Oleh :
Dosen Pembimbing :
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan
Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tanah.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
laporan ini, diantaranya:
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini sudah cukup dari kata sempurna.
Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan
saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Tim penyusun
`i
LEMBAR PENGESAHAN
2019
`ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................
`iii
3.3 Langkah Kerja ..................................................................................................20
4.2 Saran.................................................................................................................51
`iv
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara –
cara pengukuran dipermukaan bumi dan dibawah tanah untuk keperluan seperti
pemetaan dan penentuan posisi relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi
dapat diabaikan. ( Slamet Basuki, hal 1, 2006 ). Dalam kegiatan pembelajaran ini.
Semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan
konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran irigasi, jembatan, pelabuhan,
bendungan dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang
dibangun dapat dipertanggungjawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas dapat ditinjau
dari segi biaya yang murah, tepat waktu, serta dari segi kesesuaian dengan tujuan
teknis yang dibutuhkan untuk metode pengukuran yang tepat dengan menggunakan
peralatan ukur waterpass dan theodolit. Hasil pengukuran dapat menghasilkan data
dan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
`1
BAB II
PENGUKURAN WATERPASS
2.1 Tujuan
2.2 Peralatan
`2
2. Tripod
`3
3. Bak ukur 2 buah
4. Payung
`4
5. Traffic Cone
6. Buku, alat tulis, dan perlengkapan lain (pensil, penghapus, dan lain-lain)
`5
1. Lakukan pengukuran awal antara titik pertama dan titik kedua
2. Letakkan pesawat diantara titik petama dan titik kedua
3. Setimbangkan kedudukan nivonya dengan menggunakan 3 sekrup
penyetel
4. Ukur tinggi pesawat
5. Lakukan pengukuran memanjang pergi, baca BA, BT, BB.
`6
Tinggi Titik Pembacaan Benang Pembacaan Benang D = Jarak (m) ∆H (m)
Tinggi D blk + D
Alat yang Muka Belakang D = (BA-BB) x 100 BT blk -
Pesawat muka
(m) dibidik Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Belakang Muka BT muka
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BM 1,360 1,414 1,378 1,341 7,3
1 0,066 16,00
A 1,360 1,355 1,312 1,268 8,7
A 1,355 1,378 1,334 1,290 8,8
2 -0,021 17,40
B 1,355 1,398 1,355 1,312 8,6
B 1,320 1,356 1,314 1,271 8,5
3 0,027 16,50
C 1,320 1,327 1,287 1,247 8,0
C 1,365 1,355 1,315 1,275 8,0
4 -0,069 14,90
D 1,365 1,418 1,384 1,349 6,9
D 1,345 1,385 1,335 1,285 10,0
5 -0,022 22,20
E 1,345 1,418 1,357 1,296 12,2
DATA WATERPASS MEMANJANG PULANG
∆H
D = Jarak (m)
Pembacaan Benang Pembacaan Benang (m)
Tinggi Titik D blk
Tinggi Muka Belakang D = (BA-BB) x BT
Alat yang +D
Pesawat 100 blk -
(m) dibidik muka
BT
Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Belakang Muka
muka
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
E 1,350 1,386 1,351 1,316 7,0
1 0,028 23,00
D 1,350 1,403 1,323 1,243 16,0
D 1,342 1,404 1,367 1,330 7,4
2 0,069 14,80
C 1,342 1,335 1,298 1,261 7,4
C 1,342 1,352 1,308 1,264 8,8 -
3 16,20
B 1,342 1,368 1,331 1,294 7,4 0,023
B 1,314 1,363 1,324 1,285 7,8
4 0,027 18,20
A 1,314 1,349 1,297 1,245 10,4
A 1,386 1,383 1,342 1,301 8,2 -
5 16,20
BM 1,386 1,453 1,413 1,373 8,0 0,071
`7
PERHITUNGAN PERGI + PULANG
d ∆h
titik d pergi d rata2 ∆h pergi ∆h rata2 H BM
pulang pulang
BM-A 16 16,2 16,1 0,066 -0,071 0,0685 15,0685
A-B 17,4 18,2 17,8 -0,021 0,027 -0,024 14,976
B-C 16,5 16,2 16,35 0,027 -0,023 0,025 15,025
C-D 14,9 14,8 14,85 -0,069 0,069 -0,069 14,931
D-E 22,2 23 22,6 -0,022 0,028 -0,025 14,975
`8
titik 1 2 3 4 5 6
jarak dari titik 1 0 2,8 12,3 12,7 23,2 26,2
tinggi titik 15,1485 15,2545 15,204 13,601 13,0885 15,1385
titik 1 2 3 4 5 6
jarak dari titik 1 0 1,8 11,2 11,6 24,6 25
tinggi titik 15,4415 15,1325 15,1795 13,6305 13,5865 15,0435
`9
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1,325 1 1,375 1,3505 1,326 4,9 -0,0255 14,9995
1,325 2 1,274 1,255 1,236 3,8 0,07 15,095
1,325 3 1,235 1,206 1,177 5,8 0,119 15,144
3
1,325 4 2,665 2,635 2,605 6 -1,31 13,715
1,325 5 2,963 2,865 2,767 19,6 -1,54 13,485
1,325 6 1,42 1,32 1,22 20 0,005 15,03
titik 1 2 3 4 5 6
jarak dari titik 1 0 1,1 10,7 10,9 24,5 24,9
tinggi titik 15,0440 15,1395 15,1885 13,7595 13,5295 15,0745
titik 1 2 3 4 5 6
jarak dari titik 1 0 0,4 11,1 11,6 24,2 24,6
tinggi titik 15,0255 15,1085 15,185 13,7895 13,4005 15,0885
`10
DATA CROSS SECTION : E
titik 1 2 3 4 5 6
jarak dari titik 1 0 1,6 11,2 11,6 24 24,4
tinggi titik 15,0185 15,1075 15,1835 13,5815 13,6670 15,0255
`11
2.5 Gambar Pengukuran
15,15 16,1
15,1 15,0685 33,9
15,0445
15,05
50,1 82,5
Tinggi Titik (m)
15 15,0695 14,9755
0 66,3
14,95
15 15,0005
14,9
14,85
14,8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
16,5
0
14,5 15,1485
14
13,5
12,7
13
13,601
23,2
12,5 13,0885
12
0 5 10 15 20 25 30
Jarak Dari Titik 1 (m)
`12
Grafik Profil Cross Section B
17
16,5
0
16
15,4415 11,2 25
15,5 15,1795 15,0435
15
Tinggi Titik (m)
1,8
14,5 15,1325
14
13,5
11,6 24,6
13 13,6305 13,5865
12,5
12
0 5 10 15 20 25 30
Jarak Dari Titik 1 (m)
16,5000
16,0000
1,1 10,7 24,9
15,5000 15,1395 15,1885 15,0745
15,0000
Tinggi Titik (m)
14,5000 0
15,0440
14,0000
13,5000
10,9
24,5
13,0000 13,7595
13,5295
12,5000
12,0000
0 5 10 15 20 25 30
Jarak Dari Titik 1 (m)
`13
Grafik Profil Cross Section D
17
16,5
16
0,4 11,1 24,6
15,5 15,1085 15,185 15,0885
15
Tinggi Titik (m)
0
14,5 15,0255
14
13,5
11,6
13 13,7895 24,2
13,4005
12,5
12
0 5 10 15 20 25 30
Jarak Dari Titik 1 (m)
16,5
16 0
11,2
15,4415 25
15,5 15,1795
15,0435
15
Tinggi Titik (m)
1,8
14,5 15,1325
14
13,5
11,6 24,6
13 13,5865
13,6305
12,5
12
0 5 10 15 20 25 30
Jarak Dari Titik 1 (m)
`14
2.6 Kesimpulan Dan Saran
2.6.1 Kesimpulan
Setelah kami melakukan praktikum ilmu ukur tanah dan mengolah data
data yang kami peroleh. Kami dapat menarik beberapa kesimpulan, antara lain :
waterpass memanjang pulang dan pergi rata-rata ± 0,8, yang artinya masih dalam
batas aman. Contohnya selisih jarak memanjang dan pulang terbesar terdapat di
titik A ke B dan titik D ke E yaitu sebesar 0,8 m yang artinya data tersebut masih
masuk kategori aman.
Terjadi penurunan dan kenaikan pada percobaan kami yang ditandai dengan
nilai (+) untuk kenaikan dan (-) untuk penurunan. Dari table tersebut dapat
range ΔH dari titik A ke E berkisar antara 0.0685 – (-0.024), dengan ∑ ΔH
rata rata sebesar -0,0245.
Terdapat perbedaan elevasi atau ketinggian antar titik dalam pengukuran
waterpass memanjang antar potongan melintang. Dari table tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan elevasi dari titik A ke E dengan
ΔHrata-rata di range 0,0685 (terbesar) – 0,024 (Terkecil) dengan asumsi
H=15
2.6.2 Saran
`15
Dalam penggambaran dan pencatatan harus dilakukan dengan kecermatan
dan ketelitian yang tinggi, supaya tidak terjadi kesalahan dan hasilnya
maksimal.
Kerja tim sangat dibutuhkan pada praktikum seperti ini.
2.7 Dokumentasi
`16
BAB III
PENGUKURAN THEODOLITE
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang
dapat di baca bisa sampai pada satuan detik. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah
teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang
dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horizontal untuk dibaca. Sebuah teodolit modern terdiri dari teleskop bergerak
dipasang dalam dua tegak lurus sumbu-horizontal atau trunnion sumbu, dan sumbu
vertikal. Ketika teleskop yang menunjuk pada objek target, sudut masing-masing
sumbu dapat diukur dengan presisi yang besar, biasanya untuk detik busur.
3.1 Tujuan
3.2. Peralatan
`17
a. Bagian bawah, terdiri dari 3 sekrup penyetel yang menyangga tabung dan plat
yang berbentuk lingkaran.
b. Bagian tengah, terdiri dari sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung bagian
bawah.
c. Bagian atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua. Pada waktu melakukan pengukuran, bagian-bagian theodolite harus
dalam keadaan baik, seperti: Sumbu I vertikal, Sumbu II horizontal, Garis bidik
tegak lurus pada sumbu II dan Kesalahan indeks vertikal. Maka dari pada itu,
theodolit memerlukan pengaturan lebih dahulu agar dapat memenuhi persyaratan
diatas.
● Bagian-bagian theodolite :
5. Lensa obyektif
`18
3.2.2 Alat Pendukung Pengukuran
1. Statif
2. Rambu Ukur
5. Kompas(dari hp)
`19
3.3 Langkah kerja
4. Menentukan titik detail utama, titik BM, dan titik detail tambahan.
5. Mendirikan statip tepat diatas patok dititik detail utama dengan cara
meluruskan unting-unting jatuh tepat diatas patok.
6. Menempatkan Theodolite diatas statip, lalu kait dengan baut dimana salah
seorang di statip bagian atas dan seorang lagi di Theodolite bagian bawah
sampai kencang.
7. Sebelum kita melakukan segala penyetelan, segala pengunci horizontal dan
vertikal pada Theodolite harus bebas semua.
8. Menyetel nivo bawah (nivo bulat) yaitu menempatkan gelembung yang ada
di nivo bulat agar tepat di tengah-tengah lingkaran, dengan cara memutar
sekrup penyetel A,B, C dengan cara memutar sekrup dengan arah
berlawanan sehingga gelembung terletak tepat di lingkaran.
9. Menyetel nivo atas (nivo tabung) yaitu menempatkan gelembung nivo yang
ada dinivo tabung agar tepat di tengah-tengah tanda dengan jalan memutar
salah satu sekrup penyetel nivo tabung sampai gelembung jatuh tepat di
tengah-tengah tanda. Dengan catatan bahwa gelembung di nivo bulat tidak
boleh berpindah tempat (keluar dari lingkaran). Jadi kedua gelembung nivo
harus tepat di tengah-tengah.
10. Mengenolkan detik yang ada di teropong pada lensa sebelah kanan dengan
memutar sekrup penyetel menit detik yang terletak pada sebelah kanan
teropong.
11. Memutar lempeng yang terletak pada bagian bawah Theodolite yang
bertujuan untuk mengenolkan horizontalnya. Sambil memutar lempeng kita
melihat teropong pada lensa sebelah kanan, apakah sudah horizontal atau
belum. Apabila sudah horizontal lalu putar pengunci horizontal dengan cara
memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak diatas lempeng, maka
horizontal sudah terkunci.
12. Mengutarakan kompas dengan melihat kompas yang ada dibagian atas
pesawat. Bila garis putih sudah tepat atau masuk tanda, maka pesawat sudah
menghadap utara. Kemudian dikunci dengan pengunci arah utara, dengan
`20
cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak di bawah lempeng,
maka arah utara sudah terkunci.
13. Menyetel pesawat agar membentuk sudut 90° terhadap sudut vertikal
dengan cara menaik turunkan teropong sambil melihat pada lensa sebelah
kanan, apakah sudah 90° atau belum. Apabila sudah tepat 90° lalu kunci
dengan pengunci vertikal, dengan cara memutar searah jarum jam. Pengunci
terletak disamping teropong, maka arah vertikal sudah terkunci.
14. Menempatkan baak atau rambu ukur pada titik detail tambahan, titk BM,
dan kedelapan titik yang mengapit.
15. Membuka kunci horizontal, untuk memutar pesawat sampai baak kelihatan
pada lensa. Setelah terlihat lalu kunci kembali pengunci horizontal.
16. Membaca BA, BT, BB pada baak dengan melihat pada teropong lensa
sebelah kiri,apabila pembacaan kurang jelas, kita harus memutar penyetel
diagfragma lensa sampai baak bias terbaca dengan jelas.
17. Membaca sudut vertikal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan,
Dengan cara memuter penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada
tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik
sampai derajat.
18. Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah
kanan. Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh
tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut
menit, detik pada arah horizontal.
19. Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke
titik detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
20. Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10
untuk penyetelan alat.
21. Setelah pratikum selesai dilakukan dimana data-data ukur sudah dibukukan
ke dalam buku ukur, maka barulah dapat dilakukan penyelesaian buku ukur
yaitu perhitungan sementara dari data yang ada untuk dilakukan pengecekan
kembali, apakah data yang kita peroleh dari hasil pengukuran sesuai dengan
keadaan dilokasi.
`21
3.4 Analisis Data
Titik yang
Pembacaan Benang
Titik/Tinggi dibidik Sudut Sudut
Ket
Pesawat Titik Titik Horizontal Vertikal
Atas Tengah Bawah
Ikat Detail
BM 1,222 1,185 1,147 172⁰21’00” 90⁰
B 1,363 1,301 1,238 46⁰22’00” 90⁰
E 1,503 1,416 1,329 332⁰22’00” 90⁰
A 1 1,312 1,273 1,234 30⁰22’00” 90⁰
1,395 2 1,379 1,324 1,268 60⁰22’00” 90⁰
3 1,396 1,337 1,278 120⁰22’40” 90⁰
4 1,445 1,406 1,366 240⁰23’00” 90⁰
5 1,355 1,273 1,190 315⁰23’00” 90⁰
`22
4 1,415 1,360 1,305 240⁰22’00” 90⁰
5 1,349 1,296 1,242 330⁰22’00” 90⁰
`23
peroleh 60⁰22’00” (60derajat 22menit 00detik). Hal ini disebabkan
Karena elevasi tanah dalam suatu daerah yang di uji berbeda elevasinya.
`24
’AB = 46°22’00”
’BC = ’AB + 180° + ’B
= 46°22’00” + 180° - 131°48’00” = 358°10’00”
’CD = (-180° + ’C'BC
= (-180° + 111°48’00”) + 358°00’00” = 289°58’00”
’DE = (-180° + ’D'CD
= (-180° + 81°48’00”) + 289°58’00” = 191°46’00”
'EA = (-180° + ’E'DE
= (-180° + 143°48’00”) + 191°46’00” = 155°34’00”
'ABM = ABM – KOREKSI
= 172⁰21’00” - 3⁰12'00" = 169⁰09’00”
d. Kontrol Azimuth
AB = ’EA – 180° + ’A
46°22’00” = 169°09’00”+ (-180° + 70°48’00”)
46°22’00” = 46°22’00” (ok)
e. Menghitung Jarak
d = (𝐵𝐴 - 𝐵𝐵) ⋅ 100 ⋅ 𝑐𝑜𝑠²(𝜃 - 90°)
Titik A
dBM – A = (1,222 – 1,147).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 7,5 m
dA – B = (1,363 – 1,238).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 12,5 m
dA – E = (1,503 – 1,329).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 17,7 m
dA – 1 = (1,312 – 1,234).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 7,8 m
dA – 2 = (1,379 – 1,268).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 11,1 m
dA – 3 = (1,396 – 1,278).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 11,8 m
dA – 4 = (1,445 – 1,366).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 7,9 m
dA – 5 = (1,355 – 1,190).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 16,5 m
Titik B
`25
dB – C = (1,299 – 1,179).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 12 m
dB – A = (1,407 – 1,279).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 12,8 m
dB – 1 = (1,313 – 1,211).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 10,2 m
dB – 2 = (1,286 – 1,900).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 9,6 m
dB – 3 = (1,376 – 1,278).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 9,8 m
dB – 4 = (1,360 – 1,269).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 9,1 m
dB – 5 = (1,409 – 1,309).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 10 m
Titik C
dC – D = (1,405 – 1,260).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 14,5 m
dC – B = (1,299 – 1,180).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 11,9 m
dC – 1 = (1,335 – 1,270).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 6,5 m
dC – 2 = (1,402 – 1,295).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 10,7 m
dC – 3 = (1,345 – 1,245).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 10 m
dC – 4 = (1,415 – 1,305).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 11 m
dC – 5 = (1,349 – 1,242).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 10,7 m
Titik D
dD – E = (1,000 – 1,251).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 18,9 m
dD – C = (1,140 – 1,250).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 15 m
dD – 1 = (1,372 – 1,280).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 9,2 m
dD – 2 = (1,000 – 1,210).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 8,5 m
dD – 3 = (1,345 – 1,249).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 9,6 m
dD – 4 = (1,170 – 1,082).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 8,8 m
dD – 5 = (1,342 – 1,270).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 7,2 m
Titik E
dE – A = (1,342 – 1,165).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 17,7 m
dE – D = (1,415 – 1,225).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 19 m
dE – 1 = (1,370 – 1,240).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 13 m
dE – 2 = (1,265 – 1,175).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 9 m
`26
dE – 3 = (1,241 – 1,175).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 6,6 m
dE – 4 = (1,159 – 1,112).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 4,7 m
dE – 5 = (1,273 – 1,230).100 .cos² . (90°00’00” – 90°) = 4,3 m
`27
Koreksi 𝑿
Rumus : X’ = Δx - fx * (d ∕ Σd)
`28
ΔyB – C = dB - C . cos 'B – C
= 11,95 . cos 358⁰10'00" = 11,9439
ΔyC – D = dC - D . cos 'C – D
= 14,75 . cos 289⁰58'00" = 5,0367
ΔyD – E = dD – E . cos 'D – E
= 18,95 . cos 191⁰46'00" = -18,5518
ΔyE – A = dE - A . cos 'E – A
= 17,55 . cos 155⁰34'00" = -15,9783 +
ΣΔy = -8,8205
Koreksi Y
`29
YE = YD + ∆Y'D-E = 40,5237 – 16,3481 = 24,1755
BM 5 2
Pada Tabel 3.2 tentang hasil perhitungan koordinat titik utama yaitu BM, A,
B, C, D, dan E. X pada titik A adalah 9,1557 didapat dari jarak dikalikan sin α,
sedangkan X’ didapat 9,1987 dari ΔX ± fx .(d ∕ Σd). Koordinat XA didapatkan
dari XBM ditambahkan dengan X’BM.
`30
f. Perhitungan Titik Detail
Titik A
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XA – 1 = 7,800 . sin 30º22’00” = +3,9431
XA – 2 = 11,10 . sin 60º22’00” = +9,6482
XA – 3 = 11,80 . sin 120º22’40” = +10,1800
XA – 4 = 7,900 . sin 240º23’00” = -6,8679
XA – 5 = 16,50 . sin 315º23’00” = -11,5889
`31
YA – 3 = 10,24 – 5,9673 = 4,2727
YA – 4 = 10,24 – 3,9041 = 6,3359
YA – 5 = 10,24 + 11,7451 = 21,9851
Titik B
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XB – 1 = 10,20 . sin 45º18’00” = +7,2502
XB – 2 = 9,600 . sin 120º18’00” = +8,2886
XB – 3 = 9,800 . sin 225º22’00” = -6,9739
XB – 4 = 9,100 . sin 240º22’00” = -7,9098
XB – 5 = 10,00 . sin 320º22’00” = -6,3787
`32
YB = +20,44
YB – 1 = 20,44 + 7,1746 = 27,6146
YB – 2 = 20,44 – 4,8435 = 15,5965
YB – 3 = 20,44 – 6,8852 = 13,5548
YB – 4 = 20,44 – 4,4995 = 15,9405
YB – 5 = 20,44 + 7,7014 = 28,1414
Titik C
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XC – 1 = 6,500 . sin 45º18’00” = +4,6202
XC – 2 = 10,70 . sin 120º18’00” = +9,2383
XC – 3 = 10,00 . sin 225º22’00” = -7,1162
XC – 4 = 11,00 . sin 240º22’00” = -9,5613
XC – 5 = 10,70 . sin 330º22’00” = -9,3005
`33
YC – 5 = 10,70 . cos 330º22’00” = +9,3005
Titik D
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XD – 1 = 9,200 . sin 45º19’40” = +6,5425
XD – 2 = 8,500 . sin 60º19’40” = +7,3854
XD – 3 = 9,600 . sin 135º12’20” = +6,7638
XD – 4 = 8,800 . sin 240º10’40” = -7,6346
XD – 5 = 7,200 . sin 315º16’20” = -5,0669
`34
YD – 2 = 8,500 . cos 60º19’40” = +4,2078
YD – 3 = 9,600 . cos 135º12’20” = -6,8125
YD – 4 = 8,800 . cos 240º10’40” = -4,3763
YD – 5 = 7,200 . cos 315º16’20” = +5,1153
Titik E
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XE – 1 = 13,00 . sin 05º10’00” = +1,1707
XE – 2 = 9,000 . sin 30º10’00” = +4,5227
XE – 3 = 6,600 . sin 120º10’00” = +5,7061
XE – 4 = 4,700 . sin 210º10’00” = -2,3618
XE – 5 = 4,300 . sin 300º11’00” = -3,7170
`35
Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d cos α
YE – 1 = 13,00 . cos 05º10’00” = +12,9472
YE – 2 = 9,000 . cos 30º10’00” = +7,7811
YE – 3 = 6,600 . cos 120º10’00” = -3,3166
YE – 4 = 4,700 . cos 210º10’00” = -4,0635
YE – 5 = 4,300 . cos 300º11’00” = +2,1619
15,8757 20,4382
`36
2 +8,2886 -4,8435 24,1686 15,5965
15,7605 33,7717
2,2267 40,5237
-1,2141 24,1755
`37
4 -2,3618 -4,0635 -3,5718 20,1165
H Muka
= +0,0945
= +0,131
= -0,1125
= -0,0155
= +0,1165
`38
H Belakang
HB – A = (1,407 – 1,279) 50 Sin2 (90°00’00” – 90°) + 1,370 – 1,343
= +0,027
= -0,0195
= +0,005
= +0,05
= -0,021
H rata-rata
`39
ΔH muka ΔH blkg ΔHrata2
ΔHabm +0,21050
ΔHAB +0,0945 HBA +0,0270 +0,06075
ΔHBC +0,1310 HCB -0,0195 +0,07525
ΔHCD -0,1125 HDC +0,0050 - 0,05875
ΔHDE -0,0155 HED +0,0500 -0,03275
ΔHEA 0,1165 HAE - 0,0210 +0,06875
jumlah 0,11325
koreksi 0,02265
`40
HB-1 = ( 1,313 – 1,211 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,262
= 0,108
HB-2 = ( 1,286 – 1,190 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,238
= 0,132
HB-3 = ( 1,376 – 1,278 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,327
= 0,043
HB-4 = ( 1,360 – 1,269 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,3145
= 0,0555
HB-5 = ( 1,409 – 1,309 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,359
= 0,011
Titik detail C
HC-1 = ( 1,335 – 1,270 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,220 – 1,3025
= -0,0825
HC-2 = ( 1,402 – 1,295 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,220 – 1,3485
= -0,1285
HC-3 = ( 1,345 – 1,245 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,220 – 1,295
= -0,075
HC-4 = ( 1,415 – 1,305 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,220 – 1,360
= -0,14
HC-5 = ( 1,349 – 1,242 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,220 – 1,2955
= -0,0755
Titik detail D
HD-1 = ( 1,372 – 1,280 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,330 – 1,326
= 0,004
HD-2 = ( 1,000 – 1,210 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,330 – 1,2525
= 0,0775
HD-3 = ( 1,345 – 1,249 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,330 – 1,297
= 0,033
HD-4 = ( 1,170 – 1,082 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,330 – 1,126
`41
= 0,204
HD-5 = ( 1,342 – 1,270 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,330 – 1,306
= 0,024
Titik detail E
HE-1 = ( 1,370 – 1,240 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,305
= 0,065
HE-2 = ( 1,265 – 1,175 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,220
= 0,15
HE-3 = ( 1,241 – 1,175 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,208
= 0,162
HE-4 = ( 1,159 – 1,112 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,1355
= 0,2345
HE-5 = ( 1,273 – 1,230 ) 50 sin2 ( 90º00’00” – 90º ) + 1,370 – 1,2515
= 0,1185
Titik detail A
HA = 6,7895
H -1 = HA ± HA-1
`42
= 6,7895 + 0,122 = 6,9115
H -2 = HA ± HA-2
= 6,7895 + 0,0715 = 6,861
H -3 = HA ± HA-3
= 6,7895 + 0,058 = 6,8475
H -4 = HA ± HA-4
= 6,7895 – 0,0105 = 6,779
H -5 = HA ± HA-5
= 6,7895 + 0,1225 = 6,912
Titik detail B
HB = 6,8276
H -1 = HB ± HB-1
= 6,8276 + 0,108 = 6,9356
H -2 = HB ± HB-2
= 6,8276 + 0,132 = 6,9596
H -3 = HB ± HB-3
= 6,8276 + 0,043 = 6,8706
H -4 = HB ± HB-4
= 6,8276 + 0,0555 = 6,8831
H -5 = HB ± HB-5
= 6,8276 + 0,011 = 6,8386
Titik detail C
HC = 6,8802
H -1 = HC ± HC-1
= 6,8802 – 0,0825 = 6,7977
H -2 = HC ± HC-2
= 6,8802 – 0,1285 = 6,7517
H -3 = HC ± HC-3
`43
= 6,8802 – 0,075 = 6,8052
H -4 = HC ± HC-4
= 6,8802 – 0,14 = 6,7402
H -5 = HC ± HC-5
= 6,8802 – 0,0755 = 6,8047
Titik detail D
HD = 6,7988
H -1 = HD ± HD-1
= 6,7988 + 0,004 = 6,8028
H -2 = HD ± HD-2
= 6,7988 + 0,0775 = 6,8763
H -3 = HD ± HD-3
= 6,7988 + 0,033 = 6,8318
H -4 = HD ± HD-4
= 6,7988 + 0,204 = 7,0028
H -5 = HD ± HD-5
= 6,7988 + 0,024 = 6,8228
Titik detail E
HE = 6,7434
H -1 = HE ± HE-1
= 6,7434 + 0,065 = 6,8084
H -2 = HE ± HE-2
= 6,7434 + 0,15 = 6,8934
H -3 = HE ± HE-3
= 6,7434 + 0,162 = 6,9054
H -4 = HE ± HE-4
= 6,7434 + 0,2345 = 6,9779
`44
H -5 = HE ± HE-5
= 6,7434 + 0,1185 = 6,8619
Tabel 3.5 Perhitungan Data Beda Tinggi (H), Elevasi (H), dan Koordinat
Titik Detail
Titik Detail H ΔH Koordinat
X Y
A 1 6,9115 0,122 10,3831 16,9699
6,7895 2 6,861 0,0715 16,0882 16,124
3 6,8475 0,058 16,62 4,2727
4 6,779 -0,0105 -0,4279 6,3359
5 6,912 0,1225 -5,1489 21,9851
B 1 6,9356 0,108 23,1302 27,6146
6,8276 2 6,9596 0,132 24,1686 15,5965
3 6,8706 0,043 8,9061 13,5548
4 6,8831 0,0555 7,9702 15,9405
5 6,8386 0,011 9,5013 28,1414
C 1 6,7977 –0,0825 19,3802 38,3421
6,8802 2 6,7517 -0,1285 24,5283 28,3716
3 6,8052 -0,075 8,6438 26,7443
4 6,7402 -0,14 6,1987 28,3311
5 6,8047 -0,0755 -2,8369 45,6353
D 1 6,8028 0,004 8,7725 46,9881
6,7988 2 6,8763 0,0775 9,6154 44,7278
3 6,8318 0,033 8,9938 33,7075
4 7,0028 0,204 -5,4046 36,1437
5 6,8228 0,024 -2,8369 45,6353
E 1 6,8084 0,065 -0,0393 37,1272
6,7434 2 6,8934 0,15 3,3127 31,9611
3 6,9054 0,162 4,4961 20,8634
`45
4 6,9779 0,2345 -3,5718 20,1165
5 6,8619 0,1185 -4,927 26,3419
Pada Tabel 3.5 elevasi titik utama A sebesar 6,7895 m. sedangkan, elevasi
pada titik detail A-1 yaitu 6,9115 m yang didapat dari perhitungan antara elevasi
titik utama A ± beda tinggi pada titik detail A-1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
beda tinggi pada titik detail dapat mempengaruhi elevasi dari titik utama ke titik
detail tersebut.
Pada Tabel diatas juga terdapat koordinat titik detail X dan Y. Koordinat
titik detail XA-1 adalah 10,3831 yang didapat dari perhitungan koordinat titik
utama XA ditambahkan dengan ΔXA-1. Sama halnya dengan koordinat titik detail
YA-1 yaitu 16,9699 yang didapatkan dari perhitungan koordinat titik utama YA
ditambahkan dengan ΔYA-1.
`46
3.5 Gambar Pngukuran
X
`47
Gambar Kontur
Y
`48
3.6 Kesimpulan dan Saran
3.6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengukuran polygon, maka dapat disimpulkan:
1. Kurangnya ketelitian dalam pengukuran dilapangan
2. Kesalahan pengukuran sudut dalam memenuhi syarat yang
ditetapkan.
3. Pengukuran beda tinggi, memenuhi batas kesalahan yang diijinkan.
4. Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki
beda tinggi yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dinyatakan
bahwa permukaan tanah datar.
3.6.2 Saran
Pada saat pelaksanaan praktikum kami menyarankan agar centring
dilakukan dengan benar dan teliti agar data yang didapat benar.
Kemudian saat meletak alat pada statip, usahakan statip berdiri tepat di
atas patok dan tegak lurus agar mempermudah dalam penyentringan.
3.7 Dokumentasi
`49
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Ilmu ukur tanah sangat penting dalam teknik sipil. ilmu ukur tanah
sangat mempengaruhi perencanan suatu bangunan. Karena jika saat
perencanaan suatu bangunan tidak melakukan pengukuran geografis tanah,
maka kemungkinan besar akan berakibat fatal. Tanpa melakukan
pengukuran tinggi elevasi tanah perencanaan dasar sebuah bangunan akan
sulit. Karena tanpa adanya pengukuran maka perancang tidak akan dapat
memperhitungkan perbedaan elevasi tanah di bagian tertentu. Dengan
ketidak pastian tinggi elevasi di tiap titik maka tidak dapat menen tukan
kedalaman penggalian atau ketinggian penggurukan tanah yang akan
dilakukan. Galian dan timbunan/penggurukan tanah ini bertujuan untuk
meratakan permukaan tanah yang akan dijadikan dasar bangunan.
Pengukuran ketinggian elevasi tanah dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu menggunakan alat waterpas dan theodolit. Cara pertama
menggunakan alat waterpass. Cara pengukuran dan perhitungan lebih
sederhana dibanding theodolit. Saat pengukuran pertama mengatur nivo
pada alat, kemudian mengambil data pengukuran pergi dan pulang meliputi
tinggi pesawat, benang atas, benang tengah, benang bawah di tiap titik.
Setelah itu melakukan perhitungan tinggi elevasi dan jarak dari data hasil
pengukuran. Cara ke dua dengan alat theodolit untuk pengukuran poligon
tertutup. Dasar penggunan alat hampir sama dengan waterpass. Bedanya
alat theodolit memiliki dua jenis nivo, ada pembacaan sudut vertikal dan
arah utara menjadi acuan pengukuran sudut horizontal. Perhitungan
theodolit lebih rumit karena harus menghitung sudut, koordinat tiap titik,
jarak dan elevasi ketinggian.
`50
4.2.Saran
Dari ketiga jenis pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut
seluruhnya dapat dihindari dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran sudut dalam
sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar
menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang-ulang.
b. Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang
dibidik.
c. Unting-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
d. Teliti dalam pembacaan sudut horizontal.
`51
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/15561064/Laporan_Praktikum_Ilmu_Ukur_Tanah_I?a
uto=download
https://id.scribd.com/doc/76707262/Laporan-Ilmu-Ukur-Tanah-Teknik-Sipil
Frick, heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta: Kanisius. Sosrodarsono. Suyono.
1983.
http://pengukuran-topografi.blogspot.com/2012/03/bench-mark-bm-pengukuran-
topografi.html
Admin. (2013, Maret 14). Arti Waterpass. Retrieved April 7, 2019, from
Globalhutama: http://www.globalhutama.net/pages/artikel-17/arti-waterpass-
44.html
Saifudin, A. (2012, january 20). Pengertian dan Fungsi Theodolit. Retrieved april
7, 2019,
https://www.belajarsipil.com/2014/01/14/pengertian-dan-fungsi-theodolit/sarfu,
U. (2010).
`52