id
TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Disusun oleh:
Tomy Arief
[I0205120]
Dosen Pembimbing:
Ir. A. Farkhan, MT
Amin Sumadyo, ST.MT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH :
TOMY ARIEF
NIM. I0205120
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MENGESAHKAN,
PEMBANTU DEKAN I KETUA JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNS FAKULTAS TEKNIK UNS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
.
Tabel 1.1. Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta I-4
Tabel 2.1. Perbandingan Seni Urban dan Seni Mainstream II-9
Tabel 2.2. Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme II-17
Tabel 4.1. Analisa Pemilihan Lokasi IV-2
Tabel 4.2. Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan IV-7
Tabel 4.3. Penentuan Kebutuhan Ruang Berdasarkan Analisa IV-7
Kegiatan
Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang IV-10
Tabel 4.5. Perencanaan Ruang Dalam IV-17
Tabel 4.6. Perencanaan Ruang Luar IV-19
Tabel 4.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-25
Tabel 4.8. Alternatif Jenis Sirkulasi IV-26
Tabel 4.9. Alternatif Massa Dasar Bangunan IV-28
Tabel 4.10. Alternatif Tata Massa Bangunan IV-28
Tabel 4.11. Alternatif Organisasi Massa Bangunan IV-29
Tabel 4.12. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di IV-32
Indonesia
Tabel 4.13. Macam Pencahayaan IV-37
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Ucapan Terima Kasih iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
[BAB I] Pendahuluan
A. Judul I-1
B. Pemahaman Judul I-2
C. Latar Belakang I-3
D. Permasalahan I-7
D.1. Umum I-7
D.2. Khusus I-7
E. Tujuan Dan Sasaran I-7
F. Lingkup Penulisan I-8
F.1. Lingkup Materi I-8
F.2. Lingkup Wilayah I-8
G. Metoda Pengumpulan Data dan Pembahasan I-8
H. Sistematika Penulisan I-10
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
[BAB I]
PENDAHULUAN
A. Judul
Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
B. Pemahaman Judul
• Galeri: Berasal dari bahasa latin (galeria) yaitu ruang beratap dengan satu sisi
terbuka. Di Indonesia galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri
yang digunakan untk memamerkan karya seni. (Ensiklopedia Nasional Indonesia.
PT. Cipta Adi Pustaka. Jakarta. 1989)
• Seni urban: Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, dimana
perkembangan itu kemudian melahirkan sistem di masyarakat yang secara struktur
dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan.
(bandungcreativecityblog.wordpres.com)
• Citra: Image,kesan atau gambaran penghayatan yang menangkap arti bagi
seseoang. (Y.B Mangunwijaya. 1998. Wastu Citra. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama).
• Kontemporer: (1) semasa, sezaman; (2) bersamaan waktu, dalam waktu yang sama;
(3) masa kini, dewasa ini.( Badudu-Zein, 1994:714)
Pemahaman Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk
Bangunan Kontemporer:
Galeri seni yang menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat Yogyakarta pada
khususnya untuk dapat mengekspresikan semangat urbannya malalui karya seni juga
sebagai ruang publik alternatif dengan kekhasan pada pencitraan bentuk bangunan
kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
dikerjakan sebagai semacam kegiatan “gerilya”1. Seni urban adalah karya seni yang
galerinya ditampilkan pada ruang publik yang tidak terjamah, mengkritisi keadaan
masyarakat sekaligus sebagai ajang komunikasi antar masyarakat. Lebih luasnya seni
urban dapat dipahamai sebagai berikut:
“Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya. Maka munculah usaha dari
sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni ditengah-tengah
masyarakat dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang
ditampilkan adalah ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang
kerap terjadi dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan
kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan lagi sebuah representasi yang
ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah media ekspresi yang bertarung di fasilitas publik
dengan media lainnya seperti iklan di TV, billboard iklan, poster promosi, baliho dan lain-
lain. Semua media ekspresi tersebut mendominasi dihampir setiap fasilitas publik.
Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak antara publik sebagai apresiator
dengan sebuah karya seni. Menggantikan fungsi seni yang tadinya agung, klasik, murni,
tinggi serta tradisional. Seni diposisikan sebagai sesuatu yang konservatif dan sarat
dengan nilai pengagungan. Urban art berhasil meruntuhkan nilai-nilai tersebut dengan
cara menghadirkannya ke tengah publik melalui media-media yang erat dengan keseharian
masyarakat kota. Tujuan urban art lebih berakar pada perbedaan sikap politik, anti
kemapanan, vandalisme dan perlawanan terhadap sistem dominan dimasyarakat”.2
Selain itu, seni urban juga dapat ditafsirkan sebagai perlawanan terhadap seni
modern yang sudah diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik.
Ketika seni rupa sudah masuk ke sistem pasar masyarakat kapitalistik, karya seni rupa
diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik. Seni urban juga
berusaha untuk melakukan pergeseran dari pengertian negatif seni rupa tinggi (high
art). Seni rupa tinggi (high art) adalah seni rupa yang terpisah dengan publik luas yang
hanya dipajang atau terisolasi di ruangan privat seniman, yang diasumsikan sebagai
bukan ruang publik: seperti gallery, museum, art shop; tidak diarahkan untuk
kepentingan membangun dialog dengan masyarakat tetapi lebih mengedepankan
1 iicul.wordpress.com/2008/08/15/jalan-seni-jalanan-yogyakarta/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik3.
Di Indonesia sendiri seni urban berkembang pesat khususnya di kota-kota besar
dengan keheterogenitas penduduknya. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta
dan Surabaya menjadi telah pusat perkembangan seni urban di Indonesia. Diantara
kota-kota besar tersebut, kota yang paling pesat perkembangan seni urbannya adalah
Yogyakarta.
Seperti diketahui, Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota dengan nuansa seni
dan budaya yang kental. Di kota inilah lahir seniman-seniman terkenal Indonesia
seperti Affandi, Rusli, Y.B Mangunjaya, Hendra Gunawan dan masih banyak lagi. Kota
Yogyakarta juga merupakan contoh ideal dimana seni dan budaya modern
kontemporer yang diusung oleh para pendatang dapat berafiliasi dan membaur dengan
seni budaya tradisonal masayarakat setempat.
Perkembangan seni urban di Yogyakarta dimulai sejak tahun 1997 dengan
komunitas Apotik Komik sebagai pelepopornya. Komunitas Apotik Komik pertama kali
menghadirkan seni ke ranah publik dengan menempelkan “mural” berupa komik pada
kain dan triplek yang kemudian dipamerkannya di luar ruangan. Selanjutnya Apotik
Komik gencar mengadakan praktek berkesenian di ruang publik, tidak hanya
berkegiatan sendirian, tetapi juga dengan melibatkan mayarakat setempat seperti
dalam proyek Koe Pos Art Project dan Kampung Sebelah Art Project.
Pada tahun yang sama juga lahir komunitas Lembaga Budaya Kerakyatan Taring
Padi yang merupakan gabungan dari para pekerja seni dan mahasiswa ISI Yogyakarta.
Kelompok Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi adalah kelompok yang secara
intens menciptakan karya-karya yang mereka tempatkan pada ruang publik. Tujuan
mereka sangat jelas, memakai ruang publik untuk mempresentasikan karya-karya
mereka yang sarat dengan pesan-pesan sosial, agar karya-karya tersebut bisa
dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Mereka memakai seni rupa sebagai media
untuk penyadaran kepada masyarakat. Aktivitas seni rupa LBK Taring Padi dibagi
dalam dua kecenderungan, yaitu yang bersifat praksis yang biasanya dilakukan
bersama masyarakat, dan kecenderungan lain adalah penciptaan karya-karya
individual. Praksis adalah aktivitas antara seniman dan komunitas masyarakat yang
3 Makalah yang disampaikan pada Diskusi Mural Kota Yogya, Kerja Sama Jogja Fine Art
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
mempergunakan media seni rupa. Aktivitas ini bertujuan untuk membangun kesadaran
baru bagi masyarakat akan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya4.
Hingga saat ini komunitas seni urban Yogyakarta telah berkembang dengan pesat
termasuk didalamnya para penggiat seni kontemporer. Tidak ada data yang pasti
mengenai jumlah komunitas seni urban di Yogyakarta dikarenakan sifat komunitas ini
yang tidak terikat dan bebas. Tapi berdasarkan dokumentasi yang dilakukan komunitas
Gelaran Budaya yang kemudian dipublikasikan dalam Gelaran Almanak Seni Rupa
Jogja 1999-2009, setidaknya ada 101 komunitas seni yang masih aktif di Yogyakarta
dengan perincian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
D. Permasalahan
D.1. Umum
Bagaimana merencanakan dan merancang galeri yang dapat mewadahi ekspresi
dari seni urban kontemporer sekaligus berfungsi sebagai ruang publik alternatif bagi
masyarakat dengan mengutamakan pada pencitraan bentuk bangunan yang
kontemporer sesuai dengan semangat seni urban itu sendiri.
D.2. Khusus
• Menentukan lokasi tapak site yang mudah dicapai serta ikonik bagi masyarakat
Yogyakarta
• Menentukan building massa, orientasi, sirkulasi dan tata vegetasi yang dapat
menciptakan suasana interaktif sebagai ruang publik
• Menentukan tampilan bangunan yang mencitrakan bentuk bangunan yang
kontemporer
• Menentukan sistem strukur yang mendukung pemanfaatan dan peruntukan
ruang secara maksimal serta pembentukan bentuk bangunan yang
kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2. Sasaran
Sasaran dari penulisan konsep ini adalah :
a. Rumusan penentuan lokasi site perencanaan melalui penyesuaian terhadap
prinsip desain arsitektural yang sesuai dengan kebutuhan bagi kegiatan dalam
galeri seni urban
b. Rumusan konsep pola tata massa dan pola sirkulasi yang sesuai bagi wadah
kegiatan dengan suasana interaktif sebagai ruang publik
c. Rumusan konsep tampilan bangunan yang dapat mencitrakan suatu bentuk
bangunan kontemporer disertai system struktur yang mendukungnya
F. Lingkup Penulisan
F.1. Lingkup Materi
Penulisan dilakukan melalui pendekatan pengungkapan permasalahan, analisa
dan sintesa secara arsitektural serta hal-hal yang berkaitan dengan konsep
perencanaan desain yang akan direncanakan (faktor teknis), sedangkan faktor-faktor
non-teknis dan disiplin ilmu lain merupakan faktor pendukung serta masukan yang
berguna bagi kesempurnaan pembahasan.
F.2. Lingkup Wilayah
Wilayah yang menjadi potensi terpilih sebagai wilayah studi yaitu Kota
Yogyakarta. Maka langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya yaitu :
a. Identifikasi potensi yang dimiliki wilayah studi yang mendukung untuk
perencanaan galeri seni urban di wilayah tersebut, untuk menentukan site
yang potensial bagi perencanaan desain
b. Pengamatan dan analisa kondisi fisik dan non-fisik site untuk kelayakannya
sebagai site perencanaan desain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB I
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
H. Sistematika Pembahasan
Tahap I
Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan
sasaran pembahasan, metoda pembahasan, dan sistematika penulisan.
Tahap II
Mengeksplorasi teori-teori dalam seni urban dan perkembangannya khususnya di
Yogyakarta, serta pemikiran ruang publik untuk galeri seni.
Tahap III
Mengeksplorasi prinsip kontemporer dalam kaitannya dengan arsitektur. Melakukan
pendalaman terhadap prinsip-prinsip desain serta semangat kontemporer sebagai
bagian dari gerakan post-modern secara khusus dan mengkaitkannya dengan konsep
desain yang dibutuhkan pada pewadahan kegiatan seni, terutama seni urban.
Tahap IV
Menjabarkan preseden Galeri Seni serta wadah-wadah pengembangan dan pusat seni
yang telah ada di dunia dan Indonesia, sebagai studi banding dan kajian referensional
bagi tahap perumusan konsep.
Tahap V
Proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan melalui analisa yang
dimulai dengan analisa mikro (analisa kegiatan), Kebutuhan dan besaran ruang) dan
berlanjut ke analisa makro (analisa pemilihan site dan pengolahannya)
Tahap VI
Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir
dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik
bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
A. Galeri Seni
A.1 . Pemahaman Galeri
Galeri diartikan sebagai ruang/bangunan tersendiri yang digunakan untuk
memamerkan karya seni. Lalu selain itu juga memberi pelayanan dalam bidang seni
baik itu konsultasi ataupun workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni dalam
masyarakat.
A.2 . Perkembangan Fungsi Galeri
Perkembangan galeri seni dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah
memamerkan hasil-hasil seni agar dapat dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian
terlihat adanya usaha :
• Mengumpulkan hasil-hasil karya seni sebagai koleksi
• Memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat
• Memelihara hasil-hasil karya seni agar tidak rusak (bersifat memelihara/konservasi)
Terjemahan dari fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut.
Sebagai tempat mengumpulkan karya seni,
yaitu dengan melakukan penyimpanan karya seni
pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya dapat
dipamerkan kembali. Sebagai contoh karya-karya seni
rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia yang sebagian
Gambar 2.1 Pengumpulan Karya besar di tempatkan di ruang penyimpanan (storage)
Seni Dalam Suatu Galeri
yang sudah memenuhi persyaratan peyimpanan
Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
digunakan sebagai temapt memamerkan karya seni ini memiliki bentuk-bentuk ruang
yang menarik,baik dari segi pencahayaan yang menggunakan lampu-lampu spot, warna
dinding yang kontras dengan lukisan yang menempel di dinding sehingga membuat
karya seni tersebut hidup.
Sebagai tempat memelihara hasil karya seni
agar tidak rusak. Ruang yang digunakan untuk
memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang
restorasi-konservasi. Pekerjaan konservasi-restorasi
dilakukan pada Laboratarium Konservasi dengan
fasilitas penerangan lampu polikhromatis dan ultra-
K
Gambar 2.3 Konservasi Karya Seni violet. Bersikulasi udara, ber- AC, dan dialiri air
Dalam Suatu Galeri
Sumber: Dokumetasi Pribadi
distilasi. Laboratarium ini juga dilengkapi tabung-
tabung gelas yang berfungsi sebagai wadah atau alat
ukur/ analisa, alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan
simulasi pekerjaan teknis mekanis. Alat mikrokopis, alat kontrol klimotologi, ruang
fumigasi serta alat pendingin untuk membasmi jamur atau serangga juga melengkapi
laboratorium ini.
Sebagai tempat
mengajak/mendorong/meningkatkan apresiasi
masyarakat. Dimana pada umumnya karya-karya
seni yang dipamerkan tersebut memilki sebuah arti
yang ingin disampaikan oleh seniman kepada
masyarakat, sehingga dengan itu, masyarakat dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
kepuasan public baik sebagai kelompok social maupun individu sebagai seniman
ataupun masyarakat umum. Oleh sebab itu servis harus memenuhi:
• Kepuasan fisik yang merupakan kepuasan yang dicapai oleh panca indera, yaoitu
penglihatan, perasaan, dan peraba.
• Kepuasan psikis, yang merupakan kepuasan jiwa sebagai reaksi pada suasana dan
kesan dari bangunan dan pelayanan yang diberikan baik oleh pengelola/pegawai
maupun materi seninya
A.3. Macam Galeri Seni
Sebenarnya belum ada klasifikasi yang jelas mengenai macam-macam galeri seni
terlebih akan materi khusus yang dipublikasikan, akan tetapi dengan pendekatan
bentuk, sifat dan isinya yang menonjol, beberapa menggolongkan sbb:
a. Galeri seni berdasarkan bentuk
Tradisional art gallery yaitu suatu galeri yang aktifitasnya diselenggarakan
pada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang. Walaupun bentuk galeri ini
yang tradisional, tetapi belum tentu juga karya seni yang dipamerkan berupa
karya-karya yang dinilai sebagai karya seni yang lama atau kuno sehingga
berkesan tradisional.
Modern art gallery yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang secara
modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks bangunan ini
biasanya terdiri dari beberapa ruang pameran. Sebagai contoh adalah Galeri
Nasional Indonesia yang memeilki beberapa masssa bangunan dengan fungsi
sebagai ruang pameran dan kegiatan pendukung lainnya. Karya-karya yang
dipamerkan pada Modern art gallery biasanya adalah sebuah karya seni yang
modern atau kontemporer. Sehingga hal ini sesuai dengan perencanaan ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Public art gallery, yaitu suatu galeri yang merupakan milik pemerintah dan
terbuka untuk umum. Untuk galeri ini karya-karya yang dipamerkan
bermacam-macam sesuai dengan keinginan seniman untuk membuat suatu
karya seni. Sehingga karya yang dipamerkan biasanya sesuai dengan kondisi
atau trend yang pada waktu itu sedang muncul. Pengguna dari galeri berasal
dari bermacam-macam seniman baik yang sudah terkenal maupun yang
belum terkenal, tua atau muda dan dengan berbagai macam bentuk aliran
yang dianutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
B. Seni Urban
B.1. Pemahaman Seni Urban
Pada dasarnya seni urban dapat dilihat sebagai fenomena. Wilayah-wilayah
urbanlah yang kerap menjadi medan bagi para penggiat seni urban untuk menuangkan
ekspresi dan ide gagasannya. Keinginan untuk berkesenian di tempat-tempat yang
tidak memungkinkan, membuat wilayah urban menjadi wilayah yan representaif dan
juga variatif untuk menjadi media visualisasi seni. Bahwa wilayah urban lebih dekat
dengan realita kehidupan masyarakat maka terdapat kebebasan berekspresi lebih
bebas dari pada ruang pameran atau galeri yang memiliki batasan akses oleh
masyarakat.
Seni inipun, pada akhirnya, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat secara
langsung. Para pelaku seni ini tanpa disadari telah memproduksi budayanya sendiri,
budaya urban. Lantas muncul apa yang disebut dengan pemaknaan. Pemaknaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
terjadi ketika masyarakat mengamati dan pada akhirnya menjustifikasi bahwa para
pelaku ini sedang memproduksi apa yang menjadi hasil dari seni urban dengan
mengambil, menarik dan mengdokumentasikannya.
Penjelasan yang lebih menarik mengenai seni urban dapat dilihat dari kutipan
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
spirit dinamika urban. Di kota Bandung kita bisa melihat semua ekspresi
semangat urban itu dalam berbagai bentuk. Seperti komunitas musik punk
yang kerap menggelar street gigs di bawah jembatan layang Pasupati,
seniman tradisi yang rutin menggelar kesenian pencak silat di taman
Cikapayang atau juga lukisan-lukisan mural ditiang-tiang jembatan layang
Pasupati.
Pada akhirnya urban art berhasil dikomodifikasi oleh komunitasnya sendiri.
Bentuk-bentuk kesenian terutama seni mural dan grafiti sekarang terutama di
kota Bandung lambat laun berhasil menjadi sesuatu yang mempunyai nilai
ekonomis. Banyak para seniman mural dan grafiti yang mengekspresikan ide
mereka dengan para pemilik distro atau clothing di Bandung. Para pemilik
distro ini memfasilitasi para seniman tersebut dengan menyediakan
space/lahan untuk berekspresi. Selain memberikan nilai estetika pada toko,
mereka juga ikut memberikan penyaluran terhadap keinginan seniman
tersebut untuk berkarya.
(http://bandungcreativecityblog.wordpress.com).
Gambar 2.5 Kritik Sosial dalam dikonsumsi secara kapitalistik. Karya seni
Muatan Seni Urban
Sumber: propagraphic-
akan menjadi barang komoditi, tak ubahnya
movement.blogspot.com seperti barang hasil produksi manufaktur.
Karya seni rupa diproduksi oleh produsen,
yakni para pekerja seni rupa, demi tujuan produksi kapitalistik. Karya seni rupa
diproduksi untuk ide-ide individual si pekerja seni rupa untuk memenuhi hukum
ekonomis, berupa kebutuhan, permintaan dan penawaran akan jenis-jenis komoditi
seni rupa yang sedang up to date di pasaran seni rupa.
Demikian juga cara distribusinya, karya-karya seni rupa hanyalah komoditi, maka
ia akan memasukan pasaran yang kapitalistik dan diperjualbelikan secara kapitalistik,
seperti laiknya souvenir dan barang kerajinan, hanya saja sayangnya pasar benda seni
ini terbatas karena komoditi yang dijual diproduksi satuan dan tidak secara massif.
commit to user II‐7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dalam sistem distribusi karya seni yang kapitalistik, pekerja seni rupa tak lebih seperti
produsen. Ada jaringan pedagang perantara; para kritikus dan kurator yang berperanan
sebagai pembuat iklan dan memberikan penaksiran dan penilaian nilai jual; ada
kolektor lokal dan internasional yang merupakan kalangan terbatas pemonopooli juar-
beli komoditi; ada pasar terbuka dan tertutup untuk men-display komoditi yang akan
dijual bisa di museum pribadi, ruang pamer pribadi, gallery, ruang pamer umum,
artshop. Akibatnya karya seni rupa tidak bisa dinikmati secara bebas oleh semua
warga masyarakat, tetapi dapat dinikmati secara terbatas, cukup diapresiasi dan
dikonsumsi oleh kalangan atas pemilik kapital. Oleh kerena ia merupakan komoditi
yang diproduksi secara kapitalistik, maka keberadaannya –baik yang berupa
artitistik/estetika dan muatan tema atau pesan yang diproduksi– diarahkan dan
ditentukan secara kapitalistik juga, yakni ditentukan oleh kepentingan jaringan
pedagang seni rupa dan tuntutan-tuntutan pasar. Situasi semacam inilah yang
kemudian memunculkan geliat perlawanan seni urban terhadap dominasi seni modern
yang kapitalistik.
Sementara itu, seni urban juga berusaha
untuk melakukan pergeseran dari pergertian
negatif seni rupa tinggi (high art). Seni rupa
tinggi (high art) adalah seni rupa yang terpisah
dengan publik luas, atau dalam bahasanya ‘seni
rupa modern makin terpisah jauh dari
masyarakat; yang hanya dipajang atau terisolasi
Gambar 2.6 Seni yang Menghampiri di ruangan privat seniman, yang diasumsikan
Masyarakat di Ruang Publik
Sumber: www.karbonjournal.com sebagai bukan ruang publik: seperti gallery,
museum, art shop; tidak diarahkan untuk
kepentingan membangun dialog dengan masyarakat tetapi lebih mengedepankan
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik. Di sini
seni urban memindahkan inti seni rupa modern yang terkurung di ruang privat seniman
menuju ke ruang publik, mencoba membangun dialog dengan masyarakatnya dan
memperkecil monolog pekerja seni dengan karyanya; mencoba mencangkup
persoalan ekstra estetik berupa persoalan sosial politik yang berkembang di
masyarakatnya.
Adapun perbedaan seni urban dengan seni mainstream secara umum adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Perbedaan mural dengan seni lukis yang konvensional adalah media dan
pesan yang ingin disampaikan . Dalam mural, media yang biasa digunakan
adalah tembok besar di ruang publik dan dikerjakan menggunakan cat
tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur
tulis atau alat lain. Sementara pesan yang ingin disampaikan biasanya
berupa kritik sosial mengenai kota dengan berbagai macam dinamika
kehidupannya. Dalam mural, visual yang disajikan merupakan hasil dialog,
tukar pendapat dan brainstorming dari sekelompok orang bukan bersiat
rohaniah yang individu. Aktor media pun lebih bervariasi dan berusaha
memanfaatkan berbagai macam media yang dekat dengan masyarakat
agar karyanya dapat diapresiasi secara luas.
• Grafitti
Hampir sama dengan mural, graffiti
juga menggunakAn tembok-tembok
besar sebagai media ekspresinya.
Bedanya graffiti biasa dikerjakan
menggunakan cat/spray semprot
kaleng. Visual dalam graffiti berupa
tulisan-tulisan atau sandi yang hanya
Gambar 2.8 Grafitti di Bounes Aires dipahami golongan tertentu. Biasanya
Argentina yang Begaya Stencil
Sumber: www.wikipedia.com
karya ini menunjukan ketidakpusan
terhadap keadaan social yang mereka
alami. Selain itu graffiti juga berfungsi sebagai identifikasi kekuasaan lewat
tulisan, sarana pemberontakan, sarana ekspresi ketakutan terhadap
keadaan sosial politik dan sarana keteneran seseorang atau suatu
kelompok.
• Seni Grafik
Seni grafik adalah seni yang membuat gambar dua dimensi dengan alat
cetak (klise). Dalam hal ini seorang pencipta dapat memasukan uinsur-
unsur estetis dalam karyanya. Dalam Seni urban seni grafik ini
direpesentasikan melalui poster-poster yang berisi himbauan ataupun
propaganda akan hal tertentu.
• Seni Fotografi
Seni yang menggunakan alat sebuah kamera yang digunakan untuk
mencari momen-momen penting ataupun unik dalam kehidupan. Biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Merupakan seni patung dan artefaknya seni urban. Urban Toys untuk
pertama kalinya diperkenalkan oleh orang-orang Jepang dan Hongkong,
dan mulai berkembang pada tahun 90an-akhir ke kawasan lainnya (Eropa
dan Amerika Serikat), banyak desainer-desainer dari barat juga akhirnya
terlibat dalam keasikan membuat “mainan ini”, karena mungkin fleksibilitas
dan adaptasi dari benda ini yang sangat luar biasa, sehingga sewaktu
waktu benda ini bisa berubah menjadi apapun, dan dan dapat di silangkan,
atau dikawinkan dengan tokoh tokoh yang sudah ada, dan popular
(Superhero, Corak Bendera Negara, atau malah art sekalipun).
Urban toys biasanya dibuat dari plastik, dibuat secara terbatas dari mulai
500 sampai 2000 pcs per designnya, tetapi pada awalnya untuk model
prototype awal dan limited series dibuat dari resin. Ada juga yang terbuat
dari kayu karet dll, Sebagian orang mengungkapkan bahwa urban toys
merupakan sebuah penganti kanvas bagi seorang seniman untuk
mengekspresikan feeling seninya ke dalam sebuah karya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Seni Instalasi
Seni instalasi merupakan seni tiga
dimensi, dimana pada karya-karya
instalasi ini memiliki maksud yang ingin
disampaikan oleh seniman walaupun
dapat juga diartikan berbeda-beda oleh
setiap orang. Seni instalasi yaitu
(installation = pemasangan) seni yang
memasang, menyatukan, dan
mengkontruksi sejumlah benda yang
dianggap bisa merujuk pada suatu
konteks kesadaran makna tertentu.
Biasanya makna dalam persoalan-
persoalan sosial-politik dan hal lain yang
Gambar 2.10 Karya Seni
Instalasi bersifat kontemporer diangkat dalam
Sumber: Dokumetasi Pribadi
konsep seni instalasi ini.
Hal penting lain yang cukup signifikan dalam Karya Seni Rupa Instalasi
adalah dimana proses berkarya merupakan kesatuan unit penilaian yang
turut menentukan ukuran dan nilai seni. Unsur “peristiwa” atau tepatnya
proses kejadian suatu peristiwa telah dianggap sebagai representasi
sehingga di sini secara otomatis akan terjadi kontak antara objek dan
penonton. Secara kebentukan Seni Rupa Instalasi masih merupakan
sebuah seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai dari ekspresi
yang dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti penggunaan efek
teknologi multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin, lampu (laser),
music,tari (gerak) dan video sampai pada respon terhadap alam yang
dibentuk dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan.
c. Seni Pertunjukan
• Seni theater
Dalam seni urban, seni theater tidak lagi semata-mata mencari bahasa
tubuh lewat pertunjukan-pertunjukannya, melainkan juga mulai
menawarkan tubuh grafis yang menghasilkan metafor-metafor lewat
permainan tubuh dan bayangan tubuh. Ruang dikonstruksi tak lagi sekedar
panggung, melainkan lewat proyeksi tubuh dan bayangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Seni tari
Seni tari pun telah berubah esensinya dalam seni urban. Sebuah
pertunjukan dengan kesadaran grafis yang ikut menentukan eksekusi
visual. Tema-tema yang dimunculkan adalah tema-tema
kekerasan,penyiksaan pada diri sendiri. Makna dari pertunjukannya adalah
usaha menciptakan pencerahan bersama lewat tubuh yang tersakiti yang
bisa di hayati langsung oleh penonton.
• Breakdance
Merupakan salah satu seni urban yang berasal dari barat. Bermula dari
budaya musik hip-hop kaum kulit hitam di Amerika. Breakdance
memadukan gerakan tari yang dinamis dengan musik hip-hop yang
menghentak. Gerakannya cenderung dekat dengan tanah, penuh dengan
atraksi akrobatik dan terkesan patah-patah. Bisa dikatakan sebagai
sebagai penggabungan dengan beladiri capoeira.
• Trethek
Seni urban asli Indonesia yang merupakan salah satu jenis musik yang
pada awalnya dimanfaatkan untuk ronda-ronda malam di lorong-lorong
kampung atau kota-kota besar di Jawa Tengah. Jenis musik ini didominasi
oleh alat musik yang terbuat dari bahan bambu.
• Performance Art
Secara lebih luas gejala atau
bentuk karya seni telah berpadu
antara seni pertunjukan (teater,
tari, musik dan lain-lain) dan seni
rupa. Secara teknik aturan baku
dalam seni gerak (pertunjukan)
maupun seni rupa tidak lagi
dipersoalkandan cenderung
Gambar 2.11 Performance Art yang memiliki unsur improvisasi yang
Memadukan Seni Pertunjukan dan
Instalasi tinggi. Umpamanya juga
Sumber: Dokumetasi Pribadi
dilakukan atas respon konteks
sosial dan politik, situasi atau kondisi yang ada saat ini. Perfomance art
merupakan gejala akan kecenderungan seni kontemporer saat ini, sehingga
yang terlintas ini memiliki kaitan yang erat pula dengan keragaman seni
instalasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
C. Ruang Publik
C.1. Ruang Publik dalam Elemen Kota
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang
memang tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena itu
dengan sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Secara fungsi ruang
publik adalah suatu ruang yang berfungsi mewujudkan keseimbangan kehidupan
manusia. Dari segi pribadi, keseimbangan kehidupan dapat tercipta dengan
menyalurkan ekspresi dan opini pribadi dalam suasana kebersamaan. Dari segi
masyarakat, ruang publik dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan warga kota
yang heterogen.
Elemen ruang publik dalam kota sebagai tempat interaksi masyarakat yang
bebas dikembangkan oleh Habermas, seorang tokoh aliran Frankurt, melalui konsep
the free public sphere (ruang publik yang bebas), di mana masyarakat memiliki akses
atas setiap kegiatan publik. Habermas melihat perkembangan wilayah yang bebas dari
sensor dan dominasi. Wilayah itulah yang disebut dengan public sphere, yakni wilayah
yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini publik yang relatif
bebas.
Penekanan praktek dalam public sphere yakni pertukaran pandangan yng
terbuka dan diskusi mengenai masalah-masalah kepentingan umum dengan
tujuaannya untuk membentuk kepekaan umum (sense of public). Mereka yang terlibat
di dalam percakapan public sphere adalah orang-orang yang privat. Bukan orang
dengan kepentingan bisnis, professional, pejabat maupun politikus.
Tujuan dari ranah publik adalah menjadikan manusia mampu merefleksikan
dirinya secra kritis, baik secara politis, ekonomis dan budaya. Karena menurut
Habermas, tidak ada suatu apapun di dunia ini yang tidak lepas dari unsur
kepentingan, sekalipun ilmu pengetahuan. Maka struktur masyarakat yang
emansipatif di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri adalah struktur yang
ideal.
C.2. Ruang Publik untuk Galeri Seni Urban
Seperti kebanyakan seniman lainnya di kota, para penggiat seni urban juga ingin
menampilkan hasil ekspresi dan gagasannya kepada khalayak ramai melalui sarana
ruang yang masih tersisa di sudut-sudut kota. Sebagai seorang seniman secara naluri
pasti ingin menampilkan karyanya kepada publik, karena ada kerinduan dalam diri
seniman tersebut untuk dapat berinteraksi dan berdialog dengan khalayak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Meletakan seni urban dalam ruang publik berarti menjadikan ruang publik
tersebut sebagai galerinya. Akses yang tidak terbatas dari khalayak menjadikan seni
urban memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkomunikasi dengan masyarakat
sekaligus mendapatkan responnya secara objektif. Bila seni tradisional terobsesi pada
keabadiaan, maka seni urban terobsesi pada pemanfaatan ruang seluas-luasnya.
Memang belum tersedia infrastruktur maupun media untuk menjelaskan apa itu
seni urban kepada masyarakat. Maka saat ini dibutuhkan suatu ruang yang dapat
dijadikan mediasi bagi para seniman dan masyarakat untuk dapat memahami
semangat seni uban itu sendiri. Suatu ruang yang bebas dari hagemoni kekuasaan
dimana setiap pendapat dapat berkembang secara demokratis tapi tetap bertanggung
jawab.
Secara khusus ruang publik adalah dialog antara arsitektur dan senirupa dalam
proses penciptaannya, dengan melibatkan masyarakat dalam permasalahan perkotaan
dan seni budaya, baik lokal maupun global.
D. Bentuk Kontemporer
D.1. Pemahaman Kontemporer
Secara umum kontemporer dapat diartikan sebagai masa kini, sewaktu,
sezaman, waktu yang sama dengan pengamat masa kini. Sementara dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia susunan Badudu dan Sutan Muhammad Zein terdapat tiga
arti leksikal tentang kata kontemporer, yaitu (1) semasa, sezaman; (2) bersamaan
waktu, dalam waktu yang sama; (3) masa kini, dewasa ini. Untuk menjelaskan lebih
lanjut, Badudu memberikan satu contoh kalimat, yakni “Seni kontemporer tidak
bertahan lama” (Badudu-Zein, 1994:714). Dengan contoh ini Badudu ingin
menegaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang akan bertahan sezaman saja.
Dengan demikian, kata masa kini juga berarti sezaman, masa saat sekarang.
Dari makna leksikal di atas tampak bahwa masalah waktu kesezamanan
dan/atau kekinian merupakan batasan tegas konsep tersebut. Pengertian ini jelas
masih sangat umum, bahkan bisa dikatakan ambigu. Bersifat umum sebab tidak
merujuk pada suatu genre, paham, ideologi dan lain-lain. Sementara itu, batasan
waktu masa kini sebagai pengertian kontemporer juga bersifat ambigu. Contohnya
dalam wacana seni rupa Indonesia. Tim penulis buku Sejarah Seni Rupa yang diketuai
Kusnadi, misalnya, menggunakan istilah kontemporer untuk seni rupa zaman
kemunculan Raden Saleh (Kusnadi, 1979:143). Beberapa tahun kemudian, yaitu Thun
1973 kata kontemporer sbagai sebuah istilah digunakan lagi dalam sebuah pameran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Yang lainnya adalah desain Guggenheims Gallery Space di New York karya arsitek
terkenal Fank Lloyd Wright. Disini diperlihatkan desain spiral setinggi enam lantai
dimana terdapat skylight berkaca besar diantara tengah-tengah spiral tersebut yang
menyinari setiap karya seni yang dipajang di setiap lantainya.
Dapat dipahami pendesainan bentuk spiral ini merupakan pengekspresian dari
tujuan pembentukan ruang tersebut sebagai galeri seni yang menuntut bentuk ruang
yang dinamis, unik serta yang terpenting juga dapat menonjolkan karya-karya seni yang
dipamerkan di dalamnya.
Terakhir adalah karya Robert Venturi
Architecture Firm, yaitu Venna Venturi House
yang terletak di Pennsylvania. Sebuah rumah
yang mencerminkan sebuah bentuk yang
fungsional dimana nilai keindahan justru
tecipta dari pengekspresian ruang di dalamnya.
Ruang yang menuntut kesederhanaan dan
fungsi semata sehingga menghasilkan bentuk
Gambar 2.15 Venna Venturi House
Sumber: Microsoft Encarta Reference yang simple dan tidak bertele-tele tetapi tetap
Library
memiliki nilai estetika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Curah hujan bervariasi antar 33mm sampai dengan 496mm. Curah hujan diatas
300mm terjadi pada bulan Januari, Februari dan April. Curah hujan tertinggi yaitu
496mm biasa terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah berkisar antara
3mm smpai dengan 24mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan
tahunan rata-rata adalah 1855mm.
Secara administrasi, Kotamadya Yogyakarta berbatasan dengan Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Magelang di sebelah Barat, Kabupaten Klaten di Sebelah
Timur dan Utara serta Kabupaten Bantul di sebelah Selatan.
E.2. Potensi Kota Yogyakarta
Yogyakarta identik sebagai kota dengan identitas seni dan budaya yang kental.
Dengan banyaknya perguruan tinggi yang mengkhususkan studinya di bidang seni
ditambah dengan karakteristik masyarakat Yogyakarta yang kritis tapi mau menerima
perubahan menjadikan kota ini memiliki iklim yang sangat kondusif untuk berkesenian.
Munculnya komunitas-komunitas seni, sanggar, galeri serta museum-museum seni
menandakan pesatnya perkembangan berkesenian di kota ini.
Yogyakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya,
pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Yogyakarta saat ini
digambarkan sebagai berikut:
a. Sosio Kependudukan
Seiring bertambahnya laju pertumbuhan penduduk akan diikuti juga dengan
pertumbuhan laju ekonomi dan bisnis yang semakin gegas. Dengan demikian akan
pendapatan perkapita akan semakin meningkat.
Yogyakarta sebagai salah satu kota yang paling terkenal di Indonesia mulai menjadi
pusat berbagai macam kegiatan, baik yang berskala lokal, regional, nasional atau
bahkan intenasional tidak terlepas dari hal tersebut. Yogyakarta mempunyai tingkat
laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2005 sebesar 1,87
persen serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 3,97 persen pada tahun
2006 dan 4,46 persen dari tahun 2007 saja.1
Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka mereka semakin menuntut
adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari,
seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi, hiburan, rekreasi, dan
sebagainya.
1
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, Kota Yogyakarta Dalam Angka, 2008
commit to user II‐21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Biennale Jogja
Biennale Jogja berawal pada tahun 1983 ketika
Taman Budaya Yogyakarta bersama Himpunan
Senirupawan Yogyakarta menggelar pameran seni
rupa bertajuk “Biennale Jogja”. Kala itu istilah
Biennale Jogja belum merujuk nama pagelaan
resmi seperti sekarang. Sejak berlangsung
pameran tersebut, beberapa seniman mulai
mencanangkan agenda rutin untuk aktifitas seni
rupa. Dan pada tahun 1988 digelar Biennale Jogja.
Gambar 2.17 Instalasi Pada Konsep pameran lukisan berlanjut sampai tahun
Biennale
Sumber: biennalejogja.com
1992. Tawaran variatif muncul pada tahun 1994.
SEni patung dan instalasi terakomodasi. Dua
biennale setelahnya dilakukan dengan model nyaris serupa. Pada Biennale Jogja
ke-7, muncul dengan tawaran sebagai pamean seni rupa mutakhir.
Biaenale Jogja merupakan pagelaran periodik yang diselenggarakan Taman
Budaya Yogyakarta. Terhitung dari pertama kali diadakan, kegiatan ini sudah
Sembilan kali deigelar. Agenda dua tahunan tersebut terus mengalami
perkembangan signifikan dari tahun ke tahun.
• Perfomance Art Urban Festival (Perfurbance)
Perfurbance merupakan akronim dari Performance
Art dan Urban, yakni festival tahunan yang diinisiasi
Performance Klub (PK) yang diketuai oleh Iwan
Wijono. PK ialah organisasi yang memfokuskan pada
perkembangan performance art di Indonesia.
Perfurbance sebenanya festifal performance art yang
menyentuh langsung ruang-ruang publik (masyarakat
urban) di Jogja. Performance art bisa juga disebut
new media art , merupakan suatu media seni yang
Gambar 2.18 Permonce pada muncul dikarenakan media-media seni konvensional
Gelaran Perfurbance
Sumber:perfurbance4. yang ada tidak cukup mampu menampung ide-ide
blogspot.com
baru senimannya. Dengan kata lain, performance art
bisa menjadi media pertemuan hasil integrasi media-media konvensi yang lahir
sebelumnya. Penyelenggaraan festifal performance art di ruang publik Jogja
bermaksud mencoba mendekatkan seni kepada masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Perfurbance pertama diselenggrakan pada tahun 2005 dan hingga saat ini
tercatat telah berlangsung empat kali. Pada setiap yahun tema yang diangkat
bervariasi, tergantung dari isu-isu urban terakhir.
• Festival Kesenian Yogyakarta (FKY)
Festival Kesenian Yogyakrta (FKY) adalah festival tahunan yang digelar Dewan
Kesenian Yogyakarta. FKY menampilkan aset kesenian Kabupaten serta
Kotamadya DIY dan Nusantara. Pada perkembangannya, FKY menjelma mejadi
festival bertaraf internasional melalui keterlibatan seniman-seniman
mancanegara.
Konsep FKY awalnya muncul dari perbincangan beberapa seniman Jogja setelah
menyaksikan pesta kesenian di Bali pada awal 1989. Mereka berhasrat
menerapkan pesta kesenian serupa di Jogja. Ide tersebut mendapatkan
tanggapan positif dari Dewan Kesenian Yogyakarta dan Pemerintah Daerah
Provinsi DIY., sebab tahun itu pemerintah juga mencanangkan “Tahun Sadar
Wisata”. Maka pada tahun 1989, untuk pertama kalinya pagelaran Festival
Kesenian Yogyakarta diselenggarakan.
FKY bertujuan memelihara citra Yogyakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan
Nusantara, sekaligus menjadi daya tarik wisatawan. FKY juga bemaksud
menggeliatkan sektor ekonomi dan basis ekonomi kota yaitu industri kreatif,
wisata dan pendidikan .
Hingga kini FKY telah digelar sebanyak 21 kali atau berusia 21 tahun. FKY
biasanya diselenggarakan sekitar satu bulan dalam masa libur sekolah,pada Juni-
Juli. Setiap tahunnya FKY tampil dengan ciri dan tema berbeda.
• Jogja Art Fair (JAF)
Jogja Art Fair (JAF) awalnya adalah sebuah perhelatan seni rupa sebagai bagian
dari program Festival Kesenian Yogya (FKY) XX 2008. Tapi pada
penyelenggaraannya yang kedua JAF keluar dari rangkaian acara FKY serta
berdiri independent dan dikelola oleh Heri Pemad Art Management.
JAF digelar dengan harapan bisa menampung dan memperlihatkan berbagai
pencapaian perupa-perupa muda. Secara umum perupa muda biasanya masih
sulit untuk menembus galeri-galeri yang ada di Jogja karena tak banyak galeri
yang mau mengorbit perupa muda. Karya-karya yang ditampilkan dalam JAF
antara lain seni lukis, grafis, kriya, karya tiga dimensi, instalasi, street art,
fotografi, seni video new media art dan lain-lain.
Selain festival-festival yang disebutkan diatas masih banyak lagi festival seni yang
rutin diselenggrakan di Yogyakarta, terhitung ada Beber Seni Jogja, Gelar Seni
commit to user II‐26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pertunjukan Rakyat ISI Yogyakarta, Festifal Film Dokumenter Yogyakarta dan masih
banyak lain.
Acara-acara dan festival seni--khususnya mengangkat seni urban—yang bersifat
kondisionlal natara lain Kode Pos Art Project yang digagas oleh JMF dengan
melibatkan masyarakat, Mural Masuk Kampung, Revitalisasi Kali Code, Sign Art,
Kampung Sebelah Art Project, Midnight Live Mural Project, Project Homesick, Local
Genius Ortodok dan pada puncaknya adalah degelarnya acara Midnight Live Mural
Project.
c. Dukungan Pemerintah Terhadap Perkembangan Seni Urban
Alasan utama mengapa Yogyakarta
bisa sangat berkembanga dalam
bidang kesenian dibanding daerah lain
adalah dukungan maksimal dari
pemerintah setempat. Pemerintah
setempat sadar akan potensi dan basis
ekonomi Yogyakarta salah satunya
adalah pada kesenian yang kemudian
akan memancing datangnya
wisatawan. Oleh karena itu pemerintah
Gambar 2.19 Gelaran Kode Pos Art Project
Yogyakarta sangat mendukung
Sumber: www.google.com
kegiatan berkesenian di kota tersebUt
dengan menciptakan iklim berkesenian yang kondusif, penyediaan sarana dan
prasarana, perizinan yang lebih permissive tanpa birokrasi yang rumit, pengadaan
festival-festival seni rutin dan masih banyak lagi.
Beberapa dukungan pemerintah Yogyakarta pada seni urban:
• Pemerintah Yogyakarta mendukung penuh event Midnight Live Mural Project 2003
• Lomba mural pada dinding kantor pertanian dan kehewanan kota yogyakarta
tahun 2003 yang didukung walikota Yogyakarta saat itu, H. Herry Zudianto
• Sri Sultan Hamengkubowono X yang hadir dan menutup perhelatan pameran seni
rupa bertajuk “0274 art project”, sebuah gerakan sosial dan kebudayaan yang
tergabung dalam proyek kompilasi proyek seni tanda mata mural dan Kode Pos
Sign Art oleh Jogja Mural Forum (JMF) di wilayah Yogyakarta
• Dalam website resminya, Dinas Pariwisata Yogyakarta secara tertulis dan jelas
mendukung keberadaan mural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dalam pembagian wilayahnya, kota Yogyakarta juga dibagi menjadi tiga kawasan
yaitu :
• Kawasan lindung, merupakan kawasan konservasi yang tidak dapat diganggu gugat
kecuali dengan kebijakan khusus yang mendetail. Kawasan ini meliputi wilayah
keraton, wilayah pemerintah dan perdagangan di Jl.Malioboro dan Ahmad Yani, dan
kawasan tugu.
• Kawasan penyangga, adalah kawasan dengan status agak bebas. Kebijakan kota
Yogyakarta menyangkut kawasan ini meliputi tata guna lahan, koefisien lantai
bangunan, dan koefisien daar bangunan ynag ketat dan mengikat. Kawasan ini
meliputi kawasan disekitar kawasan lindung dan wilayah di jalur utama pergerakan
kota. Kawasan ini benyak diperuntukkan untuk bangunan-bangunan umum.
• Kawasan bebas, adalah kawasan diluar kawasan lindung dan kawasan penyangga,
terutama diperuntukkan bagi permukiman, perdagangan dan fasilitas kegiatan
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
menonjol dan cenderung netral untuk lebih menonjolkan karya-karya seni yang
dipamerkan di dalamnya.
Sebagian besar koleksi Selasar Sunaryo Art Space terdiri dari karya-karya patung,
lukisan, instalasi, drawing dan cetakan grafis dari Sunaryo sebagai koleksi utama yang
dipamerkan secara permanen. Di samping itu Selasar juga memiliki koleksi permanen
terpilih yang didapatkan dari donasi dan pinjaman, antara lain: A. Sadali, Haryadi Suadi,
Umi Dachlan, Srihadi, G. Sidharta, Rita Widagdo, T. Sutanto, Gordon Walters dan lain-
lain.
pameran. Baik pameran tunggal, pameran kelompok, seni pertunjukkan, site specific
maupun happening art, diskusi, presentasi slide serta perbincangan seniman.
Bangunan Rumah Seni Cemeti ini bergaya arsitektur vernakular. Hal ini terlihat
pada ruang lobby penerima yang bergaya joglo yang mencirikan bangunan tradisional
jawa. Dari ruang penerima ini pengunjung digiring menuju ke ruang pamer melewati
sebuah ruang selasar dengan salah satu sisi yang terbuka. Terdapat sebuah tanman
hijau kecil berukuran kurang lebih 25 m2 pada sebelah sisi yang terbuka pada
selasar. Di sisi sebelah kanan terdapat ruang penunjang berupa lavatory dan pantry
serta stockroom. Terdapat ceruk dinding yang berisi display buku dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB II
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
seniman dan kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Seni Cemeti yang berada di sisi
kanan dan kiri pitu stockroom.
Ruang Pamer berukuran 105 m2 dengan konsep ruang yang semi terbuka yang
salah satunya menghadap selasar yang menghubungkannya ke ruang lobby penerima.
Ruang pamer dilengkapi dengan sistem
pencahayaan alami dari bukaan atap dan
sistem pencahayaan artifisial dari lampu sorot.
Selain itu juga terdapat suplay listrik dari stop-
kontak untuk suplay listrik karya seni instalasi
Gambar 2.25 Interior Rumah Seni Cemeti yang memputuhkan listrik sebagai energi
Sumber: www.Alambina.net penggerak mekanik atau pada kasusu video
art. Finishing dinding ruang pamer menggunakan warna putih netral tanpa
ormnamentasi. Plafond dibiarkan tanpa finishing untuk pencahayaan alami yang
merata pada seluruh ruang pamer. Sedangkan finishing lantai dari ubin dengan warna
krem merata dari ruang penerima hingga ruang pamer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB III
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
A. Pengertian
Galeri seni yang menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat Yogyakarta pada
khususnya untuk dapat mengekspresikan semangat urbannya malalui karya seni juga
sebagai ruang publik alternatif dengan kekhasan pada pencitraan bentuk bangunan
kontemporer
B. Tujuan
Sebagai wadah untuk dapat berkesenian secara bebas serta memberikan edukasi di
bidang seni bagi masyarakat kota Yogyakarta. Selain itu juga menjadi ruang alternatif
yang bersifat publik dimana memberikan peluang terjadinya dialog-dialog dan interaksi
yang positif diantara msyarakat kota Yogyakarta
III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB III
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
D. Lingkup Pelayanan
Galeri Seni Urban merupakan wadah pengembangan dan penelitian terhadap
perkembangan seni urban secara luas, yang berbentuk ruang publik dan membuka
kesempatan-kesempatan untuk adanya komunikasi dan pertukaran pengetahuan
diantara komunitas seni dan masyarakat. Sebagai hasilnya merupakan konsumsi bagi
masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya pada khususnya dan masyarakat Indonesia
pada umumnya. Galeri Seni Urban mempunyai skala pelayanan pada lingkup regional
dan nasional, serta tidak menutup kemungkinan untuk adanya hubungan pertukaran
informasi dan pengetahuan dengan dunia internasional.
E. Status Kelembagaan
Merupakan lembaga swasta independent yang pengelolaan organisasinya dilakukan
oleh kalangan seniman dan pewakilan warga masyarakat
commit to user
III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB III
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
Direktur
Manajer Administrasi
Wakil Direktur dan Keuangan
III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB III
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
• Kegiatan penciptaan karya seni, yaitu kegiatan penciptaan suatu karya seni. Sesui
karakteristik seni urban, kegiatan ini dimulai dari diskusi dan brainstoming,
eksplorasi content dan eksekusi.
• Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka, yaitu kegiatan diskusi umum terkait dengan
seni urban dan isu kontemporer yang sedang berkembang. Kegiatan ini dapat
diikuti oleh seniman, pengamat dan masyarakat umum. Termasuk dalam diskusi
ini yaitu kegiatan peluncuran buku, pembicaraan seputar seniman kontemporer
dan karyanya, pemutaran film, dan lain sebagainya.
2. Kegiatan Studio Workshop, yang bertujuan untuk pelatihan dan sarana bagi
seniman untuk secara langsung memperkenalkan kepada masyarakat proses
penciptaan karya seni urban, sehingga masyarakat umum dapat lebih memahami
jenis dan kegiatan seni urban. Kegiatan ini berbentuk sebagai kegiatan pelatihan
terbuka, untuk umum dan bersifat non-formal yang diadakan dengan jadwal khusus
yang dapat diikuti oleh peserta dan pengunjung yang berminat.
3. Kegiatan Pengelolaan, yaitu kegiatan administrasi yang meliputi tata usaha,
keuangan, personalia, pemeliharaan bangunan dan kawasan, keamanan, serta
kegiatan koordinasi.
4. Kegiatan Penunjang, dibagi atas:
• Kegiatan Komersiil/Commercial Activity, yaitu kegiatan yang bersifat komersial
namun tidak berhubungan langsung dengan kegiatan jual beli karya seni.
Kegiatan ini difasilitasi oleh toko cinderamata, restauran dan coffe shop serta toko
perlengakapan seni..
• Kegiatan Pelayanan dan Servis
III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB III
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
Seni pertunjukan tersebut akan dapat dipentaskan baik secara outdoor maupun
indoor
2. Kelompok seni rupa (visual arts), yaitu:
• Seni rupa dua dimensi (mural, graffiti, grafik, fotografi, film)
• Seni rupa tiga dimensi (urban toys, patung, instalasi, pahat, ukir)
Sama halnya dngan seni pertunjukan, seni rupa tersebut juga akan dapat
dipamerkan baik secara outdoor maupun indoor
commit to user
III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB III
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
4. Kurator
Bertanggung jawab akan segala macam kgiatan yang berlangsug di dalam galeri
seni urban. Terdiri dari para oang-orang yang memiliki pengetahuan lebih di bidang
seni dan bertugas mmberikan informasi bagi pegunjung, menilai dan menganalisa
suatu karya seni, menentukan metode penyimpanan dan pameran karya seni serta
mengatur dan mengoganisir acara-acara yang diadakan di galeri seni urban’
5. Pengelola
Bertugas mengelola manjemen dari organisasi galeri seni urban, terdiri dari:
• Direktur dibantu dangan Wakil Direktur
Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang berjalan galeri seni urban
• Sekretaris membantu tugas dan tanggung jawab yang dijalankan oleh Direktur
dan Wakil Direktur
• Manajer administrasi an keuangan
• Manajer program yang terdiri dari kurator pelaksana harian dan coordinator
commercial area
• Manajer informasi dan penelitian yang tediri dari dokumentasi dan kepustakaan,
front desk officer dan litbang teknologi dan informasi’
• Manajer keamanan dan perawatan yang terdiri dari koodinator perawatan dan
rumah tangga serta koordiantor keamanan.
commit to user
III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
A. Analisa Makro
A.1. Proses Penentuan Pemilihan Lokasi
Analisa bertujuan untuk mendapatkan lokasi dan site perencanaan di dalam
wilayah kota Yogyakarta yang sesuai untuk perencanaan dan perancangan Galeri Seni
Urban yang direncanakan serta mampu mendukung fungsi bangunan tersebut.
Kriteria pemilihan lokasi:
Area bebas banjir, berada dalam area pengembangan pariwisata seni dan
budaya serta bukan dalam lingkup area kawasan industri.
Dilalui oleh jalur utama transportasi kota, sehingga terdapat kemudahan
akses baik dari dalam kota maupun dari luar kota Yogyakarta.
Berada pada distrik fasilitas seni dan budaya
Lokasi mudah dikenal dan diingat masyarakat.
Mudah ditemukan dan mempunyai kekhasan tersendiri sebagai kawasan seni
dan budaya.
Analisa:
Dari dasar pertimbangan di atas, diambil dua alternatif dan dilakukan
pengamatan terhadap kawasan terpilih. Tiga alternatif kawasan adalah Jl. Adi
Sucipto, Jl. Urip Sumoharjo dan Jl. Pangeran Mangkubumi.
Tabel 4.1 Analisa Pemilihan Lokasi
Kesesuaian Aksesibilitas Nilai Ekspos Ketersediaan Kekhasan
Lokasi
Peruntukan Transportasi Bangunan Infrastruktur Daerah
Jl. Adi Sucipto Berada pada Dilewati Tidak terlalu Listrik, air dan Hanya
distrik angkutan tinggi drainase merupakan
perdagangan kota Trans dikarenakan tersedia jalur
Jogja dan tidak adanya tetapi tidak transporatsi
bis-bis dari objek penarik ada fasilitas utama natar
dank ke arah di sekitar budaya yag Jogja dan
Solo lokasi mendukung Solo
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Lokasi yang dipilih yaitu kawasan Jl. Pangeran Magkubumi. Kawasan ini terletak
di antara jalur wisata Malioboro, Keraton Yogyakarta, Taman Pintar Yogyakarta
dan sekitar Tugu, dekat dengan Stasiun Tugu sebagai noda transportasi bagi
pengunjung dari luar kota, dilewati trayek Bus Trans Jogja sebagai alternative
utama transportasi dalam kotadan merupakan daerah pengembangan pariwisata
seni dan budaya.
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Site merupakan lahan dengan luasan ± 12.000 m2, dengan batas-batas sebagai
berikut:
− Utara : Pertokoan
− Timur : Pemukiman penduduk dengan ketinggian 2 lantai
− Selatan : Gedung Kedaung Yogyakarta.
− Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi
B. Analisa Mikro
B.1. Analisa Pola Kegiatan
Pola pelaku kegiatan merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang terjadi pada Gleri
Seni Urban Yogyakarta, terdiri dari kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung, urator,
seniman dan pengelola.
Pada umumnya pola kegiatan seniman tidak dapat ditentukan secara pasti
dikarenakan karakteristik dari seniman dan seni itu sendiri yang tidak terbtas oleh
waktu dan ruang gerak. Oleh karena itu pola kegiatan ditentukan sebebas mengkin tapi
tetap dengan batasan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan.
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
- ibadah
D. Kegiatan - parkir - area parkir pengelola
Pengelolaan - aktivitas direktur - r. direktur utama
- keg. Wakil direktur - r. tamu
- keg. Administrasi dan keuangan - r. wakil direktur
- keg. manajemen program - r. sekretaris
- keg. manajemen bagian informasi dan penelitian - r. manajer administrasi keu.
- keg. manajemen keamanan dan perawatan - r. staf administrasi keu.
- komputerisasi data/arsip - r. manajer program
- rapat - r. manajerinfo dan penelitian
- ibadah - r. staf dokumentasi dan
- metabolisme kepustakaan
- keg. penerimaan - r. litbang tek. informasi
- keg. perawatan bangunan - r. manajer keamanan dan
- keg. pengoperasian utilitas ba-ngunan perawatan
- keg. Pengamanan - r. koor. dan staff keamanan
- penyediaan fasilitas makan/ minum - r. koor. dan staff perawatan
dan rmh tangga
- r. arsip
- r. rapat
- dapur/pantry
- musholla
- lavatory
- gudang alat kebersihan
- r. genset
- r. trafo
- r. panel listrik
- r. mesin AC
- r. pompa
- tangki air
- gudang
- r. satpam/pos jaga
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
dalam ruang dengan dimensi alat gerak yang digunakan serta flow gerak atas
dasar tujuan tuntutan dan karakter kegiatan, ditentukan sebagai berikut:
• 5%-10% = standart minimum
• 20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi
• 30% = tuntutan kenyamanan fisik
• 40 % = tuntutan kenyamanan psikologis
• 50% = Tuntutan spesifik kegiatan
• 70%-100% = Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Proses penentuan besaran ruang yaitu sebagai berikut:
TOTAL 4346,24 m2
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
RUANG KAPASITAS
Art Shop Studi banding dengan Selasar
SB 1 unit 60,00 m2
Sunaryo Art Space
Area Duduk NAD Estimasi tersedia 30-40 meja
150 x 1,90
Coffee Shop 1,30 – 1,90 150 orang @ 4 org 399,00 m2
Flow 40%
m2/org
R. Counter Kasir NAD 1 unit, 2 2 staff penjaga kasir, 1 org utk art 2 x 5,50
12,00 m2
5,50 m2/org orang shop, 1 org utk coffee shop Flow 10%
Dapur & Bar Studi banding dengan
PHS 1 unit 50,00 50,00 m2
McDonald’s Cafe
Gudang Kering PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
Gudang Basah PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
R. Manager Ruang kerja untuk 1 org manager
25,00
Commercial Area NAD 1 unit dengan kegiatan pengelolaan 30,00 m2
Flow 20%
area komersiil
R. Staff 1 unit, 10 Dihitung 10% dari total luasan
PHS 10% x 399,00 39,90 m2
Commercial Area orang area coffee shop
Toilet + Locker 2 unit, unit Dihitung masing-masing setengah
Karyawan NAD pria & unit dari luasan ruang kerja staff 2 x 26,6 53,20 m2
wanita
Toilet umum NMH
Pria: 21-30 org 5,48 m2
2 WC 2 x 1,80
2 urinoir 2 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 21-30 org 4,68 m2
2 WC 2 x 1,80
2 wastafel 2 x 0,54
Luas 704,26 m2
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2 urinoir 2 x 0,40
2 wastafel 2 x 0,54
Wanita: 21-30 org 4,68 m2
2 WC 2 x 1,80
2 wastafel 2 x 0,54
Luas 856,32 m2
d. Kegiatan Pengelolaan
NAMA JUMLAH/
PENDEKATAN KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
RUANG KAPASITAS
Ruang tamu + Disamakan dengan entrance hall
PHS 30,00 30,00 m2
Front Desk pada perpustakaan
R. Direktur NAD Diperuntukan bagi 1 orang
1 unit, 1 35,00
15,00-36,00 direktur utama 45,50 m2
orang Flow 30%
m2/org
R. Wakil Direktur NAD Diperuntukan bagi 1 orang
1 unit, 1 30,00
(General 15,00-36,00 kegiatan managerial 36,00 m2
orang Flow 20%
Manager) m2/org
R. Sekretaris NAD Diperuntukan bagi 1 org
1 unit, 2 2 x 10,00
8,00-12,00 sekretaris utama & 1 org asisten 24,00 m2
orang Flow 20%
m2/org
R. Manager NAD Diperuntukan bagi 1 org
1 unit, 1 12,00
Administrasi & 8,00-12,00 pengelola bagian administrasi 14,40 m2
orang Flow 20%
Keuangan m2/org
R. Staff Diperuntukan bagi 1 org
Administrasi & NAD 1 unit, 3 koordinator & 2 org staff 3 x 5,50
19,80 m2
Keuangan 5,50 m2/org orang Flow 20%
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Ruang tamu + +++ +++ + +++ Sebagai area penerima pengunjung Ruang yang terbuka sebagai kamuflase
Front Desk pada pusat informasi dan dari lebar massa bangunan yang tidak
pengelolaan, terbuka dan bersifat begitu besar, view mengarah ke danau
publik buatan
R. Direksi & +++ +++ ++ ++ Ruang-ruang direksi dan sekretaris Bukaan ruang yang tidak begitu besar
Sekretaris dibuat dengan mengikuti grid menciptakan arah view pribadi yang
terbesar, dengan privasi tinggi memberikan kenyamanan bagi
namun tetap memiliki bukaan untuk pengguna ruang sekaligus privasi
keleluasaan kegiatan dan terhadap kegiatan di luar ruangan
menciptakan kontak visual dengan
ruang di luarnya
R. Manager & +++ +++ ++ ++ Ruang-ruang dibuat dengan privasi View-view terbuka memberi keleluasaan
Staff yang lebih rendah tanpa sekat- bagi staff dan kenyamanan view.
sekat untuk mendukung Bukaan diarahkan ke area taman hijau
keleluasaan kegiatan antar bagian untuk tetap menciptakan privasi kerja
bidang
R. Rapat +++ +++ ++ ++ Ruang rapat memiliki privasi tinggi Dinding kaca diarahkan menuju bukaan
namun dibuat terbuka, agar ruang lebar pada sisi bangunan, agar ruang
tidak gelap ketika tidak digunakan tetap dapat menjadi elemen visual yang
menarik bagi ruang pengelolaan meski
tidak digunakan
R. Arsip + +++ +++ ++ Ruang dibuat dengan privasi tinggi
dan dinding masif sebagai penjamin
keamanan arsip
AREA KEGIATAN SERVIS
R. Keamanan +++ +++ + ++ Ruang keamanan diposisikan pada
(CCTV) area penghubung antara ruang
servis dengan ruang pengelola,
untuk mengawasi kegiatan loading
barang
Toilet + Locker + +++ +++ ++ Ruang-ruang tertutup untuk
Karyawan mewadahi kegiatan loker karyawan,
dinding masif dimanfaatkan untuk
menyamarkan kolom struktur
Dapur + Kantin ++ ++ + ++ Dibuat terbuka namun tertutup dari Kenyamanan view kearah path dan area
akses publik, langsung taman hijau serta privasi yang tinggi
berhubungan dengan ruang-ruang menjadikan ruang ini fleksibel dan
servis yang lain dan diposisikan memadai sebagai ruang istirahat staff
pada sisi path masuk tapak untuk fasilitas
menutupi ruang servis dari visual
pengunjung
Gudang + ++ ++ ++ Langsung terhubung dengan loading Ruang yang tertutup diberikan
dock, dibuat tertutup untuk menjaga pewarnaan dinding ruang yang terang
keamanan barang-barang yang sehingga tidak menggunakan terlalu
disimpan di dalamnya banyak pencahayaan buatan
Loading dock + ++ + +++ Terbuka langsung menuju pintu side
entrance yang berfungsi sebagai
akses servis, dibuat cukup luas
untuk kegiatan loading
Musholla ++ ++ +++ +++ Dibatasi oleh sekat berupa dinding Bukaan memberikan arah view yang
bata dan dengan arah view menuju luas keluar ruangan, namun jarak
ruang luar bangunan dar pedestrian tetap dapat
mempertahankan privasi ruangan
Keterangan:
+ : kurang perlu/ kurang berpengaruh
++ : perlu / berpengaruh
+++ : sangat perlu / sangat berpengaruh
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Secara umum pergerakan angin di Indonesia adalah dari arah tenggara menuju
barat daya atau sebaliknya, tapi kondisi iklim secara mikro tidak selalu sesuai
dengan hal tersebut dikarenakan banyak faktor, seperti vegetasi, bangunan di
sekitar, dll. Pada site sendiri arah angin yang dominan adalah dari arah utara dan
tenggara, Angin yang kuat bertiup dari arah Jl. Pangeran Mangkubumi di bbarat
menuju pemukiman di timur.
commit to user
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni
S Urban Yo
ogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pad
da Pencitraa
an Bentuk Baangunan Kon ntemporer
Gambar
G 4.9 Ana
alisa Kebisingan
Sumber:
S Dkume entasi Pribadi
B.6
6. Analisa View dan Orien
ntasi
Analisa orientasi ba
angunan de
engan mem
mpertimbangkkan arah view
v tapak
ditujukan
n untuk kem
mudian mem
mbantu dalam penentua
an arah dessain massa
bangunan pada tapakk, dengan pe
ertimbangan sebagai
s berikut:
• Arah orientasi yang baik (good
d) memiliki potensi seb
bagai arah desain
d bagi
fasade utama fasilittas yang menarik baik da
ari arah dalam fasilitas maupun
m dari
luar site
e.
• Arah orrientasi yangg kurang baik (ok) disele
esaikan denggan elemen-e
elemen site
yang menarik
m agar pengunjungg tetap mend ew yang baik dari arah
dapatkan vie
fasilitass menuju ke arah luar.
Analisa:
View yan
ng paling po
otensial ada
alah view ke arah dae
erah Tugu dan
d daerah
o. View menuju site pun berpotensi terlihat dari arah Stasiun
Malioboro n Tugu dan
daerah Tugu sepanjang Jl. Pangerran Mangkub
bumi.
commit to user
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Zona Pameran Berhubungan dekat Tidak perlu terlalu Tidak terlalu butuh Butuh
dengan dengan zona dekat dengan kenyamanan noise pencahayaan
pertunjukan serta entance yang tinggi maksimal
pendidikan dan
pengelolaan
Zona Berhubungan dekat Jauh dari entrace Membutuhkan Tidak butuh
Pertunjukan dengan dengan zona kenyamanan noise pencahayaan
pameran makimal
Zona Pendidikan Dekat dengan zona Dekat dengan Tidak terlalu buth Tidak terlau
dan Pengeolaan pameran entrance kenyamanan noise butuh
yang tinggi pencahayaan
makimal
Sumber: Analisa Pribadi
B.8. Analisa Sirkulasi
Sebagai ruang publik maka pengaturan sirkulasi dalam tapak sangat penting,
terutama agar dapat menciptakan kenyamanan manusia pengguna/user, maka
diusahakan agar sirkulasi kendaraan tidak mengganggu aktivitas manusia yang
terjadi dalam tapak. Maka kemudian jenis sirkulasi pada tapak dibagi menjadi
beberapa macam:
Sirkulasi manusia
Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi service
Ada beberapa jenis sirkulasi yang dapat digunakan sebagai alternatif, yaitu:
commit to user
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Analisa:
Karakteristik para seniman urban yang cenderung bebas dan tidak terikat
diwadahi melalui konsep sirkulasi radial memutar untuk kendaraan. Sebagai
pusat adalah ruang pameran sebagai penghubung antar ruang terbuka (art
garden) di tengah bangunan. Ruang tebuka ini menjadi titik tolak dari semua
sirkulasi kegiatan. Para seniman bebas memilih kegiatan sesuai dengan yang
dikehendakinya. Untuk pedestrian, sirkulasi yang digunakan adalah
jenissirkulasi dengan pencapaian frontal untuk lebih mengundang pedestrian
masuk dan berkegiatan di Galeri Seni Urban Yogyakarta.
commit to user
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi
Sumber: Dkumentasi Pribadi IV-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
>> Bentuk segi empat sesuai dengan pola ruang pameran dan
pertunjukan dikarenakan kefleksibelitasannya serta efisiensinya yang
tinggi. Tidak membingungkan dan langsung megarah kepada objek
yang dipamerkan
Mudah dalam pengolahan sirkulasi, namun sukar dalam
Segitiga
pengembangan dan kurang memiliki efisiensi ruang. Memiliki kesan
tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi
segitiga.
Bentuk yang aman digunakan adalah bentuk sederhana, fleksibel dan dengan
pemanfaatan ruang yang tinggi, maka dipilih bentuk dasar massa segiempat.
Untuk pengembangannya, bentuk dasar segiempat dimodifikasi melalui teknik
mengubah bentuk yaitu perputaran, peregangan, perputaran dan pergeseran.
Untuk Alteratif sistem tata massa adalah sebagai berikut:
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Sistem massa tunggal >>Massa bangunan tunggal memberi tatanan ruang yang
mampu mengurangi interaksi sosial, aktivitas penggunanya lebih
bersifat kedalam sehingga aktivitas sosial kurang hidup.
>>Memiliki karakter yang cenderung kaku dengan orientasi di
dalam bangunan yang memusat dengan view keluar ke segala
arah.
Sumber: DK. Ching
Dari ketiga alternatif diatas, dipilih sistem hibrida antara gabungan massa
dengan massa tunggal. Masing-masing zona kegiatan kan memiliki massanya
sendiri, tapi digabung sehingga menjadi satu-kesatuan bangunan tunggal,
dengan pertimbangan utama mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi
sosial, yang memang sangat dibuutuhkan oleh suatu galeri seni yang juga dapat
berfungsi sebagai ruang publik alternatif. Selain itu, sistem massa seperti ini
mampu memberi privasi yang tinggi terhadap ruang-ruang dalam masing-masing
kelompok kegiatan.
Untuk alternatif pola organisasi massa adalah sebagai berikut:
IV-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
hubungan bersama
walaupun berbeda dalam
ukuran, bentuk dan fungsi.
Suatu urutan linear dari Bentuk ini dapat
ruang-ruang yang terulang, menimbulkan individualitas
fleksibel dan dapat bereaksi yang tinggi karena tidak
pada macam-macam kondisi. terbentuk ruang-ruang
Pola linear
Mampu beradaptasi dengan bersama untuk
perubahan topografi. bersosialisasi, masing-
masing bagian memiliki
teritori sendiri.
Bentuk radial ini mempunyai Merupakan bentuk yang
jalan yang berkembang dari menggabungkan bentuk
Pola radial atau menuju sebuah titik memusat dan linear.
pusat gabungan dari unsur
linear dan terpusat.
Suatu pusat ruang dimana Semua aktivitas dominan
sejumlah ruang memusat dan hal ini baik
dikelompokkan. Bentuk untuk membentuk ruang
Pola memusat secara relatif kompak dan bersama.
secara geometris dapat
digunakan untuk
menentukan titik pusat.
Ruang-ruang yang Memberikan kebebasan
dikelompokkan oleh letaknya ruang antar bagianny dan
secara berhubungan. dapat menciptakan ruang-
Pola cluster
ruang terbuka dimana akan
terjadi komunikasi
didalamnya.
Sumber: DK. Ching
Dari alternatif pola organisasi massa di atas, dipilih massa radial. Pola organisasi
ini sesuai dengan sistem tata massa gabungan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Galeri Seni Urban Yogyakarta yang direncanakan memiliki banyak
sub kegiatan dimana setiap sub kegiatan tersebut harus dapat saling terhubung
dan membentuk jalinan interaksi satu dengan yang lainnya. Dengan pola radial,
walau terkesan berdiri sendiri,antar sub kegiatan tetap disatukan oleh suatu
pusat kegiatan utama.
Konsep budaya Jawa diwujudkan pada zonifikasi massa sesuai dengan zonifikasi
dalam rumah tradisional Jawa pada umumya. Pada bangunan Jawa terdapat
suatu pola tingkatan hirarki ruang dimana semakin ke dalam memiliki tingkatan
yang lebih privat. Prinsip tersebut diterapkan pada Galeri Seni Urban yang
direncanakan sebagai berikut:
• Pintu masuk: pintu masuk ke suatu daerah pada bangunan Jawa
menggunakan bentuk-bentuk seperti gapura atau pintu gerbang.
commit to user
IV-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan, pintu masuk pada main entrance
pedestrian merupakan sculpture berbentuk gunungan/kayon dalam
pewayangan sebagai salah satu eye catcher.
• Halaman depan (publik): Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan memiliki
suatu open space atau taman pada bagian depan, setelah pintu masuk. Open
space tersebut dikatakan berfungsi sebagai ‘alun-alun’ bagi Galeri Seni Urban
yang direncanakan.
• Pendopo (semi publik): Fungsi pendhopo sebagai tempat menerima tamu
sesuai dengan fungsi lobby dan front office, sehingga lobby dapat dianggap
sebagai pendhopo.
• Dalem (semi privat): Dalem merupakan pusat dari rumah Jawa dimana
kehidupan yang mencerminkan tradisi atau budaya Jawa tampak di dalamnya,
mulai dari kegiatan yang sederhana hingga kegiatan yang bersifat perayaan.
Bagian ini dapat diisi dengan fungsi-fungsi inti dari Galeri Seni urban, seperti
ruang pameran tetap dan kontemporer, ruang serbaguna, ruang pertunjukan
dan ruang audiovisual
• Senthong (privat): Dalam bangunan Jawa terdapat tiga buah senthong yang
memiliki fungsi yang berlainan. Senthong kiwa sering digunakan sebagai
tempat untuk menyimpan baranag-barang berharga atau keramat. Senthong
tengen digunakan sebagai tempat beristirahat. Sedangkan senthong tengah
memiliki tingkat yang lebih sakral, digunakan sebagai tempat untuk
melakukan pemujaan atau berdoa kepada Tuhan. Pada Galeri Seni Urban
yang direncanakan, hal tersebut diterjemahkan sebagai zona pengelolaan,
karena zona tersebut merupakan zona dengan tingkat privasi yang relative
lebih tinggi
commit to user
IV-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Terbuka
• Mengundang
Sebagai wujud pelestarian pencitraan bentuk kontemporer:
• Kontras
• Double Coding
• Metaforik dan humoris
Analisa:
Ekspresi bangunan adalah ekspresi dari suatu pencitraan bentuk bangunan
kontemporer dimana dilakuka dengan menerapan unsur campuran eklektis
antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks
khas arsitektur kontemporer.
Berbagai gaya yang disinkronisasikan adalah gaya –gaya dan langgam arsitektur
yag penah eksis di Indonesia dan Yogyakarta padakhussnya dengan segala ciri
khas dan keunikannya. Langgam dan gaya-gaya tersebut adalah:
Tabel 4.11. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di Indonesia
Gaya/Langgam
Contoh Gambar Ciri Khas
Arsitektur
Arsitektur Kolonial Penggunaan kolom yang besar
Jendela-jendela dengan bukaa
besar
Bentuk denah yang simetris
Penggunaan ornament klasik
pada list tembok
Terkesan elegant dengan warna
yang bersih
commit to user
IV-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Setiap masing-masing kelompok kegiata akan mewakili salah satu gaya/langgam arsitektur yang
pernah eksis di Indonesia diimana zona keiatan pendidikan dan pengelolaan akan
mengekspresikan arsitektur kolonial yang kaku tapi elegant, zona pameran akan mengekspresikan
arsitektur modern yang dinamis dan zona pertunjukan akan mengekspresikan arsitektur
tradionalJawa yang megah tapi tetap rendah hati.
Setiap langgam ini kan diselangkan dan digabungkan menjadi satu kesatuansehingga akan
meimbulkan pemaknaan baru, dimana pemaknaan baru ini yang menajdi ciri khas utama suatu
bentuk kontemporer yaitu kekinian. Berikut beberapa bangunan yang menyilangkan dua unsure
dalam desainnya.
commit to user
IV-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
¾ Sign lighting
Untuk memberikan kemudahan dalam membaca
tanda-tanda yang disediakan di suatu kawasan.
commit to user
IV-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
¾ Pond lighting
Mampu menerangi kolam atau taman air karena
lampu ini mempunyai kemampuan untuk
memberikan pencahayaan di bawah air.
¾ Path lighting
Digunakan untuk menciptakan pola simetris
pencahayaaan untuk pengarahan. Lampu ini
diletakkan di sepanjang jalan setapakatau
perbedaan ketinggian pada lansekap.
IV-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
− Fleksibilitas bentuk tinggi dan sesuai dengan tuntutan kegunaan dan kondisi
bangunan
Beberapa alternatif sistem sub struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
− Sumuran
− Tiang pancang
− Footplate
− Rakit
2. Sistem super struktur
Sistem super struktur adalah struktur tengah yang merupakan bagian tengah
menyalurkan beban-beban ke pondasi. Kriteria-kriteria terkait struktur tengah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
− Mampu mendukung ekspresi bangunan
− Kemudahan pelaksanaan
− Mampu menahan beban yang diakibatkan oleh gaya angin dan gempa
sehingga menghasilkan bangunan yang kaku, stabil dan kuat
Beberapa alternatif sistem super struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
− Struktur rangka
− Struktur dinding pemikul
− Gabungan sistem rangka dan dinding pemikul
Keseluruhan alternatif tersebut nantinya diterapkan pada komponen-
komponen struktur yang terdiri atas struktur dinding, dan struktur atap,
dimana dalam pemakaiannya berdasarkan pertimbangan:
− Hubungan bentang kolom
− Efisisensi bahan
3. Sistem upper struktur
Sistem upper struktur adalah struktur atas yang merupakan struktur penutup
atap pada bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur atas yang digunakan
dalam perancangan antara lain:
− Karakternya sesuai dengan fungsi dan bentuk bangunan
− Kesesuaian dengan filosofi wadah
− Sesuai dengan iklim tropis
− Mudah dalam pelaksananaan dan perawatan
Beberapa alternatif sistem upper struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
commit to user
IV-34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
− Konstruksi beton
− Konstruksi atap(dak, rangka baja, dome, shell structure)
− Konstruksi kayu
B.13.Analisa Pencahayaan
Dasar pertimbangan :
• Bagi obyek pamer 2 dimensi :
¾ Cahaya memungkinkan untuk dapat menampilkan detail obyek pamer,
sehingga pengunjung dapat dengan lebih mudah melakukan pengamatan.
¾ Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
• Bagi obyek pamer 3 dimensi :
¾ Cahaya memugkinkan untuk dapat menampilkan detail.
¾ Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
¾ Cahaya memungkinkan untuk dapat menyatakan tekstur, bentuk, serta
baying-bayang (modelling), yang dapat dicapai dengan beberapa penerangan
setempat.
Sistem pencahayaan dalam bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
commit to user
IV-35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni
S Urban Yo
ogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pad
da Pencitraa
an Bentuk Baangunan Kon ntemporer
bangunan
Sumber : Mate
eri Kuliah Fisika Bangunan II ( Ir.B. Heru S, MAPP.SC )
Dalam bangunan
b ini ini diguna
akan kedua macam pencahayaan baik alami
maupun buatan
• Pencah
hayaan Alamii
Diperoleh melalui suatu
s bukaan
n yang berup
pa jendela attau dinding kaca
k dalam
bangun
nan maupun
n skylight yyang biasa didesain un
ntuk mempe
eroleh nilai
a yang baik,, misal pemberian skylig
estetika ght pada pla
aza/atrium utama,
u dan
ruang pameran
p kon
ntemporer ga
aleri .
• Pencah
hayaan Buata
an
Selain sebagai sisstem penera
angan umum
m (hall, dan ruang - rua
ang umum
lainnya) pencahaya angan khusus ( lokal)
aan dipakai sebagai sisstem penera
seperti ruang audio
o visual, serrba guna, ru
uang pamera
an tetap, insstalasi, dan
perpusttakaan. Untuk itu diperrlukan suatu
u pemilihan lampu dan peletakan
lokasi yang
y tepat.
Cahaya dalam ruang pameran yang dimungkinkan mendukung
m p
penampilan
obyek:
1) Penera
angan umum
m (general ligghting )
• Fluo
orescent lam
mp di belakan
ng translucen
nt ceiling :
− Memberikan
M sinar yang merata/
m penu
uh
− Monotone
M
• Cah
haya tak langgsung (pantulan dari ceiling)
− Memberikan
M cahaya yangg lembut/ en
nak, baik (ple
easant)
− Tak
T cukup memberikan
m p
penekanan bagi
b obyek pa
amer
Cah
haya tak langsun
ng Penerangan um
mum
• Spo
ot light di dalam ceiling
− Mendramatis
M sir obyek pam
mer
− Tak
T cukup memberikan
m p
penerangan umum
u
commit to user
IV-36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni
S Urban Yo
ogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pad
da Pencitraa
an Bentuk Baangunan Kon ntemporer
Cahaya langsung
• Cah
haya di atas obyek
o pamerr
− Ekonomis
E
− Memberikan
M cahaya langgsung bagi ob
byek pamer
− Memberi
M pen
nerangan um
mum (refleksi ceiling)
− Kurang
K kontrras (antara penerangan
p d obyek pa
dan amer)
2) Penera
angan setem
mpat (obyek p
pamer)
• Da
ari satu sumb
ber
Pe
enerangan setem
mpat
Dua sum
mber cahaya di attas dan di
• Dari empat su
umber bawah obyek pammer
− Memperjela
as obyek
− Kurang konttras
− Kurang terd
dramatisir
Empat sumber cahaya di atas dan
d
di bawah obyek pamer
commit to user
IV-37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni
S Urban Yo
ogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pad
da Pencitraa
an Bentuk Baangunan Kon ntemporer
Men
nimbulkan glare : harus dihindarkkan Menimbulkan bayangan : harus dihindarkan
G
Gambar 4.12 S
Sistem Jaringan Air Bersih denggan Down Feed
bution
Distrib
B.1
14.2.Analisa Sistem Air Kotor
K
commit to user
IV-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dalam sistem ini air kotor dari lingkungan dibedakan dalam 2 jenis yang
antara lain:
a. Air kotor dari WC dan Kamar mandi, bersifat padat yang berasal dari WC
dan toilet dibuang langsung ke septic tank dan menuju sumur peresapan.
b. Air kotor dari daerah service (dapur/pantry), bersifat cair yang berasal dari
kamar mandi dan daerah service dibuang langsung menuju riol kota.
Khusus untuk yang berasal dari dapur/pantry terlebih dahulu ditampung
pada bak perangkap lemak. Skema distribusinya sebagai berikut:
Skema distribusinya sebagai berikut:
commit to user
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Keterangan:
− Transformer berisi : saklar utama, trafo, dan sekring.
− Main Switch board berisi : saklar/pemutus sirkuit, dan meteran.
− D.P adalah panel distribusi utama
− L.A.P: Lighting and Appliance Panel, panel untuk pemakaian lighting dan
aplikasi lainnya
commit to user
IV-42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
IV-43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB IV
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
IV-44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Keterangan site
1. Luas site perencanaan 12.000 m2
2. Batas-batas site perencanaan:
• Utara : Pertokoan
• Timur : Pemukiman penduduk
dengan ketinggian 2 lantai
• Selatan : Gedung Kedaung
Yogyakarta.
• Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi
3. Site memiliki kontur relatif datar, dengan
kondisi sekitarnya berupa bangunan
dengan ketinggian satu hingga dua
lantai. Building Coverage disekitar
kawasan adalah sekitar 50% - 75%
dengan ketingian maksimal bangunan
32 m
B. Konsep Peruangan
1. Pelaku Kegiatan
• Pengunjung
• Kurator
• Seniman
• Pegelola
commit to user
V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2. Macam Kegiatan
a. Kelompok Kegiatan Utama/Pengembangan
• Kegiatan Pameran
• Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film
• Kegiatan Penciptaan Karya Seni
• Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka
• Kegiatan Studio Workshop
b. Kegiatan Pendukung
• Kegiatan Komersil (Coffe Shop dan Art Shop)
c. Kegiatan Penunjang
• Kegiatan Perpustakaan
• Kegiatan Konservasi
d. Kegiatan Pengelola
3. Konsep Layout Peruangan
a. Konsep Layout Peruangan Kelompok kegiatan Utama/Pengembangan
Layout ruang bersambung dari entrance utama di depan menuju hall penerima
kemudian langsung ke ruang pamer untuk menciptakan kesan ruang yang
terbuka. Ruang pamer dihubungkan dengan selasar menuju Hall tunggu bagi
ruang serbaguna dan audiovisual. Hal ini bertujuan untuk membentuk sekuens
ruang yang tidak terputus.
commit to user
V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
V-3
Gambar 5.2 Konep ME/SE
dan Sirkulasi
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Jalur Sirkulasi pedestrian direncanakan dibagi dua jalur untuk masuk dan keluar
dengan lebar masing-masing jalur. Material yang digunaka adalah paving block yang
menyatu dengan trotoar.
D. Konsep Klimatologi
Yang paling membutuhkan penghawaan dan pencahayaan alami adalah kelompok
kgiatan pengelola dan dan pendidikan. Dikarenakan arah angin yang bertiup kencang
commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
berasal dari arah barat dan timur, maka bukaan massa pendidikan dan pengelolaa
diletakan di arah barat dan timur agar tercipta sirkulasi udara silang. Begitu pula
dengan sina matahari meletakan bukaan di barat dan timur untuk memaksimalkan
masuknya sinar matahari. Bukaan di rencaakan selebar mungkin dengan kajendela-
jendela besar.
Agar tidak terkesan panas, maka di sekeliling site diletakkan vegetasi. Befungsi
E. Konsep Kebisingan
Respon dari noise disekitar site adalh dengan zonafikasi kegiatan menurut
F. Konsep Orientasi
Dikarenakan view yang paling potensial adalah view ke arah daerah Tugu dan daerah
Malioboro serta view menuju site arah Stasiun Tugu dan daerah Tugu sepanjang Jl.
commit to user
V-5
Pangeran Mangkubumi. Ma
aka Orientassi bangunan diarahkan gak
g miring da
an condong
ke arh Stasiun Tugu dan Ma
alioboro serta meghadap
p Jl. Pangeran
n Mangkubum
mi,
onsep GubahanMassa
H. Ko
Gu uang dan tatta ruang pada masing-
ubahan masssa di dasari olehhubunggan antar ru
ma
asing kelomp
pok kegiatan
n. Masing-ma
asing kelomp
pok kegiatan
n seakan-aka
an memiliki
ma
assa sendiri-ssendiri. Masssatersbut adalah sebagai berikut:
• Zona
Z Pendidiikan dan Pam
meran
• Zona
Z Pendidiikan dan Pen
ngelolaan
Gambar 5.1
13 Konsep Zonifikasi Site
Sumber: An
nalisa Pribadi
• Zona
Z Pertunjukan
commit to user
V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Penataan massa dan sirkulasi pada tapak menggunakan konsep radial dan
dengan menciptakan persilangan pada arus sirkulasi/jalan setapak (cross-path)
dengan berlandaskan pada ide yang sama dengan ide pada gubahan massa.
Yang menjadi pusat kegiatan adalah ruang pameran di tengah tapak. Pameran ini
ini yang menghubungkan setiap massa bangunan dan kegiatan outdoor pada
amphitheater dan art garden. Konsep radial untuk menggambarkan sifat seni
urban yang terbuka dan berkembang dengan bebas, sementara konsep
persilangan jalan setapak (cross-path) untuk menggambarkan interaksi-interaksi
yang terjadi secara bebas antara seni dan masyarakat. Jalan setapak/path pada
tapak serta plasa-plasa terbuka dihadirkan sebagai area-area publik dan pusat-
pusat pertemuan untuk memberi peluang bagi interaksi yang luas, serta untuk
memberi peluang bagi seluruh area tapak menjadi ruang pamer dan ruang untuk
berkarya.
V-7
Gambar
G 5.18 Pe
ersilangan Antar Langgam
Sumber:
S Analisa
a Pribadi
J. Ko
onsep Landsccape Bangun
nan
Jallan setapak di pada ru
uang terbuka
a di rencanakan denga
an konsep persilangan,
p
dim ngan tersebut dapat diguakan sebagai ruang
mana ruang--ruang dianttara persilan
pameran, berkesenian dan berkomunitas. Jalan settapak ini men
ngambil pola
a jalan-jalan
besar di Yogya
akarta, diman
na jalan merrupakan bagian tak terpisahkan dari seni urban
Gam
mbar 5.17 Ekspresi dan Citra Bangunan
B
Sum
mber: Analisa Prribadi
Gambar
G 5.19 Po
ola Jalan Setapa
ak
Sumber:
S Analisa
a Pribadi
commit to user
V-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Supper Struktur
Dikarenakan Gubahan massa yang berbentuk persegi panjang,maka struktur yang
efektif dipakai adalah struktur rangka dengan kolom dan balok beton. Untuk
bangunan pameran menggunakan struktur rangka modul 6 m, untuk bangunan
pertunjukan menggunkan modul 8 m,sedangkan untuk bangunan pendidikan dan
pengelola menggunakan modul 4 m. Bentang bangunan yang panjang dan bentuk
bangunan yang terpatah-patah, maka dilakuka pemisahan-pemisahan modul secara
struktur, karena ingin menghasilkan satu massa tunggal bangunan, maka hubungan
antar modul menggunakan kantilever, dimana pembebanan pada hubungan
tersebut di bagi dua oleh masing-masing modul.
commit to user
V-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Upper Struktur
Untuk bangunan pameran yang mengekspresikan
langgam modern, struktur atap yang dipakai adalah dak
beton dengan penutup atap beton ringan. Sedangkan
untuk bangunan pendidikan dan pengelolaan yag
mengekspresikan langgam kolonial dan beratap
limasan, struktur atap yang dipakai adalah struktur
rangka kuda-kuda baja dengan bentang menyesuailan
dengan modul struktur yang dipakai. Begitu juga dengan
bangunan pertunjuka yang memerlukan bentang
bangunan leba, maka struktur atap yang digunakan
untuk membentuk bentuk atap joglo adalah struktur
atap kuda-kuda rangka baja
L. Konsep Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang pamer galeri menggunakan
luminary track yang fleksibel. Mudah mengkalibrasi intensitas
cahaya dan sudut penerangannya. Dalam menerangi lukisan
digunakan spotlight dengan lampu halogen untuk
menghindari fotodegadasi benda seni.
commit to user
V-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Untuk objek tiga dimensi lampu spotlight diletakan di sekeliling objek untuk
meberikan efek dramatis.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah ambient. Ambient atau permainan cahaya pada
ruangan dimaksudkan untuk meberikan suatu suasana ruang. Permainan
kombinasi cahaya menggunaka lampu LED yang diarahkan pada fasade banguan
yag berupa kaca akan menghasilkan permainan warna yang menarik. Denga
adanya ambient ini suatu karya seni tidak terasa berdiri sendiri, tetapi juga
commit to user
V-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
V-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pembagian SDP menjadi tiga sesuai dengan jumla massa bangunan. Sumber
listrik utama berasal dari PLN dan genzet sebagai seumber listrik cadangna.
Peletakan ruang genzet sebagai massa tesendiri agar mudah diakses tanpa
mengganggu kegiatan utama. Selain itu juga pertimbangan kebisingan.
V-13
Gambar 5.27 Pemadam
Kebakaran Busa
Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
kebakaran jenis busa adalah yang paling efektif untuk memadamkan api dari
bahan bakar cair yang berada dalam wadah dimana bahan ini cukup panas
untuk dapat terbakar sendiri bila bersinggungan dengan oksigen. Selimut
busanya akan tetap berada pada tempatnya cukup lama untuk mendinginkan
bahan yang terbakar sehingga temperaturnya tidak cukup untuk dapat
terbakar sendiri. Busa kurang efektif pada tumpahan yang menyebar. Jenis
ini bisa jadi tidak efektif cairan yang terbakar seperti alcohol.
commit to user
V-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Galeri Seni Urban Yogyakarta
BAB V
Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
commit to user
V-15