bangunan museum yang merupakan hasil
konversi dari bangunan cagar budaya
dimana terdapat 19 bangunan yang
mewakili bangunan cagar budaya
golongan A.
Setelah itu, dari 19 buah bangunan
cagar budaya yang terpilih, pemilihan
tahap kedua dilakukan dengan didasarkan
pada fungsi awal bangunan sebelum
dikonversi menjadi museum. Fungsi awal
yang dijadikan kriteria adalah rumah
tinggal, terdapat empat buah bangunan
museum yang mewakili bangunan cagar
budaya golongan A. Setelah dipilih
menurut fungsi awalnya, bangunan –
bangunan tersebut dipilih lagi menurut
tahun dibangunnya sekitar tahun 1930.
Bangunan tersebut adalah Museum Gambar 6. Perubahan Fisik Bangunan
Perumusan Naskah Proklamasi yang Museum Perumusan Naskah Proklamasi
mewakili bangunan cagar budaya Sumber: hasil analisis pribadi
golongan A.
Ketujuh standar bangunan museum
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dijadikan sebagai tolok ukur adalah
kondisi lingkungan, kondisi fisik, sistem Bangunan Museum Perumusan
tata udara, sistem pencahayaan, sistem Naskah Proklamasi yang terletak di Jalan
keamanan, sistem pencegahan dan Imam Bonjol No. 1 didirikan sekitar
penanggulangan kebakaran serta tahun 1930 dengan gaya arsitektur art
organisasi ruang bangunan museum. deco. Luas bangunannya mencapai
1.138,1m2 dengan luas lahan 3.914m2.
Pada mulanya, bangunan Museum
Perumusan Naskah Proklamasi adalah
rumah yang dibangun pada saat
pengembangan daerah Menteng dan
Gondangdia serta diperuntukkan bagi para
pejabat maskapai Belanda atau Eropa.
Setelah itu, bangunan ini menjadi rumah
kediaman Laksamana Muda Tadashi
Maeda, kepala kantor penghubung antara
angkatan laut dan angkatan darat Jepang
pada masa pendudukan Jepang. Bangunan
ini kemudian dijadikan markas tentara
Inggris pada bulan September tahun 1945
saat Jepang menyerah tanpa syarat.
Setelah itu, bangunan ini diserahkan
kepada Departemen Keuangan dan

100│Jurnal Architecture Innovation


berpindah tangan ke Departemen
Area Berkembang Area Terpencil
Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal
28 September 1981. Bangunan ini penting
artinya bagi bangsa Indonesia karena
terjadi peristiwa bersejarah di dalam
bangunan ini pada tanggal 16 hingga 17
Agustus 1945, yaitu perumusan naskah
proklamsi Bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, bangunan ini diresmikan sebagai
Museum Perumusan Naskah Proklamasi
pada tahun 1984.
RUANG LINGKUP BANGUNAN
Kondisi Lingkungan
Museum Perumusan Naskah
Proklamasi terletak di daerah 40%
40%
berkembang, yaitu di Jalan Imam Bonjol, 90% 60% several
single
city block rambling building
Jakarta Pusat. Salah satu akses menuju building
complex s
jalan Imam Bonjol adalah melalui jalan
Moh. Thamrin yang merupakan jalan
primer dan dilalui beberapa jenis
kendaraan umum seperti bus trans jakarta,
taxi, bus, dll. Ruang lingkup lantai dasar
bangunan hanya 40% dari total luas lahan.
Hal tersebut menyebabkan adanya
peluang untuk menambah beberapa
bangunan pendukung bangunan utama.
Selain itu, tersedia area parkir dan area
berkumpul sementara bagi para
pengunjung dengan adanya lahan terbuka KOMPOSISI MASSA BANGUNAN
di bagian depan bangunan. Area tersebut
juga dapat digunakan sebagai area
beroperasi petugas pemadam kebakaran
apabila terjadi kebakaran. Selain itu,
Jalan Imam Bonjol dengan lebar 15m
cukup memadai untuk jalur mobil
pemadam kebakaran. Resiko penjalaran
api dari bangunan - bangunan di
lingkungan sekitar ke bangunan museum Sumber: hasil analisis pribadi
apabila terjadi kebakaran juga tidak
terlalu tinggi. Hal tersebut disebabkan Kondisi Fisik
karena jarak antara bangunan utama Kondisi mayoritas elemen –
dengan bangunan di lingkungan elemen konstruksi pada bangunan
sekitarnya cukup luas. Selain itu, tingkat Museum Perumusan Naskah Proklamasi
kepadatan bangunan di lingkungan masih baik. Hal tersebut dapat terlihat
sekitarnya juga tidak tinggi. dari tidak adanya indikasi - indikasi
kerusakan yang ditunjukkan oleh dinding,
Tabel 4. Hasil Analisis Kondisi Lingkungan lantai, kolom, tangga, dan plafond.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi Namun, kondisi sebagian besar pintu dan
jendela pada bangunan tersebut kurang
LOKASI SITE baik dilihat dari banyaknya indikasi –

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 101


indikasi kerusakan yang ditunjukkan sesuai untuk kondisi lingkungan
kedua elemen konstruksi bangunan Indonesia yang bercurah hujan tinggi.
tersebut. Selain itu, mayoritas ruangan Bentuk atap yang miring dapat
pada bangunan Museum Perumusan mengalirkan genangan air hujan lebih
Naskah Proklamasi memadai untuk cepat sehingga kadar kelembaban dalam
dijadikan sebagai area pameran dilihat bangunan tidak naik akibat udara dingin
dari perbandingan antara luas ruangan yang dikonduksikan oleh genangan air
dengan ukuran benda koleksinya. Namun, tersebut. Selain itu, bangunan ini
terdapat beberapa ruangan yang kurang memiliki dinding setebal 25cm yang
memadai untuk dijadikan sebagai area dapat menyerap panas pada siang hari
pameran. lebih lama dan mengeluarkannya pada
malam hari saat suhu udara turun.
Bangunan ini juga memiliki sistem
ventilasi yang baik dan isolasi panas pada
bagian atap sehingga dapat mengurangi
panas yang masuk ke dalam bangunan.

Gambar 7. Perbandingan Luas Ruangan


dengan Ukuran Benda Koleksi
Sumber: hasil analisis pribadi

Sistem Tata Udara


Museum Perumusan Naskah Gambar 8. Posisi Bukaan
Proklamasi berpotensi untuk memper- Sumber: hasil analisis pribadi
tahankan kadar kelembaban dan tingkat
suhu dalam bangunan. Hal tersebut dapat Perbandingan antara bukaan pada
dilihat dari orientasi bangunannya yang sisi utara–selatan bangunan dengan luas
menghadap utara-selatan sehingga tidak permukaan dinding adalah 1:0.12.
banyak panas yang masuk ke dalam Sementara itu, perbandingan antara
bangunan. Bentuk atap miringnya juga bukaan pada sisi timur-barat bangunan

102│Jurnal Architecture Innovation


dengan luas permukaan dinding adalah berfungsi dengan baik. Permukaan
1:0.06. Hal tersebut menyebabkan bangunan yang tidak rata juga turut
terjadinya pertukaran udara yang baik mempermudah masuknya pencuri melalui
dalam bangunan, dimana panas yang pintu maupun jendela yang terdapat di
masuk ke dalam bangunan tidak banyak. lantai dua. Sementara itu, terdapat lima
Namun, bangunan tersebut tidak memiliki titik buta yang berpotensi sebagai tempat
teritisan yang berguna untuk mereduksi bersembunyinya pencuri.
panas matahari yang masuk ke dalam
bangunan.

Sistem Pencahayaan
Pada bangunan Museum Peru-
musan Naskah Proklamasi, terdapat
banyak bukaan dengan nilai perbandingan
antara bukaan dengan luas permukaan
bangunannya sebesar 1:0,18. Mayoritas
bukaan – bukaan tersebut menyebabkan
cahaya yang masuk merupakan cahaya
matahari langsung sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada benda –
benda koleksi di dalam bangunan.

Gambar 9. Proses Masuknya Cahaya Matahari


ke dalam Bangunan Museum Perumusan
Naskah Proklamasi Melalui Jendela
Sumber: hasil analisis pribadi

Sistem Keamanan
Kondisi dinding bangunan Museum
Perumusan Naskah Proklamasi masih
baik dilihat dari tidak adanya indikasi
kerusakan pada dinding tersebut. Namun,
jumlah bukaan berupa pintu dan jendela
yang merupakan akses utama bagi pencuri
terlalu banyak. Kondisi kedua elemen Gambar 10. Posisi Titik Buka
konstruksi bangunan tersebut juga sudah Sumber: hasil analisis pribadi
tidak baik. Hal itu dapat dilihat dari
Sistem Pencegahan dan
indikasi kerusakan seperti keropos,
Penanggulangan Kebakaran
berkarat, dan retak pada mayoritas pintu
Apabila terjadi kebakaran pada
dan jendela. Selain itu, sistem kunci pada
Museum Perumusan Naskah Proklamasi,
sebagian pintu dan jendela sudah tidak
penyebaran api akan terjadi dengan sangat

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 103


cepat dilihat dari jumlah bukaan yang terdapat fasilitas penelitian, kafetaria, dan
banyak. Namun, pembagian ruang pada konservasi pada bangunan tersebut.
bangunan tersebut dapat memperlambat Area publik dan area service pada
penyebaran api. Sementara itu, terdapat bangunan terpisah dengan baik dimana
lima pintu keluar yang langsung menuju masing – masing area memiliki pintu
daerah terbuka sehingga terdapat masuk yang berbeda. Namun, ruang
beberapa variasi jalur evakuasi. Oleh perpustakaan terletak di area service,
karena itu, jarak maksimal antara setiap dimana seharusnya terletak di area publik.
ruangan dengan pintu keluar menjadi 32m
dan seluruh ruangan pada bangunan
tersebut memiliki jalur evakuasi kurang
dari 32m.

Gambar 12. Pembagian Area Publik dan Area


Service Bangunan
Gambar 11. Jalur Evakuasi Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Sumber: hasil analisis pribadi Sumber: hasil analisis pribadi

Organisasi Ruang
Bangunan Museum Perumusan E. KESIMPULAN
Naskah Proklamasi hanya memiliki satu
fasilitas utama, yaitu area pameran Berdasarkan tujuh tolok ukur yang
dimana seluruh ruang dalam bangunan di analisis untuk melihat kesesuaian
utama dijadikan sebagai area pameran. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Ruang penyimpanan dan ruang kurator sebagai bangunan cagar budaya golongan
serta sejumlah fasilitas penunjang A terhadap mewadahi fungsi museum
diwadahi oleh tiga bangunan baru di kriteria yang memenuhi ialah kondisi
belakang bangunan utama yang dibangun lingkungan, kondisi fisik, sistem tata
untuk mendukung bangunan utama. udara dan organisasi ruang. Kondisi
Walaupun demikian, Museum Perumusan lingkungan bangunan yang hanya mengisi
Naskah Proklamasi memiliki hampir 40% memungkinkan untuk area
seluruh fasilitas penunjang yang berkumpul, jalur petugas kebakaran dan
dibutuhkan bangunan museum tetapi tidak pencegahan merambatnya saat terjadi
kebakaran sebagai pertimbangan

104│Jurnal Architecture Innovation


keselamatan barang pada sebuah museum.
Kondisi fisik didapati konstruksi masih Awal, H., Abieta, A., Passchier, C.,
baik dan sebagian besar ruangan masih Subijono, E., Febriyanti S., Sadirin, H.,
memadai untuk area pameran. Dinding Sulistiana, I., dan Purwestri, N. (2011),
setebal 25cm memungkinkan terjaganya Pengantar Panduan Konservasi
kelembapan dan tingkat suhu di dalam Bangunan Bersejarah Masa Kolonial.
bangunan untuk menyerap panas. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur.
Perbandingan 1:0,12 bukaan yang
menghadap utara-selatan juga mendukung Bordass, B. (1996) Museum
adanya pertukaran udara. Collections in Industrial Building : A
Jika dilihat dari kriteria Selection and Adaptation Guide. United
pencengahan dan penanggulangan Kingdom : Inner City Enterprises.
kebakara, jumlah bukaan dapat
menyebabkan percepatan dari penyebaran Kementrian Kebudayaan dan
api, namun posisi bangunan yang Pariwisata; (1998), Buku Panduan
menyebar dan pembagian ruang dapat Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
memperlambat hal tersebut. Jalur Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan
evakuasi kebakaran dapat tergolong baik Pariwisata.
karena maksimal adalah 32m.
Kriteria yang masih harus Carmona, M., Heath,T., Oc, T.,
diperhatikan dalam pemenuhan sebagai Tiesdell, S. (2003), Public Places Urban
bangunan museum adalah system Spaces. Oxford: Architectural Press.
pencahayaan dan sistem keamanan.
Perbandingan bukaan terhadap dinding Cantacuzino, S. (1989), Re /
sebesar 1:0.18 menyebabkan cahaya luar Architecture : Old Building / New Uses.
dapat masuk yang memungkinkan Spain: Thames and Hudson.
kerusakan pada barang koleksi. Terlalu
banyak bukaan dan kondisi kunci pada De Chiara, J., & Callender, J.
pintu jendela dapat menjadi akses pencuri (1983), Time Saver Standards for
masuk, ditambah dengan adanya 5 titik Building Types, 2nd ed. Singapore:
buta pada bagian bangunan. McGraw-Hill.
Museum Perumusan Naskah
proklamasi meski mempunyai derajat Johnson, E.V. & Horgan,
intervensi yang rendah sebagai bangunan J.C.(1979), Museum Collection Storage.
cagar budaya golongan A, masih dapat Paris: Unesco.
memenuhi sebagian besar kriteria untuk
mewadahi fungsi museum namun harus Neufert, E. (2002). Data Arsitek,
memperhatikan pencahayaan untuk edisi 33. Jakarta: Erlangga.
barang koleksi dan sistem keamanan.
Dapat disarankan untuk menggunaan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 9
teknologi terkini untuk mempertahankan Tahun 1999 Bab IV tentang pelestarian
posisi bukaan namun tetap mengurangi pemanfaatan lingkungan dan bangunan
jumlah cahaya luar yang masuk terhadap cagar budaya.
barang koleksi. Sistem keamanan dapat
ditingkatkan dengan penggunaan kamera Tombazis, A. N. (2004), Museums –
pengawas di seluruh sudut dan 5 titik buta Energy Efficiency and Sustainability in
tersebut. Retrofitted and New Museum Buildings
Handbook. Ireland: University College
Dublin.
DAFTAR PUSTAKA

Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 105


Undang – Undang Republik http://www.scribd.com/doc/
Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang 19207037/Lighting-Handbook-LICHT-
Cagar Budaya 18-Good-Lighting-for-Museums-
Galleries-and-Exhibitions;
Jurnal Elektronik:
Sutiyoso, B. (2011). Perlindungan MLA. Art, Museums and New
Hukum terhadap Benda Cagar Budaya. Development. MLA Online. Retrieved
Logika Vol. 6 No.7 (Desember 2001). from
Diakses dari http://data. dppm.uii.ac.id/ http://livingplaces.org.uk/fileadminuserup
jurnal/uploads /l060 71 2 0 102 .pdf load/tools guidan
ce/StandardChargeApproach.pdf;
Internet:
Digital Engineering Library. Tugas Akhir yang Dipublikasikan
Museum and Cultural Fcality Security.
Digital Engineering Library Online. Artigas, D. J. (2007). A
Home page on–line. Retrieved from Comparison of The Efficacy and Costs of
http://www.accessengineeringlibrary.com different approaches to climate
mghpdf/0071450610_ar015.pdf. management in historic building and
museums. Master of Science in Historic
Emmet County Museum. Initial Preservation, University of Pennsylvania,
Recommendations and Future Planning.
Emmet County Museum Online. Retrieved
from http://www.
emmetcounty.org/uploads/Emmet-
County-Museum.pdf.

Fire Law Scotland. Practical


Fire Safety for Place of Entertainment
and Assembly. Fire Law Scotland
Online. Retrieved from
http://www.firelawscotland.org/files/PLE
A.pdf;

ICCROM. The Role of


Architecture in Preventive Conservation :
Franciza Toledo. ICCROM Online.
Retrieved from
http://www.iccrom.org/pdf/ ICCROM_13
_ArchitPreven Conserv_en.pdf.

Kevan Show Lighting Design.


Museum Lighting. Kevin Shaw Lighting
Design Online. Retrieved from
http://www.kevan-shaw.com/
ksldupload/pdf/museum_lecture.pdf;

Licht.de. Good Lighting for


Museums, Galleries and Exhibitions.
Licht.de Online. Retrieved from

106│Jurnal Architecture Innovation


Vol 2 │No. 1 │Juni 2018│ 1

Anda mungkin juga menyukai