Anda di halaman 1dari 3

V.

SASARAN KONSERVASI

Upaya konservasi tidak lepas dari kegiatan perlindungan dan penataan


serta tujuan perencanaan kota. Hal itu tidak hanya mencakup fisik, juga stabilitas
penduduk dan gaya hidup yang serasi atau memperlambat perubahan sosial.
Berdasarkan hal itu, maka kegiatan konservasi perlu memiliki sasaran yang tepat
yaitu:
1. Mengembalikan wajah objek pelestarian.
2. Memanfaatkan peninggalan objek pelestarian untuk menunjang
kehidupan masa kini.
3. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan
perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek pelestarian.
4. Menampilkan sejarah pertumbuhan kota / lingkungan dalam wujud fisik
tiga dimensi.

VI. DASAR KEBIJAKSANAAN KONSERVASI

6.1. Kriteria dan Motivasi Konservasi


Untuk melaksanakan atau menjabarkan suatu konsep konservasi, perlu
ditentukan sejumlah kriteria (tolok ukur) dan motivasi. Terlebih dahulu harus ada
dasar yang kokoh untuk mengetahui bagian mana suatu kota atau bangunan
yang perlu dilestarikan. Kemudian ada beberapa kriteria umum yang biasa
digunakan untuk menentukan objek konservasi yaitu:
1. Estetika; bangunan atau bagian kota yang dilestarikan mewakili prestasi
khusus dalam gaya sejarah tertentu. Tolok ukur estetika ini dikaitkan
dengan nilai estetis dan arsitektonis yang tinggi dalam hal bentuk,
struktur, tata ruang dan ornamen.
2. Kejamakan; bangunan atau bagian kota yang dilestarikan karena

Gambar 5 : Gedung Grha Sabha Pramana dengan bentuk atap joglo


merupakan salah satu gaya arsitektur Jawa (Runa, 2003)

mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup berperan. Tolok
ukur kejamakan ditekankan pada seberapa jauh karya arsitektur itu
mewakili suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik.
3. Kelangkaan; bangunan yang hanya satu dari jenisnya atau merupakan
contoh terakhir yang masih ada. Dengan kata lain karya arsitektur itu
sangat langka bahkan satu-satunya di dunia.
4. Peranan sejarah; bangunan dan lingkungan perkotaan yang menjadi
lokasi peristiwa bersejarah penting untuk dilestarikan sebagai ikatan
simbolis antara peristiwa dahulu dan sekarang.
5. Memperkuat kawasan di dekatnya; bangunan dan bagian kota yang
karena investasi di dalamnya, akan mempengaruhi kawasan di dekatnya.
Kehadiran bangunan/bagian kota itu sangat bermakna untuk
meningkatkan kualitas dan citra lingkungan sekitarnya.
6. Keistimewaan; bangunan atau ruang dilindungi karena memiliki
keistimewaan, misalnya terpanjang, tertinggi, terbesar, tertua, yang
pertama, dan sebagainya.
Selanjutnya masih diperlukan kesepakatan dari pihak yang mewakili
pemilik, ahli, dan pengelola yang dalam hal ini adalah pemerintah kota.
Dalam menentukan arah pembangunan suatu kawasan atau bangunan,
perlu ada motivasi yang berkaitan dengan konservasi yaitu:
1. Motivasi untuk mempertahankan warisan budaya atau warisan sejarah.
2. Motivasi untuk menjamin terwujudnya variasi dalam bangunan perkotaan
sebagai tuntutan aspek estetis dan variasi budaya masyarakat.
3. Motivasi ekonomis, yang menganggap bangunan yang dilestarikan dapat
meningkatkan nilai komersial yang digunakan sebagai modal lingkungan.
4. Motivasi simbolis, bangunan merupakan manifestasi fisik dari identitas
suatu kelompok masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian dari
suatu kota.
Antara motivasi yang satu dengan yang lain, sebaiknya tidak dilihat
secara terpisah, melainkan saling memperkuat. Permasalahan yang muncul
biasanya lebih pada motivasi “siapa” daripada motivasi “apa”. Setelah kriteria dan
motivasi konservasi dikembangkan lebih mendetail, selanjutnya objek konservasi
diklasifikasikan dalam kelompok sesuai dengan kedudukan, peran dan arti objek
dalam lingkungannya sebagai pertimbangan untuk menentukan skala prioritas
konservasi.

Anda mungkin juga menyukai