Anda di halaman 1dari 19

GEOMATERIAL DALAM PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pilihan Geomaterial Pada
Semester Keenam Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022

Disusun Oleh :
Erlan Adiya Jamil (10070119028)
Afif Zahrandika (10070119052)
M Hila Fadilah (10070119070)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji dan syukur marilah panjatkan kepada Allah SWT karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah mata kuliah
Geomaterial ini dengan baik. Sesuai dengan judulnya “Geomaterial dalam
Pembangunan Infrastruktur” ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Geomaterial pada semester keenam.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunannya masih jauh dari
kata sempurna, dan masih terdapat kesalahan – kesalahan dalam
penyusunannya. Untuk itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam pengetikan maupun dari isi laporan yang telah disusun.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada
kelompok kami, beserta Bapak Solihin selaku dosen pengampu mata kuliah
Geomaterial yang juga bersedia membimbing serta mengarahkan penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas tersebut. Besar harapan, agar
makalah yang telah disusun ini dapat memberikan suatu manfaat bagi pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 16 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2
1.2.1 Maksud ................................................................................ 2
1.2.2 Tujuan .................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 3
2.1 Infrastruktur ................................................................................... 3
2.2 Geomaterial Dalam Pembangunan Infrastruktur ............................ 3
2.2.1 Semen................................................................................ 4
2.2.2 Kapur ................................................................................. 6
2.2.3 Pasir ................................................................................... 7
2.2.4 Air ...................................................................................... 8
2.2.5 Beton ................................................................................. 8
2.2.6 Kayu................................................................................... 8
2.2.7 Metal .................................................................................. 9
2.2.8 Kaca................................................................................... 9
BAB III STUDI KASUS .............................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................14
BAB V KESIMPULAN ..............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infrastruktur merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat
dapat berlangsung. Infrastruktur yang sering disebut sebagai prasarana dan
sarana fisik dapat diartikan sebagai bangunan fisik untuk kepentingan dan
keselamatan umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, transportasi termasuk
jalan, irigasi, air bersih maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang
sangat kuat dengan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana dapat ditunjukan dengan indikasi bahwa daerah yang mempunyai
kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi lebih baik, mempunyai tingkat
kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula.
Pembangunan infrastruktur memperlancar arus distribusi barang dan jasa.
Secara ekonomi makro, ketersediaan pelayanan infrastruktur akan mempengaruhi
tingkat produktivitas marginal modal swasta, sedangkan secara ekonomi mikro,
infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga
berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,
yang meliputi peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja
dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan
terwujudnya stabilitas ekonomi makro, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya
pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Dari sisi tenaga kerja,
pembangunan infrastruktur menciptakan peluang usaha dan menampung
angkatan kerja sangat besar dan berpotensi untuk memberikan multiplier effect
terhadap perekonomian lokal dan perekonomian Kawasan.
Dengan semakin berkembangnya zaman menyebabkan kebutuhan
material sebagai bahan baku yang menunjang pembangunan infratsruktur juga
akan semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan material ini harus didukung
dengan pemahaman mengenai material yang digunakan dalam infrastruktur
bangunan. Pemahaman mengenai material ini diapat dipelajari dalam
Geomaterial. Geomaterial sendiri adalah salah satu studi yang mengkaji mengenai
penggunaan material – material konstruksi yang berasal dari bumi. Geomaterial

1
2

penting untuk dipelajari mengingat pembangunan aakan semakin maju maka


pengetahuan akan material yang dibutuhkannya yang dijaki dalam Geomaterial ini
sangat untuk diperlukan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai
penggunaan material – material, yang memiliki karakteristik fisik maupun
mekanik yang digunakan dalam pembangunan infrastruktur
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui sifat fisik dan sifat mekanik geomaterial.
2. Mengetahui pengaruh sifat fisik dan mekanik geomaterial terhadap
penggunaan material sebagai bahan baku konstruksi bangunan
3. Mengetahui peran geomaterial dalam pembangunan infrastruktur.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Infrastruktur
Menurut Gregory Mankiw (2003) dalam Teori Ilmu Ekonomi, infrastruktur
artinya wujud modal publik (public capital) yang terdiri dari jalan umum, jembatan,
sistem saluran pembuangan, dan lainnya, sebagai investasi yang dilakukan oleh
pemerintah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), infrastruktur adalah
padanan dari kata prasarana. Secara umum, arti infrastruktur seringkali dikaitkan
struktur fasilitas dasar untuk kepentingan umum. Beberapa contoh infrastruktur
dalam bentuk fisik antara lain jalan, jalan tol, stadion, jembatan, konstruksi
bangunan, jaringan listrik, bendungan, dan sebagainya.
Namun secara umum, infrastruktur terbagi dalam beberapa kelompok antara
lain infrastruktur air, infrastruktur transportasi, infrastuktur energi, infrastruktur
bangunan, infrasttuktur pengelolaan limbah. Infrastruktur tersebut dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1. Infrastruktur keras yaitu infrastruktur yang berkaitan dengan pembangunan
fasilitas umum yang wujudnya fisik. Contohnya yaitu infratrusktur air,
infrastruktur transportasi, dan infrastruktur energi.
2. Infrastruktur keras non-fisik yaitu infrastruktur yang berkaitan dengan fungsi
utilitas umum. Tujuan dibuatnya infrastruktur ini sebagai upaya untuk
mendukung sarana dan prasarana umum dalam mendukung kegiatan sosial
dan ekonomi masyarakat luas.
3. Infrastruktur lunak atau yang biasa disebut dengan kerangka institusional atau
kelembagaan adalah Infrastruktur keras mencakup segala hal penunjang
kelancaran kegiatan sosial dan ekonomi khalayak luas, yang mana tidak
terlihat wujud dan bentuknya secara kasat mata.

2.2 Geomaterial Dalam Pembangunan Infrastruktur


Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala
sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia
dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya
serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya sebuah peradaban

3
4

suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan maupun sarana dan
prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan
sejarahnya.
Bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam
perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan
bangunan atau yang menunjang dalam membuat suatu bangunan. Perkembangan
ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut seperti halnya arsitektur, teknik
sipil yang berkaitan dengan bangunan. Penggunaan trigonometri dalam
matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa
Mesir kuno dalam membangun Piramida. Pada masa sekarang, bangunan-
bangunan berupa gedung tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban
manusia.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai
sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya
memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang
ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya
batu, tanah dan kayu. Setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat
digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan
seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah
batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat
bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-
bahannya bakunya diambil dari alam.
Sebelum merancang konstruksi sebuah bangunan, ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu bahan bangunan apa saja yang diperlukan. Tidak
hanya bahan alami yang digunakan dalam konstruksi pembangunan, tetapi juga
bahan yang berasal dari pabrik. Bahan bangunan alami sedikit sekali
mendapatkan campur tangan pabrik, misalnya kayu dan kaca. Sedangkan bahan
bangunan pabrikan adalah kebanyakan diolah di dalam pabrik, misalnya pipa dan
semen. Masing-masing jenis memiliki fungsinya sendiri.
2.2.1 Semen
Semen adalah suatu bahan perekat hidrolis berupa serbuk halus yang dapat
mengeras apabila tercampur dengan air. Semen terdiri dari batu lapur / gamping
yang mengandung kalsium oksida (CaO), tanah liat (lempung) yang mengandung
5

silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan gips yang
berfungsi untuk mengontrol pengerasan. Semen memiliki 4 unsur pokok, yaitu :
1. Batu kapur (Cao) sebagai sumber utama, terkadang terkotori oleh SiO2,
Al2O3, dan Fe2O3.
2. Tanah liat yang mengandung senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3.
3. Bila perlu ditambahkan pasir kwarsa / batu silika, ini di tambahkan apabila pada
tanah liat mengandung sedikit SiO2.
4. Pasir besi / biji besi, ini ditambahkan apabila tanah liat mengandung sedikit
Fe2O3.
Jenis-jenis semen yang biasa digunakan yaitu:
1. Semen Portland Pozolan (SPP) Semen ini merupakan hasil dari semen
Portland di tambah dengan pozolan, yang mana pozolan yang di tambahkan
bekrisar 10-30%. Nama lain dari semen ini Traz Portland Cement, semen ini
sering dipakai di Negara Jerman. Tras yang di gunakan adalah Tras
Andernach.
2. Semen Putih Campuran semen ini memiliki kadar Fe2O3-nya rendah, karna
warna abu-abu pada semen portland disebabkan oleh serbuk besi. Semen ini
dibuat dari batu kapur dan tanah liat putih (kaolin), kadar Fe2O3 tidak boleh
lebih dari 1,5%. Pengolahannya sama dengan pengolahan semen biasa, tapi
tidak menggunakan alat-alat yang mengandung besi.
3. Mansory cement Semen ini berfungsi untuk pasangan tembok dan plasteran.
Semen ini dibuat dari semen Portland dan di campur dengan hasil gilingan batu
kapur. Namun semen tipe I lebih baik dibandingkan dengan semen ini.
4. Semen sumur minyak Berfungsi untuk menyemen pipa pengeboran minyak,
melapisi bocoran air atau gas. Semen ini di pakai dalam bentuk bubur cair yang
di pompakan dengan tekanan tinggi yang mencapai 1200 kg/cm2 dengan suhu
rata-rata lebih dari 170o dalam keadaan belum mengeras
5. Hidropobic cement Klinker yang di giling dengan tambahan asam oleat atau
asam streat.
6. Waterproofed cement Semen yang digunakan di Inggris yang terbuat dari
semen Portland yang ditambahkan calsium, aluminium, atau sterat logam
lainnya.
7. Semen alumina Tebuat dari batu kapur dicampur dengan bauksit dengan kadar
campuran 60-70% (batu kapur), dan 30-40% (bauksit). Campuran dibakar
6

pada suhu 1600oC dalam tungku listrik sampai cair, kemudian hasil baker tadi
di tambahkan gips.

Sumber: Kania.2018
Gambar 2.1
Semen
2.2.2 Kapur
Kapur termasuk bahan bangunan yang penting. Bahan ini telah dipakai sejak
zaman kuno. Orang-orang Mesir kuno memakai kapur untuk memplester
bangunan. Di Indonesia, kapur dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan
tembok, pilar dan sebagainya. Sifat-sifat kapur sebagai bahan bangunan (bahan
ikat) yaitu:
1. Mempunyai sifat plastis yang baik (tidak getas)
2. Sebagai mortel, member kekuatan pada tembok.
3. Dapat mengeras dengan cepat dan mudah.
4. Mudah dikerjakan.
5. Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata.
Kapur dapat dipakai untuk keperluan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan ikat pada mortel
2. Sebagai bahan ikat pada beton. Bila dipakai bersama-sama Semen Portland,
sifatnya menjadi lebih baik dan dapat mengurangi kebutuhan semen Portland.
3. Sebagai batuan jika berbentuk batu kapur.
4. Sebagai bahan pemutih.
Kapur dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Kapur tohor (CaO)
2. Kapur padam (Ca(OH)2)
3. Kapur udara
4. Kapur hidrolis
7

Sumber: Dwi.2013
Gambar 2.2
Kapur
2.2.3 Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya
berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah
silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk
dari batu kapur. Jenis-jenis pasir :
1. Pasir urug : digunakan untuk menambah level lantai, sebagai landasan kerja,
atau urug pondasi.
2. Pasir putih Bangka : digunakan untuk campuran beton kekuatan tinggi, juga
untuk plester. Tingkat kekasarannya membuat penggunaan semen yg lebih
ekonomis dan setting yang lebih cepat.
3. Pasir pasang : digunakan untuk memasang bata dan plester.
4. Pasir beton
5. Pasir batu/sirtu

Sumber: Pasir.2019
Gambar 2.3
Kapur
8

2.2.4 Air
Air yang digunakan harus bersih, segar dan bebas dari bahan-bahan yang
merusak seperti, minyak, asam dan unsur organik.
2.2.5 Beton
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu masa mirip-batuan.
2.2.6 Kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Penyebab terbentuknya
kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai
jaringan di batang. Salah satu kegunaan kayu adalah untuk bahan bangunan yang
dibedakan sebagai kayu struktural (memikul beban) dan non struktural (tidak
memikul beban). Baik untuk tujuan struktural maupun non struktural, diperlukan
dukungan data teknis diantaranya sifat mekanis. Sifat mekanis ada beberapa
macam yang berhubungan dengan macam penggunaannya antara lain sebagai
bahan bangunan, misalnya untuk tiang diperlukan data keteguhan tekan sejajar
serat, untuk kuda-kuda diperlukan data keteguhan lentur static, keteguhan tekan
sejajar serat, keteguhan geser. Balai penyelidikan Kehutanan Bogor telah
mengklasifikasi kayu di Indonesia dalam 5 kelas keawetan berdasarkan kriteria :
1. Pengaruh kelembaban/kayu diletakkan di tempat yang lembab.
2. Pengaruh iklim dan panas matahari tetapi terlindung terhadap pengartuh air.
3. Pengaruh iklim, tetapi terlindung terhadap panas matahari.
4. Terlindungi dan terawat baik.
5. Pengaruh rayap dan serangga lainnya.

Sumber: Kania.2018
Gambar 2.4
Kayu
9

2.2.7 Metal
Metal adalah salah satu bahan bangunan paling kuat. Metal biasanya
digunakan sebagai kerangka konstruksi bangunan-bangunan besar seperti
gedung pencakar langit, juga bisa sebagai pelapis permukaan gedung. Ada
beragam jenis metal yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan. Misalnya
saja baja, yang merupakan campuran bahan lainnya dengan besi sebagai
komponen utama, cocok sebagai struktur bangunan. Baja adalah bahan bangunan
yang kuat, fleksibel, serta tahan lama. Meski begitu, karat tetap menjadi tantangan
paling besar. Campuran alumunium dan timah memiliki kepadatan yang rendah
tetapi lebih baik dalam mencegah karat dibanding baja. Bahan metal lainnya yang
digunakan sebagai bahan bangunan adalah titanium, krom, perak, dan emas.
Titanium bisa digunakan untuk struktur bangunan, tetapi harganya memang jauh
lebih mahal daripada baja. Sedangkan emas, perak, dan krom adalah bahan
bangunan yang tidak cocok untuk struktur bangunan, tetapi sangat indah dijadikan
dekorasi.

Sumber: Kania.2018
Gambar 2.5
Metal
2.2.8 Kaca
Kaca adalah bahan bangunan yang dapat digunakan sebagai jendela.
Material bening dan tipis ini memang telah digunakan sebagai pelapis pada
ventilasi rumah-rumah sejak pertama kali ditemukan. Kaca memungkinkan
penghuni rumah mendapatkan cahaya dari luar namun tetap terlindungi dari efek
buruk cuaca. Kaca sendiri secara umum terbuat dari campuran pasir dan silika,
sehingga begitu rapuh, atau mudah pecah. Dengan kecanggihan teknologi, kaca
kini bisa menjelma menjadi semacam tirai yang mampu menutupi permukaan
bangunan. Kaca juga bisa digunakan pada atap untuk mendapatkan
pemandangan langit yang cantik. Contohnya adalah skylight.
10

Sumber: Kania.2018
Gambar 2.3
Kaca
BAB III
STUDI KASUS

Penyediaan infrastruktur seperti transportasi, jalan, pengairan, air limbah dan


air bersih merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam pembangunan.
Pembangunan infrastruktur fisik seperti saluran air maupun perkerasan jalan di
lingkungan gambut biasanya mengalami berbagai permasalahan akibat daya
dukung tanah rendah, kadar air tinggi, rangkak, deformasi dan derajat keasaman
yang tinggi. Gambut merupakan tanah organik yang banyak ditemukan di negara-
negara tropis dan subtropis. Tanah gambut merupakan akumulasi penguraian
sisa-sisa tanaman lapuk kurang sempurna dan tergenang air (Agus dan Subiksa,
2008). Gambut memiliki kadar air sangat tinggi, yakni sekitar 100-1300% dari berat
keringnya sehingga berat isi gambut tidak besar, lembek serta memiliki daya
dukung beban rendah (Mutalib et al. 1994). Sisa pelapukan tanaman tidak
sempurna akibat kondisi jenuh air dan rendah unsur hara membentuk bahan
organik dengan ketebalan sekitar 50 cm atau lebih. Ketebalan lapisan organik
gambut sangat menentukan tipe senyawa asam yang dikandungnya. Penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa gambut baru terbentuk mengandung nitrogen dan
asam fulvat, sedangkan gambut lama lebih kaya senyawa asam humat (Spedding,
1988).
Kandungan bahan organik pada gambut terdiri dari senyawa-senyawa humat
(10-20%), lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein dan
lainnya (Spedding, 1998). Senyawa-senyawa organik tersebut memiliki unsur hara
rendah dan mengandung asam organik merugikan bagi tanaman. Derajat
keasaman tinggi dengan pH 3-5 sangat umum ditemukan di Indonesia, terutama
pada lapisan gambut tebal di daerah Sumatera dan Kalimantan. Gambut di daerah
tropis memiliki kandungan senyawa-senyawa humat yang lebih tinggi daripada
gambut di daerah beriklim subtropis karena gambut tropis banyak mengandung
lignin dari pepohonan. Lignin yang terdegradasi dalam kondisi anaerob
membentuk senyawa-senyawa humat (Kononova, et al. 1968) dengan tingkat
agresivitas lebih tinggi daripada gambut subrtopis karena proses pembentukannya
terjadi secara parsial dalam kondisi anaerob.

11
12

Beton geopolimer dibuat tanpa semen dari 100% limbah agro-industri kaya
silika dan alumina dengan pengaktifan menggunakan larutan aktivator seperti
kombinasi NaOH dan natrium silikat pada suhu tinggi. Istilah geopolimer
dipopulerkan oleh Davidovits (1994) bagi polimer mineral yang dihasilkan dari
geokimia. Geopolimer adalah polimer alumina silikat inorganik yang disintesa dari
bahan silika dan aluminium. Bahan silika dan aluminium diperoleh dari bahan
alami maupun hasil sampingan industri seperti abu terbang. Bahan dasar
geopolimer umumnya mengandung silika dan alumina cukup tinggi, memiliki fasa
amorphous reaktif atau fasa butiran-halus (Perera, 2007). Berbagai bahan dasar
digunakan dalam penelitian seperti abu terbang kelas F, abu terbang kelas C,
metakaolin, dan slag. Menurut Xu & van Deventer (2002), bahan untuk
geopolimerisasi juga dapat berupa bahan tunggal maupun kombinasi berbagai
bahan. Walaupun bahan dasar yang digunakan berbeda, pada dasarnya
pengaktifan dengan larutan alkali akan memberikan hasil akhir berupa amorphous
aluminasilikat. Tetapi van Jaarsveld, et al. (2003) menyatakan bahwa tiap bahan
dasar yang digunakan sebenarnya mempengaruhi sifat fisik dan kimia geopolimer.
Penggunaan abu terbang dari berbagai sumber yang memiliki perbedaan secara
mineralogi dan kelarutan akan mempengaruhi kemampuan abu terbang tersebut
untuk bereaksi dalam campuran geopolimer. Oleh karena itu, hasil pengaktifan
berbagai bahan dasar jenis yang sama sebenarnya akan berbeda karena tiap
bahan memiliki variasi kandungan mineral
Kekuatan akhir beton geopolimer dipengaruhi oleh beberapa faktor penting,
yaitu kepekatan larutan alkali, jenis larutan alkali, metode perawatan, suhu
perawatan, waktu pra-perawatan, perbandingan bahan dasar dengan larutan
alkali, kandungan air dan komposisi campuran. Kepekatan larutan alkali
menentukan kekuatan beton geopolimer karena semakin pekat maka kekuatan
beton akan meningkatan dalam batas tertentu. Tetapi kepekatan yang sangat
tinggi tidak dianjurkan karena beton menjadi tidak ekonomis). Metode perawatan
untuk kesempurnaan pembentukan material amorphous aluminosilikat adalah
menggunakan suhu tinggi berkisar antar 60-900C Panas akan membantu
percepatan reaksi dalam campuran geopolimer sehingga jika kandungan air
ditingkatkan secara drastis, maka terjadi kecenderungan pembentukan kristal
geopolimer yang besar. Sedangkan penambahan air dalam jumlah yang sedang
13

ternyata tidak secara signinfikan mengubah ukuran kristal (van Jaarsveld, et al.
2002).
Penelitian mengenai geopolimer di lingkungan gambut telah dilakukan oleh
Kelompok Riset Geopolimer Fakultas Teknik Universitas Riau sejak tahun 2005
dengan menggunakan abu terbang batu bara atau fly ash (FA) dan abu sawit atau
palm oil fuel ash (POFA) dari industri lokal Provinsi Riau sebagai bahan dasar.
Produk geopolimer abu terbang dan abu sawit yang dihasilkan memiliki kuat tekan
berkisar antara 19,61-22,5 MPa pada umur 28 hari (Olivia et al. 2015). Durabilitas
material geopolimer terbuat dari abu terbang dan abu sawit di dalam air gambut
yang asam telah dikaji (Olivia et al. 2016). Spesimen dicetak dalam cetakan
50x50x50mm dan dirawat di dalam suhu tinggi sebesar 100OC (oven) selama 24
jam. Kedua material memiliki kuat tekan berkisar antara 22,5 MPa pada umur 28
hari. Spesimen di direndam selama 180 hari di dalam air gambut dan perubahan
kuat tekan diuji pada umur 7, 28, 91, 120, 150, dan 180 hari. Sebagai pembanding,
digunakan material OPC dengan kekuatan yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel OPC mengalami penurunan
kuat tekan setelah direndam selama 28 hari dalam air gambut. Kuat tekan terus
menurun hingga perendaman dilakukan selama 180 hari. Interaksi mortar OPC
dengan asam pada air gambut dapat menyebabkan penundaan hidrasi pasta
semen sehingga kuat tekan semakin berkurang.
BAB IV
PEMBAHASAN

Geopolimer merupakan material berasal dari limbah industri yang


ketersediaannya cukup tinggi di Provinsi Riau. Material ini memiliki ketahanan
terhadap asam di lingkungan gambut dan dapat digunakan sebagai material
infrastruktur seperti saluran air maupun beton ringan untuk perkerasan kaku jalan
di tanah gambut. Geopolimer abu terbang (FA) lebih direkomendasikan dibanding
geopolimer abu sawit (POFA) untuk digunakan dalam aplikasi infrastruktur di tanah
gambut. Ketahanan geopolimer terhadap asam disebabkan oleh ikatan
aluminosilikat yang lebih stabil dan kandungan kalsium (Ca) lebih rendah
dibandingkan OPC, serta tidak mengandung biomass seperti pada geopolimer abu
sawit (POFA).
Mortar geopolimer abu sawit (POFA) yang direndam di air gambut,
memperlihatkan penurunan kuat tekan yang cukup signifikan hingga 80% setelah
direndam selama 180 hari. Kehilangan kuat tekan dapat diakibatkan oleh
lemahnya ikatan antara produk aluminosilikat abu sawit, sehingga geopolimer dari
abu sawit kurang stabil dan mudah rusak dalam larutan. Kuat tekan mortar
geopolimer abu terbang (FA) tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Penurunan kuat tekan terjadi setelah umur 28 hari hingga 120 hari, tetapi
peningkatan kuat tekan terjadi setelah umur tersebut. Geopolimer yang dibuat dari
bahan dasar amorf seperti abu terbang yang diaktifkan dengan natrium hidroksida
akan lebih stabil saat direndam di air gambut. Geopolimer yang berinteraksi
dengan asam lemah akan mengalami lindi dan terjadi pertukaran kation di
kerangka aluminosilikat. Tetapi asam keras akan merusak ikatan Si-O-Al,
meningkatkan jumlah ikatan Si-OH dan Al-OH, merusak kerangka aluminosilikat
dan mengurangi massa geopolimer. Dibandingkan dengan material OPC atau
geopolimer abu sawit (POFA), geopolimer abu terbang lebih cocok digunakan
sebagai material infrastruktur untuk lingkungan gambut yang langsung.

14
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini sebagai
berikut:
1. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap
pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan
keduanya, sifat mekanik ini dapat meliputi kekuatan, kekakuan, elastisitas,
dan keausan. Sedangkan sifat fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat material
yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh pemanasan,
pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada struktur
material. Sifat fisik material antara lain: temperatur cair, konduktivitas panas
dan panas spesifik.
2. Sifat fisik dan sifat mekanik ini akan berpengaruh terhadap material yang
akan digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan. Sifat mekanik ini
berkaitan dengan pengaruh material apabira dipengaruhi oleh gaya,
biasanya ketika kondisi mekaniknya bagus maka material tersebut dapat
dikatakan ccok digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan.
3. Geomaterial sangat berperan terhadap pembangunan infrastruktur. Dalam
Geomaterial itu sendiri berperan dalam memampaatkan bahan galian
khususnya batuan sebagai bahan baku konstruksi, dengan memahami
karakteristik dari setiap bahan galiannya maka dapat diketahui bahan galian
yang cocok untuk digunakan sebagai bahan baku konstruksi yang sesuai
dengan penggunaan dan kebutuhannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Anas. 2019. “Jenis Dan Tipe Pasir Bangunan Untuk Konstruksi”. builder.id.
diakses tanggal 16 Februari 2021 jam 08.20 WIB

2. Idris. 2021. “Arti Infrastruktur: Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Contoh”.


money.kompas.com. diakses tanggal 16 Februari 2021 jam 07.15 WIB

3. Dwi kusuma 2013. “Kapur Sebagai Bahan Bangunan”.


dwikusumadpu.wordpress.com. diakses tanggal 16 Februari 2021 jam
08.13 WIB
4. Kania. 2018. “9 Jenis Bahan Bangunan yang Digunakan dalam
Konstruksi”. dekoruma.com. diakses tanggal 16 Februari 2021 jam
07.25 WIB

5. Maksum. 2015. “BAHAN-BAHAN KONSTRUKSI DALAM KONTEKS


TEKNIK SIPIL”. Program Studi S-1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Kristen Maranatha

16

Anda mungkin juga menyukai