Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

Kelas 2D

Muhammad Sufyan Ifansyah (2019D1B093)

Novi Suryadita Rahmadani (2019D1B096)

Rendi Sofyan (2019D1B103)

Riki Martin (2019D1B104)

Rivaldi Umar (2019D1B106)

Subandi (2019D1B113)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat yang tak terhingga kepada kami terutama berupa kesehatan, kesempatan dan kemauan
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta para pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman. karena lantaran beliaulah, semula kami berada dalam
kesesatan,telah mendapat petunjuk dari Allah tuhan seru sekalian alam.

Adapun maksud dan tujuan yang ingin kami sampaikan dalam laporan yang kami tulis i
adalah kami dapat mengenal dan mengoperasikan alat ukur dengan menggunakan waterpass
dengan baik,sehingga nantinya dapat terapkan di dalam dunia kerja. Bagi mahasiswa teknik
sipil mudah mudahan ini bisa bermanfaat bagi rekan rekan yang hendak mempelajarai Ilmu
Ukur Tanah nantinya.semoga bisa menjadi tambahan pengetahuan tentang ilmu ukur tanah
dan instrument – instrument lain dalam ilmu ukur tanah.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
ktitik dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini, mengingat
keterbatasan kemampuan yang kami miliki mudah-mudahan laporan ini bisa berguna bagi
kami dan bagi para pembaca.,Aamiin...

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Kelompok 4
Daftar istilah :
Slag : Keadaan waterpas didirikan di antara dua rambu, umumnya 1 slag jarak
antara kedua rambu 30 – 60 m.

Seksi : Jumlah slag yang dapat diukur, umumnya dalam 1 hari.

Trayek : Jumlah beberapa seksi, umumnya panjang jalur pengukuran beda tinggi
dalam satu projek pekerjaan.

Waterpasing pp : Waterpasing pergi-pulang. Jalur waterpasing diukur 2 kali, yaitu pergi


dan pulang. Perginya boleh di dalam satu seksi atau dalam satu trayek.

WP 2 kedudkan : Umumnya disebut dengan WP double stand, artinya pada setiap slag
dilakukan dua kali pengukuran beda tinggi, dengan 2 kedudukan alatnya.
Dua kedudukan ini dapat dibuat dengan memindah alat dengan posisi
yang baru atau dengan mengubah tinggi alatnya. Umumnya pekerjaan ini
digunakan sebagai pengganti waterpasing pergi-pulang.

Garis bidik : Disebut juga garis visir atau garis bidik, adalah garis khayal yang
merupakan garis lurus dari perpotonganbenang silang yang tampak di
teropong waterpas.

Garis arah nivo : Garis khayal yang ditarik pada saat gelembung nivo tabung berada di
tengah-tengah. Dengan demikian bila alat waterpas dalam kondisi baik,
garis arah nivo ini harus sejajar dengan garis bidik.

Rambu ukur : Disebut juga bak ukur, adalah mistar yang umumnya dibuat dari bahan
kayu atau logam (aluminium) yang panjangnya umumnya mencapai 3
meter, umumnya dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning.

Waterpas : Alat ukur optis untuk mengukur beda tinggi.

Benang atas : Tanda garis horisontal berwarna hitam yang dapat dilihat pada lensa
okuler waterpas yang letaknya di atas persilangan, dalam formulir ukur
umumnya ditulis BA.

Benang tengah : Tanda garis berwarna hitam yang merupakan perpotongan garis
horisontal dan bertikalnya, BT.

Benang bawah : Seperti benang bawah, tetapi letaknya di bagian bawah dari BT ditulis
BB.

Titik target : Merupakan titik yang ada di lapangan yang selalu didirikan rambu ukur.
DAFTAR ISI :

Kata Pengantar……………………………………………………………………. i
Daftar Istilah……………………………………………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1
1.2 Maksud Dan Tujuan…………………………………………………… 2
1.3 Lokasi…………………………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengukuran Beda Tinggi…………...…………………………………. 3
2.2 Pengertian Waterpass Instrument…………………………………….. 4
2.3 Fungsi Waterpass Instrument………………………………………… 6
2.4 Jenis-jenis pengukuran Waterpass Instrument ………………………. 6
2.5 Cara mencari derajat kesalahan............................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Analisa pengukuran lapangan……………………………………….. 10
3.2 Persiapan…………………………………………………………….. 10
3.3 Pelaksanaan pengukuran…………………………………………….. 12
3.4 Rumusan Perhitungan Data lapangan……………………………….. 14
3.5 Data pengukuran Long Section Beserta gambarnya………………… 15
3.6 Data pengukuran Cross Section Beserta gambarnya........................... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………… 23

BAB V PENUTUP
Penutup…………………………………………………………………………... 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah Negara yang tergolong dalam katagori Negara berkembang. Dengan
demikian untuk masa kedepan akan masih banyak kebutuhan infra struktur yang akan
dibangun untuk memacu perkembangan Negara ini. Dan dalam pembangunan itu akan
banyak sekali dibutuhkan tenaga, mulai dari perencana sampai pelaksana. Dan tentu saja
tenga yang termaksud adalah tenaga yang terampil pada bidangnya.

Dalam hal ini kita bisa mengutip satu contoh seorang “surveyor”, dalam suatu
pembangunan struktur, surveyor adalah orang pertama yang mengetahui seluk beluk dari
suatu dimensi lahan dimana suatu struktur akan didirikan. Setelah itu baru suatu struktur
bisa direncanakan seterusnya. Dan sebagai seorang surveyor yang professional, tentunya
harus mampu menguasai seluk beluk pengukuran baik dari alat maupun metode
pengukuran, meski dengan alat yang sangat sderhana sekalipun.

Dan untuk itu, supaya kita dimasa depan nantinya tidak tersisih karena kekurang
mampuan dalam penguasaan alat ukur, mari kita sama-sama berbenah diri mulai
sekarang. Sehingga nantinya kita siap tampil sebagai generasi siap bekerja untuk diri
pribadi, masyarakat dan tentunya nusa dan bangsa.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari praktikum ini adalah:


1. Agar mahasiswa dapat mengukur situasi dengan alat sederhana
2. Agar mahasiswa dapat memproses data yang diambil dari pengukuran langsung di
lapangan untuk mencari suatu nilai yang belum diketahui
3. Agar mahasiswa dapat menggambarkan dan membuat laporan pengukuran hasil
pengukuran

Tujuan dari praktikum ini adalah:


1.Untuk menerapkan langsung dilapangan teori yang telah diberikan oleh dosen pada
saat perkuliahan
2.Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengukuran
menggunakan alat ukur waterpass
3.Untuk melatih kinerja dalam satu kelompok agar efisien dalam melakukan
pengukuran di lapangan
4.Untuk melatih kesiapan mental dan fisik mahasiswa dalam melakukan pengukuran
di berbagai medan di lapangan pada saat memasuki dunia kerja yang sesungguhnya
nanti
5.Untuk mengembangkan pola pikir mahasiswa dalam menghadapi berbagai
masalah dan mencari solusinya pada saat pengukuran di lapangan

1.3. LOKASI

Adapun pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah I ini di laksanakan pada :

Hari/Tanggal : Minggu, 26 Juli 2020

Waktu : Pukul 08.00 S/d 11.00

Lokasi : Jalan gunung dieng, mataram


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi di maksudkan untuk menentukan selisih ketinggian dari dua
titik atau lebih. Pengertian beda tinggi adalah jarak antara dua nivo yang melalui dua titik
atau lebih yang umumnya merupakan bidang lengkung, tetapi jarak antara dua titik
tersebut kecil, maka bidang nivo yang melalui dua titik tersebut dianggap sebagai bidang
datar. Beda tinggi dapat di tentukan dengan tiga cara :

1. Metode barometris.
2. Metode trigonometris.
3. Metode sipat datar.

Untuk ketiga metode tersebut, yang khusus dibahas dalam semester II ini adalah metode
sipat datar. Metode sipat datar ini adalah pengukuran beda tinggi yang menggunakan alat
ukur penyipat datar sebagai alat utama yang dikenal dengan nama water pass.

Untuk mendapatkan pembacaan pada mistar, maka diperlukan garis lurus dengan cara
mendatarkan garis bidik dalam teropong yaitu menempatkan sebuh nivo tabung diatas
tropong agar garis dalam keadaan mendatar, selanjutnya garis bidik dalam teropong
dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
Berdasarkan kondisi lapangan maka pengkuran beda tinggi antara dua titik dapat
dilakukan dengan tiga cara :
1. Alat ukur penyipat datar diatas salah satu titik yang di tinjau.
2. Alat ukur penyipat datar antara dua titik yang di tinjau.
3. Alat ukur penyipat datar diluar salah satu titik yang di tinjau.
Berdasarkan konstruksinya, waterpass/alat ukur penyipat datar ini dibagi menjadi
empat yaitu :
1. Alat ukur penyipat dengan semua bagian tetap, nivo tetap ditempatkan diatas
teropong, sedangkan teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai
sumbu putar.
2. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai referensi dan ditempatkan pada
teropong, dengan demikian teropong selain di putar dengan sumbu yang letaknya
searah dengan garis bidik, sumbu putar ini di namakan sumbu mekanis teropong.
3. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai sumbu sumbu mekanis teropong, tetapi
tidak diletakkan diatas teropong melainkan ditempatkan dibawah lepas dari
tropong. Teropong dapat diangkat bagian bawah alat ukur penyipat datar.
4. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat angkat dari bagian bawah
dengan landasan yag berbentuk persegi, sedangkan nivo diletakkan pada bagian
atas teropong.
Meskipun tipe dan jenis alat penyipat datar berbeda – beda namun syarat – syarat
yang harus dipenuhi adalah sama yaitu :
1. Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
2. Garis nivo harus tegak lurus dengan garis atau dengan sumbu pertama.
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus dengan sumbu pertama.
4. Rambu ukur harus tegak lurus bidang pengukuran.

2.2. Pengertian Water Pass Instrument

A. Pengertian

Water pass adalah alat ukur optis untuk mengukur Beda tinggi. Alat ini tergolong
sangat sederhana, karena dalam mengoperasikannya sangat membutuhkan
keterampilan khusus. Disamping harus menguasai ilmu matematika dasar, penguasaan
alat ini juga memerlukan latihan pembacaan ekstra untuk mendapatkan bacaan yang
valid, sehingga pengukuran dengan alat ini memerlukan waktu relatif lebih lama
dibandingkan alat ukur lainya yang sudah menggunakan sistem pembacaan
digital.Disamping kekurangan tersebut, tentu saja alat ukur Water pass instrument
tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagian kalangan surveyor menilai “alat ini
justru bisa menghasilkan data yang lebih valid dibandingkan dengan alat ukur lainnya,
jika dipergunakan dengan metode yang tepat.
B. Prinsip kerja alat

Yaitu bidik garis kesemua arah, sehingga membentuk bidang datar atau horizontal
dimana titik-titik pada bidang datar tersebut akan menunjukkan ketinggian yang
sama.

C. Kegunaan alat

Fungsi utama :

1) Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi,
sehingga titik – titik yang tepat pada garis bidikan memiliki ketinggian yang sama.

2) Dengan pandangan mendatar tersebut dapat diketahui jarak dari garis bidik
yang dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik tertentu, maka
akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik-titik tersebut.
Umumnya alat ukur waterpass ditambah dengan bagian alat lain, seperti :

3) Benang stadia, yaitu dua buah benang yang berada di atas dan dibawah serta
sejajar dengan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar. Dengan adanya
benang stadia dan bantuan alat ukur waterpass berupa rambu atau bak ukur alat ini
dapat digunakan sebagai alat ukur jarak horizontal atau mendatar. Pengukuran jarak
dengan cara seperti ini dikenal dengan jarak optik.

4) Lingkaran berskala, yaitu lingkaran pada badan alat yang dilengkapi dengan skala
ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah yang dinyatakan dengan
bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh benang diafragma tegak dapat
diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah titik, sudut antara ke dua titik tersebut
dengan alat dapat ditentukan atau dengan kata lain dapat difungsikan sebagai alat
pengukur sudut horizontal.
D. Bagian-bagian alat ukur waterpass

Alat ukur waterpass yang sederhana hanya terdiri dari empat komponen yaitu :

1) Teropong yang didalamnya terdapat lensa objektif, lensa okuler dan diafragma

2) Nivo tabung yang berbentuk tabung

3) Benang bacaan (BA, BT, BB)

4) Tiga skrup pendatar.

2.3. Fungsi Water Pass Instrument


Sesuai dengan namanya Water pass instrument berfungsi untuk mencari elevasi
(ketinggian) dari titik-titik yang diukur terhadap satu titik tetap yang berelevasi (titik
acuan). Titik tetap tersebut bisa berupa titik tetap dalam kota dan titik tetap trianggulasi.

2.4. Jenis-jenis pengukuran Water Pass instrument


Adapun pengukuran dengan alat ukur waterpass ( penyipat datar ) terbagi dalam
tiga jenis, yaitu:

2.4.1. Pengukuran waterpass tertutup


Pengukuran metode ini diawali dari titik awal (P0) dan berakhir pada titik itu
pula. Dalam pengukuran ini data lapangan yang diperlukan adalah:
• Bila pengukuran mengacu pada jarak optis maka data yang diperlukan
adalah: 1) Benang atas (BA), 2) Benang tengah (BT), 3) Benang
bawah (BB)
• Bila mengacu pada jarak langsung maka data yang diperlukan adalah
pembacaan Benang tengah (BT) saja.

Didalam pengukuran metode tertutup, jika pengukuran dilakukan


mengikuti atau searah jarum jam maka pengukuran tersebut disebut pengukuran
arah positif.

Sebaliknya jika pengukuran tersebut berlawanan arah jarum


pengukukuran tersebut disebut pengukuran arah negatif.
2.4.2. Pengukuran waterpass memanjang ( Long section )
Ada dua metode yang bisa dilakukan dalam pengukuran ini antara lain :
1. Pengukuran WPI metode double start
Di dalam pengukuran ini, setiap seksi (antara dua titik) dilaksanakan dua
kali kedudukan alat, sehingga bacaan yang diperoleh adalah bacaan stand I
dan stand II sehingga dalam pengolahan data nantinya akan diperoleh Δt I
dan Δt II.
Didalam mencari derajat kesalahan dalam pengukuran ini dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Bila pengukuran diikat pada satu titik ikat pengukuran (P0), maka derajat
kesalahan diperoleh dengan menghitung selisih antara ΔtI dengan Δt rata-
rata.
Bila pengukuran diikat oleh dua titik ikat yaitu titik awal (P0) dan titik
akhir (Pn), maka derajat kesalahan diperoleh dengan menghitung selisih
beda tinggi rata-rata positif terhadap jumlah beda tinggi rata-rata negative.
Kemudian dibandingkan dengan selisih beda tinggi antara P0 dan Pn.

2. Pengukuran WPI pergi pulang


Pengukuran metode ini dilaksanakan dengan pergi dari (P0-Pn)
kemudian dilaksanakan pengukuran pulang (Pn-P0). Untuk
perhitungan beda tinggi dalam pengukuran ini akan didapat beda tinggi
pengukuran pergi dan pengukuran pulang yang tandanya selalu
berlawanan. Sehingga dalam perhitunngan beda tinggi rata-rata
mengikuti tanda beda tinggi pengukuran pergi.
a. Pengukuran waterpass melintang ( Cross section )
Di dalam metode ini berbeda dengan metode berangkai
(long section) yang meletakkan alat ukur diantara dua titik
pengukuran. Dimana dalam metode ini peletakan alat adalah diatas
titik- titk pengukuran. Didalam pengukuran ini harus di ukur
tinggi alatnya (High Instrument (HI)) karena dalam per hitungan
beda tinggi dihitung berdasarkan rumus :

Δt = HI- BTDetail

Di dalam pengukuran ini, untuk mencari data-data titik


detail harus selalu tegak lurus terhadap arah pengukuran. Dalam
pengukuran ini tidak dapat dihitung derajat kesalahannya, tetapi
dalam kontrol lapangan dapat di buat sketsa pengukuran untuk
mengontrol pengolahan data tersebut.

2.5 Cara mencari derajat kesalahan (degree of error)

Di dalam pengukuran ini adalah dicari selisih antara jumlah beda tinggi
positif terhadap tinggi beda negatif atau sebaliknya. Maka selisih tersebut
merupakan derajat kesalahan. Apabila kesalahan tersebut termasuk dalam
kesalahan kecil maka untuk menghilangkan kesalahan tersebut dengan cara
dikoreksi. Apabila kesalahan tersebut termasuk dalam kesalahan sistematis
maka kesalahan tersebut dihilangkan dengan cara dikoreksi atau diulang
kembali. Dan apabila kesalahan termasuk dalam kesalahan besar maka
kesalahan tersebut bisa dihilangkan dan pengukuran diulang kembali. Karena
dianggap data lapangan yang didapatkan tidak valid.
Ada perbedaan yang mendasar antara pengukuran long section dan
cross section antara lain,yaitu:

1. Pelaksanaan pengukuran dilapangan


A. Untuk pengukuran long section
Sistim yang kita gunakan adalah sistim berangkai yang artinya
pengukuran yang dimulai dari seksi 1 ke seksi 2 dan seterusnya secara
berurutan.
B. Untuk pengukuran cross section
Sistim yang kita gunakan adalah sistim melintang dari titik
memanjang.Pengukuran long section diikat oleh titik awal P0 sedangkan
cross section diikat oleh titik memanjangnya.
C. Pengolahan data
a. Untuk perhitungan beda tinggi
Dihitung berdasarkan rumus = ( BT Belakang – BT Muka )

Sedangkan untuk pengukuran cross section Δt = HI- BTDetail

b. Untuk perhitungan elevasi tanah

Untuk mengukur long section dihitung berdasarkan titik ikat


P0.Sedangkan untuk mengukur cross section dihitung
berdasarkan titik ikat memanjangnya.

c. Hasil gambar

Untuk mengukur long section akan didapatkan hasil Gambar


profil memanjang (permukaan tanah secara memanjang)
sedangkan untuk pengukuran cross section akan didapatkan hasil
gambar profil melintang.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Analisa pengukuran Lapangan

Untuk mengetahui jarak ( d ) dari suatu titik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

• Jarak langsung : Jarak diukur secara langsung dengan menggunakan rol meter.
• Jarak optis : Jarak diambil dari hasil pengolahan data pengukuran dengan
menggunakan rumus : d = ( BA – BB ) x 100

Sedangkan untuk mengetahui tinggi titik / elevasi ( ∆t ) antara titik yang satu dengan
yang lainnya maka digunakan rumus : = ( BT Belakang – BT Muka )

Arah pengukuran

Δt

Δt
M : Muka B: Belakang

3.2. Persiapan
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum, terlebih dahulu harus melakukan persiapan–
persiapan agar pengukuran dapat berjalan dengan lancar. Persiapan-persiapan yang harus
dilakuan ialah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi dan waktu pelaksanaan pengukuran,
2. Penyiapan alat – alat yang digunakan untuk pengukuran,
Adapun alat–alat yang harus di siapkan diantaranya :
• Pesawat penyipat datar/ waterpass instrument
• Rambu ukur
• Rol meter
• Patok
• Payung
• Tabel data pengukuran
• Alat tulis
• Kalkulator
• Kompas (jika diperlukan)

Gambar 3.2.a Gambar 3.2.b


Water Pass Instrument (Penyipat Datar) Rambu Ukur

Gambar 3.2.c Gambar 3.2.d


Statis (Three Port) Roll meter
3.3. Pelaksanaan Pengukuran
Setelah persiapan–persiapan tersebut selesai, maka proses pengukuran dapat
dilaksanakan. Pengukuran yang akan dilakukan adalah pengukuran pengukuran
waterpass memanjang ( long section ) double stand dan pengukuran waterpass melintang
(cross section). Adapun langkah – langkah pengukuran waterpass memanjang (Long
Section) double stand ialah sebagai berikut :
1. Pesawat penyipat datar / waterpas diletakkan antara dua titik yang akan diukur
misalnya titik P0 dan titik P1 .
2. Alat disetel sedemikian rupa sampai nivo tabung dan nivo kotak benar – benar
tepat.
3. Pemegang rambu ukur menempatkan rambu ukur harus dalam keadaan tegak lurus
tepat diatas patok, selanjutnya pembidik dapat membidik kemudian dilanjutkan
dengan pembacaan benang. Jika pengukuran menggunakan alat optis maka data
yang diperlukan adalah membaca Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT),
Benang Bawah (BB).
4. Setelah pembacaan benang pada titik P0 selesai, arah pesawat penyipat datar

diputar ke arah titik P1 . Setelah itu, maka pembacaan benang dapat dilakukan

seperti pembacaan benang pada P0 . Data – data diperoleh tersebut merupakan


data – data pengukuran untuk stand pertama.
5. Untuk stand kedua, pesawat harus diubah posisinya baik itu ketinggian alat
maupun letaknya. Kemudian dapat dilanjutkan seperti pada langkah pada
pengukuran stand pertama.
Setelah pengambilan data baik pada stand pertama maupun kedua selesai, maka `
pengukuran dapat dilanjutkan ke titik berikutnya yang dapat dilakukan seperti pada
pembacaan benang pada stand pertama maupun stand kedua , begitu seterusnya.
Gambar 3.3 situasi lapangan penempatan rambu ukur.

Adapun langkah-langkah pengukuran waterpas melintang (cross section) adalah


sebagai berikut:
1. Patok – patok yang telah disiapkan kemudian di letakkan pada tempat yang telah
ditentukan.
2. Pesawat diletakkan tepat di atas titik P0 dan di ukur ketinggianya.
3. Langkah selanjutnya menyetel nivo kotak dan nivo tabung agar tepat pada posisi
tengah.
4. Rambu ukur diletak dengan posisi sudut 90 0 terhadap arah pengukuran dan
jaraknya diukur dengan menggunakan rol meter.
5. Data yang diperlukan pada pengukuran ini hanya pembacaan benang tengah saja.
6. Setelah pengukuran dengan posisi 90 0 selesai maka pesawat diputar kearah sudut
270 0 dan pengukuran dapat dilanjutkan seperti pada posisi sudut 90 0 .
7. Setelah pengukuran pada titik P0 selasai, maka dilanjutkan ke titik P1 .

Langkah – langkahnya dapat mengacu pada pengukuran P0 .


3.4. Rumus – Rumus Perhitungan Data Lapangan
Setelah pengukuran selesai secara keseluruhan baik itu pengukuran Waterpass
Melintang (cross section) maupun pengukuran Waterpass Memanjang (Long section)
maka kita dapat melanjutkan ketahap perhitungan.
• Perhitungan pada waterpass melintang (cross section)
Untuk mencari perhitungan beda tinggi (∆t) kita dapat menggunakan rumus
sebagai berikut : ∆t = TP - BT BT = Benang Tengah
TP = Tinggi Pesawat
Pada pengukuran waterpass melintang, untuk mencari jarak kita dapat
langsung mengukur dengan menggunakan rol meter.
• Perhitungan pada pengukuran waterpass memanjang
Untuk mencari jarak antara titik terhadap alat, kita dapat menggunakan rumus
yaitu : d = ( BA – BB ) x 100

Untuk mencari beda tinggi antara kedua titik, kita dapat menggunakan rumus
sebagai berikut : ∆t = ( BT Belakang – BT Muka

3.5 Data pengukuran long section dan cross section


ALAT UKUR : PENYIPAT DATAR/WATTERPASS
TABEL PENGUKURAN LONG SECTION METHODE"LONG SECTION"

NO. BACAAN JARAK ∆t


∑d ELEVASI KET.
TITIK B M B M + -

P0 ± 1.000 ELEVASI TITIK


1487 P0 ± 1.000
1427 12,60
1361
25,00 0,030
12,40

P1 1,030
1862
1798 12,80
1734
25,00 0,425
1456
1394 12,20
1332
P2 1,455
1404
1342 12,40
1280
24,80 0,001
1434
1373 12,40
1312
P3 1,456
1726
1663 12,60
1600
25,00 0,397
1403
1341 12,40
1279
P4 1,853

1328
1266
1204
TABEL PENGUKURAN CROSS SECTION
NO SUDUT BACAAN BEDA TINGGI ELEVASI
TA/HI DETAIL KOR. KETERANGAN
TITIK DATAR JARAK (d) BT + - TANAH
P0 1400 ±0.00 ELEVASI TITIK P0 = ± 0.00
90° A 3.00 m 1375 0.075 0.075
B 4.50 m 1321 0.079 0.079
C 4.90 m 1331 0.069 0.069
D 10.00 m 1332 0.068 0.068
270° A' 3.00 m 1380 0.02 0.02
B' 4.50 m 1350 0.05 0.05
C' 4.90 m 1368 0.032 0.032
D' 10.00 m 1362 0.038 0.038

P1 1430 -0.370 ELEVASI TITIK P1 = -0.370


90° A 3.00 m 1607 0.177 -0.547
B 4.50 m 1637 0.207 -0.577
C 4.90 m 1630 0.200 -0.570
D 10.00 m 1584 0.154 -0.524
270° A' 3.00 m 1593 0.163 -0.533
B' 4.50 m 1746 0.316 -0.686
C' 4.90 m 1695 0.265 -0.635
D' 10.00 m 1653 0.223 -0.593

P2 1378 -0.590 ELEVASI TITIK P2 = -0.590


90° A 3.00 m 1727 0.349 -0.939
B 4.50 m 1705 0.327 -0.917
C 4.90 m 1785 0.407 -0.997
D 10.00 m 1783 0.405 -0.995
270° A' 3.00 m 1813 0.435 -1.025
B' 4.50 m 1805 0.427 -1.017
C' 4.90 m 1823 0.445 -1.035
D' 10.00 m 1883 0.505 -1.095

P3 1304 -0.685 ELEVASI TITIK P3 = -0.685


90° A 3.00 m 1298 0.006 -0.679
B 4.50 m 1272 0.032 -0.653
C 4.90 m 1278 0.026 -0.659
D 10.00 m 1349 0.045 -0.730
270° A' 3.00 m 1338 0.034 -0.719
B' 4.50 m 1569 0.265 -0.95
C' 4.90 m 1548 0.244 -0.929
D' 10.00 m 1568 0.264 -0.949

P4 1338 -0.493 ELEVASI TITIK P4 = -0.493


90° A 3.00 m 1382 0.044 -0.537
B 4.50 m 1462 0.124 -1.030
C 4.90 m 1470 0.132 -0.625
D 10.00 m 2085 0.747 -1.240
270° A' 3.00 m 2175 0.837 -1.330
B' 4.50 m 2625 1.287 -1.780
C' 4.90 m 2570 1.232 -1.725
D' 10.00 m 2600 1.262 -1.755

P5 1430 -1.230 ELEVASI TITIK P5 = -1.230


90° A 3.00 m 1889 0.423 -1.653
B 4.50 m 1558 0.128 -1.358
C 4.90 m 1456 0.026 -1.256
D 10.00 m 1458 0.028 -1.258
270° A' 3.00 m 1305 0.125 -1.105
B' 4.50 m 1273 0.157 -1.073
C' 4.90 m 1294 0.136 -1.094
D' 10.00 m 2575 1.145 -2.375
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
• Dengan adanya praktikum IUT I mahasiswa bisa mengoperasikan Alat ukur
penyipat datar (water pass Instrument).
• Mahasiswa mampu menyelesaikan perhitungan lapangan atau melakukan
pengolahan data lapangan menjadi data yang valid.
• Mahasiswa dapat mengambarkan sketsa perencanaan jalan.

B. Saran
Pada saat pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah, kita tentunya menginginkan hasil
yang terbaik (Valid) agar semua data-data yang kita peroleh dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya sebagai data yang valid dan akurat. Untuk mendapatkan data-
data yang valid dan benar, kita hendaknya menggunakan Pesawat Penyipat Datar
(Waterpass) yang benar-benar dalam kondisi yang baik. Sehubungan dengan
perkembangan teknologi yang sangat pesat alat penyipat datar yang kita pergunakan
sudah kurang layak untuk dipakai (kurang remaja). Di instansi surveyor hampir
semua kalangan sudah menggunakan alat ukur yang sangat canggih. Sebagai seorang
calon warga yang akan terjun dunia kerja yang membutuhkan tanaga yang terampil,
komptensi kami masih sangat jauh untuk bisa masuk dalam katagori tenaga siap pakai
di dunia kerja.

Demikian harapan kami, semoga dapat menjadi perhatian kita semua demi
mensukseskan tujuan pendidikan dan memajukan sekaligus meningkatkan kulitas
fakultas teknik di lingkungan universitas Muhammadiyah Mataram di masa yang akan
datang.
BAB V
PENUTUP

Demikian laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini kami buat, sebagai salah satu tugas
wajib yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa jurusan Tehnik Sipil Universitas
Muhamadiyah Mataram. Semoga dengan adanya praktikum ini dapat menjadikan kita sebagai
mahasiswa yang memiliki keterampilan yang bermamfaat bagi saya pribadi dan masyarakat
tentunya.
Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian untuk penyempurnaan laporan
maupun tulisan ilmiah kami lainnya.

Anda mungkin juga menyukai