Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 5

MAKALAH ARSITEKTUR MODERN AKHIR ABAD KE -20.

ARSITEKTUR MODERN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

NAJWA MUIN

ANDI HUSNUL KHATIMAH AM

NURUL AMRI YAQIN

GREGORI ELVEN PALULLUNGAN

MUHAMMAD RAIHAN IKHSAN

ADIYATMA

KELAS ARSITEKTUR B

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Terima Kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampuh mata Kuliah
Arsitektur Modern yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Arsitektur
Modern. Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kririk dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga ,akalah ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang
bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah
membaca makalah ini hingga akhir.

Makassar, 19 Maret 2022

Disusun oleh :

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
1. Arsitektur neo-vernacular .................................................................................... 5
2. Arsitektur modern historicism ............................................................................. 7
3. Post Modernism ................................................................................................ 10
4. Arsitektur deconstructive .................................................................................. 12
5. Arsitektur Modern Historicism ......................................................................... 13
BAB III.............................................................................................................................. 15
PENUTUP ......................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan konsep arsitektur yang berkembang pada
era postmodern, mulai muncul pada tahun 1960-an. Istilah "Neo" berarti baru, dan
"Vernakular" berarti asli/setempat. Arsitektur Neo-Vernakular dapat diartikan sebagai
bahasa setempat yang diucapkan dengan cara baru. Arsitektur Neo-Vernakular muncul
sebagai respon terhadap modernisme yang dianggap terlalu kaku dan tidak
memperhatikan identitas lokal. Arsitek Neo-Vernakular ingin menggabungkan nilai-nilai
tradisional dengan teknologi modern untuk menciptakan bangunan yang lebih adaptif dan
berkelanjutan.Penggunaan elemen konstruksi lokal, Bentuk-bentuk tradisional yang
ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal Warna-warna yang kuat dan
kontras, Bentuk-bentuk yang menerapkan unsur budaya, lingkungan, dan iklim setempat,
Penerapan elemen non-fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, , tata letak yang
mengacu pada makro kosmos atau religi.

Arsitektur Modern Historicism adalah gaya arsitektur yang berasal dari abad ke-
19 yang berkembangan dari gaya klasik tradisional ke gaya yang lebih pluralisme dan
peminatan terhadap kultura dan sejarah. Arsitektur Modern Historicism muncul sebagai
reaksi terhadap Revolusi Industri dan urbanisasi yang pesat. Gaya ini mencerminkan
keinginan untuk kembali kepada nilai-nilai historis, estetika, dan teknik konstruksi dari
masa lalu. Ciri yang Elemen klasiknya tetap digabungkan dengan sentuhan modern,
Bangunan terlihat unik dan mencolok.

Postmodernisme adalah gerakan seni dan budaya yang beragam selama akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20. Postmodernisme menentang gagasan modernisme
tentang kemajuan dan universalitas. Postmodernisme lebih menekankan pluralisme,
keragaman, dan interpretasi.

Arsitektur Dekonstruksi adalah gerakan arsitektur yang muncul pada tahun 1980-
an yang terinspirasi oleh filsafat dekonstruksi Jacques Derrida. Arsitektur Dekonstruksi
menantang prinsip-prinsip tradisional arsitektur seperti stabilitas, keseimbangan, dan
harmoni.

Arsitektur modern 60-70an merupakan gaya arsitektur yang berkembang pesat di


seluruh dunia setelah Perang Dunia II. Gaya ini ditandai dengan penekanan pada
fungsionalitas, penggunaan material baru, dan bentuk-bentuk geometris yang sederhana.
Arsitektur modern 60-70an muncul sebagai respon terhadap kerusakan akibat Perang
Dunia II. Arsitek ingin menciptakan gaya arsitektur yang efisien, cepat dibangun, dan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang sedang berkembang pesat.

B. Rumus Masalah
1. Bagimana aliran Arsitektur neo-vernacular pada abad ke XX?
2. Bagimana aliran Arsitektur modern historicism pada abad ke XX?
3. Bagimana aliran Post Modernism pada abad ke XX?
4. Bagimana aliran Arsitektur deconstructive pada abad ke XX?
5. Bagimana aliran Arsitektur Modern Historicism pada abad ke XX?
C. Tujuan
1. Memahami apa itu Arsitektur neo-vernacular pada abad ke XX
2. Memahami apa itu Arsitektur modern historicism pada abad ke XX
3. Memahami apa itu Post Modernism pada abad ke XX
4. Memahami apa itu Arsitektur deconstructive pada abad ke XX
5. Memahami apa itu Arsitektur Modern Historicism pada abad ke XX

BAB II

PEMBAHASAN

A. ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR
1. Apa itu Arsitektur neo-vernacula
Arsitektur neo-vernacular adalah konsep arsitektur yang berkembang pada era
post-modern, mulai muncul pada tahun 1960-an. Ikatan kata "Vernakular" berasal dari
Bahasa latin yang memiliki arti bahasa setempat/pribumi, dan kata "Neo" sendiri
berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti baru. Arsitektur neo-vernacular dapat
diartikan sebagai bahasa setempat yang diucapkan dengan cara baru.
Arsitektur neo vernakular memiliki arti “asli”, “setempat”, atau “tradisional”.
Tjok Pradnya Putra menyatakan pengertian arsitektur neo vernakular berasal dari
kalimat “Neo” yang berasal dari bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim yang
berarti baru, sedangkan kata vernakular berasal dari kata vernakular (bahasa latin)
yang berarti asli.(Lakebo et al., 2019). Arsitektur neo vernakular dapat diartikan
sebagai arsitektur asli daerah tersebut yang dibangun oleh masyarakat setempat,
dengan menggunakan material lokal, mempunyai unsur adat istiadat atau budaya dan
disatu padukan dengan sentuhan modern yang mendukung nilai dari vernakular itu
sendiri.(Fajrine et al., 2017).
Pada masa era post modern arsitektur neo vernakular mengalami perkembangan.
Post modern merupakan aliran arsitektur yang muncul sekitar 1960-an, adanya post
modern dikarenakan sebuah gerakan yang dilakukan oleh beberapa arsitek salah
satunya adalah Charles Jencks untuk mengkritisi arsitektur modern. Hal tersebut
dilakukan dikarenakan arsitek-arsitek ingin memberikan sebuah konsep baru yang
lebih menarik dari arsitektur modern yang mempunyai bentuk-bentuk yang
monoton.(Widi & Prayogi, 2020)

2. Sejarah Arsitektur Neo Vernakular


Waktu terus berjalan seiring perkembangan zaman terus berkembang serta lebih
maju. Sama halnya seperti bangunan yang mengalami perubahan serta perkembang
dalam segi bentuk, material, serta makna. Adanya sebuah proses adaptasi terhadap
lingkungan dan zaman membuat perubahan terus berkembang. Mirip halnya pada
struktur bangunan yang dulunya menggunakan tanah sama sekarang semakin
berkembang menjadi beberapa macam jenis struktur, hal tersebut sama seperti konsep
arsitektur neo vernakular. Neo vernakular itu sendiri asal berasal interpretasi konsep
arsitektur tradisional dan vernakular. Tradisional lalu berkembang menjadi vernakular
hingga perkembangan terakhir menjadi neo vernakular. Perkembangan tersebut
dilakukan agar karakteristik khas asal daerah tersebut tidak hilang begitu saja. Butuh
adanya sebuah pertahanan diri sebagai cara untuk mempertahankan budaya yaitu
dengan cara mengikuti alur zaman yang berkembang.
Arsitektur tradisional berasal dari kata “tradisi” dan “arsitektur tradisional”
memiliki pengertian yang berbeda. Tradisi merupakan sebuah kata sifat, sedangkan
arsitektur tradisional merupakan sebuah objek. Tradisi dengan arsitektur vernakular
memiliki hubungan sebab-akibat. Menurut Christopher Alexander seorang filsafat
mengenai ilmu arsitektur dan desain, mengungkapkan “tradisi membentuk sebuah
arsitektur vernakular melalui kesinambungan tatanan sebuah arsitektur menggunakan
sistem persepsi ruang yang tercipta, bahan, dan jenis konstruksinya”. Arsitektur
tradisional dan arsitektur vernakular merupakan objek. Oleh karena itu, kedua kata
tersebut memiliki objektif yang sama, namun dengan tujuan yang berbeda.
(Suharjanto, 2011)

3. Ciri-ciri Arsitektur Neo Vernakular


Jencks, 1977 mengatakan dalam bukunya “language of Post-Modern
Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo Vernakular sebagai
berikut.
• Menggunakan elemen konstruksi lokal.
• Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan
proporsi yang lebih ke vertical.
• Warna-warna yang kuat dan kontras.
• Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat
yang diterapkan dalam bentuk arsitektural (denah, struktur, ornamen).
• Menerapkan elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada makro kosmos atau religi menjadi konsep perancangan.
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur neo verrnakular tidak
ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada
keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas
dan tepat oleh neo vernakular melalui tren akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

4. Arsitektur Vernakular
Yulianto Sumalyo berpendapat, vernakular adalah bahasa setempat, dalam
arsitektur vernakular adalah bentuk arsitektural yang menerapkan ciriciri budaya
sekitar termasuk dengan material, iklim, dan makna dalam bentuk arsitektural seperti
tata letak denah, struktur, material dan detail detail seperti ornamen, dan lain-lain
(Yulianto Sumalyo, 2001). Paul Oliver dalam Encyclopedia of Vernacular
Architecture of the World berpendapat arsitektur vernakular adalah terdiri dari
rumahrumah rakyat dan bangunan lain, yang terkait dengan konteks lingkungan
mereka dan sumber daya tersedia yang dimiliki atau dibangun, dan menggunakan
teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur vernakular dibangun untuk memenuhi
kebutuhan untuk mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi dan cara hidup budaya yang
berkembang.
Amos Rapoport adalah salah satu arsitek yang paling seringkali dijadikan rujukan
oleh para pengkaji vernakular. Sesuai tradisi cara membangunnya, Rapoport pada
buku klasiknya House Form and Culture, membagi bangunan menjadi grand-tradition
(tradisi megah) serta folktradition (tradisi rakyat). Menurutnya kemegahan Istana serta
bangunan keagamaan digolongkan ke pada grand-tradition. Sementara architecture
without architects digolongkan menjadi bangunan folk-tradition (Rapaport, 1969).
Pada pembagian terstruktur mengenai folk-tradition ia menempatkan dua
kelompok: arsitektur primitif dan arsitektur vernakular. Indonesia merupakan salah
satu negara yang memiliki tradisi yang sangat beragam. Sebagai akibatnya tradisi
tersebut membentuk sebuah karya-karya bangunan yang memiliki nilai tersendiri bagi
wilayah tersebut. Arsitektur vernakular tradisional mulai ditinggalkan serta arsitektur
vernakular modern mulai berkembang mengikuti zaman yang bisa disebut dengan
nama arsitektur neo vernakular.

B. Arsitektur Modern Historicism


1. Pengertian Arsitektur Modern Historicism

Arsitektur Modern Historicism adalah sebuah gaya arsitektur yang berasal dari
periode abad ke-19 yang berkembangan dari gaya klasik tradisional ke gaya yang lebih
pluralisme dan peminatan terhadap kultura dan sejarah. Definisi lebih lanjut dari
arsitektur modern historicism tidak ditemukan dalam hasil pencarian. Namun, kata
kunci yang mungkin relevan adalah:

• Neostyles: Gaya neostyles merupakan gaya yang disebut juga neo-Romanticism,


neo-Gothic, neo-Renaissance, neo-Baroque, dan lain-lain. Ini adalah gaya yang
mencari gaya khas nasional dalam arsitektur, yang terjadi pada periode abad ke-
19.
• Historicism: Gaya historicism adalah gaya arsitektur yang mengembalikan gaya
sejarah, seperti yang juga digunakan selama Renaissance. Namun, istilah ini
dipahami untuk arti pencirian yang semakin sempit dan gaya pluralisme dalam
paruh kedua pada abad ke-19.
• Kesatuan: Karakteristik historicism adalah kesatuan, yang dapat dilihat dalam
kesatuan irama, karakter, dan ornamen yang digunakan pada bangunan.
• Pengembangan dari Klasikisme: Historicism dapat dilihat sebagai penutup dari
arsitektur klasik, yang mulai dibangun pada tahun 1840 dengan pembangunan
gedung parlemen baru di London.
• Revisi dari Klasikisme: Historicism dapat dilihat sebagai revisi dari klasikisme,
yang diterima sebagai kritik postmodern.
Arsitektur modern historicism dapat dilihat sebagai gaya yang menyatu antara
gaya klasik tradisional dan gaya yang lebih pluralisme dan peminatan terhadap kultura
dan sejarah. Gaya ini juga dapat dilihat sebagai gaya yang mengembalikan gaya sejarah
dan menggunakan metode konstruksi dan desain interior yang berasal dari model-model
yang lebih tradisional, seperti Gothic, sampai ke arsitektur Islami.
2. Sejarah Arsitektur Modern Historicism
Arsitektur Modern Historicism, atau sering juga disebut dengan Historisisme,
adalah sebuah arah atau gaya dalam arsitektur yang muncul di abad ke-19, sebagai
reaksi terhadap perkembangan revolusi industri dan urbanisasi yang pesat.
Historisisme mencerminkan keinginan untuk kembali kepada nilai-nilai historis,
estetika, dan teknik konstruksi dari masa lalu, sebagai bentuk nostalgia terhadap
periode sebelum industrialisasi yang dianggap lebih "murni" dan "otentik".
Pada Abad ke-19, Historisisme muncul sebagai bagian dari gerakan Romantisme yang
lebih luas, yang menekankan pentingnya emosi, alam, dan masa lalu. Dalam arsitektur,
ini berarti peniruan atau reinterpretasi gaya-gaya arsitektur dari masa lalu, termasuk
Gotik, Renaisans, Barok, dan lainnya. Para arsitek dari masa ini berusaha untuk
mengadaptasi prinsip-prinsip dan elemen desain dari masa lalu tersebut untuk
memenuhi kebutuhan dan teknologi kontemporer.
Di Eropa, khususnya Jerman dan Inggris, gerakan ini mengambil akar dengan
cepat. Di Inggris, gerakan Revival Gotik dipelopori oleh arsitek seperti Augustus
Pugin, yang menganggap arsitektur Gotik sebagai ekspresi spiritual dan moral yang
superior. Sementara itu, di Jerman, bangunan seperti Neuschwanstein Castle oleh Raja
Ludwig II dari Bavaria menunjukkan pengaruh Historisisme dengan gaya yang
menggabungkan Romantis dan Gotik.
Transisi ke Abad ke-20, Menuju akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Historisisme
mulai digantikan oleh gerakan-gerakan baru seperti Art Nouveau, yang meskipun
masih mengandung elemen historis, mulai mengeksplorasi bentuk dan material secara
lebih bebas dan organik. Perkembangan lebih lanjut dalam teknologi konstruksi,
terutama penggunaan baja dan beton, memungkinkan arsitektur untuk bergerak
melampaui batasan stilistik historis dan menuju Modernisme.
Historisisme sering dikritik karena dianggap sebagai bentuk imitasi yang tidak
orisinil atau eskapisme yang tidak menghadapi realitas sosial dan teknologi masa kini.
Namun, pendekatannya yang detail dan respek terhadap masa lalu juga dihargai karena
kontribusinya terhadap pelestarian budaya dan teknik bangunan tradisional.
Dalam konteks kontemporer, Historisisme memberikan pelajaran tentang
pentingnya memahami konteks, tradisi, dan nilai estetika dalam proses desain.
Meskipun arsitektur modern cenderung mengutamakan fungsi, efisiensi, dan
minimalisme, prinsip-prinsip Historisisme tetap relevan dalam diskusi tentang
identitas, memori, dan keberlanjutan dalam arsitektur.

3. Perkembangan Arsitektur Modern Historicism


Historicist Modern berawal dari awal hingga sekarang dapat diterangkan melalui
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Gerakan arsitektur
Historicist Modern dibagi menjadi 6 tradisi oleh Charles Jencks, yang antara lain
meliputi tradisi postmodern dan neo-tradisional. Gerakan ini juga terpengaruh oleh
gerakan seni dan arsitektur lainnya, seperti eklektikisme yang dapat menghubungkan
antara elemen, unsur-unsur arsitektur yang masih mengindahkan prinsip-prinsip
arsitektur masa yang akan datang. Dalam pengembangan arsitektur modern, terdapat
beberapa konsep yang mempengaruhi perkembangannya, seperti konsep ruang dan
volume yang dianggap sebagai unsur penting dalam arsitektur. Pada tahap awal,
arsitektur modern mungkin terpengaruh oleh konsep-konsep yang lebih tradisional,
seperti konsep ruang yang diterangkan oleh Bruno Zevi. Terdapat juga pengaruh dari
gerakan seni, seperti gerakan postmodern yang menganggap bahwa arsitektur tidak
hanya adalah ruang tetapi juga adalah pernehanan terhadap ruang. Gerakan
postmodern juga menganggap bahwa arsitektur adalah volume, yang tidak lain adalah
ruang.
Pada masa kini, gerakan arsitektur modern terpengaruh oleh konsep-konsep baru,
seperti konsep ekosistem, yang menganggap bahwa arsitektur harus menciptakan
lingkungan yang efisien dan berkelanjutan. Gerakan ini juga terpengaruh oleh
teknologi, seperti penggunaan komputer dan perkembangan industri teknologi
terkemuka lainnya.
Selain itu, gerakan arsitektur modern juga terpengaruh oleh pendidikan
arsitektur, yang membantu memperjelas konsep-konsep arsitektur dan membantu
mengembangkan gaya arsitektur yang baru. Pendidikan arsitektur juga membantu
mengembangkan generasi arsitek yang dapat mengembangkan gaya arsitektur yang
sesuai dengan waktu dan situasi. Selain itu, gerakan arsitektur modern juga
terpengaruh oleh pengaruh politik, ekonomi, dan sosial, yang mempengaruhi tingkat
permintaan dan penggunaan bangunan. Gerakan ini juga terpengaruh oleh pengaruh
kultur, yang mempengaruhi gaya dan tata ruang bangunan. Selain itu, gerakan
arsitektur modern juga terpengaruh oleh pengaruh lingkungan, yang mempengaruhi
tata ruang dan konsep-konsep arsitektur. Gerakan ini juga terpengaruh oleh pengaruh
teknologi, yang mempengaruhi cara pengembangan dan penggunaan bangunan.
Dalam keseluruhan, gerakan arsitektur modern berpengaruh dari awal hingga
sekarang, terpengaruh oleh berbagai faktor, seperti gerakan seni, arsitektur,
pendidikan, politik, ekonomi, sosial, kultur, lingkungan, dan teknologi. Gerakan ini
terus berkembang dan mengembangkan gaya arsitektur yang sesuai dengan waktu dan
situasi.

4. Ciri-Ciri Arsitektur Modern Historicism


Arsitektur Modern Historicism adalah aliran arsitektur yang mengambil bentuk-
bentuk lama, terutama dari arsitektur klasik, dan mengkombinasikannya dengan
dimensi, bahan, dan ukuran yang berbeda pada bangunan modern. Ciri-ciri arsitektur
modern historicism antara lain:
• Menggunakan kembali elemen-elemen dekorasi khususnya dekorasi gaya lama
yang memiliki nilai komunikatif yang populer.
• Memiliki sifat historik yang penuh kenangan.
• Membangkitkan tema dan elemen klasik, seperti corinthian, ionic, dan doric.
• Elemen klasiknya tetap digabungkan dengan sentuhan modern.
• Bangunan terlihat unik dan mencolok.
• Penggunaan warna dan tekstur yang beragam dalam desain.
• Menggunakan bahan-bahan yang cenderung modern.
• Mengambil bentuk-bentuk lama yang dianggap terbaik dan
mengkombinasikannya dengan harmonis.
Tokoh arsitek aliran historicism antara lain Kisho Kurokawa, Ieoh Ming Pei, Paul
Wolton, Charles Jenks, dan Curtis

C. POST MODERNISM
1. Pengertian Postmoedrnisme
Postmodernisme adalah gerakan seni dan budaya yang beragam selama akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang diterangkan oleh penyair Ezra Pound dalam
karyanya pada tahun 1934. Kata "post" dalam postmodern artinya "setelah".
Postmodernisme paling mudah dipahami sebagai sebuah pertanyaan tentang ide-ide
dan nilai-nilai yang terkait dengan bentuk yakni yang percaya pada kemajuan dan
inovasi. Modernisme menekankan pemisahan yang jelas antara seni dan budaya
populer, namun postmodernisme sering dikaitkan dengan pluralisme dan pengabaian
gagasan konvensional tentang orisinalitas dan kepengarangan. Postmodernisme tidak
menunjuk pada satu gaya seni atau budaya, tetapi sering dikaitkan dengan pengabaian
gagasan konvensional.
Postmodernisme merupakan reaksi terhadap gerakan modernisme yang dinilai
mengalami kegagalan, yang ditandai oleh adanya rasionalisme, materialisme, dan
kapitalisme yang didukung dengan perkembangan teknologi serta sains. Gejala
postmodernisme yang merambah ke berbagai bidang kehidupan tersebut yang
didalamnya termasuk ilmu pengetahuan merupakan suatu reaksi terhadap gerakan
modernism

Munculnya postmodernisme tidak dapat dilepaskan dari modernisme itu sendiri.


Kata modernisme mengandung makna serba maju, gemerlap, dan progresif.
Modernisme selalu menjanjikan pada kita untuk membawa pada perubahan ke dunia
yang lebih mapan di mana semua kebutuhan akan dapat terpenuhi. Rasionalitas akan
membantu kita menghadapi mitos-mitos dan keyakinan-keyakinan tradisional yang
tak berdasar, yang membuat manusia tak berdaya dalam menghadapi dunia ini
(Maksum, 2014: 309). Namun demikian, modernisme memiliki sisi gelap yang
menyebabkan kehidupan manusia kehilangan diorientasi. Apa yang dikatakan oleh
Max Horkheimer, Ardono, dan Herbert Marcuse bahwa pencerahan tersebut
melahirkan sebuah penindasan dan dominasi disamping juga melahirkan kemajuan.
Modernisme, menurut Anthony Giddens, menimbulkan berkembangbiaknya
petaka bagi umat manusia. Pertama, penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan
sengketa. Kedua, penindasan oleh yang kuat atas yang lemah. Ketiga, ketimpangan
sosial yang kian parah. Keempat, kerusakan hidup yang kian menghawatirkan
(Maksum, 2014: 311).
Tumbangnya modernisme dan munculnya postmodernisme dapat kita ketahui
dari pemikiran filsafatnya Soren Kierkegaard (1813-1855), sebagaimana dikutip oleh
Ali Maksum, yang menentang rekonstruksirekonstruksi rasional dan masuk akal yang
menentukan keabsahan kebenaran ilmu. Sesuatu itu dikatakan benar ketika sesuai
dengan konsensus atau aturan yang berlaku di dunia modern, yaitu rasional dan
objektif. Namun tidak dengan Kierkegaard, dia berpendapat bahwa kebenaran itu
bersifat subjektif (Ghazali & Effendi, 2009: 314). Truth is subjectivity, artinya bahwa
pendapat tentang kebenaran subjektif itu menekankan pentingnya pengalaman yang
dialami oleh seorang individu yang dianggapnya relatif.
Pemikiran postmodernisme muncul di buku "The Postmodern Condition: A
Report on Knowledge" Jean-Francois Lyotard yang mendefinisikan postmodernisme
sebagai kritik terhadap pengetahuan universal, tradisi metafisik, fondasionalisme, dan
modernisme. Lyotard juga menyatakan bahwa postmodernisme tidak mengenal narasi
besar atau narasi kecil, dan kebenaran di era postmodernisme tidak lagi bersifat
mutlak. Jean Baudrillard juga menyebut banyak pemikiran menarik tentang
hiperealitas, era masyarakat konsumsi, dan postmodernisme.
Postmodernisme diperkaya oleh pemikiran dan teori dari sosiolog dan filsuf di
tahun 1960-1980an. Beberapa contoh tokoh pemikir tersebut bisa dicermati dalam
pemaparan di bawah ini.

2. Ciri-Ciri Pemikiran Postmodernisme


ciri-ciri pemikiran postmodernisme adalah dekonstruktif. Hampir semua
bangunan atau konstruksi dasar keilmuan yang telah mapan dalam era modern, baik
dalam bidang sosiologi, psikologi, antropologi, sejarah, bahkan juga ilmu-ilmu
kealaman yang selama ini baku ternyata dipertanyakan ulang oleh postmodernisme.
Hal ini terjadi karena teori tersebut dianggap menutup munculnya teori-teori lain yang
barangkali jauh lebih dapat membantu memahami realitas dan pemecahan masalah.
Jadi klaim adanya teori-teori yang baku, standar, yang tidak dapat diganggu gugat,
itulah yang ditentang oleh pemikir postmodernisme. Ciri postmodernisme yang lain
adalah berwatak relativisme, artinya pemikiran postmodernisme dalam hal realitas
budaya (nilai-nilai, kepercayaan, dan lainnya) tergambar dalam teori-teori yang
dikembangkan oleh disiplin ilmu antropologi.

3. Kelebihan Dan Kelemahan Postmodernisme


Kelebihan postmodernisme antara lain bahwa perspektif postmodernisme dapat
membuat kita peka terhadap kemungkinan bahwa wacana besar positif, prinsip-prinsip
etika positif, dapat diputar dan dipakai untuk menindas manusia. Martabat manusia
harus dijunjung tinggi, seperti kebebasan adalah nilai tinggi, tetapi bisa saja terjadi
bahwa nama kebebasan sekelompok orang mau ditiadakan. Postmodernisme ikut
membuat kita sadar, sebuah kesadaran bahwa semua cerita besar perlu dicurigai, perlu
diwaspadai agar tidak menjelma rezim totalitarianisme yang hanya mau
mendengarkan suara diri sendiri dan mengharuskan suara-suara yang berbeda dari
luar. Zaprulkhan menyatakan bahwa setidaknya ada kelemahan yang ada pada
postmodernisme, yang penulis rangkum menjadi tiga poin utama, yaitu, pertama,
postmodernisme yang sangat semangat mempromosikan narasi-narasi kecil, ternyata
buta terhadap kenyataan bahwa banyak juga narasi kecil yang mengandung banyak
kebusukan.

D. Arsitektur Deconstructive
Arsitektur merupakan bidang ilmu yang terus berkembang dari masa ke masa
yang terbukti dengan banyaknya paham-paham yang terkait dengan arsitektur. Dari
sekian paham-paham yang ada, Arsitektur Dekonstruksi merupakan paham Arsitektur
yang mengalami pro dan kontra terkait konsepnya yang tidak biasa dan memiliki karakter
yang aneh.
Arsitektur Dekonstruksi (deconstruction) berasal dari gabungan kata “de-“
(menyatakan kebalikan) dan “construction’” (konstruksi, susunan) yang secara sederhana
berarti “memecah ke dalam bagian-bagian” (Mantiri & Makainas, 2011). Dekonstruksi
adalah suatu pendekatan terhadap perancangan bangunan dengan mencoba melihat
arsitektur dari segi fragmentasi (potongan), manipulasi permukaan struktur dan fasade,
serta olahan bentuk-bentuk non-rectilinear. Arsitektur Dekonstruksi lahir dari pengaruh
filsafat Derrida, sehingga disebut sebagai “Dekonstruksi Derridean” dan Arsitektur
Dekonstruksi yang hadir sebagai produk pragmatis dan formal yang disebut sebagai
“Dekonstruksi Non-Derridean”.

1. Arsitektur Dekonstruktivis Derridian (Deconstruction)


Jacques Derrida lahir di Aljazair pada tanggal 15 Juli 1930 (Ashadi,
2019) dan merupakan orang yang mempopulerkan istilah “Deconstruction”, kata
ini berangkat dari pemikiran kritisnya terhadap paham strukturalisme. Pemikiran
Derrida terhadap dekonstruksi tidak lepas dari cabang ilmu filsafat yang
mempelajari tentang kenyataan umum, dimana kenyataan umum itu sendiri dapat
dilihat melalui sebuah kehadiran, dan dapat ditelusuri melalui tanda. Sebuah
tanda dapat mewakili atau menggantikan kehadiran sesuatu. Menurut Derrida
untuk mendapatkan sebuah makna baru diperlukan sebuah proses membongkar
(to dismantle) dan analisa yang kritis (critical analysis) sehingga tercipta suatu
permainan tanda tanpa makna akhir.

2. Arsitektur Dekonstruktivis Non-Derridian (Deconstructivism)


Dekonstruksi Non-Derridian mencakup dekonstruksi bentuk dan
struktur bangunan yang didasarkan pada konsep dan prinsip seperti
ketidakstabilan (instability), ketidakteraturan (disorder), ketidakmurnian
(impure), ketidakserasian (disharmony), fragmentasi (fragmentation),
ketidaksatuan atau pertentangan (conflict), cair (fluid), metafora (metaphor),
distorsi (distortion), berkonteks (in context), dan kontras (contrast) sehingga
menyebabkan stabilitas, kohesi dan identitas bentukbentuk murni menjadi
terganggu. Menurut Mantiri & Makainas (2011) dalam “Eksplorasi terhadap
Arsitektur Dekonstruksi”, Dekonstruksi Non-Derridian dikelompokkan kedalam
lima kelompok utama oleh Aaron Betsky yaitu Revelatory Modernist, Shard &
Sharks, Textualist, New Mythologist, danTechnomoprisme.

Tujuan kajian arsitektur dekonstruksi terkait perkembangan dunia arsitektur


cendrung melahirkan sebuah paham yang tidak biasa terhadap pemikiran dari tokoh-
tokoh arsitek dekonstruksi dengan penerapannya dalam desain arsitektur. Metode kajian
dilakukan dengan melalui eksplorasi atau menelaah konsep dari arsitektur dekonstruksi
terhadap karya tokoh-tokoh arsitek yang mewakili aliran dekonstruksi.

3. Karakteristik Arsitektur Dekonstruksi:


• Bentuk yang tidak biasa dan kompleks
• Penggunaan material yang tidak biasa
• Fragmentasi dan distorsi bentuk
• Penolakan terhadap aturan dan prinsip arsitektur tradisional
• Permainan ruang dan Cahaya

Berikut beberapa contoh gambar bangunan Arsitektur Dekonstruksi

Gambr1. Museum Guggenheim Bilbao oleh Frank Gehry, CCTV Headquarters oleh
Rem Koolhaas, Kunsthaus Graz oleh Peter Cook dan Colin Fournier

Bangunan – bangunan di atas menunjukkan visi nan i inovatif para arsitek


Dekonstruksi dan komitmen mereka terhadap desain yang adaptif dan berkelanjutan.

E. Arsitektur Modern 60-70an


1. Pengertian Modern 60-70an
Arsitektur modern 60-70an merupakan gaya arsitektur yang berkembang pesat di
seluruh dunia setelah Perang Dunia II. Gaya ini ditandai dengan penekanan pada
fungsionalitas, penggunaan material baru, dan bentuk-bentuk geometris yang sederhana.

2. Ciri Khas
• Minimalisme: Dekorasi dan ornamen diminimalisir, dengan fokus pada
kesederhanaan dan kejelasan bentuk.
• Keterbukaan: Ruang-ruang dirancang agar lebih terbuka dan terhubung satu sama
lain, dengan penggunaan partisi yang minimal.
• ntegrasi dengan Alam: Bangunan dirancang untuk menyatu dengan alam, dengan
penggunaan taman, teras, dan jendela besar untuk menghadirkan pemandangan
alam ke dalam ruangan

Gambar: Farnsworth House, Seagram Building, Habitat 67

3. Sejarah Arsitektur Modern 60-70an


Arsitektur modern 60-70an muncul setelah Perang Dunia II sebagai gerakan yang
menolak gaya-gaya tradisional dan historisisme yang dominan sebelumnya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangannya meliputi:
• Pasca-Perang: Kehancuran akibat perang mendorong para arsitek untuk mencari
pendekatan baru dalam desain bangunan. Mereka membutuhkan gaya arsitektur
yang efisien, cepat dibangun, dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
modern yang sedang berkembang pesat.
• Kemajuan Teknologi: Perkembangan teknologi material dan konstruksi pada
abad ke-20 memungkinkan pembangunan gedung-gedung yang lebih tinggi, kuat,
dan fleksibel. Material baru seperti baja, beton, dan kaca menjadi daya tarik utama
arsitektur modern.
• Idealisme Modern: Gerakan modernisme yang sedang berkembang pada saat itu
turut mempengaruhi arsitektur. Prinsip-prinsip modernisme seperti fungsionalitas,
efisiensi, dan kesederhanaan menjadi landasan pemikiran para arsitek modern.

4. Figur Penting: Beberapa arsitek berpengaruh pada era ini antara lain:
• Mies van der Rohe: Pelopor gaya International Style yang menekankan
penggunaan baja, kaca, dan bentuk-bentuk geometris sederhana.
• Le Corbusier: Mempopulerkan konsep "mesin untuk hidup" yang fokus pada
fungsionalitas ruang.
5. Perkembangan Arsitektur Modern 60-70an
• 1960an: Dekade ini ditandai dengan berkembangnya gaya International Style
secara global. Bangunan-bangunan pencakar langit dari baja dan kaca menjadi
simbol kemajuan dan modernitas.

1970an: Munculnya kritik terhadap gaya International Style yang dianggap terlalu steril dan tidak
memperhatikan lingkungan. Arsitek mulai bereksperimen dengan bentuk-bentuk yang lebih
organik dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Materi tentang arsitektur, mulai dari Neo-Vernacular hingga Arsitektur Modern 60-70an,
menggambarkan evolusi dan keragaman pendekatan dalam desain bangunan. Arsitektur Neo-
Vernacular memperjuangkan keaslian dan identitas lokal dengan memadukan elemen-elemen
tradisional dan teknologi kontemporer, sebagai respons terhadap globalisasi. Sementara
Arsitektur Modern Historicism merevitalisasi gaya-gaya arsitektur historis dengan bahan dan
teknik modern, tetapi tetap mempertahankan esensi dan estetika masa lalu. Postmodernisme,
di sisi lain, mengeksplorasi keberagaman gaya, material, dan bentuk, dengan menggabungkan
referensi historis, elemen populer, dan ironi dalam desainnya. Arsitektur Dekonstruktif
menantang konvensi dengan penekanan pada ketidaksempurnaan dan fragmentasi dalam
desain, menciptakan bangunan yang menantang pandangan tradisional tentang struktur dan
ruang. Selama tahun 60-an dan 70-an, Arsitektur Modern mengeksplorasi konsep
kesederhanaan, fungsionalitas, dan keterbukaan, dengan desain berbasis pada prinsip-prinsip
geometris dan penggunaan material industri inovatif. Keseluruhan, perkembangan ini
mencerminkan keragaman pendekatan arsitektur dari penekanan pada identitas lokal hingga
eksplorasi bentuk dan konsep baru dalam arsitektur modern.
DAFTAR PUSTAKA

Ashadi. (2019). Arsitek Arsitektur Dekonstruktivis. Jakarta Pusat: Arsitektur UMJ Press.

Dafrina, A. (2015). Arsitektur Dekonstruksi sebagai Karakteristik Desain. Jurnal Arsitekno, 11-
21.

Abdullah, Amin, 2004, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, Pustaka Pelajar, Yogjakarta.

Aginta, Medhy Hidayat, 2008, Panduan Pengantar Untuk Memahami Postrukturalisme dan
Posmodernisme, Jalasutra Post, Yogyakarta.

Ghazali, Abd. Moqsith & Djohan Effendi,2009, Merayakan kebebasan Beragama : Bunga
Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_modern

https://www.rumah.com/panduan-properti/arsitektur-modern-40999

Anda mungkin juga menyukai