Anda di halaman 1dari 11

KRITIK ARSITEKTUR

“CONTOH KRITIK IMPRESIONIS DAN INTERPRETIF”

O L E H:

BLENDA LIMAWONGSONEGORO F22121012


SAHARUDIN F22121076
NAILAH NAFISAH F22121045
PRETTY STEPANIE B. F22121056

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
A. Kritik Impresionis
1. Contoh 1: Puisi berjudul Museumku Ilmuku oleh Marta Rosalina.
MUSEUMKU ILMUKU
oleh : Marta Rosalina

Setiap ku pergi kesana kutanam sebuah ilmu disana


Dari yang telah kuketahui sampai yang aku baru ketahui ada didalamnya

Kuamati setiap benda yang ada dan kucoba segala benda peragaannya
Dalam museum ilmu pengetahuan dan teknologi aku belajar hal baru

Museum yang menampung ilmu pengetahuan dan menampilkan teknologi


Museum yang memberi pengertian tentang asal-usul sesuatu…
Tentang proses bekerjanya sebuah benda dan perkembangan teknologi terkini…

Dan tentang semua hal yang tak bisa kudapatkan dari tempat lain
Museum yang luas dan lapang dipenuhi benda peragaan
Museum yang terang dengan skylight besar diatasnya
Museum yang memiliki struktur kuning besar yang unik
Museum yang enak dipandang mata dengan segala isinya

Kurindu nian hendak pergi lagi kesana


Bersama kekasih, keluarga, teman ataupun tetangga
Tiada rugi aku mendapatkan ilmu darinya

Kalaupun aku harus menggambarkanmu hai museum iptek...

Terima kasih telah menjadi wadah penampung ilmu pengetahuan dan teknologi untukku dan untuk
bangsaku, terima kasih kawan…

Berdasarkan contoh kritik impresionistik ini, ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kritik impresionistik dapat berupa verbal discourse atau narasi verbal puisi atau prosa (dalam
contoh ini adalah puisi). Puisi “Museumku Ilmuku” ini menggambarkan tentang hal-hal yang
dilakukan penulis, kelebihan museum yang tidak dimiliki tempat lain dan kerinduannya pergi
ke museum tersebut.

2. Kritik impressionis adakalanya dipandang sebagai parasit. Dalam contoh puisi “Museumku
Ilmuku”, karya ini dianggap parasit karena berdiri di atas karya lain. Maksudnya adalah
pembuatan karya ini dapat tercapai ketika Museum (objek kritiknya) ada. Sehingga, penulis
dalam menciptakan puisinya membutuhkan keberadaan Museum tersebut dan
memanfaatkannya sebagai objek karya.
3. Kritik impressionis menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan
karya keseniannya. Dalam hal ini, penulis menggunakan Museum sebagai dasar bagi
pembentukan puisinya.

4. Kritik seolah tidak berkait dengan arsitektur. Dalam contoh ini, puisi yang dihasilkan tidak
terdengar seperti membahas aspek arsitektur dari sebuah bangunan melainkan membahas
tentang hal pribadi penulis terhadap museum tersebut.

5. Pesan perbaikan dalam arsitektur tidak tampak secara langsung. Karena kritik pada contoh
ini tidak membahas tentang hal arsitektural, maka tidak terdapat pesan perbaikan untuk
museum yang lebih baik dalam hal arsitektural.

2. Contoh 2: Masjid Dian Al-Mahri (Masjid Kubah Emas) oleh Sandra Desnia

Aku terpaku pada kemegahan itu


Aku diberitahu bahwa itu adalah sebuah masjid
Kemegahan, keindahan, berkilau menyatukan karya elegan
Masjid yang tiangnya terbuat dari pohon hutan
Pondasi terbuat dari batu pilihan
Menara gagah menyentuh lapisan ozon
Dan kubahnya terlapis emas berkilauan
Seperti takkan kusam termakan zaman
Aku terpaku pada keunikan itu
Aku diberitahu bahwa itu tempatMu
Kesucian, kesedihan, dan kekaguman menyatukan karya elegan
Masjid dengan lantai berlapis batu pualam bening
Dindingnya terukir lafaz islami
Penuh dengan ayat suci Al-Quran
Atapnya berjulang ditembus awan
Cerah dan megah
Aku terpaku pada panorama itu
Aku diberitahu masjid itu
Aku diberitahu kemegahan itu bernama
Masjid Dian Al-Mahri
Dikala kesucian, kemegahan, dan kuasaMu menyatukan karya elegan
Berdasarkan contoh kritik impresionistik ini, ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kritik impresionistik dapat berupa verbal discourse atau narasi verbal puisi atau prosa (dalam
contoh ini adalah puisi). Puisi “Masjid Dian Al-Mahri” ini menggambarkan tentang sisi
arsitektur bangunan masjid. Penulis memuji karya masjid tersebut dengan menyebutkan bahwa
masjid tersebut megah, indah, berkilau dan elegan. Penulis juga dengan detail menceritakan
keindahan masjid tersebut mulai dari kubah, dinding dan tiangnya.

2. Kritik impressionis adakalanya dipandang sebagai parasit. Puisi "Masjid Dian Al-Mahri"
dianggap 'parasit' karena tergantung pada keberadaan masjid tersebut sebagai fokus kritiknya.
Karya ini terlihat membutuhkan keberadaan objek tersebut untuk menciptakan puisi,
memanfaatkannya sebagai inspirasi atau subjek utama. Dalam hal ini, penulisnya bergantung
pada kehadiran masjid tersebut sebagai elemen utama dalam pembuatan puisinya.

3. Kritik impressionis menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan
karya keseniannya. Dalam hal ini, penulis menggunakan Masjid sebagai dasar bagi
pembentukan puisinya.

4. Menggiring pengamat untuk lebih seksama melihat sebuah karya seni. Dalam contoh ini,
pembaca puisi diajak untuk melihat masjid secara lebih detail.

5. Membuat lingkungan lebih terlihat dan mudah diingat. Karena puisi ini menggambarkan
detail masjid yang menjadi center of point atau highlightnya seperti kubah emas, pembaca
dapat lebih mengingat masjid ini dengan ciri khas yang telah dijelaskan di puisi.

B. Kritik Interpretif

1. Contoh 1: Museum di Tengah Kebun, Kemang, Jakarta


Museum Di Tengah Kebun terletak di Jalan Kemang Timur Raya Nomor 66, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12730. Museum ini memiliki ±4000 koleksi benda – benda bersejarah dan antik
dari seluruh Indonesia dan manca negara. Museum Di Tengah Kebun adalah museum milik
pribadi oleh Sjahrial Djalil, salah satu tokoh periklanan modern Indonesia dan pendiri biro
iklan Ad Force Inc, yang berdiri di tengah kebun seluas 3500 m2.

Tampak Depan Rumah Di Kebun

Gaya arsitektur pada museum ini adalah mirip dengan Rumah Adat Betawi yaitu Rumah
Kebaya. Sebelum memasuki area bangunan museum, pengunjung dimanjakan jalan masuk
dengan tiap sisinya dikelilingi oleh pagar tanaman tinggi yang menciptakan suasana asri dan
sejuk seperti bukan di tengah Kota Jakarta. Terdapat banyak jenis pohon tinggi nan rimbun
sehingga semakin membuat suasana seperti di pedesaan.

Jalan Masuk

Museum ini memiliki bangunan utama yang didalamnya terdapat banyak benda koleksi dari si
pemilik yang memang sangat menyukai benda antik. Suasana interior pun tidak kalah asri
dengan di luar bangunan museum. Setiap ruangan yang diisi oleh koleksi Sjahrial Djalil,
memiliki konsep dan tema berbeda. Seperti pada Ruang Majapahit yang didesain bergaya Jawa
Tengah, dengan furnitur terbuat dari kayu, semakin menambah kesan bersejarah dan
tradisional.

Ruang Majapahit

Suasana yang berbeda juga didapat di Ruang Keluarga yang mengusung konsep furnitur
penggabungan dari 3 kultur yaitu Eropa, Cina, dan Jawa yang semakin menciptakan suasana
seperti di sebuah villa di tengah gunung. Nuansa hangat, nyaman, dan akrab ditimbulkan oleh
ruangan ini, semakin membuat pengunjung betah untuk berlama – lama duduk di ruangan ini.

Ruang Keluarga

Selain ruangan – ruangan berkesan hangat dan nyaman diatas, halaman belakang museum ini
pun didesain sangat sejuk seperti pengunjung berada di sebuah villa luas di pegunungan.
Terdapat pendopo di tengah halaman untuk bersantai atau hanya sekedar duduk – duduk
menikmati pemandangan halaman museum yang luas dan hijau.
Halaman Belakang

Halaman Belakang

Berdasarkan contoh kritik interpretif ini, ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Contoh kritik ini termasuk kritik evokatif. Dapat dilihat dari ciri: Kritik evokatif tidak dilihat
dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang terungkap dan penglaman ruang yang
dirasakan. Pada contoh ini, penulis tidak menuliskan kesalahan atau kebenaran desain dari
museum ini. Penulis hanya menggambarkan pengalaman ruang mulai dari pintu masuk hingga
halaman belakang.

2. Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana
dirasakan kritikus. Kritikus berusaha menggambarkan suasana hangat yang ia rasakan. Dengan
menggambarkan suasana hangat rumah pedesaan yang ia dapatkan di museum.

2. Contoh 2: Kritik Advokatif Petronas Twin Tower oleh Binda Wuntu

Pengantar:

Petronas Twin Towers merupakan ikonik dan megah, menjadi salah satu mercusuar modern di
Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, dalam pandangan saya, ada beberapa aspek yang perlu
dikritisi untuk meningkatkan pengalaman publik dan keberlanjutan bangunan ini. Meskipun
Twin Towers telah mencapai prestasi yang luar biasa sebagai tujuan wisata dan pusat bisnis,
penting bagi kita untuk terus berpikir kritis dan mengusulkan perbaikan yang dapat
meningkatkan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Aksesibilitas dan Ruang Publik:

Salah satu permasalahan utama adalah kurangnya aksesibilitas dan ruang publik yang memadai
di sekitar Petronas Twin Towers. Meskipun ada area taman yang indah di sekitar bangunan,
namun ruang ini terbatas dan kurang dirancang untuk menampung pengunjung dengan
nyaman. Penting untuk meningkatkan aksesibilitas untuk semua orang, termasuk mereka
dengan disabilitas, dan menyediakan lebih banyak ruang terbuka yang dapat dinikmati oleh
masyarakat.

Rekomendasi:

Memperluas dan meningkatkan ruang publik di sekitar bangunan, termasuk pedestrian-friendly


pathways dan area hijau yang luas.

Memperhatikan kebutuhan aksesibilitas untuk mengakomodasi pengunjung dengan disabilitas,


seperti akses yang mudah, rampa, dan fasilitas yang ramah disabilitas.

Efisiensi Energi dan Keberlanjutan:

Petronas Twin Towers merupakan struktur yang besar dan ikonik, namun tantangan utama
adalah efisiensi energi dan keberlanjutan. Dalam era kesadaran lingkungan yang semakin
meningkat, penting untuk memastikan bangunan ini memiliki dampak lingkungan yang
minimal dan berupaya memanfaatkan sumber energi terbarukan.

Rekomendasi:

Mengimplementasikan teknologi hijau dan sistem manajemen energi yang canggih untuk
mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon.

Memperkenalkan panel surya atau teknologi energi terbarukan lainnya untuk memenuhi
sebagian kebutuhan energi bangunan.

Meningkatkan efisiensi air dengan penggunaan teknologi tangki penyimpanan air hujan dan
sistem irigasi yang cerdas.

Edukasi dan Interaksi Publik:


Petronas Twin Towers memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pendidikan dan interaksi
publik yang lebih aktif. Namun, saat ini, terasa kurangnya pendekatan untuk mengedukasi
pengunjung tentang sejarah, arsitektur, dan inovasi yang terkait dengan bangunan ini.

Rekomendasi:

Membuka pusat pengunjung yang interaktif di dalam bangunan yang memberikan informasi
tentang sejarah, desain, dan konstruksi Petronas Twin Towers.

Mengatur tur atau acara edukatif yang mengajarkan pengunjung tentang keberlanjutan,
teknologi bangunan, dan inovasi arsitektur yang digunakan.

Peningkatan Keberlanjutan:

Memperkuat inisiatif keberlanjutan di Twin Tower Petronas dapat memberikan nilai tambah
dan memperluas dampak positif pada lingkungan, dan berpotensi memiliki daya tarik bukan
hanya turis melainkan wisatawan lokal agar mereka merasa nyaman dengan adanya
peningkatan tersebut.

Rekomendasi:

- Dengan menggunakan energi terbarukan, mengoptimalkan penggunaan air, dan menerapkan


desain hijau yang ramah lingkungan yang berkesan positif dengan desain yang modern

- memperbaruhi akses padrestian yang efektif dan nyaman dengan unsur modern yang simpel
agar dapat menjadi akses yang efisien.

Ekspansi Komersial:

Menggandakan usaha komersial di dalam kompleks Twin Tower Petronas dapat meningkatkan
nilai properti.

Rekomendasi:

Memperluas Suria KLCC atau membangun pusat perbelanjaan baru di dalam kompleks Twin
Tower Petronas dapat menambah pilihan belanja bagi pengunjung. Menarik merek-merek
mewah dan internasional, toko-toko butik, serta toko-toko khusus yang menawarkan produk
lokal dan eksklusif akan meningkatkan daya tarik bagi konsumen.

Mengembangkan fasilitas hiburan dan rekreasi di dalam kompleks Twin Tower Petronas dapat
menarik lebih banyak pengunjung dan meningkatkan tingkat kunjungan. Misalnya,
membangun bioskop modern, tempat permainan keluarga, atau taman hiburan yang
menawarkan aktivitas yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga.

Kesimpulan:

Petronas Twin Towers adalah bangunan yang mengesankan secara visual, tetapi penting bagi
pihak berwenang dan pengelola untuk melihat kritik-kritik tersebut sebagai peluang untuk
meningkatkan pengalaman publik, memperhatikan keberlanjutan, dan memastikan bahwa
bangunan ini menjadi aset yang terjangkau, inklusif, dan berkelanjutan bagi masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Dengan langkah-langkah yang tepat, Petronas Twin Towers dapat
menjadi contoh inspiratif untuk arsitektur masa depan yang berkelanjutan dan berorientasi
pada masyarakat.

Berdasarkan contoh kritik interpretif ini, ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Bentuk kritiknya lebih kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja dengan penjelasan
lebih terperinci yang kadangkala juga banyak hal yang terlupakan. Terlihat dari rekomendasi-
rekomendasi yang diberikan penulis pada tiap aspek yang ia kritik.

2. Kritikus mencoba menyajikan satu arah topik yang dipandang perlu untuk kita perhatikan
secara bersama tentang bangunan. Hal ini dapat dilihat dari usaha penulis menghighlight
beberapa topik yang perlu menjadi fokus dan memberi rekomendasi untuk perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai