Anda di halaman 1dari 11

TEORI ARSITEKTUR 2

PENERAPAN CIRI-CIRI ARSITEKTUR POSTMODERN

PADA BANGUNAN MUSEUM TSUNAMI ACEH

NUR KHOIRATRI DEWI

I0212061

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2014
T e o r i Ar s i t e k t u r 2 |2

A. SEJARAH ARSITEKTUR POST MODERN

Istilah Post Modern sebenarnya sudah dikenal sejak pertengahan tahun 1970-an,

tidak hanya didunia arsitektur tetapi juga pada dunia seni lukis, tari, patung, film dan bahkan

ideologi. Pada dasarnya Post Modern merupakan reaksi ( anti-thesis) dari modernisme

(thesis
thesis)) yang sudah berjalan sangat lama. Irwing Home menggambarkannya sebagai “ The

radical breakdown of the modernist”,jadi keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan
da n

berkelanjutan.

Post modern bukanlah gerakan revolusioner yang ingin lepas dan membuang nila-

nilai modernisme (Stern, 1980). Perkembangan post modern bahkan sangat dipengaruhi

oleh arsitektur modern.

Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan adanya

alasan yang mendasari timbulnya post modern, yaitu:

1. Kehidupan kita sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke desa-dunia ( world

village) yang tanpa batas. Perkembangan ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan

tingginya daya tiru manusia ( instant ecletism).

2. Canggihnya teknologi telah memungkinkan dihasilkannya produk-produk yang bersifat

pribadi (personalised production) , lebih dari sekedar produksi massal dan tiruan massal

(mass production and mass repetition) yang merupakan ciri khas modernisme.

3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional (traditional values)

atau daerah, sudah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, arsitektur post modern adalah pencampuran antara

tradisional dengan non tradisional, gabungan setengah modern dengan setengan non

modern, perpaduan antara lama dan baru. Arsitektur post modern mempunyai style yang

hybrid (perpaduan dua unsur) dan bermuka ganda atau sering disebut sebagai double

cooding.

B. PENERAPAN CIRI-CIRI ARSITEKTUR POSTMODERN PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH

Menurut Budi Sukada (1988) terdapat 10 ciri Arsitektur


A rsitektur post modern yaitu:

1. Komunikatif yang bersifat LOKAL atau POPULAR


Sifat komunikatif ini diperoleh dari penyusunan komponen bangunan secara

tepat akan menghasilkan penampilan visual yang bermakna serta mengambil

bentuk-bentuk alam yang fungsional dan mempunyai tanda-tanda atau simbol-

Arsitektur Post Modern | Museum Tsunami Aceh


T e o r i Ar s i t e k t u r 2 |3

simbol tertentu. Selain itu dapat digunakan sebagai alat komunikasi arsitek dengan

masyarakat serta waktu (dulu, sekarang ataupun yang akan


aka n datang).

Pada Museum Tsunami Aceh sifat tersebut dapat ditemukan pada fasad

bangunan yang menyerupai sebuah kapal besar. Fasad bangunannya yang secara

visual dapat menggambarkan sebuah kapal yang bermakna bahwa kapal identik

dengan lautan dimana lautan merupakan pusat dari terjadinya bencana tsunami,

konsep bangunan yang berbentuk rumah panggung menunjukkan bahwa bangunan

tersebut mempunyai makna bahwa bangunan tersebut terletak di Aceh yang

bangunan tersebut mengadaptasi dari rumoh panggung yang merupakan rumah

adat daerah Aceh..

Gambar : Fasad bangunan Museum Tsunami yang menyerupai bentuk kapal besar.
Sumber : buildingindonesia.biz

Museum Tsunami Aceh merupakan keinginan sang arsitek yaitu Ridwan Kamil

untuk menyampaikan pesan bahwa museum ini dapat dijadikan momentum bagi

warga Aceh untuk dapat bangkit dari bayangan bencana Tsunami dengan berserah

diri kepada Tuhan. Pesan tersebut adalah semua bencana berasal dari Tuhan, dan

manusia hanyalah makhluk kecil yang harus bersyukur dan berserah diri atas apa

yang telah Tuhan berikan walaupun itu adalah sebuah bencana besar. Hal ini dapat

dilihat dari ruangan pada bangunan yang bernama Space of Sorrow ( rumah sumur

doa) dimana di dalam ruangan ini terdapat lafaz Allah dibagian atas bangunan yang

menangkap cahaya matahari, sehingga di dalam ruangan tersebut seolah-olah kita

merasakan bahwa kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan serta manusia hanya

makhluk ciptaanNya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Tuhan.

Arsitektur Post Modern | Museum Tsunami Aceh


T e o r i Ar s i t e k t u r 2 |4

Gambar : lafaz Allah pada Ruang Sumur Doa


Sumber : buildingindonesia.biz

2. Membangkitkan kenangan HISTORIK

Museum tsunami Aceh dibangun untuk mengenang peristiwa Tsunami yang terjadi

di Aceh pada tahun 2004. Di dalam museum tersebut terbagi atas beberapa ruang

dengan setiap ruangan memiliki makna maupun kenangan historik pada saat terjadi

peristiwa tsunami tersebut.

Berikut ruang-ruang yang terdapat di museum Aceh:

a. Space of Fear (Lorong Tsunami)

Akses awal lorong Tsunami untuk pengunjung memasuki Museum Tsunami

yang memiliki panjang 30 m dan tinggi hingga 19-23 m melambangkan tingginya

gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004.

Arsitektur Post Modern | Museum Tsunami Aceh


T e o r i Ar s i t e k t u r 2 |5

b. Space of Memory (Ruang Kenangan)

Setelah berjalan melewati Lorong Tsunami yang panjang 30 m, pengunjung

memasuki Ruang Kenangan ( Memorial Hall). Ruangan ini memiliki 26 monitor

sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh. Setiap monitor

menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda

Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam

bentuk slide.

c. Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)

Melalui Ruang Kenangan (Memorial Hall), pengunjung akan memasuki Ruang

Sumur Doa (Chamber of Blessing). Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya

remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama

koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya.

Arsitektur Post Modern | Museum Tsunami Aceh

Anda mungkin juga menyukai