FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2020/2021
FAKULTAS TEKNIK
LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH
KELOMPOK I
1. SAPRIADI
2. ABDUL HAZIZ
3. PUGUH AZISSAYID S
4. APRILIA SARI KENCANA
5. BAIQ HASTA PUSPITA
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
FAKULTAS TEKNIK
Telpone/Fax : 0370-6175146
Kelompok :
Pembimbing
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum ILMU UKUR TANAH ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ILMU UKUR TANAH ini di buat dengan bantuan dari beberapa sumber untuk
membantu menyelesaiakan hambatan dan tantangan selama mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan
ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang sifatnya membangun bagi
kelompok kami.
Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Mataram,Desember 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan…………………………………………………………………………………...i
Lembar Asistensi………………………………………………………………………………………ii
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………..iii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Umum………………………………………………………………………………………….3
2.4 Cara penetuan Beda Tinggi dengan Alat Ukur Sipat Datar…………………………………...7
BAB IV POLIGON
BAB V PROFIL
7.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………...41
7.2 Saran………………………………………………………………………………………….42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu yang
mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikan dalam bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini
berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik
lapangan. Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macm, yitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan kelengkungan bumi atau
kondisi sebenarnya, Geodetic Surveying digunakan dalam pengukuran daerah yang luas
dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid).
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan lengkungan bumi dan
mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini digunakan untuk pengukuran
daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar.
Dalam praktikum ini kita memakai Plane Surveying (Ilmu Ukur Tanah). Ilmu ukur tanah
dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metode untuk pengumpulan
dan pemerosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang
menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik dipermukaan
bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Praktikum Ilmu Ukur tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dan teori-teori dasar
Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan dibangku kuliah seperti poligon, serta alat dan
penggunaannya.
Tujuan yang ingin dicapai dari Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui dan memahami dengan baik bagaimana menggunakan alat, mengukur poligon, dan
mengolah data.
Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu-minggu tanggal 12-13 Desember 2021 dan bertempat
di halaman kampus dan di luar kampus (jalan raya).
BAB II
PENGENALAN ALAT
2.1 Umum
Pada pengukuran terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak dan sudut. Selanjutnya unsur
jarak dapat dibagi dua pula, yaitu unsur jarak mendatar (d) dan beda tinggi (∆h). Sedangkan unsur
sudut dibagi menjadi sudut-sudut horizontal, vertical, dan sudut jurusan. Sudut ini berperan
penting dalam kerangka dasar pemetaan yang datanya diperoleh dari lapangan dengan alat yang
dirancang sedemikian rupa konstruksinya sesuai dengan ketelitian. Alat ini dikenal sebagai alat
ukur ruang (Theodolit).
Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih dipermukaan bumi digunakan
alat ukur penyipat datar (Waterpass). Untuk pengukuran jarak dari suatu titik ke titik lain dapat
digunakan pita ukur, waterpass dengan bantuan rambu ukur, atau dengan metoda Tachymetri.
Alat ukur sipat datar (Waterpass) ini dirancang konstruksinya sedemikian rupa sesuai dengan
fungsinya, yaitu untuk menentukan beda tinggi antara stitik pada permukaan tanah didaerah
perhitunghan. Sebagai acuan penentuan tinggi titik-titik tersebut digunakan muka air laut rata-rata
(Mean Sea Level-MSL) atau tinggi lokal.
Pada alat ukur sipat datar tingkat ketelitiannya tergantung pada kepekaan nivokotak dan
pembesaran teropongnya kepekaan nivo kotak ditentukan oleh jari-jari busur nivo kotak tersebut.
Makin besar jari-jari busur nivo kotak tersebut, maka kepekaannya semakin tinggi. Ini berarti alat
ukur sipat datar tersebut memiliki ketelitian yang makin tinggi.
Pada dasarnya alat ukur sipat datar terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
1. Bagian bawah, tidak dapat bergerak dan berlandaskan pada statip, pada bagian terdapat kiap
yang berfungsi sebagai sentring Waterpass.
∆h = (BA – BB) x k
k = konstanta
Suatu alat ukur sipat datar dapat dikatakan dalam kondisi baik dan dapat digunakan dalam
perhitungan, apabila:
1. Gelembung nivo kotak (berkoinsidensi), maka:
a. Garis bidik harus benar-benar sejajar dengan garis jurusan bidang nivo. Garis bidik adalah
garis yang menghubungkan antara fokus lensa okuler dengan fokus lensa objektif.
Garis mendatar pada prinsipnya merupakan garis bidik teropong yang diletakkan
mendatar. Dengan garis bidik tersebut akan didapat bacaan rambu yang ada didepan
waterpass. Perhitungan sipat datar mempunyai prinsip seperti yang terlihat pada gambar
diatas. Beda tinggi dapat dihitungdari selisih nilai tinggi alat dengan nilai benang tengah.
∆h = (TA – BT) x k
BT = Benang tengah
TA = Tinggi alat
A = Waterpass
B = Rambu Ukur
k = konstanta
Gambar 1.2 Prinsip Sipat Datar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dala perhitungan sipat datar adalah sebagai berikut:
a. Jika ditemukan jarak antara 2 titik (A-B) berjauhan, maka sebaiknya perhitungan dibagi
menjadi beberapa sesi perhitungan yang ditandai dengan patok-patok.
b. sebelum menggunakan waterpass periksalah dulu kesalahan garis bidik alat dimana nilai
koreksinya adalah rata-rata dari pemeriksaan kesalahan garis garis bidik sebelum dan sesudah
perhitungan setiap harinya.
c. lakukan perhitungan untuk tiap slag genap untuk tiap sesi perhitungan, dan pindahkan rambu
secara selang seling agar kesalahan nol rambu dapat tereliminir lansung.
d. letakkan waterpass sedemikian rupa, sehingga jarak alat ke rambu depan sama dengan jarak
alat ke rambu belakang.
f. sebelum perhitungan, gelembung nivo kotak harus berada tepat ditengah lingkaran.
h. pembacaan skala rambu sebaiknya dimulai dari pembacaan benang tengah, atas kemudian
bawah.
2.4 Cara Penentuan Beda tinggi dengan Alat Sipat datar
A = waterpass
B = Rambu Ukur
Alat ukur sipat ruang/ Theodolite adalah salah satu alat pada lingkup survai pemetaan, dimana
digunakan untuk mengukur besarnya sudut datar, sudut miring/zenit, dan juga bisa mengukur
jarak optik dengan cara pengukuran Tacheometry. Sipat ruang/Theodolite pada umumnya
dikenal ada dua macam, yaitu sipat ruang/TheodoliteReiterasi dan sipat ruang/theodolite
Repetisi.
Secara umum konstruksi theodolite terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
Bagian ini terdiri atas statip (kaki tiga), plat dasar berkaki tiga dengan tiga sekrup penyetel,
nivo kotak, mikroskop centerering optis, lingkaran horizontal berskala, tabung sumbu
(silindris) dan sumbu pertama (I).
Pada bagian ini terdapat nivo tabung (nivo alhidade), kaki penyangga, sumbu kedua (II),
lingkaran vertikal berskala, pegangan alat, pengatur cahaya, sekrup penyetel gerak
horizontal, klem pengunci gerak horizontal, sekrup penyetel geral vertikal, klem pengunci
gerak vertikal, dan teropong.
Bagian ini terdiri atas teropong (lensa okuler, lensa objektif, dan diafragma) dan vizier
sebagai alat pembidik, mikroskop pembaca skala lingkaran horizontal dan lingkaran skala
vertikal (pada theodolite digital ini terdapat pada bagian II).
Pada lensa okuler juga terdapat benang silang (BA,BT,BB, dan BV). Baik lensa okuler,
lensa objektif dan diafragma, semuanya disusun dari berbagai lensa konkaf, konveks, dan
konkaf-konveks sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dengan
demikian semua rumus-rumus dan ketetntuan yang berlaku dalam sistem lensa
digunakan/dipaka, terutama tentang jalannya sinar matahari dalam sistem teropong sehingga
diperoleh bayangan/gambar objek sesuai dengan yang dibutuhkan pada jarak yang benar
sesuai ukurannya.
b. Sumbu II, sejajar dengan nivo dan tegak lurus dengan sumbu I.
c. Sumbu nivo indeks (nivo tabung konsidensi) sejajar dengan garis bidik.
Suatu theodolite dapat dikatakan dalam keadaan baik atau sempurna dan layak di
gunakan untuk perhitungan apabila:
Dalam theodolite ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan
skala mendatarnya tidak bisa diatur. Theodolite yang dimaksud adalah theodolite type T0
(wild)dan type DKM-2A (Kem).
2. Theodolite Repitisi
Konstruksinya kebalikan dari theodolite reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat
diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak. Akibatnya, dari konstruksi ini, maka bacaan lingkaran
skala mendatar 0o, dapat ditentukan kearah bidikan/target yang dikehendaki. Theodolite yang
termasuk kedalam jenis ini adalahtheodolite type TM 6 dan TL 60-DP (Shokkisha), TL 6-DE
(Topcon), Th-51 (Zeiss).
Macam-macam theodolite menurut sistem bacaannya yaitu:
2. Pasang theodolite diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan theodolite dan sekrup
pengunci diatas kepala statif.
➢ Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser kearah garis
sekrup C.
➢ Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah lingkaran.
➢ Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung. Bila penyetelan nivo tabung
menggunakan tiga sekrup penyetel (A,B,danC), maka caranya adalah:
➢ Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B.
➢ Putarlah sekrup A,B masuk atau keluar secara bersamaan, hingga gelembung nivo bergeser
ketengah
➢ Putarlah teropong 90o kearah garis sekrup C.
➢ Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah.
➢ Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar
teropong ke segala arah.
Penegrtian sudut mendatar adalah sudut yang terbentuk dari potongan dua arah jurusan berbeda
pada bidang normal/nivo. Titik perpotongan dua garis jurusan tersebut merupakan titik
pengamatan sudut bila digunakan theodolite dilapanagan.pengukuran sudut mendatar tidak
memperhitungkan pengaruh ketinggian ataupun kemiringan selama kedudukun skala lingkaran
horizontal sejajar dengan bidang nivo atau memenuhi syarat alat theodolite.
Sudut vertikal adalah sudut yang terbentuk antara jurusan/arah terhadap bidang proyeksi
mendatar.sudut vertikal diukur dengan skala lingkaran pada posisi vertikal pula. Tujuan
pengukuran sudut vertikal adalha untuk menentukan :
1. Secara Konvensional
Alat ukur jarak secara konvesional biasanya menggunakan rol meter atau meteran untuk
mengukur panjang tanah dan jarak di atas permukaan tanah.
Pengukuran jarak seacara elektronis menggunkan sistem berupa gelombnag infra merah.
Sehingga pengukuran dengan menggunkan alat ini mendapatkan hasil perhitungan yang tepat,
akurat dan prsisis. Dalam hal ini sitem yang digunkan adalah GPS dimana sistem ini terdiri atas
konstelasi radio navigasi dan juga segmane kontrol tanah yang berfungsi mengelola operasi satelit
dan pengguna dengan penerima khusus, menggunkan data setalit untuk memenuhi persyaratan
dari posisi.
3. Metode Tacyhymetry
Dalam metode ini, jarak ditentukan dengan menggunkan prinsip trigonometry. Prinsip ini
didukung oleh data yang didapt dari bacaan benang diafragma pada Theodolite. Jarak ini di
dapatkan dengan rumus:
𝑑 = 𝑘 𝑥 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑉
K = Konstanta
2.11 Alat Bantu Pengukuran
1. Statif/Tripod
2. Rambu Ukur
3. Kompas
Sebagai alat untuk menentukan arah utara untuk memudahkna mencari sudut azimuth yang
pasti.
PEMETAAN SITUASI
Pemetaan situasi dengan mengukur dan membuat peta situasi dilapangan dengan memasang
patok-patok pada beberapa titik dilapangan yang ketinggian yang sama dengan alat waterpass atau
theodolite sehingga nantinya terbentuk semacam garis kontur dan titik detail bangunan dilapangan.
2. tentuakn tempat berdiri pesawat agar semua titik yang diukur dapat terbidik semua
3. tentukan titik-titik pengukuran sebanyak 15 titik dengan diberi tanda paku batas-batas
pengukuran.
5. bidiklah teropong ketitik A1, dengan menyetel derjat mendatar 00 0’0” pada arah
utara/menggunkan titik kerangka (BM).
6. Baca bacaan pada rambu benang atas, benang tengah dan benang bawah,lalu catat pada daftar.
Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode tachymetry dimana metode ini tidak
membutuhka ketelitian yang akurat pada saat menentukan jarak datar dan beda tinggi (pengerjaan
pengukuran yang sederhana).
i = Tinggi alat
Maka diperoleh :
➢ Jarak miring :
𝑑𝑚 = 𝐾 × (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑐𝑜𝑠 𝑚
= 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑐𝑜𝑠 𝑚
𝑑𝑚 = 𝐾 × (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛 𝑧
= 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛 𝑧
➢ Jarak mendatar :
𝑑𝑚 = 𝐾 × (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑐𝑜𝑠 2 𝑚
= 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑐𝑜𝑠 2 𝑚
𝑑𝑚 = 𝐾 × (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑧
POLIGON
Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti sudut. Secara harfiahnya,
poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang sebnaranya adalah rangkaianan titik-titik secara
beruntun sebagai kerangka dasar pemetaan.
Sebagai kerangka dasar, posisi atau koordinat titik-tiitk poligon harus diketahui atau ditentukan
secara teliti. Kerana akan digunkan sebagai ikatan detil, pengukuran poligon harus memenuhi kriteria
atau persyaratan tertentu.
BA = Benang atas
BB = Benang bawah
∆ℎ 𝑎 − 𝑏 = 𝐷 𝑇𝑔ℎ + 𝑡𝑎 − 𝑏𝑡
HB = HA + Δh a-b
Δh = Beda tinggi
H = Sudut helling
Z = Sudut Zenith
ta = Tinggi Alat
3. Rumus mengukur beda tinggi
ΔH = BTblk – BTmk
Xn+1= Xn + dn,n+1sinφn,n+1
Yn+1= Yn + dn,n+1cosφn,n+1
dn,n+1 = jarak antara titik yang diketahui dan titik yang akan dicari
αn,n+1 = azimuth antara titik yang diketahui dan titik yang akan dicari
1. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita menentukan titik-titik poligon dilapangan
(titik alat)
2. Setelah menentukan titik, letakkan alat pada titik (P1) kemudian setting seseuai dengan
ketentuan (jangan lupa tinggi alat diukur)
3. Dirikan rambu ukur di titik poligon (PII), lalu dirikan rambu ukur di titik PI baca bacaan benang
BA, BB, dan BB nya.
4. Kemudian dirikan alat di titi potong (PII), lalu dirikan rambu ukur di titik PI baca bacaan
benang BA, BT, dan BB ya. Alat diset 00 (nol derajat)
5. Kemudian rambu dipindahkan di titik poligon (PII), baca bacaan benang BA, BT, dan BB nya.
Catat besasr sudut dari PI ke PII.
6. Kemudain kembali dirikan alat di titik poligon (PIII), lalu dirikan rambu ukur di titik STA II
baca bacaan BA, BT, dan BB nya. Alat diset 00 (nol derajat)
7. Kemudian rambu dipindahkan kembali ke ttik poligon (PIV) baca bacaan BA, BT, dan BB nya.
Catat sudut dari PII ke PIV.
8. Kemudian dirikan alat dititik potong (PIV), lalu dirikan rambu ukur di titik PIII baca bacaan
benang BA, BT, dan BB nya. Alat diset 00 (nol derajat)
9. Kemudain rambu dipindahkan kembali ke titik poligon (PI) baca bacaan benang BA, BT, dan
BB nya. Catat besar sudut dari PIII ke PI
10. Jangan lupa sket titik detail setaip pengukuran harus digambarkan.
BAB V
PROFIL
1. Dasar Teori
Pengukuran profil bertujuan untuk menentukan elevasi titik-titik pada permukaan tanah
sepanjang garis tertentu sehingga akan diperoleh profil (potongan tegak dari permukaan tanah
sepanjang garis itu).
Maksud dan tujuan pengukuran profil memanjang adalah untuk menentukan titik-titik
sepanjang garis rencana proyek, sehingga dapat digambarkan irisan tegak keadaaan permukaan
tanah sepanjang garis proyek tersebut. Jadi, profil adalah irisan tegak permukaan Bumi.
2. Metode perhitungan
Karena Waterpass selalu berada dalam keaddan mendatar (900) sehingga sin2V selalu bernilai
Penentuan jarak optis ini dapat juga digunakan untuk mengotrol benar atau tidaknnya benang
diafrgama.
B. Hitung beda tinggi dengan persamaan :
Δh = 0,05 X (BA-BB) sin 2V + (TA-BT)/1000
Dimana:
Δh = Beda tinggi (mm)
BA = Bacaan benang atas (mm)
BT = Bacaan benang tengah (mm)
BB = Bacaan benang bawah (m)
V = Sudut vertical (˚)
TA = Tinggi alat (m)
Karena alat waterpass selalu berada dalam keadaan mendatar (90˚) sehingga 𝑠𝑖𝑛2 V bernilai
nol, maka persaman di atas menjadi:
Δh = (TA-BT)/1000
Apabila beda tinggi yang diperoleh bernilai negative, berarti titik dimana alat berdiri lebih
tinggi dari titik target. Dan apabila yang diperoleh bernilai positif, bearti titik taret yang lebih
tinggi.
Dimana:
HA = Elevasi titik acuan (m)
ΔhAB = Beda tinggi hasil Perhitungan dari A dan B (m)
HB = Elevasi titik target (m)
5.2 Profil Melintang
1. Dasar Teori
Pengukuran profil melintang bertujuan untuk menentukan elevasi titik-titik pada permukaan
tanah sepanjang garis tertentu sehingga akan diperoleh profil (potongan tegak dari permukaan
tanah sepanjang garis itu).
Maksud dan tujuan profil melintang adalah menentukan ketinggian titik-titik (profil permukaan
tanah) sepanjang garis tegak lurus terhadap garis rencana proyek atau sepanjang garis yang
membagi sama besar sudut antara dua sub garis rencana proyek yang berpotongna. Dalam
pelaksanaan pengukuran, biasanya profil melintang diukur sejalan dengan profil memanjang.
Karena Waterpass selalu berada dalam keaddan mendatar (900) sehingga sin2V selalu bernilai
Penentuan jarak optis ini dapat juga digunakan untuk mengotrol benar atau tidaknnya benang
diafrgama.
B. Hitung beda tinggi dengan persamaan :
Δh = 0,05 X (BA-BB) sin 2V + (TA-BT)/1000
Dimana:
Δh = Beda tinggi (mm)
BA = Bacaan benang atas (mm)
BT = Bacaan benang tengah (mm)
BB = Bacaan benang bawah (m)
V = Sudut vertical (˚)
TA = Tinggi alat (m)
Karena alat waterpass selalu berada dalam keadaan mendatar (90˚) sehingga 𝑠𝑖𝑛2 V bernilai
nol, maka persaman di atas menjadi:
Δh = (TA-BT)/1000
Apabila beda tinggi yang diperoleh bernilai negative, berarti titik dimana alat berdiri lebih
tinggi dari titik target. Dan apabila yang diperoleh bernilai positif, bearti titik taret yang lebih
tinggi.
Dimana:
HA = Elevasi titik acuan (m)
ΔhAB = Beda tinggi hasil Perhitungan dari A dan B (m)
HB = Elevasi titik target (m)
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Daftar Pustaka
https://belajargeodesi.blogspot.com/2017/02/ilmu-ukur-tanah-1-bab-4.html
Bocah Teknik Sipil: Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah BAB.5, BAB.6 & BAB.7 (putrasipilur.blogspot.com)