Anda di halaman 1dari 15

ARSITEKTUR MODERN

ARSITEKTUR MODERN AKHIR ABAD KE – 20

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
WARDA SRI ANANDA (220211500008)
NUR RAHMADANI RAHIM (220211502060)
SERLYANTI AHMAD D (220211502033)
MUH.AGUNG NURWAHID (220211502040)
RAFI HIMAWAN SABNA (220211502002)
MUH. ARIEF RIFAY SAID (210211501033)

ARSITEKTUR B(02)
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
berjudul "Arsitektur Modern Akhir Abad ke – 20" disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah "Arsitektur Modern".
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah pengetahuan
tentang bagaimana arsitektur modern pada akhir abad ke – 20.

Makassar, Maret 2024

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii
BAB I – PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2
BAB III – PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Perkembangan Arsitektur Modern Akhir Abad ke-20 .................................... 3
a) Arsitektur Neo – Vernacular ...................................................................... 3
b) Arsitektur Modern Historicism .................................................................. 4
c) Post Modernism......................................................................................... 5
d) Arsitektur Deconstructive .......................................................................... 6
e) Arsitektur Modern 60 – 70an ..................................................................... 7
B. Persamaan dan Perbedaan Aliran Jenis Arsitektur.......................................... 8
BAB IV – PENUTUP ............................................................................................ 10
A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Fasad Masjid Raya Sumatra Barat......................................................... 3


Gambar 3.2. Interior Masjid Raya Sumatra Barat ...................................................... 3
Gambar 3.3. The White House .................................................................................. 4
Gambar 3.3. Atap Gable............................................................................................ 6
Gambar 3.4. Bangunan British Library...................................................................... 6
Gambar 3.5. Tampak Depan...................................................................................... 7
Gambar 3.6. Tampak Samping .................................................................................. 7

iii
BAB I – PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad ke – 20 menjadi saksi bisu perkembangan pesat arsitektur modern. Dimulai
dari penolakan terhadap gaya tradisional di awal abad, hingga munculnya berbagai
aliran dan gerakan baru yang mendefinisikan ulang arsitektur modern. Modernisme
mendominasi dunia arsitektur pada pertengahan abad ke -20 dengan prinsip yang
fungsional, universal, dan materialitas modern yang menjadi landasan utama desain
arsitektur.

Pada akhir abad ke-20, berbagai aliran arsitektur baru muncul sebagai respon
terhadap modernisme klasik. Aliran – aliran ini meliputi arsitektur neo – vernacular,
modern historicism, postmodernisme, dekonstruksivisme, dan arsitektur modern 60
– 70an yang menandakan pergeseran paradigma dalam arsitektur modern.

Hal yang memicu munculnya aliran – aliran arsitektur modern akhir abad – 20
dikarenakan oleh ketidakpuasan terhadap modernisme klasik yang dianggap terlalu
kaku, dogmatis, dan tidak manusiawi. Modernisme dianggap terlalu universal dan
tidak responsive terhadap konteks budaya dan sejarah lokal. Modernisme juga
dianggap mengabaikan aspek estetika dan menciptakan bangunan yang monoton
dan tidak menarik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan arsitektur modern akhir abad ke-20 yang mencakup
arsitektur neo - vernacular, arsitektur modern historicism, post modernism,
arsitektur deconstructive, dan arsitektur modern 60 – 70an.
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam jenis arsitektur
tersebut ?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi perkembangan arsitektur modern akhir abad ke-20 yang
mencakup arsitektur neo - vernacular, arsitektur modern historicism, post
modernism, arsitektur deconstructive, dan arsitektur modern 60 – 70an.
2. Mengidentifikasi bagaimana persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam
jenis arsitektur yang telah dijelaskan.

1
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan arsitektur modern akhir abad ke-20 mencakup berbagai aliran


yang mencerminkan berbagai pendekatan terhadap desain bangunan.
Arsitektur neo – vernacular mencoba menggabungkan elemen-elemen tradisional
dengan desain modern. Ini mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya
lokal dan upaya untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya estetis tetapi juga
memiliki keterkaitan dengan komunitas dan lingkungan sekitarnya.
Berbeda dengan Neo-Vernacular, Modern Historicism menekankan pada
penggunaan referensi historis dalam desain bangunan. Ini mencerminkan
penghormatan terhadap sejarah dan tradisi arsitektur, serta upaya untuk
menciptakan bangunan yang tidak hanya inovatif tetapi juga memiliki keterkaitan
dengan masa lalu.
Postmodernisme muncul sebagai respons terhadap modernisme dan mencoba
untuk mendekati arsitektur dengan cara yang lebih fleksibel dan kritis.
Postmodernisme menolak kepadatan dan kesederhanaan modernisme, menekankan
pada kompleksitas dan kontradiksi dalam desain. Ini mencerminkan penghormatan
terhadap keberagaman dan ketidakpastian dalam desain bangunan.
Arsitektur Deconstructive mencoba untuk "mendekapsulasi" arsitektur,
menciptakan struktur yang tidak tergantung pada kesederhanaan atau kepadatan.
Arsitektur deconstructive mencoba untuk menciptakan ruang yang fleksibel dan
adaptif, dengan struktur yang mencerminkan konflik dan ketidakpastian.
Arsitektur modern 60-70an mencerminkan perkembangan arsitektur modern di
tengah abad ke-20, dengan fokus pada inovasi teknologi dan material, serta
penggunaan bentuk yang inovatif dan ekspresif. Ini mencakup penggunaan beton,
baja, dan kaca, serta desain yang mencerminkan estetika modern.
Setiap aliran ini mencerminkan berbagai pendekatan terhadap desain bangunan,
mencakup penggunaan material dan teknologi baru, serta penggunaan bentuk yang
inovatif dan ekspresif. Meskipun semua gerakan ini berada dalam konteks arsitektur
modern, mereka mencerminkan berbagai pendekatan terhadap fungsi, estetika, dan
konteks sosial dan budaya bangunan.

2
BAB III – PEMBAHASAN

A. Perkembangan Arsitektur Modern Akhir Abad ke-20


Perkembangan arsitektur modern akhir abad ke – 20 terdiri dari beberapa aliran yang
berbeda, yaitu :
a) Arsitektur Neo – Vernacular
Arsitektur Neo-Vernakular adalah aliran desain yang menggabungkan elemen-
elemen arsitektur tradisional atau vernakular dengan desain modern. Ini
mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya lokal dan upaya untuk
menciptakan bangunan yang tidak hanya fungsional tetapi juga memiliki kesan
lokal. Dalam arsitektur Neo-Vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari
vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern. Aliran ini
menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi masih memiliki image daerah
setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca
dan logam. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran
Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme
yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi
perkembangan teknologi industry. Salah satu contoh bangunan dari aliran
arsitektur ini adalah Masjid Raya Sumatra Barat.

Gambar 3.1. Fasad Masjid Raya Gambar 3.2. Interior Masjid Raya
Sumatra Barat Sumatra Barat

3
Pada Masjid Raya Sumatra Barat, arsitektur Neo-Vernakular terlihat pada
bentuk atap dan dasar bangunan yang merepresentasikan bangunan vernakular
rumah gadang Minangkabau. Unsur-unsur yang kuat pada elemen-elemen
interior ini terdominasi oleh bentuk-bentuk yang unik, bersih, dan licin. Sistem
yang digunakan untuk menampung air hujan juga menggunakan teknologi
menetralisir air hujan, yang menunjukkan bahwa desain yang digunakan pada
masjid ini sudah mengarah kepada sistem kecanggihan. Masjid Raya Sumatra
Barat merupakan bangunan unik yang menggabungkan unsur rumah gadang
Minangkabau dengan stil modern. Dengan bentuk unik yang menggabungkan
dua stil arsitektur, masjid ini diharapkan dapat memberikan dampak sosial dan
psikologis yang mampu mewakili penyatuan umat Islam di Sumatera Barat.

b) Arsitektur Modern Historicism


Arsitektur Modern Historicism adalah aliran yang menggabungkan elemen-
elemen arsitektur tradisional atau historis dengan desain modern. Ini
mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya dan sejarah, namun
dengan penyelesaian dan interpretasi yang modern. Dalam arsitektur ini, desain
bangunan tidak hanya meniru gaya historis tetapi juga mencoba untuk
menampilkan elemen-elemen tersebut dalam cara yang inovatif dan relevan
dengan kondisi modern. Arsitektur Modern Historicism seringkali
menggunakan ornamen dan bentuk-bentuk lama, namun dengan cara yang lebih
sederhana dan modern, serta menggunakan konsep dan detail arsitektur klasik
secara utuh.

Gambar 3.3. The White House

4
Arsitektur Modern Historicism yang terdapat pada bangunan The White House,
Washington D.C., USA adalah kombinasi antara arsitektur yang tradisional dan
arsitektur yang modern. The White House dibangun pada tahun 1800 dan
dirancang oleh arsitek James Hoban. Bangunan ini memiliki arsitektur
neoklasik, yang dapat dilihat pada bentuknya yang kuat dan berwarna putih.
Namun, dalam rekonstruksinya pada tahun 2000, arsitektur The White House
telah diperbarui dengan elemen arsitektur modern. Arsitektur Modern
Historicism yang terdapat pada The White House memiliki manfaat yang
signifikan, seperti menunjukkan pembaruan dan perkembangan arsitektur,
sambil tidak melupakan keindahan dan kesan yang diberikan oleh arsitektur
tradisional.

c) Post Modernism
Arsitektur postmodernisme adalah aliran yang mengadopsi pendekatan lebih
eksperimental, menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan inovasi
baru, serta mengeksplorasi berbagai gaya dan bentuk. Konsep ini hadir
berdasarkan pada sikap skeptisisme, ironi, atau penolakan terhadap ide-ide
modernisme. Gerakan ini eksis sejak tahun 1960-1970-an, sebagai kritik
terhadap arsitektur modern yang dinilai terlalu formal dan monoton. Pada era
itu, desain bangunan modern memiliki variasi yang minim di dalamnya.
Postmodernisme mencoba merombak konsep modernisme dengan cara yang
lebih fleksibel dan kritis. Ini mencakup penggunaan ironi, parodi, dan referensi
ke gaya sejarah dalam desain bangunan. Contohnya adalah penggunaan bentuk
dan ruang yang tidak terikat oleh aturan tradisional, serta penggunaan material
dan teknologi yang inovatif. Salah satu bentuk bangunan yang mencerminkan
eksplorasi postmodernisme adalah atap gable tradisional, di mana atap tersebut
menjadi alternatif untuk atap datar modernisme.

5
Gambar 3.3. Atap Gable

Salah satu contoh bangunan dari arsitektur post modernism adalah The British
Library yang terletak di London. British Library, dengan desain yang
mencerminkan keberagaman dan keberanian dalam penggunaan elemen-
elemen tradisional dan modern, menunjukkan bagaimana arsitektur
postmodernisme dapat menggabungkan referensi sejarah dan konteks lokal
dengan inovasi desain.
British Library menunjukkan bagaimana desain bangunan dapat
mengeksplorasi berbagai gaya dan tradisi, serta bagaimana desain dapat
mencerminkan keberagaman budaya dan konteks dalam pembentukan
bangunan. Ini menunjukkan bagaimana arsitektur postmodernisme dapat
menciptakan bangunan yang tidak hanya fungsional tetapi juga memiliki kesan
estetika dan filosofis, mencerminkan pendekatan postmodernisme yang lebih
kompleks dan bertentangan terhadap arsitektur modern.

Gambar 3.4. Bangunan British Library

d) Arsitektur Deconstructive
Arsitektur Deconstructivisme adalah gerakan arsitektur yang memberikan
kesan fragmentasi pada bangunan yang dibangun, biasanya ditandai dengan
tidak adanya harmoni, kelanjutan, atau simetri yang jelas. Nama
"deconstructivisme" merupakan gabungan dari "constructivisme" dan
"deconstruction", yang merupakan bentuk analisis semiotik yang
dikembangkan oleh filsuf Prancis Jacques Derrida. Deconstructivisme
bukanlah sebuah gaya arsitektur baru atau gerakan avant-garde terhadap
arsitektur atau masyarakat. Gerakan ini tidak mengikuti "aturan" atau
mengadopsi estetika tertentu, dan juga bukanlah pemberontakan terhadap suatu

6
masalah sosial. Sebaliknya, deconstructivisme adalah pelestarian kemungkinan
tak terbatas untuk bermain-main dengan bentuk dan volume. Salah satu contoh
bangunan dari aliran arsitektur ini adalah Dancing House karya dari Frank
Gehry.

Gambar 3.5. Tampak Depan Gambar 3.6. Tampak Samping

Arsitektur Deconstructivisme, yang terdapat pada bangunan Dancing House


oleh Frank Gehry, mencerminkan pendekatan yang inovatif dalam desain
arsitektur, di mana bentuk dan struktur bangunan dirancang untuk menciptakan
pengalaman visual yang tak terduga dan menantang konvensional. Desain ini
didorong oleh pertimbangan estetika, di mana jendela yang tersebar bertujuan
untuk memberikan efek tiga dimensi dan menciptakan kontras yang lebih
rendah dengan bangunan sekitar. Meskipun bangunan ini mendapatkan
penghargaan dan pengakuan internasional, desain deconstructivisme-nya juga
mendapat kritik karena dianggap tidak sesuai dengan kota klasik Prague, yang
dikenal dengan bangunan Baroque, Gothic, dan Art Nouveau. Kritik ini
menekankan pada bentuk, asimetri yang berat, dan material yang dianggap
tidak cocok dengan konteks sekitar.

e) Arsitektur Modern 60 – 70an


Aliran arsitektur modern pada tahun 1960-1970 mencerminkan perubahan
besar dalam pemikiran dan nilai-nilai, dengan fokus pada penggantian gaya
arsitektur tradisional dengan cara-cara baru dalam desain dan konstruksi.
Arsitektur di era ini tidak hanya dilihat sebagai seni fungsi tetapi juga sebagai
sarana ekspresi politik dan sosial. Musik, seni, dan konstruksi semuanya
berkontribusi pada gaya arsitektur masa itu, menciptakan gerakan budaya yang
menekankan kreativitas, individualitas, dan kemajuan. Arsitektur 1960-an

7
merupakan refleksi dari perubahan budaya dan sosial yang lebih luas, mewakili
cara baru dalam memikirkan lingkungan bangunan.
Secara keseluruhan, aliran arsitektur modern pada tahun 1960-1970
mencerminkan perubahan besar dalam cara masyarakat memandang dan
menggunakan ruang bangunan, dengan fokus pada inovasi, ekspresi, dan
adaptasi terhadap teknologi dan kebutuhan sosial masa itu. Gaya-gaya ini
mencerminkan perubahan dalam pemikiran arsitek dan masyarakat, dengan
penekanan pada inovasi, ekspresi, dan adaptasi terhadap teknologi dan
kebutuhan sosial masa itu.

B. Persamaan dan Perbedaan Aliran Jenis Arsitektur


Arsitektur modern, neo-vernacular, modern historicism, post-modernism, dan
arsitektur deconstructive memiliki persamaan dan perbedaan yang signifikan dalam
hal estetika, filosofi, dan pendekatan terhadap desain.
Persamaan:
• Reaksi terhadap Modernisme: Semua gaya arsitektur ini merupakan reaksi
terhadap arsitektur modernisme, yang menekankan pada fungsi, minimalisme,
dan penggunaan bahan-bahan modern. Mereka semua mencoba mencari cara
untuk menggabungkan estetika modern dengan elemen-elemen tradisional atau
konteks lokal.
• Penggunaan Bahan-Bahan Modern: Meskipun memiliki pendekatan yang
berbeda, semua gaya ini masih menggunakan bahan-bahan modern seperti
stainless steel, kaca berwarna, dan beton. Ini menunjukkan bahwa meskipun
mereka mencoba untuk menjauh dari estetika tradisional, mereka tetap
menghormati prinsip-prinsip modernisme.
Perbedaan:
• Neo-Vernacular: Fokus pada penggabungan elemen-elemen tradisional dengan
desain modern. Ini mencoba untuk menciptakan ruang yang merupakan
gabungan dari tradisi lokal dan modernisme, tanpa menyembunyikan atau
mengabaikan elemen-elemen tradisional.
• Modern Historicism: Mengambil inspirasi dari gaya arsitektur historis tetapi
dengan desain modern. Ini mencoba untuk menciptakan ruang yang tampak
historis tetapi dengan penggunaan bahan-bahan modern dan desain yang
inovatif.
• Post-Modernism: Menekankan pada ironi, kritik terhadap modernisme, dan
penggunaan referensi dari berbagai gaya arsitektur sebelumnya. Ini mencoba
untuk menciptakan ruang yang tidak terikat oleh konvensionalisme dan yang

8
mencoba untuk mengeksplorasi konsep seperti keanekaragaman, kejutan, dan
ketidakpastian.
• Arsitektur Deconstructive: Fokus pada penguraian struktur dan desain,
menciptakan ruang yang tidak terikat oleh konvensionalisme dan yang
mencoba untuk mengeksplorasi konsep seperti keanekaragaman, kejutan, dan
ketidakpastian. Ini mencoba untuk menciptakan ruang yang tidak terikat oleh
konvensionalisme dan yang mencoba untuk mengeksplorasi konsep seperti
keanekaragaman, kejutan, dan ketidakpastian.
• Arsitektur Modern 60-70an: Menekankan pada fungsi, minimalisme, dan
penggunaan bahan-bahan modern. Ini mencoba untuk menciptakan ruang yang
efisien dan estetis, tanpa mempertimbangkan terlalu banyak elemen tradisional
atau referensi historis.
Secara keseluruhan, meskipun semua gaya ini merupakan bagian dari arsitektur
modern, mereka mencoba untuk mengeksplorasi dan menggabungkan prinsip-
prinsip modernisme dengan elemen-elemen tradisional atau konteks lokal, dengan
pendekatan yang berbeda terhadap desain dan estetika.

9
BAB IV – PENUTUP

A. Kesimpulan
Arsitektur neo-vernacular, modern historicism, post-modernism, arsitektur
deconstructive, dan arsitektur modern 60-70an mencerminkan berbagai pendekatan
terhadap desain dan estetika dalam arsitektur modern. Neo-vernacular menekankan
penggabungan elemen tradisional dengan desain modern, sedangkan modern
historicism mengambil inspirasi dari gaya historis dengan desain modern. Post-
modernism mengeksplorasi ironi dan kritik terhadap modernisme, serta
menggunakan referensi dari berbagai gaya arsitektur sebelumnya. Arsitektur
deconstructive mencoba "menyusut" arsitektur, menolak referensi historis, dan
menekankan pada kompleksitas dan kontradiksi dalam desain. Arsitektur modern
60-70an menekankan pada fungsi, minimalisme, dan penggunaan bahan-bahan
modern. Kesimpulannya, setiap gaya ini mencoba mengeksplorasi dan
menggabungkan prinsip-prinsip modernisme dengan elemen-elemen tradisional
atau konteks lokal, dengan pendekatan yang berbeda terhadap desain dan estetika

B. Saran
Aliran arsitektur yang telah dibahas di atas menunjukkan pentingnya memahami dan
menghormati budaya dalam merancang sebuah bangunan. Sebagai arsitek masa
depan penting untuk mempelajari aliran – aliran arsitektur agar dapat melakukan
pendekatan desain dan memadukan keunikan desain yang fungsional dan estetis.

10
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Nurhayatu Nufut. "Masjid raya sumatra barat sebagai simbol persatuan muslim
di sumatra barat." Invensi 1, no. 1 (2016): 80-89.

Gallop, Annabel Teh. Early Views of Indonesia: Drawings from the British
Library;[catalogue of an Exhibition Held in Jakarta in 1995]. University of
Hawaii Press, 1995.

Hidayat, Medhy Aginta. "Menimbang Teori-Teori Sosial Postmodern: Sejarah,


Pemikiran, Kritik Dan Masa Depan Postmodernisme." Journal of Urban
Sociology 2, no. 1 (2019): 42-64.

Ilham, Iromi. "Paradigma Postmodernisme; Solusi untuk Kehidupan Sosial?." Jurnal


Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) 12, no. 1 (2018): 1-23.

Mattingly, Kate. "Deconstructivists Frank Gehry and William Forsythe: De-Signs of


the Times." Dance Research Journal 31, no. 1 (1999): 20-28.

Mađanović, M. (2022). ‘BUILDING FOR THE AGE’ ACCORDING TO THE


PRINCIPLES OF HOLISM, INDIVIDUALITY, AND DEVELOPMENT:
HISTORICISM AND ARCHITECTURE. Filozofija i Drustvo, 33(4), 1004–
1021.

Prakasa, Galih, and Ashadi Ashadi. "Telaah Konsep Arsitektur


Dekonstruksi." PURWARUPA Jurnal Arsitektur 4, no. 1 (2020): 75-80.

Sugiharti, Lilis, Haris Alizzar Shanzani, Rafif Aydin Ahmad, Abraham Ezekiel
Pujiantoro, and Salma Nuha Rozan Hanifah. "Pengaplikasian Arsitektur
Tradisional Terhadap Arsitektur Modern." IJM: Indonesian Journal of
Multidisciplinary 1, no. 1 (2023): 192-205.

Stft, A. R., & Sasana, W. (n.d.). POSTMODERNISME VERSUS MODERNISME.

Turkušić, E. (2011). NEO-VERNACULAR ARCHITECTURE-CONTRIBUTION TO


THE RESEARCH ON REVIVAL OF VERNACULAR HERITAGE THROUGH
MODERN ARCHITECTURAL DESIGN.

Widiastuti, Indah, and Feni Kurniati. "Modernization and vernacularity in the tradition
of Minangkabau architecture of the West Sumatra in Indonesia." ISVS e-
journal 6, no. 2 (2019): 22-31.

11

Anda mungkin juga menyukai