Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Arsitektur merupakan wakil dari citra kebudayaan dalam suatu komunitas satu bangsa

serta merupakan bagian dari sejarah dan tradisi pada periode tertentu. Menghancurkan bangunan
kuno/bersejarah sama halnya dengan menghapuskan salah satu cermin untuk mengenali sejarah
dan tradisi masa lalu. Dengan hilangnya bangunan kuno, lenyap pula bagian sejarah dari suatu
tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, hingga menimbulkan erosi
identitas budaya (Sidharta & Budhiardjo,1989).
Bilamana pembongkaran bangunan kuno tidak segera dihambat dikuatirkan pada suatu
saat nanti generasi mendatang tidak akan dapat lagi melihat sejarah suatu daerah yang tercermin
dalam lingkungan binaannya. Seperti yang diketahui, kesinambungan antara masa lampau, masa
kini dan masa depan yang terdapat dalam karya-karya arsitektur setempat merupakan faktor
kunci dalam penciptaan harga diri dan jati diri.
Dengan menyaksikan dan hidup di antara peninggalan kebudayaan material yang ada ini,
masyarakat akan lebih sadar tentang jati diri, lebih dapat meresapi hasil karya dan jerih payah
generasi sebelumnya dalam menciptakan lingkungan hidupnya, untuk dikembangkan menjadi
lebih baik dan lebih indah. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian nilai arsitektur dan sejarah
terhadap bangunan-bangunan kuno dan bila ternyata bangunan tersebut mempunyai nilai-nilai
yang tinggi dipandang dari berbagai aspek maka perlu dilakukan upaya preservasi / konservasi.
Kota Manado merupakan salah satu kota yang memiliki berbagai macam bentuk
peninggalan bersejarah, hal tersebut tidak lepas dari masuknya berbagai macam kebudayaan
maupun bekas dari peninggalan kolonial Belanda. Salah satu bentuk peninggalan bersejarah
yaitu, adanya bentuk bangunan yang khas dengan gaya arsitektur yang tergabung dari beberapa
etnis yang tersebar di beberapa kawasan yang memiliki nilai dan pengaruh sejarah yang kuat.
Kawasan bersejarah tersebut merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan menjadi
objek wisata yang mengandung unsur pendidikan dan sejarah melalui bangunan-bangunan
peninggalan yang ada, salah satu diantaranya kawasan bersejarah yang ada.di kota Manado, yaitu
kawasan Pusat Kota Lama Manado. Kawasan pusat Kota Lama Manado merupakan salah satu
kawasan yang memiliki nilai historis dan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan Kota
1

Manado. Bangunan-bangunan kuno bersejarah yang ada dikawasan pusat kota lama kini
mengalami masalah yang sangat memprihatinkan akibat dari perkembangan aktivitas
diperkotaan yang semakin pesat yang berdampak mengancam keberadaan bangunan-bangunan
yang memiliki nilai sejarah di kawasan pusat kota lama.
1.2.

Lingkup Pembahasan
Kecamatan Wenang
Klenteng Ban
Hin Kiong
Manado

Tulisan ini membahas tentang konservasi 2


bangunan bersejarah yang ada di Kota Manado.
Pertama, Gereja GMIM Sentrum Manado yang

Gereja GMIM
Sentrum
Manado

berada di Jl. Sarapung No. 1, Kel. Lawangirung,


Kec. Wenang. Kedua, Klenteng Ban Hin Kiong
Manado yang berada di Jl. D.I. Panjaitan, Kel.
Calaca, Kec. Wenang.

Sumber : Google Maps

1.3.

Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi kelengkapan tugas Mata Kuliah Kawasan

Bersejarah di bawah bimbingan Dr. Cynthia E. V. Wuisang, ST., MUHM., Ph.D, serta
mengidentifikasi 2 bangunan bersejarah yang ada di Kota Manado yaitu Gereja Gmim Sentrum
Manado dan Klenteng Ban Hin Kiong Manado dan sejauh mana bangunan tersebut dapat di
konservasi.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1.

Definisi Bangunan Kuno/Bersejarah


Menurut UU No 28/2002 : Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan

konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
atau di dalam tanah atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya menyatakan
bahwa: Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau
benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding,
dan beratap
2.2.

Ciri-ciri Bangunan Bersejarah

Berdasarkan undang-undang no 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pasal 5 menyatakan


bahwa benda, bangunan, atau struktur cagar budaya apabila memiliki kriteria atau cirri-ciri :
a. Berusia 50 tahun atau lebih
b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun
c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau
kebudayaan
d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
Sedangkan dalam pasal 7 dijelaskan bahwa Bangunan Cagar Budaya dapat:
a. Berunsur tunggal atau banyak;
b. Berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam
2.3.

Konservasi
Dalam buku Conservation and Planning (Hutchinson, 1974) mengutarakan tentang salah

satu konsep menjaga kelestarian bangunan bersejarah yaitu konsep konservasi yang pada
awalnya ditekankan pada preservasi, pelestarian atau pengawetan bangunan tua/kuno yang
kemudian telah berkembang menjadi konservasi lingkungan dan bahkan kota bersejarah. Dalam
3

konteks perencanaan kota, penggunaan kata konservasi penekanannya pada konservasi


lingkungan buatan mencakup kegiatan preservasi, restorasi, rekonstruksi, rehabilitasi, adaptasi
dari suatu bangunan, lingkungan dan kota yang memiliki nilai sejarah atau karakteristik spesifik
(Budiharjo,1997).
Konservasi adalah proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan
dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dapat pula mencakup preservasi, restorasi,
rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi ( Shidarta, 1989). Bangunan tua diartikan sebagai susunan
yang merupakan struktur yang didirikan seperti rumah, gedung dan sebagainya pada waktu
lampau (Poerwadarminta, 1989). Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis seperti
keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran (Danisworo,
1985). Pelestarian atau konservasi dalam bidang arsitektur dan lingkungan binaan berawal dari
konsep pelestarian yang bersifat statis, yaitu bangunan yang menjadi objek pelestarian
dipertahankan sesuai dengan kondisi aslinya. Konsep yang statis tersebut kemudian berkembang
menjadi konsep konservasi yang bersifat dinamis dengan cakupan lebih luas. Sasaran konservasi
tidak hanya pada peninggalan arkeologi saja, melainkan meliputi juga karya arsitektur
lingkungan atau kawasan bahkan kota bersejarah. Konservasi lantas merupakan istilah yang
menjadi payung dari segenap kegiatan pelestarian kawasan atau bangunan bersejarah.
2.4.

Lingkup Konservasi

Dalam suatu lingkungan kota, obyek dan lingkup konservasi dapat digolongkan sebagai berikut :

Satuan Areal ; yaitu satuan areal kota yang dapat berwujud sub wilayah kota(bahkan

keseluruhan kota itu sendiri sebagai suatu sistem kehidupan).


Satuan Visual ; yaitu satuan yang dapat mempunyai arti dan peran yang penting bagi suatu
kota. Satuan ini berupa aspek visual, yang dapat memberi bayangan mental atau image yang
khas tentang suatu lingkungan kota. Dalam satuan ini ada lima unsur pokok penting yaitu ;

path,edges, district, node, landmark. (Linch, 1985)


Satuan Fisik ; yaitu satuan yang berwujud bangunan, kelompok atau deretan bangunanbangunan, rangkaian bangunan yang membentuk ruang umum atau dinding jalan, apabila
dikehendaki dapat diperinci sampai kepada unsur-unsur bangunan baik unsur fungsional,
struktur atau ornamental.

2.5.

Konsep Konservasi
Konsep konservasi terutama pada bangunan bersejarah yaitu sebagai upaya

mempertahankan bukti sejarah yang ada karena dengan lenyapnya bangunan kuno, maka ikut
lenyap pulalah baglan sejarah dari suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu
indentitas tertentu. Generasi penerus tidak akan dapat lagi menyaksikan bukti-bukti sejarah dari
perjalanan hidup generasi sebelumnya. Hal ini akan berimbas pada erosi identitas budaya akibat
terbantainya warisan arsitektur yang tak ternilai harganya itu.
2.6.

Prinsip Konservasi

Ada prinsip-prinsip tertentu dalam proses konservasi yang harus dipenuhi sebelum bangunan di
konservasi, yaitu :

Tidak mengurangi dari panjang bangunan secara mutlak yang dapat menghilangkan nilai.
Suasana dari bangunan harus dapat menciptakan ketepatan skala serta tidak mengurangi

perannya sebagai pelengkap suatu jalan.


Penambahan bagian atas bangunan jangan mengubah bentuk dari komposisi fasade bangunan

dan tidak menambah skala bangunan yang ada atau keluar dari skala yang ada.
Pengurangan lebar dari bangunan tidak mengubah kestabilan dari rupa dan kekomplitan dari

bangunan setelah dikurangi.


Alokasi dari struktur harus dipertimbangkan jika bangunan bertambah dan dapat
digabungkan.

Beberapa prinsip konservasi yang perlu diperhatikan adalah :

Konservasi dilandasi atas penghargaan terhadap keadaan semula dari suatu tempat dan
sesedikit mungkin melakukan intervensi fisik bangunannya, supaya tidak mengubah buktibukti sejarah yang dimilikinya.
Maksud dari konservasi adalah untuk menangkap kembali makna kultural dari suatu tempat

dan harus bisa menjamin keamanan dan pemeliharaannya dimasa mendatang.


2.7.

Manfaat Konservasi

Adapun manfaat konservasi (Tungka, 2016) adalah sebagai berikut;


a. Pelestarian lingkungan lama akan memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat
kesinambungan, memberikan tautan makna dengan masa lampau, memberikan pilihan untuk
tetap tinggal dan bekerja di dalam bangunan maupun lingkungan lama tersebut.
5

b. Ditengah perubahan dan pertumbuhan yang pesat seperti sekarang ini, lingkungan lama akan
menawarkan suasana permanen yang menyegarkan.
c. Teknologi pembangunan yang berorientasi pada nilai-nilai ekonomis di atas lahan berskala
besar dengan bentuk arsitektur ternyata berakhir dengan keseragaman membosankan. Upayaupaya untuk mempertahankan bagian kota yang dibangun dengan skala akrab jika
dibandingkan dengan pembangunan baru akan membantu hadirnya sence of place, identitas
diri dan suasana kontras.
d. Kota dan lingkungan lama adalah aset terbesar dalam industri wisata internasional, sehingga
perlu dilestarikan.
e. Merupakan salah satu upaya generasi masa kini untuk dapat melindungi dan menyampaikan
warisan kepada generasi mendatang dan merasakan bukti fisik suatu tempat di dalam
tradisinya
f. Membuka kemungkinan bagi setiap manusia untuk memperoleh kenyamanan psikologis.
g. Membantu terpeliharanya warisan arsitektur yang dapat menjadi catatan sejarah masa lampau
yang melambangkan keabadian, dan kesinambungan dalam keterbatasan masa kehidupan
manusia.

2.8.

Kriteria Konservasi
Berdasarkan Catanese & Snyder (1979) dalam Tungka (2016), disebutkan bahwa sebuah

bangunan kuno atau suatu lingkungan bersejarah yang layak dikonservasi terdapat tolak ukur
antara lain;
a. Estetika
Bangunan-bangunan atau dari bagian kota yang dilestarikan karena mewakili prestasi
khusus dalam suatu gaya sejarah tertentu.Tolak ukur estetika ini dikaitkan dengan nilai estetis
dari arsitektonis : bentuk, tata ruang dan ornamennya.
b. Kejamakan
Bangunan-bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan karena mewakili satu kelas
atau jenis khusus bangunan yang cukup berperan. Penekanan pada karya arsitektur yang
mewakili ragam atau jenis yang spesifik.
c. Kelangkaan
6

Bangunan yang hanya satu dari jenisnya, atau merupakan contoh terakhir yang masih
ada. Karya langka atau satu-satunya di dunia atau tidak dimiliki oleh daerah lain.
d. Peranan Sejarah
Bangunan-bangunan dari lingkungan perkotaan yang merupakan lokasi-lokasi bagi
peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting untuk dilestarikan sebagai ikatan simbolis antara
peristiwa terdahulu dan sekarang.
e. Memperkuat Citra Kawasan
Bangunan-bangunan dan di bagian kota yang karena investasi di dalamnya, akan
mempengaruhi kawsan-kawasan di dekatnya, atau kehadiratnya bermakna untuk meningkatkan
kualitas dan citra lingkungan sekitarnya.
f. Keistimewaan
Bangunan-bangunan ruang yang dilindungi karena memiliki keistimewaan, misalnya
yang tertinggi, tertua, terbesar pertama dan sebagainya.
Tabel 2.1 Teknik Pemberian Nilai Bobot Kriteria (K)
Kriteria

Estetika

Kejamakan

Kelangkaan

Peranan Sejarah

Memperkuat
Citra Kawasan
Keistimewaan

Bobot Nilai

Keterangan

Tidak memiliki nilai estetika

1
2

Memiliki nilai estetika tapi kurang baik


Memiliki nilai estetika yang baik

3
0
1
2
0
1
2
3
0

Memiliki nilai estetika yang sangat baik, memiliki detail-detail yang layak dilestarikan
Tidak memiliki kejamakan
Memiliki kejamakan namun tidak jelas, hanya dapat dilihat dari sebagian kecil bangunan
Memiliki kejamakan dan sangat jelas, dapat dilihat dari keseluruhan bangunan
Tidak langka, sangat rendah dan dapat ditemukan di tempat lain atau lokasi lain
Kurang langka, mudah ditemukan di tempat lain
Langka, sulit ditemukan di tempat lain
Sangat langka, satu-satunya yang ada di Indonesia, bahkan di Dunia
Tidak mempunyai nilai sejarah

1
2
3
0
1
2
3
0
1
2

Ada nilai sejarah tapi tidak penting


Ada nilai sejarah jelas dan penting
Ada nilai sejarah, sangat jelas dan sangat penting
Tidak memperkuat kawasan sama sekali
Memperkuat kawasan, namun tidak berlaku jelas
Memperkuat kawasan dengan baik
Sangat memperkuat kawasan, memperkuat kawasan dengan baik
Tidak memiliki keistimewaan sama sekali
Memiliki keistimewaan, ditinjau dari skalanya, misalnya terbesar, terkecil
Memiliki keistimewaan yang sangat baik, misalnya hanya satu di Dunia

(Sumber : Catanese & Snyder 1979 dalam Tungka, 2016)


7

Tabel 2.2 Teknik Pemberian Nilai Bobot Konservasi (A)


Nilai
Kriteria

Tertinggi

Keterangan

(max)
Estetika diberi nilai (max 5) karena estetika merupakan hal yang terpenting dari kriteriaEstetika

kriteria tersebut. Pada umumnya yang pertama dapat dinikmati oleh manusia secara visual
adalah estetika bangunan tersebut.
Kejamakan diberi nilai (max 1) karena adanya tipolgi bangunan yang sama dalam jumlah

Kejamakan

banyak. Kita dapat mengetahui kebudayaan apa yang berpengaruh terhadap suatu
bangunan, dan kadangkala mungkin dapat diperkirakan pada waktu/zaman suatu bangunan

Kelangkaan

didirikan.
Kelangkaan diberi nilai (max 3) karena dengan kelangkaan sebuah bangunan dapat dengan

Peranan Sejarah

mudah menjadi sebuah monumental peringatan.


Sejarah diberi nilai (max 4) karena bangunan bersejarah dapat memberikan suatu
informasi tentang masa lalu.
Memperkuat kawasan diberi nilai (max 2) karena dengan pengaruh suatu bangunan

Memperkuat
Citra Kawasan

terhadap lingkungannya akan memberi nilai tambah bagi bangunan untuk dikonservasi,

Keistimewaan

juga berfungsi sebagai generator pertumbuhan kawasan.


Keistimewaan diberi nilai (max 2 ) karena dengan adanya keistimewaan dapat menjadikan
suatu bangunan memiliki keunikan tersendiri.

(Sumber : Catanese & Snyder 1979 dalam Tungka, 2016)

Khusus untuk menilai kualitas, Estetika Bangunan memiliki suatu perhitungan berdasarkan
tabel berikut ini

Tabel 2.3 Perhitungan Kualitas Konservasi Khusus Kriteria Estetika


Kualitas Estetika

(Nama Bangunan)

Kesatuan
Keseimbangan

1 = Kurang baik

Proporsi
Skala
Total (rata-rata)

Bobot penilaian
0 = Sangat tidak baik
2 = Baik

A=

3 = Sangat baik
Hasil akhir (0 sampai 1,5 Kurang baik)

(Sumber : Catanese & Snyder 1979 dalam Tungka, 2016)


Tabel 2.4 Penentuan Kelayakan Konservasi Suatu Bangunan
Kriteria Umum
Konservasi

(Nama Bangunan)
Bobot Nilai Kriteria

Bobot Nilai

(KxA)

(K)

Konservasi (A)

Kejamakan
Keistimewaan
Memperkuat
Kawasan
Kelangkaan
Sejarah
Estetika
Nilai Total

A = (Estetika)
K=
X=KxA

X=

K x A=
X = (Hasil Penilaian Akhir)

K
0 sampai < 1,5
1,5 sampai < 3

Kesimpulan
Maka bangunan yang dikaji kurang layak untuk dilestarikan
Maka bangunan yang dikaji layak untuk dilestarikan/dikonservasi

(Sumber : Catanese & Snyder 1979 dalam Tungka, 2016)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Identifikasi Lokasi Penelitian

3.1.1. Gambaran umum Kota Manado


Secara geografis, Kota Manado terletak diantara 1 30 - 1 40 Lintang utara dan 124 40
- 126 50 Bujur Timur . Kota Manado secara administratif terbagi kedalam 11 kecamatan dan 87
desa/kelurahan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1988 luas Kota Manado
adalah 15.726 Ha. Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Manado merupakan salah satu kota
yang terletak di provinsi Sulawesi utara.
3.1.2. Gambaran umum Kecamatan Wenang
Kecamatan Wenang adalah salah satu wilayah yang berada dalam wilayah administrasi
Kota Manado.
9

Kecamatan Wenang terdiri dari 12 kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut:


- Sebelah Utara dengan Kecamatan Singkil
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Tikala
- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Sario
- Sebelah Barat dengan Laut Manado
Berdasarkan Rencana Struktur Ruang (RTRW Kota Manado 2010-2030), Kecamatan
Wenang (sering disebut sebagai kawasan pusat kota lama) merupakan wilayah Pusat Pelayanan
Kota (PPK) yang tidak hanya untuk melayani seluruh wilayah Kota Manado tetapi juga untuk
seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Utara, serta untuk kawasan regional di bagian utara dan timur
Indonesia, seperti kawasan Provinsi Gorontalo dan Maluku Utara. Kawasan ini menjadi kawasan
yang vital bagi pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado terutama di bidang perekonomian
yang mayoritas kegiatan adalah perdagangan dan jasa. Kecamatan Wenang tercatat memiliki
jumlah penduduk sekitar 42.556 jiwa dengan luas wilayah 337(Ha) yaitu sekitar 2,14% dari
15.726(Ha) total luas Kota Manado.

3.1.3. Gambaran umum Kawasan Kota Lama Manado


Kawasan kota lama Manado merupakan awal pusat berkembangnya Kota Manado.
Tempat serta bangunan-bangunan bersejarah yang ada di kawasan Kota Lama Manado memiliki
nilai sejarah, sehingga tidak jarang kawasan tersebut menjadi tempat wisata, kawasan ini juga
memiliki peninggalan masa lalu seperti Pelabuhan Manado, Klanteng Ban Hin Kiong di kawasan
Pecinan dan kawasan pasar 45 Manado yang memiliki nilai pusaka (heritage). Pada RTRW Kota
Manado tahun 2010, kawasan kota lama, tapatnya pada kawasan Pecinan dan kawasan kampung
Arab merupakan kawasan Strategi Provinsi dalam kategori sebagai kawasan Strategis dari sudut
kepentingan sosial. Dan untuk kawasan pelabuhan Kota Manado termaksuk Kawasan strategis
kota dari sudut kepentingan Pertumbuhan Ekonomi.
Kawasan pusat kota merupakan daerah yang memiliki nilai historis sekaligus sebagai
kawasan pusat pemerintahan, jasa, perdagangan, perkantoran, keagamaan, kesehatan dan
pendidikan. Kawasan yang merupakan awal mula berdirinya Kota Manado ini, kini di kenal
10

sampai sekarang dengan nama Pasar 45. Dilihat dari sejarahnya, pada zaman dahulu kawasan ini
merupakan landmark kawasan perdagangan di Kota Manado sebelum munculnya pengembangan
kawasan CBD di kawasan Boulevard.
Pada dasarnya lokasi kawasan kota lama Manado ini sudah memiliki rencana pola tata
ruang yang lebih spesifik pada peruntukan lahannya sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah Kota Manado. Namun seiring dengan
beralihnya waktu lokasi ini telah mengalami penurunan fungsi sehingga pemanfaatan lahan
dilokasi ini sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukan lahan yang sesungguhnya sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah kota Manado.

3.2.

Objek/Bangunan yang diteliti

3.2.1. Gereja GMIM Sentrum Manado

Lokasi

Gereja GMIM
Sentrum berada
di kawasan pusat kota lama Manado atau tepatnya di Jl. Sarapung
Kecamatan
Wenang
No. 1, Kel. Lawangirung, Kec. Wenang, Kota
Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Sumber : Google Maps

Gereja GMIM Sentrum dilihat dari udara

11

Sumber : Google Earth

Gambaran Umum

Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Sentrum Manado merupakan Gereja yang
tertua di kota Manado. Berdiri tahun 1677. Pada saat ini, usianya telah mencapai 339 tahun dan
merupakan salah satu situs sejarah religi di kota Manado yang paling tua.

12

Awal berdirinya dimulai ketika seorang Pendeta dari Belanda bernama Domine Jacobus
Montanus yang menetap di Ambon mengunjungi kota Manado pada tahun 1675. Dialah Pendeta
pertama yang mengunjungi Manado yang pada saat itu masih termasuk wilayah Minahasa.
Dalam laporannya ia menulis bahwa di kota Manado sudah ada orang Kristen. Berdasarkan
laporannya tersebut, pemerintah Belanda pada tahun 1677 menempatkan seorang pelayannya di
Manado yang bernama Pendeta Zacharias Cacheing.
Dahulu nama Gereja ini bukanlah GMIM Sentrum, tetapi Gereja Besar (Oude Kerk)
Manado sebagaimana ditulis oleh Nicolaas Graafland. Kata Sentrum digunakan setelah
kemerdekaan. Pada saat itu, GMIM Sentrum berada di bawah binaan Indische Kerk (Gereja
Negara). Gaji Pendeta dibayar oleh negara. Kehidupan rohani yang dikuasai oleh negara
menimbulkan ketidakpuasan, sehingga mendorong lahirnya KGPM pada tahun 1933 sebagai
jawaban atas pemisahan Gereja dari Negara.
Pada masa Indische Kerk, pelayanan administrasi Gereja di Minahasa dan Bitung
berpusat di Manado. Kemudian, sejak 30 September 1934, Gereja Protestan di Manado,
Minahasa dan Bitung dinyatakan berdiri sendiri dengan sebutan Gereja Masehi Injili di
Minahasa (GMIM), dan kedudukan kantornya tidak lagi di Manado, tetapi dipindahkan ke
Tomohon, sengan ketua Sinode GMIM pertama Ds. E. A. A. De Vreede (1934-1935).
Ketua Sinode GMIM pertama sampai keempat adalah orang Belanda. Ketua Sinode
GMIM kelima dan ketujuh adalah Albertus Zacharias Roentoerambi Wenas (1942-1951) dan
(1955-1968), sapaan akrabnya adalah AZR Wenas. Ia merupakan orang Minahasa pertama yang
menjabat sebagai ketua Sinode GMIM.
Pembangunan Gereja GMIM Sentrum hampir bersamaan dengan pembangunan benteng
Fort Amsterdam. Bangunan GMIM Sentrum terletak sekitar 100 meter dari eks pasar 45 atau
bendar Manado; persisnya terletak di depan Gedung Juang 45 Manado.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung Gereja tua ini pernah menjadi pusat atau markas
Manado Syuu Kiri Sutokyop Kyookai (MSKK) yang dipimpin oleh Pdt. Hamasaki yang
berkebangsaan Jepang.
Pada Perang Dunia II, Gedung Gereja ini hancur dibom. Untuk mengenangnya dibangun
Tugu Peringatan Perang Dunia II yang berdiri di samping kiri pitung gerbang Gereja.

13

Pada tahun 1952, Gereja yang merupakan artefak budaya ini dibangun kembali dan
ditahbiskan pada 10 Oktober 1952. Bangunannya bercorak khas Gereja Protestan di Belanda.
Berbentuk persegi sebagai simbol empat penjuru mata angin.
Pada tahun 1983-1992, GMIM Sentrum Manado memiliki 47 kolom dan 4 kanisah (anak
jemaat). Keempat kanisah tersebut adalah GMIM Petra Mahakeret, GMIM Zaitun Mahakeret,
GMIM Betania Mahakeret, dan GMIM Karmel Mahakeret Barat (yang termasuk wilayah
Manado Sentrum).
Bangunan Gereja GMIM Sentrum Manado telah beberapa kali direnovasi dan mengalami
perubahan. Posisi mimbar yang sebelumnya menghadap ke utara dipindahkan dari utara
menghadap ke timur, namun keaslian dinding dan pilarnya masih tetap dipertahankan
Gereja GMIM Sentrum Manado telah menjadi salah satu objek wisata religi di kota
Manado yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang ingin menikmati wisata religi sekaligus
menyaksikan salah satu peninggalan sejarah Perang Dunia II baik turis domestik maupun
internasional. Salah satu turis yang pernah mengunjungi Gereja bersejarah ini yaitu Ratu Beatrix
dari Belanda bersama suaminya, Pangeran Claus Van Amsberg pada tahun 1995.

3.2.2. Klenteng Ban Hin Kiong Manado

Lokasi

Kecamatan Wenang

Klenteng Ban Hin Kiong berada di Jl. D.I.


Panjaitan, Kel. Calaca, Kec. Wenang,
Kota

Manado,

Provinsi

Suawesi

Utara.

Sumber : Google Maps

14

Klenteng Ban Hin Kiong dilihat dari udara


Sumber : Google Earth

Gambaran Umum

Klenteng Ban Hin kiong terletak pada jalan Jl DI Panjaitan, Manado, Sulut. Klenteng ini
termasuk dalam kawasan pencinan . Klenteng Ban Hin kiong merupakan tempat ibadah bagi
Agama Konghucu . Saat hari-hari raya besar banyak yang menjadikan tempat ini untuk tempat
wisata . Klenteng Ban Hin Kiong terdiri atas 3 kata. Ban yang memiliki arti banyak. Hin berarti
15

kelimpahan kebaikan, dan kiong berarti


istana. Menurut para pendirinya
keyakinan orang akan mendapatkan
begitu

banyak

keselamatan

kebaikan
untuk

dan

mencapai

keteraturan kehidupan. Klenteng Ban


Hin Kiong mempunyai arti Istana
penuh berkah . Dimana hal tersebut
terampil secara fisik pada papan nama
yang mencerminkan fungsi peran serta sifatnya yang umum dan luas (universal).
Klenteng ban Hin Kiong menjadi patokan baik bagi pemerintah masyarakat umum dan
umat tridarma Manado sebab klenteng ini adalah klenteng pertama dan waktu itu menjadi pusat
peribadatan umat tri darma di Manado. Lokasi berdirinya Klenteng Ban Hin Kiong sendiri di
pilih langsung pleh seorang ahli perbintangan yang di datangi langsung dari Tiongkok.
Klenteng ini memiliki organisasi pengurus dalam mengelola Klenteng ban Hin Kiong.
Para penginisiatif berdirinya Klenteng Ban Hing Kiong sebelum memulai pembangunan
mengundang sejumlah tokoh adat di Minahasa untuk berdialog agar sepakat dimana tepatnya
bangunan itu harus didirikan. Berdasarkan petunjuk seorang ahli perbintangan / feng shui yang
khusus didatangkan dari Tiongkok diusulkan dua tempat, yaitu :
1. Di bagian utara negeri Wenang yang sekarang dikenal sebagai wilayah

Kelurahan

Sindulang Kecamatan Tuminting


2. Di Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang.
Menurut ahli perbintangan Tiongkok tersebut jika Klenteng dibangun di bagian utara
seperti usul pertama, maka masyarakatnya termasuk warga asli setempat akan terbagi dalam dua
strata (sosial ekonomi) yang sangat jauh berbeda, yaitu akan ada golongan kaya sekali dan
miskin sekali. Tapi kalau didirikan di lokasi sebagaimana pilihan kedua, maka masyarakatnya
akan serba berkecukupan secara merata yaitu tak ada yang kaya sekali maupun miskin sekali.
Juga menurut perhitungan/prakiraan secara ilmu perbintangan kuno tersebut, baik warga
Tionghoa (waktu itu semuanya umat Tridharma) maupun warga asli, jika sempat mengumpulkan
harta sebanyak-banyaknya tidak akan dinikmati oleh lebih dari dua generasi turunannya sebab
16

kekayaan tersebut sifatnya bergilir, tak akan dimonopoli oleh keluarga maupun kelompok
masyarakat tertentu. Dengan begitu banyak pertimbangan dari seorang perbintangan dan
memilih di kelurahan calaca, wenang sampai sekarang.
Kelenteng Ban Hing Kiong didirikan sekitar 1670-an atau 300 tahun yang lampau dengan
mengikuti pola yang diawali dari niat dan hakekat para pendirinya . Bentuk permanen Klenteng
Ban hin kiong dibangun pada tahun 1819,kemudian pada tahun 1839 dibangun rumah abu
(Kong tek Su ). Pada awalnya klenteng ini dibuat rumah papan diselingi bamboo sederhana .
Dan pada tahum 1854-1859 di pugar lagi,kemudian di pugar lagi kembali pada tahun 1895-1902
. Klenteng ini kemudian dikelolah secara organisasi sejak tahun 1935 melalui suatu organisasi
perkumpulan Sam Khauw Hwee yang didirikan atas usaha dan inisiatif dua orang tokoh yakni
Yo Sioe Sien dan Que Boen Tjen.
Klenteng ini terdiri dari 3 kata dan memiliki arti yang telah di bahas sebelumnya. Pada
tanggal 14 Maret 1970 Klenteng ini pernah dibakar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab. Atas inisiatif Soi Swie Goan yang kemudian menjabat rangkap sebagai ketua
pembangunan dan ketua klenteng Ban Hin Kiong . Mulailah renovasi Klenteng pada tahun
1971-1975. Melalui upacara Pwa We, upacara peresmian klenteng Ban Hin Kiong ditetapkan
bangunan baik penambahan lantai menjadi tiga lantai maupun perluasan ruangan dan halaman.

3.3.

Kriteria Penilaian

3.3.1. Parameter/kriteria Konservasi Gereja GMIM Sentrum Manado


Tabel 3.1. Kriteria penilaian Gereja GMIM Sentrum
NO
.

KRITERIA

PARAMETER/KRITERIA
VARIABEL
INDIKATOR

CHECK
LIST

17

1.

KEJAMAKAN

Tidak

(bangunan atau bagian dari


kota yang dilestarikan karena
mewakili satu kelas atau jenis
khusus bangunan yang cukup
berperan.
karya

Penekanan
arsitektur

pada

dilestarikan

dilestarikan karena tidak mewakili kelas atau jenis

Cukup

khusus bangunan yang cukup berperan.


Bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan

dilestarikan

tetapi tidak mewakili kelas atau jenis khusus

Dilestarikan

bangunan yang cukup berperan.


Bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan

yang spesifik).
KEISTIMEWAAN

yang cukup berperan.

Tidak

(bangunan-bangunan
yang

dilindungi

memiliki
misalnya

dilindungi

karena

Cukup

yang

tertinggi,

terbesar,

pertama,

dsb).
MEMPERKUAT

CITRA

tertua,
3.

ruang

keistimewaan,

KAWASAN
bagian

kota

mempengaruhi

dan
yang
kawasan

terbesar, pertama, tertinggi, dsb.


Bangunan-bangunan ruang yang dilindungi karena
memiliki keistimewaan.

Tidak

Cukup
mempengaruhi

4.

citra

Mempengaruhi

disekitarnya.
Bangunan-bangunan dan bagian kota yang karena

dan citra kawasan dan citra lingkungan


disekitarnya.

Tidak langka

Menggunakan salah satu gaya arsitektur yang


masih ada dalam jumlah yang cukup banyak.

Cukup langka

contoh terakhir yang masih

Menggunakkan salah satu gaya arsitektur yang


masih dalam jumlah cukup banyak, tetapi

ada. Karya langka atau satudimiliki oleh daerah lain).

potensi dan keberadaannya memiliki peluang untuk

serta sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas

(bangunan yang hanya satu

satunya di dunia atau tidak

Bangunan-bangunan dan bagian kota yang karena

potensi dan keberadaannya sangat mempengaruhi

lingkungan

dari jenisnya, atau merupakan

mempengaruhi kawasan maupun lingkungan

meningkatkan kualitas dan citra lingkungan

bermakna

sekitarnya).
KELANGKAAN

Bangunan-bangunan dan bagian kota yang tidak

mempengaruhi serta bisa bermakna untuk

untuk meningkatkan kualitas


dan

disekitarnya.

kawasan di dekatnya, atau


kehadirannya

Bangunan-bangunan ruang yang dilindungi tetapi

Dilindungi

investasi didalamnya, akan


kawasan-

karena tidak memiliki keistimewaan.

tidak memiliki keistimewaan khusus, seperti tertua,

maupun lingkungan karena


mempengaruhi

Bangunan-bangunan ruang yang tidak dilindungi

dilindungi

mempengaruhi

(bangunan-bangunan

karena mewakili kelas atau jenis khusus bangunan

yang

mewakili ragam atau jenis


2.

Bangunan atau bangunan dari kota yang tidak

Langka

arsitekturnya tidak sama persis.


Menggunaka salah satu gaya arsitektur dan tidak
ditemukan atau digunakan terhadap bangunan
lainnya ditempat lain.

18

5.

PERANAN SEJARAH
(bangunan-bangunan

Tidak berperan

peristiwa perubahan dan/atau perkembangan suatu

dari

kota/daerah, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa

lingkungan perkotaan yang

perjuangan bangsa indonesia, ketokohan, politik,

merupakan lokasi-lokasi dari


peristiwa
penting
sebagai
antara

bersejarah
untuk

Tidak berperan terhadap nilai sejarah dengan

sosial, dan budaya yang menjadi nilai kesejarahan

yang

pada tingkat nasional dan daerah untuk

dilestarikan

ikatan

simbolis

Cukup

peristiwa

terdahulu

berperan

memperkuat jati diri bangsa.


Berperan diantara nilai sejarah dengan peristiwa
perubahan dan/atau perkembangan suatu
kota/daerah dan memiliki nilai-nilai dalam cakupan

dan sekarang).
Berperan

lokal atau kedaerahan.


Sangat berperan terhadap nilai sejarah dengan
peristiwa perubahan dan/atau perkembangan suatu
kota/daerah, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa
perjuangan bangsa indonesia, ketokohan, politik,
sosial, dan budaya yang menjadi nilai kesejarahan

pada tingkat nasional dan daerah untuk

6.

ESTETIKA

Tidak terwakili

(bangunan-bangunan

atau

bagian

yang

dari

kota

dilestarikan karena mewakili


prestasi khusus dalam suatu

memperkuat jati diri bangsa.


Bangunan yang tidak mewakili masa gaya sejarah
tertentu yang dilihat dari nilai estetis, yaitu bentuk,

Cukup
terwakili

tata ruang dan ornamennya.


Bangunan yang mewakili masa gaya sejarah
tertentu dari bentuk, tata ruang, dan ornamennya
(bangunan kurang dari 50 tahun).

gaya sejarah tertentu. Tolak


ukur estetika ini dikaitkan

Terwakili

Bangunan yang memiliki masa gaya sejarah


tertentu dari bentuk, tata ruang, dan ornamennya
(paling singkat 50 tahun).

3.3.2. Parameter/kriteria Konservasi Klenteng Ban Hin Kiong Manado


Tabel 3.2. Kriteria penilaian Klenteng Ban Hin Kiong
NO
.
1.

KRITERIA

PARAMETER/KRITERIA
VARIABEL
INDIKATOR

CHECK
LIST

KEJAMAKAN
(bangunan atau bagian dari

Tidak
dilestarikan

Bangunan atau bangunan dari kota yang tidak


dilestarikan karena tidak mewakili kelas atau jenis
khusus bangunan yang cukup berperan.

19

kota yang dilestarikan karena

Cukup

mewakili satu kelas atau jenis

dilestarikan

tetapi tidak mewakili kelas atau jenis khusus

Dilestarikan

bangunan yang cukup berperan.


Bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan

khusus bangunan yang cukup


berperan.
karya

Penekanan

pada

arsitektur

Bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan

karena mewakili kelas atau jenis khusus bangunan

yang

yang cukup berperan.

mewakili ragam atau jenis


2.

yang spesifik).
KEISTIMEWAAN

Tidak

(bangunan-bangunan
yang

dilindungi

memiliki

dilindungi

karena

Cukup

keistimewaan,

misalnya

yang

tertinggi,

terbesar,

pertama,

dsb).
MEMPERKUAT

CITRA

tertua,
3.

ruang

KAWASAN
bagian

dan

kota

yang

mempengaruhi

kawasan

Dilindungi

terbesar, pertama, tertinggi, dsb.


Bangunan-bangunan ruang yang dilindungi karena
memiliki keistimewaan.

Tidak

Cukup
mempengaruhi

citra

mempengaruhi kawasan maupun lingkungan


Bangunan-bangunan dan bagian kota yang karena
potensi dan keberadaannya memiliki peluang untuk
meningkatkan kualitas dan citra lingkungan

Mempengaruhi

disekitarnya.
Bangunan-bangunan dan bagian kota yang karena
potensi dan keberadaannya sangat mempengaruhi
serta sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas

bermakna

dan citra kawasan dan citra lingkungan

untuk meningkatkan kualitas


dan

Bangunan-bangunan dan bagian kota yang tidak

mempengaruhi serta bisa bermakna untuk

kawasan di dekatnya, atau


kehadirannya

disekitarnya.

investasi didalamnya, akan


kawasan-

Bangunan-bangunan ruang yang dilindungi tetapi


tidak memiliki keistimewaan khusus, seperti tertua,

maupun lingkungan karena


mempengaruhi

karena tidak memiliki keistimewaan.

dilindungi

mempengaruhi

(bangunan-bangunan

Bangunan-bangunan ruang yang tidak dilindungi

disekitarnya.

lingkungan

sekitarnya).
4.

KELANGKAAN

Tidak langka

masih ada dalam jumlah yang cukup banyak.

(bangunan yang hanya satu


dari jenisnya, atau merupakan

Cukup langka

contoh terakhir yang masih


Langka

arsitekturnya tidak sama persis.


Menggunaka salah satu gaya arsitektur dan tidak
lainnya ditempat lain.

PERANAN SEJARAH
(bangunan-bangunan

ditemukan atau digunakan terhadap bangunan

dimiliki oleh daerah lain).


5.

Menggunakkan salah satu gaya arsitektur yang


masih dalam jumlah cukup banyak, tetapi

ada. Karya langka atau satusatunya di dunia atau tidak

Menggunakan salah satu gaya arsitektur yang

Tidak berperan
dari

Tidak berperan terhadap nilai sejarah dengan


peristiwa perubahan dan/atau perkembangan suatu
kota/daerah, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa

20

lingkungan perkotaan yang

perjuangan bangsa indonesia, ketokohan, politik,

merupakan lokasi-lokasi dari

sosial, dan budaya yang menjadi nilai kesejarahan

peristiwa

pada tingkat nasional dan daerah untuk

penting

bersejarah
untuk

sebagai
antara

yang

dilestarikan

ikatan

simbolis

peristiwa

terdahulu

memperkuat jati diri bangsa.


Berperan diantara nilai sejarah dengan peristiwa

Cukup

perubahan dan/atau perkembangan suatu

berperan

kota/daerah dan memiliki nilai-nilai dalam cakupan

dan sekarang).

lokal atau kedaerahan.


Sangat berperan terhadap nilai sejarah dengan

Berperan

peristiwa perubahan dan/atau perkembangan suatu


kota/daerah, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa
perjuangan bangsa indonesia, ketokohan, politik,

sosial, dan budaya yang menjadi nilai kesejarahan


pada tingkat nasional dan daerah untuk

6.

ESTETIKA

Tidak terwakili

(bangunan-bangunan

atau

bagian

yang

dari

kota

dilestarikan karena mewakili


prestasi khusus dalam suatu

memperkuat jati diri bangsa.


Bangunan yang tidak mewakili masa gaya sejarah
tertentu yang dilihat dari nilai estetis, yaitu bentuk,

Cukup
terwakili

tata ruang dan ornamennya.


Bangunan yang mewakili masa gaya sejarah
tertentu dari bentuk, tata ruang, dan ornamennya
(bangunan kurang dari 50 tahun).

gaya sejarah tertentu. Tolak


ukur estetika ini dikaitkan
dengan

nilai

arsitektonis:

Terwakili

Bangunan yang memiliki masa gaya sejarah

estetis

dan

tertentu dari bentuk, tata ruang, dan ornamennya

bentuk,

tata

(paling singkat 50 tahun).

ruang, dan ornamennya.

3.4.

Penentuan Kelayakan Konservasi

3.4.1. Penentuan Kelayakan Konservasi Gereja GMIM Sentrum


Tabel 3.3. Penentuan Kelayakan Konservasi Gereja GMIM Sentrum
Kriteria Umum
Konservasi

GEREJA GMIM SENTRUM


Bobot Nilai Kriteria

Bobot Nilai

(KxA)

(K)

Konservasi (A)

Kejamakan
Keistimewaan
Memperkuat

1
2
4

1
2
4

1
4
16

Kawasan
Kelangkaan
Sejarah
Estetika

1
3
2

1
3
2,25

1
9
4,5

Nilai Total

K=
13
X=KxA

K x A=
X = 35,5

35,5

X = 2,73

21

K
13
Kesimpulan (Layak Untuk di Konservasi)
Maka bangunan yang dikaji kurang layak untuk dilestarikan
Maka bangunan yang dikaji layak untuk dilestarikan/dikonservasi

0 sampai < 1,5


1,5 sampai < 3

Alasan penilaian kriteria (K) :

Kejamakan : Di berikan bobot nilai 1 karena tidak terlalu mewakili budaya belanda, hanya

beberapa bagian saja yang memiliki kesamaan dengan gereja-gereja di belanda.


Keistimewaan : Di berikan bobot nilai 2 karena merupakan salah satu gereja tertua di Kota

Manado.
Memperkuat kawasan : Bangunan Gereja GMIM Sentrum cukup berperan dalam
memperkuat kawasan pusat kota lama Manado. Dengan adanya Gereja GMIM Sentrum ini
dapat menjadikan kawasan ini hidup dan berkembang serta memiliki daya tarik tersendiri
sehingga berpengaruh ke lingkungan sekitar dan juga meningkatkan citra lingkungan. Dan

diberikan nilai 4 dalam memperkuat kawasan.


Kelangkaan : Kelangkaan, untuk sebuah Gereja menurut saya tidak karena Gereja dapat di
temukan di daerah-daerah lain maupun di Kota Manado sendiri. Sehingga untuk kriteria

kelangkaan Masjid dapat diberikan nilai 1.


Sejarah : Di berikan nilai 3 karena Gereja GMIM Sentrum

penting yaitu pada Perang Dunia ke-II terjadi serangan pertama di tempat ini.
Estetika : Pada bangunan Gereja GMIM Sentrum memiliki estetika yang indah dari

memiliki peranan sejarah

oranamen-ornamen yang ada pada bangunan sehingga diberikan nilai 2.


Khusus untuk menilai kualitas, Estetika Bangunan memiliki suatu perhitungan berdasarkan tabel
berikut ini :
Tabel 3.4. Perhitungan Kualitas Konservasi Khusus Kriteria Estetika (A)
Kualitas Estetika

GEREJA GMIM SENTRUM

Kesatuan
Keseimbangan

3
2

Proporsi
Skala

2
2

Total (rata-rata)

A=

Bobot penilaian
0 = Sangat tidak baik
1 = Kurang baik
2 = Baik

2,25

3 = Sangat baik
Hasil akhir (0 sampai 1,5 Kurang baik)

Alasan penilaian estetika :

Alasan kesatuan : Bangunannya masih utuh,kalaupun ada yang rusak akan langsung di

perbaiki.
Alasan Kesimbangan : Kiri dan kanan Bangunannya seimbang.
22

Alasan Proporsi : semua bentuk bangunannya baik.


Alasan Skala : Karena bangunannya hampir sama besar dengan bangunan-bangunan lain.

3.4.2. Penentuan Kelayakan Konservasi Klenteng Ban Hin Kiong


Tabel 3.5. Penentuan Kelayakan Konservasi Klenteng Ban Hin Kiong
Kriteria Umum
Konservasi

KLENTENG BAN HIN KIONG


Bobot Nilai Kriteria

Bobot Nilai

(KxA)

(K)

Konservasi (A)

Kejamakan
Keistimewaan
Memperkuat

2
1
3

1
1
2

2
1
6

Kawasan
Kelangkaan
Sejarah
Estetika

1
3
3

1
4
2,5

1
12
7,5

Nilai Total

K=
13
X=KxA

0 sampai < 1,5


1,5 sampai < 3

K x A=
X = 29,5

29,5

X = 2,26

K
13
Kesimpulan (Layak Untuk di Konservasi)
Maka bangunan yang dikaji kurang layak untuk dilestarikan
Maka bangunan yang dikaji layak untuk dilestarikan/dikonservasi

Alasan penilaian kriteria (K) :

Kejamakan : Di berikan bobot nilai 2 karena Klenteng Ban Hin Kiong memiliki gaya
arsitektur eklektik yang sangat menekan pada budaya Cina dan merupakan bangunan yang
sangat berperan dalam perkembangan agama Kong Hucu di Kota Manado dan merupakan
klenteng pertama.
23

Keistimewaan : Bangunan Klenteng Ban Hin Kiong memiliki kestimewaan karena


merupakan bangunan klenteng tertua dan pertama di Kota Manado, maka di beri nilai 1

karena dapat ditemukan di Kota-kota lain.


Memperkuat kawasan Bangunan Klenteng Ban HinKiong sangat berperan dalam
memperkuat kawasan Pecinan yang merupakan

kawasan lama Kota Manado.

Dengan

adanya Klenteng Ban Hin Kiong ini dapat menjadikan kawasan ini hidup dan berkembang
sehingga berpengaruh ke lingkungan sekitar dan juga meningkatkan citra lingkungan. Dan
diberikan nilai 3 dalam memperkuat kawasan.

Kelangkaan : Kelangkaan, untuk sebuah klenteng menurut saya tidak karena klenteng dapat
di temukan di daerah-daerah lain. Untuk kawasan dekat dengan klenteng Ban Hin Kiong
dapat di temukan 2 klenteng lagi yaitu klenteng Kwang kong dan Klenteng Altar Agung

sebagai tempat ibadah. Sehingga untuk kriteria kelangkaan klentang dapat diberikan nilai 1.
Sejarah : Bangunan Klenteng Ban Hin Kiong merupakan bangunan pertama untuk agama
Kong Hu cu dan klenteng pertama di Kota Manado. Pada bangunan Klenteng Ban Hin Kiong
masih terdapat sejarah yang sangat jelas yaitu masih ada bagian-bagian klenteng dari awal
pembangunan dan juga terdapat dinding yang bekas terbakar dibagian dalam Klenteng. Dari
Klenteng ini agama kong hu cu di kota Manado berkembang sampai sekarang. Sehingga di

berikan nilai 3 untuk kriteria sejarah bagi klenteng Ban Hin Kiong.
Estetika : Pada bangunan Klenteng Ban Hin Kiong memiliki estetika yang indah dari
oranamen-ornamen yang ada

pada bangunan dan itu merupakan ornament dari nenek

moyang yang masih sampai saat ini. Ornamen-ornamen ukiran pada tembok, lukisan pada
pintu dan juga tulisan-tulisan cina pada pintu serta ornament-ornamen dalam ruangan.
Sehingga bobot penilaian bangunan diberikan nilai 3.
Khusus untuk menilai kualitas, Estetika Bangunan memiliki suatu perhitungan berdasarkan tabel
berikut ini :
Tabel 3.6. Perhitungan Kualitas Konservasi Khusus Kriteria Estetika (A)
Kualitas Estetika

KLENTENG BAN HIN KIONG

Kesatuan
Keseimbangan

3
3

Proporsi
Skala

2
2

Total (rata-rata)

A=

Bobot penilaian
0 = Sangat tidak baik
1 = Kurang baik
2 = Baik

2,5

3 = Sangat baik
Hasil akhir (0 sampai 1,5 Kurang baik)

24

Alasan penilaian estetika :

Alasan kesatuan : Bangunannya masih utuh,kalaupun ada yang rusak akan langsung di

perbaiki.
Alasan Kesimbangan : Kiri dan kanan Bangunannya seimbang.
Alasan Proporsi : semua bentuk bangunannya baik.
Alasan Skala : Karena bangunannya hampir sama besar dengan bangunan-bangunan lain.

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Konservasi adalah proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang

dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan
dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dapat pula mencakup preservasi, restorasi,
rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi (Shidarta, 1989). Bangunan tua diartikan sebagai susunan
yang merupakan struktur yang didirikan seperti rumah, gedung dan sebagainya pada waktu
lampau (Poerwadarminta, 1989). Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis seperti
keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran (Danisworo,
1985). Pelestarian atau konservasi dalam bidang arsitektur dan lingkungan binaan berawal dari
konsep pelestarian yang bersifat statis, yaitu bangunan yang menjadi objek pelestarian
dipertahankan sesuai dengan kondisi aslinya. Konsep yang statis tersebut kemudian berkembang
menjadi konsep konservasi yang bersifat dinamis dengan cakupan lebih luas. Sasaran konservasi
tidak hanya pada peninggalan arkeologi saja, melainkan meliputi juga karya arsitektur
lingkungan atau kawasan bahkan kota bersejarah.
Dari hasil penilaian berdasarkan kriteria konservasi bangunan kuno, Bangunan Gereja
GMIM Sentrum dan Klenteng Ban Hin Kiong yang berada di kawasan pusat kota lama Manado
sangat layak untuk di konservasi dikarenakan kedua bangunan ini merupakan bangunan tua yang
memiliki peranan sejarah penting dalam perkembangan Kota Manado.
Sangat disayangkan apabila bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Manado ini
tidak dilindungi, karena selain memiliki peran sejarah bangunan-bangunan ini juga merupakan
warisan budaya. Dengan mempertahankan bangunan-bangunan ini maka nantinya generasi
25

penerus kita dapat mengetahui budaya-budaya masyarakat yang ada di Kota Manado dari masa
ke masa serta sejarah yang ada akan tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Tungka,Aristotulus.,2016.Materi Perkuliahan Teknik Konservasi dan Preservasi. Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Tonapa.Yenie.,2015.Kajian Konservasi Bangunan Kuno Dan Kawasan Bersejarah di Pusat Kota
Manado.
http://beritamanado.com/sejarah-gmim-sentrum-manado/
http://baghumaspromanado.tribunnews.com/2015/06/11/menengok-gereja-masehi-injil-diminahasa-gmim-kota-manado
https://web.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=308156526036941&id=297398163779444&substory_index=0
https://web.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=308157016036892&id=297398163779444&substory_index=0

26

Anda mungkin juga menyukai