Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM WATERPASS DAN

THEODOLITE

PERPETAAN & SIG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
KELAS A

Vachi Adinda Daniela (202273097)


Sultia Safua (202273037)
Uswatun Khasanah (202273040)
Sera N. Ramadini Mahulette (202273038)
Nur Hawa Angkotasan (202273091)
Riyan Muhaimin Ode (202273048)
Andes Prima Simanjuntak (202273035)
Delon Hendrik Soplantila (202273045)
Muhammad Alfikra N. Sehol (202273084)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Kuasa atas segala limpahan rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Makalah Laporan
Praktikum perpetaan dan sig mengenai poligon tertutup, kontur,
dan long & cross menggunakan waterpass dan theodolite.

Dalam proses makalah ini, kami melakukan berbagai


kegiatan dan praktikum yang tak lupa mendapatkan bimbingan,
arahan dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepadasemua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah laporan praktikum ini, dan terutama
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dosen
perpetaan dan sig (pak Fauzan Sangadji ST.MT ) karena tanpa
arahan dan sarannya mungkin makalah ini tidakt erselesaikan
dengan baik .

Kelompok kami berharap, makalah laporan praktikum


ini dapat bermanfaat bagi pembaca,menambah pengetahuan dan
mempermudah percobaan yang hendak dilakukan.

Akhirnya kelompok kami menyadari bahwa banyak


terdapat kekurangan dalam penulisan makalah laporan praktikum
ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat
kurangnya pengetahuan dan pengalaman kelompok kami. Oleh
karena itu kami mengharapkankritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah laporan praktikum ini untuk ke
depannya.

Ambon ,23 juni 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 latar belakang..................................................................................1
1.2 tujuan penulisan...............................................................................1
1.3 manfaat penulisan............................................................................1
1.4 sistematika penulisan.......................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................3
2.1 definisi Waterpass..........................................................................3
2.2 bagian-bagian Waterpass................................................................4
2.3 kegunaan Waterpass.......................................................................5
2.4 definisi Theodolit...........................................................................5
2.5 bagian-bagian Theodolit.................................................................6
2.6 kegunaan Theodolit........................................................................6
2.7 teori Kontur....................................................................................7
2.8 pengukuran Kontur.........................................................................8
2.9 teori Long & Cross.........................................................................9
2.10 pengukuran Long & Cros...............................................................10
2.11 teori Poligon...................................................................................11
2.12 bentuk-bentuk poligon....................................................................13
2.13 pengukuran poligon........................................................................15
BAB III PELAKSANAAN PENGUKURAN...................................................15
3.1 waktu dan lokasi pengukuran.........................................................17
3.2 alat-alat yang digunakan.................................................................21
3.3 prosedur praktikum Kontur, Long & Cross, Poligon.....................24
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................24
4.1 Analisis dan Perhitungan Waterpass..............................................24
4.1.1 perhitungan data kontur..................................................................26
4.1.2 Rumus Yang Digunakan................................................................26
4.1.3 Perhitungan Data Long & Cross....................................................28
4.1.4 Rumus Yang Digunakan................................................................28
4.2. Analisis dan perhitungan Theodolite..............................................29
4.2.1 perhitungan data poligon................................................................32
4.2.2 Rumus Yang Digunakan................................................................32
BAB V PENUTUP............................................................................................33
5.1 kesimpulan .....................................................................................
5.2. saran ...............................................................................................
LAMPIRAN......................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pekerjaan surveying, selalu ada yang namanya pengukuran jarak sudut dan arah
pengukuran tersebut menggunakan alat khusus yang tidak terlepas dari kesalahan
pengukuran, dan kesalahan tersebut bersumber dari beberapa faktor, seperti kondisi
alat,kondisi alam dan kondisi manusia atau penggunaan alat. Untuk mengurangi kesalahan
tersebut mahasiswa harus bisa mengenali kondisi alat dan cara penggunaannya yang baik
dan benar, untuk faktor alat dan manusia dapat diatasi jika manusia patuh pada peraturan
yang telah ditetapkan. Dan untuk faktor alam hanya dapat di ketahui pada saat praktikum.
Maka dari itu mahasiswa harus patuh pada peraturan dosen agar praktikum berjalan lancar
dan benar.

1.2. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan pada Waterpass &theodolite


2. Mahasiswa dapat meminimalisir kesalahan pada waterpass & theodolite
3. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan waterpass & theodolite dengan baik
benar

1.3. Manfaat Penulisan

1. Dapat mengedukasi pembaca cara untuk mengoperasikan waterpass & theodolite


2. Dapat memberi informasi pada pembaca tentang peralatan yang digunakan untuk
proses pengukuran

1.4 Sistematika Laporan

1. BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang, tujuan dan penilitian,manfaat penilitian dan


sistematika penlitian

2. BAB II LANDASAN TEORI

Membahas tentang definisi theodolite,komponen theodolite, kegunaan


theodolite, teori poligon, bentuk bentuk poligon dan pengukuran poligon

3. BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1
Membahas tentang waktu dan lokasi pelaksanaan pengukuran,alat alat yang
digunakan dan prosedur praktikum

4. BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang perhitungan data

5. BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Waterpass

Waterpass adalah alat ukur yang dipakai untuk menentukan posisi sejajar dari
suatu benda dengan bagian yang lainnya, baik dalam keadaan vertikal maupun horizontal.
Alat ini dilengkapi dengan air di dalamnya untuk mengukur kesejajaran tersebut.

Alat ini mempermudah pengguna untuk memastikan suatu benda menjadi rata dengan
permukaan tertentu untuk menciptakan pijakan yang kuat dan stabil. Keakuratan hasil
pengukuran dengan alat ini bisa terlihat dari perbedaan yang timbul. Arsitektur dan para
tukang biasanya memakai alat ini layaknya penggaris ketika merancang sketsa bangunan.
Dilengkapi pita pengukur membuatnya mampu dipakai untuk mengukur pemotongan.
Pengecekan berkala diperlukan untuk menghindari kesalahan ketika mengukur
menggunakan alat ini.

Kesejajaran tentu menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam setiap proyek
konstruksi. Misalnya saja ketika tukang ingin memasang ubin di rumah. Mereka biasanya
akan menggunakan alat ini untuk mengetahui akurasi yang sempurna pada permukaan
lantai yang akan dipasangi ubin. Dengan begitu, tidak ada bagian lantai yang nantinya
terlihat atau terasa lebih menonjol atau melandai.

2.2 Bagian-bagian Waterpass

 Nivo Kotak merupakan bagian waterpass yang dipakai untuk mengetahui tingkat
kedataran pesawat.
 Cermin membantu mempermudah pembacaan hasil pengukuran nivo kotak.
 Visier juga membantu proses pembidikan suatu objek secara kasar sehingga
berlangsung lebih cepat.
 Lensa Pembacaan Sudut Horisontal memiliki peranan untuk memperjelas bacaan
sudut horisontal dengan membesarkannya.
 Lensa Okuler mempunyai kegunaan untuk mengamati objek yang dibidik.
 Lensa Objektif adalah bagian yang berfungsi menerima objek yang dibidik.
 Pelindung Lensa Objektif bermanfaat untuk melindungi lensa objektif dari pancaran
sinar matahari langsung.
 Sekrup A, B, C ialah komponen waterpass yang bertugas untuk mengatur tingkat
kedataran suatu pesawat pada sumbu I vertikal.
 Sekrup Pengatur Fokus Teropong berperan untuk mengatur derajat kejelasan objek
yang dibidik.
 Sekrup Pengatur Sudut berguna untuk mengatur landasan sudut datar.

3
 Sekrup Okuler Pengamat Ketajaman Diafragma berfungsi untuk mengatur tingkat
ketajaman benang diafragma atau benang silang.
 Sekrup Penggerak Halus Aldehide Horisontal berperan untuk menggerakan pesawat
arah horisontal supaya kedudukan benang tepat pada objek yang dibidik.
 Klem Aldehide Horisontal merupakan bagian yang bertugas untuk mengunci
perputaran pesawat arah horisontal.
 Teropong berguna untuk memperjelas objek yang dibidik.
 Plat Dasar memiliki fungsi sebagai landasan dudukan pesawat.

2.3 Kegunaan Waterpass

1. Alat ini berfungsi untuk memperlihatkan level sejajar maupun tegak lurus
sebuah benda terhadap suatu permukaan.
2. Dalam konstruksi, alat ini memastikan pondasi yang dibangun tidak miring dan
sesuai sketsa.
3. Menjadi kunci dalam pembangunan konstruksi karena absennya penggunaan
alat ini akan menyebabkan kemiringan pada bangunan atau bagian-bagiannya.
4. Memastikan bangunan berdiri dengan nilai estetik dan mencegah perombakan
karena kemiringan yang perlu biaya mahal.

4
2.4 Definisi Theodolite

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi
tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak dan jarak optis. Berbeda dengan waterpass
yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca
bisasampai pada satuan sekon (detik).

Pada dasarnya prinsip kerja poligon menggunakan theodolite mirip dengan


perlengkapan telekstop. Yaitu telekstop yang ditempatkan pada piringan terbentuk bulat
sehingga surveyor dapat memutarnya mengelingingii sumbu vertikal. Pemakaian alat
iniimempermudah pengguna untuk membaca sudut horizontal.

Terdapat juga yang kedua dimana telekstop juga di pasang. Pemasangan telekstop
Dapat membuat alat tersebut dapat di putar mengilingingi sumbu poligon, sehingga mampu
membaca sudut vertikal Dibutuhkan ketilitian yang tinggi untuk membaca tangkapan dari
theodolit ini. Sebaiknya alat ini digunakan untuk hanya tempat atau situasi situasi yang luas,
cukup sulit untuk di ukur, dan situs situs dengan relief atau perbedaan ketinggian yang
besar. Jenis jens theodolit dapat di kelompokkan atas dasar beberapa hal, antara lain:

1. Atas dasar kontruksi sumbu i-nya (sumbu vertikal)


2. Atas dasar tingkat ketilitiannya
3. Atas dasar bacaan lingkaran
4. Atas dasar kegunaan
5. Atas dasar ada atau tidaknya boussole/kompas
6. Atas dasar sentringnya
7. Atas dasar oiranti bacaannya

2.5 Bagian-bagian Theodolite

Agar bisa menjalankan fungsinya tersebut dengan baik, theodolit disusun dari
beberapa komponen. Secara umum, konstruksi theodolite terbagi atas dua bagian bawah
ini.

1. Bagian atas, terdiri dari :

 Teropong / Teleskope
 Nivo tabung
 Sekrup Okuler dan Objektif
 Sekrup Gerak Vertikal
 Sekrup gerak horizontal
 Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
 Nivo kotak
 Sekrup pengunci teropong
 Sekrup pengunci sudut vertical
 Sekrup pengatur menit dan detik
 Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal

5
2. Bagian Bawah terdiri dari :

 Statif / Trifoot
 Plat dasar
 Tiga sekrup penyetel nivo kotak
 Unting – unting
 Sekrup repetisi
 Sekrup pengunci pesawat dengan statif

2.6 Kegunaan Theodolite

Perbedaan alat ukur tanah dengan theodolite adalah dari segi fungsinya. Selain fungsi
utamanya untuk mengukur ketinggian tanah, theodolite memiliki sejumlah fungsi lain
seperti dibawah ini :

 Mampu mengukur sudut ketinggian tanah sesuai yang diinginkan bahkan dalam
pemetaanyang sulit.
 Menentukan sudut siku-siku pada pembangunan pondasi rumah atau bangunan
lainnya.
 Mengetahui ketinggian dari bangunan bertingkat, seperti gedung pencakar langit.
 Bisa dipakai untuk mengamati sudut arah lintas matahari.
 Membantu proses pembuatan pemetaan secara lebih rinci dan detail.
 Mendukung aktivitas pengukuran polygon serta penghitungan rumus baik
pada rumah maupun bangunan.
 Berfungsi sebagai pesawat penyipat datar untuk mengetahui beda tinggi di antara
satu titik di permukaan bumi dengan titik yang lainnya.

2.7 Teori Kontur

teori kontur adalah konsep yang penting. Kontur adalah garis yang menghubungkan titik-
titik dengan ketinggian yang sama pada permukaan bumi. Dalam konteks pemetaan, kontur
digunakan untuk menggambarkan perbedaan ketinggian dalam bentuk peta topografi.

Teori kontur memainkan peran penting dalam representasi topografi dalam pemetaan.
Ketika membuat peta topografi, peta dibagi menjadi serangkaian garis kontur yang
merepresentasikan perbedaan ketinggian. Setiap kontur mewakili ketinggian tertentu di
atas permukaan referensi, seperti permukaan laut atau dataran tertentu. Garis kontur yang
rapat menunjukkan perubahan ketinggian yang cepat, sedangkan garis kontur yang jarang
menunjukkan perubahan ketinggian yang lebih landai.

Dalam SIG, teori kontur digunakan dalam analisis topografi dan pemodelan permukaan.
Data ketinggian, yang sering diperoleh dari citra satelit atau pengukuran lapangan,
digunakan untuk membuat model permukaan digital (Digital Elevation Model/DEM). Dalam
model ini, ketinggian setiap titik pada permukaan bumi direpresentasikan dalam bentuk grid
atau jaringan titik dengan resolusi tertentu. Dari DEM tersebut, kontur dapat dihasilkan
dengan menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama.

6
Dalam konteks SIG, kontur juga digunakan untuk analisis hidrologi, perencanaan tata guna
lahan, analisis kestabilan lereng, dan berbagai aplikasi lainnya. Informasi ketinggian yang
diperoleh dari kontur dapat membantu pemodelan aliran air, identifikasi daerah resapan air,
analisis arah aliran, dan penentuan garis pemisah basin air.

Dalam keseluruhan, teori kontur merupakan dasar penting dalam pemetaan dan SIG untuk
merepresentasikan perbedaan ketinggian permukaan bumi dengan cara yang jelas dan
informatif.

2.8 pengukuran Kontur

Pengukuran kontur adalah proses mengumpulkan data tentang ketinggian dan bentuk
permukaan bumi. Ini dilakukan untuk membuat representasi visual yang akurat dari
perubahan ketinggian pada suatu wilayah.

Berikut adalah langkah-langkah umum yang terlibat dalam pengukuran kontur:

Persiapan: Tentukan area yang akan diukur dan pastikan peralatan yang diperlukan tersedia.
Ini termasuk peta atau citra wilayah yang akan diukur, alat pengukur jarak seperti total station
atau perangkat pengukur laser, dan perangkat lunak pemodelan permukaan yang relevan.

 Pemetaan Lapangan: Dalam pengukuran kontur, ada beberapa metode yang


dapat digunakan:

Metode Tachymetry: Gunakan total station dan alat pengukur jarak elektronik (EDM) untuk
mengukur jarak horizontal dan vertikal serta sudut. Data yang dikumpulkan dapat digunakan
untuk membangun model digital permukaan.

Metode GPS: Gunakan penerima GPS yang akurat untuk mengukur koordinat titik-titik di
wilayah yang akan diukur. Dengan mengumpulkan sejumlah titik kontrol dengan akurasi
yang baik, kontur dapat diperkirakan menggunakan teknik interpolasi.

Metode LiDAR: Gunakan sensor LiDAR (Light Detection and Ranging) yang mengirimkan
pulsa laser dan mengukur waktu pantulan untuk menghitung jarak ke permukaan
bumi. Data LiDAR kemudian digunakan untuk membangun model digital elevasi (DEM).
 Pengolahan Data: Setelah data terkumpul, mereka perlu diolah untuk
menghasilkan representasi kontur yang akurat. Ini melibatkan pemrosesan data
pengukuran, seperti penyusunan titik-titik pengukuran menjadi model digital
permukaan atau DEM. Jika ada ketidakakuratan atau noise dalam data, langkah-
langkah koreksi mungkin diperlukan.

 Visualisasi Kontur: Setelah data diproses, kontur dapat direpresentasikan dalam


berbagai bentuk. Ini termasuk pembuatan peta kontur dengan garis kontur yang
menunjukkan perbedaan ketinggian antara titik-titik. Peta kontur dapat memiliki
interval kontur yang berbeda tergantung pada kebutuhan dan akurasi yang
diinginkan.

7
Pengukuran kontur penting dalam berbagai bidang, termasuk pemetaan, rekayasa, dan
perencanaan tata ruang. Informasi kontur yang akurat memungkinkan pemahaman yang
lebih baik tentang topografi dan dapat digunakan untuk perencanaan infrastruktur, analisis
hidrologi, rekayasa perancangan, dan banyak lagi

2.9 Teori Long & Cross

Teori Long dan Cross adalah metode yang digunakan dalam pengukuran kontur dengan
menggunakan instrumen tachymetry atau total station. Metode ini memungkinkan
pengukuran kontur secara efisien dengan mengambil beberapa profil melintang (cross-
sections) dan satu profil memanjang (longitudinal section) dari suatu area yang akan diukur.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang teori Long dan Cross:

1. Profil Memanjang (Longitudinal Section):

 Profil memanjang adalah representasi garis kontur yang diambil sepanjang


sumbu panjang area yang akan diukur. Garis ini menggambarkan perubahan
ketinggian tanah sepanjang jalur yang ditentukan.
 Profil memanjang biasanya diambil sepanjang jalan, sungai, atau lintasan yang
berkelok-kelok.
 Total station digunakan untuk mengukur titik-titik di sepanjang jalur, termasuk titik
awal dan titik-titik kontrol di sepanjang profil memanjang.
 Data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk membangun profil memanjang yang
menunjukkan perubahan ketinggian di sepanjang sumbu panjang area.

2. Profil Melintang (Cross-sections):

 Profil melintang adalah representasi garis kontur yang diambil tegak lurus terhadap
sumbu panjang pada titik-titik tertentu di area yang akan diukur.
 Profil melintang dapat diambil pada interval yang ditentukan, misalnya setiap 20
meter atau pada titik-titik tertentu yang dianggap penting.
 Total station digunakan untuk mengukur titik-titik pada garis melintang, termasuk
titik-titik kontrol yang sama dengan profil memanjang.
 Data yang dikumpulkan pada setiap profil melintang dapat digunakan untuk
membangun gambaran kontur pada titik-titik tersebut. Dengan menghubungkan
profil melintang, gambaran kontur keseluruhan area dapat direkonstruksi.
Dengan menggunakan metode Long dan Cross, pengukuran kontur dapat dilakukan
dengan lebih detail dan akurat. Profil memanjang memberikan informasi tentang
perubahan ketinggian sepanjang sumbu panjang area, sementara profil melintang
memberikan gambaran kontur di titik-titik tertentu. Gabungan kedua profil ini
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang topografi suatu area dan
berguna dalam perencanaan dan desain pembangunan infrastruktur seperti jalan,
saluran air, atau proyek rekayasa sipil

2.10 pengukuran Long & Cros

8
Pengukuran Long & Cross (Longitudinal & Cross-sections) adalah metode yang umum
digunakan dalam pengukuran kontur menggunakan total station atau alat pengukur jarak
elektronik (EDM). Metode ini melibatkan pengambilan profil memanjang (longitudinal
section) sepanjang sumbu panjang suatu area serta profil melintang (cross-sections) yang
tegak lurus terhadap sumbu panjang pada titik-titik tertentu. Berikut adalah langkah-
langkah pengukuran Long & Cross:

1. Persiapan:

 Tentukan area yang akan diukur dan identifikasi sumbu panjangnya, misalnya jalan
atau sungai.
 Persiapkan total station atau EDM dengan memastikan peralatan dalam kondisi baik
dan kalibrasi jika diperlukan.
 Identifikasi titik awal dan titik-titik kontrol di sepanjang sumbu panjang dan titik-titik
di mana profil melintang akan diambil.

2. Pengukuran Profil Memanjang (Longitudinal Section):

 Tempatkan total station pada titik awal dan arahkan ke titik akhir sumbu panjang.
 Ukur jarak horizontal dan vertikal serta sudut antara titik-titik yang relevan untuk
mengukur perubahan ketinggian sepanjang jalur.
 Lakukan pengukuran pada titik-titik kontrol di sepanjang jalur untuk memastikan
akurasi data.
 Catat data pengukuran dan buat profil memanjang dengan
menggambarkan perubahan ketinggian sepanjang sumbu panjang area.

3. Pengukuran Profil Melintang (Cross-sections):

 Pilih titik-titik di area yang akan diukur di mana profil melintang akan diambil.
 Tempatkan total station pada setiap titik profil melintang.
 Ukur jarak horizontal dan vertikal serta sudut antara titik profil melintang dengan
titik-titik kontrol yang sama dengan profil memanjang.
 Lakukan pengukuran pada titik-titik kontrol untuk memastikan akurasi data.
 Catat data pengukuran dan buat profil melintang pada setiap titik dengan
menggambarkan kontur di titik tersebut.

9
4. Analisis Data:

 Setelah selesai mengukur profil memanjang dan profil melintang, analisis data dapat
dilakukan.
 Gunakan data pengukuran untuk membuat peta kontur yang
menggambarkan perubahan ketinggian di seluruh area yang diukur.
 Hubungkan profil melintang secara keseluruhan untuk membangun
gambaran kontur keseluruhan area.
 Pengukuran Long & Cross memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang kontur area yang diukur dengan menggabungkan profil memanjang dan
profil melintang. Metode ini digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti perencanaan
jalan, drainase, rekayasa perancangan, dan pemetaan topografi

2.11 teori Poligon

Teori poligon adalah konsep dasar dalam pengukuran dan pemetaan yang melibatkan
pengukuran sudut dan panjang sisi untuk membentuk poligon tertutup. Dalam pengukuran
kontur, teori poligon digunakan untuk mengukur dan merekam koordinat titik-titik kontrol
yang kemudian digunakan untuk membangun model kontur atau pemetaan wilayah. Berikut
adalah penjelasan tentang teori poligon:

1. Pembentukan Poligon:

 Poligon terdiri dari serangkaian sisi yang dihubungkan oleh sudut-sudut. Sisi-
sisi ini mewakili jarak antara titik-titik pengukuran.
 Untuk membentuk poligon, titik awal dan titik akhir harus ditentukan.
 Setiap titik pengukuran dalam poligon harus dihubungkan secara berurutan
untuk membentuk sisi-sisi poligon.

2. Pengukuran Sudut:

 Pengukuran sudut dilakukan untuk menentukan arah dan orientasi setiap


sisi poligon.
 Total station atau alat pengukur sudut digunakan untuk mengukur sudut
antara setiap sisi poligon.
 Titik kontrol dihubungkan secara berurutan, dan sudut antara sisi-sisi yang
bertemu di setiap titik pengukuran diukur.

3. Pengukuran Panjang Sisi:

 Setelah pengukuran sudut selesai, pengukuran panjang sisi dilakukan untuk


menentukan jarak antara titik-titik pengukuran.
 Total station atau alat pengukur jarak digunakan untuk mengukur
jarak horizontal dan vertikal antara titik-titik pengukuran.

10
4. Perekaman Koordinat:
 Setelah pengukuran sudut dan panjang sisi selesai, koordinat setiap titik
pengukuran direkam.
 Titik-titik pengukuran biasanya direkam dalam sistem koordinat yang dipilih,
seperti sistem koordinat geografis atau sistem koordinat proyeksi tertentu.

5. Analisis dan Pemrosesan Data:


 Setelah koordinat direkam, data pengukuran dapat diproses dan dianalisis.
 Data koordinat digunakan untuk membangun model kontur atau peta wilayah
yang menggambarkan perubahan ketinggian atau fitur-fitur lainnya yang terkait.

Teori poligon merupakan konsep dasar yang penting dalam pengukuran dan pemetaan.
Dengan menggunakan teori poligon, pengukuran kontur dapat dilakukan dengan
membangun poligon berdasarkan pengukuran sudut dan panjang sisi, dan kemudian
merekam koordinat titik-titik kontrol dalam poligon tersebut. Data yang terkumpul dapat
digunakan untuk membangun model kontur yang akurat atau peta wilayah dengan
perincian yang diperlukan.

2.12 bentuk-bentuk poligon

Bentuk pengukuran polygon ada 2 macam :

A. Bentuk polygon tertutup

Sebuah polygon tertutup adalah sebuah poligon dengan segmen garis yang membentuk pola
tertutup tanpa ada sisi yang terpotong atau berpotongan Bentuk polygon tertutup Pada
pengukuran polygon tertutup, titik awal akan menjadi titik akhir pengukuran seperti gambar
di bawah ini

Pengukuran poligon tertutup tak terikat titik tetap


Keterangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
β1 → β8 = Sudut titik ukur poligon
• = Titik ukur poligon
= Garis ukur polygon
Yang diukur pada polygon tertutup tak terikat titik tetap adalah :
a. Panjang sisi – sisi polygon
b. Besar sudut miring antar dua titik ukur

11
c. Besar sudut titik-titik ukur polygon
Bentuk polygon tertutup ada 2 bagian
1). Bagian polygon tertutup tak terikat titik tetap
2). Bagian polygon tertutup terikat titik tetap

Bagian polygon tertutup tak terikat titik tetap


Pada pengukuran polygon tertutup tak terikat titik tetap, titik awal akan menjadi titik akhir
pengukuran namun koordinat dan ketinggiannya setiap titik ukur dari permukaan air laut
tidak bisa ditentukan Dalam perhitungan dan penggambarannya tidak diperlukan perhitungan
- perhitungan dan ketentuan yang berlaku dalam pembuatan peta, seperti :

a. Tidak ditentukan bidang datumnya (elipsoide, geode)


b. Tidak ditentukan bidang proyeksinya (Universe Transverse Mercator,kerucut)
c. Tidak ditentukan sistim koordinatnya
d. Tidak ditentukan utara bumi, utara grid dan utara magnit

Dalam penggambaran petanya cukup dilakukan:


• Skala peta ditentukan
• Jarak sisi-sisi polygon
• Besar sudut-sudut titik ukur poligo

Bagian polygon tertutup terikat titik tetap


Pada pengukuran polygon tertutup terikat titik tetap, titik awal akan menjadi titik akhir
pengukuran. Koordinat dan ketinggian setiap titik ukur dari permukaan air laut bisa
ditentukan Dalam perhitungan dan penggambarannya diperlukan perhitungan - perhitungan
dan ketentuan yang berlaku dalam pembuatan peta, seperti :
a. Ditentukan bidang datumnya (elipsoide, geode)
b. Ditentukan bidang proyeksinya (Universe Transverse Mercator, Kerucut)
c. Ditentukan sistim koordinatnya
d. Ditentukan azimuth garis polygon
e. Ditentukan azimuth garis utara bumi, magnit, grid dan deklinasi magnit
f. Ditentukan skala peta

B. POLIGON TERBUKA

Poligon terbuka adalah jenis poligon yang memiliki beberapa sisi tetapi tidak memiliki sisi
yang saling tumpang tindih atau bersilangan. Dalam poligon terbuka, titik akhir pada sisi
terakhir tidak terhubung dengan titik awal pada sisi pertama, sehingga tidak membentuk
suatu bangun tertutup. Dengan kata lain, poligon terbuka memiliki dua ujung yang tidak
saling terhubung, sehingga terdapat celah atau ruang kosong di antara titik akhir dan titik
awal poligon.

Salah satu contoh poligon terbuka adalah garis lurus. Garis lurus memiliki dua titik ujung
yang tidak terhubung, sehingga merupakan contoh sederhana dari poligon terbuka. Poligon
terbuka juga dapat terdiri dari lebih dari dua sisi, seperti segitiga terbalik atau segiempat
terbalik, dengan sisi-sisi yang tidak terhubung pada ujung-ujungnya.
Perbedaan poligon terbuka dengan poligon tertutup (poligon segi-n) adalah bahwa poligon
tertutup memiliki sisi terakhir yang terhubung dengan sisi pertama, sehingga membentuk
bangun tertutup atau "tersegel". Sedangkan poligon terbuka tidak membentuk bangun
tertutup karena ujung-ujungnya tidak terhubung.

12
2.13 pengukuran poligon

Tata cara pengukuran poligon dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Persiapan Alat Pengukur:

 Pastikan Anda memiliki alat pengukur yang sesuai, seperti penggaris, mistar,
jangka sorong, atau pita pengukur.
 Pastikan alat pengukur tersebut telah dikalibrasi dengan benar agar
memberikan hasil yang akurat.

2. Identifikasi Poligon:

 Identifikasi poligon yang akan diukur, tentukan jumlah sisinya, dan beri label
pada setiap titik sudut polygon
.
3. Menentukan Titik Awal:

 Tentukan titik awal pengukuran pada salah satu sudut poligon. Pilih sudut mana
pun sebagai titik awal, dan tandai sebagai titik A.

4. Pengukuran Panjang Sisi:

 Mulai dari titik A, gunakan alat pengukur untuk mengukur panjang sisi
pertama poligon.
 Catat panjang sisi pertama dengan satuan yang sesuai (misalnya, meter
atau sentimeter).

5. Pindah ke Sisi Berikutnya:

 Pindah ke titik sudut berikutnya yang terhubung dengan sisi pertama.


 Gunakan alat pengukur untuk mengukur panjang sisi tersebut.
 Catat panjang sisi kedua.

6. Lanjutkan Pengukuran Sisi Berikutnya:

 Teruskan langkah-langkah di atas untuk mengukur panjang sisi-sisi berikutnya


secara berurutan.
 Pindah ke sudut-sudut berikutnya dan ukur panjang sisinya hingga mencapai titik
awal.

7. Mengukur Sudut:

 Jika diperlukan, Anda juga dapat mengukur sudut di setiap sudut poligon
menggunakan alat pengukur sudut seperti busur derajat atau transportir sudut.

13
8. Menghitung dan Merekam Data:

 Setelah semua sisi poligon diukur, periksa dan pastikan bahwa data pengukuran
sudah lengkap dan akurat.
 Gunakan data pengukuran tersebut untuk menghitung parameter poligon,
seperti keliling dan luas, sesuai dengan rumus yang berlaku untuk bentuk
poligon tertentu.

9. Membuat Sketsa atau Diagram:

 Jika diperlukan, buat sketsa atau diagram poligon dengan menggunakan data
pengukuran yang telah dikumpulkan. Ini akan membantu dalam visualisasi
poligon dan memahami strukturnya.
 Penting untuk selalu berhati-hati dan teliti saat melakukan pengukuran poligon.
Pastikan alat pengukur dalam kondisi yang baik, dan perhatikan skala atau satuan
yang digunakan dalam pengukuran

14
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN

3.1 waktu dan lokasi pengukuran

A. Laboratorium penggergajian jurusan kehutanan

Kami melakukan pengukuran pertama menggunakan theodolite(pengkuran polygon) Pada


waktu 19 MEI 2023(09.00-11.30) dan berlokasi di Laboratorium penggergajian jurusan
kehutanan UNIVERSITAS PATTIMURA yang memiliki alamat di :

85VW+WG2, Poka, Kec. Tlk. Ambon, Kota Ambon, Maluku

15
B. Jl. Kampus,

Kami melakukan pengukuran ke dua menggunakan alat Waterpass dengan melakukan


pegukuran yang berjarak 4x20 Meter pada waktu19 MEI 2023 (14.00 -16.00) dan berlokasi
di jalan kampus di depan Laboratorium Terpadu Pendukung Blok Masela yang meiliki alamat
di :

Jl. Kampus, Rumah Tiga, Kec. Tlk. Ambon, Kota Ambon, Maluku

C. Lahan Depan Laboratorium penggergajian jurusan kehutanan

Kami melakukan pengukuran ketiga pada waktu19 MEI 2023(16.20-18.00)dengan alat


waterpass berlokasi di Lahan berukuran100 m² (seratus meter persegi) yang berlokasi di
Depan Laboratorium penggergajian jurusan kehutanan dan memiliki kordinat :

-3,6553284, 128,1959582

16
3.2 alat-alat yang digunakan
PENGUKURAN POLIGON, KONTUR DAN LONG &CROSS
Pada pengukuran POLIGON, KONTUR DAN LONG &CROS kami gunakan antara lain :

1. Patok

Patok di sini berguna untuk menentukan/menandai koordinat pengukuran

2. WATERPASS

Waterpas adalah alat yang digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian atau elevasi
antara dua atau lebih titik di permukaan bumi. Alat ini juga dikenal dengan sebutan "level"
atau "spirit level" dalam bahasa Inggris. Waterpas bekerja berdasarkan prinsip dasar bahwa
permukaan air dalam tabung akan selalu datar dan sejajar dengan gravitasi.

Berikut ini adalah langkah-langkah umum yang dapat Anda ikuti untuk menggunakan
waterpass:
 Persiapan
 Letakkan waterpas
 Posisi dan pengamatan gelembung udara
 Koreksi dan penyesuaian
 Bacaan dan catatan

17
3. THEODOLITE

Theodolit adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut vertikal (altitude) dan horizontal
(azimuth) posisi sebuah benda. Untuk itu theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
jarak, membuat garis lurus dan bidang datar di atas permukaan tanah

4. BAK UKUR

Rambu Ukur atau Bak Ukur atau Mistar Ukur adalah alat ukur yang biasa dipakai 18ersama
dengan theodolite atau waterpass. Alat ini terbuat dari kayu atau alumunium yang diberi skala
pembacaan. Memiliki panjang 3,4 sampai 5 meter, alat ini punya banyak ukuran sesuai
dengan kebutuhan para surveyor.

5. TRIPOD

18
Tripod (kaki tiga), merupakanalat penegak atau mendirikan alat waterpass yang disimpan
diatas tripod (kaki tiga). Fungsi utama statif adalah untuk menstabilkan alat yang dipasang,
dengan pengaturan yang tepat akan diperoleh statif yang stabil

6. Walking Distance Meter

Alat ini merupakan salah satu jenis meteran yang praktis digunakan untuk mengukur panjang
jalan atau jarak antara dua buah wilayah.

7. Payung

Payung berfungsi unutuk melindungi alat theodolite dan waaterpas dari panas dan hujan
karena sensitifnya alat theodolite dan waterpass

19
8. Unting-Unting

Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki tripod, unting-unting ini berfungsi sebagai
tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di atas patok.

9. Handphone( APK GPS TEST)

Berfungsi untuk menentukan koordinar alat saat melakukan praktek

10. Alat tulis

Alat tulis yang kami gunakan antara lain


 Pena
 Kertas pengukuran
 Papan oles

Berguna untuk mencatat hasil pengukuran seperti BA( benang atas), BT( benang tengah),
sudut, dan koordinat.

20
3.3 prosedur praktikum Kontur, Long & Cross, Poligon
1. prosedur pengukuran kontur
Berikut adalah prosedur umum untuk praktikum Kontur:
1. Persiapan: Pastikan Anda memiliki semua peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
praktikum Kontur. Hal ini termasuk komputer atau laptop yang dilengkapi dengan
perangkat lunak desain grafis seperti AutoCAD atau software lain yang relevan, pena
atau pensil, kertas gambar, penggaris, dan penghapus.
2. Pengenalan konsep Kontur: Sebelum memulai praktikum, peserta praktikum harus
memahami konsep dasar kontur. Kontur adalah representasi grafis dari bentuk
permukaan benda atau lahan dalam bentuk garis berbeda yang menghubungkan titik
dengan ketinggian yang sama. Peserta praktikum perlu memahami bagaimana kontur
digunakan untuk menggambarkan bentuk lahan atau objek tiga dimensi.
3. Pelatihan perangkat lunak: Jika menggunakan perangkat lunak desain grafis, peserta
praktikum perlu dilatih dalam penggunaan perangkat lunak tersebut. Ini melibatkan
pemahaman dasar tentang penggunaan alat-alat desain, seperti penggambaran garis,
pengaturan skala, penggunaan layer, dan sebagainya. Instruktur praktikum harus
memberikan pelatihan tentang penggunaan perangkat lunak dan fungsi-fungsinya
yang relevan dengan praktikum Kontur.
4. Penentuan titik referensi: Peserta praktikum perlu menentukan titik referensi awal
yang akan digunakan dalam pembuatan kontur. Ini bisa berupa titik tertentu pada
permukaan benda atau titik koordinat pada lahan. Titik referensi ini penting untuk
memastikan akurasi pembuatan kontur.
5. Pemetaan titik kontur: Peserta praktikum perlu melakukan pemetaan titik-titik kontur
pada permukaan benda atau lahan yang akan digambarkan. Ini bisa dilakukan
dengan mengukur jarak dan ketinggian titik-titik secara manual, atau menggunakan
alat-alat pengukuran seperti theodolite atau GPS untuk memperoleh data yang
akurat.
6. Penggambaran kontur: Setelah titik-titik kontur terukur, peserta praktikum dapat
mulai menggambar kontur dengan menggunakan perangkat lunak desain grafis atau
secara manual dengan pena atau pensil. Kontur harus digambar dengan akurat
sesuai dengan data titik yang telah dikumpulkan sebelumnya. Pastikan garis kontur
yang digambar lancar dan tidak ada kesalahan yang mengaburkan gambaran kontur.
7. Penyusunan peta kontur: Setelah semua kontur digambar, peserta praktikum perlu
menyusun peta kontur yang akurat. Peta ini dapat mencakup legenda yang
menjelaskan tingkat ketinggian yang terkait dengan setiap garis kontur. Peta kontur
harus jelas dan mudah dibaca.
8. Evaluasi dan analisis: Setelah peta kontur selesai, peserta praktikum perlu
mengevaluasi dan menganalisis hasilnya. Periksa apakah kontur telah digambar
dengan akurat dan apakah peta kontur memberikan informasi yang relevan tentang
bentuk lahan atau objk

2. prosedur long&cros

21
Berikut adalah prosedur umum untuk praktikum Longitudinal (long) dan Cross-section
(cros):

1. Persiapan: Pastikan Anda memiliki semua peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
praktikum Longitudinal dan Cross-section. Hal ini termasuk kompas, alat pengukur
jarak (pita ukur atau penggaris), pena atau pensil, kertas gambar, penghapus, dan
perangkat lunak pengolahan data jika diperlukan.
2. Penentuan Rute Longitudinal: Tentukan rute atau jalur Longitudinal yang akan
digunakan dalam praktikum. Pilih jalur yang mewakili perubahan elevasi yang
signifikan dan relevan. Rute ini dapat berupa jalan, sungai, atau struktur lainnya yang
ingin diamati.
3. Pengukuran Jarak: Mulailah dengan mengukur panjang rute Longitudinal
menggunakan alat pengukur jarak seperti pita ukur atau penggaris. Catat jarak yang
diukur untuk setiap titik yang relevan sepanjang rute Longitudinal.
4. Pengukuran Elevasi: Selanjutnya, gunakan alat pengukur elevasi seperti alat leveling
atau GPS untuk mengukur perbedaan elevasi dari satu titik ke titik lainnya
sepanjang rute Longitudinal. Catat data elevasi yang terkait dengan jarak yang telah
diukur sebelumnya.
5. Penggambaran Longitudinal: Gunakan data pengukuran yang telah dikumpulkan
untuk menggambar Longitudinal. Gunakan skala yang sesuai pada kertas gambar
dan gambarlah garis referensi yang mewakili rute Longitudinal. Kemudian, gambar
garis yang menunjukkan perbedaan elevasi dari satu titik ke titik lainnya sepanjang
rute Longitudinal.
6. Penentuan Lokasi Cross-section: Tentukan lokasi titik-titik Cross-section yang akan
digunakan untuk mengambil potongan melintang lahan atau objek. Titik-titik ini harus
memotong rute Longitudinal secara tegak lurus dan sepanjang jalur yang relevan.
Penentuan jumlah dan lokasi titik Cross-section harus didasarkan pada kebutuhan
analisis yang ingin dilakukan.
7. Pengukuran Cross-section: Pindah ke setiap titik Cross-section yang telah ditentukan
dan gunakan alat pengukur jarak untuk mengukur jarak horizontal antara titik-titik
Cross-section. Selanjutnya, gunakan alat pengukur elevasi untuk mengukur
perbedaan elevasi antara titik-titik Cross-section dan rute Longitudinal.
8. Penggambaran Cross-section: Gunakan data pengukuran yang telah dikumpulkan
untuk menggambar Cross-section. Mulailah dengan menggambar garis referensi yang
merepresentasikan rute Longitudinal dan jalur Cross-section yang memotongnya.
Gunakan skala yang sesuai pada kertas gambar dan gambarlah garis yang
menunjukkan perbedaan elevasi dari satu titik ke titik lainnya pada setiap Cross-
section.
9. Analisis dan Interpretasi: Setelah semua data pengukuran dan gambaran selesai,
evaluasi dan analisislah hasil praktikum. Identifikasi pola, tren, atau fitur khusus yang
dapat diamati dari Longitudinal dan Cross-section. Gunakan data untuk membuat
kesimp

22
3. prosedur polygon
Berikut adalah prosedur umum untuk pengukuran poligon:

1. Persiapan: Pastikan Anda memiliki semua peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
pengukuran poligon. Hal ini termasuk kompas, pita ukur, penggaris, pena atau pensil,
paku, palu, dan perangkat lunak pengolahan data jika diperlukan
2. Penentuan Rencana Poligon: Tentukan rencana poligon yang akan diukur. Poligon
adalah bentuk geometris dengan sisi-sisi yang terhubung. Poligon dapat berbentuk
segi empat, segi lima, segi enam, atau bentuk poligon lainnya tergantung pada
kebutuhan pengukuran
3. Penentuan Titik Awal: Tentukan titik awal poligon yang akan dijadikan titik referensi.
Titik awal ini biasanya diberi label sebagai titik A. Anda dapat menggunakan GPS
atau metode pengukuran lainnya untuk menentukan koordinat atau lokasi titik A
dengan akurasi yang tinggi.
4. Pengukuran Panjang Sisi: Mulailah dengan mengukur panjang sisi-sisi poligon
menggunakan pita ukur. Mulai dari titik A, arahkan pita ukur ke titik B dan
catat panjangnya. Lanjutkan pengukuran ke titik-titik selanjutnya hingga semua
sisi poligon terukur.
5. Pengukuran Sudut: Setelah mengukur panjang sisi-sisi poligon, gunakan kompas
untuk mengukur sudut antara sisi-sisi poligon. Tempatkan kompas pada titik A,
arahkan kompas ke titik B, dan baca sudut yang terbentuk. Lakukan hal yang
sama untuk semua sudut di poligon.
6. Pemasangan Tanda: Setelah pengukuran selesai, pasang tanda atau paku pada titik-
titik poligon untuk mempertahankan posisi mereka. Gunakan palu untuk
memasukkan paku ke dalam tanah atau bahan yang sesuai.
7. Penggambaran Poligon: Gunakan data pengukuran yang telah dikumpulkan untuk
menggambar poligon pada kertas gambar. Gunakan penggaris dan pena atau pensil
untuk menggambar sisi-sisi poligon sesuai dengan skala yang ditentukan. Pastikan
untuk mencantumkan label pada setiap titik dan sudut poligon.
8. Verifikasi dan Pengolahan Data: Setelah penggambaran selesai, verifikasi kembali
data pengukuran untuk memastikan keakuratannya. Jika diperlukan, gunakan
perangkat lunak pengolahan data untuk memproses dan menghitung informasi
tambahan seperti luas poligon, koordinat titik-titik, atau informasi lain yang
relevan.
9. Analisis dan Interpretasi: Setelah semua data terverifikasi dan diproses, lakukan
analisis dan interpretasi terhadap poligon yang diukur. Identifikasi karakteristik
poligon seperti bentuk, ukuran, sudut, dan informasi lain yang relevan dengan
tujuan pengukuran.
10. Pelaporan Hasil: Sajikan hasil pengukuran dan analisis dalam bentuk laporan yang
sesuai. Berikan penjelasan tentang metode yang digunakan, data yang terkumpul,
dan kesimpulan dari pengukuran poligon.

23
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisis dan perhitungan Waterpass

4.1.1 Perhitungan Data Kontur

A. Data di Lapangan

4.1.2 Rumus Yang Digunakan

1. Rumus yang di gunakan untuk mencari jarak

optis : Rumus : BA x 100


BB

Ket : BA = Benang atas


BB = Benang Bawah

24
2. Rumus yang di gunakan untuk mencari Σt
Rumus Σt = BT-Tinggi alat
Ket : -BT = benang tengah

3. Rumus mencari koordinat X dan Y


Di kelompok kami menggunakan hitungan dari sketsa karena praktek kita
menggunakan waterpass
 Sebelum mencari perpindahan X dan Y, harus mendapat nilai koordinat X dan Y awal
pada PI
Aturan :
Dimana – garis untuk horizontal itu untuk X,
ke kanan(+) ke kiri (-) sesuai jarak
– garis vertikal itu untuk Y
Naik(+) , turung (-) sesuai jarak

Contoh : pada praktek kita mengambil ukuran 10 x 10


Di mulai dari titik PI ke SI dimana PI ke SI berjarak 5 M
 Untuk mendapatkan X harus koordinat X awal -5 M ( karena ke kiri), maka dapat
koordinat X selaanjutnya dan di lanjutkan perhitungan berikut untuk X sesuai
jarak dan aturan tadi.
 Untuk mendapatkan Y selanjutnya harus koordinat Y + 5 M (karena naik), maka
koordinat Y selanjutnya dan lanjutkan perhitungan berikut untuk Y sesuai jarak
dan aturan tadi.

4. Rumus yang di gunakan untuk mencari Elevasi (Ƶ)


 Elevasi awal = 4 (pada PI)
 Rumus = elevasi + Σt
Ket : dimana setelah mendapatkan hasil dari elevasi selanjutnya (SI), di
gunakan perhitungan menggunakan elevasi sebelumnya + Σt yang di cari
untuk elevasi selanjutnya

B. Data hasil pengukuran


BENANG
BA JARAK OPTIS Σt X Y Z
TINGGI ALAT PATOK TARGET
meter BT BB meter Koordinat Elevasi

1.429 P1=5 m 410716 9595923 4


1.753
S1 1.73 1.707 4.6 0.301 410711 9595928 4.301
1.66
S2 1.635 1.646 1.4 -0.095 410721 9595928 4.206
1.74
S3 1.66 1.58 16 0.025 410711 9595938 4.231
1.691
S4 1.612 1.533 15.8 -0.048 410721 9595938 4.183
1.751
S5 1.715 1.679 7.2 0.103 410713 9595930 4.286
1.731
S6 1.667 1.603 12.8 -0.048 410715 9595930 4.238
1.708
S7 1.671 1.634 7.4 0.004 410717 9595930 4.242
1.703
S8 1.666 1.629 7.4 -0.005 410719 9595930 4.237
1.689
S9 1.64 1.591 9.8 -0.026 410713 9595932 4.211
1.702
S10 1.66 1.618 8.4 0.02 410715 9595932 4.231
1.721
S11 1.679 1.637 8.4 0.019 410717 9595932 4.250
1.751
S12 1.66 1.569 18.2 -0.019 410719 9595932 4.231
1.732
S13 1.679 1.626 10.6 0.019 410713 9595934 4.250
1.722
S14 1.67 1.618 10.4 -0.009 410715 9595934 4.241
1.67
S15 1.614 1.558 11.2 -0.056 410717 9595934 4.185
1.683
S16 1.629 1.575 10.8 0.015 410719 9595934 4.200
1.69
S17 1.625 1.56 13 -0.004 410713 9595936 4.196
1.688
S18 1.621 1.554 13.4 -0.004 410715 9595936 4.192
1.73
S19 1.665 1.6 13 0.044 410717 9595936 4.236
1.729
S20 1.66 1.591 13.8 -0.005 410719 9595936 4.231

25
4.1.3 Perhitungan Data Long and Cross

A. Data di Lapangan
TINGGI BENANG
BA X Y Z
ALAT PATOK TARGET
meter BT BB Koordinat Elevasi

1.15 P0 410260 9595937 4


1.229
P1 1.104
1.336
S1 1.31
1.56
S2 1.529
1.187
S3 1.145
1.427
S4 1.402
0.935
S5 0.925
1.26
S6 1.247

1.259 P1
1.425
P0 1.302
1.115
P2 0.901
1.336
S7 1.31
1.191
S8 1.155
1.427
S9 1.402
1.237
S10 1.21

1.265 P2
1.645
P1 1.53
1.45
P3 1.32
1.336
S11 1.31
1.371
S12 1.341
1.427
S13 1.402
1.271
S14 1.24

1.285 P3
1.335
P2 1.21
1.175
P4 1.05
1.336
S15 1.31
1.307
S16 1.245
1.427
S17 1.402
1.178
S18 1.151

4.1.4 Rumus Yang Digunakan


1. Rumus yang di gunakan dalam mencari jarak
optis Rumus : Ba - BB x 100
Ket : - BA = Benang atas
- BB = benang bawah

2. Rumus yang di gunakn untuk mencari Σt


Rumus : BT – tinggi alat ( per patok)
Ket : - BT = benang tengah
- dan untuk Σt selanjutnya mengguakan rumus BT dan Σt yang di cari di
kurangkan dengan BT sebelumnya

26
3. Rumus yang di gunakan untuk mencari f(x)
f(x) adalah milik S, dimana bila ke kanan bernilai positif dan bila ke kiri
bernilai negatif.

4. Rumus yang di gunakan untuk mencari f(y)


f(y) adalah milik P, dimana bila ke depan atau patok selanjutnya bernilai
positif dan bila kebelakang atau patok sebelumnya bernilai negatif.

5. Rumus yang di gunakan untuk mencari X dan Y.


Sebelum mencari perpindahan X dan Y, awal pada P0
 Untuk X, mencari koordinat X selanjutnya P tidak berubah yang
berubah adalah S, dimana kordinat X awal di tambah f(x) dari
koordinat X yang di Tanya,
Dan untuk mencari S selanjutnya menggunakan rumus :
koordinat X sebelumnya + f(x) dari koordinat X yang di cari,
Ini berlaku di setiap patok
 Untuk Y, mencari koordinat Y selanjutnya S tidak berubah yang
berubah adalah P, dimana koordinat Y awal + f(y) dari koordinat Y
yang di tanya.
Dan untuk mencari P selanjutnya menggunakan rumus koordinat Y
sebelumnya, Y sebelumya di tambah f(y) dari koordinat Y yang di cari.
Ini berlaku di setiap patok

6. Rumus yang di gunakan untuk mencari elevasi (Ƶ)


 Elevasi awal : 4 ( pada PI)
 Rumus : elevasi + Σt
Ket : dimana setelah mendapatkan hasil dari elevasi selanjutnya ( SI di
lakukan perhitungan menggunakan elevasi sebelumnya + Σt yang di cari untuk
elevasi selanjutnya. Ini berlaku pada setiap patok. Dan bila sudah berpindah
patok dan bila sudah berpindah patok maka elevasi awalnya mengikuti nilai
patok yang sudah di ketahui.

B. Data Hasil pengukuran


BENANG JARAK OPTIS
TINGGI ALAT Σt F(X) F(Y) X Y Z
PATOK TARGET BA
BT
meter BB meter meter Koordinat Elevasi
1.15 P0 410260 9595937 4

P1 1.104 1.229 25 -0.046 0 25 410260 9595962 3.954


0.979
1.336
S1 1.31 1.284
5.2 0.206 5.2 0 410265 9595937 4.160

S2 1.529 1.56 6.2 0.219 6.2 0 410271 9595937 4.379


1.498
S3 1.145 1.187 8.4 -0.384 8.4 0 410280 9595937 4
1.103
S4 1.402 1.427 5 0.257 -5 0 410255 9595937 4
1.377
S5 0.925 0.935 2 -0.477 -2 0 410253 9595937 3.775
0.915
S6 1.247 2.6 0.322 -2.6 0 410250 9595937 4.097
1.26
1.234
1.259 P1 410260 9595962 3.954

P0 1.302 24.6 0.043 0 -24.6 410260 9595937 4


1.425
P2 0.901 1.179 42.8 -0.401 0 42.8 410260 9596005 4
1.115
S7 1.31 0.687 5.2 0.409 5.2 0 410265 9595962 4.005
1.336
1.191
S8 1.155 1.284
1.119 7.2 -0.155 7.2 0 410272 9595962 3.850
1.427
S9 1.402 1.377 5 0.247 -5 0 410255 9595962 4.097
1.237
S10 1.21 1.183 5.4 -0.192 -5.4 0 410250 9595962 3.905

1.265 P2 410260 9596005 4.000


1.645
P1 1.53 1.415 23 0.265 0 -23 410260 9595962 4.265
1.45
P3 1.32 1.19 26 -0.21 0 26 410260 9596031 4.055
1.336
S11 1.31 1.284 5.2 -0.01 5.2 0 410265 9596005 4.045
1.371
S12 1.341 1.311 6 0.031 6 0 410266 9596005 4.076
1.427
S13 1.402 1.377 5 0.061 -5 0 410255 9596005 4.137
1.271
S14 1.24 1.209 6.2 -0.162 -6.2 0 410254 9596005 3.975

1.285 P3 410260 9596031 4.055

P2 1.21 25 -0.075 0 -25 410260 9596005 3.980

P4 1.05 1.335 25 -0.16 0 25 410260 9596056 3.820


1.085
S15 1.31 1.175 5.2 0.26 5.2 0 410265 9596031 4.080
0.925
S16 1.245 1.336 12.4 -0.065 12.4 0 410272 9596031 4.015
1.284

27
S17 1.402 1.307 5 0.157 -5 0 410255 9596031 4.172
1.183
S18 1.151 1.427 5.4 -0.251 -5.4 0 410250 9596031 3.921
1.377
1.178
1.124
4.2. Analisis dan perhitungan Theodolite

4.2.1 perhitungan data poligon

A. Data Lapangan
SUDUT DALAM SUDUT DALAM TERKOREKSI AZIMUTH TINGGI BENANG SUDUT VERTIKAL
X Y Z
 β' ϕ ALAT α
PATOK BA BT BB
    ◦ ◦ ' '' ◦ ◦ ' '' ◦ ' ''
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 kolom 5 kolom 6 kolom 7 kolom 8 kolom 10 kolom 11 kolom 12 kolom 13 kolom 14 kolom 15 kolom 16 kolom 17 kolom 18 kolom 19 kolom 30 kolom 31 kolom 32
P0 1.273 410732 9595949 4

P3 0 0 0 0.842 0.663 90 42 52

BG 1 8 18 42 1.098 0.958 90 42 53

BG 2 17 53 53 0.915 0.848 90 42 53

BG 3 5 59 44 1.148 1.075 90 42 55

BG 4 8 48 47 1.202 1.139 90 42 55

BG 5 18 18 18 1.906 0.840 90 42 59

BG 6 58 15 56 1.252 1.228 90 42 58

P1 92 16 21 1.284 1.160 90 43 0

P1 1.298

P0 0 0 0 1.189 1.063 90 3 19

BG 7 40 6 14 1.177 1.148 90 3 19

P2 85 8 13 1.164 0.980 90 3 20

P2 1.362 #REF!

P1 0 0 0 1.285 1.101 90 44 22 #REF!

BG 8 23 1 3 1.446 1.407 90 44 23 #REF!

BG 9 54 48 33 1.040 1.010 90 44 24 #REF!

BG 10 63 39 54 1.440 1.388 90 44 25 #REF!

BG 11 72 47 44 1.422 1.355 90 44 25 #REF!

BG 12 62 24 19 1.069 0.985 90 44 25 #REF!

P3 92 52 45 1.110 0.994 90 44 24 #REF!

P3 1.330 #REF!

P0 0 0 0 1.493 1.370 90 4 58 #REF!

BG 1 61 7 2 1.561 1.518 90 4 58 #REF!

P0 89 40 52 1.620 1.451 90 4 58 #REF!

28
4.2.2 Rumus yang di gunakan

1. rumus untuk mencari perhitungan sudut horizontal dalam terkoreksi,

 Deraja
Rumus : sudut dalam (β) + derajat sudut dalam terkoreksi(β'), ini berlaku pada semua
titik pada semua titik patok P maupun Bg

 Menit
Rumus : INT ((desimal β' – derajat β )x60), ini berlaku pada semua titik pada semua
titik p maupun titik Bg.

 Detik
Rumus : ((desimal β' – derajat β' ) x 60 – menit β') x 60)

 Rad
Rumus : (( desimal β'/180x(22/7) ini berlaku pada semua titik pada semua titik p
maupun titik Bg

2. rumus untuk mencari azimut .

 Desimal : patok dari desimal azimut – patok sebelumnya, begitu pula untuk patok
lainya
 Derajat : INT ( desimal azimut ), begitu pula untuk patok lainya

3. rumus untuk mencari niali 90 – α


Rumus : 90 – desimal dari susdut vertikal
Ket : berlaku pada setiap patok

4. rumus untuk mencari jarak optis .


Rumus : ( BA – BB ) x 100
Ket : BA = benang atas
BB = benang baawah
Berlaku untuk setiap patok
5. rumus untuk mencari jarak
proyeksi Rumus yang di
gunakan adalah
Cos(radians ( 90 – α) cor ( radians (90- α)x jarak optis
Ket : di lakukan untuk setiap patok dengan rumus yang sama
6. rumud untuk mencari beda tinggi
Untuk beda tinggi rumus yang di gunakan adalah
Rumus = tinggi alat + 50 x (((BA-BB) x sin (radians(2x(90- α))) – BT
Ket = BA : benang atas
BT : benang tengah
BB : benang bawah
Di lakukan cara yang sama untuk setiap patok

29
7. rumus untuk mencari f(x)

Rumus yang di gnunakan adalah


= jarak proyeksi x sin radians ( derajat azimut )
Ket : rumus yang sama di gunakan di setiap patok

8. rumus untuk mencari f(y)

Rumus : jarak proyeksi x cos ( radians (derajat))


Ket : rumus yang sama di gunakan untuk setiap
patok

9. rumus untuk mencari ΔxI


 (jarak proyeksi / jumlah jarah proyeksi ) x (-jumblah f(x))
Ket : untuk jumlah jarak proyeksi di ambil dari titik akhir dari patok di tambah
dengan titik akhir patok lainya
 Untuk f(x) nya juga di ambil dari titik akhir dari setiap patok yang berbeda
f(x)
10. rumus untuk mencari ΔyI
Rumus yang di gunakan = ( jarak proyeksi / jumlah jarak proyeksi ) x (jumlah f(y)
Ket :
 untuk mencari jumlah jarak proyeksi di ambil dari titik akhir dari setiap patok
di tambah dengan titik akhir lainya
 untuk f(y) juga di ambil dari titik akhir dari setiap patok yang berada pada f(y)
11. rumus untuk mencari Δh
Rumus :
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑡𝑜𝑘 𝑝0/𝑝1/𝑝2/𝑝3
jarak proyeksi x – jumlah beda tinggi

12. rumus mencari kuadrat xy


Sebelum mendapatkan kordinat xy selanjunya terlebih dahulu harus memiliki
koordinat awal Xy
 Untuk mencari koordinat x menggunakan rumus
= x awal di tambah f(x) dari koordinat x yang di Tanya
 Untuk mencari koordinat yi menggukan rumus
= koordinat y awal di tambah di tamba dengan f(y) dari koordinat Y yang di
cari

13. rumus mencari elevasi

Elevasi awal adalah 4 meter


Rumus
= elevasi awal + beda tinggi dengan elevasi yang di tengah
Ket :
 Untuk elevasi selanjutnya menggunakan rumus yang sama
 Namun bila berpindah patok maka elevasinya menggunakan rumus
elevasi awal + beda tinggi dari elevasi sebelumnya x(Δh)

30
B. data hasil perhitungan
SUDUT DALAM SUDUT DALAM TERKOREKSI AZIMUTH TINGGI BENANG SUDUT VERTIKAL JARAK JARAK BEDA fX fy
90-α ΔXi ΔYi Δh X Y Z
 β' ϕ ALAT α OPTIS PROYEKSI TINGGI d1 sin ϕ1 d1 cos ϕ1
PATOK     ◦ ◦ ' '' rad ◦ ◦ ' '' BA BT BB ◦ ' '' ◦ ◦ meter meter meter
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 kolom 5 kolom 6 kolom 7 kolom 8 kolom 9 kolom 10 kolom 11 kolom 12 kolom 13 kolom 14 kolom 15 kolom 16 kolom 17 kolom 18 kolom 19 kolom 20 kolom 21 kolom 22 kolom 23 kolom 24 kolom 25 kolom 26 kolom 27 kolom 28 kolom 29 kolom 30 kolom 31 kolom 32

P0 1.273 -0.438 0.0443915 4

P3 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 1.273 0.842 0.663 0.484 90 42 52 90.714 -0.714 35.800 35.794 0.164 0.000 35.794 4.164

BG3 5 59 44 6.00 5.97 5.00 57 55.00 0.10 94.78 94.00 46 59.00 1.273 1.148 1.057 0.966 90 42 55 90.715 -0.715 18.200 18.197 -0.011 18.153 -1.269 410716 9595947 4.152

BG4 8 48 47 8.81 8.81 8.00 48 47.00 0.15 97.63 97.00 37 51.00 1.273 1.202 1.139 1.076 90 42 55 90.715 -0.715 12.600 12.598 -0.023 12.504 -1.535 410710 9595946 4.129

BG1 8 18 42 8.31 8.31 8.00 18 42.00 0.15 97.13 97.00 7 46.00 1.273 1.098 0.958 0.818 90 42 53 90.715 -0.715 28.000 27.996 -0.034 27.787 -3.412 410725 9595944 4.095

BG2 17 53 53 17.90 17.90 17.00 53 53.00 0.31 106.72 106.00 42 57.00 1.273 0.915 0.848 0.781 90 42 53 90.715 -0.715 13.400 13.398 0.258 12.879 -3.693 410711 9595944 4.353

BG5 18 18 18 18.31 18.31 18.00 18 18.00 0.32 107.12 107.00 7 22.00 1.273 0.906 0.840 0.774 90 42 59 90.716 -0.716 13.200 13.198 0.268 12.621 -3.859 410710 9595944 4.621

BG6 58 15 56 58.27 58.27 58.00 15 56.00 1.02 147.08 147.00 5 0.00 1.273 1.252 1.228 1.204 90 42 58 90.716 -0.716 4.800 4.799 -0.015 2.614 -4.025 410700 9595944 4.606

P1 92 16 21 92.27 92.24 92.00 14 32.00 1.61 181.06 181.00 3 36.00 1.273 1.284 1.160 1.036 90 43 0 90.717 -0.717 24.800 24.796 -0.197 -0.433 -24.792 410698 9595948 4.409

P1 1.298 -0.650 0.0658815 4.409

P0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 1.298 1.189 1.063 0.937 90 3 19 90.055 -0.055 25.200 25.200 0.211 0.000 25.200 4

BG 7 40 6 14 40.10 40.07 40.00 4 25.00 0.70 41.14 41.00 8 13.00 1.298 1.177 1.148 1.119 90 3 19 90.055 -0.055 5.800 5.800 0.144 3.805 4.377 410701 9595928 4.144

P2 85 8 13 85.14 85.11 85.00 6 24.00 1.49 86.17 86.00 10 12.00 1.298 1.164 0.980 0.796 90 3 20 90.056 -0.056 36.800 36.800 0.282 36.710 2.567 410697 9595923 4.427
31

P2 1.362 -0.409 0.042 4.427

P1 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 1.362 1.285 1.101 0.917 90 44 22 90.739 -0.739 36.800 36.794 -0.214 0.000 36.794 4.409

BG8 23 1 3 23.02 54.78 54.00 46 44.00 0.96 320.95 320.00 56 60.00 1.362 1.446 1.407 1.368 90 44 23 90.740 -0.740 7.800 7.799 -0.146 -5.013 5.974 410728 9595932 4.263

BG9 54 48 33 54.81 62.41 62.00 24 19.00 1.09 328.58 328.00 34 35.00 1.362 1.040 1.010 0.980 90 44 24 90.740 -0.740 6.000 5.999 0.275 -3.179 5.087 410730 9595931 4.537

BG12 62 24 19 62.41 63.67 63.00 39 54.00 1.11 329.84 329.00 50 10.00 1.362 1.069 0.985 0.901 90 44 25 90.740 -0.740 16.800 16.797 0.160 -8.651 14.398 410724 9595940 4.697

BG10 63 39 54 63.67 72.80 72.00 47 44.00 1.27 338.97 338.00 57 60.00 1.362 1.440 1.388 1.336 90 44 25 90.740 -0.740 10.400 10.398 -0.160 -3.895 9.641 410729 9595935 4.537

BG11 72 47 44 72.80 92.88 92.00 52 45.00 1.62 359.05 359.00 3 1.00 1.362 1.422 1.355 1.288 90 44 25 90.740 -0.740 13.400 13.398 -0.166 -0.234 13.396 410733 9595939 4.371

P3 92 52 45 92.88 92.85 92.00 50 56.00 1.62 359.02 359.00 1 12.00 1.362 1.110 0.994 0.878 90 44 24 90.740 -0.740 23.200 23.196 0.068 -0.405 23.193 410733 9595926 4.164

P3 1.330 -0.597 0.061 4.164

P0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0 0.00 0.00 1.330 1.493 1.370 1.247 90 4 58 90.083 -0.083 24.600 24.600 -0.076 0.000 24.600 4

BG 1 61 7 2 61.12 61.09 61.00 5 13.00 1.07 240.26 240.00 15 22.00 1.330 1.561 1.518 1.475 90 4 58 90.083 -0.083 8.600 8.600 -0.200 -7.448 -4.300 410725 9595945 3.800

P0 89 40 52 89.68 89.65 89.00 39 3.00 1.57 268.82 268.00 49 12.00 1.330 1.620 1.451 1.282 90 4 58 90.083 -0.083 33.800 33.800 -0.170 -33.779 -1.180 410732 9595949 4
BAB V PENUTUP

5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Perpetaan SIG kelompok 1 yang berlokasi di Laboratorium
penggergajian jurusan kehutanan, Jl. Kampus, dan Lahan Depan Laboratorium penggergajian
jurusan kehutanan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Waterpass adalah alat ukur yang dipakai untuk menentukan posisi sejajar dari suatu
benda dengan bagian yang lainnya, baik dalam keadaan vertikal maupun horizontal.
Alat ini dilengkapi dengan air di dalamnya untuk mengukur kesejajaran tersebut
2. Teori Long dan Cross adalah metode yang digunakan dalam pengukuran kontur
dengan menggunakan instrumen tachymetry atau total station. Metode ini
memungkinkan pengukuran kontur secara efisien dengan mengambil beberapa profil
melintang (cross-sections) dan satu profil memanjang (longitudinal section) dari
suatu area yang akan diukur.
3. Praktikum dapat mengenal dan mengoperasikan alat-alat yang digunakan dala
pembuatan petatopografi. Perpetaan SIG kelompok kali ini menggunakan dua jenis
alat ukur yaitu theodolite dan waterpass.
4. Pengukuran polygon terbagi menjadi dua yaitu pengukuran polygon tertutup
dan pengukuran polygon titik detail. Hasil dari polygon tersebut mempunyai
persamaannya itu untuk menentukan posisi dari suatu titik.
5. Peta kontur dapat dibuat dengan melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
 Menghitung dan mencari data-data yang diperlukan dalam pembuatan peta
kontur seperti jarak horizontal dan vertical, beda tinggi, sudut dalam dan
azimuth.
 Mambuat plotting kerangka dasar pada milimeterblok dengan menggunakan
system koordinat kartesius.
 Membuat plotting titik detail yang digambarkan dengan menggunakan system
koordinat kartesius.
 Menggambar kontur dengan menarik garis kontur yang didapat dari besaran
bilangan skala yang ditentukan dan menurut interval tertentu.
6. Theodolite adalah instrumen alat yang di rancang untuk pengukuran mendatar
yang dinamakan sudut horizontal dan sudut tegak yang di namakan dengan sudut
verbal
.dimana sudut sudut tersebut beperan dalam pengukuran jarak mendatar dan jarak
jarak diantara buah titik lapangan , pengukuran theodolit ini juganmembantudalam
proses pengukuran danjuga tidak sembarang sehingga dalam proses pengukuran juga
dibutuhkan tingkat ketilitian .
 sentring merupakan faktor utama dalam proses rangkain pengukuan
menggunakantheodolit
 kondisi alat sangat mempengaruh kelancaran proses sentring dan pembacaan
sudut
 ketilitian pembaca sudut merupakan hal yang sangat penting karna
sangat mempengaruhipada data
32
5.2. saran
Praktikum Ilmu Ukur Tanah kali ini, banyak sekali hal penting yang perlu diperhatikan agar
proses praktikum dapat berjalan dengan baik dan benar, seperti sebagai berikut :
1. Perhitungan dan pengukuran data diperlukan prinsip-prinsip pengukuran untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
2. Pengecekan sendiri hasil pengamatan dan pembacaan.
3. Menggunakan alat bantu, contoh : kompas, GPS.
4. Selalu menggambar langsung sketsa setelah mendapatkan dan mencatat hasil ukuran.
5. Menggunakan alat-alat ukur seperti waterpass dan theodolite diperlukan ketelitian
6. dari segi perhitungan maupun kelengkapan alat-alat. Alat yang digunakan dari awal
sampai akhir harus lengkap, sehingga diperlukan rasa tanggung jawab yang besar
bagi mahasiswa yang menggunakan alat praktikum.

33
LAMPIRAN
A. dokumtasi pengukuran theodolite

34
B. dokumentasi pengukuran long & cros

35
C. dokumentasi kontur

36

Anda mungkin juga menyukai