Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemetaan Terestris yang diampu
oleh:
Nanin Trianawati Sugito, M.T.
Dibuat oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran terestris merupakan salah satu metode pemetaan untuk
menggambarkan permukaan bumi. Metode pemetaan secara terestris dilakukan
berdasarkan pengukuran dan pengamatan yang seluruh kegiatannya dilakukan diatas
permukaan bumi secara langsung dengan peralatan tertentu. Metode ini juga memiliki
keunggulan yaitu ketelitian yang tinggi dibandingkan dengan metode fotogrametris
dan Survey GPS walaupun akuisisi data lebih lama untuk cakupan wilayah yang luas.
Pemetaan detil situasi adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang
mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara bersama-sama
dalam suatu gambar peta. Detil adalah segala objek yang ada dilapangan, baik yang
bersifat alamiah seperti sungai, rawa, lembah, dan bukit, maupun hasil budaya
manusia seperti jalan, jembatan, gedung, lapangan, selokan, dan batas-batas
kepemilikan tanah yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat (Slamet Basuki,
2011).
Pemetaan di suatu wilayah secara terestris meliputi kegiatan perencanaan,
akuisisi data, pengolahan data hingga penyajian data dalam bentuk peta sebagai
produk akhir dari kegiatan pemetaan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kemampuan manajemen proyek survey pemetaan terestris, mahasiswa Sains
Informasi Geografi mengikuti kegiatan praktikum pemetaan terestris yang
dilaksanakan di kampus Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia.
1
1. Meningkatkan kemampuan dalam bidang survei pemetaan terestris dimulai dari
tahap perencanaan, tahap akuisisi data, pengolahan data hingga penyajian data
dalam bentuk peta,
2. Mampu memimpin, mengkoordinasi, merencanakan, dan mengambil keputusan
dalam kegiatan survey pemetaan suatu wilayah,
3. Mampu bekerja sama dalam sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan,
4. Memberikan gambaran yang berkaitan dengan dunia kerja survey pemetaan, dan
5. Mampu membuat peta detil situasi dan topografi.
C. Output Pengukuran
Output pengukuran dari kegiatan pemetaan terestris ini yaitu mendapatkan informasi
yang lebih rinci mengenai bentuk permukaan tanah secara umum yang dilengkapi
dengan detil atau tampakan-tampakan khas yang berupa unsur alami maupun unsur
buatan yang ada di wilayah Sekolah Pasca Sarjana dan Poliklinik UPI. Pengukuran ini
menghasilkan produk akhir berupa peta detil situasi dan topografi.
2
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu Pelaksanaan
November Desember
No. Nama Kegiatan Minggu ke- Minggu ke-
III I II III
22 27 2-4 5-6 9-13 16-20
Penyusunan
1.
Proposal
Ekspos Pra-
2.
survei
Pengukuran
KDH dan
3.
Pengolahan
Data
Pengukuran
KDV dan
4.
Pengolahan
Data
Pengukuran
5.
Detail Situasi
Pengolahan
6. Data dan
Ekspos
3
2.2 Alat dan Bahan
Terdapat beberapa alat dan bahan yang harus di persiapkan untuk melakukan
praktikum pengukuran detail situasi yang tertera dalam tabel berikut:
Pembagian kerja untuk pelaksanaan praktikum ini dibuat dengan tujuan untuk
menata dan mengatur pola kerja praktikum agar efektif dan efisien. Pembagian
kerja kelompok 2 untuk pelaksanaan pemetaan detail situasi yaitu sebagai berikut:
4
BAB III
KEGIATAN PEMETAAN
Pembentukan Kelompok
dan Pembagian Kerja
Ekspos Pra-proyek
Pengukuran Kerangka
Dasar
KDH KDV
Pengolahan Pengolahan
Data Data
Pengolahan
Data
3.4.1 Penentuan BM
Penentuan Bench Mark (BM) yang akan dipakai dalam
pengukuran terlebih dahulu direncanakan pada peta kerja dengan
melihat penyebaran bench mark eksisting di sekitar gedung SPS dan
Poliklinik UPI. Bench Mark yang akan digunakan ada 4 yaitu Bench
Mark 07, Bench Mark 08, Bench Mark 24 dan 1 bench mark GPS.
3.4.2 Pembuatan Titik Bantu
Titik bantu adalah sebuah titik bench mark tambahan yang belum
memiliki koordinat, dibuat dengan tujuan membantu surveyor untuk
membidik titik yang tidak terjangkau oleh Bench Mark utama. Titik
bantu yang direncanakan untuk dibuat pada kegiatan pemetaan ini ada
4 titik bantu yang persebaran lokasi nya dapat dilihat di gambar 2.
Rencana Poligon Tertutup.
6
3.4.3 Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal
Pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan dengan metode
polygon tertutup. Metode polygon adalah metode pengukuran
dengan rangkaian segi banyak dalam menentukan suatu posisi atau
titik yang dapat diketahui koordinatnya dengan menghitung dari
pengukuran arah, sudut dan jarak. Hasil pengukuran ini digunakan
sebagai kerangka dasar pemetaan. Untuk menentukan koordinat
dibutuhkan koordinat awal, koordinat akhir, azimuth awal serta
data ukuran sudut dan jarak.
b. Poligon tertutup yang direncanakan yaitu sebagai berikut:
Poligon
Titik Bantu
7
3.4.4 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan metode sipat
datar yang dapat menghasilkan ketelitian tinggi hingga mm. Sipat
datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik
diatas permukaan bumi dengan garis bidik mendatar/horizontal
yang diarahkan pada rambu-rambu yang berdiri secara tegak. Alat
ukurnya dinamakan penyipat datar atau waterpass (Slamet Basuki,
2011).
b. Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat ukur
waterpass serta 1 buah rambu ukur.