DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II:
• M. ALFIANSYAH (60100119032)
• MUH. REZA YUDHIADJI (60100119045)
• DITA RAHMAWATI (60100119033)
• SUPRIADI (60100119031)
Museum ini di bangun oleh BRR Nad – Nias dan didesain oleh M. Ridwan
Kamil salah satu dosen ITB setelah memenangkan perlombaan desain. Museum
Tsunami aceh ini menghabiskan Rp.140 Milyar untuk pembangunannya. jika
diperhatikan dari atas museum ini menggambarkan gelombang tsunami, tetapi jika
dilihat dari bawah nampak seperti kapal penyelamat dengan geladak yang luas
sebagai tempat penyelamatan.
Isi dalam bangunan museum Tsunami – Bangunan museum ini terdiri dari 4
tingkat. Pada lantai dasar museum terdapat ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan
sebagai ruang publik. Pada saat anda memasuki gedung ini, ruang pertama yang
akan disinggahi pengunjung adalah ruang renungan. Dalam ruangan ini terdapat
sebuah lorong sempit dan remang sekaligus dapat mendengarkan suara air yang
mengalir beserta suara azan. Pada kiri dan kanan dinding lorong tersebut terdapat
air yang mengalir yang di ibaratkan gemuruh tsunami yang pernah terjadi di masa
silam.
Setelah melewati ruang renungan, anda akan memasuki ruang berkaca yang
disebut “Memorial hill” yang dilengkapi dengan monitor yang dapat digunakan untuk
mengakses informasi mengenai peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26
Desember 2004 silam.
Setelah melewati ruang memorial hill, anda akan memasuki ruang “The Light
of God”, yaitu sebuah ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya
remang-remang. Pada puncak ruangan terlihat kaligrafi arab berbentuk tulisan
ALLAH. Pada dinding-dinding ruangan ini dipenuhi tulisan nama-nama korban
tsunami yang tewas dalam peristiwa besar tersebut. Bangunan ini mengandung nilai-
nilai Religius yang merupakan cerminan hubungan manusia dengan sang pencipta /
Allah.
Konsep untuk Paviliun Vanke menggabungkan tiga ide yang diambil dari
budaya Tiongkok yang terkait dengan makanan: shi-tang, ruang makan tradisional
Tiongkok; bentang alam, elemen dasar kehidupan; dan naga, yang secara metaforis
terkait dengan pertanian dan makanan. Konsep di balik desain adalah untuk
memasukkan banyak aspek kehidupan Cina ke dalam proyek.
Paviliun ini dilapisi lebih dari 4.000 ubin merah metalized yang dirancang
Libeskind dengan perusahaan Italia. Panel keramik geometris tidak hanya
menciptakan pola ekspresif yang terkesan seperti kulit naga, namun material ini juga
ramah lingkungan dan dapat bersih dengan sendirinya serta bagus untuk sirkulasi
udara. Permukaan tiga dimensi dilapisi dengan warna metalik yang berubah saat
cahaya dan sudut pandang bergeser. Kadang-kadang itu akan tampak seperti merah
tua, kemudian emas yang menyilaukan, dan bahkan, pada sudut tertentu, putih
cemerlang.
Tingkat atas paviliun menyediakan ruang pribadi untuk mengakomodasi acara kecil
dan menyelenggarakan VIP. Kamar yang intim ini memiliki tata ruang terbuka, lampu
langit-langit besar yang mengantar di bawah sinar matahari alami, lantai ubin
Casalgrande Padana, penutup dinding veneer bambu, dan lampu gantung kaca
dramatis yang dirancang oleh Libeskind untuk perusahaan gelas artisanal Ceko,
Lasvit.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.archdaily.com/627994/vanke-pavilion-milan-expo-2015-daniel-libeskind
http://abulyatama.ac.id/?p=3613