Jawablah pertanyaan di bawah ini. 1. Jelaskan secara singkat sejarah perkembangan Arsitektur Kontemporer 2. Jelaskan perbedaan defenisi dan prinsip-prinsip Arsitektur Modern dan Arsitektur Kontemporer 3. Identifikasi karya-karya di bawah ini a. Gambar manakah yang merupakan karya Arsitektur Kontemporer? b. Identifikasi ciri yang menunjukkan Arsitektur Kontemporer
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6
4. Jelaskan perkembangan dan karakteristik Langgam Arsitektur Kontemporer yang
berkembang pasca perang dunia II di bawah ini, berikan contoh bangunannya masing- masing. a. Deconstructivism b. Sustainability dan Teknologi c. Blobitecture dan Parametric Design d. Adaptive Reuse dan Renovasi e. Regionalisme Kontemporer 5. Deskripsikan Karakteristik Arsitektur Kontemporer di Indonesia pada salah satu karya; a. Adi Purnomo b. Andra Matin c. Antony Liu d. Ahmad Djuhara e. Yori Antar 1. Evolusi arsitektur dari awal abad ke-20 hingga era arsitektur kontemporer mencakup beberapa fase dan perubahan signifikan dalam gaya, teknologi, dan pemikiran arsitektur. Berikut adalah gambaran singkat tentang evolusi arsitektur selama periode tersebut: Awal Abad ke-20 (1900-1920-an): Pada awal abad ke-20, arsitektur masih dipengaruhi oleh gaya-gaya historis seperti neoklasik, neogothik, dan art deco. Namun, gerakan modernisme mulai muncul sebagai reaksi terhadap ornamentasi berlebihan dari gaya-gaya sebelumnya. Arsitek seperti Frank Lloyd Wright mengeksplorasi prinsip-prinsip geometris, fungsionalitas, dan penggunaan materi alami. Era Modernisme (1920-an - 1940-an): Gerakan modernisme menjadi dominan dalam arsitektur pada periode ini. Arsitek seperti Le Corbusier, Ludwig Mies van der Rohe, dan Walter Gropius memperkenalkan konsep- konsep minimalisme, fungsionalitas, dan penggunaan material industri seperti beton, baja, dan kaca. Bangunan-bangunan modernis memiliki bentuk geometris sederhana dan penekanan pada fungsi. Pasca Perang Dunia II hingga Tahun 1970-an: Setelah Perang Dunia II, ada dorongan besar dalam pembangunan perkotaan dan perumahan di banyak negara. Arsitektur modernis terus berkembang dengan bentuk-bentuk eksperimental dan inovatif, termasuk penggunaan beton bertulang, struktur baja, dan eksperimen dalam desain ruang. Gerakan brutalisme juga muncul, menonjolkan penggunaan beton kasar sebagai elemen desain utama. Postmodernisme (1970-an - 1980-an Postmodernisme muncul sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan terhadap ketidakberdayaan estetika modernis. Arsitek seperti Robert Venturi dan Philip Johnson menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan bentuk-bentuk modern. Postmodernisme mencakup variasi bentuk, warna, dan referensi budaya, seringkali menggabungkan elemen-elemen historis dalam desain bangunan. Era Digital dan Kontemporer (1990-an - sekarang): Dengan perkembangan teknologi komputer, arsitek memiliki akses ke alat-alat desain yang canggih, memungkinkan eksperimen bentuk dan struktur yang kompleks. Arsitektur kontemporer mencakup berbagai gaya dan pendekatan, termasuk dekonstruksi, biomimikri, arsitektur organik, dan keberlanjutan. Desain bangunan semakin terintegrasi dengan lingkungan, memperhatikan aspek-aspek seperti efisiensi energi, bahan ramah lingkungan, dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan demikian, evolusi arsitektur dari awal abad ke-20 hingga era kontemporer mencerminkan perubahan dalam pandangan dunia, teknologi, dan kebutuhan masyarakat, menghasilkan keragaman gaya dan pendekatan dalam desain bangunan. 2. Arsitektur Modern merujuk pada periode dalam sejarah arsitektur dari akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Arsitektur ini menekankan kesederhanaan, fungsi, dan penggunaan material industri, dengan fokus pada bentuk geometris sederhana dan minimalisme. Di sisi lain, Arsitektur Kontemporer adalah periode arsitektur yang dimulai dari pertengahan abad ke-20 hingga saat ini. Ia mencakup berbagai pendekatan desain tanpa keterikatan pada gaya atau prinsip tertentu. Arsitektur kontemporer mencerminkan keragaman dan inovasi dalam desain arsitektur, dengan penekanan pada keberlanjutan, teknologi inovatif, ekspresi individualitas, respons terhadap konteks lingkungan dan budaya lokal, serta penggunaan teknologi digital dalam merancang bentuk bangunan yang kompleks. Arsitektur Modern Periode: Akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Prinsip-prinsip: 1. Fungsionalitas: Desain harus memenuhi kebutuhan fungsional dengan efisien. 2. Kesesuaian dengan Zaman: Menghindari hiasan berlebihan, mencerminkan jaman dan teknologi saat itu. 3. Kemajuan Teknologi: Penggunaan material industri dan teknologi konstruksi canggih. 4. Bentuk Geometris Sederhana: Penggunaan bentuk geometris sederhana dan garis lurus. 5. Minimalisme: Kesederhanaan dalam bentuk dan dekorasi. Arsitektur Kontemporer: Periode: Pertengahan abad ke-20 hingga saat ini. Prinsip-prinsip: 1. Keberlanjutan: Penekanan pada keberlanjutan dan desain hijau dengan penggunaan energi terbarukan dan bahan daur ulang. 2. Inovasi: Penggunaan inovasi dalam material dan teknologi konstruksi, termasuk teknologi digital dan desain parametrik. 3. Ekspresi Individualitas: Mendorong ekspresi dan inovasi dalam desain, menciptakan bangunan yang unik. 4. Respons Kontekstual: Merespons keunikan lokasi dan budaya lokal, menghasilkan bangunan yang terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya. 5. Teknologi Digital: Penggunaan perangkat lunak desain parametrik dan teknologi digital untuk menciptakan bentuk bangunan yang kompleks. 3. Dari gambar-gambar tersebut, yang merupakan arsitektur kontemporer adalah nomor 2, karena berdasarkan karakteristik arsitektur kontemporer yaitu inovasi, ekspresi individualitas dan teknologi digital, nomor 2 paling cocok dengan poin-poin tersebut. Dapat dilihat dari fasadnya yang paling eksploratif dan ekspresif. 4. Deconstructivism: Deconstructivism adalah gaya arsitektur yang mencirikan desain yang terlihat acak, tidak simetris, dan cenderung memecah-belah bentuk tradisional. Arsitek mengutamakan disorientasi visual dan kompleksitas struktur. Contoh bangunan deconstructivist termasuk Museum Guggenheim Bilbao di Spanyol yang dirancang oleh Frank Gehry, dengan bentuk-bentuk organik yang kompleks dan terlihat menyimpang dari bentuk tradisional. Sustainability dan Teknologi: Keberlanjutan dan teknologi adalah aspek penting dalam arsitektur kontemporer. Bangunan- bangunan dirancang dengan mempertimbangkan efisiensi energi, penggunaan bahan daur ulang, dan teknologi terbaru untuk mencapai keberlanjutan lingkungan. Contoh bangunan yang menonjol dalam hal keberlanjutan adalah The Edge di Amsterdam, Belanda, yang merupakan gedung perkantoran yang sangat efisien energi dengan penggunaan panel surya dan sistem manajemen energi pintar. Blobitecture dan Parametric Design: Blobitecture merujuk pada bentuk bangunan yang organik dan tidak memiliki sudut-sudut tajam, mirip dengan bentuk blob. Parametric design, di sisi lain, melibatkan penggunaan perangkat lunak komputer untuk menghasilkan bentuk dan pola yang kompleks. Contoh dari gaya ini adalah Water Cube di Beijing, Tiongkok, yang merupakan bangunan kolam renang Olimpiade dengan bentuk eksterior yang organik dan unik. Adaptive Reuse dan Renovasi: Adaptive reuse melibatkan pengambilan bangunan lama dan mengubahnya menjadi penggunaan baru yang sesuai dengan kebutuhan kontemporer, daripada merobohkannya. Renovasi melibatkan pembaruan dan peningkatan bangunan yang sudah ada. Contoh adaptasi ulang adalah The High Line di New York City, yang mengubah jalur kereta api lama menjadi taman jalur hijau perkotaan. Contoh renovasi adalah Tate Modern di London, yang adalah transformasi dari bekas pembangkit listrik menjadi museum seni kontemporer. Regionalisme Kontemporer: Regionalisme kontemporer menekankan penggunaan elemen desain yang mencerminkan budaya, tradisi, dan lingkungan lokal suatu daerah. Arsitek mencoba menggabungkan elemen- elemen regional dengan estetika kontemporer. Contoh dari gaya ini adalah Casa Guna di Brazil, yang memadukan arsitektur kontemporer dengan bahan-bahan dan teknik konstruksi tradisional dari budaya pribumi di wilayah tersebut. 5. Adi Purnomo: Salah satu ciri khas karya Adi Purnomo adalah menggabungkan elemen alam, budaya lokal, dan desain kontemporer secara harmonis. Bangunan-bangunannya menggunakan material alami seperti kayu, batu, dan bambu, menciptakan desain organik yang terhubung dengan alam sekitar. Contoh karyanya adalah Rumah Bambu, sebuah rumah tinggal yang memanfaatkan bambu sebagai material utama untuk menciptakan struktur yang unik dan berkelanjutan. Andra Matin: Desain Andra Matin cenderung kontemporer dan inovatif, sering mengeksplorasi bentuk-bentuk unik dengan penggunaan material modern seperti baja dan kaca. Karyanya memiliki tampilan minimalis dan bersih, kadang-kadang menggabungkan elemen alam seperti taman dalam ruangan. The Guild, sebuah restoran di Jakarta, adalah contoh karyanya yang menggabungkan desain industri-modern dengan elemen alam. Antony Liu: Antony Liu mengintegrasikan keberlanjutan dan teknologi dalam desainnya, menanggapi tantangan lingkungan dengan penggunaan material daur ulang, desain pasif, dan efisiensi energi. Karyanya memadukan teknologi tinggi dengan estetika kontemporer, seperti EcoLoft, sebuah rumah apartemen berkelok-kelok yang berfokus pada keberlanjutan dengan material daur ulang dan desain sirkulasi udara alami. Ahmad Djuhara: Ahmad Djuhara sering menjelajahi perpaduan antara tradisi dan modernitas dalam desainnya. Dia menggabungkan elemen budaya Indonesia, termasuk motif tradisional dan material lokal, menciptakan desain yang menghormati warisan budaya Indonesia. Museum Tsunami Aceh adalah contoh karyanya yang menciptakan bangunan ikonik dengan menggabungkan elemen-elemen lokal dan teknologi kontemporer. Yori Antar: Pendekatan eksperimental Yori Antar terhadap desain arsitektur menciptakan bangunan dengan bentuk yang unik dan kompleks. Dia memanfaatkan teknologi digital dan inovasi dalam material, seperti dalam Bamboo Playhouse, sebuah struktur eksperimental yang menggunakan bambu dan teknologi fabrikasi digital untuk menciptakan ruang interaktif dengan desain yang unik.