Disusun Oleh:
Kelompok VII-D
SEMARANG
DESEMBER 2023
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah I ini telah diperiksa, disetujui, dan disahkan oleh
Asisten Praktikum dan Dosen sebagai tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah I Departemen
Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Disusun Oleh
Kelompok VII-D
Mengetahui,
Menyetujui
Dosen Pengampu Mata Kuliah Dosen Pengampu Mata Kuliah
Ilmu Ukur Tanah I Ilmu Ukur Tanah I
iii
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
KATA PENGANTAR
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan praktikumnya masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penyusun memohon bimbingan, kritik, dan saran untuk
mendorong kearah yang lebih baik lagi. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua orang. Terima kasih.
Penyusun
iv
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
v
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................I-iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................I-v
DAFTAR TABEL...................................................................................................I-1
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................I-2
I. BAB I PENDAHULUAN..............................................................................I-1
V. BAB V PENUTUP.......................................................................................V-1
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1..............................................................................................................
Gambar II-2..............................................................................................................
Gambar II-3..............................................................................................................
Gambar II-4..............................................................................................................
Gambar II-5..............................................................................................................
Gambar II-6..............................................................................................................
I. BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di era pembangunan saat ini khususnya di Indonesia, dimana negara yang
sedang berfokus pada pengembangan infrastruktur dan pemerataan fasilitas di
berbagai wilayah dibutuhkan berbagai macam keahlian di bidang pembangunan,
salah satunya adalah para ahli di bidang pengukuran. Ilmu tentang pengukuran
tidak bisa dipandang sebelah mata, mengingat kondisi geografis Indonesia
sangatlah luas, beragam, dan memiliki karakteristik berbeda-beda di tiap
wilayahnya. Salah satu disiplin ilmu yang dapat menyelesaikan masalah tersebut
adalah ilmu geodesi.
Geodesi adalah bidang yang meneliti tentang bumi dan benda-benda lain,
seperti diukur dan diwakili, termasuk ruang tiga dimensi yang bervariasi dari
medan gravitasi yang berbeda dari waktu ke waktu(Basuki, 2011). Namun, seiring
berjalannya waktu geodesi semakin berkembang ke cakupan yang lebih luas tidak
terbatas di permukaan bumi saja, tetapi juga termasuk pengukuran di luar angkasa
dan kedalaman laut. Geodesi terbagi menjadi 3 area, diantaranya global geodesy,
geodetic surveys, dan plane surveying. Namun, dipraktikum kali ini penulis akan
berfokus pada area plane surveying. Plane surveying adalah cabang ilmu geodesi
yang berfokus pada permukaan bumi di area yang terbatas atau local, dimana
kelengkungan dan gravitasi bumi masih diabaikan(Torge, 1975)
Ilmu ukur tanah merupakan cabang dari plane surveying, ilmu ukur tanah
bertujuan menggambar bayangan Sebagian atau seluruh permukaan bumi pada
selembar kertas yang disebut peta dan untuk menentukan bentuk bumi.
Pengukuran adalah penentuan posisi relatif diatas atau dibawah permukaan bumi.
Pengukuran disini berhubungan dengan jarak, sudut, arah vertical, dan arah
horizontal. Selain digunakan dibidang pembangunan, ilmu ukur tanah juga
digunakan dibidang pertambangan dan pemetaan area baru. Ilmu ukur tanah
digunakan sebagai penanda suatu bahan tambang ditemukan tanpa adanya survey
ukur tanah maka akan terjadi banyak kesalahan dalam mencari lokasi tambang.
Praktikum Ilmu Ukur Tanah I merupakan kegiatan pengukuran dengan
menggunakan dua alat, yaitu waterpass dan theodolite. Waterpass digunakan
Kelompok VII-D 1
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
untuk mengukur long section dan cross section, sedangkan theodolite digunakan
untuk mengukur sudut pada polygon tertutup dan detail situasi (Torge, 1975)
Dalam pengukuran menggunakan theodolite khusus yang dilengkapi
benang-benang stadia dan lensa-lensa analitis terdapat metode yang sangat
berguna bagi lokasi yang sulit dijangkau, seperti membuat kontur bagi
pembangunan perumahan dan bendungan.
Tujuan praktikum ini dilaksanaan untuk medapatkan data-data spasial
berupa ukuran, sudut, dan koordinat polygon mengelilingi objek yang akan diukur.
Dalam praktikum ini, terdapat metode pengukuran untuk menentukan titik detail
jatuh air di suatu bangunan. Setelah data berhasil didapatkan, data akan diolah dan
dianalisa sehingga didapatkan output berupa gambar sketsa bangunan yang diukur.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum Ilmu Ukur Tanah 1 ini adalah :
Kelompok VII-D 2
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
BAB I PENDAHZULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
Bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori ilmu ukur tanah, alat ukur, pengukuran
Bab ini berisikan tentang hasil dan pembahasan data yang didapat dari proses
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapatkan dari pelaksanaan praktikum
pengolahan data ini serta saran dalam melakukan pengolahan data, agardalam proses
selanjutnya dapat terlaksana denganlebih baik.
Kelompok VII-D 3
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D 4
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
II. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Ilmu Ukur Tanah
II.1.1 Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan, seperti
pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur
kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan. Ilmu ukur tanah bisa disebut juga
plan surveying yaitu ilmu yang mempelajari cara menyajikan bentuk permukaan bumi,
baik unsur alam maupun unsur manusia (mencakup seni dan teknologi) di atas
permukaan bumi yang dianggap datar. Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus
diukur di lapangan, yaitu : jarak antara dua titik, beda tinggi, dan sudut arah. Secara
ilmiah, ilmu ukur tanah memiliki tujuan menentukan bentuk bumi. Dalam ilmu ukur
tanah, pekerjaan pengukuran dibedakan menjadi dua, yaitu : ukur tanah datar (Plane
Survey) dan geodesi (Geodetic Survey) (FD Rassarandi, 2022).
Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak
antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur sederhana sering disebut pula dengan istilah pengukuran secara
langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran. Sebagai
contoh alat tersebut adalah pita ukur, bak ukur, yalon dan abney level. Selain alat ukur
sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran dilapangan yang dikenal
dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang dilengkapi
oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis
(A Darmawan, 2020).
II.1.2 Manfaat Ilmu Ukur Tanah
Kelompok VII-D 1
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan pajak dan
perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan
rencana transmigrasi.
b. Mengetahui Beda Tinggi Tanah
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B maka harus
dibuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak
sempurna dinamakan peta. Pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten, propinsi bahkan setiap negara mempunyai gambar daerahnya yang
disebut peta. Peta tersebut digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah maupun
fotogrametrik.
II.2 Alat Ukur
Bentuk relief permukaan bumi tidaklah rata, maka dari itu kita memerlukan alat-
alat yang sesuai untuk menghitung dan mengetahui besarnya sudut dan jarak pada
permukaan bumi. Untuk melakukan pengukuran tanah, diperlukan beberapa alat yang
menunjang agar mendapatkan perhitungan yang tepat (R Nuraini, 2022). Alat ukur yang
digunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah I ini adalah sebagai berikut :
II.2.1 Waterpass
Waterpass adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk mengukur
beda tinggi antar titik-titik yang berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan oleh garis-
garis horizontal yang ditunjukkan ke arah rambu ukur berdiri vertikal. Alat didirikan
pada suatu titik yang diarahkan pada rambu ukur berdiri vertikal. Beda tinggi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus pengurangan antara bacaan benang tengah
belakang dan benang tengah muka. Dalam pengukuran biasanya terjadi kesalahan
dalam pembacaan angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang
didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan.
Kelompok VII-D 2
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran waterpass ini adalah sebagai berikut :
waterpass, statif, unting-unting, payung, rambu ukur, meteran, nivo, paku payung, dan
tipe-X. Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain merancang jalan raya, jalan
kereta api, saluran-saluran yang mempunyai garis gradien sesuai dengan topografi,
merencanakan proyek-proyek konstruksi berdasarkan evaluasi yang telah direncanakan,
menghitung volume pekerjaan tanah, menyelidiki karakteristik aliran di suatu wilayah,
dan mengembangkan peta- peta yang menunjukkan bentuk umum tanah.
(Sumber: indosurtamanado.com)
10. Rumah lensa depan (lens lood) : berfungsi untuk melindungi lensa objektif
dari pancaran sinar matahari secara langsung.
11. Teropong sekrup fokus benang : berfungsi untuk memperjelas penglihatan
pada benang diafragma.
12. Sekrup fokus objek : berfungsi untuk memfokuskan objek bidikan.
II.2.2 Theodolite
Theodolite adalah suatu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah pengukuran sudut, yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal
dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal. Pada dasarnya, alat ini berupa
sebuah teleskop pada suatu alas berbentuk membulat (piringan) dan dapat diputar-putar
mengelilingi sumbu vertikal sehingga memungkinkan sudut horizontal dapat dibaca.
Teleskop juga dipasang pada piringan kedua yang dapat di putar-putar mengelilingi
sumbu horizontal sehingga memungkinkan sudut vertikal dapat dibaca. Kedua sudut
dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi. Survei theodolite digunakan ketika
situs yang akan dipetakan cukup luas dan sulit untuk diukur, terutama saat situs tersebut
memiliki perbedaan ketinggian yang cukup besar. Dengan memanfaatkan alat ukur ini,
keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien.
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran theodolite adalah sebagai berikut :
theodolite, statif, unting- unting, payung, rambu ukur, meteran, nivo, batu baterai, paku
payung, dan tipe-X. Dalam beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolite biasanya digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan situasi,
maupun pengamatan matahari. Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti
pesawat penyipat datar bila sudut vertikalnya dibuat 90º. Dalam pembangunan gedung,
theodolite biasanya digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan atau
pekerjaan pondasi, theodolite juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
Kelompok VII-D 4
Laporan Paktikum Ilmu Ukur Tanah 1
bangunan bertingkat.
Kelompok VII-D 5
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
(Sumber: indosurtamanado.com)
Kelompok VII-D
6
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
7
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
1. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis
gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.
Kelompok VII-D
8
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
1. Meletakkan alat ukur waterpass diantara patok BM 08 dan patok P1. Lakukan
centering dan levelling hingga nivo kotak benar-benar ditengah.
2. Meletakkan rambu ukur di patok BM 08 dan patok P1.
3. Membaca bacaan benang atas (ba), benang tengah (bt), dan benang bawah
(bb) pada rambu ukur di patok BM 08 dan patok P1
4. Menghitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.
5. Menghitung jarak antara alat dengan BM 08.
6. Menghitung jarak antara alat dengan P1.
7. Menghitung jarak antara BM 08 dan P1.
8. Pada slag berikutnya, rambu 1 menjadi bacaan muka dan rambu 2 menjadi
bacaan:
a. Usahakan jarak antara patok dengan alat sama.
b. Slag dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur dengan metode pergi-pulang dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka sama dengan jumlah jarak belakang.
2𝐵𝑇 = 𝐵𝐴 + 𝐵𝐵………………………………………………………….(II.4)
Kelompok VII-D
9
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Apabila hal di atas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau
pembagian skala pada rambu ukur tersebut kurang tepat.
II.3.2 Pengukuran Penampang Melintang
Berikut metode dalam melakukan pengukuran penampang melintang
menggunakan alat waterpass :
Kelompok VII-D
10
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Tachimetri merupakan salah satu cara pemetaan dimana kedudukan tinggi dari
tanah dinyatakan dengan garis-garis tinggi. Dengan metode tachimetri kita dapat
menentukan titik-titik yang ada dilapangan, dimana helling diantara titik-titik tersebut
dianggap berbanding lurus. Kemudian titik-titik ini dilukis di atas peta menurut letak
dan tingginya sehingga garis tinggi dapat disisipkan diantara titik- titik yang diukur
tersebut. Tujuan pengukuran situasi dengan metode tachimetri adalah
menggambarkan kembali bentuk lapangan.
Kelompok VII-D
11
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
unsur alam atau unsur buatan manusia. Unsur alam misalnya adalah perubahan slope
(kemiringan) tanah yang dijadikan titik-titik tinggi (spot heights) sebagai acuan untuk
penarikan dan interpolasi garis kontur. Unsur buatan manusia misalnya adalah pojok-
pojok bangunan. (Muda, 2008)
Pengukuran dengan metode tachimetri ada dua cara, yaitu :
1. Pengukuran dan perhitungan untuk menentukan koordinat dan tinggi dari tiap
kedudukan tachimetri.
2. Pengukuran dari titik detail yang dapat dilihat dari tiap-tiap kedudukan
tachimetri.
Besaran-besaran yang diukur pada metode tachimetri adalah arah utara peta
(dapat juga dengan bantuan Kompas), jarak (optis), dan sudut tegak. Oleh karena itu,
dengan menggunakan alat theodolite dapat diukur besarnya sudut tegak dan jarak
optis karena pada teropongnya menggunakan benang silang diafragma (BA, BT, dan
BB). Dari jarak optis dan sudut tegak dapat dihitung jarak mendatar dan beda tinggi.
Berikut ini adalah contoh sketsa pengakuran detail situasi.
(Sumber https://www.slideshare.net)
Kelompok VII-D
12
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Keterangan:
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
𝛼 = Sudut Zanit
Keterangan:
∆H = Beda tinggi
TA = Tinggi alat
HI = Tinggi patok
BA = Benang atas
BB = Benang bawah
α = Sudut vertikal
Kelompok VII-D
13
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
D = Jarak
α = Azimuth
Rumus selisih ordinat
Selisih ordinat = D × cos α………………….……………………..(II.9)
D = Jarak
α = Azimuth
Rumus koordinat X
Koordinat X = Koordinat berdiri alat + selisih absis……………..(II.10)
Rumus koordinat Y
Koordinat Y= Koordinat berdiri alat + selisih ordinat……………..(II.11)
Pada pengukuran metode tachimetri terdapat lima tahapan yaitu: tahap
persiapan,tahap pemasangan titik, tahap pengukuran titik utama, tahap pengolahan data,
dan tahap penyajian data.
II. 6 Kesalahan Dalam Pengukuran
Kelompok VII-D
14
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
perubahan cuaca yang tidak menentu, hembusan angin yang kencang, bencana
alam, pengaruh lengkung bumi, dan cahaya matahari.
Kelompok VII-D
15
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Dalam survei pendahuluan, hal awal yang dilakukan adalah pengenalan lokasi
praktikum yang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan patok pada lokasi
praktikum. Fungsi pemasangan patok adalah sebagai titik yang akan dibidik ketika
praktikum. Dalam pemasangan patok, posisi antar patok harus dapat dilihat agar bisa
dilakukan pengukuran menggunakan alat ukur. Titik patok dapat ditandai dengan paku
payung/tipe-X. Aturan yang harus dilakukan untuk pemasangan patok supaya data patok
yang dibuat benar dan akurat adalah sebagai berikut :
Kelompok VII-D
1
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
proses-proses dalam pengukuran Ilmu Ukur Tanah I. Berikut visualisasi dari diagram
alir praktikum dan pengukuran Ilmu Ukur Tanah I yang dilakukan oleh kelompok VII-
D:
Kelompok VII-D
2
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
3
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
3. Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat yang terbuat dari kayu atau campuran
alumunium yang diberi skala pembacaan. Alat ini berbentuk mistar
ukur yang besar, mistar ini mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang
5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap-tiap blok merah, putih
atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok tersebut berbentuk huruf E
yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap
meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll.
Kesemuanya ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan
rambu.
Kelompok VII-D
4
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
4. Nivo
Nivo adalah bejana gelas tertutup yang pada satu sisinya cembung,
berisi cairan (biasanya ether) hampir penuh sehingga ada bagian sisa
berupa gelembung udaranya (uap ether). Fungsi nivo adalah sebagai
patokan atau acuan untuk memastikan alat tegak lurus dengan
permukaan.
Kelompok VII-D
5
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
6. Payung
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah 1, kami menggunakan payung
untuk melindungi alat dari sinar matahari ketika di lapangan.
7. Kalkulator
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah 1 kami menggunakan kalkulator
yang berfungsi untuk penghitungan saat pelaksanaan praktikum.
Kelompok VII-D
6
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
8. Pita Ukur
Pita ukur memiliki kegunaan utama yaitu untuk mengukur jarak
atau panjang. Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah 1, kami menggunakan
pita ukur untuk mengukur jarak antar patok. Pada pita ukur beberapa
satuan yaitu meter, sentimeter, dan inci.
9. Unting-unting
Fungsi dari unting-unting yaitu untuk memproyeksikan suatu titik
pada pita ukur di permukaan tanah atau sebaliknya.
Kelompok VII-D
7
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
8
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
segala arah karena pada teropong dan badan alatnya dapat diputar
sebesar 360°. Beberapa fungsi theodolite antara lain menghitung sudut
vertikal dan sudut horizontal, menentukan jarak optis, serta mengukur
sudut jurusan. Keunggulan utama theodolite jika dibandingkan dengan
alat ukur sejenis ialah dapat memetakan suatu area dalam waktu yang
lebih cepat. Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah 1, kami menggunakan
theodolite untuk metode pengukuran poligon tertutup. Theodolite yang
kami gunakan bermerek Nikon.
Kelompok VII-D
9
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
3. Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat yang terbuat dari kayu atau campuran
alumunium yang diberi skala pembacaan. Alat ini berbentuk mistar
ukur yang besar, mistar ini mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang
5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap-tiap blok merah, putih
atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok tersebut berbentuk huruf E
yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap
meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll.
Kesemuanya ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan
rambu.
Kelompok VII-D
10
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
4. Nivo
Nivo adalah bejana gelas tertutup yang pada satu sisinya cembung,
berisi cairan (biasanya ether) hampir penuh sehingga ada bagian sisa
berupa gelembung udaranya (uap ether). Fungsi nivo adalah sebagai
patokan atau acuan untuk memastikan alat tegak lurus dengan
permukaan.
Kelompok VII-D
11
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
6. Payung
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah 1, kami menggunakan payung
untuk melindungi alat dari sinar matahari ketika di lapangan.
7. Kalkulator
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah 1 kami menggunakan kalkulator
yang berfungsi untuk penghitungan saat pelaksanaan praktikum.
Kelompok VII-D
12
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
8. Pita Ukur
Pita ukur memiliki kegunaan utama yaitu untuk mengukur jarak
atau panjang. Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah 1, kami menggunakan
pita ukur untuk mengukur jarak antar patok. Pada pita ukur beberapa
satuan yaitu meter, sentimeter, dan inci.
Kelompok VII-D
13
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
14
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
2𝐵𝑇 = 𝐵𝐴 + 𝐵𝐵……………………(III.1)
Apabila hal di atas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau
pembagian skala pada rambu ukur tersebut kurang tepat.
III.5.2 Pengukuran Penampang Melintang
Kelompok VII-D
15
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
16
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Baca dan catat bacaan benang atas (ba), benang tengah (bt), dan
benang bawah (bb) sekaligus sudut horizontal, sudut vertikal, serta
tinggi alatnya.
7. Putarlah berlawanan arah jarum jam alat ukur theodolite untuk
melakukan pembacaan sudut luar biasa (LB) pada BM 04. Baca dan
catat bacaan benang atas (ba), benang tengah (bt), dan benang bawah
(bb) sekaligus sudut horizontal, sudut vertikal, serta tinggi alatnya.
8. Pindahkan alat ke patok selanjutnya, lalu lakukan hal yang sama
hingga patok terakhir.
III.5.4 Pengukuran Tachimetri
Pengukuran metode tachimetri dilakukan dengan menggunakan alat ukur
theodolite. Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran adalah
survei lapangan dan menentukan patok mana saja yang akan digunakan untuk
mendirikan alat. Alat akan didirikan di atas patok yang telah diketahui koordinat dan
ketinggiannya hasil pengukuran kerangka dasar. Kelompok VI-D menggunakan patok
P3, P4, P5, dan P6 untuk mendirikan alat theodolite karena dari patok dapat mewakili
titik-titik ikat pengukuran. Selain itu, membuat sketsa yang berisi perencanaan kode
tiap detil-detil berupa pojok-pojok bangunan yang akan digunakan untuk meletakkan
rambu ukur.
1. Mendirikan alat ukur theodolite di patok yang telah ditentukan sebelumnya yaitu
di P3.
2. Lakukan centering dan pastikan titik tepat dengan center. Lalu lakukan centering
pada nivo kotak dan nivo tabung hingga gelembung kedua nivo tersebut tepat
berada di tengah-tengah.
3. Arahkan teropong dalam keadaan biasa ke salah satu titik poligon yang digunakan
sebagai titik acuan. Kemudian baca dan catat catat benang atas (ba), benang
bawah (bb), dan benang tengah (bt) pada rambu ukur sekaligus sudut horizontal,
sudut vertikal, serta tinggi alatnya.
Kelompok VII-D
17
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
5. Arahkan teropong pada rambu ukur. Baca dan catat catat benang atas (ba), benang
tengah (bt), dan benang bawah (bb) pada rambu ukur sekaligus sudut horizontal,
sudut vertikal, serta tinggi alatnya.
6. Pindahkan alat ke patok selanjutnya yaitu P4, lalu lakukan hal yang sama juga
pada P5 dan P6.
III.6 Metode Pengolahan
Data yang diperoleh melalui pengukuran di lapangan tidak bisa langsung
digunakan, akan tetapi harus diolah terlebih dahulu melalui proses pengolahan. Metode
pengolahan yang digunakan perhitungan, pengolahan, dan koreksi data untuk
menentukan posisi (koordinat) setiap titik yang terukur dalam wilayah pemetaan
tersebut. Praktikum Ilmu Ukur Tanah I dilaksanakan menggunakan metode-metode
pengolahan yang harus diperhatikan dan dipahami, baik alat ukur waterpass
maupun theodolite. Dalam praktikum ini metode pengolahan dilakukan kelompok VII-
D antara lain :
Kelompok VII-D
18
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Keterangan :
D = jarak
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
4. Menghitung rata-rata beda tinggi dengan menggunakan rumus pada
persamaan berikut :
Δh pergi+ Δh pulang
Δh rata−rata= …………………
2
(III.4)
5. Menghitung koreksi tiap patok menggunakan rumus pada
persamaan berikut :
ΣΔh
Koreksi= ……………………………...………..
n
(III.5)
Keterangan :
Σ∆h = Jumlah koreksi
n = Jumlah titik/patok
6. Menghitung beda tinggi definitif dengan menggunakan rumus
pada persamaan berikut :
Kelompok VII-D
19
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Toleransi=12mm √ D ……………………………..(III.8)
9. Lakukan cross check pada data pengukuran, jika tidak masuk
toleransi maka lakukan pengecekan kembali data atau melakukan
pengukuran ulang.
III.6.2 Pengolahan Penampang Melintang
Penampang melintang (cross section) adalah suatu pengukuran
beda tinggi dari detail-detail jalan tiap titik dan memperoleh benang atas
(ba), benang tengah (bt), dan benang bawah (bb) tiap titik yang
digunakan untuk mencari tinggi masing- masing detail tiap titik yang
diukur. Dengan diketahuinya tinggi titik detail-detail pada titik kita dapat
merencanakan pekerjaan selanjutnya seperti pengukuran jalan raya,
saluran irigasi, atau jalan kereta api, dan lain-lain. Adapun cara untuk
pengolahan data hasil cross section adalah sebagai berikut :
Kelompok VII-D
20
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
1. Sudut dalam adalah selisih antara dua arah yang saling berlainan.
2. Azimuth adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara magnetis dan
saling berhimpit dengan sumbu Y pada peta.
3. Unsur-unsur yang dicari dalam melakukan pengukuran poligon
tertutup adalah semua jarak dan sudut (Di, βi). Kedua unsur ini telah
cukup untuk menggambarkan poligon di atas peta, jika tidak terikat
pada sistem koordinat yang ada dan tidak menghiraukan orientasi
pada poligon tersebut. Agar poligon tersebut terarah, maka perlu
salah satu sisi diketahui azimuthnya.
Untuk memperoleh azimuth dari tiap sisi poligon, syaratnya harus
diketahui azimuth awalnya (α1) terlebih dahulu. Penentuan azimuth
awal dapat dicari dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Atur sumbu I theodolite dalam keadaan vertikal (gelembung nivo
di tengah- tengah) dan bacaan sudut horizontal menunjukkan
angka 00˚00’00” pada arah magnetis bumi.
b. Putar theodolite sebesar 180° dan arahkan ke titik P1 pada bacaan
sudut biasa (B), kemudian balikkan teropong pada keadaan sudut
luar biasa (LB), dan bacalah sudut yang dibentuk dengan arah
Kelompok VII-D
21
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
titik.
c. Penentuan azimuth awal (α1) dapat dihitung dengan rumus
berikut:
−1 Xb−Xa
α 1=tan ………………………….
Yb−Ya
(III.11)
d. Untuk azimuth selanjutnya dihitung dengan rumus berikut :
1. Untuk pengukuran searah jarum jam :
𝛼2 = 𝛼1 + 180° − ( 𝛽2 ± ∆𝑓𝛽) ………………….
(III.12)
2. Untuk pengukuran berlawanan jarum jam :
𝛼2 = 𝛼1 − 180° + ( 𝛽2 ± ∆𝑓𝛽) …………………….
(III.13)
Agar titik koodinat dapat diketahui dalam sistem koodinatnya,
maka poligon perlu diikat dengan titik yang diketahui
koodinatnya atau titik tetap (X1, Y1). Koodinat dihitung dari
unsur-unsur jarak dan sudut arah sebagai berikut :
𝑋2 = 𝑋1 + 𝐷 sin 𝛼1 ± ∆𝑓𝑥…………………..
(III.14)
𝑌2 = 𝑌1 + 𝐷 cos 𝛼1 ± ∆𝑓𝑦…………………..
(III.15)
Keterangan :
Α = Azimuth
D = Jarak
𝛽 = Sudut dalam
Kelompok VII-D
22
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
23
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
24
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
25
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
26
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
IV. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil dan Pembahasan Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dilakukan dengan menggunakan metode
pergi-pulang. Dalam pengukuran penampang melintang diperoleh data berupa bacaan
ba, bt, dan bb dari tiap titik detail yang kemudian diolah menjadi beda tinggi dan
digunakan untuk mencari elevasi tiap titik detail.
188,594 GD08
GD08 P1 1,098 -1,096 1,097 0,0002500 1,098
189,692 P1
P1 P2 1,784 -1,783 1,784 0,0002500 1,784
191,476 P2
P2 P3 1,252 -1,251 1,252 0,0002500 1,252
192,728 P3
P3 P4 -0,208 0,209 -0,208 0,0002500 -0,208
192,520 P4
P4 P5 0,008 -0,007 0,008 0,0002500 0,008
192,528 P5
P5 P6 -0,400 0,400 -0,400 0,0002500 -0,400
192,128 P6
P6 P7 -1,830 1,831 -1,831 0,0002500 -1,830
190,298 P7
P7 GD08 -1,703 1,704 -1,704 0,0002500 -1,704
188,594 GD08
12 𝑚𝑚 √𝐷 = 12 √ 0,2979
Kelompok VII-D
1
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
= 6,549 mm
= 0,006 m
2. Menghitung koreksi
Berdasarkan perhitungan tabel di atas, jumlah beda tinggi rata-rata -0,002 m,
maka koreksi yang diperoleh sebesar +0,002 m, sehingga masih memenuhi
toleransi. Terdapat tujuh patok yang harus di koreksi, dimana koreksi tiap
patok sebesar +0,00025 m dan beda tinggi rata-rata harus sama. Kesamaan
tersebut menghasilkan jumlah beda tinggi yang dikoreksi menjadi 0.
3. Menghitung beda tinggi definitif
Beda tinggi definitif memiliki syarat jumlah seluruh definitif harus sama
dengan nol, dimana dapat dirumuskan menjadi :
= 189,692 m
Lakukan hal yang sama hingga semua titik diketahui elevasinya dan
pengukuran kembali ke titik awal.
5. Kesalahan Penutup Beda Tinggi
Kelompok VII-D
2
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
3
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
4
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
GD 04 438413,5445 9220746,0830 GD 04
191 12 22,799 191,206
GD 08 75 27 40 75,461 0,0005 75 27 41,88 75,462 438397,1873 9220663,5210 GD 08
295 44 41 295,745 46 -41,434 0,120 19,981 -0,159
P1 189 22 50 189,381 0,0005 189 22 51,88 189,381 438355,8730 9220683,3425 P1
286 21 49 286,364 44 -42,218 0,114 12,396 -0,152
P2 187 31 30 187,525 0,0005 187 31 31,88 187,526 438313,7698 9220695,5865 P2
278 50 17 278,838 33 -32,608 0,086 5,070 -0,114
P3 262 56 45 262,946 0,0005 262 56 46,87 262,946 438281,2474 9220700,5425 P3
195 53 30 195,892 39,7 -10,871 0,103 -38,183 -0,137
P4 279 39 20 279,656 0,0005 279 39 21,88 279,656 438270,4800 9220662,2225 P4
96 14 8 96,236 42,1 41,851 0,110 -4,573 -0,146
P5 154 28 25 154,474 0,0005 154 28 26,88 154,474 438312,4404 9220657,5040 P5
121 45 42 121,762 30 25,507 0,078 -15,792 -0,104
P6 235 13 50 235,231 0,0005 235 13 51,88 235,231 438338,0259 9220641,6087 P6
66 31 50 66,530 32,9 30,178 0,086 13,103 -0,114
P7 173 55 25 173,924 0,0005 173 55 26,88 173,924 438368,2897 9220654,5976 P7
72 36 23 72,606 30,2 28,819 0,079 9,028 -0,104
GD 08 316 51 40 316,861 0,0005 316 51 41,88 316,862 438397,1873 9220663,5210 GD 08
295 44 41 295,745
Σ 1799 59 45 1.799,996 0,004 1800 0 0 1800,000 1413 58 20 1413,972 297,9 -0,775 0,775 1,031 -1,031
1. Untuk mengetahui koreksi sudut harus mengetahui syarat besarnya sudut dan
jumlah sudut ukuran (β). Karena kelompok VII-D menggunakan sudut luar,
maka untuk mencari syarat koreksi menggunakan rumus berikut :
∑𝛽 = (𝑛 + 2) 𝑥 180°…………………………………………………...
(IV.5)
= (8 + 2) 𝑥 180°
= 1800°
Kelompok VII-D
5
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Hasil pengukuran di lapangan ternyata jumlah sudut ukuran (∑β) yang telah
dihitung dengan menggunakan rumus sebesar 1799º 59’ 45”. Maka koreksi
sudutnya dapatdihitungdengan menggunakan rumus berikut :
1799°59’45” = 1800° + 𝑓𝛼
𝑓𝛼 = 0°0’15”
Setelah koreksi sudut didapat, menghitung koreksi sudut pertitiknya
dengan menggunakan rumus :
Koreksi tiap sudut =
3. Menghitung Azimuth
𝐹𝑥 𝐵𝑀 08 − 𝑃1 = 𝐷 𝐵𝑀 08 − 𝑃1 × sin 𝛼 𝐵𝑀 08 − 𝑃1...
(IV.9)
= 46 × sin 295°44′41"
Kelompok VII-D
6
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
= −41,434 m
Perhitungan tersebut dilakukan sampai dengan Fx terakhir. Jika sudah
dihitung semua, Fx dijumlahkan dan hasilnya adalah :
𝐹𝑦 𝐵𝑀 08 − 𝑃1 = 𝐷 𝐵𝑀 08 − 𝑃1 ×cos 𝛼 𝐵𝑀 08−𝑃1...
(IV.11)
= 46 × cos 295°44′41"
= 19,981 m
Perhitungan tersebut dilakukan sampai dengan Fy terakhir. Jika sudah
dihitung semua, Fy dijumlahkan dan hasilnya adalah :
D
kΔx= (−ΣD sin α ) ……………………………...
ΣD
(IV.13)
D BM 08−P1
kΔx BM 08−P 1= (−ΣD sin α )
ΣD
46
kΔx BM 08−P 1= x (−(−0,775))
297 , 9
¿ 0,120 m
7. Perhitungan Koreksi Jarak Y
Untuk mengetahui koreksi jarak Y, rumus yang digunakan sebagai berikut :
D
kΔy= (−ΣD sin α ) ……………………………………….
ΣD
(IV.14)
Kelompok VII-D
7
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
D BM 08−P 1
kΔy BM 08−P 1= (−ΣD sin α )
ΣD
46
kΔy BM 08−P 1= x (−1,031)
297 , 9
¿−0,159 m
8. Perhitungan Absis
Beda Tinggi
Nomor Patok Benang Bacaan Sudut Sudut Miring /
Tinggi Naik Turun Tinggi
Teropong Horizontal Zenit Atas
Jarak
Tempat
Tengah
Bawah
i Alat
Yang
Atas
Dibidi
Beda Tinggi
Nomor Patok Benang Bacaan Sudut Sudut Miring /
Tinggi Naik Turun Tinggi
Kelompok VII-D
8
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Teropong Atas
Atas Horizontal Zenit Jarak (+) (-) Tanah
Tempat
Tengah
Dibidik
Berdiri
Bawah
Yang
Atas
Alat
Patok (m) (m) (m)
◦ ' " ◦ ' "
Beda Tinggi
Nomor Patok Tinggi Benang Bacaan Sudut Sudut Miring /
Naik Turun Tinggi
Teropong Horizontal Zenit Atas
Jarak
Tempat
Tengah
Bawah
i Alat
Berdir
Atas
Dibidi
Beda Tinggi
Nomor Patok Benang Bacaan Sudut Sudut Miring /
Tinggi Naik Turun Tinggi
Teropong Horizontal Zenit Atas
Jarak
Tempat
Tengah
Bawah
i Alat
Atas
Yang
Atas
Dibidi
Kelompok VII-D
9
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
V. BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Ilmu Ukur Tanah I yang telah kelompok VII-D
laksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kelompok VII-D
1
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
2
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
http://aryadhani.blogspot.com/2012/03/penampang-melintang-dalam-
ilmu- ukur.html?m=1
Arioarief. (2012, Maret 25). Penampang Memanjang dalam Ilmu Ukur
Tanah. Retrieved from Geophisticated:
http://aryadhani.blogspot.com/2012/03/penampang-memanjang-
dalam- ilmu-ukur.html?m=1
Basuki, S. (2006). Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Basuki, S. (2011). Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press.
Basuki, S. (2016). Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kelompok VII-D
3
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
4
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
5
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
6
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
7
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
8
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok VII-D
9