DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
Kelas 2D
Subandi (2019D1B113)
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat yang tak terhingga kepada kami terutama berupa kesehatan, kesempatan dan kemauan
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta para pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman. karena lantaran beliaulah, semula kami berada dalam
kesesatan,telah mendapat petunjuk dari Allah tuhan seru sekalian alam.
Adapun maksud dan tujuan yang ingin kami sampaikan dalam laporan yang kami tulis i
adalah kami dapat mengenal dan mengoperasikan alat ukur dengan menggunakan waterpass
dengan baik,sehingga nantinya dapat terapkan di dalam dunia kerja. Bagi mahasiswa teknik
sipil mudah mudahan ini bisa bermanfaat bagi rekan rekan yang hendak mempelajarai Ilmu
Ukur Tanah nantinya.semoga bisa menjadi tambahan pengetahuan tentang ilmu ukur tanah
dan instrument – instrument lain dalam ilmu ukur tanah.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
ktitik dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini, mengingat
keterbatasan kemampuan yang kami miliki mudah-mudahan laporan ini bisa berguna bagi
kami dan bagi para pembaca.,Aamiin...
Kelompok 4
Daftar istilah :
Slag : Keadaan waterpas didirikan di antara dua rambu, umumnya 1 slag jarak
antara kedua rambu 30 – 60 m.
Trayek : Jumlah beberapa seksi, umumnya panjang jalur pengukuran beda tinggi
dalam satu projek pekerjaan.
WP 2 kedudkan : Umumnya disebut dengan WP double stand, artinya pada setiap slag
dilakukan dua kali pengukuran beda tinggi, dengan 2 kedudukan alatnya.
Dua kedudukan ini dapat dibuat dengan memindah alat dengan posisi
yang baru atau dengan mengubah tinggi alatnya. Umumnya pekerjaan ini
digunakan sebagai pengganti waterpasing pergi-pulang.
Garis bidik : Disebut juga garis visir atau garis bidik, adalah garis khayal yang
merupakan garis lurus dari perpotonganbenang silang yang tampak di
teropong waterpas.
Garis arah nivo : Garis khayal yang ditarik pada saat gelembung nivo tabung berada di
tengah-tengah. Dengan demikian bila alat waterpas dalam kondisi baik,
garis arah nivo ini harus sejajar dengan garis bidik.
Rambu ukur : Disebut juga bak ukur, adalah mistar yang umumnya dibuat dari bahan
kayu atau logam (aluminium) yang panjangnya umumnya mencapai 3
meter, umumnya dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning.
Benang atas : Tanda garis horisontal berwarna hitam yang dapat dilihat pada lensa
okuler waterpas yang letaknya di atas persilangan, dalam formulir ukur
umumnya ditulis BA.
Benang tengah : Tanda garis berwarna hitam yang merupakan perpotongan garis
horisontal dan bertikalnya, BT.
Benang bawah : Seperti benang bawah, tetapi letaknya di bagian bawah dari BT ditulis
BB.
Titik target : Merupakan titik yang ada di lapangan yang selalu didirikan rambu ukur.
DAFTAR ISI :
Kata Pengantar……………………………………………………………………. i
Daftar Istilah……………………………………………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1
1.2 Maksud Dan Tujuan…………………………………………………… 2
1.3 Lokasi…………………………………………………………………. 2
BAB V PENUTUP
Penutup…………………………………………………………………………... 24
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang tergolong dalam katagori Negara berkembang. Dengan
demikian untuk masa kedepan akan masih banyak kebutuhan infra struktur yang akan
dibangun untuk memacu perkembangan Negara ini. Dan dalam pembangunan itu akan
banyak sekali dibutuhkan tenaga, mulai dari perencana sampai pelaksana. Dan tentu saja
tenga yang termaksud adalah tenaga yang terampil pada bidangnya.
Dalam hal ini kita bisa mengutip satu contoh seorang “surveyor”, dalam suatu
pembangunan struktur, surveyor adalah orang pertama yang mengetahui seluk beluk dari
suatu dimensi lahan dimana suatu struktur akan didirikan. Setelah itu baru suatu struktur
bisa direncanakan seterusnya. Dan sebagai seorang surveyor yang professional, tentunya
harus mampu menguasai seluk beluk pengukuran baik dari alat maupun metode
pengukuran, meski dengan alat yang sangat sderhana sekalipun.
Dan untuk itu, supaya kita dimasa depan nantinya tidak tersisih karena kekurang
mampuan dalam penguasaan alat ukur, mari kita sama-sama berbenah diri mulai
sekarang. Sehingga nantinya kita siap tampil sebagai generasi siap bekerja untuk diri
pribadi, masyarakat dan tentunya nusa dan bangsa.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
1.3. LOKASI
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran beda tinggi di maksudkan untuk menentukan selisih ketinggian dari dua
titik atau lebih. Pengertian beda tinggi adalah jarak antara dua nivo yang melalui dua titik
atau lebih yang umumnya merupakan bidang lengkung, tetapi jarak antara dua titik
tersebut kecil, maka bidang nivo yang melalui dua titik tersebut dianggap sebagai bidang
datar. Beda tinggi dapat di tentukan dengan tiga cara :
1. Metode barometris.
2. Metode trigonometris.
3. Metode sipat datar.
Untuk ketiga metode tersebut, yang khusus dibahas dalam semester II ini adalah metode
sipat datar. Metode sipat datar ini adalah pengukuran beda tinggi yang menggunakan alat
ukur penyipat datar sebagai alat utama yang dikenal dengan nama water pass.
Untuk mendapatkan pembacaan pada mistar, maka diperlukan garis lurus dengan cara
mendatarkan garis bidik dalam teropong yaitu menempatkan sebuh nivo tabung diatas
tropong agar garis dalam keadaan mendatar, selanjutnya garis bidik dalam teropong
dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
Berdasarkan kondisi lapangan maka pengkuran beda tinggi antara dua titik dapat
dilakukan dengan tiga cara :
1. Alat ukur penyipat datar diatas salah satu titik yang di tinjau.
2. Alat ukur penyipat datar antara dua titik yang di tinjau.
3. Alat ukur penyipat datar diluar salah satu titik yang di tinjau.
Berdasarkan konstruksinya, waterpass/alat ukur penyipat datar ini dibagi menjadi
empat yaitu :
1. Alat ukur penyipat dengan semua bagian tetap, nivo tetap ditempatkan diatas
teropong, sedangkan teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai
sumbu putar.
2. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai referensi dan ditempatkan pada
teropong, dengan demikian teropong selain di putar dengan sumbu yang letaknya
searah dengan garis bidik, sumbu putar ini di namakan sumbu mekanis teropong.
3. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai sumbu sumbu mekanis teropong, tetapi
tidak diletakkan diatas teropong melainkan ditempatkan dibawah lepas dari
tropong. Teropong dapat diangkat bagian bawah alat ukur penyipat datar.
4. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat angkat dari bagian bawah
dengan landasan yag berbentuk persegi, sedangkan nivo diletakkan pada bagian
atas teropong.
Meskipun tipe dan jenis alat penyipat datar berbeda – beda namun syarat – syarat
yang harus dipenuhi adalah sama yaitu :
1. Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
2. Garis nivo harus tegak lurus dengan garis atau dengan sumbu pertama.
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus dengan sumbu pertama.
4. Rambu ukur harus tegak lurus bidang pengukuran.
A. Pengertian
Water pass adalah alat ukur optis untuk mengukur Beda tinggi. Alat ini tergolong
sangat sederhana, karena dalam mengoperasikannya sangat membutuhkan
keterampilan khusus. Disamping harus menguasai ilmu matematika dasar, penguasaan
alat ini juga memerlukan latihan pembacaan ekstra untuk mendapatkan bacaan yang
valid, sehingga pengukuran dengan alat ini memerlukan waktu relatif lebih lama
dibandingkan alat ukur lainya yang sudah menggunakan sistem pembacaan
digital.Disamping kekurangan tersebut, tentu saja alat ukur Water pass instrument
tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagian kalangan surveyor menilai “alat ini
justru bisa menghasilkan data yang lebih valid dibandingkan dengan alat ukur lainnya,
jika dipergunakan dengan metode yang tepat.
B. Prinsip kerja alat
Yaitu bidik garis kesemua arah, sehingga membentuk bidang datar atau horizontal
dimana titik-titik pada bidang datar tersebut akan menunjukkan ketinggian yang
sama.
C. Kegunaan alat
Fungsi utama :
1) Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi,
sehingga titik – titik yang tepat pada garis bidikan memiliki ketinggian yang sama.
2) Dengan pandangan mendatar tersebut dapat diketahui jarak dari garis bidik
yang dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik tertentu, maka
akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik-titik tersebut.
Umumnya alat ukur waterpass ditambah dengan bagian alat lain, seperti :
3) Benang stadia, yaitu dua buah benang yang berada di atas dan dibawah serta
sejajar dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan adanya
benang stadia dan bantuan alat ukur waterpass berupa rambu atau bak ukur alat ini
dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar. Pengukuran jarak
dengan cara seperti ini dikenal dengan jarak optik.
4) Lingkaran berskala, yaitu lingkaran pada badan alat yang dilengkapi dengan skala
ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan
bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat
diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut antara ke dua titik tersebut
dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan sebagai alat
pengukur sudut horizontal.
D. Bagian-bagian alat ukur waterpass
Alat ukur waterpass yang sederhana hanya terdiri dari empat komponen yaitu :
1) Teropong yang didalamnya terdapat lensa objektif, lensa okuler dan diafragma
Δt = HI- BTDetail
Di dalam pengukuran ini adalah dicari selisih antara jumlah beda tinggi
positif terhadap tinggi beda negatif atau sebaliknya. Maka selisih tersebut
merupakan derajat kesalahan. Apabila kesalahan tersebut termasuk dalam
kesalahan kecil maka untuk menghilangkan kesalahan tersebut dengan cara
dikoreksi. Apabila kesalahan tersebut termasuk dalam kesalahan sistematis
maka kesalahan tersebut dihilangkan dengan cara dikoreksi atau diulang
kembali. Dan apabila kesalahan termasuk dalam kesalahan besar maka
kesalahan tersebut bisa dihilangkan dan pengukuran diulang kembali. Karena
dianggap data lapangan yang didapatkan tidak valid.
Ada perbedaan yang mendasar antara pengukuran long section dan
cross section antara lain,yaitu:
c. Hasil gambar
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui jarak ( d ) dari suatu titik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
• Jarak langsung : Jarak diukur secara langsung dengan menggunakan rol meter.
• Jarak optis : Jarak diambil dari hasil pengolahan data pengukuran dengan
menggunakan rumus : d = ( BA – BB ) x 100
Sedangkan untuk mengetahui tinggi titik / elevasi ( ∆t ) antara titik yang satu dengan
yang lainnya maka digunakan rumus : = ( BT Belakang – BT Muka )
Arah pengukuran
Δt
Δt
M : Muka B: Belakang
3.2. Persiapan
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum, terlebih dahulu harus melakukan persiapan–
persiapan agar pengukuran dapat berjalan dengan lancar. Persiapan-persiapan yang harus
dilakuan ialah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi dan waktu pelaksanaan pengukuran,
2. Penyiapan alat – alat yang digunakan untuk pengukuran,
Adapun alat–alat yang harus di siapkan diantaranya :
• Pesawat penyipat datar/ waterpass instrument
• Rambu ukur
• Rol meter
• Patok
• Payung
• Tabel data pengukuran
• Alat tulis
• Kalkulator
• Kompas (jika diperlukan)
diputar ke arah titik P1 . Setelah itu, maka pembacaan benang dapat dilakukan
Untuk mencari beda tinggi antara kedua titik, kita dapat menggunakan rumus
sebagai berikut : ∆t = ( BT Belakang – BT Muka
P1 1,030
1862
1798 12,80
1734
25,00 0,425
1456
1394 12,20
1332
P2 1,455
1404
1342 12,40
1280
24,80 0,001
1434
1373 12,40
1312
P3 1,456
1726
1663 12,60
1600
25,00 0,397
1403
1341 12,40
1279
P4 1,853
1328
1266
1204
TABEL PENGUKURAN CROSS SECTION
NO SUDUT BACAAN BEDA TINGGI ELEVASI
TA/HI DETAIL KOR. KETERANGAN
TITIK DATAR JARAK (d) BT + - TANAH
P0 1400 ±0.00 ELEVASI TITIK P0 = ± 0.00
90° A 3.00 m 1375 0.075 0.075
B 4.50 m 1321 0.079 0.079
C 4.90 m 1331 0.069 0.069
D 10.00 m 1332 0.068 0.068
270° A' 3.00 m 1380 0.02 0.02
B' 4.50 m 1350 0.05 0.05
C' 4.90 m 1368 0.032 0.032
D' 10.00 m 1362 0.038 0.038
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
• Dengan adanya praktikum IUT I mahasiswa bisa mengoperasikan Alat ukur
penyipat datar (water pass Instrument).
• Mahasiswa mampu menyelesaikan perhitungan lapangan atau melakukan
pengolahan data lapangan menjadi data yang valid.
• Mahasiswa dapat mengambarkan sketsa perencanaan jalan.
B. Saran
Pada saat pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah, kita tentunya menginginkan hasil
yang terbaik (Valid) agar semua data-data yang kita peroleh dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya sebagai data yang valid dan akurat. Untuk mendapatkan data-
data yang valid dan benar, kita hendaknya menggunakan Pesawat Penyipat Datar
(Waterpass) yang benar-benar dalam kondisi yang baik. Sehubungan dengan
perkembangan teknologi yang sangat pesat alat penyipat datar yang kita pergunakan
sudah kurang layak untuk dipakai (kurang remaja). Di instansi surveyor hampir
semua kalangan sudah menggunakan alat ukur yang sangat canggih. Sebagai seorang
calon warga yang akan terjun dunia kerja yang membutuhkan tanaga yang terampil,
komptensi kami masih sangat jauh untuk bisa masuk dalam katagori tenaga siap pakai
di dunia kerja.
Demikian harapan kami, semoga dapat menjadi perhatian kita semua demi
mensukseskan tujuan pendidikan dan memajukan sekaligus meningkatkan kulitas
fakultas teknik di lingkungan universitas Muhammadiyah Mataram di masa yang akan
datang.
BAB V
PENUTUP
Demikian laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini kami buat, sebagai salah satu tugas
wajib yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa jurusan Tehnik Sipil Universitas
Muhamadiyah Mataram. Semoga dengan adanya praktikum ini dapat menjadikan kita sebagai
mahasiswa yang memiliki keterampilan yang bermamfaat bagi saya pribadi dan masyarakat
tentunya.
Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian untuk penyempurnaan laporan
maupun tulisan ilmiah kami lainnya.