Disusun oleh :
Kelompok VIII-B
Tasya Nugraha 21110118140058
Edgar Satyadi Karang 21110118130079
M. Alfarisi Handifa 21110118130085
Sujiwo Pandu Wijaya 21110118140087
Adya Amalia Putri 21110118140088
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II telah disetujui oleh Asisten Praktikum
dan disahkan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah II, Departamen
Teknik Geodesi, Universitas Diponegoro.
Disusun oleh :
Kelompok VIII-B
Tasya Nugraha 21110118140058
Edgar Satyadi Karang 21110118130079
M. Alfarisi Handifa 21110118130085
Sujiwo Pandu Wijaya 21110118140087
Adya Amalia Putri 21110118140088
Thia Prahesti
NIM. 21110116130060
Menyetujui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah Dosen Pengampu Mata Kuliah
Kelompok VIII-B ii
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala karunia dan ridho-Nya, sehingga Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini
dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah II Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dr. Yudo Prasetyo,ST.,MT., selaku Ketua Departemen Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Bapak Ir. Bambang Sudarsono, M.S. dan Bapak Nurhadi Bashit,ST.,
M.Eng. selaku dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II.
3. Bambang Darmo Yuwono, ST., MT., selaku kepala Laboratorium
Pengukuran dan Pemetaan, Teknik Geodesi Universitas Diponegoro
4. Thia Prahesti, selaku asisten praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II
yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
5. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan
praktikum Ilmu Ukur Tanah II.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini lebih
sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penulisan laporan di masa yang
akan datang. Terima Kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kelompok VIII-B iv
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Kelompok VIII-B v
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Kelompok VIII-B vi
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Pita Ukur ........................................................................................ II-1
Gambar II-2 Rambu Ukur ................................................................................... II-2
Gambar II-3 Statif ............................................................................................... II-3
Gambar II-4 Waterpass ....................................................................................... II-4
Gambar II-5 Theodolite ....................................................................................... II-5
Gambar II-6 Pengukuran BA,BT,BB ................................................................ II-11
Gambar II-7 Pengukuran beda tinggi berantai .................................................. II-11
Gambar II-8 Bidang Referensi .......................................................................... II-11
Gambar II-9 Perinsip Penentuan Beda Tinggi Dengan Sipat Datar .................. II-12
Gambar II-10 Sudut Vertikal ............................................................................ II-15
Gambar II-11 Sudut BAC ................................................................................. II-15
Gambar II-12 Sudut Dalam dan Sudut Luar ..................................................... II-16
Gambar II-13 Penentuan Azimuth dari Titik Tetap ........................................... II-16
Gambar II-14 Kuadran Perhitungan Azimuth .................................................... II-17
Gambar II-15 Azimuth dari Rangkaian Titik ..................................................... II-17
Gambar II-16 Sipat Datar .................................................................................. II-18
Gambar II-17 Sketsa Pengukuran Sipat Datar Trigonometris .......................... II-18
Gambar II-18 Metode Siku-Siku ....................................................................... II-22
Gambar II-19 Pengikatan Pada Sembarang Titik .............................................. II-22
Gambar II-20 Perpanjangan Sisi ....................................................................... II-23
Gambar II-21 Cara Trilaterasi Sederhana ......................................................... II-23
Gambar II-22 Metode Polar dengan Azimuth dan Jarak ................................... II-24
Gambar II-23 Metode Polar dengan Unsur Sudut dan Jarak ............................ II-24
Gambar II-24 Titik Batas .................................................................................. II-24
Gambar II-25 Lanjutan Titik Batas ................................................................... II-25
Gambar II-26 Garis Kontur ............................................................................... II-25
Gambar II-27 Metode Penyikuan ...................................................................... II-31
Gambar II-28 Cara Mengikat Pada Titik Sembarang ....................................... II-31
Gambar II-29 Cara Perpanjangan Sisi............................................................... II-32
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Interval Kontur ................................................................................. II-26
Tabel II-2 Harga-Harga Intrerval ...................................................................... II-26
Tabel II-3 Lanjutan Harga-Harga Interval ........................................................ II-27
Tabel IV-1 Contoh Hasil Perhitungan Waterpass .............................................. IV-1
Tabel IV-2 Hasil Uji Kolimasi Alat Waterpasss................................................ IV-3
Tabel IV-3 Hasil Uji Kolimasi Theodolite ......................................................... IV-3
Tabel IV-4 Hasil Pembacaan Arah Vertikal Biasa dan Luar Biasa ................... IV-5
Tabel IV-5 Hasil Bacaan sudut vertikal dan sudut horizontal ........................... IV-5
Tabel IV-6 Hasil Pengecekan Jarak Optis ......................................................... IV-6
Tabel IV-7 Contoh Hasil Perhitungan Koordinat Poligon ................................. IV-6
Tabel IV-8 Contoh Hasil Pengukuran Situasi dan Detail ............................... IV-12
Tabel IV-9 Koordinat Bidang Tanah ............................................................... IV-13
Tabel IV-10 Lanjutan Koordinat Patok Bidang Tanah .................................... IV-14
Tabel IV-11 Luas Bidang Tanah ...................................................................... IV-14
Kelompok VIII-B ix
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Umum
Menurut International Association of Geodesy “Geodesi adalah ilmu yang
mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan benda-benda
langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya masing-masing dalam ruang tiga
dimensi yang berubah seiring berjalannya waktu”. Geodesi mempelajari bentuk dan
dimensi muka bumi, dengan pengukuran yang dilaksanakan di permukaan dan
atmosfir bumi. Pengukuran pada permukaaan bumi dapat dilakukan dengan alat-
alat yang berkaitan dengan ilmu ukur tanah sedangkan pada atmosfer bumi
pengukuran dilakukan dengan pengindraan jauh menggunakan pesawat udara dan
satelit (Abidin, 2008).
Ilmu Ukur Tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi
relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,
dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu
daerah (Wikipedia, 2017).
Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau
kedudukan suatu objek di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat
(umunya digunakan sistem koordinat geodetis). Data-data yang diukur dalam
pengukuran antara lain sudut, jarak, dan tinggi (Agung, 2016).
Dalam melakukan pengukuran di bidang kegeodesian dan ilmu pengukuran
tanah, telah dibuat bermacam-macam alat ukur yang dapat membatu
mengoptimalkan pekerjaan, diantaranya adalah penggunaan alat ukur waterpass
dan theodolite.
Waterpass adalah alat ukur penyipat datar dengan teropong dan dilengkapi
nivo dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ke arah horizontal.
Alat ini tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau statif level, karena alat ini bila
digunakan harus dipasang di atas kaki tiga atau statif (Firman, 2012).
Theodolite adalah untuk mengukur jarak, sudut dan beda tinggi. Bedanya
Theodolite mempunyai dua sumbu, yaitu sumbu I (vertikal) dan sumbu II
(horizontal). Dengan adanya sumbu horizontal, garis bidik atau teropong dapat
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Alat Ukur
Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu
besaran yang belum diketahui nilainya terhadap besaran lain yang sudah diketahui
nilainya, misalnya dengan besaran standar. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada
lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur dengan alat ukur tanah. (Kustarto
& Hartanto, 2010).
Alat ukur tanah adalah alat-alat yang dipersiapkan guna mengukur jarak dan
atau sudut. Alat-alat yang digunakan ada yang tergolong sederhana dan ada yang
tergolong modern. Sederhana atau modernnya alat ini dapat dilihat dari komponen
alatnya dan cara menggunakannya. (Kustarto & Hartanto, 2010).
II.1.1 Pita Ukur
Pita ukur, sering disebut meteran atau tape karena umumnya tersaji dalam
bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya
pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau
rol, panjangnya bervariasi dari 20m, 30m, 50m,dan 100m. Kegunaan utama atau
yang umum dari meteran ini adalah untuk mengukur jarak atau panjang. Kegunaan
lain yang juga pada dasarnya adalah melakukan pengukuran jarak, antara lain
(Haqy, 2017):
1. Mengukur sudut baik sudut horizontal maupun sudut vertikal atau lereng,
2. Membuat sudut siku-siku, dan
3. Membuat lingkaran.
II.1.3 Statif
Statif adalah alat untuk mendirikan instrument terdiri dari kaki tiga dari
alumunium.Bagian atas berupa alat datar atau lengkung yang ditengah-tengahnya
berlubang tempat sekrup guna menghubungkan instrument dengan statif tersebut.
Ujung bawah sekrup terdapat kait gunanya untuk menggantungkan unting-unting
(Senawi, dkk, 2011).
ini juga terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, baik dalam segi
desain maupun spesifikasi dan fiturnya. (Farrington, 1997).
diketahui, sebab tanpa diketahui jaraknya, tidak mungkin kedudukan titik dapat
ditentukan (Wongsojitro, 1980).
Menurut Wongsotjitro (1980) secara umum jarak dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Jarak horizontal (HD), merupakan panjang garis antara dua titik (AB) terletak
pada bidang datar proyeksi.
b. Jarak miring (SD), Apabila panjang garis antara dua titik (AB) terletak tidak
pada bidang datar.
Dalam pengukuran tanah, jarak datar antara dua titik berarti jarak horizontal.
Jika kedua titik berbeda elevasinya, jaraknya adalah panjang garis horizontal antara
garis unting-unting di kedua titik itu (Wongsotjitro, 1980).
Sesuai dengan dimensi areal/ persil yang akan diukur, menurut Frick (2006)
pekerjaan mengukur pada umumnya dibedakan dalam dua klasifikasi sebagai
berikut :
a. Geodesi
b. Ukur tanah datar (Plane survey)
Bola bumi pada hakekatnya mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga
untuk pengukuran pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode
pengukuran pada bidang ellipsoida. Jadi pengukuran di atas permukaan Bumi
dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk lengkung permukaan Bumi dan
proses perhitungannya pun akan lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran
yang dilakukan pada bidang datar. Pada pengukuran persil yang tidak terlalu luas,
lengkung permukaan bumi dianggap tidak terbatas, sehingga dapat diterapkan
metode pengukuran pada bidang datar dan dengan demikian angka-angka/ data-
data hasil pembacaan dilapangan dapat diperoses dengan cara yang lebih mudah.
Jadi pengukuran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan bentuk lengkung
bumi disebut geodesi, sedang pengukuran yang dilaksanakan tanpa
mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut ukur tanah datar (Aziz, 2014).
Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak/ kedudukan
suatu objek di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat (umumnya
dipergunakan sistem koordinat geodetis). Dan dalam pelaksanaan pengukuran itu
sendiri yang dicari dan dicatat adalah angka-angka jarak dan sudut (Irvine, 1995).
Menurut Basuki (2011) ada beberapa alat bantu dalam pengukuran jarak
secara langsung, yaitu antara lain berupa :
1. Yalon, yaitu tongkat kayu, aluminium atau besi berdiameter 1,5 sampai 3
cm dengan panjang 1,5 sampai 3 meter yang runcing di bagian bawah dan
dicat merah-putih atau hitam-putih setiap 20 sampai 30 cm, digunakan
untuk pelurusan. Tongkat ini biasanya berupa satu batang penuh atau berupa
dua batang sambungan yang dapat dilepas.
2. Pen ukur yang terbuat dari kawat baja.
3. Benang dan unting-unting.
4. Klinometer atau helling meter atau Abney level.
5. Jepitan penarik.
6. Pegas pengukur ketegangan .
7. Cermin atau prisma penyik.
Pelaksanaan pengukuran jarak dapat dibagi menjadi dua tahapan (Basuki,
2011), yaitu:
1. Pelurusan arah antara dua titik yang akan diukur.
2. Pelaksanaan pengukuran jaraknya sendiri.
II.5.2 Pengukuran Jarak Optis
Pada pengukuran situasi rumus-rumus perhitungan tachymetry yang
digunakan adalah:
Jarak Datar :
D = (BA − BB) × 100 × sin2V ...................................... (II.3)
Beda Tinggi h = (BA − BB) × 100 × sinV × cosV + (TA −BT) ...... (II.4)
Keterangan :
TA = Tinggi alat.
BT = Bacaan benang tengah.
BA = Bacaan benag atas.
BB = Bacaan benang bawah.
h = Beda tinggi.
hA = Tinggi titik A (diketahui).
hB = Tinggi titik B (dicari).
D = Jarak datar.
V = Sudut vertikal.
Menghitung titik B :
hB = hA + h
= hA + (BA-BB) x 100 . sinvcosv + TA-BT ......................... (II.5)
Istilah sipat datar berarti konsep penentuan beda tinggi antara dua titik atau
lebih dengan garis bidik mendatar/horizontal yang diarahkan pada rambu-rambu
yang berdiri tegak (Aji, 2013).
untuk mengurangi nilai ketidak pastian hasil pengukuran. Untuk itu metode yang
digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan variable yang akan diukur agar
hasil yang didapatkan akurat. Dalam ilmu ukur tanah, metode pengukuran terbagi
menjadi dua, yaitu pengukuran horizontal dan pengukuran vertikal (Hermawati,
2013).
II.9.1 Pengukuran Horizontal
Untuk penyajian gambar peta situasi perlu dilakukan pengukuran sebagai berikut :
a. Pengukuran titik fundamental ( Xo, Yo, Ho dan ao).
b. Pengukuran kerangka horizontal ( sudut dan jarak ).
c. Pengukuran kerangka tinggi (beda tinggi).
d. Pengukuran titik detail (arah, beda tinggi dan jarak terhadap titik detail yang
dipilih sesuai dengan permintaan skala).
Menurut Arifin (2009) pada dasarnya prinsip kerja yang diperlukan untuk
pemetaan suatu daerah selalu dilakukan dalam dua tahapan, yaitu :
1. Penyelenggaraan kerangka dasar sebagai usaha penyebaran titik ikat.
2. Pengambilan data titik detail yang merupakan wakil gambaran fisik bumi
yang akan muncul di petanya.
Kedua proses ini diakhiri dengan tahapan penggambaran dan kontur. Dalam
pemetaan medan pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan oleh kerangka
serta jenis pengukuran. Bentuk kerangka yang didesain tidak harus sebuah polygon,
namun dapat saja kombinasi dari kerangka yang ada.
a. Pengukuran Horizontal
Terdapat dua macam pengukuran yang dilakukan untuk posisi
horizontal yaitu pengukuran polygon utama dan pengukuran polygon
bercabang.
b. Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran situasi ditentukan oleh dua jenis pengukuran ketinggian,
yaitu
1. Pengukuran sifat datar utama.
2. Pengukuran sifat datar bercabang.
c. Pengukuran Detail
Pada saat pengukuran di lapangan, data yang diambil untuk
pengukuran detail adalah :
1. Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan.
2. Jarak optis atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail.
3. Sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang
bersangkutan, atau sudut departemen magnetis dari arah titik detail
yang bersangkutan.
2) Skala peta
Interval kontur sebanding dengan skala peta.
3) Keperluan teknis pemetaan
a. Jika pemetaan diperlukan untuk detail desain atau untuk keperluan
pekerjaan-pekerjaan tanah yang teliti maka interval kontur yang kecil
sangat diperlukan.
b. Jika pemetaan diperlukan untuk pelaksanaan secara menyeluruh dan luas
maka cukup digambar dengan interval kontur yang besar.
4) Waktu dan biaya
Jika waktu dan biaya yang disediakan kurang maka pengukuran dan
penggambaran hanya mampu untuk membuat garis-garis kontur dengan
interval besar. Di bawah ini terdapat bagan berbagai interval kontur berdasar
pada skala peta dan kondisi tanah:
Tabel II-1 Interval Kontur
Skala Peta Kondisi Tanah Interval Kontur (m)
Skala besar Datar 0. 2 - 0. 5
≥ 1 :1000 Bergelombang 0. 5 - 1. 0
Berbukit 1. 5 -2
Skala sedang Datar 0. 5, 1 atau 1. 5
1:1000 s atau d 1: 10. 000 Bergelombang 1, 1. 5 atau 2. 0
Berbukit 2, 2. 5 atau 3. 0
Skala kecil Datar 1, 2 atau 3
≤1:10. 000 Bergelombang 2 atau 5
Berbukit 5. 0 - 10. 0
Pegunungan 10, 25 atau 50
Di bawah ini terdapat tabel tentang harga-harga interval yang berdasarakan
untuk jenis-jenis keperluan teknis :
Tabel II-2 Harga-Harga Intrerval
Keperluan Teknis Skala Interval Kontur (m)
Lokasi Bangunan 1 : 1000 atau lebih 0.2 – 0.5
ketinggian juga diukur dengan cara poligon untuk menentukan posisi titik
titik tersebut agar dapat diplot dan digambar garis konturnya.
b. Cara pengukuran tak langsung
Penentuan titik kontur yang tidak ditentukan secara langsung dengan
mengukur titik-titik tinggi dilapangan yang digunakan sebagai titik-titik
dasar untuk menggambarkan garis kontur dengan cara interpolasi. Ada
beberapa pengukuran tak langsung antara lain:
1. Cara Terestis
Dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
a) Cara Radial
Pengukuran cara radial sering digunakan pada pemetaan situasi
dengan cara tachymetry untuk daerah datar dapat dilihat dengan cara
sipat datar.
b) Cara Profil
Dari hasil profil memanjang dan melintang sepanjang jalur
poligon suatu sumbu perencanaan jalan, jalan KA, saluran irigasi
untuk menggambarkan relief permukaan tanah pada pemetaan
situasi kontur melalui bentuan titik-titik profil yang diukur.
c) Cara Jalur
Pengukuran cara jalur digunakan untuk suatu daerah yang relatif
datar dan berhutan dengan luas daerah yang relatif besar. Sering
digunakan untuk menggambarkan garis-garis kontur pada pemetaan
fotogrametris dari suatu daerah tertutup hutan.
d) Cara Kisi (Grid ).
Penggambaran garis kontur dengan kisi dilakukan pada daerah
datar terbuka dengan luas relatif kecil. Pada cara tersebut suatu
daerah dibagi menjadi beberapa bagian persegi panjang sehingga
merupakan kisi-kisi. Ukuran sisi pada kisi-kisi dapat bervariasi
antara 5 - 50 m tergantung dari kondisi relief dan interval kontur
yang ditentukan juga skala peta dan keperluan teknis yang akan
dipakai.
2. Cara Interpolasi Kontur
Adapun prinsip dari pemetaan cara ini adalah dengan cara membuat sebuah
atau beberapa buah segitiga yang melingkupi daerah tersebut dengan kerangka
pemetaannya. Jarak sisi-sisi segitiga diukur secara langsung dengan pita ukur,
sehingga dengan cara sederhana dapat diplot atau digambar dengan geometri yang
benar dengan skala tertentu. Detail-detail diikatkan pada titik-titik sudut segitiga
tersebut atau pada garis-garis ukur yang berupa sisi-sisi dari segitiga tersebut
dengan cara-cara yang tertentu.
Titik-titik sudut segitiga dipilih pada tempat-tempat yang strategis dan
terbuka, antar titik yang berurutan dapat saling terlihat, misal pada as jalan atau tepi
jalan, kemudian diberi patok kayu yang diberi paku di bagian atasnya, atau bila
titiknya di jalan ditandai dengan paku payung yang diberi lingkaran dari cat.
Detail adalah objek-objek yang bersifat tetap yang ada di lapangan, baik
yang bersifat alamiah maupun hasil budaya manusia. Untuk menggambarkan titik
detail tersebut, cukup diambil beberapa buah titik dari detail tersebut yang dapat
mewakili dan dari titik-titik detail tersebut dapat digambarkan kembali geometris
tersebut seperti apa adanya di lapangan. Misal sebuah bangunan yang berbentuk
persegi panjang, cukup diambil 3 pojok-pojok bangunan tersebut, namun bila
berwujud segi empat sembarang, maka 4 pojok bangunan tersebut harus diambil
sebagai titik-titik detailnya. Demikian pula tidak semua detail yang ada di lapangan
mesti diukur,pemilihannya selain tergantung dari geometri detail, juga ditentukan
oleh tujuan pemetaan, skala peta yang akan dibuat,dll (Yulianto, 2016).
Metode pengikatan atau pengukuran detail pada pemetaan planimetris ini
dikenal dengan metode Offset, yang secara besar dapat dibagi menjadi 2 cara, yaitu:
1. Metode Penyikuan
Pada metode ini setiap titik detail a, b, c, d diproyeksikan siku-siku atau
tegak lurus ke garis ukur AB, dengan bantuan cermin sudut atau prisma sudut.
Kemudian diukur langsung jarak-jarak titik detail tersebut dari garis ukur,
yaitu aa’, bb’, cc’ dan dd’, serta jarak titik-titik proyeksi dari titik sudut pada
garis ukur yang bersangkutan yaitu Aa’,Ab’,Ac’ dan Ad’. Dengan demikian
maka posisi titik a,b,c, dan d dapat ditentukan atau digambarkan.
informasi data pemetaan yang telah dilakukan (Hani’ah, 2008). Cara penggambaran
titik bidang tanah (Hani’ah, 2008) :
1. Plotting lebih dahulu titik poligon utama dengan skala yang telah
ditentukan.
2. Ubah jarak sebenarnya semua detail ke jarak pada peta dengan skala yang
telah ditentukan agar lebih mudah.
3. Menggambar detail bidang tanah satu per satu.
4. Contoh menggambar titik A yang diukur dari dua titik poligon yaitu P1 dan
P2.Caranya dengan membuat perpotongan lingkaran dengan jari-jari atau
jarak sekian, dari kedua titik poligon.
5. Menggambar detail berikutnya yang diukur dari titik terdekat yang sudah
diketahui posisinya. Caranya dengan membuat perpotongan lingkaran
dengan jari-jari atau jarak sekian, dari kedua titik tersebut.
6. Menggambar detail-detail bidang yang lain menggunakan cara yang sama
sehingga detail tersebut akan membentuk suatu bidang yang bisa dicari
luasnya.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Survei Lapangan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum
melakukan pemasangan titik poligon dan pengukuran. Hal ini perlu dilakukan
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan pada alat dan
kesulitan – kesulitan saat pengukuran. Survei pendahuluan dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Survei wilayah pengukuran
Sebelum melakukan pengukuran, dilakukan survei wilayah pengukuran
terlebih dahulu, dalam hal ini dilakukan survei pada wilayah Departemen
Aristektur dan PWK. Setelah kita mengetahui medannya dan melihat secara
langsung wilayah yang kita ukur, kita dapat menentukan dimana posisi yang
tepat sehingga dapat mempermudah proses pemasangan patok.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran.
Dalam praktikum pengukuran, alat yang digunakan adalah theodolite,
waterpas, statif dan rambu ukur. Sebelum digunakannya alat, seharusnya
dilakukan pengecekan apakah alatnya masih normal untuk praktikum.
Walaupun dalam laboraturium pasti yang diberikan adalah alat yang dalam
kondisi baik, tapi tidak ada salahnya apabila kita mengecek ulang alat yang
kita pakai agar kita benar – benar tahu alat yang akan kita gunakan. Pastikan
alat yang kita pakai benar – benar berfungsi dengan baik dengan cara
mengecek ulang dengan saksama. Jangan sampai praktikan tidak tahu dengan
kenormalan alat, yang pada akhirnya akan menyebabkan salah pengukuran.
Akibatnya semua akan fatal, karena ketidak validan dan ketidakakuratan data.
Alat penting seperti waterpas dan theodolite bisa didapat dengan peminjaman
alat di laboratorium dengan batas waktu tetentu.
III.2 Uji Kolimasi Alat
Dalam melakukan uji kolimsai, Langkah-langkah yang harus dilakukan
antara lain :
1. Dirikan alat Thedolite diatas statif, lakukan sentering dan leveling di titik O.
2. Tentukan dua buah objek yang akan dibidik dari tempat kedudukan alat.
3. Bidik target A dengan kondisi teropong biasa, catat nilai bacaan horizontal.
4. Bidik target A dengan kondisi teropong luar biasa, catat nilai bacaan
horizontal.
5. Hitung selisih antara bacaan biasa dan luar biasa. Seharusnya selisih antara
biasa. dan luar biasa sebesar 180 derajat.
𝐿𝐵−𝐵−180
.............................................................................. (III.1)
2
Dimana, B : Bacaan Sudut Biasa; dan LB : Bacaan sudut Luar Biasa
Apabila perbedaan bacaan luar biasa dan biasa terlalu besar maka perlu
dilakukan kalibrasi.
III.3 Uji Kesalahan Indeks Vertikal
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk uji indeks vertikal adalah
berikut :
1. Dirikan alat Thedolite diatas statif, lakukan sentering dan leveling di titik O.
2. Tentukan objek yang akan dibidik dari tempat kedudukan alat.
3. Bidik target B dengan kondisi teropong biasa, catat nilai bacaan vertikal.
4. Bidik target B dengan kondisi teropong luar biasa, catat nilai bacaan
vertikal.
5. Hitung selisih antara bacaan biasa dan luar biasa. Seharusnya selisih antara
biasa dan luar biasa sebesar 360 derajat.
360−𝐿𝐵−𝐵
.............................................................................. (III.2)
2
Dimana, B : Bacaan Sudut Biasa; dan LB : Bacaan sudut Luar Biasa.
III.4 Pemasangan Patok
Sebelum pemasangan patok, terlebih dahulu dilakukan survei lapangan.
Survei lapangan merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebelum memulai
praktikum dilapangan. Gunanya adalah untuk mengetahui medan yang akan
dihadapi. Selain itu survei lapangan juga berguna untuk mengetahui titik mana saja
yang akan di pasangi patok.
1. Poligon Tertutup Terikat
Pada pengukuran poligon tertutup terikat kelompok VIII B memasang patok
sebanyak 16 buah di area pengukuran sekitar Departemen Aristektur dan PWK
2. Statif
2) Mendirikan rambu (bak ukur) di titik GD dan P1, usahakan alat ditempatkan
ditengah-tengah antar patok agar dapat meminimalkan kesalahan.
3) Membidik bak ukur di titik GD, membaca BT (Benang Tengah).
4) Memutar waterpass dan membidik bak ukur di titik P1, membaca BT
sebagai bacaan muka.
5) Mengulangi langkah-langkah di atas hingga titik terakhir.
Melakukan peng Dalam proses penggambaran langkah-langkah yang
dilaksanakan antara lain :
6) ukuran waterpass double stand seperti langkah-langkah di atas dengan
posisi berdiri alat yang berbeda.
7) Jika telah melakukan pengukuran pergi, usahakan diadakan pengukuran
pulang agar kesalahan bisa diminimalisir
8) Jika antar titik poligon tidak dapat diukur dalam satu kali berdiri alat karena
beda tinggi yang terlalu besar, pengukuran dapat dilakukan secara berantai
dengan menambah titik bantu sesuai kebutuhan.
III.6 Pengukuran Dengan Thedolite
III.6.1 Alat dan Bahan
1. Theodolite
4. Payung.
f. Sudut vertikal
g. Sudut horizontal
3. Dalam setiap pengukuran usahakan agar bacaan benang tengah diberi nilai
genap agar mudah dalam perhitungan.
4. Setelah selesai pengukuran, maka dapat dilanjutkan pengukuran di titik
berikutnya dengan tata cara yang sama.
Metode offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat alat
sederhana yaitu pita ukur, dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara
menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara rantai
(chain surveying). Dari jenis peralatan yang digunakan ini, cara biasa digunakan
untuk daerah yang relatif datar dan tidak luas, sehingga kerangka dasar untuk
pemetaanyapun juga dibuat dengan cara. Peta yang diperoleh dengan cara tidak
akan menyajikan informasi ketinggian rupa bumi yang dipetakan.
Cara pengukuran titik detail dengan cara pita ukur ada tiga cara:
1. Cara siku-siku (cara garis tegak lurus),
2. Cara mengikat (cara interpolasi),
3. Cara gabungan keduanya.
III.8 Pengukuran Bidang Tanah
III.8.1 Alat dan Bahan
1. Pita ukur
4. Busur derajat
5. Penggaris
6. Kalkulator
III.9.2 Prosedur Pelaksanaan
Dalam penggambaran detail dan situasi langkah langkah yang harus
dilakukan antara lain adalah
1. Persiapkanlah data – data hasil pengukuran dan perhitungan polygon dan
pengukuran detail situasi.
2. Gambarlah penampang poligon tertutup pada kertas millimeter, Dengan
menentukan koordinat (0,0)-nya untuk memplot koordinat-koordinat tiap
titiknya.
3. Kemudian gambarlah detail-detailnya sesuai dengan hasil pengukuran dan
perhitungan situasi.
4. Gambarlah garis-garis konturnya dengan interval kontur setiap perbedaan
tinggi 0.25 meter dan indeks konturnya setiap 0.5 meter, gambarlah dengan
cara interpolasi.
5. Tuliskan tinggi titiknya sesuai dengan tinggi yang diperoleh pada
pengukuran dan perhitungan waterpass.
6. Setelah selesai digambar pada kertas millimeter plotlah gambar tersebut
pada kertas kalkir dan berikanlah keterangan-keterangan pada gambar
sesuai dengan penggambaran simbol-simbol kartografi dengan
menggunakan rapido.
Mulai
Persiapan
Survey Lapangan
Pembuatan BM
Pembuatan Bidang
Tanah
Data jarak
Penggambaran
Peta Bidang
Tanah
Pembuatan Laporan
Selesai
Mulai
Persiapan
Kalibrasi Alat
Survey Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Memenuhi
Ketelitian
Penggambaran
Plotting
Peta Situasi
Pembuatan Laporan
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pengukuran Waterpass
IV.1.1 Hasil
Pengukuran waterpass tertutup dilakukan pengukuran dengan sistem pergi
dan pulang yang dimulai dari BM GD20 kembali lagi ke BM GD20. Pengukuran
waterpass dilakukan dengan membaca BA, BT, BB yang kemudian digunakan
untuk menentukan beda tinggi dan elevasi titik tiap patok. Pengukuran dilakukan
di Departemen Arsitektur dan PWK Universitas Diponegoro. Hasil dari
pengukuran waterpass tertutup yang dilakukan oleh kelompok VIII-B sebagai
berikut :
Tabel IV-1 Contoh Hasil Perhitungan Waterpass
IV.1.2 Pembahasan
Setelah data didapat, kita melakukan perhitungan untuk mendapatkan beda
tinggi antara kedua titik tersebut.Berikut langkah perhitunganya :
a. Untuk mencari beda tinggi dengan rumus (BT belakang – BT muka)
Beda tinggi dari BM GD20 ke P1, Lakukan hal yang sama sampai semua
titik diketahui beda tingginya.
b. Dalam waterpass tertutup, perhitungan waterpass tertutup harus
diperhitungkan koreksinya. Bedasarkan perhitungan tabel diatas, koreksi
yang didapat sebesar -0,006 m dimana jumlah koreksi dan beda tinggi
20 m, dimana pada kondisi ini alat diletakkan tepat didepan patok muka
dengan jarak 10 m dan patok belakang berada 20 m di belakang patok
muka. Letak dua kondisi tersebut dapat di ilustrasikan seperti sebagai
berikut :
Gambar IV-1 Ilustrasi Posisi Patok Pada Uji Kolimasi Alat Waterpass
2. Pengolahan Data
Setelah mencatat data yang diperlukan, maka selanjutnya mencari
beda tinggi (∆h) dengan rumus :
∆h = (BTbelakang - BTmuka)
Kondisi 1 : 1,500-1,553 = - 0,053 m
Kondisi 2 : 1,502-1,448 = - 0,101 m
Jarak patok 1 belakang = 10 m
Jarak patok 1 muka = 10 m
Jarak patok 2 belakang = 10 m
Jarak patok 2 muka = 30.4 m
3. Pengecekan garis kolimasi
Pengecekan garis kolimasi Theodolite dilakukan dengan
menggunakan rumus:
ℎ2−ℎ1
𝐶 = (Db2−Dm2)−(Db1−Dm1) .......................................................... (IV.1)
− 0.101 − (−0.053)
𝐶=
(10 − 30.4) − (10 − 10)
𝐶 = 0.001
B. Theodolite
Hasil uji kolimasi alat theodolite dapat diperoleh dari:
𝐿𝐵−𝐵±180𝑜
Rumus Perhitungan = ...................................................... (II.1)
2
0°−180°+180°
Sehingga diperoleh =
2
o
=0
Dari hasil pengukuran diatas diketahui bahwa tidak terdapat kesalahan pada
kolimasi alat.
IV.3 Uji Kesalahan Indeks Vertikal
IV.3.1 Hasil
Hasil pengecekan indeks vertikal
360𝑜 −𝐿𝐵−𝐵
Rumus perhitungan : ................................................... (II.2)
2
Tabel IV-4 Hasil Pembacaan Arah Vertikal Biasa dan Luar Biasa
Bacaan Arah Vertikal Bacaan Arah Vertikal Kesalahan
Titik Biasa Luar biasa
° ‘ “ ° ‘ “ “
1 90 33 30 269 26 30 0
Tabel IV-5 Hasil Bacaan sudut vertikal dan sudut horizontal
Bacaan Bacaan
No
Vertikal Horizontal
1 91⁰42’40” 0⁰0’0”
2 91⁰04’00” 271⁰04’00”
3 90⁰41’50” 270⁰41’50”
4 91⁰06’50” 271⁰06’50”
5 90⁰39’40” 270⁰39’40”
IV.3.2 Pembahasan
1. Hasil pengecekan indeks vertikal diperoleh dari:
360𝑜 −𝐿𝐵−𝐵
Rumus perhitungan = ............................................... (II.2)
2
IV.4.2 Pembahasan
Pelaksanaan Praktikum berdasarkan data yang diambil dari pengukuran
dilapangan, ternyata mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pertama, alat didirikan di BM GD-20, kemudian bidik ke P16. Setelah itu
alat di set 0°0’0”.
2. Kemudian alat membidik P16 dan didapat sudut horizontal untuk arah biasa
264°6’0”.
3. Kemudian teropong diputar arah luar biasa, kemudian membidik P16,
didapat sudut horizontal arah luar biasa 84°6’0”.
4. Melakukan langkah a-c sampai titik terakhir.
5. Setelah itu menghitung sudut biasa, sudut luar biasa, dan sudut rata-rata
pada titik P1.
Sudut biasa = 264⁰5'0"- 0°0′0″
= 264⁰6'0"
Sudut luar biasa = 84⁰6'0"+ 180°0′0″
= 264⁰6’0"
264°6'0" + 264°6'0"
Sudut rata-rata =
2
= 264⁰6'0"
6. Melakukan langkah di atas sampai pada titik P16.
7. Sudut rata-rata yang sudah diperoleh kemudian dimasukkan ke form
hitungan poligon sebagai sudut ukuran (β).
Perhitungan Poligon berdasarkan data yang diambil dari pengukuran
dilapangan, ternyata mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Di dalam poligon tertutup terdapat koreksi sudut, untuk mencari
besar sudut koreksi digunakan rumus
= [ ( n – 2 ) x 180°] + f
i. Syarat besarnya sudut adalah:
(n – 2) x 180 = (18–2) x 180°
= 2880
ii. Hasil pengukuran di lapangan ternyata jumlah sudut ukuran (∑β)
sebesar 288002′50″, maka:
Kα = (n-2). 180o – ∑ 𝛽
Kα = 2880- 288002′50″
K = - 0°02′ 50″
= - 0’50″
Koreksi per sudut = K / per titik
= - 50″ / 18
= - 9.44″(pertitik)
Kesalahan penutup sudut sebesar 0o02’50”. Besar toleransi Penutup sudut
adalah 20”√𝑛 atau sebesar 02’7.2”. Jadi pengukuran tidak memenuhi syarat
pengukuran.
2. Menentukan azimuth sementara menggunakan azimuth pendekatan
0⁰0'0".
3. Perhitungan azimuth.
Berdasarkan data, azimuth awal yaitu azimuth sementara dengan dengan
menggunakan pendekatan 0⁰0'0". azimuth yang selajutnya dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
αbm20-p1 = α(s)+ kβ1
αbm20-p1 = α(s)+ (β1 + f)
= 0°0’0”+(206°8’30” - 0°0’9.44” )
= 206°8’30.56”
α selanjutnya = α awal k180.
αp1-p2 = αbm20-p1+ kβ1 -180
αp1-p2 = αbm20-p1+ (β1 + f) - 180
= 206°8’30.56”+(174°1’40.56” - 0°0’9.44” ) - 180
= 200°10’11.12”
αp1-p2 = αp1-p2+ kβ1 -180
αp1-p2 = αp1-p2+ (β1 + f) - 180
= 206°8’30.56”+(188°17’50.56” - 0°0’9,44” ) - 180
= 208°28’1.68”
Perhitungan tersebut digunakan sampai αP16-bm20
Hasil azimuth dapat dilihat di dalam form perhitungan poligon.
437949.336−437949.397
= Arc tan
9220456.801−9220456.779
= 25⁰26’46.96” +180⁰
= 205⁰26’46.96"
6. Menghitung azimuth sebenarnya (𝛼(A) ).
𝑋𝐵𝑚13 −𝑋𝐵𝑚20
= Arc tan
𝑌𝐵𝑚13 −𝑌𝐵𝑚20
438030.697−437949.397
= Arc tan
9220483.436−9220456.779
= 71⁰50'47.37"
7. Hitungan selisih azimuth (αBM20).
𝛼BM20 = 𝛼(A) - 𝛼(s)
= 226⁰24'0.41"
8. Hitungan azimuth terkoreksi.
√(𝑓𝑥 )2 +(𝑓𝑦 )2
𝑓𝑙
Fl = ∑𝑑
= ∑𝑑
√(−0.026)2 +(0.059)2
= 571.44
= 1 : 8862,997
Ketelitian linier jarak adalah sebesar 1 : 8862,997. Besar toleransi ketelitian
linier jarak adalah 1 : 7500. Jadi pengukuran ini memenuhi syarat
pengukuran.
BB = 1.387
BA = 1.213
D = 100 (BA-BB) ....................................................................... (II.9)
= 100 (1.387-1.213)
= 17.4 m
b. Jarak datar
Contoh perhitungan :
G3 dibidik dari P3, diperoleh data sudut vertikal 89°22’50”,maka :
D = 100 (BA-BB) sin2 V ............................................................ (II.3)
=100 (1,387-1,213) Sin2 89°22’50”
= 17.398 m
2) Beda Tinggi
G2 dibidik dari P3, diperoleh beda tinggi :
∆H = TA+ 100(BA-BB) Sin V x cos V) – BT ............................. (II.7)
∆H = 1,5 + 100 (1,387-1,213) x Sin 89°22’50” x Cos 89°22’50”- 1.3
= 0.388 m
3) Elevasi
KG2 dibidik dari P9 diperoleh elevasi :
Elevasi X1 = Elevasi P3 + ∆H
= 209,236 + 0.388
= 209.624 m
IV.6 Pengukuran Bidang Tanah
IV.6.1 Hasil
Pengukuran bidang tanah digunakan untuk mengetahui luas dari bidang
bidang dengan titik tertentu. Pada pengukuran bidang tanah yang telah dilakukan
kelompok VIII-B di area Gedung Serba Guna didapatkan data koordinat daerah
sebagai berikut :
Tabel IV-9 Koordinat Bidang Tanah
Nomor KOORDINAT TITIK PATOK
Titik X Y
A 437327.1 437327.1
B 437331.8 437331.8
L = luas segitiga
a = sisi mendatar segitiga
b = sisi tegak segitiga
c = sisi miring segitiga
Contoh Perhitungan :
A 5 D
5
5
7,07
B 5 C
S1 = ½ ( ER+EF+RF )
= ½ ( 5+5+7.07)
= 8,535 m
L1 = √𝑠(𝑠 − 𝐴𝐵)(𝑠 − 𝐵𝐶)(𝑠 − 𝐴𝐶)
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dalam uraian yang telah dijabarkan pada bab–bab sebelumnya maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada data hasil pembacaan rambu uji kolimasi alat waterpass didapat C =
0.0001 yang dapat disimpulkan bahwa alat waterpass tidak perlu dilakukan
kalibrasi ulang. Dari hasil uji kolimasi didapat hasil adalah 0 hasil uji
kolimasi pada alat thedolite berada didalam toleransi. Hasil pengecekan
indeks vertikal diperoleh hasil 0o. Maka alat thedolite memenuhi syarat
indeks vertikal dan tidak perlu dilakukan kalibrasi ulang.
2. Hasil pengukuran sipat datar tertutup atau waterpass tertutup memiliki
kesalahan penutup beda tinggi sebesar 0.006 m. Toleransi kesalahan penutup
beda tinggi Kelompok VIII B dihitung dengan rumus 12 𝑚𝑚 √𝐷 yakni
sebesar 0,009 m. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran sipat
datar tertutup yang telah dilakukan oleh kelompok VIII-B telah memenuhi
syarat.
3. Pada pengukuran poligon tertutup terikat kesalahan penutup sudut sebesar
0o02’50”. Besar toleransi Penutup sudut sebesar 02’7.28” sehinggga hasil
pengukuran sudut poligon tertutup tidak memenuhi syarat, karena kesalahan
penutup sudut lebih besar dari toleransinya. Ketelitian linier jarak
pengukuran poligon tertutup sebesar 1 : 8862,997. Pada pengukuran poligon
tertutup terikat ada toleransi kesalahan linier jarak sebesar 1:7500. Jadi hasil
pengukuran poligon tertutup terikat memenuhi syarat, karena kesalahan
linier jarak lebih kecil dari toleransinya.
4. Pengukuran detail mendapatkan data posisi bangunan dan kontur, arah
horizontalnya (azimuth), sudut vertikalnya, serta BA, BB, dan BT. Dari
perhitungan data tersebut, mendapatkan data posisi bangunan dan kontur
jarak, serta ketinggian bangunan dan kontur. Ada 15 patok utama yang
menjadi acuan untuk membidik setiap detail situasi bangunan di PWK dan
Arsitektur. Ada pula percabangan dibeberapa titik yang dipakai untuk
mempermudah mengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin Z. (2008.) Peranan Geodesi Satelit Dalam Memahami
Dinamika Bumi di Wilayah Indonesia. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Basuki, S. (2011). ILMU UKUR TANAH (Edisi Revisi). Yogyakarta: UGM Press.
Blogger. (2009, November). Pemetaan Situasi Kontur. Retrieved April 18, 2019 :
Berbagi Pengetahuan:http://thexandwi.blogspot.co.id/2009/11/pemetaan-
situasikontur
Dodo, K. (2010, Desember 18). Sudut Arah dan Azimut. Retrieved April 18,
2019, from Kuswondo Dedi Yusuf:
http://geoexpose.blogspot.co.id/2010/12/sudut-arah-dan-azimut-
posisititik.html
Hani'ah, I. (2008). Ilmu Ukur Tanah I. Semarang: Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
Irvine, W. (1995). Penyigihan untuk Kontruksi. Bandung: ITB.
Kustarto, H., & Hartanto, J. A. (2010). Ilmu Ukur Tanah-Metode dan Aplikasi.
Malang: Dioma.
Mustiko, A. (2014, Maret Rabu). Metode Polar. Retrieved April 18, 2019 Ilmu
Teknik Sipil Purwokerto: http://0pwt0.blogspot.co.id/2014/03/metode-
polar
Parlimba, G. (2014, Agustus 18). Pengukuran. Retrieved April 18, 2019, from
Pelatihan Microsoft Office: http://parlimnba.blogspot.co.id/2014/08/harike-
lima-tentang-edmodo-dan-buku.html
Sudaryatno. (2009). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Supriyanto, H. (2013, Desember 30). Penyipat Datar. Retrieved April 19, 2019,
from SlideShare:https://www.slideshare.net/hendrasquallleonhart/bab-6-
menyipat-datar
Wikipedia. (2017, Januari 29). Ilmu Ukur Tanah. Retrieved April 17, 2019 from
Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah
Wongsojitro, S. (1980). Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Firman. (2013). Arti Waterpass. Retrieved April 19, 2019 from Global Hutama :
http://www.globalhutama.net/pages/artikel-17/arti-waterpass-44.html
Kelompok VIII-B x
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Solihin, Imron. (2012). Teknik Survey Pemetaan. Retrieved April 18, 2019 from
Blogspot : http://lmronsolihin.blogspot.com/2012/12/
Geodesi UGM. (2016). Apa Itu Geodesi. Retrieved April 19, 2019 from UGM :
https://geodesi.ugm.ac.id/en/apa-itu-geodesi/
Agung, Theodorus. (2009). Pengantar Ilmu Geodesi. Retrieved April 19, 2019
from Academia :
http://www.academia.edu/12080920/PENGANTAR_ILMU_GEODESI
Haqy. (2017). Alat Ukur. Retrieved April 19, 2019 from Scribd :
https://www.scribd.com/doc/211438409/alat-ukur
Eddi. (2018). Fungsi Rambu Ukur dan Cara Penggunaanya. Retrieved April 18,
2019 from Blogspot : http://fungsialat.blogspot.com/2018/08/fungsi-rambu-
ukur-dan-cara-penggunaannya.html lightning 2018
Sahid, Senawi. (2016). Contoh Alat – Alat Surveying Untuk Pemetaan. Retrieved
April 17, 2019 from Blogspot :
https://sangkualita.blogspot.com/2016/11/contoh-alat-alat-surveying-
untuk.html
Danny. (2013) Arti Waterpass. Retrieved April 18, 2019 from Global Hutama :
http://www.globalhutama.net/pages/artikel-17/arti-waterpass-44.html
Farrington. (2017). Alat – Alat Ukur Ilmu Ukur Tanah. Retrieved April 18, 2019
from Academia : https://www.academia.edu/16804894/
Budimantoro, Afit. (2017). Kesalahan Kolimasi dan Kesalahan Indeks Vertikal.
Retrieved April 18, 2019 form Kata Kang Afit :
http://www.katakangafit.com/2017/08/kesalahan-kolimasi-dan-kesalahan-
indeks_20.html
Ramli. (2016) Pemasangan Patok. Retrieved April 19, 2019 from Scribd :
https://www.scribd.com/doc/221334081/pemasangan-patok
Frick. Mengukur Sudut Horisontal dan Jarak Mendatar dengan Waterpass. (2006).
Retrieved April 19, 2019 from Academia :
https://www.academia.edu/8825303/Mengukur_Sudut_Horizontal_dan_Ja
rak_Mendatar_dengan_Waterpass
Kelompok VIII-B xi
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Aziz. (2014). Pengertian Geodesi dan Ilmu Ukur Tanah. Retrieved April 19, 2019
from Blogspot : http://azizmj-tsp2-x.blogspot.com/2014/08/pengertian-
geodesi-dan-ilmu-ukur-tanah.html
Aji, Ilmu. (2013). Pengukuran Sipat Datar. Retrieved April 19, 2019 from
Blogspot : http://ilmu-konstruksi.blogspot.com/2013/01/pengukuran-sipat-
datar.html
Herma, Bangkit. Pengukuran. Retrieved April 19, 2019 from Wordpress :
https://bangkititahermawati.wordpress.com/ipa-2/pengukuran/
Lasur. (2013). Metode Poligon. Retrieved April 19, 2019 from Blogspot :
http://geodesi10-materi-kkh.blogspot.com/2011/05/metode-poligon.html
Arifin. (2009). Pemetaan Situasi Detail. Retrieved April 19, 2019 from Blogspot :
http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/pemetaan-sitasi-detail_22.html
Kidhot. (2016). Garis Kontur. Retrieved April 19, 2019 from Ilmu Geografi :
https://ilmugeografi.com/kartografi/garis-kontur kidhot 2016
Yoga. (2014). Memasang BM (Benchmark) dan CP (Control Point). Retrieved
April 19, 2019 from Blogspot :
http://yoghaken.blogspot.com/2014/08/memasang-bm-bench-mark-dan-
cp-control_12.html
Yulianto. (2016). Standar Pengukuran Bidang Tanah. Retrieved April 19, 2019
from Scribd : https://www.scribd.com/doc/113222500/STANDAR-
PENGUKURAN-BIDANG-TANAH
Wardhana, Senawi. (2011). Contoh Alat Alat Surveying Untuk Pemetaan. Retrieved
April 19, 2019 from Blogspot :
https://sangkualita.blogspot.com/2016/11/contoh-alat-alat-surveying-
untuk.html
Hudaiyah (2014). Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang. Retrieved April
19, 2019 from Wordpress :
https://belajargeomatika.wordpress.com/2011/06/18/pengukuran-profil-
memanjang-dan-melintang/
Yulika. (2015). Ilmu Ukur Tanah I Bab IV. Retrieved April 19, 2019 from :
https://belajargeodesi.blogspot.com/2017/02/ilmu-ukur-tanah-1-bab-4.
LAMPIRAN
Kelompok VIII-B
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Kelompok VIII-B
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Kelompok VIII-B
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Untuk uji kolimasi pada alat Waterpass menggunakan rumus sebagai berikut
ℎ2 − ℎ1
𝐶=
(Db2 − Dm2)(Db1 − Dm1)
𝐶 = 0.0001
Keterangan:
a. C = besar ketelitian
b. h2 = beda tinggi yang kedua (tempat berdiri alat)
c. h1 = beda tinggi yang pertama (tempat berdiri alat)
d. Db1 = jarak rambu belakang ke tempat berdiri alat pertama
e. Db2 = jarak rambu belakang ke tempat berdiri alat kedua
f. Dm1 = jarak rambu muka ke tempat berdiri alat pertama
g. Dm2 = jarak rambu muka ke tempat berdiri alat kedua
Sketsa
1.
Kelompok VIII-B
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Kelompok VIII-B
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Kelompok VIII-B