DISUSUN OLEH :
KELAS : J
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................2
1.1 Latar Belakang...............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4
2.1 Pembahasan....................................................................................................4
2.2.1 DEFINISI PRELIMINARY DESIGN (PD)...........................................6
2.2 Pegertian Panduan Perencanaan Gedung.......................................................7
2.2.2 Schematik Design / Sd............................................................................7
2.2.3 Koordinasi Pembangunan / Construction Coordinatio...........................7
2.2.4 Perencana Arsitektur / Architecture Consultan......................................7
2.2.5 Perencana Sipil.......................................................................................8
2.3 PERATURAN BANGUNAN GEDUNG......................................................8
2.3.1 UUBG – PP36.........................................................................................8
2.4 Peraturan Menteri PU 29/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan....10
2.4.1 Persyaratan Tata Bangunan...................................................................10
2.4.2 Persyaratan Keandalan Bangunan.........................................................10
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
i
BAB 1
PENDAHULUAN
2
munculnya kejenuhan terhadap dampak universalitas, kurangnya pemberian wacana
alternatif dalam pendidikan arsitektur pada umumnya serta kurangnya pemberian
perhatian dan penekanan pada nilai–nilai dan potensi lokal yang dipunyai oleh kekayaan
alam dan budaya setempat. (MARIA I HIDAYATUN 2018)
Arsitektur sebagai wadah yang memfasilitasi beragam aktivitas dan kegiatan manusia
seharusnya mempertimbangkan aspek kemanusiaan sebagai landasan dasar dalam
perancangannya. Namun memperihatikan karena tidak sedikit arsitek yang merancang
arsitektur tanpa mempertimbangkan aspek manusia dalam desain. Aspek estetika,
teknologi dan tuntutan klien justru lebih diutamakan dibanding pertimbangan kebutuhan
manusia sebagai pengguna desain. (At-toyibi, 2020) Pengkinian arsitektur Nusantara
menjadi langkah pokok dalam menjaga kesinambungan antara asitektur masa lampau
(baca: arsitektur Klasik Indonesia) dengan masa kini dan masa mendatang. Pengkinian
bukan berarti kembali ke masa lampau, tetapi arsitektur masa lampu dijadikan sebagai
sumber kreatifitas dan akar kearsitekturan di Indonesia. atas dasar inilah, arsitektur
Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang dilandaskan dan dipangkalkan
dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur. Dengan memanfaatkan globalisasi
sebagai kesempatan untuk mengglobalkan arsitektur Nusantara sebagai sebuah
sumbangan internasional di bidang pengtahuan arsitektur. (Waani and Rengkung, 2014)
Pelaksanaan dalam bentuk gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat
teknik pembangunan yang jelas, lengkap dan teratur. Posisi arsitek di dalam suatu
konsultan perencana adalah sebagai konseptor dasar dari suatu proyek. Pada
pelaksanaan proyek sendiri arsitek bertindak sebagai team leader yang membawahi
beberapa divisi dari bidang keilmuan selain arsitektur. Missal membawahi bag. Sipil,
Mechanical Engineering, dll.
3
terbuat dari kombinasi
agregatdan pengikatsemen.
Bentuk paling umum dari
beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari
agregat mineral
(biasanya
kerikildanpasir),semendan
air, agar beton mendapatkan
kekuatan
yang diinginkan beton dapat di
kombinasikan dengan tulangan.
Dalam proyek
gedung bertingkat banyak,
beton digunakan sebagai dasar
pengecoran lantai
4
atauslab dari basement,
ground floor, dan lantai
tingkat 1, tingkat 2, dan
seterusnya. ecara kon!
ensional, proses pengecoran
beton dilakukan oleh
peker"a secara manual, di
mana mulai dari proses
pencampuran sampai
dengan proses penyaluran
campuran ke tempat yang
direnca
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makala ini :
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
Bangunan Gedung mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi
fungsi, persyaratan, penyelenggaraan, peran masyarakat, dan pembinaan. Pengaturan
bangunan gedung dalam UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung memiliki tujuan
Peraturan pelaksanaan dari kedua perundangan tersebut adalah salah satunya Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 9 tahun 2021 tentang Pedoman
Pembangunan Berkelanjutan. Pada pasal 6 ayat 3 ini mensyaratkan bahwa
penyelenggaraan konstruksi berkelanjutan harus dilakukan secara terpadu dan efisien
dengan memperhatikan penggunaan teknologi pemodelan informasi bangunan (building
information modelling/ BIM). Penyelenggaraan konstruksi berkelanjutan dengan
mengadopsi teknologi BIM ini meliputi perencanaan umum, pemrograman, pelaksanaan
konsultansi konstruksi dan/atau pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Sebagai sebuah
persyaratan teknis baru di bidang industri arsitektur, rekayasa dan konstruksi modern
(Architecture, Engineering and Construction/AEC), BIM merupakan sebuah tuntutan
yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen pelaksana penyedia jasa di bidang
konstruksi, khusunya bangunan gedung. Tuntutan ini tidak saja harus dipenuhi oleh
penyedia jasa sebagai institusi kelembagaan, melainkan juga menyasar kepada
individuindividu yang terlibat dalam jasa layanan industri ini. Penyediaan jasa layanan
AEC membutuhkan teknologi yang saling terintegrasi satu dengan lainnya. penyediaan
jasa layanan AEC ini membutuhkan kompetensi individu yang semakin kompleks.
Kompetensi individu yang diakui dalam bentuk sertifikasi merupakan suatu keharusan.
Selain itu, kualitas produk yang dihasilkan harus memenuhi standardisasi yang bisa
diterima secara global dan bersifat umum (Triono Subagio2022)
6
Menurut Nesbitt bahwa, di dalam disiplin arsitektur, teori adalah wacana yang
menjelaskan praktek dan produksi arsitektur dan menguraikan tantangan. Teori juga
membahas tentang arsitektur dan alam yang dikembangkan melalui pembangunan
bangunan, merombak sifat fluktuasi dari simpati, harmoni dan intergritas dari alam.
Attoe memberikan beberapa dasar pemikiran tentang teori arsitektur sebagai berikut:
1. Tujuan perancangan
2. Kondisi tapak perencanaan
3. Aktivitas dan sirkulasi
4. Perancangan bangunan meliputi bentuk massa bangunan, penampilan bangunan,
tata ruang dalam dan luar, struktur dan bahan bangunan.
5. Perlengkapan bangunan, yang meliputi persyaratan fisik dan utilitas bangunan.
1. Aspek fungsional
2. Aspek kontekstual
3. Aspek kinerja
4. Aspek teknik/struktur
7
Sebagai sebuah persyaratan teknis baru di bidang industri arsitektur, rekayasa dan
konstruksi modern (Architecture, Engineering and Construction/AEC), BIM merupakan
sebuah tuntutan yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen pelaksana penyedia
jasa di bidang konstruksi, khusunya bangunan gedung. Tuntutan ini tidak saja harus
dipenuhi oleh penyedia jasa sebagai institusi kelembagaan, melainkan juga menyasar
kepada individuindividu yang terlibat dalam jasa layanan industri ini. Penyediaan jasa
layanan AEC membutuhkan teknologi yang saling terintegrasi satu dengan lainnya.
penyediaan jasa layanan AEC ini membutuhkan kompetensi individu yang semakin
kompleks. Kompetensi individu yang diakui dalam bentuk sertifikasi merupakan suatu
keharusan. Selain itu, kualitas produk yang dihasilkan harus memenuhi standardisasi
yang bisa diterima secara global dan bersifat umum. Konsekuensi dari ketentuan
pemberlakuan implementasi BIM dalam industri AEC secara luas sudah barang tentu
mengandung konsekuensi di berbagai bidang yang tidak hanya berimplikasi sebagai
respon pemberlakuan BIM itu sendiri. Permasalahan mendasar pemberlakuan BIM di
industry AEC, khususnya di Indonesia jelas mengandung konsekuensi lebih luas seperti
ketersediaan software dan hardware, kesiapan sumber daya, permasalahan sertifikasi
dan lain-lain. untuk mendapatkan kajian kritis tentang tingkat penggunaan dan
penguasaan BIM dalam industri AEC berkelanjutan di Indonesia, khususnya bangunan
Gedung.Mendapatkan kajian kritis berkaitan dengan harapan penggunaan BIM dalam
industri AEC di Indonesia yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen yang terlibat
dalam bidang penyelenggaraan pekerjaan AEC berkelanjutan, baik sebagai institusi
maupun sebagai individu.(Nomor and Industry, 2022)
8
2.2 Pegertian Panduan Perencanaan Gedung
9
2.2.5 Perencana Sipil
Perencana sipil merupakan pihak yang akan merencanakan struktur bangunan terkait
perhitungan terhadap beban bangunan itu sendiri terhadap tanah, kekuatan terhadap
angin, kekuatan terhadap gempa, penentuan pondasi, termasuk ukuran - ukuran
pembesian, mutu beton, dan aturan keselamatan bangunan secara struktur sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Desain struktur yang terkait rancangan bangunan harus melalui
sidang tpkb untuk dinyatakan lulus untuk dipergunakan kepada bangunan yang hendak
dibangun. Desain struktur ini amat penting karena menyangkut keselamatan bangunan
terhadap faktor alam yang dapat membahayakan nyawapenggunanya. Dalam
pelaksanaan, desain struktur menempati prioritas tertinggi untuk diawasi karena jika
terjadi korupsi material bahan dan kesalahan pemasangan mengakibatkan semua
perhitungan struktur yang sudah di sah kan menjadi tidak berlaku.
Peran masyarakat
10
1. memberi masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam
penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang bangunan
gedung;
2. menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang
terhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana teknis
bangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan;
3. melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu,
merugikan, dan/atau membahayakan kepentingan umum.
2.3.1.1 Pembinaan
Pemerintah menyelenggarakan pembinaan bangunan gedung secara nasional untuk
meningkatkan pemenuhan persyaratan dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung.
2.3.1.1 Sanksi
Administratif
a. peringatan tertulis,
b. pembatasan kegiatan pembangunan,
c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
pembangunan,
d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;
e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;
f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;
g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;
h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau
i. perintah pembongkaran bangunan gedung
Pidana
Mengakibatkan bangunan tidak laik fungsi dapat dipidana kurungan dan/atau pidana
denda
11
2.4 Peraturan Menteri PU 29/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan
Bangunan gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya, amdal, serasi, selaras
dengan lingkungannya selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi
penghuni dan/atau pengguna bangunan gedung, serta efisien, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya.
Penampilan gedung
12
Tata Ruang-dalam
a. beban muatan,
13
b. bahaya kebakaran,
c. bahaya petir
d. bahaya kelistrikan.
Umum Struktur Bangunan Gedung kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta
memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan,
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. beban muatan tetap maupun beban
muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan
serangga perusak Perencanaan konstruksi mengacu kepada SNI yang berlaku Sistem
proteksi kebakaran pasif dan aktif Ruang Pusat Pengendali Kebakaran ruang untuk
pengendalian dan pengarahan selama berlangsungnya operasi penanggulangan
kebakaran atau penanganan kondisi darurat pada bangunan gedung yang tinggi
efektifnya lebih dari 50 meter harus merupakan ruang terpisah konstruksi penutupnya
dari beton, dinding atau sejenisnya mempunyai kekokohan yang cukup terhadap
keruntuhan akibat kebakaran Mempunyai luas lantai tidak kurang dari 10 Memiliki
fasilitas Pencahayaan darurat Persyaratan kesehatan bangunan gedung; Persyaratan
Sistem Penghawaan Persyaratan Sistem Pencahayaan Setiap bangunan gedung harus
mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya
Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus
mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan
darurat sesuai dengan fungsinya. Persyaratan Sanitasi Sistem plumbing, penyaluran air
hujan, pembuangan air kotor, sampah Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan
Gedung Bahan bangunan gedung yang digunakan harus aman bagi kesehatan pengguna
bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Bahan
bangunan yang mengandung racun, memantulkan cahaya secara berlebihna, dsb.
Persyaratan kenyamanan bangunan gedung; kenyamanan ruang gerak dan hubungan
antarruang, kenyamanan termal dalam ruang, kenyamanan pandangan (visual), serta
kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan (Gedung and Sumandari ).
14
2.5 Dokumen Perencanaan
15
Lingkup dokumen perencanaan
• Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta tata
lingkungan);
• Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi persyaratan umum,
administratif, dan teknis bangunan
1. Rencana anggaran biaya pembangunan;
2. Laporan-laporan terkait:
a. laporan arsitektur;
b. laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test);
c. laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;
d. laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi);
e. laporan tata lingkungan.
a. Gambar detil
b. rencana kerja dan syarat-syarat
c. rincian volume pelaksanaan pekerjaan,
d. rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi pengawasan berkal
16
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Arsitektur secara umum, melalui sudut pandang yang meluas dan menyeluruh.
dilakukan analisis ulang untuk kembali mencermati bagaimana sebuah pemikiran
regionalisme mendasari pekerjaaan perancangan arsitektur Pelaksanaan dalam bentuk
gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang jelas,
lengkap dan teratur. Posisi arsitek di dalam suatu Peraturan Pemerintah ini mengatur
ketentuan pelaksanaan tentang fungsi Bangunan Gedung, persyaratan Bangunan
Gedung. Penyelenggaraan Bangunan Gedung, peran Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Bangunan Gedung, dan pembinaan dalam Penyelenggaraan Bangunan
Gedung Bangunan gedung harus senantiasa fungsional, amdal, yang menjamin
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan pengguna, serta serasi dan
selaras dengan lingkungannya, dalam operasionalisasinya disetiap Kabupaten/Kota,
dalam arsitektur membicarakan apakah arsitektur, apa yang harus dilakukan dan
bagaimana merancang sejarah yang berkaitan dengan arsitektur, membicarakan teori-
teori, peristiwa-peristiwa (sejarah), metode-metode perancangan dan bangunan-
bangunan Umum Struktur Bangunan Gedung kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta
memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan,
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. beban muatan tetap maupun beban
muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan
serangga perusak Perencanaan konstruksi mengacu kepada SNI yang berlaku.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arsitektur, S. and Arsitektur, S. (1945), “Kajian aspek arsitektur pada slf gedung
workshop pabrik semen grobogan”, pp. 111–127.
At-toyibi, M.N.H. (2020), “DASAR PEMIKIRAN ARSITEKTUR HUMANISTIK :
PEMAHAMAN DAN TOKOHNYA DARI ERA KE ERA”, Vol. 17 No. 1, pp.
49–53.
Dalam, R., Bhinneka, K., Ika, T. and Hidayatun, M.I. (n.d.). “No Title”.
Gedung, B.B. and Sumandari, L. (n.d.). “PERATURAN BANGUNAN GEDUNG
Bimbingan Teknis Penerapan Teknologi Konstruksi”.
Nomor, V. and Industry, C.A.E.C. (2022), “Jurnal Talenta Sipil Praksis Implementasi
Pemodelan Informasi Bangunan ( Building Information”, Vol. 5, pp. 101–108.
Sasmito, A., Priyoga, I., Jurusan, M., Fakultas, A., Universitas, T., Semarang, P.,
Jurusan, D., et al. (n.d.). “kajian LP3A yang berupa Prinsip desain kawasan
arsitektur , Gubahan massa , Fungsi ruang kawasan . Kampus , berasal dari bahasa
Latin ; campus yang berarti ‘ lapangan luas ’, ‘ tegal ’. Dalam pengertian modern ,
k ampus berarti , sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan
Sebagai dokumen panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum
tentang perencanaan dari suatu kawasan tertentu baik di suatu kawasan bermassa
banyak salah satunya di kawasan kampus . gedung-gedung universitas atau
perguruan tinggi . Kampus merupakan tempat belajar- mengajar berlangsungnya
misi dan fungsi perguruan tinggi . Dalam rangka menjaga kelancaran Sasaran yang
akan dicapai dalam penyusunan Landasan Program memerlukan penyatuan waktu
kegiatan beserta dalam Perencanaan dan Perancangan Arsitektur”.
Tahapan, P., Arsitektur, P. and Gedung, B. (n.d.). “Panduan tahapan perencanaan
bangunan gedung oleh arsitek”.
Waani, J.O. and Rengkung, J. (2014), “Tipe teori pada arsitektur nusantara menurut
josef prijotomo”, Vol. 11 No. 2, pp. 32–47.
18