LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH 1
D III TEKNIK SIPIL
PENGAJAR
RISKA HAWINUTI, MT
PLP LABORATORIUM
NURDIN, ST
OLEH:
KELAS 2C
KELOMPOK 3
1. ALIFIA SABRINA A010317066
2. DEWI PURNAMA A010317070
KELOMPOK 1
4. M. FACHRURAZI A010317079
5. RAKA ADITYA A010317082
6. YUDHA PRAYOGA A010317089
Puji dan syukur kami haturkan pada ke hadirat Tuhan Yang maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini. Tidak lupa
pula saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada dosen pengajar Ibu Riska
Hawinuti, MT serta bapak Nurdin, ST dan tentunya rekan-rekan dari kelompok 3 yang
selalu bekerja keras demi kelancaran dan kesuksesan kelompok, yang dimana dalam proses
pelaksanaan nya tidak luput dari berbagai macam kesalahan dan keteledoran.
Dan kami berharap untuk kedepannya bisa lebih baik lagi dalam setiap
pekerjaannya.
Mungkin ini saja yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat membantu
untuk perkembangan pada bidang Teknik Sipil.
Sekian dan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.3 Manfaat Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ilmu Ukur Tanah
2.2 Arti Pentingnya Pengukuran Tanah pada Perencanaan Bangunan
Sipil
2.3 Pengertian Pengukuran Sipat Datar
2.4 Metode Double Stand
2.5 Rumus dalam Perhitungan Perbedaan Tinggi
2.6 Luas Penampang dan Volume Timbunan
2.7 Kesalahan-Kesalahan dalam Pengukuran.
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat Praktikum dan Jumlah
3.2 Pengenalan Alat Praktikum
3.3 Metode Praktikum (Mencantumkan Langkah Kerja Praktek Beserta Sketsa
Lapangan)
3.3.1 Langkah Kerja Praktikum Pelurusan
3.3.2 Langkah Kerja Praktikum Pengukuran Waterpass Terbuka Terikat pada
1 titik
3.3.3 Langkah Kerja Praktikum Pengukuran Waterpass Terbuka Terikat pada
2 titik dan Crossing
3.3.4 Langkah Kerja Praktikum Pengukuran Waterpass Terbuka (Pengukuran
Profil Sungai)
3.3.5 Langkah Kerja Praktikum Pengukuran Waterpass Tertutup Terikat
pada 1 Titik + Crossing (Tugas Besar)
3.4 Waktu dan Tempat Praktikum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
(Melampirkan fotocopi seluruh Tugas Individu dari Tugas 1-7)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Copian Lembar Asistensi (yang telah ACC)
B. Gambar Tugas Besar Asli: Profil Memanjang skala 1:100, Profil Melintang 8 Titik
skala 1:50 dan Tampak Atas Daerah Pengukuran skala 1:50
C. Foto Kegiatan Lapangan: Foto dari Praktikum 1 sampai Pelaksanaan Tugas Besar, foto
seluruh anggota kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
Pengukuran tanah terus memainkan peranan yang sangat penting dalam banyak
cabang rekayasa. Sebagai contoh: pengukuran diperlukan untuk merencanakan,
membangun dan memelihara jalan-jalan raya, jalan baja, sistem-sistem perhubungan cepat,
bangunan, jembatan, tempat peluncuran proyektil, tempat peluncuran roket, stasiun
pelacak, terowongan, terusan, saluran irigasi, bendungan, saluran pembuangan air,
pengkaplingan tanah-tanah perkotaan, sistem persediaan air dan saluran pembuangan
limbah, jalur pipa dan terowongan tambang. Pengukuran tanah atau metode pengukuran,
biasa dipakai dalam perencanaan jalur perakitan (assembly line) dan alat-jepit antar (jig),
pembuatan dan penempatan alat besar, menyediakan titik control untuk pemotretan udara,
dan dalam banyak hal yang berkaitan dalam argonomi, arkeologi, astronomi, kehutanan,
geografi, geologi dan seismologi, tetapi khususnya dalam rekayasa militer dan sipil.
Pelurusan optis (optical alignment) adalah penerapan pengukuran tanah dalam pekerjaan
pabrik (instalasi mesin-mesin, pembuatan pesawat terbang dan sebagainya) (Russell C.
Brinker dkk.2000)
Semua insinyur harus tahu batas-batas ketelitian yang mungkin dalam konstruksi,
rancangan dan perencanaan pabrik, dan proses-proses pengkhalakan (manufacturing)
walaupun pengukuran sebenarnya dapat dikerjakan orang lain. Khususnya juru ukur dan
insinyur sipil yang bertugas merancang dan merencanakan pengukuran harus mempunyai
pengertian menyeluruh tentang metode dan instrument yang dipakai, termasuk kemampuan
dan keterbatasannya. Pengetahuan ini paling baik didapat dengan melakukan pengukuran
dengan menggunakan peralatan yang digunakan dalam praktek untuk melakukan konsep
yang tepat mengenai teori gakat dan selisih-selisih kecil tetapi yang dapat ditemukan yang
terjadi dalam kuantitas-kuantitas yang diamati. (Russell C. Brinker dkk.2000)
Disamping menekankan perlunya batas-batas ketelitian yang wajar. Pengukuran
tanah menitik beratkan nilai angka-angka terpakai. Para juru ukur dan insinyur harus tahu
kapan harus bekerja sampai perseratusan foot dan bukan persepuluhan atau perseribuan
atau barangkali foot terdekat serta sejauh mana kesaksamaan data lapangan yang perlu
untuk pembenaran pelaksanaan hitungan hingga sejumlah angka di belakang koma yang
perlu untuk pembenaran pelaksanaan hitungan hingga sejumlah angka dibelakang koma
yang dikehendaki. Dengan pengalaman, mereka mempelajari bagaimana peralatan dan
petugas yang tersedia menentukan prosedur dan hasilnya. (Russell C. Brinker dkk.2000)
Sketsa dan hitungan yang rapi adalah pertanda pikiran teratur, yang selanjutnya
merupakan petunjuk adanya latar-belakang dan kecakapan rekayasa yang kuat. Membuat
catatan lapangan dalam segala jenis keadaan adalah persiapan amat baik untuk pencatatan
dan pembuatan sketsa macam apa yang diharapkan dari semua insinyur. Latihan tambahan
yang bernilai-lanjut di peroleh dalam penyusunan hitungan yang benar.
(Russell C. Brinker dkk.2000)
Sipat datar adalah istilah umum untuk yang manapun dari berbagai proses dengan
mana elevasi titik atau beda elevesi ditentukan. Sipat datar adalah pekerjaan sangat penting
dalam menghasilkan data untuk pemetaaan, rancangan rekayasa dan kontruksi. Hasil sipat
datar dipakai untuk:
1. Merancang jalan raya, jalan baja dan saluran-saluran yang memunyai garis gradian
paling sesuai dengan topografi yang ada.
2. Merencanakan proyek-proyek konstruksi menurut elevasi terencana.
3. Menghitung volume pekerjaan tanah.
4. Menyelidiki ciri-ciri aliran disuatu wilayah.
5. Mengembangkan peta-peta yang menunjukan bentuk tanah secara umum.
1. Double stand metode adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau
pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi
di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi
antara titi-titik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat yang
ditunjukkan pada rambu vertikan. Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah
mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai
permukaan ketinggian yang tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila
selisih tinggi dari dua buah titik dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan
seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui tingginya. Sebelum
digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu: garis bidik harus sejajar dengan
garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung berada
di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh sebab itu, gelembung nivo tabung harus
di tengah setiap kali akan membaca skala rambu. Station, merupakan titik dimana
rambu ukur ditegakan, bukan tempat alat sipat datar ditempatkan. Tetapi pada
pengukuran horizontal, stasion adalah titik tempat berdiri alat. Tinggi alat, adalah
tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat datar didirikan. Tinggi garis bidik,
adalah tinggi garis bidik di atas bidang referensi ketinggian (permukaan air laut
rata-rata) Pengukuran ke belakang, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di
station yang diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis
bidik. Rambunya disebut rambu belakang. Pengukruan ke muka, adalah
pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang diketahui ketinggiannya,
maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambu di sebut rambu muka.
Titik putar (turning point), adalah station dimana pengukuran ke belakang dan ke
muka dilakukan pada rambu yang ditegakan di station tersebut.
2. Mendirikan waterpass diantara dua titik target merupakan pekerjaan yang sering
dijumpai di lapangan. Penempatan waterpass diantara dua titik target ini tidak perlu
segaris dengan kedua titik tersebut, yang penting jarak diantara waterpass dan titik-titik
tersebut diusahakan sama atau hampir sama panjangnya. Dalam aplikasi sesungguhnya
jarak-jarak antara titik-titik tersebut panjangnya tidak diukur (secara optis) dengan alat
waterpass, tetapi diukur dengan alat ukur jarak langsung (misalnya pita ukur, EDM dan
lainnya). Pengukuran jarak secara optis dengan alat waterpass ini digunakan untuk
membandingkan dengan hasil yangdiperoleh dari pengukuran jarak langsung tersebut
ataupun untuk mengecek bacaan benang tengahnya, apakah telah memenuhi ketentuan
bahwa bt = ½ (ba + bb) Satu kedudukan waterpas di antara dua titik target yang
ditegakkan rambu ukur disebut slag, pengukuran dalam satu hari terdiri dari beberapa
slag yang dikenal dengan istilah seksi, sedangkan trayek adalah panjang pengukuran
dari beberapa seksi, yang merupakan panjang dari satupekerjaan projek. Spesifikasi
teknik pengukuran waterpass adalah sebagai berikut: Maksud pengukuran waterpass
adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik terhadap bidang referensi tertentu yang
akan digunakan sebagai jaring sipat datar pemetaan. Alat ukur yang dipakai adalah
waterpass. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. Tiap seksi dibagi menjadi
slag yang genap. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka. Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double
stand, ring. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2mm 1.
Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah, dan bawah).
Langkah kerja:
1. Siapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat tulis untuk mencatata
hasil pengukuran.
2. Buka kaki tinga dari pengunci.
3. Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira sebatas dada,
kemudian kuncikan kembali.
4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar kaki
sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar.
5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga yang
sudah disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa pada lubang yang ada
di bagian bawah alat ukur cukup kuat agar antara kaki tiga dan alat betul-betul menjadi
satu kesatuan. Lalu injak alat injakan yang ada di kaki tiga.
6. Atur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar.
7. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup ketiga
sebagai pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak.
8. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo tabungnya
agar tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup pengatur nivo tabung.
9. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik
pengukuran.
10. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup pemokus
difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat jelas.
11. Tentukan dua titik A dan B.
12. Bagi panjang PQ dalam beberapa slag.
13. Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan
dengan arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah menjadi arah muka (m)
dan catat pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag. (Mega yasma adha,2017)
2.5 Rumus dalam Perhitungan Perbedaan Tinggi
Beda Tinggi (∆H). Pesawat sipat datar didirikan lebih kurang ditengah-tengah diantara
rambu depan dengan belakang. Kecuali pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal
levelling) dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua station, misalnya
pengukuran menyeberangi sungai / lembah.
dimana: BT belakang bacaan benang tengah di belakang. BT depan bacaan benang tengah
di depan.
Bacaan Benang Tengah. Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan
dahulu pembacaan benang tengah titik-titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
dimana : BT bacaan benang tengah. BA bacaan benang atas. BB bacaan benang bawah.
Jarak Datar Optis. Jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut :
dimana : J jarak datar optis [m bila nilai bacaan dengan koma]. BA bacaan benang atas.
BB bacaan benang bawah. 100 konstanta pesawat.
100)( BBBAJ (
Perhitungan Beda Tinggi (=∆H) antara suatu titik dengan titik referensi, diperlukan untuk
mengetahui elevasi titik.
Dari pengolahan data, akan dapat diperoleh juga jarak optis, selain beda tinggi dan elevasi
titik.
RUMUS BEDA TINGGI, RUMUS JARAK OPTIS, DAN RUMUS BEDA TINGGI,
RUMUS JARAK OPTIS, DAN RUMUS ELEVASI
Jarak antara alat ke TITIK (ditandai dengan rambu/baak ukur) dapat juga ditentukan dari
bacaan benang pada alat disebut sebagai jarak optis atau jarak tak langsung..
D = jarak
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
RumusElevasiTitikyang dicari(misalB )
adalah:
= ∆H + ElevasiTitikdiketahui(misalA sebagaiBM)
dapatdimanfaatkandalampenentuanElevasiTitikserta
Alat berdiri (ketinggian t) di titik M yang diketahui elevasinya, Pada pembacaan suatu titik
P dari Titik M diketahui BA BT BB, maka;
Praktek 2
Adapun alat-alat yang digunakan selama praktek untuk pengukuran waterpass
terbuka terikat pada 1 titik
No Nama Alat Jumlah Satuan
1. Waterpass 1 Buah
2. Kaki Statif 1 Buah
3. Rambu Ukur 2 Buah
4 Papan Data 1 Buah
5 Formulir Data 2 Lembar
6 Helm Safety 6 Buah
7. Rompi 6 Buah
8. Kompas tangan 1 Buah
9. Patok Lakban 3 Buah
10. Unting- Unting 1 Buah
11. Payung 1 Buah
12. Meteran 1 Buah
Praktek 3
Adapun alat-alat yang digunakan selama praktek untuk pengukuran waterpass
terbuka terikat pada 2 titik dan crossing
No Nama Alat Jumlah Satuan
1. Waterpass 1 Buah
2. Kaki Statif 1 Buah
3. Rambu Ukur 2 Buah
No Nama Alat Jumlah Satuan
4 Papan Data 1 Buah
5 Formulir Data 2 Lembar
6 Helm Safety 6 Buah
7. Rompi 6 Buah
8. Kompas tangan 1 Buah
9. Patok Lakban 4 Buah
10. Unting- Unting 1 Buah
11. Payung 1 Buah
12. Meteran 1 Buah
Praktek 4
Adapun alat-alat yang digunakan selama praktek untuk pengukuran waterpass
terbuka tidak Terikat Titik (Pengukuran Profil Sungai)
No Nama Alat Jumlah Satuan
1. Waterpass 1 Buah
2. Kaki Statif 1 Buah
3. Rambu Ukur 2 Buah
4 Papan Data 1 Buah
5 Formulir Data 5 Lembar
6 Helm Safety 6 Buah
7. Rompi 6 Buah
8. Kompas tangan 1 Buah
9. Patok Kayu 3 Buah
10. Unting- Unting 1 Buah
11. Payung 1 Buah
12. Meteran 1 Buah
13. Palu 1 Buah
14. Paku Payung 3 Buah
Praktek 5
Adapun alat-alat yang digunakan selama praktek untuk pengukuran waterpass tertutup
terikat pada 1 titik + crossing (Tugas Besar)
Lensa Objektif
Lensa Okuler
Nivo Kontak
Sekrup ABC
Pelat Dasar
Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi
antara titik-titik saling berdekatan. Yang mana didalamnya terdapat berbagai fungsi
bagian-bagian waterpass diantaranya:
a. Visir berfungsi untuk membantu dalam membidik objek sebelum pembidik
melihat melalui lensa okuler.
b. Lensa objektif berfungsi untuk menerima gambaran objek yang dibidik.
c. Sekrup fokus micrometer berfungsi untuk mengatur fokus objek pada lensa
teropong agar terlihat jelas.
d. Sekrup pengatur benang silam berfungsi untuk mengatur kejelasan benang silam.
e. Lensa okuler berfungsi untuk meliat objek.
f. Cermin nivo kontak berfungsi untuk mempermudah menglihat gelembung pada
nivo kontak.
g. Nivo kontak berfungsi untuk mengetahui tingkat kedataran waterpass.
h. Penggerak halus horizontal berfungsi untuk mengatur menempatkan benang
diagfragma agar tegak tepat pada sasaran yang dibidik.
i. Sekrup abc berfungsi untuk melevelkan atau menyetel kedudukan waterpass agar
gelembung pada nivo kontak tepat berada ditengah lingkaran.
j. Ring lingkaran horizontal berfungsi untuk menentukan arah azimuth.
k. Pelat dasar berfungsi sebagai landasan kedudukan dari waterpass atau meletakan
arah di atas statif.
2. Kaki Statif
Kaki statif adalah alat peralatan yang berfungsi untuk tempat meletakan waterpass yang dimana
didalamnya terdapat plat datar di bagian atas beserta pengunci untuk waterpass, dan tiga buah
kaki statif yang di bawahnya terdapat pengunci statif agar kaki statif tidak bergerak.
3. Penta Prisma
Penta prisma adalah suatu alat yang di dalamnya terdapat dua buah cermin yang
berfungsi sebagai alat bantu dalam proses pelurusan Jalon.
4. Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat yang berfungsi sebagai penentu ketinggian, dan jarak dari tanah yang
dapat dilihat melalui lensa okuler di alat waterpass pada saat pengukuran.
5. Meteran
Meteran adalah alat yang ditentukan untuk mengukur jarak baik patok ke patok, patok ke
titik, maupun titik ke titik dengan satuan meter.
6. Paku Payung
Paku payung digunakan untuk penentu titik tempat awal alat maupun setelah alat
dipindahkan, biasanya digunakan di tanah dimana kondisi tersebut tidak memungkinkan
menggunakan patok lakban.
7. Palu
Palu digunakan untuk menancapkan atau melepaskan patok pada saat dilapangan, baik itu
patok kayu maupun paku atau bisa juga patok kayu yang di atasnya ditancapkan paku payung.
8. Payung
Payung digunakan untuk melindungi alat dari panas matahari langsung agar tidak merusak
alat, biasanya digunakan pada saat kondisi cuaca panas.
9. Unting-Unting
Unting-unting adalah alat yang digunakan sebagai pelurus titik alat biasanya
digunakan untuk menentukan titik awal pendirian alat dan penggeseran alat pada saat
dilapangan.
10. Patok Kayu
Patok kayu digunakan untuk penanda letak suatu titik maupun patok yang biasanya digunakan
di lapangan tanah yang memungkinkan untuk menancapkan patok kayu kemudian
ditancapkan lagi paku payung diatasnya sebagai kondisi titik 0 meter tanah.
Patok Lakban
12. Kompas tangan
Kompas tangan adalah suatu alat yang dipergunakan di lapangan sebagai penentuk titik 0˚
utara yang dimana nantinya digunakan untuk mengetahui sudut dari tiap titik pada
pengerjaan metode crossing.
Papan Data
Papan data berfungsi sebagai tempat dari diletakannya formulir data agar lebih mudah dalam
pengisian data dan lebih aman dibandingkan diletakan selain menggunakan papan data.
14. Formulir Data
Formulir data
Formulir data adalah lembaran yang sudah ditentukan yang dimana didalamnya berisi data
mulai dari bacaan rambu, elevasi, jarak, sudut dan lain sebagainya dengan tujuan
mempermudah mahasiswa untuk memasukan data pada format yang sudah ditentukan.
Helm safety adalah alat yang digunakan untuk melindungi kepala dari panasnya matahari,
melindungi kepala dari benturan apabila terjadi dan lain sebagainya.
16. Rompi
Rompi adalah pakaian yang digunakan untuk melindungi pakaian agar tidak terkena kotoran
dan juga menjadi pembeda antara mahasiswa yang menggunakan alat dilapangan dan
mahasiswa yang tidak menggunakan alat.
17. Jalon
Adalah alat yang digunakan untuk pelurusan yang dimana Jalon ini berfungsi untuk
memperjelas sasaran yang akan dibidik dengan ketepatan kelurusan yang lebih bagus
dibandingkan dengan menggunakan patok kayu biasa.
3.3 Metode Praktikum (Mencantumkan Langkah Kerja Praktek Beserta Sketsa
Lapangan)
3.3.1. Langkah Kerja Praktikum Pelurusan
1. Gambar sketsa lapangan dan mulai pendokumentasian kegiatan.
2. Tancapkan jalon A ditempat yang ditentukan sebagai titik awal dan jalon
B sebagai titik akhir dengan jarak 20 m. Sebelum jalon ditancapkan
gunakan cermin prisma untuk mencek sudut apakah sudut benar 90° dari
patok dosen atau belum.
3. Jika sudah benar lanjutkan untuk mengukur menggunakan meteran
dengan jarak 20 m dari patok A ke B. Satu orang berdiri di belakang jalon
A ± 2 langkah (mundur dari jarak jalon) ± 1-8 m. Kemudian, membidik
kearah B dengan memberi aba-aba kepada orang yang memasang jalon.
Jika sudah lurus tancapkan jalon B.
4. Orang kedua, menempatkan jalon 1 kira-kira segaris diantara jalon A dan
B dan orang pertama sebagai pembidik jalon harus memberi isyarat
kepada orang kedua untuk menggeser-geser jalon 1 agar segaris dengan
bidikan jalon A dan B.
5. Begitu seterusnya dengan cara yang sama menancapkan jalon hingga
jalon ke-4.
6. Jika semua jalon sudah terpasang, cek kembali kelurusannya dan lapor ke
dosen pembimbing untuk mencek kelurusan keenam jalon.
7. Apabila dosen sudah mengatakan “sudah lurus” lanjutkan pengukuran
jarak dari jalon A-1, 1-2, 2-3, 3-4, dan 4-B sebagai kondisi pergi.
8. Catat hasil pengukuran pada lembar job.
9. Selanjutnya, tempatkan dan lepaskan jalon 1,2,3, dan 4. Pasang kembali
seperti langkah diatas yaitu menvisir dengan jalon B sebagai patokan awal
pada 1,2,3, dan 4 pada titik berbeda dari jarak jalon saat kondisi awal
(jangan menancap dititik yang sama).
10. Lakukan pengukuran dari jalon B sampai A sebagai kondisi pulang.
11. Setelah data sudah didapat, selanjutnya lepaskan semua jalon dengan
tetap memperhatikan titik bekas tancapan paku di titik bekas jalon A dan
B (tancapkan paku di as titik lubang bekas jalon A dan B).
12. Pada paku pertama sebagai patokan berdirinya alat waterpass dan pada
paku kedua sebagai patokan berdirinya rambu.
13. Untuk membuktikan jarak yang dihitung sebesar 20 m, maka mencari BA,
BT, BB menggunakan alat waterpass. Jika jarak yang dihitung
menggunakan waterpass sudah benar yaitu 20 m, berarti perhitungan saat
pelurusan juga sudah benar
14. Hitunglah rata-rata
15. Setelah semuanya selesai kumpulkan semua peralatan yang telah di bawa
kembali ke laboratorium, bersihkan dan letakkan kembali di laboratorium
dengan rapi.
5.2 Saran
Praktikum Ilmu Ukur Tanah kali ini,banyak sekali hal penting yang
perlu diperhatikan agar proses praktikum dapat berjalan dengan baik dan
benar, seperti sebagai berikut:
1. Mengecek kondisi semua peralatan yang akan dipakai dalam
praktikum
2. Selalu memperhatikan sketa lokasi
3. Perhitungan dan pengukuran data dipelukan prinsip – prinip
pengukuran untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang
mungkin terjadi
4. Menggunakan alat bantu seperti kompas
5. Selalu menggunakan payung untuk melindungi alat agar tidak
terkena sinar matahari langung karena sangat berpengaruh
terhadap kinerja alat terlebih pada bagian nivo
6. Selalu menggambar langsung sketsa setelah mendapatkan
dan mencatat hasil ukuran
7. Selalu memperhatikan posisi alat
8. Jangan ampai membahayakan alat
9. Jangan mempersulit diri dan orang lain, kelompok
lain,pohon,pot bunga,penampang sungai, parkiran, dan lokasi
yang akan di cross
10.Untuk mempermudah pengukuran jarak komulatif antar titik
pada crossing caranya adalah dengan membentangkan
meteran sepanjang titik crossing
11.Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat
12.Menguahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca
yang cerah
13.Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung
14.Ketika selesai praktek jangan lupa menormalkan semua
kondisi sekrup pada waterpass
15.Saat pelakanaan praktikum sangat dianjurkan untuk bertanya
kepada pembimbing praktikum jika menemukan kesulitan
agar tidak terjadi kesalahan dalam pelakanaan praktikum.
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM PERTEMUAN KE-2.
4. Arahkan alat ke P1. 5. Arahkan alat ke BM1 6. Ukur jarak dari dari
Baca BA, BB, dan sebagai bacaan muka alat ke P1 dan dari
BT lalu hitung jarak kondisi pulang. Baca alat ke BM1.
optis sebagai bacaan BA,BB,BT dan hitung
FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM PERTEMUAN KE-7.
2.