Anda di halaman 1dari 187

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN


KABUPATEN MADIUN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai


Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:
Kurnianto Fery Wibowo
I 0207059

Dosen Pembimbing :
Ir. Agung Kumoro W, M.T
Ir. Moh. Asrori, M.T

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR
PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN KABUPATEN MADIUN
Oleh :
KURNIANTO FERY WIBOWO
I 0207059

Surakarta, Oktober 2011

Telah diperiksa dan disetujui oleh :


Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Agung Kumoro W, M.T Ir. Moh. Asrori, M.T


NIP. 19630802 199103 1 001 NIP. 19510502 198903 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Arsitektur (FT)-UNS Ketua Prodi Arsitektur (FT)-UNS

Dr. Ir. Muhammad Muqoffa, M.T Kahar Sunoko, S.T, M.T


NIP. 19620610 199103 1 002 NIP. 19690320 199503 1 002

Pembantu Dekan I (FT)-UNS

Kusno Adi Sambowo, ST, MSc,Ph.D


commit to user
NIP. 19691026 199503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR SKEMA xv

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. JUDUL 1
B. PEMAHAMAN JUDUL 1
C. LATAR BELAKANG 2
D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 4
D.1. Permasalahan 4
D.2. Persoalan 5
E. TUJUAN DAN SASARAN 5
E.1. Tujuan 5
E.2. Sasaran 6
F. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN 6
F.1. Lingkup Pembahasan 6
F.2. Batasan 7
G. METODA DAN STRATEGI DESAIN 7
G.1. Metoda 7
G.2. Strategi Desain 9
H. SISTEMATIKA PENULISAN 11

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II. TINJAUAN TEORI 13

A. TINJAUAN PASAR SECARA UMUM 13


A.1. Pengertian Pasar 13
A.2. Jenis-Jenis Pasar 14
A.3. Sistem Perpasaran Indonesia 15
A.4. Kegiatan Perpasaran 19
B. TINJAUAN PASAR TRADISIONAL 22
B.1. Pengertian Pasar Tradisional 22
B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar 22
B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional 29
B.4. Peranan Pasar Tradisional 30
C. TINJAUAN TATA RUANG PASAR 34
C.1. Penataan Komoditi Barang Dagangan 34
C.2. Ruang Terpinggirkan 35
D. PENINGKATAN DAYA SAING PASAR TRADISIONAL 37
D.1. Peningkatan Mutu dan Pembenahan Pengaturan Sarana Fisik Pasar 37
D.2. Siteplan (Perancangan Tapak) 40
D.3. Konsep Mempertahankan dan Mengembangkan Pasar Tradisional 41
E. TINJAUAN LANDMARK 42
E.1. Teori Landmark 42
F. TINJAUAN LOKALITAS 45
F.1. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur 46
F.2. Arsitektur Nusantara 51
G. PRESEDEN PASAR TRADISIONAL 57
G.1. Pasar Gede Hardjanegara 57
G.2. Pasar Legi Surakarta 60

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III. PASAR UMUM CARUBAN BARU DI DESA PANDEAN,


KABUPATEN MADIUN 63

A. TINJAUAN KABUPATEN MADIUN 63


A.1. Kondisi Fisik 64
A.2. Kondisi Sosial 68
A.3. Kondisi Ekonomi 72
B. TINJAUAN KOTA CARUBAN 73
B.1. Orientasi dan Batas Wilayah Kota Caruban 73
B.2. Topografi 74
B.3. Perekonomian Kota 74
B.4. Sarana dan Prasarana Kota 74
B.5. Wilayah Perencanaan Kota Caruban 76
B.6. Penentuan Fungsi Bagian Wilayah Kota 76
B.7. Rencana Intensitas Penggunaan Tanah BWK 79
B.8. Isu Strategis Pembangunan Kota Caruban, Kabupaten Madiun 81
C. TINJAUAN PASAR UMUM CARUBAN 82
C.1. Kondisi Fisik 82
C.2. Kondisi Non Fisik 88
D. PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN CARUBAN 92
D.1. Konsep Pengembangan Perkotaan Mejayan 92
D.2. Strategi Penetapan Kawasan Strategis Pengembanagn Ekonomi 93

BAB IV. PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN YANG


DIRENCANAKAN 94
A. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 94
A.1. Maksud 94
A.2. Tujuan 96
A.3. Sasaran 97

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. KEGIATAN YANG AKAN DIWADAHI 97


C. PELAKSANAAN KEGIATAN 98
D. SKALA PELAYANAN 100
E. POTENSI DAN KELEMAHAN LOKASI PASAR UMUM CARUBAN DI DESA
PANDEAN, KECAMATAN MEJAYAN (ANALISA SWOT) 100
F. SKENARIO PERENCANAAN 103

BAB V. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN PENATAAN KEMBALI PASAR


UMUM CARUBAN 105

A. DASAR PERTIMBANGAN 105


A.1. Dasar Pertimbangan Umum 105
A.2. Cakupan Analisa 106
B. PROSES ANALISA 107
B.1. Analisa Peruangan 107
1. Pola dan Pelaku Kegiatan 107
2. Kebutuhan Ruang 112
3. Besaran Ruang 114
4. Analisa Pendekatan Persyaratan Ruang Pasar 120
B.2. Analisa Pengolahan Tapak 123
1. Eksisting Site 123
2. Pencapaian 124
3. Orientasi Bangunan 128
4. Analisa Zonifikasi 136
5. Analisa Sirkulasi 134
6. Analisa Lansekap 140
7. Analisa Permasaan 141
B.3. Analisa Lokalitas 143
B.4. Analisa Pendekatan Struktur Bangunan 147
1. Sub Structure 147
2. Upper Structure 148
3. Roof Structure commit to user 149

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B.5. Analisa Pendekatan Sistem Utilitas 149


1. Jaringan Air Bersih 149
2. Jaringan Air Kotor 151
3. Air Hujan 152
4. Sampah 152
5. Instalasi Listrik 153
6. Jaringan Telekomunikasi 154
7. Fire Protection 154
8. Penangkal Petir 155

BAB VI. KONSEP PERENCANAAN PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM


CARUBAN 156

A. KONSEP PERUANGAN 156


A.1. Besaran Ruang 156
A.2. Konsep Persyaratan Ruang Pasar 160
B. KONSEP PENGOLAHAN TAPAK 161
1. Eksisting Site 161
2. Konsep Pencapaian 162
3. Konsep Orientasi Bangunan 164
4. Konsep Zonifikasi 165
5. Konsep Sirkulasi 168
6. Konsep Lansekap 168
7. Analisa Permasaan 169
C. KONSEP LOKALITAS 170
D. KONSEP STRUKTUR BANGUNAN 171
1. Sub Structure 171
2. Upper Structure 171
3. Roof Structure 171
E. KONSEP SISTEM UTILITAS 172
1. Jaringan Air Bersih 172
2. Jaringan Air Kotor commit to user 172

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Air Hujan 173


4. Sampah 173
5. Instalasi Listrik 173
6. Jaringan Telekomunikasi 174
7. Fire Protection 174
8. Penangkal Petir 174

DAFTAR PUSTAKA xvi


LAMPIRAN xvii

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Penataan Siteplan 40


Gambar 2. Elemen arsitektur tradisional yang “dipaksakan”. 51
Gambar 3. Evolusi arsitektur Jawa, dari vernakular ke tradisional 52
Gambar 4. Evolusi bangunan jawa dari panggung menjadi menapak di tanah 53
Gambar 5. Evolusi bangunan jawa karena kebutuhan luas ruang 53
Gambar 6. Dua contoh evolusi rumah joglo hasil tradisi 53
Gambar 7. Contoh gambar denah dari tradisi perubahan ruang dalam ruang
untuk bangunan joglo 54
Gambar 8. Berbagai contoh perubahan bangunan joglo dengan pertimbangan
ekologi bahan masa kini 54
Gambar 9. Analisis bentuk arsitektur dari relief candi di Jawa 55
Gambar 10. Sebuah gubuk (di tambak garam) yang berevolusi menjadi bentuk
lain (di tepi pantai terpencil) yang lebih besar dengan teknik pencerminan 55
Gambar 11. Sebuah gubuk beratap pelana ditambah teritis untuk memperluas ruang,
berevolusi menjadi rumah dengan memperbesar skala,
menapakkan ke tanah dan menutupi dengan lebih banyak dinding 56
Gambar 12. Sebuah rumah yang mengalami evolusi dengan lebih memperhatikan
kualitas bahan dinding, berevolusi lagi dengan menambah teritis
di sisi lainnya, dipercantik dengan ornamentasi pagar rumah
(bukan pagar halaman) 56
Gambar 13. Pemikiran terhadap kualitas bahan yang lebih tahan cuaca membuat
bentuk atap pelana menjadi perisai, evolusi yang lebih tinggi
menyentuhkan budaya manusia dengan ornamentasi dan warna 56
Gambar 14. Pasar Gede 57
Gambar 15. Interior dan Eksterior Pasar Gede 59
Gambar 16. Pasar Legi 60
Gambar 17. Peta Kabupaten Madiun 63
Gambar 18. Diagram Kondisi Permukaan Jalan di Kab. Madiun 68
Gambar 19. Peta Potensi Wisata Kabupaten Madiun 71
Gambar 20. Lokasi Pasar Umum Caruban 82
Gambar 21. Siteplan Pasar Umum Caruban 83
Gambar 22. Batas-Batas Pasar Umum Caruban 84
Gambar 23. Kondisi Eksisiting Pasar Umum Caruban 87
commit to user
Gambar 24. Tampak depan Pasar Umum Caruban saat ini 90

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 25 Kondisi interior Pasar Umum Caruban 90


Gambar 26. Area parkir roda dua di dalam dan di luar pasar 91
Gambar 27. Saluran drainase di luar dan di dalam pasar 91
Gambar 28 Sketsa Analisa Penghawaan Alami (1) 121
Gambar 29 Sketsa Analisa Penghawaan Alami (2) 121
Gambar 30. Sketsa Analisa Pencahayaan Alami 122
Gambar 31. Lokasi Pasar Umum Caruban 123
Gambar 32. Eksisting Site 123
Gambar 33. Analisa Pencapaian 126
Gambar 34. Analisa Penentuan Lokasi Parkir 128
Gambar 35. Analisa Orientasi 130
Gambar 36. Hasil Analisa Orientasi 128
Gambar 37. Hasil Zonifikasi 135
Gambar 38. Hasil Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal 138
Gambar 39. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar 140
Gambar 40. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi 139
Gambar 41. Sketsa Bentuk Tapak 142
Gambar 42. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa 142
Gambar 43. Joglo Pendopo Kabupaten Madiun 144
Gambar 44. Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Madiun 144
Gambar 45. Kantor DPRD Kabupaten Madiun 144
Gambar 46. RSUD kota Cruban 145
Gambar 47. Hasil Analisa Lokalitas 146
Gambar 48. Anatomi Struktur 147
Gambar 49. Pondasi Sumuran 148
Gambar 50. Pondasi Batu Kali 148
Gambar 51. Struktur Rangka 149
Gambar 52. Struktur Rangka Baja 149
Gambar 53. Konsep Penghawaan Alami (1) 160
Gambar 54. Konsep Penghawaan Alami (2) 160
Gambar 55. Aplikasi Kaca Pintar Pada Atap 161
Gambar 56. Konsep Pencahayaan Alami (1) 161
Gambar 57. Eksisting Site 162
Gambar 58. Konsep Pencapaian 163
commit to user
Gambar 59. Penentuan Lokasi Parkir 164

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 60. Hasil Analisa Orientasi 165


Gambar 61. Hasil Zonifikasi 167
Gambar 62. Konsep Sistem Sirkulasi Vertikal 168
Gambar 63. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar 169
Gambar 64. Sketsa Bentuk Tapak 169
Gambar 65. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa 169
Gambar 66. Konsep Lokalitas Pada Pasar Umum Caruban 170
Gambar 67. Pondasi Sumuran 171
Gambar 68. Pondasi Batu Kali 171
Gambar 79. Struktur Rangka 171
Gambar 70. Struktur Kuda-kuda Kayu 171

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern 29


Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009 65
Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009 66
Tabel 4. Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun Periode
2005-2009 Menurut Kecamatan 69
Tabel 5. Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun 2009-2029 70
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004-2008 72
Tabel 7. Rincian Luas Kota Caruban 74
Tabel 8. Fasilitas Perekonomian di Kota Caruban 75
Tabel 9. Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010 80
Tabel 10. Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010 80
Tabel 11. Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010 81
Tabel 12. Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010 81
Tabel 13. Keterangan Umum Pasar Umum Caruban 86
Tabel 14. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 89
Tabel 15. Pengelola Pasar Caruban Th 2011 89
Tabel 16. Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT 101
Tabel 17. Kelompok Kegiatan Penjualan 112
Tabel 18. Kelompok Kegiatan Pengelolaan 112
Tabel 19. Kelompok Kegiatan Servis dan Penunjang 113
Tabel 20. Kelompok Kegiatan Penunjang 114
Tabel 21. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan 116
Tabel 22. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan 116
Tabel 23. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan 118
Tabel 24. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang 119
Tabel 25. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang 119
Tabel 26. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 132
Tabel 27. Analisa Bentuk Massa 141
Tabel 28. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan 156
Tabel 29. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan 157
Tabel 30. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan 157
Tabel 31. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang 158
commit to user
Tabel 32. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang 159

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Pola kegiatan penjual Pasar Umum Caruban 107


Skema 2. Pola kegiatan pembeli Pasar Umum Caruban 108
Skema 3. Pola kegiatan pengelola Pasar Umum Caruban 109
Skema 4. Pola kegiatan petugas servis Pasar Umum Caruban 110
Skema 5. Pola kegiatan petugas bank Pasar Umum Caruban 111
Skema 6. Pola kegiatan sopir angkuta Pasar Umum Caruban 111
Skema 7. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” 151
Skema 8. Jaringan air kotor 151
Skema 9. Jaringan Air Hujan 152
Skema 10. Sistem pembuangan sampah 152
Skema 11. Jaringan Instalasi Listrik 153
Skema 12. Sistem Jaringan Komunikasi 154
Skema 13. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” 172
Skema 14. Jaringan air kotor 172
Skema 15. Jaringan Air Hujan 173
Skema 16. Sistem pembuangan sampah 173
Skema 17. Jaringan Instalasi Listrik 173
Skema 18. Sistem Jaringan Komunikasi 174

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

Pendahuluan

A. Judul

Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun

B. Pemahaman Judul

Penataan Kembali : mengatur, menyusun, membenahi untuk mengembalikan pada


kondisi semula atau lebih baik.
Pasar : adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan
pembeli (Chourmain, 1994 : 231).
: adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur,
hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang,
jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang
(wikipedia.com)
Umum : secara menyeluruh, tidak menyangkut yg khusus (tertentu) saja;
untuk orang banyak; (untuk orang) siapa saja
(http://kamusbahasaindonesia.org/umum)
Caruban : Kotamadya yang berada di Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun : Sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara,
kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan,
serta Kota Madiun, kabupaten Magetan dan Ngawi di barat
(Madiun go.id/pemerintahan)

Jadi pemahaman judul Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun
adalah merancang Pasar Umum Caruban pasca terjadi kebakaran untuk
mengembalikan peranan Pasar Umum Caruban sebagai pusat perekonomian rakyat
Caruban dan sekitarnya sekaligus merencanakan pasar yang lebih representative dan
commit to user
menjadi pasar untuk melayani skala Kabupaten Madiun.

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan suatu tempat atau wadah yang identik dengan
kegiatan jual beli barang atau jasa. Pasar tradisonal muncul sebagai tuntutan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Indonesia pasar tradisional dapat ditemui di tiap
daerah baik pedesaan maupun perkotaan. Pasar tradisional tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan rakyat kecil, karena pelaku dalam pasar mulai dari produsen, pedagang, dan
pembeli mayoritas adalah dari rakyat kecil. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional
dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Pasar tradisional menyangkut
hajat hidup orang banyak dan mayoritas pelakunya adalah masyarakat kecil (Aliyah,
2007).
Kegiatan yang terjadi pada pasar tradisional sangat beraneka ragam dan tak
hanya selalu berkaitan dengan kegiatan jual beli. Inilah yang membedakan pasar
tradisional dengan pasar modern yaitu interaksi antara pelaku dalam pasar yang lebih
intensif dan bersifat akrab. Melalui pasar tradisional budaya dari satu tempat dapat dikenal
dan memungkinkan terjadinya akulturasi budaya sehingga memperkaya pengetahuan
akan budaya daerah lain. Dan yang menjadi poin utama adalah, dengan adanya pasar
tradisional dapat semakin mempererat hubungan antar manusia dari berbagai latar
belakang suku bangsa sehingga mampu memperkuat persatuan bangsa.
Pasar Tradisional Caruban merupakan pasar tradisonal terbesar kedua di wilayah
Kabupaten Madiun. Pasar Tradisonal Caruban termasuk kategori pasar kelas I dengan
memberikan pemasukan paling besar jika dibandingkan dengan pasar lain bagi Pemkab
Madiun. Pada Pasar Tradisional Caruban tak kurang 1200 pedagang menggantungkan
hidupnya dari kegiatan jual beli pada pasar. Mereka yang berjualan di Pasar Tradisional
Caruban adalah pedagang-pedagang dari wilayah se-Karisedenan Madiun. Pada Pasar
Tradisional Caruban dijual berbagai keperluan sehari-hari seperti sembako, sayuran, buah-
buahan, bumbu dapur, pakaian, perlengkapan sekolah, perhiasan dan lain-lain.
Geliat jual beli dalam Pasar Tradisional Caruban telah menjadi sumber
penghidupan bagi masyarakat Caruban sendiri. Selain pedagang dalam pasar, banyak
pihak yang mendapatkan keuntungan dari aktivitas Pasar Tradisional Caruban. Beberapa
pelaku pendukung pasar seperti tukang parkir dan juru panggul memperoleh penghasilan
commit to user
dengan menawarkan jasa kepada pembeli yang datang ke pasar. Selain tukang parkir dan

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

juru panggul masih banyak pihak yang memperoleh keuntungan dari aktivitas pasar,
seperti sopir angkot, tukang ojek, tukang becak, sopir delman dan sebagainya.
Namun semenjak peristiwa kebakaran pada tahun 2006, kondisi Pasar Tradisional
Caruban menjadi sangat memperihatinkan. Semenjak kejadian tersebut, semua pedagang
berada di pasar darurat yang didirikan oleh pemerintah daerah di lokasi yang sama.
Karena bersifat darurat, untuk kios menggunakan seng sebagai pembatas antar kios.
Sementara los hanya menggunakan terpal atau kain sebagai peneduh. Saat siang hari
suasana dalam pasar sangat panas karena sirkulasi udara tidak lancar yang disebabkan
jarak antar kios yang sangat berdekatan. Sementara ketika hujan, jalan menjadi becek
karena air hujan yang masuk pada bagian pasar yang masih berlantai tanah.
Upaya untuk memperbaiki Pasar Tradisional Caruban dari pasar darurat menjadi
pasar yang permanen telah dilakukan beberapa tahun terakhir namun sampai sekarang
belum tereralisasi. Hal ini dikarenakan adanya keinginan dari beberapa pihak yang
menginginkan Pasar Tradisional Caruban direlokasi ke tempat lain. Namun ada pula yang
menginginkan pasar baru dididirikan di tempat yang sama. Pengambilan keputusan
mengenai lokasi pasar baru yang berlarut-larut pada akhirnya merugikan pedagang juga.
Keadaan pasar yang kurang memperhatikan kenyamanan bagi pembeli berakibat turunnya
jumlah pembeli di Pasar Tradisional Caruban. Dari hasil wawancara dengan kepala Pasar
Tradisional Caruban bahwa jumlah pembeli dari waktu ke waktu semakin berkurang
sehingga mengakibatkan beberapa pedagang berjualan ke lokasi lain. Sementara di kutip
dari zonaberita.com

Salah seorang pedagang, Rawati (48) mengeluhkan, saat musim hujan seperti ini,
kondisi pasar becek. Nampak kumuh. Sebab, “Saluran air mampet,” katanya. Gara-
gara kondisi becek itu, lanjut dia, “Pelanggan mulai berkurang.”
(httpwww.zonaberita.comjawa-timurribuan-pedagang-pasar-caruban-sambat.html)

Sementara itu salah satu potensi dari Kota Caruban adalah letaknya yang
strategis yaitu berada pada jalur perlintasan Surabaya-Madiun dan berada pada pusat kota
sehingga terdapat kemudahan pencapaian dari daerah-daerah di pinggir kota. Untuk
sarana transportasi dari dan ke pasar sendiri cukup memadai karena terdapat becak dan
commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

delman untuk radius sekitar pasar sementara untuk jarak yang lebih jauh terdapat ojek,
minibus dan angkota.
Selain mudah dalam pencapaian, letak Pasar Tradisional Caruban yang berada di
jalur lintas antar propinsi juga menjadi daya tarik bagi pengguna jalan. Pada hari libur
panjang atau libur Lebaran banyak dari pengguna jalan yang mampir untuk membeli oleh-
oleh. Namun sayangnya Pasar Tradisional Caruban belum memiliki area parkir yang
mencukupi sehingga banyak kendaraan yang di parkir di depan pasar. Hal ini
mengakibatkan terganggunya jalur transportasi di depan pasar bahkan menimbulkan
kemacetan.

Seiring dengan keluarnya PP No 52 Tahun 2010 tentang pemindahan ibu kota


Kab Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kec Mejayan, Pemkab Madiun semakin
berbenah. Salah satunya yang telah selesai adalah kantor DPRD Kab. Madiun, kantor
Imigrasi Madiun, Samsat Kabupaten Madiun kemudian akan dilanjutkan dengan kantor
Pemerintah Daerah Kab. Madiun. Namun sayangnya untuk renovasi Pasar Tradisional
Caruban sendiri sampai saat ini belum terjamah dan masih sekedar wacana. Padahal dari
waktu ke waktu jumlah pembeli yang berbelanja ke pasar semakin berkurang. Hal ini
dikarenakan kondisi Pasar Tradisional Caruban yang tidak nyaman lagi bagi pembeli untuk
datang dan berbelanja. Jika kondisi Pasar Tradisional Caruban tidak segera dibenahi oleh
pihak yang terkait akan berakibat pada semakin menurunnya jumlah pembeli yang datang
ke pasar. Terlebih dengan munculnya pasar modern yang mulai menjamur di wilayah
Caruban maka tidak menutup kemungkinan para pedagang Pasar Tradisional Caruban
akan kehilangan mata pencaharian diakibatkan sengitnya persaingan di sektor
perdagangan. Untuk itu maka perlu langkah secepatnya melakukan penataan kembali
Pasar Umum Caruban menjadi pasar baru sebagai pusat perdagangan kabupaten. Selain
itu sebagai ibukota kabupaten yang berada pada lokasi baru dibutuhkan bangunan yang
dapat menjadi titik pusat orientasi yang keberadaannya dapat menandakan ciri, citra atau
image suatu wilayah atau disebut landmark. Kaitannya dengan penataan kembali Pasar
Umum Caruban ini diharapkan dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun dengan
menggali potensi lokal sebagai strategi perancangan.
commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Permasalahan dan Persoalan


D.1. Permasalahan
Bagaimana merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang
mampu mewadahi kegiatan perdagangan skala kabupaten, sekaligus menjadi
landmark Kabupaten Madiun dengan menggali potensi lokal.

D.2. Persoalan
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas dapat dicapai dengan pemecahan
persoalan arsitektural antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimana mengolah kembali tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban
dan lahan di sekitar area pasar sehingga dapat menampung seluruh
kegiatan pada perencanaan program baru dalam mengatasi
permasalahan yang sudah ada untuk mewujudkan kenyamanan dan
optimalisasi fasilitas pendukung pasar tersebut.
b. Bagaimana menyelesaikan masalah pencahayaan, penghawaan,
pengelolaan sampah dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di
dalam maupun luar pasar yang sering mengalami over crowded ( sesak
dan macet ) sehingga terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan
menyenangkan untuk kegiatan berbelanja pada Pasar Umum Caruban.
c. Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar
Tradisional Caruban yang selaras dengan lingkungan.
d. Bagaimana desain bangunan yang menerapkan potensi lokal (material,
bentuk, dll) pada desain bangunan untuk menjadi identitas bagi Pasar
Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun.

E. Tujuan dan Sasaran


E.1. Tujuan
Merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang dapat menjadi
pusat perdagangan tingkat Kabupaten Madiun dan menjadi landmark
Kabupaten Madiun dengan mengangkat potensi lokal.

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E.2. Sasaran
Penentuan konsep perencanaan dan penataan kembali Pasar Tradisional
Caruban:
a. Menentukan desain tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban sehingga
pasar yang direncanakan dapat menampung seluruh kegiatan pada
perencanaan program baru dalam mengatasi permasalahan yang sudah
ada.
b. Menentukan rancangan pencahayaan, penghawaan, pengelolaan sampah
dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di dalam maupun luar pasar
yang sering mengalami over crowded ( sesak dan macet ) sehingga
terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan menyenangkan untuk kegiatan
berbelanja pada Pasar Umum Caruban.
c. Mendapatkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar Umum
Caruban yang menarik dan mampu menjadi landmark bagi Kota Caruban
pada khususnya dan Kabupaten Madiun pada umumnya.
d. Mendapatkan desain bangunan yang penerapan potensi lokal pada
bangunan baik bentuk maupun material lokal sehingga menjadi identitas
bagi Pasar Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun.

F. Lingkup Pembahasan dan Batasan

F.1. Lingkup Pembahasan


Lingkup pembahasan ditekankan pada topik yang mendukung perencanaan
dan perancangan fisik dan non fisik bangunan pasar tradisional untuk
mewujudkan Pasar Umum Caruban yang memberikan kenyamanan
berbelanja bagi pembeli dan menjadi landmark bagi Kabupaten Madiun dalam
lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan untuk disiplin ilmu lain yang
mendukung akan dibahas secara garis besar dalam batas logika dan asumsi
sesuai dengan porsi keterlibatanya.

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F.2. Batasan
Batasan berdasarkan pada konsepsi pasar tradisional yang ada sehubungan
dengan tujuannya yaitu sebagai tempat bertemu antara penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi jual beli. Dengan melakukan inovasi desain agar
pasar tradisonal yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat saat ini. Tujuannya adalah untuk menerapkan konsepsi pasar
tradisional yang dijadikan sebagai landmark Kabupaten Madiun.

G. Metoda dan Strategi Desain


G.1. Metoda
Secara umum metode yang digunakan adalah dengan cara, teknik dan prosedur
memaparkan, mengidentifikasi dan mendiskripsikan (yang selalu dilakukan umpan
balik/feed back pada setiap prosedur) dimulai dari gagasan awal, penelusuran
permasalahan dan persoalan ( problem area an specification), pencarian data dan
informasi, pendekatan konsep perencanaan dan perancangan, transformasi
rancangan dan produk rancang awal.
1. Gagasan awal
Gagasan awal muncul karena kondisi Pasar Tradisional Caruban yang saat ini
sangat memprihatinkan karena sudah 5 tahun semenjak terbakar pada tahun
2006 belum direnovasi atau ditata ulang. Padahal di tengah gempuran pasar
modern keberadaan pasar tradisional semakin terancam sehingga mengancam
sejumlah rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas pasar.
Selain itu dipindahkannya ibukota Kab Madiun ke Kota Caruban menuntut Kota
Caruban untuk segera berbenah. Dan salah satunya adalah meredesaian Pasar
Tradisional Caruban untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan Pasar Umum Caruban
sendiri dapat dijadikan landmark karena berada di pusat kota.
2. Pencarian data dan informasi
a. Observasi lapangan
Observasi dilakukan pada Pasar Tradisional Caruban untuk memperoleh
commit
data dan mengetahui to user
kondisi fisik saat ini. Sementara sebagai studi

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

banding, observasi dilakukan pada beberapa pasar tradisional sehingga


didapatkan kekurangan maupun kelebihan untuk dijadikan masukan
terhadap desain yang akan diterapkan pada Pasar Tradisional Caruban.
b. Wawancara
Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti pengelola
pasar, pedagang dan pembeli sebagai bahan referensi dan acuan
sehingga diharapkan desain nantinya dapat memenuhi keinginan
pembeli dan pedagang. Selain itu dapat diketahui kelebihan dan
kekurangan bangunan pasar tradisional yang sudah ada.
c. Studi literature, meliputi :
· Buku-buku yang menunjang dan dapat memberikan informasi,
misalnya data jenis jualan dan standar ruang yang dibutuhkan, dll.
· Buku-buku yang berisi mengenai pasar tradisional yang tetap
mampu bersaing yang sudah ada dan juga secara arsitektural.
· Karya ilmiah, yaitu berupa konsep maupun skripsi tugas akhir yang
telah ada sebelumnya, baik yang terdapat di UNS maupun di luar
UNS.
· Informasi melalui situs-situs yang terdapat diinternet yang berkaitan
dan menunjang, mengenai pasar tradisional, pencitraan bangunan,
dsb.

3. Pengolahan data dan informasi


Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai
dengan tema, kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap
penting dan digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan
desain. Pengolahan data ini berlangsung terus-menerus karena adanya tambahan
dan informasi baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat
data sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.
4. Metode Analisis Data
Metode perencanaan dan perancangan dilakukan menggunakan metode
deduktif untuk menganalisis, commit to user
dilanjutkan dengan penarikan sintesis melalui proses

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

telaah untuk mendapatkan konsep penataan kembali Pasar Umum Caruban. Cara
yang digunakan adalah:

a. Analisis kuantitatif dan kualitatif


Analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi aspek–
aspek yang terkait yang berpengaruh dalam perancangan pasar yang
didekatkan dengan pendekatan aspek–aspek arsitektural. Analisis ini
mengacu pula pada standar-standar yang berlaku misal kebutuhan ruang dan
besarannya.

b. Analisis grafis
Analisis grafis berisi sketsa-sketsa penunjang yang dapat membantu
menerangkan analisis kualitatif dan kuantitatif, sehingga proses analisis
secara keseluruhan dapat tercapai lebih maksimal dan jelas.

5. Metode Sintesis
Proses penarikan kesimpulan dilakukan setelah melalui proses analisis
sehingga akan menghasilkan sebuah kesimpulan atau sintesis yang akan
digunakan sebagai acuan pembuatan konsep perancangan.

6. Transformasi dan rancang bangun arsitektur


a. Berdasarkan deskripsi konsep perancangan yang dilakukan trasformasi
untuk memperjelas apa yang dideskripsikan menjadi wujud gambaran
rancang wadah atau fasilitas yang dihendaki (konsep diagramatik dan
skematik)
b. Wujud gambaran rancangan wadah atau fasilitas akan digambarkan
sebagai gambaran idea rancangan yang akan dikembangkan menjadi
produk pra rancang ( dilengkapi detail, perspektif maket yang presentatif
terhadap isi bahasan).

G.2. Strategi Desain

Sesuai dengan RTRW Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban


commit to user
diproyeksikan sebagai pasar berskala Kabupaten sampai pada tahun 2029.

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sehingga langkah yang pertama adalah merencanakan pasar yang dapat


menampung pedagang saat ini dan pedagang yang bertambah pada tahun-tahun
berikutnya. Peningkatan jumlah pedagang ini diperkirakan berdasarkan
persentase pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan Kabupaten Madiun.
Kemunculan pasar modern sedikit atau banyak telah berpengaruh
terhadap menurunnya pembeli pasar tradisional. Keunggulan pasar modern yang
bersih, sejuk berbanding terbalik dengan kondisi pada pasar tradisional pada
umumnya. Pasar tradisional sudah identik dengan kondisi yang kotor, bau,
pengab, panas dan sebagainya sehingga memberikan ketidaknyamanan bagi
pembeli. Untuk itulah Pasar Umum Caruban yang direncanakan akan
menghilangkan kesan tersebut dengan pengelolaan kebersihan pasar secara
teratur, mewujudkan kenyamanan dengan perencanaan perancangan termal.
Selain itu untuk menciptakan kemudahan bagi pengunjung dalam kegiatan
berbelanja dilakukan pembagian zona-zona pedagang pasar yang disesuaikan
dengan komoditas dagangan.
Untuk tampilan Pasar Umum Caruban sendiri akan bergaya arsitektur
lokal Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjadi identitas bagi pasar ini sehingga
dapat dijadikan landmark berwawasan identitas. Karena saat ini muncul
kecenderungan pasar tradisional sudah mengiblat pola pikir barat sehingga
menghasilkan bentuk kotak dan kurang merepresentasikan kearifan arsitektur
lokal. Dari eksplorasi terhadap bentuk dan material lokal diharapkan Pasar Umum
Caruban yang baru dapat selaras dengan kondisi lingkungannya. Penggunaan
material lokal sendiri adalah material yang dapat diperoleh dari sekitar site seperti
batu bata, kayu jati, bambu.
Untuk mendukung keberadaan Pasar Umum Caruban sebagai pasar
berskala kabupaten maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Beberapa
fasilitas penunjang yang diperlukan adalah area parkir yang memadai, bank,
musholla, toilet dan pengolahan sampah sementara yang memadai. Selain itu
perlu disediakan pula terminal untuk ngetem angkuta agar terkesan tertata dan
tidak mengganggu arus transportasi di Jalan Sudirman.
commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dengan penambahan jumlah kios maupun los dan fasilitas-fasilitas


penunjang lainnya maka diperlukan site dengan luas yang lebih luas dari site
sekarang. Pada Pasar Umum Caruban saat ini luas site sekitar 8000 m2. Dengan
luasan tersebut Pasar Umum Caruban tidak mampu menampung seluruh
pedagang. Terlebih untuk area parkir, para pembeli memarkir kendaraan mereka
di sekitar pasar atau di dalam karena lahan parkir yang disediakan sangat sempit.
Oleh karena itu untuk dapat menampung seluruh kegiatan yang direncanakan, site
akan diperluas dan bangunan pasar akan dijadikan 2 lantai.

H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan
Mengungkapkan judul, pemahaman judul, latar belakang, rumusan permasalahan
dan persoalan, tujuan dan sasaran, metoda dan strategi desain, serta sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Mengungkapkan kajian mengenai teori-teori penunjang yang diantaranya : kajian
pasar secara umum, pasar tradisional, konsep mempertahankan dan
mengembangkan pasar tradisional dan tinjauan mengenai kelokalan serta
preseden pasar tradisional sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban.
Bab III Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kabupaten Madiun
Mengungkapkan profil Kabupaten Madiun, Kota Caruban, kondisi eksisting Pasar
Umum Caruban saat ini beserta pemindahan ibu kota Kabupaten Madiun.
Bab IV Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban
Mengungkapkan tentang perencanaan perancangan Pasar Umum Caruban yang
direncanakan, yaitu sebagai pasar sebagai pusat perdagangan skala kabupaten
dan berkonsep lokalitas sehingga dapat menjadi identitas bagi Kota Caruban dan
Kabupaten Madiun.
Bab V Analisa Pendekatan Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan
Mengungkapkan analisa pendekatan perencanaan dan perancangan sebagai
usaha pemecahan masalahcommit to user
sekaligus konsep perencanaan dan perancangan

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang merupakan hasil akhir dari analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam
wujud desain fisik bangunan.
BabVI Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban
Merupakan kesimpulan dari pendekatan konsep perencanaan dan perancangan
yang berupa konsep perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban baik
dari segi programatik dan arsitektur. Konsep ini akan digunakan sebagai acuan
trasformasi desain yang dilanjutkan ke perancangan desain akhir.

commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

Tinjauan Teori

A. Tinjauan Pasar Secara Umum


A.1. Pengertian Pasar

Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli
(Chourmain, 1994 : 231). Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,
prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan
tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang (wikipedia.com)
Stanton (dalam Umar 2003:8) mengemukakan bahwa pasar merupakan
sekumpulan orang yang ingin memuaskan keinginan yang ada uang untuk belanja
dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi disini dapat dilihat bagaimana individu
berinteraksi melakukan aktifitas yang berhubungan dengan uang. Para pembeli dapat
memuaskan keinginannya dengan membuat nilai uang menjadi berarti/bernilai, dalam
hubungannya dengan nilai uang memberikan basis bagi perkembangan pasar.
Sumitro Djojohadikusumo (dalam studi fungsi pelayanan pasar dalam rangka
penilaian terhadap strategi alokasi dana pembangunan pasar) menyebutkan unsur-
unsur pasar adalah sebagi berikut :(1) tempat berdagang (2) penjual (3) pembeli (4)
perantara (bila ada) (5) aktivitas jual beli (6) aktivitas pengiriman/pergerakan barang
(7) tersedianya jasa (8) tersedianya barang (9) waktu (10) perjanjian yang
mendukung.
Seiring perkembangan jaman terjadi transformasi sistem ekonomi pasar,
dikenal adanya dualisme sistem ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar
modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang
penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat
label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan
commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga


(www.id.wikipedia.org).

A.2. Jenis-jenis Pasar1

Jenis-jenis pasar dibagi menurut sifat kegiatan dan jenis dagangan, ruang
lingkup pelayanan dan potensi serta waktu kegiatannya.
A.2.1. Menurut sifat kegiatannya dan jenis dagangannya :
· Pasar eceran, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam
jumlah kecil, misalnya per-ikat, per-buah, per-ekor, per-kilo, dan lain-lain.
· Pasar induk, ialah pasar yang menunjukkan perdagangannya sebagai
pusat pengepul, pusat pelelangan, pusat penyimpanan, pusat penyaluran,
antara lain :
a) Pasar induk sayur-mayur dan buah-buahan.
b) Pasar induk beras, dan lain-lain
· Pasar khusus, ialah pasar yang menjualbelikan jenis barang tertentu,
misalnya suku cadang, alat-alat teknik, ikan, ayam, burung dan lain-
lainnya.

A.2.2. Menurut ruang lingkup pelayanan dan tingkat potensi pasar :


· Pasar lingkungannya, lingkup pelayanannya meliputi suatu lingkungan
pemukiman di sekitar pasar tersebut, dan jenis barang yang
diperdagangkan terutama kebutuhan hidup sehari-hari.
· Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya beberapa
lingkungan pemukiman dan barang yang diperjualbelikan lebih lengkap
dari pasar lingkungan.
· Pasar kota, lingkup layanannya mencakup wilayah kota, yang
memperjualbelikan barang lengkap.
· Pasar Regional, ruang lingkup pelayanannya meliputi kawasan ibu kota
propinsi dan sekitarnya.

1 Bappeda, “Studi Kelayakan Pembangunan commit to user


Pasar Caruban Kab. Madiun”, 2009.

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A.2.3. Menurut waktu kegiatannya :


· Pasar siang hari, pasar yang kegiatannya antara jam 05.00 s/d 18.00 WIB.
· Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara jam 18.00 s/d
0.5.00 WIB.
· Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.

A.3. Sistem Perpasaran Indonesia2


A.3.1. Koordinasi Pasar
Untuk melaksanakan tugas sehari-hari di bidang perpasaran,
pemeintah daerah menempuh satu cara dengan dua pilihan, yakni dengan
menunjuk :
· Jawatan/Dinas di bawahnya
· Perusahaan daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan umum
di bidang perpasaran.

A.3.2. Sistem Pelayanan Pasar


Pasar dapat dipandang sebagai sistem pelayanan yang terdiri atas
komponen-komponen : konsumen, pedagang, materi perdagangan, serta
unsur-unsur penunjang. Interaksi antar komponen ini menimbulkan kegiatan
perpasaran yang menentukan sarana fisik yang harus disedikan. Komponen-
komponen pasar tersebut antara lain :
1) Konsumen Pasar
Konsumen pasar adalah masyarakat yang membutuhkan
pelayanan akan barang jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tipe
masyarakat yang merupakan unsur konsumtif bagi pasar di tentukan oleh
: status sosial ekonomi dan wawasan budaya-intelektualnya.
Dari segi sejarahnya, pasar adalah bentuk fasilitas yang tumbuh
secara organis karena pertemuan motivasi yang saling menguntungkan
antara pedagang dan pembeli. Kebiasaan tawar-menawar secara

2 commit
Wedho Handoyo, “Perencanaan Kembali Pasar to user
Kota Dan Terminal Angkuta Wonogiri”, UNS, Surakarta
2010.

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

langsung tetap bertahan sampai kini karena cara ini dianggap


menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Demikian pula jika ditinjau dari segi status sosial ekonominya
maka konsumen pasar kebanyakan adalah lapisan masyarakat dari
golongan penghasilan rendah sampai sedang. Motivasi untuk
mendapatkan barang yang sesuai dengan kehendak tapi harga murah
membutuhkan bentuk-bentuk pelayanan langsung, transaksi pada unit-unit
eceran kecil dan pelayanan langsung. Pada masyarakat dengan kondisi
sosial ekonomi yang relatif masih rendah, motivasi tersebut masih kuat,
sehingga pasar masih dibutuhkan.
2) Pedagang
Pedagang dalam menjalankan kegiatannya menyediakan modal, tenaga
dan materi jual beli. Pedagang dapat digolongkan menurut: jumlah
pelakunya, kemampuan modalnya, cara penyalurannya, jangkauan
pelayanannya, cara pelayannya dan asalnya.
a) Dari segi jumlah pelakunya, pedagang meliputi :
- Pedagang individu
- Pedagang gabungan/kongsi
b) Dari segi kemampuan modalnya, pedagang meliputi :
- Pedagang modal kecil
- Pedagang modal cukup
- Pedagang modal sedang
- Pedagang modal besar
c) Dari segi penyalurannya, pedagang melip[uti :
- Pedagang eceran
- Pedagang grosir
- Pedagang pengumpul
d) Dari segi jangkauan pelayanannya :
- Pedagang lingkungan
- Pedagang lokal
- Pedagang kotacommit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Pedagang regional
e) Dari segi cara pelayanannya :
- Pedagang langsung
- Pedagang tak langsung
f) Dari segi asalnya :
- Pedagang dari desa
- Pedagang dari kota
3) Materi Perdagangan
Materi perdagangan dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sifatnya,
urgensinya, cara pengangkutannya dan cara penyajiannya.
a) Jenis materi perdagangannya :
- Bahan pangan
- Bahan sandang
- Perkakas rumah tangga
- Barang standar/convention goods/klitikan
- Barang-barang kelontong
- Barang-barang khusus/impuls/mewah
- Jasa : tukang jahit, reparasi arloji dll
b) Sifat dan kesan materi perdagangannya :
- Bersih
- Kotor
- Berbau
- Tidak berbau
- Basah
- Kering
- Tahan lama
- Tak tahan lama
c) Tingkat urgensi materi perdagannya :
- Barang kebutuhan sehari-hari (demand goods)
- Barang kebutuhan berkala (convenience goods)
commit
- Barang tak selalu to user(impulse gods)
dibutuhkan

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d) Cara pengangkutannya :
- Barang pecah belah
- Bukan pecah belah
e) Cara penyajian :
- Penyajian sederhana : sayur mayur, bumbu
- Penyajian sedang : beras, bahan pangan yang diproses
- Penyajian baik : kelontong, pakaian.

A.3.3. Unsur-Unsur Penunjang


Unsur penunjang adalah pihak-pihak yang berperan dalam kelangsungan
keanggotaan perdagangan di pasar. Unsur ini meliputi :
1) Pemerintah
Dalam rangka pembangunan dan pelancaran ekonomi nasional,
pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi, di antaranya dengan
menguasai sektor perpasaran dengan cara ikut mengelola dan menarik
pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya.
Pembangunan fisik pasar biasanya dilakukan oleh pemerintah dengan
anggaran daerah ataupun Inpres.

2) Pengelola
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pemerintah membentuk :
· Jawatan
· Perusahaan Daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan
umum di bidang perpasaran. Pelayanan umum yang dilakukan pengelola
pasar pada umumnya berupa :
- Memelihara kebersihan
- Memelihara ketertiban
- Melaksanakan pembangunan
- Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok keperluan
sehari-hari
- Mengusahakan stabiltas harga
commit to user

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Bank
Bank berperan terutama dalam hal segi pembiayaan pembangunan
dan permodalan bagi para pedagang. Misalnya : pembangunan pasar
Inpres dibiayai melalui Bank Pemerintah, kredit candak kulak bagi para
pedagang kecil disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia dan sebagainya.

4) Swasta
Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang sendiri atau
pelaksanan yang membiayai pembangunan pasar, karena pada prinsipnya
pembangunan pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk yang lain.

A.4. Kegiatan Perpasaran


Kegiatan utama didalam suatu pasar adalah jual-beli. Namun kegiatan itu tak dapat
berlangsung tanpa ditunjang oleh kegiatan-kegiatan lain. Berikut akan dilakukan
tinjauan umum tentang kegiatan pasar dan tinjauan khusus kegiatan utamanya.

1. Garis Besar Kegiatan Perpasaran


Kegiatan perdagangan di pasar pada garis besarnya meliputi :
· Kegiatan Penyaluan Materi Perdagangan, berupa :
- Sirkulasi, transportasi, dan dropping
- Distribusi materi perdagangan ke setiap unit penjualan di dalam pasar
· Kegiatan jual-beli, berupa :
- Kegiatan jual beli antara pedagang dan konsumen
- Kegiatan penyimpanan materi perdagangan
- Kegiatan pergerakan dan pergerakan pengunjung : dari ke dalam
bangunan pasar serta unit penjualan ke unit penjualan lainnya (dalam
jalur lintasan jual beli).
· Kegiatan Pencapaian, dari dan ke lokasi bangunan pasar
· Kegiatan Pelayanan/servis/penunjang :
- Pelayanan Bank
- commit to user
Pelayanan pembersihan

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Pelayanan pemeliharaan

2. Kegiatan Utama di Pasar


Dalam suatu pasar, kegiatan jual-beli langsung secara tawar menawar
merupakan kegiatan utama. Unsur-unsur kegiatan yang menunjang pelayanan
jual-beli ini adalah : distribusi barang, penyimpanan barang, penyajian barang,
pergerakan pengunjung disamping kegiatan jual belinya sendiri.
1) Distribusi Barang
Kegiatan ini merupakan ini merupakan usaha mensuplai barang
dagangan dari tempat asal ke lokasi pasar dan dari tempat penurunan ke
masing-masing tempat penjualan. Pada pasar-pasar kecil, misalnya pasar
lingkungan, sifat dan skala peredaran barangnya tidak sebesar pada pasar
kota sehingga tidak diperlukan jaringan sirkulasi jalan khusus untuk barang.
Yang penting adalah pengaturan lalu lintas pengunjung pasar. Misalnya
dengan pengaturan waktu. Demikian juga tidak diadakan pemisahan antara
daerah pedagang grosir dengan pedagang eceran. Pada pasar-pasar kecil
kedua klasifikasi pedagang ini berbaur.
2) Penyimpanan barang
Jumlah dan satuan-satuan volume barang pada pasar lingkungan
tidak besar masih dalam hitungan perbiji, perikat, perlembar, perkilo, dan
sebagainya maka penyimpanan barang belum memerlukan ruang dengan
pembatas khusus. Jadi masih disatukan dalam kegiatan jual beli dan
bahkan sedapat mungkn dilihat oleh pengunjung.
Untuk pedagang grosir biasanya barang-barang cukup disimpan
dalam almari atau kotak-kotak kayu di tempat jual-beli. Dengan demikian
dalam sebuah pasar lingkungan fasilitas pergudangan belum diperlukan.
Berbeda dengan pada pasar Kota, dimana sebagian besar barang
disimpan, sedang yang disajikan hanya sebagian kecil saja.
3) Penyajian barang
Dalam perdagangan eceran, barang-barang disajikan dengan
tujuan sebanyak mungkin konsumen dapat melihat dan memilih barang-
commit to user

20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

barang yang diinginkan.pada penyajian barang inilah tertumpu media


komunikasi antara pedagang dan konsumen

4) Kegiatan jual-beli
Sifat kegiatan jual beli di pasar adalah langsung berhadapan antar
pedagang dan pembeli yang biasanya disertai dengan tawar-menawar.
Dalam hal ini biasanya seorang menghadapi beberapa orang sekaligus.
Dalam kegiatan jual beli di pasar terjadi pengelompokan komunikasi linear
untuk memanfatkan jalur konsentrasi pembeli. Dalam hal ini penjual dan
pembeli mempunyai cara sendiri-sendiri.
Namun pada umumnya pedagang melayani pembeli dengan posisi
berdiri, duduk bersimpuh atau duduk diatas bangku. Sedang pembeli
biasanya berdiri tegak untuk mengamati keseluruhan barang dagangan atau
berdiri membungkuk untuk mengamati dan memilih barang. Dari spesifikasi
kegiatan pedagang dan pembeli ini maka terbentuklah ruang kegiatan
utama pasar yang biasanya berupa los-los. Dalam hal ini pedagang
menginginkan ukuran ruang yang efektif untuk melayani pembeli, cukup
leluasa untuk menjangkau barang, tetapi harus ekonomis, seefisien
mungkin untuk menekan sewa lantai. Sedang pembeli menginginkan ruang
untuk dilayani yang cukup leluasa tidak terganggu oleh kegiatan konsumen
lain ataupun lalulintas konsumen dan barang.

5) Pergerakan pengujung
Dalam kegiatan pasar, dua unsur utama yang melakukan
perpindahan tempat adalah: pengunjung dan barang. Pada kegiatan pasar
Kota atau pasar dengan skala perdagangan cukup besar, yang diutamakan
adalah perpindahan barang. Sedang pada pasar lingkungan dimana jual
beli eceran lebih dominan, volume transaksi banyak dan perpindahan
pengunjung lebih menonjol, maka baik besaran maupun arah jaringan
sirkulasi dipertimbangkan atas dasar kegiatan manusianya. Jalur lintasan
konsumen merupakan konsentrasi linear yang berorientasi ke unit-unit
pedangan, baik satu commit
sisi maupun dua sisi.hal ini berkaitan erat dengan
to user

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

motivasi kelompok pedagang untuk memanfaatkan atau menjaring


konsentrasi kegiatan pembeli dalam suatu jalur linear sepanjang unit-
unitnya. Dari segi konsumen sendiri, pergerakan dalam satu arah
perpindahan dapat mencapai banyak tujuan (unit-unit pedagang).

B. Tinjauan Pasar Tradisional


B.1. Pengertian Pasar Tradisional

Tradisional berarti bersifat turun temurun ( Kamus Umum Bahasa Indonesia)


Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelola pasar. (wikipedia.com)

Dengan demikian pengertian pasar tradisional adalah suatu tempat terjadinya


interaksi antara penjual dan pembeli sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara perdagangan yang bersifat turun temurun. Meskipun demikian pasar yang
dibangun beberapa tahun terakhir termasuk kategori pasar tradisonal jika menggunakan
cara berdagang secara tradisional. Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir,
misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya
menggunakan cara-cara tradisional. (Brookfield,1969 dalam Pamardi,2002). Jadi pasar
tradisional tidak selalu berkaitan dengan waktu pasar didirikan namun lebih pada sistem
perdagangan yang digunakan.

B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar


B.2.1. Sejarah Pasar
Sebagai makhluk hidup, manusia senantiasa berupaya untuk memenuhi segala
kebutuhan hidupnya. Kemudian muncullah pasar yang memberikan kemudahan bagi
manusia untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan. Secara harfiah kata pasar berarti
berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli, yang dilaksanakan sekali dalam 5
hari Jawa. Kata Pasar diduga dari kata Sansekerta Pancawara. Yang utama dalam
kegiatan pasar adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa. Berkumpul
commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam arti saling ketemu muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan
sosial periodik (Wiryomartono, 1995 dalam Istijabatul Aliyah 2007:112).

Pasar adalah suatu bentuk pusat perbelanjaan yang paling tua dikenal di
Indonesia. Banten diketahui telah memiliki pasar di Pelabuhan Karangantu dan Pecinan.
Jakarta pada masa pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama telah pula memiliki
pasar di utara Alun-alun, kemudian dikembangkan oleh VOC dengan adanya pasar ikan,
pasar daging, pasar beras dan sebagainya.

Pasar dikenal sejak masa Jawa Kuno yaitu sebagai tempat berlangsungnya
transaksi jual beli atau tukar menukar barang yang telah teratur dan terorganisasi. Hal ini
berarti pada masa Jawa Kuno telah ada pasar sebagai suatu sistem (Nastiti, 2003:13).
Pasar sebagai sistem maksudnya adalah pasar yang mempunyai suatu kesatuan dari
komponen-komponen yang mempunyai fungsi untuk mendukung fungsi secara
keseluruhan, atau dapat pula diartikan pasar yang telah memperlihatkan aspek-aspek
perdagangan yang erat kaitannya dengan kegiatan jual-beli, misalnya adanya lokasi atau
tempat, adanya ketentuan pajak bagi para pedagang, adanya berbagai macam jenis
komoditi yang diperdagangkan, adanya proses produksi, distribusi, transaksi dan adanya
suatu jaringan transportasi serta adanya alat tukar (Chasanah,2007:3). Menurut Nastiti
dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX Masehi dikatakan bahwa (2003 :
60) :
“Timbulnya pasar tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat.
Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi memerlukan tempat
pengaliran untuk dijual. Selain itu pemenuhan kebutuhan akan barang-
barang, memerlukan tempat yang praktis untuk mendapatkan barang-barang
baik dengan menukar atau membeli. Adanya kebutuhan-kebutuhan inilah
yang mendorong munculnya tempat berdagang yang disebut pasar”.

Pada masa lampau hasil produksi suatu masyarakat sering melebihi dari jumlah
yang dibutuhkan sementara terdapat kebutuhan lain yang tidak mampu untuk dihasilkan
sendiri. Karena hal itulah muncul kerja sama antar masyarakat untuk saling menukar
commitrangka
kelebihan hasil produksi mereka dalam to usermemenuhi kebutuhan hidup. Dalam

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melakukan transaksi tukar menukar, dibutuhkanlah suatu tempat bertemu yang merupakan
kesepakatan sosial. Lalu dari transaksi tukar menukar dalam kuantitas kecil lahirlah
pelaku-pelaku lain yang mempunyai tujuan sama yaitu menukarkan kelebihan hasil
produksi. Kegiatan inilah yang akhinya melahirkan sebuah sistem yang kemudian disebut
dengan pasar.

Sebelum mengenal sistem jual beli dengan mata uang, manusia menggunakan
sistem tukar menukar barang untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Sistem saling
tukar menukar barang untuk saling memenuhi kebutuhan hidup disebut sistem barter.
Setelah manusia mengenal adanya mata uang, muncullah sistem jual beli yang lebih
efektif yang kemudian menggeser sistem barter.

B.2.2. Perkembangan Pasar


Salah satu ciri pasar adalah selalu berada pada lokasi strategis yang menjadi
kesepakatan bersama. Pada masa lampau sampai masa kolonial tempat bertemunya
pelaku pasar bermula di bawah pohon besar seperti pohon asam, pohon munggur, pohon
gayam dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pohon dijadikan sebagai naungan atau
peneduh dari terik matahari. Pada saat itu pembatas area pasar juga belum tampak.

Ketika Indonesia masuk pada masa penjajahan kolonial Belanda, tata ruang pasar
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kepentingan politik dari
pemerintah kolonial yang menjadikan pasar sebagai tempat memantau kondisi dalam
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan untuk mempermudah pengendalian
mobilitas sosial.

Penataan pasar yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda memberikan


struktur peruangan yang lebih riil. Area pasar diperjelas dengan batas berupa pagar
keliling dari kawat berduri dilengkapi dengan kolom-kolom dari balok kayu jati, dan sebagai
akses keluar masuk pasar terdapat pintu di salah satu sisinya. Komposisi ruang pasar juga
berkembang dengan adanya sumur dan diperkenalkannya unit bangunan los selain tetap
adanya ruang terbuka. Bangunan-bangunan los bersifat permanen yaitu berupa konstruksi

commit to user

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tiang satu berjajar ditengah dari bahan baja, beratap genteng berbentuk pelana dan
limasan.

Pada masa ini kegiatan pasar meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin
bertambanhnya pedagang dalam pasar hingga melebihi daya tampung bangunan.
Sehingga yang terjadi meningkatnya jumlah pedagang di area terbuka sementara luas
naungan pohon peneduh terbatas. Karena tuntutan kebutuhan naungan yang lebih
nyaman dan memadai muncullah bentuk bangunan peneduh baru yaitu eyup-eyup. Eyup-
eyup adalah berupa selembar kepang (anyaman bambu) atau napag (naungan daun tebu)
yang salah satu sisinya ditopang dengan sebilah kayu atau bambu dengan ukuran panjang
sekedar bisa membentuk ruang dengan skala orang duduk. Konstruksi ini tidak permanen,
jika kegiatan telah usai maka konstruksi ini dilipat untuk disimpan.

Setelah masa kolonial Belanda usai dan digantikan masa penjajahan Jepang
struktur tata ruang pasar tradisional digunakan sebagai elemen kawasan pertahanan
militer. Pagar keliling dari kawat berduri dibongkar untuk keperluan pertahanan perang dan
pohon-pohon besar yang berada dalam lokasi pasar juga ikut ditebang. Dengan
dirusaknya fasilitas pasar dan eksploitasi terhadap bahan pangan, kondisi ekonomi
merosot. Kondisi pasar digambarkan dengan suatu istilah pasar bubrah.

Ketika Indonesia lepas pada masa penjajahan dan masuk era kemerdekaan,
perekonomian mulai menunjukkan perbaikan. Indikasi dari perekonomian yang membaik
adalah meningkatnya perdagangan dalam pasar yang disertai dengan pedagang yang
semakin bertambah. Keberadaan pedagang di area terbuka membutuhkan naungan yang
lebih nyaman dan memadai tidak lagi sekedar eyup-eyup atau naungan pohon. Kemudian
muncullah bentuk bangunan baru yang disebut bango. Bango adalah bangunan bertinag
empat dari bahan bambu atau kayu dengan skala ketinggian yang lebih longgar setinggi
orang berdiri.

Pada masa orde baru pemerintah mulai memberikan perhatian yang lebih serius
terhadap kedudukan pasar tradisional. Pembenahan mulai dilakukan dengan perluasan
pasar dan relokasi. Kemudian dilanjutkan
commitdengan pembangunan dan rehabilitasi los dari
to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konstruksi besi ke konstruksi beton. Penataan tata ruang pasar oleh pemerintah diarahkan
ke komposisi tunggal yaitu bangunan los. Namun yang terjadi pedagang memiliki
kecenderungan melakukan kegiatan di area terbuka. Ketika area terbuka semakin sempit,
pedagang mengalihkan kegiatannya dengan mencari area di luar pasar.3

Seiring jaman yang semakin berkembang dibutuhkan bentuk bangunan pasar baru
yang memberikan keamanan ketika barang dagangan ditinggal setelah selesai kegiatan
pasar. Bentuk bangunan ini disebut toko atau kios. Pada umumnya kios didirikan oleh
pedagang yang memiliki modal lebih dan menginginkan kepraktisan dari pada membawa
barang dagangannya bolak-balik pasar. Kios memiliki kecenderungan didirikan di bagian
depan sehingga menutupi pedagang yang berada di dalam. Pedagang yang berada di
dalam pasar pada akhirnya mengalami penurunan jumlah pembeli, lalu muncullah
perlawanan dengan mendirikan PKL yang bertujuan menjemput kedatangan para pembeli.

Saat ini pasar-pasar tradisional rata-rata sudah beroperasi puluhan tahun dan
telah direnovasi beberapa kali. Kondisi pasar tradisional yang kurang layak telah
mendorong pemerintah untuk memodernisasi dan merenovasi bangunan pasar dengan
struktur bangunan bertingkat demi efisiensi lahan sehingga mampu menampung jumlah
pedagang dan pembeli lebih banyak (Newsletter SMERU Edisi No. 22).

Namun pada kenyataan bangunan pasar tradisional yang menggunakan


konstruksi bangunan bertingkat menimbulkan permasalahan baru. Dari hasil pengamatan
pada beberapa pasar tradisional menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di lantai atas
sangat sepi pembeli. Sedikitnya pembeli yang berbelanja di lantai atas disebabkan banyak
hal, salah satunya bentuk tangga yang curam yang menyulitkan pembeli saat membawa
barang belanjaan. Terlebih pembeli pasar tradisional adalah para ibu rumah tangga yang
karena faktor usia memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan akses yang seharusnya
lebih mudah dan aman. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa penjual untuk beralih
lokasi berdagang di bawah dengan mendirikan PKL. Selain permasalahan tersebut,
konstruksi bangunan bertingkat pada pasar tradisional menghasilkan kondisi dalam pasar
yang tidak nyaman. Seperti permasalahan sirkulasi udara yang tidak lancar sehingga
commit to user
3 Kahar Sunoko, “Perkembangan Tata Ruang Pasar Tradisional”, UGM, Jogjakarta, 2002.

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keadaan menjadi pengab, bau dan panas. Keadaan seperti ini seacara langsung
mengganggu kenyamanan pembeli sehingga mengakibatkan pembeli enggan berlama-
lama di dalam pasar.

Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat pada kehidupan manusia berdampak
sangat besar pada perkembangan ekonomi setiap negara. Masuknya kekuatan ekonomi
besar (multi corporate) tak mungkin terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena
proyeksi pemberlakuan pasar bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar kearah
liberalisasi ekonomi dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan
kebijakan negara dunia ketiga termasuk Indonesia (Wiharto, 2006 dalam Istijabatul Aliyah
2007).

Di Indonesia saat ini muncul dan berkembang jenis pasar baru yang disebut
dengan istilah pasar modern. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum
dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org). Pasar modern
seperti hypermart, supermarket, carrefour dan sebagainya semakin menjamur di setiap
kota di Indonesia.

Meskipun kehadiran pasar modern berdampak terhadap penurunan jumlah


pembeli pada pasar tradisional namun permasalahan internal yang terjadi pada pasar
tradisional menjadi faktor utama beralihnya konsumen ke pasar modern. Temuan dari
metode kualitatif menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar
tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur
pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket
sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional
(Newsletter SMERU Edisi No. 22:7).
Di tengah sengitnya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern,
keberadaan pasar tradisional masih sangat dibutuhkan bagi kelompok masyarakat
tertentu. Keberadaan pasar tradisional pada era modern sekarang ini tidak saja masih
commit
dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat to userdari system kehidupan masyarakat
dipisahkan

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia
masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi.
Sampai saat ini, pasar tradisional masih dominan perannya di Indonesia dan masih sangat
dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah (Yulita, Dwi;1999).

Secara umum, pasar tradisional dan pasar modern memiliki fungsi yang sama
yaitu menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Namun hal pokok yang
menjadi pembeda adalah kelas mutu pelayanan yang diberikan kepada pembeli.

Simbolon, M. Ali (2005) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari
beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern

No Karakteristik Pasar Tradisional Pasar Modern


1 Pengelolaan - Dikelola oleh pemerintah kota - Dikelola oleh suatu
(Dinas/PD.Pasar) perusahaan (grup atau
- Terdiri dari unit-unit usaha perseorangan)
kecil yang dimiliki - Pengelolaan secara
perseorangan bersifat profesional
tradisional

2 Organisasi - Ada koperasi pedagang pasar - Ada organisasi pengelolaan


manejemen yang jelas

3 Kondisi fisik tempat - Bangunan temporer, semi - Bangunan permanen


usaha permanent atau permanent umumnya dilengkapi dengan
- Kebersihan tidak terjaga fasilitas-
dengan baik fasilitas memadai
- Gang antar kios terlalu sempit -Kebersihan dan kenyamanan
- Fasilitas parkir tidak memadai konsumen lebih diutamakan
-Pengaturan rak barang cukup
baik

4 Barang - Barang yang dijual adalah - Barang yang dijual hamper


barang-barang kebutuhan sama dengan pasar
rumah tangga sehari-hari tradisional, tapi barang tahan
- Umumnya barang yang dijual lama lebih menonjol
lebih segar dan bervariasi - Mutu barang terjamin
- Harga relative lebih murah, - Barang ditata berdasarkan
commit to user
dapat ditawar jenisnya

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Penataan barang seadanya - Barang dapat dipilih sendiri


oleh konsumen

5 Hubungan penjual -Terdapat interaksi antara - Interaksi antara penjual dan


dan pembeli penjual dan pembeli pembeli terbatas
-Terjadi proses tawar-menawar - Transaksi bersifat ekonomis
dan efisien

6 Waktu kegiatan - Pada umumnyadimulai dari - Dimulai rata-rata dari pukul


pukul 06.00 s.d 18.00 Wib 09.00 s.d. 22.00 Wib

7 Mekanisme peroleh - Diperoleh melalui pasar induk - Memiliki akses langsung ke


komoditas produsen

8 Lokasi - Tumbuh tanpa perencanaan, - Strategi lokasi


lokasi ditempat-tempat yang dipertimbangkan dengan
strategis dan mudah dijangkau matang

Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern


Sumber : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19429/4/Chapter%20II.pdf

B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional

Pasar merupakan fasilitas umum yang mempunyai sifat dalam berbagai aspek
kegiatan. Sejalan dengan kegiatan utamanya, sifat kegiatan dikelompokkan ke dalam tiga
macam sifat, yaitu sifat kegiatan jual-beli, kegiatan obyek wisata, dan kegiatan sosial
budaya. Untuk mendapatkan harga serendah mungkin, pengunjung atau pembeli dalam
tawar-menawar dituntut keaktifan, kejelian, ketelatenan sehingga tercermin dinamika
kehidupan.
a. Sifat Kegiatan Jual-Beli
- Dinamis
Ramai, padat, hidup karena ragam kegiatan dengan pergeraka manusia,
berbicara, dan tawar-menawar.
- Umum
Semua orang dari berbagai lapisan tanpa membedakan gologan, derajat,
maupun kedudukan bisa masuk dalam kegiatan ini.
- Terbuka
Pengunjung tanpa hambatan visual/fisik dapat melihat dan mencapai
commit to user
barang dagangan, secara visual tidak boleh ada halangan unuk melihat

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jauh ke depan, hingga pengunjung merasa bebas memilih tujuan dan


barang. Demikian juga dapat mencapai keseluruhan unit-unit penjualan
dengan lancar tanpa ada daerah kantong ataupun jalur sirkulasi yang
buntu.
b. Sifat Kegiatan Pariwisata
- Unik
Wisatawan yang datang mengharapkan adanya suasana maupun ragam
barang yang digelar mempunyai nilai kedaerahan/setempat yang berbeda
dengan yang mereka lihat dan rasakan pada daerah asalnya.
- Dinamis
Pengunjung atau wisatawan yang datang ke pasar tersebut adalah untuk
kegiatan santai atau refreshing dengan suasana pasar yang semarak.
c. Sifat Kegiatan Aspek Sosial Budaya
- Luwes
Perilaku pengunjung dan pedagang yang mengadakan kegiatan tawar-
menawar harga barang dagangan yang dijajakan, merupakan ciri khas
pasar tradisional. Tidak ada harga mati dalam sistem jual beli di pasar.
Harga ditentukan dengan kegiatan tawar-menawar dan turun-naiknya
harga tersebut.

B.4. Peranan Pasar Tradidsional


B.4.1. Fungsi Pasar Tradisional4
· Fungsi Ekonomi
Sebagai pusat penjualan, maka pasar dapat dipahami sebagai arus
barang dan jasa, serta sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk
memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut (Geertz, 1981:31).
Sebagai pusat ekonomi, maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi
petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi masyarakat setempat.

4
www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19429/4/Chapter%20II.pdf
commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Fungsi Sosial
Sebagaimana dikemukakan Evers (1997:84-85), pasar merupakan lokasi
pertemuan antara sesama kawan, sahabat karib, berkenalan dengan orang
dari tempat lain, mencari pacar dan lain-lain. Pasar juga menjadi pusat
jaringan sosial dan informasi yang luar biasa. Pertemuan pengunjung di pasar
di samping untuk menjual produk pertanian dan membeli barang-barang
kebutuhan hidup rumah tangga (keluarga), dijadikan pula sebagai tempat
pertemuan dengan seseorang yang berasal dari desa yang berbeda, baik
yang ada hubungan keluarga maupun yang tidak sama sekali (Majid,
1989:315). Effendi (1999) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasar
mingguan merupakan arena bertemunya sanak keluarga yang berasal dari
desa yang berbeda. Dari sini tampak bahwa pasar tak hanya sebagai tempat
kita mendapatkan barang dan jasa yang kita butuhkan melainkan juga sebagai
wadah kita untuk berinteraksi dengan sesama manusia.
· Fungsi Budaya
Pasar memiliki multi peran, yaitu tidak hanya berperan sebagai tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi pasar juga memiliki fungsi
sebagai tempat bertemunya budaya yang dibawa oleh setiap mereka yang
memanfaatkan pasar. Interaksi tersebut tanpa mereka sadari telah terjadi
pengaruh mempengaruhi budaya masing-masing individu (Depdikbud, 1993
:4). Pasar, pada masyarakat pedesaan dapat diartikan sebagai pintu gerbang
yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar. Hal ini
menunjukkan bahwa pasar mempunyai peranan dalam perubahan-perubahan
kebudayaan yang berlangsung di dalam suatu masyarakat. Melalui pasar
ditawarkan alternatif-alternatif kebudayaan yang berlainan dari kebudayaan
setempat (Sugiarto, 1986 : 2).
· Fungsi Politik
Berbagai kebijakan pembangunan pedesaan, termasuk keberadaan pasar
tradisional tidak terlepas dari pengaruh politik berbagai kelompok masyarakat,
antara lain : kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok kepentingan
commit to user
tertentu, dan juga dari pemerintah sendiri (Effendi, 1999). Pasar sebagai pusat

31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keramaian juga sering digunakan sebagi wahana untuk memperkenalkan


atribut-atribut politik terhadap masyarakat luas. Pusat-pusat perkumpulan
(organisasi) yang bersifat politik juga biasanya ditemui di pasar (Evers, 1997).
Institusi pasar yang ramai juga menjadi strategis untuk dijadikan instrument
mempengaruhi orang lain mengikuti kemauan politik kelompok yang
bersangkutan untuk tujuan perekrutan anggota.

B.4.2. Nilai Strategis Pasar Tradisional di Indonesia


Bagi masyarakat Indonesia, pasar tradisional tak sekedar mewadahi kegiatan jual
beli semata. Namun lebih dari itu, pasar tradisional berfungsi juga sebagai tempat
berinterasksi sosial dan memperoleh informasi. Kegiatan tawar menawar yang terjadi
dalam transaksi jual beli menghasilkan hubungan antara pedagang dan pembeli menjadi
lebih akrab. Dari hasil penelitian Geertz, menemukan adanya praktek bahwa tawar-
menawar yang tidak ada habis-habisnya antara pembeli dan penjual bukan cuma
bersebab dari tidak adanya pembukuan yang lengkap tetapi karena proses tawar-menawar
seperti itu yang terefleksi semacam ada kegigihan, adu kekerasan syaraf dan ajang adu
pengalaman. Bisa memberikan keasyikan tersendiri masing-masing pihak.

Tak hanya identik dengan sistem sliding price (tawar menawar), pasar tradisional
juga mempunyai karakteristik “bazaar type economy”. Menurut Gertz (1963), karakteristik
bazaar pada pasar tradisional terlihat dengan banyak pedagang yang menjual berbagai
barang dagangan yang sejenis.

Meskipun pasar tradisional memiliki kekhasan yang jarang ditemui pada pusat
perbelanjaan modern, namun pasar tradisional saat ini telah identik dengan tempat belanja
yang tidak nyaman. Becek, lantai berlubang, gang antarlos sempit, bocor, panas, sampah
di mana-mana, bau tak sedap, dan lalat beterbangan merupakan gambaran pasar
tradisional pada umumnya. Pasar tradisional dicirikan oleh organisasi pasar yang
sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, volume barang relative kecil,
bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, kotor, berlakunya sistem harga
luncur, dan interaksi berlangsung secara real (Slamet, 2003:3).
commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pasar tradisional dibentuk oleh masyarakat melalui kesepakatan bersama sebagai


kegiatan budaya. Aktivitas dalam pasar tradisional bukan sekedar kegiatan ekonomi,
namun ada silaturahmi yang luas. Hal ini tentunya berbeda dengan pasar modern yang
merupakan hasil paham kapitas yaitu selalu berorientasi untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya.

Pada mulanya pasar tradisional hanya beroperasi pada hari-hari tertentu atau hari
pasaran. Satu pasar, misalnya hanya beroperasi pada pasaran Pahing sementara pasar
yang lain hanya pada pasaran Kliwon. Jadi pedagang pada saat itu harus membawa
barang dagangannya ke pasar sesuai dengan pasaran untuk berjualan. Kegiatan
perdagangan yang berpindah-pindah sesuai dengan pasaran ini juga merupakan
kekhasan pasar tradisional. Namun seiring fasilitas kegiatan pasar yang berkembang
muncullah bentuk bangunan baru yaitu kios yang memungkinkan terjadinya kegiatan
menetap. Dan pada perkembangannya semakin banyak pasar tradisional yang beroperasi
harian dan tidak lagi menggunakan pasaran.

Seperti diuraikan sebelumnya bahwa pasar tradisional menyangkut hidup orang


banyak terutama masyarakat kecil. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan
sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Pasar tradisional memberikan
kemudahan akses bagi pemasok kecil termasuk petani, berbeda dengan pasar modern
menjalin kerja sama dengan pemasok besar. Bahan pangan yang langsung dipasok dari
petani memiliki keunggulan bahan masih segar dan sehat.

Beberapa pokok positif yang dapat dicatat dari pasar tradisional adalah :

· Pasar tradisional memberikan pelayanan kepada semua tingkat golongan


masyarakat dan menjadi tempat bertemu antar golongan itu.
· Pasar tradisional menyediakan berbagai jenis pelayanan dan tingkat
fasilitas sehingga pasar jadi tempat berbelanja dan berdagang dari
berbagai golongan masyarakat.
· Pasar tradisional menampung padagang-padagang kecil golongan
ekonomi lemah.
commit to user

33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Pasar tradisional menumbuhkan berbagai kesempatan kerja sampingan


dan pelayanan pengunjung.
· Yang paling unik adalah pasar dengan kelanjutan bentuk tradisional ini
menimbulkan suasana bazaar, tradisi tawar menawar dan hubungan
langsung antar manusia yang manusiawi.

C. Tinjauan Tata Ruang Pasar5


C.1. Penataan Komoditi Barang Dagangan

Dalam kaitannya penataan sebuah pasar terutama kaitannya dengan


komoditi barang dagangan menurut D Dewar dan Vanessa W dalam bukunya
Urban Market Developing Informal Retailing (1990) dibedakan penempatannya
sesuai sifat sifat barang tersebut. Barang barang yang memiliki karater hampir
sama seperti buah buahan sayur, ditempatkan pada tempat yang berdekatan juga
daging dan ikan, telur, dsb. Penempatan barang barang yang memiliki karakter
sejenis ini dengan alasan bahwa (Dewar dan Vanessa, 1990) ;

· Para konsumen / pembeli bisa dengan mudah untuk memilih dan


membandingkan harganya.
· Perilaku pembeli begitu banyak kemungkinannya, konsentrasi dari sebagian
barang barang dan pelayanan memberikan efek image dari pasar pada
kosumen.
· Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat bongkarnya,
drainage, pencuciannya dsb.
· Setiap barang mempunyai efek efek samping yang berlainan seperti bau dan
pandangan.
· Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk mengoptimalkan
penjualannya seperti butuh pencahayaan, butuh penataan khusus seperti
pakaian, sepatu dsb.

commit to user
5 Agung Kumoro, “Ruang Publik Pasar Tradisional”, UNDIP, Semarang, 2000

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C.2. Ruang Terpinggirkan

Problem paling sering dijumpai berhubungan dengan lay out fisik ruang
pasar adalah problem ruang terpinggirkan / spatial marginalization (D Dewar dan
Vanessa W, 1990). Lay out ini berhubungan dengan pergerakan populasi
pengunjung di dalam sebuah pasar yang terkait dengan tata ruang los / kios
kiosnya. Penyebaran dari flow / pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yakni ; lingkungan, orentasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang
dominan, dan kontak visual. Pergerakan / sirkulasi di dalam pasar akan
berpengaruh pada sering atau jarangnya suatu tempat / kios / los dikunjungi atau
dilewati oleh calon pembeli, sehingga di dalam sebuah pasar tidak menutup
kemungkinan dijumpai tempat tempat yang mati / jarang dikunjungi oleh pembeli
(dead spots). Ada 4 bentuk dari dead spots ini yang perlu diperhatikan untuk
diamati pada sebuah pasar yakni ;

· Dead spots disebabkan oleh bentuk pasar yang tidak bersebelahan, atau
terpecah pecah (caused by a non contiguous, fragmented market form).

Dead spot

· When formal shops or kiosks are located on the edges of nucleated markets
housing informal operators.

Dead spots caused by market contraction away from peripheral formal market

· Dead spots which occur around the middle of excessively long, unbroken,
selling runs. commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dead spots at the centre of excessivelly long runs stalls

· Dead spots caused by the non selling side of stalls or space within markets.

Dead spots caused by the non selling sides of stall

Selain masalah dead spots, panjang kios / los (stalls) dan lebar jalur sirkulasi
berpengaruh pada pergerakan konsumen pasar, adapun hubungan beberapa
contoh fenomenanya adalah sebagai berikut :

Selling runs are too short and costumer flows are dissipated and confused

Selling runs are too long and costumeers do not penetrate to centrelly located
stalls

+ 6.00 M

When circulation channels are too wide, custumer concentre on one edge only
commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.50 – 2.00 M

A more approprite length for selling runs

D. Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional


D.1. Peningkatan Mutu dan Pembenahan Pengaturan Sarana Fisik Pasar6

1. Perencanaan Tata Ruang

Pola perletakan berbagai prasarana dan sarana yang ada telah mempertimbangkan
beberapa pendekatan antara lain :

a) Ada pengaturan yang baik terhadap pola sirkulasi barang dan pengunjung di
dalam pasar dan ada tempat parkir kendaraan yang mencukupi. Keluar masuknya
kendaraan tidak macet.
b) Dari tempat parkir terdapat akses langsung menuju kios di pasar.
c) Distribusi pedagang merata atau tidak menumpuk di satu tempat.
d) Sistem zoning sangat rapi dan efektif sehingga mempermudah konsumen dalam
menemukan jenis barang yang dibutuhkan.
e) Penerapan zoning mixed-used, menggabungkan peletakan los dan kios dalam
satu area, yang saling menunjang.
f) Fasilitas bongkar muat (loading-unloading) yang mudah dan meringankan material
handling
g) Jalan keliling pasar, mencerminkan pemerataan distribusi aktifitas perdagangan.
h) Ada tempat penimbunan sampah sementara (TPS) yang mencukupi.
i) Terdapat berbagai fasilitas umum : ATM Centre, Pos Jaga kesehatan, Mushola,
toilet, dll.
j) Tempat pemotongan ayam yang terpisah dari bangunan utama
k) Ada bangunan kantor untuk pengelola Pasar, Keamanan, Organisasi Pedagang.

2. Arsitektur bangunan

Dibutuhkan lahan atau ruang yang besar dengan rencana bangunan sebagai berikut:

6 commit
Pasar Tradisional Yang Modern (Dalam Rangka to userDaya Saing Pasar Tradisional) www.usdrp-
Peningkatan
indonesia.org/files/downloadCategory/72.pdf

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Bangunan pasar yang ideal terdiri dari 1 lantai namun dapat dibuat maksimal 2
(dua) lantai. Diupayakan lantai dasarnya bersifat semi-basement sehingga untuk
naik tangga ke lantai atas (lantai 2) tidak terasa tinggi.
b) Tersedia banyak akses keluar masuk sehingga sirkulasi pembeli/pengunjung
menjadi lancar dan semua areal dapat mudah terjangkau.
c) Sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik sehingga dapat meningkatkan
kenyamanan bagi para pengunjung dan dapat menghemat energi karena tidak
diperlukan penerangan tambahan.

3. Pengaturan Lalu lintas

Untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan bagi para pengunjung pasar maka pengaturan
lalu lintas dilakukan sebagai berikut :

a) Kendaraan pengunjung harus dapat parkir di dalam area pasar.


b) Terdapat jalan yang mengelilingi pasar dan mencukupi untuk keperluan bongkar
muat dan memiliki 2 lajur guna menghindari penumpukan/antrian.

4. Kualitas Konstruksi

a) Prasarana jalan menggunakan konstruksi rigid


b) Konstruksi bangunan menggunakan bahan yang tahan lama dan mudah dalam
maintenancenya.
c) Lantai pasar keramik
d) Rolling door untuk kios dan dinding plester aci dengan finishing cat.
e) Drainase dalam menggunakan buis beton sedangkan di luar dengan saluran
tertutup.

5. Air bersih & Limbah

a) Pengadaan air bersih menggunakan sumur dalam dan di tampung di reservoir.


b) Ada sumur resapan diberbagai tempat sebagai antisipasi terhadap melimpahnya
buangan air hujan.
c) Pembuangan limbah terdiri dari :
- Buangan air kotor dapat disalurkan menuju drainase biasa.
commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Buangan limbah kotoran oleh karena pertimbangan higienis harus ditampung


dalam septic tank, baru kemudian cairannya dialirkan pada resapan.
- Pembuatan saluran pembuangan air rembesan dengan desain khusus pada
kios/los yang menjual dagangan yang harus selalu segar/basah (ikan dan
daging)

6. Sistem Elektrikal

Sumber daya listrik menggunakan daya dari PLN, dengan demikian seluruh sistem
mengikuti standar (PUTL). Untuk mempermudah pengontrolan saat darurat, dibuat sistem
sub sentralisasi fase dan panel utama listrik dimana panel utama ditempatkan di dekat
kantor pengelola. Hal ini dimaksudkan agar daya listrik untuk peralatan perdagangan
maupun pencahayaan ruangan dalam kondisi yang memadai.

7. Pencegahan Kebakaran

Pencegahan dan perangkat penanggulangan kebakaran dilakukan dengan penyediaan


tabung pemadam pada setiap grup kios. Hidran untuk armada pemadam kebakaran harus
tersedia di tempat yang mudah dijangkau.

8. Penanggulangan Sampah

Pada setiap kelompok mata dagangan disediakan bak penampungan sampah sementara.
Petugas kebersihan secara periodik mengumpulkan sampah dari setiap blok untuk
diangkut menuju tempat penampungan utama. Dari tempat penampungan utama ini,
pengangkutan sampah keluar pasar dilakukan oleh pihak terkait dengan menggunakan
truk/container.

D.2. Siteplan (Perencanaan Tapak)

Pengaturan site plan sangat menentukan hidupnya pasar, kaidah site plan yang ideal
dapat dilihat dari ilustrasi berikut ini :

commit to user

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TPS Akhir

Pintu
Keluar
Koridor Kios

Koridor Utama

Pintu
Masuk
Gambar 1. Ilustrasi Penataan Siteplan
Sumber : www.usdrp-
indonesia.org/files/downloadCategory/72.pdf
Jalan Mengelilingi Pasar

Batas Bangunan

1. Kios
Setiap kios adalah tempat strategis, sehingga setiap blok hanya terdiri dari 2 (dua)
deret yang menjadikan kios memiliki 2 (dua) muka (seperti terlihat dalam gambar).
Kios paling luar menghadap keluar, sehingga fungsi etalase menjadi maksimal.
2. Koridor
Koridor utama merupakan akses utama dari luar pasar. Lebar ideal 2 – 3 meter.
Sedangkan koridor penghubung antar kios lebar minimalnya adalah 180 cm.
3. Jalan
Tersedia jalan yang mengelilingi pasar. Sehingga semua tempat memberikan kesan
bagian depan/dapat diakses dari segala arah. Lebar jalan minimal 5 (lima) meter.
Sehingga dapat dihindari penumpukan antrian kendaraan. Disamping itu kendaraan
dapat melakukan bongkar muat pada tempat yang tersebar sehingga makin dekat
dengan kios yang dimaksud. Tujuan dari adanya jalan yang mengelilingi pasar adalah
meningkatkan nilai strategis kios, mempermudah penanggulangan bahaya
kebakaran, memperlancar arus kendaraan didalam pasar, mempermudah bongkar
muat. commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Selasar luar
Untuk mengoptimalkan strategisnya kios, terdapat selasar yang dapat juga sebagai
koridor antar kios.
5. Bongkar muat
Pola bongkar muat yang tersebar, sehingga dapat menekan biaya dan
mempermudah material handling. Akan tetapi harus ditetapkan ketentuan bongkar
muat. Antara lain, setelah bongkar muat kendaraan tidak boleh parkir ditempat.
6. TPS
Tempat penampungan sampah sebelum diangkut keluar pasar terletak di belakang
dan terpisah dari bangunan pasar.

D.3. Konsep Mempertahankan dan Mengembangkan Pasar Tradisional7


Konsep mempertahankan dan mengembangkan pasar tradisional baik dengan
membangun baru, merenovasi, meremajakan maupun mengintegrasikan ke dalam
pembangunan pusat perbelanjaan modern pada hakikatnya harus memperhatikan pada
tuntutan kebutuhan sebagai berikut :

· Memenuhi kebutuhan penjual dengan fasilitas yang memadahi dan mudah


dicapai oleh pembeli.
· Memenuhi kebutuhan pembeli, dengan kejelasan orientasi, kelancaran lalu
lintas, bersih dan menyenangkan.
· Menyimpan dan membuka rangsangan akan kebutuhan baru konsumen,
menanggapi usaha para produsen dan pembuat barang dan menawarkan pilihan
luas pada masyarakat, karena itu menarik untuk terjadinya kegiatan
perdagangan, menjajakan dagangan, sarana jual beli, menyediakan pelayanan
yang efisien dan menyiapkan barang dagangan yang tepat dengan harga
pantas.
· Suasana yang selalu dapat menarik perhatian banyak orang. Dalam suasana ini,
selain gerak kesibukan orang, kegairahan, kemilau, persaingan dan

7 commit
Wedho Handoyo, “Perencanaan Kembali Pasar to user
Kota Dan Terminal Angkuta Wonogiri”, UNS, Surakarta
2010.

41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keanekaragaman, harus pula tercipta rasa akrab dimana pengunjung yakin


kemana ia harus pergi untuk mencari apa yang dikehendaki.
· Membuang kesan monoton, pengulangan bentuk dan keseragaman wajah,
menciptakan tampak depan los / toko / kios yang menarik, papan nama / rambu /
petunjuk dengan cirinya masing-masing, penataan etalase dengan gelaran
dagangan, sistem penerangan dan sistem penempatan yang tepat dari pintu
masuk utama bagi para pengunjung harus dipikirkan secara terpadu dalam
perencanaan dan perancangan untuk memperoleh hasil akhir yang benar
menguntungkan semua pihak.

E. Tinjauan Landmark
Sebagai sebuah kawasan yang dipersiapkan sebagai ibu kota Kabupaten Madiun,
Kota Caruban diprediksi akan mengalami perkembangan pesat pada setiap sektor.
Perkembangan di setiap sektor tersebut menuntut penyediaan fasilitas umum perkotaan
yang memadai, efisien, nyaman dan aman. Untuk itu pembangunan infrastruktur seperti
kantor pemerintahan, pusat perdagangan, sarana pendidikan, area pemukiman dan
sebagainya perlu segera direalisasikan. Pada tahap ini pembangunan di Kota Caruban
dapat dikatakan sebagai langkah awal membentuk karakter atau citra kota. Untuk itu Kota
Caruban membutuhkan suatu objek bangunan atau kawasan yang bisa dijadikan sebagai
landmark kota, yaitu bangunan atau kawasan yang menjadi titik pusat orientasi yang
keberadaannya dapat menandakan ciri, citra, atau image suatu wilayah.

E.1. Teori Landmark8


Landmark atau lebih dikenal dengan tetenger atau titik orientasi lokal yang
merupakan salah satu elemen pembentuk citra kota. Kevin Lynch menyatakan bahwa
image suatu kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu :
a. Jalur (Paths)
Adalah garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan
mudah. Paths ini berupa jalan, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api dan

8 commit
Syumar Achmad Raharja, “Penataan Kawasan to Bus
Terminal userdan Stasiun Kereta Api Depok Baru Sebagai
Landmark Kota”, UNS, 2005

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang lainnya. Sebagian besar orang merasakan paths inilah elemen yang
paling menonjol dalam bentuk imagenya mengenai suatu kota.
b. Tepian (Edges)
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang
merupakan batas antara dua jenis fase kegiatan. Edges biasa berupa dinding,
pantai, hutan kota dan lain-lain.
c. Aktivitas suatu wilayah (Districts)
Distrik hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan
dari luar apabila mempunyai kesan visual. Artinya distrik bisa dikenali karena
adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah.
d. Simpul kegiatan (Nodes)
Adalah berupa titik. Titik dimana orang bisa mempunyai pilihan untuk
memasuki distrik yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi tinggi dimana
transportasi memecah, paths menyebar dan tempat mengumpulnya karakter
fisik.
e. Tetenger (Landmark)
Adalah titik pedoman obyek fisik. Bisa berupa fisik natural berupa gunung,
bukit atau berupa fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan
lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam
suatu kota atau kawasan atau lingkungan. Dengan kata lain, merupakan
tempat yang bisa dijadikan ciri yang bermakna.
Landmark atau tetenger merupakan tipe lain dari point of interest dapat dikenal
secara eksternal dari bentuk fisiknya. Landmark tersebut dapat berupa gedung-gedung,
tanda-tanda tertentu atau monumen, toko, gunung ataupun sungai dimana menjadi ciri
khas dari suatu tempat atau kota yang tidak terdapat pada tempat lain. 9

Elemen-elemen tertentu dapat dikategorikan sebagai landmark karena mempunyai


kekhasan dari suatu wilayah seperti :

commit to user
9 Agung Danang Wibowo, “Sriwedari Art Centre Sebagai Sebuah Landmark Di Surakarta”, UNS, 2004

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Berbeda dari elemen-elemen yang lain yang terdapat dari suatu tempat sehingga
mempunyai ciri-ciri khusus ataupun keunikan yang tidak dimiliki oleh elemen-
elemen lainnya.
· Elemen yang menjadi sebuah perhatian dari lingkungan dikarenakan skalanya
yang paling menonjol ataupun paling besar diantara elemen-elemen lain pada
sebuah wilayah sehingga mudah dikenali terutama dari kejauhan.
· Merupakan sebuah masa yang menjadi “pusat” dari lingkungan yang tertata
secara radial.
· Sebuah elemen yang berbeda dari bentuk-bentuk elemen lain pada suatu tempat
yang cenderung konstan.
· Sebuah bangunan dapat dikategorikan sebagai landmark karena mewakili simbol
pada masa tertentu atau langgam tertentu yang diakui atau dikenali.

Landmark dapat berupa tower-tower yang terisolasi atau kubah emas, bukit-bukit
besar. Terkadang titik yang bergerak seperti matahari dimana bergerak secara lambat dan
regular dapat digunakan sebagai landmark. Suatu landmark dapat diwujudkan ke dalam
suatu wujud bangunan, sculpture dan sebagainya. Dan suatu landmark harus mudah
dilihat, dikenali dan diingat karena kekhasan yang dimilikinya karena landmark merupakan
salah satu elemen pembentuk citra kota. Landmark diharapkan dapat menjadi suatu titik
acuan bagi manusia dan lingkungannya sehingga lokasi yang paling tepat bagi suatu
landmark adalah pusat kota, tetapi landmark dapat juga berada dipinggir jalan maupun luar
kota sesuai dengan karakter yang ingin ditonjolkan. Namun suatu landmark seharusnya
berada di tempat strategis sehingga dapat menjadi titik acuan bagi orang-orang, baik
penduduk maupun pendatang. Kunci karakteer fisik suatu landmark adalah tunggal,
sedang beberapa aspek lainnya adalah unik atau bersejarah (memorable). Landmark
menjadi diidentifikasikan, lebih menjadi pilihan yang signifikan, jika :

· Bentuknya jelas (clear)


· Kontras dengan latarnya (background)
· Terkenal karena lokasi sitenya

commit to user

44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sosok yang kontras dengan latarnya menjadi faktor yang prinsip. Selain itu, dominan
dalam bentuk, ukuran dan kontur juga menjadi faktor yang menentukan. Ruang yang
terkenal dapat menjadikan suatu elemen sebagai landmark, ada dua cara yaitu :

· Membuat elemen terlihat dari banyak lokasi, sehingga sangat mudah untuk
dikenali, dan bagi orang baru dapat memandu ke tujuannya.
· Latar (setting) yang kontras dengan elemen di dekatnya, yaitu dngan variasi jarak
mundur (setback) dan tinggi (skyline).

Sedangkan dalam hal lain yang dapat memperkuat peran suatu landmark kota adalah :

· Lokasi pada persimpangan jalan juga menguatkan suatu landmark.


· Aktivitas yang mengacu pada suatu elemen dapat menjadikan suatu landmark
· Suara dan bau/aroma kadang memperkuat visual landmark walaupun tidak
tampak.

F. Tinjauan Lokalitas
Lokalitas berasal dari kata dasar lokal dan serapan dari kata locus yang berarti
setempat. Kelokalan diartikan sebagai memiliki kekhasan akan sesuatau yang hanya
terdapat di daerah tersebut yang patut untuk ditonjolkan. Sehingga diperlukan sebuah
upaya untuk menginvestasikan dan merekam segenap bangunan, lingkungan atau
kawasan tertentu di daerah atau kota masing-masing yang memiliki nilai kesejahrahan,
nilai tradisional, atau nilai arsitektonis yang unik, yang pantas untuk ditelusuri sebagai
warisan budaya, merupakan salah satu upaya dala mewujudkan pembangunan
berwawasan identitas.

Ada beberapa teori yang cenderung mirip meski bisa dibedakan, yaitu Lokalitas,
Vernakular dan Tradisional. Ketiganya sering muncul dalam sebuah bangunan secara
bersamaan dan sering kali dianggap tidak ada bedanya. Arsitektur lokalitas memiliki
pendekatan tentang spirit nilai kesetempatan, bisa memiliki bentuk bermacam-macam.
Arsitektur tradisional cenderung memiliki bentuk dan tata cara yang sama sesuai tata cara
yang diterrima secara turun-temurun. Sedangkan arsitektur vernakular cenderung pada
commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penggunaan material yang ada di sekitarnya untuk menyelesaikan permasalahan desain


pada bangunan.

Potensi lokal tidak terbatas pada arsitektur tradisional yang secara fisik berupa
bangunan arsitektur tradisional saja. Dalam masyarakat heterogen, potensi lokal
mencakup seluruh kekayaan yang memiliki kekhasan, keunikan, kesejarahan, ataupun
peran sebagai penanda di kawasan, kota dan daerahnya.

Lokalitas adalah sebuah jawaban atas permasalahan dari sebuah cakupan yang
meliputi sebuah kawasan, nilai kearifan lokal, material, budaya bahkan tingkat peradaban
masyarakat dalam suatu kawasan.

Lokalitas menjadi isu menarik akhir-akhir ini seiring upaya manusia dalam
menggali dan menemukan jati dirinya. Jati diri seseorang dan sebuah tempat tetap
diperlukan meskipun dinamika pembangunan begitu cepat. Pernyataan ini membawa
kepada sebuah pandangan bahwa kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi tidak
akan pernah manghilangkan kepentingan sebuah komunitas untuk
mendapatkan/membangun jati dirinya dalam proses rancang bangun yang berbudaya.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung mendorong


pembangunan bangunan berasitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan dan selaras
dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi, membatasi
lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi
lahan dan material ramah lingkungan (green product).10

F.1. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur11

Marak diskusi lokalitas dalam arsitektur boleh jadi adalah sebuah bentuk `protes`
atau `gerakan` terhadap kemapanan dari langgam modern – post modern – atau pun
pemikiran dekonstruksi sampai pada generative process dalam dunia arsitektur.

10 Fathony Muchtar Harris, ”Sangiran Sculture Sebagai Wadah Promosi Pariwisata Dan Kerajinan Kab.
commit
Sragen Dengan Pendekatan Arsitektur Lokalitas”, UNS,to user 2011
Surakarta,
11 http://archnetwork.wordpress.com/category/architect/page/6/

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lokalitas bukanlah sebuah `gerakan` baru dalam dunia arsitektur –


kemunculannya menjadi terasa seiring gencarnya gerakan modernitas dalam dunia ini.
Lokalitas telah dianggap sebagai senjata yang tepat untuk menahan lajunya ruang-ruang
kapitalis yang telah menyusup dalam kehidupan manusia di dunia modern ini. Alexanander
Tzonis mengungkapkan bahwa seharusnya lokalitas bukanlah sebuah Tema Gerakan
tetapi lebih kepada conceptual device yang kita pilih sebagai alat untuk melakukan analisis
dan sintesis. Lokalitas membantu kita untuk menempatkan identitas sebagai prioritas
ketimbang intervensi internasional atau pun dogma yang bersifat universal.

Meminjam Vitruvius yang mengatakan: “unsur alam dan raisonalitas manusia


membangun sebuah bentuk arsitektur”. Vitruvius percaya bahwa perbedaan dari
bangunan-bangunan yang ada di muka bumi ini adalah akibat dari dialog bolak-balik dari
manusia dengan lingkungannya = “There is an in-between `temperate` kind of environment
that creates temperate architecture and temperate people.

Lokalitas dalam hal ini adalah juga sebuah `perbedaan` yang secara spatiality
memang terbentuk dari dimana lokalitas itu tumbuh atau ditumbuhkan. Ini membawa
pengertian bahwa ada perbedaan antara lokalitas yang satu dengan yang lain. Lalu,
Apakah lokalitas hanya sekedar penampilan dari sebuah identitas ? Apakah lokalitas
hanya sekedar sebuah bentuk perlawanan gerakan global ?

Meminjam Lewis Mumford, maka ada lima point dalam kita memandang nilai Ke-Lokalitas-
an :

1. Lokalitas bukan hanya terpaku dari kebesaran sejarah, seperti misalnya banyak
bangunan bersejarah yang diidentifikasikan sebagai `vernacular brick tradition`. Bagi
Mumford bahwa bentuk-bentuk yang digunakan masyarakat sepanjang peradabannya
telah membentuk struktur koheren yang melekat dalam kehidupannya. Sebuah
kekeliruan ketika mencoba meminjam sejarah dari sebuah tradisi yang langsung
ditranfer dalam sebuah ruang yang kosong – ruang yang dihasilkan adalah ruang yang
tidak memiliki jiwa. Mumford menekankan bahwa tugas kita tidak hanya membuat
imitasi sebuah masa lampau tetapi
commitmencoba
to user mengerti dan memahaminya, lalu

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mungkin suatu saat kita berhadapan dan menyetujuinya dalam kesamaaan semangat
kekreatifan. Tugas kita bukan hanya meminjam material atau meng-copy sebuah
contoh kontruksi dari sesuatu satu atau dua abad yang lalu, tetapi seharus mulai
mengetahui tentang diri kita, tentang lingkungan untuk mengkreasikan sebuah
arsitektur yang bertradisi lokal.

2. Lokalitas adalah tentang bagaimana melihat bahwa seharus sebuah tempat memiliki
sentuhan personal, untuk sebuah keindahan yang tidak terduga. Yang terpenting dari
semua yang kita lakukan adalah membuat orang-orang merasa seperti dirumah dalam
lingkungannya. Lokalitas harus dimunculkan karena memang dibutuhkan sebagai
sebuah jawaban terhadap kebutuhan manusia. Ada kebutuhan social – ekonomi
bahkan politik serta lingkungan dalam jiwa Lokalitas itu sendiri.

3. Lokalitas dalam perkembangannya harus memanfaatkan teknologi yang berkelanjutan,


dan ini menjadi penting dalam membangun sebuah tradisi baru. Dalam dunia yang
semakin carut-marut ini, sebuah tradisi harus selalu ditempatkan dalam konteks
tentang hidup di dunia. Sebuah tradisi adalah tinggal kenangan apabila tradisi itu tidak
dapat bernegosiasi dengan mesin-mesin teknologi yang memang menebarkan candu.
Membuat lokalitas menjadi pintar adalah membuat lokalitas yang dapat berkelanjutan
dalam teknologi yang tepat guna.

4. Lokalitas harus memberikan kegunaan terhadap penggunanya, modifikasi terhadap


lokalitas harus dibuat bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Lokalitas setidaknya
harus dapat dikaji dalam nilai keteraturannya, kooperatif, kekuatannya,
kesensifitasannya, juga terhadap karakter dari komunitas dimana Lokalitas ingin
ditempatkan.

5. Global dan lokalitas bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan tetapi mereka saling
melengkapi, Mumford menekankan perlu ada keseimbangan diantara mereka.
Keseimbangan dimana global menge-print mesin-mesin kapitalis sedang lokal menge-
print komunitas. Lokalitas perlu menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang utama
dalam nilai keuniversalan. Memaknai lokalitas
commit to userartinya memaknai tentang bagaimana

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kita melakukan pembelajaran tentang sejarah bangunan, material, latar belakang


social, isu-isu konservasi, konstruksi bangunan yang pada akhirnya keunikan sebuah
lokalitas dalam arsitektur adalah tentang bagaimana material lokal – teknologi dan
formasi sosial dapat ditranfer dalam bahasa arsitektur yang segar.

Berdasarkan uraian di atas maka lokalitas menurut Mumford adalah sesuatu yang
dinamis dan akan selalu berkembang sesuai dengan perubahan jaman. Mewujudkan
lokalitas tidak hanya melalui fisik sebuah bangunan saja karena yang terjadi adalah imitasi
dari masa lampau. Lokalitas dapat diwujudkan dengan mengetahui tentang diri kita,
tentang lingkungan untuk mengkreasikan sebuah arsitektur yang bertradisi lokal. Menurut
Mumford, lokalitas tidak harus statis dan bersifat kaku karena lokalitas harus beradaptasi
dengan kondisi jaman dan berkembang seiring perkembangan teknologi.

Pada fenomena lokalitas atau kesetempatan yang memuat konsep kekinian, ada
universalitas atau kesemestaan. Di sisi lain, pada universalitas atau kesemestaan yang
mengandung konsep kelanggengan, ada fenomena lokalitas atau kesetempatan. Nilai-nilai
kesemestaan tak dapat diterapkan tanpa penjabaran pada fenomena kesetempatan.
Dalam kesepasangan prosesnya, fenomena kesetempatan tak akan punya arah
penumbuh-kembangan yang tepat-bijak-pasti, tanpa pengkristalan pada nilai-nilai
kesemestaan. Sama persis pada kehidupan manusia: tanpa spiritualitas, kehidupan
intelektualnya keras-kasar-kering mengerontang; tanpa intelektualitas, kehidupan
spiritualnya hanyalah hitam-khayal-imajinasi panjang.

Lokalitas Indonesia dengan keberagaman tradisi arsitektural di berbagai tataran,


mulai dari filosofi, paradigma, teori, dan metoda, adalah sebuah modal-kekuatan yang luar
biasa. Lokalitas itu bukan mesti didapat dengan mengedepan-utamakan “grand
architecture“, arsitektur masyarakat kalangan atas seperti misalnya kraton —yang
sudah terlanjur dianggap sebagai “ikon budaya Jawa“ sebagai satu-satunya pustaka
bahan pelajaran.

Ada perpustakaan yang jauh lebih kaya koleksinya dan tak memerlukan kartu
commit to
anggota apalagi membayar biaya meminjam user Arsitektur Nusantara. Dalam tradisi
bacaan:

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

belajar orang Jawa, ada istilah buku garing (kering) dan buku teles (basah). Buku garing
ialah tulisan (harafiah, cetakan-analog-digital) untuk manusia, buku teles adalah fenomena
alam-semesta termasuk lingkungan binaan manusia. Jika ditinjau lebih dalam, pada buku
garing dan buku teles, masih ada ranah meta-empirik. Ada aksara dari suara, ada aksara
dari bunyi. Suara berbeda dengan bunyi. 12

Arsitektur dewasa ini memiliki kecenderungan untuk menciptakan moumen visual.


Bentuk distint (beda) secara tidak langsung akan mendapatkan pengakuan publik
menyangkut penghargaan terhadap karyanya. Dengan pola pikir arsitektur yang berkiblat
pada arsitektur kontemporer yang cenderung barat akhirnya akan melahirkan bangunan-
bangunan kotak.

Eksplorasi terhadap bentuk lokal sudah layaknya menjadi prioritas pertama


sebelum kita mulai mengambil bentuk-bentuk baru dari luar yang pada gilirannya tidak
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi alam daerah setempat. Bukanlah suatu yang sulit
apabila kita mau mengolah bentuk arsitektur tradisional untuk menciptakan fungsi baru di
dalamnya. Memperlihatkan kesederhanaan dan kejujuran bahan bangunan, sebagaimana
yang dialami melalui pengalaman dalam bangunan-bangunan vernakuler. Material yang
digunakan dalam tradisi vernakuler dapat mengatasi iklim dengan baik.

Namun perlu dicatat bahwa penggunaan elemen-elemen arsitektur lokal ini


hendaknya tidak sekedar “tempelen yang dipaksakan” pada bangunan-bangunan baru,
melainkan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan desain bangunan. Inovasi seperti
ditunjukkan oleh Maclaine Pont atau Karsten hampir seabad yang lalu seyogyanya
menjadi rujukan bagi para arsitek kita masa kini.

commit to user
12 http://ruang17.wordpress.com/page/19/

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. Elemen arsitektur tradisional yang “dipaksakan”.


Kiri: Atap Minangkabau di gedung bank di kota Padang; Kanan: Atap Toraja di bangunan rumah sakit di kota Makale
Sumber : Foto Danang Priadmodjo, Arsitektur Tradisional dan Identitas Kota

Kekayaan arsitektur Nusantara sungguh tiada bandingannya. Tidak ada negara


lain di dunia ini yang mempunyai ragam arsitektur tradisional sebanyak dan seindah yang
kita miliki. Apabila kita mampu mengolah kekayaan itu, kita dapat menghadirkan wajah-
wajah kota yang khas dan menampilkan identitas daerahnya secara elegan. Elemen-
elemen arsitektur tradisional pun akan berkembang dengan dinamis seiring dengan
perubahan jaman, bukan sekedar merupakan “ragam hias” yang statis dan dijadikan
barang pajangan. 13

F.2. Arsitektur Nusantara

Dalam menghadapi krisis identitas arsitektur bangsa kita, pencarian jati diri ke-
nusantara-an membutuhkan nalar yang menerawang masa purba, ketika orang mulai
memikirkan untuk merekayasa elemen alam menjadi sebuah tempat. Tempat paling purba
untuk sebuah ruang yang dibutuhkan agar dapat beristirahat sejenak dari kegiatan berbudi
dan berdaya bagi sebuah perjalanan kehidupan. Contoh kasus yang digunakan dalam
tulisan ini adalah karya masyarakat pulau Madura, khususnya pada wilayah yang terpencil
dan sulit terjangkau sistem transportasi.

Setiap lokasi di muka bumi pasti memiliki spesifikasi tertentu, penyelesaian


masalah desain arsitektur juga spesifik untuk setiap lokasi. Contoh di Pulau Madura adalah
salah satu penyelesaian masalah desain arsitektur di daerah pesisir. Tentunya
commit to user
13 Danang Priadmodjo, Arsitektur Tradisional dan Identitas Kota

51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyelesaian ini akan berbeda jika terjadi di daerah hutan datar, daerah pegunungan
kering, daerah pegunungan subur, daerah di kaki gunung, daerah di lereng gunung, dan
sebagainya. Sketsa berikut memperlihatkan evolusi serupa yang terjadi untuk arsitektur
Jawa.

Gambar 3. Evolusi arsitektur Jawa, dari vernakular ke tradisional


Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

Arsitektur nusantara yang sangat dipengaruhi iklim tropis lembab memiliki


kesamaan dalam proses dan memiliki perbedaan dalam produk. Tanah nusantara yang
selalu labil oleh gempa dan banjir adalah hal yang paling diantisipasi, banyak rumah-
rumah tradisional nusantara yang berbentuk panggung. Semakin rawan bencana, semakin
tinggi pula bentuk panggungnya. Di bawah panggung adalah ruang negatif yang
dipergunakan untuk hal-hal tidak penting, seperti menyimpan barang dan hewan. Hampir
seluruh rumah nusantara kuno selalu mengutamakan ruang luar bagi bangunannya.
Ruang luar itulah ruang keluarga bagi mereka, gugusan bangunan adalah kamar-
kamarnya.

commit to user

52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4. Evolusi bangunan jawa dari panggung menjadi menapak di tanah


Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

Gambar 5. Evolusi bangunan jawa karena kebutuhan luas ruang


Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

Gambar 6. Dua contoh evolusi rumah joglo hasil tradisi


Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

commit to user

53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 7. Contoh gambar denah dari tradisi perubahan ruang dalam ruang untuk bangunan joglo
Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

Gambar 8. Berbagai contoh perubahan bangunan joglo dengan pertimbangan teknologi bahan masa kini.
Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

commit to user

54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 9. Analisis bentuk arsitektur dari relief candi di Jawa


Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

commit to user
Gambar 10. Sebuah gubuk (di tambak garam) yang berevolusi menjadi bentuk lain (di tepi pantai terpencil) yang lebih
besar dengan teknik pencerminan. Sebuah bentuk atap satu sisi yang berevolusi menjadi bentuk atap pelana.
Sumber : http://www.putumahendra.com/?m=200812
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 11. Sebuah gubuk beratap pelana ditambah teritis untuk memperluas ruang, berevolusi menjadi rumah dengan
memperbesar skala, menapakkan ke tanah dan menutupi dengan lebih banyak dinding
Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

Gambar 12. Sebuah rumah yang mengalami evolusi dengan lebih memperhatikan kualitas bahan dinding, berevolusi lagi
dengan menambah teritis di sisi lainnya, dipercantik dengan ornamentasi pagar rumah (bukan pagar halaman)
Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2

Gambar 13. Pemikiran terhadap kualitas bahan yang lebih tahan cuaca membuat bentuk atap pelana menjadi
perisai, evolusi yang lebih tinggi menyentuhkan budaya manusia dengan ornamentasi dan warna
Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
commit to user

56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mencari aspek intangible arsitektur nusantara dapat ditelusuri dengan memahami


karakteristik manusianya. Dari caranya berbudaya, baik sebagai makhluk individu
maupun sosial dapat menjawab rasa bentuk apa yang seharusnya tampil. Masyarakat
nusantara sendiri sudah memahami aspek intangible dengan menghormati hal-hal yang
bersifat spiritual. Tidak semua yang bersifat logika materi boleh dilakukan, ke-materi-an
akan selalu dihubungkan dengan ke-spiritual-an. Sudilah kiranya melihat bagaimana
bentuk kuno nusantara selalu menampilkan refleksi rasa sukur terhadap pencipta yang
demikian murah hati memberikan alam yang cukup kaya.

Selayaknya alam yang cukup kaya digali bersama untuk kepentingan bersama pula.
Materi kayu/bambu yang akan selalu diproduksi oleh pabrik yang bernama tanah
adalah bahan yang paling baik digunakan untuk arsitektur. Namun demikian, sudilah
kiranya tetap bijaksana, bahwa dalam kasus tertentu ada bentuk arsitektur yang tidak
bisa diwujudkan dengan kayu dan hanya bisa dengan bahan baja/beton. Sudilah
kiranya tetap bijak menggunakan bahan non-kayu agar tidak terlalu banyak merusak
alam. Semangat mengenai kata cukup dan secukupnya selayaknya mewarnai setiap
konsep rancangan arsitektur nusantara.14

G. PRESEDEN PASAR TRADISIONAL


G.1. Pasar Gede Hardjanagara

Gambar 14. Pasar Gede


Sumber : Dokumen Pribadi
commit to user
14 Tjahja Tribinuka, pengajar arsitektur ITS

57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pasar Gede berlokasi pada lokasi yang strategis yaitu di persimpangan jalan dari
kantor gubernur pada zaman kolonial Belanda yang sekarang berubah fungsi menjadi
Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir.
Thomas Karsten. Dalam sejarahnya, Karsten adalah orang yang menganut paham
demokrasi dan sangat menghargai budaya. Arsitektur pasar gede merupakan perpaduan
antara gaya belanda dan gaya tradisional.

Bangunan pasar selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan diberi nama
Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé (dalam bahasa Jawa) atau
“pasar besar” karena pintu gerbang di bangunan utama menggunakan atap yang besar,
terlihat seperti atap singgasana. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang terpisahkan
jalan. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Seiring dengan
perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar
Gede dulunya dibangun sebagai mediator perdagangan bagi masyarakat Belanda-Cina-
pribumi pada saat itu, dengan harapan hubungan antara etnis-etnis tersebut yang semula
penuh konflik dapat berlangsung harmonis.

Bangunan Pasar Gede terdiri dari 2 (dua) bangunan :

· Bagian Barat (1.364 m2) : Menyediakan jenis dagangan buah – buahan dan ikan
hias.
· Bagian Timur (5.607 m2) : Menyediakan dagangan kebutuhan sehari – hari dan
mempunyai spesifikasi menyediakan makanan khas Solo

Pada desain Pasar Gede kita dapat mencermati beberapa strategi desain Karsten
untuk menghasilkan pasar yang nyaman dan sesuai dengan karakter masyarakat Solo.
Pasar ini merupakan pasar yang dirancang dengan sangat baik dari segi sirkulasi udara
maupun pengguna. Sirkulasi udara diwujudkan dengan bentuk atap dan juga adanya
jendela-jendela yang dibuat besar juga pada lantai dua tinggi dinding yang hanya sekitar
satu pertiga dari dinding dan diatasnya menggunakan kawat. Untuk sirkulasi udara dan
cahaya agar berjalan dengan baik juga untuk memudahkan komunikasi antara pedagang
di lantai 1 dan pedagang di lantai 2 commit
maka void
to dibuat
user lebar. Void yang luas ini membuat

58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bangunan pasar gede terasa lebih longgar dan menjadi pasar yang nyaman untuk
pengguna dibandingkan dengan pasar-pasar tradisional lain yang biasanya karena tidak
terasa sumpek di dalamnya. Apalagi dengan adanya viod ini maka jarak antara lantai
dengan atap akan lebih tinggi maka hal ini juga akan memberikan efek pada sirkulasi
udara yang baik juga.

Untuk menjaga kondisi tidak panas di dalam pasar atap-atapnya ke timur-barat


sehingga meminimalkan penyerapan radiasi matahari. Walaupun pasar ini dikatakan satu
bangunan tetapi menggunakan atap yang banyak pada bagian dalamnya (tiap petak
bangunan los pedagang) dapat mengurangi luasan paparan sinar matahari. Atap pada
bangunan pasar Gede ini menggunakan rangka baja. Bahan penutup atap yang digunakan
yaitu sirap dan juga seng pada bagian atap tertentu namun sebagian besar bangunan
beratapkan sirap. Penggunaan atap sirap bertujuan untuk merespon iklim tropis yang
panas karena sifat kayu yang melepas udara dingin saat panas dan menyimpan panas
yang akan dikeluarkan jika udara disekitarnya dingin. Atap yang menggunakan seng
dijumpai hanya dibeberapa bagian saja dan tetap dirancang dengan sedemikian rupa agar
tetap mendapatkan cahaya dan juga sinar matahari dengan baik. Fiberglass digunakan
sebagai penutup atap pada void sehingga cahaya matahari siang hari dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin sebagai sumber pencahayan alami dan dapat menghemat
penggunaan energi listrik.

Gambar 15. Interior dan Eksterior Pasar Gede


Sumber : Dokumen Pribadi

commit to user

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bangunan Pasar Gede dibuat tinggi untuk merespon aktivitas pengguna yaitu
untuk mempermudah para pedagang membawa gendongannya ke dalam bangunan.
Karena pada waktu itu para pedagang membawa barang dagangan dengan digendong
sampai tinggi, maka menanggapi hal itu maka desain pasar gede dibuat sedemikian rupa.
Selain itu area parkir Pasar Gede dibuat mengelilingi pasar dan berbatasan langsung
dengan bangunan pasar merupakan bentuk pendekatan yang dilakukan Karsten pada
kebiasaan masyarakat Solo yang pada umumnya menginginkan akses yang cepat, mudah
dan bisa langsung sampai pada tempat yang diinginkan.

Dengan adanya Pasar Gede ini mempengaruhi lingkungan sekitar yaitu


membentuk lingkungan sekitar menjadi daerah perdagangan / daerah komersial, hal ini
dibuktikan dengan banyaknya pertokoan, jasa perniagaan maupun perbankan. Selain itu
beralihnya perumahan penduduk menjadi ruko.

Namun seiring dengan semakin meningkatnya tingkat mobilitas sering terjadi


kemacetan di sekitar Pasar Gede pada jam-jam kerja. Area parkir pada Pasar Gede
umumnya menggunakan bahu jalan sehingga ketika arus transportasi sedang ramai dapat
menghambat kendaraan yang lewat.

K.2. Pasar Legi Surakarta

Gambar 16. Pasar Legi


commit to user
Sumber : wedangansoloraya.multiply.com

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pasar Legi didirikan lebih awal jika dibandingkan Pasar Gede yaitu pada masa
pemerintahan Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyawa). Pasar Gede terletak dijalan
Sutan Syahrir, Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Pasar ini
mempunyai luas sekitar 16.640 m2.

Kegiatan pasar ini dimulai dari dini hari sampai malam hari. Pedagangan sudah
menggelar hasil bumi sejak pukul 02.00 dinihari hingga di emper-emper jalan sekitar
pasar. Pasar Legi juga melayani penjualan hingga 24 jam.

Mengapa disebut Pasar Legi? Selain pasar ini pertama kalinya digelar pada
pasaran Legi 5 hari sekali, pasar inipun lebih banyak menggelar dagangan yang bersifat
legi atau manis. Misalnya gula jawa, jagung manis, gula aren, gula batu, gula aren hingga
minuman legen. Pasar Legi menjadi pust grosir dagangan tradisional dan hasil bumi.
Hampir semua hasil bumi dari daerah Surakarta dan sekitarnya masuk di Pasar Legi.

Pasar Legi merupakan pasar induk hasil bumi terbesar di Surakarta, yang
mendapatkan pasokan dagangan dari berbagai daerah baik dari wilayah sekitar surakarta
maupun dari luar daerah seperti Brebes, Temanggung, Tasikmalaya, Sidoarjo, Malang dan
lain sebagainya. Pasar ini bisa dikatakan juga, adalah pasar bagi para penjual lainnya,
karena, banyak penjual atau pedagang dari pasar-pasar lain yang lebih kecil yang
mengambil dagangan atau kulakan di pasar ini.

Pasar ini pertama kali direnovasi menjadi pasar modern pada sekitar tahun 1936,
atau pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII (1916 - 1944). Dan Pada tahun
2008 Pemerintah Kota Surakarta mengalokasikan dana untuk merenovasi beberapa
bagian pasar yaitu blok ikan asin dan kelapa. Semenjak itu tampilan Pasar Legi menjadi
seperti yang kita kenal sekarang.

Saat ini Pasar Legi terdiri dari dua lantai. Hal ini dikarenakan jumlah pedagang
semakin bertambah sementara luas pasar sudah terbatas. Berbeda dengan pasar
berlantai dua atau lebih pada umumnya, Pasar Legi mampu mempertahankan aktivitas
jual beli tetap tinggi di lantai dua. Meskipun dijadikan dua lantai namun kegiatan jual beli di
lantai dua tetap berlangsung ramai.
commit to user

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada Pasar Legi ketika kita ingin masuk pasar kita akan dihadapkan pada dua
pilihan yaitu turun ke lantai 1 atau naik ke lantai 2. Sehingga posisi halaman pasar serupa
dengan bordes pada sebuah lantai sehingga terkesan tidak berat untuk naik atau turun
karena hanya tinggal menempuh setengah tangga. Pembeli yang ingin ke lantai 2 atau
lantai 1 pada dasarnya dihadapkan pada pilihan yang sama. Artinya jika pembeli ingin ke
lantai 2, dia harus naik setengah tangga terlebih dahulu baru turun jika ingin keluar.
Sementara pembeli yang ingain ke lantai 1 harus turun setengah tangga terlebih dahulu
baru naik jika ingin keluar.

Strategi tersebut hampir sama dengan yang dijumpai di Pasar Gede. Namun yang
membedakan adalah lantai dua pada Pasar Gede hanya seperti sebagai pelengkap atau
tambahan. Karena pada Pasar Gede di lantai dua digunakan sebagai gudang, mushola,
kantor pengelola, pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging.
Keberadaan gudang, musola dan kantor pengelola tentunya hanya mengundang sedikit
pembeli untuk ke lantai dua. Daya Tarik bagi pembeli untuk naik ke lantai dua hanya
karena adanya pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging.
Pedagang makanan dan pedagang bunga dapat digolongkan kebutuhan tersier sehingga
seharusnya berada di lantai satu. Sementara grosir buah kurang menarik pembeli karena
di lantai satu suda ada penjula buah, otomatis pembeli yang naik ke lantai dua hanya
untuk membeli daging.

Sementara pada Pasar Legi keberadaan lantai satu dan dua merupakan sebuah
kesatuan dimana tidak ada yang lebih dominan. Dari luas lantai pun luas lantai dua hampir
sama dengan lantai satu hanya pada lantai dua terdapat void untuk sirkulasi udara.
Komoditas daganganpun juga ditata sesuai zona masing-masing.

Namun pada Pasar Legi muncul permasalahan terutama yang terjadi pada lantai
satu. Karena lantai dua dibuat penuh dan void yang ada sangat kecil, sirkulasi udara di
lantai satu menjadi tidak lancar. Kondisi ini menjadikan suasana menjadi pengab dan
panas sehiongga kurang nyaman bagi pembeli. Kecilnya void yang ada juga
mengakibatkan suasana di lantai satu cenderung gelap sehingga terdapat penjual yang
menggunakan pencahayaan buatan meskipun di siang hari.
commit to user

62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kabupaten Madiun

A. Tinjauan Kabupaten Madiun


Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Timur. Kabupaten Madiun berada pada posisi yang strategis karena dilintasi jalur utama
Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau
Jawa. Potensi yang menonjol saat ini adalah pertanian padi, kedelai, palawija, perkebunan
kakao, kopi, mangga, durian, rambutan dan produk hasil hutan dan produk olahan lainnya
seperti kerajinan kayu jati dan lain sebagainya.
Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di Kota Madiun dan
tepat pada Hari Jadi Kabupaten Madiun ke-442, keluar Peraturan Pemerintah No.52 Tahun
2010 mengenai pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah
Kecamatan Mejayan. Sehingga dapat diprediksi perkembangan wilayah yang paling progresif
berlangsung di Kecamatan Mejayan.

commit to user
Gambar 17. Peta Kabupaten Madiun
Sumber : Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Madiun 2009

63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A.1. Kondisi Fisik


1. Geografis
Secara geografis Kabupaten Madiun terletak di sekitar 7o 12’ -7o 48’ 30’’ Lintang
Selatan dan 111o 25’ 45’’ - 111o 51’ Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah 1.010,86
Km2 dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Bojonegoro.
Sebelah timur : Kabupaten Nganjuk.
Sebelah selatan : Kabupaten Ponorogo.
Sebelah barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi.

Jarak antara Kabupaten Madiun dengan Ibukota Provinsi Jawa Timur kurang
lebih 175 Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota negara kurang lebih 775
Km dengan arah sebaliknya. Kabupaten Madiun terbagi menjadi 15 kecamatan,
kecamatan terluas adalah Kecamatan Kare dan yang terkecil adalah Kecamatan
Sawahan.

Tabel Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009

No Nama Kecamatan Luas Wilayah ( Km2 )


1 Kebonsari 47,45
2 Geger 36,61
3 Dolopo 48,85
4 Dagangan 72,36
5 Wungu 45,54
6 Kare 190,85
7 Gemarang 101,97
8 Saradan 152,92
9 Pilangkenceng 81,34
10 Mejayan 55,22
11 Wonoasri 33,93
12 Balerejo 51,98
13 Madiun commit to user 35,93

64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14 Sawahan 22,15
15 Jiwan 33,76

Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009


Sumber : BPS Kab. Madiun 2009

Kabupaten Madiun juga memiliki hutan yang cukup luas. Tercatat lebih dari 26
persen desa di Kabupaten Madiun terletak di tepi/sekitar kawasan hutan. Bahkan ada
juga yang berada di dalam kawasan hutan.

2. Topografi
Untuk topografi wilayah, sekitar 13 persen lebih bertopografi lereng/punggung
bukit, dan sisanya dataran (PODES, 2008). Bagian utara wilayah Madiun berupa
perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah
merupakan dataran tinggi dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa
pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Gunung Liman. Secara garis besar
wilayah Kabupaten Madiun berada pada ketinggian 100-500 mdpl. Posisi terendah
berada di lembah-lembah Bengawan Madiun yang berada dekat dengan pusat Kota
Madiun dengan ketinggian antara 21-100 mdpl sementara kecamatan tertinggi yaitu
dengan ketinggian > 2000 mdpl adalah Kecamatan Kare.

Tabel Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009

Topografi Wilayah
Jumlah
No Kecamatan Lembah/Daerah Lereng/punggun Dataran
Aliran Sungai g bukit
1 Kebonsari - - 14 14
2 Geger - - 19 19
3 Dolopo - 2 10 12
4 Dagangan - 4 13 17
5 Wungu - 4 10 14
6 Kare - 8 - 8
7 Gemarang - 4 3 7
8 Saradan - 3 12 15
commit to user

65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9 Pilangkenceng - - 18 18
10 Mejayan - 1 13 14
11 Wonoasri - - 10 10
12 Balerejo - - 18 18
13 Madiun - - 13 13
14 Sawahan - - 13 13
15 Jiwan - 1 13 14
Jumlah - 27 179 206

Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009


Sumber : BPS Kab. Madiun 2009
3. Klimatologi
Curah hujan di Kabupaten Madiun pada Tahun 2008 rata-rata mencapai 1.656
mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari hujan/tahun. Intensitas hujan di
Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 – 19,48 mm/bulan. Artinya intensitas hujan di
Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah. Berdasarkan jumlah hari hujan di
masing-masing kecamatan, rata-rata hari hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada
bulan Desember hingga Maret dan hari hujan dengan intensitas rendah terjadi pada
bulan Juli hingga Oktober.
Dengan tipe iklim yang ada di Kabupaten Madiun maka berdasarkan Schmidt dan
Ferguson, wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan
daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim laut dan
iklim pegunungan dengan temperatur berkisar antara 20 - 35 0 C.
4. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Madiun cukup beragam namun yang cukup dominan
adalah jenis tanah aluvial dengan prosentase sebesar 36 % dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Madiun dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare
dan Kecamatan Gemarang. Jenis tanah alluvial cocok dimanfaatkan untuk pertanian
padi, palawija dan perikanan. Selain itu tanah alluvial mudah untuk dikelola sebagai
pengembangan fisik kawasan perkotaan. Selain tanah alluvial terdapat juga jenis tanah
mediteran (26%), tanah grumosol (21%), tanah latosol (13%), tanah litosol (4%).
5. Tata Guna Lahan
commit to user

66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alam Kabupaten Madiun adalah alam pertanian. Pada musim penghujan cocok
untuk tanaman padi dan pada musim kemarau biasa untuk tanaman tembakau dan
polowijo.
Lingkungan fisik Topografi Tanah Kabupaten Madiun cukup beragam. Wilayah
Gunung dan lereng terdapat di dua tempat yaitu di Gunung Willis dan Gunung Pandan.
Yang membedakan, di Gunung Wilis dan lerengnya banyak terdapat hutan alam, hutan
pinus dan tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, serta tanaman perkebunan.
Sementara lingkungan fisik Gunung Pandan didominasi hutan jati dan tanaman tegalan
seperti umbi-umbian.
Daerah lembah dan persawahan terdapat di sebagian besar wilayah Kabupaten
Madiun sisi Barat dekat dengan Bengawan Madiun dan anak-anak sungainya. Lembah-
lembah ini menjadi sentral produksi beras. Kawasan di bagian Selatan Barat, seperti
Dolopo, Geger dan Kebonsari merupakan kawasan persawahan yang memiliki potensi
untuk tanaman padi dan tebu.
Lingkungan fisik yang spesifik berupa hutan produksi terdapat dihampir sebagian
besar wilayah Kabupaten Madiun. Pusat kawasan hutan terdapat diwilayah Kecamatan
Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, Kecamatan Wonoasri, Kecamatan Kare,
Kecamatan Saradan dan Kecamatan Gemarang. Produksi andalannya kayu jati dan
pinus atau getah damar.
6. Kondisi Jalan
Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga
dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Kota-kota kecamatan yang cukup
signifikan adalah Caruban, Saradan, dan Balerejo.

commit to user

67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 18. Diagram Kondisi Permukaan Jalan di Kab. Madiun


Sumber : Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Madiun 2009

7. Hidrologi
Di Kabupaten Madiun terdapat 41 (empat puluh satu) sungai, antara lain Kali Jerohan,
Kali Kembang, Kali Bruwok, Kali Notopuro, Kali Catur, Kali Asin, Kali Sono, Kali Sareng
dan kali-kali lainnya. Kawasan di bagian selatan Kabupaten Madiun merupakan daerah
resapan air hujan yang diperkirakan merupakan areal cadangan air tanah walupun
terbatas kapasitasnya. Kondisi ini ditandai dengan adanya sumber-sumber air di
Kabupaten Madiun yang berjumlah 114 sumber air. Sumber-sumber air tersebut
dimanfaatkan untuk air irigasi dan air minum, namun sayangnya dari 114 sumber air
tersebut 10 (sepuluh) sumber air telah tidak berfungsi lagi (mati). Sumber-sumber air
lainnya berupa waduk-waduk yang tersebar di Kabupaten Madiun yang terdiri dari 4
(empat) waduk dan 19 (sembilan belas) waduk lapangan.

A.2. Kondisi Sosial

1. Kependudukan dan Tenaga Kerja


Data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menyebutkan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Madiun pada akhir tahun 2009 adalah 770.440 jiwa. Dengan
perbandingan / Sex Ratio sebesar 99,73. Yang berarti penduduk perempuan di
Kabupaten Madiun lebih banyak dari penduduk laki lakinya. Kepadatan penduduk
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kecamatan dengan tingkat kepadatan
commit to user

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Geger. Sedangkan yang tingkat kepadatan
penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Kare.
Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun
Periode 2005-2009 Menurut Kecamatan
Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun
No Kecamatan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Kebonsari 53. 565 53. 688 53. 688 61. 016 60. 948
2 Geger 58. 531 59. 312 59. 769 67. 528 67. 604
3 Dolopo 52. 273 52. 448 52. 847 62. 787 62. 831
4 Dagangan 48. 307 49. 235 49. 511 53. 657 53. 822
5 Wungu 51. 488 51. 716 52. 005 62. 596 62. 907
6 Kare 30. 222 31. 964 33. 046 34. 940 35. 130
7 Gemarang 32. 200 32. 422 32. 486 35. 696 35. 869
8 Saradan 61. 984 62. 345 62. 304 75. 218 75. 331
9 Pilangkenceng 54. 564 54. 464 54. 290 58. 711 58. 636
10 Mejayan 42. 231 42. 980 43. 250 50. 810 50. 984
11 Wonoasri 32. 622 32. 681 32. 750 35. 034 34. 897
12 Balerejo 44. 491 44. 578 44. 480 45. 184 45. 171
13 Madiun 38. 023 37. 965 38. 041 39. 696 39. 803
14 Sawahan 25. 873 25. 867 25. 845 26. 487 26. 267
15 Jiwan 55. 200 55. 210 55. 222 60. 253 60. 240
Jumlah 681. 574 686. 875 689. 534 769. 613 770. 440

Tabel 4. Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun Periode 2005-2009 Menurut Kecamatan
Sumber : BPS Kab. Madiun 2009

Pertumbuhan penduduk rata-rata di Kabupaten Madiun tetap dalam kisaran 0,57 %.


Untuk menganalisa laju pertumbuhan dalam memproyeksikan jumlah penduduk di
Kabupaten Madiun adalah sebesar 0,87% karena berkaitan dengan rencana
pembangunan dan kebijakan pemerindah daerah seperti pembangunan jalan bebas
hambatan, peningkatan status Perkotaan Mejayan menjadi ibu kota Kabupaten Madiun,
rencana pengembangan Kawasan Agropolitan. Sehingga sesuai analisa yang terdapat
pada RTRW Kab Madiun tahun 2009-2029 prediksi jumlah penduduk pada tahun-tahun
commit
berikutnya seperti pada tabel di bawah ini. to user

69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun tahun 2009-2029


No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
1 2007 689.534
2 2009 701.584
3 2014 732.639
4 2019 765.068
5 2024 798.932
6 2029 834.296

Tabel 5. Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun 2009-2029


Sumber : Bappeda “Rencana RTRW Kota Caruban 2009-2029”

Hasil Survei Tenaga Kerja Nasional dari BPS menyebutkan jumlah angkatan kerja usia
15 tahun ke atas tahun 2009 turun sekitar 2,7 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara sektor usaha dengan jumlah pekerja usia 15 tahun ke atas terbanyak tahun
2009 adalah sektor pertanian. Disusul kemudian sektor PILK (Pertambangan, Industri,
Listrik, Konstruksi) dan yang paling sedikit adalah sektor PJTK (Perdagangan, Jasa,
Transportasi dan Keuangan).
Mayoritas penduduk di Kabupaten Madiun beragama Islam yaitu sebesar 764.377 jiwa
atau sebesar 99,21 persen. Disusul kemudian dengan pemeluk agama Kristen
Protestan yang menempati urutan kedua dengan 0,59 persen. Sisanya memeluk
agama Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan ada pula yang menjadi penganut
kepercayaan.

2. Pemerintahan
Kabupaten Madiun terbagi atas 15 Kecamatan yang dibagi lagi menjadi 198 Desa dan
8 Kelurahan. Satuan wilayah terkecil adalah Rukun Tetangga. Hasil PODES 2008
mencatatkan jumlah Rukun Tetangga di Kabupaten Madiun sebanyak 4.827 RT.
Sampai dengan tahun 2009, Kabupaten Madiun telah berganti Bupati sebanyak 37 kali.
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Bupati didukung oleh 3.074 aparat desa,
atau 15 persen lebih banyak dari tahun 2008 lalu. Sementara menurut Badan
Kepegawaian Daerah, PNS di Kabupaten Madiun sampai dengan akhir tahun 2009
tercatat sebanyak 9.988 orang, yang didominasi oleh sarjana dan lulusan SMA.
commit to user

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Kebudayaan
Kebudayaan masyarakat Kabupaten Madiun banyak dipengaruhi oleh budaya
Mataraman dan Islam. Sikap hidup sehari-hari sangat sederhana suka bekerja keras,
kenyal tehadap pengaruh kehidupan dan budaya asing. Adapun seni budaya yang ada
meliputi Dungkrek, Thuk Thuk Brug, Orek-Orek, Kethoprak, Jedor, Campursari, dan
Wayang Kulit.

4. Pariwisata
Selain Seni dan Budaya, Kabupaten Madiun juga memiliki obyek wisata yang terus-
menerus diupayakan pengembangannya, diantaranya adalah Waduk Widas yang
terletak pada arah Timur Kota Caruban, Taman Wisata Umbul yang terletak pada arah
Selatan Kecamatan Dolopo, Monumen Kresek yang terletak di Desa Kresek
Kecamatan Wungu dan Wana Wisata Grape.

Gambar 19. Peta Potensi Wisata Kabupaten Madiun


Sumber : Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Madiun 2009

commit to user

71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A.3. Kondisi Ekonomi

1. Pertanian
Penduduk Kabupaten Madiun sebagian besar tinggal di daerah pedesaan sehingga
sesuai potensi daerah yang agraris maka mata pencaharian penduduk Kabupaten
Madiun sebagian besar adalah bekerja di bidang pertanian. Baik sebagai petani pemilik
lahan maupun petani penggarap alias buruh tani.
Produktivitas padi sawah pada tahun 2009 meningkat sebesar 0,11 ton/Ha. Walaupun
luas panen dan produksinya mengalami penurunan. Begitu pula halnya dengan Kacang
Hijau. Sedangkan jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai mengalami
peningkatan produktivitas sekaligus juga peningkatan luas panen serta produksinya.
2. Perdagangan
Jumlah pemilik Surat Ijin Perdagangan (SIUP) untuk golongan usaha besar, menengah
dan kecil serta Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Pada Tahun 2009 berjumlah 9.286 usaha, yang berarti meningkat sekitar
7,96 persen dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 8.601 usaha.
Jumlah pedagang besar, menengah maupun kecil juga mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, termasuk pada tahun 2009.
Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004 – 2008 (%)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
No Sektor
2004 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 2,34 2,53 2,77 2,95 5,16
2 Pertambangan & Penggalian 3,77 3,65 -2,22 1,07 -3,73
3 Industri Pengolahan 8,73 13,23 9,89 8,66 6,54
4 Listrik dan Air Bersih 3,27 3,41 5,39 4,47 8,98
5 Bangunan 1,95 4,28 6,93 4,48 3,96
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,58 7 5,46 6,99 5,70
7 Pengangkutan & Komunikasi 4,86 5,49 7,94 8,7 11,10
8 Keuangan, Persewaan & Jasa 4,99 7,39 4,26 5,58 4,76
Perusahaan
9 Jasa-jasa 2,23 3,38 5,42 5,63 5,34

Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004-2008


Sumber : BPS Kab. Madiun 2009

Dari data tersebut pertumbuhan ekonomi pada sektor perdagangan rata-rata dalam 5
tahun selama kurun waktu 2004-2008 sebesar 5,946 % .

commit to user

72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. TINJAUAN KOTA CARUBAN

B.1. Orientasi dan Batas Wilayah Kota Caruban

Posisi Kota Caruban terletak sebelah timur dari Kota Madiun (Kotamadya Madiun),
dalam Kabupaten Madiun. Berkaitan dengan keluarnya PP No. 52 Tahun 2010 Kota Caruban
diarahkan sebagai pusat dari Ibukota Kabupaten Madiun. Secara administratif Kota Caruban
berbatasan dengan :

· Sebelah Utara : Desa Purworejo, Pilangkenceng, Sumbergandu, dan Desa


Kedungmaron ( Kecamatan Pilangkenceng )
· Sebelah Timur : Desa Sukorejo, dan Desa Bongsopotro ( Kecamatan
Saradan )
· Sebelah Barat : Desa Tapelan ( Kecamatan Balerejo )
· Sebelah Selatan : Desa Bancong ( Kecamatan Wonoasri ), Desa Kaliabu,
Klecorejo dan Desa Sukodadi ( Kecamatan Mejayan )

Wilayah Kota Caruban berdasarkan Perda No. 21 tahun 1998 tentang Evaluasi/Revisi
RUTRK/RDTRK Caruban meliputi 14 desa/kelurahan yang masuk dalam lima wilayah
administrasi kecamatan.

Tabel Rincian Luas Kota Caruban

No Kecamatan Desa / Kelurahan Luas (Ha)


1 Kec. Mejayan Kelurahan Krajan 70,16
Kelurahan Pandean 40,81
Kelurahan Bangunsari 133,01
Desa Mejayan 278,43
Desa Ngampel 203,77
Desa Kaligunting 256,70
2 Kec. Wonoasri Desa Purwosari 192,17
Desa Buduran 230,08
Desa Klitik 248,10
3 Kec. Pilangkenceng Desa Wonoayu 108,20
commit
Desa to user
Kedungrejo 320,20

73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4 Kec. Saradan Desa Bajulan 157,20


Desa Ngepeh 161,00
5 Kec. Balerejo Desa Bulakrejo 229,30
Jumah 2.629,13

Tabel 7. Rincian Luas Kota Caruban


Sumber : Bappeda “Perda No. 21 Tahun 1998”

B.2. Topografi

Wilayah Kota Caruban ditinjau dari topografi atau kemiringan lahan relatif datar
dengan kemiringan 0 – 8 %, kemiringan lahan 0 – 2 % terletak di bagian utara kota,
sedangkan kemiringan 2 – 8 % terdapat di Desa Kaligunting. Ketinggian lahan berkisar 70
sampai dengan 80 m di atas permukaan air laut.

B.3. Perekonomian Kota

Kegiatan perekonomian Kota Caruban ditunjang oleh beberapa sektor kegiatan,


berupa kegiatan pertanian tanaman pangan, industri maupun perdagangan. Sektor pertanian
yang utama adalah produksi pertanian tanaman pangan (produksi padi) dan palawija, sektor
peternakan terutama ternak besar/kecil dan unggas.

Di samping itu dari sektor perindustrian yang nampak cukup berperan dalam
menunjang kehidupan perikonomian dari wilayah Kota Caruban dan sekitarnya adalah industri
rumah tagga (pembuatan brem, anyaman bambu, batu bata, dan penggilingan padi), juga
industri menengah.

B.4. Sarana dan Prasarana Kota

a. Fasilitas Perekonomian
Fasilitas perekonomian yang ada dalam menunjang kelancaran kegiatan
perekonomian di wilayah Kota Caruban adalah pasar umum, pasar hewan,
pertokoan, perbankan, perkantoran, rumah makan, pom bensin dan gudang.
No Kecamatan Pasar Swalayan Toko
1 Mejayan 3 8 237
2 Saradan - commit to user
- 61

74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3 Wonoasri - - -
4 Pilangkenceng 1 - 12
5 Balerejo - - 7
Jumlah 4 8 312

Tabel 8. Fasilitas Perekonomian di Kota Caruban


Sumber : BPS kecamatan dalam angka tahun 2009

b. Drainase dan Sanitasi


Sistem jaringan sanitasi pembuangan air kotor maupun air hujan di wilayah Kota
Caruban pada umumnya masih sangat sederhana dan sebagian besar
memanfaatkan saluran pembuang dan sungai yang ada.
c. Air Bersih
Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih bagi keperluan sehari-hari penduduk
wilayah Kota Caruban, sebagian besar dipenuhi dari air sumur dan air PDAM.
d. Persampahan
Penanganan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan kegiatan lainnya
(perkantoran, pasar dan sebainya) sudah ditangani oleh Dinas Kebersihan dan
Pertaman Kabupaten Madiun, dengan cara pengelolaan sampah melalui TPS atau
Transfer Depo ke TPA.
e. Sarana dan Prasarana Transportasi
Jumlah dan jenis kendaraan yang ada di Kota Caruban dapat dinilai sebagai potensi
penghasil pergerakan lalu lintas di dalam kota. Jumlah dan jenis pemilikan kendaraan
yang ada di Kota Caruban meliputi berbagai jenis kendaraan bermotor dan tidak
bermotor. Jenis dan jumlah kendaraan yang cukup banyak adalah jenis sepeda 5.172
buah, sepeda motor 4.730 buah, dan mobil 170 buah. Sarana perangkutan umum
yang mjelintasi Kota Caruban meliputu; angkutan bus, colt dan angkutan pedesaan,
juga terdapat angkutan ojek dan becak.
Prasarana transportasi yang ada di Kota Caruban, secara konstruktif terbagi dalam
tiga jenis perkerasan yakni aspal, macadam dan tanah. Jaringan jalan tersebut
berfungsi sebagai jalan primer (arteri primer) dan jalan sekunder. Jaringan jalan arteri
primer menghubungkan kota Madiun-Surabaya dan Surabaya-Solo, jaringan jalan
commit to user
sekunder merupakan jaringan-jaringan jalan yang terdapat di dalam Kota Caruban.

75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B.5. Wilayah Perencanaan Kota Caruban

Wilayah perencanaan Kota Caruban yang telah dijabarkan dalam arahan RUTRK
adalah seluruh wilayah kota dengan luas 2.629,13 Ha yang terbagi menjadi 10 BWK dengan
rincian sebagai berikut :

1. BWK A (pusat kota) dengan luas 195,73 Ha meliputi Desa Purwosari, Krajan,
Pandean, Bangunsari dan Ngampel.
2. BWK B (sub pusat kota) dengan luas 268,87 Ha meliputi Desa/Kelurahan Buduran,
Purwosari dan Ngampel.
3. BWK C (sub pusat kota) dengan luas 149,33 Ha meliputi Desa/Kelurahan Bangunsari
dan Ngampel.
4. BWK D (sub pusat kota) dengan luas 142,67 Ha meliputi Desa/Kelurahan Bangunsari
dan Mejayan.
5. BWK E (sub pusat kota) dengan luas 198,39 Ha meliputi Desa/Kelurahan Mejayan.
6. BWK F (sub pusat kota) dengan luas 218,44 Ha meliputi Desa/Kelurahan Purwosari,
Krajan dan Pandean.
7. BWK G (sub pusat kota) dengan luas 477,40 Ha meliputi Desa/Kelurahan Klitik,
Krajan, Pandean, Bangunsari dan Ngampel.
8. BWK H (sub pusat kota) dengan luas 326,55 Ha meliputi Desa/Kelurahan Wonoayu
dan sebagian Kedungrejo.
9. BWK I (sub pusat kota) dengan luas 234,05 Ha meliputi Desa/Kelurahan sebagian
Kedungrejo dan Bajulan.
10. BWK J (sub pusat kota) dengan luas 417,70 Ha meliputi Desa/Kelurahan Ngepeh dan
Kaligunting sela.

B.6. Penetuan Fungsi Bagian Wilayah Kota

A. BWK-A (Pusat Kota)

Fungsi BWK ini adalah sebagai pusat pengembangan perdagangan regional, jasa,
pemerintahan regional, pangkalan kendaraan umum, kesehatan dan pendidikan. Komponen-
komponen ruang BWK A ini meliputi :

1. Komponen ruang utama:


a. Kawasan pertokoan/jasa/pasar
b. Kawasan perkantoran commit to user

76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Kawasan pendidikan
d. Kawasan kesehatan
e. Kawasan sub ter minal
f. Kawasan stasiun
2. Komponen ruang penunjang:
a. Kawasan perumahan
b. Ruang terbuka hijau/taman/rekreasi
c. Jaringan transportasi

B. BWK-B
BWK ini berfungsi sebagai kawasan industri dan perumahan, komponen-komponen
ruang yang diarahkan, sebagai berikut:

1. Komponen ruang utama:


a. Industri pergudangan
b. Perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

C. BWK-C
BWK ini berfungsi sebagai kawasan industri/gudang dan kawasan perumahan.
Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah:
1. Fasilitas utama:
a. Kawasan industri pergudangan
b. Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

D. BWK-D
BWK ini berfungsi sebagai kawasan terminal regional, pendidikan dan kawasan
perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah:
1. Fasilitas utama:
a. Kawasan terminal regional
commit to user
b. Kawasan pendidikan

77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan


2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

E. BWK-E
BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK
ini adalah:
1. Fasilitas utama:
Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

F. BWK-F
BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK
ini adalah:
1. Fasilitas utama:
Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

G. BWK-G
BWK ini berfungsi sebagai kawasan industri/gudang dan kawasan perumahan.
Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah:
1. Fasilitas utama:
Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi
commit to user
H. BWK-H

78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK
ini adalah:
1. Fasilitas utama:
Fasilitas utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

I. BWK-I
BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK
ini adalah:
1. Fasilitas utama:
Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

3. BWK-J
BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK
ini adalah:
1. Fasilitas utama:
Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan
2. Komponen ruang penunjang:
a. Perdagangan lokal
b. Pelayanan umum
c. Ruang terbuka/taman dan olah raga
d. Jaringan transportasi

B.7. Rencana Intensitas Penggunaan Tanah BWK

Rencana intensitas penggunaan tanah/tata bangunan ini didasari atas kebijaksanaan


tentang intensitas penggunaan ruang pada masing-masing penggunaan lahan. Rencana ini
akan meliputi rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB), ketinggian dan Koefisien Lantai
Bangunan (KLB).

commit to user

79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010

KDB pada Penggunaan Lahan


No BWK Perdagangan Perkantoran Fasilitas Perumahan Industri/
& Jasa Umum Gudang
1 BWK A 0,6 – 0,9 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7
2 BWK B 0,6 – 0,9 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 < 0,4
3 BWK C 0,6 – 0,9 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,4 – 0,7 < 0,4
4 BWK D 0,6 – 0,9 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7
5 BWK E 0,6 – 0,8 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7
6 BWK F 0,6 – 0,8 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7
7 BWK G 0,6 – 0,8 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 < 0,4
8 BWK H 0,6 – 0,8 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7
9 BWK I 0,6 – 0,8 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7
10 BWKJ 0,6 – 0,8 0,4 – 0,6 0,4 – 0,6 0,4 – 0,7
Tabel 9. Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010
Sumber : Bappeda “Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”

Tabel Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010

Ketinggian Bangunan pada Penggunaan Lahan


No BWK Perdagangan Perkantoran Fasilitas Perumahan Industri/
& Jasa Umum Gudang
1 BWK A 1–4 1–3 1–3 1–2 -
2 BWK B 1–3 1–2 1–2 1–2 1
3 BWK C 1–2 1–2 1–2 1–2 1
4 BWK D 1–3 1–2 1–2 1–2 -
5 BWK E 1–2 1–2 1–2 1–2 -
6 BWK F 1–2 1–2 1–2 1–2 -
7 BWK G 1–2 1–2 1–2 1–2 1
8 BWK H 1–2 1–2 1–2 1–2 -
9 BWK I 1–2 1–2 1–2 1–2 -
10 BWKJ 1–2 1–2 1–2 1–2 -
Tabel 10. Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010
Sumber : Bappeda “Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”

Tabel Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010

KLB pada Penggunaan Lahan


No BWK Perdagangan Perkantoran Fasilitas Perumahan Industri/
& Jasa Umum Gudang
1 BWK A 0,6 – 2,4 0,4 – 1,5 0,4 – 1,5 0,5 – 1,0 -
2 BWK B 0,6 – 1,8 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 < 0,4
3 BWK C 0,6 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 < 0,4
4 BWK D 0,6 – 1,8 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 -
5 BWK E 0,6 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 -
6 BWK F 0,6 – 1,0 0,4 – 1,0
commit to user0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 -
7 BWK G 0,6 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 < 0,4

80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8 BWK H 0,6 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 -


9 BWK I 0,6 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 -
10 BWKJ 0,6 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 -
Tabel 11. Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010
Sumber : Bappeda“Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”

Tabel Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010

Sempadan ( m )
No Jenis Penggunaan Lahan
Muka Belakang Samping
1 Perumahan 3–6 1,5 – 3 1–4
2 Pendidikan 10 – 12 6–8 3–4
3 Kesehatan 8 – 10 5–7 2,5 – 3
4 Peribadatan 4 – 20 2–4 4–6
5 Perdagangan / Jasa 1–8 3–4 3–4
6 Industri / Gudang 50 – 100 25 – 50 25 – 50
7 Perkantoran 4 – 20 4–6 3–4

Tabel 12. Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010
Sumber : Bappeda “Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”

B.8. Isu Strategis Pembangunan Kota Caruban Kabupaten Madiun

a) Kawasan caruban sebagai calon ibu kota sudah ditunjang oleh keberadaan
fasilitas maupun kegiatan skala kabupaten. Selain itu keunggulan calon ibukata
ini adalah berada di jalur primer Surabaya – Jogjakarta-Ponorogo-Magetan
(jalur tengah Jawa), topografi wilayah yang relatif datar sehingga tidak memiliki
batasan fisik dalam pengembangan perkotaan dan kondisi lahan sebagian
besar masih banyak yang belum terbangun.
b) Kegiatan perdagangan dan jasa memiliki skala pelayanan regional,
ketersediaan pasar induk (perdagangan) dan jasa komersil menunjukan potensi
yang cukup besar serta didukung aksesibilitas yang merupakan factor utama
yang mendukung fungsi.
c) Rencana jalan toll
Pembangunan toll ruas Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-kertosono (Trans
Jawa). Rencana dituangkan dalam SK Menteri PU No 369/KTSP/M/2005
d) Rencana Jalur lingkar selatan Caruban

commit to user

81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemecahan arus jalur lingkar yang memusat di Jl Panglima Sudirman


perkembangan kota akan semakin cepat yang nantinya akan muncul fasilitas
skala kota
e) Rencana Jalur tembus Caruban – Kabupaten Bojonegoro
Rencana pembangunan jalan tembus Caruban-Bojonegoro merupakan
salahsatu issue strategis mengingat keberadaan hitterland diperlukan untuk
menyediakan kebutuhan pada kawasan yang berkembang. Disamping itu untuk
mendukung keberadaan objek wisata yang berada di Kota Caruban.

C. Tinjauan Pasar Umum Caruban


C.1. Kondisi Fisik

Gambar 20. Lokasi Pasar Umum


Sumber : google.earth

Pasar Umum Caruban terletak di Desa Pandean Kecamatan Mejayan. Pasar


Umum Caruban merupakan pasar darurat yang saat ini digunakan untuk menampung
pedagang setelah terjadi kebakaran pada Pasar Caruban pada tahun 2006. Pasar ini
termasuk kategori pasar kelas I karena letaknya berada pada jalur lalu lintas antar
propinsi. Pasar ini buka setiap hari dari pagi hingga malam. Batas – batas wilayahnya
sebagai berikut :
· Utara : Pemakaman, Pemukiman dan Pertokoan
· Timur : Pemukiman dan Pertokoan
· Selatan : Pemukiman
· Barat : Pemukiman

commit to user

82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pasar Umum Caruban terletak tepat di tepi Jalan Raya Panglima Sudirman –
Caruban Kabupaten Madiun dengan luas lahan + 8.000 m2. Di sisi kiri Pasar adalah
Jalan Salak, di sisi kanan adalah Jalan Mendut, sedang di sisi belakang pasar adalah
Jalan Mangga. Pasar ini merupakan pasar terbesar kedua setelah Pasar Dolopo
(11.992 m2 ) namun memiliki jumlah pedagang terbanyak di bandingkan pasar lain di
Kabupaten Madiun. Pasar Umum Caruban memulai aktivitas jula beli mulai dari jam 8
pagi sampai jam 10 malam.

4 ,0 0 4 ,0 0
JL. P. Sudirman
, 0
4
, 0
4 4 ,0 0
C , 0
4
3 ,0 0

3 ,0 0

3 ,0 0

3 ,0 0

3 ,0 0

3 ,0 0
2 ,0 0 , 0
3

2 ,0 0
2 ,0

2 ,0
, 0

, 0

, 0

, 0
3

4
2 ,0 0 , 0
2
, 0
2 , 0
2
3 ,0 2 ,0 0 3 ,0 0
, 5
2 0 2 ,5 0
2 ,0 0 2 ,0 0 1 ,5 0 2 ,0 0
1 ,5
0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0
2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

4 ,0 0
4 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0
2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

Jl. Mendut
1 ,5 0
1 ,5
0 2 ,0 0 2 ,0 0 3 ,0 0
, 0
3
, 0

, 0

, 0

, 0
2

, 0

, 0
2

2
2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0

2 ,0 0
1 ,5 0
2 ,0 0

3 ,0 0 , 0
3
3, 0

, 0

, 0
2

2 ,0 0

2 ,0 0
,0 0

,0 0
2

, 0

, 0
2

2
B
3 ,0 0 , 0
3

2 ,0 0

2 ,0 0
2 ,0 0

2 ,0 0
, 0
2 2 ,0 0 2 ,0 0 , 0
3
2 ,0 0 1 ,3 0

1 ,0 0

1 ,0 0

2 ,0 0
1 ,0 0

4 ,0 0
,3 0
1 , 0
1

, 0
1
, 0
1

Jl. Mangga
, 0

, 0
1

1
, 0

, 0
1

1
, 0
1

1 ,0 0
1 ,0 0
3 ,0 0

M
,0 0
3

A
Jl. Salak

Gambar 21: Siteplan Pasar Umum Caruban


Sumber : Bappeda “Studi Kelayakan Pasar Umum” Caruban”

commit to user

83
Sebelah utara pasar berbatasan dengan Jalan Sudirman dan
pemakaman serta pertokoan

Sebelah barat pasar berbatasan Sebelah timur pasar berbatasan


dengan Jalan Salak dan pemukiman dengan Jalan Mendut dan
penduduk pemukiman serta pertokoan

Gambar 22. Batas-Batas Pasar Umum Caruban


Sumber: Dokumentasi pribadi
84
Sebelah selatan pasar berbatasan dengan Jalan Mangga dan
pemukiman penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada Pasar Umum Caruban saat ini belum tersedia area parkir yang memadai
bagi kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain ini tempat bongkar muat barang
juga belum ditempatkan pada posisi yang jelas sehingga kegiatan bongkar muat sering
dijumpai di sembarang tempat seperti di Jalan Sudirman dan Jalan Mendut. Sementara
untuk area parkir yang tersedia hanya di bagian timur pasar namun area parkir ini
belum bisa menampung seluruh kendaraan pembeli. Sehingga banyak dari pembeli
memarkir kendaraan mereka di tepi jalan yang mengelilingi pasar. Hal ini
mengakibatkan terjadinya kemacetan terutama di Jalan Sudirman karena terjadinya
penyempitan jalan. Bagi pembeli yang menggunakan kendaraan roda dua dapat pula
memarkir kendaraan dalam pasar namun hal ini membahayakan bagi pembeli lain
karena area sirkulasi dalam pasar yang sempit dan ramai oleh aktivitas pasar.
Untuk transportasi umum di Pasar Umum Caruban yang tersedia juga cukup
beragam yaitu angkuta, ojek, becak dan delman. Tiap dari angkutan umum tersebut
memiliki zona sendiri untuk ngetem menunggu datangnya penumpang. Zona untuk
angkuta ngetem berada di sebelah barat pasar yaitu disepanjang Jalan Salak. Untuk
tukang ojek disediakan tempat mangkal di sisi timur pasar yaitu di pertigaan antara
Jalan Sudirman dan Jalan Mendut. Sementara untuk becak dari hasil pengamatan
mangkal berada di sepanjang Jalan Sudirman dan sebagian di Jalan Mendut. Untuk
delman sendiri jumlahnya tidak sebanyak angkutan umum lain dan berada di gang
depan pasar.
Kondisi bangunan, kios dan los Pasar Umum Caruban saat ini berupa
bangunan yang sederhana dan semi permanen. Pada lahan seluas + 8.000 m2 dibagi
menjadi 3 zona/blok. Tipa zona/blok dibatasi oleh jalur sirkulasi utama dimana ujung
dari dari tiap jalur ini merupakan entrance pasar. Pada Pasar Umum Caruban
pembagian zona belum jelas berdasarkan ketentuan apa. Karena dari pengamatan di
lapangan pedagang sering bercampur tidak terkelompok pada satu zona.

commit to user

85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan Umum Pasar Umum Caruban


No Keterangan
1 Jumlah Utilitas yang tersedia di Pasar - Hidran
- Gardu Travo
- Tempat Sampah/Gerobak Sampah
- Lainnya (Satpam)
2 Jumlah Fasilitas yang tersedia di - MCK
Pasar - Telepon Umum/Coin/Kartu
- Ruang Terbuka
- Lainnya (Wartel)
3 Kios berjumlah 136 unit - Kios dengan ukuran 3x4 m berjumlah 90 unit
- Kios dengan ukuran 3x3 m berjumlah 45 unit
- Kios dengan ukuran 3x1 m berjumlah 1 unit
4 Los berjumlah 891 unit - Los dengan ukuran 2x2 m berjumlah 318 unit
- Los dengan ukuran 2x3 m berjumlah 130 unit
- Los dengan ukuran 2x1,5 m berjumlah 140
unit
- Los dengan ukuran 1x1 m berjumlah 253 unit
- Los dengan ukuran 1x1,3 m berjumlah 34 unit
- Los dengan ukuran 1x2 m berjumlah 16 unit

Luas Lantai total adalah 4289,2 m2, luas ruang terbuka (Open Space) yang ada di pasar 576
m 2.

Tabel 13. Keterangan Umum Pasar Umum Caruban


Sumber : Dispenda “Pasar Umum Caruban”

commit to user

86
Jalan Sudirman sebagai jalur lintas Area parkir motor di sebagian
propinsi selalu ramai kendaraan Jalan Mendut
Gang di depan pasar digunakan Jalan Mendut sebelah timur pasar
untuk mangkal beberapa delman digunakan untuk bongkar muat
K E L U R AH A N K R A JA N

Ke N ganjuk
K e M a d iu n J L . P . S u d ir m a n

Jl. Mendut
PASAR CA RUBA N

J l. M a n g g a

J. Sa lak

gg. Blimbing
gg. Nanas
M

t
Jl. Me ndu
M
K E T E RA N G A N :

M M A SJ ID

K E L U R AH A N KR A JA N

Jalan Salak sebelah barat pasar


J EM B A T A N

SU N G A I

digunakan untuk ngetem angkuta J A L A N D I P E R K E R A S /J A L A N R A Y A


U
Perempatan di belakang pasar juga
digunakan ngetem beberapa
J A L A N T A N A H /G A N G / L O R O N G

dan becak
angkuta dan becak

Sungai yang terdapat tidak jauh dari


TPS pasar di belakang pasar 87
Jalan Mangga sebelah selatan
pasar
pasar. Lebar jalan ± 3 m Gambar 23. Kondisi eksisting Pasar Umum Caruban
Sumber: Dokumen pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C.2. Kondisi Non Fisik

Tabel Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban (Darurat) Th. 2011

No Jenis Dagangan Kios Los Jumlah


1 Pakaian/kain 25 228 253
2 Sepatu/tas 7 37 44
3 Gerabah 2 50 52
4 Plastik 0 18 18
5 Imitasi/kemasan 0 22 22
6 Kelonthong/komestik 7 18 25
7 Emas/perak 9 0 9
8 Buku 0 3 3
9 Elektro 2 0 2
10 Jam 3 3 6
11 Kaset 6 0 6
12 Gorden 1 0 1
13 Meracang 24 97 121
14 Makanan/roti 4 43 47
15 Warung 10 36 46
16 Buah 6 17 23
17 Polowijo 3 0 3
18 Kelapa 0 22 22
19 Pisang 0 10 10
20 Sayur 5 22 27
21 Daging sapi 0 16 16
22 Ikan ayam 0 5 5
23 Ikan laut 1 8 9
24 Patri dandang 1 0 1
25 Mainan 1 4 5
26 Penjahit 0 3 3
27 Bunga hias 0 5 5
28 Salon kecantikan & pangkas rambut 4 3 7
29 Alat-alat pertanian (pacul dll) 1 6 7
30 Mendong 0 2 2
31 Tahu 0 3 3
32 Janggelan 0
commit to user 1 1

88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33 Empon-empon 0 6 6
34 Kopi bubuk 0 2 2
Jumlah 122 690 812

Tabel 14. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011
Sumber : Dispenda “Pasar Umum Caruban”

Disamping pedagang yang tertampung baik dalam kios maupun los masih terdapat
sejumlah pedagang onjokan/playon sejumlah ± 348 pedagang yang berjualan di dalam pasar.
Pedagang onjokan/playon ini merupakan sejumlah pedagang kaki lima yang sebelumnya
berjualan di seberang jalan dari Pasar Umum Caruban. Jadi jika ditotal seluruh pedagang
dalam Pasar Umum Caruban berjumlah 1160 orang.
Selain pedagang, aktivitas dalam Pasar Umum Caruban juga melibatkan pengelola
pasar yang merupakan pihak yang bertanggung jawab mengelola kelangsungan pasar.
Pengelola pasar menjalankan aktivitasnya di bawah Dinas Pendapatan Daerah.

Tabel Pengolola Pasar Caruban (Darurat) Th. 2011

No Nama Jabatan
1 Sumanto Kepala Pasar
2 Siti Rahayu Staf
3 Djoko Suprayitno Staf
4 Subandi Staf
5 Supardi Staf
6 Sadimin Staf
7 Sarianto Staf
8 Lamianto Staf
9 Suwarni Staf
10 Bambang Nurianto Staf
11 Dayat Waspodo Staf

Tabel 15. Pengelola Pasar Caruban Th 2011


Sumber : Dispenda “Pasar Umum Caruban”

commit to user

89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keadaan visual Pasar Umum Caruban saat ini.

Gambar 24. Tampak depan Pasar Umum Caruban saat ini


Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 25. Kondisi interior Pasar Umum Caruban


Sumber : Dokumen Pribadi

commit to user

90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 26. Area parkir roda dua di dalam dan di luar pasar
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 27. Saluran drainase di luar dan di dalam pasar


Sumber : Dokumen Pribadi

commit to user

91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun

D.1. Konsep Pengembangan Perkotaan Mejayan

Sehubungan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010


mengenai pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun ke Wilayah Kecamatan Mejayan selaku
salah satu wilayah administratif Kota Caruban maka untuk pemantapan fungsinya sebagai
Ibukota Kabupaten Madiun yang baru dibutuhkan pengembangan prasarana dan sarana di
wilayah ini. Kecamatan Mejayan direncanakan menjadi kawasan yang berperan mendorong
pertumbuhan ekonomi bagi kawasan disekitarnya, selain itu dapat mewujudkan pemerataan
pemanfaatan ruang. Untuk mengantisipasi perkembangan kecamatan Mejayan sebagai
ibukota kabupaten, status kecamatan Mejayan ditingkatkan menjadi perkotaan Mejayan.
Perkotaan Mejayan direncanakan berlokasi di :
· Kecamatan Mejayan terdiri atas 3 (tiga kelurahan) dan 11 (sebelas) desa, yaitu :
kelurahan Krajan, kelurahan Pandean, kelurahan Bangunsari, desa Mejayan, desa
Ngampel, desa Kaligunting, desa Blabakan, desa Wonorejo, desa Kebonagung, desa
Darmorejo, desa Sidodadi, desa Kuncen, desa Klecorejo, dan desa Kaliabu.

Pada rencana RTRW 2009-2029 Kabupaten Madiun yang akan disahkan perkotaan Mejayan
masuk pada Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP-I) dimana fungsi dari SSWP-I ini
adalah sebagai pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan umum, pertanian,
perikanan, kehutanan, permukiman dan industri. Karena perkotaan Mejayan direncanakan
menjadi salah satu generator baru bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun, perkotaan
Mejayan sebagai SSWP-1 diharapkan dapat menjadi kekuatan ekonomi bagi Kabupaten
Madiun dengan fungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa,
pendidikan, kesehatan.
Arahan pengelolaan perkotaan Mejayan adalah menyediakan sarana dan prasarana
atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan perkotaan skala
kabupaten. Dengan mengacu pada Pasal 1 dan Pasal 11 menganai Sitem Perkotaan
Nasional maka Kota Madiun sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
kabupaten/kota. Sedangkan perkotaan Mejayan diklasifikasikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal
commit to user

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(PKL) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau
beberapa kecamatan.
Secara ekonomi, dengan ditetapkannya perkotaan Mejayan sebagai Ibukota
Kabupaten Madiun diharapkan akan menumbuhkan kegiatan perekonomian Kabupaten
Madiun. Sebagai pusat pertumbuhan baru dengan posisi yang cukup strategis berada pada
jalur lintas regional Surabaya – Ngawi – Jogjakarta, Perkotaan Mejayan direncanakan dapat
menjadi magnet pertumbuhan baru bagi kegiatan perekonomian di Kabupaten Madiun.
Untuk fasilitas perdagangan pada Tahun 2029 dibutuhkan pasar skala kabupaten
sebanyak 2 (dua) unit. Artinya bahwa untuk pasar skala kabupaten tidak perlu penambahan
karena di Mejayan dan Dolopo sudah ada. Yang perlu dilakukan adalah pembangunan pasar
di Mejayan sehingga lebih representative dan menjadi pasar skala kabupaten pada lokasi
yang strategis.

D.2. Stategi Penetapan Kawasan Stategis Pengembangan Ekonomi


· Menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk
pengembangan kawasan perkotaan skala kabupaten;
· Mengoptimasi pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomi kawasan;
· Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (sdm); dan
· Mendukung kebijakan melalui pemberian instrumen insentif berupa keringanan pajak/
retribusi, pengurangan atau penghapusan pajak, dan lain sebagainya.

commit to user

93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI

Konsep Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban

A. Konsep Peruangan
A.1. Besaran Ruang

a. Kegiatan Penjualan
Kebutuhan
Kapasitas Flow Besaran ruang
ruang
Kios/los Jumlah pedagang 1160 orang: 122
menempati kios, 690 menempati los,
348 PKL. Prediksi pertambahan
pedagang sampai tahun 2029
sebesar 18 % . Jumlah pedagang
yang akan ditampung 1369 orang.
Pembagian ruang:
· Kios I (3mx4m)
· Kios II (3mx3m)
· Los I (2mx3m)
· Los II (2mx1,5m)
Rencana jumlah ruang:
Perb kios:los = 1:5 = 228 : 1141
· Kios I (3mx4m) : 76 912 m2

· Kios II (3mx3m) : 152 1.368 m2

· Los I (2mx3m) : 380 2.280 m2


2.283 m2
· Los II (2mx1,5m) : 761
Total 30 % 8.895,9 m2
Gudang Disediakan untuk pedagang yang 120 m2
menempati los komoditas hasil bumi 8,64 m2
karena los yang disediakan bersifat
terbuka. 20 kios @ 2mx3m
Kereta dorong 10 buah
Total 20 % 128,64 m2
Total 20 % 67,17 m2
Total kegiatan penjualan 9.091,70 m2
commit to user
Tabel 28. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan
Sumber : Analisa Pribadi

156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Kegiatan Pengelolaan
Kebutuhan Kapasitas Flow Besaran ruang
ruang
Ruang tamu 4 orang 3,6 m2
Ruang direksi 1 orang + 2 orang tamu 36 m2
meja + kursi kerja
1 file cabinet
Ruang 5 orang 30 m2
administrasi
Ruang 5 orang 30 m2
operasional
Ruang rapat 11 orang 16,5 m2
Ruang arsip 4 file cabinet 4 m2
1 orang petugas 2 m2
Total kegiatan pengelolaan 50 % 184,65 m2

Tabel 29. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan


Sumber : Analisa Pribadi

c. Kegiatan Servis dan Pelayanan


Kebutuhan Kapasitas Flow Besaran ruang
ruang
Parkir Parkir Pembeli
Jumlah pembeli 2000 org per hari
Pasar buka mulai jam 08.00-22.00
(durasi 14 jam)
Jumlah pembeli tiap jam 142 orang
Jumlah kendaraan
20% mobil = 28 mobil 420 m2
50% motor = 71 motor 142 m2
Sisanya menggunakan angkutan
umum
Parkir Pengelola
Jumlah staff pengelola pasar 11 org
Jumlah petugas servis pasar 20 org
Jumlah staff bank 5 org
Total = 36 orang commit to user

157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jumlah kendaraan
10% mobil = 4 mobil 60 m2
70% motor = 25 motor 50 m2
Parkir Pedagang
Jumlah pedagang 1160 orang
5% mobil = 58 mobil 870 m2
75% motor = 870 motor 1.740 m2
Pos jaga Pos jaga ditempatkan di 3 tempat
@ pos jaga:
2 petugas + 1 meja + 2 kursi 12 m2
R. MEE R. Pompa air 20 m2
R. Genset 20 m2
R. Trafo PLN 20 m2
R. PABX 20 m2
R. Petugas Petugas kebersihan 8 orang (asumsi) 15 m2
kebersihan + 8 kursi + 2 meja
Ruang peyimpan alat kebersihan 4 m2
Mushola 60 orang 39,6 m2
Tempat wudhu dan 2 WC
6,6 m2
Lavatory Lavatory ditempatkan di 4 tempat:
- Pria (1 unit) : 3 urinoir, 2 wastafel, 2
WC
- Wanita (1unit) : 3 WC, 2 wastafel
Luas tiap lavatory:
- Pria: (3x1,2) + (2x1,2) + (2x1,2) 8,4 m2
- Wanita: (4x1,2) + (2x1,2) 7,2 m2

Total kegiatan servis dan pelayanan 50 % 5.146,2 m2

Tabel 30. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan


Sumber : Analisa Pribadi

d. Kegiatan Penunjang
Kebutuhan Kapasitas Flow Besaran ruang
ruang
Bank R. Tunggu/tamu 5 org 4,95 m2
Security 1 org 2,5 m2
commit to user

158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1 meja, 1 kursi
Teller 2 org : 12 m2
1 meja panjang, 2 kursi, 1 meja
Ruang administrasi 4 org : 24 m2
4 meja, 4 kursi, 1 lemari
Gudang/vault 12 m2
Toilet:
Pria : 2 urinoir, 1 WC, 2 wastafel 4,8 m2
Wanita : 2 WC, 1 wastafel 3,6 m2
Mesin ATM 2 buah 6 m2
Total 50 % 104,78 m2
Terminal Kapasitas :
angkuta Dalam terminal dapat menampung 14
unit kendaraan, dengan rincian :
8 unit angkuta 126 m2
6 unit minibus 90 m2
Ruang tunggu :
Asumsi : 30 orang 18 m2
Pos Jaga :
Satpam 3 orang 4 m2
Lavatory :
pria : 4 urinoir, 2 wastafel, 2 WC 6 m2
wanita : 3 WC, 2 wastafel 3,6 m2
Ruang pengelola :
Administrasi : 4 orang 24 m2
4 kursi, 4 meja, 1 lemari
Total 50 % 407,4 m2
Total kegiatan penunjang 512,18 m2

Tabel 31. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang


Sumber : Analisa Pribadi

Rekapitulasi Kebutuhan Ruang

Kelompok Kegiatan Kebutuhan Ruang


Kegiatan penjualan 9.091,70 m2
Kegatan pengelolaan 184,65 m2
Kegiatan servis dan pelayanancommit to user 5.146,2 m2

159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kegiatan penunjang 512,18 m2


Total 14.934,73 m2

Tabel 32. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi

A.2. Konsep Persyaratan Ruang Pasar


A.2.1. Sistem Penghawaan

- Sistem penghawaan pada Pasar Umum Caruban memanfaatkan


penghawaan alami yaitu melalui ventilasi dinding dan ventilasi atap.
- Massa bangunan utama yang panjang dibagi menjadi 3 massa.

Udara panas
keluar melalui
ventilasi atap

Udara segar
masuk melaui
ventilasi dinding
Void

Udara panas
bergerak atas
Gambar 53. Konsep Penghawaan Alami (1)
Sumber : Analisa Pribadi

Udara bersikulasi dengan lancar Bentuk massa yang panjang dibagi menjadi 3 massa
melaui space antar bangunan dengan tujuan memberikan ruang untuk sirkulasi udara

Gambar 54. Konsep Penghawaan Alami (2)


commit
Sumberto :user
Analisa Pribadi

160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A.2.2. Sistem Pencahayaan


1) Pencahayaan alami
- Prinsip penyaringan, sebagai penyaring radiasi matahari maka
digunakan material “kaca pintar”.
- Pencahayaan alami juga masuk melalui ventilasi dinding dan
ventilasi atap.

Kaca pintar

Gambar 55. Aplikasi Kaca Pintar Pada Atap


Sumber : Analisa Pribadi

Cahaya matahari
masuk melalui
bukaan-bukaan

Teritisan sebagai
Ruang Ruang “payung” pada bukaan

Ruang Ruang

Gambar 56. Konsep Pencahayaan Alami


Sumber : Analisa Pribadi

2) Pencahayaan buatan
- Pencahayaan buatan tetap di butuhkan untuk kebutuhan ruang
tertentu dan pada waktu malam hari.

B. Konsep Pengolahan Tapak


1. Eksisting Site

commit to user

161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TPU Pertokoan

Pertokoan

Pertokoan
Pertokoan

SITE

Pemukiman Pemukiman

Pemukiman

Gambar 57. Eksisting Site


Sumber : Analisis Pribadi

Kondisi Site :

· Lokasi site : Desa Pandean, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun


· Luas site : ± 25.000 m2
· Batas-batas site :
o Utara : Pemakaman, Pemukiman dan Pertokoan
o Timur : Pemukiman dan Pertokoan
o Selatan : Sungai dan Pemukiman
o Barat : Pemukiman

2. Konsep Pencapaian
· Jalan Panglima Sudirman, sebagai ME disini akses IN dan OUT dibedakan.
· Jalan Mendut dan Jalan Salak yang ada di kanan dan kiri sebagai SE.

commit to user

162
- IN (Akses khusus angkuta - OUT (Akses khusus angkuta - Akses masuk pasar bagian - SE(Akses masuk khusus
yang masuk terminal) yang keluar terminal) bela kang. pejalan kaki atau kendaraan
roda 2)
- Jln. Mangga yang membagi
site dan juga sebagai
penghubung Jln. Salak dan
Jln. Mendut, lebar ± 6 m
- SE(Akses masuk khusus
pejalan kaki atau kendaraan
roda 2)
- SE (Akses masuk khusus
pejalan kaki atau kendaraan
roda 2) - Jln.Salak (jalan
lingkungan), lebar
- Jln.Mendut (jalan ±6m
lingkungan), lebar - Kepadatan lalu
±6m lintas sedang
- Kepadatan lalu - Merupakan jalan 2
lintas sedang arah
- Merupakan jalan 2
arah

- OUT (Akses keluar


- IN (Akses masuk kendaraan
kendaraan roda 4 dan
roda 4 dan roda 2) - Jln. Panglima Sudirman merupakan jalan utama, lebar ± roda 2)
18 m
- Kepadatan lalu lintas tinggi
- Jalan 2 arah dan terdapat median jalan Gambar 58. Konsep Pencapaian
Sumber : Analisa Pribadi

163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Penempatan Parkir

Parkir menggunakan pola parkir menyebar di sekeliling pasar dan untuk parkir pedagang
disediakan di basement.

Parkir kendaraan
roda 4
Parkir kendaraan
Parkir kendaraan
roda 2
roda 2

Parkir kendaraan
roda 2
Parkir kendaraan
roda 2

Parkir kendaraan
roda 2

Parkir kendaraan
roda 4 Gambar 59. Penentuan Lokasi Parkir
Sumber : Analisa Pribadi

3. Konsep Orientasi Bangunan

Orientasi Pasar Umum Caruban menghadap ke utara yaitu Jalan Panglima Sudirman.

commit to user
164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jln. P. Sudirman
U

Gambar 60. Hasil Analisa Orientasi


Sumber : Analisa Pribadi

4. Konsep Zonifikasi

1. Zona Pedagang
· Zona A (fashion)
- Pakaian/kain
- Sepatu/tas
Jumlah pedagang di zona A sebanyak 297 pedagang, menempati 32 kios dan 265 los.
· Zona B (barang hasil produksi non fashion + jasa)
- Gerabah - Plastik - Imitasi/kemasan
- Kelonthong/komestik - Emas/perak - Buku
- Elektro - Jam - Kaset
- Gorden - Meracang - Patri dandang
- Mainan - Penjahit - Bunga hias
- Salon kecantikan & pangkas rambut - Mendong - Alat-alat pertanian
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 295 pedagagang, menempati 61 kios dan 234 los.
· Zona C (makanan + bumbu dapur)
- Makanan/roti - Warung
- Tahu - Janggelan
- Empon-empon - Kopi bubuk

commit to user
165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Jumlah pedagang di zona B sebanyak 105 pedagagang, menempati 14 kios dan 91 los.
· Zona D (hasil bumi + daging)
- Buah - Polowijo
- Kelapa - Pisang
- Sayur - Daging sapi
- Ikan ayam - Ikan laut
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 115 pedagagang, menempati 15 kios dan 100 los.
2. Zona bongkar muat
Pola bongkar muat adalah pola tersebar dan dilakukan ketika kegiatan perpasaran belum
dimulai.
3. Zona pengelola
Kantor pengelola pasar ditempatkan di lantai dua pasar. Posisi kantor pengelola berada
di bagian depan agar mudah diketahui jika ada tamu.
4. Zona servis (parkir, mushola, lavatory, pos jaga dan ruang MEE)
Zona parkir ditempatkan menyebar mengelilingi pasar. Mushola pasar ditempatkan di
lantai 1 dan terpisah dengan bangunan pasar. Lavatory untuk pasar direncanakan dibagi
enam, tiga di lantai 1 dan tiga di lantai 2. Pada massa bangunan pasar yang menjual
hasil bumi terdapat satu lavatory tiap lantainya. Selain itu fasilitas lavatory juga
disediakan di bagian terminal pasar yang diperuntukkan pengelola terminal dan
pengguna terminal. Pos jaga ditempatkan menyebar di empat tempat. Ruang MEE
seperti ruang pompa, listrik, telepon ditempatkan di pada basement sehingga tidak
mengurangi atau menganggu fasad secara keseluruhan.
5. Zona penunjang (bank, ATM dan terminal pasar)
Bank ditempatkan di bagian depan dekat entrance agar dapat diketahui dan dijangkau
dengan mudah oleh pengunjung. Sementara terminal berada di bagian belakang site.

commit to user
166
Penunjang Servis (P. Roda 2) Pedagang
(Terminal) Pedagang
Zona D Zona C

Servis (P. Roda 2)


Zona daging

Bongkar Muat

Servis (P. Roda 2)

Pedagang
Zona B Servis (P. Roda 2)

Servis (P. Roda 4) Bongkar Muat

Penunjang
Pengelola Pedagang Servis
(Bangk,ATM)
Zona A (Mushola)

Gambar 61. Hasil Zonifikasi


Sumber : Analisa Pribadi

167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Konsep Sirkulasi
· Sistem Sirkulasi Horizontal
Pola sirkulasi yang sesuai adalah pola grid. Los akan ditempatkan berjajar
dan saling berhadapan kemudian akan dihubungkan dengan jalan linier.

· Sistem Sirkulasi Vertikal


Sistem sirkulasi vertikal terdapat 2 jenis yaitu tangga dan ramp. Tangga
ditempatkan di posisi yang strategis dan tinggi pijakan tidak terlalu curam yaitu 15 cm.
Sementara ramp disediakan untuk barang dan pengguna kursi roda. Lebar ramp
barang 140 cm sementara ramp kursi roda 80 cm.

Tangga untuk pengunjung

Ramp untuk kursi roda

Ramp untuk barang

Gambar 62. Konsep Sistem Sirkulasi Vertikal


Sumber : Analisa Pribadi
· Lebar Sirkulasi
Lebar sirkulasi penghubung antar kios atau los sebesar 200 cm. Sementara lebar
koridor utama sebagai akses utama dari luar pasar adalah 3 meter.

6. Konsep Lansekap

Untuk kebutuhan jenis vegetasi yang dibutuhkan di Pasar Umum Caruban adalah
yang bersifat lebar dan menyebar.

commit to user
168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 63. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar


Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak

7. Konsep Permassaan
· Bentuk Dasar Massa
Bentuk dasar bangunan Pasar Umum Caruban adalah segi empat karena
sesuai dengan bentuk site. Untuk ruang dalam bangunan pasar didominasi oleh los
segi empat yang ditata menurut pola grid.

Bentuk ruang
Sirkulasi antar
kios dan los
kios/los berpola grid
segi empat

Gambar 64. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi


Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 65. Sketsa Bentuk Dasar Massa


Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Komposisi Massa pada Site


Penataan massa pada site berangkat dari penempatan pasar sebagai
bangunan utama kemudian dikelilingi oleh fasilitas-fasilitas penunjang.
· Ekspresi Massa
Tampilan bangunan bergaya tradisional seperti pada bangunan sekitar pasar
pada umumnya, melalui pengaplikasian bentuk atap pelana, limasan dan joglo. Selain
itu material bangunan akan ditampilkan dengan mengekspos material tersebut.

C. Konsep Lokalitas
Pada bangunan Pasar Umum Caruban pengaplikasian bentuk arsitektur
tradisional diterapkan pada bentuk atapnya. Bentuk arsitektur Jawa memiliki ciri
khusus pada bentuk atap yang khas seperti (joglo, limasan, tajug, panggang pe dsb).
Material yang digunakan adalah material yang dapat diperoleh di wilayah
Kabupaten Madiun, seperti kayu jati dan batu bata yang mudah diperoleh dari wilayah
Madiun.
Kelokalan suasana diterapkan pada Pasar Umum Caruban dengan
menciptakan suasana terbuka pada los-los pasar.

Bentuk atap pelana


yang memiliki ciri
khusus atap Jawa.

Penggunaan material
kayu dan batu bata
yang diekspos

Los terbuka untuk los


sayur dan daging

Gambar 66. Konsep Lokalitas Pada Pasar


Umum Caruban
Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
170
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Konsep Struktur Bangunan


1. Sub Structure (Struktur Pondasi)

Jenis pondasi yang dipilih adalah pondasi sumuran sebagai pondasi struktur
dan pondasi batu kali sebagai pondasi menerus.

2. Upper Structure (Struktur Rangka Bangunan)


Bangunan Pasar Umum Caruban menggunakan sistem struktur rangka
sebagai struktur pendukungnya.

3. Roof Structure (Struktur Atap)


Untuk stuktur atap pada Pasar Umum Caruban menggunakan rangka baja.

commit to user
171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Konsep Sistem Utilitas


1. Jaringan air bersih
Kebutuhan air bersih untuk Pasar Umum Caruban diperloeh dari pembuatan
sumur artesis (deep whell) dan dari PDAM. Pendistribusian air menggunakan Sistem
Down Feed.
Skema Jaringan Air Bersih Upper
Water
Tank
Sumur/deep well
P Ground Distribusi
Water P
Tank Distribusi
PAM M
Distribusi
P : Pompa
M : Meteran

Skema 13. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed”


Sumber : Analisis Pribadi

2. Jaringan air kotor


Pembuangan air kotor disalurkan melalui saluran tertutup yang mudah
perawatannya dan terhindar dari kemungkinan mampet. Sedangkan untuk
mempermudah perawatan, pada saluran tertutup ditambahkan bak kontrol.

Kios/los Penangkap lemak Water Treatment Bak Riool Kota


Kontrol

Kotoran cair

KM / WC

Kotoran padat Septic Tank Resapan

Skema 14. Jaringan air kotor


Sumber : Analisis Pribadi

commit to user
172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Air Hujan
Air hujan dari atap akan dialirkan melalui saluran pipa air ke bak kontrol kemudian
dialirkan ke riol kota. Pembuatan taman akan sangat membantu penyerapan air
hujan yang jatuh pada lahan.

Air hujan Bak kontrol Riol kota

Skema 15. Jaringan Air Hujan


Sumber : Analisis Pribadi
4. Sampah
Untuk menjaga kebersihan pasar maka disediakan tempat sampah yang di
tempatkan pada tempat yang strategis. Tempat sampah disedikan dua jenis yaitu
untuk sampah organik dan sampah non organik. Sampah tersebut secara periodik
akan dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara. Kemudian dari TPS
sampah tersebut akan dipindahkan oleh petugas DKP Kabupaten Madiun ke TPA.

Sampah Tempat sampah TPS TPA

Skema 16. Sistem pembuangan sampah


Sumber : Analisa Pribadi

5. Instalasi Listrik
Sistem jaringan :
- Sumber listrik utama berasal dari jaringan PLN, dan sebagai cadangan
menggunakan generator (Genset) jika PLN padam.
Sumber listrik didapatkan dari PLN dan genset dengan skema sebagai berikut :

PLN Traf M M : Meteran


MDP : Main Distribution Panel
MDP SDP : Sub Distribution Panel
Auto Switch S : Sakelar
Genset

SDP Umum

S
Skema 17. Jarin gan Instalasi Listrik
Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
Distrib usi Distribusi Distribusi 173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Jaringan Telekomunikasi

Untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi disediakan jaringan dari PT. Telkom untuk
seluruh pihak yang membutuhkan komunikasi dengan pihak luar.
Distribusi

Jaringan PABX MDF Distribusi


TELKOM

Distribusi

Skema 18. Sistem Jaringan Komunikasi


Sumber : Analisis Pribadi

7. Fire Protection (Pemadam Kebakaran)


Penanganan bahaya kebakaran dengan penyediaan tabung-tabung pemadam dan
hydrant pada titik-titik tertentu.

8. Penangkal Petir

Sistem penangkal petir yang digunakan pada Pasar Umum Caruban adalah dengan
sistem konvensional yang ditempatkan pada titik tertentu penghantar-penghantar di
atas atap berupa elektroda logam yang dipasang tegak,serta penghantar yang
dipasang mendatar yaitu berupa kawat tembaga (BC) dengan diameter 50 mm2,
sehingga sambaran petir dapat disalurkan melalui pertanahan.

commit to user
174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

Pendekatan Konsep Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban

A. Dasar Pertimbangan
A.1. Dasar Pertimbangan Umum
A.1.1 Permasalahan
Bagaimana merencanakan dan menata kembali Pasar Umum
Caruban berskala kabupaten yang representatif dengan menerapkan
kelokalan bentuk dan material sebagai ungkapan fisik arsitektur dengan tujuan
agar dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun.

A.1.2 Lokalitas
Selain sebagai pusat perdagangan, keberadaan Pasar Umum
Caruban juga diharapkan dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun.
Sebagai landmark Pasar Umum Caruban yang direncanakan akan
mengangkat potensi lokal. Kelokalan pada bangunan Pasar Umum Caruban
inilah yang nantinya akan membedakan pasar ini dengan pasar lain.
Kelokalan yang direncanakan melaui memaksimalkan penggunaan material
lokal dan menerapkan bentuk arsitektur lokal. Material lokal merupakan
material yang dapat diperoleh dengan mudah dari wilayah sekitar site.
Sedangkan bentuk lokal lebih ditekankan pada bentuk atap-atap tradisional
seperti joglo, limasan, pelana dan sebagainya. Namun penggunaan bentuk
lokal tersebut bersifat dinamis dan dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan agar tidak terkesan sekedar “tempelan yang dipaksakan” pada
bangunan baru.

commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A.2. Cakupan Analisa


A.2.1 Analisa Peruangan
1. Pola dan Pelaku Kegiatan
2. Kebutuhan Ruang
3. Besaran Ruang
4. Pendekatan Persyaratan Ruang
A.2.2 Analisa Pengolahan Tapak
1. Eksisiting Site
2. Pencapaian
3. Orientasi Bangunan
4. Analisa Zonifikasi
5. Analisa Sirkulasi
6. Analisa Lansekap
7. Analisa Permassaan
A.2.3 Analisa Lokalitas
A.2.4 Analisa Pendekatan Struktur Bangunan
1. Sub Structure
2. Upper Structure
3. Roof Structure
A.2.5 Analisa Pendekatan Sistem Utilitas
1. Jaringan Air Bersih
2. Jaringan Air Kotor
3. Air Hujan
4. Sampah
5. Instalasi Listrik
6. Jaringan Telekomunikasi
7. Fire Protection
8. Penangkal Petir

commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Proses Analisa
B.1. Analisa Peruangan

1. Pelaku dan Pola Kegiatan

Pasar Umum Caruban memiliki fungsi utama untuk mewadahi aktivitas jual beli antara
pedagang dan pembeli. Maka yang menjadi objek utama pelaku kegiatan adalah
penjual dan pembeli. Sementara pengelolaan pasar dilakukan oleh Dinas Pengelola
Pasar dimana tiap pasar memiliki struktur organisasi sendiri. Pada Pasar Umum
Caruban pengelolaan dikepalai oleh kepala pasar dibantu beberapa stafnya.

1. Penjual / Pedagang

Penjual adalah badan atau orang yang memiliki komoditas (barang/jasa) untuk
ditawarkan kepada pembeli atau konsumen untuk memperoleh keuntungan.

Skema pola kegiatan penjual di Pasar Umum Caruban

datang

Parkir kendaraan

Masuk pasar

Display barang Keg penjualan - Servis - Menyimpan


dagangan - Ishoma stok
- MCK - Bongkar muat

Ambil kendaraan

pulang

Skema 1. Pola kegiatan penjual Pasar Umum Caruban


Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pembeli

Pembeli adalah badan atau orang yang membutuhkan komoditas (barang/jasa) untuk
memenuhi kebutuhannya.

Skema pola kegiatan pembeli di Pasar Umum Caruban

datang

Parkir kendaraan

Masuk pasar

Melihat barang Transaksi jual beli - Ishoma


dagangan - Keg. Metabolisme

Ambil kendaraan

pulang

Skema 2. Pola kegiatan pembeli Pasar Umum Caruban


Sumber : Analisa Pribadi

3. Pengelola pasar

Pengelola pasar adalah orang atau pegawai pemerintah yang ditunjuk secara resmi
untuk bertanggung jawab atas manajemen, pemeliharaan dan operasional di pasar.

commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Skema pola kegiatan pengelola di Pasar Umum Caruban

datang

parkir

Keg Umum Keg Direksi Keg Keg Keg Rapat


- Pelayanan Administrasi Operasional
info
-

- Servis
- Ishoma
Ambil
- Keg. Metabolisme
kendaraan

pulang

Skema 3. Pola kegiatan pengelola Pasar Umum Caruban


Sumber : Analisa Pribadi

4. Petugas servis
Petugas servis adalah orang atau pegawai pasar di bawah pengelola pasar yang
bertanggung jawab pada pelayanan, pemeliharaan, dan keamanan pasar. Petugas
servis di Pasar Umum Caruban terdiri dari petugas kebersihan, petugas keamanan,
petugas parkir dan petugas perawatan alat-alat operasional.

commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Skema pola kegiatan petugas servis di Pasar Umum Caruban

datang

parkir

Keg Keamanan Keg Kebersihan Keg Parkir Keg ME

- Ishoma
- Keg. Metabolisme
Ambil
kendaraan

pulang

Skema 4. Pola kegiatan petugas servis Pasar Umum Caruban


Sumber : Analisa Pribadi

5. Petugas Bank
Petugas bank adalah orang atau pegawai di luar pengelola pasar yang menyediakan
jasa pengambilan, penyimpanan dan transfer uang. Pengelolaannya dilakukan secara
mandiri dan terlepas dari sistem pengelolaan pasar.

commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Skema pola kegiatan petugas bank di Pasar Umum Caruban

datang

parkir

Keg keamanan Menerima tamu Keg perbankan Keg administrasi Keg servis

- Ishoma
Ambil - Keg. Metabolisme
kendaraan

pulang

Skema 5. Pola kegiatan petugas bank Pasar Umum Caruban


Sumber : Analisa Pribadi
6. Sopir Angkuta
Sopir angkuta adalah mereka yang bekerja sebagai sopir kendaraan umum yang
melakukan kegiatan mengantar, menurunkan dan menunggu penumpang dengan
tujuan dari dan ke pasar.
Skema pola kegiatan sopir angkuta di Pasar Umum Caruban

datang

Menurunkan Parkir, menunggu, dan Keg servis


penumpang menaikkan penumpang

- Ishoma
- Keg. Metabolisme
- Keg administrasi

Berangkat
Skema 6. Pola kegiatan sopir angkuta Pasar Umum Caruban
commit
Sumber toPribadi
: Analisa user
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kelompok Kegiatan


1. Kelompok Kegiatan Penjualan
Kegiatan Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Display barang dagangan Pedagang Kios/los
Kegiatan tawar menawar Pedagang dan Pembeli Kios/los
Pembayaran barang Pedagang dan Pembeli Kios/los
Menyimpan barang dagangan Pedagang Gudang/kios
Bongkar muat barang Pedagang Area bongkar muat

Tabel 17. Kelompok Kegiatan Penjualan


Sumber : Analisa Pribadi
2. Kelompok Kegiatan Pengelolaan Pasar
Kegiatan Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Menerima tamu Pegelola dan tamu Ruang tamu/penerima
Kegiatan direksi Pengelola Ruang direksi
Kegiatan administrasi Pengelola Ruang administrasi
Kegiatan operasional Pengelola Ruang operasional
Menyimpan arsip Pengelola Ruang arsip
Kegiatan rapat Pengelola Ruang rapat

Tabel 18. Kelompok Kegiatan Pengelolaan


Pasar Sumber : Analisa Pribadi

3. Kegiatan Servis dan Pelayanan


Kegiatan Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Parkir kendaraan Pedagang, pembeli dan Area parkir
pengelola
Kegiatan keamanan Petugas keamanan Pos jaga
Kegiatan ME Petugas servis Ruang pompa, ruang
genset, ruang PABX, ruang
panel listrik
Kegiatan kebersihan Petugas kebersihan Ruang penyimpanan alat

commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kebersihan
Sholat Pedagang, pembeli dan Mushola
pengelola
Makan Pedagang, pembeli dan Warung makan
pengelola
Kegiatan metabolisme Pedagang, pembeli dan Lavatory
pengelola

Tabel 19. Kelompok Kegiatan Servis dan Penunjang


Sumber : Analisa Pribadi

4. Kegiatan Penunjang
Bank
Kegiatan Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Keamanan Satpam Pos satpam
Menerima tamu Petugas bank Ruang tamu/tunggu
Menyimpan, mentransfer dan Petugas bank Bank, ATM
mengirim uang
Kegiatan administrasi Petugas bank Ruang administrasi
Kegiatan servis Petugas servis Ruang servis
Terminal angkuta
Kegiatan Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Keamanan Satpam terminal Pos penjaga
Menurunkan penumpang Sopir Ruang penurunan
penumpang
Menunggu, menaikkan Sopir Ruang pemberhentian
penumpang (ngetem), angkuta
berangkat
Menunggu angkuta Pedagang, penumpang Ruang tunggu
Kegiatan pengelola angkuta Petugas terminal Ruang pengelola
Kegiatan metabolisme Pedagang, penumpang, Lavatory

commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

petugas terminal

Tabel 20. Kelompok Kegiatan Penunjang


Sumber : Analisa Pribadi
3. Besaran Ruang

1. Dasar pertimbangan :
- Kapasitas ruang
- Furnitur pada ruang
- Flow dan kebutuhan ruang gerak
2. Dasar Perhitungan :
a. Perhitungan standar, berdasarkan :
- Ernst Neufert, Data Arsitek (DA)
- De Chiara, Time – Saver Standars for Building Types (TS)
- Sleepers, Building Planning and Design Standards (BP)
- Roderick, Theatre Planning (TP)
- AJ Metric Handbook (AJ)
b. Studi ruang
Flow :
- 5-10% : standar minimum
- 20% : kebutuhan keleluasaan parkir
- 30% : tuntutan kenyamanan fisik
- 40% : tuntutan kenyamanan psikologis
- 50% : tuntutan spesifik kegiatan
- 70-100% : keterkaitan dengan banyak kegiatan
c. Perhitungan asumsi yang diperhitungkan berdasarkan studi kasus dan
studi literatur.

Dari analisa di atas maka besaran ruang yang akan diwadahi di Pasar Umum Caruban
adalah kegiatan-kegiatan berikut :

commit to user
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Kegiatan penjualan
2. Kegatan pengelolaan
3. Kegiatan servis dan pelayanan
4. Kegiatan penunjang
1. Kegiatan Penjualan
Idealisasi ukuran kios untuk Pasar Umum Caruban sebaiknya dengan tipe
ukuran yang tidak terlalu banyak sehingga untuk kios ditentukan dengan ukuran
3 x 4 m2 dan 3 x 3 m2, sedangkan untuk los ditentukan dengan ukuran 1,5 x 2
m2 dan 2 x 3 m2. Oleh karena itu pedagang yang mempunyai kios ukuran 3 x 1
m2 akan diganti dengan kios ukuran 3 x 3 m2, sedangkan untuk pedagang yang
mempunyai los ukuran 1 x 1 m2 , 1 x 1,3 m2 , 1 x 2 m2 , akan diganti dengan los
ukuran 1,5 x 2 m2. Untuk los ukuran 2 x 2 m2 akan diganti dengan los ukuran 2
x 3 m2 dengan jumlah 2 unit berjajar.

Kebutuhan
Kapasitas Standart Flow Besaran ruang
ruang
Kios/los Jumlah pedagang 1160 orang: 122
menempati kios, 690 menempati los,
348 PKL. Prediksi pertambahan
pedagang sampai tahun 2029
sebesar 18 %. Jumlah pedagang
yang akan ditampung 1369 orang.
Pembagian ruang:
· Kios I (3mx4m)
· Kios II (3mx3m)
· Los I (2mx3m)
· Los II (2mx1,5m)
Rencana jumlah ruang:
Perb kios:los = 1:5 = 228 : 1141
· Kios I (3mx4m) : 76 912 m2

· Kios II (3mx3m) : 152 1.368 m2

commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Los I (2mx3m) : 380 2.280 m2


· Los II (2mx1,5m) : 761 2.283 m2

Total 30 % 8.895,9 m2
Gudang Disediakan untuk pedagang yang 120 m2
menempati los komoditas hasil bumi 0,72 m2 8,64 m2
karena los yang disediakan bersifat
terbuka. 20 kios @ 2mx3m
Kereta dorong 10 buah
Total 20 % 128,64 m2
Total 20 % 67,17 m2
Total kegiatan penjualan 9.091,70 m2

Tabel 21. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan


Sumber : Analisa Pribadi

2. Kegiatan Pengelolaan
Kebutuhan Kapasitas Standart Flow Besaran ruang
ruang
Ruang tamu 4 orang 0,9 m2/org 3,6 m2
Ruang direksi 1 orang + 2 orang tamu 36 m2
meja + kursi kerja
1 file cabinet
Ruang 5 orang 6 m2/org 30 m2
administrasi
Ruang 5 orang 6 m2/org 30 m2
operasional
Ruang rapat 11 orang 1,5 m2/org 16,5 m2
Ruang arsip 4 file cabinet 1 m2/unit 4 m2
1 orang petugas 2 m2/org 2 m2
Total kegiatan pengelolaan 50 % 184,65 m2

Tabel 22. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan


Sumber : Analisa Pribadi

commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Kegiatan Servis dan Pelayanan


Kebutuhan Kapasitas Standart Flow Besaran ruang
ruang
Parkir Parkir Pembeli
Jumlah pembeli 2000 org per hari
(asumsi)
Pasar buka mulai jam 08.00-22.00
(durasi 14 jam)
Jumlah pembeli tiap jam 142 orang
Jumlah kendaraan
20%mobil = 28 mobil 15 m2/unit 420 m2
50% motor = 71 motor 2 m2/unit 142 m2
Sisanya menggunakan angkutan
umum
Parkir Pengelola
Jumlah staff pengelola pasar 11 org
Jumlah petugas servis pasar 20 org
(asumsi)
Jumlah staff bank 5 org (asumsi)
Total = 36 orang
Jumlah kendaraan
10% mobil = 4 mobil 15 m2/unit 60 m2
70% motor = 25 motor 2 m2/unit 50 m2
Parkir Pedagang
Jumlah pedagang 1160 orang
5% mobil = 58 mobil 15 m2/unit 870 m2
75% motor = 870 motor 2 m2/unit 1.740 m2
Pos jaga Pos jaga ditempatkan di 3 tempat
@ pos jaga:
2 petugas + 1 meja + 2 kursi 4 m2 12 m2

R. MEE R. Pompa air 20 m2 20 m2


R. Genset 20 m2 20 m2
R. Trafo PLN 20 m2 20 m2

commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

R. PABX 20 m2 20 m2
R. Petugas Petugas kebersihan 8 orang (asumsi) 15 m2 15 m2
kebersihan + 8 kursi + 2 meja
Ruang peyimpan alat kebersihan 4 m2 4 m2
Mushola 60 orang (asumsi) 0,6 m2/org 39,6 m2
Tempat wudhu dan 2 WC 15 m2
6,6 m2
Lavatory Lavatory ditempatkan di 4 tempat:
- Pria (1 unit) : 3 urinoir, 2 wastafel, 2 1,2 m2/org
WC
- Wanita (1unit) : 3 WC, 2 wastafel
Luas tiap lavatory:
- Pria: (3x1,2) + (2x1,2) + (2x1,2) 8,4 m2
- Wanita: (4x1,2) + (2x1,2) 7,2 m2

Total kegiatan servis dan pelayanan 50 % 5.146,2 m2

Tabel 23. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan


Sumber : Analisa Pribadi

4. Kegiatan Penunjang
Kebutuhan Kapasitas Standart Flow Besaran ruang
ruang
Bank R. Tunggu/tamu 5 org (asumsi) 0,66 m2/org 4,95 m2
Security 1 org (asumsi): 2,5 m2 2,5 m2
1 meja, 1 kursi
Teller 2 org (asumsi): 12 m2 12 m2
1 meja panjang, 2 kursi, 1 meja
Ruang administrasi 4 org (asumsi): 24 m2 24 m2
4 meja, 4 kursi, 1 lemari
Gudang/vault 12 m2 12 m2
Toilet:
Pria : 2 urinoir, 1 WC, 2 wastafel 1,2 m2/org 4,8 m2
Wanita : 2 WC, 1 wastafel 3,6 m2
Mesin ATM 2 buah (asumsi) 3 m2/unit 6 m2

commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Total 50 % 104,78 m2
Terminal Kapasitas :
angkuta Dalam terminal dapat menampung 14
unit kendaraan, dengan rincian :
8 unit angkuta 18 m2/mobil 126 m2
6 unit minibus 90 m2
Ruang tunggu :
Asumsi : 30 orang 1,2 m2/org 18 m2
Pos Jaga :
Satpam 3 orang 4 m2 4 m2
Lavatory :
pria : 4 urinoir, 2 wastafel, 2 WC 1,2 m2/org 6 m2
wanita : 3 WC, 2 wastafel 3,6 m2
Ruang pengelola :
Administrasi : 4 orang (asumsi) 24 m2 24 m2
4 kursi, 4 meja, 1 lemari
Total 50 % 407,4 m2
Total kegiatan penunjang 512,18 m2

Tabel 24. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang


Sumber : Analisa Pribadi

Rekapitulasi Kebutuhan Ruang

Kelompok Kegiatan Kebutuhan Ruang


Kegiatan penjualan 9.091,70 m2
Kegatan pengelolaan 184,65 m2
Kegiatan servis dan pelayanan 5.146,2 m2
Kegiatan penunjang 512,18 m2
Total 14.934,73 m2

Tabel 25. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi

commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Analisa Pendekatan Persyaratan Ruang Pasar


1. Sistem Penghawaan
Dasar Pertimbangan :
- Kebutuhan kenyamanan dalam ruang pasar
- Memanfaatkan potensi alam secara optimal
Analisa dan hasil :
- Angin bertiup sepanjang tahun, pada musim kemarau angin bertiup dari
arah tenggara sedangkan pada musim penghujan angin bertiup dari barat
laut. Maka lubang ventilasi diaplikasikan di seluruh dinding bangunan.
- Udara panas dalam ruang akan bergerak ke atas untuk itu disediakan void
dan lubang ventilasi di bagian atap bangunan. Sementara udara segar
dapat masuk ke dalam bangunan melaui dinding bangunan dengan
menggunakan rooster.
- Jika udara panas sudah keluar maka udara luar akan masuk ke dalam
ruang. Agar udara yang masuk udara yang segar maka udara perlu
didinginkan dengan pemberian teritisan di sekeliling bangunan dan
penanaman vegetasi.
- Untuk lebih memperlancar aliran udara maka bentuk massa bangunan
yang panjang akan dibagi menjadi 3 massa sehingga udara dapat mengalir
masuk pada bangunan melalui area tersebut.
- Kebutuhan penghawaan pada Pasar Umum Caruban sepenuhnya di
dapatkan dari penghawaan alami namun penggunaan penghawaan buatan
bisa digunakan karena tuntutan kenyamanan, seperti : kantor pengelola,
mushola, dan sebagainya.

commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Udara panas
keluar melalui
ventilasi atap

Udara segar
masuk melaui
ventilasi dinding
Void

Udara panas
bergerak atas

Gambar 28. Sketsa Analisa Penghawaan Alami (1)


Sumber : Analisa Pribadi

Udara bersikulasi dengan lancar melaui Bentuk massa yang panjang dibagi menjadi 3 massa
space antar bangunan dengan tujuan memberikan ruang untuk sirkulasi udara

Gambar 29. Sketsa Analisa Penghawaan Alami (2)


Sumber : Analisa Pribadi
2. Sistem Pencahayaan
Dasar pertimbangan :
- Kebutuhan kenyamanan dalam ruang
- Pemanfaatan pencahayaan alami
Analisa :

commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Pencahayaan alami
- Pencahayaan alami diterapkan pada interior bangunan untuk
mengurangi penggunaan pencahayaan buatan
- Yang dimanfaatkan sebagai penerangan alami adalah cahaya matahari
sedangkan sinar matahari diminimalisir masuk ke dalam ruang. Karena
jika sinar matahari berlebihan mengakibatkan silau. Untuk mengatasi
silau melalui :
1. Prinsip pembayangan, yaitu dengan cara melindungi sepeti payung
atau perisai
2. Prinsip penyaringan, yaitu cara menyaring ( memperlembut dengan
filter) jumlah radiasi panas matahari yang dapat dicegah masuk
kedalam ruang. Sebagai penyaring radiasi matahari maka
digunakan material “kaca pintar” yang mampu meneruskan sinar
matahari namun radiasi matahari tetap tersaring sehingga tidak
menaikkan suhu dalam ruang. Kemudian sinar matahari yang
masuk akan difilter dengan sejenis kain sehingga tidak
mengakibatkan silau.
- Pencahayaan alami juga masuk melalui bukaan-bukaan yang
diaplikasikan di seluruh dinding bangunan.

Cahaya matahari
masuk melalui
bukaan-bukaan

Teritisan sebagai
Ruang Ruang “payung” pada bukaan

Ruang Ruang

Gambar 30. Sketsa Analisa Pencahayaan Alami


Sumber : Analisa Pribadi

commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Pencahayaan buatan
- Pencahayaan buatan tetap di butuhkan untuk kebutuhan ruang
tertentu dan pada waktu malam hari.

B.2. Analisa Pengolahan Tapak


1. Eksisting Site

Gambar 31. Lokasi Pasar Umum Caruban


Sumber : RUTRK Kab. Madiun

TPU Pertokoan

Pertokoan

Pertokoan
Pertokoan

SITE

Pemukiman Pemukiman

U
Pemukiman

Gambar 32. Eksisting Site


Sumber : Analisis Pribadi
commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kondisi Site :

· Luas site : ± 25.000 m2


· Batas-batas site :
o Utara : Pemakaman, Pemukiman dan Pertokoan
o Timur : Pemukiman dan Pertokoan
o Selatan : Sungai dan Pemukiman
o Barat : Pemukiman
· Potensi site :
- Site berada pada lokasi yang stategis yaitu di pusat kota dan berada
di jalur perlintasan Surabaya-Madiun-Solo-Jogjakarta.
- Sarana dan prasarana yang sudah mamadai seperti jalan arteri
dengan lebar ±18 m, jaringan listrik, telepon, jaringan PDAM dan lain-
lain.

Pasar Umum Caruban direncanakan berada pada lokasi yang sama dengan lokasi
saat ini yaitu berada di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun.
Pada RTRW 2009-2029 Kabupaten Madiun, Kecamatan Mejayan masuk SSWP-I
yang diperuntukkan sebagai wilayah pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan
umum, pertanian, perikanan, kehutanan, permukiman dan industri. Sementara pada
Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010, Desa Pandean masuk
pada Bagian Wilayah Kota A (BWK A) yang fungsi utama sebagai kawasan pertokoan,
jasa dan pasar.

2. Analisa Pencapaian

Pencapaian merupakan titik awal pengolahan site untuk menentukan arah masuk site.
Pencapaian biasanya di tentukan berdasarkan potensi infrastruktur jalan yang
berpotensi sebagai akses utama dan akses pendukung site.

Kriteria :
commit to user
124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Kemudahan pencapaian disesuaiakan kondisi jalan di sekitar site.


- Antisipasi terjadinya crossing circulation
- Kejelasan pola sirkulasi untuk memudahkan pengunjung dan pengawasan.

Analisa :

· Jalan Panglima Sudirman, merupakan jalan primer yang ramai oleh lalu lintas
kendaraan. Jalan ini merupakan jalan dua arah dengan lebar ± 18 meter sehingga
sangat potensial dijadikan ME karena mudah dilihat.
· Pembedaan jalur masuk dan keluar kendaraan dapat menghindari crossing
circulation dan mempermudah bagi pengunjung.
· Jalan Mendut dan Jalan Salak yang ada di kanan dan kiri site memiliki lebar ± 6
meter. Jalan ini sesuai untuk SE untuk mengurangi kepadatan kendaraan di ME
dan mempermudah pencapaian kendaraan yang berasal dari belakang site.
· Pada perencanaan pasar yang baru, luasan site akan diperluas sampai batas
sungai namun keberadaan Jalan Mangga tetap dipertahankan. Jalan Mangga yang
sebelumnya hanya 3 meter akan diperlebar sehingga dapat berfungsi 2 arah dan
dijadikan sebagai pemisah antara zona komoditas barang hasil produksi dengan
komoditas hasil bumi. Melalui jalan ini pembeli yang hanya ingin membeli
komoditas hasil bumi juga bisa langsung mencapai dengan cepat.
· Untuk kendaraan angkuta dapat mencapai terminal melalui Jalan Mendut dan
masuk terminal melalui Jalan Mangga. Dan ketika berangkat, angkuta keluar
melalui Jalan Mangga sehingga di depan pasar bebas dari angkuta.

commit to user
125
- IN (Akses khusus angkuta - OUT (Akses khusus angkuta - Akses masuk pasar bagian - SE(Akses masuk khusus
yang masuk terminal) yang keluar terminal) belakang. pejalan kaki atau kendaraan
roda 2)
- Jln. Mangga yang membagi
site dan juga sebagai
penghubung Jln. Salak dan
Jln. Mendut, lebar ± 6 m
- SE(Akses masuk khusus
pejalan kaki atau kendaraan
roda 2)
- SE (Akses masuk khusus
pejalan kaki atau kendaraan
roda 2) - Jln.Salak (jalan
lingkungan), lebar
- Jln.Mendut (jalan ±6m
lingkungan), lebar - Kepadatan lalu
±6m lintas sedang
- Kepadatan lalu - Merupakan jalan 2
lintas sedang arah
- Merupakan jalan 2
arah
- OUT (Akses keluar
kendaraan roda 4 dan
roda 2)

- IN (Akses masuk kendaraan


roda 4 dan roda 2) Keterangan :
- Jln. Panglima Sudirman merupakan jalan utama, lebar ±
: arus sirkulasi angkuta
18 m :arus sirkulasi kendaraan umum
- Kepadatan lalu lintas tinggi
- Jalan 2 arah dan terdapat median jalan
Gambar 33. Analisa Pencapaian
Sumber : Analisa Pribadi

126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Penempatan Parkir

Kriteria :

- Kemudahan akses bagi pembeli dan akses yang cepat ke kios atau los yang dituju.
- Pemerataan distribusi aktifitas perdagangan

Analisa :
Sesuai dengan kriteria tersebut maka sistem parkir yang direncanakan merupakan sistem
parkir menyebar mengelilingi bangunan pasar namun masih berada dalam area pasar.
Keberadaan parkir yang menyebar ini dimaksudkan untuk mempercepat bagi pembeli untuk
sampai pada kios atau los yang dikehendaki. Cara seperti ini juga memudahkan pengunjung
untuk parkir kendaraannya di tempat yang paling dekat dengan tempat tujuan mereka. Dengan
sistem parkir menyebar dituntut adanya jalan yang mengelilingi pasar sehingga dapat
memeratakan distribusi aktifitas perdagangan. Dengan kata lain menyamaratakan nilai ekonomis
antara kios yang di depan maupun yang di belakang. Sehingga semua pemilik kios merasa
bagian depan pasar karena adanya jalan yang mengelilingi pasar. Selain parkir luar, juga
disediakan parkir dalam yaitu parkir pada basement. Parkir basement ini dikhususkan untuk
penjual dan pembeli saat parkir luar tidak dapat menampung jumlah kendaraan pembeli. Karena
pada saat-saat tertentu seperti hari libur atau hari raya jumlah pembeli bisa bertambah
dibandingkan hari-hari biasa.

commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Parkir kendaraan
roda 4
Parkir kendaraan
Parkir kendaraan
roda 2
roda 2

Parkir kendaraan
roda 2
Parkir kendaraan
roda 2

Parkir kendaraan
roda 2

Parkir kendaraan Gambar 34. Analisa Penentuan Lokasi Parkir


roda 4 Sumber : Analisa Pribadi

3. Analisa Orientasi Bangunan

Kriteria :

- Arah hadap bangunan yang paling mudah dilihat


- Keberadaan akses pencapaian

Analisa :

SITE
2 2
1
U

Gambar 35. Analisa Orientasi


Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Ke arah utara :

+ mengarah ke jalan utama yang ramai dengan pusat keramaian

+ kesan menyambut karena menghadap ME dan dilihat langsung oleh pengunjung yang
masuk pasar

2. Ke arah timur dan ke arah barat :

- menghadap jalan lingkungan, tidak menghadap ke jalan utama

- lebar jalan kurang mencukupi untuk lalu lintas padat

3. Ke arah selatan :

- membelakangi jalan utama

- sulit diakses karena berbatasan dengan sungai

Berdasarkan analisa terhadap kelebihan (+) dan kekurangan (-) arah orientasi bangunan
di atas maka dipilih poin 1 sebagai arah orientasi bangunan karena memiliki kelebihan (+)
paling banyak dari pada alternatif yang lain.

Orientasi Pasar Umum Caruban direncanakan menghadap ke utara yaitu Jalan Panglima
Sudirman. Bangunan di orientasikan ke arah ini karena jalan ini merupakan jalan utama
yang dilalui banyak kendaraan. Sehingga diharapkan Pasar Umum Caruban memiiki
kesan menyambut bagi calon pengunjung. Karena bagian fasad ini akan banyak dilihat
pengunjung maka perlu pengolahan fasad agar menampilkan visual bangunan yang
menarik.

commit to user
129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 36. Hasil Analisa Orientasi


Sumber : Analisa Pribadi

4. Analisa Zonifikasi

Kriteria :

- Fungsi ruang dan kelompok kegiatan


- Hubungan antar ruang.

Analisa :

Zonifikasi pada Pasar Umum Caruban didasarkan pada pelaku kegiatan dan kelompok
kegiatan di pasar ini yaitu :

1. Zona Pedagang
Pedagang pada Pasar Umum Caruban saat ini terkesan kurang tertata karena belum
adanya zonifikasi pedagang yang jelas. Maka perlu dilakukan zonifikasi dengan kriteria :
· Sifat barang dagangan
Penzoningan ini didasarkan pada sifat alami dari barang yang diperjualbelikan. Pada
beberapa komoditas membutuhkan perlakuan khusus misalnya daging atau ikan perlu
disedikan tempat untuk memotong dan saluran air untuk membersihkan kotoran. Selain
itu karena daging dan ikan mengeluarkan bau amis maka harus dipisahkan dengan zona

commit to user
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

warung makan dan sejenisnya. Beberapa sifat barang dagangan antara lain kering dan
awet (barang hasil industri), basah (sayur, buah-buahan), cepat basi (makanan baik yang
sudah siap makan maupun perlu diolah), berbau (daging,ikan), dan lain-lain. Selain
barang ada pula yang menawarkan jasa seperti penjahit, salon, tukang patri dan
sebagainya.
· Tingkat kebutuhan
Kebutuhan akan barang dapat dibagi menurut tingkat urgensi bagi pembeli menjadi tiga
yaitu primer, sekunder dan tersier. Dalam penzoningan pada pasar penataan menurut
tingkat kebutuhan ini dilakukan agar barang yang bersifat pelengkap dapat pula menarik
perhatian dari pembeli yang datang.

Analisa :
Pada Pasar Umum Caruban komoditas yang diperdagangkan sangat beraneka ragam.
Dari hasil rekapitulasi data pedagang menurut jenis dagangannya pada tahun 2011
tercatat ada 34 jenis barang dagangan yang diperjualbelikan.

No Jenis Dagangan Kios Los Jumlah


1 Pakaian/kain 25 228 253
2 Sepatu/tas 7 37 44
3 Gerabah 2 50 52
4 Plastik 0 18 18
5 Imitasi/kemasan 0 22 22
6 Kelonthong/komestik 7 18 25
7 Emas/perak 9 0 9
8 Buku 0 3 3
9 Elektro 2 0 2
10 Jam 3 3 6
11 Kaset 6 0 6
12 Gorden 1 0 1
13 Meracang 24 97 121
14 Makanan/roti 4 43 47
15 Warung 10 36 46

commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16 Buah 6 17 23
17 Polowijo 3 0 3
18 Kelapa 0 22 22
19 Pisang 0 10 10
20 Sayur 5 22 27
21 Daging sapi 0 16 16
22 Ikan ayam 0 5 5
23 Ikan laut 1 8 9
24 Patri dandang 1 0 1
25 Mainan 1 4 5
26 Penjahit 0 3 3
27 Bunga hias 0 5 5
28 Salon kecantikan & pangkas rambut 4 3 7
29 Alat-alat pertanian (pacul dll) 1 6 7
30 Mendong 0 2 2
31 Tahu 0 3 3
32 Janggelan 0 1 1
33 Empon-empon 0 6 6
34 Kopi bubuk 0 2 2
Jumlah 122 690 812

Tabel 26. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011
Sumber : DISPENDA “Pasar Umum Caruban”

Data tersebut menunjukkan bahwa di Pasar Umum Caruban barang hasil produksi lebih
banyak diperjualbelikan daripada hasil bumi. Sementara komoditas terbesar yang
diperjualbelikan adalah pakaian/kain. Pembagian zona komoditas dibagi dalam 4 zona,
yaitu :
· Zona A (fashion)
- Pakaian/kain
- Sepatu/tas
Jumlah pedagang di zona A sebanyak 297 pedagang, menempati 32 kios dan 265 los.
· Zona B (barang hasil produksi non fashion + jasa)
- Gerabah - Plastik - Imitasi/kemasan
commit to user
132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Kelonthong/komestik - Emas/perak - Buku


- Elektro - Jam - Kaset
- Gorden - Meracang - Patri dandang
- Mainan - Penjahit - Bunga hias
- Salon kecantikan & pangkas rambut - Mendong - Alat-alat pertanian
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 295 pedagagang, menempati 61 kios dan 234 los.
· Zona C (makanan + bumbu dapur)
- Makanan/roti - Warung
- Tahu - Janggelan
- Empon-empon - Kopi bubuk
- Jumlah pedagang di zona B sebanyak 105 pedagagang, menempati 14 kios dan 91 los.
· Zona D (hasil bumi + daging)
- Buah - Polowijo
- Kelapa - Pisang
- Sayur - Daging sapi
- Ikan ayam - Ikan laut
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 115 pedagagang, menempati 15 kios dan 100 los.

2. Zona bongkar muat


Pola bongkar muat yang direncanakan adalah pola tersebar, sehingga dapat menekan
biaya dan mempermudah material handling. Untuk menghindari terjadinya penumpukan
kendaraan bongkar muat dengan kendaraan pembeli maka kegiatan bongkar muat
dilakukan ketika kegiatan perpasaran belum dimulai. Untuk akses bongkar muat lebar
jalan keliling pasar direncanakan 2 lajur agar tidak terjadi kemacetan ketika proses
bongkar muat.

3. Zona pengelola
Kantor pengelola pasar ditempatkan di lantai dua pasar. Hal ini bertujuan memberikan
kemudahan pengelola untuk melakukan pengawasan terhadap pasar. Posisi kantor
pengelola berada di bagian depan agar mudah diketahui jika ada tamu.

commit to user
133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Zona servis (parkir, mushola, lavatory, pos jaga dan ruang MEE)
Untuk zona parkir ditempatkan menyebar mengelilingi pasar seperti pada penjelasan
sebelumnya. Mushola pasar ditempatkan di lantai 1 dan terpisah dengan bangunan pasar
agar tidak terganggu dengan situasi dalam pasar. Lavatory untuk pasar direncanakan
dibagi enam, tiga di lantai 1 dan tiga di lantai 2. Lavatory ditempatkan di tengah dan di
bagian samping kanan dan kiri bangunan agar mudah dijangkau dari berbagai arah. Pada
massa bangunan pasar yang menjual hasil bumi direncanakan terdapat satu lavatory tiap
lantainya karena jumlah pedagang yang lebih kecil dibandingkan pada zona komoditas
barang hasil produksi. Selain itu fasilitas lavatory juga disediakan di bagian terminal pasar
yang diperuntukkan pengelola terminal dan pengguna terminal. Pos jaga ditempatkan di
empat tempat yaitu menyebat di tiap sudut sehingga mempermudah dalam hal
pengawasan petugas. Ruang MEE seperti ruang pompa, listrik, telepon ditempatkan di
pada basement sehingga tidak mengurangi atau menganggu fasad secara keseluruhan.

5. Zona penunjang (bank, ATM dan terminal pasar)


Untuk zona penunjang yang ditambahkan pada Pasar Umum Caruban adalah bank dan
terminal pasar. Bank direncanakan ditempatkan di bagian depan dekat entrance agar
dapat diketahui dan dijangkau dengan mudah oleh pengunjung. Sementara terminal
pasar ditambahkan sebagai fasilitas penunjang karena belum tersedianya tempat yang
mewadahi bagi angkuta untuk menaikkan, menurunkan dan menunggu penumpang.
Keberadaan angkuta yang tidak terwadahi dapat menggangu kelancaran lalu lintas
sehingga bisa mengakibatkan kemacetan. Zona terminal direncanakan di bagian
belakang site agar meminimalisir tingkat kepadatan di jalur utama yaitu Jalan Panglima
Sudirman.

commit to user
134
Penunjang Servis (P. Roda 2) Pedagang Pedagang
(Terminal) Zona D Zona C

Servis (P. Roda 2)


Zona daging

Bongkar Muat

Servis (P. Roda 2)

Pedagang
Zona B Servis (P. Roda 2)

Servis (P. Roda 4) Bongkar Muat

Penunjang
Pengelola Pedagang Servis
(Bangk,ATM)
Zona A (Mushola)

Gambar 37. Hasil Zonifikasi


Sumber : Analisa Pribadi

135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Analisa Sirkulasi

· Sistem Sirkulasi Horizontal


Untuk menunjang kelancaran sirkulasi perlu adanya sistem sirkulasi yang baik.
Konfigurasi jalan secara umum dapat dikelompokkan dalam beberapa pola sirkulasi
sebagai berikut.
o Pola Linier:
Jalan yang lurus dapat menjadi unsur
pengorganisasian utama deretan ruang. Jalan dapat
berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong
jalan lain, bercabang-cabang atao membentuk putaran
(loop).
o Pola radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang
berkembang dari sebuah pusat bersama. Biasanya
ruang-ruang terpola dalam bentuk yang menyebar
sehingga bentuk radial ini mempunyai jalan yang
berkembang dari sebuah titik pusat.

o Pola terpusat
Suatu jalan tunggal menerus menuju atau mengelilingi
titik pusat yang mengorganisasinya.

o Pola Grid
Ruang-ruang ditempatkan pada bentuk grid tertentu,
yang dihubungkan dengan pola jalan linier yang saling
bersilangan yang membentuk bujur sangkar atau
kawasan ruang segi empat.

commit to user
136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

o Pola Clutser
Sirkulasi yang menghubungkan ruang-ruang yang
dikelompokkan oleh letaknya secara
bersama/berhubungan karena kesamaan visual dan
dibentuk berdasarkan persayaratan fungsional.

Kriteria yang dipertimbangkan adalah:


o Sirkulasi yang memberikan kemudahan dan efisiensi bagi pembeli maupun penjual.
o Sirkulasi yang nyaman dan tidak membingungkan

Analisa :

Sirkulasi yang terjadi di dalam Pasar Umum Caruban meliputi sirkulasi manusia dan
sirkulasi barang. Untuk memenuhi kriteria di atas maka pola sirkulasi yang sesuai adalah
pola grid. Los akan ditempatkan berjajar dan saling berhadapan kemudian akan
dihubungkan dengan jalan linier. Jalan-jalan tersebut akan saling berhubungan sehingga
memberi efisiensi dan kemudahan bagi pergerakan manusia maupun barang. Sementara
kios akan diposisikan mengelilingi bangunan karena digunakan pula sebagai pembatas
antara bagian dalam bangunan dengan bagian luar.

· Sistem Sirkulasi Vertikal


Sistem sirkulasi vertikal lebih ditujukan untuk transisi antar lantai. Pada bangunan pasar
tradisional umumnya sirkulasi vertikal adalah :
◙ Tangga, adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga umumnya terdiri dari
anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk
lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya.
Komponen-komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar
injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail)
dan bidang pengaman (balustrade)

commit to user
137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

◙ Ramp, merupakan media sirkulasi berupa bidang miring yang umumnya


disediakan untuk sirkulasi barang dan sirkulasi bagi kaum difabel.

Kriteria :
- Kemudahan bagi semua pengguna.
- Kelancaran untuk sirkulasi barang.

Analisa :

Untuk sirkulasi manusia pada Pasar Umum Caruban menggunakan tangga yang
ditempatkan di posisi yang strategis. Tinggi injakan dibuat tidak terlalu curam yaitu 15 cm
sehingga cukup ringan bagi ibu rumah tangga atau yang berusia lanjut.

Sementara untuk sirkulasi vertikal barang menggunakan ramp. Lebar ramp berdasarkan
kebutuhan sirkulasi kereta dorong bolak-balik. Asumsi lebar kereta dorong 70 cm maka
lebar ramp minimal 140 cm jika berpapasan. Selain ramp barang disediakan pula ramp
bagi pengguna kursi roda. Lebar kursi roda sesuai standart 80 cm. Ramp ini nantinya
ditempatkan di bagian depan masuk pasar agar mudah terlihat.

Tangga untuk pengunjung

Ramp untuk kursi roda

Ramp untuk barang

Gambar 38. Hasil Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal


Sumber : Analisa Pribadi

commit to user
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Lebar Sirkulasi
Kriteria :
- Kelancaran arus manusia
- Kecenderungan yang terjadi di Pasar Umum Caruban

Analisa :

Dari pengamatan yang dilakukan pada Pasar Umum Caruban, ada 2 kecenderungan pola
berbelanja pembeli.

1. Pembeli dengan motivasi ingin cepat. :


- Tipe pembeli ini dijumpai di area sayur-sayuran, bumbu makanan dan daging.
- Pada umumnya adalah ibu rumah tangga yang datang sendiri atau bersama
anaknya.
2. Pembeli dengan motivasi ingin santai :
- Tipe pembeli ini dijumpai di area pakaian, sepatu dan tas.
- Pada umumnya mereka tidak datang sendiri tetapi bersama teman atau keluarga.
- Kecenderungan untuk memperlambat gerak.

Ukuran dan Dimensi


Lebar efektif minimum jaringan sirkulasi pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang
adalah 60 centimeter ditambah 15 centimeter untuk bergoyang tanpa membawa barang,
sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan menjadi
150 centimeter.
Jika pembeli pada pasar membawa tas belanja di kiri atau kanan, diasumsikan satu tas
belanja sebesar 20 cm maka untuk sirkulasi tiap pembeli menjadi 95 cm. Maka jika
berpapasan kebutuhan lebar jalan menjadi 190 cm. Maka untuk lebar sirkulasi
penghubung antar kios atau los sebesar 200 cm. Karena jika koridor terlalu lebar, pembeli
memiliki kecenderungan terkonsentrasi di salah satu sisi saja.
Sementara lebar koridor utama sebagai akses utama dari luar pasar adalah 3 meter. Hal
dikarenakan pada koridor ini terjadi penumpukan pembeli yang masuk dan keluar pasar

commit to user
139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sehingga diperlukan lebar yang cukup agar tidak mengganggu kenyamanan pembeli.
Selain itu koridor utama dengan lebar 3 meter sesuai dengan lebar standard yang
dikeluarkan Disperindag untuk mewujudkan pasar tradisional yang modern dan berdaya
saing.
Pada pasar yang direncanakan juga akan disediakan selasar luar yang mengelilingi
pasar. Selasar luar ini bertujuan untuk mengoptimalkan strategisnya kios. Lebar selasar
luar ini sama dengan lebar koridor utama yaitu 3 meter.

6. Analisa Lansekap
Dasar Pertimbangan :
- Fungsi dari lansekap untuk memberikan keseimbangan lingkungan berupa taman
untuk memberi kesan teduh dan akrab.
- Penataan lansekap yang dibatasi oleh site yang terbatas.
Analisa :
Berdasarkan kondisi klimatologi, temperatur Kabupaten Madiun berkisar 20 - 35 0C.
Dengan intensitas hujan rendah berkisar antara 18,50 – 19,48 mm/bulan kondisi
lingkungan cenderung kering. Untuk menciptakan suasana yang teduh maka dibutuhkan
ruang terbuka hijau sebagai penyegar udara panas di siang hari. Pada Pasar Umum
Caruban penataan lansekap ditekankan pada penataan vegetasi di sekitar bangunan
pasar. Vegetasi berfungsi sebagai penyedia oksigen, filter terhadap suara, debu, sinar
matahari serta sebagai tempat peresapan air hujan. Untuk kebutuhan jenis vegetasi yang
dibutuhkan di Pasar Umum Caruban adalah yang bersifat lebar dan menyebar.

Gambar 39. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar


Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak

commit to user
140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Analisa Permassaan
· Bentuk Dasar Massa
Dasar Pertimbangan
- Mengoptimalkan pemanfaatan ruang serta kelancaran kegiatan.
- Bentuk ruang dan sirkulasi dalam bangunan
- Bentuk tapak
Analisa :
Bentuk massa Fleksibilitas Efisiensi Estetika Karakter
Pengembangan Aktivitas Bentuk tidak Formil /
pola tata ruang bebas, tidak kaku netral
mudah terikat

Pengembangan Aktivitas agak Bentuk kaku Semi formil/


pola ada, namun terikat dinamis
kurang luwes

Pengembangan Aktivitas Bentuk tidak Non formil


pola sulit kurang bebas kaku

Tabel 27. Analisa Bentuk Massa


Sumber : Analisa Pribadi

Dalam menentukan bentuk dasar massa Pasar Umum Caruban faktor


mengoptimalkan ruang merupakan faktor utama. Hal ini bertujuan supaya tiap ruang
dapat digunakan sesuai kegiatan yang direncanakan di dalamnya dan tidak
menghasilkan ruang negatif yang sulit dimanfatkan. Ruang negatif biasa terjadi karena
bentuk ruang yang menyudut sehingga pada sudut ruang tidak bisa digunakan untuk
aktivitas pemakainya. Bentuk yang biasa digunakan untuk mendapatkan ruang yang
mudah dalam pengolahan dan mampu menampung aktivitas secara optimal adalah
bentuk segi empat. Bentuk ruang nantinya akan berpengaruh pada bentuk dasar massa
bangunan. Sehingga bentuk dasar bangunan agar memperoleh peruangan yang optimal
adalah segi empat.
Untuk ruang dalam bangunan pasar didominasi oleh los segi empat yang ditata
menurut pola grid. Los-los ini dihubungkan oleh jaringan sirkulasi yang berupa grid pula.

commit to user
141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sehingga agar bentuk massa bangunan efisien terhadap bentuk ruang dan sirkulasi
dalam bangunan maka bentuk dasar bangunan yang sesuai adalah segi empat.

Bentuk ruang
Sirkulasi antar
kios dan los
kios/los berpola grid
segi empat

Gambar 40. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi


Sumber : Analisa Pribadi

Sementara untuk pengoptimalan ruang berdasar tapak maka bentuk dasar bangunan
menyesuaikan dengan bentuk tapak yang ada. Dari pengindraan dari atas bentuk yang
dominan pada tapak adalah segi empat. Sehingga bentuk dasar massa bangunan
mengikuti bentuk tapak yaitu segi empat.
Bentuk segi empat lebih
dominan pada tapak

Gambar 41. Sketsa Bentuk Tapak


Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 42. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa


Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Komposisi Massa pada Site


Pada perancangan Pasar Umum Caruban direncanakan akan ditambahkan fasilitas
pendukung untuk menunjang kegiatan perpasaran. Beberapa fasilitas penunjang tersebut
adalah bank, terminal dan mushola. Untuk dapat menjalankan fungsinya masing-masing
secara maksimal maka fasilitas penunjang tersebut akan dipisah dengan bangunan
utama yaitu pasar. Penataan massa pada site berangkat dari penempatan pasar sebagai
bangunan utama kemudian dikelilingi oleh fasilitas-fasilitas penunjang.
· Ekspresi Massa
Sesuai dengan konsep lokalitas maka tampilan bangunan akan bergaya tradisional
seperti pada bangunan sekitar pasar pada umumnya. Bentuk-bentuk atap tradisional
seperti joglo, limasan, pelana merupakan bentuk yang menarik yang dapat memperkuat
kesan lokal bangunan. Penggunaan material alami seperti kayu jati sebagai konstrusi
atap, atap bermotif sirap sebagai penutup atap juga diterapkan untuk menguatkan kesan
tradisional. Selain itu kejujuran material bangunan akan ditampilkan dengan mengekspos
material tersebut.

B.3. Analisa Lokalitas


Dasar Pertimbangan :
· Langgam arsitektur di sekitar Pasar Umum Caruban
· Material lokal yang dapat digunakan
· Kenyamanan dalam ruang
Analisa :
Dari hasil pengamatan terhadap beberapa bangunan yang ada di Kabupaten Madiun
pada umumnya dan Kota Caruban pada khususnya, gaya bangunan terpengaruh oleh
arsitektur keratonan. Hal ini berkaitan dengan sejarah Madiun yang pernah dikuasai oleh
Mataram (Jogjakarta). Nama Madiun awalnya bernama Purabaya. Nama Madiun sendiri
merupakan nama yang diberikan oleh Sutawidjaja ketika berhasil merebut wilayah ini dari
Raden Ayu Retno Djumilah sebagai bupati Purabaya saat itu. Di bawah kekuasaan

commit to user
143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mataram, bentuk arsitektur di Madiun mengikuti arsitektur Keraton Jogjakarta hingga


sekarang. Berikut bangunan yang dijadikan objek pengamatan :

Gambar 43. Joglo Pendopo Kabupaten Madiun. Merupakan tempat tinggal bupati di
kompleks pusat pemerintahan Kabupaten Madiun
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 44. Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Madiun,
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 45. Kantor DPRD Kabupaten Madiun


Sumber : Dokumen Pribadi
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 46. RSUD kota Cruban


Sumber : Dokumen Pribadi

Pada bangunan Pasar Umum Caruban pengaplikasian bentuk arsitektur tradisional


diterapkan pada bentuk atapnya. Karena bentuk arsitektur Jawa memiliki ciri khusus pada
bentuk atap yang khas seperti (joglo, limasan, tajug, panggang pe dsb). Namun karena
tuntutan pencahayaan dan penghawaan alami maka bentuk atap akan diolah agar udara
dan cahaya matahari bisa maksimal dimanfaatkan.
Seperti pada teori mengenai lokalitas bahwa lokalitas merupakan bagian dari
peradaban manusia. Lokalitas adalah sesuatu yang mampu beradaptasi dengan
perkembangan jaman. Sehingga untuk desain Pasar Umum Caruban yang direncanakan
tidak terpaku pada aturan-aturan mengenai bentuk seperti pada arsitektur tradisional.
Karena pada arsitektur lokalitas yang lebih ditekankan adalah spirit kesetempatan maka
untuk bentuk maupun tampilan Pasar Umum Caruban bersifat luwes namun tetap
membawa nilai-nilai arsitektur tradisional.
Untuk material yang akan digunakan adalah material yang dapat diperoleh di
wilayah Kabupaten Madiun. Salah satunya adalah kayu jati yang banyak terdapat di
Kecamatan Kare, Saradan dan Gemarang. Produksi kayu jati Kabupaten Madiun
mencapai 12.538,4 m3 per tahun. Selain kayu jati, penggunaan batu bata sebagai
material bangunan juga dilakukan karena banyak industri batu bata di Caruban. Batu bata
nantinya akan diekspos untuk menunjukkan keunggulan produksi batu bata Caruban.

commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Untuk menambah kelokalan pada Pasar Umum Caruban tidak hanya pada fisik
bangunan saja. Selain kelokalan bentuk dan kelokalan material, kelokalan suasana juga
diterapkan pada Pasar Umum Caruban. Kelokalan suasana yang ingin diciptakan adalah
suasana terbuka seperti yang terjadi pada awal kemunculan pasar tradisional. Suasana
ini tidak tercipta pada Pasar Umum Caruban karena bentuk los yang tertutup menyerupai
kios sehingga terkesan tersekat-sekat dan menghalangi pandangan serta komunikasi
pembeli dan penjual. Untuk itu los akan diganti dengan los terbuka sehingga memberi
keleluasaan bagi pembeli untuk melihat barang dagangan. Namun karena pertimbangan
keamanan maka los terbuka hanya untuk los hasil bumi (sayuran dan daging) sementara
untuk los pakaian dan sejenisnya menggunakan los tertutup.

Bentuk atap pelana


yang memiliki ciri
khusus atap Jawa.

Penggunaan material
kayu dan batu bata
yang diekspos

Los terbuka untuk los


sayur dan daging

Gambar 47. Hasil Analisa Lokalitas


Sumber : Analisa Pribadi

commit to user
146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B.4. Analisis Pendekatan Struktur Bangunan

Dasar pertimbangan :

a. Kekuatan sistem struktur harus mampu menahan pembebanan dan gaya – gaya yang
bekerja pada bangunan dan kondisi fisik tapak.
b. Sistem struktur harus fleksibel untuk memenuhi tuntutan bangunan, bentuk dan gubahan
massa.
c. Sistem struktur mampu ditonjolkan sebagai elemen visual penguat citra bangunan.
d. Kemudahan pemasangan dan perawatan struktur itu sendiri.
Analisa :
Konsep Struktur pada bangunan, pada hakekatnya mirip dengan struktur tubuh manusia, yang
terbagi atas 3 bagian, yaitu : kepala, badan dan kaki.

Gambar 48. Anatomi Struktur


Sumber: Analisa Pribadi

1. Sub Structure (Struktur Pondasi)


Dasar pertimbangan :
· Sistem struktur yang dipakai dalam kaitannnya dengan penyaluran beban
· Kondisi tapak bangunan, meliputi dukungan tanah, kedalaman tanah keras,
kedalaman muka, air tanah dan sebagainya
· Ekonomis dan efisien, dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan
· Kemudahan dalam pelaksanaan
Analisa :

commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bangunan Pasar Umum Caruban direncanakan dua lantai sehingga diperlukan


pondasi yang tepat untuk struktur dan dinding. Jenis tanah di Kabupaten Madiun
didominasi jenis tanah alluvial yang bertekstur liat. Dari jenis-jenis pondasi yang ada
maka dipilih pondasi sumuran sebagai pondasi struktur dan pondasi batu kali
sebagai pondasi menerus. Pondasi sumuran biasa digunakan untuk bangunan lebih
dari satu lantai (1-4) pada kondisi lahan khusus. Jenis tanah alluvial memiliki tingkat
permeabilitas rendah yang mempunyai kecenderungan kembang susut tinggi
sehingga ada kemungkinan terjadi settlement (penurunan). Apalagi pasar ini
nantinya akan menanggung beban hidup yang besar yang berasal dari beban
manusia dan beban barang. Sementara pondasi menerus menggunakan pondasi
batu kali untuk menyalurkan beban dinding bangunan.

Gambar 49. Pondasi Sumuran Gambar 50. Pondasi Batu Kali


Sumber: Analisis Pribadi Sumber: Analisis Pribadi

2. Upper Structure (Struktur Rangka Bangunan)


Dasar pertimbangan :
· Mampu menyalurkan beban dari atap dan tanggap jika terjadi gempa
· Mempunyai fleksibilitas dan memungkinkan untuk bukaan-bukaan.
Analisa :
Bangunan Pasar Umum Caruban direncanakan menggunakan sistem struktur rangka
sebagai struktur pendukungnya, karena kemudahan struktur dan karakteristik pasar yang
menekankan pada fungsi-fungsi ruang di dalamya. Dengan struktur rangka, dinding tidak
sebagai struktur sehingga memungkinkan untuk bukaan-bukaan sebagai ventilasi udara.

commit to user
148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Jaminan kelancaran air ketika dibutuhkan


Analisa :

Kebutuhan air bersih untuk Pasar Umum Caruban diperloeh dari pembuatan sumur
artesis (deep whell) dan dari PDAM. Sumber air yang berasal dari sumur artesis
digunakan sebagai penyedia utama air bersih di pasar untuk mengurangi biaya yang
dikeluarkan. Sementara air dari PDAM dimanfaatkan sebagai antisipasi ketika kemarau
atau kualitas air dari sumur artesis berkurang. PDAM Kabupaten Madiun telah
mempunyai daerah pelayanan yang tersebar di 13 kecamatan termasuk di Kota Caruban.
Berdasar buku utilitas bangunan Ir Hartono Purbo, M.Arch :
· Standart kebutuhan air bersih dalam sebuah pertokoan/pasar 0,5 m3/ hari/100m2
· Kebutuhan perlengkapan saniter closet 8 liter/jam
· Kebutuhan perlengkapan urinoir 30 liter/ jam
· Pengamanan kebakaran 20 m3
· Tangki minimum 10 m3

Sistem distribusi air bersih ada dua macam :

§ Up Feed Distribution, yaitu :


Air dari bak penampung sementara (reservoir) bawah langsung dipompa ke atas
dan disalurkan pada konsumen, dalam sistem ini pompa harus bekerja secara
terus menerus.

§ Down Feed Distribution, yaitu :


Air dari reservoir bawah dinaikkan ke reservoir atas (upper water tank) dengan
pompa, kemudian secara hukum gravitasi melalui pipa-pipa di distribusikan ke
bagian/ruang-ruang yang membutuhkan.

Dari kedua alternatif tersebut pendistribusian air menggunakan Sistem Down Feed
karena lebih hemat energi dan mengurangi kerja pompa air karena bekerja secara
periodik.

commit to user
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Skema Jaringan Air Bersih Upper


Water
Tank
Sumur/deep well P Ground Distribusi
Water P
Tank Distribusi
PAM M

Distribusi
P : Pompa
M : Meteran

Skema 7. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed”


Sumber : Analisis Pribadi

2. Jaringan air kotor


Dasar pertimbangan :
- Kondisi tapak dan jaringan riol kota
- Sistem pembuangan yang tidak mencemari lingkungan dan kemudahan
perawatan.
Analisa :
Pembuangan air kotor disalurkan melalui saluran tertutup yang mudah perawatannya
dan terhindar dari kemungkinan mampet. Dengan saluran tertutup bau tidak sedap
dari air kotor tidak mengganggu lingkungan sekitar. Sedangkan untuk mempermudah
perawatan, pada saluran tertutup ditambahkan bak kontrol.

Kios/los Penangkap lemak Water Treatment Bak Riool Kota


Kontrol

Kotoran cair

KM / WC

Kotoran padat Septic Tank Resapan

Skema 8. Jaringan air kotor


Sumber : Analisis Pribadi
commit to user
151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Air Hujan
Air hujan dari atap akan dialirkan melalui saluran pipa air ke bak kontrol kemudian
dialirkan ke riol kota. Perkerasan pada lahan diusahakan seminim mungkin, agar air
hujan dapat meresap dengan cepat ke dalam tanah. Pembuatan taman akan sangat
membantu penyerapan air hujan yang jatuh pada lahan.

Air hujan Bak kontrol Riol kota

Skema 9. Jaringan Air Hujan


Sumber : Analisis Pribadi

4. Sampah
Dasar pertimbangan :
- Kemudahan pengolahan sampah.
- Mampu menampung kapsitas sampah dalam jumlah besar
Analisa :
Sampah pada Pasar Umum Caruban berasal dari sampah organik dan non organik
selama kegiatan perpasaran berlangsung. Untuk menjaga kebersihan pasar maka
disediakan tempat sampah yang di tempatkan pada tempat yang strategis. Tempat
sampah disedikan dua jenis yaitu untuk sampah organik dan sampah non organik.
Pembagian sampah tersebut untuk mempermudah pada penguraian sampah di tahap
berikutnya. Sampah tersebut secara periodik akan diambil oleh petugas kebersihan
pasar kemudian dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara. Kemudian
dari TPS sampah tersebut akan dipindahkan oleh petugas DKP Kabupaten Madiun ke
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berada di Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan.

Sampah Tempat sampah TPS TPA

Skema 10. Sistem pembuangan sampah


Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Instalasi Listrik
Dasar pertimbangan :
- Sumber tenaga listrik dekat dan mencukupi
- Sistem yang digunakan mudah dalam pelaksanaan dan perawatan

Analisa :
Fungsi instalasi listrik di Pasar Umum Caruban:
- Untuk sumber penerangan dan sumber listrik peralatan elektronik pada saat
diperlukan.
- Untuk sumber tenaga alat-alat service atau alat pendukung lainnya, seperti alat pompa
air, generator, dan lain-lain.

Sistem jaringan :

- Sumber listrik utama berasal dari jaringan PLN, dan sebagai cadangan menggunakan
generator (Genset)
- Arus listrik dari PLN dialirkan ke R. Panel induk/gardu listrik, kemudian didistribusikan ke
bagian atau ruang-ruang yang membutuhkan.
- Genset sebagai sumber listrik cadangan secara otomatis bekerja jika PLN padam.

Sumber listrik didapatkan dari PLN dan genset dengan skema sebagai berikut :

PLN Traf M M : Meteran


MDP : Main Distribution Panel
MDP SDP : Sub Distribution Panel
Auto Switch S : Sakelar
Genset

SDP Umum

Distribusi Distribusi Distribusi

Skema 11. Jaringan Instalasi Listrik


Sumber
commit : Analisa Pribadi
to user
153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Jaringan Telekomunikasi

Dasar pertimbangan :

- Sistem telekomunikasi yang efektif


- Kuantitas pengguna

Analisa :

Untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi disediakan jaringan dari PT. Telkom untuk
seluruh pihak yang membutuhkan komunikasi dengan pihak luar.
P Distribusi

Jaringan PABX P Distribusi


TELKOM

P Distribusi

Skema 12. Sistem Jaringan Komunikasi


Sumber : Analisis Pribadi

7. Fire Protection (Pemadam Kebakaran)


Dasar pertimbangan :
- Kemudahan penerapan dan kesesuaian dengan fungsi bangunan sebagai bangunan
publik.
- Pencegahan kebakaran yang mungkin terjadi.
Analisa :
Kemungkinan penyebab kebakaran antara lain :
- kelalaian pelaku kegiatan
- konsleting listrik
- terbakarnya bahan bakar pada R. service
- kebakaran pada kompor

commit to user
154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- terkena sambaran petir

Pada Pasar Umum Caruban yang berkarakteristik tradisional digunakan penanganan


bahaya kebakaran dengan penyediaan tabung-tabung pemadam dan hydrant pada
titik-titik tertentu. Penempatan tabung-tabung pemadam diprioritaskan pada ruang-
ruang dalam. Sedangkan, untuk hydrant ditempatkan pada titik-titik tertentu di
sekeliling luar bangunan, juga beberapa titik di taman dalam.

8. Penangkal Petir

Dasar pertimbangan :

- Efektifitas sistem terhadap sambaran petir


- Tidak menggangu estetika bangunan
Analisa :

§ Sambaran petir merupakan salah ancaman pada bangunan karena merupakan


penyebab kebakaran. Untuk mencegah hal itu maka diperlukan perangkat untuk
mengalirkan petir apabila bangunan tersambar petir. Sistem penangkal petir yang
digunakan pada Pasar Umum Caruban adalah dengan sistem konvensional yang
ditempatkan pada titik tertentu penghantar-penghantar di atas atap yang berfungsi
sebagai penangkap petir baik berupa elektroda logam yang dipasang tegak,serta
penghantar yang dipasang mendatar yaitu berupa kawat tembaga (BC) dengan
diameter 50 mm2, sehingga sambaran petir dapat disalurkan melalui pertanahan.

commit to user
155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Yang Direncanakan

A. Maksud, Tujuan, dan Sasaran


A.1. Maksud
Adapun maksud Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban
adalah sebagai berikut :
a. Mengembalikan Peranan Pasar Umum Caruban sebagai Pusat Perekonomian
Rakyat Caruban dan Sekitarnya
Setelah terjadinya kebakaran pada tahun 2006, kondisi Pasar Umum
Caruban tidak segera direnovasi oleh pemerintah. Kondisi pasar yang bersifat
darurat dari tahun ke tahun menjadikan keadaan semakin memprihatinkan.
Faktor kenyamanan, keamanan, kebersihan menjadi kurang diperhatikan. Hal ini
mengakibatkan sejumlah pembeli enggan untuk berbelanja ke Pasar Umum
Caruban. Apalagi di Kota Caruban saat ini sudah semakin menjamur keberadaan
swalayan dan toko-toko yang menyediakan kebutuhan sehari-hari.
Jika kondisi ini tidak segera diperbaiki Pasar Umum Caruban yang telah
ada berpuluh-puluh tahun yang lalu akan semakin menurun kegiatan jual belinya.
Hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi para pedagang secara langsung
padahal di lain pihak mereka harus tetap membayar retribusi ke pengelola pasar.
Tak hanya pedagang yang akan merasakan kerugian, banyak pihak yang akan
ikut merugi seperti penyuplai barang, tukang becak, sopir andong dan
sebagainya.
Pedagang kecil yang saat ini tengah berjuang dengan keadaan sulit
tentunya akan mencari solusi untuk menyelesaikan persoalan mereka jika tidak
segera ditangani. Hal yang dikhawatirkan apabila mereka akan beralih dari
pedagang pasar menjadi PKL. Padahal keberadaan PKL dapat mengganggu tata

commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kota jika tidak dikelola dengan baik. Karena menyangkut hidup orang banyak
terutama rakyat kecil maka perlunya dilakukan perancangan baru Pasar Umum
Caruban agar tetap eksis dan bertahan di era modern seperti saat ini.

b. Sebagai Fasilitas Perdagangan Berskala Kabupaten


Berkaitan dengan keluarnya PP No. 52 Tahun 2010 mengenai pemindahan
ibukota Kabupaten Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan, status Kecamatan
Mejayan ditingkatkan menjadi Perkotaan Mejayan. Dari RTRW Kabupaten
Madiun kawasan Perkotaan Mejayan disiapkan menjadi kawasan yang berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan disekitarnya. Arahan
pengelolaan perkotaan Mejayan adalah menyediakan sarana dan prasarana atau
infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan perkotaan skala
kabupaten.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka dibutuhkan fasilitas
perdagangan yang memadai. Salah satu fasilitas perdagangan yang sangat
dibutuhkan adalah pasar. Pada tahun berikutnya sampai tahun 2029 untuk
Kabupaten Madiun dibutuhkan setidaknya dua pasar dengan skala kabupaten.
Artinya bahwa untuk pasar skala kabupaten tidak perlu penambahan karena di
Mejayan dan Dolopo sudah ada. Yang perlu dilakukan adalah pembangunan
pasar di Mejayan sehingga lebih representative dan menjadi pasar skala
kabupaten.

c. Sebagai Landmark Bagi Kabupaten Madiun


Sebagai sebuah kawasan yang dipersiapkan sebagai ibu kota Kabupaten
Madiun, Kota Caruban diprediksi akan mengalami perkembangan pesat pada
setiap sektor. Perkembangan di setiap sektor tersebut menuntut penyediaan
fasilitas umum perkotaan yang memadai, efisien, nyaman dan aman. Untuk itu
pembangunan infrastruktur seperti kantor pemerintahan, pusat perdagangan,
sarana pendidikan, area pemukiman dan sebagainya perlu segera direalisasikan.

commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada tahap ini pembangunan di Kota Caruban dapat dikatakan sebagai langkah
awal membentuk karakter atau citra kota. Untuk itu Kota Caruban membutuhkan
suatu objek bangunan atau kawasan yang bisa dijadikan sebagai landmark kota,
yaitu bangunan atau kawasan yang menjadi titik pusat orientasi yang
keberadaannya dapat menandakan ciri, citra, atau image suatu wilayah.

A.2. Tujuan
Adapun tujuan Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban adalah
sebagai berikut :
a. Bagi Pedagang Pasar Umum Caruban
· Menambah jumlah konsumen/pembeli yang datang sehingga dapat
meningkatkan pendapatan bagi pedagang.
· Menyediakan tempat berjualan yang aman dan nyaman bagi semua pedagang
di Pasar Umum Caruban saat ini.
b. Bagi Pembeli Pasar Umum Caruban
· Menyediakan tempat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang
memberikan kenyamanan.
· Bagi masyarakat menengah ke bawah dapat mendapatkan barang dibutuhkan
sesuai kemampuan karena berlakunya proses tawar menawar.
c. Bagi Pemerintah
· Membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan bagi rakyat kecil
(pedagang pasar, petani penyuplai barang dagangan, tukang becak dan
sebagainya)
· Membantu pemerintah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
d. Bagi Masyarakat Umum
· Menciptakan peluang kerja baru.
· Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di area sekitar pasar.

commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A.3. Sasaran
Adapun sasaran pada Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban
adalah sebagai berikut :
a. Sektor Perdagangan
Melalui Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban ini akan
meningkatkan kegiatan jual beli dalam pasar sehingga dapat berperan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah dari sektor
perdagangan.
b. Sektor-sektor lainnya
Melalui Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban yang berada di
pusat ibukota kabupaten diharapkan dapat mendukung dan menjadikan Pasar
Umum Caruban sebagai landmark Kabupaten Madiun.

B. Kegiatan Yang Akan Diwadahi


Pasar Umum Caruban yang akan dihasilkan akan berfungsi sebagai pusat
perbelanjaan dengan konsep tradisional. Pasar ini akan berperan layaknya fungsi hakiki
pasar yaitu sebagai tempat dimana orang yang membutuhkan barang dapat memperoleh
apa yang dibutuhkannya dan orang yang memiliki kelebihan produksi dapat menjual sisa
hasil produksinya. Pasar yang dihasilkan akan melayani kebutuhan sehari-hari
masyarakat sekitar pasar dan lebih luas lagi masyarakat se-Kabupaten Madiun.

Berikut kelompok kegiatan yang akan diwadahi dalam Pasar Umum Caruban:
a. Kegaiatan Jual Beli
· Kegiatan display barang dagangan
· Kegiatan penjualan antara pedagang dan pembeli
· Bongkar muat barang dan menyimpan barang dagangan
b. Kegiatan Pengelola
· Kegiatan administrasi
· Pelayanan info dan menerima tamu

commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

· Kegiatan direksi
· Kegiatan operasional
· Kaegiatan rapat
· Kegiatan pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian
c. Kegiatan Servis
· Parkir kendaraan
· Membersihkan area pasar
· Sholat dan kegiatan metabolisme
· Kegiatan penjagaan keamanan
d. Kegiatan Penunjang
· Kegiatan mengambil dan menyimpan uang.
· Permodalan dan perkreditan bagi pedagang.

C. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan terbagi atas beberapa unsur pembentuk kegiatan yang
direncanakan pada Pasar Umum Caruban, antara lain :

a. Kegiatan Jual Beli


Waktu operasional kegiatan jual beli yang akan dilakukan di Pasar Umum
Caruban yang direncanakan sama dengan waktu operasional sebelumnya yaitu mulai
pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB. Pasar mulai beraktivitas pada pukul 08.00
karena sesuai dengan peraturan yaitu adanya Pasar Sayur Caruban yang melayani
penjualan hasil bumi sampai batas waktu jam 08.00. Di Kota Caruban untuk penjualan
hasil bumi terfokus di Pasar Sayur baru kemudian ke pasar yang lain. Jika Pasar
Umum Caruban dimulai lebih awal dikhawatirkan akan mengambil sejumlah pembeli
yang sebelumnya berbelanja ke Pasar Sayur Caruban. Untuk kegiatan bongkar muat
dan display barang sudah dapat dilakukan ketika pasar belum dibuka sehingga lebih
efisien waktu dan tidak menggangu sirkulasi pengunjung. Akan tetapi pada waktu-

commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

waktu tertentu jadwal kegiatan ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada.

b. Kegiatan Pengelola
Kegiatan pengelola menyesuaikan kebutuhan dan kegiatan yang berlangsung
dalam Pasar Umum Caruban. Namun, untuk kegiatan administrasi hanya sampai pada
jam tertentu sesuai dengan jam kerja pada umumnya. Berikut ini merupakan jadwal
kerja pengelola secara resmi :
Senin-Kamis = 07.00 – 14.00 WIB
Jumat = 07.00 – 11.00 WIB
Sabtu = 07.00 – 13.00 WIB
Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu, jadwal kegiatan ini dapat berubah
sesuai dengan situasi dan kondisi yag ada.

c. Kegiatan Servis
Kegiatan jservis juga menyesuaikan kegiatan yang berlangsung pada Pasar
Umum Caruban. Untuk kegiatan parkir, sholat dan kegiatan metabolisme sesuai
dengan jam operasional pasar. Sementara kegiatan bersih-bersih dilakukan ketika jam
operasional telah selesai agar tidak mengganggu sirkulasi pengunjung pasar. Untuk
kegiatan keamanan dilakukan 24 jam yang dilakukan oleh satpam pasar secara
bergilir.

d. Kegiatan Penunjang
Salah satu kegiatan penunjang disini adalah kegiatan menyimpan, transfer
dan mengambil uang. Untuk melayani kegiatan tersebut maka dibutuhkan bank
cabang yang khusus disediakan di area pasar. Bank ini berfungsi untuk melayani
kegiatan tersebut pada hari kerja seperti pada bank umumnya. Pada bank ini
disediakan pula mesin ATM yang melayani pengambilan uang tunai yang disediakan
ketika bank sudah tutup atau libur.

commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Skala Pelayanan
Skala pelayanan Pasar Umum Caruban yang direncanakan ini bersifat
regional yaitu untuk memenuhi kebutuhan masayarakat sekitar pasar dan seluruh
masyarakat Kabupaten Madiun. Namun tidak menutup kemungkinan akan adanya
pembeli yang berasal dari luar kota karena posisi pasar berada di jalur perlintasan
antar propinsi.

E. Potensi dan Kelemahan Lokasi Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kecamatan
Mejayan (Analisa SWOT)

Analisa SWOT adalah salah satu metode analisa bagi perumusan program
yang memberikan arahan yang sistematis dan terstruktur tentang bagaimana langkah-
langkah yang harus dilalui untuk mencapai tujuan melaui aspek-aspek internal
(kekuatan/potensi dan kelemahan/hambatan) serta aspek-aspek eksternal
(peluang/kesempatan dan ancaman).

Dalam menganalisis faktor kelayakan Pasar Umum Caruban di Desa


Pandean, Kecamatan Mejayan dapat ditinjau dari faktor internal dan eksternal.
Analisis kelayakan dari faktor internal dapat dilihat dari kekuatan (strengths) yaitu letak
yang stategis, ketersediaan akses jalan dan transportasinya, dekat dengan
pemukiman, ketersediaan jaringan drainase. Dari kelemahan (weakness) yaitu lahan
terbatas dan mahal karena lokasi pasar berada di pusat kota, lalu lintas belum tertata,
kondisi pasar kurang terpelihara (bocor ketika hujan, selokan tersumbat), fasilitas
pendukung kurang memadai (tempat parkir tidak mencukupi, MCK kurang bersih).
Sementara dari faktor eksternal dapat dilihat dari peluang (opportunity) yaitu rencana
pengembangan perkotaan Mejayan, tuntutan pemerintah daerah memiliki pasar skala
regional yang representatif di lokasi yang strategis, menjadi landmark kota karena
berada di pusat kota. Dari ancaman (threat) yaitu meningkatnya arus lalu lintas,
kondisi lingkungan menjadi kurang tertata dan terkesan kotor, konflik dengan warga
mengenai pembebasan lahan.
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT


Peluang/Opportunity (O) Ancaman/Threats (T)
EKSTERNAL - rencana pengembangan - meningkatnya arus lalu lintas
perkotaan Mejayan - kondisi lingkungan menjadi
- tuntutan pemerintah daerah kurang tertata dan terkesan
memiliki pasar skala regional kotor
yang representatif di lokasi - konflik dengan warga
yang strategis mengenai pembebasan
INTERNAL - menjadi landmark kota karena lahan
berada di pusat kota
Kekuatan/Strengths (S) Aternatif Strategi SO Aternatif Strategi ST
- letak yang stategis - pembenahan manajemen - penataan dan pengendalian
- ketersediaan akses jalan dan pasar dan fisik bangunan transportasi
transportasinya pasar - pengaturan tata guna lahan
- dekat dengan pemukiman - penataan lingkungan - peraturan mengenai
- ketersediaan jaringan drainase pemukiman pengelolaan sampah
- penataan transportasi kota - pemberian ganti rugi sesuai
- ketentuan dan jaminan
- penguatan karakter dan relokasi ke tempat yang
identitas kawasan layak

Kelemahan/Weakness Aternatif Strategi WO Aternatif Strategi WT


- lahan terbatas dan mahal - pengaturan kembali tata guna - pengaturan dan optimalisasi
karena lokasi pasar berada di lahan dan kegiatan yang lahan
pusat kota diijinkan - edukasi untuk menciptakan
- lalu lintas belum tertata - penataan dan pengendalian pasar yang bersih, indah dan
- kondisi pasar kurang transportasi higienis
terpelihara - meningkatkan - peningkatan mutu dan
- fasilitas pendukung kurang profesionalitas manajemen pembenahan sarana fisik
memadai pasar pasar
- perencanaan arsitektur - pengaturan dan
pasar yang menarik dan pengelolaan sampah
menonjol lingkungan

Tabel 16. Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT
Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari hasil analisis SWOT kelayakan Pasar Umum Caruban, menunjukkan bahwa
lokasi Pasar Caruban di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan layak sebagai lokasi pasar
dengan pertimbangan :

1. Sesuai dengan RUTRK Kabupaten Madiun


2. Berada pada lokasi yang strategis dekat pemukiman penduduk, sesuai dengan
program Pemerintah Kabupaten Madiun untuk mendirikan pasar skala kabupaten
pada lokasi yang strategis.
3. Telah ada embrio pasar (aktivitas jual beli)
4. Ketersediaan pasokan listrik yang memadai serta sarana jalan dan sarana transportasi
yang mudah dilalui
5. Jika luasan tidak memadai dapat melakukan perluasan karena lokasi perluasan pasar
merupakan lahan matang, siap bangun dan tidak memerlukan pengurugan tanah.

Namun demikian untuk lokasi di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan saat ini perlu
pembenahan atau penanganan sebagai berikut :

- Pembebasan lahan di belakang pasar dan perancangan pasar dua lantai untuk
mencukupi kebutuhan luasan pasar.
- Menata aksesibilitas jalan dan transportasi jalan menuju lokasi pasar agar tidak
menimbulkan macet.
- Mengembangkan utilitas dan infrastruktur pasar, seperti saluran drainase, jaringan
listrik, jaringan perpipaan, instalasi pemadam kebakaran, dan lain sebagainya.
- Penataan fasilitas-fasilitas pasar, seperti kantor pengelola, toilet, area parkir,
mushola, pos keamanan, tempat pembuangan sampah sementara, dan lain
sebagainya.

commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Skenario Perencanaan
Sesuai dengan RTRW Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban
diproyeksikan sebagai pasar berskala Kabupaten sampai pada tahun 2029. Sehingga
langkah yang pertama adalah merencanakan pasar yang dapat menampung
pedagang saat ini dan pedagang yang bertambah pada tahun-tahun berikutnya.
Peningkatan jumlah pedagang ini diperkirakan berdasarkan persentase pertumbuhan
ekonomi di bidang perdagangan Kabupaten Madiun.
Kemunculan pasar modern sedikit atau banyak telah berpengaruh terhadap
menurunnya pembeli pasar tradisional. Keunggulan pasar modern yang bersih, sejuk
berbanding terbalik dengan kondisi pada pasar tradisional pada umumnya. Pasar
tradisional sudah identik dengan kondisi yang kotor, bau, pengab, panas dan
sebagainya sehingga memberikan ketidaknyamanan bagi pembeli. Untuk itulah Pasar
Umum Caruban Baru yang direncanakan akan menghilangkan kesan tersebut dengan
pengelolaan kebersihan pasar secara teratur, mewujudkan kenyamanan dengan
perencanaan perancangan termal. Selain itu untuk menciptakan kemudahan bagi
pengunjung dalam kegiatan berbelanja dilakukan pembagian zona-zona pedagang
pasar yang disesuaikan dengan komoditas dagangan.
Untuk tampilan Pasar Umum Caruban sendiri akan bergaya arsitektur lokal.
Hal ini bertujuan untuk menjadi identitas bagi pasar ini sehingga dapat dijadikan
landmark berwawasan identitas. Karena saat ini muncul kecenderungan pasar
tradisional sudah mengiblat pola pikir barat sehingga menghasilkan bentuk kotak dan
kurang merepresentasikan kearifan arsitektur lokal. Dari eksplorasi terhadap bentuk
dan material lokal diharapkan dapat selaras dengan lingkungan. Penggunaan
material lokal sendiri adalah material yang dapat diperoleh dari sekitar site seperti batu
bata, kayu jati, bambu.
Untuk mendukung keberadaan Pasar Umum Caruban Baru sebagai pasar
berskala kabupaten maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Beberapa fasilitas
penunjang yang diperlukan adalah area parkir yang memadai, bank, musholla, toilet
dan pengolahan sampah sementara yang memadai. Selain itu perlu disediakan pula
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terminal untuk ngetem angkuta agar terkesan tertata dan tidak mengganggu arus
transportasi di Jalan Sudirman.
Dengan penambahan jumlah kios maupun los dan fasilitas-fasilitas penunjang
lainnya maka diperlukan site dengan luas yang lebih luas dari site sekarang. Pada
Pasar Umum Caruban saat ini luas site sekitar 8000 m2. Dengan luasan tersebut
Pasar Umum Caruban tidak mampu menampung seluruh pedagang. Terlebih untuk
area parkir, para pembeli dapat memarkir kendaraan mereka di sekitar pasar atau di
dalam karena lahan parkir yang disediakan sangat sempit. Oleh karena itu untuk
dapat menampung seluruh kegiatan yang direncanakan, site akan diperluas dan
bangunan pasar akan dijadikan dua lantai.

commit to user
104

Anda mungkin juga menyukai