Anda di halaman 1dari 11

KRITIK ARSITEKTUR

POSTMODERNISME

OLEH:
JENNIFER OLGA (02220080029)
MEIELISA CHRYSILLA (02220080008)

KRITIK ARSITEKTUR
ARSITEKTUR
FAKULTAS DESAIN DAN TEKNIK PERENCANAAN
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN

Pada tahun 1960-1970 gerakan Arsitektur Modern mulai memperlihatkan


tanda-tanda berakhir. Gerakan ini melewati tiga tahap perkembangan yaitu Early
Modernism, High Modernism, dan Late Modernism (Trachtenberg, 1987)

Early Modernism diwarnai dengan karya-karya Frank Lloyd Wright yang


kebanyakan merupakan rumah tinggal serta lahirnya sekolah arsitektur The Chicago
School. Tahap ini juga diwarnai oleh karya-karya Louis Sullivan, arsitek yang
terkenal dengan “Form Follows Function”.

High Modernism lahir setelah perang dunia I, diisi oleh arsitek-arsitek besar
seperti Ludwig Mies Van Der Rohe, Le Corbuzier, dan Walter Gropius. Karya-
karyanya memiliki nilai kemanusiaan, ekspresionime, dan idealisme.

Late Modernism lahir setelah perang dunia II, ditandai dengan sky craper
dengan melibatkan teknologi canggih(hi-tech). Beberapa arsitek yang terkenal yaitu
I.M.Pei,Hugh Stubbuns.

Berakhirnya arsitektur modern ditandai oleh dihancurkannya Pruitt-Igoe


Housing oleh Minoru Yamasaki di Missouri, Amerika Serikat. Kegagalan bangunan
ini yang telah memperoleh penghargaan dari AIA membuktikan bahwa dasar filosofi
dan teori Arsitektur Modern sudah tidak relevan dengan tuntutan zaman. Doktrin-
doktrin seperti Rasionalisme, Behaviorisme, dan Pragmatisme yang mendasari
pertumbuhan Arsitektur Modern dianggap sudah tidak rasional lagi.

Bentuk-bentuk arsitektur modernisme yang membosankan dan cenderung


tidak sesuai dengan konteksnya akhirnya menimbulkan kritik yang akhirnya
menghasilkan Post Modernisme. Dimana Post Modernisme ini merupakan kritik dari
kekurangan Arsitektur Modern serta merupakan lanjutan dari Arsitektur Modern itu
sendiri.
BAB II
POST MODERNISME

Istilah Post Modernisme sudah dikenal sejak pertengahan tahun 1970-an, tidak
hanya di dunia arsitektur tetapi juga pada dunia seni lukis, tari, patung, film, dan
bahkan ideology. Pada dasarnya Post Modernisme merupakan reaksi serta kritik
terhadap Modernisme, tetapi Post Modernisme juga bukanlah gerakan revolusioner
yang ingin lepas dan membuang nilai-nilai Modernisme, justru merupakan lanjutan
juga dari Modernisme itu sendiri. Perkembangan Post Modernisme sangat
dipengaruhi oleh Modernisme. Di dunia arsitektur sendiri gerakan ini sering disebut
sebagai Beyond the Modern Movement karena memang berkembang setelah Modern
Movement. Tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai Super-mannerism karena
merupakan kelanjutan dari Mannerisme pada era Renaissance di Italy yang
melahirkan arsitek-arsitek besar seperti Michael Angelo, Andrea Palladio, Donato
Bramante, dan Giulio Romano.

Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya Post Modernisme


menyebutkan adanya 3 alasan yang mendasari timbulnya Post Modernisme, yaitu :

- Kehidupan kita sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke desa-dunia


yang tanpa batas. Perkembangan ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi
dan tingginya daya tiru manusia (instant eclectism)
- Canggihnya teknologi telah memungkinkan dihasilkannya produk-produk
yang bersifat pribadi, lebih dari sekedar produksi massal dan tiruan massal
yang merupakan ciri khas Modernisme.
- Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional.

Jadi, Arsitektur Post Modern adalah percampuran antara tradisional dan non
tradisional, antara modern dan non modern, juga antara lama dan baru.
Arsitektur Post Modernisme mempunyai style yang hybrid(perpaduan antara
dua unsure) dan bermuka ganda yang biasa disebut dengan double coding.

UNSUR KOMUNIKASI dalam ARSITEKTUR POST MODERNISME


Munculnya double coding arsitektur sebenarnya lebih dikarenakan para
arsitek ingin berkomunikasi lewat karya-karyanya. Arsitek telah menyadari adanya
kesenjangan antara arsitek dan orang awan yang menghuni lingkungan. Arsitek ingin
mengajak mereka untuk memahami karyanya dengan cara berkomunikasi, sebab itu
diperlukan pemahaman dan pemakaian bahasa yang benar seperti halnya dalam
bahasa percakapan.

Dalam hubungannya dengan komunikasi, di dalam dunia arsitektur dikenal


sebuah ilmu yang dinamakan Semiotics yang merupakan studi hubungan antara sign
dengan symbols dan bagaimana manusia memberikan arti keduanya. Contoh, sebuah
kubah dipakai sebagai tanda masjid, dalam jangka panjang tanda ini berubah menjadi
symbol sehingga akhirnya kubah adalah symbol masjid.

Disamping itu ada juga Syntax yaitu aturan-aturan mengenai pemakaian


bentuk elemen bangunan. Contoh untuk sebuah bangunan perkantoran pemakaian
pintu dan jendela seharusnya berbentuk persegi panjang.

Pada Arsitektur Modernisme, bahasa tidaklah selalu tetap melainkan berubah


sesuai dengan waktu dan tuntutan zaman. Suatu waktu sintaksis akan berubah
sehingga manusia akan mempunyai persepsi lain tentang suatu bentuk elemen
bangunan. Demikian juga symbol dapat berubah, bangunan kantor tidak
selamanya harus persegi panjang. Pemahaman arsitektur sudah tidak dirasakan
laagi pada pengalaman(historic) dan kebiasaan.

CIRI-CIRI ALIRAN yang BERKEMBANG

Dua cirri pokok Arsitektur Post Modernisme adalah anti rasional dan neo
sculptural, berbeda dengan Arsitektur Modern yang rasional dan fungsional.
Berdasarkan Budi Sukada(1988) ada 10 ciri Arsitektur Post Modernisme :

- Mengandung unsure-unsur komunikatif


- Membangkitkan kembali kenangan historic
- Berkonteks urban
- Menerapkan kembali teknik ornamentasi
- Bersifat representasional
- Berwujud metaforik
- Dihasilkan dari partisipasi
- Mencerminkan aspirasi umum
- Bersifat plural
- Bersifat ekletik

Aliran-aliran Arsitektur Post Modernisme dibedakan berdasarkan konsep


perancangan dan reaksi terhadap lingkungannya. Dalam evolutionary tree-nya
Charles Jenks mengelompokkan Arsitektur Post Modernisme menjadi 6 aliran.
Aliran-aliran ini yaitu:

1. Historicism

Pemakaian elemen-elemen klasik pada bangunan yang digabungkan


dengan pola-pola modern.

Contoh,

•Lubetkin & Tecton. Highpoint II. Highgate, (1938)


•Norman Neuerburg et al. Getty Museum. Malibu (1970-5)

2. Straight Revivalism
Pembangkitan kembali langgam neo-klasik ke dalam bangunan yang
bersifat monumental dengan irama komposisi yang berulang dan simetris.

•Raymond Erith & Quinlan Terry. Kingswalden Bury. (1971)

3. Neo-Vernacularism
Menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan membuat
bentuk dan pola-pola bangunan local

•Aldo Van Eyck & Theo Bosch. Zwolle Housing (1975-7)

4. Contextualism
Memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan sehingga
didapatkan komposisi lingkungan yang serasi.

•Ralph Erskine. Byker Wall. Newcastle (1974)

•Ralph Erskine. Byker Wall on the outside. Newcastle. (1974)

5. Metaphor
Mengekspresikan secara eksplisit dan implicit ungkapan metafora ke
dalam bentuk lingkungan.

Contoh, Ronchamp chapel karya Le Corbusier yang terletak di Notre


Dame. Menurut interpretasi orang-orang, karya ini merupakan metaphor
dari tangan, kapal, burung gereja dan topi, ataupun benda-benda yang
memiliki keterkaitan dengan Notre Dame dan chapel.

Ronchamp Chapel, Notre Dame Interpretasi terhadap rujukannya

6. Post Modern Space


Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan
komponen bangunan itu sendiri.

•Peter Eisenman. House III for Robert Miller. Lakeville, Connecticut (1971)
•Peter Eisenman. House III for Robert Miller. Lakeville, Connecticut (1971)

Sedangkan yang menjadi ikon bangunan Post Modernisme yaitu Portland


Building, oleh Michael Graves.
BAB IV

KESIMPULAN

Arsitektur Post Modernisme menyatukan 2 hal berbeda dari


berbagai macam aspek ( romantic&modernis , populis&elitis , etc)
dengan dilakukannya 2 penyatuan tersebut membuat arsitektur posmo
lebih dekat dengan konteks geografis dan budaya setempat sehingga
masyarakat tdk merasa asing dg lingkungannya sendiri. Arsitektur Post
Modernisme mengartikan modern dengan mengkombinasikan masa lalu
dan masa kini. Arsitektur Post Modernisme pada akhirnya merupakan
suatu kritik untuk memperbaiki Arsitektur Modern serta melanjutkan hal
atau karakter yang baik yang terdapat pada Arsitektur Modern. Di
samping itu pada Arsitektur Post Modernisme, juga terlihat arsitek ingin
mengajak para awam untuk ikut mengerti tentang arti dari design. Oleh
karena itu, bentuk atau pengolahan ruang serta penggunaan ornamen atau
dekorasi yang masih fungsional, terlihat lebih simple atau sederhana
sehingga mudah dimengerti oleh orang awam tentang fungsi atau artinya
mengapa bentuknya seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA

Jenks, Charles. The Language of Pst Modern Architecture. Rizolli. New York.
1984

Stern, Robert. The Doubles of Post Modern. MIT Press. Cambridge. 1980

Anda mungkin juga menyukai