Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR METODE PELAKSANAAN & PEMBONGKARAN


KONSTRUKSI

DISUSUN OLEH :

- ANGGA PRATAMA (219 213 314)


- ANDI MARSELIO. R (219 213 239)
- DIKA BATTE (217 213 100)
- AGUSTINUS MERAPI (220 213 084)
- SEFRYANUS (219 213 336)

KELAS : J

FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................2
1.1 Latar Belakang...............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4
2.1 Pembahasan....................................................................................................4
2.2.1 DEFINISI PRELIMINARY DESIGN (PD)...........................................6
2.2 Pegertian Panduan Perencanaan Gedung.......................................................7
2.2.2 Schematik Design / Sd............................................................................7
2.2.3 Koordinasi Pembangunan / Construction Coordinatio...........................7
2.2.4 Perencana Arsitektur / Architecture Consultan......................................7
2.2.5 Perencana Sipil.......................................................................................8
2.3 PERATURAN BANGUNAN GEDUNG......................................................8
2.3.1 UUBG – PP36.........................................................................................8
2.4 Peraturan Menteri PU 29/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan....10
2.4.1 Persyaratan Tata Bangunan...................................................................10
2.4.2 Persyaratan Keandalan Bangunan.........................................................10
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur secara umum, melalui sudut pandang yang meluas dan menyeluruh.
dilakukan analisis ulang untuk kembali mencermati bagaimana sebuah pemikiran
regionalisme mendasari pekerjaaan perancangan arsitektur. Bagaimana proses dan hasil
rancangan yang dilakukan dengan kesadaran terhadap lingkungan, dari masa ke masa
dan dari satu generasi kegenerasi selanjutnya terjadi dan mewujud dalam karya-karya
anak bangsa. Setidaknya akan dikenali karya-karya mulai dari pemikiran Arsitektur
Modern yang pernah dipraktekkan di Indonesia oleh para arsitek dimasa lalu, dari
mereka yang menganut aliran modernisme sampai pada karya arsitektur yang dihasilkan
oleh para pakar yang berpikir dari pijakan tentang kelokalan dan keragaman Indonesia.
Mengacu pada lingkup penelitian di atas tersebut maka pembahasan regionalisme
arsitektur akan dibatasi pada tenggang waktu kajian diakhir abad ke-20 dan awal abad
ke-21. Periode tersebut menunjukkan dimulainya masa pemikiran aliran Arsitektur
Modern yang memengaruhi pemikiran arsitek di Indonesia. Pentingnya periode tersebut
karena sejalan dengan bertumbuhnya fungsi fasilitas perkotaan yang baru dan
berkembangnya ragam bentukan bangunan-bangunan baru di Indonesia. Siapa
[arsiteknya] dibalik karya tersebut dan bagaimana perkembangan gaya yang diterapkan
dalam karya arsitektur yang bertujuan untuk menunjukkan jatidiri dalam ranah
arsitektur Indonesia. (MARIA I HIDAYATUN 2018)

Memperhatikan perkembangan di atas isu tentang regionalisme akan mudah ditangkap


sebagai sebuah realitas. Senyatanya berbagai isu tentang regionalisme akan memberikan
gambaran pada perjalanan perkembangan desain arsitektur di Indonesia baik pada waktu
itu maupun yang terkini kehadirannya menjadi entitas arsitektur Indonesia kontemporer.
Pembahasan secara runtut dan mendalam dari beberapa pemikiran, para pakar teori
arsitektur, baik yang condong kepada pemikiran asing khususnya Eropa dan Amerika
maupun condong kepada pemikiran Indonesia diharapkan akan diperoleh pendapat yang
berimbang dan pada akhirnya akan mengerucut pada sebuah pemahaman dengan
obyektivitas yang tinggi. Keragaman berfikir tersebut juga akan dapat memberikan
sebuah gambaran dan kedudukan regionalisme arsitektur pada aras epistimologi
terutama yang terkait dengan kondisi di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui
pembahasan sebuah epistemologi akan berdampak besar pada pemikiran dan praktik di
dunia pendidikan dan profesi para arsiteknya, maka harapannya bahasan mengenai
regionalisme Indonesia ini dapat melengkapi teori regionalisme arsitektur yang telah
ada sebelumnya, terutama dalam gejolak wacana yang terjadi selama paruh terakhir
abad ke-21. Secara umum dalam konteks perkembangan arsitektur internasional,
maupun secara khusus dalam perkembangan arsitektur nasional. Faktor lainnya adalah

2
munculnya kejenuhan terhadap dampak universalitas, kurangnya pemberian wacana
alternatif dalam pendidikan arsitektur pada umumnya serta kurangnya pemberian
perhatian dan penekanan pada nilai–nilai dan potensi lokal yang dipunyai oleh kekayaan
alam dan budaya setempat. (MARIA I HIDAYATUN 2018)

Arsitektur sebagai wadah yang memfasilitasi beragam aktivitas dan kegiatan manusia
seharusnya mempertimbangkan aspek kemanusiaan sebagai landasan dasar dalam
perancangannya. Namun memperihatikan karena tidak sedikit arsitek yang merancang
arsitektur tanpa mempertimbangkan aspek manusia dalam desain. Aspek estetika,
teknologi dan tuntutan klien justru lebih diutamakan dibanding pertimbangan kebutuhan
manusia sebagai pengguna desain. (At-toyibi, 2020) Pengkinian arsitektur Nusantara
menjadi langkah pokok dalam menjaga kesinambungan antara asitektur masa lampau
(baca: arsitektur Klasik Indonesia) dengan masa kini dan masa mendatang. Pengkinian
bukan berarti kembali ke masa lampau, tetapi arsitektur masa lampu dijadikan sebagai
sumber kreatifitas dan akar kearsitekturan di Indonesia. atas dasar inilah, arsitektur
Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang dilandaskan dan dipangkalkan
dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur. Dengan memanfaatkan globalisasi
sebagai kesempatan untuk mengglobalkan arsitektur Nusantara sebagai sebuah
sumbangan internasional di bidang pengtahuan arsitektur. (Waani and Rengkung, 2014)

Pelaksanaan dalam bentuk gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat
teknik pembangunan yang jelas, lengkap dan teratur. Posisi arsitek di dalam suatu
konsultan perencana adalah sebagai konseptor dasar dari suatu proyek. Pada
pelaksanaan proyek sendiri arsitek bertindak sebagai team leader yang membawahi
beberapa divisi dari bidang keilmuan selain arsitektur. Missal membawahi bag. Sipil,
Mechanical Engineering, dll.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari rumusan masalah antaralain :

1. Apa saja peraturan pembangunan dalam bidang arsitektur ?


2. Bagaimana proses peraturan yang berlaku di dalam lingkup pembangunan
arsitektur

Dalam konstruksi, beton adalah


sebuah bahanbangunan
komposityang

3
terbuat dari kombinasi
agregatdan pengikatsemen.
Bentuk paling umum dari
beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari
agregat mineral
(biasanya
kerikildanpasir),semendan
air, agar beton mendapatkan
kekuatan
yang diinginkan beton dapat di
kombinasikan dengan tulangan.
Dalam proyek
gedung bertingkat banyak,
beton digunakan sebagai dasar
pengecoran lantai

4
atauslab dari basement,
ground floor, dan lantai
tingkat 1, tingkat 2, dan
seterusnya. ecara kon!
ensional, proses pengecoran
beton dilakukan oleh
peker"a secara manual, di
mana mulai dari proses
pencampuran sampai
dengan proses penyaluran
campuran ke tempat yang
direnca
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makala ini :

1. Untuk mengetahui apa saja peraturan pembangunan dalam bidang arsitektur


2. Aspek apa saya yang harus di pedomani dalam perencanaan bangunan

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan
Bangunan Gedung mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi
fungsi, persyaratan, penyelenggaraan, peran masyarakat, dan pembinaan. Pengaturan
bangunan gedung dalam UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung memiliki tujuan
Peraturan pelaksanaan dari kedua perundangan tersebut adalah salah satunya Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 9 tahun 2021 tentang Pedoman
Pembangunan Berkelanjutan. Pada pasal 6 ayat 3 ini mensyaratkan bahwa
penyelenggaraan konstruksi berkelanjutan harus dilakukan secara terpadu dan efisien
dengan memperhatikan penggunaan teknologi pemodelan informasi bangunan (building
information modelling/ BIM). Penyelenggaraan konstruksi berkelanjutan dengan
mengadopsi teknologi BIM ini meliputi perencanaan umum, pemrograman, pelaksanaan
konsultansi konstruksi dan/atau pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Sebagai sebuah
persyaratan teknis baru di bidang industri arsitektur, rekayasa dan konstruksi modern
(Architecture, Engineering and Construction/AEC), BIM merupakan sebuah tuntutan
yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen pelaksana penyedia jasa di bidang
konstruksi, khusunya bangunan gedung. Tuntutan ini tidak saja harus dipenuhi oleh
penyedia jasa sebagai institusi kelembagaan, melainkan juga menyasar kepada
individuindividu yang terlibat dalam jasa layanan industri ini. Penyediaan jasa layanan
AEC membutuhkan teknologi yang saling terintegrasi satu dengan lainnya. penyediaan
jasa layanan AEC ini membutuhkan kompetensi individu yang semakin kompleks.
Kompetensi individu yang diakui dalam bentuk sertifikasi merupakan suatu keharusan.
Selain itu, kualitas produk yang dihasilkan harus memenuhi standardisasi yang bisa
diterima secara global dan bersifat umum (Triono Subagio2022)

Peraturan Pemerintah ini mengatur ketentuan pelaksanaan tentang fungsi Bangunan


Gedung, persyaratan Bangunan Gedung, Penyelenggaraan Bangunan Gedung, peran
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung, dan pembinaan dalam
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Bangunan gedung harus senantiasa fungsional,
amdal, yang menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
pengguna, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya, dalam operasionalisasinya
disetiap Kabupaten/Kota, UUBG telah mengamanatkan untuk ditetapkannya Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota tentang Bangunan Gedung (Perda Bangunan Gedung) sebagai
payung hukum penyelenggaraan bangunan gedung bagi aparatur pemerintah
Kabupaten/Kota, pelaku kegiatan konstruksi dan masyarakat.(Arsitektur and Arsitektur,
1945)

6
Menurut Nesbitt bahwa, di dalam disiplin arsitektur, teori adalah wacana yang
menjelaskan praktek dan produksi arsitektur dan menguraikan tantangan. Teori juga
membahas tentang arsitektur dan alam yang dikembangkan melalui pembangunan
bangunan, merombak sifat fluktuasi dari simpati, harmoni dan intergritas dari alam.

Attoe memberikan beberapa dasar pemikiran tentang teori arsitektur sebagai berikut:

1. Teori dalam arsitektur membicarakan apakah arsitektur, apa yang harus


dilakukan (dicapai), dan bagaimana merancang sejarah yang berkaitan dengan
arsitektur, membicarakan teori-teori, peristiwaperistiwa (sejarah), metode-
metode perancangan dan bangunan-bangunan. (Waani and Rengkung, 2014)
2. Teori dalam arsitektur canderung tidak seteliti dan setepat teori dalam ilmu
pengetahuan. (Waani and Rengkung, 2014)
3. Salah satu ciri penting dari teori ilmiah yang tidak terdapat dalam arsitektur ialah
pembuktian yang terperinci. Attoe Juga memberikan kejelasan bahwa agar dapat
diterima oleh kalangan sarjana atau akademik, maka teori dalam arsitektur harus
ditunjang dengan fakta yang jelas dan pada mulanya diterangkan secara
terperinci. - Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan dan dugaan tentang
apa yang terjadi bila semua unsur yang menjadikan bangunan dikumpul dalam
suatu cara, tempat dan waktu tertentu (Waani and Rengkung, 2014)
4. Teori dalam arsitektur mengemukakan arah, tapi tidak dapat menjamin hasilnya.
Arsitektur tidak memilahkan bagian-bagian namun mencerna dan memadukan
beragam unsur dalam cara dan keadaan baru, sehingga hasilnya tidak seluruhnya
dapat diramalkan. (Waani and Rengkung, 2014)

Perancangan ini diungkapkan secara garis besar tentang pemikiran-pemikiran dan


konsepsi perancangan fisik dengan didasarkan pada pedoman perancangan yang
meliputi (Akhsan 2015)

1. Tujuan perancangan
2. Kondisi tapak perencanaan
3. Aktivitas dan sirkulasi
4. Perancangan bangunan meliputi bentuk massa bangunan, penampilan bangunan,
tata ruang dalam dan luar, struktur dan bahan bangunan.
5. Perlengkapan bangunan, yang meliputi persyaratan fisik dan utilitas bangunan.

Konsep perancangan fisik pada bangunan sebagai berikut yaitu :

1. Aspek fungsional
2. Aspek kontekstual
3. Aspek kinerja
4. Aspek teknik/struktur

7
Sebagai sebuah persyaratan teknis baru di bidang industri arsitektur, rekayasa dan
konstruksi modern (Architecture, Engineering and Construction/AEC), BIM merupakan
sebuah tuntutan yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen pelaksana penyedia
jasa di bidang konstruksi, khusunya bangunan gedung. Tuntutan ini tidak saja harus
dipenuhi oleh penyedia jasa sebagai institusi kelembagaan, melainkan juga menyasar
kepada individuindividu yang terlibat dalam jasa layanan industri ini. Penyediaan jasa
layanan AEC membutuhkan teknologi yang saling terintegrasi satu dengan lainnya.
penyediaan jasa layanan AEC ini membutuhkan kompetensi individu yang semakin
kompleks. Kompetensi individu yang diakui dalam bentuk sertifikasi merupakan suatu
keharusan. Selain itu, kualitas produk yang dihasilkan harus memenuhi standardisasi
yang bisa diterima secara global dan bersifat umum. Konsekuensi dari ketentuan
pemberlakuan implementasi BIM dalam industri AEC secara luas sudah barang tentu
mengandung konsekuensi di berbagai bidang yang tidak hanya berimplikasi sebagai
respon pemberlakuan BIM itu sendiri. Permasalahan mendasar pemberlakuan BIM di
industry AEC, khususnya di Indonesia jelas mengandung konsekuensi lebih luas seperti
ketersediaan software dan hardware, kesiapan sumber daya, permasalahan sertifikasi
dan lain-lain. untuk mendapatkan kajian kritis tentang tingkat penggunaan dan
penguasaan BIM dalam industri AEC berkelanjutan di Indonesia, khususnya bangunan
Gedung.Mendapatkan kajian kritis berkaitan dengan harapan penggunaan BIM dalam
industri AEC di Indonesia yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen yang terlibat
dalam bidang penyelenggaraan pekerjaan AEC berkelanjutan, baik sebagai institusi
maupun sebagai individu.(Nomor and Industry, 2022)

2.2.1 DEFINISI PRELIMINARY DESIGN (PD)


Definisi preliminary design merupakan tahapan penjajakan dan analisa dari suatu
lahan kosong - yang hendak direncakan bangunan diatasnya terhadap faktor - faktor dari
lahan itu sendiri seperti (Tahapan et al., n.d.):

1. Rencana zonasi lahan untuk bangunan.


2. Perilaku terhadap iklim
3. Tanggapan terhadap lalu lintas
4. Tanggapan terhadap potensi view
5. Menetapkan batasan - intensitas bangunan
6. Penyikapan sudut
7. Lalu lintas dalam tapak
8. Penghijauan dan sebagainya
tahap ini bisa diabaikan untuk skala dan kompelsitas perencanaan tertentu, sehingga
dapat dimulai atau dimuat dalam tahapan berikutnya

8
2.2 Pegertian Panduan Perencanaan Gedung

2.2.2 Schematik Design / Sd


Definisi schematic design: merupakan tahap pengembangan desain sehingga
melahirkan bentuk bangunan yang menggambarkan kedudukan bangunan pada area
lahan yang tersedia, sudah memuat dimensi, luasan, tampak, pola ruang pada denah,
tampilan muka diberbagai sisi bangunan (yang utama), jumlah hal tertentu - seperti
jumlah kamar pada hotel, parkir, pembagian sirkulasi horizontal dan vertikal, penentuan
ada tidaknya lantai basement, dan sebagainya - dengan dasar parameter intensitas
bangunan. Intensitas bangunan ini memuat: koedisien dasar bangunan (kdb) - koefisien
lantai bangunan (klb) - ketinggian bangunan (kb) - garis sepadan bangunan, sungai,
jalan, - aturan kkop - ketinggian bangunan - jumlah lantai - dan sebagainya terkait
peraturan bangunan. Tahap ini penting karena menjadi landasan untuk membuat gambar
perizinan yang akan digunakan untuk mengajukan izin mendirikan bangunan. Tahap ini
juga merupakan tahap yang seringkali menyebabkan jadwal perencanaan berkembang
dari yang sudah direncanakan, karena pada saat ini faktor selera dan pilihan dari
pemberi tugas akan banyak mempengaruhi desain bangunan

2.2.3 Koordinasi Pembangunan / Construction Coordinatio


Definisi koordinasi pembangunan: merupakan tahapan yang dilakukan perencana
arsitektur bangunan dalam memberikan dukungan berkala disaat bangunan sedang
dibangun, pada umumnya berupa memberikan solusi teknis jika ada kendala - kendala
teknis terkait arsitektur bangunan yang membutuhkan penyesuaian - penyesuaian
dilapangan atau terkendala sesuatu hal yang berbenturan dengan disiplin ilmu lainnya.
Dalam proses konstruksi kadang kala kontraktor menemukan peramasalahan di
lapangan yang membutuhkan penilaian dan usulan dari perencana arsitektur bersamaan
dengan perencana dari berbagai disiplin ilmu lainnya yang terlibat.

2.2.4 Perencana Arsitektur / Architecture Consultan


Perencana arsitektur/architecture consultant merupakan pihak yang memulai
perencanaan suatu bentukan bangunan tertentu dari lahan yang semula masih kosong,
sesuai dengan permintaan dan kebutuhan dari pemberi tugas. Arsitek akan
merencanakan tata letak bangunan, ruangan, terhadap ruang yang ada, serta merancang
jalur - jalur sirkulasi (horizontal dan vertikal) pejalan kaki dan kendaraan dalam suatu
lahan dan bangunan itu sendiri. Arsitek tidak melakukan perencanaan terhadap struktur
bangunan dan mechanical electrical plumbing bangunan, karena hal tersebut memiliki
disiplin ilmu yang terpisah sendiri dan diwakili oleh perencana yang memang
mempelajari topik tersebut. Produk gambar desain arsitek akan menjadi dasar utama
perencanaan struktur dan mep (mechanical electrical & plumbing) serta perizinan -
perizinan bangunan. Desain arsitektur harus melalui serangkaian sidang tpak untuk diuji
kelayakannya sebelum diterbitkan IMB.

9
2.2.5 Perencana Sipil
Perencana sipil merupakan pihak yang akan merencanakan struktur bangunan terkait
perhitungan terhadap beban bangunan itu sendiri terhadap tanah, kekuatan terhadap
angin, kekuatan terhadap gempa, penentuan pondasi, termasuk ukuran - ukuran
pembesian, mutu beton, dan aturan keselamatan bangunan secara struktur sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Desain struktur yang terkait rancangan bangunan harus melalui
sidang tpkb untuk dinyatakan lulus untuk dipergunakan kepada bangunan yang hendak
dibangun. Desain struktur ini amat penting karena menyangkut keselamatan bangunan
terhadap faktor alam yang dapat membahayakan nyawapenggunanya. Dalam
pelaksanaan, desain struktur menempati prioritas tertinggi untuk diawasi karena jika
terjadi korupsi material bahan dan kesalahan pemasangan mengakibatkan semua
perhitungan struktur yang sudah di sah kan menjadi tidak berlaku.

2.3 PERATURAN BANGUNAN GEDUNG

2.3.1 UUBG – PP36

Peran masyarakat

memantau dan menjaga


ketertiban penyelenggaraan;

10
1. memberi masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam
penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang bangunan
gedung;
2. menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang
terhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana teknis
bangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan;
3. melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu,
merugikan, dan/atau membahayakan kepentingan umum.

2.3.1.1 Pembinaan
Pemerintah menyelenggarakan pembinaan bangunan gedung secara nasional untuk
meningkatkan pemenuhan persyaratan dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung.

1. Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di daerah.
2. Sebagian penyelenggaraan dan pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan bersama-sama dengan masyarakat yang
terkait dengan bangunan gedung.
3. Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) melakukan pemberdayaan masyarakat yang
belum mampu untuk memenuhi persyaratan

2.3.1.1 Sanksi
Administratif

a. peringatan tertulis,
b. pembatasan kegiatan pembangunan,
c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
pembangunan,
d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;
e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;
f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;
g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;
h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau
i. perintah pembongkaran bangunan gedung

Pidana

Mengakibatkan bangunan tidak laik fungsi dapat dipidana kurungan dan/atau pidana
denda

11
2.4 Peraturan Menteri PU 29/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan

2.4.1 Persyaratan Tata Bangunan


Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan gedung;

a. Arsitektur bangunan gedung;


b. Pengendalian dampak lingkungan;
c. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
d. Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum.

2.4.2 Persyaratan Keandalan Bangunan


a. Persyaratan keselamatan
b. Persyaratan kesehatan
c. Persyaratan kenyamanan
d. Persyaratan kemudahan

Bangunan gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, amdal, serasi, selaras
dengan lingkungannya selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna bangunan gedung, serta efisien, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya.

Penampilan gedung

12
Tata Ruang-dalam

a. Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/jendela


diusahakan sedapat mungkin simetris terhadap sumbu-sumbu denah bangunan
mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa
b. Ruangan dalam bangunan harus mempunyai tinggi yang cukup untuk fungsi
yang diharapkan
c. Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan perbaikan,
perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya
fungsi/penggunaan utama

Keseimbangan, Keserasian dan Keselarasan dengan Lingkungan Bangunan Gedung


Tata Ruang-dalam

a. Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/jendela


diusahakan sedapat mungkin simetris terhadap sumbu-sumbu denah bangunan
mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa
b. Ruangan dalam bangunan harus mempunyai tinggi yang cukup untuk fungsi
yang diharapkan
c. Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan perbaikan,
perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya
fungsi/penggunaan utama
d. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan dengan lingkungan bangunan gedung
adalah perlakuan terhadap lingkungan di sekitar bangunan gedung yang menjadi
pertimbangan penyelenggaraan bangunan gedung baik dari segi sosial, budaya,
maupun dari segi ekosistem
e. RTH, RTHP, GSB, Parkir, Sirkulasi, Signage, dst

Persyaratan Keandalan Bangunan Persyaratan keselamatan bangunan gedung;

a. beban muatan,

13
b. bahaya kebakaran,
c. bahaya petir
d. bahaya kelistrikan.

Umum Struktur Bangunan Gedung kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta
memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan,
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. beban muatan tetap maupun beban
muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan
serangga perusak Perencanaan konstruksi mengacu kepada SNI yang berlaku Sistem
proteksi kebakaran pasif dan aktif Ruang Pusat Pengendali Kebakaran ruang untuk
pengendalian dan pengarahan selama berlangsungnya operasi penanggulangan
kebakaran atau penanganan kondisi darurat pada bangunan gedung yang tinggi
efektifnya lebih dari 50 meter harus merupakan ruang terpisah konstruksi penutupnya
dari beton, dinding atau sejenisnya mempunyai kekokohan yang cukup terhadap
keruntuhan akibat kebakaran Mempunyai luas lantai tidak kurang dari 10 Memiliki
fasilitas Pencahayaan darurat Persyaratan kesehatan bangunan gedung; Persyaratan
Sistem Penghawaan Persyaratan Sistem Pencahayaan Setiap bangunan gedung harus
mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya
Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus
mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan
darurat sesuai dengan fungsinya. Persyaratan Sanitasi Sistem plumbing, penyaluran air
hujan, pembuangan air kotor, sampah Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan
Gedung Bahan bangunan gedung yang digunakan harus aman bagi kesehatan pengguna
bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Bahan
bangunan yang mengandung racun, memantulkan cahaya secara berlebihna, dsb.
Persyaratan kenyamanan bangunan gedung; kenyamanan ruang gerak dan hubungan
antarruang, kenyamanan termal dalam ruang, kenyamanan pandangan (visual), serta
kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan (Gedung and Sumandari ).

14
2.5 Dokumen Perencanaan

Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan, yang


dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa
Perencana Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe.

15
Lingkup dokumen perencanaan

• Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta tata
lingkungan);
• Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi persyaratan umum,
administratif, dan teknis bangunan
1. Rencana anggaran biaya pembangunan;
2. Laporan-laporan terkait:
a. laporan arsitektur;
b. laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test);
c. laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;
d. laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi);
e. laporan tata lingkungan.

Lingkup tanggung jawab perencana Tenaga Ahli perencanaan disesuaikan dengan


lingkup dan kompleksitas pekerjaan:

a. Tenaga Ahli Arsitektur


b. Tenaga Ahli Struktur
c. Tenaga Ahli Utilitas (M&E)
d. Tenaga Ahli Estimasi Biaya

Tenaga Ahli lainnya. konsep perencanaan pra-rencana Value engineering


pengembangan rencana rencana detail

a. Gambar detil
b. rencana kerja dan syarat-syarat
c. rincian volume pelaksanaan pekerjaan,
d. rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi pengawasan berkal

16
BAB 3
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Arsitektur secara umum, melalui sudut pandang yang meluas dan menyeluruh.
dilakukan analisis ulang untuk kembali mencermati bagaimana sebuah pemikiran
regionalisme mendasari pekerjaaan perancangan arsitektur Pelaksanaan dalam bentuk
gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang jelas,
lengkap dan teratur. Posisi arsitek di dalam suatu Peraturan Pemerintah ini mengatur
ketentuan pelaksanaan tentang fungsi Bangunan Gedung, persyaratan Bangunan
Gedung. Penyelenggaraan Bangunan Gedung, peran Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Bangunan Gedung, dan pembinaan dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung Bangunan gedung harus senantiasa fungsional, amdal, yang menjamin
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan pengguna, serta serasi dan
selaras dengan lingkungannya, dalam operasionalisasinya disetiap Kabupaten/Kota,
dalam arsitektur membicarakan apakah arsitektur, apa yang harus dilakukan dan
bagaimana merancang sejarah yang berkaitan dengan arsitektur, membicarakan teori-
teori, peristiwa-peristiwa (sejarah), metode-metode perancangan dan bangunan-
bangunan Umum Struktur Bangunan Gedung kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta
memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan,
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. beban muatan tetap maupun beban
muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan
serangga perusak Perencanaan konstruksi mengacu kepada SNI yang berlaku.

Masalah atap di buat struktur lebih senyaman mungkin

17
DAFTAR PUSTAKA
Arsitektur, S. and Arsitektur, S. (1945), “Kajian aspek arsitektur pada slf gedung
workshop pabrik semen grobogan”, pp. 111–127.
At-toyibi, M.N.H. (2020), “DASAR PEMIKIRAN ARSITEKTUR HUMANISTIK :
PEMAHAMAN DAN TOKOHNYA DARI ERA KE ERA”, Vol. 17 No. 1, pp.
49–53.
Dalam, R., Bhinneka, K., Ika, T. and Hidayatun, M.I. (n.d.). “No Title”.
Gedung, B.B. and Sumandari, L. (n.d.). “PERATURAN BANGUNAN GEDUNG
Bimbingan Teknis Penerapan Teknologi Konstruksi”.
Nomor, V. and Industry, C.A.E.C. (2022), “Jurnal Talenta Sipil Praksis Implementasi
Pemodelan Informasi Bangunan ( Building Information”, Vol. 5, pp. 101–108.
Sasmito, A., Priyoga, I., Jurusan, M., Fakultas, A., Universitas, T., Semarang, P.,
Jurusan, D., et al. (n.d.). “kajian LP3A yang berupa Prinsip desain kawasan
arsitektur , Gubahan massa , Fungsi ruang kawasan . Kampus , berasal dari bahasa
Latin ; campus yang berarti ‘ lapangan luas ’, ‘ tegal ’. Dalam pengertian modern ,
k ampus berarti , sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan
Sebagai dokumen panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum
tentang perencanaan dari suatu kawasan tertentu baik di suatu kawasan bermassa
banyak salah satunya di kawasan kampus . gedung-gedung universitas atau
perguruan tinggi . Kampus merupakan tempat belajar- mengajar berlangsungnya
misi dan fungsi perguruan tinggi . Dalam rangka menjaga kelancaran Sasaran yang
akan dicapai dalam penyusunan Landasan Program memerlukan penyatuan waktu
kegiatan beserta dalam Perencanaan dan Perancangan Arsitektur”.
Tahapan, P., Arsitektur, P. and Gedung, B. (n.d.). “Panduan tahapan perencanaan
bangunan gedung oleh arsitek”.
Waani, J.O. and Rengkung, J. (2014), “Tipe teori pada arsitektur nusantara menurut
josef prijotomo”, Vol. 11 No. 2, pp. 32–47.

18

Anda mungkin juga menyukai